• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Kampanye Pasangan Calon H.Syamsul Arifin Dan Gatot Pujonugroho Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Kampanye Pasangan Calon H.Syamsul Arifin Dan Gatot Pujonugroho Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KAMPANYE PASANGAN CALON H.SYAMSUL ARIFIN DAN GATOT PUJONUGROHO PADA PEMILIHAN GUBERNUR

SUMATERA UTARA TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DISUSUN OLEH :

RAMA WULANDARI

050906033

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah di setujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :

NAMA : RAMA WULANDARI

NIM : 050906033

DEPARTEMEN : ILMU POLITIK

JUDUL : STRATEGI KAMPANYE PASANGAN CALON

H.SYAMSUL ARIFIN DAN GATOT PUJONUGROHO PADA PEMILIHAN GUBERNUR SUMATERA UTARA TAHUN 2008

Medan 15 Desember 2008

Ketua Departeman

(Drs.Heri Kusmanto, M.A) NIP.132 215 084

Pembimbing I Pembimbing II

(Drs.Zakaria Taher, MSP) (Warjio,SS,MA)

NIP. 131 568 385 NIP.132 316 810

Dekan

Fakultas Imu Sosial dan politik

(3)

STRATEGI KAMPANYE PASANGAN CALON H.SYAMSUL ARIFIN DAN GATOT PUJONUGROHO PADA PEMILIHAN GUBERNUR

SUMATERA UTARA TAHUN 2008

RAMA WULANDARI 050906033

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ABSTRAK

Pemilihan Gubernur Sumatera Utara periode 2008-2013 ditetapkan lima pasangan calon yaitu pasangan calon H.M. Ali Umri/H. Maratua Simanjuntak, RE Siahaan dan H.Suherdi, H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho, Abdul Wahab Dalimunthe dan H.Raden Muhammad Syafi’i dan Mayjen TNI (Purn) Tri Tamtomo dan Benny Pasaribu setiap pasangan calon atau gabungan partai yang mengusung pasangan calon mempunyai strategi atau langkah-langkah untuk mensosialisasikan berbagai bentuk kampanye dalam memenangkan kandidat yang bersaing dalam bursa Pemilihan Gubernur Sumut.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat strategi kampanye pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho yang dilakukan tim kampanye Syampurno yang memenangkan pada Pemilihan Gubernur Sumut tanggal 16 April lalu. Kesuksesan yang dicapai pasangan calon dengan berbagi strategi kampanye yaitu dengan memiliki figur yang sederhana, energik dan mampu mendekatkan diri dengan rakyat, memiliki koalisi partai politik yang solid, militan dan loyal. Visi-misi dan program yang riil dengan kehidupan Sumut dan berbagai sosialisasi pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho dalam bentuk kampanye seperti pada pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog, penyebaran melalui media dan elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat umum dan rapat umum.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskripsi, dengan tujuan menggambarkan dan meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variable yang timbul dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tim kampanye Syampurno yang berjumlah empat orang tim kampanye syampurno dan satu bagian divisi tim kampanye Syampurno.

Dalam hasil wawancara langsung dan data yang diperoleh dari lapangan maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kampanye politik pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho beserta tim kampanye berjalan sebagimana yang telah diharapkan dari tujuan bersama tim kampanye Syampurno yaitu memenangkan pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho dan mengalahkan empat pasangan calon lainnya pada Pemilihan Gubernur Sumut periode 2008-2013.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena dengan rahmat dan ridoh-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Strategi Kampanye pasangan calon H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2008”. Shalawat beriring salam selalu penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W. Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Berkat kehendak dan karunia Mu ya Allah yang selalu memberi petunjuk jalan hidupku. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelasaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana Strata I (S-1) Ilmu Politik pada Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara

dan tidak lupa saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, Ma, selaku Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2.Bapak Humaizi, selaku Pudek I Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu saya

3.Bapak Drs. Zakaria Taher,MSP, selaku dosen popembimbing yang telah banyak memberi masukan, waktu dan pikiran dalam membimbing penulisan skripsi ini sampai selesai

4.Bapak warjio,SS,MA, selaku dosen pembaca yang telah bersedia membantu membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.

(5)

wulan panjatkan dan harapan bapak pada wulan akan selalu wulan raih. Ya Allah semoga Engakau selalu memberikan tempat yang terindah pada Alm.Bapak hamba.Amin, Buat ibuku, wulan bangga atas jerih payahmu kesabaranmu untuk terus berusaha untuk anak-anaknya agar bisa sekolah meraih cita-cita yang tinggi. 6. buat keluargaku, terima kasih ya atas dukungan kalian semua, yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang ma wulan. Semoga kita selau menjadi anak-anak yang dapat membahagiakan kedua orang tua kita.

7.Abang (Devi Suwandara), tetap menjadi contoh buat adik-adiknya ya……, wulan selalu doai moga abang sukses terus

8.kakakku (dewi Suyanti) dan abang iparku (Taryono) terima kasih ya atas dukungannya, dan selamat Niich,……atas kelahiran dedek kecil yang imut, ndut, pokokns menggemezzz kan lah, wulan senang punya keponakan yang lucu, moga dedek kecil menjadi anak yang selalu berbakti pada orangtua, cerdas dan selalu komitmen pada ajaran agama. Amin

9.adik-adikku, Ferry Anugrah, Wahyu Chairunnisah dan Muiz Arrazaq, jangan malaz belajar ya dek.. rajin rajin belajar. Selalu bisa buat Alm. Bapak kita senang selalu doai bapak ya… berbuat baik pada ibu. Kak cyank ma kalian semua

10. special buat seseorang yang wulan sayangi, cintai, yang selalu mengisi hari-hari dan waktuku dalam keadaan sedih maupun bahagia, selalu memberi dukungan dan semangat sehingga wulan dapat menyelesaikan skripsi ini, terima kasih ya sayang Acmad Arifin Nst. Semoga semua rencana dan harapan kita berdua selalu diperkenankan ALLAH.SWT. Amin. Terima kasih Ya Allah Engkau begitu mulia, begitu besar KaruniaMU dengan memberikan seseorang yang begitu sangat berarti dalam hidupku, terima kasih sayang atas semuanya walaupn kita jauh tapi kita tetap selalu bersama, jarak yang jauh tak berarti jauh dari cinta, tetapi jarak yang selalu diliputi dengan kesetian dan keyakinan akan selalu ada untuk cinta, he….he…he….adik bangga ma cayank

(6)

12. vina sobatku yang kusayank, terima kasih ya, dirimu memang sobatku yang paling baik, sukses teruzzz ya. Cepat wisudanya. Kalau dapat yang baru bilang-bilang yaaaaaCh….ito loh yang…he..he..walaupun kita jarang ketemu. Tapi komunikasi kita tetap lancer yach..

13. nahyatun …terima kasih ya, atas dukungannya dan menjadi teman wlan yang baik, moga tetap langgeng ya ma bang….., jangan macem-macem lagi lah udah baik dianya ma mu, oh…jangan banyak keluar nich ntar gak kelar lagi wisudanya…cepat cepat lah wisudanya biar cepat juga merritnya, he…he…

14. fina… terima kasih ya atas dukungannya dan kebaikanmu, dirimu emang sobatku yang baik ,..cepat wisudanya ya say…moga tetap langgeng ya abang cyanknya, tapi jangan kebanyak teruz juga nich ma abangnya, he….he…, Sukses teruzzzzz ya sobatku.

15. buat semua temanku di politik, ayu, putri, tika, cibing, eka, winda, kalian semua sobat-sobatku yang gak pernah wulan lupain, semua kebaikan kalian dan perhatian serta dukunngan kalian, terima kasih ya sobat-sobatku dan semua temanku yang lain yang tidak disebutkan tapi selalu wulan ingat koq ampe kapanpun terima kasih ya atas kebaikan kelian semua. Dan sukses teruzzz buat kalian semua. Semoga cepat nyusulnya yach…Amin.

16. buat senior-seniorku yang selalu memberi masukan wulan dalam ngerjain skripsi ini, kak Anizz, bang ridho dan bang arifin terima kasih ya kak, abang2 seniorku.

17. buat sobatku yang kusayangi Rika, laila, dan mawar terima kasih ya, walupun kita jauh tapi kita sellau meluangkan waktu kita tuk curhat-curhatan, dan kita tetap ada dalam keadaan apapun senang dan sedih. Terima kasih ya sobat-sobatku, kebaikan, kasih sayang, perhatian, dan dukungan kalian dari SMA sampai sekarang tak pernah putus. Kalian sahabat sejatiku… moga semua yang kita janjikan tetap ada dalam persahabat kita.

18. buat bang rusdi terima kash telah membantu Wlan dalam urusan administrasi penidikan, terima kasih banyak ya bang.

(7)

STRATEGI KAMPANYE PASANGAN CALON H.SYAMSUL ARIFIN DAN GATOT PUJONUGROHO PADA PEMILIHAN GUBERNUR

SUMATERA UTARA TAHUN 2008

RAMA WULANDARI 050906033

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ABSTRAK

Pemilihan Gubernur Sumatera Utara periode 2008-2013 ditetapkan lima pasangan calon yaitu pasangan calon H.M. Ali Umri/H. Maratua Simanjuntak, RE Siahaan dan H.Suherdi, H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho, Abdul Wahab Dalimunthe dan H.Raden Muhammad Syafi’i dan Mayjen TNI (Purn) Tri Tamtomo dan Benny Pasaribu setiap pasangan calon atau gabungan partai yang mengusung pasangan calon mempunyai strategi atau langkah-langkah untuk mensosialisasikan berbagai bentuk kampanye dalam memenangkan kandidat yang bersaing dalam bursa Pemilihan Gubernur Sumut.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat strategi kampanye pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho yang dilakukan tim kampanye Syampurno yang memenangkan pada Pemilihan Gubernur Sumut tanggal 16 April lalu. Kesuksesan yang dicapai pasangan calon dengan berbagi strategi kampanye yaitu dengan memiliki figur yang sederhana, energik dan mampu mendekatkan diri dengan rakyat, memiliki koalisi partai politik yang solid, militan dan loyal. Visi-misi dan program yang riil dengan kehidupan Sumut dan berbagai sosialisasi pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho dalam bentuk kampanye seperti pada pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog, penyebaran melalui media dan elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat umum dan rapat umum.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskripsi, dengan tujuan menggambarkan dan meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variable yang timbul dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tim kampanye Syampurno yang berjumlah empat orang tim kampanye syampurno dan satu bagian divisi tim kampanye Syampurno.

Dalam hasil wawancara langsung dan data yang diperoleh dari lapangan maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kampanye politik pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho beserta tim kampanye berjalan sebagimana yang telah diharapkan dari tujuan bersama tim kampanye Syampurno yaitu memenangkan pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho dan mengalahkan empat pasangan calon lainnya pada Pemilihan Gubernur Sumut periode 2008-2013.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan sistem baru dalam praktek ketatanegaraan di Indonesia. Penerapan pemilihan kepala daerah langsung merupakan salah satu akibat dari perubahan politik yang terjadi di Indonesia. Tujuan utamanya adalah pengambilan kedaulatan rakyat dalam memilih pemimpin dalam Negara, baik presiden dan kepala daerah provinsi serta kabupaten/kota.

Dengan lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan peraturan pemerintah (PP) No.6 Tahun 2005 tentang tata cara pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah, merupakan landasan hukum bagi pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung.1 Melalui pemilihan kepala daerah langsung berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik dalam rangka rekrutmen politik lokal secara demokrasi.2

1Daniel.S.Slossa, Mekanisme Persyaratan dan Tata Cara Pilkada Secara Langsung, Yogjakarta:

Media Presindo, 2005, hal. 9

(9)

dari pemerintah nantinya sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat pada umumnya.3

Dalam pemilihan kepala daerah terdapat dua sistem yaitu pemilihan kepala daerah secara langsung dan tidak langsung. Faktor utama yang membedakan kedua metode tersebut adalah bagaimana partisipasi politik rakyat dilaksanakan atau diwujudkan. Tepatnya adalah metode penggunaan suara yang berbeda.4

Dalam sistem Pemilihan Perwakilan oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat daerah, kedaulatan atau suara rakyat diwakilkan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh sebab itu, elite politik yang dalam ketentuan perundangan diberi kewenangan memilih kepala daerah berkewajiban mempertanggungjawabkan pilihannya kepada rakyat sehingga mereka harus dipilih dengan sistem yang kompetisi, selektif dan akuntabel, bekerjanya check

Pemilihan kepala daerah yang tidak memberikan ruang bagi rakyat untuk meggunakan hak pilih aktif, yakni hak untuk memilih dan hak untuk dipilih, pemilihan kepala daerah yang tidak membuka akses bagi warga secara langsung baik sebagai pemilih, calon maupun pengawal proses pelaksanaan dapat di sebut dengan pemilihan kepala daerah tak langsung, seperti sistem pengangkatan atau penunjukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam sistem pengangkatan atau penunjukan oleh pemerintah pusat, kedaulatan atau suara rakyat di serahkan bulat-bulat kepada pejabat pusat, baik presiden maupun menteri dalam negeri.

3 Donni Edwin, Pilkada Langsung :Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance, Jakarta :

Patner Ship, 2005, hal. 2

4 Joko.J.Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung Filosofi Sistem dan Probleme

(10)

and balance sepenuhnya mengandalkan pada elite politik dan rakyat tidak terlibat secara langsung. Sebaliknya pemilihan kepala daerah secara langsung selalu memberikan ruang bagi implimentasi hak pilih aktif, seluruh warga asal memenuhi syarat dapat menjadi pemilih dan mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Kedaulatan sepenuhnya diserahkan dan digunakan oleh rakyat.

Cara paling efektif untuk membedakan pemilihan kepala daerah langsung dan pemilihan kepala daerah tidak langsung adalah dengan melihat tahapan-tahapan kegiatan yang digunakan. Dalam pemilihan kepala daerah tak langsung, partisipasi rakyat dalam tahapan-tahapan kegiatan sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Dalam pemilihan kepala daerah secara langsung, keterlibatan rakyat dalam tahapan-tahapan kegiatan sangat jelas terlihat dan terbuka lebar. Rakyat merupakan subjek politik, mereka menjadi pemilih, penyelengara pemantau dan bahkan pengawas. Oleh sebab itu, dalam pemilihan kepala daerah langsung, selalu ada tahapan kegiatan pendaftaran pemilih, kampanye, pemungutan dan perhitungan suara dan sebagainya..

(11)

sebenarnya ditumbuhkembangkan melalui kemampuan partai politik dalam menarik dukungan dan minat rakyat untuk berpolitik dalam arti menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan secara langsung.5 Salah satu sarana untuk

berpartisipasi adalah partai politik. Secara umum partai politik dapat dikatakan bahwa partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, yang bertujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan melalui kekuasaan dan juga melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.6

Untuk itu, perlunya strategi bagi setiap partai politik dalam mengikuti atau memenangkan pemilihan umum. Sebuah bentuk strategi politik yang khusus adalah strategi kampanye pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, yang

Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus diikutsertakan dalam proses politik maka partai politik telah lahir dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah.

Pada dasarnya peran partai politik dalam pilkada adalah sebagai kendaraan. Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 56, setiap kontestan pilkada diwajibkan memakai kendaraan berupa partai politik dan gabungan parpol. Kendaraan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk masuk arena, melainkan juga sebagai mesin yang bekerja untuk mengumpulkan dukungan rakyat. Calon yang belum dikenal publik, mereka harus berusaha keras mendekati publik, memperkenalkan diri, visi misi, program aksi ke publik. Usaha keras ini membutuhkan dukungan kekuatan mesin politik. dalam mengambil hati rakyat juga diperlukan dalam meraih kekuasaan.

(12)

mengutamakan perolehan kekuasaan dan sebanyak mungkin mempengaruhi dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilu dan pilkada, sehingga politik dapat diwujudkan dalam suatu perubahan dalam masyarakat dapat tercapai. Dalam pemilu dan pilkada suatu strategis kampanye sangat dibutuhkan, misalnya suatu partai ingin menambah atau meningkatkan jumlah massa pemilihnya. Dalam hal ini harus ada lebih banyak orang yang memiliki pandangan dan pemikiran yang positif terhadap partai tersebut, sehingga kampanye yang akan dilaksanakan partai politik akan berhasil7

Proses Pilkada Sumut bukan hanya menghabiskan anggaran miliaran rupiah, tetapi juga telah menguras tenaga dan pikiran para kandidat dan tim Kampanye menjadi salah satu kunci penting untuk “memenangkan” hati rakyat yang berujung pada terpenuhinya ambang batas untuk berhak menjadi wakil rakyat.

Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2008 merupakan barometer penentu maju mundurnya tingkat kesejahteraan maupun perekonomian rakyat. Dan merupakan momentum strategi dalam menentukan pemimpin Sumatera Utara ke depan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan di segala bidang. Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2008 figur calon Gubernur dipilih rakyat, bukan lagi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selaku wakil rakyat. Akan tetapi rakyatlah yang menentukan siapa dan bagaimana figur yang layak dan pantas memimpin 12 juta lebih penduduk Sumatera Utara yang dikenal cukup heterogen, jika rakyat salah pilih konsekuensinya harus siap menerima kehidupan “buram” Provinsi Sumatera Utara lima tahun kedepan.

(13)

sukses, serta partai-partai politik pendukung. Pertarungan ”hidup mati” justru terjadi pada level partai dan tim sukses. Tetapi kemenangan pertarungan itu ditentukan oleh rakyat yang memberi hak suara. Karena itu, tentu rakyat berharap agar partai-partai dan tim sukses kemudian tidak terlalu banyak menagih jasa pada Gubernur yang terpilih. Sebab bila hal itu terjadi, perjalanan lima tahun ke depan, Gubernur baru yang telah dipilih rakyat ini tidak bekerja maksimal merealisasikan program, melainkan terbebani kerja menyicil utang balas budi untuk tim sukses dan kepentingan partai-partai pendukung. Meskipun dalam proses pilkada dan kampanye, rakyat Sumut tidak terlibat dalam pertarungan emosi dan amarah saling merebut perhatian dan dukungan massa seperti yang terjadi dibeberapa daerah lain, tetapi sebagai pemegang kedaulatan, rakyat berhak untuk menuntut apa yang telah dijanjikan para kandidat. Janji-janji yang digelorakan dalam kampanye maupun menghias setiap spanduk, merupakan amanah yang harus ditagih rakyat. Hal itu adalah harapan masyarakat yang mesti direalisasikan.

(14)

PAN dan PBR) dan pasangan Mayjen TNI (Purn) Tri Tamtomo/Benny Pasaribu (PDIP).8

Dengan sosok pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho yang sederhana, ramah dan energik begitu juga dengan visi-misi tersebut, tepat pada 24 April 2008, Komisi Pemilihan Umum KPU) Sumatera Utara akhirnya menetapkan pasangan H.Syamsul Arifin-Gatot Pujonugroho sebagai pemenang dengan

Untuk itu sebelas partai yang turut mendukung pasangan calon H.Syamsul Arifin, dan Gatot pujonugroho memegang peran yang besar dalam upaya-upaya memenangkan pasangan calonnya untuk menjadi Gebernur dan Wakil Gebernur Sumatera Utara Periode 2008-2013

PPP, PKS, PBB, Partai Patriot Pancasila, PKPB, PKPI, PSI, PNI Marhaenisme, PDK, PPDI dan PPNUI, mengusung H.Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho dikarenakan, H.Syamsul Arifin sudah sangat dikenal oleh seluruh masyarakat Sumut. karena sosok H.Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho dinilai bermoral, shaleh Dalam memilih pemimpin, dan Figur H.Syamsul Arifin menjadi idola dalam penyampaian program kerja, visi dan misi bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam penjaringan bakal Calon Gubernur (Cagub) dan Calon WakilGubernur (Cawagub) 2008-2013 “visi-misi H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho yang dicanangkan, menyangkut berkenaan dengan bagaimana rakyat tidak lapar, tidak bodoh, tidak sakit dan punya masa depan, tidaklah muluk dan omong kosong belaka. Visi-misi tersebut telah sesuai dengan kondisi rill masyarakat sebagai bentuk pertanggungjawaban seorang kepala daerah terhadap persoalan masyarakatnya.

8 Dapat dilihat pada

(15)

perolehan suara 28,31 persen. Pasangan lain, Tritamtomo-Benny Pasaribu 21,69 persen, Ali Umri-Maratua Simanjuntak 16,01 persen, Abdul Wahab Dalimunthe-HM R Syafi’i 17,40 persen, RE Siahaan-Suherdi 16,54.9

1.2. Rumusan Masalah

Dengan demikian, mencermati pada hal-hal diatas penulis tertarik meneliti tentang strategi kampanye pasangan calon H. Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho. Untuk itulah melalui penelitian ini, penulis ingin mengetahui serta mengesplorasi tentang apa saja strategi kampanye yang di terapkan atau dilakukan pasangan calon pasangan calon H.Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho beserta tim kampanye sehingga dapat memenangkan pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara pada Tahun 2008

Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat disusun suatu rumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Strategi Kampanye Pasangan Calon H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008? ”

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui strategi kampanye pasangan calon H.Syamsul Arifin, dan Gatot Pujonugroho pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008

9 Dapat dilihat pad

(16)

b. Untuk mengetahui isu-isu yang dilakukan tim kampanye dalam memenangkan pasangan H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008

1.4. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan Ilmu Politik

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan pelaksanaan kampanye pasangan calon H.Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008

1.5. Kerangka Teoritis

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari segi mana peneliti mengamati masalah yang akan di teliti.10 Menurut F.N. Karlinge, teori adalah suatu konsep atau konstruksi yang berhubungan satu sama lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dari fenomena.11

10

Hadawi Nabawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogjakarta : Gajah maja University press, 1995, hal. 40

(17)

1.5.1. Strategi

1.5.1.1. Pengertian Strategi

Menurut Daoed Yoesoef Istilah "strategi" berasal dari kata-kata Yunani, yaitu stratêgos dan stratos (tentara) serta agein (menjalankan). Walaupun strategi lahir pada posisi peperangan, strategi kini tidak bisa direduksi menjadi sekadar kiat berperang. Strategi menjadi populer karena dikaitkan dengan setiap kegiatan yang berkisar pada suatu tujuan dan jalan pencapaiannya atau lebih sederhana lagi, setiap usaha yang mendidik sebuah sasaran. Maka kata "strategi" menjadi sinonim dengan planning, programming, management, rational decisions, method, cara penggunaan, dan lain-lain12

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang akan diterapkan dalam kampanye, atau untuk lebih mudahnya dapat disebut sebagai guiding principle atau the big idea, ini dapat diartikan sebagai pendekatan yang diambil untuk menuju pada suatu kondisi tertentu dari posisi saat ini, yang dibuat berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang telah ditetapkan

13

Merumuskan suatu strategi berarti memperhitungkan semua situasi yang mungkin dihadapi pada setiap waktu atau menyiapkan tindakan mana yang akan diambil atau dipilih nantinya, guna menghadapi realisasi dari setiap kemungkinan yang terjadi14

Politik pada dasarnya bukan perang. Tetapi efek dari situasi yang diciptakan oleh kampanye politik bisa berubah menjadi perang ketika kampanye politik dijadikan sebagai arena untuk membantai lawan politik tanpa etika sopan

12 Dapat dilihat pad

13

Antar Venus, Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama, 2004, hal.15

14 May Rudi, Studi Strategi , Dalam Transformasi System Internasional Pasca Perang Dingin,

(18)

santun politik. Kampanye politik merupakan sebuah upaya untuk mempengaruhi pemilih supaya menentukan pilihan sesuai dengan tujuan sang kandidat. Oleh sebab itu, sering kali kampanye politik diisi oleh penjaringan terhadap pribadi-pribadi kandidat dan pendukungnya dengan membuka keburukan-keburukan dari segala dimensi. Black Campaign merupakan trend universal di gelanggang politik. Di Negara-negara yang demokrasinya sudah matang sekalipun, kampanye terhadap keburukan-keburukan lawan sering dilakukan. Dari itu perlunya strategi yang sehat dan solid yang harus dimiliki para partai politik dalam melakukan kampanye guna mencapai tujuan yang diharapkan yaitu memenangkan kandidatnya dalam pilkada.

1.5.2. Kampanye

1.5.2.1. Pengertian Kampanye

Paradigma kampanye telah mengalami pergeseran. Paradigma lama bahwa kampanye merupakan bagian dari kegiatan pemilihan untuk menyakinkan pemilih telah pudar dan diganti dengan paradigma baru bahwa kampanye merupakan komunikasi politik dan pendidikan. Sebagai komunikasi politik, kampanye diarahkan pada penciptaan kondisi yang memungkinkan terbangunnya kepercayaan (trust) dan tanggung jawab (accountability) terhadap program-program yang ditawarkan calon. Sebagai pendidikan politik, kampanye mengandung penguatan rasional dan kritisme pemilih15

15 Joko.J.Prihatmoko, Op.cit., hal. 256

(19)

Kampanye paradigma lama

Meyakinkan Pemilih

Kampanye paradigma Baru

1. meyakinkan pemilih 2. komunikasi politik 3. pendidikan politik

Sejalan dengan perubahan paradigma tersebut, diperlukan strategis khusus pada tingkat regulasi dan implementasi dengan keyakinan bahwa kampanye bukanlah komunikasi searah dari calon kepada pemilih melainkan harus ada interaksi positif antara calon dan pemilih. Regulasi tidak sekedar mengatur teknis kampanye yang harus menjamin keadilan bagi para calon dan keamanan pelaksanaan tatapi juga menjamin kredibilitas, akuntabilitas dan pengembangan nilai-nilai demokrasi.

calon Rakyat

(20)

Definisi kampanye dalam berbagai literatur merupakan sebuah paradigma tentang kampanye baik dalam ilmu politik, komunikasi serta ilmu sosial lebih diartikan sebagai sebuah tindakan baik terencana maupun tidak secara terencana, dilakukan guna mempengaruhi khalayak sebagai sasaran dalam kampanye tersebut, meskipun akibat dari suatu tindakan tersebut bisa dirasakan secara langsung atau tidak langsung bisa menimbulkan efek timbal balik. Sedangkan dalam pilkada langsung paradigma yang digunakan adalah paradigma baru, yaitu bahwa kampanye dilakukan untuk menyakinkan para pemilih dengan penyampaian visi, misi dan program calon dengan ketentuan diatur dalam pasal 76 ayat 1, 2, 3, 4 dan 5 UU. No. 32 Tahun 2004 jo pasal 55 ayat 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 PP. No. 6 Tahun 2005. Untuk itu, agar suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai sebuah kegiatan kampanye, maka suatu tindakan harus memenuhi unsur-unsur, diantaranya: kegiatan tersebut dilakukan oleh pasangan calon dan atau tim kampanye/juru kampanye, meyakinkan para pemilih dalam rangka memperoleh dukungan sebesar-besarnya, menawarkan visi-misi dan program baik tertulis maupun lisan, dan sesuai waktu yang telah ditetapkan KPUD, sesuai dengan ketentuan menurut peraturan perundang-undangan dan peraturan lain yang berlaku.16

Rogers dan Storey mendifinisikan kampanye sebagai “Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” merujuk pada definisi tersebut maka setiap aktivitas kampanye

(21)

komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yakni : (1) tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) jumlah khalayak sasaran yang besar (3) biasanya dipusatkah dalam kurun waktu tertentu (4) melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. Sedangkan Sastropoetra mendefinisikan bahwa kampanye adala suatu kegiatan komunikasi antara komunikator (penyebar pesan) dengan komunikan (penerima pesan) yang dilakukan secara intensif dalam jangka tertentu, secara berencana dan berkesinambungan. Menurut Ciri utama dari kampanye adalah persuasif, perubahan sikap dan tingkah laku dari objek komunikasi (komunikator) yang ingin dicapai melalui himbaun dan ajakan. Faktor penting disini adalah membuat komunikan tertarik sehingga mau secara sadar dan sukarela menerima dan menuruti keinginan komunikator.17

Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dari pengirim kepada khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai bentuk mulai dari poster, spanduk, baliho, pidato, diskusi, iklan hingga selebaran. Apapun bentuknya, pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun nonverbal yang diharapkan dapat mempengaruhi respon khalayak. Kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelenggaran kampanye umumnya bukanlah individu melainkan lembaga atau organisasi.18

17 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2002, hal. 64

18 Antar Venus, Op.cit., hal. 9

(22)

Bagi kampanye politik keefektifan adalah memenangkan pemilihan, sedangkan efesiensi adalah memenangkan pemilihan dengan memanfatkan sumber-sumber yang tersedia secara tepat dengan mengimplementasikan dan merelisasikan ketentuan-ketentuan yang ditekankan dengan menawarkan program, visi-misi partai politik. Isi pesan dalam kampanye adalah program-program dan pandangan atau pendapat partai politik. Melalui kampanye, para juru kampanye menyampaikan kebaikan dan keunggulan program, rencana-rencana kerja yang akan dilakukan oleh partai besangkutan bila keluar sebagai pemenang dalam pemilihan umum dan pandangan partainya dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat.

Dalam ilmu politik ada empat teknik kampanye

1. Kampanye dari pintu ke pintu (Door to door Campaign) dilakukan dengan cara kandidat mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan persolan-persoalan yang mereka hadapi.

2. Kampanye diskusi kelompok (Group Discussion) dilakukan dengan membentuk kelompok, diskusi kecil, yang membicarakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

(23)

4. Kampanye massa tidak langsung (Indirect mass compaign) , dilakukan dengan cara pidato di radio, televisi, ataupun iklan di media cetak.19

1.5.2.2.Program-Program Kampanye dalam Pilkada

Setelah KPUD menetapkan pasangan calon melalui verikasi yang jelas, penyelenggaraan pilkada selanjutnya memasuki satu tahapan yang penting dan krusial, yakni kampanye. Dalam PP 6 Tahun 2005 yang dimaksud kampanye adalah kegiatan untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi-misi dan program pasangan calon. Karena kecenderungan semua peserta pilkada untuk merebut massa pemilih sebesar-besarnya, maka guna meminimalkan konflik akibat perebutan massa, kampanye diatur sedemikian baik sehingga prinsip keadilan bisa dicapai. Pengaturan kampanye meliputi bentuk, larangan dan sanksi yang dikenakan atas pelanggaran kampanye, juga diatur jadwal pelaksanaan dan lokasi yang diizinkan untuk digunakan. Pengaturan ini juga untuk melindungi pemilih dari kegiatan destruktif yang mungkin terjadi jika tidak ada pengaturan yang tegas dalam kegiatan tersebut. Kampanye dalam pelaksanaan pilkada langsung adalah yang pertama kali dilakukan. Kegiatan ini merupakan salah satu tahapan penting sebagai ajang bagi para pasangan calon untuk menyampaikan program-program yang akan diwujudkan jika terpilih selama periode kepemimpinannya.20

Personalisasi politik ini berkaitan dengan popularitas dan serta akseptabilitas pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Artinya

(24)

Pilkada akan sangat dipengaruhi oleh citra calon dimata masyarakat, kampanye visi-misi, dan program yang ditawarkan oleh tim kampanye (Jurkam), juga mendukung pasangan calon untuk mendapat dukungan dari masyarakat. Personalisasi politik pada dasarnya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi selama pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam usahanya membangun opini dan simpati publik tidak dilakukan melalui cara-cara yang kotor seperti kampanye negatif (black campaign) maupun pembunuhan karakter pasangan lain (caracter assasination). Personalisasi politik itu sendiri sebenarnya tidak lepas dari peran strategis media dalam membentuk opini publik atau pilihan rakyat. Pengungkapan skandal politik oleh media massa, pemberitaan tentang konflik elite politik suatu partai dan lain sebagainya akan berpengaruh terhadap citra diri partai dan pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang mereka usung.

(25)

mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang sah, merusak atau menghilangkan alat peraga kampanye pasangan calon lain, menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah dan pemerintah daerah, tempat ibadah, dan pendidikan dan melakukan pawai atau arak-arakan yang dilakukan dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan di jalan raya. Untuk itu perlunya strategi kampanye dimiliki bagi setiap partai politik atau bagi kandidat yang akan maju dalam bursa pilkada untuk tidak melakukan pelanggaran-pelanggara kampanye yang telah ditetapkan dan dapat memabangkan dalam pilkada.

(26)

pendukung pasangan calon. Semua pihak diharapkan mampu menyikapi dengan bijaksana proses pilkada langsung, jangan sampai diartikan sebagai pilihan hidup-mati dalam persaingan pilkada. Tahap kampanye yang dibangun dalam semangat kedewasaan berpolitik dalam arti berpolitik yag sehat yang solid, program-program yang menyentuh pilihan rakyat, merupakan pilihan strategis memenangkan pilkada

1.5.2.3. Pentingnya kampanye dalam Pemilihan Kepala Daerah (pilkada)

Elemen dasar dari kampanye bermula dari sebuah gagasan. Sebuah gagasan dapat muncul karena berbagai alas an. Ide dasar berbagai jenis kampanye yang dilakukan partai politik adalah menciptakan pesan-pesan kampanye yang menarik sehingga khalyak mau memilih partai tersebut. Tetapi apapun latar belakangnya, suatu gagasan pada akhirnya akan dikonstruksi dalam bentuk-bentuk pesan-pesan yang dapat disampaikan kepada khalayak. Pesan-pesan inilah yang akan persepsi, ditanggapi, diterima atau ditolak oleh khlayak. Jadi inti kampanye tidak lain adalah pesan. Pentingnya kampanye dalam pilkada pada intinya adalah untuk menarik simpati atau mencari massa yang sebanyak-banyaknya agar memilih partai tersebut baik itu pada pemilu atau pilkada

(27)

visualisasi mengenai dampak positif atau respons tertentu yang diharapkan muncul dari khalayak yang menjadi sasaran.

1.5.2.4. Bentuk-Bentuk Kampanye

Pasal 72 UU No 12 tahun 2003 memberikan batasan-batasan atau bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dimasukkan sebagai kegiatan kampanye, yaitu:

a. Pertemuan terbatas b. Tatap muka dan dialog

c. Penyebaran melalui media cetak dan elektronik d. Penyiaran melalui radio dan atau televisi e. Penyebaran bahan kampanye kepada umum f. Pemasangan alat peraga di tempat umum g.Rapat umum

h.Debat publik/debat terbuka antar calon

i. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.21

Dengan demikian apabila ada perbuatan-perbuatan diatas dilakukan oleh para peserta pemilihan, dengan mengetahui dan menghendaki perbuatan itu dilakukan untuk menyakinkan para pemilih maka termasuk katagori kampanye pemilu maupun pilkada

21 Anonimous,Undang-Undang Republic Indonesia No.12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum

(28)

1.5.3. Partai Politik

1.5.3.1. Pengertian Partai Politik

Secara umum partai politik diartikan sebagai organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara secara sukarela atas dasar persamaan dan kehendak cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilu22

Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat dengan meluasnya gagasan bahwa partai politik merupakan faktor yang perlu di perhitungkan serta ikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain. Salah satu sarana untuk berpartisipasi politik adalah partai politik. Partai politik adalah adalah organisasi yang dibentuk oleh sejumlah warga masyarakat berdasarkan sejumlah cita-cita, kehendak dan ideologi dengan tujuan mempengaruhi dan memenangkan penetapan kebijakan publik. Carl J. Frederik menegaskan bahwa partai politik adalah sekelompok masyarakat yang terorganisir secara stabil dengan tujuan untuk merebut, mempertahankan

Kedaulatan partai politik berada ditangan anggotanya, tiap partai politik mempunyai ciri masing-masing. Ciri masing-masing partai tersebut terletak pada ideologi, tujuan dan programnya. Berdasarkan tujuan dan programnya itu, partai politik menetapkan garis perjuangannya. Garis perjuangan atau platform partai politik merupakan pengejawantahan ideologi yang harus diketahui dan disadari dengan baik oleh angggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

(29)

kekuasaan dalam pemerintahan dan berdasarkan kekuasaan itu akan memberikan kegunaan materiil dan idiil bagi anggotanya dan masyarakat umumnya. Sebagai suatu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan untuk memobilisasi dan mengaktifkan rakyat, mewakili kepentingan tertentu, memberi jalan kompromi bagi pendapat yang bersaing serta menyediakan sarana suksesi kepentingan politik secara absah dan damai23

Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus diikutsertakan dalam proses politik maka partai politik telah lahir dan berkembang menjadi penghubung panting antara rakyat dan pemerintah. Gagasan mengenai partisipasi politik rakyat melalui partai politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik demokrasi, memiliki dasar budaya politik dan ideologi yang kuat bahwa rakyat berhak ikutserta menentukan seseorang yang akan menjadi pemimpin mereka, dan untuk menentukan isi kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan mereka

1.5.3.2. Fungsi Partai Politik

Menurut berbagai ahli dan penulis ilmu politik terdapat berbagai penafsiran terhadap fungsi partai politik, demikian juga berlaku disetiap negara-negara dimana fungsi politik itu berbeda-berbeda menurut keinginan yang ingin di capai negara tersebut. Dalan negara demokrasi partai politik memiliki atau menyelenggarakan beberapa fungsi, partai politik secara umum memiliki fungsi yaitu :

23 Koirudin, Partai politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2004,

(30)

1. fungsi Artikulasi Kepentingan

Artikulasi kepentingan adalah suatu proses pengimputan berbagai kebutuhan, tuntutan dan kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga –lembaga legislatif, agar kepentingan, tuntutan dan kebutuhan kelompoknya dapat terwakili dan terlindungi dalam perbuatan kebijakan umum

Bentuk Artikulasi yang paling umum di semua sistem politik adalah pengajuan permohonan secara individual kepada para anggota dewan atau kepala daerah, kepala desa dan seterusnya, kelompok kepentingan yang ada untuk lebih mengefektifkan tuntutan dan kepentingan kelompoknya. Mengelompokkan kepentingan,kebutuhan, dan tuntutan kemudian menyeleksi sampai dimana hal tersebut bersentuhan dengan kelompoknya yang diwakilinya.24

2. fungsi Agregasi Kepentingan

Agregasi kepentingan merupakan cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang dilancarakan oleh kelompok-kelompok yang berbeda, digabungkan menjadi alternatif-alternatif pembuatan kebijakan umum. Agregasi kepentingan di jalankan dalam sistem politik yang memperbolehkan persaingan partai secara terbuka, fungsi organisasi itu terjadi di tingkat atas, mampu dalam birokrasi dan berbagai jabatan militer sesuai dengan kebutuhan dari rakyat. Agregasi kepentingan dalam sistem politik indonesia legislatif. DPR berupaya merumuskan tuntutan dan kepentingan-kepentingan yang diwakilinya. Semua tuntutan dan kepentingan

(31)

seharusnya tercakup dalam usulan kebijaksanaan untuk selanjutnya di tetapkan sebagai Undang-Undang.25

3. Fungsi Sosialisasi Politik

Partai politik juga memiliki sarana sosialisasi. Sosialisasai politik diartikan sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana berada.

4. fungsi Komunikasi Politik.

komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang dilakukan oleh partai politik dengan segala struktur yang tersedia, yakni mengadakan komunikasi informasi, isu dan gagasan politik. Media-media massa banyak berperan sebagai alat komunikasi politik dan membentuk kebudayaan politik26

5. fungsi pengaturan konflik

Dalam negara demokratis yang masyarakatnya bersifat terbuka, adanya perbedaan dan persaingan pendapat sudah merupakan hal yang wajar. Akan tetapi di dalam masyarakat yang heterogen sifatnya, maka persoalan perbedaan pendapat itu, apakah ia berdasarkan perbedaan etnis, status sosial ekonomi atau agama mudah sekali mengandung konflik. Pertikaian-pertikaian semacam ini dapat diatasi dengan bantuan partai politik, sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga akibat-akibat negatifnya sedemikian mungkin.

25 ibid., hal.17

(32)

6. fungsi rekrutmen politik

Rekrutmen politik adalah suatu proses seleksi anggota-anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administrative maupun politik. Setiap partai politik memiliki pola rekrutmen yang berbeda. Pola rekrutmen anggota partai disesuaikan dengan sistem politik yang dianutnya. di Indonesia, perekrutan politik berlangsung melalui pemilu, setelah setiap calon peserta yang diusulkan oleh partai politik diseleksi secara ketat oleh semua badan resmi, seleksi ini dimulai dari seleksi administratif, penelitian khusus yakni penyangkutan kesetian pada ideologi negara

1.5.3.3. Tujuan partai politik

Menurut Sigmun Nauman bahwa didalam negara demokratis, partai politik mengatur keinginan dan aspirasi berbagaai golongan dalam masyarakat. Di dalam pasal 5 undang-undang nomor 31 tahun 2002 dijelaskan bahwa tujuan partai politik ada 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus

1. Tujuan umum partai politik

a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan menjunjung tinggi nilai kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(33)

1.5.4. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung

Kepala daerah adalah jabatan politik atau jabatan publik yang bertugas memimpin birokrasi menggerakan jalannya roda pemerintahan. Fungsi-fungsi pemerintahan terbagi menjadi perlindungan, pelayanan publik dan pembangunan. Kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan atas ketiga fungsi pemerintahan itu. Dalam kontek struktur kekuasaan, kepala daerah adalah kepala eksekutif di daerah. Oleh karena itu kepala daerah harus dipilih oleh rakyat dan wajib mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikan kepada rakyatnya.

Pilkada juga merupakan rekrutmen politik yaitu dengan menyeleksi rakyat terhadap tokoh-tokoh lokal yang mencalonkan sebagai kepala daerah. Dalam kehidupan politik di daerah, Aktor utama pilkada adalah rakyat, Parpol, pasangan calon Kepala Daerah dan KPUD sebagai penyelenggara, ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian tahapan-tahapan pilkada langsung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain.

1. Pendaftaran calon 2. Penetapan calon 3. Kampanye

4. Pemungutan dan perhitungan suara 5. Penetapan calon terpilih

(34)

kelembagaan dan konsolidasi demokrasi di Indonesia. Pelaksanaan Pilkada langsung akan mencegah berbagai konspirasi antar elit politik yang selama ini selalu mendominasi proses seleksi pemilihan kepala daerah (walikota/bupati). Selain itu, Pilkada juga membuka peluang tampilnya pemimpin-pemimpin berkualitas yang mampu menjadi motor reformasi di tingkat birokrasi

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung yang merupakan mekanisme baru rekruitmen kekuasaan di daerah terus bergulir. Dinamika demokrasi yang berkembang di Indonesia pasca Orde Baru telah membawa wacana baru, bahwa ternyata penataan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak efektif apabila dikelola secara sentralistik. Oleh karena itu, muncullah wacana desentralisasi yang memberikan kewenangan kepada daerah dalam mengelola daerahnya secara lebih luas namun bertanggung jawab dalam koridor wilayah Kesatuan Republik Indonesia.

Wujud semangat desentralisasi adalah terciptanya pemimpin daerah yang langsung dipilih oleh rakyat melalui Pilkada. Penyerapan aspirasi rakyat juga dilakukan melalui mekanisme demokrasi yang sehat dengan membuka peluang, bahwa keterwakilan dalam partai politik betul-betul mencerminkan keterwakilan masyarakat. Pilkada inilah yang pada akhirnya akan menjembatani aspirasi rakyat daerah untuk memilih figur-figur yang dekat dan mewakili masyarakat yang berhak untuk duduk memimpin daerah tersebut.

(35)

diberlakukannya Undang-Undang No.32 tahun 2004 merupakan langkah maju bagi proses demokratisasi lokal di Indonesia. Malalui pelaksanaan otonomi daerah sebagai media untuk menyebarkan sistem demokrasi yang semakin disempurnakan, termasuk pemilihan kepala daerah langsung diharapkan memacu tumbuhnya kekuatan yang pro demokrasi di daerah. Artinya melalui pemilihan kepala daerah yang secara langsung ini, akan lahir aktor-aktor demokrasi didaerah, yang kemudian diharapkan mampu melakukan gerakan-gerakan baru baru bagi perubahan.

1.5.4.1. Landasan hukum Pemilihan Kepala Daerah

Pada dasarnya terdapat empat peraturan perundangan yang menjadi acuan dan pedoman pelaksanaan penyelengaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah langsung yaitu:

1. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.3 tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daearah dan wakil kepala daerah 4. Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2005 tentang perubahan atas peraturan

(36)

1.6. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan hal yang penting dalam penelitian yang dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan definisi konsep sebagai berikut :

1. Teknik Kampanye adalah adalah cara penyampaian atau mengimformasikan kepada khalayak untuk memperkenalkan produk partai dengan program-program dengan tujuan memikat kontenstan dalam pemilu atau pilkada untuk memilih partai partai yang bersangkutan

2. Strategi adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh partai politik yang meliputi persaingan merebut suara terbanyak, untuk berusaha mendapatkan kemenangan pada pemilihan umum atau pilkada.

1.7. Metode Penelitian

1.7.1. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskripsi, dengan tujuan menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel yang timbul dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Dengan menetapkan fokus pada masalah yang akan diteliti diharapkan nantinya penelitian akan mendapatkan data yang maksimal untuk menggambarkan fenomena faktual yang terjadi 27

27 Burhan Burgin, Metode Penelitian Sosial, format-format kualitatif dan kuantitatif, Surabaya :

(37)

1.7.2. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan informasi menyangkut masalah penelitian maka penulis melakukan penelitian pada tim kampanye pasangan Calon H. Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho pada tingkat Provinsi

1.7. 3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan, maka penulis dalam hal ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data skunder.

1. Data Primer

Dalam mengumpulkan data dilakukan dengan wawancara berstruktur yaitu dengan mengadakan pembicaraan langsung dengan informasi yang mengetahui dengan benar masalah yang diteliti. Informan adalah orang yang di duga mengetahui fakta dan kejadian atas masalah yang akan diteliti. Informan kunci dalam penelitian ini adalah 4 orang tim kampanye yang terdiri dari ketua, kepala bagian umum, wakil ketua II, kepala divisi distribusi dan transportasi dan ditambah 1 orang sebagai wakil kepala divisi manager riset tim kampanye di tingkat Provinsi. Data yang akan diambil dalam penelitian tersebut adalah bagaimana strategi kampanye pasangan calon H.Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2008.

2. Data Skunder

(38)

keperpustakaan. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dan informasi melalui buku, koran, dokumen lembaga dan berbagai sumber yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dan data yang diperoleh membantu peneliti dalam menjawab permasalahan yang akan diteliti

1.7. 4. Teknik Analisa Data

(39)

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh suatu gambaran yang lebih terperinci, serta untuk mempermudah pemahaman isi dari pada skripsi ini, maka penulis membagi dalam empat bab. Untuk itu disusun sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoritis, definisi

konsep, metodologi penelitian dan sistematika penulisan

BAB II : TIM KAMPAYE H. SYAMSUL ARIFIN DAN GATOT PUJONUGROHO

Dalam bab ini menguraikan tentang profil, struktur dan tugas tim kampanye pada penyelenggaraan pilgubsu 2008, program-program tim kampanye, solidnya tim kampanye sehingga dapat memenangkan pasangannya.

BAB III : STRATEGI TIM KAMPANYE

Menguraikan tentang pokok-pokok strategi dan sasaran kemenangan pasangan calon, dan isu-isu yang diusung dalam kampanye

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang berguna terkait dengan hasil penelitian dapbat dalam meramaikan pesta demokrasi ditingkatan lobabbakal

(40)

BAB II

NEGARA DAN PEREMPUAN

1.KONFIGURASI POLITIK DAN KARAKTER PRODUK HUKUM Fungsi dan peran hukum sangat dipengaruhi dan kerapkali diintervensi oleh kekuatan politik. Sepanjang sejarah Indonesia ternyata telah terjadi tolak-tarik atau dinamika antara konfigurasi politik demokratis dan konfigurasi politik otoriter ( non demokratis ). Demokrasi dan otoriterisme muncul secara bergantian dengan kecenderungan linear di setiap periode pada konfigurasi otoriter.30 Sejalan dengan tolak-tarik konfigurasi politik itu, perkembangan karakter produk hukum memperlihatkan keterpengaruhannya dengan terjadinya tolak-tarik antara produk hukum yang berkarakter responsif dan produk hukum yang berkarakter konservatif dengan kecenderungan linear yang sama.31

30

Moh.Mahfud, “ Tampilnya Negara Kuat Orde Baru, Studi Teoretis dan Konstitusional tentang Perkembangan Peranan Negara di Indonesia,” tesis S-2 Ilmu Politik, Fakultas Pascasarjana UGM, 1989, hal.169.

31Moh.Mahfud, Pergulatan Poliik dan Hukum di Indonesia,Yogyakarta : Gama Media,

1999, hal.11.

(41)

Berdasarkan indikator-indikator tersebut, konsep-konsep itu kemudian diberi pengertian konseptual yang khusus dipakai tulisan yaitu32

1. Konfigurasi Politik Demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut menentukan kebijakan negara. Di dalam konfigurasi yang demikian pemerintah lebih merupakan “ komite “ yang harus melaksanakan kehendak-kehendak masyarakatnya, yang dirumuskan secara demokratis, badan perwakilan rakyat dan partai politik berfungsi secara proporsional dan lebih menentukan dalam pembuatan kebijakan negara.

:

2. Konfigurasi Politik Otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan pemerintah pada posisi sangat dominan dengan sifat yang intervensi dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat teragregasi dan terartikulasi secara proporsional. Bahkan, dengan peran pemerintah yang sangat dominan, badan perwakilan rakyat dan partai politik tidak berfungsi dengan baik dan lebih merupakan justifikasi ( rubber stamps ) atas kehendak pemerintah.

3. Produk Hukum Responsif/Otonom adalah produk hukum yang karakternya mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun berbagai kelompok sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan di dalam masyarakat. Proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan, hukum diberi fungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat, sedangkan rumusannya biasanya

(42)

cukup rinci sehingga tidak terbuka untuk dapat diinterpretasi berdasarkan kehendak dan visi pemerintah sendiri.

4. Produk Hukum Konservatif/Ortodoks adalah produk hukum yang karakternya mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominant sehingga pembuatannya tidak mengundang partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh. Biasanya bersifat formalitas sehingga hukum diberi fungsi dengan sifat positivis instrumentalis atau menjadi alat bagi pelaksanaan ideologi dan program pemerintah

Semua konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia menjadikan “demokrasi“ sebagai salah satu asasnya yang menonjol tetapi tidak semua konstitusi mampu melahirkan konfigurasi politik yang demokratis. Artinya, sebuah konstitusi yang jelas-jelas menganut paham demokrasi dapat melahirkan konfigurasi politik yang tidak demokratis atau otoriter. Bahkan, di bawah sebuah konstitusi yang sama dapat lahir konfigurasi politik yang berbeda-beda pada periode yang berbeda-beda pula.

UUD 1945 yang berlaku pada periode 1945-1949 melahirkan konfigurasi yang jauh berbeda dengan konfigurasi politik pada saat UUD tersebut berlaku pada periode 1959-1966 untuk selanjutnya melahirkan konfigurasi politik yang berbeda lagi pada periode setelah 1966. Secara lebih rinci, perkembangan konfigurasi politik dari periode-periode adalah sebagai berikut33

33Moh.Mahfud, Ibid., hal.11-12.

(43)

PERIODE 1945-1959

Pada periode 1945-1959 konfigurasi politik yang tampil adalah konfigurasi politik yang demokratis. Kehidupan politik pada periode ini dicirikan sebagai demokrasi liberal.34 Di dalam konfigurasi yang demikian tampak bahwa partai-partai memainkan peranan yang sangat dominan dalam proses perumusan kebijakan negara melalui wadah konstitusionalnya ( parlemen ).35 Seiring dengan itu lembaga eksekutif berada pada posisi yang ” kalah kuat ” dibandingkan dengan partai-partai sehingga pemerintah senantiasa jatuh bangun dan keadaan politik berjalan secara tidak stabil.36

Konfigurasi politik yang demokratis berakhir pada tahun 1959, ketika tanggal 5 Juli Presiden Sukarno mengeluarkan dekrit yang kemudian dianggap sebagai jalan bagi tampilnya demokrasi terpimpin. Pada era demokrasi terpimpin yang berlangsung tahun 1959 sampai 1966 konfigurasi politik yang ditampilkan adalah konfigurasi politik yang otoriter. Di dalamnya Sukarno menjadi aktor utama dalam agenda politik nasional sehingga pemerintahan Sukarno dicirikan sebagai rezim yang otoriter.

PERIODE 1959-1966

37

34Moeljarto T., Beberapa Pokok Pikiran tentang Sistem Kepartaian di Indonesia,

Yogyakarta : Fakultas Sosiologi UGM, 1969, hal.7.

35

Yahya Muhaimin, Bisnis dan Politik: Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980, terj.Hasan Basari dan Muhadi Sugiono, Jakarta : LP3ES, 1990, hal.43.

36Moeljarto, op.cit., hal.7.

37Sutan Takdir Alisjahbana, Indonesia : Social and Cultural Revolution, terj. Benedict R.

Anderson, Kuala Lumpur : Oxford University Press, 1966, hal.173.

(44)

sering membuat peraturan perundang-undangan yang secara konstitusional tidak dikenal seperti Penpres dan Perpres.

PERIODE 1966 – 1998

Pada periode ini, atas dasar logika pembangunan yang menekankan pada bidang ekonomi dan paradigma pertumbuhan,38 konfigurasi politik didesain untuk negara kuat yang mampu menjamin dan membentuk negara kuat. Pada awalnya Orde Baru memulai langkahnya secara demokratis39

Pada periode ini, konfigurasi politik yang ditampilkan adalah demokrasi. Demokrasi yang dianut oleh Indonesia adalah demokrasi pancasila, masih dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinys terdapat pelbagai tafsiran dan pandangan. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa beberapa nilai tidak poko dari demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat dalam Undang-undang Dasar 1945. Sesuai dengan apa makna yang tertuang dalam demokrasi, dimana rakyat menjadi subyek dalam pengambilan kebijakan negara ( Undang-undang ) dan pengambilan keputusan pemerintah. Pemerintah berasal dari rakyat yang

tetapi secara pasti lama-kelamaan membentuk konfigurasi politik yang cenderung otoriter. Eksekutif sangat dominan, kehidupan pers dikendalikan, legislatif dicirikan sebagai lembaga yang lemah karena di dalamnya telah ditanamkan tangan-tangan eksekutif melalui Golongan Karya dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

PERIODE 1998- SEKARANG

38Moeljarto T., Politik Pembangunan Sebuah Analisis Konsep, Arah dan Strategi,

Yogyakarta : Tiara Wacana, 1987, hal.106.

39Amir Effendi Sitegat, Pers Mahasiswa Indonesia, Patah Tumbuh Hilang Berganti,

(45)

dipilih melalui proses pemilihan umum dituntut harus dapat melaksanakan apa yang menjadi kehendak rakyat. Jadi dalam hal ini pemerintah bertindak sesuai dengan apa yang menjadi keinginan rakyat yang telah memilihnya.

2. KEBIJAKAN NEGARA TERHADAP PEREMPUAN

2.1.DISKRIMINASI PEREMPUAN

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial penting yang perlu ditangani negara dan juga sangat membutuhkan partisipasi dari semua elemen masyarakat untuk terlibat menanganinya. Dalam arti yang luas kemiskinan dapat meliputi ketidakcukupan yang lain, seperti rendahnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya kapasitas sumber daya manusia, situasi rentan yang membuat orang jatuh miskin, lemahnya dukungan kelembagaan, atau lemahnya akses mengartikulasikan suara dan kepentingannya dalam proses-proses politik.40

Laki-laki dan perempuan memiliki pengalaman kemiskinan yang

berbeda. Dampak yang diakibatkan oleh kemiskinan terhadap

kehidupan laki-laki juga berbeda daripada perempuan. Sumber dari

permasalahan kemiskinan perempuan terletak pada budaya

patriarki, yaitu nilai-nilai yang hidup di masyarakat yang

memosisikan laki-laki sebagai superior dan perempuan sebagai

subordinat. Budaya patriarki seperti ini tercermin dalam kehidupan

berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara dan menjadi sumber

Dalam hal ini, situasi kemiskinan sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.

(46)

pembenaran terhadap sistem distribusi kewenangan, sistem

pengambilan keputusan, sistem pembagian kerja, sistem kepemilikan

dan sistem distribusi risorsis yang bias gender. Muara dari masalah

kultural ini adalah kecenderungan terjadinya pelecehan, diskriminasi,

marginalisasi, eksploitasi dan kekerasan terhadap perempuan. 41

1. Marginalisasi ( Pemiskinan ekonomi ) perempuan

Proses marginalisasi ( pemiskinan ekonomi ) yang mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat di negara berkembang seperti penggusuran dari kampung halamannya, eksplotasi dan lain sebagainya. Namun pemiskinan atas perempuan maupun laki-laki yang disebabkan karena jenis kelaminnya adalah salah satu bentuk ketidakadilan yang disebabkan gender.

Sebagai contoh, banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti intensifikasi pertanian yang hanya memfokuskan pada laki-laki. Perempuan dipinggirkan dari beberapa jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki oleh laki-laki. Selain itu, perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang pada umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki. Sebaliknya, banyak pula lapangan pekerjaan yang menutup pintu bagi laki-laki karena anggapan bahwa mereka kurang teliti dalam melakukan pekerjaan yang memerlukan kecermatan dan kesabaran.

(47)

2. Subordinasi

Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Banyak kasus bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama perempuan diberbagai kehidupan. Sebagai contoh, apabila seorang istri yang hendak mengikuti tugas belajar atau hendak bepergian ke luar negeri, ia harus mendapat izin dari suami. Tetapi apabila suami yang akan pergi, ia bisa mengambil keputusan sendiri tanpa harus mendapat izin dari istri. Kondisi semacam ini telah menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting sehingga karena kemampuannya perempuan bisa menempati posisi penting sebagai pemimpin, bawahannya yang berjenis kelamin laki-laki seringkali merasa tertekan.

3. Pandangan Stereotip

(48)

4. Kekerasan

Berbagai kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan peran muncul dalam berbagai bentuk. Kata ” kekerasan ” yang merupakan terjemahan dari ” violence ” artinya suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Oleh karena itu, kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti pemerkosaan, pemukulan dan penyiksaan tetapi juga yang bersifat non fisik seperti pelecehan seksual, ancaman dan paksaan sehingga secara emosional perempuan atau laki-laki yang mengalaminya akan merasa terusik batinnya.

Kekerasan yang dialami oleh perempuan baik di ranah domestik maupun di ranah publik, dapat lebih parah manakala negara tidak mempunyai keberpihakan yang kuat terhadap perempuan. Ketika negara secara tidak disadari terbangun oleh kultur patriarkis yang sejak lama telah mengakar di masyarakat, negara menjadi tidak sensitif terhadap fenomena kekerasan yang dialami oleh perempuan. Hukum negara yang patriarkis cenderung memberi sanksi yang lebih ringan kepada pelaku kekerasan terhadap dan tidak memberi perlindungan serta pelayanan yang memadai kepada perempuan korban kekerasan.

Sistem pemerintahan yang hirarkis, hegemonis dan patriarkis telah

meminggirkan perempuan secara sistematis melalui kebijakan,

program dan lembaga yang tidak responsif gender. Data statistik

tidak mampu mengungkap dinamika kehidupan perempuan –

laki-laki sehingga kebijakan, program dan lembaga yang dirancang

menjadi buta gender ( gender blind ) dan menimbulkan kesenjangan

(49)

negara ini pada gilirannya akan dapat menghambat optimalisasi

pencapaian kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.42

Peraturan undangan bias gender adalah peraturan perundang-undangan yang pendulumnya berat sebelah dan tidak mentransformasikan

Banyak masalah sosial yang terkait dengan kesejahteraan perempuan bermuara pada kultur patriarki. Untuk menyebut diantaranya adalah angka kematian ibu yang masih tinggi, keluarga berencana dan aborsi yang tidak aman, ketidakcukupan konsumsi nutrisi perempuan, khususnya perempuan hamil dan menyusui, pengiriman TKW yang sarat dengan penipuan, eksploitasi, pelecehan seksual, perdagangan perempuan dan buruknya sanitasi air bersih.

Masalah-masalah tadi tidak akan terpecahkan dengan baik jika akar permasalahannya yaitu ketidakadilan dan ketimpangan gender di masyarakat, tidak di atasi terlebih dahulu.

2.2.TINJAUAN KEBIJAKAN

Apabila konsep gender telah dipahami, maka kriteria peraturan perundang-undangan yang berwawasan gender adalah kriteria yang tidak bias gender yang dimana salah satu jenis kelamin tidak dirugikan karena pemberlakukan sistem dan/atau struktur tersebut. Peraturan perundang-undangan bias gender adalah peraturan perundangan-undangan yang pendulumnya berat sebelah dan tidak mentransformasikan keadilan kepada perempuan, sekalipun perempuan adalah pihak yang berhak atas keadilan tersebut.

(50)

keadilan kepada perempuan, sekalipun perempuan adalah pihak yang berhak atas keadilan tersebut.

Untuk menentukan apakah suatu peraturan perundang-undangan tersebut bias gender tertentu diperlukan pengkajian yang komprehensif obyektif dengan menggunakan tolak-ukur minimal sebagai berikut :

1. Faktor Akses

Apakah perempuan dan laki-laki memperoleh akses dan dapat mempergunakannya dengan cara yang sama pula dalam implementasi peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

2. Faktor Kontrol

Apakah perempuan dan laki-laki memiliki kontrol ( penguasaan ) yang sama terhadap sumber-sumber daya guna implementasi dan/atau pelaksanaan suatu peraturan perundang-undangan.

3. Faktor Partisipasi

Apakah partisipasi atau peran serta perempuan dan laki-laki telah dibuka dengan peluang-peluang yang sama sejak rumusan awal ( rancangan ), pembahasan, pengesahan dan kemudian pelaksanaan peraturan perundang-undangan tersebut.

4. Faktor Manfaat

(51)

A. MASA SOEKARNO

Kepedulian negara terhadap perempuan dapat dirunut sejak masa pemerintahan Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno. Pada masa itu, perempuan telah diakui haknya dalam Politik, baik hak pilih dalam pemilihan umum 1955, maupun untuk duduk sebagai anggota parlemen. Sesudah kemerdekaan, pemilihan umum mula-mula diatur dalam UU No.27 Tahun 194843

Keputusan 19 Tahun 1952

berhubung dengan UU No.12 Tahun 1949 kemudian dalam UU No.7 Tahun

1953 tentang Pemilihan Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (

DPR ).

Hasil Pemilihan Umum 1955 :

Anggota : DPR 17 Wanita; 255 Pria Konstituante 30 Wanita; 490 Pria

44

Pada masa itu juga telah ada Undang-undang yang bernuansa keadilan gender, yaitu UU No.80 Tahun 1958.

tentang Tunjangan Pensiun diberikan dua kali bagi janda-jandanya yang tidak lebih dari empat ( 4 ) orang.

45

43Nani Soewondo, Kedudukan Wanita Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984,

hal.159-160.

44Muhadjir, Op.cit., hal.47. 45Muhadjir, Ibid., hal.47.

Undang-undang tersebut menentukan prinsip pembayaran yang sama untuk pekerjaan yang sama. Perempuan dan laki-laki tidak dibedakan dalam sistem penggajian.

(52)

UU NO.68 Tahun 1958 tentang Hak Politik Perempuan46

Undang-undang Kerja No. 12 Tahun 1948

Pasal 1 menetapkan bahwa:

Wanita mempunyai hak untuk memilih dalam semua pemilihan atas dasar yang sama dengan pria tanpa diskriminasi

Pasal 2 menentukan bahwa :

Wanita mempunyai hak untuk dipilih dalam semua “ publicly elected bodies “ yang dibentuk berdasarkan perundang-undangan nasional, atas dasar yang sama dengan pria, tanpa diskriminasi apa pun.

Pasal 3 menentukan bahwa :

Wanita mempunyai hak untuk duduk dalam jabatan pemerintahan dan melaksanakan semua fungsi pemerintahan, tanpa diskriminasi apa pun, sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional.

47

46Achie Sudiarti Luhulima, Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan, Jakarta : Yayasan

Obor, 2007, hal.198.

47Nani Soewondo, Op.cit., hal.296-298.

Republik Indonesia yang kemudian dinyatakan berlaku dengan Undang-undang No.1 Tahun 1951. Disamping itu ditetapkan Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 1954 tentang pernyataan berlakunya beberapa pasal dari Undang-undang Kerja Tahun 1948 untuk seluruh Indonesia. Adapun pasal-pasal tentang pekerjaan wanita adalah : Pasal 7 UUK : Wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam

(53)

Pasal 8 UUK : Wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan di dalam tambang, lubang di dalam tanah atau tempat lain untuk mengambil logam dan bahan-bahan lain dari tanah.

Pasal 9 UUK : Wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan atau keselamatan, demikian pula pekerjaan yang menurut sifat, tempat dan keadaannya berbahaya bagi kesusilaannya.

Pasal 13 ayat ( 1 ) UUK : Wanita tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua haid ( datang bulannya )

Mengenai hal itu majikan dianggap tidak mengetahui tentang keadaan haid dari buruhnya wanita, bilamana yang berkepentingan tidak memberitahukan hal itu kepadanya. ( Pasal ayat ( 1 ) PP No.4 Tahun 1954 ).

Pasal 13 Ayat ( 2 ) UUK : Wanita harus diberi istirahat selama satu setengah bulan sebelum saatnya ia menurut perhitungan akan melahirkan anak dan satu setengah bulan sesudah melahirkan anak atau gugur kandungan.

Pasal 13 Ayat ( 3 ) UUK : Waktu istirahat sebelum saat pekerja menurut perhitungan akan melahirkan anak, dapat

diperpanjang sampai selama-lamanya tiga bulan, jikalau di dalam suatu keterangan dokter

dinyatakan, bahwa hal itu perlu untuk menjaga kesehatannya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada identifikasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan menggunakan pereaksi geser, interpretasi perubahan panjang gelombang dari isolat 1 dengan penambahan NaOH

Pulau Mamburit secara geografis berada di sebelah barat pulau Kangean yang memiliki luas ± 206,83 Ha, penduduknya sebagian besar berprofesi nelayan, Pulau Mamburit memiliki

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan definisi oprasional dari kemampuan menulis teks eksposisi melalui pemanfaatan media audio visual adalah

Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dalam mengatur dan mengur us kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang

vi burnout mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap engagement pada perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Bekasi.. Kata Kunci: Psychological Capital , Komitmen

Jumlah dosen tetap pada jurusan Teknik Elektronika sangat kecil dibandingkan jumlah mahasiswa yang relatif besar apalagi dengan dibukanya program studi

Untuk mengimbangi pertambahan torsi beban, diperlukan pula pertambahan fluks magnetik stator dengan menarik arus yang lebih besar dari catu daya. Selain memliki

Berdasarkan prakiraan beban Sistem dan Kesiapan pembangkit, dalam 1 Minggu kedepan pada Waktu Beban Puncak Malam di Sistem Khatulistiwa diperkirakan mengalami 0