• Tidak ada hasil yang ditemukan

NEGARA DAN PEREMPUAN

Pasal 47 menentukan bahwa seorang wanita :

• Yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan asing tidak secara otomatis mengikuti kewarganegaraan suaminya.

• Mempunyai hak untuk mempertahankan, mengganti atau memperoleh status kewarganegaraannya.

*Bidang Politik

Pasal 23 ( 1 ) menentukan bahwa :

Setiap orang bebas memilih dan mempunyai keyakinan politiknya Pasal 43 ( 1 ) menentukan bahwa :

Setiap warga negara berhak dipilih dan memilih dalam pemilihan umum, berdasarkan persamaan hak, melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 46 menentukan bahwa :

Sistem pemilihan umum, kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif dan sistem pengangkatan di bidang eksekutif, yudikatif harus menjamin keterwakilan wanita sesuai persyaratan yang ditentukan.

Pasal 49 ( 1 ) menentukan bahwa :

Wanita berhak memilih, dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan dan profesi dan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. *Bidang Pendidikan

Pasal 11 menentukan bahwa :

Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak

Pasal 12 menentukan bahwa :

Setiap orang behak atas perlindungan bagi penegmbangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.

Pasal 48 menentukan bahwa :

Wanita berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

Pasal 51 ( 1 ) menentukan bahwa :

Seorang istri selama dalam ikatan perkawinan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dengan suaminya atas semua hak yang berkenaan dengan

kehidupan perkawinannya, hubungan dengan anak-anaknya dan hak pemilikan serta pengelolaan hak bersama.

Pasal 51 ( 2 ) menentukan bahwa ”

Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan anak-anaknya, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak.

Pasal 51 ( 3 ) menentukan bahwa :

Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak yang sama dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan harta bersama tanpa mengurangi hak anak, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

* Bidang Perdagangan Perempuan Pasal 20 menentukan bahwa :

1. Tidak seorangpun boleh diperbudak dan diperhamba

2. Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita dan segala perbuatan berupa apapun yang tujuannya, serupa, dilarang

Pasal 65 menentukan bahwa :

Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari kegiatan ekspolitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikoterapi dan zat adiktif lainnya.

Selanjutnya dalam GBHN 1999-2004 menetapkan dua arah kebijakan Pemberdayaan Perempuan68

1. Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yan diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender.

yakni :

2. Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan perempuan dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Dengan demikian pemberdayaan perempuan dalam rangka mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender ( KKG ) merupakan komitmen bangsa Indonesia yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab seluruh pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, tokoh-tokoh agama dan masyarakat secara keseluruhan.

Sesuai dengan dua arah kebijakan itu, pemerintah bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan pemberdayaan perempuan di tingkat nasional maupun daerah, yang pelaksanaannyadapat memberikan hasil terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender di segala bidang kehidupan dan pembangunan.

Berdasarkan arah kebijakan yang dimandatkan oleh GBHN 1999-2004 untuk butir pemberdayaan perempuan, Propenas 2000-2004 yang diatur dalam

UU NO. 25 Tahun 2000 telah melakukan mainstreaming kebijakan dan program

pembangunan pemberdayaan perempuan. Selanjutnya Propenas telah dirumuskan

68Muhadjir, Op.cit., hal.79.

secara lebih rinci setiap tahun ke dalam Rencana Pembangunan Tahunan ( Repeta ), untuk tahun 2001 ( Repeta 2001 ).

Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG). Instruksi Presiden ini sesuai dengan amanat GBHN serta Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas yaitu dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Pengarusutamaan Gender merupakan salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi dari seluruh kebijakan program, proyek dan berbagai kegiatan bidang kehidupan dan pembangunan.

Kemudian adanya Tujuan Pembangunan Millenium ( Millenium

Development Goals – MDGs ) tahun 2000 mengenai pendidikan69

69Achie Sudiarti Luhulima, Op.cit., hal.233.

, maka : *Tujuan 2 : Mencapai pendidikan dasar secara universal

Target 3 : Menjamin bahwa pada tahun 2015, semua anak dimana saja, laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar.

*Tujuan 3 : Meningkatkan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan

Target 4 : Menghapuskan kesenjangan gender dalam pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005 dan pada seluruh jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

UU NO.21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh70

Selanjutnya dalam Rencana Strategi Kementerian Pemberdayaan

Perempuan (Renstra) 2001-2004, program yang disusun terdiri dari program

dalam rangka pembangunan perempuan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak dan upaya peningkatan kemampuan, mencakup Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemberdayaan Perempuan; Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan; Program Peningkatan Peran Masyarakat

sebagai pelaksanaan dari UU No.18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No.98 mengenai Berlakunya Dasar-dasar dari Hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama.

Pasal 12 menentukan bahwa :

Serikat Pekerja/Serikat Buruh, federasi dan konfederasi, serikat pekerja/serikat buruh harus terbuka untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku, bangsa dan jenis kelamin.

Pada tahun 2001 dirumuskan Rencana Aksi Nasional Penghapusan

Kekerasan terhadap Perempuan

Pemampuan Kelembagaan Pengarasutamaan Gender; Program Peningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak; Program Sumber Daya, Sarana dan Prasarana.

Dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program yang peka akan permasalahan gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan telah bekerjasama dengan UNFPA dalam melaksanakan serangkaian kegitan Mainstreaming Gender Issues in Reproduktive Health and Population Policies and Programmes. Tujuan utama program ini adalah tercapainya perbaikan status kesehatan reproduksi kaum perempuan dan laki-laki melalui kebijakan program kesehatan reproduksi dan kependudukan yang sensitif gender. Hal ini akan dicapai melalui penguatan kapasitas nasional untuk melakukan pengarusutamaan gender, serta melalui aplikasi konsep gender dalam formulasi dan pelaksanaan kebijakan dan program untuk kesehatan reproduksi dan kependudukan.

Upaya mengaktualisasikan dan memanifestasikan dan mengakselerasikan PUG di sektor strategis, propinsi dan kabupaten/kota, Kementerian Pemberdayaan Perempuan juga telah melaksanakan program dan langkah konkrit antara lain :

• Program pengembangan dan keserasian kebijakan pemberdayaan perempuan serta serangkaian koordinasi telah dilakukan dalam upaya perbaikan undang-undang yang masih bias gender seperti UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan UU No.62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan.

• Program peningkatan peran serta masyarakat dan penguatan kelembagaan PUG dilakukan melalui sosialisasi, advokasi dan pelatihan analisis gender baik di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota

• Pengembangan modul sosialisasi/advokasi gender

• Pengembangan alat untuk analisis gender yang digunakan dalam perencanaan program dan dikenal dengan Gender Analysis Pathway (GAP) dan Problem Base Analysis (PROBA)

• Pengembangan Homepage untuk penyediaan data dan informasi program pembangunan pemberdayaan perempuan, konsep kesetaraan dan keadilan gender dan jaringan informasi dengan website

• Penyusunan profil gender untuk 26 propinsi

• Fasilitas bantuan teknis kepada daerah propinsi, kabupaten dan kota

• Tersedianya data dan informasi yang terpilah menurut jenis kelamin secara berskala dan berkesinambungan dari propinsi dan kabupaten/kota mengenai pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah

Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2002 tentang Perubahan Ketiga atas

Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja71

a) Santunan kematian diberikan sebesar Rp 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah)

Pasal 22 Ayat ( 1 ) menentukan bahwa :

Jaminan kematian dibayar sekaligus kepada janda atau duda atau anak dan meliputi :

b) Biaya pemakaman sebesar Rp 1.000.000,- ( Satu Juta Rupiah )

71Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Pasal 22 Ayat 1.

Undang-undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik72

Keputusan Presiden No.88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional

Penghapusan Perdagangan ( Trafiking ) Perempuan dan Anak

terdapat pada Pasal 7e menentukan bahwa :

Partai politik berfungsi sebagai sarana : Rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperlihatkan kesetaraan gender.

Pasal 10 Ayat ( 2 ) menentukan bahwa :

Keanggotaan partai politik bersifat sukarela, terbuka dan tidak diskriminastif bagi setiap warga negara Indonesia yang menyetujui anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai yang bersangkutan.

Pasal 13 Ayat ( 3 ) menentukan bahwa :

Kepengurusan partai politik di setiap tingkatan dipilih secara demokratis melalui forum musyawarah partai politik sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

73

Pada tanggal 30 Desember 2002, diterbitkan Keputusan Presiden No.88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Traffiking) Perempuan dan Anak. Keputusan Presiden ini lahir karena didorong oleh keprihatinan yang mendalam terhadap berbagai kasus trafiking yang terjadi di Indonesia. Hal ini terbukti dalam Trafficking in Persons Report ( Juli 2001 ) yang diterbitkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan Komisi

72Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik

Ekonomi dan Sosial Asia Pasifik ( Economy and Social Commission for Asia Pacific ) yang menempatkan Indonesia pada peringkat ketiga atau terendah dalam upaya penanggulangan trafiking perempuan dan anak.

Adapun yang menjadi tujuan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan ( Trafiking ) Perempuan dan Anak

Tujuan Umum : Terhapusnya segala bentuk perdagangan ( Trafiking ) perempuan dan anak

Tujuan Khusus :

a) Adanya norma hukum dan tindakan hukum terhadap pelaku perdagangan ( trafiking ) perempuan dan anak

b) Terlaksananya rehabilitasi dan reintegrasi sosial terhadap korban perdagangan ( trafiking ) perempuan dan anak yang dijamin secara hukum

c) Terlaksananya pencegahan segala bentuk praktek perdagangan ( trafiking ) perempuan dan anak di keluarga dan masyarakat.

Pada tahun 2002 terlihat landasasan hukum yang menjamin keadilan dan kesetaraan gender dirumuskan dalam UUD 1945 hasil amandemen pada Bab XA tentang Hak Asasi Manusia74

74Undang-undang Dasar 1945 Hasil Amandemen.

. Di dalamnya kita dapat mengetahui bahwa adanya jaminan hak perempuan. Dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 hak perempuan dan laki-laki dijamin dalam

dasar Negara Republik Indonesia... Kemanusiaan yang adil dan beradab ... dan ... Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Manusia terdiri atas laki-laki

dan perempuan, demikian pula seluruh rakyat Indonesia. Hal ini ditetapkan dalam pasal-pasal terutama yang berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara dan penduduknya.

UUD 1945 Hasil Amandemen

Pasal 27 ( 1 ) menentukan bahwa :

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Pasal 27 ( 2 ) menentukan bahwa :

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Bab XA Hak Asasi Manusia ( Pasal 28A-28J )

Pasal 28 menentukan bahwa :

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagaimana ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 28A menentukan bahwa :

Setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Pasal 28C ( 1 ) menentukan bahwa :

Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

Pasal 28C ( 2 ) menentukan bahwa :

Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

Pasal 28D ( 1 ) menentukan bahwa :

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

Pasal 28D ( 2 ) menentukan bahwa :

Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

Pasal 28D ( 3 ) menentukan bahwa :

Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

Pasal 28D ( 4 ) menentukan bahwa :

Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Pasal 28E ( 1 ) menentukan bahwa :

Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkanya serta berhak kembali.

Pasal 28H ( 1 ) menentukan bahwa :

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Pasal 28H ( 2 ) menentukan bahwa :

Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

Pasal 28H ( 3 ) menentukan bahwa :

Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

Pasal 28I ( 1 ) menentukan bahwa :

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.

Pasal 28I ( 2 ) menentukan bahwa :

Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

Pasal 28I ( 4 ) menentukan bahwa :

Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.