HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU IBU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI
POLIO PADA BAYI DI DESA MANCANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELESAI, KAB.
LANGKAT TAHUN 2014
NIM : 135102122 HERA DANIATI BR PINEM
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU IBU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI
POLIO PADA BAYI DI DESA MANCANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELESAI KAB. LANGKAT
TAHUN 2014
ABSTRAK Hera Daniati Br Pinem
Latar belakang : ASI yang keluar pada saat bayi usia 0 – 3 bulan mengandung kadar zat antipoliomilities yang dapat menetralisir virus vaksin polio di dalam usus anak sehingga menghambat pembentukan zat anti bodi. Banyak ibu tidak mengetahui bahwa pemberian ASI segera setelah pemberian imunisasi polio dapat mempengaruhi efektifitas imunisasi polio yang diberikan lewat mulut.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat.
Metodologi penelitian : desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang datang untuk mengimunisasikan bayi yang berusia 0-3 bulan 54 orang dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan Fisher’s Exact.
Hasil : penelitian yang telah dilakukan diperoleh mayoritas ibu yang berpengetahuan baik dan berperilaku baik pasca pemberian imunisasi polio pada bayi 13 orang (24,07%), dan ibu yang berpengetahuan kurang dan berperilaku kurang 38 orang (70,38). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio, dibuktikan dengan nilai p = 0,000.
Kesimpulan : penelitian ini dibuktikan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio karena semakin rendah pengetahuan ibu maka perilaku ibu juga semakin kurang. Maka diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan informasi tentang imunisasi polio sehingga pengetahuan dan
perilaku ibu menjadi lebih baik.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmad-Nya yang telah dilimpahkan-Rahmad-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir,
sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan di Program Studi DIV Kebidanan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan KTI ini penulis tidak luput dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Ibu Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
telah memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan hingga terselesaikan nya Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Dosen Penguji I yang telah memberi
bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Bapak Dr. dr. M Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG), SpOG (K) selaku Dosen
6. Kepala Puskesmas Selesai, Kab. Langkat, yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi D-IV Bidan Pendidik di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan ilmunya serta tidak pernah bosan mendidik dan mengarahkan penulis.
8. Sembah Sujud dan ucapan terima kasih Ananda yang tak terhingga kepada Ayahanda (Normal Pinem) dan Ibunda (Basati Br Karo, S.Sos) yang telah
sabar dan penuh kasih sayang membesarkan, mendidik, serta membimbing penulis dan juga memberikan bantuan dan dorongan moril maupun material yang tiada terbatas sampai akhir hayat.
9. Adik – adik saya (M. Amry Prananta Pinem dan M. Yusri Pinem) yang telah banyak memberi dukungan dan semangat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
10.Teman-teman mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013 yang telah banyak
memberikan dukungan terhadap penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11.Sahabat saya Nova Tantya yang selalu memberi dukungan dan semangat
sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai.
12. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin ya rabbal alamin…
Medan, 02 juli 2014 Hormat Saya
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……….. i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang . ... 1
B. Perumusan Masalah. ... 1
C. Tujuan Penelitian. ... 5
1. Tujuan Umum. ... 5
2. Tujuan Khusus. ... 6
D. Manfaat Penelitian. ... 6
1. Manfaat Teoritis. ... 6
2. Manfaat Apikatif. ... 6
a. Bagi Peneliti. ... 6
b. Bagi Responden. ... 6
c. Bagi Institusi Pendidikan. ... 7
d. Bagi Peneliti Selanjutnya. ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Pengetahuan……….8
1. Pengertian Pengetahuan………8
2. Tingkat Pengetahuan……….8
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan……….10
4. Cara Mengukur Pengetahuan………..12
B. Imunisasi………13
1. Pengertian Imunisasi………..13
3. Manfaat Imunisasi……….14
4. Jenis Imunisasi………...………14
C. Imunisasi Polio……….……….………....15
1. Pengertian Imunisasi Polio………...…………...15
2. Jumlah Pemberian Imunisasi………...…17
3. Usia Pemberian Imunisasi……….………..……17
4. Cara Pemberian Imunisasi………18
5. Cara Pemberian Dosis……….….18
6. Efek Samping………...18
7. Kontra Indikasi……….…19
8. Tingkat Kekebalan……….…..19
9. Pencegahan Polio……….19
10. Diagnosis Laboratorium……….20
D. Poliomelities………..20
E. Antipoliomelitik dalam ASI……….21
F. Keuntungan ASI……….…..21
G. Perilaku. ... 22
1. Pengertian Perilaku. ... 22
2. Prosedur Pembentukan Perilaku. ... 22
3. Bentuk Perilaku. ... 23
4. Proses Adopsi Perilaku. ... 23
5. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan... 25
H. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku. ... 25
BAB III KERANGKA KONSEP ... 28
A. Kerangka Konsep. ... 28
B. Hipoteis. ... 28
C. Defenisi Operasional. ... 30
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Desain Penelitian. ... 31
B. Populasi Dan Sampel. ... 31
1. Populasi. ... 31
3. Teknik Sampel. ... 32
4. Kriteria Retriksi. ... 32
a. Kriteria Inklusi. ... 32
b. Kriteria Eksklusi... 32
C. Lokasi Penelitian. ... 33
D. Waktu Penelitian. ... 33
E. Etika Penelitian. ... 33
F. Alat Pengumpulan Data. ... 34
G. Uji Validitas Dan Reliabilitas. ... 34
H. Prosedur Pengumpulan Data. ... 34
I. Analisa Data. ... 35
BAB V HASIL PENELITIAN.. ... 36
A.Hasil Penelitian. ... 36
1.Analisis Univariat... 36
a. Karakteristik DemografiIbu. ... 36
b. Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio. ... 38
c. Perilaku ibu pasca imunisasi polio.. ... 38
.2. Analisis Bivariat. ... 39
a. Hubungan pengetahuan dan perilaku ibu. ... 39
B. Pembahasan. ... 40
1. Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio. ... 40
a. Pengetahuan ibu berdasarkan umur. ... 40
b. Pengetahuan ibu berdasarkan pendidikan. ... 41
c. Pengetahuan ibu berdasarkan pekerjaan. ... 42
d. Pengetahuan ibu berdasarkan sumber informasi. ... 43
2. Perilaku ibu pasca imunisasi polio. ... 44
3. Hubungan pengetahuan dengan perilaku. ... 44
C. Keterbatasan Penelitian. ... 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 47
A. Kesimpulan. ... 47
DAFTAR TABEL
Keterangan
Halaman
1. Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 30
2. Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden………..………... 36
3. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Pengetahuan………..…. 38
4. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Perilaku……… 38
DAFTAR SKEMA
Keterangan
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Keterangan:
Lampiran 1 : Surat izin permohonan penelitian Puskesmas Selesai
Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Penelitian Puskesmas Selesai
Lampiran 3 : Lembar Uji validitas
Lampiran 4 : Lembar Informed Consent
Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Lembar Kuesioner
Lampiran 7 : Master Tabel Distribusi
Lampiran 8 : Master Tabel Pengetahuan
Lampiran 9 : Hasil Output Data
Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU IBU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI
POLIO PADA BAYI DI DESA MANCANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELESAI KAB. LANGKAT
TAHUN 2014
ABSTRAK Hera Daniati Br Pinem
Latar belakang : ASI yang keluar pada saat bayi usia 0 – 3 bulan mengandung kadar zat antipoliomilities yang dapat menetralisir virus vaksin polio di dalam usus anak sehingga menghambat pembentukan zat anti bodi. Banyak ibu tidak mengetahui bahwa pemberian ASI segera setelah pemberian imunisasi polio dapat mempengaruhi efektifitas imunisasi polio yang diberikan lewat mulut.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat.
Metodologi penelitian : desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang datang untuk mengimunisasikan bayi yang berusia 0-3 bulan 54 orang dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan Fisher’s Exact.
Hasil : penelitian yang telah dilakukan diperoleh mayoritas ibu yang berpengetahuan baik dan berperilaku baik pasca pemberian imunisasi polio pada bayi 13 orang (24,07%), dan ibu yang berpengetahuan kurang dan berperilaku kurang 38 orang (70,38). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio, dibuktikan dengan nilai p = 0,000.
Kesimpulan : penelitian ini dibuktikan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio karena semakin rendah pengetahuan ibu maka perilaku ibu juga semakin kurang. Maka diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan informasi tentang imunisasi polio sehingga pengetahuan dan
perilaku ibu menjadi lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Markum (2002 dalam Widayati, 2009 1) Fakta dunia saat ini khususnya di negara sedang berkembang setiap 14,5 juta anak balita meninggal
karena berbagai penyakit yang dapat dicegah, kurang gizi, dehidrasi karena muntaber dan setiap tahunnya 3,5 juta anak balita meninggal karena penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1.000 Kelahiran Hidup dan
Angka Kematian Balita (AKBA) 44 per 1.000 Kelahiran Hidup. Target pencapaian sasaran di tahun 2015 yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) 23 per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Balita (AKBA) 32 per 1.000
Kelahiran Hidup. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu guna mencapai
hasil yang optimal. Pada tahun 2014 bangsa Indonesia diharapkan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai
secara adil dan bermutu, merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal. Berdasarkan data subdit Imunisasi Ditjen PPM dan PLP Depkes tahun 2004
Menurut Achmadi (2006 dalam Widayati, 2009 ¶ 2), Dalam 20 tahun lalu,
polio telah melumpuhkan sekitar seribu anak setiap harinya dihampir tiap negara di dunia, namun pada tahun 1988 gerakan anti polio dunia dicanangkan. Wabah
besar Pertama di Amerika serikat terjadi pada tahun 1916, ketika lebih dari 27.000 orang terkena penyakit ini dan sekitar 6000 orang meninggal dan sebagian besar adalah anak. Hingga memasuki tahun 2004, hanya ditemukan 1.266 kasus polio di
seluruh dunia, sebagian besar ditemukan di negara endemik polio, yakni Yaman, Nigeria, India, Pakistan, Mesir, Afghanistan, yang ada di dunia, sekitar 25%
berada di Indonesia dan menempati peringkat tiga di dunia.
Expended Programe Imunnization (EPI) atau program pengembangan Imunisasi (PPI) didunia dimulai pada tahun 1974. Sejak itu penyakit poliomyelitis
yang dilaporkan dari setiap Negara semakin menurun. Pada siding WHA ke 41 tahun 1988, diputuskan melakukan eradikasi polio global yang selesai tahun 2000 lewat Global Polio Eradication Initative (Indonesia dikenal dengan ERAPO)
(Hadinegoro, 2011 hal 267).
Jumlah kasus polio di Indonesia sampai dengan tanggal 21 maret 2006
ditemukan pada 305 anak yang tersebar 10 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa barat (59 kasus), Banten (160 kasus), Jawa tengah (20 kasus), Lampung (26 kaus), Jakarta (4 kaus), Sumatera Utara (10 kasus), Riau (3 kaus), Jawa Timur (10 kasus),
Sumatera selatan (5 kasus) dan Nangroe Aceh Darussalam (5 kasus).
Menurut Dinkes Sumatera Utara (2009) Pencapaian program imunisasi di
Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang sangat
parah. Penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf. Polio menyebabkan demam, muntah – muntah dan kekakuan otot dan dapat menyerang
saraf – saraf mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini dapat melumpuhkan otot pernapasan dan otot yang mendukung proses penelanan, menyebabkan kematian. Di antara dua sampai lima persen penderita polio akan
meninggal akibat penyakit ini dan sekitar 50% pasien yang masih bertahan hidup menderita kelumpuhan seumur hidup. Polio dapat ditularkan jika tinja penderita
mencemari makanan, air atau tangan (Proverawati dan Andhini, 2010 hal. 56). Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus polio. Terdapat sekitar 95% dari semua infeksi polio. Menurut estimasi rasio
penyakit yang tanpa gejala terhadap penyakit paralatik bervariasi dari 50:1 sampai 1000:1 (rata- rata 200:1). Pasien yang terkena infeksi tanpa gejala mengeluarkan virus bersama tinja dan dapat menularkan virus ke orang lain. Sekitar 4% - 8%
dari infeksi polio tanpa gejala klinis. Terjadi pada 1% - 2% dari infeksi polio yang didahului oleh gejala prodromal penyakit ringan yang berlangsung beberapa hari.
Terjadi dengan gejala kelayuhan kurang dari 2% semua infeksi polio. Gejala kelayuhan umumnya mulai 2 – 3 hari (Hadinegoro, 2011 hal. 267).
Menurut Zulkifli (2007 dalam jurnal ¶ 4) Kelumpuhan terjadi dalam
seminggu dari permulaan sakit. Kelumpuhan ini terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel-sel motor neuron di Medula spinalis tulang belakang) yang
mengenai tungkai (78,6 persen), sedangkan 47,4 persen akan mengenai lengan.
Kelumpuhan ini akan berjalan bertahap dan memakan waktu 2 hari s/d 2 bulan). Menurut Nelson (2006 dalam Widayati 2009, ¶ 5), Penting bagi orang tua
untuk mengetahui mengapa, kapan, dimana, dan berapa kali anak harus diimunisasi. Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem perawatan kesehatan yaitu rendahnya kesadaran dan tidak adanya
kebutuhan masyarakat pada imunisasi. Jalan masuk ke pelayanan imunisasi tidak akurat, melalaikan peluang untuk pemberian vaksin dan sumber yang akurat untuk
kesehatan masyarakat dan program pencegahan. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit pada anak tersebut tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit
untuk anak lain, oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia.
Menurut Ranuh (2006 dalam Widayati, 2009 ¶ 6) Pengetahuan ibu tentang
imunisasi mempengaruhi terhadap pelaksanaan imunisasi, bila pengetahuan ibu tentang imunisasi kurang, tidak merasa butuh atau sekedar ikut-ikutan tentunya
pemberian imunisasi pada anaknya tidak sesuai dengan jadwal baik waktu maupun jaraknya, apabila pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi baik diharapkan pemberian imunisasi biasanya sesuai jadwal, sehingga program
imunisasi memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi, akhirnya berdampak pada peningkatan status kesehatan dan sumber daya masyarakat di masa depan.
dapat melemahkan vaksin polio yang diteteskan ke mulut bayi, sehingga
imunisasi polio tidak efektif. ASI yang keluar pada saat bayi umur 0 – 3 bulan banyak mengandung kadar zat antipoliomelitik yang dapat menetralisir virus
vaksin polio di dalam usus anak sehingga menghambat pembentukan zat antibodinya.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas
Selesai, terhadap 10 ibu yang datang untuk mengimunisasikan bayinya, terdapat 6 ibu yang langsung memberikan ASI kepada bayinya sesaat setelah bayi diberi
imunisasi polio.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan
Perilaku Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan
Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai.
b. Untuk mengetahui perilaku Ibu, apakah ibu langsung memberikan ASI atau tidak segera setelah bayi diberi imunisasi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai.
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu pasca imunisasi polio di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumber informasi serta bahan
masukan bagi dunia kesehatan mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.
2. Manfaat Apikatif a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku perkuliahan.
b. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan Ibu tentang
c. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi khasanah bacaan kepustakaan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan atau sumber data untuk peneliti selanjutnya yang berminat membahas masalah yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan tersendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian presepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui
mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007 hal 143).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007, hal. 144), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan
yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari kepada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya dengan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dari
pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
misalnya dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation)
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Umur
Umur sangat erat hubungannya dengan tingkat pengetahuan seseorang karena semakin bertambahnya umur manusia semakin banyak pula pengalaman atau pengetahuan yang didapat (Notoatmojo, 2007).
Menurut Manuaba (2012), Kelompok umur adalah sebagai berikut :
1. Usia < 20 tahun 2. Usia 20 – 35 tahun 3. Usia > 35 tahun
b. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat. Sehingga mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan dalam mencari pengetahuannya dan aspek kehidupannya. Tingkat pendidikan
mempunyai hubungan erat dengan sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Pendidikan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
persepsi seseorang lebih mudah menerima ide/teknologi baru (Notoatmojo, 2007). Menurut Salim (2012), jenjang pendidikan dikelompokan menjadi :
a) Pendidikan Rendah : SD
b) Pendidikan Menengah : SMP sederajat c) Pendidikan Atas : SMA sederajat
c) Pendidikan Tinggi : Perguruan Tinggi c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang
dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan
adanya hubungan sosial yang baik dengan baik. Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan
antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmojo, 2007).
d. Sumber informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan seseorang. Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita (Notoatmodjo, 2007).
Sumber informasi yang diperoleh seseorang dapat berasal dari : 1. Media massa
Media massa merupakan yang paling banyak memberikan informasi kepada
masyarakat. Informasi yang memerlukan dukungan data perlu dibantu dengan alat bantu media massa seperti : (a) Media cetak; (b) Media elektronik; (c) Media
papan / bill board (Notoatmodjo, 2007). 2. Keluarga / Kerabat
Keluarga atau kerabat mempunyai peran yang sangat penting yang dapat
dijadikan contoh. Karena pada umumnya ibu lebih percaya kepada keluarga atau kerabat untuk meningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
3. Tenaga Kesehatan
berhubungan baik. komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila ibu dekat
dengan petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2011).
4. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007 hal. 146).
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),atau bercakap-cakap, berhadap muka dengan orang tersebut (face to face). Jenis wawancara yang digunakan peneliti
adalah wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedomanberupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya (Notoatmodjo, 2005). b. Kuesioner
Menurut (Notoatmodjo, 2005) kuesioner disini diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden
(dalam hal angket) dan interview (dalam hal wawancara)tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan dengan tanda-tanda tertentu.dengan demikian kuesioner sering juga disebut “daftar pertanyaan” (formulir).
B. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi
dan komprehensif pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal – hal
yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk pengertian – pengertian imunisasi berikut ini (Maryunani, 2010 hal. 208) :
a. Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan pada penyakit itu saja. b. Imunisasi adalah pemberian imunitas (kekebalan) tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi manusia.
c. Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi Dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi antara umur 0 – 12 bulan, yang terdiri dari BCG, DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis
B (1,2,3), dan Campak (Pedoman penyelenggaraan Imunisasi, 2005 dalam Marimbi, 2010 hal. 109).
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan dalam pemberian imunisasi (Maryunani, 2010 hal. 209) antara lain : a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit – penyakit menular yang
sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
d. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan biasa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi
yaitu seperti campak, polio, difteri, tetatnus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC dan lain sebagainya.
3. Manfaat Imunisasi
Menurut Marimbi (2010, hal. 112), manfaat imunisasi sebagai berikut : a. Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak – kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
4. Jenis – jenis Imunisasi Yang Diwajibkan
Lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia 1 tahun
(Maryunani, 2010 hal. 215) adalah sebagai berikut :
a. Imunisasi BCG yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit TBC yang dilakukan sekali pada bayi usia 0 – 11 bulan.
b. Imunisasi DPT yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2 – 11
c. Imunisasi Polio yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit
polio yang diberikan 4 kali pada bayi 0 – 11 bulan dengan interval minimal 4 minggu.
d. Imunisasi Campak yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9 – 11 bulan.
e. Imunisasi Hepatitis B yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah
penyakit hepatitis B yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1 – 11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu.
C. Imunisasi Polio
1. Pengertian Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki (Maryunani, 2010 hal. 218).
Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio type 1, 2, atau 3. Struktur virus ini sangat sederhana, hanya terdiri dari RNA genom dalam sebuah capsid
tanpa pembungkus. Ada 3 macam serotype pada virus ini, type 1 (pv1), type 2 (pv2), dan type 3 (pv3), ketiganya sama-sama biasa menginfeksi tubuh dengan gejala yang sama. Penyakit ini ditularkan orang ke orang melalui fekal – oral –
route. Ketika virus masuk kedalam tubuh, partikel virus akan dikeluarkan dalam feses selama beberapa minggu. Gaya hidup dengan sanitasi yang kurang akan
pusat, akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem saraf motoric,
hal ini menimbulkan kelemahan otot dan kelumpuhan (lumpuh layu akut = acute flaccid paralysis/AFP). Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot
dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian biasa terjadi jika otot – otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani (Proverawati dan Andhini, 2010 hal 55).
Virus umumnya ditemukan di daerah tenggorokan dan tinja sebelum timbulnya gejala. Satu minggu setelah timbulnya penyakit, virus terdapat dalam
jumlah kecil di tenggorok, tetapi virus berbiak terus menerus dan dikeluarkan bersama tinja selama beberapa minggu. Virus menembus jaringan limfoid setempat, masuk kedalam pembuluh darah kemudian masuk ke system saraf pusat
(Hadinegoro, 2011 hal 265).
Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan air
liur penderita polio yang masuk kemulut orang sehat. Masa inkubasi virus antara 6 – 10 hari. Setelah demam 2 – 5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan
mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tidak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah imunisasi polio akan memberikan
kekebalan terhadap serangan virus polio (Marimbi, 2010 hal 154).
Menurut Erinakia (2005 dalam Widayati 2009 ¶ 8), Ikatan Dokter Anak
rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak empat kali dengan
interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1 tahun, 5 tahun dan usia 15 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah.
2. Pemberian Imunisasi
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio masal dan Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan
tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi (Maryunani, 2010 hal. 218).
3. Usia Pemberian Imunisasi Polio
Waktu pemberian polio adalah pada umur 0 – 11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan. Kecuali saat lahir,
pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan DPT (Maryunani, 2010 hal. 219). Vaksin polio oral diberikan kepada semua bayi baru lahir sebagai dosis awal, satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 mL). Kemudian dilanjutkan dengan imunisasi
dasar OPV/IPV mulai umur 2 – 3 bulan yang diberikan tiga dosis berturut – turut dengan interval waktu 6 – 8 minggu. Imunisasi dapat diberikan bersama – sama
waktunya dengan DPT (Hadinegoro, 2011 hal. 277).
4. Cara Pemberian Imunisasi Polio
Cara pemberian imunisasi polio melalui oral/mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/ OPV). Diluar negri cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV) (Maryunani, 2010 hal. 219).
5. Cara Pemberian dan Dosis
setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada
saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. Adapun cara pemberian imunisasi polio menurut Proverawati dan Andhini (2010, hal. 57) :
a. Orang tua memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke belakang.
b. Mulut bayi dibuka hati – hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi bayi dengan jari – jari.
c. Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan alat
tetes menyentuh bayi.
6. Efek Samping
Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami
pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang (Maryunani, 2010 hal. 219).
7. Kontra Indikasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38˚ C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit
gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker, sedang menjalani pengobatan steroid dan
8. Tingkat Kekebalan
Tingkat kekebalan hingga 90 %.
9. Pencegahan Polio
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan (Hadinegoro, 2011 hal. 271) adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan Hygine
Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus, maka hygine
makanan dan minuman sangat penting. b. Imunisasi Polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap penyakit
polio dengan menggunakan Vaksin Polio Oral (OPV). OPV sangat bermanfaat pada saat KLB, karena selain menimbulkan kekebalan humoral dan local pada usus resipien juga mempunyai “community effect” yaitu virus vaksin yang
berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya, sehingga jangkauan imunisasi makin meluas. Selain itu virus vaksin yang berbiak akan menutup
PVR (Polio Virus Receptor) di usus selama 100 hari, sehingga virus polio liar tidak dapat menempel dan menimbulkan infeksi.
10. Diagnosis Laboratorium
Diagnosis laboratorium menurut Notoatmodjo (2007, hal. 266) sebagai berikut :
kelumpuhan. Isolasi virus dari cairan sebrospinal sangat diagnostik,
tetapi hal itu jarang digunakan.
b. Bila virus polio dapat disolasi dari tinja seorang dengan paralisis
flaksid akut harus dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan cara oligonucleotide mapping (finger printing) atau genomic sequencing untuk menentukan apakah virus tersebut termasuk virus liar atau virus
vaksin serta serotipnya.
c. Pengukuran neutralizing antibody jarang dilakukan kecuali pada kasus
yang sulit. D. Poliomelitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari
tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3.Penyakit polio adalah lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis) yang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 15 tahun.Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia
(tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa
terjadikarena kelumpuhan otot-otot pernafasan dan tidak segera ditangani (Depkes RI, 2006).
E. Antipoliomelitik dalam ASI
ASI mengandung zat antipoliomelitik yang dapat mempengaruhi efektifitas vaksinasi polio dengan OPV (Oral Polio Vaksin). Hasil pemeriksaan ASI
sesaat sebelum dan sesudah divaksinasi dengan OPV, karena pada saat tersebut
zat antipoliomelitik sudah tidak ada dalam ASI (atau kalaupun ada sangat rendah, sehingga tidak mampu untuk menetralisir virus vaksin dalam usus anak)
(Gondrowahyuhono, et all, 2002 dalam Widayati, 2009).
F. Keuntungan ASI
Menurut Bahiyatun (2009), adapun keuntungan dari ASI adalah sebagai
berikut :
1. Mengandung zat antivirus polio. Kandungan zat antipoliomyelitis yang
dapat mempengaruhi vaksinasi polio yang diberikan secara oral (Oral Polio Vaksin)
a. Masa laktasi 2 – 6 hari (kolostrum)
1) Kandungan zat antipoliomilitis paling tinggi
2) Kandungan zat antipoliomilitis tipe 1, 2, sebesar 92,1 % 3) Kandungan zat antipoliomilitis tipe 3 sebesar 15,8 %
b. Masa laktasi pada bulan ke 4
1) Kandungan zat antipoliomilitis tipe 3 mengalami penurunan
2) Kandungan zat antipoliomilitis tipe 1 sebesar 7,8 % 3) Kandungan zat antipoliomilitis 1 dan 3 sebesar 15,8 % c. Masa laktasi bulan ke 5
Kandungan zat sudah tidak ada lagi dalam ASI. Beberapa pendapat dari penyelidikan terdahulu mengemukakan bahwa anak yang akan
mendapat imunisasi polio dianjurkan untuk tidak diberi ASI 2 jam sebelum dan sesudah mendapat vaksin.
1) Dalam ASI terdapat zat penghambat yang dapat menetralisir virus
polio didalam traktus intestinalis bayi yang berumur 6 minggu.
2) Kadar zat antibody dalam ASI dan sisa cairan amnion yang ditelan
bayi akan mempengaruhi pemberian OPV.
G. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007, hal. 132) seorang ahli dalam
perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsangan (stimulus) tanggapan dan respon.
Menurut Kwick dalam Notoatmodjo (2007, hal. 138) menyatakan bahwa
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dipelajari.
2. Prosedur Pembentukan Perilaku
a. Melakukan identifikasi tentang hal – hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa hadiah – hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan
dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen – komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
c. Dengan menggunakan secara urut komponen – komponen itu sebagai tujuan – tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk
masing – masing komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar objek tersebut. Menurut Notoatmodjo (2007, hal. 135) Respons ini berbentuk dua macam, yakni :
a. Bentuk Pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Perilaku ini disebut
covert behavior karena perilakunya masih terselubung.
b. Bentuk Aktif adalah apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Perilaku ini disebut overt behavior karena perilakunya sudah tampak dalam bentuk nyata.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap
merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus
(practice) adalah overt behavior.
4. Proses Adopsi Prilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974, dalam Notoatmodjo 2007 hal 144)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengerti lebih dahulu terhadap objek.
c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini terjadi sikap responden sudah lebih baik. d. Trial (mencoba), dimana subjek telah mencoba perilaku baru.
e. Adoption (adopsi), dimana subjek telah mencoba perilaku baru sesuai dengan pengetahuan.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi prilaku melalui proses ini, dimana didasari oleh
pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo,
2007 hal. 144).
Hubungan yang dipengaruhi pengetahuan terhadap perilaku menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas,
sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2003 hal. 164).
5. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan
Menurut Becker (1979 dalam Notoatmodjo, 2007 hal. 139) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior)
sebagai berikut:
a. Perilaku kesehatan yaitu hal – hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.
b. Perilaku sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini juga
kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha – usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sidk role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
G. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 hal.
128).
Menurut Herawati (2007, dalam Widayati 2009 ¶ 23), Pengetahuan ibu
tentang imunisasi akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Imunisasi tanpa didukung dengan kesadaran masyarakat tidaklah akan berarti, tentunya akan banyak kendala untuk mencapai target 100%.
Menurut Sunaryo (2004, dalam Widayati 2009 ¶ 24), sikap individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang
bersangkutan sehingga jika ibu mengerti perilaku pasca pemberian imunisasi polio maka setelah diberi imunisasi polio bayi tidak akan langsung diberi ASI.
Menurut Rahayu (2006, dalam Widayati 2009 ¶ 26) umur merupakan ciri dari
kedewasaan fisik dan kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan pengambilan keputusan,mulai umur 21 tahun secara hukum dikatakan mulai masa dewasa dan pada umur tiga puluh tahunan telah mampu menyelesaikan masalah
dengan cukup baik, jadi stabil dan tenang secara emosional. Jadi ibu yang lebih muda kemampuannya lebih baik daripada yang lebih tua tentang perilaku pasca
pemberian imunisasi polio.
Menurut Kasnodihardjo (2006, dalam Widayati 2009 ¶ 27) pendidikan seseorang berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan
keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih
seseorang. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini berjudul : “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca
Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014” adalah sebagai berikut :
Bagan : 3.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan :
Yyy : Yang diteliti : Yang tidak diteliti
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : Pengetahuan Ibu
Tentang Imunisasi Polio
Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi
Polio
Pada bayi umur 0 – 3 bulan
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan
C. Defenisi Operasional No Variabel
Penelitian
Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur
Hasil Ukur
1 Independen: Pengetahuan
ibu tentang imunisasi
polio
Informasi yang didapat oleh ibu
yang ber hubungan dengan pengertian
imunisasi polio, indikasi, kontra indikasi, cara
pemberian dan efek samping dari
imunisasi polio.
Kuesioner Ordinal Dikategorikan:
Baik: Bila jawaban
benar antara (76%-100%)
Cukup: Bila jawaban benar antara (56% -75%)
Kurang: Bila jawaban benar (<55%)
2 Dependen: Perilaku
pasca pemberian Imunisasi
Polio
Tindakan ibu dalam pemberian ASI,
apakah ibu langsung memberikan ASI atau tidak pada bayi
umur 0 - 3 bulan sesaat setelah bayi di
imunisasi polio.
Kuesioner Nominal Jawaban Ya dan Jawaban Tidak
Dikategorikan: Baik: Bila jawaban Tidak.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatan
dilakukan pada suatu saat atau sekali waktu. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku
ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang wilayah kerja puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi menurut Sugiono adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang datang mengimunisasikan polio bayinya di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai selama
bulan maret sampai juni tahun 2014 sebanyak 115 orang. 2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian ibu yang mengimunisasikan polio pada bayinya di Puskesmas Selesai Kab. Langkat pada bulan maret – juni tahun 2014.
Rumus menentukan sampel :
n = ___ 1 + N (d²)
Keterangan :
N : Besar Populasi n : Besar Sampel
d : Tingkat kepercayaan dan ketetapan yang diinginkan (0,1) n = __
1 + 115 (0,01) 115_____
n = __115 2,15
___
n = 53, 48 = 54 Sampel. 3. Teknik Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (sampling
bertujuan) yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan – pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2007 hal. 97).
4. Kriteria Retriksi 1. Kriteria inklusi
a. ibu - ibu yang datang untuk mengimunisasikan polio bayinya umur 0 - 3 bulan. b. bayi yang berumur 0 – 3 bulan yang dinyatakan sehat untuk mendapatkan imunisasi polio.
c. ibu - ibu bersedia menjadi responden atau subjek penelitian. 2. Kriteria eksklusi
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Mancang. Wilayah kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat .
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat pada bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2014.
E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan, manfaat, dan
prosedur pelaksanaan penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian ini tidak merugikan responden. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk
menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden
juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument tetapi menggunakan inisial. Data
yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul menjadi
F. Alat Pengumpulan Data
Dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian dengan terlebih dahulu memberi penjelasan pada responden tentang tujuan penelitian dan
penjelasan singkat tentang kuesioner – kuesioner yang diberikan berbentuk pilihan dimana jawaban benar atau salah telah disediakan dan responden hanya memilih satu diantaranya yaitu sesuai dengan pengetahuannya dan pada lembaran
kuesioner akan ada terlampir surat persetujuan sebagai responden formulir karakterisitk responden.
Data karakteristik responden yang harus dilengkapi oleh responden meliputi umur responden, pendidikan, dan pekerjaan, dan surat persetujuan yang ditanda tangani oleh responden.
G. Uji Validitas Dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Instrument ini telah teruji validitasnya. Uji validitas telah dilakukan dengan
cara content validity yang diuji oleh Master Kebidanan. 2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas telah diujikan kepada 10 responden yang diteliti dan data dianalisa dengan uji Cronbach's Alpha. Dengan hasil nilai r hitung > r tabel yaitu 787.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Data Primer yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument
penelitian dengan terlebih dahulu memberi penjelasan pada responden tentang tujuan penelitian dan penjelasan singkat tentang kuesioner-kuesioner yang diberikan berbentuk pilihan dimana jawaban benar atau salah telah disediakan dan
I. Analisa Data
Analisa data bertujuan untuk membuktikan apakah ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent dilakukan analisa uji statistik
square yang di olah menggunakan komputerisasi, sebelum dilakukan uji chi-square analisa terlebih dahulu secara bertahap yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisis ini yaitu analisis satu variabel yang digunakan untuk memperoleh gambaran karakteristik responden, pengetahuan ibu tentang imunisasi polio
dan perilaku ibu pasca imunisasi polio dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan.
2. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square karena skala datanya ordinal dan nominal,
tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95% atau α = 0,05, dengan ketentuan :
- ρ value > nilai α = 5%, maka Ho diterima. - ρ value < nilai α = 5%, maka Ho ditolak.
Statistik Chi Square secara komputerisasi (SPSS) ver-16,00 dengan
kemaknaan signifikan p 0,05. Hasil analisa dikatakan bermakna bila p < 0,05, artinya terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca
pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.
Selama penelitian telah dihimpun 54 ibu yang datang untuk mengimunisasikan polio pada bayi nya berumur 0 – 3 bulan, yang menjadi subjek penelitian yang dipilih dan sesuai berdasarkan kriteria dari peneliti.
1. Analisis Univariat
a) Karakteristik Demografi Ibu
Karateristik responden ibu yang datang untuk mengimunisasikan polio pada bayi nya di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat
Tabel 5.1.
Distribusi Karakteristik RespondenIbu Yang Datang Untuk Imunisasi Polio Pada Bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja
Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014
Karakteristik Demografi Ibu f %
1. Usia <20 tahun 20 – 35 > 35 tahun
13 35 6 24,08 64,81 11,11
Total 54 100
2. Pendidikan SD SMP SMA PT 9 18 23 4 16,67 33,33 42,60 7,40
Total 54 100
3. Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 29 25 53,70 46,30
Total 54 100
4. Sumber Informasi Media Massa Keluarga Petugas Kesehatan 14 8 32 25,93 14,81 59,26
Total 54 100
bulan,yaitu usia ibu mayoritas berusia 20-35 tahun yaitu 35 orang(64,81%).
Pendidikan ibu mayoritas SMA yaitu 23 orang (42,60%).Pekerjaan ibu mayoritas tidak bekerja yaitu sebanyak 29 orang (53,70%).Sumber informasi mayoritas di
dapat dari petugaskesehatan yaitu sebanyak 32 orang (59,25%). b) Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio
Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di desa Mancang Wilayah Kerja
Puskesmas Selesai, Kab. Langkat dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Di Desa Mancang Wilayah Kerja
Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014
No Pengetahuan Ibu F %
1
2 Kurang Baik 38 16
70,38 29,62
Total 54 100
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data mengenai pengetahuan ibu tentang
imunisasi polioadalah mayoritas memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 38 orang (70,38%)
c) Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi
Perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi nya di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kab, Langkat Tahun 2014 dapat
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja
Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014
No Perilaku Ibu Pasca Imunisasi Polio F % 1
2
Kurang Baik
41 13
75,93 24,07
Total 54 100
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data mengenai perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi adalahdari 54 responden
mayoritasberperilaku kurang sebanyak 42 orang (77,78%). 2. Analisis Bivariat
a) Hubungan pengetahuan dan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio
Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu
Tabel 5.4.
Hubunganpengetahuan ibutentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah
Kerja Puskesmas Selesai Kab, Langkat tahun 2014
Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio
Perilaku Ibu Pasca
Pemberian Imunisasi Polio
Total value hitung
value tabel
Baik Kurang
F % f % f % 0,000 0,05
Kurang
Baik 13 24,07
38 3 70,38 5,55 38 16 70,38 29,62
Total 13 24,07 41 75,93 54 100,0
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu yang datang ke puskesmas untuk mengimunisasikan polio pada bayi nya berpengetahuan kurang
yaitu sebanyak 38 orang (70,38%), yang berperilaku kurang di desa mancang wilayah kerja puskesmas selesai sebanyak 41 orang (75,93%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact dengan
taraf signifikan 5% (0,05)diperoleh nilai p = 0,000. Sehingga hasil yang didapat adalah p<0,05 maka ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi poliodengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayidi desa mancang wilayah kerja puskesmas selesai, Kab, Langkat tahun 2014.
B. Pembahasan
1. Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kab, Langkat Tahun 2014
Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data yang dapat dilihat bahwa dari 54 responden mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 38
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut asumsi peneliti dari penelitian ini pengetahuan ibu yang
mengimunisasikan polio pada bayinya mayoritas berpengetahuan kurang dikarenakan kurangnya rasa keingin tahuan dan kepedulian ibu tersebut terhadap
informasi tentang imunisasi polio.Maka dianjurkan kepada seluruh ibu agar selalu aktif dalam mencari informasi tentang imunisasi polio.
a. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh data dari 54 responden dapat dilihat bahwa 13 responden yang berumur < 20 tahun mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 12 responden (22,22%), dari 34 responden berumur 20-35 tahun
mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 22 responden (40,74%), dan dari 6 responden berumur > 35 tahun mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 4
responden (7,41%).
Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa umur sangat erat
hubungannya dengan tingkat pengetahuan seseorang karena semakin bertambahnya umur manusia semakin banyak pula pengalaman atau pengetahuan yang didapat.
penelitian ini terdapat 6 ibu pada umur > 35 tahun mayoritas berpengetahuan
kurang yaitu sebanyak 4 responden (7,41%) hal ini disebabkan karena pada umur ini ibu terkesan lebih tidak peduli dalam mencari informasi karena ibu lebih
berfokus dalam mengurusi tentang keadaan keluarganya.
b. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dari 54responden. Dapat
dilihat bahwa 9 responden yang berpendidikan SD mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden (16,67%), dari 18 responden berpendidikan SMP
mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 14 responden (25,92%),dari 23 responden yang berpendidikan SMA mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 14 responden (25,92%), dan dari 4 responden yang berpendidikan PT
mayoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak 4 responden (7,41%).
Menurut Notoatmojo (2007) Pendidikan secara umum adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat. Sehingga mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan dalam mencari pengetahuannya dan aspek kehidupannya. Tingkat
pendidikan mempunyai hubungan erat dengan sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang lebih mudah menerima ide/teknologi baru.
Menurut asumsi peneliti tidak ada kesenjangan dengan Notoatmodjo yaitu dengan adanya pendidikan seseorang semakin tumbuh dan berkembang melalui
Sehingga rendahnya pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuannya pun
semakin rendah, karena yang berpendidikan rendah cenderung lebih sulit untuk memahami sesuatu hal atau menerima informasi begitu juga sebaliknya semakin
tinggi pendidikan seseorang cenderung lebih mudah menerima informasi dan lebih mudah memahami sesuatu hal ini mempengaruhi wawasan mereka,
pendidikan juga akan mempengaruhi pola pikir serta sikap dan tindakan ibu.
c. Pengetahun Ibu Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari 54
responden, 25 responden yang bekerja mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 13 responden (24,07%), dan dari 29 responden yang tidak bekerja mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 26 responden (48,14%).
Menurut Notoatmojo (2007) Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri, dan pegawai swasta dalam semua bidang
pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan baik.Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia,
pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk
menghindari masalah kesehatan.
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian tidak ada kesenjangan dengan Notoatmojo yakni dimana dari hasil penelitian diperoleh responden berpengaruh
didapat dan diperoleh ibu. Dapat dilihat dari hasil penelitian ibu yang bekerja
sebanyak 25 responden dan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 13 responden (24,07%) hal ini disebabkan ibu yang bekerja banyak berinteraksi
dengan orang sekitar tempat bekerja karena mereka akan saling bertukar informasi dan pengetahuan yang mereka peroleh. Sehingga tingkat pengetahuan ibu pun semakin tinggi. Sedangkan ibu yang tidak bekerja mayoritas berpengetahuan
kurang sebanyak 26 responden (48,14%) hal ini terjadi karena ibu yang tidak bekerja tidak banyak memperoleh informasi karena ibu tidak banyak berinteraksi
dengan orang – orang diluar lingkungan rumahnya sehingga pengetahuan ibu tidak banyak berkembang karena ini ibu yang tidak bekerja pengetahuannya
kurang baik dibandingkan ibu yang bekerja.
d. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Sumber Informasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh data dari 54 reponden ibu
hamil, dapat dilihat bahwa 18 responden yang memperoleh informasi dari media massa mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 11 responden (20,37%), dari 10 responden yang mendapat informasi dari keluarga berpengetahuan kurang
sebanyak 6 responden (11,11%), dan dari 32 responden yang mendapat informasi dari petugas kesehatan berpengetahuan kurang sebanyak 21 responden (38,89%).
Menurut Notoatmojo (2007) Sumber informasi adalah segala sesuatu yang
menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan seseorang. Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara
Menurut asumsi peneliti hal ini ada kesenjangan dengan Notoatmojo
(2007) yakni sumber informasi yang diperoleh responden tidak mempengaruhi pengetahuannya. Teori mengatakan semakin baik sumber informasinya akan
semakin baik pula pengetahuan seseorang. Contohnya sumber informasi dari tenaga kesehatan akan sangat baik dalam memberikan informasi tentang imunisasi polio karena petugas kesehatan merupakan orang yang telah terlatih dan orang
yang dipercaya oleh masyarakat dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat akan mengikuti anjuran – anjuran yang disarankan tenaga kesehatan.
Tetapi hasil yang didapat peneliti responden yang mendapat informasi dari tenaga kesehatan mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 21 responden (38,89%). Hal ini mungkin disebabkan karena ibu mengabaikan informasi yang disampaikan
tenaga kesehatan.
2. Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kab, Langkat Tahun 2014. Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayotitas ibu yang mengimunisasikan polio pada bayinya di Puskesmas Selesai tahun 2014
berperilaku kurangpasca pemberian imunisasi polio pada bayinya yaitu sebanyak 41 orang (75,93%). Salah satu faktor yang mempengaruhi
perilakuadalahpengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas ibu yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 38 orang (70,38%), 13 orang (24,07%) berperilaku baik pasca pemberian imunisasi polio pada bayi.Jadi
Menurut asumsi peneliti responden mayoritas berperilaku kurang
disebabkan karena pengetahuan nya yang kurang juga atau ibu yang mengabaikan pengetahuan yang ia dapat dari tenaga kesehatan. Contohnya tenaga kesehatan
yang memberikan informasi mengenai imunisasi polio dengan pemberian ASI tetapi ibu tidak memperdulikan informasi yang didapatnya, kemungkinan karena
ibu sibuk mengurusi keluarga dan rumah tangganya.
3. HubunganPengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab, Langkat Tahun 2014.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku
dimana didapati mayoritas ibu yaitu ibu yang berpengetahuan baik dan berperilaku baikpasca pemberian imunisasi polio pada bayinya sebanyak 13 orang
(24,07%), dan mayoritas ibu yang berpengetahuan kurang dan berperilaku kurang sebanyak 38 orang (70,38%).
Hal ini sesuai dengan penelitian Widayati (2009) terkait dengan hubungan
pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku pasca imunisasi polio pada bayi di RB An-Nissa Surakarta yang didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu pasca imunisasi polio dibuktikan dengan p value 0,0001.Maka hasil penelitian ini yang dijadikan tolak ukur dalam menyelesaikan pembahasan sebagai hasil akhir bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai
Menurut asumsi peneliti tidak ada kesenjangan antara penelitian yang
dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya terkait dengan hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku
ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi. Hal ini dibuktikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 maka terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku.
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah keterbatasan waktu penelitian dan
aspek lain yang menghambatn penelitian. Jumlah sampel yang kecil telah dipertimbangkan sebelumnya oleh peneliti.Waktu penelitiaan yang terbatas
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian
imunisasi polio pada bayi di Desa Manc