LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Curah Hujan Stasiun Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ; Stasiun Klimatologi Sampali Medan 2016
Lampiran 2. Data Suhu Udara Stasiun Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Tahun
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S., 1991. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian., 2009. Diakses dari http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/Sistem Taksonomi Tanah.
Badan Pusat Statistik , 2014. Toba Samosir Dalam Angka 2014. Penerbit BPS Toba Samosir.
Buol, S.W, F.D. Hole, R.J.McCracken., 1980. Soil Genesis and Classification. Second Edition. The IOWA State University Press. Ames.
Darmawijaya, M. I., 1990. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akamedia Pressindo. Jakarta.
, 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akamedia Pressindo. Jakarta.
Miller, R.W., and R.L. Donahue., 1994. Soils An Introduction To Soils And Plant Growth. Sixth Editon. Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ 07632.
Rachim., D. A dan H.M. Arifin., 2011. Dasar Dasar Klasifikasi Taksonomi Tanah. Pustaka Reka Cipta, Bandung.
, 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia.. Pustaka Reka Cipta, Bandung.
Rayes., M. L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. CV. Andi Yogyakarta.
Sutanto, R., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Soil Survey Staff., 1999. Soil Taxonomy A Basic Of Soil Classification for Making and Interpreting Soil Surveys. Second Edition. United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. Washington.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di empat desa yaitu Desa Sionggang Selatan, Jangga Toruan, Sibaruang, dan Hatinggian Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium PT Socfindo Medan dan di Laboratorium Asian Agri Tebing Tinggi pada bulan Juli 2015 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah sampel tanah dari setiap lapisan profil, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menganalisa tanah di laboratorium, dan bahan lain untuk analisis tanah di lapangan.
Metode Penelitian
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survey dengan melakukan pengamatan di lapangan untuk mengetahui morfologi dan karakteristik tanah bagi pengklasifikasian tanah hingga pada kategori sub grup menurut Keys to
Soil Taxonomy 2014.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang diperlukan, mengadakan pra survey ke lapangan dan penyediaan bahan serta peralatan yang digunakan di lapangan.
Kegiatan di Lapangan a) Pemilihan daerah penelitian
Daerah penelitian ditetapkan atas dasar peta lokasi penelitian dan peta jenis tanah , kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah dari profil pada masing-masing desa yang mewakili daerah penelitian.
1.Desa Sionggang Selatan dimana titik lokasi profil 020 33’ 54,33’’ LU dan 980 58’ 45,68’’ BT.
2.Desa Jangga Toruan dimana titik lokasi profil 020 33’ 6,91’’ LU dan 990 02’ 52,94’’ BT.
3. Desa Sibaruang dimana titik lokasi profil 020 31’ 17,36’’ LU dan 990 02’ 26,50’’ BT.
b) Pembuatan profil tanah
Profil tanah dibuat dengan menggali sampai kedalaman maksimal (solum tanah) dengan ukuran 1 m x 1 m x 1,5 m dan digambarkan menurut lapisan atau horizon tanahnya. Pada tiap daerah penelitian dilakukan penggalian profil yang mewakili tiap daerah penelitian untuk karakterisasi tanah yang menunjukkan sifat dan ciri morfologi tanah yang akan diamati.
c) Pengamatan sifat-sifat tanah pada profil tanah
Pengamatan sifat-sifat tanah ini meliputi batas horison atau lapisan tanah, warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah dan kedalaman efektif. d) Pengambilan contoh tanah
Contoh tanah diambil pada setiap horison atau lapisan tanah untuk dianalisis di laboratorium sedangkan pengambilan contoh tanah tidak terganggu dengan menggunakan ring sample, Pada saat pengambilan sampel tanah dicatat juga data-data dari daerah penelitian yang meliputi vegetasi, fisiografi, drainase, ketinggian tempat, kemiringan lereng, letak geografis dan penggunaan lahan. e) Penyimpanan contoh tanah
Contoh tanah yang telah diambil langsung dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi tanda sesuai dengan horison tanahnya.
Tahap analisis
a) Analisis di laboratorium, meliputi : - Tekstur tanah dengan metode pipet - Bulk Density dengan metode ring sampel
- Basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+) dengan menggunakan metode NH4OAc 1N pH 7
- pH H2O dan KCl dengan menggunakan metode Electrometry
- Retensi Posfat dengan metode Blackmore
- Kapasitas Tukar Kation dengan menggunakan metode NH4OAc 1N pH 7
- P2O5 dengan ekstrak HCl 25%
b. Analisis Data Klasifikasi Tanah (Menurut Keys To Soil Taxonomy 2014)
Data-data hasil penelitian di lapangan dan laboratorium selanjutnya digunakan untuk pengklasifikasian tanah berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2014.
Tahapan pengklasifikasian tanah sebagai berikut : 1. Penentuan simbol horison utama dan sub horison. 2. Penentuan horizon atas penciri.
3. Penentuan horizon bawah penciri.
4. Penentuan penciri lain : dilihat dari rezim suhu tanah, rezim lengas tanah dan sifat tanah andik.
4. Penentuan ordo tanah : dengan melakukan pengecekan pada seluruh “Kunci Ordo Tanah” guna menetapkan nama dari ordo pertama, berdasarkan kriteria / sifat tanah sesuai dengan tanah yang diklasifikasi.
6. Penentuan great group : dengan mencari halaman sesuai kriteria sub ordo yang telah diidentifikasi guna memperoleh “Kunci Great group” dengan melihat kesamaan jenis tanah, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim kelembapan dan suhu.
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitan
Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir, berjarak 20 km dari kota Parapat ke arah kota Balige memiliki luas wilayah sekitar 9090 ha dengan jumlah penduduk 8237 jiwa dengan ketinggian tempat antara 1000-1800 meter di atas permukaan laut.
Iklim
Data iklim yang digunakan adalah data curah hujan selama 10 tahun pengamatan dari tahun 2006 – 2015 yang tertera pada lampiran 1. Data curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi Sampali, Medan.
Menurut Schmidt dan Ferguson bulan basah terjadi jika curah hujan > 100 mm, bulan lembab terjadi jika curah hujan 60 – 100 mm dan bulan kering terjadi jika curah hujan < 60 mm dengan harga Q yang diperoleh dari perbandingan antara bulan kering dan bulan basah dapat dituliskan dengan rumus :
Q = Rata rata bulan kering Rata rata bulan basah
x 100 %
Suhu tanah dapat dihitung dari suhu udara sebagaimana dikemukakan oleh Newhall (1972 dalam Wambecke,1981). Cara ini dikembangkan untuk daerah tropik yang dirumuskan sebagai berikut : Suhu Tanah = (2,5 + suhu udara rata rata tahunan) 0C.
Variasi suhu tanah musim dingin dan musim panas pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah adalah : 0,33 x selisih suhu udara rata-rata musim panas dan musim dingin.
basah 9.1 sehingga diperoleh harga Q sebesar 9.89% yang terletak pada range 0% < Q < 14.3%. Data suhu tanah sebesar 23,990C dihitung dari 2,5 + suhu udara rata-rata tahunan (2,5 + 21,490C) dan variasi suhu tanah musim dingin dan musim panas pada kedalaman 50 cm dari permukaan sebesar 0,38 0C dihitung dari 0,3 x selisih suhu udara rata rata musim panas ( 0,3 x (22,110C – 20,940C). .
Daerah penelitian mempunyai regim kelembaban udik .Regim kelembapan udik berarti tanah tidak kering di beberapa bagian selama 90 hari kumulatif dalam setahun yang dapat dilihat dari data curah hujan. Hubungan curah hujan dengan regim kelembapan udik yaitu jika data curah hujan menunjukkan sepanjang tahun didominasi oleh bulan basah atau mempunyai distribusi hujan yang baik dan mempunyai cukup hujan pada musim panas. Dari Dari data curah hujan 10 tahun terakhir (2006-2015) menunjukkan tidak adanya bulan kering yang mencapai 3 bulan atau lebih (90 hari atau lebih) dan curah hujan rata-rata tahunan dan bulanan yang tinggi (2224,4 mm/tahun dan 185,36 mm per bulan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa daerah penelitian tidak kering selama 90 hari kumulatif.
Tabel 1. Rata – Rata Curah Hujan dan Suhu udara Daerah Penelitian Tahun 2006 -2015
Stasiun : Klimatologi Sampali Medan, 2016.
Vegetasi dan Penggunaan Lahan
Vegetasi yang terdapat di Kecamatan Lumbanjulu antara lain hutan alami, semak belukar , perkebunan rakyat, lahan basah dan pertanian lahan kering. Penggunaan lahan pada daerah penelitian secara umum terdiri atas perkebunan, sawah dan perkampungan (peta penggunaan lahan terlampir).
Bulan Curah Hujan ( mm ) Suhu udara (0C)
Januari 214,7 20.94
Februari 106,5 21,08
Maret 178,8 21,41
April 232,6 21,63
Mei 149.6 22,08
Juni 99,0 22,11
Juli 106,0 21,95
Agustus 157,7 21,70
September 308,1 21,57
Oktober 211,5 21,22
November 245,1 21,20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Deskripsi profil pada daerah penelitian adalah sebagai berikut : Deskripsi Profil 1
Lokasi :Desa Sionggang Selatan Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir
Koordinat Profil : 020 33’ 54,33’’ LU dan 980 58’ 45,68’’ BT Kemiringan Lereng : 20 %
Relief : Bergelombang Elevasi : 1067 m dpl. Tempat di Lereng : Lereng Tengah Cuaca : S : Cerah
K : Cerah Drainase : Baik Genangan/Banjir : Jarang
Gley : Tidak ada
Air Tanah : > 150 cm Penghanyutan/erosi : Sedikit
Keadaan batu : Besar : Tidak ada Kecil : Tidak ada
Pertumbuhan : Pinus (Pinus merkusii) , Pakis-pakisan (Cycas rumphii) Penggunaan Lahan : Vegetasi alami
Deskripsi Profil I (Desa Sionggang Selatan)
Profil I Horison Kedalaman (cm)
Keterangan A 0 - 7/13 Warna Coklat
keabu-abuan sangat gelap (10YR 3/2); tekstur lempung liat berpasir, struktur remah, halus, lemah; konsistensi agak lekat, plastis (basah), sangat gembur (lembap), agak keras (kering), perakaran halus sedang, batas jelas dan berombak Bw1 7/13 - 42/39 Warna Coklat kekuningan
gelap (10 YR 5/4); tekstur lempung berpasir; struktur halus sedikit, batas baur dan berombak keras (kering), batas baur dan berombak
Deskripsi Profil 2
Lokasi : Desa Jangga Toruan Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir
Koordinat Profil : 020 33’ 6,91’’ LU dan 990 02’ 52,94’’ BT Kemiringan Lereng : 25 %
Relief : Berbukit Elevasi : 1125 m dpl.
Tempat di Lereng : Puncak Lereng (Summit) Cuaca : S : Cerah
K : Cerah Drainase : Baik Genangan/Banjir : Jarang
Gley : Tidak ada
Air Tanah : > 150 cm Penghanyutan/erosi : Sedikit
Keadaan batu : Besar : Tidak ada Kecil : Tidak ada
Pertumbuhan : Aren (Arenga pinata), Pinus (Pinus merkusii) Kacang Tanah( Arachis hypogaea L.), Jengkol (Archidendron
pauciflorum)
Deskripsi Profil II (Desa Jangga Toruan)
Profil II Horison Kedalaman (cm)
Keterangan
Ap 0 - 18/20 Warna Coklat (10 YR 4/3), Tekstur liat berpasir, struktur remah, sedang, lemah; konsistensi agak lekat plastis (basah) gembur (lembap), agak keras (kering), perakaran halus banyak , batas jelas dan berombak
Bw1 18/20 - 77/73 Warna Coklat kekuningan
gelap (10 YR 4/4), tekstur liat berpasir, struktur remah sedang, sedang; konsistensi plastis dan agak lekat (basah) ,gembur (lembap), agak keras (kering) perakaran halus sedang, batas baur dan berombak (kering) batas baur dan berombak
Bw3 > 128 Warna Coklat sangat
Deskripsi Profil 3
Lokasi : Desa Sibaruang Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir
Koordinat Profil : 020 31’ 17,36’’ LU dan 990 02’ 26,50’’ BT Kemiringan Lereng : 16 %
Relief : Bergelombang Elevasi : 1032 m dpl. Tempat di Lereng : Kaki Lereng Cuaca : S : Cerah
K : Cerah Drainase : Baik Genangan/Banjir : Jarang
Gley : Tidak ada
Air Tanah : > 150 cm Penghanyutan/erosi : Sedikit
Keadaan batu : Besar : Tidak ada Kecil : ada
Pertumbuhan : Aren (Arenga pinata), Kopi (Coffea Arabica L.), Pakis-pakisa (Cycas rumphii),
Deskripsi Profil III (Desa Sibaruang)
Profil III Horison Kedalaman (cm)
Keterangan A 0 - 23/22 Warna Coklat
keabu-abuan sangat gelap (10 YR 2/3), tekstur lempung liat berpasir, struktur remah, sedang, lemah, konsistensi sangat gembur plastis dan agak lekat (basah), sangat gembur (lembap) , lepas (kering), perakaran halus banyak , batas jelas dan berombak B/A 23/22 - 40/45 Warna Coklat kekuningan
(10 YR 5/4), tekstur lempung liat berpasir, struktur granular sedang, sedang, konsistensi plastis dan agak lekat (basah), gembur (lembap), agak keras (kering), perakaran halus sedang , batas baur dan berombak agak lekat plastis (basah) gembur (lembap), agak keras (kering) , batas baur dan berombak
Bw2 > 95 Warna Coklat kekuningan
Deskripsi Profil 4
Lokasi : Desa Hatinggian Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir
Koordinat Profil : 020 32’ 13,88’’ LU dan 990 01’ 27,20’’ BT Kemiringan Lereng : 25 %
Relief : Berbukit Elevasi : 1162 m dpl. Tempat di Lereng : Lereng Tengah Cuaca : S : Cerah
K : Cerah Drainase : Baik Genangan/Banjir : Jarang
Gley : Tidak ada
Air Tanah : > 150 cm Penghanyutan/erosi : Sedikit
Keadaan batu : Besar : ada Kecil : ada
Pertumbuhan : Pakis-pakisan (Cycas rumphii), Durian (Durio zibethinus), Bahan Induk : Tuff Toba
Deskripsi Profil IV (Desa Hatinggian )
Profil Horison Kedalaman
(cm)
Keterangan
A 0 - 36/30 Warna Coklat gelap (10 YR 3/3), tekstur lempung liat berpasir , struktur granular, sedang, lemah, konsistensi agak lekat plastis (basah), lepas (lembap), lepas (kering), perakaran halus banyak , batas jelas dan berombak
Bw1 36/30 – 77/69 Warna Kuning Kecoklatan
Sifat Fisika Tanah
Sifat fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah sebaran besar butir fraksi (tekstur tanah) dan bulk density dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2 : Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah pada 4 Profil
Profil Tanah Horizon Kedalaman Distribusi Ukuran Partikel Pasir Pasir Debu Liat Kasar Halus
Tekstur BD
----cm---- ---%--- g/cm3
I (Desa Sionggang Selata A Bw1
Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang dianalisis di laboratorium adalah pH H2O dan KCl, basa-basa tukar, KTK, P2O5, kandungan C-organik ,
retensi posfat dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 3 : Tabel 3 : Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah pada 4 Profil
Profil Tanah Horizon Kedalaman pH
H2O KCL
KTK KB Ca-dd P2O5 Mg-dd K-dd Na-dd C-org BO Ret-P
----cm---- me/100g % me/100 g mg/kg me/100g me/100g me/100g -%-
Pembahasan Klasifikasi Tanah
Berdasarkan data-data yang diperoleh baik pengamatan di lapangan dan data iklim data laboratorium, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Kunci Soil Taxonomy (USDA, 2014). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan horison atas penciri (epipedon), horison bawah penciri, serta sifat penciri lain. Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group dan sub group.
Penentuan Horison Atas Penciri
Profil I (Epipedon/Horison A)
- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar
1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 142,46 miligram per kilogram yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 125 cm.
- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air atau tidak adanya genangan air.
- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan jenuh air (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Termasuk epipedon Molik karena posisinya berada di permukaan, struktur sedang dan tidak keras ketika kering, warna tanah dengan nilai value 3 atau kurang dalam keadaan lembap yaitu sebesar 3, dan nilai chroma 3 atau kurang dalam keadaan lembap yaitu sebesar 2, memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50% yaitu 50,48% dan c-organik lebih dari 0,6% yaitu 3,43% dan n-value kurang dari 0,7 yaitu 0,109.
Profil II (Epipedon/Horison Ap)
- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar
1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 104,36 miligram per kilogram yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 125 cm.
- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air atau tidak adanya genangan air.
- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan jenuh air (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm hanya memiliki ketebalan 18 cm, kandungan c-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 1,290% dan tidak memiliki 4% atau lebih c-organik pada semua lapisan.
- Tidak termasuk epipedon Molik karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%, hanya memiliki kejenuhan basa sebesar 39,80%.
1.29%, nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 39,90 % , n-value kurang dari 0.7 yaitu 0.23 dan tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.
Profil III (Epipedon/Horison Ap)
- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar
1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 100,41 miligram per kilogram yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 125 cm.
- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air atau tidak adanya genangan air.
- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan jenuh air (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm hanya memiliki ketebalan 23 cm, kandungan c-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 2,040% dan tidak memiliki 4% atau lebih c-organik pada semua lapisan.
- Termasuk epipedon Molik karena posisinya berada di permukaan, struktur sedang dan tidak keras ketika kering, memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50% yaitu 82,14 %, c-organik lebih dari 0,6 % yaitu 2,04 % , dan n-value kurang dari 0.7 yaitu 0,49 serta kandungan P2O5 kurang dari 1500 miligram per
Profil IV(Epipedon/Horison A)
- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar
1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 89,90 miligram per kilogram yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 125 cm. - Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air
atau tidak adanya genangan air.
- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan jenuh air (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk epipedon Melanik karena kandungan c-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 2,040% dan tidak memiliki 4% atau lebih c-organik pada semua lapisan, dan tidak memiliki sifat tanah andik dan tidak memiliki nilai value dan chroma sebesar 2 atau lebih kecil hanya memiliki nilai value 4 dan chroma 3
- Termasuk epipedon Molik karena posisinya berada di permukaan, struktur sedang dan tidak keras ketika kering, memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50% yaitu 59,32 %, c-organik lebih dari 0,6 % yaitu 2,14 % , dan n-value kurang dari 0.7 yaitu 0,50 serta kandungan P2O5 kurang dari 1500 miligram per
Penentuan Horison Bawah Penciri
Profil I (Horison Bw1)
- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus yang ada hanya debu dan liat tanpa humus.
- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E (bukan merupakan horison eluvial) melainkan horison Bw dan tidak terdapat bahan albik.
- Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat sebesar 1,2 kali persen atau lebih di horison B dimana tergolong horison eluviasi yang mengandung liat total 15-40% yaitu 28%, maka seharusnya di horison Bw1
harus mengandung liat 33,6% akan tetapi kandungan liat menurun sebesar 20%.
- Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan
dicoba dilanjutkan ke horison selanjutnya.
- Termasuk horison Kambik, karena memiliki ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dalam 50 cm dan mempunyai struktur tanah, tidak terjadi iluviasi liat yang nyata, bukan merupakan bagian dari horison Ap, warnanya tidak cukup gelap dan tidak memenuhi kriteria argilik.
Profil II (Horison Bw1)
- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E (bukan merupakan horison eluvial) melainkan horison Bw. - Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat sebesar 1,2
kali persen atau lebih di horison B dimana tergolong horison eluviasi yang mengandung liat total 15-40% yaitu 39%, maka seharusnya di horison Bw1
harus mengandung liat 46,8% akan tetapi kandungan liat menurun sebesar 36%.
- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan
dicoba dilanjutkan ke horison selanjutnya.
- Termasuk horison Kambik, karena memiliki ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dalam 50 cm dan mempunyai struktur tanah, tidak terjadi iluviasi liat yang nyata, bukan merupakan bagian dari horison Ap, warnanya tidak cukup gelap dan tidak memenuhi kriteria argilik.
Profil III (Horison Bw1)
- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus yang ada hanya debu dan liat tanpa humus.
- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E (bukan merupakan horison eluvial) melainkan horison Bw. - Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat sebesar 1,2
harus mengandung liat 34,8 % akan tetapi kandungan liat menurun sebesar 28%.
- Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan
dicoba dilanjutkan ke horison selanjutnya.
- Termasuk horison Kambik, karena memiliki ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan mempunyai struktur tanah, tidak terjadi iluviasi liat yang nyata, bukan merupakan bagian dari horison Ap, warnanya tidak cukup gelap dan tidak memenuhi kriteria argilik.
Profil IV(Horison Bw1)
- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.
- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E (bukan merupakan horison eluvial).
- Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B. - Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan
dicoba dilanjutkan ke horison selanjutnya.
Penentuan Penciri Lain
Profil I - IV
- Memiliki regim kelembapan udik karena tanah tidak pernah kering dalam 90 hari (kumulatif) yaitu lebih dari 90 hari atau dari data curah hujan rata rata bulan basah berkisar 7 – 10 bulan tiap tahun atau 210 hari hingga 300 hari (kumulatif).
- Memiliki regim suhu tanah isohipertermik karena varias suhu terpanas dan terdingin lebih kecil dari 60C yaitu 0,380C dan suhu tanah rata-rata tahunan lebih besar dari 220C yaitu 23,990C.
Penentuan Ordo
Profil I
- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost (diisi es) dalam 100 cm dari permukaan tanah atau tidak ada bahan gelik dalam 100 cm dan lapisan permafrost dalam 200 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Histosol, karena tidak dianalisis hal yang berhubungan untuk menentukan sifat tanah andik maka dicoba melanjutkan ke ordo selanjutnya. - Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki epipedon plagen/argilik atau
kandik yang ada epipedon molik tetapi tidak mempunyai horison spodik yang ada kambik.
- Tidak termasuk Andisol, karena sifat tanah andik tidak dianalisis maka dicoba dilanjutkan ke ordo selanjutnya
- Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki bidang kilir atau ped, tidak memiliki kadar liat rata rata 30 % atau lebih yang ada sebesar 24,75 % pada semua horison atau dalam 18 – 50 cm atau pada kontak litik, densik, paralitik dan duripan dan horison petrokalsik.
- Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid tetapi regim kelembapan udik, epipedon okrik ataupun antropik dan horison salik. - Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horison argilik atau kandik yang
ada horison kambik.
- Tidak termasuk Mollisol, karena memiliki epipedon molik tetapi nilai kejenuhan basa tidak sebesar 50% atau lebih di semua horison hingga kedalaman 180 cm yang ada hanya pada horison A, Bw1 dan B/C
- Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki epipedon plagen tetapi tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik yang ada hanya horison kambik. - Termasuk Inceptisol, karena memiliki horison kambik yang batas atasnya di
dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral dan batas bawahnya pada kedalaman 25 cm atau lebih di bawah permukaan tanah mineral .
Profil II
- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost (diisi es) dalam 100 cm dari permukaan tanah atau tidak ada bahan gelik dalam 100 cm dan lapisan permafrost dalam 200 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki epipedon plagen/argilik atau kandik yang ada epipedon umbrik tetapi tidak mempunyai horison spodik yang ada kambik.
- Tidak termasuk Andisol, karena sifat tanah andik tidak dianalisis maka dicoba dilanjutkan ke ordo selanjutnya.
- Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik yang ada horison kambik dan tidak memiliki kadar liat sebesar 40 % dari permukaan tanah hingga kedalaman 18 cm yang ada sebesar 39 %.
- Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki bidang kilir atau ped, memiliki kadar liat rata rata 30 % atau lebih yang ada sebesar 35 % pada semua horison atau dalam 18 – 50 cm atau pada kontak litik, densik, paralitik dan duripan dan horison petrokalsik.
- Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid tetapi regim kelembapan udik, epipedon okrik ataupun antropik dan horison salik. - Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horison argilik atau kandik yang
ada horison kambik.
- Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon molik dan nilai kejenuhan basa tidak sebesar 50% atau lebih di semua horison hingga kedalaman 180 cm yang ada hanya pada horison Bw1, Bw2 dan Bw3.
- Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki epipedon plagen tetapi tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik yang ada hanya horison kambik. - Termasuk Inceptisol, karena memiliki horison kambik yang batas atasnya di
Profil III
- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost (diisi es) dalam 100 cm dari permukaan tanah atau tidak ada bahan gelik dalam 100 cm dan lapisan permafrost dalam 200 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Histosol, karena tidak dianalisis hal yang berhubungan untuk menentukan sifat tanah andik maka dicoba melanjutkan ke ordo selanjutnya. - Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki epipedon plagen/argilik atau
kandik yang ada epipedon molik tetapi tidak mempunyai horison spodik yang ada kambik.
- Tidak termasuk Andisol, karena sifat tanah andik tidak dianalisis maka dicoba dilanjutkan ke ordo selanjutnya.
- Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik yang ada horison kambik dan tidak memiliki kadar liat sebesar 40 % dari permukaan tanah hingga kedalaman 18 cm yang ada sebesar 29 %.
- Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki bidang kilir atau ped, tidak memiliki kadar liat rata rata 30 % atau lebih yang ada sebesar 29,25 % pada semua horison atau dalam 18 – 50 cm atau pada kontak litik, densik, paralitik dan duripan dan horison petrokalsik.
- Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid tetapi regim kelembapan udik, epipedon okrik ataupun antropik dan horison salik. - Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horison argilik atau kandik yang
- Tidak termasuk Mollisol, karena memiliki epipedon molik tetapi nilai kejenuhan basa tidak sebesar 50% atau lebih di semua horison hingga kedalaman 180 cm yang ada hanya pada horison A, B/A dan Bw2.
- Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki epipedon plagen tetapi tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik yang ada hanya horison kambik. - Termasuk Inceptisol, karena memiliki horison kambik yang batas atasnya di
dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral dan batas bawahnya pada kedalaman 25 cm atau lebih di bawah permukaan tanah mineral.
Profil IV
- Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost (diisi es) dalam 100 cm dari permukaan tanah atau tidak ada bahan gelik dalam 100 cm dan lapisan permafrost dalam 200 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Histosol, karena tidak dianalisis hal yang berhubungan untuk menentukan sifat tanah andik maka dicoba melanjutkan ke ordo selanjutnya. - Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki epipedon plagen/argilik atau
kandik yang ada epipedon umbrik tetapi tidak mempunyai horison spodik yang ada kambik.
- Tidak termasuk Andisol, karena sifat tanah andik tidak dianalisis maka dicoba dilanjutkan ke ordo selanjutnya.
- Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik yang ada horison kambik dan tidak memiliki kadar liat sebesar 40 % dari permukaan tanah hingga kedalaman 18 cm yang ada sebesar 28 %.
semua horison atau dalam 18 – 50 cm atau pada kontak litik, densik, paralitik dan duripan dan horison petrokalsik.
- Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid tetapi regim kelembapan udik, epipedon okrik ataupun antropik dan horison salik. - Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horison argilik atau kandik yang
ada horison kambik.
- Tidak termasuk Mollisol, karena memiliki epipedon molik tetapi nilai kejenuhan basa tidak sebesar 50% atau lebih di semua horison hingga kedalaman 180 cm yang ada hanya pada horison A, Bw1.
- Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki epipedon plagen tetapi tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik yang ada hanya horison kambik. - Termasuk Inceptisol, karena memiliki horison kambik yang batas atasnya di
dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral dan batas bawahnya pada kedalaman 25 cm atau lebih di bawah permukaan tanah mineral
Penentuan Sub Ordo
Profil I
- Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dengan regim kelembaban tanah udik; tanah tidak pernah kering selama 90 hari (kumulatif), setiap tahunnya.
Profil II
- Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak termasuk Ustept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dengan regim kelembaban tanah udik; tanah tidak pernah kering selama 90 hari (kumulatif), setiap tahunnya..
Profil III
- Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak termasuk Ustept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dengan regim kelembaban tanah udik; tanah tidak pernah kering selama 90 hari (kumulatif), setiap tahunnya.
Profil IV
- Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak termasuk Ustept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik yang ada regim kelembapan tanah udik.
- Tidak Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik yang ada regim kelembapan tanah udik.
Penentuan Great Group
Profil I
- Tidak termasuk Sulfudept karena tidak mempunyai horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah yang ada horison kambik. - Tidak termasuk Durudept karena tidak mempunyai duripan yang batas atasnya
di dalam 100 cm dari permukaan yang ada horison kambik.
- Tidak termasuk Fragiudept karena tidak mempunyai fragipan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah yang ada horison kambik. - Termasuk Humudept karena memiliki epipedon molik.
Profil II
- Tidak termasuk Sulfudept karena tidak mempunyai horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah yang ada horison kambik. - Tidak termasuk Durudept karena tidak mempunyai duripan yang batas atasnya
di dalam 100 cm dari permukaan yang ada horison kambik.
- Tidak termasuk Fragiudept karena tidak mempunyai fragipan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah yang ada horison kambik. - Termasuk Humudept karena memiliki epipedon molik.
Profil III
- Tidak termasuk Sulfudept karena tidak mempunyai horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah yang ada horison kambik. - Tidak termasuk Durudept karena tidak mempunyai duripan yang batas atasnya
di dalam 100 cm dari permukaan yang ada horison kambik.
- Termasuk Humudept karena memiliki epipedon molik..
Profil IV
- Tidak termasuk Sulfudept karena tidak mempunyai horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah yang ada horison kambik. - Tidak termasuk Durudept karena tidak mempunyai duripan yang batas atasnya
di dalam 100 cm dari permukaan yang ada horison kambik.
- Tidak termasuk Fragiudept karena tidak mempunyai fragipan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah yang ada horison kambik. - Termasuk Humudept karena memiliki epipedon molik..
Penentuan Sub Group
Profil I
- Tidak termasuk Lithic Humudept karena tidak terdapat kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak temasuk Vertic Humudept karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan mencapai ketebalan 30 cm atau lebih.
- Tidak temasuk Aquandic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak temasuk Andic Oxyaquic Humudept karena tidak mengalami jenuh air
hingga kedalaman 100 cm dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif
- Tidak temasuk Andic Humudept karena tidak dianalisis parameter Al dan Fe 1,0 sehingga dicoba ke sub group selanjutnya.
- Tidak termasuk Vitrandic Humudept karena tidak memiliki fragmen berukuran lebih kasar dari 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Fluvaquentic Humudept karena mempunyai kemiringan lereng kurang dari 25 % yaitu 20 %, tetapi tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau
kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral
serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Aquic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Oxyaquic Humudept karena tanah tidak mengalami jenuh air dalam 100 cm dari permukaan tanah selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Psammentic Humudept karena tidak memiliki kelas besar-butir berpasir pada keseluruhan horison.
- Tidak termasuk Cumulic Humudept karena memiliki kemiringan lereng kurang dari 25% yaitu 20% tetapi tidak memiliki epipedon molik yang berada dengan ketebalan 50 cm atau lebih hanya ada setebal 7 cm dan tidak mengalami penurunan karbon organik secara tidak teratur pada kedalaman 25 -125 cm . - Termasuk Fluventic Humudept karena memiliki lereng kurang dari 25% yaitu
20% serta memiliki kandungan bahan organik 0.2% atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral yaitu sebesar 0,210%.
Profil II
- Tidak termasuk Lithic Humudept karena tidak terdapat kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak temasuk Vertic Humudept karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan mencapai ketebalan 30 cm atau lebih.
- Tidak temasuk Aquandic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak temasuk Andic Oxyaquic Humudept karena tidak mengalami jenuh air
hingga kedalaman 100 cm dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif
atau 30 hari kumulatif.
- Tidak temasuk Andic Humudept karena tidak dianalisis parameter Al dan Fe 1,0 sehingga dicoba ke sub group selanjutnya.
satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Fluvaquentic Humudept karena mempunyai kemiringan lereng kurang dari 25 % yaitu 20 %, tetapi tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau
kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral
serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Aquic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Oxyaquic Humudept karena tanah tidak mengalami jenuh air dalam 100 cm dari permukaan tanah selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Psammentic Humudept karena tidak memiliki kelas besar-butir berpasir pada keseluruhan horison.
- Tidak termasuk Oxic Humudept, karena tidak memiliki KTK sebesar 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih pada kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral sampai kedalaman 100 cm yang ada hanya 7,64 – 11,43 cmol (+)/kg liat.
- Tidak termasuk Fluventic Humudept, karena tidak memiliki lereng kurang dari 25% serta tidak mengalami penurunan c-organik secara teratur pada kedalaman 25 sampai 125 cm.
- Tidak termasuk Pachic Humudepts karena memiliki epipedon umbrik tetapi ketebalannya tidak 50 cm atau lebih hanya ada 20 cm.
- Termasuk Eutric Humudepts karena memiliki kejenuhan basa sebesar 50% atau lebih pada kedalaman 25-75 cm yaitu 79,18%.
Profil III
- Tidak termasuk Lithic Humudept karena tidak terdapat kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak temasuk Vertic Humudept karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan mencapai ketebalan 30 cm atau lebih.
- Tidak temasuk Aquandic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak temasuk Andic Oxyaquic Humudept karena tidak mengalami jenuh air
hingga kedalaman 100 cm dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif
atau 30 hari kumulatif.
- Tidak temasuk Andic Humudept karena tidak dianalisis parameter Al dan Fe 1,0 sehingga dicoba ke sub group selanjutnya.
satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Fluvaquentic Humudept karena mempunyai kemiringan lereng kurang dari 25 % yaitu 16 %, tetapi tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau
kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral
serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Aquic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Oxyaquic Humudept karena tanah tidak mengalami jenuh air dalam 100 cm selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Psammentic Humudept karena tidak memiliki kelas besar-butir berpasir pada keseluruhan horison.
- Tidak termasuk Oxic Humudept, karena tidak memiliki KTK sebesar 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih pada kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral sampai kedalaman 100 cm yang ada hanya 8,93 – 12,88 cmol (+)/kg liat.
- Tidak termasuk Cumulic Humudept karena memiliki kemiringan lereng kurang dari 25% yaitu 16% tetapi tidak memiliki epipedon molik yang berada dengan ketebalan 50 cm atau lebih hanya ada setebal 23 cm.
Profil IV
- Tidak termasuk Lithic Humudept karena tidak terdapat kontak litik di dalam 50 cm dari permukaan tanah.
- Tidak temasuk Vertic Humudept karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan mencapai ketebalan 30 cm atau lebih.
- Tidak temasuk Aquandic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak temasuk Andic Oxyaquic Humudept karena tidak mengalami jenuh air
hingga kedalaman 100 cm dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif
atau 30 hari kumulatif.
- Tidak temasuk Andic Humudept karena tidak dianalisis parameter Al dan Fe 1,0 sehingga dicoba ke sub group selanjutnya.
- Tidak termasuk Vitrandic Humudept karena tidak memiliki fragmen berukuran lebih kasar dari 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral.
- Tidak termasuk Fluvaquentic Humudept karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 60 cm dari
permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu
permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Oxyaquic Humudept karena tanah tidak mengalami jenuh air dalam 100 cm selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Psammentic Humudept karena tidak memiliki kelas besar-butir berpasir pada keseluruhan horison.
- Tidak termasuk Oxic Humudept, karena tidak memiliki KTK sebesar 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih pada kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral sampai kedalaman 100 cm yang ada 10,94 – 22,37 cmol (+)/kg liat. - Tidak termasuk Cumulic Humudept karena tidak memiliki epipedon umbrik
yang berada dengan ketebalan kurang dari 50 cm yaitu dengan tebal 36 cm. - Tidak termasuk Fluventic Humudept, karena tidak memiliki lereng kurang dari
25% .
- Tidak termasuk Pachic Humudepts karena memiliki epipedon umbrik tetapi ketebalannya tidak 50 cm atau lebih hanya ada 30 cm.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Klasifikasi tanah di desa Sionggang Selatan dan Sibaruang berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, Sub Group Fluventic Humudept.
2. Klasifikasi tanah di desa Jangga Toruan dan Hatinggian berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, Sub Group Eutric Humudept.
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah pada awalnya didasarkan pada karakteristik individu seperti tekstur tanah (misalnya lempung, tanah liat atau pasir) atau bahan induk (misalnya tanah aluvial). Pada akhir tahun 1880 ahli geologi Rusia bernama Dokuchaev, adalah orang pertama yang menyarankan klasifikasi secara ilmiah yang didasarkan pada kombinasi dari karakteristik tanah dalam kaitannya dengan proses pembentukan tanah. Sistem ini mengalami pengembangan hingga tahun 1938 kemudian diubah pada tahun 1949 di Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1961 dipublikasikan approximation ke 7 dan didistribusikan ke seluruh dunia sebagai panduan dalam taksonomi tanah (Miller and Donahue, 1994).
Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka tanah yang mempunyai sifat yang sama dapat dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama, dan demikian pula sebaliknya. Klasifikasi tanah sangat erat kaitannya dengan pedogenesis atau proses pembentukan tanah karena proses yang berbeda akan menghasilkan tanah yang berbeda pula (Hardjowigeno, 2003).
pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah. Sedangkan klasifikasi teknis adalah klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim dan dalam praktiknya juga dihubungkan dengan klasifikasi kemampuan lahan dan klasifikasi kesesuaian lahan (Sutanto, 2005).
Menurut Buol Hole dan McCracken (1980), klasifikasi tanah dimaksudkan untuk berbagai hal yaitu :
1. Menata atau mengoorganisasi pengetahuan tentang tanah 2. Memudahkan mengingat sifat dan perilaku tanah
3. Mengetahui hubungan antar individu tanah
4. Mengelompokkan tanah untuk tujuan yang lebih praktis, antara lain menaksir sifat dan produktivitasnya; menentukan lahan yang buruk, baik, atau terbaik; menentukan areal untuk penelitian atau kemungkinan ektrapolasi hasil penelitian di tempat lain
5. Mempelajari hubungan dan sifat tanah baru.
tingkat kategori lainnya, sudah tentu dalam batas yang berbeda (Darmawijaya, 1990).
Dalam penyusunan suatu klasifikasi tanah biasanya, digunakan beberapa ketentuan atau asas yang digunakan sebagai dasar. Ada beberapa asas yang digunakan dalam klasifikasi tanah yaitu :
a. Asas genetik (genetic principle)
Dalam asas genetik ini, sifat tanah pembeda adalah sifat yang terbentuk sebagai hasil dari proses pembentukan tanah atau sifat yang mempengaruhi pembentukan tanah.
b. Asas sifat pembeda makin bertambah (principle of accumulating differentia) Dalam asas ini sifat tanah pembeda semakin bertambah semakin mendekati kategori yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada kategori rendah tanah tidak hanya dibedakan berdasar sifat tanah pembeda, tetapi juga digunakan pembeda yang lebih tinggi.
c. Asas menyeluruh kategori taksonomi (principle of wholeness of taxonomic
categories)
Setiap individu tanah harus diklasifikasikan pada masing kategori berdasarkan atas sifat tanah pembeda yang telah dipilih untuk kategori tersebut. Setiap sifat pembeda yang telah dipilih harus dapat mengklasifikasikan semua individu populasi tersebut.
d. Pembatas asas bebas (ciling of independence principle)
Suatu sistem klasifikasi tanah juga harus memiliki dasar pemikiran sebagai berikut :
- Dasar klasifikasi harus jelas untuk setiap kategori/setiap tingkat, misalnya pembeda yang dipergunakan diuraikan dengan jelas
- Pembagian akan menjadi lengkap pada setiap tingkat, misalnya semua klas terbagi lagi menjadi subklas
- Suatu klas akan selalu dibagi menjadi subklas yang non- overlapping (Abdullah, 1991).
Taksonomi Tanah
Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan
seri. Sistem ini merupakan sistem yang baru mengenai cara-cara penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat penciri lain
yang digunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi (ordo) ke
kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail (Rayes, 2007).
dan sifat tanah lainnya terukur secara kuantitatif (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).
Dasar penyusunan sistem Taksonomi Tanah adalah bersifat logik, sistematik, komprehensif dan kuantitatif. Logik artinya sistem ini dibangun atas dasar logika, sesuai dengan teori genensis. Sistematik berarti teratur urutannya dalam kerangka klasifikasi. Komprehensif artinya sistem klasifikasi dibangun melalui pembahasan seluas dan sebanyak mungkin pengetahuan yang terkait. Kuantitatif berarti penciri dan pembeda klasifikasi dalam identifikasi dan penamaan tanah didasarkan kisaran nilai yang pasti (Rachim dan Arifin, 2011).
Sesuai dengan sistem klasifikasi tanah yang sifatnya tidak statis, sistem ini memungkinkan menampung perubahan - perubahan akibat berkembangnya ilmu pengetahuan, baik di bidang tanah itu sendiri atau ilmu - ilmu lain yang terkait. Sistem ini juga telah dikukuhkan untuk digunakan secara nasional dalam survei dan pemetaan tanah pada Kongres Nasional HITI V di Medan, dan diteguhkan pada Kongres yang sama (ke VII) di Serpong (Rachim dan Arifin, 2011).
Sifat umum dari taksonomi tanah adalah : 1. Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori.
2.Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya penemuan penemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.
3.Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu landscape dimanapun ditemukan.
dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai penggunaan tanah (Hardjowigeno, 1993).
Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda mulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :
1. Ordo
Terdiri dari 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
2. Sub Ordo
Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik, misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik).
3. Great Group
Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim suhu dan kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plinthite, fragipan dan duripan.
4. Sub Group
5. Family
Jumlah taksa dalam family juga masih terus bertambah yaitu > 8000 taksa. Faktor pembedanya adalah sifat tanah yang penting untuk pertanian. Sifat tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda untuk family antara lain adalah : sebaran besar butir, susunan mineral (liat), regim temperatur pada kedalaman 50 cm.
6. Seri
Jumlah seri tanah di Amerika saja lebih besar 19.000. Faktor pembedanya adalah : jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi tanah dari masing-masing horison, sifat kimia dan mineral dari masing horison. Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah faktor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi (Hardjowigeno, 1993). Taksonomi Tanah 2014
Menurut Taksonomi Tanah 2014 terdapat 8 epipedon penciri yaitu : Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen.
A. Epipedon Mollik
Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna ≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa > 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.
B. Epipedon Antropik
C. Epipedon Umbrik
Epipedon umbrik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna ≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.
D. Epipedon Folistik
Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu horison atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif dan tahun normal (dan tidak ada didrainase). Sebagian besar epipedon folistik tersusun dari bahan tanah organik.
E. Epipedon Histik
Epipedon Histik merupakan suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam sebagian waktu dalam tahunnormal (dan telah drainase). Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik.
F. Epipedon Okrik
Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering, value dan kroma (lembab) ≥ 4. Epipedon okrik juga mencakup horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi persyaratan epipedon histik atau folistik. G. Epipedon Plagen
Pada taksonomi tanah 2014, terdapat 20 horison bawah penciri yaitu : horison Agrik, Albik, Anhydrit, Argilik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kalsik, Kandik, Kambik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik dan Spodik.
A. Horison Agrik
Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah tereluviasi nyata.
B. Horison Albik
Pada umumnya Horison Albik terdapat di bawah horison A, tetapi mungkin juga berada pada permukaan tanah mineral. Horison ini merupakan horison eluvial dengan tebal 1 cm dan mempunyai 85% atau lebih bahan andik.
C. Horison Anhydrit
Horison Anhydrit adalah suatu horison di mana Anhydrit (CaSO4) terakumulasi
melalui neotransformasi atau transformasi dengan nyata. D. Horison Argilik
Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Horison tersebut mempunyai sifat adanya gejala iluviasi liat.
D. Horison Duripan
E. Horison Fragipan
Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur tanah lemah.
F. Horison Glosik
Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik, kandik atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi bebasnya telah dipindahkan. G. Horison Gipsik
Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya lebih dari 15 cm. H. Horison Kalsik
Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata.
I. Horison Kandik
Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi dan KTK rendah (<16 cmol/kg).
J. Horison Kambik
Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih proses-proses tersebut.
K. Horison Natrik
L. Horison Orstein
Horison Orstein tersusun dari bahan spodik, berada didalam suatu lapisan yang 50% atau lebih (volumenya) tersementasi dan memiliki ketebalan 25 cm atau lebih.
M. Horison Oksik
Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki sifat tanah andik dan KTK rendah (< 16 cmol/kg).
N. Horison Petrokalsik
Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium karbonat sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.
O. Horison Petrogipsik
Horison Petrogipsik merupakan suatu horison iluvial dengan ketebalan 10 cm atau lebih dimana gypsum sekundernya telah sampai horison tersemen atau mengeras. P. Horison Placik
Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai merah gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta bahan organik.
Q. Horison Salik
Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak mengandung garam mudah larut.
R. Horison Sombrik
epipedon umbrik dengan mengandung iluviasi humus yang berasosiasi dengan Al atau yang terdispersi dengan natrium.
S. Horison Spodik
Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih dari bahan spodik.
Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2014, ordo tanah terdiri atas 12 ordo yaitu :
A. Gelisol
Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan tanah.
B. Histosol
Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60% atau lebih ketebalan diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm.
C. Spodosol
Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari setiap pedon, dan regim suhu cryik.
D. Andisol
Ordo tanah yang mempunyai sifat andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya. E. Oksisol
Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat sebesar 40% atau lebih dalam fraksi tanah.
kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi tanah halus sebesar 30% atau lebih.
G. Aridisol
Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.
H. Ultisol
Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.
I. Mollisol
Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar 50% atau lebih pada keseluruhan horison.
J. Alfisol
Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik, kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagian.
K. Inceptisol
Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen, umbrik, mollik serta regim suhu cryik atau gelic dan tidak terdapat bahan sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.
L. Entisol
PENDAHULUAN Latar Belakang
Tanah adalah tubuh alam yang tersusun dari bahan padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, terjadi pada permukaan lahan, menutupi ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua hal berikut : horison atau lapisan yang dapat dibedakan dari bahan asalnya, sebagai akibat dari proses penambahan, penghilangan, transfer dan perubahan bentuk dari energi dan bahan; atau
kemampuan dalam menyokong tanaman berakar pada lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1999).
Untuk mempermudah mengenal jenis tanah, serta kemampuan tanah dalam mempelajari dan membedakannya, maka diperlukan pemberian nama untuk masing-masing jenis tanah. Pemberian nama atau istilah suatu jenis tanah tersebut dapat mempermudah dalam membandingkan jenis tanah yang satu dengan jenis tanah yang lainnya (Hardjowigeno, 1993).
Klasifikasi tanah adalah usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan sifat yang dimilikinya. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama. Hal ini sangat penting karena tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan yang berbeda jadi jenis-jenis tanah itu diberi nama (Hardjowigeno, 2003).
Ada banyak sistem klasifikasi yang berkembang di dunia namun sistem klasifikasi tanah yang berlaku di Indonesia saat ini adalah sistem klasifikasi soil
taxonomy atau taksonomi tanah yang dikembangkan oleh USDA. Sistem
nama, defenisi horison penciri, dan beberapa sifat penciri lain yang digunakan untuk menentukan jenis tanah.
Lumbanjulu merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir di mana sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani yang dapat dilihat dari luasnya hamparan pertanian untuk tanaman pangan. Secara administratif menurut data BPS Toba Samosir 2014, Kecamatan Lumbanjulu memiliki area seluas 9.090 ha, dengan perincian penggunaan lahan tanah sawah sebesar 847 ha, lahan pertanian dimana pertanian lahan kering sebesar 6.660 ha , perkebunan sebesar 262,21 ha, dan lahan non pertanian sebesar 1.330 ha.
Pengklasifikasian tanah di daerah ini sudah pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor pada tahun 2000 dengan sistem Soil Taxonomy 1998 yang disajikan pada peta tanah eksplorasi yang berisi beberapa satuan peta tanah (SPT). Pada peta tanah di daerah ini terdapat empat jenis tanah yaitu (1) Dystrudept ;
Endoaquept, (2) Dystrudept ; Eutrudept, (3) Dystrudept ; Udorthent, (4) Hydrudand ; Hapludand. Penetapan jenis tanah tersebut ditetapkan
berdasarkan Soil Taxonomy 1998, sehingga bila diidentifikasi berdasarkan Keys To Soil Taxonomy 2014 dapat terjadi perubahan pada pemberian tata nama jenis tanah. Pada Keys To Soil Taxonomy 2014 terdapat penambahan kriteria pada horison bawah penciri, sub ordo sampai ke tingkat family.
eksplorasi ini disusun berdasarkan pengamatan lapangan yang sangat terbatas atau hanya ditinjau berdasarkan hubungan pembentukan tanah dengan faktor pembentuknya (bahan induk, topografi dan keadaan iklim) dan menggunakan sistem Soil Taxonomy 1998. Pemberian nama dalam sistem taksonomi tanah harus berdasarkan sifat-sifat yang dapat diukur (kuantitatif) yaitu dilakukan di lapangan dan di laboratorium.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Lumbanjulu berpotensi besar untuk dikembangkan. Untuk pengembangan daerah
tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai klasifikasi tanah berdasarkan
Keys To Soil Taxonomy 2014, karena pemberian nama tanah tidak berdasarkan
sifat yang diukur (kuantitatif) dan dalam Keys To Soil Taxonomy 2014 sudah banyak penambahan kriteria pada horison bawah penciri, sub ordo sampai ke tingkat family. Dari penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan pengklasifikasian tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tanah di Desa Hatinggian, Sionggang Selatan, Jangga Toruan dan Sibaruang, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 mulai dari tingkat ordo sampai sub group.
Kegunaan Penelitian
- Bahan informasi klasifikasi tanah ini dapat dipergunakan untuk pengelolaan tanah pertanian yang lebih tepat.
ABSTRACT
Martin Binarta, research “Soil Classification in Subdistric Lumbanjulu,
Distric of Toba Samosir based on Keys To Soil Taxonomy 2014.” It was aims to
classify the soil starting from the level of orders to sub group. It was located at Sionggang Selatan, Jangga Toruan, Sibaruang and Hatinggian Village, Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba Samosir from July until December 2015. Morphological properties were identified by describing the soil profileswhile physical and chemical properties were identified by laboratory analysis. Soil samples were taken at each horizon and analyzed for soil texture, bulk density, pH H2O, pH KCl, P2O5, organic carbon, exchangeable cations, phosphate retention, and CEC.
The results shows that the classification of soil based on Soil Taxonomy 2014 in Sionggang Selatan Village is Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, and Sub Group Fluventic Humudept. Jangga Toruan Village is Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, and Sub Group Eutric Humudept. Sibaruang Village is Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, and Sub Group Fluventic Humudept. Sibaruang Village is Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, and Sub Group Eutric Humudept.
ABSTRAK
Martin Binarta, meneliti “Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah 2014”. Penelitian bertujuan untuk mengklasifikasikan tanah mulai dari tingkat ordo sampai sub group. Penelitian ini dilakukan di Desa Sionggang Selatan, Jangga Toruan, Sibaruang dan Hatinggian, Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir dari pada bulan Juli sampai dengan Desember 2015. Dilakukan deskripsi profil tanah untuk menentukan sifat morfologi tanah sementara sifat fisik dan kimia dilakukan dengan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil dari setiap horison pada masing-masing profil dan dianalisis di laboratorium berupa tekstur tanah, kerapatan lindak, pH H2O, pH KCl, P2O5, C-organik, basa-basa dapat tukar (Ca2+,
Mg2+, K+, dan Na+), retensi P serta kapasitas tukar kation (KTK).
Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi tanah berdasarkan Taksonomi
Tanah 2014 Di Desa Sionggang Selatan adalah : adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Fluventic Humudept.
Desa Jangga Toruan adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Eutric Humudept. Desa Sibaruang adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Fluventic Humudept. Desa Sibaruang Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Eutric Humudept
KLASIFIKASI TANAH DI KECAMATAN LUMBANJULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR BERDASARKAN KEYS TO SOIL TAXONOMY 2014
SKRIPSI
OLEH : MARTIN BINARTA
110301151
AGROEKOTEKNOLOGI
KLASIFIKASI TANAH DI KECAMATAN LUMBANJULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR BERDASARKAN KEYS TO SOIL TAXONOMY 2014
SKRIPSI
OLEH : MARTIN BINARTA
110301151
AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan