• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Penggunaan Lidokain Dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 Dan Artikain Dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 Pada Perubahan Tekanan Darah Pasien Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Penggunaan Lidokain Dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 Dan Artikain Dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 Pada Perubahan Tekanan Darah Pasien Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU Tahun 2016"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE (CV)

Nama Lengkap : Samueal Durairaj A/L Kanaisan

JenisKelamin : Laki-Laki

Tempat/TanggalLahir : Malaysia / 10 Oktober 1992

Kewarganegaraan : Malaysia

Agama : Hindu

Status Perkahwinan : Belum Menikah

Alamat : No 111, Jl Sei Padang, Medan.

Telepon/HP : 087869410115

(2)

PENDIDIKAN

1999-2004 : Sekolah Kebangsaan Taming Jaya

2005-2009 : Sekolah Menengah Kebangsaan Bandar Damai

Perdana

2010-2011 : Tunku Abdul Rahman University College

(3)
(4)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam hormat,

Saya yang bernama Samueal Durairaj A/L Kanaisan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU, ingin melakukan penelitian tentang “Perbandingan Penggunaan Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 pada Perubahan Tekanan Darah Pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui perbandingan penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 pada perubahan tekanan darah pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

Anestesi lokal yang digunakan di kedokteran gigi pada umumnya menggunakan anestesi yang mengandung vasokonstriktor, karena memberikan beberapa manfaat yaitu mempunyai efek samping yang relatif sedikit, menambah durasi kerja anestesi lokal serta mengontrol pendarahan selama perawatan. Pengukuran tekanan darah tidak hanya dilakukan terhadap pasien yang diduga hipertensi saja, tetapi dapat dilakukan pada semua pasien bedah mulut. Pemeriksaan ini juga dapat dipakai untuk mencegah kejadian-kejadian yang merugikan sewaktu atau sesudah dilakukan perawatan gigi.

Proses penelitian memerlukan kerjasama yang baik dari Saudara untuk meluangkan sedikit waktunya. Saya akan melakukan pengukuran tekanan darah Saudara saat sebelum dan sesudah pemberian obat anestesi. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan waktu kira-kira 10 menit untuk mengukur tekanan darah.

(5)

Jika Saudara bersedia, Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat ketersediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian ini selama penelitian berlangsung.

Demikian penjelasan dari saya, atas partisipasi dan ketersediaan waktu Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2016

Samueal Durairaj A/L Kanaisan

(6)

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : ………..

Alamat : ………..

No. Telp/Hp : ………..

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian, resiko, keuntungan dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul : “Perbandingan Penggunaan Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 pada Perubahan Tekanan Darah Pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016”, secara sadar dan tanpa paksaan, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini yang diketahui oleh Samueal Durairaj sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan,………

Yang menyetujui, Subjek penelitian

(7)

Lampiran 5

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

“Perbandingan Penggunaan Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 pada Perubahan Tekanan Darah

Pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya pembelian ampul Rp 350,000

2. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 300,000

3. Biaya penjilidan dan penggandaan proposal Rp 200,000

Total Rp 850,000

Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti,

(8)

Lidokain HC

2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100,000

(9)

Artikain HC

4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100,000

Jenis kelamin Tekanan darah sebelum

(10)

PENGOLAHAN DATA

Jenis kelamin kelompok Lidokain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative a, Test distribution is Normal,

(11)

Descriptives

Perlakukan N Mean Std, Deviation Std, Error Mean

(12)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig, t df

Perlakukan N Mean Std, Deviation Std, Error Mean

Tekanan darah distolik

Variances t-test for Equality of Means

(13)

T-Test

Group Statistics

Perlakukan N Mean Std, Deviation Std, Error Mean

Tekanan darah sistolik

Variances t-test for Equality of Means

(14)

T-Test

Group Statistics

Perlakukan N Mean Std, Deviation Std, Error Mean

Tekanan darah distolik

Variances t-test for Equality of Means

(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gaffen AS, Haas DA. Survey of local anesthetic use by Ontario dentists. J Can Dent

Assoc 2009; 75(9): 649.

2. Malamed SF. Reversing local anesthesia. Journal of Inside Dentistry. 2008: 1-3.

3. Howe GL, Whitehead FIH. Anestesi lokal. Alih bahasa: Yuwono L. Edisi 3., Jakarta:

Hipokrates., 2012: 10-34.

4. Baart JA, Brand HS. Local anaesthesia in dentistry. Oxford: Wiley-Blackwell, 2009:

31-40.

5. Ketabi M, Shamami MS, Alaie M. Influence of local anesthetics with or without

epinephrine 1/80000 on blood pressure and heart rate. Dental Research Journal 2012;

9(4): 437-40.

6. Malamed SF, Gagnon S, Leblanc D. A comparison between articaine HCl and lidocaine

HCl in pediatric dental patients. Pediatric Dentistry 2000; 22(4): 307-11.

7. Neves RS, Giorgi DMA, Grupi CJ, César LAM, et al. Effects of epinephrine in local

dental anesthesia in patients with coronary artery disease. Arq Bras Cardiol 2007; 88(5):

482-87

8. Ghavimi MA, Yazdeni J, Zadeh AG, Abdolkarimi A. Comparison of heart rate and blood

pressure administration of anesthesia agent with and without. IJCRAR 2014: 2(9):

153-58.

9. Nakamura Y, Matsumura K, Miura K, Kurokawa H, et al. Cardiovascular and

sympathetic response to dental surgery with local anesthesia. Hypertens Res 2001; 23(3):

209-14.

10. Sham EM, Rao SBH, Sultana N. Evaluation of cardiovascular changes in patients

undergoing routine minor oral surgical procedure done under local anesthesia.

International Journal of Dental Clinics 2012; 4: 3-10.

11. Malamed SF. Local anesthesia reversal. Dentistry Today 2011; 1-11.

12. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and clinical pharmacology. 12th ed. New

York, NY: McGraw-Hill Companies Inc. 2012: 449-62.

13. Haas, Daniel A. An update on local anesthetics in dentistry: Clinical practice. J Can Dent

Assoc 2002; 68(9): 546-51

14. Sherwood L. Fundamentals of human physiology. 4th ed. Belmont, CA: Brooks/Cole,

(16)

15. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 12th ed. Philadelphia, PA: Elsevier

Saunders, 2010: 172-3; 182-3; 788-800.

16. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa: Brahm U. Pendit. Edisi 22.

Jakarta: EGC, 2008: 573; 606-9; 630.

17. Sahu D, Bhaskaran M. Palpatory method of measuring diastolic blood pressure. J

Anaesthesiol Clin Pharmacol 2010; 26(4): 528–530.

18. Lazeduv J. Minuman untuk mengurangi kondisi hipertensi.

http://www.necturajuice.com/minuman-untuk-mengurangi-kondisi-hipertensi/ (Augustus

5.2013)

19. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, et al. Seventh report of the joint

national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood

pressure. Hypertension, 2003: 10-2

20. OSCE Skills. Blood pressure management.

http://www.osceskills.com/e-learning/subjects/blood-pressure-measurement/ (September 10.2015)

untuk pencabutan gigi tetap oleh dokter gigi di Kota Manado. Jurnal e-GiGi. 2013: 1(2):

105-14.

24. Ganiswarna SG. Farmakologi dan terapi. Ed 4,. Jakarta: Bagian farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2003: 234-42.

25. Malamed SF. Handbook of local anaesthesia. 5th ed. Mosby. ST. Louis, Missouri. 2004:

28-49.

26. Hawkins JM. Articaine: Efficacy and paresthesia in dental local anesthesia. Acad Dent

Ther Stomat. ADA CERP. 2008: 1-8.

27. McLure HA, Rubin AP. Review of local anaesthetic agents. MINERVA ANESTESIOL.

2005; 71(3): 59-74.

28. Edgcombe H, Hocking G. Local anaesthetic pharmacology.

http://www.anaesthesiauk.com/documents/LA.pdf (11 Juli 2005).

29. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. Elsevier. New Delhi, India. 2007:

(17)

30. Malamed, SF. Hand book of local anaesthesia. 6th ed. Mosby. ST. Louis, Missouri. 2013:

30-3.

31. Wardah RR. Perbedaan perubahan tekanan darah pasien laki-laki usia 25-39 tahun antara

indeks massa tubuh (IMT) gemuk dan normal setelah pemberian anastesikum lokal yang

mengandung vasokonstriktor (Pehacaine) (Penelitian eksperimental klinis); 2011. FKG.

Universitas Jember.

32. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan

(18)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik, dengan rancangan penelitian two group pretest-posttest design.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung pada tanggal 2-10 Februari 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang melakukan pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FGK USU dari 2 Februari 2016 sampai selesai penelitian.

3.3.2 Sampel

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus :32

(19)

Keterangan :

n : besar sampel

: selisih minimal rerata yang dianggap bermakna σ : standar deviasi

Z : derivat baku alfa Z : derivat baku beta

Z + Z diperoleh dari tabel distribusi normal standar

Dengan demikian, jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini berjumlah 70 orang. Keseluruhan sampel dibagi menjadi 2 kelompok dimana pada kelompok 1, 35 sampel akan diberi anestesi lokal Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 manakala pada kelopok 2, 35 sampel selebihnya diberi anestesi lokal Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan cara undian dimana sampel dipilih secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria Inklusi :

1. Pasien pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

2. Pasien sehat dan tidak dijumpai riwayat hipertensi. 3. Bersedia ikut serta dalam penelitian (kooperatif). 4. Pasien yang tidak mempunyai penyakit sistemik. Kriteria Eksklusi :

(20)

2.4 Variabel dan Definisi Operasional

 Variabel independen : X1 = Pemberian anestesi lokal Lidokain HCℓ 2%

dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000.

X2= Pemberian anestesi lokal Artikain HCℓ 4%

dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000.

 Variabel dependen : Perubahan tekanan darah (Tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik).

 Variabel terkendali : Dosis dan teknik anestesi lokal.

 Variabel tidak terkendali seperti kondisi psikologis pasien, keterampilan operator.

Tabel 2. Variabel dan definisi operasional Variabel Definisi Operasional

Tekanan darah Tekanan darah sisitolik dan tekanan darah diastolik diukur dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah pemberian anestesi lokal.

Anestesi lokal Suatu cairan yang menghambat konduksi saraf secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik.

Pemberian anestesi lokal yang mengandung adrenalin

(21)

3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat

1. Sphygmomanometer

2. Stetoskop

3. Disposable syringe 4. Karpul

5. Stopwatch

3.5.2 Bahan

1. Larutan Lidokain HCℓ 2% dengan adrenalin 1: 100.000 dalam ampul isi 2 ml 2. Larutan Artikain HCℓ 4% dengan adrenalin 1: 100.00 dalam ampul isi 2 ml. 3. Antiseptik

4. Cotton pellet

3.6 Prosedur Penelitian

1. Pasien diberi informasi (informed consent) meliputi pentingnya tindakan ini dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi serta meminta persetujuan bahwa data medik akan digunakan sebagai bahan penelitian.

2. Mengisi lembar isian Nama, Jenis Kelamin, dan Umur dengan cara menanyakan langsung kepada pasien.

3. Dudukkan pasien dan tunggu selama 5 menit supaya pasien mendapat waktu untuk bertenang. Manset selanjutnya dipasang pada lengan dengan ukuran yang sesuai, dengan jarak sisi manset paling bawah 2-3 cm dari siku dan rekatkan dengan baik.

4. Rabalah nadi pada lipatan tangan, pompa alat hingga denyutan nadi tidak teraba lalu dipompa lagi hingga tekanan meningkat sampai 30 mmHg di atas nilai tekanan nadi ketika denyutan nadi tidak teraba.

(22)

6. 3 menit sebelum pemberian anestesi lokal, catatkan tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika suatu denyut nadi yang pertama terdengar dan tekanan darah diastolik ketika bunyi keteraturan denyut nadi tidak terdengar. 7. Kemudian dilakukan prosedur pemberian anestesi lokal oleh mahasiswa

kepaniteraan klinik.

8. 3 menit setelah pemberian anestesi lokal, diukur kembali tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik sesuai dengan prosedur sebelum pemberian anestesi lokal.

9. Prosedur ini dilakukan pada kelompok 1 dulu kemudian setelah selesai 35 sampel, dilanjutkan kepada kelompok 2.

3.7 Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Independent T-Test, dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut:

1. Jika p value 0,01 maka uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 tetapi 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.

(23)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada pasien melakukan pencabutan gigi di Departemen Bedah

Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU dengan memberikan Lidokain HCℓ 2% dan

Artikain HCℓ 4%. Pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian anestesi lokal

dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok pertama (Lidokain HCℓ 2%) dan kelompok

kedua (Artikain HCℓ 4%) dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 menggunakan

sphygmomanometer air raksa pada masing-masing kelompok sejumlah 35 orang subjek

penelitian. Data hasil penelitian ini diolah secara manual dan dengan menggunakan program

komputer kemudian selanjutnya dianalisis.

4.1 Data Demografis Subjek Penelitian

Data demografis subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

3.

Tabel 3. Data Demografis Subjek Penelitian

Demogarafi Pengamatan Kelompok Pemberian (Lidokain HC 2%)

Kelompok

(Artikain HC 4%)

Jenis Kelamin

a. Perempuan 27 (77,1%)

24 (68,6%)

b. Laki-laki 8 (22,9%)

11 (31,4%)

Total 35 (100%) 35 (100%)

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa pasien perawatan gigi menjadi subjek penelitian

(24)

orang (68,6%) pada kelompok pemberian Artikain HCℓ 4% di Departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

4.2 Deskriptif Tekanan Darah

Distribusi deskriptif tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberikan

Lidokain HCℓ 2% dan Artikain HCℓ 4% pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Statistik Deskriptif Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan

Sesudah diberikan Lidokain HC 2% dan Artikain HC 4% di Departemen

Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU.

Perlakuan N

Minimum

(mmHg)

Maksimum

(mmHg)

Rata-rata Std. Deviasi

(25)

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran tekanan darah sistolik pasien

sebelum diberikan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 memiliki nilai

terendah 100 mmHg dan nilai tertinggi 130 mmHg dengan rata-rata 122,57 dan standard

deviasi sebesar 10,508. Tekanan darah sistolik pasien sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2%

memiliki nilai terendah 100 mmHg dan nilai tertinggi 140 mmHg dengan rata-rata 116,86

dan standard deviasi sebesar 10,939. Tekanan darah diastolik pasien sebelum diberikan

Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 memiliki nilai terendah 50 mmHg

dan nilai tertinggi 90 mmHg dengan rata-rata 72,2 dan standard deviasi sebesar 10,314.

Tekanan darah diastolik pasien sesudah diberikan Lidokain HCl 2% memiliki nilai terendah

60 mmHg dan nilai tertinggi 100 mmHg dengan rata-rata 74,29 dan standard deviasi sebesar

10,371.

Gambar 5. Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2%.

Gambar 6. Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2%.

Tekanan darah sistolik pasien sebelum diberikan Artikain HCℓ 4% dengan

kombinasi adrenalin 1: 100.000 memiliki nilai terendah 100 mmHg dan nilai tertinggi 150

mmHg dengan rata-rata 120,14 dan standard deviasi sebesar 11,850. Tekanan darah diastolik

sesudah pasien diberikan Artikain HCℓ 4% mengalami penurunan dengan nilai terendah 90

(26)

mmHg dan nilai tertinggi 150 mmHg dengan rata-rata 118,43 dan standard deviasi sebesar

13,216. Tekanan darah diastolik pasien sebelum diberikan Artikain HCℓ 4% dengan

kombinasi adrenalin 1: 100.000 memiliki nilai terendah 55 mmHg dan nilai tertinggi 90

mmHg dengan rata-rata 74,00 dan standard deviasi sebesar 9,762. Tekanan darah diastolik

pasien sesudah diberikan Artikain HCℓ 4% memiliki nilai terendah 55 mmHg dan nilai

tertinggi 100 mmHg dengan rata-rata 71,14 dan standard deviasi sebesar 11,381.

Gambar 6. Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah diberikan Artikain HCℓ 4%.

Gambar 7. Tekanan Darah Distolik Sebelum dan Sesudah diberikan Artikain HCℓ 4%.

4.3 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC

2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan uji independent t-test, terlebih

dahulu diuji apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Uji statistik yang digunakan

adalah One Kolmogorov-Smirnov, oleh karena nilai p pada uji normalitas lebih besar > 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal disajikan pada

(27)

Perlakuan Nilai p

Tekanan darah sistolik (Lidokain HCl 2%)

Sebelum 0,073

Sesudah 0,207

Tekanan darah diastolik (Lidokain HCl 2%)

Sebelum 0,059

Sesudah 0,111

Tekanan darah sistolik (Artikain HCl 4%)

Sebelum 0,158

Sesudah 0,285

Tekanan darah diastolik (Artikain HCl 4%)

Sebelum 0,170

Sesudah 0,406

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji independent t-test dengan

asumsi data berdistribusi normal terhadap perubahan tekanan darah sistolik pasien pada

penggunaan lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 seperti pada tabel 6:

Tabel 6. Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC

2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000 dengan Menggunakan Uji

Independent t-test

Tekanan Darah Sistolik

(Lidokain HCl 2%)

Rata-rata

Tekanan Darah Nilai p

Sebelum 116,86 0,029

Sesudah 122,57

Hasil pada tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa nilai p dari hasil uji independent t-test

(28)

sistolik pasien sebelum dan sesudah pemberian Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi

adrenalin 1:100.000. Ho ditolak, artinya tekanan darah sistolik pasien berbeda nyata sebelum

dan sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000.

4.4Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC

2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000.

Pengujian hipotesis terhadap perubahan tekanan darah sistolik pasien pada

penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 seperti pada tabel 7:

Tabel 7. Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain

HC 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000dengan Menggunakan Uji

Independent t-test

Tekanan Darah Diastolik

(Lidokain HC 2%)

Rata-rata

Tekanan Darah Nilai p

Sebelum 72,29 0,421

Sesudah 74,29

Hasil pada tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa nilai p dari hasil uji independent t-test

adalah 0,421 atau dengan kata lain nilai p > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perubahan tekanan

darah diastolik pasien sebelum dan sesudah pemberian Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi

adrenalin 1:100.000. Ho diterima, artinya tekanan darah sistolik pasien tidak berbeda nyata

sebelum dan sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000.

4.5 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Artikain HC

4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Pengujian hipotesis terhadap perubahan tekanan darah sistolik pasien pada

(29)

Tabel 8. Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Artikain HC

4% dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 dengan Menggunakan Uji

Independent t-test

Tekanan Darah Sistolik

(Artikain HC 4%)

Rata-rata

Tekanan Darah Nilai p

Sebelum 120,14 0,570

Sesudah 118,43

Hasil pada tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa nilai p dari hasil uji independent t-test

adalah 0,570 atau dengan kata lain nilai p > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perubahan tekanan

darah sistolik pasien sebelum dan sesudah pemberian Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi

adrenalin 1:100.000. Ho diterima, artinya tekanan darah sistolik pasien tidak berbeda nyata

sebelum dan sesudah diberikan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1:100.000.

4.6 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Artikain HC

4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Pengujian hipotesis terhadap perubahan tekanan darah diastolik pasien pada

penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 seperti pada tabel 9:

Tabel 9. Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Artikain HC

4% dengan Kombinasi Adrenalin 1:100.000 dengan Menggunakan Uji

(30)

Tekanan Darah Diastolik

(Artikain HCl 4%)

Rata-rata

Tekanan Darah Nilai p

Sebelum 74,00 0,264

Sesudah 71,14

Hasil pada tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa nilai p dari hasil uji independent t-test

adalah 0,264 atau dengan kata lain nilai p > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perubahan tekanan

darah diastolik pasien sebelum dan sesudah pemberian Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi

adrenalin 1:100.000. Ho diterima, artinya tekanan darah diastolik pasien tidak berbeda nyata

(31)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HC

2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Hasil pengukuran tekanan darah sistolik sebelum diberikan Lidokain HCℓ 2% pada

pasien memiliki nilai 100 sampai dengan 130 mmHg dan mengalami peningkatkan tidak

signifikan sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2%, berkisar 100 sampai dengan 140 mmHg. Hal

ini mungkin juga mungkin disebabkan oleh pasien merasa cemas dan takut saat melakukan

perawatan gigi.

Dalam praktik kedokteran gigi, keadaan emosi, stres dan kecemasan kadang dijumpai

pada pasien yang berkunjung ke dokter gigi.9 Hal ini bisa saja disebabkan oleh pasien yang

mungkin pertama kali berkunjung ke dokter gigi atau pasien yang stres atau memiliki

ketakutan tertentu terhadap tindakan pencabutan gigi. Keadaan ini dapat meningkatkan

tekanan darah dan denyut nadi.10

Kenaikan tekanan darah sistolik pasien setelah diberikan Lidokain HCℓ 2% masih

tergolong normal yaitu 100-140 mmHg dan diastolik yaitu 60-90 mmHg14, maka penggunaan

Lidokain HCℓ 2% pada perawatan gigi masih efektif digunakan karena tidak meningkatkan

tekanan darah yang tinggi.

Tekanan sistolik adalah tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada arteri

yang terjadi pada saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg.

Tekanan diastolik adalah tekanan darah paling rendah pada dinding arteri pada saat jantung

relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg.19

Hasil uji statistik menunjukkan ada perubahan tekanan darah sistolik pasien pada

penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dengan nilai p 0,029

< 0,05 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016. Salah

satu pengaruh dari pemberian anestesi lokal yang mengandung adrenalin adalah terjadi

perubahan tekanan darah antara sebelum dan sesudah pemberian anestesi lokal.3 Penelitian

(32)

adrenalin menunjukkan kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik tetapi peningkatan

tekanan darah yang kecil tidak relevan secara klinis dan medikal.5

5.2 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain

HC 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Hasil pengukuran tekanan darah diastolik sebelum diberikan Lidokain HCℓ 2% pada

pasien memiliki nilai 50 sampai dengan 90 mmHg dan meningkat sesudah diberikan

Lidokain HCℓ 2%, berkisar 60 sampai dengan 100 mmHg. Hal ini mungkin juga disebabkan

oleh pasien merasa cemas dan takut saat dilakukan pencabutan gigi sehingga meningkatkan

tekanan darahnya.

Pasien merasa cemas atau takut dapat memicu reaksi pertahanan yang ditandai

dengan peningkatan aktivitas saraf simpatis yang pada akhirnya akan menghasilkan

perubahan tekanan darah dan denyut nadi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan anestesi

lokal.10 Pusat vasomotor bertanggungjawab atas vasokonstriksi pembuluh darah dan

peningkatan denyut jantung. Pusat ini terdapat di dua pertiga proksimal medula oblongata

dan sepertiga distal pons, sedangkan di bagian medial dan distal medula oblongata terdapat

pusat vasodilator atau inhibitory yang mampu menghambat impuls vasokonstriktor dan

menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pusat vasomote berhubungan erat dengan

hipotalamus, sehingga perubahan-perubahan aktivitas hipotalamus akibat pengaruh emosi,

hormonal, stress dan sebagainya akan berdampak pada fungsi kardiovaskuler seperti

perubahan tekanan darah dan denyut jantung.22

Selain itu, penggunaan obat bius Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1:

100.000 dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Meskipun perubahan ini

meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi, perubahan ini masih di dalam taraf yang

normal dan ini tidak akan mengakibatkan masalah.8 Terjadinya peningkatkan tekanan darah

karena adrenalin dalam larutan anestesi lokal merangsang organ jantung langsung pada jenis

reseptor 1 dan ß1. Perangsangan yang terjadi pada reseptor 1 berhubungan dengan enzim

fosfolipase C (PLC) yang menyebabkan terjadinya hidrolisis fosfatidil inositol difosfat (PIP2)

menjadi inositol trifosfat (IP3) dan diagliserol (DAG). IP3 akan menstimulasi Ca2+ dari

(33)

akan mengakibatkan peningkatan kerja jantung sehingga akan terlihat kenaikan pada puncak

tekanan sistolik.24,30

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien

pada penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dengan nilai p

0,421 > 0,05. Sejalan penelitian Neves R.S, Neves R.S, Giorgi D.M.A, Grupi C.J dkk, bahwa

tekanan darah sistolik meningkat sebanyak 14 mmHg sedang tekanan darah diastolik

meningkat sebanyak 5-7 mmHg pada penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan konsentrasi

adrenalin 1: 100.000 tetapi tidak terlihat perubahan tekanan darah yang signifikan pada

penggunaan anestesi lokal yang mengandung adrenalin dan anestesi lokal tanpa adrenalin.7

5.3Perubahan Tekanan Darah Sistolik pasien pada Penggunaan Artikain HC

4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Hasil pengukuran tekanan darah sistolik sebelum diberikan Artikain HCℓ 4% pada

pasien memiliki nilai 100 sampai dengan 150 mmHg dan cenderung menurun sesudah

diberikan Artikain HCℓ 4%, berkisar 90 sampai dengan 150 mmHg. Perubahan tekanan

setelah dilakukan perlakukan tidak signifikan. Hal ini mungkin juga dikarenakan pasien

sudah terbiasa melakukan pencabutan gigi di sarana kesehatan.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perubahan tekanan darah sistolik pasien

pada penggunaan artikain HCl 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dengan nilai p

0,264 > 0,05.

Penelitian Malamed S.F, Gagnon S dan Leblanc D menunjukkan bahwa artikain HCℓ

4% dengan konsentrasi adrenalin 1: 100.000 dapat ditoleransi dengan baik oleh subjek,

efektif dalam mencegah timbulnya nyeri selama prosedur perawatan gigi, memiliki onset

yang cepat dan durasi anestesi yang lama, sehingga lebih aman digunakan pada praktek

(34)

5.4Perubahan Tekanan Darah Diastolik pasien pada Penggunaan Artikain HC

4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000

Hasil pengukuran tekanan darah diastolik sebelum diberikan Artikain HCℓ 4% pada

pasien memiliki nilai 55 sampai dengan 90 mmHg dan cenderung meningkat sesudah

diberikan Artikain HCℓ 4% berkisar 55 sampai dengan 100 mmHg. Perubahan tekanan darah

setelah dilakukan perlakuan tidak signifikan. Hal ini mungkin disebabkan pasien memiliki

riwayat tekanan darah rendah. Selain itu faktor usia juga dapat menigkatkan tekanan darah.

Semakin bertambah usia semakin tinggi tekanan darah karena berkurangnya elastisitas

pembuluh darah.32

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien

pada penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dengan nilai p

0,264 > 0,05.

Artikain mengandung gugus ester tambahan yang dimetabolisme oleh estearases

dalam darah dan jaringan. Artikain dapat digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu

Artikain HCℓ 4% dengan adrenalin 1: 100.000 atau 1: 200.000. Ada beberapa kekhawatiran,

bahwa anestetikum lokal ini apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat meningkatkan

toksisitas lokal yang dapat menyebabkan Duration of Action menjadi lama, parestesia atau

(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ada perubahan tekanan darah sistolik pasien sebelum dan sesudah pemberian lidokain HCℓ 2%.

2. Tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien sebelum dan sesudah pemberian lidokain HCℓ 2%.

3. Tidak ada perubahan tekanan darah sistolik pasien sebelum dan sesudah pemberian artikain HCℓ 4%.

4. Tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pasien sebelum dan sesudah pemberian artikain HCℓ 4%.

6.2 Saran

1. Perlu dokter gigi memberikan dental konseling sebelum diberikan anestesi kepada pasien

agar tidak merasa cemas dan takut saat dilakukan pencabutan gigi sehingga tekanan

darah tidak mengalami peningkatan yang berarti.

2. Perlu dilakukan pengambilan tekanan darah dengan berulang sebelum dan sesudah

dilakukan pemberian anestesi lokal agar pengukuran tekanan darah lebih akurat.

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan sampel

yang lebih besar dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang lebih baik untuk

(36)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Tekanan darah didefinisikan sebagai daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah timbul dari adanya tekanan arteri yaitu tekanan yang terjadi pada dinding arteri. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap.14,16,22

Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada arteri yang terjadi pada saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolik yaitu tekanan darah paling rendah pada dinding arteri pada saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Peningkatan tekanan darah lebih dari normal disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sebaliknya, jika kurang dari normal disebut tekanan darah rendah atau hipotensi.14,19

(37)

55-65 tahun, namun setelah usia tersebut tekanan darah wanita menjadi setara dengan tekanan darah pria. Tekanan darah juga menurun sebanyak 20 mmHg atau kurang pada saat tidur.14,15,16

2.1.1 Standar Tekanan Darah Normal

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure / JNC VII19

Klasifikasi Tekanan Darah pada Usia Dewasa

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal <120 mmHg <80 mmHg

Pre-Hipertensi 120 – 139 mmHg 80 - 89 mmHg Hipertensi Stadium 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Hipertensi Stadium 2 160 mmHg 100 mmHg

Pada tabel 1 menunjukkan klasifikasi tekanan darah untuk usia dewasa di atas 18 tahun. Prehipertensi bukan termasuk suatu penyakit, tetapi sesorang yang teridentifikasi berisiko tinggi terkena hipertensi sehingga dokter gigi harus waspada terhadap resiko ini. Seseorang yang prehipertensi juga tidak diharuskan untuk mengikuti terapi dan disarankan untuk mengubah ke gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko hipertensi.19

2.1.3 Teknik dan Metode Pengukuran Tekanan Darah

(38)

a. Metode Auskultasi

Pengukuran tekanan darah diukur yang dilakukan dengan metode auskultasi menggunakan alat yaitu sphygmomanometer. Sphygmomanometer terdiri dari manset yang digunakan untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, manometer raksa yang digunakan untuk membaca tekanan, bulb sebagi pemompa manset disertai sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset, dan stetoskop digunakan untuk mendengarkan bunyi tekanan darah yang diletakkan di atas arteri brakialis. Bunyi tekanan darah pertama adalah sistolik dan bunyi yang terakhir adalah diastolik. Tekanan sistolik dan tekanan diastolik diukur dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brakhialis yang di sebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri tersebut.15

(39)

Gambar 1. Pengukuran tekanan darah dengan

metode auskultasi.18

b. Metode Palpasi

Metode Palpasi adalah metode yang paling sering digunakan tetapi memiliki keterbatasan mengukur tekanan sistolik saja. Metode palpasi juga dapat dilakukan apabila tekanan darah sulit didengarkan. Namun demikian, tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan akurat menggunakan metode ini.17

Cara pengukurannya yaitu manset yang dililitkan pada lengan dipompa sambil memegang nadi radialis. Pada suatu tekanan tertentu dimana denyut nadi tidak teraba lagi tekanan manset perlahan-lahan diturunkan dengan jari tetap meraba nadi. Pada suatu saat tertentu akan teraba nadi ini lagi yang disebut tekanan sistolik dengan mencatat berapa nilai dalam mmHg.15,16,22

Tekanan yang diperoleh dengan metode palapasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang di ukur dengan metode auskultasi oleh karena adanya kesukaran untuk menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba.15,16,22

Gambar 2. Pengukuran tekanan darah dengan

(40)

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah yaitu:16,21,22

1. Kekuatan jantung memompa darah.

Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontrasi dan relaksasi. Kontaksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Ventrikel kiri memompa lebih kuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik, ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi hanya mendorong darah ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah.

2. Viskositas (kekentalan) darah

Kekentalan atau visikositas darah mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati pembuluh yang kecil, dan visikositas darah ditentukan oleh hematokrit, apabila hematokrit meningkat, aliran darah lambat, tekanan darah arteri naik. Besarnya gesekan yang ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding pembuluh yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan. Makin pekat cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh darah dan semakin naiknya tekanan darah.

3. Volume darah

(41)

4. Tahanan tepi (resistensi perifer)

Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berada dalam arteriol. Seiring dengan peningkatan resistensi terhadap aliran, darah akan semakin sulit melintasi pembuluh, sehingga aliran berkurang. Apabila resistensi meningkat, tekanan harus meningkat juga agar laju aliran tidak berubah. Dengan demikian, apabila pembuluh memberikan resistensi yang lebih besar terhadap aliran darah, jantung harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi agar adekuat.

5. Aliran balik vena (venous return)

Aliran balik vena mengacu pada volume darah yang masuk ke tiap-tiap atrium per menit dari vena. Besarnya laju aliran melalui suatu pembuluh berbanding lurus dengan tekanan. Stimulasi simpatis menimbulkan vasokonstriksi vena sehingga meningkatkan tekanan vena, hal ini dapat meningkatkan tekanan untuk mendorong lebih banyak darah dari vena ke dalam atrium kanan. Peningkatan aktivitas simpatis dan vasokonstriksi vena yang menyertai olahraga juga meningkatkan aliran balik vena.

(42)

2.2 Anestesi Lokal

Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran dan anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran. Tindakan anestesi digunakan untuk mempermudah tindakan operasi maupun memberikan rasa nyaman pada pasien selama operasi.24

Anestesi lokal menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Pemberian anestesi lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Paralisis saraf oleh anestetik lokal bersifat reversibel, tanpa merusak serabut atau sel saraf. Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestesi lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.24,25

Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi sementara termasuk nyeri pada salah satu bagian tubuh yang dihasilkan oleh agen topikal-diterapkan atau disuntikkan tanpa menekan tingkat kesadaran. Larutan anestesi lokal yang ideal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen, memiliki batas keamanan yang luas, mula kerja harus sesingkat mungkin, durasi kerja harus cukup lama, larut dalam air, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.24,25

2.11 Mekanisme Anestesi Lokal

Mekanisme anestesi lokal yaitu dengan menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Bahan ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Anestesi lokal mencegah terjadi pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel, efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja.

(43)

langsung antara zat anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan penurunan kemungkinan menjalarnya potensial aksi mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.

Anestesi lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi (kalium) K+ dan Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada potensial istirahat. Pengurangan permeabilitas membran oleh anestesi lokal juga timbul pada otot rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.

Potensi berbagai anestetikum lokal sama dengan kemampuannya untuk meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekuler. Mungkin sekali anestesi lokal dapat meningkatkan tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan membran sel saraf, dengan demikian pori dalam membran menutup sehingga menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini akan menyebabkan penurunan permeabilitas membran dalam keadaan istiharat sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na+. Dapat disimpulkan bahwa cara kerja utama bahan anestesi lokal adalah dengan bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na, sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.3,4,11,12

2.2.3 Klasifikasi Anestesi Lokal

(44)

Perbedaan ini berguna karena ada perbedaan ditandai dalam alergenitas dan metabolisme antara dua kategori bahan anestetikum lokal. Secara kimiawi, bahan anestetikum lokal dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu :4,5,12,23

A. Golongan Ester (-COO-) 1. Prokain

2. Tetrakain 3. Kokain 4. Benzokain 5. Kloroprokain

B. Golongan Amida (-NHCO-) 1. Lidokain

2. Mepivakain 3. Bupivacaine 4. Prilokain 5. Artikain 6. Dibukain 7. Ropivakain 8. Etidokain 9. Levobupivakain

(45)

2.2.3 Jenis-Jenis Anestesi Lokal 1. Lidokain

Lidokain disintesis pada tahun 1943 dan pada tahun 1948, anestetikum lokal golongan amida pertama telah dipasarkan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat dan lebih luas daripada yang ditunjukkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetikum lokal golongan amida. Penggunaan lidokain sebagai larutan polos dalam konsentrasi sampai 2% memberikan efek anestesi yang pendek pada jaringan lunak. Formulasi tersebut tidak memberikan efek anestesi yang cocok pada pulpa gigi. Ketika vasokonstriktor ditambahkan ke 2% lidokain, maka efek anestesi bertambah pada gigi yang di anestesi. Vasokonstriktor yang paling umum digunakan adalah epinefrin (adrenalin) biasanya sekitar konsentrasi 1:200.000 ke 1:80.000. Oleh karena itu, lidokain cocok untuk anestesi infiltrasi, blok dan topikal. Selain itu, lidokain memiliki keuntungan dari Onset of Action yang lebih cepat, penambahan epinefrin menyebabkan vasokonstriktor dari arteri mengurangi perdarahan dan juga penundaan resorpsi lidokain sehingga memperpanjang masa lama kerja hampir dua kali lipat.4,24,25,30

2. Mepivakain

Mepivakain merupakan anestetikum lokal golongan amida yang bersifat farmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain memiliki mula kerja yang lebih cepat daripada prokain dan masa lama kerja yang menengah. Mepivakain menghasilkan vasodilatasi yang lebih sedikit dari lidokain. Mepivakain ketika disuntik dengan konsentrasi 2% dikombinasikan dengan 1:100 000 adrenalin, memberikan efek anestesi yang mirip seperti lidokain 2% dengan adrenalin. Larutan mepivakain 3% tanpa vasokonstriktor akan memberikan efek anestesi yang lebih baik dari lidokain 2% . Mepivakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf regional dan anestesi spinal.4,24,25,30

3. Prilokain

(46)

sistem saraf pusat (SSP) lebih ringan, penggunaan intravena blok regional lebih aman. Sifat toksik yang unik dari prilokain yaitu dapat menimbulkan methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh adanya metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitroso-orto-toluidin yang mempengaruhi masa kerja prilokain. Efek anestesi prilokain kurang kuat dibandingkan lidokain. Prilokain dipasarkan sebagai solusi 4% dengan dan tanpa 1:200.000 adrenalin. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang dibandingkan lidokain. Biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan blok.4,24,28,30

4. Artikain

Struktur amida dari artikain mirip dengan anestetikum lokal lainnya, tetapi struktur molekulnya berbeda melalui kehadiran cincin thiophene bukan cincin benzena. Artikain mengandung gugus ester tambahan yang dimetabolisme oleh estearases dalam darah dan jaringan. Artikain dapat digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu artikain 4% dengan adrenalin 1:100 000 atau 1:200 000. Ada beberapa kekhawatiran, bahwa anestetikum lokal ini apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat meningkatkan toksisitas lokal yang dapat menyebabkan Duration of Action menjadi lama, parestesia atau dysaesthesia ketika digunakan untuk blok regional. Ada beberapa bukti bahwa infiltrasi bukal menggunakan artikain 4% seefektif anestesi lokal alveolar inferior dengan lidokain 2% pada gigi mandibular orang dewasa. Artikain digunakan baik untuk anestesi infiltrasi maupun blok, dengan teknik blok dapat menghasilkan masa kerja yang lebih lama.6,25,26,30

5. Bupivakain

(47)

6. Etidokain

Etidokain dalam konsentrasi 1,5% dengan 1:200.000 adrenalin telah digunakan dalam prosedur bedah mulut. Ia memiliki masa kerja yang lebih lama dari lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 bila digunakan sebagai anestesi blok tetapi tidak seefektif lidokain dengan adrenalin saat digunakan untuk anestesi infiltrasi.30

7. Ropivakain

Ropivakain dikembangkan setelah bupivakain tercatat dikaitkan dengan serangan jantung, terutama pada wanita hamil. Ropivakain ditemukan memiliki kardiotoksisitas kurang dari bupivakain. Ropivakain diindikasikan untuk anestesi lokal termasuk infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal pada orang dewasa dan anak di atas 12 tahun. Karakteristiknya, yaitu memiliki mula kerja dan masa lama kerja yang sama dengan bupivakain, dengan potensinya yang lebih rendah sedikit.27

8. Kokain

Kokain merupakan anestetikum lokal yang pertama digunakan dalam dunia kedokteran. Bahan anestetikum lokal yang alami dan merupakan ester asam benzoat dengan basa yang mengandungi nitrogen (N). Efek kokain yang paling penting bila digunakan secara lokal yaitu menghambat hantaran saraf. Efek sistemik yang paling mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat (SSP). Berdasarkan efek ini, kokain pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang optalmologi, tetapi kokain ini dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas atas.12,24

9. Prokain

(48)

lokal lain. Maka lebih sulit untuk mempertahankan prokain karena meningkatnya perdarahan sewaktu pembedahan. Prokain secara klinis mempunyai masa kerja yang lambat karena daya penetrasinya yang kurang baik. Prokain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, epidural, kaudal dan spinal.24,30

10. Tetrakain

Tetrakain merupakan anestetikum lokal golongan ester yang mempunyai masa kerja yang lama. Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Anestetikum lokal ini 10 kali lebih kuat dan lebih toksik daripada prokain. Tetrakain tidak lagi tersedia dalam bentuk injeksi di kedokteran gigi tetapi digunakan untuk anestesi topikal yang paling umum dipasarkan dalam 2% garam hidroklorida berkombinasi dengan 14% benzokain dan 2% butamben dalam larutan semprotan aerosol, gel, dan salep. Tetrakain menjadi salah satu anestesi topikal yang paling efektif. Tetrakain mempunyai mula kerja yang lambat untuk anestesi topikal dan masa kerjanya adalah sekitar 45 menit setelah anestesi topikal.27,30

11. Levobupivakain

Levobupivakain merupakan isomer tunggal bupivakain dan memiliki keuntungan hanya sedikit efek kardiotoksiknya. Telah terbukti bahwa bahan ini seefektif bupivakain dan anestetikum lain. Penggunaannya sebagai injeksi intraoral pada saat anestesi umum dapat mengurangi kebutuhan analgesik pasca operasi setelah pembedahan mulut. Levobupivakain ini tersedia dalam konsentrasi antara 0,25-0,75%.27

2.3 Vasokonstiktor

(49)

sebagai penghenti perdarahan, mengurangi kehilangan darah pada daerah pembedahan dan menyebabkan daerah tersebut lebih kering, serta vasokonstriktor meningkatkan durasi kerja dan dalamnya anestesi dengan mengurangi absorbsi pada aliran darah.4,5,12

2.3.1 Pengaruh Vasokonstriktor terhadap Kardiovaskular

Vasokonstriktor merupakan suatu agonis simpatomimetik yang bisa menyebabkan terjadinya hal-hal seperti peningkatan tekanan darah dengan bahaya, pendarahan otak, aritmia, fibrilasi ventrikular, hiperglikemia, mual, takikardi, palpitasi, gelisah dan midriasis. Sebagian vasokonstriktor mungkin akan diserap dan bila jumlahnya cukup banyak akan menimbulkan efek samping misalnya, gelisah, takikardi, palpitasi dan nyeri dada. Mungkin pula terjadi perlambatan penyembuhan luka, oedema atau nekrosis. Efek yang terakhir ini dapat terjadi karena amin simpatomimetik menyebabkan peninggian pemakaian oksigen jaringan, dan dengan adanya vasokonstriksi terjadi hipoksia serta kerusakan jaringan setempat.12

2.3.2 Mekanisme Kerja Vasokonstriktor dalam Peningkatan Kerja Jantung

Vasokonstriktor merupakan jenis zat yang bersifat simpatomimetik atau obat pengaktif adrenoseptor. Agonis adrenoseptor sendiri sebenarnya dibedakan menjadi dua. Yang pertama berdasarkan spektrum efeknya, yaitu agonis alfa dan agonis beta, segolongan obat yang bekerja pada reseptor alfa dan beta ( 1 dan 2). Yang kedua berdasarkan mekanisme kerjanya, apakah langsung mengaktifkan adrenoreseptor (mekanisme langsung) atau menyebabkan pelepasan katekolamin endogen (mekanisme tidak langsung).12,30

(50)

dalam ventrikel. Dalam nodus SA, adrenalin juga menyebabkan perpindahan pacu jantung ke sel yang mempunyai firing rate lebih cepat. Adrenalin mempercepat kondisi sepanjang jaringan konduksi, mulai dari atrium ke nodus atrioventrikuler (AV), sepanjang bundle of His dan serat Purkinje sampai ke ventrikel. Adrenalin juga memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi serta memperpendek waktu sistolik tanpa mengurangi waktu diastolik, akibatnya adrenalin mampu mempercepat denyut jantung dalam, kisaran fisiologis. Akhirnya semua hal tersebut mampu meningkatkan curah dan kerja jantung. Dosis adrenalin yang berlebihan membuat tekanan darah naik sangat tinggi, juga menimbulkan kontraksi ventrikel prematur yang diikuti takikardi ventrikel dan akhirnya fibrilasi ventrikel.24,30

Perangsangan oleh adrenalin terjadi pada reseptor 1 dan 1. Perangsangan yang terjadi pada resptor 1 berhubungan dengan enzim fosfolipase C (PLC) yang, menyebabkan terjadinya hidrolisis fosfatidil inositol difosfat (PIP2) menjadi inositol trifosfat (IP3) dan diagliserol (DAG). IP3 akan menstimulisasi Ca2+ dari retikulum endoplasmik. Maka yang terjadi selanjutnya adalah kontraksi otot jantung yang akan mengakibatkan peningkatan kerja jantung.24,30

Pada reseptor 1, perangsangannya menyebabkan perubahan ATP menjadi cAMP yang melalui protein G stimulasi (G2). Aktivasi reseptor menstimulasi enzim tersebut sehingga kadar cAMP meningkat. cAMP akan berkaitan dengan reseptornya, yakni protein kinase A. Ikatan ini akan mengaktifkan enzim yang selanjutnya akan mengkatalisis fosforilasi berbagai protein seluler dan dapat menimbulkan efek adrenergik . Protein Gs juga dapat secara langsung mengaktifkan kanal Ca2+ pada membran sel otot jantung.24,30

2.3.3 Konsentrasi Aman Vasokonstriktor di dalam Larutan Anestesi Lokal

(51)

2.4 Kerangka Teori

Lidokain HCℓ 2% dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000

Perbedaan perubahan tekanan darah

(52)
(53)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anestetikum lokal merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi, bahkan menjadi bahan yang mutlak digunakan dalam praktek dokter gigi sehari-hari.1 Menurut Malamed SF, anestesi lokal dapat mengkontrol rasa nyeri dalam bidang kedokteran gigi. Penggunaan bahan anestesi lokal yang spesifik diharapkan dapat memberikan kenyamanan selama pasien menjalani perawatan dalam bidang kedokteran gigi.2 Penggunaan anestesi lokal yang semakin luas dan meningkat dalam bidang kedokteran gigi merupakan cerminan dari efisiensi, kenyamanan dan hasil dari kontraindikasi yang minimal. Perawatan di bedah mulut terutama dalam perawatan pencabutan harus dilakukan pemberian anestesi lokal sebelum tindakan.3 Anestesi lokal yang digunakan di kedokteran gigi pada umumnya menggunakan anestesi yang mengandung vasokonstriktor, karena memberikan beberapa manfaat yaitu mempunyai efek samping yang relatif sedikit, menambah durasi kerja anestesi lokal serta mengontrol pendarahan selama perawatan.4

Adrenalin merupakan suatu alkaloid sintetik yang hampir mirip dengan sekresi medulla adrenalin alami. Salah satu pengaruh dari pemberian anastesi lokal yang mengandung adrenalin adalah terjadi perubahan tekanan darah antara sebelum dan setelah pemberian anastesi lokal. Penentuan tekanan darah dan denyut nadi sangat diperlukan pada pasien bedah mulut. Pengukuran tekanan darah tidak hanya dilakukan terhadap pasien yang diduga hipertensi saja, tetapi dapat dilakukan pada semua pasien bedah mulut. Pemeriksaan ini juga dapat dipakai untuk mencegah kejadian-kejadian yang merugikan sewaktu atau sesudah dilakukan perawatan gigi.3,4,9

(54)

pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena aman dan mempunyai efek positif yang tinggi seperti kurang toksik, durasi kerja anestesi lokal yang lebih lama dan mengurangi pendarahan.5

Malamed S.F dkk melakukan penelitian untuk membandingkan keamanan dan efektifitas dari artikain HCℓ 4% dengan konsentrasi epinefrin 1: 100.000 dan lidokain 2% dengan konsentrasi epinefrin 1: 100.000. Hasilnya menunjukkan bahwa artikain HCℓ 4% dengan konsentrasi epinefrin 1: 100.000 dapat ditoleransi dengan baik oleh subjek, efektif dalam mencegah timbulnya nyeri selama prosedur perawatan gigi, memiliki onset yang cepat dan durasi anestesi yang lama, sehingga lebih aman digunakan pada praktek kedokteran gigi.6

Berdasarkan penelitian Neves R.S dkk, tekanan darah sistolik meningkat sebanyak 14 mmHg sedang tekanan darah diastolik meningkat sebanyak 5-7 mmHg pada penggunaan lidokain 2% dengan konsentrasi adrenalin 1: 100.000 tetapi tidak terlihat perubahan tekanan darah yang signifikan pada penggunaan anestesi lokal yang mengandung adrenalin dan anestesi lokal tanpa adrenalin.7

Ghavimi M.A dkk melakukan penelitian tentang perbedaan tekanan darah dan denyut nadi menggunakan anestesi lokal yang mengandung adrenalin dan anestesi tanpa adrenalin. Penggunaan obat bius lidokain 2% dengan kombinasi epinefrin 1: 80.000 dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Meskipun perubahan ini meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi, perubahan ini masih di dalam taraf yang normal dan ini tidak akan mengakibatkan masalah.8

(55)

Atas dasar tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai perbandingan penggunaan lidokain dengan kombinasi adrenalin 1:100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 pada perubahan tekanan darah pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perubahan tekanan darah sistolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016?

2. Apakah ada perubahan tekanan darah diastolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016?

3. Apakah ada perubahan tekanan darah sistolik pasien pada penggunaan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016?

4. Apakah ada perubahan tekanan darah diastolik pasien pada penggunaan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016?

3.1 1.3 Tujuan Penelitian

(56)

4.1 Hipotesis

Ho : Tidak ada perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016.

Ha : Ada perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016.

5.1 Manfaat Penilitian

Berikut ini merupakan beberapa manfaat dari penelitian yang akan dilakukan: 1. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, dokter gigi, dan praktisi mengenai perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien pada penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU 2016.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi.

3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti dan sebagai bahan perbandingan antara praktik dengan teori yang ada.

(57)

Tahun 2016

Samueal Durairaj

Perbandingan penggunaan Lidokain dengan kombinasi adrenalin 1:100.000 dan Artikain dengan kombinasi adrenalin 1: 100.000 pada perubahan tekanan darah pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU tahun 2016.

x + 42 halaman

(58)

yang turut mempengaruhi peningkatan tekanan darah pasien, baik variabel internal maupun eksternal lainnya yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah.

(59)

DENGAN KOMBINASI ADRENALIN 1: 100.000

PADA PERUBAHAN TEKANAN DARAH

PASIEN DI DEPARTEMEN BEDAH

MULUT DAN MAKSILOFASIAL

RSGM-P FKG USU

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SAMUEAL DURAIRAJ NIM: 120600198

Pembimbing:

AHYAR RIZA, drg., Sp.BM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(60)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Pembimbing : Medan, 18 Maret 2016

Tanda Tangan

Ahyar Riza, drg., Sp.BM ………..…….

(61)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 18 Maret 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Abdullah Oes, drg.

ANGGOTA : 1. Isnandar, drg., Sp.BM.

(62)

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ahyar Riza, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya dan kesabaran dalam membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi sampai dengan selesai.

3. Ucapan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Kanaisan a/l Matthew Rajoo dan Ibunda Sellamah a/p Muniandy atas segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis hingga saat ini.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.

(63)

Zhe, Raja Malem, Wendy, Rifqy Halim, Vincent Tannius, Prajogo Harkamto dan teman-teman yang lain serta seluruh teman mahasiswa stambuk 2012 atas dukungan, saran dan bantuannya kepada penulis.

7. Teman seperjuangan skripsi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU, Nurhani Harun, Anis Fatin Farhah, Ganesh Dorasamy dan teman-teman lainnya atas dukungan dan semangat untuk kebahagiaan penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat digunakan dan memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, Maret 2016

Penulis,

(64)

Halaman

1.3 Tujuan Penelitian……….. 3

1.4 Hipotesis……… 4

1.5 Manfaat Penelitian………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah……….. 5

2.1.1 Standar Tekanan Darah Normal……….…. 6

2.1.2 Teknik dan Metode Pengukuran Tekanan Darah……… 6

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Tekanan Darah……….. 9

2.2 Anestesi Lokal ...……….. 11

2.2.1 Mekanisme Anestesi Lokal.……….... 11

2.2.2 Klasifikasi Anestesi Lokal....……….. 12

2.2.3 Jenis-Jenis Anestesi Lokal…….…..………... 14

2.3 Vasokonstriktor……..……….. 17

2.3.1 Pengaruh Vasokonstriktor terhadap Kardiovaskular…………... 18

2.3.2 Mekanisme Kerja Vasokonstriktor dalam Peningkatan Kerja Jantung...………. 18

2.3.3 Konsentrasi Aman Vasokonstriktor di dalam Larutan Anestesi Lokal...………... 20

2.4 Kerangka Teori……… 20

(65)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………. 23

3.4 Variabel dan Definisi Operasional……….... 24

3.5 Alat dan Bahan Penelitian……….. 24

3.6 Prosedur Penelitian………. 25

3.7 Analisis data………... 26

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Subjek Penelitian……….. 27

4.2 Deskriptif Tekanan Darah………. 28

4.3 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………. 30

4.4 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000…….. 32

4.5 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………. 32

4.6 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000……… 33

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………. 35

5.2 Perubahan Tekanan Darah Diastolik Pasien pada Penggunaan Lidokain HCℓ 2% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………. 36

5.3 Perubahan Tekanan Darah Sistolik pasien pada Penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000……….. 37

5.4 Perubahan Tekanan Darah Diastolik pasien pada Penggunaan Artikain HCℓ 4% dengan Kombinasi Adrenalin 1: 100.000………… 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN……… 39

6.2 SARAN……….... 39

DAFTAR PUSTAKA……… 40

Gambar

Tabel 2. Variabel dan definisi operasional
Tabel 3.  Data Demografis Subjek Penelitian
Tabel 4. Statistik Deskriptif Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan Sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2% dan Artikain HCℓ 4% di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG USU
Gambar 5. Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah diberikan Lidokain HCℓ 2%.
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan BAB VIII Pasal 103 Perda Nomor 10 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Angkutan Jalan di Wilayah Kota Tasikmalaya telah diatur ketentuan mengenai

Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,000, berarti pada alpha 5% terlihat bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perilaku perawatan diri penderita kanker

Menurut Garrison dan Noreen (2001) untuk menghitung Earning Per Share (EPS) atau Laba Per Lembar Saham suatu perusahaan adalah dengan membagi Laba Bersih

Hasil pengamatan menunjukkan tingginya tingkat kontaminasi karkas/ daging di RPH kota Pekanbaru disebabkan oleh beberapa hal antara lain: (1) tidak tersedianya

Lalu keingintahuan penulis mengapa Rusia menjadikan Jerman sebagai mitra dagangnya atau mitra kerjasama dalam energi, padahal sangat memungkinkan Rusia bekerjasama dengan negara

Dari data penelitian disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa antara pembelajaran dengan menggunakan strategi Learning Starts With a Question dan Mind

Setelah itu pengurus simpan pinjam akan membuat rekap peminjaman yang disetujui maupun yang ditolak untuk diserahkan kepada administrasi agar memanggil

Cangkang berwarna coklat muda dengan manik-manik yang berurrarna lebih gelap' Hidup pada substrat pasir berlumpur dan permukaan karang, sehingga termasuk