HUBUNGAN ANTARA
VOLUME
T E P A W ~DENGAH
IPEUBAH POTRET
U D A R ~
SEBA~AI'ALAT
INVENTARISASI H U T M
HUlAN
TROPIS
/::: -..%
Studi
Kaqw
,, .dl
'drrakaman
oleh
MULJADI ATMOSOEMARTO
PROGRAM
PASCASARJANAINSTITUT PERTASIAN BOGOR
HUBUNGAN ANTARA VOLUME TEGAKAN DENGAN
PEUBAH POTRET UDARA SEBAGAI ALAT
INVENTARISASI
HUT^ HUJAN
TROPIS
Studi
Kasus
di
~ u g a k a i n a n
Kalimantan Tirnur
oleh
Muljadi Atmosoemarto
Disertasi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Doktor
pada Program Pascasa jana, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUD1 ILMU PENGETAHUAN KEHUTANAN
PROGRAM PASCASARJANA
RINGKASAN
MULJADI ATMOSOEMARTO. Hubungan Antara Volume Tegakan dengan
Peu bah Potret Udara Sebagai Alat Inventarisasi Hutan Hujan Tropis, S tudi Kasus
di Muarakaman Kalimantan Timur. Bimbingan dilakukan oleh Prof Dr. Ir. RUBINI
ATMAWIDJAJA, M.Sc. sebagai ketua, Dr. ARIS PONIMAN
KERTOPERMONO, Dr. JON SUDIONO, MES, PROF. Dr. Ir. HERMAN
HAERUMAN Js, MF, dan Dr. Ir. ENDANG SUHENDANG, MS sebagai
anggota.
Penetitian ini bertujuan untuk memperoleh bentuk model penduga volume
tegakan hutan dengan potret udara berdasarkan hubungan antara volume tegakan
dengan peubah-peubah penutupan tajuk, banyaknya tajuk, diameter tajuk rata-rata
dan tinggi tegakan rata-rata dan wujud stratum atau sub-populasi yang dapat dipa-
kai untuk setiap model tersebut.
Pembentukan model dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu tanpa
stratifikasi dan dengan stratifikasi. Stratifikasi dilakukan berdasarkan kriteria :
a. Lereng yang dibagi menjadi klas lereng: 0%
-
8% (Ll), 8%-
15% (LZ),15%
-
25% (L3), 25%-
45% (L4) dan > 45% (LS) sehingga diperoleh stra- ta hutan L 1, L2, L3, L4 dan L5.b.
Tinggi tempat dari permukaan laut yang dibagi menjadi Mas tinggi 0 m-
40 m (T 1 ), 40 m-
80 m (TZ), 80 m-
120 m (T3) dan 120m
-
160 m (T4), sehingga diperoleh strata hutan T 1, T2, T3, dan T4.c. Arah lereng atau aspek yang dibagi menjadi empat klas, yaitu arah 45"
-
135"Penelitian dilakukan pada areal hutan hujan tropis di wilayah Muarakaman
Kalimantan Timur. Pengambilan contoh dilakukan dengan teknik pengambilan
contoh dua tahap dari areal hutan yang telah distratifikasi dengan bantuan potret
udara berdasarkan kriteria penutupan tajuk (C), tinggi pohon (H) dan diameter
tajuk (D). Tahap pertarna memilih contoh berupa titik klaster sebanyak 38 (n)
buah yang penempatannya dalam stratum sebanding luas masing-masing stratum.
Tahap kedua mernilih contoh sebanyak 4 plot pada setiap titik klaster dengan luas
setiap plot 0.2 ha.
Data pengamatan dipakai untuk pembentukan model. Untuk hutan dengan
stratifikasi, data dikelompokkan berdasarkan kriteria lereng, tinggi tempat dari
permukaan laut dan arah lereng. Tiga macam model (linier, perpangkatan dan eks-
ponensial) dicoba pada hutan tanpa stratifikasi dan pada setiap stratum yang
terbentuk.
Model volume tegakan potret udara diuji melalui beberapa tahap pengolahan
dan pengujian, yaitu penjelajahan data, pendugaan parameter model, pernilihan
model serta pengujian keterandalan dan keabsahan model. Pendugaan parameter
model dilakukan dengan metode jumlah kuadrat terkecil, sedang pengujian keter-
andalan model dilakukan berdasarkan kriteria koefisien deterrninasi (R2), pengujian
koefisien regresi, bentuk sebaran sisaan dan Cp-Mallow. Pengujian keabsahan
model dilakukan dengan prosedur jacknife dengan kriterium nilai tengah kuadrat
simpangan terkecil.
Dari hasil analisis ternyata bahwa model-model pada hutan tanpa stratifikasi
menghasilkan
R'
yang rendah, sedang pada hutan dengan stratifikasi model-modelrnenghasilkan RZ yang cukup tinggi, meskipun model-model tersebut berlainan. Hal
ini menunjukkan bahwa untuk pendugaan voiume tegakan hutan dam hujan tropis
Kriteria arah lereng untuk stratifikasi ternyata cukup efektif untuk pemben-
tukan model, dimana model yang dihasilkan merniliki tingkat keterandalan dan ting-
kat keabsahan yang tinggi. Selain itu, penafsiran dan pengukuran arah lereng pada
potret udara dapat dilakukan relatif lebih mudah daripada lereng dan tinggi ternpat,
sehingga stratifikasi dengan kriteria arah lereng menjadi efisien. Hubungan hng-
sional yang kuat antara volume tegakan hutan dengan peubah-peubah banyaknya
tajuk dan tinggi tegakan rata-rata bagi model-model pada kriteria arah lereng me-
nunjukican bahwa peubah-peubah tersebut dapat dipakai untuk rnenduga vohme
tegakan.
Bentuk model yang terpilih untuk setiap stratum hutan berdasarkan kriteria
arah lereng adalah:
1 . Stratum hutan A 1 (45"
-
13 5")In y = -5.577
+
0.427 InX,
+
2.491 In X4(R2 = 67.40%)
2. Stratum hutan A2 (135"
-
225")l n y = -6.267
+
0.59 In X2+
2.399 In X4(R2 = 79.29%)
3. Stratum hutan A3 (225"
-
3 15")l n y = -6.762
+
0.482 In5
+
2.891 In X44. Stratum hutan A4 (3 15"
-
45")In y = -4.874
+
0.488 InX,
+
2.208 In X4 (R2 = 82.44%)dimana,
y = volume tegakan hutan per hehar dalam meter kubik (m')
X,
= jumlah tajuk per hektarDalam inventarisasi hutan alam hujan tropis sebaiknya dilakukan dengan ban-
tuan potret udara untuk membuat stratifikasi hutan berdasarkan arah lereng dan
menggunakan model volume tegakan potret udara yang sesuai dengan stratum hu-
Judul Penelitian : HUBUNGAN ANTARA VOLUME TEGAKAN DENGAN
PEUBAH POTRET UDARA SEBAGAI ALAT
INVENTARISASI
HUTAN
HUJAN TROPEStudi Kasus di Muaralraman Kalimantan Timur
Nama Mahasiswa : W A D I ATMOSOEMARTO
Nomor Pokok : 89530
program
studi : Ilmu Pcngctahuan Kchutanan CIPK)(Prof.
Dr.
Ir. Rubini Atmawidjaja, M. Sc.)(Dr. Aris PO* Kertopermono)
0.
Jon Sudiono,MES)
(Prof.
Dr.
Ir-HermanHa&
JS.RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tulungagung pada tanggal 18 April 1940, anak sulung
dari sepuluh bersaudara dari ayah SAPARI ATMOSOEMARTO dan ibu HAJAH
SUJATM.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat Negeri Cam-
purdarat, Tutungagung tahun 1954. Pendidikan menengah ditempuh di Sekolah
Menengah Pertitma Negeri Tulungagung tahun 1957 dan Sekolah Menengah Atas
Blitar tahun 1960.
Pada tahun 1960 Penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia
Jurusan Kehutanan (sekarang Fakultas Kehutanan, IPB) dan menyeksaikan studi-
nya pada tahun 1965.
Pada tahun 1976 Penulis melaksanakan tugas belajar di Lnternational Institute
for Aerial Survey and Earth Sciences (ITC) di Negeri Belanda dan pada tahun 1978
memperoleh gelar Master of Science dalarn bidang Forest Survey dengan thesis
:"Construction of Local Aerial Volume Tables of Agathis lorcntt~olia SaJisb, in Ba-
turaden, Java, Indonesia".
Pada tahun 1989 Penuiis mengikuti program S3 pada Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor mengambil program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
(IPK). Dalam rangka menyelesaikan studi ini Penulis melakukan penelitian dengan
judul: "Hubungan Antara Volume Tegakan Dengan Peubah Potret Udara Sebagai
Alat Untuk Inventarisasi Hutan Hujan Tropis, Studi Kasus di Muarakaman Kali-
mantan Timur", dengan bimbingan dari Prof. Dr. Ir. Rubini Atmawidjaja, M.Sc. se-
bagai ketua dan Dr. Aris Poniman Kwtopemno, Dr. Jon Sudiono, MES, Prof. Dr.
Ir. Herman Haeruman Js, MF. d m Dr. Ir. Endang Suhendang, MS, sebagai
Pada t a h - i 1x4, setelah mmyeleaaikan Sarjana Muda, Penulis bekerja pada
Fakultas Kehutanan sebagai Asisten Perguruan Tinggi sampai tahun 1966. Tahun
1966 sarnpai tahun 1969 Penuiis bekerja pa& Pabrik Kertas Gowa di Sulawesi Se-
latan sebagai wakil kepala Departemen Hutan Borisallo. Tahun 1%9
sampai
tahun 1970 bekexjadi Dinas
Kehutanan Propinsi Kaljmantan Timur sebagai kepala Ba-gian
-
P
Hutan dan tahun 1970 sampai tahun 197 1 sebagai Kepala Kesa-hum
Pemsngkuan
Hutan IC&di
Tanggercmg. Tahun 1971 sampai tahun 1975bekerja di Tarakan sebagai Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan Bulongan Tengah.
Tahun 1975 sebagai Kepala Bagian Kearmnan Hutan di Kantor Dinas Kehutanan
Pmpinsi Daerah T i t I Kafimaatan Timur
di
Samarhda sampaitahun
1978. Ta-hun 1978 sampai 1979 bekerja di Direlctcmt Bina Program Direktorat Jenderal Ke- butanan
di
Bogor. Tahm 1979 sampai 1984 bekerja sebagai Kept& RIllRiPlanologi Kehutanan
VI
Maluku-
lrian
Jaya di Biak. Tahun 1984 sampai 1987 se-bagai Kepala Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan VII di Ujungpandang dan ta- hun 1984
sampgi
1989 sebagai Kepala Kantor Wilayah Departemem Kehutanan Pmpinsi Sulawesi SelataaTahun
1989sampai
saat ini sebagai WidyaiswaraDe-
KATA PENGANTAR
Indonesia merupakao salah satu negara yang mempunyai sumber daya hutan
h u j a n ~ s y a n g ~ s a r d i d u n i a d a n m e m p ~ p e r a n a n y a n g c u k u p b e s a r d a -
lam i~paya menjaga kekstarian - 1 hidup, perolehan devisa, perluasan ke-
-tan kerja, kesempatan berusaha clan dalam pemerataan kesejahteman rakyat
di sekitar hutan. Peranan ini akan &pat
dilakukan
dengan baik kalau dalam pelak-sanaan pengelolaannytr diduZNng oleh data dan infmmasi yang lengkap, akurat dan gmtakb dari sumber daya hutan tersebut.
Data dan infbrmasi ini dapat diperoleh melalui kegiatan inventarisasi hutan. Untuk mqptahui data clan informasi dari hutan hujan tropis Indonesia yang
tersebar
di
h a m p seluruh pulau,ti&
dapat dilakukan dengan hanya memgamM- bin inventarisasi hutan secaraterestris
saja, karena selain merlukan waktu danbiaya
bessu,
data dan i n f m i yang dipemleh belum tentu merniliki trngkatke-
telitian dan kemutakhinin seperti yang d m g d a n
Sehubmgan dengan pmasadaban
di
atas, perlu diupayakan teknikiaventarisasi hutan yang dapat mengetahui secara cepat, akurat dan mutakhir ten- tang potensi hutan. Salah satu cam untuk kepe!rluan
ini
adalah
m e q p u k m me- t& penginderaan jauh, dengan citra satelit dan atau pket udara. Denganbantuan potret udara,
keadaan
hutan dapt diketahuim e u
peaaf$liran clan ke-mudian diadakan stratifilmi yang berguna dahm meningbtkm efkktivitas dan efi-
siensi
dalam in-i
hutan.Selanjutnya d i p e r l h model peahgmm potensi hutan berdasarican
peubah-
peubah yang dapat dilihat dan diukur dari potret udara selain penentuan cara strati-
Sehubungan dengan ha1
terslebvt
di
atas, dharapkan haail pglelitian yangberjudul: "Hubungan Antara Vdurne T e g h Dengan Peubgh P M Udara Seba-
gal Alat Untuk benhxiwi Hutan Hujan Tropis, Studi Kasurs di Muadaman
Kdmantan Timur" berguna dalam medmnh peiaksanaan invedmhsi hu&n
Puji syukur
Penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat. .
yang telah d h q d a n sehingga Penulis dapat menyelesaikan peaeiitian dan penu-
lisan
disertasi
ini.Penulis menyampahn ucapan tm' ' ih kepada semua pihak yang telah
rnembantu, baik moril mupun rnateriil, langsung atau tidak langaung kepada Pe-
&,
s e h Penulis m@ti kuljah, melaksanakan peditian, mengoM danmahis data serta p u l i s a n disertasi ini, sehrngga
P
d
dapat menyelesaikmstudi pada program Doktor (S3) di Program Pascasajana h s t h t Pert* Bogor.
(PPS
m).
Penghargaan
dan
ucapan terimakasihPenulis
saq&an,h
-
kepada :1. Prof. Dr.
Ir.
Rubini Atmawidjaja, MSc sebaga~ Ketua Komisi Pembim-bing, serta Dr. Aris Poniman Kertopemmm,
h
f
.
Dr. Ir. HennasHaeru-
man Js,
MF,
Dr. Jon Sudiono,MES dan Dr.
Ir. Endang Suhendang,MS
sebagai anggda Komisi Pembimbing, atas jerih payahnp dalam mem-
bimbing
Penulis
untuk menyelesaikan program S3, khususnya dalam penu-lisan disertasi ini.
2. Menteri Kehutanan dan Sehtaris Jenderal Departemen Kehutanan atas
izin
dan
biaya yang telah diberikan kepadaPenulis
untuk menlpkuti pro-gnunS3diPPSIPB.
3. Direktur clan seluruh Staf Pimpinan PPS IPB, Ketua Program IPK
dan
selu-nh staf pengajar PPS IPB, atas segala bimbban clan
tmhmya;
serta se- hnuh staf administrasi PPSIPB
atas segala pelayanamya =lama Penulismengikuti program S3 di PPS IPB.
4. Ketua Badan KooPdinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bak-)
dm Kepda Pusat Bina Apfikasi Iaderaja dan Sistem Inf-i G q y d b
pda Bakosurtad atas
izia
yang diberiknnk
&
Penulis untuk menggu-5. Direkai
dan
PimpinanPT
ITCIdi
lbuiugm rsogblah
memberikan izinuntuk mcqyhkm pcotlitian
di
areal kerja IT
l X I di Sencmi-
Loleng wi- layah Mwrakaman Kalirnantan Tirmn.6. D ~ B .
Razali
Yusuf, Dra Pummiqqih, h . 1 Nyaman-
S
MSc.,Sugito, Ir. Mustait, I-Iammkk
M.
Nuh dan G d a yang telah m a r b d a nbantuan
cinlnm
pengumpulan data diIokaai
@tian7 Ir. Teddy R d o m dan Ir. Suwandi yang
telah
membatu pengolahandan
&is data, penge-tihn naskah disertasi, pernbuatan gambar-gamk dan pernbuatao tabel-tabet
8. Iby
BapaL dan
][bu mextua danadik-adik
yangblah
membe&md<xongan
4 m e n e q h program
S3.
9. Istri Penulia Nahdiah serta anak-anak Penulis, Billy Boma Muliawan,
Ou-
nawan W~&imm, dan Inda K-wardani yang telah dengan tulw mem- berikan &conga
dan
semangatkepada
Penulis untuk menempuhpros~arnDdctolr (S3) pada PPS
m.
Kepada semua pihak yang telah mernbantu Penulis telapi tidak Penulis sebut-
DAFTAR IS1
[image:162.540.39.477.18.737.2]DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR
...
...
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR
...
DAFI'AR LAMPIRAN
I
.
PENDAHULUAN...
Hipdesis
... ...--
...A.*.-.
...
...
.
...
II
TINJAUAN PUSTAKA...+...
Invenhhsi Hutan. ...
.
.
.
...Inventarisasi Hutan dengan Citra P e q p d e m m Jauh
...-...
m
. KEADAAN LOKASI PENELITIAN ...TV
.
METODE m l ' T L 4 . N ...Kemangka Pelxmxhl Imdah.
...
...
Pengambilan Contoh
Strati.6kasi Tegakan H u h
...
...
...
Pembentukan Model
....
V . HASL ANALISIS ...
...
Keadaan Hu tan.
. .
...
Penjehjahan Data
Pembenbkm dan Pemilihan Model Volume Tegakan Potret
...
Udara
Hasil Uji Keabsahan dan Kernudahan Pemakaian Model ...
...
Uji Coba Model di Lapangan
...
PEME3AH.A SAN
.
...
Keadaan Lapangan dan H utan..Perhitungan Volume ... ...
...
Pertelaan Hasil pemilihan Model dan Cara Pendekataonya
Model
Volume T mT e r p i b ...P
Hasil Penefitian yang Dilakukan dengm...
B
-e
il
P~nslitian yangSudah
I)llakukaaKemmgkhn Penerapan Hasil Peneli tian..
...
.-.
...
...
Kemtmgk.man Pengembangan Hasil dan Metode Penelit-
...
VII
.
KESIMPULAN DAN SARAN...
K e f s h p h m
Satan. ...
.
.
.
...DAFTAR PUSTAKA ... ...,.... ...
...
iI.
1 Hubmpn Antara Tinggi Tempat dan Thggi Tajuk Hutan diMalaysia Barat..
.-
. . . -. . .. ..
....
-.--
.-. . . ---. . . ... . . .-.
. . . . .-. . ..
..
. 15m.3 Banyaknya Curah hujm clan Hari Hujan
di
WilayahK a b p t e n Kuhi Tahun 1989 ... 38
rV. 1 Tabel Sidik Ragam .,...L...
.
..,...
...-+...
48 V. 1 Peimsatau, Penyetmraud m
Koefisien K e r a g m Data.,...
55V.2 K&i Linier Antar
Peubah..
. ..
..
. .
-.. . ...
..
. . . .. ...
. . . .. ... .
. . 55V.3 Model V d m Tegakan Potret Udam untuk
Hutan
TanpaStraUrasi
.. . .
.
.
. .
. . .
. . .
..
.. . .
. .
. .-. .
. .
. . .
.
. . .
.
. .
. . .
.
. . .
. .
. . .
.
. . .
57V.4 Modei Volume Tegakan Potret
Udara untuk
Strata HutanBerdasarkanIClasLereog
...
... ...*...*.... 59V.5 Permgkat Peneainaan Model Strata Hutan
Berdasarkan
Kriteria Klas Lemmg-
...
.. ... ...-.
...*...
60V.6 Model Volume
Tepkm
Potret Udara untuk Strata HutanBerdasarkan Tbqgg Tempat
...
... .... ...
6 1V.7
Pwngkat
Penerimaan Model Strata Hutan BadasarkanKritena Tinggi Tempat
...
62V.8 Model Volume Tegakan Pot& Udara untuk Strata Hutan
Berdawkau Arah Lereng
...
64'V.9 Pamglrat Pmrimsan Model Strata
IMan
B e m h a h nKritena Arah
Lsreng.
... .
.
..
... ... . . . .. .
...
. . ..
....
..
....
...
..
.
..
!.
64
V. 10 Model Fungsi Volume Tegakan untuk Strata Hutan
B e d a d a m Krikia Klas Lereng
...
67V . l l Model
F"8,
si Volume.
. Tegakan \mtuk Strata Hutan 67l3edwdcan tena Tlnggi Tempat..
.
. . .
.
..
.
. . .
.
.
. . .
..
.
.. . .
.
. . . -.
.
.
V. 12 Volume Tegakan Untuk Strata Hutan
Arah Lereng
... ....
...-....
...
.
...
.
67
V. 13 H a d Uji-t Volume Lapangan dengan Volume Model untuk
Strata Hutan
Berdasarkan
Kriteria Arah Lereng_ ... .... .... ... 6 9 [image:164.536.47.444.73.731.2]Nomor
2 Frekuensi Nilai Terbaik dari Kriteria Stratifikasi
...
...
78VI.
3 Korelasi Linier Antar Peubah Pada Stratum A 1 (45'-
1 3 54.. 80VI.4 Kisaran, Rataan, Ragam dan Koefisien K e r a g m Data
Peubah Bebas Pada Stratum A 1 ( 4 9
-
1354...
8 1W. 5 Korelasi Linier Antar Peubah Pa& Stratum A2 (1 3 5'
-
2259 8 1VI.6 E(lsaran, Rataan, Ragam d m Koefisien Keragaman Data
Peubah Bebas Pada Stratum A2 (1 3 5'
-
2259.. ..
. . . ..
. . . 82VI.7 Korelasi Linier
Ancar
Peubah
Pa& Stratum A3 (225'-
3 158) 82 VI.8 ICkmn, Rataan, Ragam dan Koefisien ReragamanData
Peutaah Bebas Pada Stratum A 3 (225'
-
3159...
83VI.9 KoreEasi Linier Antar Peubah Pads Stratum A 4 (3 15'
-
4 9 . . 84VI.10 Krsaran, Ratam, Ragam clan Koefisien Keragaman Data
Peubah Bebas Pada Stratum A 4 (3 15'- 459.. .
.
.. .
..
.
. . .. . ..
. . . .-. . 84W.11 Ukuran Relayakan Model Sebagai Alat Penduga Volume
Tegakan untuk Kelompok Hutan Berdasarkan Kiiteria Arah
V. 1
Data
P e q y m h n...
102 V.2 PexMmgan Volume dengan AngkaBentuk
0.6 (Vod dan&qym Tabel Volume Lokal 199 1
(Vd...
... 105V.3 Pengujian Perhitungan Vdznne Pohon deqm
Beatuk 0.6 Di
-
...
EzEs%2
Tabel v01ume - d W F 1991 108V.5 Nilai Tingkat EEehahn d m
Kern-
Model Pada strata
Hutan
Berdssarlran=
Lereng
...
.
...-...-...*...-...-...-.-*.-
110V.7 Keabsahan dan Kemudahan
Model Strata Hutan Ber* Kriterh 111
V.8 Data Pengamatan Lapangan
dan
Potret Udara Uduk U'iCoba Model Strata Hutan
Berdasadcrtn
K r i hAn&
Lel?mg ... ...-... 112
P
V.9 Volume La- dengan Volum
-M o d e
l Terpilih untulr bria Arah Lereng..
....
113VI. 1 Nama JBnis-Jenis Kayu Cti Lokasi Penelitian Senoni-Loleng
Muadaman Kalimantan Timur
...
114VI.2 Tabel Sidik Ragam Model Pada Stratum Hutan A1 (45'
-
1359
...
12 1VI.3 Tabel Sidik Ragam Model Pada Stratum Hutan A2 (135'
-
2259. ... 121
VI.4 Tabel Sidik
Ragam
Model P A Stratum Hutan A3 (225'-
3 159
...
122 VI.5 TabelSidik
Ragam Model Pada Stratum Hutan A4 (3 15'-
[image:168.533.46.472.52.724.2]I. PENDAHULUAN
Latar Bdakang
Hutan hujan tropis merupakan sumber daya dam anugerah Tuhan Yang Maha
Esa yang perlu dipertahankan keberadaannya
demi
kesejahteraan dan lingkungan hi-dup umat manusia secara lestari.
Upaya-upaya untuk mempertahankan keberadaan sumber daya hlrtan telah se-
jak lama dilakukan oleh m t manusia
chn
meningkat pada akfiir-&I& ini. Manusiamenyadari bahwa dalarn waktu relatif pendek telah te jadi pe*an-perubahan
drastis di muka h m i sebagai akibat dari perbuatan manusia sendiri. Kerusakan-
kerusakan di darat dan di laut y q disebabkan oleh perbuatan rnanusia makin dira-
sakan a k h t n y a
Pada saat ini telah terjadi perubahan ikIim s e m a global yang disebabkan anta-
ra lain oleh penebangan-penebangan yang tidak memperdulikm kefestarian dan per-
ubahan penggunaan lahan hutan hujan tropis. Dari adanya pembakaraa dan
perubahan penggunaan lahan hutan ini telah terbentuk gas karbon dioksida seba-
nyak 2 milyar ton dan gas methan 70 milyar ton yang mempunyai efek gas rumah
kaca (Prins, 199 1).
Perubahan mutu lingkungan hidup sebagai akibat penggunaan dan pernro-
sesan sumber daya darn yang kurang bijaksana telah mulai meresahkan manusia.
Hal ini terungkap dalam pernyataan bersama pemimpin-pernimpin negara industri
pada pertemuan di Paris bulan Juli 1989. Dalam pertemuan ini mereka menyeru-
kan tindakan segera untuk mengatasi deplesi lapisan ozon di Stratosfer, menganjur-
kan usaha bersama untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan menyerukan
pemakaian energi lebih efisien melalui teknologi yang dipakai. Mereka menghim-
dan danau tahadap pencemaran serta melarang pembuangan sampah di m d e r a
dan iautan. Mereka bertekad dan terikat untuk melaksanakan dan mengawasi
peraturan-peraturan lingkungan secara ketat (Katili, 1989).
Indonesia merupakan
&ah
satu negara yang mempunyai sumber daya hutan,terutama hutan hujan tropis yang terbesar di dunk selain Amazon dan lembab Zaire
dan mempmyai peranan yang cukup besar dalam upaya memeiihztra d m meningkaf-
kan kuditas lingkungan hidup.
Selain mempunyai peranan yang cukup besu dalm u p p mejaga kelestari-
an linghngan hidup, sumber daya hutan mempunyai peranaa yang cukup besar da-
lam perolehan devisa, perluasan kesempatan kerja, kesempatau berusaha,
pemerataan dan kesejafiteraan masyarakat di sekitx hutan. Manfaat
h
hujantropis Indonesia tidak hanya dirasakan oleh rakyat Indonesia, tet@ juga
okh
rakyatdunia sebitgai paru-pani dunia, sumber bahan kebutuhan akan kayu atau h a d hutan
lainnya serta sumber plasma nutfah dunia. Sebagai garnbaran, perolehan devisa dari
ekspor kayu olahan dan hasil hutan lainnya pada periode 1989/1990 sebesar US $
3.5 mil yar dan periode 1 9901 1 99 1 sebesar US $ 4 rnilyar selain penerimam dari ber-
bagai pungutan sebesar Rp 467.116 juta pada 198911990 d m Rp 542.865 juta pada
199011 99 1 (Departernen Kehutanan, 199 1 ). Dengan demikian sumber daya hutan
merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang sangat potensial
yang harus dapat dirnanfaatkan secara rasional berdasarkan azas manfaat dan lesta-
ri. Peranan ini akan dapat dilakukan dengan
baik
kalau dalam pelaksanaan pengelo-laannya didukung oleh tersedianya data dan informasi yang lengkap, akurat dan
mutakhir.
Informasi yang lengkap tentang sumber daya hutan sangat penting untuk pe-
nyusunan rencana pengelolaan yang tepat guna mendapatkan manfaat yang sebesar-
kuafitas dan penyebaran, tentang komposisi vegetasi, volume tegakan, iklim ser-
ta keadaan lapangan antara lain topografi dan geologi. Informasi ini dapat dipero-
leh dengan cara melakukan inventarisasi hutan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk
mendapatkm gambaran mengenai keadaan hutan secara menyeluruh, melalui tahap-
an pengumpulan dan pengolahan data untuk bahan analisis dan evduasi tentang
aspek-aspek fisik, biotis, ekonomis, sosio-ekonomis, dan ekologis serta institusi da-
lam pemmfiaatmnya.
Dsltam pelaksanaan inventarisasi hutan hujan trspis di Indonesia yang dilaku-
kan
secafa terestris terdapat beberapa kendala atau faktor pembatas, sehingga dapatdikatakan bahwa inventarisasi hutan terestris bukanlah m a yang paling efisien un-
tuk
m y e d i a k a n informasi yang dy>erlukan. Sejalandeagan
perkembangan iImudan teknologi, inventarisasi hutan dengan bantuan potret udara akan dapat mem-
bantu memperoleh informasi tentang keadaan hutan dengan lebih cepat, mutakhir
d m dengan tingkat ketelitian ymg cukup tinggi, terutama untuk data penutupan la-
han hutan dan potensinya.
Permasalahan
4
Hutan hujan tropis Indonesia mengalami k e r u s a k i yang disebabkan antara
lain oleh perladangan berpindah, perambahan hutan, dan penebangan kayu secara
tak terkendali. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya lahan kosong, lahan kritis,
dan lahan rusak di beberapa tempat dari areal hutan yang secara langsung akan me-
nuntnkan kuantitas
cfan
kualitas produksinya.Sementara itu kebutuhan akan kayu dan hasil hutan lainnya semakin me-
ningkat sejalan dengan usaha pengembangan industri pengolahan hasil hutan guna
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor, bertambahnya jumlah penduduk
Untuk mengetahui keadaan hutan hujan tropis Indonesia yang tersebar di
hampir sduruh pulau, kalau dilkukan dengan hanya mengandalkan inventarisasi
hutan secara terestris, memerlukan waktu dan biaya besar. Secara terestris tidak da-
pat diketahui secara pasti kawasan-kawasan hutan yang sudah tidak p r M i lagi,
karena tidak seluruh kawasan hutan dapat terjangkau. Kesulitan ini dapat diatasi
apzbila pelakanaan inventarisasi hutan dilaksanakan dengan memakai bantuan po-
tret d a r a
W b u n g a n dmgan permasalahan di atas perlu dilrpayakan teknik inventari-
sasi h t a n yang dapat mengetahui secara cepat dan a h a t tentang keadaan dan po-
twsi hutan. Sdah satu cara yang dapat dipakai untuk keperimn i~ addah dengan
mertggunakan bantuan potret udara. Dengan w a ini keadaan hutan dapat diketahui
secara menyelwuh dan dapat ditakukan stratifikasi yang berguna mtuk meningkat-
kan
efisiensi dalam penaksiran potensi hutan. Dengan model penaksiran potensi, in-ventarisasi dapat dilakukan dari potret udara sedang kegiatan lapangan terbatas
pada kegiatan pemeriksaan hasil inventarisasi secara uji petik.
Manfaat Penelitian
Pada saat ini inventarisasi hutan pada umumnya diiakukan secara terestris
dengan berbagai tingkat intensitas pengarnbilan contoh (sampling), disesuaikan de-
ngan keperluannya. Untuk pembuatan rencana karya tahunan pengusahaan hu-
tan, intensitas sampling 100 persen, rencana karya lima tahun 25 persen, rencana
karya dua puluh tahun 1-2 persen dan untuk penilaian kemunglunan pengusa-
haan dilakukan dengan intensitas 0.2 persen.
Pada inventarisasi hutan terestris tidak dapat diketahui terlebih dahulu kea-
dam areal yang hendak diinventarisasi yang umumnya terdiri dari bagian yang ma-
sih berhutan, bagian yang tidak produktif atau tidak berhutan lagi, padang rumput,
kesukaran di lapangan, misalnya tidak dapat mendatangi lokasi hutan tertentu kare-
na terlalu curam, berawa-rawa terialu dalarn dan sebagainya atau dapat juga tejadi
lokasi yang diperkirakan masih b h u t a n ternyata sudah menjadi tanah Losong. Hal
ini &an menyebabkan h m b a h n y a walctu dan biaya p e l a k m inventarisasi
dan
m e m a n kurang efisiennya hasil yang diperoleh. Untuk mengatasi hal-ha1
tersebut di atas diperlukan upaya-upaya yang dapat menunjang pelaksanaan inven-
tarisasi h t a n , baik sarana maupun rnetdenya. Sesuai dengan pkemt,angan ilmu
d m t e b l o g i , pemakaian putret udara &an &pat rnembmtu pel&- invcntari-
sasi h t a n .
Pada inventarisasi hutan dengan mmggunakan p o t r e udara, d i & b penaf-
siran untuk mernbuat stratifrkasi hutan badasarkan kriteria kcahan tempat tumbuh
(Iereng, tinggi ternpat dari l~ermukaan laut clan
arah
krmg), a t m l a d a z m tegakanhutan (kerapatan tajuk, diameter tajuk rata-rata dm tinggi tegakan rata-rata). Se-
lanjutnya dilakukan pengukuran peubah-peubah yang akan dipakai dalam model
pendugaan potensi hutan, yaitu penutupan tajuk, bmyaknya tajuk, diameter tajuk
rata-rata dan tinggi tegakan rata-rata.
Dari hasiI pengujian terhadap model-model pendugaan poterrsi hutan a k m
diperoleh model yang cukup efisien ditinjau dari segi ketelitian, kesederha-naan dan
kepraktisan penggunaannya dalam inventarisasi hutan. Pada gilirannya akan di-
peroleh data dan informasi yang akurat mrtuk perencanaan pernbangunan hutan
Y a w
mantap.Tuiuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model penduga volume tegakan
dengan menggunakan peubah-peubah penutupan tajuk, banyaknya tajuk, diameter
wujud stratum atau su-i ymg tepat yang dapat dIpakai untuk setiap model
t u .
lA&ah-- untuk mencapai tujuan yang dimaksud, adahdx
I . P e q g m a a n pot& d a n untuk penafsiran
keadaan
hutan hujan tropis yangmelip& p e q e h m , putupan vegetasi dan kondisi bentang darat (sungai
jalan
dan
topogra-fi)
yang kemndian digunakan untuk membuat stratiiikasi.2. P m ~ ~ d e a g a n t e k n i k ~ ~ ~ n ~
stage stratified cb&r sampfng".
3 Mencari bentrJk htlb\tttgan antarrt volume tegakan dari hasil pengdmm
di-
Lrpangan
dengan
*
peubah
potret Open- tajuk, banyaknya ta- dkmeter tdjnk&-a
dm h g g i tegakan rata-rata).4. Mencari kdeiia stra6fi;kssi M x i k diantara lrriteria strat5kasi lereng, ting-
gi tempat dari p e m a h m laut dan arah lereng.
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah :
1. Pada hutan hujan trapis terdapat hubungan yang kuat antara volume tegak- an dengan peubah-peubah yang dapat diukur dari potret udara (pen-
tajuk, bmyaknya tajuk,
cfiRmeter
tajuk rata-rata dan tin& t e g h rata-rata)sehmgga peubah-pubah tessebut &pat dipeqpdmn mhk mdqp vo-
lume tegakannya.
2. Keadaan ternpat tumbuh rcing terdiri dari lereng,
tinggi
tempat dari permu-kaan laut dan
arah
lereng &pat d i p h i d x g a i dasar dalam pembentuk-an stratum atau sub-populasi untuk peahatan model matematika
yang
me- nyatakan hubungan antam volume tegakan dan peubeh potret udara dari hu-Davis dan J o h m (1987) mendefinisikan tegakan sebagai gabungan dari
pohon-poh abu turn- lain yang t d p t dahm suatu daerah tertentu d m a-
kupseiagam d d a m ~ i ~ y-susunan a , umurdankeadammyayangda-
pat dibedakm dengan tudmbm ittin yang berada
di
sekitarnya. Istilah t e g bini
cti- untuk mxmm@m seMang l a b yang riecarrr geogntfis kckka-taqseragamdan -luas&um yang cldmhhn dan di- un-
tukinmgdakan p e n g b h - menjadi tipe-tip tertentu.
Dabm penelititin ini kgakm cikdibn sebagai kumpulan pohon-&on yang
memi& keadaaan tempt tumbuh (iklim, h i & lapangan), komposisi jenis dan h & a t pertumbuhan
yang
samadan
beds pada mtu kesatuand
tertentu. .Potensi tegakrm antara lain dapat dicirikaa dengm dimensi tegakan. Bnlce
dan
~ u t n a c k e r (1950), serta Loetsch, Zahter clan Haller (1973), dalam Suhendang(1 990) mengemukakan beberapa macam dimansi tegakan, yaitu: volume per hektar,
peninggi, hggi pohm rata-rata, diameter pohm rata-rata dan kualitas batang
p o h .
Dimemi tegaka. yang akan diselidiki daiam pmelitian h i adalah volume p-
hon per hektar (m3h), yaitu volume pohm bebas cabang dengan kulit untuk
pohon-@on yang berdiameter 10 cm atau lebih.
Hutan adalah lahan yang tertutup oleh
turn*
krutaxna digunakan untukdaa palem) dengan pohon-pohon yang mempunyai putupan tajuk
lebih
dari 20 %dari lafian tersebut. Sedangkan pohon adalah tanaman tahnnan berkayu, t a m h h besar, mempunyai batang yang nyata yang men- tajuk terkdu (Remijn,
1975).
Davis dan Johnson (1987) mendefinisikan hutan sebagai laban yang mempu-
nyai atau dapat m e q u q i tumbuhan pohon
dan
dikelda secara z a e q d m h mtukmamipi hasil yang ada ldnmgawya dengan pohoa )tang dittxabbn deh
Kehutamn memberikan d&&i hutan sebagai snatu 1apmga.n b e r t u m b pohon-
phon yang secara kesel- mexupakan p e m h h m ~ hidup
dam
hay&beserta
slam lqkmqpmya
dan
yang ditetapkan deh pemerintab sebagai hutand
q
H u h mempunyai fimgsi yang menguasai hajat hidup orang baayak, antara
lain: (1) mengatur tata-air, men- dan mernbatasi W y a h j i r
dan
enxi sertamemelihara kesuburan tanah, (2) memenuhi produksi hasii hutan u&uk keperiuan
masyrnakat pada umumnp dan khususnya untuk keperluan pembangman indudri
dan ekspoq (3) membantu paobengunan elcowmi nasicmal pada umumnya
dan
mendmng industri basil hutan pada khususnya; (4) melmhqy suasana iklirndan
memben daya penganh yang baik; (5) memberi keindahan alam pada umunmya
dan
khususnya
dahmbeatuk
cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata dan ta- man buru untuk kepenhgan ihm pengetahuaq pendidikan, kebudayaan d m pari-wisai; (6) memberi manfaat-mdkat
kin
yang beqyma bag manusia.FA0 (1979,
dalam
Kertopemmo 1989) medqp Ismdonesia kedalam dela-pan daerah vegetasi hutan, yaitu: (1) hutan tropis dataran rendah yang selalu hijau
Jaya; (2) hutan
tropiS
yang k r g v (rawa-rawa) yang tedapat di pantai TimurSumatera, p t a i Barat dan Tmur ICdimmtan
dan
pantai %latanIrian
Jaya; (3)B u t a n ~ y a n g ~ p a d a s e b a g i a n ~ g a r i s p t l n t a i b a g i a n t i r m n S u -
glatera
dan
pufau-@u yang bmdekatan, s e wk
garia pant&garis pantai
barJlan
Selatan Irian Jaya, beberapa b g k pada garis pantai Sulawesi, Jaw8 dan beberapa pulau Nusa Tenggara; (4) hutan tropis lembab gugur dam yartgkdapai &~terrrtarnafrufanjati;(5)hutantropiskeringgugurdaug;(6)sa~~a-
na dan padang ~ m p u t yang W p a t
di
b a g h Utam Sumatera, bq$mTimur
Sum-ba
dan
b a g k Teqph Timar, (7) hutan hujm trupis pgunungan;daa
(8) hutanpegunungan
di
atasgaris
pohon
yang terdapatdi
pgmungan tinggiIrian
Jayti.Hntanmempakansumberpcrkokbiomassatermasuk~berutrtrna~~m-
tuk k + w industri peagoMan
kayu
dan m e q i Potensibiomasrra hutmi
diten-tukan
oleh
perhrmbuhan tamman yang menytmm hutan tersebut.Di cialam
ekosistem hutan, pedumbuhan tamman dipeng&
dan
lnxhteraksi dengan ling-k u q m q a . Pengaruh yang bestar datang dari i k h , misalnya s kmahhui, curah hujan
dan
anpin. Intedsi yrtng tejadi adalah antara tanaman+an
tanamanyasg
lain,
sub-,@ tumbuhan deagan ketersediaan airdan
tanah,dan
mbsisteantumbuhan
dengan subsistem 6ewan liarlia+Pada ekosistem
hutan,
subsistem pertun- tanaman menrpakan dasardari ketarsediaan biomassa dari hutan tersebut. Sedangkan inhaksi antar
dinyatakan dengan adanya pengurangan pweatase a d a n dan
penambahan
p
sentme kematian yang dihubungkan deagan kepdatan terhtu.
Pada h u b
dam
hujan-tropis, padauxmmmp
teidapat tamman ataupohcw
AnlRm
h g k f ~ tanRfcan
(diameter 0-
2.5 cm), pahmk d
(diameter 2.5-
7.5un),
pohon sedang (diameter
7.5
-
15 cm) dan @on siap panen mtuk kayu pulpPada hutan tersebut berlah sub-sistem pertumbuhan tanaman atau p o b n ,
yaitu terdapat keterpengaruhan antara jumlah anakan pohon dengan
j d &
pohoak d , pohon sedang dm pohon siap panen.
Roberis, Andasen, h l , Gar& dan S M e r (1983) menyatakan bahwa dalam
pertumbuhan tegakan p o h berlaku diagram sebab
-
akibat (causal-Imp dugram),yaitu apabila tingkat p a n a m a n b e r t h a h maka akan menambah jumfah @on
&an. Amfaj u d a h poha anakm bertambah,
maka
tingkat kemamgandari
p o h d a n ke pohon kecil akan meningkat. Sebalihya p m k g b t a n ti* ke-
matangan
ini
akan mengurangi p d a h pohm andcan. Demikian s e t m y f t sampike tin&at pohon siap p e n .
S q a t i bentuk Cehidupaa yang lain, pohon seialu d a l m kadaan p d n g a n
untuk mang hidup. Sifat-sifat alami dari s p i e s tertentu sangat rnenentukan dahm
persaingan dengan spesies lainnya. Sifat-Sat ini antara lain kebutuhan retatif &an
air atau kelembaban, ketahanan terhadap keteduhan cahaya, metoda penyebaran
biji dan resistensi terhadap kebakaran.
Terdapat banyak tingkatan kehidupan pohon-pohon antara lingkungan hidup
yang sangat basah
dm
yang sangat kering, yang akan menyebabkan terjadinyabermacam-macam tipe hutan. Dernikian juga halnya dengan berbagai arah mengha-
dap lereng terhadap matahari sedikit banyak juga akan menyebabkan terjadinya
perbedam-perbedaan antara tip-tipe hutan. Tipe-tipe hutan juga
&an
ditentukanoleh ketahanan spesies yang menyusunnya terhadap
naungan,
sehingga ada spesiesyang memdukan cahaya
dm
yang memdukan naungan.Suhendang (1990) menyatakan bahwa tempat tumbuh yang mencakup bentuk
lapangan, sifat-siht
tanah
dan iklirn rnemiliki hbungan yang cukup tinggi dengandimensi tegakan, misalnya volume kayu tebal per hektar. Rutland (1979) juga me-
terpenuhi dengan baik (midnya suhu, cahaya, kelembaban dan makanan), maka
pertumbuhan pohon a h cepat.
Dengan demikian, hutan mempunyai peranan yang penting dalam poh &&gi
alam.
Dengan d i W n a s i oieh pertudmhan pohon, l w n g m hidup hutan jugamenunjang jenis-jenis vegetasi lainnya dan menyediakan kehidupan bagi binatang-
binatang serta memberikan palindungan terhadap bahaya erosi ( A n o n p u s ,
1978).
Beberapa tumbuhan
dapat
tumbuh hampir di setiap tempat, sedangkan piutgknnya h y a dapat hidup pada keadaan tertentu saja. Semua tumbuhrut yang tumbuh secma darnid di d a d tertentu akan memedukan-jenis tanah
dan
macamemerlukan banyak cahaya, sedangkan yang lairmya tumbuh baik
ddam
kondisiyang lebih gelap.
Di hutan tropis terdapat lima lapisan vegetasi utarna, yaitu: (1) lapisan paling
tinggi adalah pohon yang jarang, dengan ketinggian 36 m; (2) kemudian yang ja-
raknya lebih dekat dengan tinggi pohon 21 m; (3) di bawahnya terdapat pohon-
pohon kecil yang rapat; (4) di bawahnya lagi terdapat lapisan semak, paku yang
0
tinggi dan pohon muda; (5) dan tumbuhan herba, paku darn jamur.
Pada hutan hujan tropis pun pada umumnya terdapat h a lapisan vegetasi
utama ini, meskipun pada kebanyakan hutan hujan tropis terdapat aneka ragam spe-
sies. Sebagai m t o h , Prance (1986) mengemukakan bahwa terdapat 236 spesies
per hektar di Brazilia, 258 spesies di Colombia, 1033 spies di Equador dm 13 18
spesies
di Panama.
Sedangkan Remijn (1975) rnenyatakan bahwa pada wi1ap.h yang luas di In-
donesia dan Philipina, hutan hujan tropis dapat meliputi lebih dari 2000 jenis, dima-
Gentry (1982,
d a h
Prance,
1986) mengemukakan bahwa banyaknya spesksyang terdapat pada areal hutan hujan tropis tertentu mempunyai korelasi yang kuat
dengan
curah
hujan pada areal butan hujan tropis yang bema&tan Semakinh-
nyak curah hujan (sampai dengan 4000 mm) semakin banyak sjxsk yang tealapat. Sebetulnya tidak hanya curah hujan saja yang mmentukan penutupan vegetasi dari
areal kopis, tetapi m u s h juga mempakan Mbr ymg penting. Apabila curah hujan
hianan kbih rendah Qari
pada
120 mm mtuk tnasa Mihctari
satti bulsm maka h- tan hujaa txepis cederung digantikan old~ huttan F d a b tropis (t+opical moist fo-m).
m aterdapat perbedm musimh .
yang kmt, maka pohou-pobn akangugur daunnya sehingga dalam hal ini hutan
h
j
a
n
tropis cenderung &gantj.kanoieh
hutan p g m daun tropis.
denpan Pertumbuhan Teeakan
Perbedaan besar jenis-jenistumbuhan yang menyusun hutan merupakan akibat
dari beberapa parameter ekologi, baik yang bersifat alami maupun buatan manusia.
Parameter ekologi tersebut adalah (Rernijn, 1975) :
(1) Faktor-faktor klimds yang terdiri dari suhu, presipitasi dan evapotranspira-
si. Perubahan harian dan musiman berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
tanaman.
(2) Faktor-faktor topograEi yang terdiri dari perubahan ketinggian, kelerengan
dan parameter geologi seperti kegatan
vuikanik
dan tanah longsor.(3) Perbedam jenis tanah ymg berhubungan dengan sifat-sifat tanah baik fi-
sik mupun idmiawi, kdembaban tanah,
hninase,
pengaruh pasang surut dan(4) Faktor-faktor b d q y yang terdiri dari p e n 8 d fauna, se-
rangan wra4g8 dan penyakit.
( 5 ) Intemhi nvtnusia. hkraksi d
ioi
damkakiW m%rusak, mrsaiggpembakaran, ~ ~ n , p e r i a d a n g a n b e r p m d a h , ~ ~ ~ ~ P a t p u l a m e m p u -
nyai pengaruh yang positif, misalnya reboisasi, peqjqauan d m pemupubm
Peagar& paamekr ekologi tersebut &an snq&h&a t e h d t h p
b e r h g a i f o n n a s i h u t a n d e o g a n k o m p o a i s i j e n i s ~ , s e ~ ~ i e i ~
4 mengenali betmapa tipe hutan.
Ifntuk
h u h
hujan tropis, p a d q m ntipe-
t i p
hutan
d i J m
sebagai berikut:(1) Per%iratm W w a hut dapat memgakibatkzm banpry
~~
memmgkm-kan tumbukmya bberapa jenis mangrove, sehmgp r n m v hutan
(2) Hutan gambut dijumpai pada daerah yang mempuriyai hujan
yang
sangattinggi dan drainase yang kurang W.
(3) Hutan rawa air tawar tejadi di daerah dataran yang secara tetap
kena
banjir.(4) Hutan dataran banjir sungai tumbuh di daerah yang hanya dig- air s e a -
ra
berkala.
(5) Pada tepi sungai di bqpn
yang
datar, terdapat hutan h g g d sungai, sedang-kan
hutananak
sungai terjadidi
sepanjangm g a i
deqm peamukaan yangbesgelombang.
(6) Hutan tanah kering dapat Bibagi meajadi hutan d a m dan hutan
Peg-m-
Dalam penelitian ini akan dibicarakan faktor-faktor
yang
mempmyai h u h -h a . Falctor-faktm ini merapakan peubah bebaa yang akan diukur dari potret
udara. I 3 e b e r a p a p e u M l ~ ~ ~ ~ I l E e n r p a k a n f a k t o r y a n g ~ 8 1 U h t e r h a -
dap pedumbuhan tegakaq aeperti: hqgg tempat, kemirhgan lapangan dan wpek.
B e h p a pubah bebas h y a ,
seperti:
putupen tajuk, diameter tajuk, banyak- nya p&un dan tmgp pohon diduga memiliki korelasi yangcukup
tinggi denganv
-Seimyhya WM-f* peubah bebas tersebut & e l e t > i h hagut dmgm
berikut :
Soedomo (19W) mengem* bahwa pengBnth tinggi tempat @axi pennu-
kaan hut) terhadap pedmhuhaa pohm bexdkt tidak kingsung. Perbedaan €in&
tempat &an mempengaruhi keadaan hgkungan tumbuh
dari
polton, hutamasuhu, kelernbaban, oksigen di udara dan keadaan tmah. Keadaan bgkuqpn tum-
buh ini akhjrnya mapqmh pedumbuhan pohm Hubungan antara tin& tem- pat clan pertumbuhan pohon menunjukkan korehi n e g a artinya semalcin tinggi
tempat dari permulam laut mRkin kecil ukuran pohonnya. Peneltian Soedomo
(1984) pada peninggi Pimrs merkusi
di
Lembaag memgbasihn r =-
0.47 dan di Cililin r =-
0.51.Hal
ini sesuai @an basil penelitian Graney dan Ferguson(1971) untuk Pimrs echivata,
yaitu
indeka tempat tuxnbuh menurun apabila tinggitempat bertambah tinggi.
[image:182.536.45.491.89.729.2]Robm dan Smith (1864, cialam Longman d m Jenik, 1987) mengemukakan bahwa tinggi tempat me-& susuruur vertikat dari hutan hopis. Hubuagan antara
tinggi
tempat dengantinggi
tajuk hutandi
Malaysia Barat disajikan padaTabel 11.1. Hubungan Antara Tinggi Tempat dm Tin&
Tajuk Hutan Di Malaysia Barat
h n b e r : Longman dan Jenik (1 987)
;I
2. Lereng -
Pengaruh lereng terhadap pertumbuhan menurut E i n p k d m Mc Comb
( 195 1, dalam Soedomo, 1 984) antara lain ditunjukkan oleh adanya perbedaan nyata
pada indeks tapak antara lereng bagim tengah Ban atas. Lereng bagian bawah bia-
sanya mempunyai lapisan tanah yang lebih tebal. Graney dan Ferguson (1971 da-
lam Sudomo, 1984) mengemukakan bahwa kualitas tempat tumbuh cenderung
meningkat apabila lereng lebih cekung.
Soedomo (1984) menyatakan bahwa hubungan antara pertumbuhan Pinus
merkusii dengan kemiringan lereng berkorelasi positif, yaitu pada tempat yang lebih
datar tanarnan lebih buruk. Tempat-tempat yang datar pada umumya dijumpai
pada bagian bawah atau puncak bukit. Tempat-tempat datar pada bagian puncak
bukit banyak mengalami erosi dan pencucian, sehingga solumnya dangkal berbatu-
batu, miskin unsur hara, kekurangan air
d m
umumnya tanahnya padat. Tempatpada kelerengan sdalu dilaIui bahan-bahan hasil pencucian dan erosi dan pada tem-
pat ini air selalu berganti, sehingga keadaan ini mendukung pertumbuhan pohon.
J
.
Susunan Hutan
Hutarr Lhpterocarpaceae dataran rendah
H&m D i p t e r o c a r p m
' W m
Htrtaa montane rendah (lower montane) Hutan montane
Tinggi tempat
I
Tingsitquk(m)
150
800
t 500
1800
f m)
42
30
21
Woento ('1976) juga melaporkan bahwa kelemgan berkmlasi nyata dengan
bnita damar umur 16-35 tahun.
Percobaan Einphar dan Mc Comb
(1
95 1, dalam Soedomo, 1984) memmjuk- kcm W w a tvah 1txe.q a h aspek meapmyai pengaruh nyaQ terJmdap indeb ta-pak oak, yaitu gads
1-
sebelah Utaradan
Timurcendenrng
m
indebtap& yang -1 baik chipada 1
-
yang terletakdi
s h l a h
Selatan dan Ekat. h p e k m e a p q y d i ptxtumbuhan pohan secara ti& langsung naeMui per-bedasakuaIitascahayayangditerimapadakeduasisibukit.
Harmah
(1%8), McClukin
(1%3), Dodittle (1957) serta Trimbedim
Weilsmm (1956) (&dam Pumama, 1977) berkesimpulan Wwa posisi lereng
merupakan faktor pen- dahm penentuan ku8litas tempat tumbuh.
AqAc mempunyai pengaruh atas sudut datmgnya sinar m a t b r i
yang
me-nyiaari
hutan yang bamngkutan.Hd
ini akan m eintemitas sinar ymgmengenai tajuk pohm
dan
lantai hutan, di mana intensitas sinar ini cumprrt bergunauntuk phohintesis bagi tanaman hijau.
Longman
dan Jenik (1987) mengemuka-kan
bahwapada
hutan tropis kalau sudut datang sinar matahari 90" maka intensitassinar yang mengenai tajuk 100 %
dan
yang sampaike
dasar butan1
%; kalau sudut datang 4S0,yang
mengenai tajuk 67 % dan yang sampaike
dasar hutan 0.5W,
dankalau sudut datang 30°, yang mengenai tajuk 4 4 % d m yang sampai
ke
dasar hu-tan 0.2 %.
Makin tinggi intensitas sinar yang q e n a i tajuk (lapisan atas hutan), maka
akan