• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lukita Indo Cahyo Tarigan Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 21 Agustus 1993

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Kristen

Alamat : Jalan Flamboyan 1 Blok. C No. 1, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan

Orangtua

- Ayah : Lamsah Tarigan

- Ibu : Lilys Herawaty

Riwayat Pendidikan : 1. TK Mutiara Indonesia (1997-1999) 2. SD Methodist 1 (1999-2002) 3. SD Santo Yoseph (2002-2005) 4. SMP Santo Thomas 1 (2005-2008) 5. SMA Santo Thomas 1 (2008-2011) Riwayat Pelatihan : -

(3)

Lembar Penjelasan untuk Penelitian

“Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012, dan

2013”

Saya, Lukita Indo Cahyo Tarigan, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012, dan 2013”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013.

Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mohon kesediaan Anda dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini dengan benar dan sejujur-jujurnya, tanpa bekerja sama dengan orang lain. Setiap data yang dicantumkan dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan akan digunakan untuk tujuan penelitian saja. Seandainya Anda menolak untuk berpartisipasi maka tidak terdapat sanksi apapun.

Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, saya mengharapkan Anda dapat mengisi lembar persetujuan partisipasi dalam penelitian ini.

Medan, ... 2014 Hormat Saya,

Lukita Indo Cahyo Tarigan

(4)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

_______________________________________________________________

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mendapatkan penjelasan sepenuhnya mengenai penelitian ini,

Judul penelitian : Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 dan 2013.

Nama peneliti : Lukita Indo Cahyo Tarigan Jenis penelitian : Deskriptif

Lokasi penelitian : Universitas Sumatera Utara, Medan

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian.

(5)

KUESIONER PENELITIAN:

Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 dan 2013.

Nama :

NIM :

Umur : Jenis Kelamin : L / P

Dalam periode 1 minggu, berapa kali anda melakukan olahraga seperti dibawah ini lebih dari 15 menit selama waktu luang anda?

Isi sesuai dengan diri anda

Jenis olahraga Kali per minggu

(isi dengan angka) Olahraga berat

Seperti: berlari, basket, sepak bola, angkat beban, bela diri Olahraga sedang

Seperti: bersepeda, voli, badminton, berenang, tenis, menari Olahraga ringan

Seperti: jalan santai, yoga, memancing, bowling, golf

Untuk 10 pertanyaan pilihan berganda berikutnya digunakan parameter sebagai berikut:

(6)

1. Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa kelelahan tanpa alasan yang jelas?

Pilih yang paling sesuai dengan anda

a. Tidak pernah b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

e. Selalu

2. Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa gugup? a. Tidak pernah

b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

e. Selalu

3. Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa sangat gugup sampai tidak ada yang dapat menenangkan anda?

a. Tidak pernah b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

e. Selalu

4. Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa putus asa? a. Tidak pernah

b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

(7)

5. Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa gelisah? a. Tidak pernah

b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

e. Selalu

6. Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa sangat gelisah sampai tidak dapat diam ditempat?

a. Tidak pernah b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

e. Selalu

7. Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa depesi? a. Tidak pernah

b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

e. Selalu

8. Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa segala sesuatu anda lakukan secara terpaksa?

a. Tidak pernah b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

(8)

9. Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa sangat sedih sampai tidak ada yang dapat menghibur anda?

a. Tidak pernah b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

e. Selalu

10.Dalam 30 hari terakhir, pernahkah anda merasa tidak berharga? a. Tidak pernah

b. Jarang

c. Kadang-kadang d. Sering

(9)

Data validasi

no P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1

3 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1

4 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1

5 2 2 1 1 3 2 1 2 1 1

6 2 2 2 3 3 1 1 2 1 2

7 3 3 1 3 2 2 2 2 3 3

8 3 3 2 1 3 1 1 2 2 1

9 1 3 2 2 3 2 2 4 3 1

10 4 3 1 2 4 4 2 5 3 1

11 2 1 1 2 3 1 3 1 3 1

12 2 3 1 2 2 2 1 2 1 1

13 2 3 1 1 2 1 2 3 2 1

14 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3

15 3 3 3 2 3 4 2 3 2 3

16 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2

17 1 2 2 2 3 1 1 3 3 3

18 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1

(10)

Hasil uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner Variabel Nomor Total Pearson

Correlation

Status Alpha Status

Pertanyaan 1 0,613 Valid 0,879 Reliabel

2 0,699 Valid Reliabel

3 0,685 Valid Reliabel

4 0,758 Valid Reliabel

5 0,742 Valid Reliabel

6 0,693 Valid Reliabel

7 0,704 Valid Reliabel

8 0,679 Valid Reliabel

9 0,784 Valid Reliabel

(11)
(12)
(13)

Uji Fisher’s Exact frekuensi olahraga dengan tingkat stres

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Pobability

Pearson Chi-Square 5,408a 6 0,493 0,513 Likelihood Ratio 5,688 6 0,459 0,574

Fisher's Exact Test 6,195 0,368

Linear-by-Linear Association

0,035b 1 0,852 0,855 0,445 0,047

N of Valid Cases 82

a. 7 sel (58,3%) memiliki angka harapan kurang dari 5. Angka harapan minimum adalah 1,17.

(14)

Output SPSS

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(15)

Jenis Kelamin * Tingkat Olahraga Crosstabulation

Count

Tingkat Olahraga Total

Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif

Jenis Kelamin

Laki-laki 14 8 19 41

Perempuan 33 4 4 41

Total 47 12 23 82

Usia * Tingkat Olahraga Crosstabulation

Count

Tingkat Olahraga Total

Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif

Usia

Angkatan * Tingkat Olahraga Crosstabulation

Count

Tingkat Olahraga Total

Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif

Angkatan

(16)

Jenis Kelamin * Tingkat Stres Crosstabulation

Count

Tingkat Stres Total

Tidak Stres Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat

Jenis Kelamin

Laki-laki 28 3 8 2 41

Perempuan 26 8 1 6 41

Total 54 11 9 8 82

Usia * Tingkat Stres Crosstabulation

Count

Tingkat Stres Total

Tidak Stres Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat

Usia

Angkatan * Tingkat Stres Crosstabulation

Count

Tingkat Stres Total

Tidak Stres Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat

Angkatan

2011 17 3 4 4 28

2012 16 6 4 2 28

2013 21 2 1 2 26

Total 54 11 9 8 82

Tingkat Olahraga * Tingkat Stres Crosstabulation

Count

Tingkat Stres Total

Tidak Stres Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat

Tingkat Olahraga

Kurang Aktif 32 7 4 4 47

Cukup Aktif 5 3 2 2 12

Aktif 17 1 3 2 23

(17)

28

DAFTAR PUSTAKA

Al-Dabal, B. K. 2010. A Comparative Study of Perceived Stress among Female Medical and Non-Medical University Students in Dammam, Saudi Arabia. SQU Medical Journal, 10(2): 231-240.

American College of Sports Medicine. 1998. Position Stand “The Recommended Quantity and Quality of Exercise for Developing and Maintaining Cardiorespiratory and Muscular Fitness, and Flexibility in Healthy Adults”. Medicine and Science in Sports and Exercise, 30: 975-991.

Andrews, G., & Slade, T. 2001. Interpreting scores on the Kessler psychological distress scale (K10). Australian and New Zealand Journal of Public Health, 25(6): 494-497.

Boecker, H., et al. 2008. The Runner’s High: Opioidergic Mechanisms in the Human Brain. Cerebral Cortex, 18(11): 2523-2531.

C3 Colaborating for Health. 2011. Review: The Benefits of Physical Activity for Health and Well-Being. C3 Colaborating for Health. London.

Canadian Mental Health Association. 2009. Coping With Stress. National Office. Ottawa.

Casey, L. 2012. Stress and wellbeing in Australia in 2012: A state-of-the-nation survey.Australian Psychological Society Limited.

Cohen, S., Janicki-Deverts, D., Miller, G. E. 2007. Psychological Stress and Disease. Journal of American Medical Association, 298(14): 1685-1687.

Deslandes, A., et al. 2009. Exercise and Mental Health: Many Reasons to Move.

(18)

29

European Commision. 2014. Special Eurobarometer 412 “Sport and Physical Activity”. European Commision. Brussels.

Godin, G., 2011. Commentary: The Godin-Shephard Leisure-Time Physical Activity Questionnaire. Health & Fitness Journal of Canada, 4(1): 18-22.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elseviers Inc. Philadelphia.

Hassmen, P., Koivula, N., Uutela, A. 2000. Physical Exercise and Psychological Well-Being: A Population Study in Finland. Preventive Medicine, 30: 17-25.

Haugland, S., Wold, B., Torsheim, T. 2003. Reliving the pressure? The Role of Physical Activity in The Relationship Between School-Related Stress and Adolescent Health Complaints. Research Quarterly for Exercise and Sport, 74(2): 127-135.

Lemma, G. 2005. General Psychology. Ethiopia Public Health Training Initiative. Washington D.C.

Nabsakorn, C., et al. 2005. Effects of Physical Exercise on Depression, Neuroendocrine Stress Hormones and Physiological Fitness in Adolescent Females With Depressive Symptoms. European Journal of Public Health, 16(2): 179-184.

National Institutes of Health. 2006. Your Guide To Physical Activity and Your Heart. The National Heart, Lung, and Blood Institute. Bethesda.

(19)

30

NHS sport and health. 2013. Health and Sport - A Winning Team. NHS Confederation. England.

Olsen, L. R., Mortensen, E. L., Bech, P. 2004. Prevalence of Major Depression and Stress Indicators in The Danish General Population. Acta Psychatrica Scandinavica, 109: 96-103.

Parker, K. M., & Smith, S. A. 2003. Aquatic-Aerobic Exercise as a Means of Stress Reduction during Pregnancy. The Journal of Perinatal Education, 12(1): 6-17.

Parliamentary Office of Science and Technology. 2001. Health Benefits of Physical Activity. Parliamentary. London.

Rice, V. H 2nd ed. SAGE

Publications, Inc. Detroit.

Rokade, P. B. 2011. Release of Endomorphin Hormone and Its Effects on Our Body and Moods: A Review. International Conference on Chemical, Biological and Environment Sciences. December.

Sani, M., 2012. Prevalence of stress among medical students in Jizan University, Kingdom of Saudi Arabia. Gulf Medical Journal, 1(1): 19-25.

Shaikh, B. T., et al. 2004. Students, Stress and Coping Strategies: A Case of Pakistani Medical School. Education for Health, 17(3): 346 – 353.

Sherwood, L. 2011. Fundamentals of Human Physiology. 4th ed. Cengage Learning. Boston.

Stangor, C. 2011. Introduction to Psychology. Flat World Knowledge. Washington D.C.

(20)

31

Waghachavare, V. B. 2013. A Study of Stress among Students of Professional Colleges from an Urban area in India. Sultan Qaboos University Medical Journal, 13(3): 429-436.

Wahyuni, A. S. 2007. Statistika Kedokteran (Disertai dengan Aplikasi SPSS). Bamboedoea Communication. Jakarta.

World Health Organization. 2010. Global Recommendations on Physical Activity for Health. WHO press. Geneva.

(21)

14

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.

3.2.Definisi Operasional

3.2.1. Variabel Bebas: Frekuensi Olahraga

a) Definisi: Aktivitas fisik atau olahraga yang dilakukan oleh responden pada waktu luangnya lebih dari 15 menit per sesi dalam 7 hari.

b) Cara ukur: Aktivitas fisik atau olahraga menjadi 3 yang meliputi olahraga ringan seperti golf dan jalan santai, olahraga sedang seperti jalan cepat dan bersepeda ringan, dan olahraga berat seperti berlari dan bermain sepak bola. Subjek diminta untuk mengisi berapa kali dia berolahraga sesuai dengan 3 kelompok tersebut dalam 7 hari. Angka yang didapat kemudian dimasukkan kedalam rumus perhitungan untuk mencari angka Weekly Leisure-Time Activity Score (WLTAS), yaitu (9 x frekuensi olahraga berat) + (5 x frekuensi olahraga sedang) + (3 x frekuensi olahraga ringan). Namun frekuensi olahraga ringan dapat diabaikan karena dianggap

(22)

15

tidak memberikan efek besar terhadap kesehatan. Maka rumus yang digunakan menjadi WLTAS = (9 x frekuensi olahraga berat) + (5 x frekuensi olahraga sedang).

c) Alat ukur: Kuesioner The Godin-Shephard Leisure-Time Physical Activity Questionnaire.

d) Kategori: berdasarkan hasil WLTAS a. Kurang aktif (WLTAS < 14 ) b. Cukup aktif (WLTAS 14-23) c. Aktif (WLTAS > 23) e) Skala ukur: Ordinal

3.2.2. Variabel Terikat: Tingkat Stres

a)Definisi: Keadaan emosional atau mental responden setelah menghadapi masalah sehari-hari dalam 30 hari terakhir.

b)Cara ukur: Dalam kuesioner terdapat 10 pertanyaan yang akan dijawab oleh subjek dengan 5 pilihan jawaban yang memiliki skor 1 sampai 5 untuk tiap pertanyaan sesuai dengan tingkat keparahannya (1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 = kadang-kadang, 4 = sering, 5 = selalu). Kemudian skor dari 10 pertanyaan tersebut akan dijumlahkan untuk mendapatkan total skor.

c)Alat ukur: Kuesioner Kessler Psychological Disstress Scale (K10). d)Kategori: Berdasarkan total skor yang didapat

(23)

16

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-analitik, peneliti memiliki tujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel. Selain itu, berdasarkan jumlah waktu pengamatan atau pengukuran sampel, penelitian ini menggunakan pendekatan studi cross sectional (potong lintang).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bertempat di Jalan Dr. Mansur No.5 Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei sampai Agustus tahun 2014.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

(24)

17

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah subjek yang dianggap mewakili populasi terjangkau dengan syarat bahwa subjek memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.

Berikut ini merupakan kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan peneliti untuk mendapatkan sampel penelitian:

1. Kriteria Inklusi: Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent).

2. Kriteria Ekslusi: Subjek tidak mengisi kuesioner dengan lengkap. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode stratified random sampling karena populasi terjangkau dikelompokkan menjadi tiga angkatan yaitu angkatan 2011, 2012, dan 2013. Perhitungan besar sampel pada populasi terbatas (finit) dengan data proporsi menggunakan rumus sebagai berikut (Wahyuni, 2007):

Keterangan :

n = besar sampel minimum N = jumlah di populasi (N=1506)

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (d=0,1)

p = harga proporsi di populasi (p=0,34) (Waghachavare et al., 2013)

(25)

18

Berdasarkan rumus perhitungan sampel di atas maka besar sampel minimal yang diperlukan setelah dibulatkan menjadi 82 subjek.

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden penelitian. Pada penelitian ini, data primer tersebut diperoleh melalui pengisian kuesioner yang diberikan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada. Pada penelitian ini, data sekunder berupa jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013 yang diperoleh dari bagian pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner dan Informed consent yang akan diberikan bersamaan dengan kuesioner serta alat tulis.

4.5. Metode Analisis Data

Data yang terkumpul dari setiap responden penelitian akan dianalisis dengan

menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) dan akan

(26)

19

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini telah didapatkan sampel sebanyak 82 orang yang memenuhi kriteria penelitian. Hasil tersebut telah memenuhi jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ini sesuai dengan rumus yang digunakan. Karakteristik responden yang ada dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia dan angkatan.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia dan angkatan

Karakteristik n %

Jenis Kelamin Laki-laki 41 50,0

Perempuan 41 50,0

Usia 22 3 3,7

21 16 19,5

20 28 34,1

19 26 31,7

18 9 11,0

Angkatan 2011 28 34,1

2012 28 34,1

(27)

20

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin adalah sama, yaitu 41 orang laki-laki (50,0%) dan 41 orang perempuan (50,0%).

Jumlah responden berdasarkan angkatan terbagi menjadi angkatan 2011 ada 28 orang (34,1%), angkatan 2012 ada 28 orang (34,1%) dan angkatan 2013 ada 26 orang (31,7%).

Jumlah responden berdasarkan usia, kelompok terbesar terdapat pada usia 20 tahun yaitu sebanyak 28 orang (34,1%) dan terendah pada kelompok usia 22 tahun yaitu sebanyak 3 orang (3,7%). Untuk kelompok usia 21 tahun ada sebanyak 16 orang (19,5%), kelompok usia 19 tahun ada sebanyak 26 orang (31,7%) dan kelompok usia 18 tahun ada sebanyak 9 orang (11%).

5.1.3. Hasil Analisa Data

Tabel 5.2. Hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat stres

Frekuensi Olahraga

Tingkat Stres

Nilai P Tidak Stres Stres

Ringan

Stres

Sedang Stres Berat

n % n % n % n %

(28)

21

aktif berolahraga, 3 orang (27,3%) cukup aktif berolahraga dan 1 orang (9,1%) aktif berolahraga. Responden yang mengalami stres sedang, 4 diantaranya (44,4%) kurang aktif berolahraga, 2 orang (22,2%) cukup aktif berolahraga dan 3 orang (33,3%) aktif berolahraga. Sementara responden yang mengalami stres berat, 4 diantaranya (50,0%) kurang aktif berolahraga, 2 orang (25,0%) cukup aktif berolahraga dan 2 orang (25,0%) aktif berolahraga.

Setelah dilakukan Fisher’s Exact Test (dalam hal ini uji Chi Square

tidak dapat digunakan karena terdapat > 20 % sel mempunyai nilai harapan < 5) dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α = 5%) diperoleh nilai p ( p value) adalah 0,368 ( p > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat stres.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi olahraga berdasarkan karateristik responden

Karakteristik

(29)

22

perempuan (70,2%). Lebih banyak laki-laki yang cukup aktif berolahraga daripada perempuan, yaitu 8 orang laki-laki (66,7%) dan 4 orang perempuan (33,3%). Dan lebih banyak laki-laki yang aktif berolahraga daripada perempuan, yaitu 19 orang laki-laki (82,4%) dan 4 orang perempuan (17,6%).

Jika dilihat dari segi usia responden untuk kategori kurang aktif berolahraga kelompok usia 20 tahun memiliki angka terbesar, yaitu 15 orang (31,9%). Untuk kategori cukup aktif berolahraga kelompok usia 20 tahun memiliki angka terbesar, yaitu 7 orang (58,3%). Dan untuk kategori aktif berolahraga kelompok usia 19 tahun memiliki angka terbesar, yaitu 11 orang (47,8%).

(30)

23

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat stres berdasarkan karakteristik responden

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat dari segi jenis kelamin responden lebih banyak laki-laki yang tidak mengalami stres daripada perempuan, yaitu 28 orang laki-laki (51,9%) dan 26 orang perempuan (48,1%). Lebih banyak perempuan yang mengalami stres ringan daripada laki-laki, yaitu 3 orang laki-laki (27,3%) dan 8 orang perempuan (72,7%). Lebih banyak laki-laki mengalami stres sedang daripada perempuan, yaitu 8 orang laki-laki (88,9%) dan 1 orang perempuan (11,1). Dan lebih banyak perempuan yang mengalami stres berat daripada laki-laki, yaitu 2 orang laki-laki (25,0%) dan 6 orang perempuan (75,0%).

(31)

24

kategori stres berat kelompok usia 20 tahun memiliki angka terbesar, yaitu 4 orang (50,0%).

Jika dilihat dari segi angkatan responden, angkatan 2013 paling banyak yang tidak mengalami stres dibandingkan angkatan lain, yaitu 21 orang mahasiswa angkatan 2013 (38,9%). Untuk stres ringan paling banyak dialami oleh angkatan 2012, yaitu 6 orang mahasiswa angkatan 2012 (54,5%). Untuk stres sedang paling banyak dialami oleh angkatan 2011 dan 2012, yaitu 4 orang mahasiswa angkatan 2011 (44,4%) dan 4 orang mahasiswa angkatan 2012 (44,4%). Dan untuk stres berat paling banyak dialami oleh angkatan 2011, yaitu 4 orang mahasiwa angkatan 2011 (50,0%).

5.2.Pembahasan

Berdasarkan Fisher’s Exact Test yang telah dilakukan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa tidak temukan hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat stres. Hal ini berbeda dengan beberapa penelitian yang mengatakan bahwa olahraga memiliki efek langsung terhadap tingkat stres seseorang seperti penelitian yang dilakukan oleh Dr. P. B. Rokade pada tahun 2011 yang dilakukan kepada olahragawan mengatakan bahwa pengeluaran hormon endorfin saat berolahraga dapat membantu menurunkan tingkat stres. Penelitian yang dilakukan oleh Chanudda Nabkasorn pada tahun 2005 terhadap wanita dengan gejala depresi juga mengatakan bahwa olahraga yang rutin dapat memperbaiki keadaan depresi dan meningkatkan mood. Selain itu penelitian oleh Yael Netz pada tahun 2012 terhadap lansia mengatakan bahwa olahraga rutin memiliki dampak yang signifikan terhadap keadaan umum lansia baik dari segi kesehatan jasmani maupun rohani.

(32)

25

lebih baik daripada sampel tanpa gejala depresi. Penelitian yang bersifat

cohort dengan jumlah populasi yang lebih besar memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dibandingkan penelitian yang bersifat

cross sectional.

Jika dilihat dari jenis kelamin, berdasarkan tabel 5.3 pada umumnya laki-laki lebih aktif berolahraga dibandingkan perempuan yang kurang aktif berolahraga namun pada tabel 5.4 dapat dilihat perempuan lebih banyak mengalami stres berat daripada laki-laki sedangkan laki-laki lebih banyak mengalami stres sedang daripada perempuan. Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan apakah faktor jenis kelamin mempengaruhi tingkat stres seseorang, namun jenis kelamin mempengaruhi bagaimana tingkah laku individu bereaksi terhadap stres. Penelitian yang dilakukan oleh Siren Haugland, Bente Wold dan Torbjoern Torsheim pada tahun 2003 kepada remaja laki-laki dan perempuan mengatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi kemampuan seseorang mengatasi stres. Dalam penelitian yang sama juga mengatakan bahwa kegiatan pengalih perhatian seperti olahraga dan hobi lainnya merupakan faktor penentu yang lebih berpengaruh terhadap penanggulangan stres. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian melihat angka yang menunjukkan laki-laki lebih aktif berolahraga dan memiliki angka kejadian stres berat yang lebih kecil daripada perempuan yang kurang aktif berolahraga.

(33)

26

penelitian dapat menunjukkan hasil yang berbeda bila dilakukan kepada kelompok populasi yang lainnya. Penelitian oleh Peter Hassmen, Natalie Koivula dan Antti Uutela pada tahun 2000 menunjukan bahwa remaja dan dewasa muda baik laki-laki maupun perempuan lebih sedikit yang rutin berolahraga dibandingkan orang dewasa. Peneliti dalam penelitian tersebut memprediksi bahwa hal ini lebih dipengaruhi oleh faktor usia dibandingkan waktu luang yang tersedia. Remaja dan dewasa muda pada umumnya memiliki waktu luang yang lebih banyak daripada orang dewasa yang bekerja, namun banyak remaja dan dewasa muda yang tidak memprioritaskan olahraga sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang dibandingkan orang dewasa yang sudah lebih berpengalaman. Hal ini sesuai dengan hasil yang menunjukan bahwa mahasiswa usia 18-22 tahun pada umumnya kurang aktif berolahraga. Beberapa penelitian yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran di Pakistan menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki banyak cara untuk mengatasi stres. Pada peringkat pertama, mereka lebih memilih menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman mereka untuk mengatasi stres. Pada peringkat kedua, mereka memilih untuk tidur atau beristirahat. Pada peringkat ketiga, mereka memilih untuk mendengarkan musik sebagai cara untuk menenangkan pikiran. Olahraga berada pada peringat keempat sebagai pilihan mahasiswa untuk mengatasi stres (Shaikh et al., 2004).

(34)

27

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan:

1. Tidak ada hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013 ( p > 0,05).

2. Mayoritas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013 kurang aktif berolahraga. 3. Mayoritas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013 tidak mengalami stres.

6.2.Saran

1. Merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode penelitian lain atau meneliti kelompok populasi lain untuk hasil yang lebih akurat.

(35)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Olahraga

2.1.1. Definisi Olahraga

Menurut European Sports Charter, Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik yang dilakukan begitu saja maupun teratur dengan tujuan untuk mengekspresikan dan meningkatkan kesehatan fisik dan psikis, membentuk hubungan sosial ataupun sebagai sarana kompetisi dalam berbagai tingkat (NHS, 2013).

2.1.2. Klasifikasi olahraga

Menurut panduan Physical Activity and Your Heart oleh departemen kesehatan Amerika Serikat pada tahun 2006, olahraga secara garis besar dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Olahraga Aerobik

Merupakan aktivitas fisik yang menggunakan sekelompok otot dan mengakibatkan tubuh untuk menggunakan oksigen dalam jumlah yang lebih besar daripada saat beristirahat. Jenis olahraga ini sangat menguntungkan bagi kesehatan jantung. Olahraga ini meliputi berjalan kaki, jogging dan bersepeda.

2. Olahraga Anaerobik

Sering juga disebut sebagai resistance training atau strength training. Dapat mengencangkan, memperkuat dan membesarkan otot. Selain itu juga dapt meningkatkan kekuatan tulang, keseimbangan dan koordinasi. Olahraga ini meliputi push-up dan angkat beban.

3. Olahraga Kelenturan

(36)

6

fleksibilitas sendi dan mempertahankan kelenturan otot sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya cedera. Contoh gerakan peregangan adalah duduk bersila di lantai dan secara perlahan menekan bagian atas kaki kebawah untuk meregangkan otot paha bagian dalam.

Berbagai kuesioner dapat digunakan untuk mengklasifikasikan derajat olahraga menurut frekuensinya, sebagai contohnya adalah kuesioner yang dikembangkan oleh Gaston Godin Ph.D. dan Dr. Roy Shepard yang lebih sering disebut sebagai The Godin-Shephard Leisure-Time Physical Activity Questionnaire. Kuesioner tersebut akan digunakan pada penelitian ini dan dibahas lebih dalam pada bab 3.

Tabel 2.1. Klasifikasi olahraga berdasarkan intesitas (ACSM, 1998).

2.1.3. Manfaat Olahraga

Aktif berolahraga atau beraktivitas memiliki peran yang penting dalam kesehatan. Olahraga menguntungkan berbagai bagian tubuh seperti jantung, otot, tulang, darah, sistem imun dan sistem saraf. Olahraga juga dapat mengurangi banyak faktor resiko dari non-communicable diseases

(37)

7

darah dan menurunkan indeks massa tubuh. Selain keuntungan dari segi fisik, olahraga juga menguntungkan bagi kesejahteraan psikis dengan memberikan efek seperti meningkatkan suasana hati dan rasa percaya diri, mengurangi gejala dari stres, marah dan depresi, meringankan kegelisahan dan memperlambat penurunan fungsi kognitif (C3, 2011).

Data dari Parliementary Office of Science and Technology

menyatakan bahwa olahraga ringan yang rutin seperti berjalan kaki dapat mengurangi angka kematian sebesar 14% pada kasus penyakit jantung koroner. Selain itu olahraga yang rutin dapat meningkatkan sensitivitas insulin sebesar 25% dan memperbaiki kadar gula darah sehingga mengurangi resiko munculnya diabetes tipe 2. Pada kasus Stroke, olahraga yang rutin dapat mengurangi tekanan darah pada penderita hipertensi, meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL) dan menurunkan kadar low-density lipoprotein (LDL) sehingga mengurangi resiko terkena stroke. Kebiasaan berolahraga yang dimulai sejak usia dini akan membantu pertumbuhan tulang yang baik sehingga dapat mengurangi resiko terkena osteoporosis pada usia lanjut. Data ini juga menyatakan bahwa orang yang rajin berolahraga memiliki resiko yang lebih rendah terkena beberapa jenis kanker, contohnya orang yang tidak suka berolahraga lebih beresiko terkena kanker usus besar 3 kali lipat dibandingkan orang yang rutin berolahraga (POST, 2001).

2.2. Stres

2.2.1. Definisi Stres dan Stresor

(38)

8

Stres muncul saat tubuh terpapar pada stressor, yang dapat terbagi menjadi beberapa kategori, antara lain: fisik (trauma, panas, dingin), kimia (kurangnya kadar oksigen, kadar asam-basa yang tidak seimbang), fisiologis (olahraga berat dan berlebihan, syok hemoragik, nyeri), psikologis atau emosional (cemas, takut, sedih) dan sosial (konflik personal, perubahan gaya hidup) (Sherwood, 2010).

2.2.2. Klasifikasi Stres

American Psychological Association (APA) membagi stres atas 3 tipe, yaitu :

1. Stres akut

Merupakan tipe stres yang paling umum ditemukan. Muncul karena tuntutan atau tekanan dari masa lalu atau masa kini dan antisipasi atas tuntutan atau tekanan di masa depan. Pada awalnya dapat menjadi motivasi untuk bekerja dan beraktivitas, tetapi jika berlebihan akan menimbulkan rasa kesulitan secara psikologis. Tanda-tandanya meliputi rasa cemas, sedih, marah, nyeri otot, masalah pencernaan, palpitasi dan pusing.

2. Stres akut episodik

Terjadi kepada orang-orang yang sering mengalami stres akut. Kehidupan penderita biasanya tidak teratur, selalu terburu-buru, selalu terlambat, mengerjakan atau mengurus terlalu banyak hal dalam waktu yang sempit dan tidak mampu mengatur waktu dengan baik. Stres akut episodik ini sendiri pada akhirnya terbagi atas 2 tipe sesuai kepribadian penderitanya, yaitu :

a. “Type A”

Cenderung agresif, tidak sabaran dan memiliki hasrat kompetisi yang tinggi.

b. “Worry Warts”

(39)

9

Tanda-tandanya meliputi migren, nyeri dada, penyakit jantung, hipertensi dan persistent tension headaches.

3. Stres kronis

Berkebalikan dari stres akut yang dapat menjadi motivasi, stres kronis akan menghancurkan tubuh, pikiran dan kehidupan penderita. Aspek terburuk dari stres kronis ini adalah orang yang mengalaminya akan menjadi terbiasa dengan keadaan stres dan mulai tidak memperdulikannya dan tidak mencari solusi. Berawal dari stres akut yang tidak kunjung hilang, penderita akan merasa segala aspek kehidupan menjadi beban pikirannya dan pada akhirnya penderita dapat mengakhiri hidupnya sendiri untuk mencari jalan keluar.

Selain pembagian diatas, stres juga dapat dibagi tingkatannya berdasarkan pengalaman seseorang selama beberapa waktu tertentu dengan menggunakan berbagai jenis kuesioner, sebagai contohnya adalah

Kessler Psychological Disstress Scale. Kuesioner tersebut akan digunakan pada penelitian ini dan dibahas lebih dalam pada bab 3.

2.2.3. Fase Stres

Hans Selye mendeskripsikan respon fisiologis tubuh terhadap stres yang berkepanjangan dalam sebuah konsep yang disebut General Adaptation Syndrome (GAS), yang terbagi menjadi 3 fase :

1. The Alarm Reaction: Tubuh memberikan respon bertahan, yang di stimulasi oleh hormon dari korteks kelenjar adrenal, terhadap stresor yang datang. Jika Stresor tidak dihilangkan pada tahap ini maka akan berlanjut kepada tahap berikutnya.

2. The Stage of Resistance: Tubuh memberikan perlawanan secara terus-menerus terhadap stresor. Jika Stresor tidak dihilangkan pada tahap ini maka akan berlanjut kepada tahap berikutnya.

(40)

10

mengakibatkan berbagai kondisi yang berujung kepada kematian (Lemma, 2005).

Selain dari 3 fase GAS diatas, Hans Selye juga mengidentifikasi tingkat kinerja dan resistansi normal atau dalam batas homeostasis yang diberikan tubuh dalam keadaan sehari-hari mulai dari memecahkan masalah, mengatur waktu dan menjaga keadaan agar tetap bekerja dengan baik. Pada saat stresor yang muncul melampaui kemampuan adaptasi tubuh pada saat itu maka dimulailah fase alarm (Rice, 2012).

Gambar 2.1. Diagram of the General Adaptation Syndrome (GAS) Model (Rice, 2012)

2.2.4. Mekanisme Stres

Pada manusia stres diperantarai oleh 2 respon sistem endokrin, yaitu: Hypothalamic-Pituitary-Adrenocortisol (HPA) axis dan

(41)

11

tubuh untuk dapat melakukan aktivitas fisik berat yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam kondisi lain (Guyton & Hall, 2006).

Kortisol, efektor primer dari aktivasi HPA pada manusia, meregulasikan beberapa proses fisiologis, seperti respon anti-inflamasi, metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta glukoneogenesis. Katekolamin, yang dilepaskan dari aktivasi SAM, bekerja dengan sistem saraf otonom untuk meregulasikan sistem kardiovaskular, pulmonar, hepatis, otot skeletal dan imun. Aktivasi dari HPA dan SAM meningkatkan tingkat kewaspadaan dan kinerja tubuh tetapi aktivasi berulang atau berkepanjangan dapat mengganggu proses kerja mereka pada sistem fisiologis lain (Cohen et al., 2007). Aktivasi HPA berlebihan seperti pada stres kronis akhirnya akan melemahkan sistem imun sehingga tubuh rentan terhadap penyakit. Stres juga memperlambat tingkat penyembuhan luka dan merusak DNA yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit akibat mutasi genetik seperti kanker. Stres kronis meningkatkan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dan peningkatan kortisol secara terus menerus membentuk plak pada dinding arteri menyebabkan konstriksi pembuluh darah, hal ini dapat berujung kepada penyakit jantuk dan akhirnya kematian (Stangor, 2010).

2.2.5. Penanggulangan Stres

Penanggulangan stres adalah upaya untuk mengurangi atau mentoleransi tuntutan dari lingkungan maupun dari diri kita sendiri dan konflik antara keduanya yang melebihi batas kemampuan individu. Penanggulangan stres dapat terjadi sebelum munculnya stres itu sendiri dan disebut sebagai penanggulangan yang bersifat antisipasi (Everly, 2013). Cara menanggulangi stres berbeda bagi tiap orang, secara garis besar metode penanggulangan stres dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

(42)

12

2. Emotion-oriented: Menghadapi masalah atau stresor dengan menggunakan perasaan serta mencari dukungan sosial dari orang lain, seperti teman maupun keluarga.

3. Distraction oriented: Menggunakan sumber dari luar untuk mengalihkan perhatian terhadap masalah atau stresor yang ada hingga akhirnya mendapatkan solusi. Tindakan yang bisa dilakukan sebagai pengalih perhatian bergantung kepada masing-masing orang, contohnya: mendengarkan musik, berolahraga, melukis, dam lain-lain (CMHA, 2009).

2.3.Hubungan Antara Olahraga dan Stres

Saat berolahraga dalam jangka panjang, ada pelepasan endorfin dalam jumlah besar dan mengakibatkan fenomena yang disebut runner’s high.

Endorfin yang dilepaskan akan mengurangi rasa sakit yang diterima tubuh dengan cara menghalangi sinyal rasa sakit. Selain itu endorfin juga akan berikatan dengan reseptor opioid, yang akan menghalangi pelepasan neurotransmiter, dan dapat meningkatkan suasana hati. Pada sebuah eksperimen kepada pasien penderita kelainan kegelisahan, tablet endorfin oral yang diberikan rutin kepada pasien dihentikan secara tiba-tiba dan diganti dengan jadwal rutin olahraga yaitu jalan kaki selama 45 menit terus-menerus setiap pagi dan malam setiap hari. Hasilnya pasien tersebut tidak lagi memerlukan tablet endorfin oral dan merasa lebih percaya diri serta rasa cemas dan stresnya hilang begitu saja (Rokade, 2011).

(43)

13

memudahkan proses melahirkan (Parker & Smith, 2003). Selain daripada itu ada juga penelitian yang dilakukan untuk mencari efek dari aktivitas fisik terhadap perbaikan stres yang disebabkan oleh masalah sekolah atau akademik, walau hubungannya lemah tetapi aktivitas fisik terbukti membantu mengurangi efek stresor dan meningkatkan waktu pemulihan. Olahraga yang rutin dapat mengurangi tekanan pada otot yang berakibat kepada perbaikan kuantitas dan kualitas tidur yang dapat membantu meningkatkan mekanisme kognitif. Hal ini pada akhirnya akan mempertajam kemampuan atau insting seseorang terhadap kontrol dari tubuhnya dalam beraktivitas dan pola berpikir yang berperan terhadap proses pengalihan dari stres (Hauglan et al., 2003). Di Finlandia dilakukan survey untuk membandingkan keadaan psikologi antara orang dewasa yang rutin berolahraga dengan yang jarang berolahraga, hasil survey menunjukkan bahwa pada kelompok yang rajin berolahraga memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan banyak efek positif lainnya (Hassmen

et al., 2000). Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran di Pakistan menunjukkan bahwa 46.15% dari total mahasiwa kedokteran baik wanita maupun pria memilih untuk berolahraga sebagai cara mereka untuk menanggulangi atau menghilangkan stres (Shaikh et al., 2004).

(44)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Stres dapat dialami oleh siapa saja dan dimana saja tanpa pengecualian yang akhirnya dapat berujung kepada stres kronik dan depresi. Stres bisa memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Stres sering didefinisikan sebagai ketidakmampuan kita untuk mengatasi tuntutan yang dibebankan kepada kita. Cara kita mengatasi tuntutan ini tergantung kepada cara kita berpikir, kepribadian kita, pengalaman hidup kita dan lain sebagainya (Theroell et al., 2005). Stres juga dapat didefinisikan sebagai keadaan terancam atau yang dirasakan oleh individu sebagai hal yang mengancam homeostasis dan dikembalikan melalui sekumpulan respons adaptif tingkah laku dan psikologis yang kompleks (Varvogli & Darviri, 2011).

(45)

2

menunjukkan angka prevalensi stres pada mahasiswi mencapai 77% dan mahasiswa 68% (Sani et al., 2012). Selain itu penelitian di India juga memberikan data bahwa 38.5% mahasiswa kedokteran gigi, 34.1% mahasiswa kedokteran dan 27.4% mahasiwa teknik mengalami stres yang dapat disebabkan oleh berbagai macam hal yang dihadapi sehari-hari (Waghachavare et al., 2013). Ada juga penelitian yang dilakukan di Arab Saudi untuk membandingkan prevalensi stres mahasiswi kedokteran dengan mahasiswi fakultas lainnya, data yang didapat adalah mahasiswi kedokteran memiliki prevalensi stres yang lebih tinggi yaitu 48.6% dibanding mahasiswi fakultas lainnya yaitu 38.7% (Al-Dabal et al., 2010).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga atau aktivitas fisik dapat mengurangi stres dan gejala depresi. Olahraga atau aktivitas fisik memiliki efek fisiologis pada tubuh seperti meningkatkan kadar endorfin dan monoamin berakibat kepada perbaikan mood (Netz et al., 2012). Efek olahraga ini sudah diketahui terutama dikalangan olahragawan dan peneliti yang menyebut fenomena ini sebagai “runner’s high”, yang merupakan perasaan euforia yang dicapai setelah berlari jarak jauh, walaupun keadaan ini dapat dicapai melalui aktivitas fisik atau olahraga berat dan berkepanjangan selain berlari (Boecker et al., 2008). Selain untuk memperbaiki mood olahraga memiliki banyak keuntungan lain bagi kesehatan mental, seperti meningkatkan fungsi kognitif dan neuroplastisitas. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga bisa saja menjadi solusi yang efisien dan murah sebagai pengobatan dan pencegahan gangguan mental dan proses neurodegeneratif (Deslandes et al., 2009).

Dibalik semua keuntungan yang didapatkan dari berolahraga, masyarakat pada umumnya tidak berolahraga. Menurut World Health Organization dalam Global Recommendations on Physical Activity for Health

(2010), kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko paling meresahkan ke-4 yang mempengaruhi mortalitas global. Kurangnya aktivitas fisik terus meningkat di berbagai negara dengan implikasi kesehatan umum untuk

(46)

3

dan kanker. Pernyataan ini didukung oleh survey yang dilaksanakan oleh European Commission dalam Special Eurobarometer 412 (2013) dimana keseluruhan hanya 41% dari masyarakat Eropa yang berolahraga paling tidak satu kali setiap minggu, sedangkan 59% lainnya hampir tidak pernah berolahraga. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa negara pada bagian utara Eropa memiliki tingkat aktivitas fisik yang paling tinggi dimana 54-70% masyarakatnya berolahraga rutin sedangkan negara pada bagian selatan Eropa memiliki tingkat aktivitas fisik paling rendah dimana hanya 22-40% masyarakatnya berolahraga.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013. Lokasi ini dipilih menjadi lokasi penelitian karena memiliki populasi yang cukup besar, aktivitas perkuliahan yang cukup padat dan tuntutan akademik yang cukup tinggi bagi mahasiswa sehingga mahasiswa rentan untuk mengalami stres.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka pokok permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut, “apakah terdapat hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

(47)

4

1. Untuk mengetahui frekuensi olahraga pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013.

2. Untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, dan 2013.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Memberikan manfaat langsung kepada peneliti dalam pelaksanaan penelitian, serta menambah wawasan dan data baru tentang hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat stres.

1.4.2. Bidang Pelayanan Masyarakat

Sebagai masukan bagi praktisi medis ataupun instansi medis untuk menekankan pentingnya berolahraga dan meningkatkan promosi olahraga kepada masyarakat.

1.4.3. Bidang Pendidikan

(48)

ii

ABSTRAK

Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Stres sering didefinisikan sebagai ketidakmampuan kita untuk mengatasi tuntutan yang dibebankan kepada kita. Cara tiap orang mengatasi tuntutan ini tergantung kepada kepribadian, pengalaman hidup dan lain sebagainya. Olahraga atau aktivitas fisik adalah salah satu cara untuk mengurangi stres. Olahraga atau aktivitas fisik memiliki efek fisiologis pada tubuh seperti meningkatkan kadar endorfin yang berakibat kepada perbaikan mood.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Jumlah sampel penelitian sebanyak 82 orang diambil secara acak dengan menggunakan stratified random sampling dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013. Responden diberi kuesioner yang menanyakan tentang frekuensi olahraga menggunakan kuesioner Godin-Shepard dan tingkat stress menggunakan kuesioner K10.

Dari hasil analisa data dengan menggunakan metode uji Fisher’s Exact, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi berolahraga dan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013 (p > 0,05).

(49)

iii

ABSTRACT

Stress can be experienced by anyone and have different meaning for everyone. Stress is often defined as our inability to cope with the demands imposed on us. How to cope with these demands differ on each person depending on their personality, life experiences, and so forth. Exercise or physical activity is one way to reduce stress. Exercise or physical activity has a physiological effect on the body such as increased levels of endorphins that result in the improvement of mood.

This study aimed to determine the relationship between the frequency of exercise to the level of stress in students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra, class of 2011, 2012 and 2013.

The research was conducted by using descriptive method with cross sectional approach. The number of samples were 82 people taken at random by using stratified random sampling from students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra, class of 2011, 2012 and 2013. Respondents were given a questionnaire that asked about the frequency of exercise using Godin-Shepard questionnaire and stress levels using a K10 questionnaire.

From the data analysis using Fisher's Exact test, it was found that there was no relationship between the frequency of exercise and the level of stress in students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra, class of 2011, 2012 and 2013 (p > 0.05).

(50)

HUBUNGAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN TINGKAT

STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2011, 2012,

DAN 2013

Oleh :

LUKITA INDO CAHYO TARIGAN

110100114

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(51)

HUBUNGAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN TINGKAT

STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2011, 2012,

DAN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

LUKITA INDO CAHYO TARIGAN

110100114

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(52)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan frekuensi olahraga dengan tingkat stress pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011,

2012, dan 2013.

Nama : LUKITA INDO CAHYO TARIGAN

NIM : 110100114

Dosen Pembimbing Dosen Penguji I

(dr. Dwi Rita Anggraini, M.Kes, Sp.PA) (dr. Anita Rosari, Sp.PD) NIP. 19771128 200312 2 002 NIP. 19700519 200912 2 001

Dosen Penguji II

(dr. Putri C. Eyanoer, MS, Epi, PhD) NIP. 19720901 1999903 2 001

Medan, Januari 2015

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(53)

ii

ABSTRAK

Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Stres sering didefinisikan sebagai ketidakmampuan kita untuk mengatasi tuntutan yang dibebankan kepada kita. Cara tiap orang mengatasi tuntutan ini tergantung kepada kepribadian, pengalaman hidup dan lain sebagainya. Olahraga atau aktivitas fisik adalah salah satu cara untuk mengurangi stres. Olahraga atau aktivitas fisik memiliki efek fisiologis pada tubuh seperti meningkatkan kadar endorfin yang berakibat kepada perbaikan mood.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Jumlah sampel penelitian sebanyak 82 orang diambil secara acak dengan menggunakan stratified random sampling dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013. Responden diberi kuesioner yang menanyakan tentang frekuensi olahraga menggunakan kuesioner Godin-Shepard dan tingkat stress menggunakan kuesioner K10.

Dari hasil analisa data dengan menggunakan metode uji Fisher’s Exact, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi berolahraga dan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012 dan 2013 (p > 0,05).

(54)

iii

ABSTRACT

Stress can be experienced by anyone and have different meaning for everyone. Stress is often defined as our inability to cope with the demands imposed on us. How to cope with these demands differ on each person depending on their personality, life experiences, and so forth. Exercise or physical activity is one way to reduce stress. Exercise or physical activity has a physiological effect on the body such as increased levels of endorphins that result in the improvement of mood.

This study aimed to determine the relationship between the frequency of exercise to the level of stress in students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra, class of 2011, 2012 and 2013.

The research was conducted by using descriptive method with cross sectional approach. The number of samples were 82 people taken at random by using stratified random sampling from students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra, class of 2011, 2012 and 2013. Respondents were given a questionnaire that asked about the frequency of exercise using Godin-Shepard questionnaire and stress levels using a K10 questionnaire.

From the data analysis using Fisher's Exact test, it was found that there was no relationship between the frequency of exercise and the level of stress in students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra, class of 2011, 2012 and 2013 (p > 0.05).

(55)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012, dan 2013” sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran, Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian penelitian ini, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. dr. Dwi Rita Anggraini, M.Kes, Sp.PA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. dr. Anita Rosari, Sp,PD, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penelitian ini. 3. dr. Putri C. Eyanoer, MS, Epi, PhD, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penelitian ini.

4. Keluarga penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tanpa henti mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan pendidikan penulis.

5. Rekan satu tim bimbingan penelitian Kyna Troeman dan Jaanani A/P Gengatharan yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, kritik, dukungan materi dan moril dalam menyelesaikan penelitian ini.

(56)

v

7. Penulis sendiri yang senantiasa belajar dan memberikan segenap kemampuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penelitian ini sehingga dapat menjadi lebih baik di kemudian hari.

(57)

vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR .. ... ix

2.1.1. Defenisi Olahraga... 5

2.1.2. Klasifikasi Olahraga ... 5

2.1.3. Manfaat Olahraga ... 6

2.2. Stres ... 7

2.2.1. Defenisi Stres dan Stresor... ... 7

2.2.2. Klasifikasi Stres ... 8

2.2.3. Fase Stres... ... 9

2.2.4. Mekanisme Stres... ... 10

2.2.5. Penanggulangan Stres... ... 11

2.4. Hubungan Antara Olahraga dan Stres ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 14

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 14

3.2. Definisi Operasional... 14

3.2.1. Variabel Bebas: Frekuensi Olahraga... .. 14

3.2.2. Variabel Terikat: Tingkat Stres ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN………... 16

4.1. Jenis Penelitian ... 16

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

4.2.1. Lokasi Penelitian... ... 16

(58)

vii

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

4.3.1. Populasi Penelitian... ... 16

4.3.2. Sampel Penelitian ... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 18

4.4.1. Data Primer... ... 18

4.4.2. Data Sekunder ... 18

4.4.3. Instrumen Penelitian... 18

4.5. Metode Analisis Data ... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...………... 19

5.4. Hasil Penelitian ... 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 19

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 19

5.1.3. Hasil Analisa Data... 21

5.2. Pembahasan ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 27

6.1. Kesimpulan ... 27

6.2. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA…... 28

(59)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi olahraga berdasarkan intesitas... 6

Tabel 3.1. Definisi Operasional... 14

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin, usia dan angkatan... 19

Tabel 5.2. Hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat

stres... 20

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi olahraga berdasarkan karateristik

responden... 21

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat stres berdasarkan karakteristik

(60)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Diagram of the General Adaptation Syndrome (GAS) Model...

10

(61)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Ethical Clearance

2. Daftar Riwayat hidup

3. Lembar Penjelasan Penelitian

4. Informed Consent

5. Kuesioner Penelitian

6. Data Validasi

7. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuesioner

8. Data Induk

9. Uji Fisher’s Exact Frekuensi Olahraga dengan Tingkat Stres

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis
Tabel 5.2. Hubungan antara frekuensi olahraga dengan tingkat stres
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi olahraga berdasarkan karateristik responden
+4

Referensi

Dokumen terkait

KESATU : Menunjuk Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja (Satker) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Program Pengembangan Sistem

[r]

[r]

[r]

[r]

[r]

[r]

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga akan ditempatkan dalam pojok berita website LPSE Kabupaten Semarang, oleh karenanya Panitia Pengadaan tidak dapat