• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumah Sakit Pendidikan Nauli Husada Sibolga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rumah Sakit Pendidikan Nauli Husada Sibolga"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)
(3)
(4)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika Kota Sibolga. 2014. Sibolga Dalam Angka 2014. BPS, Sibolga.

Blumenthal D, Weissman JS, Campbell EG. 1997. The Social Missions of

Academic Health Centers. New England Journal of Medicine.

Ching, Francis, D.K. 2008. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Edisi ke-3. Jakarta : Erlanggga.

Davies, Colin. 2006. Key House of the Twentieth Century: Plans, Section and

Elevation. London: Laurence King Publishing Ltd.

Hutchinson, Wikipedia the Free Encyclopedia, Diakses pada tanggal 22 September 2015 dari website http://en.wikipedia.org/wiki/

Neufert, Ernst. 1993. Data Arsitektur Jilid I Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Neufert, Ernst. 1993. Data Arsitektur Jilid II Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Republik Indonesia. 2009. Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit

Pendidikan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Republik Indonesia. 2009. Undang- Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 153. Sekretariat Negara, Jakarta.

Republik Indonesia. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

Kelas C. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 153. Sekretariat Negara, Jakarta.

Rumah Sakit Pendidikan UNS, 2014. (http://ferrata.co.id/), diakses pada tanggal 28 September 2015.

(5)

Rumah Sakit Universitas Airlangga, 2011. (http://rumahsakit.unair.ac.id/), diakses pada tanggal 28 September 2015.

STIKes Nauli Husada Sibolga, 2010. (http://stikesnaulihusada.blogspot.co.id/),

diakses pada tanggal 26 September 2015.

The Aga Khan Award for Architecture: Menara Mesiniaga, 1992.

(http://www.akdn.org/architecture/pdf/1356_Mal.pdf), diakses pada tanggal 30

September 2015.

Wijono, Djoko. 1997. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Surabaya: University Airlangga.

Yeang K. (1999). The Green Skyscraper: The Basis for Designing Sustainable

(6)

BAB III

(7)

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1Pengertian Tema

Bioklimatik berasal dari bahasa asing yaitu Bioclimatology. Menurut Kenneth Yeang,

“ Bioclimatology is the study of the relationship between climate and life, particulary the effect of climate on the health of activity of living things”.

Bioklimatik adalah Ilmu yang mempelajari antara hubungan iklim dan kehidupan terutama efek dari iklim pada kesehatan dan aktivitas sehari-hari. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa arsitektur bioklimatik merupakan suatu pendekatan dalam merancang bangunan dengan metode hemat energi yang memperhatikan iklim setempat dan memecahkan masalah iklim dengan menerapkannya pada bangunan.

3.2 Interpretasi Tema

Prinsip-prinsip Arsitektur Bioklimatik (Yeang, 1999)

 Meminimalkan ketergantungan pada sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.

 Penghematan energi dari segi bentuk bangunan, penempatan bangunan dan pemilihan material.

 Mengikuti pengaruh budaya setempat.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain bangunan dengan tema bioklimatik strategi pengendalian iklim yakni

 Memperhatikan keuntungan matahari

 Meminimalkan perlakuan aliran panas

 Meminimalkan besaran bukaan/bidang terhadap matahari

 Memperhatikan ventilasi

(8)

Prinsip Arsitektur Bioklimatik Menurut Kenneth Yeang (Yeang, 1999) 1) Penempatan Core

Penggunaan core bukan hanya sebagai bagian struktur, tapi juga mempengaruhi kenyamanan termal. Penempatan core ganda memiliki banyak keuntungan, dengan memakai dua core dapat dijadikan sebagai penghalang panas yang masuk ke dalam bangunan. Penelitian harus menunjukkan penggunaan pengkondisian udara secara minimum dari penempatan servis core ganda yang tampilan jendala menghadap utara dan selatan, dan core ditempatkan pada sisi timur dan barat. Penerapan ini juga dapat diterapkan pada daerah beriklim sejuk.

Core Pusat Core Ganda Core Tunggal Gambar 3.1 Penempatan Core

Sumber : The Basis for Designing Sustainable Intensive Buildings (Yeang, 1999)

2) Menetukan Orientasi

Orientasi bangunan yang terbaik adalah meletakkan luas permukaan bangunan terkecil menghadap timur – barat memberikan dinding eksternal pada luar ruangan atau pada emperan terbuka. Kemudian untuk daerah tropis peletakan core lebih baik di poros timur-barat. Hal ini dimaksudkan daerah buffer dan dapat menghemat AC dalam bangunan.

3) Penempatan Bukaan Jendela

(9)

maka teras bisa berfungsi sebagai “ruang sinar matahari”, berkumpulnya

panas matahari, seperti rumah kaca.

Gambar 3.2 Penggunaan Kaca Jendela

Sumber : The Basis for Designing Sustainable Intensive Buildings (Yeang, 1999)

Menggunakan kaca jendela yang sejajar dengan dinding luar dan menggunakan kaca dengan sistem Matrical Bioclimatic Window (MBW). MBW didesain sebaai elemen yang fungsinya dikhususkan untuk ventilasi, perlindungan tata surya, penerangan alami dan area visualisasi.

4) Penggunaan Balkon

Menurut Yeang penempatan teras pada bagian dengan tingkat panas yang tinggi dapat mengurangi penggunaan panel-panel anti panas. Hal ini dapat memberikan akses ke teras yang dapat juga digunakan sebagai area evakuasi jika terjadi bencana seperti kebakaran. Karena adanya teras-teras yang lebar akan mudah membuat taman dan menanam tanaman yang dapat dijadikan pembayang sinar alami dan sebagai daerah yang fleksibel akan mudah untuk menambah fasilitas-fasilitas yang akan tercipta dimasa yang akan datang.

5) Membuat Ruang Transisional

(10)

Puncak bangunan seharusnya dilindungi oleh sirip-sirip atap yang mendorong angin masuk ke dalam bangunan. Hal ini juga bisa di desain sebagai fungsi wind scoops untuk mengendalikan pengudaraan alami yang masuk ke dalam bagian gedung.

Gambar 3.3 Penggunaan Ruang Transisional

Sumber : The Basis for Designing Sustainable Intensive Buildings (Yeang, 1999)

6) Desain Pada Dinding

Penggunaan membran yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan dapat dijadikan sebagai kulit pelindung. Pada iklim sejuk, dinding luar harus dapat menahan dinginnya musim dingin dan panasnya musim panas. Pada kasus ini, dinding luar harus seperti pelindung, dengan bagian yang variable yang menyediakan insulasi yang bagus tetapi harus dapat dibuka pada musim kemarau. Pada daerah tropis dinding luar harus bisa digerakkan yang mengendalikan dan cross ventilation untuk kenyamanan dalam bangunan.

Gambar 3.4 Penggunaan Membran Pada Dinding

(11)

7) Hubungan Terhadap Landscape

Menurut Yeang, lantai dasar bangunan tropis seharusnya lebih terbuka keluar dan menggunakan ventilasi yang alami karena hubungan lantai dasar dengan jalan juga penting. Fungsi atrium dalam ruangan pada lantai dasar dapat mengurangi tingkat kepadatan jalan. Tumbuhan dan lanskap digunakan tidak hanya untuk kepentingan ekologis dan estetika, tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih sejuk.

Gambar 3.5 Hubungan Terhadap Lanskap

Sumber : The Basis for Designing Sustainable Intensive Buildings (Yeang, 1999)

8) Menggunakan Alat Pembayang Pasif

Menurut Yeang, pembayang sinar matahari adalah esensi pembiasan sinar matahari pada dinding yang menghadap matahri secara langsung (pada daerah tropis berada disisi timur dan barat) sedangkan

cross ventilation seharusnya digunakan (bahkan diruang ber-AC)

meningkatkan udara segar dan mengalirkan udara panas keluar. Dengan adanya ventilasi, maka udara panas diatas gedung dapat dialirkan ke lingkungan luar sehingga dapat menyegarkan ruangan kembali. Untuk penggunaan wind scoops diletakkan pada pertemuan fasad yang berfungsi sebagai daerah tangkapan angin.

Solar shading Cross ventilation Wind scoops

Gambar 3.6 Sistem Pembayangan dan Penghawaan

(12)

9) Penyekat Panas Pada Lantai

Menurut Yeang, insolator panas yang baikpada kulit bangunan dapat mengurangi pertukaran panas yang terik dengan udara dingin yang berasal dari dalam bangunan. Karakteristik thermal insulation adalah secara utama ditentukan oleh komposisinya. Dengan alasan tersebut maka

thermal insolation dibagi menjadi lima bagian utama yaitu:

· Flake (serpihan) · Fibrous (berserabut)

· Granular (butiran – butiran) · Cellular (terdiri dari sel) · Reflective (memantulkan)

Gambar 3.7 Sistem Pembayangan

Sumber : The Basis for Designing Sustainable Intensive Buildings (Yeang, 1999)

3.3 Keterkaitan Tema dan Judul Proyek

Rumah sakit pemdidikan merupakan bangunan yang didalamnya terdapat berbagai macam aktifitas seperti aktifitas pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian/riset. Setiap aktifitas yang terjadi di dalam rumah sakit harus dilandasi oleh aspek kenyamanan dan keamanan lingkungan agar pengguna bangunan baik ruang dalam maupun ruang luar dapat melakukan aktifitas dengan lancar dan nyaman.

(13)

menciptakan suasanan yang nyaman dan tenang yang dapat membantu proses penyembuhan pasien.

Perancangan bangunan arsitektur bioklimatik ini lebih mengutamakan kenyamanan pengguna, bentuk bangunan berasal dari iklim tropis, penggunaan struktur disesuaikan dengan fungsi bangunan.

Arsitektur bioklimatik juga kaitannya dengan hemat energi sehingga dapat membuat bangunan terasa nyaman. Hal ini juga berkaitan dengan kasus proyek rumah sakit. Rumah sakit dikenal dengan banyak memakai energi baik dari aspek mekanikal/elektrikal, pengkondisisan udara, sanitasi dan sebagainya. Jika tidak dilakukan penghematan energi, maka hal tersebut akan berdampak pada pengguna bangunan baik ruang dalam maupun ruang luar rumah sakit merasa tidak nyaman. 3.4 Penerapan Tema Pada Bangunan

Konsep rumah sakit bertemakan arsitektur bioklimatik dalam kasus proyek Rumah Sakit Pendidikan ini diterapkan dengan tujuan untuk menciptakan rumah sakit pendidikan yang ramah lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Berikut ini adalah penerapan arsitektur bioklimatik pada bangunan rumah sakit pendidikan.

 Penempatan core pada sisi timur dan barat bangunan jika memungkinkan pada site.

 Meminimalkan pembesaran bukaan/ bidang terhadap matahari.

 Adanya ruang transisi pada bagian tengah bangunan sebagai ruang ruang udara (pergerakan udara dan cahaya yang masuk ke dalam bangunan) dan atrium.

 Penggunaan material yang dapat memantulkan radiasi panas matahari.

(14)

3.5 Studi Banding Tema Sejenis 3.5.1 Menara Mesiniaga Malaysia

Gambar 3.8 Menara Mesiniaga

Sumber : www.akdn.org

Menara mesiniaga merupakan kantor pusat IBM di Subang Jaya dekat Kuala Lumpur. Bangunan ini merupakan bangunan hightech yang memiliki tinggi bangunan 15 lantai. Bangunan tunggal dengan tower tinggi yang modern merupakan hasil penelitian arsitek, Kenneth Yeang selama sepuluh tahun tentang prinsip-prinsip desain bangunan tinggi medium. Tiga bagian struktur terdiri dari bagian dasar “hijau” yang dinaikan, sepuluh lantai ruang kantor yang dilingkari balkon taman, hiasan dinding luar sebagai pembayang dan puncaknya dipasang atap matahari (sun roof).

Gambar 3.9 Penggunaan Sun Roof Menara Mesiniaga

(15)

Strategi desain Yeang menggunakan pendekatan ekologi dan lingkungan mengurangi biaya perawatan jangka panjang dengan mengurangi pemakaian energi. Sangat penting bahwa merancang bangunan dengan pendekatan iklim memberikan dimensi estetik bagi pekerjaannya (Yeang) yang tidak ditemukan pada jenis bangunan medium high rise dengan penutup kaca dan pengkondisian udara.

Bangunan ini dirancang dengan tetap mempertahankan konsep ramah lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Untuk itu, menara ini menggunakan banyak kanopi dan kisi-kisi. Dapat dilihat pada gambar,

hightech Menara Mesiniaga setnggi 8 lantai dirancang dengan style modern dan

bertemakan bioklimatik.

Gambar 3.10 Detail Kisi-Kisi Menara Mesiniaga

Sumber : www.akdn.org

(16)

Gambar 3.11 Penggunaan Shading Pada Menara Mesiniaga

Sumber : www.akdn.org

Yeang menyebut pendekatannya dengan “gedung jangkung bioklimatik” yang memberikan kontrol iklim yang peka terhadap hemat energi, termasuk didalamnya menggunakan unsur hijau, pengudaraan dan pencahayaan yang alami secara intensif. Konsistensi untuk meneliti Bioclimatic Architecture untuk merancang gedung tinggi di daerah beriklim tropis. Kepedulian Yeang dalam menggali gedung tinggi secara Bioklimatik bertujuan untuk mengurangi biaya bangunan dengan cara menekan konsumsi energi mengembangkan keuntungan bagi pengguna dengan memberikan nilai-nilai ekologis.

3.5.2 The Roof-Roof House Malaysia

Gambar 3.12 Roof-Roof House

(17)

Bangunan ini juga didesain oleh Yeang dengan tema bioklimatik pada tahun 1984 di Kuala Lumpur, Malaysia. Bangunan ini merupakan tempat tinggal yang ditempati oleh dirinya sendiri dan berada di lingkungan perkebunan karet.

Bagian yang menarik yaitu atap dengan louverd payung atap. Atap melengkung di puncak bangunan berfungsi untuk menyaring cahaya yang masuk ke dalam rumah dan mengatur pencahayaan yang masuk. Pada sore hari, panas matahari dipantulkan ke samping sehingga dapat meminimalkan cahaya yang masuk ke dalam bangunan.

Gambar 3.13 Penggunaan Shading/ Louverd Pada Roof-Roof House

Sumber : Key House of the Twentieth Century: Plans, Section and Elevation (Colin, 2006)

(18)

Gambar 3.14 Potongan Yang Menunjukkan Respon Bangunan Terhadap Cahaya Matahari

Sumber : Key House of the Twentieth Century: Plans, Section and Elevation (Colin, 2006)

Dari penjelasan sebelumnya mengenai penerapan bioklimatik terhadap Menara Mesiniaga dan The Roof-roof House dapat disimpulkan bahwa penerepan arsitektur bioklimatik untuk bangunan tinggi dapat dilakukan dengan cara penggunaan balkon, penggunaan kanopi dan kisi-kisi (sun shading) pada dinding kaca/ jendela kaca, penngunaan sun roof pada puncak bangunan, penempatan

service core pada sisi timur dan barat bangunan. Sedangkan untuk bangunan

(19)

BAB IV

(20)

BAB IV

ANALISA

4.12 Analisa Site

4.12.1 Analisa Kondisi Eksisting

Gambar 4.1 Analisa Kondisi Eksisting

Sumber : Analisis Pribadi, 2016

(21)

4.12.2 Tata Guna Lahan

Berdasarkan RUTRK Kota Sibolga, lokasi kasus proyek ini merupakan Kelurahan Muara Pinang termasuk ke dalam wilayah pengembangan pembangunan dengan peruntukkan lahan sebagai kawasan permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan serta perdagangan dan jasa. Sebagai kawasan kesehatan, lokasi ini sangat potensial untuk dibangun fasilitas kesehatan berupa rumah sakit. Berikut ini adalah peta tata guna lahan pada sekitar lokasi proyek.

Gambar 4.2 Analisa Tata Guna Lahan

(22)

4.12.3 Batas Site

Gambar 4.3 Analisa Batas Site Sumber : Analisis Pribadi, 2016

Umumnya pada Jl. Sisingamangaraja terdapat beberapa bangunan sebagai komersil, salah satunya ruko yang terdapat di sisi timur laut dari site. Ruko ini berlantai 3.

Rumah penduduk Jl. Kader Manik

Jl. Sisingamangaraja

Ruko Umumnya pada Jl. Kader Manik ini

terdapat banyak rumah penduduk yang terdiri dari bangunan 1-2 lantai. Pada sisi tenggara

dari site berbatasan dengan rumah penduduk yang terdiri dari bangunan 1-2 lantai

Pada sisi barat daya dari site berbatasan dengan universitas (STIKes Nauli Husada). Namun masih ada beberapa fungsi yang masih dalam tahap konstruksi yakni gedung rektor, gedung kuliah dan praktek. Sedangkan untuk fasilitas asrama putri dan masjid sudah selesai dibangun.

Rumah penduduk Universitas/Akademik

(23)

4.12.4 Kawasan Sekitar Site

(24)

4.12.5 Analisa Posisi Site Terhadap Beberapa RS di Sibolga

Posisi site sebaiknya mudah dicapai beberapa rumah sakit swasta dan pemerintah sehingga dapat mendukung fungsi Rumah Sakit Pendidikan ini sebagai pusat rujukan dari seluruh Rumah Sakit Umum dan klinik-klinik di Kota Sibolga.

Gambar 4.5 Analisa Posisi Site Terhadap Beberapa Rumah Sakit Umum Sumber : Analisis Pribadi, 2016

4.12.6 Analisa Sirkulasi

Tabel 4.1 Analisa Sirkulasi

D A T A

RS. Dr. FL Tobing

RS. Metta Medika

RS. TNI AD Sibolga

(25)

A

Jl. Sisingamangaraja merupakan jalan utama kota Sibolga. Jalan ini dilalui oleh mobil, sepeda motor dan angkutan umum. Pada Jl. Sisingamangaraja jumlah kendaraan yang lewat lebih banyak dibandingkan Jl. Kader Manik. Jl. Kader Manik dapat dijadikan alternatif main entrance, jalur servis dan entrance ambulans. Sedangkan Jl. Sisingamangaraja dapat dijadikan side entrance, dan juga entrance ambulans. Pada Jl. Sisingamangaraja dan Jl. Kader Manik terdapat tempat pejalan kaki namun kondisinya buruk dan kurang nyaman.

T

Jumlah kendaraan yang lewat pada Jl. Sisingamangaraja relatif banyak.

Jumlah kendaraan yang lewat pada Jl. Kader Manik relatif sedikit

Pedestrian way pada Jl. Sisingamangaraja terlalu sempit dan tidak layak

Masih terdapat penggunaan material tanah pada sisi Jl. Sisingamangaraja

(26)

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

4.12.7 Analisa Kebisingan

Tabel 4.2 Analisa Kebisingan

D

A

T

A

-Entrance utama, jalur servis dan entrance ambulans berada di Jl. Kader Manik. Jalan ini relatif rendah kepadatan kendaraannya sehingga memudahkan ambulans/ pengunjung menuju rumah sakit.

-Side entrance dan entrance utama ambulans berada di Jl.

(27)

A N A L I S A

T

A

N

G

G

A

P

A

N

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

4.12.8 Analisa Pembayangan Matahari

Tabel 4.3 Analisa Pembayangan Matahari

D

A

T

(28)

A

N

A

L

I

S

A

T

A

N

G

G

A

P

A

N

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

4.12.9 Analisa Arah Angin

Tabel 4.4 Analisa Arah Angin

D

A

T

(29)

A

Arah angin terhadap bangunan perlu dipertimbangkan berdasarkan posisi site. Maka angin akan mengenai sisi bangunan yang berada disisi terpanjang site, dengan kecepatan rata-rata pada site ini sekitar 15 km/jam.

T

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

4.13 Analisa Bentuk Dasar Massa

Bentuk-bentuk dasar bangunan dalam buku Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya ( D.K. Ching , 2008) yakni:

Tabel 4.5 Analisa Bentuk Dasar Massa

Jenis Bentuk Kelebihan Kekurangan Segitiga Bentuk stabil dan

berkarakter kuat Mudah digabungkan menjadi bentuk geometris lainnya

Orientasi ruang pada setiap sudut

Pengembangan ruang pada ketiga sisinya

Fleksibelitas ruang kurang

Layout ruang sulit

Segiempat Bentuk statis

Mudah dikembangkan ke segala arah

Orientasi ruang pada

Orientasi cenderung statis

- Pergerakkan Angin dapat dimanfaatkan ke dalam bangunan dengan cross ventilation yakni meningkatkan udara segar dan mengalirkan udara panas ke luar. - Perletakkan posisi-posisi bukaan-bukaan perlu

(30)

keempat posisi pembatasnya

Layout ruang mudah

Ruang memiliki efesiensi yang tinggi karena mudah digabungkan dengan bentuk lain

Lingkaran Bentuk halus

Orientasi ruang memusat dan statis

Relatif indah dilihat dari luar

Sulit dikembangkan Fleksibilitas ruang rendah

Sulit digabungkan dengan bentuk lain

Layout ruang sulit

Sumber: D.K. Ching , 2008

Kesimpulan : Bentuk yang efisien untuk fungsi rumah sakit adalah “Segiempat”

4.14 Analisa Penentuan Kapasitas Tempat Tidur

Berdasarkan peraturan Depkes, persyaratan kebutuhan parkir di rumah sakit kelas C ( > 100). Diasumsikan kapasitas tempat tidur rawat inap rumah sakit pendidikan ini berjumlah 140 tempat tidur. Berikut ini adalah pembagian Tempat Tidur (TT) menurut kelas perawatannya.

- Kelas VIP : 8 % = 10 TT

- Kelas I : 12 % = 48 TT

- Kelas II : 25 % = 36 TT

- Kelas III : 35 % = 42 TT

(31)

4.15 Analisa Kebutuhan Tenaga Pada Rumah Sakit

Berdasarkan pada perbandingan kapasitas tempat tidur, maka penentuan jumlah pengelola adalah sebagai berikut. (Keputusan Menteri Kesehatan No. 262 Tahun 1979)

TT : Tenaga Medis : 9 : 1

TT : Tenaga Keperawatan : 1 : 1

TT : Tenaga Non Keperawatan : 5 : 1

TT : Tenaga Non Medis : 4 : 3

TT : Reseden : 5 : 1

TT : Coass : 2 : 1

Maka jumlah pegawai/pengelola pada rumah sakit pendidikan ini adalah sebagai berikut.

- Jumlah tenaga Medis : 138/9 x 1 = 15 orang - Jumlah tenaga keperawatan : 138/1 x 1 = 138 orang - Jumlah tenaga non keperawatan : 138/5 x 1 = 27 orang - Jumlah tenaga non medis : 138/4 x 3 = 103 orang - Jumlah tenaga reseden : 138/5 x 1 = 27 orang - Jumlah tenaga Coass : 138/2 x 1 = 69 orang Jadi, total jumlah tenaga pada rumah sakit pendidikan ini adalah 379 orang.

4.16 Analisa Kebutuhan Parkir

Berdasarkan jumlah tempat tidur dan jumlah tenaga/pengelola disamping maka kebutuhan parkir rumah sakit pendidikan ini diasumsikan sebagai berikut.

(32)

Jumlah Tempat tidur pada rumah sakit pendidikan ini ± 140 (asumsi), maka kebutuhan parkir mobil :

Kelas VIP 10 TT = 10 mobil Kelas 1 48 TT = 48 mobil Kelas 2 36 TT = 36 mobil Kelas 3 42 TT = 14 mobil Total = 108 parkir mobil

Kebutuhan parkir motor diasumsikan untuk kapasitas 80 sepeda motor.

PARKIR PENGELOLA/TENAGA RUMAH SAKIT

Jumlah tenaga/pengelola rumah sakit sebanyak 358 orang. Asumsi 40 % untuk pengelola/ tenaga yang membawa kendaraan= 379 x 40% = 151

Kendaraan sepeda motor (asumsi 50 %) = 60% x 151 = 90 sepeda motor Kendaraan mobil (asumsi 50%) = 40% x 151 = 60 mobil

Jadi total keseluruhan, kebutuhan parkir sebanyak 168 mobil dan 170

sepeda motor.

4.17 Analisa Pemilihan Material

Sesuai dengan tema bioklimatik, pemilihan penggunaan material sangat mempengaruhi dalam kenyamanan pada bangunan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan analisa pemilihan material yang tepat untuk bangunan rumah sakit dan sesuai dengan tema bioklimatik.

Pemilihan material yang cocok untuk bangunan rumah sakit Pendidikan Nauli Husada Sibolga dengan tema bioklimatik diantaranya adalah

a. Aluminium Composite Panel (ACP)

- Aspek rumah sakit : terlihat rapi dan bersih, mudah diaplikasikan dalam berbagai desain konsep modern, hemat biaya, perawatan mudah.

(33)

b. Sun Shading

- Aspek rumah sakit: perawatan sulit (harus melakukan pembersihan secara rutin dan teliti agar tidak ada debu ataupun kuman yang tertinggal).

- Tema bioklimatik: sangat efektif untuk memantulkan panas dan cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan.

c. Kaca Reflektif

- Aspek rumah sakit: Menjadikan ruangan tampak lebih privasi, perawatan mudah dan terlihat bersih.

- Tema bioklimatik: mampu meredam panas dan memantulkan cahaya matahari hingga 20%.

d. Kaca Filem Rayben/Riben

- Aspek rumah sakit: Menjadikan ruangan tampak lebih privasi, Melindungi perabotan atau bahan yang terbuat dari kain terhadap pemudaran warna dan kerusakan, perawatan mudah dan bangunan terlihat bersih.

- Tema bioklimatik: mampu meredam panas matahari dan memantulkan cahaya matahari hingga 80%.

Dari analisa tersebut dapat disimpilkan bahwa untuk penggunaan kaca pada bangunan rumah sakit lebih tepat mengggunakan kaca film riben.

4.18 Analisa Struktur Bangunan a. Struktur Bawah (Pondasi)

(34)

Tabel 4.6 Analisa Struktur Bawah (Pondasi)

Jenis Pondasi Keterangan

Pondasi tiang pancang - Cukup aman untuk menahan gaya, baik itu gaya vertikal maupun horizontal

- Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (8-20 meter) - Pengerjaan cepat dan mudah

- Bahan dari beton, baja, dan kayu

- Menimbulkan getaran dan bunyi yang relatif besar Pondasi bore pile - Cukup aman untuk menahan gaya vertikal

- Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (>10 meter)

- Pengeboran untuk pengecoran pondasi - Digunakan pada tanah yang tidak keras

- Tidak menimbulkan getaran dan bunyi yang besar - Memerlukan keahlian khusus

- Tidak memakan waktu lama

- Tidak ekonomis

Sumber: Google.com

Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur bawah (pondasi) yang digunakan untuk Rumah Sakit Pendidikan Nauli Husada Sibolga adalah pondasi tiang pancang.

b. Struktur Atas

Pada struktur atas terdapat beberapa bagian yakni:

- Struktur vertikal terdiri dari rangka dan dinding pemikul (dari pasangan batu bata)

- Struktur horizontal terdiri dari plat dasar dan balok - Atap

(35)

c. Bahan Struktur

Bahan struktur terdapat beberapa jenis diantaranya adalah beton, baja dan komposit. Berikut ini adalah analisa bahan struktur yang tepat digunakan untuk bangunan Rumah Sakit Pendidikan Nauli Husada Sibolga.

Tabel 4.7 Analisa Bahan Struktur

Kriteria Beton Baja Komposit

Unsur Agregat kasar/halus, air, dansemen

Besi, karbon,

oksigen Beton dan baja

Sifat Mudah dibentuk,

praktis Kaku Relatif fleksibel

Kekuatan Gaya tekan Gaya tarik Gaya tekan dan tarik Daya tahan

Keahlian Menengah Ahli khusus Ahli khusus

Pelaksanaan Bertahap di lapangan

Singkat, pabrikan

Singkat, pabrikan atau lapangan

Jenis Bertulang,

praktekan

Balok, kolom, lantai, dinding core

Sumber: Google.com

(36)

4.19 Analisa Utilitas

Tabel 4.8 Analisa Utilitas

D

A

T

A

A N A L I S A

(37)
(38)

4.20 Analisa Pelaku Kegiatan

Analisa pelaku kegiatan ini berdasarkan pelaku kegiatan yang terdapat di Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C (Depkes RI, 2007).

- Instalasi Rawat Jalan

Diagram 4.1 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Rawat Jalan Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(Depkes RI, 2007)

- Instalasi Gawat Darurat

Diagram 4.2 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(39)

- Instalasi Rawat Inap

Diagram 4.3 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Rawat Inap Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(Depkes RI, 2007)

- Instalasi Perawatan Intensif (ICU)

Diagram 4.4 Analisa Pelaku Kegiatan di ICU

(40)

- Instalasi Bedah Sentral

Diagram 4.5 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Bedah Sentral Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(Depkes RI, 2007)

- Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Diagram 4.6 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(41)

- Instalasi Rehabilitas Medik

Diagram 4.7 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Rehabilitasi Medik Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(Depkes RI, 2007)

(42)

Alur Film

Diagram 4.8 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Radiologi Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(Depkes RI, 2007)

- Instalasi Laboratorium

Diagram 4.9 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Laboratorium Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(43)

- Instalasi Farmasi

Diagram 4.10 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Farmasi Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(44)

- Instalasi Pemusalaran Jenazah

Diagram 4.11 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Pemusalaran Jenazah Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(Depkes RI, 2007)

- Instalasi CSSD

Diagram 4.12 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi CSSD Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(45)

- Instalasi Gizi/ Dapur

Diagram 4.13 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Gizi/Dapur Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(Depkes RI, 2007)

- Instalasi Mekanikal/ Elektrikal

Diagram 4.14 Alur Kegiatan di instalasi mekanikal dan elektrikal Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(46)

- Instalasi Pencucian Linen/ Laundry

Diagram 4.15 Analisa Pelaku Kegiatan di Instalasi Pencucian Linen (Laundry) Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(Depkes RI, 2007)

4.21 Analisa Kebutuhan Ruang Dan Luasan Ruang 1. Instalasi Rawat Jalan

(47)

Administrasi

10 Ruang Tindakan Poli Mata

12 Ruang Tindakan Penyakit Syaraf

12~25 m2 /

poli PTSPRSKC 3 orang 1 12 m

2

(48)

2. Instalasi Rawat Inap

Tabel 4.10 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Rawat Inap

Ruang Perawatan : Kelas VIP (1 tt)

140 tt terdiri dari:

3 Ruang Konsultasi

(49)

3. Pelayanan ICU

Tabel 4.11 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada ICU

No. Nama Ruangan Standar

Daerah Rawat Pasien ICU:

- Daerah rawat pasien non isolasi - Daerah rawat 12 Gudang Bersih (Clean

Utility) 4-12 m

2

PTSPRSKC 2 orang 1 8 m2 13 Gudang Kotor (Dirty

Utility) 4-6 m

(50)

4. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Tabel 4.12 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Gawat Darurat (IGD)

1 Ruang Administrasi dan pendaftaran

3~5 m2/ 5 Ruang Persiapan

Bencana Massal

(51)

18 R. Co-Ass Dokter 9-16 m2 PTSPRSKC 8 orang 1 28 m2

(Dirty Utility) 4-6 m

2 PTSPRSKC 2 orang 3 15 m2

24 Toilet (petugas, pengunjung)

@ 2 m2– 3

m2 PTSPRSKC 1 orang 4 12 m

2

25

R. Parkir Troli, Brankar

(R. Perlengkapan)

Min. 12 m2 PTSPRSKC 2 orang 1 12 m2

Jumlah 530 m2

Sirkulasi 45% 238,50 m2 Total 768,50 m2

5. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Tabel 4.13 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan

No. Nama Ruangan Standar 9 Ruang Resusitasi

Neonatus Min. 9 m

2 PTSPRSKC 8 tt 1 12 m2

10 Gudang Steril

(clean utility) 4-12 m

2 PTSPRSKC 2 orang 1 9 m2

11 Gudang Kotor

(dirty utility) 4-6 m

2 PTSPRSKC 2 orang 1 6 m2

12 Ruang Linen

Bersih 4-12 m

(52)

13 Ruang Linen

Perawat/Petugas 9-16 m

2 PTSPRSKC 8 orang 1 16 m2 Sirkulasi 45% 153,45 m2

Total 494,45 m2

6. Instalasi Bedah Sentral

Tabel 4.14 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Bedah Sentral (scrub station)

Min. 3 m2 PTSPRSKC 2 orang 3 9 m2 4 Ruang Persiapan Min. 9 m2 PTSPRSKC 3 tt 2 25 m2 5 Ruang Anaestesi

(Ruang Induksi) Min. 9 m

Sub Spesialistik Min. 36 m

(53)

10 Gudang Kotor

(dirty utility) 4-6 m

2 PTSPRSKC 2 orang 1 6 m2

Perawat/Petugas 9-16 m

2 PTSPRSKC 8 orang 1 16 m2 Sirkulasi 45% 208,35 m2

Total 671,35 m2

7. Laboratrium

Tabel 4.15 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Laboratorium

No. Nama Ruangan Standar

Rekam Medis Min.20 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 20 m2

Patologi Klinik Min. 16 m

2 PTSPRSKC 4 orang 1 16 m2

6 Laboratorium

(54)

8 Ruang Staff/ dan Bahan Habis Pakai

8. Instalasi Radiologi

Tabel 4.16 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Radiologi

No. Nama Ruangan Standar Pasien & Pengantar Pasien 4 Ruang Konsultasi

Dokter 9-16 m

(55)

Ruang Operator/

Radiografer Min. 6 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 16 m2 Sirkulasi 45% 123,30 m2

Total 397,30 m2

9. Instalasi Rehabilitasi Medik

Tabel 4.17 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Rehabilitasi Medik

1 Loket Pendaftaran

dan Pendataan Min. 8 m 3 Ruang Tunggu Pasien

dan Pengantar Pasien

1~1,5 m2/orang (Min. 16 m2)

PTSPRSKC 16 orang 1 16 m2 4 Ruang Pemeriksaan/

Penilaian Dokter 12-25 m

2 PTSPRSKC 3 orang 2 24 m2 Okupasi dan Terapi Vokasional

(56)

7

Ruang Fisioterapi a. Ruang Fisioterapi

Pasif

b. Ruang Fisioterapi Aktif 9 Ruang Staff/ Petugas

RM 9-16 m

2 PTSPRSKC 6 orang 1 16 m2

10 Gudang Peralatan

RM 6-16 m

Sirkulasi 45% 118,80 m2 Total 382,80 m2

10. Instalasi Farmasi

Tabel 4.18 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Farmasi

No. Nama Ruangan Standar

Konter Apotik (Loket Penerimaan,

Instalasi Farmasi 6- 9 m

2

(57)

5 Ruang Staff 9-16 m2 PTSPRSKC 5 orang 1 16 m2

8 Ruang Peracikkan

Obat Min. 6 m 12 Gudang Perbekalan

dan Alat Kesehatan Min. 10 m

2 PTSPRSKC 2 orang 1 12 m2

13 R. Dikusi 12-30 m2 PTSPRSKC 12 orang 1 25 m2 Jumlah 174 m2 Sirkulasi 45% 78,30 m2

Total 252,30 m2

11. Administrasi/ Office

Tabel 4.19 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Administrasi/ Office

No. Nama Ruangan Standar

Keperawatan 6-16 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 12 m2

7 R. Bagian

Keperawatan 12-30 m

2 PTSPRSKC 8 orang 1 25 m2

8 R. Kepala Bagian

Pelayanan 6-16 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 12 m2

9 R. Bagian Pelayanan 12-30 m2 PTSPRSKC 8 orang 1 25 m2 10 R. Kepala Bagian

Keuangan & Program 6-16 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 12 m2

11 R. Bagian Keuangan

& Program 12-30 m

2 PTSPRSKC 8 orang 1 25 m2

12

R. Kepala Bagian Keskretariatan dan Rekam Medis

(58)

13

Pengawasan Internal) 12-30 m

2 PTSPRSKC 6 orang 1 16 m2

12. Instalasi Jenazah

Tabel 4.20 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Jenazah

(59)

13. Instalasi Gizi/Dapur

Tabel 4.21 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Gizi/ Dapur

R. Penerimaan dan Pertimbangan Bahan 6 Ruang Pembagian/

Penyajian Makanan Min. 9 m

2 PTSPRSKC 6 orang 1 16 m2

7 Dapur Susus/ Laktasi

Bayi Min.4 m

2 PTSPRSKC 10 orang 1 6 m2

8 Ruang Cuci Min. 9 m2 PTSPRSKC 3 orang 1 9 m2 9 Ruang Penyimpanan

Troli Gizi Min. 6 m

2 PTSPRSKC 1 orang 1 9 m2

10 Ruang Penyimpanan

Peralatan Dapur Min. 9 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 9 m2

11 Ruang Ganti Alat

Pelindung Diri Min. 6 m

2 PTSPRSKC 1 orang 2 12 m2

12 Ruang Administrasi

3~5 m2/petugas (Min. 6 m2)

PTSPRSKC 4 orang 1 12 m2 13 Ruang Kepala

Instalasi Gizi Min. 6 m

2

PTSPRSKC 4 orang 1 12 m2 14 Ruang Pertemuan

(60)

14. Instalasi CSSD

Tabel 4.22 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi CSSD

No. Nama Ruangan Standar

R. Administrasi, Loket penerimaan &

Pencatatan

8-25 m2 PTSPRSKC 3 orang 1 10 m2 2 Ruang Dekontaminasi Min. 30 m2 PTSPRSKC 5 orang 1 30 m2 3 Ruang Pengemasan

Alat Min. 16 m

2 PTSPRSKC 5 orang 1 16 m2

4 Ruang

Prosesing/Produksi Min. 9 m

2 PTSPRSKC 5 orang 1 16 m2

5 Ruang Sterilisasi 9-16 m2 PTSPRSKC 5 orang 1 16 m2 6 Gudang Steril 12-25 m2 PTSPRSKC 3 orang 1 12 m2 7 Gudang Barang/ Linen/

Bahan Perbekalan Baru 4-16 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 9 m2

Perlengkapan Min. 6 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 8 m2

10 Ruang Kepala Instalasi

CSSD Min. 6 m

15. Instalasi Pencucian Linen/Laundry

Tabel 4.23 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Laundry

No. Nama Ruangan Standar Loket penerimaan & Pencatatan

(61)

2 Ruang Penyortiran/

Perendaman Linen 9-16 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 12 m2

3 Ruang Perbaikan

Linen 9-16 m Linen Bersih & Distribusi

9-25 m2 PTSPRSKC 3 orang 1 20 m2 7 Ruang Kepala

Instalasi Laundry Min. 6 m

2 PTSPRSKC 5 orang 1 12 m2

16. Instalas Mekanikal/Elektrikal (IPSRS)

Tabel 4.24 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada M/E (IPSRS)

No. Nama Ruangan Standar Ruang Kerja Staf

3~5 Gambar dan Arsip Teknis

Min. 9 m2 PTSPRSKC 3 orang 1 9 m2 6 Bengkel/Workshop

Bangunan/ Kayu Min. 9 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 9 m2

7 Bengkel/Workshop

metal/ logam Min. 9 m

2

(62)

PeralataN Medik 9 Bengkel/Workshop

Penunjang Medik Min. 16 m

2 PTSPRSKC 3 orang 1 16 m2

17. Fasilitas Penunjang

Tabel 4.25 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Fasilitas Penunjang

No. Nama Ruangan Standar

Keamanan Pusat 20 m

2

Sumber : Analisa Pribadi, 2016

Keterangan:

PTSPRSKC : Pedoman Teknis Fasilitas Rumah Sakit Kelas C NDA : Neufert Data Arsitek

(63)
(64)

BAB V

(65)

BAB V

KONSEP

5.1Konsep Tapak

Gambar 5.1 Konsep Tapak

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

Perencanaan tapak pada rumah sakit ini terdiri dari zona publik, semi publik dan servis. Zona publik terdapat pada area Jl. Kader Manik yang berfungsi sebagai entrance depan, zona semi publik terdapat pada area Jl. Sisingamangaraja berfungsi sebagai entrance IGD (ambulans) dan side entrance dan area servis terletak di belakang bangunan atau berada pada arah tenggara dari site. Pada area servis ini terdiri dari gedung parkir, office, ruang genset, ruang sentra gas medik, IPAL, incinerator dan TPS.

5.2Konsep Sirkulasi

Rumah sakit ini memiliki 2 entrance menuju site yakni entrance utama yang terletak di Jl. Kader Manik dan entrance IGD terletak di Jl. Sisingamangaraja. Pada Jl. Kader Manik juga terdapat entrance menuju IGD. Sehingga akses menuju site dapat dicapai dari kedua jalan tersebut.

(66)

yang dapat dicapai dari Jl. Kader Manik. Pada site ini juga terdapat entrance untuk menghubungkan antara STIKes Nauli Husada dengan rumah sakit pendidikan. Entrance ini berada pada sisi barat daya dari site.

Gambar 5.2 Konsep Sirkulasi

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

5.3Konsep Bentukkan Massa

Bentuk massa bangunan berasal dari perpaduan persegi dan persegi panjang serta respon terhadap iklim setempat. Pemilihan bentuk dari perpaduan persegi dan persegi panjang dikarenakan lebih efisien dan efektif dalam penyusunan ruang-ruang di dalam rumah sakit.

Gambar 5.3 Bentuk Dasar Massa

(67)

Penerapan Tema pada Bentuk Bangunan

Penerapan tema arsitektur bioklimatik pada rumah sakit pendidikan ini yakni meminimalkan perlakuan aliran panas dengan cara membuat void (innercourt), mendesain taman pada area tertentu sehingga dapat membantu mengurangi suhu panas pada bangunan.

Gambar 5.4 Penerapan Tema Pada Bentuk Bangunan

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

5.4Konsep Penggunaan Material

(68)

Gambar 5.5 Konsep Penggunaan Material

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

5.5Konsep Zoning Pada Rumah Sakit Zoning Lantai 1

(69)

Zoning Lantai 2

Gambar 5.7 Konsep Zoning Lantai 2 Sumber: Analisis Pribadi, 2016

Zoning Lantai 3

(70)

Zoning Lantai 4

Gambar 5.9 Konsep Zoning Lantai 4 Sumber: Analisis Pribadi, 2016

Zoning Lantai 5

(71)

5.6 Konsep Sistem Struktur

Gambar 5.11 Konsep Struktur Sumber: Analisis Pribadi, 2016

Struktur yang digunakan pada rumah sakit ini adalah sistem struktur

rigid frame. Dengan menggunakan kolom beton bertulang berukuran 60x60,

(72)

5.7 Konsep Utilitas

Sistem Air Bersih

(73)

Sistem Air Panas

Gambar 5.13 Konsep Sistem Air Panas Sumber: Analisis Pribadi, 2016

Sistem Air Limbah Padat

(74)

Sistem Air Limbah Cair

Gambar 5.15 Konsep Sistem Air Limbah Cair Sumber: Analisis Pribadi, 2016

Sistem Air Limbah Khusus

(75)

Sistem Elektrikal

Gambar 5.17 Konsep Sistem Elektrikal

(76)

Sistem Pengkondisian Udara

Gambar 5.18 Konsep Sistem Pengkondisian Udara

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

(77)

Gambar 5.19 Konsep Sistem Gas Medik

(78)

BAB VI

(79)

BAB VI

HASIL PERANCANGAN

Berikut ini adalah kesimpulan dari perencanaan terhadap hasil perancangan. a. Rumah sakit pendidikan STIKes Nauli Husada Sibolga direncanakan/

dirancang sesuai dengan prinsip dasar rumah sakit pendidikan yakni rumah sakit pendidikan satelit yang setara dengan rumah sakit kelas C. Rumah sakit kelas C ini terdiri dari 4 pelayanan spesialis dasar (penyakit dalam, anak, bedah, kebidanan dan kandungan) dan 4 pelayanan penunjang lainnya (dapat dilihat pada Bab II hal. 13). Sedangkan untuk hasil perancangannya dapat dilihat pada hal. 164-170.

b. Rumah sakit pendidikan STIKes Nauli Husada Sibolga dirancang untuk dapat menampung semua kegiatan pengguna baik pasien, dokter, staf rumah sakit maupun mahasiswa. Hal ini dilakukan dengan menyediakan sarana maupun prasarana di rumah sakit seperti disediakan ruang diskusi untuk dokter, staf rumah sakit dan mahasiswa, ruang jaga Co-ass, ruang seminar, ruang skill lab dan audiovisual dan fasilitas lainnya (dapat dilihat pada hal. 129-145). Sedangkan untuk hasil perancangannya dapat dilihat pada hal. 164-170. c. Rumah sakit pendidikan STIKes Nauli Husada Sibolga dirancang dengan

(80)

cahaya dan panas matahari atau dapat dikenal sebagai kanopi (dapat dilihat pada hal. 149-150 dan gambar 6.1). Untuk Hasil perancangan dapat dilihat pada hal 173-175.

Gambar 6.1 Penerapan Tema Pada Hasil Perancangan

(81)

(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)

BAB II

(112)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1Terminologi Judul

Adapun judul dari perencanaan kasus proyek ini adalah “Rumah Sakit

Pendidikan Nauli Husada Sibolga”. Berikut ini merupakan penjelasan terhadap

judul kasus:

a. Rumah Sakit Pendidikan

 Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran/ bidang kesehatan lainnya pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi (Wijono, 1997).

 Rumah Sakit Pendidikan sebagai Rumah Sakit yang berhubungan erat dengan Pendidikan Kedokteran dan berfungsi dalam pendidikan praktik untuk mahasiswa kedokteran, “internship” dan residen atau peserta pendidikan spesialis (Hutchinson & Wikipedia Encyclopedia).

 Rumah Sakit Pendidikan sebagai Rumah Sakit yang dikelola oleh suatu universitas untuk pendidikan mahasiswa kedokteran, program pendidikan pasca sarjana dan penelitian klinis (Blumenthal, Weissman, and Campbell, 1997).

 Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya (Depkes RI, 2009). b. Nauli Husada merupakan sebuah yayasan perguruan tinggi swasta Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan.

c. Sibolga merupakan Salah satu Kota yang berada di Sumatera Utara (KBBI, 2002).

Berdasarkan pengertian di atas maka Rumah Sakit Pendidikan Nauli Husada

Sibolga adalah rumah sakit umum yang juga terkait dengan kegiatan penelitian/

(113)

2.2 Tinjauan Umum Terhadap Rumah Sakit 2.2.1 Rumah Sakit

2.2.1.1 Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Jenisnya

Menurut Peraturan RI No. 159b/MenKes/Per/1998 tentang Rumah Sakit terdapat beberapa jenis penggolongan rumah sakit menurut jenisnya yakni:

a.

Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.

b.

Rumah Sakit Terspesialisasi

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain. Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan ataupun hanya satu bangunan.

c.

Rumah Sakit Pendidikan

(114)

d.

Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum.

e.

Klinik

Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.

2.2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit Menurut Kelasnya

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi beberapa bagian kelas yaitu:

a)

Rumah sakit Kelas A

(115)

b)

Rumah Sakit Kelas B

Merupakan rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibuKota propinsi (provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B. Tempat tidur minimal 200 buah.

c)

Rumah sakit kelas C

Merupakan rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik. Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten/Kota (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. Tempat tidur minimal 100 buah.

d)

Rumah Sakit Kelas D

Merupakan rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari puskesmas. Tempat tidur minimal 50 buah.

2.2.2 Rumah Sakit Pendidikan

2.2.2.1 Pengertian Rumah Sakit Pendidikan

(116)

2.2.2.2 Fungsi Rumah Sakit Pendidikan

Fungsi rumah sakit pendidikan adalah menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan penelitian atau tempat latihan tenaga medik dan paramedik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan (Peraturan Menkes RI, 1988).

2.2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Pendidikan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Rumah Sakit Pendidikan terdapat beberapa jenis standar rumah sakit pendidikan yakni:

 Rumah Sakit Pendidikan Utama

RS Pendidikan yang minimal mempunyai 4 pelayanan spesialis dasar (penyakit dalam, anak, bedah, kebidanan dan kandungan) dan 11 pelayanan spesialis lainnya. Rumah sakit pendidikan ini sama dengan rumah sakit kelas B.

 Rumah Sakit Pendidikan Afilasi (Eksilensi)

RS Pendidikan yang mempunyai minimal 1 disiplin ilmu yang merupakan pusat unggulan atau kekhususan.

Rumah Sakit Pendidikan Satelit

(117)

2.2.3 Rumah sakit kelas C

2.2.3.1 Sarana dan Prasarana Rumah sakit kelas C

Menurut Depkes pada Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah

sakit kelas C, terdapat pengelompokkan area fasilitas dan alur sirkulasi pada

rumah sakit kelas C, yakni:

a. Area Pelayanan Medik dan Perawatan, area ini terdapat beberapa instalasi yakni:

- Instalasi rawat jalan

- Instalasi gawat darurat (IGD) - Instalasi rawat inap

- Instalasi perawatan intensif (ICU) - Instalasi bedah

- Instalasi Kebidanan dan penyakit kandungan - Instalasi reahbilitasi medik

- Instalasi Radiologi

b. Area Penunjang dan Operasional, area ini terbagi menjadi dua yakni:

 Penunjang Medik, terdiri dari: - Instalasi farmasi

- Laboratorium

- Pemulasaran Jenazah

 Penunjang Non Medik, terdiri dari: - Instalasi sterilisasi pusat (CSSD) - Instalasi gizi/dapur

- Instalasi pencucian linen (laundry) - Instalasi sanitasi

c. Area Administrasi dan Manajemen, area ini terdiri dari: - Unsur pimpinan rumash sakit

- Unsur pelayanan medik

(118)

- Unsur pendidikan dan pelatihan - Administrasi umum dan keuangan

- SDM

- Komite medik

Berikut ini merupakan diagram pengelompokan area sarana dan prasarana pada rumah sakit kelas C.

Diagram 2.1 Pengelompokkan Area Sarana dan Prasarana Pada Rumah Sakit Kelas C

Sumber: Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C (Depkes RI, 2007) AREA PELAYANAN MEDIK

DAN PERAWATAN

1. Instalasi Rawat Jalan 2. Instalasi Gawat Darurat 3. Instalasi Rawat Inap 4. Instalasi Perawatan

Intensif (ICU/ ICCU/ FICU/ NICU) 5. Instalasi Bedah

6. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan 7. Instalasi Rehabilitasi

Medik

8. Instalasi Radiologi

AREA PENUNJANG DAN OPERASIONAL

PENUNJANG MEDIK 1. Instalasi Farmasi 2. Laboratorium 3. Pemulasaran Jenazah PENUNJANG NON MEDIK

1. Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD)

2. Instalasi Gizi / Dapur 3. Instalasi Pencucian

Linen (Laundry) 4. Instalasi Sanitasi

AREA ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

1. Unsur Pimpinan Rumah Sakit

2. Unsur Pelayanan Medik 3. Unsur Pelayanan

Penunjang Medik 4. Pelayanan Keperawatan 5. Unsur Pendidikan dan

Pelatihan

6. Administrasi Umum dan Keuangan

7. SDM

8. Komite Medik Area Sarana & Prasarana Pada Rumah

(119)

Berikut ini merupakan diagram alur sirkulasi pada rumah sakit kelas C.

Diagram 2.2 Alur Sirkulasi Pada Rumah Sakit Kelas C

(120)

Berikut ini merupakan deskripsi kebutuhan ruang, luasan ruang dan persyaratan pada setiap instalasi rumah sakit kelas C yakni:

1) Instalasi Rawat Jalan

Kebutuhan sarana pelayanan instalasi rawat jalan pada rumah sakit kelas C terdiri dari:

1) Poli Umum, terdiri dari 4 Klinik Spesialistik dasar, antara lain :

o Klinik Penyakit Dalam o Klinik Anak

o Klinik Bedah

o Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

2) Klinik tambahan/pelengkap antara lain:

o Klinik Mata

o Klinik Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) o Klinik Gigi dan Mulut

o Klinik Kulit dan Kelamin o Klinik Syaraf

o Klinik Jiwa

o Klinik Rehabilitasi Medik o Klinik jantung

o Klinik Paru

(121)

Berikut ini merupakan tabel kebutuhan ruang, luasan ruang dan persyaratan pada instalasi rawat jalan yakni:

Tabel 2.1 Kebutuhan Ruang, Luasan Ruang dan Persyaratan Pada

Instalasi Rawat Jalan

No. Nama Ruangan Fungsi Kebutuhan

Ruang/Luas

1 Ruang Tunggu Utama

Ruang tunggu pasien (dan pengantar pasien) saat melakukan pendaftaran

1~1,5 m2/ orang (min. 12 m2)

2 Ruang Administrasi :

Ruang ini digunakan untuk

menyelenggarakan kegiatan administrasi, meliputi :

3~5 m2/ petugas (min. 16 m2)

• Area Informasi 1. Pendataan pasien rawat jalan

• Area Pendaftaran 2. Pembayaran biaya pelayanan medik.

Pasien.

• Area

Pembayaran/Kasir

3 Ruang Pengendali ASKES

Tempat kegiatan administratif ASKES Rumah Sakit dilaksanakan.

3~5 m2/ petugas (min. 12 m2)

4 Ruang Rekam Medis

Tempat menyimpan informasi tentang identitas pasien, diagnosis, perjalanan penyakit, proses pengobatan dan tindakan medis serta dokumentasi hasil pelayanan. Biasanya langsung berhubungan dengan loket pendaftaran.

12~16 m2/ 1000 kunjungan pasien /

hari ( untuk 5 tahun)

5 Ruang Tunggu Poli

Ruang di mana keluarga atau pengantar pasien menunggu panggilan di depan ruang poliklinik.

1~1,5 m2/ orang (min.4 m2/poli)

6 Ruang Periksa & Konsultasi (Klinik)

Ruang tempat dokter spesialis melakukan

pemeriksaan dan konsultasi dengan pasien 12~25 m2/ poli 7

Ruang Tindakan Poli Penyakit Dalam

Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien penyakit dalam oleh dokter Sp.Pd.

12~25 m2/ poli

8

Ruang Tindakan / Diagnostik Poli Anak

Ruang tempat melakukan tindakan atau

(122)

10

Ruang Tindakan/ Diagnostik Poli Bedah

Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, pengobatan, tindakan terhadap pasien.

Ruang tempat melakukan tindakan atau

diagnostic kebidanan terhadap pasien. 12~25 m2/ poli

12

Ruang Tindakan/ Diagnostik Poli Umum

Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien oleh dokter umum.

Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien penyakit mata.

Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien penyakit THT.

12~25 m2/ poli

15

Ruang Tindakan/ Diagnostik Poli Gigi dan Mulut

Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien penyakit gigi dan mulut.

12~25 m2/ poli

16

Ruang Tindakan/ Diagnostik Poli Kulit dan Penyakit Kelamin

Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien penyakit kulit dan kelamin.

12~25 m2/ poli

17

Ruang Tindakan/ Diagnostik Poli Syaraf

Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien penyakit syaraf

Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien kejiwaan.

12~25 m2/ poli

19 Toilet (petugas,

pengunjung) KM/WC

@ KM/WC pria/ wanita luas +2 – 3

m2 (min.untuk pasien dapat berjalan & maks.

untuk pasien berkursi roda)

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(123)

Persyaratan Khusus:

- Letak Poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian administrasi, terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan dekat dengan apotek, bagian radiologi dan laboratorium.

- Ruang tunggu di poliklinik, harus cukup luas. Diusahakan ada pemisahan ruang tunggu pasien untuk penyakit infeksi dan non infeksi.

- Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasi masuk dan keluar pasien pada pintu yang sama).

- Letak poli jauh dari ruang incenerator, IPAL dan bengkel ME.

Berikut ini adalah alur kegiatan di instalasi rawat jalan berdasarkan Pedoman

Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C (Depkes RI, 2007).

Diagram 2.3 Alur Kegiatan di Instalasi Rawat Jalan

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C

(124)

2) Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Kebutuhan sarana pelayanan instalasi gawat darurat pada rumah sakit kelas C terdiri dari:

- Program Pelayanan pada UGD : True Emergency (Kegawatan darurat).

a. False Emergency (Kegawatan tidak darurat). b. Cito Operation.

c. Cito/ Emergency High Care Unit (HCU). d. Cito Lab.

e. Cito Radiodiagnostik. f. Cito Darah.

g. Cito Depo Farmasi.

- Pelayanan Kegawatdaruratan pada UGD : a. Pelayanan Kegawatdaruratan Bedah b. Pelayanan Kegawatdaruratan Obgyn c. Pelayanan Kegawatdaruratan Anak

d. Pelayanan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam e. Pelayanan Kegawatdaruratan Kardiovaskuler

Berikut ini merupakan tabel kebutuhan ruang, luasan ruang dan persyaratan pada instalasi gawat darurat yakni:

Tabel 2.2 Kebutuhan Ruang, Luasan Ruang dan Persyaratan Pada

Instalasi Gawat Darurat

No. Nama Ruangan Fungsi

Kebutuhan Ruang/Luas

A. RUANG PENERIMA

1

Ruang Administrasi dan loket

pendaftaran

Ruang ini digunakan untuk

menyelenggarakan kegiatan administrasi, meliputi :

1. Pendataan pasien IGD

2. Penandatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien IGD.

(125)

3. Pembayaran biaya pelayanan medik.

2 Ruang Tunggu Pengantar Pasien

Ruang di mana keluarga/ pengantar pasien menunggu. Ruang ini perlu disediakan tempat duduk dengan jumlah yang sesuai aktivitas pelayanan.

1~1,5 m2/ orang (min. 16 m2)

3 Ruang Rekam Medis

Tempat menyimpan informasi tentang identitas pasien, diagnosis, perjalanan penyakit, proses pengobatan dan tindakan medis serta dokumentasi hasil pelayanan. Biasanya langsung berhubungan dengan loket pendaftaran.

Sesuai kebutuhan

4 Ruang Triase

Ruang tempat memilah-milah tingkat kegawatdaruratan pasien dalam rangka menentukan tindakan selanjutnya terhadap pasien, dapat berfungsi sekaligus sebagai ruang tindakan.

Min. 16 m2

5 Ruang Persiapan Bencana Massal

Ruang tempat persiapan penanganan pasien korban bencana massal.

Min. 3 m2/ pasien bencana

B. RUANG TINDAKAN

6 R. Resusitasi

Ruangan yang dipergunakan untuk melakukan tindakan resusitasi terhadap pasien.

12-20 m2

7 R. Tindakan Bedah

Ruang untuk melakukan tindakan bedah

ringan pada pasien. Min. 16 m2

8 R. Tindakan Non Bedah

Ruang untuk melakukan tindakan non

bedah pada pasien. 12-25 m2

9

R. Tindakan Anak R.Tindakan Kebidanan

Ket : kedua ruangan ini bisa digabung atau dipisah.

Ruang untuk melakukan tindakan medis pada pasien anak.

Ruang untuk melakukan tindakan kebidanan pada pasien.

12-25 m2 12-25 m2

10

R. Operasi (R. Persiapan dan kamar Operasi) :

Ket : boleh ada/tidak

Gambar

Tabel 4.6 Analisa Struktur Bawah (Pondasi)
Tabel 4.7 Analisa Bahan Struktur
Tabel 4.8 Analisa Utilitas
Tabel 4.9   Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasan Ruang Pada Instalasi Rawat Jalan
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada Bangunan Gedung Rumah Sakit Umum di Kota Sorong dengan. bagian pemeliharaan Bangunan Gedung Rumah Sakit

Suatu bangunan yang baik juga memperhatikan perancangan stuktur pada bangunan tersebut, Rumah Sakit Anak sebagai bangunan publik tentunya harus memperhatikan jenis sistem

7.6 Perancangan Bangunan Terdapat 2 lantai pada perancangan rumah sakit hewan malang, lantai pertama dibagi menjadi 3 bagian, yaitu ruang kantor, klinik atau fasilitas kesehatan

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYAN RUMAH SAKIT INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYAN RUMAH SAKIT.. (IPKP)

Suatu bangunan yang baik juga memperhatikan perancangan stuktur pada bangunan tersebut, Rumah Sakit Ibu dan Anak sebagai bangunan publik tentunya harus memperhatikan jenis

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Johannes Kupang, yang terletak di jalan Mochamad Hatta merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat kota Kupang dan sekitarnya.

Di Rumah Sakit Pendidikan tentunya pelayanan lebih baik dibanding non pendidikan, karena di Rumah Sakit Pendidikanlah tempat berkecimpung guru-guru andalan Ilmu Kedokteran yang

bahwa kemampuan pelayanan rumah sakit harus didukung dengan ketersediaan bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, yang memenuhi persyaratan teknis untuk pemberian pelayanan kesehatan