• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Volume Tegakan Dengan Peubah Potret Udara Sebagai Alat Inventarisasi Hutan Hujan Tropis Studi Kasus Di Muarakaman Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Volume Tegakan Dengan Peubah Potret Udara Sebagai Alat Inventarisasi Hutan Hujan Tropis Studi Kasus Di Muarakaman Kalimantan Timur"

Copied!
292
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)

HUBUNGAN ANTARA

VOLUME

T E P A W ~DENGAH

I

PEUBAH POTRET

U D A R ~

SEBA~AI'ALAT

INVENTARISASI H U T M

HUlAN

TROPIS

/::: -

..%

Studi

Kaqw

,, .

dl

'drrakaman

oleh

MULJADI ATMOSOEMARTO

PROGRAM

PASCASARJANA

INSTITUT PERTASIAN BOGOR

(150)

HUBUNGAN ANTARA VOLUME TEGAKAN DENGAN

PEUBAH POTRET UDARA SEBAGAI ALAT

INVENTARISASI

HUT^ HUJAN

TROPIS

Studi

Kasus

di

~ u g a k a i n a n

Kalimantan Tirnur

oleh

Muljadi Atmosoemarto

Disertasi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Doktor

pada Program Pascasa jana, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUD1 ILMU PENGETAHUAN KEHUTANAN

PROGRAM PASCASARJANA

(151)

RINGKASAN

MULJADI ATMOSOEMARTO. Hubungan Antara Volume Tegakan dengan

Peu bah Potret Udara Sebagai Alat Inventarisasi Hutan Hujan Tropis, S tudi Kasus

di Muarakaman Kalimantan Timur. Bimbingan dilakukan oleh Prof Dr. Ir. RUBINI

ATMAWIDJAJA, M.Sc. sebagai ketua, Dr. ARIS PONIMAN

KERTOPERMONO, Dr. JON SUDIONO, MES, PROF. Dr. Ir. HERMAN

HAERUMAN Js, MF, dan Dr. Ir. ENDANG SUHENDANG, MS sebagai

anggota.

Penetitian ini bertujuan untuk memperoleh bentuk model penduga volume

tegakan hutan dengan potret udara berdasarkan hubungan antara volume tegakan

dengan peubah-peubah penutupan tajuk, banyaknya tajuk, diameter tajuk rata-rata

dan tinggi tegakan rata-rata dan wujud stratum atau sub-populasi yang dapat dipa-

kai untuk setiap model tersebut.

Pembentukan model dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu tanpa

stratifikasi dan dengan stratifikasi. Stratifikasi dilakukan berdasarkan kriteria :

a. Lereng yang dibagi menjadi klas lereng: 0%

-

8% (Ll), 8%

-

15% (LZ),

15%

-

25% (L3), 25%

-

45% (L4) dan > 45% (LS) sehingga diperoleh stra- ta hutan L 1, L2, L3, L4 dan L5.

b.

Tinggi tempat dari permukaan laut yang dibagi menjadi Mas tinggi 0 m

-

40 m (T 1 ), 40 m

-

80 m (TZ), 80 m

-

120 m (T3) dan 120

m

-

160 m (T4), sehingga diperoleh strata hutan T 1, T2, T3, dan T4.

c. Arah lereng atau aspek yang dibagi menjadi empat klas, yaitu arah 45"

-

135"
(152)

Penelitian dilakukan pada areal hutan hujan tropis di wilayah Muarakaman

Kalimantan Timur. Pengambilan contoh dilakukan dengan teknik pengambilan

contoh dua tahap dari areal hutan yang telah distratifikasi dengan bantuan potret

udara berdasarkan kriteria penutupan tajuk (C), tinggi pohon (H) dan diameter

tajuk (D). Tahap pertarna memilih contoh berupa titik klaster sebanyak 38 (n)

buah yang penempatannya dalam stratum sebanding luas masing-masing stratum.

Tahap kedua mernilih contoh sebanyak 4 plot pada setiap titik klaster dengan luas

setiap plot 0.2 ha.

Data pengamatan dipakai untuk pembentukan model. Untuk hutan dengan

stratifikasi, data dikelompokkan berdasarkan kriteria lereng, tinggi tempat dari

permukaan laut dan arah lereng. Tiga macam model (linier, perpangkatan dan eks-

ponensial) dicoba pada hutan tanpa stratifikasi dan pada setiap stratum yang

terbentuk.

Model volume tegakan potret udara diuji melalui beberapa tahap pengolahan

dan pengujian, yaitu penjelajahan data, pendugaan parameter model, pernilihan

model serta pengujian keterandalan dan keabsahan model. Pendugaan parameter

model dilakukan dengan metode jumlah kuadrat terkecil, sedang pengujian keter-

andalan model dilakukan berdasarkan kriteria koefisien deterrninasi (R2), pengujian

koefisien regresi, bentuk sebaran sisaan dan Cp-Mallow. Pengujian keabsahan

model dilakukan dengan prosedur jacknife dengan kriterium nilai tengah kuadrat

simpangan terkecil.

Dari hasil analisis ternyata bahwa model-model pada hutan tanpa stratifikasi

menghasilkan

R'

yang rendah, sedang pada hutan dengan stratifikasi model-model

rnenghasilkan RZ yang cukup tinggi, meskipun model-model tersebut berlainan. Hal

ini menunjukkan bahwa untuk pendugaan voiume tegakan hutan dam hujan tropis

(153)

Kriteria arah lereng untuk stratifikasi ternyata cukup efektif untuk pemben-

tukan model, dimana model yang dihasilkan merniliki tingkat keterandalan dan ting-

kat keabsahan yang tinggi. Selain itu, penafsiran dan pengukuran arah lereng pada

potret udara dapat dilakukan relatif lebih mudah daripada lereng dan tinggi ternpat,

sehingga stratifikasi dengan kriteria arah lereng menjadi efisien. Hubungan hng-

sional yang kuat antara volume tegakan hutan dengan peubah-peubah banyaknya

tajuk dan tinggi tegakan rata-rata bagi model-model pada kriteria arah lereng me-

nunjukican bahwa peubah-peubah tersebut dapat dipakai untuk rnenduga vohme

tegakan.

Bentuk model yang terpilih untuk setiap stratum hutan berdasarkan kriteria

arah lereng adalah:

1 . Stratum hutan A 1 (45"

-

13 5")

In y = -5.577

+

0.427 In

X,

+

2.491 In X4

(R2 = 67.40%)

2. Stratum hutan A2 (135"

-

225")

l n y = -6.267

+

0.59 In X2

+

2.399 In X4

(R2 = 79.29%)

3. Stratum hutan A3 (225"

-

3 15")

l n y = -6.762

+

0.482 In

5

+

2.891 In X4

4. Stratum hutan A4 (3 15"

-

45")

In y = -4.874

+

0.488 In

X,

+

2.208 In X4 (R2 = 82.44%)

dimana,

y = volume tegakan hutan per hehar dalam meter kubik (m')

X,

= jumlah tajuk per hektar
(154)

Dalam inventarisasi hutan alam hujan tropis sebaiknya dilakukan dengan ban-

tuan potret udara untuk membuat stratifikasi hutan berdasarkan arah lereng dan

menggunakan model volume tegakan potret udara yang sesuai dengan stratum hu-

(155)

Judul Penelitian : HUBUNGAN ANTARA VOLUME TEGAKAN DENGAN

PEUBAH POTRET UDARA SEBAGAI ALAT

INVENTARISASI

HUTAN

HUJAN TROPE

Studi Kasus di Muaralraman Kalimantan Timur

Nama Mahasiswa : W A D I ATMOSOEMARTO

Nomor Pokok : 89530

program

studi : Ilmu Pcngctahuan Kchutanan CIPK)

(Prof.

Dr.

Ir. Rubini Atmawidjaja, M. Sc.)

(Dr. Aris PO* Kertopermono)

0.

Jon Sudiono,

MES)

(Prof.

Dr.

Ir-Herman

Ha&

JS.
(156)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tulungagung pada tanggal 18 April 1940, anak sulung

dari sepuluh bersaudara dari ayah SAPARI ATMOSOEMARTO dan ibu HAJAH

SUJATM.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat Negeri Cam-

purdarat, Tutungagung tahun 1954. Pendidikan menengah ditempuh di Sekolah

Menengah Pertitma Negeri Tulungagung tahun 1957 dan Sekolah Menengah Atas

Blitar tahun 1960.

Pada tahun 1960 Penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia

Jurusan Kehutanan (sekarang Fakultas Kehutanan, IPB) dan menyeksaikan studi-

nya pada tahun 1965.

Pada tahun 1976 Penulis melaksanakan tugas belajar di Lnternational Institute

for Aerial Survey and Earth Sciences (ITC) di Negeri Belanda dan pada tahun 1978

memperoleh gelar Master of Science dalarn bidang Forest Survey dengan thesis

:"Construction of Local Aerial Volume Tables of Agathis lorcntt~olia SaJisb, in Ba-

turaden, Java, Indonesia".

Pada tahun 1989 Penuiis mengikuti program S3 pada Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor mengambil program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

(IPK). Dalam rangka menyelesaikan studi ini Penulis melakukan penelitian dengan

judul: "Hubungan Antara Volume Tegakan Dengan Peubah Potret Udara Sebagai

Alat Untuk Inventarisasi Hutan Hujan Tropis, Studi Kasus di Muarakaman Kali-

mantan Timur", dengan bimbingan dari Prof. Dr. Ir. Rubini Atmawidjaja, M.Sc. se-

bagai ketua dan Dr. Aris Poniman Kwtopemno, Dr. Jon Sudiono, MES, Prof. Dr.

Ir. Herman Haeruman Js, MF. d m Dr. Ir. Endang Suhendang, MS, sebagai

(157)

Pada t a h - i 1x4, setelah mmyeleaaikan Sarjana Muda, Penulis bekerja pada

Fakultas Kehutanan sebagai Asisten Perguruan Tinggi sampai tahun 1966. Tahun

1966 sarnpai tahun 1969 Penuiis bekerja pa& Pabrik Kertas Gowa di Sulawesi Se-

latan sebagai wakil kepala Departemen Hutan Borisallo. Tahun 1%9

sampai

tahun 1970 bekexja

di Dinas

Kehutanan Propinsi Kaljmantan Timur sebagai kepala Ba-

gian

-

P

Hutan dan tahun 1970 sampai tahun 197 1 sebagai Kepala Kesa-

hum

Pemsngkuan

Hutan IC&

di

Tanggercmg. Tahun 1971 sampai tahun 1975

bekerja di Tarakan sebagai Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan Bulongan Tengah.

Tahun 1975 sebagai Kepala Bagian Kearmnan Hutan di Kantor Dinas Kehutanan

Pmpinsi Daerah T i t I Kafimaatan Timur

di

Samarhda sampai

tahun

1978. Ta-

hun 1978 sampai 1979 bekerja di Direlctcmt Bina Program Direktorat Jenderal Ke- butanan

di

Bogor. Tahm 1979 sampai 1984 bekerja sebagai Kept& RIllRi

Planologi Kehutanan

VI

Maluku

-

lrian

Jaya di Biak. Tahun 1984 sampai 1987 se-

bagai Kepala Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan VII di Ujungpandang dan ta- hun 1984

sampgi

1989 sebagai Kepala Kantor Wilayah Departemem Kehutanan Pmpinsi Sulawesi Selataa

Tahun

1989

sampai

saat ini sebagai Widyaiswara

De-

(158)

KATA PENGANTAR

Indonesia merupakao salah satu negara yang mempunyai sumber daya hutan

h u j a n ~ s y a n g ~ s a r d i d u n i a d a n m e m p ~ p e r a n a n y a n g c u k u p b e s a r d a -

lam i~paya menjaga kekstarian - 1 hidup, perolehan devisa, perluasan ke-

-tan kerja, kesempatan berusaha clan dalam pemerataan kesejahteman rakyat

di sekitar hutan. Peranan ini akan &pat

dilakukan

dengan baik kalau dalam pelak-

sanaan pengelolaannytr diduZNng oleh data dan infmmasi yang lengkap, akurat dan gmtakb dari sumber daya hutan tersebut.

Data dan infbrmasi ini dapat diperoleh melalui kegiatan inventarisasi hutan. Untuk mqptahui data clan informasi dari hutan hujan tropis Indonesia yang

tersebar

di

h a m p seluruh pulau,

ti&

dapat dilakukan dengan hanya memgamM- bin inventarisasi hutan secara

terestris

saja, karena selain merlukan waktu dan

biaya

bessu,

data dan i n f m i yang dipemleh belum tentu merniliki trngkat

ke-

telitian dan kemutakhinin seperti yang d m g d a n

Sehubmgan dengan pmasadaban

di

atas, perlu diupayakan teknik

iaventarisasi hutan yang dapat mengetahui secara cepat, akurat dan mutakhir ten- tang potensi hutan. Salah satu cam untuk kepe!rluan

ini

adalah

m e q p u k m me- t& penginderaan jauh, dengan citra satelit dan atau pket udara. Dengan

bantuan potret udara,

keadaan

hutan dapt diketahui

m e u

peaaf$liran clan ke-

mudian diadakan stratifilmi yang berguna dahm meningbtkm efkktivitas dan efi-

siensi

dalam in-i

hutan.

Selanjutnya d i p e r l h model peahgmm potensi hutan berdasarican

peubah-

peubah yang dapat dilihat dan diukur dari potret udara selain penentuan cara strati-

(159)

Sehubungan dengan ha1

terslebvt

di

atas, dharapkan haail pglelitian yang

berjudul: "Hubungan Antara Vdurne T e g h Dengan Peubgh P M Udara Seba-

gal Alat Untuk benhxiwi Hutan Hujan Tropis, Studi Kasurs di Muadaman

Kdmantan Timur" berguna dalam medmnh peiaksanaan invedmhsi hu&n

(160)

Puji syukur

Penulis

panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

. .

yang telah d h q d a n sehingga Penulis dapat menyelesaikan peaeiitian dan penu-

lisan

disertasi

ini.

Penulis menyampahn ucapan tm' ' ih kepada semua pihak yang telah

rnembantu, baik moril mupun rnateriil, langsung atau tidak langaung kepada Pe-

&,

s e h Penulis m@ti kuljah, melaksanakan peditian, mengoM dan

mahis data serta p u l i s a n disertasi ini, sehrngga

P

d

dapat menyelesaikm

studi pada program Doktor (S3) di Program Pascasajana h s t h t Pert* Bogor.

(PPS

m).

Penghargaan

dan

ucapan terimakasih

Penulis

saq&an,

h

-

kepada :

1. Prof. Dr.

Ir.

Rubini Atmawidjaja, MSc sebaga~ Ketua Komisi Pembim-

bing, serta Dr. Aris Poniman Kertopemmm,

h

f

.

Dr. Ir. Hennas

Haeru-

man Js,

MF,

Dr. Jon Sudiono,

MES dan Dr.

Ir. Endang Suhendang,

MS

sebagai anggda Komisi Pembimbing, atas jerih payahnp dalam mem-

bimbing

Penulis

untuk menyelesaikan program S3, khususnya dalam penu-

lisan disertasi ini.

2. Menteri Kehutanan dan Sehtaris Jenderal Departemen Kehutanan atas

izin

dan

biaya yang telah diberikan kepada

Penulis

untuk menlpkuti pro-

gnunS3diPPSIPB.

3. Direktur clan seluruh Staf Pimpinan PPS IPB, Ketua Program IPK

dan

selu-

nh staf pengajar PPS IPB, atas segala bimbban clan

tmhmya;

serta se- hnuh staf administrasi PPS

IPB

atas segala pelayanamya =lama Penulis

mengikuti program S3 di PPS IPB.

4. Ketua Badan KooPdinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bak-)

dm Kepda Pusat Bina Apfikasi Iaderaja dan Sistem Inf-i G q y d b

pda Bakosurtad atas

izia

yang diberiknn

k

&

Penulis untuk menggu-
(161)

5. Direkai

dan

Pimpinan

PT

ITCI

di

lbuiugm rsog

blah

memberikan izin

untuk mcqyhkm pcotlitian

di

areal kerja I

T

l X I di Sencmi

-

Loleng wi- layah Mwrakaman Kalirnantan Tirmn.

6. D ~ B .

Razali

Yusuf, Dra Pummiqqih, h . 1 Nyaman

-

S

MSc.,

Sugito, Ir. Mustait, I-Iammkk

M.

Nuh dan G d a yang telah m a r b d a n

bantuan

cinlnm

pengumpulan data di

Iokaai

@tian

7 Ir. Teddy R d o m dan Ir. Suwandi yang

telah

membatu pengolahan

dan

&is data, penge-tihn naskah disertasi, pernbuatan gambar-gamk dan pernbuatao tabel-tabet

8. Iby

BapaL dan

][bu mextua dan

adik-adik

yang

blah

membe&m

d<xongan

4 m e n e q h program

S3.

9. Istri Penulia Nahdiah serta anak-anak Penulis, Billy Boma Muliawan,

Ou-

nawan W~&imm, dan Inda K-wardani yang telah dengan tulw mem- berikan &conga

dan

semangat

kepada

Penulis untuk menempuh

pros~arnDdctolr (S3) pada PPS

m.

Kepada semua pihak yang telah mernbantu Penulis telapi tidak Penulis sebut-

(162)

DAFTAR IS1

[image:162.540.39.477.18.737.2]

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR

...

...

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

...

DAFI'AR LAMPIRAN

I

.

PENDAHULUAN

...

Hipdesis

... ...--

...A.*.

-.

...

...

.

...

II

TINJAUAN PUSTAKA

...+...

Invenhhsi Hutan. ...

.

.

.

...

Inventarisasi Hutan dengan Citra P e q p d e m m Jauh

...-...

m

. KEADAAN LOKASI PENELITIAN ...

TV

.

METODE m l ' T L 4 . N ...

Kemangka Pelxmxhl Imdah.

...

...

Pengambilan Contoh

Strati.6kasi Tegakan H u h

...

...

...

Pembentukan Model

....

V . HASL ANALISIS ...

...

Keadaan Hu tan.

. .

...

Penjehjahan Data

(163)

Pembenbkm dan Pemilihan Model Volume Tegakan Potret

...

Udara

Hasil Uji Keabsahan dan Kernudahan Pemakaian Model ...

...

Uji Coba Model di Lapangan

...

PEME3AH.A SAN

.

...

Keadaan Lapangan dan H utan..

Perhitungan Volume ... ...

...

Pertelaan Hasil pemilihan Model dan Cara Pendekataonya

Model

Volume T mT e r p i b ...

P

Hasil Penefitian yang Dilakukan dengm

...

B

-e

il

P~nslitian yang

Sudah

I)llakukaa

Kemmgkhn Penerapan Hasil Peneli tian..

...

.-.

...

...

Kemtmgk.man Pengembangan Hasil dan Metode Penelit-

...

VII

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

K e f s h p h m

Satan. ...

.

.

.

...

DAFTAR PUSTAKA ... ...,.... ...

...

(164)

iI.

1 Hubmpn Antara Tinggi Tempat dan Thggi Tajuk Hutan di

Malaysia Barat..

.-

. . . -. . .. .

.

..

..

-.

--

.-. . . ---. . . ... . . .

-.

. . . . .-. . .

.

.

.

. 15

m.3 Banyaknya Curah hujm clan Hari Hujan

di

Wilayah

K a b p t e n Kuhi Tahun 1989 ... 38

rV. 1 Tabel Sidik Ragam .,...L...

.

..,...

...-+...

48 V. 1 Peimsatau, Penyetmrau

d m

Koefisien K e r a g m Data

.,...

55

V.2 K&i Linier Antar

Peubah..

. .

.

..

. .

-.. . .

..

.

.

. . . .. .

..

. . . .. .

.. .

. . 55

V.3 Model V d m Tegakan Potret Udam untuk

Hutan

Tanpa

StraUrasi

.. . .

.

.

. .

. . .

. . .

..

.

. . .

. .

. .-. .

. .

. . .

.

. . .

.

. .

. . .

.

. . .

. .

. . .

.

. . .

57

V.4 Modei Volume Tegakan Potret

Udara untuk

Strata Hutan

BerdasarkanIClasLereog

...

... ...*...*.... 59

V.5 Permgkat Peneainaan Model Strata Hutan

Berdasarkan

Kriteria Klas Lemmg-

...

.. ... ...-.

...*...

60

V.6 Model Volume

Tepkm

Potret Udara untuk Strata Hutan

Berdasarkan Tbqgg Tempat

...

... .... ...

6 1

V.7

Pwngkat

Penerimaan Model Strata Hutan Badasarkan

Kritena Tinggi Tempat

...

62

V.8 Model Volume Tegakan Pot& Udara untuk Strata Hutan

Berdawkau Arah Lereng

...

64'

V.9 Pamglrat Pmrimsan Model Strata

IMan

B e m h a h n

Kritena Arah

Lsreng.

... .

.

..

... ... . . . .. .

...

. . ..

....

..

....

...

..

.

..

!.

64

V. 10 Model Fungsi Volume Tegakan untuk Strata Hutan

B e d a d a m Krikia Klas Lereng

...

67

V . l l Model

F"8,

si Volume

.

. Tegakan \mtuk Strata Hutan 67

l3edwdcan tena Tlnggi Tempat..

.

. . .

.

.

.

.

. . .

.

.

. . .

..

.

.. . .

.

. . . -.

.

.

V. 12 Volume Tegakan Untuk Strata Hutan

Arah Lereng

... ....

...-....

...

.

...

.

67

V. 13 H a d Uji-t Volume Lapangan dengan Volume Model untuk

Strata Hutan

Berdasarkan

Kriteria Arah Lereng_ ... .... .... ... 6 9 [image:164.536.47.444.73.731.2]
(165)

Nomor

2 Frekuensi Nilai Terbaik dari Kriteria Stratifikasi

...

...

78

VI.

3 Korelasi Linier Antar Peubah Pada Stratum A 1 (45'

-

1 3 54.. 80

VI.4 Kisaran, Rataan, Ragam dan Koefisien K e r a g m Data

Peubah Bebas Pada Stratum A 1 ( 4 9

-

1354

...

8 1

W. 5 Korelasi Linier Antar Peubah Pa& Stratum A2 (1 3 5'

-

2259 8 1

VI.6 E(lsaran, Rataan, Ragam d m Koefisien Keragaman Data

Peubah Bebas Pada Stratum A2 (1 3 5'

-

2259.. .

.

. . . .

.

. . . 82

VI.7 Korelasi Linier

Ancar

Peubah

Pa& Stratum A3 (225'

-

3 158) 82 VI.8 ICkmn, Rataan, Ragam dan Koefisien Reragaman

Data

Peutaah Bebas Pada Stratum A 3 (225'

-

3159

...

83

VI.9 KoreEasi Linier Antar Peubah Pads Stratum A 4 (3 15'

-

4 9 . . 84

VI.10 Krsaran, Ratam, Ragam clan Koefisien Keragaman Data

Peubah Bebas Pada Stratum A 4 (3 15'- 459.. .

.

.

. .

..

.

. . .. . .

.

. . . .-. . 84

W.11 Ukuran Relayakan Model Sebagai Alat Penduga Volume

Tegakan untuk Kelompok Hutan Berdasarkan Kiiteria Arah

(166)
(167)
(168)

V. 1

Data

P e q y m h n

...

102 V.2 PexMmgan Volume dengan Angka

Bentuk

0.6 (Vod dan

&qym Tabel Volume Lokal 199 1

(Vd...

... 105

V.3 Pengujian Perhitungan Vdznne Pohon deqm

Beatuk 0.6 Di

-

...

EzEs%2

Tabel v01ume - d W F 1991 108

V.5 Nilai Tingkat EEehahn d m

Kern-

Model Pada strata

Hutan

Berdssarlran

=

Lereng

...

.

...-...-...*...-...-...-.-*.-

110

V.7 Keabsahan dan Kemudahan

Model Strata Hutan Ber* Kriterh 111

V.8 Data Pengamatan Lapangan

dan

Potret Udara Uduk U'i

Coba Model Strata Hutan

Berdasadcrtn

K r i h

An&

Lel?mg ... ...-... 112

P

V.9 Volume La- dengan Volum

-M o d e

l Terpilih untulr bria Arah Lereng..

....

113

VI. 1 Nama JBnis-Jenis Kayu Cti Lokasi Penelitian Senoni-Loleng

Muadaman Kalimantan Timur

...

114

VI.2 Tabel Sidik Ragam Model Pada Stratum Hutan A1 (45'

-

1359

...

12 1

VI.3 Tabel Sidik Ragam Model Pada Stratum Hutan A2 (135'

-

2259. ... 121

VI.4 Tabel Sidik

Ragam

Model P A Stratum Hutan A3 (225'

-

3 159

...

122 VI.5 Tabel

Sidik

Ragam Model Pada Stratum Hutan A4 (3 15'

-

[image:168.533.46.472.52.724.2]
(169)

I. PENDAHULUAN

Latar Bdakang

Hutan hujan tropis merupakan sumber daya dam anugerah Tuhan Yang Maha

Esa yang perlu dipertahankan keberadaannya

demi

kesejahteraan dan lingkungan hi-

dup umat manusia secara lestari.

Upaya-upaya untuk mempertahankan keberadaan sumber daya hlrtan telah se-

jak lama dilakukan oleh m t manusia

chn

meningkat pada akfiir-&I& ini. Manusia

menyadari bahwa dalarn waktu relatif pendek telah te jadi pe*an-perubahan

drastis di muka h m i sebagai akibat dari perbuatan manusia sendiri. Kerusakan-

kerusakan di darat dan di laut y q disebabkan oleh perbuatan rnanusia makin dira-

sakan a k h t n y a

Pada saat ini telah terjadi perubahan ikIim s e m a global yang disebabkan anta-

ra lain oleh penebangan-penebangan yang tidak memperdulikm kefestarian dan per-

ubahan penggunaan lahan hutan hujan tropis. Dari adanya pembakaraa dan

perubahan penggunaan lahan hutan ini telah terbentuk gas karbon dioksida seba-

nyak 2 milyar ton dan gas methan 70 milyar ton yang mempunyai efek gas rumah

kaca (Prins, 199 1).

Perubahan mutu lingkungan hidup sebagai akibat penggunaan dan pernro-

sesan sumber daya darn yang kurang bijaksana telah mulai meresahkan manusia.

Hal ini terungkap dalam pernyataan bersama pemimpin-pernimpin negara industri

pada pertemuan di Paris bulan Juli 1989. Dalam pertemuan ini mereka menyeru-

kan tindakan segera untuk mengatasi deplesi lapisan ozon di Stratosfer, menganjur-

kan usaha bersama untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan menyerukan

pemakaian energi lebih efisien melalui teknologi yang dipakai. Mereka menghim-

(170)

dan danau tahadap pencemaran serta melarang pembuangan sampah di m d e r a

dan iautan. Mereka bertekad dan terikat untuk melaksanakan dan mengawasi

peraturan-peraturan lingkungan secara ketat (Katili, 1989).

Indonesia merupakan

&ah

satu negara yang mempunyai sumber daya hutan,

terutama hutan hujan tropis yang terbesar di dunk selain Amazon dan lembab Zaire

dan mempmyai peranan yang cukup besar dalam upaya memeiihztra d m meningkaf-

kan kuditas lingkungan hidup.

Selain mempunyai peranan yang cukup besu dalm u p p mejaga kelestari-

an linghngan hidup, sumber daya hutan mempunyai peranaa yang cukup besar da-

lam perolehan devisa, perluasan kesempatan kerja, kesempatau berusaha,

pemerataan dan kesejafiteraan masyarakat di sekitx hutan. Manfaat

h

hujan

tropis Indonesia tidak hanya dirasakan oleh rakyat Indonesia, tet@ juga

okh

rakyat

dunia sebitgai paru-pani dunia, sumber bahan kebutuhan akan kayu atau h a d hutan

lainnya serta sumber plasma nutfah dunia. Sebagai garnbaran, perolehan devisa dari

ekspor kayu olahan dan hasil hutan lainnya pada periode 1989/1990 sebesar US $

3.5 mil yar dan periode 1 9901 1 99 1 sebesar US $ 4 rnilyar selain penerimam dari ber-

bagai pungutan sebesar Rp 467.116 juta pada 198911990 d m Rp 542.865 juta pada

199011 99 1 (Departernen Kehutanan, 199 1 ). Dengan demikian sumber daya hutan

merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang sangat potensial

yang harus dapat dirnanfaatkan secara rasional berdasarkan azas manfaat dan lesta-

ri. Peranan ini akan dapat dilakukan dengan

baik

kalau dalam pelaksanaan pengelo-

laannya didukung oleh tersedianya data dan informasi yang lengkap, akurat dan

mutakhir.

Informasi yang lengkap tentang sumber daya hutan sangat penting untuk pe-

nyusunan rencana pengelolaan yang tepat guna mendapatkan manfaat yang sebesar-

(171)

kuafitas dan penyebaran, tentang komposisi vegetasi, volume tegakan, iklim ser-

ta keadaan lapangan antara lain topografi dan geologi. Informasi ini dapat dipero-

leh dengan cara melakukan inventarisasi hutan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk

mendapatkm gambaran mengenai keadaan hutan secara menyeluruh, melalui tahap-

an pengumpulan dan pengolahan data untuk bahan analisis dan evduasi tentang

aspek-aspek fisik, biotis, ekonomis, sosio-ekonomis, dan ekologis serta institusi da-

lam pemmfiaatmnya.

Dsltam pelaksanaan inventarisasi hutan hujan trspis di Indonesia yang dilaku-

kan

secafa terestris terdapat beberapa kendala atau faktor pembatas, sehingga dapat

dikatakan bahwa inventarisasi hutan terestris bukanlah m a yang paling efisien un-

tuk

m y e d i a k a n informasi yang dy>erlukan. Sejalan

deagan

perkembangan iImu

dan teknologi, inventarisasi hutan dengan bantuan potret udara akan dapat mem-

bantu memperoleh informasi tentang keadaan hutan dengan lebih cepat, mutakhir

d m dengan tingkat ketelitian ymg cukup tinggi, terutama untuk data penutupan la-

han hutan dan potensinya.

Permasalahan

4

Hutan hujan tropis Indonesia mengalami k e r u s a k i yang disebabkan antara

lain oleh perladangan berpindah, perambahan hutan, dan penebangan kayu secara

tak terkendali. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya lahan kosong, lahan kritis,

dan lahan rusak di beberapa tempat dari areal hutan yang secara langsung akan me-

nuntnkan kuantitas

cfan

kualitas produksinya.

Sementara itu kebutuhan akan kayu dan hasil hutan lainnya semakin me-

ningkat sejalan dengan usaha pengembangan industri pengolahan hasil hutan guna

memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor, bertambahnya jumlah penduduk

(172)

Untuk mengetahui keadaan hutan hujan tropis Indonesia yang tersebar di

hampir sduruh pulau, kalau dilkukan dengan hanya mengandalkan inventarisasi

hutan secara terestris, memerlukan waktu dan biaya besar. Secara terestris tidak da-

pat diketahui secara pasti kawasan-kawasan hutan yang sudah tidak p r M i lagi,

karena tidak seluruh kawasan hutan dapat terjangkau. Kesulitan ini dapat diatasi

apzbila pelakanaan inventarisasi hutan dilaksanakan dengan memakai bantuan po-

tret d a r a

W b u n g a n dmgan permasalahan di atas perlu dilrpayakan teknik inventari-

sasi h t a n yang dapat mengetahui secara cepat dan a h a t tentang keadaan dan po-

twsi hutan. Sdah satu cara yang dapat dipakai untuk keperimn i~ addah dengan

mertggunakan bantuan potret udara. Dengan w a ini keadaan hutan dapat diketahui

secara menyelwuh dan dapat ditakukan stratifikasi yang berguna mtuk meningkat-

kan

efisiensi dalam penaksiran potensi hutan. Dengan model penaksiran potensi, in-

ventarisasi dapat dilakukan dari potret udara sedang kegiatan lapangan terbatas

pada kegiatan pemeriksaan hasil inventarisasi secara uji petik.

Manfaat Penelitian

Pada saat ini inventarisasi hutan pada umumnya diiakukan secara terestris

dengan berbagai tingkat intensitas pengarnbilan contoh (sampling), disesuaikan de-

ngan keperluannya. Untuk pembuatan rencana karya tahunan pengusahaan hu-

tan, intensitas sampling 100 persen, rencana karya lima tahun 25 persen, rencana

karya dua puluh tahun 1-2 persen dan untuk penilaian kemunglunan pengusa-

haan dilakukan dengan intensitas 0.2 persen.

Pada inventarisasi hutan terestris tidak dapat diketahui terlebih dahulu kea-

dam areal yang hendak diinventarisasi yang umumnya terdiri dari bagian yang ma-

sih berhutan, bagian yang tidak produktif atau tidak berhutan lagi, padang rumput,

(173)

kesukaran di lapangan, misalnya tidak dapat mendatangi lokasi hutan tertentu kare-

na terlalu curam, berawa-rawa terialu dalarn dan sebagainya atau dapat juga tejadi

lokasi yang diperkirakan masih b h u t a n ternyata sudah menjadi tanah Losong. Hal

ini &an menyebabkan h m b a h n y a walctu dan biaya p e l a k m inventarisasi

dan

m e m a n kurang efisiennya hasil yang diperoleh. Untuk mengatasi hal-ha1

tersebut di atas diperlukan upaya-upaya yang dapat menunjang pelaksanaan inven-

tarisasi h t a n , baik sarana maupun rnetdenya. Sesuai dengan pkemt,angan ilmu

d m t e b l o g i , pemakaian putret udara &an &pat rnembmtu pel&- invcntari-

sasi h t a n .

Pada inventarisasi hutan dengan mmggunakan p o t r e udara, d i & b penaf-

siran untuk mernbuat stratifrkasi hutan badasarkan kriteria kcahan tempat tumbuh

(Iereng, tinggi ternpat dari l~ermukaan laut clan

arah

krmg), a t m l a d a z m tegakan

hutan (kerapatan tajuk, diameter tajuk rata-rata dm tinggi tegakan rata-rata). Se-

lanjutnya dilakukan pengukuran peubah-peubah yang akan dipakai dalam model

pendugaan potensi hutan, yaitu penutupan tajuk, bmyaknya tajuk, diameter tajuk

rata-rata dan tinggi tegakan rata-rata.

Dari hasiI pengujian terhadap model-model pendugaan poterrsi hutan a k m

diperoleh model yang cukup efisien ditinjau dari segi ketelitian, kesederha-naan dan

kepraktisan penggunaannya dalam inventarisasi hutan. Pada gilirannya akan di-

peroleh data dan informasi yang akurat mrtuk perencanaan pernbangunan hutan

Y a w

mantap.

Tuiuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model penduga volume tegakan

dengan menggunakan peubah-peubah penutupan tajuk, banyaknya tajuk, diameter

(174)

wujud stratum atau su-i ymg tepat yang dapat dIpakai untuk setiap model

t u .

lA&ah-- untuk mencapai tujuan yang dimaksud, adahdx

I . P e q g m a a n pot& d a n untuk penafsiran

keadaan

hutan hujan tropis yang

melip& p e q e h m , putupan vegetasi dan kondisi bentang darat (sungai

jalan

dan

topogra-fi)

yang kemndian digunakan untuk membuat stratiiikasi.

2. P m ~ ~ d e a g a n t e k n i k ~ ~ ~ n ~

stage stratified cb&r sampfng".

3 Mencari bentrJk htlb\tttgan antarrt volume tegakan dari hasil pengdmm

di-

Lrpangan

dengan

*

peubah

potret Open- tajuk, banyaknya ta- dkmeter tdjnk

&-a

dm h g g i tegakan rata-rata).

4. Mencari kdeiia stra6fi;kssi M x i k diantara lrriteria strat5kasi lereng, ting-

gi tempat dari p e m a h m laut dan arah lereng.

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah :

1. Pada hutan hujan trapis terdapat hubungan yang kuat antara volume tegak- an dengan peubah-peubah yang dapat diukur dari potret udara (pen-

tajuk, bmyaknya tajuk,

cfiRmeter

tajuk rata-rata dan tin& t e g h rata-rata)

sehmgga peubah-pubah tessebut &pat dipeqpdmn mhk mdqp vo-

lume tegakannya.

2. Keadaan ternpat tumbuh rcing terdiri dari lereng,

tinggi

tempat dari permu-

kaan laut dan

arah

lereng &pat d i p h i d x g a i dasar dalam pembentuk-

an stratum atau sub-populasi untuk peahatan model matematika

yang

me- nyatakan hubungan antam volume tegakan dan peubeh potret udara dari hu-
(175)

Davis dan J o h m (1987) mendefinisikan tegakan sebagai gabungan dari

pohon-poh abu turn- lain yang t d p t dahm suatu daerah tertentu d m a-

kupseiagam d d a m ~ i ~ y-susunan a , umurdankeadammyayangda-

pat dibedakm dengan tudmbm ittin yang berada

di

sekitarnya. Istilah t e g b

ini

cti- untuk mxmm@m seMang l a b yang riecarrr geogntfis kckka-

taqseragamdan -luas&um yang cldmhhn dan di- un-

tukinmgdakan p e n g b h - menjadi tipe-tip tertentu.

Dabm penelititin ini kgakm cikdibn sebagai kumpulan pohon-&on yang

memi& keadaaan tempt tumbuh (iklim, h i & lapangan), komposisi jenis dan h & a t pertumbuhan

yang

sama

dan

beds pada mtu kesatuan

d

tertentu. .

Potensi tegakrm antara lain dapat dicirikaa dengm dimensi tegakan. Bnlce

dan

~ u t n a c k e r (1950), serta Loetsch, Zahter clan Haller (1973), dalam Suhendang

(1 990) mengemukakan beberapa macam dimansi tegakan, yaitu: volume per hektar,

peninggi, hggi pohm rata-rata, diameter pohm rata-rata dan kualitas batang

p o h .

Dimemi tegaka. yang akan diselidiki daiam pmelitian h i adalah volume p-

hon per hektar (m3h), yaitu volume pohm bebas cabang dengan kulit untuk

pohon-@on yang berdiameter 10 cm atau lebih.

Hutan adalah lahan yang tertutup oleh

turn*

krutaxna digunakan untuk
(176)

daa palem) dengan pohon-pohon yang mempunyai putupan tajuk

lebih

dari 20 %

dari lafian tersebut. Sedangkan pohon adalah tanaman tahnnan berkayu, t a m h h besar, mempunyai batang yang nyata yang men- tajuk terkdu (Remijn,

1975).

Davis dan Johnson (1987) mendefinisikan hutan sebagai laban yang mempu-

nyai atau dapat m e q u q i tumbuhan pohon

dan

dikelda secara z a e q d m h mtuk

mamipi hasil yang ada ldnmgawya dengan pohoa )tang dittxabbn deh

Kehutamn memberikan d&&i hutan sebagai snatu 1apmga.n b e r t u m b pohon-

phon yang secara kesel- mexupakan p e m h h m ~ hidup

dam

hay&

beserta

slam lqkmqpmya

dan

yang ditetapkan deh pemerintab sebagai hutan

d

q

H u h mempunyai fimgsi yang menguasai hajat hidup orang baayak, antara

lain: (1) mengatur tata-air, men- dan mernbatasi W y a h j i r

dan

enxi serta

memelihara kesuburan tanah, (2) memenuhi produksi hasii hutan u&uk keperiuan

masyrnakat pada umumnp dan khususnya untuk keperluan pembangman indudri

dan ekspoq (3) membantu paobengunan elcowmi nasicmal pada umumnya

dan

mendmng industri basil hutan pada khususnya; (4) melmhqy suasana iklirn

dan

memben daya penganh yang baik; (5) memberi keindahan alam pada umunmya

dan

khususnya

dahm

beatuk

cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata dan ta- man buru untuk kepenhgan ihm pengetahuaq pendidikan, kebudayaan d m pari-

wisai; (6) memberi manfaat-mdkat

kin

yang beqyma bag manusia.

FA0 (1979,

dalam

Kertopemmo 1989) medqp Ismdonesia kedalam dela-

pan daerah vegetasi hutan, yaitu: (1) hutan tropis dataran rendah yang selalu hijau

(177)

Jaya; (2) hutan

tropiS

yang k r g v (rawa-rawa) yang tedapat di pantai Timur

Sumatera, p t a i Barat dan Tmur ICdimmtan

dan

pantai %latan

Irian

Jaya; (3)

B u t a n ~ y a n g ~ p a d a s e b a g i a n ~ g a r i s p t l n t a i b a g i a n t i r m n S u -

glatera

dan

pufau-@u yang bmdekatan, s e w

k

garia pant&

garis pantai

barJlan

Selatan Irian Jaya, beberapa b g k pada garis pantai Sulawesi, Jaw8 dan beberapa pulau Nusa Tenggara; (4) hutan tropis lembab gugur dam yartg

kdapai &~terrrtarnafrufanjati;(5)hutantropiskeringgugurdaug;(6)sa~~a-

na dan padang ~ m p u t yang W p a t

di

b a g h Utam Sumatera, bq$m

Timur

Sum-

ba

dan

b a g k Teqph Timar, (7) hutan hujm trupis pgunungan;

daa

(8) hutan

pegunungan

di

atas

garis

pohon

yang terdapat

di

pgmungan tinggi

Irian

Jayti.

Hntanmempakansumberpcrkokbiomassatermasuk~berutrtrna~~m-

tuk k + w industri peagoMan

kayu

dan m e q i Potensi

biomasrra hutmi

diten-

tukan

oleh

perhrmbuhan tamman yang menytmm hutan tersebut.

Di cialam

ekosistem hutan, pedumbuhan tamman dipeng&

dan

lnxhteraksi dengan ling-

k u q m q a . Pengaruh yang bestar datang dari i k h , misalnya s kmahhui, curah hujan

dan

anpin. Intedsi yrtng tejadi adalah antara tanaman

+an

tanaman

yasg

lain,

sub-,@ tumbuhan deagan ketersediaan air

dan

tanah,

dan

mbsistean

tumbuhan

dengan subsistem 6ewan liarlia+

Pada ekosistem

hutan,

subsistem pertun- tanaman menrpakan dasar

dari ketarsediaan biomassa dari hutan tersebut. Sedangkan inhaksi antar

dinyatakan dengan adanya pengurangan pweatase a d a n dan

penambahan

p

sentme kematian yang dihubungkan deagan kepdatan terhtu.

Pada h u b

dam

hujan-tropis, pada

uxmmmp

teidapat tamman atau

pohcw

AnlRm

h g k f ~ t

anRfcan

(diameter 0

-

2.5 cm), pahm

k d

(diameter 2.5

-

7.5

un),

pohon sedang (diameter

7.5

-

15 cm) dan @on siap panen mtuk kayu pulp
(178)

Pada hutan tersebut berlah sub-sistem pertumbuhan tanaman atau p o b n ,

yaitu terdapat keterpengaruhan antara jumlah anakan pohon dengan

j d &

pohoa

k d , pohon sedang dm pohon siap panen.

Roberis, Andasen, h l , Gar& dan S M e r (1983) menyatakan bahwa dalam

pertumbuhan tegakan p o h berlaku diagram sebab

-

akibat (causal-Imp dugram),

yaitu apabila tingkat p a n a m a n b e r t h a h maka akan menambah jumfah @on

&an. Amfaj u d a h poha anakm bertambah,

maka

tingkat kemamgan

dari

p o h d a n ke pohon kecil akan meningkat. Sebalihya p m k g b t a n ti* ke-

matangan

ini

akan mengurangi p d a h pohm andcan. Demikian s e t m y f t sampi

ke tin&at pohon siap p e n .

S q a t i bentuk Cehidupaa yang lain, pohon seialu d a l m kadaan p d n g a n

untuk mang hidup. Sifat-sifat alami dari s p i e s tertentu sangat rnenentukan dahm

persaingan dengan spesies lainnya. Sifat-Sat ini antara lain kebutuhan retatif &an

air atau kelembaban, ketahanan terhadap keteduhan cahaya, metoda penyebaran

biji dan resistensi terhadap kebakaran.

Terdapat banyak tingkatan kehidupan pohon-pohon antara lingkungan hidup

yang sangat basah

dm

yang sangat kering, yang akan menyebabkan terjadinya

bermacam-macam tipe hutan. Dernikian juga halnya dengan berbagai arah mengha-

dap lereng terhadap matahari sedikit banyak juga akan menyebabkan terjadinya

perbedam-perbedaan antara tip-tipe hutan. Tipe-tipe hutan juga

&an

ditentukan

oleh ketahanan spesies yang menyusunnya terhadap

naungan,

sehingga ada spesies

yang memdukan cahaya

dm

yang memdukan naungan.

Suhendang (1990) menyatakan bahwa tempat tumbuh yang mencakup bentuk

lapangan, sifat-siht

tanah

dan iklirn rnemiliki hbungan yang cukup tinggi dengan

dimensi tegakan, misalnya volume kayu tebal per hektar. Rutland (1979) juga me-

(179)

terpenuhi dengan baik (midnya suhu, cahaya, kelembaban dan makanan), maka

pertumbuhan pohon a h cepat.

Dengan demikian, hutan mempunyai peranan yang penting dalam poh &&gi

alam.

Dengan d i W n a s i oieh pertudmhan pohon, l w n g m hidup hutan juga

menunjang jenis-jenis vegetasi lainnya dan menyediakan kehidupan bagi binatang-

binatang serta memberikan palindungan terhadap bahaya erosi ( A n o n p u s ,

1978).

Beberapa tumbuhan

dapat

tumbuh hampir di setiap tempat, sedangkan piutg

knnya h y a dapat hidup pada keadaan tertentu saja. Semua tumbuhrut yang tumbuh secma darnid di d a d tertentu akan memedukan-jenis tanah

dan

maca

memerlukan banyak cahaya, sedangkan yang lairmya tumbuh baik

ddam

kondisi

yang lebih gelap.

Di hutan tropis terdapat lima lapisan vegetasi utarna, yaitu: (1) lapisan paling

tinggi adalah pohon yang jarang, dengan ketinggian 36 m; (2) kemudian yang ja-

raknya lebih dekat dengan tinggi pohon 21 m; (3) di bawahnya terdapat pohon-

pohon kecil yang rapat; (4) di bawahnya lagi terdapat lapisan semak, paku yang

0

tinggi dan pohon muda; (5) dan tumbuhan herba, paku darn jamur.

Pada hutan hujan tropis pun pada umumnya terdapat h a lapisan vegetasi

utama ini, meskipun pada kebanyakan hutan hujan tropis terdapat aneka ragam spe-

sies. Sebagai m t o h , Prance (1986) mengemukakan bahwa terdapat 236 spesies

per hektar di Brazilia, 258 spesies di Colombia, 1033 spies di Equador dm 13 18

spesies

di Panama.

Sedangkan Remijn (1975) rnenyatakan bahwa pada wi1ap.h yang luas di In-

donesia dan Philipina, hutan hujan tropis dapat meliputi lebih dari 2000 jenis, dima-

(180)

Gentry (1982,

d a h

Prance,

1986) mengemukakan bahwa banyaknya spesks

yang terdapat pada areal hutan hujan tropis tertentu mempunyai korelasi yang kuat

dengan

curah

hujan pada areal butan hujan tropis yang bema&tan Semakin

h-

nyak curah hujan (sampai dengan 4000 mm) semakin banyak sjxsk yang tealapat. Sebetulnya tidak hanya curah hujan saja yang mmentukan penutupan vegetasi dari

areal kopis, tetapi m u s h juga mempakan Mbr ymg penting. Apabila curah hujan

hianan kbih rendah Qari

pada

120 mm mtuk tnasa Mih

ctari

satti bulsm maka h- tan hujaa txepis cederung digantikan old~ huttan F d a b tropis (t+opical moist fo-

m).

m aterdapat perbedm musim

h .

yang kmt, maka pohou-pobn akan

gugur daunnya sehingga dalam hal ini hutan

h

j

a

n

tropis cenderung &gantj.kan

oieh

hutan p g m daun tropis.

denpan Pertumbuhan Teeakan

Perbedaan besar jenis-jenistumbuhan yang menyusun hutan merupakan akibat

dari beberapa parameter ekologi, baik yang bersifat alami maupun buatan manusia.

Parameter ekologi tersebut adalah (Rernijn, 1975) :

(1) Faktor-faktor klimds yang terdiri dari suhu, presipitasi dan evapotranspira-

si. Perubahan harian dan musiman berpengaruh besar terhadap pertumbuhan

tanaman.

(2) Faktor-faktor topograEi yang terdiri dari perubahan ketinggian, kelerengan

dan parameter geologi seperti kegatan

vuikanik

dan tanah longsor.

(3) Perbedam jenis tanah ymg berhubungan dengan sifat-sifat tanah baik fi-

sik mupun idmiawi, kdembaban tanah,

hninase,

pengaruh pasang surut dan
(181)

(4) Faktor-faktor b d q y yang terdiri dari p e n 8 d fauna, se-

rangan wra4g8 dan penyakit.

( 5 ) Intemhi nvtnusia. hkraksi d

ioi

damkakiW m%rusak, mrsaigg

pembakaran, ~ ~ n , p e r i a d a n g a n b e r p m d a h , ~ ~ ~ ~ P a t p u l a m e m p u -

nyai pengaruh yang positif, misalnya reboisasi, peqjqauan d m pemupubm

Peagar& paamekr ekologi tersebut &an snq&h&a t e h d t h p

b e r h g a i f o n n a s i h u t a n d e o g a n k o m p o a i s i j e n i s ~ , s e ~ ~ i e i ~

4 mengenali betmapa tipe hutan.

Ifntuk

h u h

hujan tropis, p a d q m n

tipe-

t i p

hutan

d i J m

sebagai berikut:

(1) Per%iratm W w a hut dapat memgakibatkzm banpry

~~

memmgkm-

kan tumbukmya bberapa jenis mangrove, sehmgp r n m v hutan

(2) Hutan gambut dijumpai pada daerah yang mempuriyai hujan

yang

sangat

tinggi dan drainase yang kurang W.

(3) Hutan rawa air tawar tejadi di daerah dataran yang secara tetap

kena

banjir.

(4) Hutan dataran banjir sungai tumbuh di daerah yang hanya dig- air s e a -

ra

berkala.

(5) Pada tepi sungai di bqpn

yang

datar, terdapat hutan h g g d sungai, sedang-

kan

hutan

anak

sungai terjadi

di

sepanjang

m g a i

deqm peamukaan yang

besgelombang.

(6) Hutan tanah kering dapat Bibagi meajadi hutan d a m dan hutan

Peg-m-

Dalam penelitian ini akan dibicarakan faktor-faktor

yang

mempmyai h u h -
(182)

h a . Falctor-faktm ini merapakan peubah bebaa yang akan diukur dari potret

udara. I 3 e b e r a p a p e u M l ~ ~ ~ ~ I l E e n r p a k a n f a k t o r y a n g ~ 8 1 U h t e r h a -

dap pedumbuhan tegakaq aeperti: hqgg tempat, kemirhgan lapangan dan wpek.

B e h p a pubah bebas h y a ,

seperti:

putupen tajuk, diameter tajuk, banyak- nya p&un dan tmgp pohon diduga memiliki korelasi yang

cukup

tinggi dengan

v

-Seimyhya WM-f* peubah bebas tersebut & e l e t > i h hagut dmgm

berikut :

Soedomo (19W) mengem* bahwa pengBnth tinggi tempat @axi pennu-

kaan hut) terhadap pedmhuhaa pohm bexdkt tidak kingsung. Perbedaan €in&

tempat &an mempengaruhi keadaan hgkungan tumbuh

dari

polton, hutama

suhu, kelernbaban, oksigen di udara dan keadaan tmah. Keadaan bgkuqpn tum-

buh ini akhjrnya mapqmh pedumbuhan pohm Hubungan antara tin& tem- pat clan pertumbuhan pohon menunjukkan korehi n e g a artinya semalcin tinggi

tempat dari permulam laut mRkin kecil ukuran pohonnya. Peneltian Soedomo

(1984) pada peninggi Pimrs merkusi

di

Lembaag memgbasihn r =

-

0.47 dan di Cililin r =

-

0.51.

Hal

ini sesuai @an basil penelitian Graney dan Ferguson

(1971) untuk Pimrs echivata,

yaitu

indeka tempat tuxnbuh menurun apabila tinggi

tempat bertambah tinggi.

[image:182.536.45.491.89.729.2]

Robm dan Smith (1864, cialam Longman d m Jenik, 1987) mengemukakan bahwa tinggi tempat me-& susuruur vertikat dari hutan hopis. Hubuagan antara

tinggi

tempat dengan

tinggi

tajuk hutan

di

Malaysia Barat disajikan pada
(183)
[image:183.533.56.471.24.748.2]

Tabel 11.1. Hubungan Antara Tinggi Tempat dm Tin&

Tajuk Hutan Di Malaysia Barat

h n b e r : Longman dan Jenik (1 987)

;I

2. Lereng -

Pengaruh lereng terhadap pertumbuhan menurut E i n p k d m Mc Comb

( 195 1, dalam Soedomo, 1 984) antara lain ditunjukkan oleh adanya perbedaan nyata

pada indeks tapak antara lereng bagim tengah Ban atas. Lereng bagian bawah bia-

sanya mempunyai lapisan tanah yang lebih tebal. Graney dan Ferguson (1971 da-

lam Sudomo, 1984) mengemukakan bahwa kualitas tempat tumbuh cenderung

meningkat apabila lereng lebih cekung.

Soedomo (1984) menyatakan bahwa hubungan antara pertumbuhan Pinus

merkusii dengan kemiringan lereng berkorelasi positif, yaitu pada tempat yang lebih

datar tanarnan lebih buruk. Tempat-tempat yang datar pada umumya dijumpai

pada bagian bawah atau puncak bukit. Tempat-tempat datar pada bagian puncak

bukit banyak mengalami erosi dan pencucian, sehingga solumnya dangkal berbatu-

batu, miskin unsur hara, kekurangan air

d m

umumnya tanahnya padat. Tempat

pada kelerengan sdalu dilaIui bahan-bahan hasil pencucian dan erosi dan pada tem-

pat ini air selalu berganti, sehingga keadaan ini mendukung pertumbuhan pohon.

J

.

Susunan Hutan

Hutarr Lhpterocarpaceae dataran rendah

H&m D i p t e r o c a r p m

' W m

Htrtaa montane rendah (lower montane) Hutan montane

Tinggi tempat

I

Tingsitquk

(m)

150

800

t 500

1800

f m)

42

30

21

(184)

Woento ('1976) juga melaporkan bahwa kelemgan berkmlasi nyata dengan

bnita damar umur 16-35 tahun.

Percobaan Einphar dan Mc Comb

(1

95 1, dalam Soedomo, 1984) memmjuk- kcm W w a tvah 1txe.q a h aspek meapmyai pengaruh nyaQ terJmdap indeb ta-

pak oak, yaitu gads

1-

sebelah Utara

dan

Timur

cendenrng

m

indeb

tap& yang -1 baik chipada 1

-

yang terletak

di

s h l a h

Selatan dan Ekat. h p e k m e a p q y d i ptxtumbuhan pohan secara ti& langsung naeMui per-

bedasakuaIitascahayayangditerimapadakeduasisibukit.

Harmah

(1%8), Mc

Clukin

(1%3), Dodittle (1957) serta Trimbe

dim

Weilsmm (1956) (&dam Pumama, 1977) berkesimpulan Wwa posisi lereng

merupakan faktor pen- dahm penentuan ku8litas tempat tumbuh.

AqAc mempunyai pengaruh atas sudut datmgnya sinar m a t b r i

yang

me-

nyiaari

hutan yang bamngkutan.

Hd

ini akan m eintemitas sinar ymg

mengenai tajuk pohm

dan

lantai hutan, di mana intensitas sinar ini cumprrt berguna

untuk phohintesis bagi tanaman hijau.

Longman

dan Jenik (1987) mengemuka-

kan

bahwa

pada

hutan tropis kalau sudut datang sinar matahari 90" maka intensitas

sinar yang mengenai tajuk 100 %

dan

yang sampai

ke

dasar butan

1

%; kalau sudut datang 4S0,

yang

mengenai tajuk 67 % dan yang sampai

ke

dasar hutan 0.5

W,

dan

kalau sudut datang 30°, yang mengenai tajuk 4 4 % d m yang sampai

ke

dasar hu-

tan 0.2 %.

Makin tinggi intensitas sinar yang q e n a i tajuk (lapisan atas hutan), maka

akan

lebih

banyak produksi biomass

Gambar

GAMBAR ........................................................
Tabel Sidik Ragam .,..............L..................... . ..,..... ...........-+...
Tabel Sidik 1359 - Ragam Model Pada Stratum Hutan A1 (45' ......................................................................................
Tabel II. 1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Substitusi jamur tiram pada pembuatan bakso ikan lele dapat. meningkatkan kekerasan pada bakso

sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung hingga sekitar.. usia

Keberhasilan MTQ Tingkat Provinsi Sumatera Barat dari Peringkat 19 pada Tahun 2013 di Kota Pasaman Barat menjadi Peringkat ke 10 di Kota Sawahlunto Tahun

Dari beberapa pelaku (pemilik tanah dan pamong setempat) yang pernah mengikuti sosialisasi tentang rencana penataan kawasan perkantoran kompleks Kepatihan pada awal

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai wahana pembentukan tenaga kependidikan yang memiliki empat kompetensi yaitu

Senyawa 4-(4' -hidroksi-3' -metoksifenil)- 3-buten-2-on atau dehidrozingeron mempunyai aktivitas antioksidan melalui penangkapan radikal hidroksi dengan harga ES15 sebesar 48,36

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh. gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas

40 Tahun 1999 Tentang Pers dalam Memberikan Perlindungan Kemerdekaan Pers Bagi Wartawan Kota Bandung. 40 tahun 1999 yang