• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effectiveness Of A Training Program Skills For Klayen Conventional In Panti Social Parmadi Son “ Insyaf “ North Sumatera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Effectiveness Of A Training Program Skills For Klayen Conventional In Panti Social Parmadi Son “ Insyaf “ North Sumatera"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI KLAYEN CONVENTIONAL DI PANTI SOSIAL PARMADI PUTRA

“INSYAF” SUMATERA UTARA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh:

JONES WEDA SITORUS (090902010)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama : Jones Weda Sitorus Nim : 090902010

ABSTRAK

Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Klayen Conventional Di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara

Skripsi ini berjudul “Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Klayen Conventional Di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan jumlah 90 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah apakah program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional di panti sosial parmadi putra “insyaf” sumatera utara sudah efektif atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional di panti sosial parmadi putra “insyaf” sumatera utara.

Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini mengambarkan objek atau subjek penelitian berupa data-data yang sudah ada dan bertujuan untuk menggambarkan karakteristik objek atau subjek secara terperinci. Dimana apabila populasi kurang dari 100 jiwa, maka sampel dapat diambil semua. Dengan rumus (N=n) populasi adalah sampel. Maka peneliti menetapkan besarnya sampel adalah sebesar 40 jiwa dari jumlah keseluruhan populasi.

Berdasarkan analisis data deskriptif yang telah dilakukan bahwa program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional ini dengan melihat indikator efektivitas, yaitu pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya tujuan dab perubahan nyata. Hasil analisis data menunjukan bahwa dimana mereka bersungguh-sungguh dan niat yang besar untuk mengikuti program pelatihan keterampilan, mempunyai kesempatan yang sama untuk setiap mereka, memberikan perubahan bagi kehidupan mereka khususnya kebutuhan dasar mereka serta dapat menunjukan hasil perubahan yang baik dibawa 1 tahun. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa program pelatihan keterampilan ini efektif.

(3)

DEPARTMENT OF SCIENCE SOCIAL WELFARE

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

Nama : Jones Weda Sitorus Nim : 090902010

ABSTRACK

Effectiveness of a training program skills for klayen conventional in panti social parmadi son insyaf north sumatera

A thesis is called the effectiveness of a training program skills for klayen conventional in panti social parmadi son insyaf north sumatera . This thesis consisted of six chapters with the number of 90 a page.The issue is discussed here is whether training programs skills for klayen conventional in panti social parmadi son insyaf north sumatera have been effective or not.The aim of this research is to find out the extent to which the effectiveness of a training program skills for klayen conventional in panti social parmadi son “ insyaf north sumatra.

Type this research appertain type research descriptive because this research mengambarkan object or subject of study in the form of the data which was and aims to describe characteristic of an object or a subject in the details.Where if the population of the soul, less than 100 then samples can be taken all.With the formula ( n = n ) is a sample of the population.And researchers set the sample is as much as 40 of the soul of a whole number of the population

Based on analysis of data descriptive that has been done that a training program skills for klayen conventional is by seeing an indicator of the effectiveness, namely understanding the program exactness target punctuality, achieve the goal dab real change.The result analysis of data showed that where they means business and great intention to follow the skills, training programs has an equal opportunity for each of them give any changes to their lives esp. basic needs them and can show the result of changes that good carried 1 year.Of this research can be concluded that a training program in this skill effective.

(4)

KATA PENGANTAR

Puju Syukur saya panjatkan kehdiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan

anugerah yang diberikan-NYA kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan sebagaimana mestinya. Skripsi ini berjudul “Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Klayen Conventional Di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara”.

Penelitian ini dilalukan untuk mengetahui Efektivitas Program Pelatihan Bagi

Klayen Conventional Di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Desa Lau Bakeri Kec.

Kutalimbaru Deli Serdang Sumatera Utara. Dalam penulisan ini, tentunya saya

berusaha menyusun dalam bentuk yang mudah dimengerti dan menjabarkannya

secara jelas. Namun disamping itu saya hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari

kesalahan. Untuk itu saya mohon maaf jika ada sesuatu kesalahan dalam penulisan

skripsi ini.

Dalam penyusan skripsi ini, saya tentunya banyak mengalami hambatan.

Namun itu tidaklah saya jadikan sebagai beban, kerena adanya bantuan dan motivasi

dari kedua orang tua saya, keluarga, teman-teman dan pihak lainnya. Disini, saya

ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M,SP, selaku Ketua Departemen Ilmu

(5)

3. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M,Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial dan selaku Dosen Pembimbing saya yang selalu

memberikan bimbingan dan dukungan kepada saya dalam penyelesaian

skripsi ini.

4. Para dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang tidak dapat saya

tuliskan satu persatu, dimana beliau-beliau telah banyak menyumbangkan

ilmunya selama ini.

5. Orang tau saya yang tercinta, Ayahanda M. Sitorus dan Ibunda A. br Nadeak.

Sungguh besar anugerah yang diberikan-Nya kepada saya, yang telah

membesarkan saya, mendidik dan memberikan motivasi sehingga saya bisa

seperti ini. Hanya Do’a yang bisa saya panjatkan supaya Ayahanda dan

Ibunda selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai

kesehatan, panjang umur, benyak rezeki dan tetap sabar mendidik saya.

6. Buat saudara-saudara abang dan kakak saya yang tercinta, terima kasih atas

dukungan, motivasi dan bantuannya selama ini.

7. Kawan-kawan di Kesos 09, lae Eko Chindra Damanik yang selalu membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini dan rekan sependeritaan waktu PKL 2 Budi

Tarigan dan Jeriko Rajagukguk yang tidak perna saya lupakan. Johendro,

Marmen, Fadlika, Melvira, Prandani, Rizky, Evan, Brema, Michael, Yando,

Okto, Surya, Akhirudin, Otniel, Rio, Chandra, Eren dan kawan-kawan lainnya

yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan

(6)

8. Kawan-kawan junior kesos, Anton, Lamsar, Angga, Pram, Papan Sam, Siska

banjarnahor, Simon satu dan Simon dua, kejar terus cita-citanya, jangan perna

putus asa. Dan kawan-kawan lainnya yang tidak bias disebutkan satu persatu.

9. Terima kasih kepada Kepala Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Drs. Sinar

Sebayang MM dan seluruh para staf Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” yang

telah membantu saya serta bersedia memberikan data dan informasi terkait

skripsi ini

10.Terima kasih kepada seluruh Responden yang telah membantu saya dalam

melaksanakan penelitian ini.

Medan, Maret 2014

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….i

ABSTRAK………ii

KATA PENGANTAR………iii

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR TABEL………....x

DAFTAR BAGAN………xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.5Siatematika Penulisan………..9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas………..11

2.1.1 Pengertian Efektivitas……….………11

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas……….……..13

2.2 Program Pelatihan Keterampilan……….……..14

2.2.1 Tujuan Program Pelatihan Keterampilan……….…...17

2.3 Klayen Conventional……….…17

2.4 PSPP “insyaf”………18

2.5 Kerangka Pemikiran………..19

(8)

2.6.1 Defenisi Konsep……….23

2.6.2 Defenisi Operasional……….……….24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian………...26

3.2 Lokasi Penelitian………...26

3.3 Populasi dan SampelPenelitian………...27

3.3.1 Populasi……….27

3.3.2 Sampel………27

3.4 Teknik Pengumpulan Data………28

3.5 Teknik Analisa Data………..29

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian………...30

4.2 Sejarah Bedirinya Lembaga………...30

4.3 Visi dan Misi………..31

4.3.1 Visi………..31

4.3.2 Misi……….31

4.4 Tugas………..32

4.5 Kedudukan………....32

4.6 Fungsi………33

4.7 Sasaran Program………33

4.8 Kapasitas………34

(9)

4.10 Wilayah Kerja………..35

4.11 Fasilitas………35

4.12 Sumber Daya Manusia……….37

4.13 Jaringan Kerjasama………..41

4.14 Tugas Pokok dan Fungsi……….42

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Kharakteristik Responden……….47

5.1.1 Umur………...47

5.1.2 Jenis Kelamin………..48

5.1.3 Agama……….49

5.1.4 Suku ………...50

5.1.5 Pendidikan Terakhir………....51

5.1.6 Keterampilan Yang Diambil………...52

5.2 Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Klayen Conventional Di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara……….53

5.2.1 Pemahaman Program………..53

5.2.2 Ketepatan Sasaran………..64

5.2.3 Ketepatan Waktu………68

5.2.4 Tercapainya Tujuan………....73

5.2.5 Perubahan Nyata………...78

(10)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan………88 6.2 Saran………..89

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur………...47

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama……….49

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku……….50

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidkan Terakhir……….51

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan Yang Diambil…...52

Tabel 5.6 Distribusi Sumber Pengetahuan Responden tentang Adanya Program Pelatihan Keterampilan………53

Tabel 5.7 Distribusi responden tentang pihak yang mendorong responden mengikuti program pelatihan keterampilan……….55

Tabel 5.8 Distribusi Pemahaman Responden setelah memperoleh informasi tentang kegiatan Program Pelatihan Kterampilan………..56

Tabel 5.9 Distribusi Pemahaman Responden Mengenai jenis-jenis Program Pelatihan Keterampilan………57

Tabel 5.10 Distribusi pemahaman responden tentang tujuan program pelatihan keterampilan………58

Tabel 5.11 Distribusi Persediaan Fasilitas yang digunakan untuk Menunjang Kegiatann Program Pelatihan Keterampilan………...50

Tabel 5.12 Distribusi Persedian Buku atau Diktat yang dugunakan untuk Menunjang Kegiatan Program Pelatihan Keterampilan………..60

Tabel 5.13 Distribusi Kesesuaian Fasilitas yang digunakan untuk Kegiatan Program Pelatihan Keterampilan………61

Tabel 5.14 Distribusi Kesesuaian Bidangnya Instruktur/tenaga pengajar yang disediakan untuk Program Pelatihan Keterampilan……….62

Tabel 5.15 Ditribusi Penyampaian Materi yang diberikan oleh instruktur/tenaga pengajar untuk kegiatan program pelatihan keterampilan…………...63

(12)

Tabel 5.17 Distribusi yang Menetapkan Jenis Program Pelatihan

Keterampilanyang responden ikuti……….65 Tabel 5.18 Distribusi sesuai Keinginan Responden atau tidak dalam Kegiatan

Program Pelatihan Keterampilan……….66 Tabel 5.19 Distribusi Bersungguh-sungguh Responden Mengikuti Program

pelatihan Keterampilan………67 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Bulan Keberapa Responden

Mendapat Program Pelatihan Keterampilan………..…..68 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya waktu yang di terima

responden dalam sehari untuk mengikuti keterampilan………..69 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu yang diberikan untuk

program pelatihan keterampilan………..…70 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Program Pelatihan Keterampilan

yang diberikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan………..71 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Responden Dapat

Menguasai Pelatihan Keterampilan yang diberikan………72 Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Bermafaatnya Adanya Program

Pelatihan Keterampilan bagi Responden……….73 Tabel 5.26 Distribusi Pencapaian Peningakatan Yang Dicapai Sudah Sesusi

Dengan Harapan Responden………74 Tabel 5.27 Distribusi Program Pelatihan Keterampilan ini Perlu Tidaknya

Dilanjutkan Untuk Masa Depan Responden………75 Tabel 5.28 Distribusi Menbantu Meningkatkan Ketaqwaan dan Akhlak Mulia

Responden sejak Mengikuti Program Pelatihan Keterampilan……...76 Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Meningkatnya Pengetahuan

Responden Setelah Mendapatkan Program Pelatihan Keterampilan...77 Tabel 5.30 Distribusi Perubahan Sikap Responden Setelah Mendapatkan Progarm

Pelatihan Keterampilan………78 Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Menigkatnya Kreatifitas

(13)

Tabel 5.32 Distribusi Meningkatnya Motivasi Responden setelah Mengikuti Program Pelatihan Keterampilan………80 Tabel 5.33 Distribusi Meningkatnya Keterampilan Responden setelah

Mendapatkan Program Pelatihan Keterampilan……….81 Tabel 5.34 Distribusi Meningkatnya Kemandirian Responden Setelah Mendapat

(14)

DAFTAR BAGAN

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan (kuesioner)

2. Surat Keterangan Dosen Pembimbing

3. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/Penulisan Proposal Skripsi

4. Surat Izin Peneliti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

5. Surat Balasan Izin Penulisan dari Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf”

(16)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama : Jones Weda Sitorus Nim : 090902010

ABSTRAK

Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Klayen Conventional Di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara

Skripsi ini berjudul “Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Klayen Conventional Di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan jumlah 90 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah apakah program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional di panti sosial parmadi putra “insyaf” sumatera utara sudah efektif atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional di panti sosial parmadi putra “insyaf” sumatera utara.

Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini mengambarkan objek atau subjek penelitian berupa data-data yang sudah ada dan bertujuan untuk menggambarkan karakteristik objek atau subjek secara terperinci. Dimana apabila populasi kurang dari 100 jiwa, maka sampel dapat diambil semua. Dengan rumus (N=n) populasi adalah sampel. Maka peneliti menetapkan besarnya sampel adalah sebesar 40 jiwa dari jumlah keseluruhan populasi.

Berdasarkan analisis data deskriptif yang telah dilakukan bahwa program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional ini dengan melihat indikator efektivitas, yaitu pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya tujuan dab perubahan nyata. Hasil analisis data menunjukan bahwa dimana mereka bersungguh-sungguh dan niat yang besar untuk mengikuti program pelatihan keterampilan, mempunyai kesempatan yang sama untuk setiap mereka, memberikan perubahan bagi kehidupan mereka khususnya kebutuhan dasar mereka serta dapat menunjukan hasil perubahan yang baik dibawa 1 tahun. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa program pelatihan keterampilan ini efektif.

(17)

DEPARTMENT OF SCIENCE SOCIAL WELFARE

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

Nama : Jones Weda Sitorus Nim : 090902010

ABSTRACK

Effectiveness of a training program skills for klayen conventional in panti social parmadi son insyaf north sumatera

A thesis is called the effectiveness of a training program skills for klayen conventional in panti social parmadi son insyaf north sumatera . This thesis consisted of six chapters with the number of 90 a page.The issue is discussed here is whether training programs skills for klayen conventional in panti social parmadi son insyaf north sumatera have been effective or not.The aim of this research is to find out the extent to which the effectiveness of a training program skills for klayen conventional in panti social parmadi son “ insyaf north sumatra.

Type this research appertain type research descriptive because this research mengambarkan object or subject of study in the form of the data which was and aims to describe characteristic of an object or a subject in the details.Where if the population of the soul, less than 100 then samples can be taken all.With the formula ( n = n ) is a sample of the population.And researchers set the sample is as much as 40 of the soul of a whole number of the population

Based on analysis of data descriptive that has been done that a training program skills for klayen conventional is by seeing an indicator of the effectiveness, namely understanding the program exactness target punctuality, achieve the goal dab real change.The result analysis of data showed that where they means business and great intention to follow the skills, training programs has an equal opportunity for each of them give any changes to their lives esp. basic needs them and can show the result of changes that good carried 1 year.Of this research can be concluded that a training program in this skill effective.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa

Indonesia adalah masalah kenakalan remaja dan penggunaan napza, terutama dalam

kaitannya dengan pendidikan. Kenakalan remaja ini merupakan salah satu

permasalahan yang belum dapat diakhiri. Masalah ini telah berakar dan masih sulit

untuk dipecahkan, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi juga disebabkan oleh

kekacauan dalam keluarga dan faktor pengaruh lingkungan sekitar.

Remaja merupakan tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita

perjuangan bangsa, mereka memiliki peran dan mempunyai ciri serta sifat khusus

yang menjamin kelangsungan eksistensi negara pada masa depan yang lebih baik.

Remaja juga merupakan pelita dan harapan yang kelak menjadi motor penggerak

bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya

kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan mendatang, agar kelak remaja

mampu memikul tangung jawab tersebut, maka mereka perlu mendapatkan

kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh serta aktualisasi diri dan berkembang

secara optimal, baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual. Mereka perlu

mendapatkan hak-hak seperti mendapatkan pendidikan, keterampilan, dilindungi, dan

(19)

Remaja adalah satu harapan baru bagi keberlangsungan generasi suatu bangsa

dan juga umat manusia secara umum. Sayangnya, melihat realita sosial yang ada di

Indonesia saat ini, keberadaan remaja justru banyak yang ternistakan oleh hiruk

pikuknya proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan remaja. Begitu pula

dengan mereka yang sudah mengenyam pendidikan hinggga tingkat tertentu harus

putus ditengah jalan baik karena alasan ekonomi, pergaulan, narkoba maupun

alasan-alasan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari surve yang dilakukan oleh lembaga

penelitian pasar sosial terkemuka. Taylor Nelson Soffres (TNS) pada awal 2006

menemukan bahwa putus sekolah dari pendidikan dasar umumnya disebabkan oleh

tingginya biaya pendidikan, sedangkan sekitar 33% meninggalkan sekolah sebelum

menamatkan pendidikan menengah pertama serta 20% karena mulai berkerja dan

mengenal uang

Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan atau masa

transisi. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami

banyak masalah, baik dirumah, disekolah, atau dilingkungan pertemanannya.

Kenakalan remaja di era modern sekarang sudah melebihi batas yang sewajarnya.

Banyak anak dibawah umur sudah mengenal rokok, narkoba dan terlibat banyak

tindakan kriminal lainnya. Hal ini menunjukan bahwa jumlah pengunaan narkoba

dikalangan remaja sebesar 22,7 persen, dari jumlah 1,1 juta dari tahun 2006 menjadi

1,35 juta di tahun 2008.

(20)

Diakui memang sangat sulit untuk melakukan pencegahan penggunaan narkoba

dikalangan remaja, dikarenakan peredaran narkoba semakin gencar dan dibarengin

perkembangan teknologi produksi narkoba di Indonesia. Dimana 41 persen diantara

remaja pertama kali mencoba narkoba di usia 16-18 tahun. Fakta ini sudah tidak

dapat dipungkiri lagi, kita dapat melihat berutalnya remaja zaman sekarang.

Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang

dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja.

Tindakan kenakalan remaja juga sangat beranekaragam dan bervarisi serta

lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Motivasi para

remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya: pencurian yang

dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang

disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau

mengagumkan.

Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat

diatur, bahkan tergadang bertindak melawan orangtua. Konflik keluarga, depresi, dan

munculnya tindakan berisiko sangan umum terjadi pada masa remaja dibandingkan

pada masa-masa lain disepanjang rentang kehidupan. Hampir di setiap tempat banyak

remaja yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, ataupun putus ditengah jalan

disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan. Kondisi

ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi

keinginannya dalam melanjutkan pendidikan (ilmu27,blogspot. com.diakses 13 juni

(21)

Sementara kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, dianataranya

adalah orang tua tidak mempunyai pekerjaan yang menetap, tidak mempunyai

keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya. Namun selain dari

permasalahan ekonomi dan kemiskinan, remaja-remaja putus sekolah tidak lain

disebabkan karena pengaruh lingkungan dan pergaulan, yang menyebabkan remaja

ingin mencoba narkoba. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami

beberapa remaja, yaitu: masalah pribadi yaitu masalah-masalah yang berhubungan

dengan situasi dan kondisi rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi,

penyesuaian sosial dan lain-lain: Masalah khas remaja yaitu masalah yang timbul

akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian,

kesalahpahaman atau penilaian terhadap diri sendiri. Masyarakat banyak dirugikan

karena biasanya remaja putus sekolah biasanya sebagai penyebab kenakalan remaja,

kriminal, menambah jumlah pengangguran, dan mereka tidak dapat berpartisipasi

aktif dalam pembangunan masyarakat

(http:skripsi-ilmiah.blogspot.com/2009/04/anak-putus-sekolah-dan-cara.html).

Putus sekolah merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak perna

berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak

hanya kondisi ekonomi, tetapi juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga,

dan lain-lain. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari kondisi

ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan

penting dalam mengatasi segala permasalahan termasuk perbaikan kondisi

(22)

Menurut Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, kasus putus

sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi ditingkat SMP, yaitu 48 %. Adapun di

tingkat SD tercatat 23 %. Sedangkan presentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA

adalah 29 %. Kalau digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu anak SMP dan SMA,

jumlahnya mencapai 77 %. Dengan kata lain, jumlah anak usia remaja yang putus

sekolah tahun ini tak kurang dari 8 juta orang (

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Setiap individu yang dilahirkan ke

dunia memerlukan pendidikan untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan

berguna bagi nusa dan bangsa, serta kehidupan yang layak dan bermutu.

Langkah-langkah untuk bisa menghadapi kehidupan kedepan dan memenuhi tuntutan zaman

adalah belajar dengan baik dan benar. Namun pada hakekatnya pendidikan tidak

dapat dilepaskan dari masalah ekonomi, baik secara langsung maupun secara tidak

langsung.

httd://kpai.com(anak putus sekolah.

Diakses 14Juni 2013).

Dengan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional secara integral maka

pembinaan intelektual, keterampilan dan kepribadian peserta didik diupayakan untuk

mencapai standar positif dalam perspektif nasional dengan menggunakan landasan

konstitusional dan landasan idial yang telah baku. Pencapaian kondisi positif

berdasarkan tolok ukur, dengan kualitas yang berwawasan hakikat dan nilai-nilai

hakikat pendidikan nasional, yang merupakan dukungan moral, peserta didik yang

supra positif dan konstrutif bagi pembangunan dan kehidupan bangsa, masyarakat

(23)

Pendidikan dapat menanggulangi kenakalan remaja, dimana pendidikan itu

sangat penting bagi manusia, tetapi pendidikan itu sangat mahal. Untuk itu perlu

adanya perhatian khusus serta pemahaman yang baik dan penanganan yang tepat

terhadap perekonomian yang merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di

kehidupan selanjutnya. Kemiskinan adalah salah satu penghambat pendidikan bagi

masyarakat miskin terutama bagi kalangan remja, dimana remaja wajib mendapat

pendidikan selama 9 tahun, tetapi dikarenakan perekonomian yang tidak mendukung

sehingga harus putus sekolah. Kenakalan remaja disebabkan pendidikan gagal dan

mengenal narkoba. Dari hasil serve Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukan,

penyalagunaan narkoba dilingkungan pelajar dan mahasiswa sekitar 4,7 persen dari

jumlah pelajar dan mahasiswa sekitar 921.695 orang. Menurut kabid Pembinaan dan

Pencegahan Badan Narkotika Provinsi Sumatera Utara, arifin sianipar mengatakan

61 persen diantaranya menggunakan narkoba jenis analgesic dan 37 persen jenis

ganja, amphentamine, ekstasi dan lem. Jumlah pecandu yang mendapatkan terapi dan

rehabilitasi jenis heroin sebanyak 10.768 orang, jenis sabu-sabu 984 orang dan jenis

ganja sebanyak 1,774 orang

Maka dari itu kehadiran Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” diharapkan mampu

mengembalikan kesan klayen conventional sebagai remaja yang mengusahakan

menjadi remaja yang berguna dimata masyarakat dan lingkungan hidup serta bangsa

dalam menempuh masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan dalam menangani

klayen conventional, panti mengutamakan bagi remaja yang memiliki potensi untuk

(24)

klayen conventional yang menjurus pada kenakalan remaja, namun kenakalannya

belum begitu parah. Pelayanan dan Pembinaan dilakukan dengan mengadopsi metode

Therapeutic Community dalam setiap kegiatannya menggunakan pendekatan pekerjaa

sosial dan memberikan tempat tingggal atau asrama bersama orang tua asuh sebagai

penggganti orang tua klayen conventional. Orang tua asuh ini akan membantu

mengatasi permasalahan yang dihadapi seorang remaja dengan mencari

pemecahannya secara bersama-sama (Jurnal PKS.Vol. No.16, Juni 2006:68).

Begitu pula dengan kehadiran Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” yang

beralamat Jalan Berdikari No. 37 Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Deli

Serdang Sumatera Utara. Panti sosial ini adalah salah satu panti sosial yang

memberikan program pelatihan keterampilan dalam usaha untuk menggali potensi

dan bakat klayen conventional baik keterampilan mengelas, elektronika, desain

grafis, perbengkelan roda dua dan perbengkelan roda empat. Panti Sosial ini juga

memberikan beberapa kegiatan lain untuk mendidik warga binaannya, antara lain

adalah klayen conventional menjalani rehabilitasi sosial berupa bimbingan sosial,

mental, fisik dan vokasional yang berisikan tentang bimbingan motivasi, dinamika

kelompok, olahraga, senam pagi dan pembinaan rohani. Semuanya itu dilakukan

dengan tujuan untuk mendukung penguasaan keterampilan baik keterampilan

mengelas, elektronika, desain grafis, perbengkelan roda dua dan perbengkelan roda

empat, sehingga mereka bukan hanya menjadi remaja yang terampil, akan tetapi juga

menjadi remaja yang berakhlak, berbudi pekerti, dan bersemangat dalam menjalanin

(25)

kementerian sosial dan program ini juga dibiayai langsung oleh kemeterian sosial,

sehingga klayen tidak di kenakan biaya.

Setiap keterampilan hanya memiliki satu instruktur yang dipanggil dari luar

panti untuk mengajar dan melatih klayen conventional. Jumlah setiap klayen

conventional peserta pelatihan ini berjumlah 40 peserta yang terbagi dalam lima

bagian yaitu: mengelas 9 peserta, elektronika 9 peserta, desain grafis 2 peserta,

perbengkelan roda dua 12 peserta dan perbengkelan roda empat 8 peserta.

Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara ini juga memiliki prinsif

bahwa klayen conventional bukan suatu halangan untuk dapat berkarya, setiap orang

yang apa bila bersedia belajar dan bekerja patut mendapat kesempatan yang sama

untuk memperoleh perlakuan yang layak dan setara di dalam masyarakat.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, penulis tertarik

untuk meneliti dan mengetahui bagaimana efektivitas program keterampilan yang

diberikan oleh Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara terhadap klayen

conventional dengan melihat kelengkapan fasilitas pelayanan, keahlian

pelatih/instruktur dan kemampuan klayen. Untuk lebih terarah, penulis membatasi

penelitian ini hanya pada ruang lingkup efektivitas program pelatihan keterampilan

yang diberikan. Untuk itu, penulis mengangkat permasalahan yang di rangkum dalam

(26)

1.2 Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang penting, karena langkah ini akan

menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Program Keterampilan Bagi Klayen

conventional Di Panti Sosial Parmada Putra “insyaf” Sumatera Utara sudah efektif

atau tidak efektif ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas program

pelatihan keterampilan di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka

pengembangan konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan klayen

conventional dan masalahnya. Penelitian diharapkan dapat memberika masukan

kepada pihak-pihak pelaksanaan program pelatihan keterampilan bagi klayen

conventional di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara.

1.5 Sistematika Penulisan

(27)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan secara teoritis variabel-variabel yang

diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi opersional

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana

penulis mengadakan penelitian

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitaian dan analisanya

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan sasaran dari hasil penelitian

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang

telah ditentukan dalam setiap organisasi dan efektivitas mempunyai arti yang

berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakai.

Beberapa sarjana sosial seringkali meninjau efektivitas dari sudut kualitas kehidupan

pekerja (orang yamg melakukan suatu tindakan). Rumusan mengenai efektivitas

kegiatan atau program bergantu pada masalah, seberapa berhasilnya pencapaian

sasaran yang dinyatakannya. Adapun pengertian efektivitas menurut para ahli

diantaranya sebagai berikut:

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sasaran dan prasarana dalam

jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah barang atau jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Dari

beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat

dilaksakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan

(29)

(

Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran, berarti

makin tinggi efektivitasnya. Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai

seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat 1986

(

http://othenk.blogspot.com/2008/11/pengertian-tentang-efektifitas.html/diakses

tanggal 15 Juni 2013).

http://blog.wordPress.com/defenisi dan pengertian efektifitas/28 Maret/2009/diakses

tanggal 15 Juni 2013)

Dari pengertian-pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa

efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut

sudah ditentukan terlebih dahulu. Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan

dikatakan efektivitas apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan sebelumnya dan dapat memberikan manfaat yang sesuai

dengan kebutuhan.

yang menjelaskan bahwa: “Efektivitas adalah suatu ukuran

yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai,

makin tinggi efektivitas”.

Berdasarkan beberapa pendapat dan teori efektivitas yang telah diuraikan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam mengukur efektivitas suatu kegiatan atau

aktivitas perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu:

(30)

2. Tepat Sasaran

3. Tepat Waktu

4. Tercapainya Tujuan

5. Perubahan Nyata (Sustrisno, 2007:125-126)

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas

tersebut efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

1 . Pendekatan Sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran

efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran lembaga dan mengukur tingkat

keberhasilan lembaga dalam sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan

dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis

untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi Official Goal dengan

memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian

terhadap aspek output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba

mengukur sejauh mana lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga

(31)

harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan

sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai

keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga

mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan

diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang

dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber

yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langkah dan bernilai tinggi.

Mendapatkan berbagai jenis sumber untuk memilihara sistem dari suatu lembaga

merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas.

3. Pendekatan Proses

Pendekatan proses menggangap efektivitas sebagai efesien dan kondisi

kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal

berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara

koordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan

perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki

oleh lembaga, yang menggambarkan tingkat efesien serta kesehatan lembaga (Camel

1989:115).

2.2 Program Pelatihan Keterampilan

Pelatihan keterampilan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performasi

(32)

satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Supaya efektif, pelatihan

biasanya harus mencakup pengalaman belajar (Learning Experience),

aktivitas-aktivitas yang terencana, dan didesain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan

yang berhasil diindentifikasikan. Secara ideal, pelatihan harus didesain untuk

mewujudkan tujuan-tujuan organisasi, yang pada waktu yang bersamaan juga

mewujudkan tujuan-tujuan dari para pekerja secara perorangan (Gomes, 2003:197).

Pelatiahan keterampilan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling dapat

dilihat dan paling umum dari semua aktivitas. Para penyelenggara menyokong

pelatihan karena melalui pelatihan para peserta, dalam hal ini klayen conventional

akan menjadi lebih terampil, dan lebih produktif. Pelatihan lebih sebagai sasaran yang

ditujukan pada upanya untuk lebih memberdayakan seseorang yang kurang berdaya

dari sebelumnya, mengurangi dampak-dampak negatif yang dikarenakan kurangnya

pendidikan, pengalaman yang terbatas, atau kurangnya kepercayaan diri dari klayen

conventional.

Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan

otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmania seperti menulis, mengetik,

olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu

memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan

demikian, klayen conventional yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi

dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil. Sedangkan

(33)

melakukan pola-pola tingkahlaku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan

sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.

Belajar keterampilan adalah belajar menggunakan gerakan-gerakan motorik

yakni yang berhubungan dengan urat saraf dan otot-otot. Tujuannya adalah

memperoleh dan menguasai keterampilan jasmani tertentu. Dalam jenis ini

latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Supaya efektif, pelatihan-latihan merupakan

solusi yang tepat bagi permasalahan organisasi, yakni bahwa pelatihan tersebut harus

dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan keterampilan (Syah, 2005:126).

Menurut sudjana (1996:17), keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan,

yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan

bergerak dari yang sangat sederhana ke yang sangat kompleks. Keterampilan dapat

dibedakan menjadi dau macam, yaitu psikomotor dan intelaktual. Keterampilan

psikomotor antara lain adalah menggergaji, mengecat tembok, menari, mengetik.

Sedangkan keterampilan intelektual ialah memecahkan soal hitungan, melakukan

penelitian, membuat kesimpulan dan sebagainya. Namun, sebenarnya hampir semua

keteramplan terdiri atas kedua unsur tersebut. Hanya saja ada keterampilan yang lebih

menonjol unsur psikomotornya sedangkan keterampilan yang lain lebih menonjol

unsure intelektualnya.

Keterampilan merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada

klayen conventional untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun

(34)

bermanfaat langsung bagi kehidupan mereka. Klayen conventional melakukan

interaksi dengan benda-benda produk kerajinan dan teknologi yang ada dilingkungan

asrama saat pelatihan keterampilan, sehingga memperoleh pengalaman konseptual,

pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif. Pembelajaran keterampilan dirancang

sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku klayen conventional

cekat, cepat dan tepat melalui pembelajaran yang diberikan oleh instruktur.

Metode pelatihan merupakan bentuk yang dipilih dalam pelatihan yang

menyediakan langsung keterampilan untuk klien conventional. Adapun prinsif umum

bagi metode pelatihan harus memenuhi sebagai berikut:

a) Memotivasi klayen conventional untuk belajar keterampilan baru.

b) Memperlihatkan keterampilan-keterampilan yang diinginkan untuk dipelajari.

c) Harus konsisten dengan isi, misalnya, dengan menggunakan pendekatan

interaksi untuk mengajarkan keterampilan.

2.2.1 Tujuan Program Pelatihan Keterampilan

Program pelatihan keterampilan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

bekerja dan bersosialisasi di lingkungan dengan baik sesuai dengan kapasitas dan

kemampuannya, membantu klayen conventional untuk dapat memiliki keterampilan,

membentuk karakter, sikap sopan terhadap orang lain dan menjadikan klayen agar

(35)

2.3. Klayen conventional

Klayen conventional adalah residen yang sudah menginjak usia remaja dan

mengalami berbagai permasalahan yaitu putus sekolah, ingin mencoba-coba

menggunakan narkoba, tidak memiliki keterampilan dan mengalami proses

demoralisasi sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkugannya,

khusunya menyangkut kehidupan para anak yang nakal dan dianggap menganut pola

hidup yang sangat memalukan dan biasanya menempuh kehidupan tanpa harapan,

atau bahkan bisa menjadi gila oleh tingkah lakunya sendiri. Untuk mengatasi segala

permasalahan, mereka dibina di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara

dengan mengadopsi metode therapeutic community dalam setiap kegiatannya

menggunakan pendekatan pekerjaan sosial dan menjalanin rehabilitasi sosial berupa

bimbingan sosial, mental, fisik, vokasional dan berbagai program pelatihan

keterampilan yang diberikan oleh PSPP “insyaf” sehingga nantinya mereka dapat

menjadi anak-anak yang terampil dengan baik.

2.4 PSPP INSYAF

Panti sosila parmadi putra “insyaf” ini adalah pusat rehabilitasi sosial korban

penyalahgunaan napza dengan memberi rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif,

rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar, pembinaan fisik,

mental sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi dan bimbingan lanjutan bagi

(36)

kehidupan bermasyarakat. Korban penyalahgunaan napza dapat melaksanakan

keberfungsian sosialnya yang meliputi kemapuan dalam melaksanakan peran,

memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah yang dihadapinya dan aktualisasi diri.

Panti rehabilitasi ini adalah panti yang memberikan program pelatihan

keterampilan dalam usaha-usaha menggali potensi dan bakat para klayen. Program

pelatihan keterampilan yang diberikan ialah:

1. Keterampilan desain grafis

2. Keterampilan elektronika

3. Keterampilan ngelas

4. Keterampilan perbengkelan roda dua

5. Keterampilan perbengkelan roda empat

Panti sosial rehabilitasi korban penyalahgunaan napza ini juga memberikan

beberapa kaitan lainnya yaitu mendidik para klayen, antara lainnya adalah bimbingan

rehabilitasi seperti, bimbingan motivasi pemangkasan sikap dan prilaku, dinamika

kelompok, olah raga dan pembinaan rohani. Semuanya itu dilakukan dengan tujuan

mendukung penguasaan pelatihan keterampilan dengan baik.

2.5 Kerangka Pemikiran

Seiring dengan kemajuan zaman dalam kenyataan ini penggunaan napza

semakin meningkat terutama dikalang anak-anak atau remaja, sehingga timbul

pelanggaran hukum yang terjadi dimasyarakat, tetapi pelanggaran hukum tersebut

(37)

atau remaja tersebut harus terpaksa menghadapi situasi yang amat rentan terhadap

kekerasan baik fisik maupun emosiona yang menghancurkan martabat dan masa

depat mereka.

Oleh karena itu panti sosial parmadi putra “insyaf” merupakan instansi

pemerintah dan sebagai pelayanan teknis yang menampung, merawat dan membina

klayen dengan baik. Panti tersebut juga memberi program pelatihan keterampilan

bagi klayen conventional dan bersifat berkelanjutan yang dilaksanakan setiap hari

senin sampai hari jumat di panti dalam waktu yang telah ditentukan oleh panti.

Pengajar program pelatihan keterampilan tersebut dilaksanakan oleh instruktur

pengajar yang dipanggil dari luar panti tersebut dan penyelenggara program pelatihan

keterampilan tersebut adalah Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara.

Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara menjalankan program

pelatihan keterampilan bagi klayen conventional dengan tujuan membantu klayen

untuk memiliki keterampilan, terampil dalam satu bidang, meningkatkan

pengetahuan, membentuk karakter dan sikap sopan klayen agar berperilaku baik dan

lebih menghargai orang lain, membentuk hubungan dan kerjasama yang baik antara

klayen, instruktur pengajar, orang tua, masyarakat dan lembaga pemberi program

pelatihan keterampilan tersebut.

Melihat keefektivan program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional

(38)

indikator yang sesuai untuk dapat mencapai keberhasilan dalam mencapai sasaran

dan tujuan kegiatan, yaitu:

1. Pemahaman program, yaitu dilihat dari sejauh mana klayen conventional

dapat memahami kegiatan program pelatihan keterampilan di panti sosial

parmadi putra “insyaf” sumatera utara yang diberikan.

2. Tepat sasaran, yaitu dilihat dari apakah klayen conventional yang sudah

diberikan pemahaman pengetahuan dan keterampilan adalah sasaran yang

sesuai dengan program pelatihan keterampilan.

3. Tepat waktu, yaitu dilihat dari apakah penggunaan waktu untuk program

pelatihan keterampilan bagi klayen conventional di panti sosial parmadi putra

“insyaf” sumatera utara dilakukan sesuai dengan yang sudah ditentukan.

4. Tercapainya tujuan, yaitu dilihat dari cara pencapaian tujuan yang ditetapkan

melalui kegiatan program pelatihan keterampilan.

5. Perubahan nyata, yaitu dilihat dari bagaimana kegiatan tersebut memberikan

efek atau dampak yang baik maupun adanya perubahan nyata bagi klayen

conventional.

Adapun untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat dilihat pada

(39)

Bagan 1

Bagan Alir Pikir

Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara

Program pelatihan keterampilan: 1. Keterampilan mengelas 2. Keterampilan desain grafis 3. Keterampilan elektronika 4. Keterampilan perbengkelan R 2 5. Keterampilan perbengkelan R 4

Klayen Conventional

Indikator efektivitas program pelatihan keterampilan bagi klayen conventional:

1. Pemahaman Program 2. Tepat Sasaran

3. Tepat Waktu

4. Tercapainya Tujuan 5. Perubahan Nyata

(40)

2.6 Defenisi Konsep dan Operasional

2.6.1 Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah batasan arti dan gambaran hubungan dari antara

unsur-unsur yang ada di dalamnya (Siagian 2011:56).

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan

dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal-hal lain yang sejenis.

Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa yang

mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan

mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipa suatu

persamaan persepsi (Silalahi, 2009:112).

Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan di gunakan, maka

peneliti membatasi konsep yang di gunakan sebagai berikut:

1. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan keberhasilan

suatu program berdasarkan pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu,

maka tercapainya tujuan yang mengarah pada perubahan nyata yang

diharapka pada program.

2. Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesain rangkaian kegiatan yang

berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan

merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan

(41)

3. Klayen conventional adalah residen yang sudah menginjak usia remaja dan

mengalami berbagai permasalahan yaitu putus sekolah, ingin mencoba-coba

menggunakan narkoba, tidak memiliki keterampilan dan mengalami proses

demoralisasi sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkugannya.

4. Panti Sosial Parmadi putra “insyaf” ini adalah pusat rehabilitasi sosial korban

penyalahgunaan napza dengan memberikan bimbingan, rehabilitasi sosial

yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan

pengetahuan dasar, pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan,

resosialisasi dan bimbingan lanjutan bagi korban penyalahgunaan napza agar

mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidpan bermasyarakat.

2.7.2 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa

perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi

konsep. Defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang

konsep-konsep, baik berupa obyek, penelitian maupun fenomena yang diteliti, maka

perumusan operasional ditunjukan dalam upanya transportasi konsep kedunia nyata

sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011:141).

Defenisi operasional dalam Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi

Klayen Konventional di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara dapat

diukur melalui indikator sebagai berikut:

(42)

a. Sumber informasi responden tentang program pelatihan keterampilan.

b. Tingkat pemahaman dan ketertarikan responden setelah mendapatkan

informasi tentang program pelatihan keterampilan.

c. Pengetahuan responden mengenai tujuan program pelatihan keterampilan.

2. Tepat sasaran, meliputi:

a. Pihak yang diutamakan adalah klayen conventional.

b. Anak atau remaja responde termasuk kedalam sasaran program pelatihan

keterampilan.

3. Tepat waktu, meliputi:

a. Mulai kapan saudara mendapat bantuan program pelatihan keterampilan.

b. Ketepatan waktu mendapatka program pelatihan keterampilan.

c. Frekuensi mendapatkan program pelatihan keterampilan.

4. Tercapainya tujuan, meliputi:

a. Meningkatkan pengetahuan klayen conventional.

b. Meningkatkan kemandirian dan keterampilan diri sendiri.

c. Perlu tidaknya program pelatihan keterampilan.

5. Perubahan nyata, meliputi:

a. Sikap

b. Perilaku

c. Pengetahuan

d. Kemampuan fisik

e. Kemandirian

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif, penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan

fenomena yang diteliti. Termasuk didalam bagian unsur-unsur yang ada dalam

variabel penelitian itu berinteraki satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang

berlangsung (Siagian, 2011: 52).

Dengan penelitian deskriptif, peneliti ingin membuat gambaran kondisi secara

menyeluruh tentang Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Klayen

Conventional di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” Sumatera Utara.

3.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” (PSPP) yang beralamat di Jalan Berdikari No. 37 Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalinbaru Deli

Serdang Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi di Panti Sosial Parmadi

Putra “insyaf” yang dibawah naungan Kementerian Sosial RI, kementerian ini

berperan dalam membina dan membimbing para klayen coventional dengan cara

(44)

dua dan perbengkelan roda empat, yang berguna untuk menjadikan klayen

conventional lebih mandiri, sehingga mereka dapat kembali ketengah-tengah

masyarakat.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda,

peristiwa atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:155).

Adapun yang menjadi populasi ini adalah seluruh warga binaan yang terlibat dalam

program keterampilan bagi klayen conventional yakni berjumlah 40 orang dan

keseluruhannya akan dijadikan sumber data.

3.3.2 Sampel

Secara umum, sampel adalah contoh. Dalam kaitannya dengan penelitian,

sampel adalah sebagian dari objek, kejadian, atau individu yang terpilih dari populasi

yang akan di ambil datanya atau yang akan diteliti (Rocoe dalam Siagian, 2011).

Apabila populasi kurang dari 100 jiwa, maka sampel dapat diambil semua, dengan

rumus (N=n) populasi adalah sampel. Berdasarkan rumus yang ada, maka peneliti

menetapkan besarnya sampel adalah sebesar 40 jiwa dari jumlah keseluruhan

(45)

Teknik penarikan sampel adalah cara yang dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah dalam rangka pemilihan sebagian atau sejumlah dari populasi dimana

ciri-ciri populasi terwakili dalam sampel sehingga di mungkinkan untuk merumuskan

generalisasi yang berkaitan dan berlaku bagi populasi secara keseluruhan (Siagian,

2011).

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penarikan

sampel acak sederhana. Teknik penarikan sampel ini tidak melakukan

pengelompokan jenis apapun atas populasi. Artinya, semua anggota populasi secara

individual memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel atau yang

menjadi anggota sampel.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data melalui buku-buku,

dokumentasi, dan sumber referensi yang menyangkut masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan yaitu mengadakan penelitian langsung ke lokasi untuk

mendapatkan data yang lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam

(46)

a. Wawancara, yaitu percakapan atau Tanya jawab yang dilakukan

pengumpulan data dengan responden sehingga responden memberikan

data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian.

b. Penyebaran kuesioner, yaitu kegiatan mengumpul data dengan cara

menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden

sehingga peneliti memperoleh data informasi yang diperlukan dalam

penelitian (Siagian, 2011).

3.5 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses menjadikan data memberikan pesan kepada

pembaca. Analisis data menjadikan data tersebut mengeluarkan maknanya sehingga

para pembaca tidak hanya mengetahui data ini, melainkan juga mengetahui apa yang

ada di balik itu (Siagian, 2011).

Secara umum, teknik analisa data dapat dibagi dalam dua jenis yaitu analisis

statistik deskriptif dan analisis statistik inferensi. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data statistik

deskriptif. Teknik analisis data deskriptif adalah analisis data yang ada pada tipa-tiap

sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka merumuskan generalisasi. Kekuatan

pada analisis data deskriptif terletak pada kemampuan interpretasi data yang di

(47)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasih Penelitian

Panti Sosial Parmadi Putra “insyaf” (PSPP) terletak dikawasan strategis, yang

berada di jalan Berdikari No. 37-Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Deli

serdang Sumatera Utara. Letaknya yang strategis membuat PSPP “insyaf” menjadi

salah satu tempat Pusat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA.

4.2 Sejarah Berdirinya Lembaga

Pertengahan tahun 1970 dilaksanakan rapat koordinasi pemda Tk. I Sumatera

Utara, salah satu hasil rapat tersebut untuk mendirikan Panti Sosial bagi Anak Nakal

dan Korban Narkotika.

Untuk mewujudkan impian tersebut, pihak Kepolisian Sumatera Utara

menyediakan sebidang tanah 8.960 m (128x70 m) di jalan Pancing Medan,

sedangkan dana pembangunan berasal dari kanwil Depsos Provinsi Sumatera Utara

tahun anggaran 1976.

Seiring dengan meningkat dan meluasnya korban penyalahgunaan NAPZA dari

(48)

penanganan secara menyeluruh dan utuh. Lokasi PSPP “Insyaf” Medan saat ini tidak

memungkinkan sebagai Panti Rehabilitasi Sosial korban Penyalahgunaan NAPZA

karenaberada di pusat kota.

Untuk mendapatkan solusi atas permasalahan di atas dilakukan rapat koordinasi

antara Departemen Sosial RI dan Pemerinta Provinsi Sumatera Utara tahun 2006

tentang pemindahan lokasi PSPP “Insyaf” Medan ke Desa Lau Bakeri Kecamatan

Kutalimbaru-Deli Serdang.

Setelah terbitnya, KEPMENSOS RI No. 09/HUK/2008 tanggal 23 Januari 2008

tentang pemindahan lokasi Panti Sosial Parmadi putra “Insyaf” ke Desa Lau Bakeri

Kec. Kutalimbaru Kab. Deli Serdang. Maka dilakukan pemindahan sarana dan

prasarana secara bertahap dan kegiatan operasional pelayana rehabilitasi sosial mulai

dilaksanakan bulan Juni 2008 di Lau Bakeri-Deli Serdang.

4.3 Visi dan Misi

Adapun yang menjadi visi dan misi dari Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf”

Sumatera Utara, yaitu:

4.3.1 Visi

Pelayanan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang

Berkualitas dan Profesional.

(49)

1. Menetapkan Standarisasi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA.

2. Legislasi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA.

3. Mengembangkan alternatif-alternatif intervensi di bidang Pelayana dan

Reabilitasi Sosial bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA.

4. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi Pekerja Sosial.

5. Membangun jaringan dengan dunia usaha.

4.4 Tugas

Berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003, panti Sosial Parmadi Putra

“Insyaf” Sumut mempunyai tugas melaksanakan: Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA yang meliputi: Bimbingan mental, sosial, fisik,

dan pelatihan keterampilan praktis agar mereka mampu berperan aktif dalam

kehidupan bermasyarakat, rujukan regional, pengkajian, dan penyiapan standart

pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama dengan instansi

terkait sesuai dengan peraturan perundang-undagan yang berlaku.

4.5 Kedudukan

Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Sosial Republik Indonesia

yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal

(50)

4.6 Fungsi

Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial terhadap korban Penyalahgunaan NAPZA,

PSPP “Insyaf” Lau Bakeri mempunya fungsi yang meliputi:

1. Pelaksanaan penyusunan rencana program, evaluasi dan laporan

2. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial, dan

perawatan

3. Pelaksanaan pelayanan rehabilitasi yang meliputi bimbingan mental, sosial,

fisik dan keterampilan

4. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut

5. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi

6. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standart pelayanan dan rehabilitasi

sosial

7. Pelaksanaan urusan tata usaha

4.7 Sasaran Program

Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf” Sumatera Utara yang berada di Desa Lau

Bakeri, Kecamatan Kutalimbaru- Deli Serdang adalah suatu lembaga yang

memberikan pelayanan Rehabilitasi Sosial mempunyai sasaran garapan sebagai

berikut:

1. Bekas penyalahguna NAPZA yang sudah tidak ketergantungan dan yang

(51)

2. Lingkungan korban penyalahgunaan NAPZA

3. Lingkungan sosial korban NAPZA:

a. Lingkungan kerabat

b. Lingkungan teman sebaya

c. Lingkungan sekolah

d. Lingkungan sekitar tempat tinggal korban NAPZA

4.8 Kapasitas

Kapasitas daya tampung dan isi Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf” Sumut

dalam melaksanakan rehabilitasi sosial adalah:

1. Kapasitas isi : 150 orang

2. Kapasitas tampung : 100 orang

4.9 Dasar Hukum

Pelaksanaan program pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan

NAPZA mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan

sosial

b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

(52)

d. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 tentang Kesejahteraan Anak yang

Mempunyai Masalah

e. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2001 tentang

Kedudukan dan Fungsi Kewenangan Organisasi dan tata kerja Departemen

f. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2001 tentang

Susunan Organisasi dan tata Kerja Departemen Sosial

g. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2003 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Departemen Sosial

4.10 Wilayah Kerja

Dalam rangka melaksanakan Rehabilitasi Sosial bagi Korban Penyalahgunaan

NAPZA Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf” Sumut mempunyai wilayah kerja kab/

kota yang ada di wilayah Sumatera & Kalimantan Barat.

4.11 Fasilitas

Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf” Sumut memiliki luas tanah 46.962 m

dengan luas bangunan 8.103 m. Fasilitas yang tersedia di PSPP “Insyaf” Sumut yaitu:

1. Kantor

2. Aula

3. Ruang pendidikan

4. Ruang rapat

(53)

6. Ruang assesment

7. Ruang data & informasi

8. Ruang komputer

9. Asrama konvensional & terpadu

10.Asrama Re-Entry Putra

11.Gedung khusus rehabilitasi terpadu

12.Gedung poloklinik

13.Gedung olahraga

14.Gedung keterampilan elektro

15.Gedung keterampilan otomotif roda dua dan roda empat

16.Kendaraan dinas

17.Komputer

18.Laptop

19.Mushola

20.Lapangan olahraga

21.Gudang & garasi

22.Guest house

23.Gazebo

24.Show room

25.Rumah dinas

26.Dapur & ruang makan kelayan

(54)

4.12 Sumber Daya Manusia

Jumlah personil keseluruhan di Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf” Sumut

berjumlah 46 orang yang terdiri dari Kepala Panti (Eselon III), Kepala Sub Bag Tata

Usaha (Eselon IV), Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial (Eselion IV), dan

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial (Eselon IV), beserta pekerja sosial dan staf lainnya.

Adapun daftar nama pegawai Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf” sumut adalah

sebagai berikut:

002 Peksos Penyelia

(55)

8

ERIKA SIMBOLON

19580820 198303 2

003 Peksos Penyelia

IIId

003 Peksos Penyelia

IIId

001 Peksos Penyelia

IIIc

14

NURMASNY PURBA

19580920 198303 2

002 Peksos Penyelia

IIIc

15

BISNER MARBUN

19611003 198302 1

002 Peksos Penyelia

IIIc

001 Peksos Lanjutan

IIIb

(56)

PURBA 004 Pelaksana

002 Peksos Pertama

IIIa

002 Peksos Pertama

IIIa

(57)

HARSEN

(58)

D TAUFIK 001

Untuk meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial di panti sosial parmadi

putra “insyaf“ sumut ini menjalin kerjasama lintas sektoral dengan Pemerintah

Daerah, BUMN, Perusahaan Swasta sebagai mitra kerja, diantaranya adalah sebagai

berikut:

a) BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROPINSI

SUMATERA UTARA

Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah Pengembangan Sumber Daya

(59)

buku-buku bacaan untuk Perpustakaan PSPP "Insyaf" Medan. Selain itu

pada tahun 2010 direncanakan adanya kerjasama berupa pelatihan yang

diperuntukkan bagi fungsional arsiparis PSPP "Insyaf" Medan.

b) PT. KERETA API (PERSERO) DIVISI REGIONAL I SUMATERA

UTARA & NAD

Kerjasama yang dilakukan berupa Sosialisasi Pencegahan dan

Penanggulangan Korban Penyalahgunaan NAPZA melalui penempatan

Billboard dan Publikasi Audio di Stasiun Kereta Api Wilayah Sumatera

Utara. Dengan kerjasama ini diharapkan masyarakat semakin mengenal

PSPP "insyaf" Medan sebagai rujukan bagi korban penyalahgunaan

NAPZA.

c) BALAI LATIHAN KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA PROP.

SUMUT

Kerjasama ini dilakukan dalam rangka Pelaksanaan Bimbingan

Keterampilan Roda 2, Roda 4, Dan Elektro dengan mendatangkan

instruktur dari instansi dimaksud.

d) KADIN, DISPERINDAG, DINAS KOPERASI/ UKM, PRAKTISI

DUNIA USAHA

Program ini dilakukan dalam rangka proses pelatihan kewirausahaan bagi

kelayan dan membagun jiwa wirausahawan di dalam diri kelayan agar

(60)

program rehabilitasi sosial dan bisa kembali melaksanakan keberfungsian

sosialnya.

4.14 Tugas Pokok dan Fungsi

Kasubbag Tata Usaha

1. Melakukan penyiapan penyusunan rencana anggaran

2. Urusan suran menyurat, kepengawaian, keuangan, perlengkapan rumah

tangga dan kehumasan panti

Kasie Rehabilitasi Sosial

1. Melakukan registrasi dan penyimpanan file klayen

2. Melakukan assesmen

3. Melakukan observasi lanjutan

4. Melakukan pemeliharaan jasmani yang meliputi sandang, pangan, alat bantu

dan kesehatan klayen

5. Melakukan penetapan diagnosa klayen

6. Memberikan pengasuhan dan perawatan

7. Memberikan bimbingan pengetahuan dasar dan keterampilan kerja serta

kewirausahaan

8. Memberikan bimbingan mental, sosial dan fisik

(61)

10.Memberikan bimbingan lanjutan

Kasie Program dan Advokasi sosial

1. Melakukan penjangkaun awal dan penerimaan klayen yang meliputi

identifikasi awal, observasi awal

2. Menyusun program rehabilitasi sosial

3. Memberikan informasi dan sosialisasi pelayanan

4. Memberikan bantuan perlindungan dan advokasi sosial

5. Melakukan penyaluran/resosialisasi setelah rehabilasi

6. Melakukan kerja sama

7. Melakukan pengkajian dan penyiapan bahan standarisasi pengembangan

program pelayanan rehabilitasi

8. Melakukan pemantauan

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
+7

Referensi

Dokumen terkait