• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALABADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALABADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2005"

Copied!
261
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2005 DI KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN NGAWI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum

Minat Utama : Hukum Kebijakan Publik

Oleh: S U K A R N I NIM: S 310907021

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

IMPLEMENTASI STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2005 DI KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN NGAWI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum

Minat Utama : Hukum Kebijakan Publik

Oleh: S U K A R N I NIM: S 310907021

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008

(3)

IMPLEMENTASI STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2005 DI KANTOR PERTANAHAN

(4)

IMPLEMENTASI STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2005 DI KANTOR PERTANAHAN

(5)

MOTTO :

BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN

(DR. ‘Aidh al – Qarni )

Kupersembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibundaku tercinta (Alm ) 2. Istriku dan Anakku tersayang 3. Almamaterku

(6)

PERNYATAAN

Nama NIM

: :

S U K A R N I S 310907021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul

Implementasi Standar Prosedur Operasi Pengaturan Dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 Di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi adalah betul – betul karya sendiri.Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, - - 2008

Yang membuat pernyataan

S U K A R N I

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah - NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul IMPLEMENTASI STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2005 DI KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN NGAWI. Tesis ini ditulis untuk melengkapi sebagian persyaratan guna mendapatkan Gelar Magister Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Minat Utama Hukum Kebijakan Publik Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini dapat selesai atas bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan sumbangan pemikiran,petunjuk dan saran yang berguna dan bermanfaat dalam penulisan tesis ini.Untuk itu Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Much.Syamsulhadi,Sp.Kj, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. H. Setiono, SH.MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat dan menggugah pikiran penulis untuk segera menyelesaikan pembuatan tesis ini.

3. Prof. Dr. Adi Sulistiyono, SH. MH, selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan tesis ini, atas bimbingan serta arahannya.

(8)

4. Dr. Supanto, SH. Mhum, selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan tesis ini, atas bimbingan, dorongan serta arahannya .

5. Dr. Hartiwiningsih, SH. Mhum, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

6. Dosen – dosen yang dengan penuh dedikasi dan kepakarannya telah memberikan pelajaran, wawasan dansikap keilmuan pada umumnya dan khususnya dalam ilmu hukum.

7. Para karyawan dan karyawati tata usaha Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dengan ramah selalu melayani segala keperluan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Bapak Drs.H.Djoko Suprapto, selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi, yang telah memberikan kesempatan dan waktu kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi.

9. Kepada para karyawan dan karyawati Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi atas bantuan koordinasi dalam penyelesaian penulisan tesis ini.

10. Kepada Pak Wawan, Ibu Dyah dan Ibu Ildiastuti selaku Notaris/PPAT di Wilayah Kabupaten Ngawi, serta Camat selaku PPAT Sementara dan Kepala Desa/Kelurahan beserta Petugas Pembantu PPAT yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dalam penulisan tesis ini.

Penulis mohon maaf kepada pihak – pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga amal baik bapak/Ibu,Saudara dan teman – teman mendapat ridlo dari Alloh,SWT amin.

(9)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi terwujudnya hasil yang lebih baik.

Surakarta,

Penulis

SUKARNI

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………….………...i

PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING...ii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI...………....iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN...………....v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

ABSTRAK...xv

ABSTRACT...xvi

BAB I : PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...9

D. Manfaat Penelitian...10

(11)

BAB II : LANDASAN TEORI...12

A. Kajian Teori...12

1. Teori Kebijakan Publik...12

2. Hubungan Hukum dan Kebijakan Publik...13

3. Implementasi Kebijakan...15

4. Teori Bekerjanya Hukum...18

5. Kebijakan Pengaturan Pertanahan di Indonesia...21

B. Implementasi Hukum Di Bidang Pertanahan...23

C. Tugas dan Wewenang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Dalam Kebijakan Pertanahan Di Bidang Pendaftaran Tanah...31

D. Kerangka Berpikir...38

BAB III : METODE PENELITIAN...41

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian...41

B. Jenis Penelitian... 42

C. Jenis Data...42

D. Sumber Data...45

E. Tehnik Pengumpulan Data...48

F. Tehnik Analisa Data...49

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...52

A. Hasil Penelitian...52

1. Deskripsi Obyek Penelitian Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi...52

(12)

2. Implementasi Standar Prosedur Operasi Pegaturan dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan

Kabupaten Ngawi...70 3. Kendala - kendala Dalam Pelaksanaan SPOPP

Pendaftaran Tanah Pertama Kali Di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi...103 B. PEMBAHASAN...133 1. Implementasi Standar Prosedur Dan Pelayanan

Sertipikasi Hak Atas Tanah Untuk Pendaftaran Tanah Pertama Kali Belum Dapat Dilaksanakan Secara Baik Di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi ...133 2. Kendala – kendala Dalam Pelaksanaan SPOPP

Pendaftaran Tanah Pertama Kali Di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi...155 3.. Solusi yang Dilaksanakan Dalam Mengatasi Kendala Dalam Pelaksanaan SPOPP Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi...162

(13)

BAB V : PENUTUP...165

A. Kesimpulan...165

B. Implikasi...168

C. Saran – saran...170

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Golongan di

Lingkungan Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi...67 Tabel 2. Jumlah Pegawai Berdasarkaan Pendidikan di Lingkungan

Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi...68 Tabel 3. Penerbitan Sertipikat Permohonan Tanah Negara...77 Tabel 4. Penerbitan Sertipikat Berdasarkan Permohonan Pengajuan

Tanah Adat...83 Tabel 5. Penerbitan Sertipikat Berdasarkan Pengajuan Pendaftaran

Tanah Pertama Kali secara Sporadis...101

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan kabupaten Ngawi.

Lampiran 2. Realisasi Fisik dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Periode Januari sampai dengan Desember 2008.

Lampiran 3. Sarana dan prasarana yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi. Lampiran 4. Skema Pengajuan Permohonan Tanah Negara.

Lampiran 5. Skema Pelayanan Pengajuan Tanah Adat. Lampiran 6. Daftar Pertanyaan/Wawancara.

Lampiran 7. Peta Dasar Kabupaten Ngawi.

Lampiran 8. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

Lampiran 9. Penyampaian Keputusan Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005.

Lampiran 10. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Penyederhanaan dan Percepatan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Pertanahan Untuk Jenis Pelayanan Pertanahan Tertentu.

Lampiran 11. Peyampaian Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008

(16)

ABSTRAK

Sukarni, S 310907021. 2007.Implementasi Standar Prosedur Operasi Pengaturan Dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 Di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas bidang tanah,menyediakan informasi kepada pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam perbuatan hukum dan terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi sebagai instansi yang memberikan pelayanan di bidang pertanahan,dalam pelayanan pendaftaran tanah pertama kali pelaksanaannya belum dapat dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

Penelitian ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi pelaksanaan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan pendaftaran tanah pertama kali belum dapat dilaksanakan dengan baik di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi,untuk mengetahui faktor yang menjadi kendala serta solusi untuk mengatasi kendala yang ada.

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan sosiologis hukum atau non doktrinal ,mempergunakan konsep hukum yang ke lima yaitu hukum adalah manifestasi makna – makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka.Tehnik pengumpulan data melalui observasi,wawancara dan dokumentasi.Pemilihan sampel dengan menggunakan tehnik purposive sampling.Analisis datanya menggunakan metode kualitatif.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa pelaksanaan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan,khususnya pelayanan untuk pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi belum dapat dilaksanakan dengan baik karena: a. Hukum/undang-undang dan peraturannya belum dilaksanakan dengan baik karena tidak ada sanksi yang tegas,b.Penegak hukum,belum melaksanakan tugasnya belum baik,c. Sarana/fasilitas pendukung masih kurang dan terbatas,d.Tuntutan percepatan pelayanan dari masyarakat belum dilaksanakan dengan baik,e.Budaya hukum yang masih sulit untuk merubah pola kinerja dalam pemberian pelayanan di bidang pertanahan. Kendalanya meliputi: a.Kurang pahamnya aparat terhadap hukum/ undang-undang, b. Pelaksanaan penerapan peraturan oleh penegak hukum belum dilaksanakan, c.Sarana/fasilitas pendukung yang masih sangat terbatas,d.Kurang siapnya aparat pertanahan terhadap tuntutan percepatan pelayanan pertanahan dari masyarakat,e.Budaya hukum,masih terdapatnya pola lama dalam pemberian pelayanan yang sulit dihilangkan. Solusinya: a.Pemahaman hukum/ undang-undang, peraturan yang berlaku,b.Penegak Hukum diharapkan untuk bekerja dengan baik, c.Sarana/fasilitas pendukung dipenuhi,d.Terpenuhinya tuntutan masyarakat dalam peningkatan pelayanan pertanahan,e.Budaya hukum,perubahan pola kerja dalam pemberian pelayanan yang lebih baik.

(17)

ABSTRACT

Sukarni, S 310907021. 2007.Implementation of Standart Operation of Regulation and Services Procedure in The First Registration Land On The National Standart Decision Number 1, 2005 In Land Office Ngawi Regency.Thesis: Post Graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.

The registration act of land in Indonesia for giving rule of law and protection of law to the right holder of the land,provide information to the Importance including goverment in order to get data easily in law action and doing administration of land in order.The office land Ngawi regency as institution that giving services in land part,in the case is registration service has not been able to be done yet suitable with the national standart decision number 1, 2005 about operation of regulation and services procedure,especially services of the first registration.

The research for knowing and identification of standart operation of regulation and services procedure the first registration land has not been able to do well yet in the land office and for knowing what factor that has been handscape in acting of standart operation of regulation and services procedure for the first time in land office Ngawi regency, and perceiving the obstacles along with the solutions done to handle.

The writer used methode descritive research kualitative.Sociologic approach law or non doctrinal, law concept that writer usinglaw is meaning manifestation symbolic meaning of social attitude as appear in interaction between them.The data collecting technic by observation,interview and documentation.Choosing of samples with a sampling purposive technique.The data analyss is processed by qualitative method.

The result of the research has been done that standard operation of regulationand services procedure acting for the first time registratin in land office Ngawi regency has not been able to do well yet because a. Law/regulation and rules are not conducted with good and there is no punishment.b. Law upholders haven’t walked with good to job.c.Very lack of supporting instruments/facilities, d.Citizens wish for the acceleration of service haven’t do with good.e. Legal culture finds difficulties to change the classic traditional into the new traditional to service in land. The obstacle include:a.Lack of law/regulation understanding,b.Implementation of regulation haven’t do by law up holder,c.Not maximum number of using instrument/facilities,d.Not prepare of land job to citizens wish for the acceleration of service,e. Legal culture finds difficulties to change the classic traditional into the new to service.The solutions are:a.Maximal the law/regulatin understanding,b. Demand law upholder work to do with very good,c. Provide the supporting instrument/facilities.d. To be fulling Citizens wish for the acceleration of service in land,e. Legal culture finds to change the classic traditional into the new to service in land with good.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era pembangunan dewasa ini ,arti dan fungsi tanah bagi negara Indonesia tidak hanya menyangkut kepentingan ekonomi semata, tetapi juga mencangkup aspek sosial dan politik serta aspek pertahanan keamanan. Kenyataan menunjukkan semakin meningkatnya kebutuhan akan tanah untuk pembangunan, maka corak hidup dan kehidupan masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaaan menjadi lain.

Adanya perubahan sikap yang demikian dapat dimaklumi karena tanah bagi masyarakat Indonesia merupakan sumber kemakmuran dan juga kesejahteraan dalam kehidupan.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanah bagi masyarakat Indonesia merupakan salah satu hal yang amat penting guna menjamin kelangsungan hidupnya. Menyadari akan fungsi tersebut maka pemerintah berusaha meningkatkan pengelolaan, pengaturan dan pengurusan di bidang pertanahan yang menjadi sumber kemakmuran dan kesejahteraan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Di dalam Pasal 33 ayat ( 3 ) Undang – Undang Dasar 1945 telah digariskan

(19)

bahwa negara menjamin hak – hak masyarakat atas tanahnya dan memberikan pengakuan atas hak – hak atas tanah yang ada di masyarakat.

Negara Republik Indonesia dalam rangka untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum bagi warganya dalam hal ini melindungi hak – hak warga negara atas tanahnya, maka dikeluarkannya TAP MPR RI No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yang dilaksanakan oleh Pemerintah karena didalamnya diamanatkan kepada Pemerintah untuk melakukan

berbagai hal baik menyangkut upaya

penataan,penguasaan,pemilikan,penggunaan,peruntukkan, dan penyediaan tanah yang semuannya diletakkan dalam kerangka membangun kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan.Peningkatan kesejahteraan rakyat juga diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004 – 2009.Terciptanya kesejahteraan rakyat adalah salah satu tujuan utama pendirian negara Republik Indonesia. Sejahtera merupakan keadaan sentosa dan makmur yang diartikan sebagai keadaan yang berkecukupan atau tidak kekurangan, yang tiadak saja memiliki dimensi fisik atau materi tetapi juga dimensi rohani. Hal ini juga terkait

dalam hal yang menyangkut upaya

penataan,penguasaan,pemilikan,penggunaan,peruntukkan, dan penyediaan tanah yang semuannya diletakkan dalam kerangka membangun kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan

(20)

tanggal 24 September 1960. Ketentuan lebih lanjut mengenai Undang – Undang Pokok Agraria ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Undang – Undang Pokok Agraria (UUPA) disebutkan :

(1). Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan – ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2). Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi: a. pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;

b. pendaftaran hak – hak atas tanah dan peralihan hak – hak tersebut;

c. pemberian surat – surat tanda bukti hak , yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang – bidang tanah dan satuan – satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang – bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak – hak tertentu yang membebaninya.

(21)

kenyataan praktek sehari – hari pada kantor pertanahan sebagai institusi pemerintah yang berwenang mengatur dan mengeluarkan sertifikat tanah, dalam menjalankan dan melaksanakan tugasya sehari – hari tidak luput dari perhatian publik berkaitan dengan kualitas pelayanan yang mereka berikan bagi masyarakat yang menggunakan jasanya.

Permasalahan dalam pelayanan tersebut memiliki dimensi yang sangat luas dengan aneka ragam corak pelaksanaan di berbagai keadaan. Barangkali jika kita mampu mengukur kondisi kualitas pelayanan publik , dalam hal ini tentunya bukan hanya pada kantor pertanahan saja tetapi pada setiap instansi pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan publik yang berlaku dilingkungan masing – masing, Menurut Moenir (1995:86) bahwa Fungsi perkantoran secara umum adalah

sebagai pusat pemikiran, pusat administrasi atau pelayanan dan pusat data dan informasi.Dengan fungsi demikian itu maka perkantoran berperan besar dalam membantu proses pencapaian tujuan organisasi.

Dalam pelaksanaan administrasi perkantoran mempunyai hubungan erat dengan pelayanan timbal balik. Ketertiban dan kelancaran dalam bagian administrasi perkantoran dalam pelaksanaan pelayanan akan berpengaruh terhadap ketertiban dan kelancaran pelayanan yang dampaknya adalah kepuasan dari para penerima layanan. Sehubungan dengan hal tersebut, kantor pertanahan merupakan salah satu

(22)

pelayanan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Di dalam pelayanan publik standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Adapun hal – hal yang harus diatur dalam pelayanan publik minimal mencangkup: prosedur pelayanan baik bagi pemberi maupun penerima layanan, waktu penyelesaian sejak saat pengajuan permohonan sampai penyelesaian termasuk pengaduan, biaya penyelesaian termasuk rinciannya, produk pelayanan yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, penyediaan sarana dan prasarana penunjang dalam pemberian pelayanan dan kompetensi petugas pemberi pelayanan yang didasarkan atas keahlian, ketrampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

Namun dalam kenyataannya, di dalam masyarakat sering kita dengar adanya keluhan – keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa yang menyatakan bahwa pelaksanaaan pengurusan pensertipikatan tanah sangat sulit, berbelit – belit , membutuhkan waktu yang lama dan biayanya mahal.Hal ini sangat sering kita dengar dan kita temui dalam kehidupan masyarakat kita.

(23)

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Penyederhanaan Dan Percepatan Standar Prosedur Operasi Pengaturan Dan Pelayanan Pertanahan Untuk Jenis Pelayanan Pertanahan Tertentu.Pelayanan pertanahan tertentu yang dimaksud untuk tanah – tanah yang telah terdaftar atau bersertipikat meliputi Pemeriksaan (pengecekan) sertipikat, Peralihan hak jual beli, Peralihan hak pewarisan, Peralihan hak hibah, Peralihan hak tukar menukar,Peralihan hak pembagian hak bersama,Hak tanggungan, Hapusnya hak tanggungan roya, Pemecahan sertipikat perorangan,Pemisahan sertipikat perorangan,Penggabungan sertipikat perorangan,Perubahan hak milik untuk rumah tinggal dengan ganti blanko, Perubahan hak milik untuk rumah tinggal tanpa ganti blanko dan Ganti nama. Dengan dikeluarkannya keputusan ini untuk dipergunakan sebagai pedoman bagi instansi dalam hal ini kantor pertanahan dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kepada masyarakat.Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah baik di pusat dan daerah dalam bentuk barang,jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.

(24)

menciptakan kepastian hukum di dalam penguasaan dan pemilikan tanah. Sehubungan dengan hal tersebut sejalan dengan tuntutan Good Governance perlu diciptakan kepastian hukum,partisipasi,transparansi dan akuntabilitas di dalam tiap – tiap kegiatan pelayanan dalam rangka membangun kepercayaan masyarakat (trust building) kepada Badan Pertanahan Nasional.

Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi juga berpedoman pada Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tersebut, namun dari pelaksanaan keputusan tersebut salah satunya yaitu dalam pelayanan pendaftaran tanah untuk pertama kali untuk pelaksanaan kegiatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam keputusan tersebut dalam jangka waktu penyelesaiannya. Seperti adanya keluhan dari warga masyarakat pengguna jasa Kantor Badan Pertanahan Nasional, yang dikutip dari surat kabar Ngawi Post Edisi Mei 2008, sebagai berikut: “ Puluhan warga tiga dusun Pocol,Gatak, dan Keleleng di Desa Kletekan, Kecamatan Jogorogo resah.Pasalnya bertahun – tahun ngurus sertifikat tanah tidak kelar – kelar”.

Dengan berdasarkan pada permasalahan yang ada, yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah pertama kali yang belum dapat dilaksanakan dengan baik di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi, maka penulis

(25)

B. Perumusan Masalah

Untuk mencapai tujuan penelitian dan permasalahan yang akan dibahas agar lebih terarah perlu dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang akan diteliti dan dibahas, sehubungan dengan hal tersebut, penulis dapat memfokuskan diri pada permasalahan yang akan dibahas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada.Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Mengapa Implementasi Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 belum dapat dilaksanakan secara baik di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi?

2. Faktor – faktor apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi?

(26)

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi Implementasi Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali sesuai Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 belum dapat dilaksanakan secara baik di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi.

2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor - faktor apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi.

(27)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran atau memberikan solusi bagi pemecahan masalah yang timbul dalam pelaksanaan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali sesuai Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 yang belum dapat dilaksanakan secara baik di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi.

b. Dapat menyumbangkan pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat di bidang ilmu hukum, khususnya konsentrasi hukum kebijakan publik dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan pendaftaran tanah.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat lebih meningkatkan pelaksanaan pelayanan pendaftaran tanah pada kantor pertanahan.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam rangka pelaksanaan pelayanan pendaftaran tanah pada kantor pertanahan.

c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan referensi bagi penelitian berikutnya.

(28)

BAB. II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Teori Kebijakan Publik

Kebijakan Pemerintah atau sering juga diterjemahkan sebagai kebijakan publik memiliki berbagai macam arti. Para ahli memberikan pengertian berbeda – beda mengenai kebijaksanaan pemerintah ini, menurut Thomas R.Dye (dalam Esmi Warassih, 2005: 131) mendefinisikan bahwa public policy is whatever goverments choose to do or not to do ( kebijakan publik sebagai pilihan tindakan apapun yang dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah ). Menurut Harold D.Laswell,Carl J. Frederick dan David Easton yang dikutip oleh Setiono (2007 : 1-2) sebagai berikut:

1. Harold D.Laswell mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai –nilai dan praktek – praktek yang terarah.

2. Carl J. Frederick mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan – hambatan dan kesempatan – kesempatan terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

3. David Easton mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah sebuah proses pengalokasian nilai – nilai secara paksa kepada seluruh masyarakat yang dibebankan oleh lembaga yang berwenang seperti pemerintah.

(29)

Pertama, dilihat dari sudut ilmiah, kebijakan negara dipelajari dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai hakikat dan asal mula kebijakan negara, berikut proses – proses yang mengantarkan perkembangannya serta akibat – akibatnya pada masyarakat.Kedua, dilihat dari sudut alasan professional, maka studi kebijakan negara dimaksudkan untuk menerapkan pengetahuan ilmiah di bidang kebijakan negara guna memecahkan masalah – masalah sosial sehari – hari.Sehubungan dengan ini, terkandung suatu pemikiran tentang faktor – faktor yang membentuk kebijakan negara, katau akibat – akibat yang ditimbulkan oleh kebijakan tertentu, maka perlu dipertimbangkan bagaimana individu, kelompok atau pemerintah dapat bertindak guna mencapai tujuan mereka.Ketiga, dilihat dari sudut alasan politis, maka mempelajari kebijakan negara pada dasarnya dimaksudkan agar pemerintah dapat menempuh kebijakan yang tepat, guna mencapai tujuan yang tepat pula.Dengan kata lain, studi kebijakan negara dalam hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan kebijakan negara yang dibuat oleh pemerintah.

Definisi tentang kebijakan tidak ada pendapat yang tunggal, tetapi menurut konsep demokrasi modern kebijakan negara tidaklah hanya berisi cetusan pikiran atau pendapat para pejabat yang mewakili rakyat, tetapi opini publik juga mempunyai porsi yang sama besarnya untuk diisikan dalam kebijakan negara. 2. Hubungan Hukum dan Kebijakan Publik

(30)

a. Proses pembentukan kebijakan publik berangkat dari realitas yang ada di dalam masyarakat.

b. Dalam melakukan penerapan hukum membutuhkan kebijakan publik sebagai sarana yang mampu mengaktualisasikan dan mengkontekstualisasikan hukum tersebut dengan kebutuhan dan kondisi riil yang ada di masyarakat, sebab jika responsifitas aturan masyarakat hanya sepenuhnya diserahkan pada hukum semata, maka bukan tidak mungkin pada saatnya akan terjadi pemaksaan – pemaksaan hukum yang tidak sejalan dengan cita – cita hukum itu sendiri yang ingin menyejahterakan masyarakat.

c. Hubungan hukum dan kebijakan publik dalam hal evaluasi dapat dilakukan dengan evaluasi peradilan administrasi dan evaluasi kebijakan publik.

Hubungan hukum dan kebijakan publik adalah saling memperkuat satu dengan yang lain.Sebuah produk hukum tanpa adanya proses kebijakan publik didalamnya maka produk hukum itu akan kehilangan makna substansinya.Sebaliknya sebuah proses kebijakan publik tanpa adanya legitimasi hukum akan lemah pada tatanan operasionalnya.

3. Implementasi Kebijakan

(31)

diinginkan oleh para pejabat pemerintah.Implementasi mencangkup banyak macam kegiatan sebagai berikut: Pertama, badan – badan pelaksana yang ditugasi oleh undang – undang dengan tanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumber – sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar.Kedua, badan – badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan – arahan konkret, regulasi, serta rencana – rencana dan desain program. Ketiga, badan – badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan – kegiatan mereka dengan menciptakan unit – unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja.Pandangan Grindle (dalam Budi Winarno, 2008:146) mengenai implementasi dengan mengatakan bahwa secara umum , tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan ( linkage) yang memudahkan tujuan – tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah.

Pendapat van Meter dan van Horn (dalam Budi Winarno,2008: 146) mereka membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu – individu atau kelompok –kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan – keputusan kebijakan sebelumnya.

(32)

baik untuk melaksanakan tugas – tugas mereka, infomasi, wewenang dan fasilitas – fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan usul – usul di atas kertas guna melaksanakan pelayanan – pelayanan publik.

Dari beberapa pendapat mengenai implementasi kebijakan, dapat diartikan implementasi kebijakan merupakan pelaksanaan terhadap suatu aturan atau ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran suatu program yang telah ditetapkan.

4. Teori Bekerjanya Hukum

Menurut Robert B. Seidman ( dalam Esmi Warassih, 2005: 11 ) menyatakan bahwa tindakan apapun yang akan diambil baik oleh pemegang peran, lembaga – lembaga pelaksana maupun pembuat Undang – undang selalu berada dalam lingkup kompleksitas kekuatan – kekuatan sosial, budaya, ekonomi dan politik,dan lain sebagainya.Seluruh kekuatan – kekuatan sosial itu selalu ikut bekerja dalam setiap upaya untuk memfungsikan peraturan – peraturan yang berlaku,menerapkan sanksi – sanksinya, dan dalam seluruh aktivitas lembaga – lembaga pelaksanaannya.

Berbicara masalah hukum pada dasarnya membicarakan fungsi hukum di dalam masyarakat.Kebijakan dalam bidang hukum akan berimplikasi kepada masalah politik yang sarat dengan diskriminasi terhadap kelompok lain.Untuk memahami bagaimana fungsi hukum itu, ada baiknya dipahami terlebih dulu bidang pekerjaan hukum.

Menurut Soerjono Soekanto ( 1993: 5 ) untuk memahami bagaimana fungsi hukum itu,tidak dapat lepas dari aspek penegakan hukum,yakni pelaksanaan suatu kebijakan atau suatu komitmen yang bersangkutan dengan 5 faktor pokok yaitu: a. Faktor hukumnya sendiri yang merupakan dasar kebijakan.

(33)

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat,yakni lingkungan dimana hukum berlaku atau diterapkan. e. Faktor budaya,yakni sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang didasarkan pada

karsa manusia di dalam pergaulan hidupnya.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan erat, karena merupakan esensi dari penegakan hukum dan merupakan tolok ukur dari efektifitas penegakan hukum.

Menurut Esmi Warassih (2005:15),bahwa suatu peraturan dibuat atau dikeluarkan tentunya berisi harapan – harapan yang hendaknya dilakukan oleh subyek hukum sebagai pemegang peran.Namun bekerjanya harapan itu tidak ditentukan hanya oleh kehadiran peraturan itu sendiri, melainkan juga oleh beberapa faktor lain. Faktor – faktor yang turut menentukan bagaimana respon yang akan diberikan oleh pemegang peran, antara lain (1).sanksi-sanksi yang terdapat di dalamnya,(2).aktivitas dari lembaga pelaksana hukum, dan (3).seluruh kekuatan – kekuatan sosial,politik dan lain – lainnya yang bekerja atas diri pemegang peranan itu.

Pengertian hukum sebagai suatu sistem norma yang dikemukakan oleh Lon L. Fuller dalam Esmi Warassih ( 2005:31) yang berpendapat bahwa untuk mengenal hukum sebagai sistem maka harus dicermati adanya 8 (delapan) azas atau principles of legality , yang meliputi:

1. Sistem hukum harus mengandung peraturan – peraturan artinya ia tidak boleh mengandung sekedar keputusan – keputusan yang bersifat ad hoc.

2. Peraturan – peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan. 3. Peraturan tidak boleh berlaku surut.

4. Peraturan – peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti.

(34)

6. Peraturan – peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan.

7. Peraturan tidak boleh sering dirubah – rubah.

8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaan sehari – hari.

Beberapa pengertian hukum diatas pada dasarnya hukum mempunyai banyak fungsi dalam usahanya untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan.Oleh karena itu sebagai hukum positif harus dipahami suatu sistem norma.Pemahaman ini untuk menghindari terjadinya pertentangan antara norma hukum yang lebih tinggi dengan norma hukum yang lebih rendah kedudukannya.

Menurut Paul dan Dias ( dalam Esmi Warassih , 2005:105) ,mengajukan 5 (lima) syarat yang harus dipenuhi untuk mengefektifkan sistem hukum,yaitu:

(1). Mudah tidaknya makna aturan – aturan hukum itu untuk ditangkap dan dipahami;

(2). Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan – aturan hukum yang bersangkutan;

(3). Effisien dan effektif tidaknya mobilisasi aturan – aturan hukum;

(4). Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah dijangkau dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat,melainkan juga harus cukup effektif dalam menyelesaikan sengketa – sengketa;

(5). Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan warga masyarakat bahwa aturan – aturan dan pranata – pranata hukum itu memang sesungguhnya berdaya kemampuan yang efektif.

(35)

5. Kebijakan Pengaturan Pertanahan di Indonesia

Menurut Maria S.W.Sumardjono (2006 : 42), bahwa perwujudan keadilan sosial di bidang pertanahan dapat dilihat pada prinsip – prinsip dasar Undang – Undang Pokok Agraria , yakni prinsip negara menguasai, prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah masyarakat hukum adat,asas fungsi sosial semua hak atas tanah, prinsip

landreform, prinsip perencanaan dalam penggunaan tanah dan upaya pelestariannya, dan prinsip nasionalitas.

Prinsip dasar ini kemudian dijabarkan dalam berbagai produk berupa peraturan perundang-undangan dan kebijakan lainnya.Berbagai kebijakan pertanahan harus ditujukan bagi tercapainya keadilan sosial bagi seluruh masyarakat, maka adanya beberapa hal yang perlu diperhatikan, meliputi:Pertama, prinsip – prinsip dasar Undang – Undang Pokok Agraria tidaklah bersifat statis.Dalam menghadapi perkembangan baru kebijakan yang ditempuh haruslah dilaksanakan dengan tetap taat asas, yakni sesuai dengan konsepsi yang melandasinya, namun akomodatif terhadap perkembangan tersebut.Kedua, bahwa keberpihakan kepada kepentingan masyarakat banyak sesuai dengan Pasal 33 ayat ( 3 ) Undang – Undang Dasar 1945, secara langsung berakibat berkurangnya perhatian kepada investasi modal asing.Ketiga, keinginan untuk melakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan pertanahan seyogyanya dipahami sebagai keinginan untuk menilai produk hukum yang telah ada dan yang sedang dirancang.

(36)

undangan yang mampu menjabarkan berbagai aspek dari orientasi kebijakan dan tujuannya, yakni (1). demokratisasi berupa pengawasan terhadap terhadap kekuasaan,jaminan stabilitas politik sebagai akibat demokratisasi,dan perlindungan hak asasi manusia; (2). peningkatan kepastian hukum melalui pembuatan peraturan perundang-undangan yang diperlukan dan pelaksanannya konsisten; (3). pemberdayaan kelembagaan yakni memperkuat administrasi pertanahan, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pendukung dan transparansi dalam proses pembuatan keputusan; (4). meningkatkan insentif ekonomi berupa efektivitas perpajakan dan transparansi di dalam pasar tanah; dan (5).menetapkan batas – batas kewenangan pemerintah berupa perumusan tanggung jawab pokok dan pengembangan model kemitraan antara swasta dan pemerintah.Kebijakan pertanahan apa pun yang diterbitkan berdasarkan orientasi serta tujuan dan sasaran yang mendukung itu tidak akan mencapai sasaran, bila tidak diterima dan disikapi serta ditindaklanjuti oleh para pelaksananya secara konsekuen.Perubahan pola pikir dan tindakan aparat pelaksana dalam fungsi pelayanan kepada masyarakat sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan kebijakan pertanahan.

B. Implementasi Hukum Di Bidang Pertanahan

(37)

itu tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia, misalnya tata aturan mengenai jual beli, perkawinan dan sebagainya bersumber pada tingkah laku manusia.

Hukum sebagai suatu proses tidak dapat dilihat sebagai suatu perjalanan penetapan peraturan – peraturan hukum saja. Melainkan, hukum sebagai proses perwujudan tujuan sosial di dalam hukum.Fungsi hukum sebagai sarana pengendali sosial sudah tidak dapat lagi mengandalkan sepenuhnya pada kemampuan peraturan – peraturan hukum formal.Hukum dimanfaatkan sebagai saluran untuk merumuskan kebijakan dalam berbagai bidang sosial,ekonomi,politik dan sebagainya.

Menurut pendapat Satjipto Rahardjo (dalam Esmi Warassih, 2005: 11), menegaskan dengan diterimanya pengetahuan yang mendalam tentang hasil karya ilmu – ilmu sosial,hukum akan lebih mudah dan mampu menghayati fenomena sosial.Suatu pendobrakan terhadap kesadaran semacam itu akan terjadi apabila mereka mulai menyadari bahwa sekalipun hukum itu nampak sebagai seperangkat norma – norma hukum, tetapi ia selalu merupakan hasil daripada suatu proses sosial.Itu berarti,usaha manusia untuk membuat dan merubah tatanan hukum itu senantiasa berada di dalam konteks sosial yang terus berubah.

Begitu pentingnya hukum dalam kehidupan sosial masyarakat,maka terkait dengan bidang pertanahan diperlukan adanya pembangunan hukum tanah nasional,khususnya dalam pembentukan peraturan perundang – undangan, diperlukan pendekatan yang mencerminkan pola pikir yang proaktif dilandasi sikap kritis yang obyektif, yang dipergunakan untuk menunjang pembangunan hukum tanah nasional dengan upaya pemahaman hukum dan aspirasi yang melekat pada asas hukum yang bertujuan untuk mencapai keadilan,kepastian hukum,dan manfaat bagi masyarakat.

(38)

hak atas tanah seseorang atau suatu masyarakat hukum adat,maka negara wajib memberi jaminan kepastian hukum terhadap hak atas tanah tersebut sehingga lebih mudah bagi seseorang untuk mempertahankan haknya terhadap gangguan pihak lain.

Upaya pendaftaran tanah secara sistematis, pendaftaran secara sporadik perlu dipertahankan dengan meningkatkan mutu pelayanan aparat sehingga tercapai tujuannya berupa alat bukti hak yang akurat, yang diperoleh dalam jangka waktu dan dengan biaya yang wajar.Pemberian jaminan kepastian hukum tersebut, negara juga berkewajiban untuk memberikan perlindungan hukum terhadap hak atas tanah yang dipunyai perseorangan atau masyarakat hukum adat.Kegiatan pendaftaran tanah akan menghasilkan tanda bukti hak atas tanah yang disebut sertifikat.

Sertifikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah, berisi data fisik yang mencangkup keterangan tentang letak,batas,luas bidang tanah, serta bagian bangunan atau bangunan yang ada di atasnya dan data yuridis yang meliputi keterangan tentang status tanah dan bangunan yang didaftar,pemegang hak atas tanah, dan hak – hak pihak lain,serta beban – beban lain yang berada di atasnya. Dengan memiliki sertifikat hak atas tanah, maka kepastian hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanahnya, subyek hak, dan obyek haknya menjadi nyata.

(39)

Time standards established through work measurement aid management both in planning and controlling. They are actually plans of a special sort; they are standing plans as to how long any given work or phase of work should take.”

Standar waktu dapat ditetapkan pada waktu dilakukan pengukuran kerja, karena memang dalam pengukuran kerja termasuk pengukuran waktu yang dipelukan untuk penyelesaian tahap pekerjaan.Akan tetapi pengukuran waktu itu itu sendiri adalah suatu bentuk penelitian yang dapat berdiri sendiri yang hasilnya dapat dipakai bahan untuk penentuan tingkat produktifitas kerja, menentukan urutan prioritas pekerjaan, pengaturan beban kerja dan mengantisipasi keadaan serta perencanaan selanjutnya. Jadi standar waktu suatu proses banyak manfaatnya dalam pekerjaan apapun tak terkecuali pada pekerjaan yang bersifat pelayanan, dengan standar waktu manajemen dapat merencanakan lebih lanjut tenaga kerja,peralatan dan bahan yang diperlukan dan juga dapat melakukan pengawasan yang efektif dari segi waktu , agar supaya hasil akhir dapat memuaskan para pihak – pihak yang mendapatkan pelayanan.

(40)

berlaku dalam organisasi. Menurut Louis A. Allen ( dalam Moenir, 1995:106 ) dinyatakan

sebagai berikut: “ Procedures prescribe the manner or method by which work is to be performed”, yang berarti bahwa prosedur dibuat atas dasar penelitian di lapangan lebih dahulu, agar supaya dapat memenuhi keperluan memperlancar mekanisme kerja.

Pada hakekatnya manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas. Pemenuhan kebutuhan itu tidak dapat dilakukan dengan mengandalkan akifitas dan kemampuan sendiri. Oleh karena itu , pemenuhan kebutuhan yang tidak terbatas memerlukan aktifitas orang lain. Pada kenyataannya manusia tidak dapat hidup hanya dengan mengandalkan kemampuannya sendiri. Menurut Moenir (1995:16), bahwa aktifitas orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain disebut dengan pelayanan, dan lebih lanjut juga disebutkan bahwa timbulnya aktifitas pelayanan disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut, yang meliputi: Pertama, adanya rasa cinta dan kasih sayang di antara manusia, Kedua, adanya keyakinan untuk saling tolong menolong, Ketiga, adanya keyakinan bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu bentuk amal sholeh.

Pelayanan umum merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

(41)

disebutkan bahwa Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerimaan pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat 3 (tiga) unsur dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu sebagai berikut: Pertama, penyelenggaraan pelayanan adalah instansi pemerintah yang meliputi satuan kerja/ satuan organisasi Kementrian, Departemen,Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara dan Instansi Pemerintah lainnya, baik di pusat maupu di daerah termasuk Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Kedua, pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang – undangan, Ketiga, penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum.

Dalam pelaksanaan pelayanan publik adanya 10 (sepuluh) prinsip pelayanan publik yang meliputi: kesederhanaan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggungjawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan dan keramahan serta kenyamanan. Dari kesepuluh prinsip pelayanan publik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur pelayanan yang diselenggarakan tidak berbelit – belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh penerima pelayanan;

(42)

dalam pelaksanaan pelayanan publik, Rincian biaya pelayanan publik dan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik;

7. Kelengkapan sarana dan prasarana, bahwa dengan tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika ( telematika); 8. Kemudahan akses, bahwa tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika;

9. Kedisiplinan,kesopanan dan keramahan.Di dalam memberikan pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas;

10. Kenyamanan, bahwa lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan lainnya.

(43)

pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi atau penerima pelayanan. Adapun ketentuan yang harus diatur dalam standarisasi pelayanan publik minimal meliputi prosedur pelayanan baik bagi pemberi maupun penerima pelayanan, waktu penyelesaian sejak saat pengajuan permohonan sampai penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan, biaya pelayanan termasuk rinciannya, produk pelayanan yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, penyediaan sarana dan prasarana penunjang dalam pemberian pelayanan dan kompetensi petugas pemberi pelayanan yang didasarkan atas keahlian, ketrampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

Menurut Moenir (1995:88), menyebutkan adanya enam (6) faktor pendukung pelayanan umum yang saling berpengaruh dan secara bersama – sama akan mewujudkan pelaksanaan pelayanan secara baik , yaitu:

1. Faktor kesadaran, bahwa para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam pelayanan publik, dengan adanya kesadaran diharapkan mereka melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan, kesungguhan dan disiplin;

2. Faktor aturan, yang menjadi landasan kerja pelayanan.Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah pernggunaan kewenangan yang harus diikuti dengan pemenuhan hak, kewajiban dan tanggungjawab.Adanya pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk mengantisipasi masa depan dan mempunyai kemampuan bahasa yang baik, serta memahami berbagai aturan pelaksana juga disiplin dalam pelaksanaan tugas dalam bentuk ketaatan terhadap aturan yang telah ditetapkan;

(44)

diperhatikan adalah metode dan prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan;

4. Faktor pendapatan, yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum.

Pendapatan merupakan batas jasa atau imbalan bagi seseorang yang telah mengorbankan tenaga dan pikirannya;

5. Faktor kemampuan dan ketrampilan petugas atau dalam istilah lain disebut dengan “ skill” atau berarti “kecakapan” yang meliputi technical skill, human skill dan conceptual skill sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pejabat agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;

6. Faktor sarana pelayanan yaitu segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lainnya yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu pelaksana pekerjaan.

C. Tugas dan Wewenang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Dalam Kebijakan Pertanahan Di Bidang Pendaftaran Tanah.

(45)

Dalam Pasal 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, disebutkan bahwa Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, serta dalam Pasal 2 disebutkan juga bahwa Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, salah satu tugasnya yaitu Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum.

Pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, maksud dari pendaftaran tanah adalah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang – bidang tanah dan satuan - satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang – bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak – hak tertentu yang membebaninya. Untuk pendaftaran tanah pertama kali mengandung maksud suatu kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau Peraturan Pemerintah ini.

(46)

(2) yaitu pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Adapun yang dimaksud dengan pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/ kelurahan, sedangkan yang dimaksud dengan pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/ kelurahan secara individual atau massal.

Di dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan bahwa pendaftaran tanah bertujuan :

a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak – hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;

b. untuk menyediakan informasi kepada pihak – pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang – bidang tanah dan satuan – satuan rumah susun yang sudah terdaftar;

c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

(47)

meningkat kegiatannya.Pendaftaran tanah secara sistematik diutamakan karena melalui cara ini akan mempercepat perolehan data mengenai bidang – bidang tanah yang akan didaftar daripada melalui pendaftaran tanah secara sporadik.

Tujuan pendaftaran tanah untuk menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap mengenai bidang – bidang tanah dipertegas dengan dimungkinkannya menurut Peraturan Pemerintah ini pembukuan bidang – bidang tanah yang data fisik dan atau yuridisya belum lengkap atau masih disengketakan, walaupun untuk tanah – tanah yang demikian belum dikeluarkan sertipikat sebagai tanda bukti haknya.

Dalam rangka memberi kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah dalam Peraturan Pemerintah ini diberikan penegasan mengenai sejauh mana kekuatan pembuktian sertipikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh Undang – Undang Pokok Agraria.Untuk itu diberikan ketentuan bahwa selama belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam sertipikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari – hari maupun dalam sengketa di Pengadilan, sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

(48)
(49)

tanah.Kedelapan, tahapan penerbitan sertipikat hak atas tanah, mengkonstruksi norma apresiasi anggota masyarakat terhadap hak dan kewajiban anggota masyarakat sehubungan dengan telah dibuktikannya pemilikan atas suatu bidang tanah. Kesembilan, tahapan penyerahan sertipikat hak atas tanah pada pemohon, mengkonstruksi norma kehati –hatian anggota masyarakat dalam menyimpan alat bukti yang kuat bagi pemilikan atas suatu bidang tanah.Kesepuluh, tahapan paska penyerahan sertipikat hak atas tanah pada pemohon, mengkonstruksi norma kemampuan anggota masyarakat memanfaatkan sertifikat hak atas tanah yang ada padanya.

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di bidang pertanahan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional dikeluarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional dengan pertimbangan:

a. bahwa dalam rangkapeningkatan pelayanan kepada masyarakat,perlu adanya pedoman pelaksanaan pelayanan pertanahan yang didasrkan pada semangat pembaruan agrarian dan pengelolaan sumberdaya alam,sebagai suatu kebijakan dalam sistem pelayanan pertanahan secara nasional;

b. bahwa ketentuan yang sudah ada saat ini yang berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan pertanahan belum mengatur secara menyeluruh dan rinci mengenai jangka waktu,biaya dan persyaratan dalam pemberian pelayanan pertanahan; c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a dan huruf b,dipandang perlu

(50)

Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

D. Kerangka Berpikir

(51)

Soerjono Soekanto (1993: 5), bahwa penegakan hukum berkaitan dengan 5(lima) faktor pokok yaitu faktor hukum,faktor penegak hukum,faktor sarana dan fasilitas,faktor masyarakat dan faktor budaya.Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir peneliti dalam penelitian ini, maka selengkapnya kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(52)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA UUPAUUPAPeratuUUPA

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 ttg Pendaftaran Tanah

Keputusan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2005 ttg SPOPP

Pelaksanaan SPOPP Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan

Kabupaten Ngawi

Hukum Penegak

Hukum

Sarana atau Fasilitas

Masyarakat Budaya

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian diperlukan dalam penelitian untuk memberikan arahan dan pedoman dalam memahami obyek yang diteliti, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar dan memperoleh hasil yang memiliki bobot nilai yang tinggi serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Setiono (2005:4), metode merupakan salah satu langkah dari metodologi. Berikut ini diuraikan secara singkat hal – hal yang berkaitan dengan metode penelitian, antara lain:

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penulis melakukan persiapan untuk mencari data awal dan menyusun usulan proposal penelitian. Penulis mulai melakukan penelitian untuk melengkapi data bagi penyusunan tesis ini, pada bulan Juni sampai bulan Desember 2008. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi, yaitu untuk memperoleh gambaran selengkapnya tentang Implementasi Standar Prosedur Operasi Pengaturan Dan Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 Di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi.

B. Jenis Penelitian

Di dalam penelitian hukum metode yang digunakan tergantung pada konsep apa yang dimaksud tentang hukum itu. Menurut Soetandyo Wignyosoebroto (dalam Setiono, 2005: 20), ada lima (5) konsep hukum, yaitu:

(54)

2. Hukum adalah norma – norma positif di dalam sistem perundang – undangan hukum nasional;

3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim inconcreto, dan tersistematisasi sebagai judge made law;

4. Hukum adalah pola – pola perilaku sosial yang terlembagakan , eksis sebagai variable sosial yang empirik;

5. Hukum adalah manifestasi makna – makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka.

Penelitian ini menggunakan konsep hukum kelima, yaitu hukum adalah manifestasi makna – makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka.

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriftif. Menurut Setiono ( 2005: 5), penelitian deskriftif dimaksudkan untuk memberikan data yang diteliti seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala – gejala lainnya.

(55)

C. Jenis Data

Menurut Soerjono Soekanto ( 1986 : 7 ), Data adalah gejala – gejala yang dihadapi, yang ingin diungkap kebenarannya beserta hasil – hasilnya, dalam penelitian sosiologi hukum dengan metode pendekatan kualitatif ini diperlukan data yang relevan dan menunjang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis,yaitu: a. Data Primer

(56)

Notaris / Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berada di Wilayah Kabupaten Ngawi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.Menurut Soerjono Soekanto & Sri Mamudji ( 2001:12) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan – bahan pustaka. Jadi data sekunder didapatkan dari pihak lain , karena itu perlu adanya ketelitian dalam pemeriksaan, bahkan kalau mungkin data sekunder dicari terlebih dahulu yang sesuai dengan tujuan penelitian.Sumber data sekunder pada penelitian in berupa peraturan perundang – undangan dan buku literature yang dibutuhkan serta dokumen atau arsip – arsip yang relevan dengan hasil penelitian.Dalam Penelitian ini sumber data sekunder meliputi:

- Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria.

- Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

- Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

- Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan Dan Pelayanan Di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

(57)

D. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Menurut Suharsini Arikunto ( 1987 :102 ), sumber data dalam penelitian kualitatif ini adalah subyek dari mana data tersebut diperoleh.Sumber data berupa manusia dalam posisi sebagai nara sumber atau informan. Cara ini dilakukan dengan purposive sampling, menurut Burhan Ashshofa ( 2007 : 91 ) bahwa informan/ responden yang dipilih berdasarkan pertimbangan/ penelitian subyektif dari peneliti, jadi dalam hal ini peneliti menentukan sendiri informan/responden yang dapat dianggap dapat mewakili dalam pelaksanaan penelitian ini.Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah:

1). Drs.H.Djoko Suprapto ( Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi ). 2). Slamet, SH ( Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah pada Kantor

Pertanahan Kabupaten Ngawi ).

3). Agus Joko Wiyono, SH ( Plh. Kepala Sub Seksi Pendaftaran Hak pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi ).

4). Sunyoto, SH ( Kepala Sub Seksi Penetapan Hak pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi ).

5). Murtoyo,APtnh ( Petugas Loket pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi). 6). Yitno,SH ( Staf pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi).

7). Klara Pirena TM,SH (Staf pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi). 8). Jaka Suranta,SH (Kepala Seksi Survei,Pengukuran dan Pemetaan pada

(58)

9). Siradjudin Usman,SH ( Kepala Sub Seksi Survei dan Pengukuran pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi).

10). Suyato (Staf pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi). 11). Musdarwati (Staf pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi). 12). Zaenudin (Staf pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi). 13). Salimun,SH (Staf pada Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi). 14). Drs. Sunarno ( Camat Ngawi ).

15). Hariyadi ( Pembantu PPAT Kecamatan Ngawi). 16). Drs. Gigih Wiyono, Msi ( Camat Padas ). 17). Joko (Pembantu PPAT Kecamatan Padas ). 18). Drs. Joko Santoso ( Camat Geneng ).

19). Sudanarto (Pembantu PPAT Kecamatan Geneng ). 20). Drs. Yulianto ( Camat Gerih ).

21). Sujito, SH (Pembantu PPAT Kecamatan Gerih ). 22). Drs. Agus Sumantoro ( Lurah Margomulyo ).

23). Pagi ( Kepala Urusan Pemerintahan Kelurahan Margomulyo ). 24). Sunarti ( Lurah Ketanggi ).

25). Subali ( Lurah Karangtengah ).

26). Heri ( Sekretaris Kelurahan Karangtengah ). 27). Widodo ( Kepala Desa Karangasri ).

(59)

31). Maryoto ( Tokoh Masyarakat).

32). Sri Mulyono Hermawan,SH ( Notaris/ PPAT). 33). Dyah Ariasnani,SH ( Notaris/ PPAT ).

34). Ildiastuti, SH ( Notaris/PPAT ). 35). Lilis Winarti ( Pemohon ). 36). Mujib Pambudi (Pemohon). 37). Rustamaji (Pemohon). 38). Siti Maimunah (Pemohon). 39). Ny. Sukarti (Pemohon). 40). Sukatni ( Pemohon).

41). Kholifah Kholifatun (Pemohon) 42). Sri Martini (Pemohon)

43). Kuswandono (Pemohon). 44). Sugianto(Pemohon). 45) Waji (Pemohon). 46). Suprianto (Pemohon). 47). Suwarni (Pemohon). 48) Siti Nurjanah (Pemohon). 49). Drs.Eko Sugiyanto (Pemohon). 50). Suparman (Pemohon)

2. Sumber Data Sekunder.

(60)

berupa arsip – arsip dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian ini untuk megumpulkan data,penulis mempergunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman umum wawancara. Adapun wawancara mendalam dilakukan dengan :

a. Pejabat di lingkungan Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi;

b. Karyawan dan karyawati yang berkopeten dengan tugas dan bidang pekerjaannya di lingkungan Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi.

c. Pemohon dan perangkat desa/ kelurahan yang mengajukan pendaftaran tanah pertama kali.

d. Notaris/ Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Kabupaten Ngawi.

2. Observasi dilakukan dalam kegiatan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian dan melakukan pencatatan – pencatatan terhadap gejala yang diamati secara sistematis, dalam hal ini observasi dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi.

Gambar

TABEL  1Jumlah Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Golongan
TABEL 2
TABEL  3Penerbitan Sertipikat Permohonan Tanah Negara
TABEL  4Penerbitan Sertipikat Berdasarkan Permohonan Pengajuan  Tanah Adat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) ditinjau dari Service per Conception (S/C) dan Conception Rate (CR)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran ARIAS terintegrasi dengan pembelajaran aktif learning tournament

lebih pada suatu perusahaan dalam satu bulan atau terjadi rentetan PHK yang.. dapat menggambarkan itikad pengusaha untuk mengadakan PHK

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, dimana telah ada beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian yang sejenis atau dengan judul dan masalah

Case hardening. As mentioned above, only those carbon steels can be hardened whose carbon content is about 0.25% or more. How do we harden dead mild steel? The answer is by

Sedangkan pengukuran spektrum neutron dilakukan di sekitar tengah kapsul yang berdiameter 12,5 cm (5 inci) dart panjang 30 cm menggunakan keping : Co, Cu, Au, Sc, Ag, Fe, Ti, Ni, Mg,

Bahwa selanjutnya Terdakwa jalan terus menuju pangkalan ojek dan sepeda motor Tiger tersebut mengikutinya, saat berhenti di pangkalan ojek Saksi-I (Onisimus

Bahwa benar pada tanggal 14 September 2009 Terdakwa meninggalkan kesatuan tanpa ijin yang sah dari Komandan kesatuan atau atasan lain yang berwenang dan