• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) SMA di Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) SMA di Medan Tahun 2011"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PIK-KRR (PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA) SMA DI MEDAN

OLEH :

ADIAH KURNIASIH NIM : 105102049

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Adiah Kurniasih

Pelaksanaan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) SMA di Medan Tahun 2011

x + 45 + 3 tabel + 1 skema + 10 lampiran

ABSTRAK

Program Kesehatan Reproduksi Remaja difokuskan pada empat sasaran utama yaitu: Peningkatan komitmen terhadap program KRR, Komunikasi perubahan perilaku remaja, Peningkatan kemitraan dan kerjasama dalam program KRR dan Peningkatan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan Pusat Informasi dan Konseling KRR (PIK-KRR).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil evaluasi bagaimana pelaksanaan PIK-KRR SMA di Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan setelah adanya KRR. Sampel pada penelitian adalah 20 SMA yang telah melaksanakan program PIK-KRR dengan metode pengambilan sampel accidental sampling dan analisa data distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukan pada PIK-KRR melakukan sarasehan bagi anggota kelompok remaja 75%, 60% pimpinan/kepala sekolah memberi dukungan dan persetujuan, penyusunan program kegiatan PIK-KRR 55%, kegiatan jambore remaja 60%, advokasi untuk meningkatkan kualitas dan keberlangsungan PIK-KRR didapatkan dari hasil bahwa 70%, jaringan keterlibatan70%, media cetak dan elektronik 70%, meresmikan pembentukan PIK-KRR 60%, jadwal rutin pertemuan minimal 1 bulan sekali 55%, informasi KRR oleh pendidik sebaya kepada guru didapatkan 75%, pendidik sebaya dan konselor sebaya, tenaga medis, psikolog dan tenaga ahli lainnya yang datang secara terjadwal 65%, ruangan khusus tempat pelayanan dan ruang pertemuan PIK-KRR 55%, 50% membuat laporan, informasi dan konseling KRR di luar tempat PIK-KRR ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan 70%, mengirimkan kader untuk pelatihan bagi pengelola, calon pendidik sebaya dan konselor sebaya 65%. Berdasarkan pelaksanaan PIK-KRR diperoleh hasil bahwa hanya 75% yang telah melaksanakan PIK-KRR dengan baik. Disarankan dari hasil penelitian ini agar melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai manfaat dibentuknya atau dilaksanakannya PIK-KRR disekolah-sekolah.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Pelaksanaan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) SMA di Medan tahun 2011”.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini yaitu:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Dina Indarsita,SST,S.Pd,M.Kes selaku dosen pembimbing dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah, yang telah membimbing hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

4. dr. Arlinda Sari Wahyuni selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah.

(5)

6. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Sekretaris Program D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Uiversitas Sumatera Utara.

8. Rasa hormat dan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta bapak Tulus SM (Alm), Ibu Hj.Habibah Yunus yang telah membesarkan dan memdidik peneliti dengan kasih sayang.

9. Suami dan anak-anakku tercinta Sahmin, Hadisty Rahayu, Rauda Fauzan dan Dara Fatimah Zuhra yang telah memberi dukungan dan semangat baik berupa moril dan materil serta semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan karya Tulis Ilmiah ini.

10. Teman – teman D-IV Bidan Pendidik dan semua pihak yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat limpahan anugrah dari Allah SWT.

Medan, Juni 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 8

2. Bagi Penelitian Kebidanan... 8

3. Bagi Peneliti Sendiri... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi ... 9

1. Pengertian Evaluasi ... 9

B. PIK-KRR ... ... 9

1. Definisi PIK-KRR ... 9

2. Langkah-langkah kegiatan dalam Pembentukan PIK-KRR ... 10

3. Tujuan PIK-KRR ... 11

4. Ruang Lingkup ... 11

5. Pengembangan dan Pengelolaan PIK-KRR ... 11

6. Sasaran ... 15

a. Pembina ... 15

b. Pengelola PIK-KRR ... 16

7. Indikator Keberhasilan ... 16

8. Evaluasi Keberhasilan ... 16

9. Isu-isu Pokok atau Materi Kesehatan Reproduksi Remaja ... 17

C. Arti Dan Sasaran Konseling KRR ... 18

1. Pengertian Konseling ... 18

2. Konseling KRR ... 18

3. Sasaran Konseling KRR ... 19

4. Syarat menjadi Konselor KRR ... 19

5. Syarat Tempat Konseling ... 20

6. Sikap Konselor ... 21

7. Langkah-langkah Konseling KRR ... 21

(7)

1. Pengertian ... 22

E. Remaja ... ... 23

1. Pengertian ... 23

2. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja Berdasarkan Kematangan Psikososial dan seksual ... 24

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 26

B. Defenisi Operasional ... 27

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Tempat Penelitian... 32

D. Waktu Penelitian ... 32

E. Pertimbangan Etika Penelitian ... 32

F. Alat Pengumpulan Data ... 32

G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 33

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 33

I. Analisis Data ... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 35

1. PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling dan Kesehatan Reproduksi Remaja... 35

2. Pelaksanaan... 38

B. Pembahasan... .... 38

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 38

2. Keterbatasan Penelitian ... 41

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan ... . 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 44

1. Untuk Pelayanan Kebidanan ... 44

2. Untuk Pendidikan D-IV Kebidanan... 45

3. Untuk Penelitian Selanjutnya ... 45 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Izin Survey Penelitian Lampiran 4 : Surat Pernyataan Content Validity Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 : Master Data Penelitian

Lampiran 7 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 8 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 9 : Balasan Surat Izin Penelitian

(11)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Adiah Kurniasih

Pelaksanaan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) SMA di Medan Tahun 2011

x + 45 + 3 tabel + 1 skema + 10 lampiran

ABSTRAK

Program Kesehatan Reproduksi Remaja difokuskan pada empat sasaran utama yaitu: Peningkatan komitmen terhadap program KRR, Komunikasi perubahan perilaku remaja, Peningkatan kemitraan dan kerjasama dalam program KRR dan Peningkatan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan Pusat Informasi dan Konseling KRR (PIK-KRR).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil evaluasi bagaimana pelaksanaan PIK-KRR SMA di Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan setelah adanya KRR. Sampel pada penelitian adalah 20 SMA yang telah melaksanakan program PIK-KRR dengan metode pengambilan sampel accidental sampling dan analisa data distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukan pada PIK-KRR melakukan sarasehan bagi anggota kelompok remaja 75%, 60% pimpinan/kepala sekolah memberi dukungan dan persetujuan, penyusunan program kegiatan PIK-KRR 55%, kegiatan jambore remaja 60%, advokasi untuk meningkatkan kualitas dan keberlangsungan PIK-KRR didapatkan dari hasil bahwa 70%, jaringan keterlibatan70%, media cetak dan elektronik 70%, meresmikan pembentukan PIK-KRR 60%, jadwal rutin pertemuan minimal 1 bulan sekali 55%, informasi KRR oleh pendidik sebaya kepada guru didapatkan 75%, pendidik sebaya dan konselor sebaya, tenaga medis, psikolog dan tenaga ahli lainnya yang datang secara terjadwal 65%, ruangan khusus tempat pelayanan dan ruang pertemuan PIK-KRR 55%, 50% membuat laporan, informasi dan konseling KRR di luar tempat PIK-KRR ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan 70%, mengirimkan kader untuk pelatihan bagi pengelola, calon pendidik sebaya dan konselor sebaya 65%. Berdasarkan pelaksanaan PIK-KRR diperoleh hasil bahwa hanya 75% yang telah melaksanakan PIK-KRR dengan baik. Disarankan dari hasil penelitian ini agar melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai manfaat dibentuknya atau dilaksanakannya PIK-KRR disekolah-sekolah.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal ini bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat maka akan timbul perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar dapat tertangani secara tuntas. (Yani Widyastuti dkk, 2009, hal.11)

(13)

berisiko, seperti melakukan hubungan seks sebelum menikah dan penyalahgunaan NAPZA, yang kedua dapat membawa risiko terhadap penularan HIV dan AIDS. Kompleksitas permasalahan remaja perlu mendapat perhatian secara terus menerus baik dari pihak pemerintah, LSM, masyarakat, maupun keluarga, guna menjamin kualitas generasi mendatang (Muadz, 2008, hal.1).

Sejak Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan ICPD (Internasional Conference on Population and Development), di Kairo Mesir tahun 1994,

masyarakat internasional mengukuhkan hak-hak remaja akan informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk konseling.

Pemerintah Indonesia sejak tahun 2000, juga telah mengangkat kesehatan reproduksi remaja menjadi program nasional. Program kesehatan reproduksi remaja (KRR) merupakan upaya pelayanan untuk membantu remaja memiliki status kesehatan reproduksi yang baik melalui : pemberian informasi, pelayanan konseling, dan pendidikan keterampilan hidup (Muadz, 2008, hal.15).

(14)

memberikan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja serta pemberian konseling tentang permasalahan remaja (BKKBN dan UNFPA, 2005).

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2002-2003) didapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (wanita 34,7%, pria 30,9%), sedangkan usia 20-24 tahun (wanita 48,6%, pria 46,5%).

Faktor yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual (3x lebih besar) adalah : teman sebaya yang mempunyai pacar, mempunyai teman yang setuju dengan hubungan seks pra-nikah, mempunyai teman yang mempengaruhi/mendorong untuk melakukan seks pranikah.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Wimpie Pangkahila tahun 1996 terhadap 633 pelajar SLTA didapatkan bahwa 27% laki-laki dan 18% wanita mempunyai pengalaman hubungan seks di Bali.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang tahun 2001 didapatkan 27% remaja laki-laki dan 9% remaja wanita di Medan mengatakan sudah melakukan hubungan seks.

(15)

Dari data PKBI (Pusat Keluarga Berencana Indonesia) tahun 2006 didapatkan bahwa umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alkon, 85% dilakukan di rumah sendiri.

Menurut Survei Komnas Perlindungan Anak di 33 propinsi Januari s/d Juni 2008 menyimpulkan : 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genitalia stimulation (meraba alat kelamin) dan oral sex (sex melalui mulut), 62,7% remaja SMP tidak perawan dan 21,2% remaja

mengaku pernah aborsi.

Berdasarkan data Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI, Rakyat Merdeka, tahun 2006) di dapatkan Aborsi 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% dilakukan oleh remaja (+ 700 ribu).

Berdasarkan data BNN (Badan Narkotika Nasional) 2004, Narkoba menunjukkan bahwa 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia adalah pengguna narkoba. Dari jumlah tersebut 78% diantaranya adalah remaja 20-29 tahun.

(16)

Remaja merasakan bahwa membahas soal seks, kesehatan reproduksi remaja, perilaku seksual, lebih terbuka dan lebih senang bila dilakukan dengan teman sebaya (peer group) dari pada dengan orang tua. Pada umumnya remaja sangat menghargai

pertemanan, jalinan komunikasi antarteman sebaya lebih baik dan lebih terbuka. Banyak remaja merasa enggan untuk menyampaikan masalah dan mencari jawaban dari orang tuanya karena masih banyak orang tua yang tidak mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan masih risih untuk membicarakan mengenai perkembangan biologis dan psikologis anak-anak mereka.

Menurut SKRRI (Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia), 2002-2003 51% remaja perempuan dan 47% remaja laki-laki mengaku mendapat pelajaran kesehatan reproduksi pada saat sekolah di SLTP. Ini berarti peran sekolah dalam menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi belum optimal, akibatnya kebutuhan remaja terhadap informasi kesehatan reproduksi remaja masih sangat kurang. Hal ini karena informasi yang diterima dari teman sebaya yang masih sama-sama belum mengetahui secara benar dan banyak disalah artikan dan diselewengkan (Saroha Pinem, 2009, hal 312).

Program Kesehatan Reproduksi Remaja difokuskan pada empat sasaran utama yaitu: Peningkatan komitmen terhadap program KRR, Komunikasi perubahan perilaku remaja, Peningkatan kemitraan dan kerjasama dalam program KRR dan Peningkatan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan Pusat Informasi dan Konseling KRR (PIK-KRR).

(17)

rendah, karena itu perlu dilakukan pemantauan dan pelaksanaan pengelolaan PIK-KRR dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas program tersebut (Muadz, 2006, hal 2).

Penelitian ini pernah dilakukan oleh Nur Apni Aryani terhadap Efektifitas Program PIK-KRR terhadap peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi di SMU Al-Wasliyah Kota Medan pada Tahun 2010 dari penelitian Nur Apni Aryani peneliti hanya melihat dan mengukur tingkat efektifitas Program PIK-KRR terhadap pengetahuan Kesehatan Reproduksi di sekolah masih sangat rendah dan belum memadai seperti yang diharapkan oleh pemerintah.

Dari salah satu fenomena diatas maka pemerintah menggunakan strategis yang harus dicapai pada tahun 2009, salah satu strategis tersebut adalah berkaitan erat dengan program Kesehatan Reprodukasi Remaja (KRR) yaitu : setiap kecamatan memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang aktif, berdasarkan hasil laporan dari BKKBN pusat jumlah tenaga pengelola PIK-KRR sampai tahun 2007 yang sudah terlatih adalah sebanyak 34.726 orang, termasuk didalamnya Pendidik Sebaya, sementara dari jumlah PIK-KRR yang sudah terbentuk diseluruh Indonesia adalah sebanyak 2.773 PIK-KRR yang didirikan di sekolah-sekolah sebanyak 55%, diLembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 15% dan 35% yang didirikan di Karang Taruna (Siswanto Agus Wilopo, 2008, hal 2)

Pembentukan PIK-KRR merupakan wadah kegiatan pemberdayaan remaja dalam pengenalan pendidikan kesehatan reproduksi.

(18)

Provinsi Bali pada tahun 2009 telah terbentuk PIK-KRR dengan jumlah 54 PIK-KRR, pembentukan PIK-KRR tersebut di sekolah menengah umum (SMU) yang tersebar di delapan kabupaten/kota Bali.

Pembentukan PIK-KRR di wilayah NTB sudah dimulai sejak tahun 2009 dan mencapai 222 unit di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan tersebar di berbagai kabupaten/kota di Provinsi NTB

Dari survei pendahuluan oleh peneliti di kantor BKKBN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kota Medan tahun 2009 bahwa terdapat 23 buah PIK-KRR yang tersebar di seluruh Kota Medan yang terbentuk di Sekolah-sekolah, Karang Taruna dan tahun 2010 telah bertambah 25 buah PIK-KRR namun tidak berjalan sesuai dengan tujuan program pemerintah walaupun telah memiliki tempat PIK-KRRnya. Maka itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana Pelaksanaan PIK-KRR SMA di Kota Medan.

B.Perumusan Masalah

(19)

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pelaksanaan PIK-KRR di lingkungan sekolah SMA di Medan.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan intervensi kebidanan untuk dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan PIK-KRR dan dapat diketahui oleh masyarakat luas khususnya pada remaja.

2. Bagi Pendidikan D-IV Kebidanan

Sebagai wadah referensi bagi kebidanan khususnya Bidan Pendidik untuk melihat bagaimana pelaksanaan dan evaluasi PIK-KRR untuk program pengembangan generasi muda bagi remaja.

3. Bagi Peneliti Sendiri

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Evaluasi 1. Pengertian

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003, hal.123).

Evaluasi dilakukan untuk penilaian terhadap suatu pelaksanaan kegiatan atau program yang sedang dilakukan dalam rangka mencari umpan balik yang akan dijadikan dasar untuk memperbaiki suatu program atau sistem. Evaluasi yang bersifat tinjauan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program itu berjalan, dan sejauh mana program tersebut mempunyai hasil atau dampak (Notoatmodjo, 2010, hal.30).

B. PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja)

1. Definisi PIK-KRR

Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.

(21)

2. Langkah-langkah kegiatan dalam Pembentukan PIK-KRR: Langkah-langkah pembentukan PIK-KRR meliputi :

a. Sarasehan anggota kelompok remaja dalam rangka pembentukan PIK-KRR dan pengelola PIK-KRR.

b. Konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh dukungan/persetujuan dengan pimpinan setempat (Kepala Desa, Camat, Bupati/Walikota, Rektor, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, sekolah, pesantren, perguruan tinggi dan tempat kerja).

c. Menyusun program kegiatan.

d. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK-KRR (jambore remaja, pentas seni, lintas alam dll).

e. Melakukan advokasi untuk meningkatkan kualitas dan keberlangsungan PIK-KRR.

f. Mempunyai akses pada jaringan internet g. Menggunakan media cetak dan elektronik

h. Meresmikan pembentukan PIK-KRR (launching) i. Membuat jadwal rutin PIK-KRR.

j. Memberikan informasi KRR oleh Pendidik Sebaya kepada remaja setempat secara rutin dilaksanakan di PIK-KRR

k. Adanya Pendidik sebaya dan Konselor sebaya, tenaga medis, psikolog dan tenaga ahli lainnya yang datang secara terjadwal memberikan pelayanan pada PIK-KRR.

(22)

3. Tujuan PIK-KRR

Pembentukan PIK-KRR di lingkungan remaja (desa, sekolah, pesantren, tempat kerja dll) bertujuan untuk memberikan informasi KRR, keterampilan kecakapan hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan KRR untuk mewujudkan tegar remaja dalam rangka tercapainya keluarga kacil bahagia sejahtera.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup PIK-KRR meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian informasi KRR, keterampilan kecakapan hidup (life skills), pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan, kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.

5. Pengembangan dan Pengelolaan PIK-KRR

Dalam upaya mencapai tujuan pengembangan dan pengelolaannya PIK-KRR, maka PIK-KRR dikembangkan melalui 3 tahapan yaitu :

1. Tahap tumbuh 2. Tahap tegak 3. Tahap tegar

Masing-masing tahapan proses pengembangan dan pengelolaan tersebut didasarkan pada :

a. Sasaran

b. Materi dan isi pesan (assets) yang diberikan c. Dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki 1. Tahap Tumbuh

Sasaran :

(23)

− Penanggung Jawab PIK-KRR − Pendidik Sebaya

Materi dan isi pesan :

− Melengkapi materi TRIAD KRR pada PIK-KRR yang bersangkutan

− Mendalami pengetahuan, sikap dan perilaku tentang materi TRIAD KRR dan hak-hak reproduksi bagi remaja.

Dukungan dan jaringan :

− Menyediakan ruangan khusus

− Melaksanakan orientasi bagi pengurus dan penanggung jawab

− Mengirimkan 2 (dua) orang calon Pendidik Sebaya untuk mengikuti

pelatihan. 2. Tahap Tegak

Sasaran :

− Pendidik Sebaya − Konselor Sebaya

− Pengelola PIK-KRR

− Penanggung jawab PIK-KRR

− Tenaga medis dan tenaga non medis yang sudah terkait dengan jaringan

− Pelayanan rujukan PIK-KRR Materi dan isi pesan :

Pada tahap ini tetap mempertahankan materi dan isi pesan pada tahap Tumbuh, namun ditambah dengan beberapa :

−Mempelajari dan memberikan pelayanan PIK-KRR berkaitan dengan

(24)

−Menerapkan keterampilan advokasi Dukungan dan jaringan :

−Mempertahankan dukungan dan jaringan yang dimiliki pada PIK-KRR

tahap Tumbuh sebelumnya.

−Mengirimkan 2 orang calon Pendidik Sebaya untuk pelatihan Pendidik

Sebaya

−Mengirimkan 2 orang calon Konselor Sebaya untuk pelatihan Konselor

Sebaya

−Melakukan koordinasi dengan pelayanan medis (Puskesmas/Rumah Sakit

terdekat)

−Melakukan koordinasi dengan pelayanan lain yang terkait dengan remaja

(psikolog, tokoh agama dll) 3. Tahap Tegar :

Sasaran :

− Pendidik Sebaya − Konselor Sebaya

− Pengelola PIK-KRR

− Penanggung jawab PIK-KRR

− Mitra jaringan pelayanan medis dan non medis − Ketua kelompok-kelompok remaja

− Orang tua dari remaja sasaran PIK-KRR − Guru-guru sekolah sekitar PIK-KRR

− Pengelola PIK-KRR lain di sekitar

(25)

Materi dan isi pesan :

Pada tahap ini tetap mempertahankan materi dan isi pesan pada tahap Tegak, namun ditambah dengan menguasai dan mendalami pengetahuan dan keterampilan advokasi untuk meningkatkan dukungan dan jaringan bagi PIK-KRR.

Dukungan dan jaringan :

− Mempertahankan dukungan dan jaringan yang dimiliki pada PIK-KRR

tahap Tegak sebelumnya

− Mengirim 2 orang calon Konselor Sebaya untuk pelatihan Konselor

Sebaya

− Adanya perpustakaan di PIK-KRR

− Adanya jaringan dan dukungan yang diberikan oleh kelompok Remaja

Sebaya, orang tua, guru sekolah dan PIK-KRR lain sekitarnya − Adanya komitmen dan dukungan dari organisasi induk PIK-KRR

6. Sasaran

Sasaran yang terkait dengan pembentukan, pengembangan, pengelolaan, pelayanan dan pembinaan PIK-KRR, sebagai berikut :

a. Pembina

Pembina PIK-KRR adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberi dukungan dan aktif mambina PIK-KRR, baik yang berasal dari pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi pemuda/remaja lainnya, seperti :

(26)

3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana (SKPDKB) 4) Camat

5) Kepala Desa/Lurah 6) PLKB/PKB

7) Guru 8) Bidan

9) Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama 10) Pengelola KB Kecamatan

11) Rektor/Kepala Sekolah/Pimpinan Pondok Pesantren

12) Pimpinan lembaga/institusi lain yang terkait (pramuka, organisasai keagamaan)

Pihak-pihak terkait (stakeholders) yang menjadi sasaran lain : • Sasaran Utama : Kelompok-kelompok remaja

• Sasaran Pengaruh : Aktivis remaja/Institusi pemuda/Pendidik Sebaya/Konselor

Sebaya

• Sasaran Penentu : Kepala Desa, Camat, Bupati/Walikota, Rektor, Tokoh

Masyarakat, Tokoh agama, Pimpinan Sekolah, Pimpinan Pondok Pesantren, Pimpinan Instansi/Perusahaan.

b. Pengelola PIK-KRR

(27)

Ketua, Bidang Administrasi, Bidang program dan kegiatan, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya.

7. Indikator Keberhasilan

Terwujudnya PIK-KRR tahap Tumbuh di desa, kecamatan, sekolah/pesantren, Perguruan Tinggi, mesjid, gereja,mall, tempat kerja dll.

8. Evaluasi Keberhasilan

Tahap ini adalah untuk mengetahui sejauhmana tujuan pembentukan PIK-KRR sudah/belum tercapai, masalah-masalah yang dihadapi baik yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait (sasaran) maupun berhubungan dengan proses yang telah dilalui. Kegiatan evaluasi ini akan lebih efektif untuk ditindak lanjuti apabila dilakukan secara bersama-sama dengan sasaran-sasaran yang terkait.

9. Isu-isu Pokok atau Materi Kesehatan Reproduksi Remaja yang Disampaikan dalam Program PIK-KRR

Secara garis basar dalam ruang lingkup/materi pokok kesehatan reproduksi remaja adalah :

a. Substansi seksualitas (termasuk pubertas dan KTD) meliputi : • Pubertas (ciri-ciri pubertas, mimpi basah, menstruasi)

• Alat/sistem fungsi dan proses reproduksi (pengenalan organ-organ

reproduksi, fungsi, dan proses reproduksi)

• Konsekuensi hubungan seks pra-nikah (kehamilan tidak diinginkan = KTD,

aborsi, infeksi menular seksual = IMS)

b. Dalam substansi HIV dan AIDS yang perlu disampaikan : • Informasi umum HIV dan AIDS

(28)

• Penularan HIV dan AIDS

• Cara menghindari HIV dan AIDS

• Bagaimana mengetahui seseorang terinfeksi HIV dan AIDS • Stigma dan deskriminasi

c. Dalam substansi NAPZA yang disampaikan : • Jenis-jenis NAPZA

• Penyalahgunaan NAPZA

• Cara menghindari penyalahgunaan NAPZA • Cara mengatasi ketergantungan terhadap NAPZA

C.Arti dan Sasaran Konseling KRR 1. Pengertian Konseling

Konseling adalah suatu proses dimana seseorang membantu orang lain dalam membuat keputusan atau mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah, melalui pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat didalamnya.

2. Konseling KRR

Konseling KRR adalah suatu proses tatap muka dimana seseorang konselor membantu remaja untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan repoduksinya.

Oleh sebab itu dalam konseling KRR harus terjadi : 1. Hubungan saling percaya

(29)

3. Pemberdayaan klien agar mampu mengambil keputusannya sendiri.

Konseling berbeda dengan pemberian nasehat. Konseling berpedoman pada pandangan bahwa pengambilan keputusan adalah tanggung jawab klien.

Seorang konselor bukan yang mengatur, mengkritik atau membuat keputusan yang kemungkinan tidak diterapkan oleh klien setelah pertemuan konseling. Ia menjadi mitra/rekan dari klien, tetapi klienlah yang paling tahu dunianya sehingga dialah pembuat keputusan.

Dalam pemberian nasehat, pemberi nasehat berperan seakan ia seorang “ahli” dan memikul tanggung jawab lebih besar terhadap tingkah laku/tindakan klien.

Konseling bisa terjadi tidak hanya antara 2 orang yang saling bertatap muka, namun ada pula konseling yang dilakukan terhadap keluarga atau family konseling. Prinsip dasar yang digunakan sama dengan konseling individu, namun perlu pendekatan khusus karena situasinya lebih kompleks dan yang perlu dibantu adalah keluarga sebagai suatu kesatuan yang efektif.

3. Sasaran Konseling KRR

Yang menjadi sasaran konseling KRR adalah semua orang, tidak terbatas dengan usia dan jenis kelamin yang ingin bertanya atau mangalami masalah sehubungan Kesehatan Reproduksinya misalnya :

1. Individu remaja 2. Kelompok Remaja

3. Klien dengan kehamilan yang tidak diinginkan 4. Penyalahgunaan NAPZA

5. Pengidap HIV dan AIDS (ODHA) Orang Dengan HIV dan AIDS

(30)

Beberapa syarat seorang Konselor Sebaya : 1. Berpengalaman sebagai Pendidik Sebaya

2. Mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk membantu klien 3. Terbuka pada pendapat orang lain

4. Menghargai dan menghormati klien

5. Peka terhadap perasaan orang dan mampu berempati 6. Dapat dipercaya dan mampu memegang rahasia 7. Perasaan stabil dan kontrol diri yang kuat 8. Memiliki pengetahuan yang luas mengenai :

a. Seksualitas yang meliputi tumbuh kembang remaja, alat, system dan proses reproduksi, konsekuensi hubungan seks pra nikah, kehamilan.

b. HIV, AIDS dan PMS c. NAPZA

9. Memiliki keterampilan dalam :

a. Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan menimbulkan rasa percaya klien terhadap konselor

b. Melakukan komunikasi interpersonal, yaitu hubungan timbal balik yang bercirikan :

1) Komunikasi dua arah

2) Memperhatikan aspek verbal dan non verbal 3) Mendengar secara aktif

4) Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan dan pikiran 5) Membantu klien dalam pengambilan keputusan

(31)

Konseling dapat dilakukan dimana saja dengan syarat : 1. Terjamin privacy

2. Nyaman, tidak bising 3. Tenang

6. Sikap Konselor S Smile

Duduk menghadap ke klien berikan anggukan atau senyuman. O Open and Non Judgemental Facial Expression

Expresi muka menunjukan sikap terbuka dan tidak menilai L Lean towards Client

Tubuh condong ke klien E Eye contact

Kontak sesuai cara yang diterima budaya setempat R Relaxed and Friendly manner

Santai dan sikap bersahabat 7. Langkah-langkah Konseling KRR

SA : Salam, memberi perhatian dan menciptakan hubungan dan situasi nyaman T : Tanya, mengajukan pertanyaan untuk mengetahui kebutuhan,

pengetahuan dan perasaan klien tentang masalah yang dihadapi dan latar belakangnya, Identifikasi efek dari masalah terhadap klien dan hal lain. U : Uraikan, tawarkan informasi umum mengenai alternatif pemecahan

masalah untuk pengambilan keputusan.

(32)

J : Jelaskan secara rinci mengenai alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih klien, konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dihadapi. Ajukan pertanyaan apakah klien sudah mengerti apa yang disampaikan agar bisa membuat keputusan tanpa tekanan.

U : Rencanakan kunjungan ulang atau rujuk ketempat pelayanan konseling bila diperlukan

D.Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Pengertian

Kesehatan Reproduksi Remaja adalah meliputi aspek fisik, mental, sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri (WHO dan ICPD, 1994 dikutip dari Layyin Mahfiana dkk, hal. 38)

Menurut Mariana Amiruddin, (2003), Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja adalah sekumpulan metode, tehnik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.

Kesehatan reproduksi remaja penting sekali bagi kesehatan reproduksi dan masuk sebagai komponen kesehatan reproduksi karena :

(33)

masa pubertas, merupakan masa transisi yang unik ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi, dan psikis.

2. Pada masa remaja terjadi perubahan organobiologik yang cepat dan tidak seimbang dengan perubahan mental emosional (kejiwaan). Keadaan ini dapat membuat remaja bingung. Oleh karena itu perlu pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya sehingga remaja dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, mental maupun psikososial.

3. Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Bagi laki-laki, masa remaja merupakan saat diperolehnya kebebasan sementara pada remaja perempuan saat dimulainya segala bentuk pembatasan. Agar masalah kesehatan remaja dapat ditangani dengan tuntas, diperlukan kesetaraan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan (Saroha Pinem, 2009, hal. 302)

E. Remaja 1. Pengertian

Remaja adalah menurut Mappiare (1982) berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan umur 13-22 tahun bagi pria. Remaja artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan dan sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.

(34)

melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan oarang dewasa. Oleh kerana itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun yang perlu ditekankan disini bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Mohammad Ali dkk, 2009, hal.9-10).

2. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja Berdasarkan Kematangan Psikososial dan Seksual.

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan remaja, berdasarkan sifat dan tahap perkembangannya, masa remaja dibagi dalam tiga tahap :

1. Masa remaja awal (10-12 tahun)

(35)

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan

mulai berpikir yang khayal (abstrak) 2. Masa Remaja tengah (13-15 tahun)

a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual 3. Masa Remaja akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. d. Dapat mewujudkan perasaan cinta

(36)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A.Kerangka Konsep

PIK-KRR ( Pusat informasi dan konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ) adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya (BKKBN, 2008. Hal.5)

Pada penelitian ini yang akan diteliti adalah bagaimana pelaksanaan PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) SMA di Kota Medan.

Skema. 1. Kerangka Konsep PIK-KRR

(37)

B.Definisi Operasional

Pelaksanaan PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) di Kota Medan akan diukur dengan menggunakan angket/kuesioner.

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

1 Pelaksanaan PIK-KRR

Kegiatan yang dilakukan dalam PIK-KRR meliputi :

1. Sarasehan anggota kelompok remaja dalam rangka pembentukan PIK-KRR dan pengelola PIK-KRR

2. Konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh dukungan/persetu juan dengan pimpinan setempat. 3. Menyusun

program kegiatan PIK-KRR

4. Melakukan kegiatan-kegiatan

yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK-KRR

5. Melakukan

advokasi untuk meningkatkan

kualitas dan keberlangsungan

PIK-KRR. 6. Adanya

jaringan 7. Menggunakan

media cetak dan elektronik

Kuesioner Cek List - Ya = 1

- Tidak = 0

(38)

8. Meresmikan pembentukan PIK-KRR (launching) 9. Membuat jadwal

(39)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui hasil pelaksanaan KRR terhadap penyelenggaraan program PIK-KRR SMA di wilayah Kota Medan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai dari hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin mempelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah sekolah SMA yang telah melaksanakan program PIK-KRR dibawah binaan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan BKKBN wilayah Kota Medan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,2007,hal.68). Dalam sampel ini yang digunakan adalah jumlah 20 SMA yang telah melaksanakan program PIK-KRR.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tehnik Accidental Sampling yaitu sampel yang kebetulan bertemu. Sebagai contoh, dalam

(40)

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA yang menjadi binaan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan BKKBN wilayah Kota Medan.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari September 2010 sampai dengan April 2011. E. Pertimbangan Etika Penelitian

(41)

F. Alat Pengumpulan Data

Dalam tehnik pengumpulan data pada penelitian ini ada dua macam di antaranya : 1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang dilakukan dengan cara :

a. Pengamatan yaitu : mengadakan pengamatan dari objek penelitian sekaligus

membuat catatan-catatan yang dianggap relevan dengan permasalahan penelitian

b. Koesioner yaitu : memberikan angket pertanyaan kepada responden berupa pertanyaan yang mengidentifikasi bagaimana pelaksanaan PIK-KRR.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data yang dilakukan dengan penelitian kepustakaan yaitu melalui penelaahan buku-buku, referensi, jurnal ilmiah yang berguna secara tioritis, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

G.Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menguji validitas, maka perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian, pengujian telah dilakukan dengan cara uji coba instrumen menggunakan Content Validity yaitu dengan melakukan konsultasi pada dosen pembimbing dan

(42)

H.Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu meminta surat rekomendasi dari bagian pendidikan bidan pendidik DIV Keperawatan USU. Setelah mendapat surat izin dari lokasi penelitian maka peneliti melakukan pengumpulan data penelitian dengan terlebih dahulu meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuisioner pada responden. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi kuisioner dengan tetap di dampingi oleh peneliti.

I. Analisis Data

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan dalam kuesioner kemudian dilakukan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data diberi kode (coding) untuk

(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasaan penelitian mengenai “Pelaksanaan PIK-KRR SMA di Medan. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 10 Januari sampai 15 April 2011 di Medan. Jumlah sampel yang didapat sebagai responden yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 20 responden.

Dari penelitian mengenai pelaksanaan PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) di Kota Medan didapatkan hasil adalah sebagai berikut.

(44)
(45)
[image:45.612.107.569.83.712.2]

Tabel 1.Distribusi Frekuensi PIK-KRR

No Pertanyaan Ya Tidak

Frequensi Persentase Frequensi Persentase 1. Apakah adanya sarasehan yang

dilakukan?

15 75 5 25

2. Apakah adanya konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh dukungan/persetujuan dengan pimpinan setempat?

12 60 8 40

3. Apakah Menyusun program kegiatan PIK-KRR?

11 55 9 45

4. Kegiatan-kegiatan apa yang dapat menarik minat remaja?

12 60 8 40

5 Melakukan Advokasi 14 70 6 30

6 Apakah adanya jaringan 14 70 6 30

7. Apakah ada menggunakan media cetak dan elektronik?

14 70 6 30

8. Apakah ada meresmikan pembentukan PIK-KRR?

12 60 8 40

9. Membuat jadwal rutin pertemuan PIK-KRR?

11 55 9 45

10. Memberikan informasi KRR oleh Pendidik Sebaya kepada?

15 75 5 25

11. Apakah adanya Pendidik sebaya dan Konselor sebaya, tenaga medis, psikolog dan tenaga ahli lainnya yang datang secara terjadwal?

13 65 7 35

12. Mempunyai ruangan khusus dan ruang pertemuan PIK-KRR?

11 55 9 45

13. Membuat laporan PIK-KRR? 10 50 10 50

14. Menyampaikan informasi dan konseling KRR di luar tempat PIK-KRR?

14 70 6 30

15. Mengirimkan kader untuk pelatihan bagi pengelola, calon pendidik sebaya dan konselor sebaya?

(46)

2. Pelaksanaan

[image:46.612.105.548.265.379.2]

Pada penelitian berdasarkan kategori pelaksanaan menunjukan bahwa dari 20 SMA yang menjadi sampel hanya 15 SMA (75%) yang telah melaksanakan PIK-KRR dan 5 SMA (25%) tidak melaksanakan PIK-KRR yang diharapkan oleh pemerintah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PIKKRR SMA di Medan Tahun 2011

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Dilaksanakan 15 75

Tidak dilaksanakan 5 25

Total 20 100

B.Pembahasan

1) Interpretasi dan Diskusi Hasil 1. PIK-KRR.

Dari hasil penelitian ini akan membahas tentang PIK-KRR hasil penelitian ini dengan literatur yang berhubungan, yaitu PIK-KRR dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan reproduksi remaja.

(47)

Keberadaan dan peran PIK-KRR di lingkungan remaja sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang KRR. Seperti diketahui bahwa akses dan kualitas pengelolaan pelayanan PIK-KRR masih sangat rendah.

PIK-KRR dengan melakukan kegiatan sarasehan bagi anggota kelompok remaja dari 20 responden hanya 75% yang melaksanakan dan menganggap hal itu perlu dilakukan, 60% pimpinan/kepala sekolah memberi dukungan dan persetujuan pada pelaksanaan PIK-KRR dibentuk disekolah mereka. Dalam penyusunan program kegiatan PIK-KRR 55% dilakukan untuk memperbaiki program kedepan dan untuk memperbaiki pelaksanaan PIK-KRR, dan 60% dari mereka banyak melakukan kegiatan jambore remaja karena mereka menganggap bahwa di jambore remajalah tempat mereka meyalurkan kreatifitasnya dapat berkumpul dengan teman-teman sebayanya.

(48)

pertemuan PIK-KRR didapat hasil sebanyak 55% mengatakan bahwa ruangannya harus nyaman, tertutup dan rapi, dalam hasil penelitian didapatkan bahwa 50% membuat laporan untuk dikirim kedinas BKKBN. Menyampaikan informasi dan konseling KRR di luar tempat PIK-KRR ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan, ceramah dan melakukan seminar-seminar untuk membahas tentang kondisi remaja disaat sekarang ini sebanyak 70% banyak dilakukan dengan penyuluhan, mengirimkan kader untuk pelatihan bagi pengelola, calon pendidik sebaya dan konselor sebaya didapatkan hasil bahwa 65% selalu mengirimkan kader untuk setiap ada pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya.

Maka dari hasil penelitian pelaksanaan diperoleh hasil bahwa 75% yang melaksanakan PIK-KRR dengan baik dan 25% yang tidak melaksanakan dengan baik karena tidak adanya dukungan dari kepala sekolah/pengambil kebijakan, ketua PIK-KRR yang kurang aktif membina anggota dalam mengelola kelompok PIK-PIK-KRR dan kegiatannya pun tidak berjalan akibat kendala dukungan dana yang tidak mencukupi. Dan kurangnya evaluasi dari pihak BKKBN selaku pelaksana program dalam hal ini diharapkan dari pihak BKKBN agar lebih aktif dan lebih sering untuk melakukan evaluasi dan pemantauan dari pelaksanaan PIK-KRR yang telah dibentuk, dengan adanya dukungan dan pemantauan dari pihak BKKBN maupun dari pihak pendidikan agar mereka lebih bersemangat lagi untuk dapat menjalankan program PIK-KRR ini.

2. Pelaksanaan PIK-KRR.

(49)

membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang benar dan cukup tentang KRR karena kualitas pelaksanaan dan pengelolaan PIK-KRR masih sangat rendah dilingkungan sekolah (BKKBN, 2008).

Maka dari hasil penelitian pelaksanaan PIK-KRR diperoleh hasil bahwa 75% yang melaksanakan PIK-KRR dengan baik dan 25% yang tidak melaksanakan atau melakukan PIK-KRR karena tidak adanya dukungan dari kepala sekolah/pengambil kebijakan, ketua PIK-KRR yang kurang aktif membina anggota dalam mengelola kelompok PIK-KRR dan kegiatannya pun tidak berjalan akibat kendala dukungan dana yang tidak mencukupi. Pihak BKKBN juga kurang aktif dalam memantau dan mengevaluasi kegiatan yang telah ada.

2) Keterbatasan Penelitian 1. Sampel

Responden dalam penelitian ini diperoleh dari 20 SMA, analisa data dilakukan dengan menggunakan metode statistik dengan bantuan komputerisasi. Setelah dikumpulkan data dianalisa secara bertahap yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

2. Desain Penelitian

(50)

3) Implikasi untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Kebidanan

Sebagai pedoman dalam intervensi kebidanan karena PIK-KRR merupakan tempat atau wadah dimana remaja bisa menyampaikan permasalahannya kepada teman sebayanya karena mereka malu untuk menyampaikan kepada orangtua, keluarganya maupun lingkungannya.

(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 10 Januari sampai 15 April 2011 yang dilakukan di 20 SMA di Medan dan setelah mambahas sacara teoritis dilakukan pengujian hasil penelitian mengenai pelaksanaan PIK-KRR pada SMA maka peneliti membahas beberapa hal yang menjadi kesimpulan, adalah:

Pelaksanaan PIK-KRR dilingkungan sekolah di Medan Tahun 2011 dapat dilihat pelaksanaannya berjalan dengan baik dengan kriteria 15 item:

- Sarasehan yang dilakukan

- Konsultasi dan koordinasi untu memperoleh dukungan/persetujuan dengan pimpinan setempat

- Menyusun program kegiatan PIK-KRR

- Kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja

- Advokasi dan promosi untuk meningkatkan kualitas dan keberlangsungan PIK-KRR

- Adanya jaringan dengan orang tua, kelompok remaja, guru dan PIK-KRR lainnya

- Menggunakan media cetak dan elektronik

- Meresmikan pembentukan PIK-KRR

(52)

- Memberikan informasi KRR oleh Pendidik Sebaya kepada guru, oarang tua

dan teman sebaya

- Pendidik sebaya dan Konselor sebaya, tenaga medis, psikolog dan tenaga ahli lainnya yang datang secara terjadwal

- Mempunyai ruangan khusus dan ruang pertemuan PIK-KRR

- Membuat laporan PIK-KRR?

- Menyampaikan informasi dan konseling KRR di luar tempat PIK-KRR - Mengirimkan kader untuk pelatihan bagi pengelola, calon pendidik sebaya

dan konselor sebaya

B.Saran

1. Untuk Pelayanan Kebidanan

(53)

2. Untuk Pendidikan D-IV Kebidanan

Bagi bidan pendidik D-IV kebidanan sendiri agar nantinya bila ada program PIK-KRR diminta untuk menyampaikan masalah remaja agar lebih ditekankan pelaksanaan PIK-KRR untuk dapat terus berjalan karena ini adalah wadah bagi remaja untuk menyampaikan segala permasalahannya baik itu masalah seksualitas, narkoba, dan lain-lain.

3. Untuk penelitian selanjutnya

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Eko Budiarto (2004). Metodologi Penelitian kedokteran, Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Hidayat Alimul Aziz (2007). Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika.

Indra Wirdhana (2008). Panduan Pengelolaan PIK-KRR, Medan : BKKBN

Layyin Mahfiana dkk (2009). Remaja dan Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta : Stain Ponorogo Press

Muadz Masri (2008). Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelola Pusat PIK-KRR, Jakarta : BKKBN

Muhammad Ali & Muhammad Asrori (2009). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : PT.Bumi Aksara

Muadz Masri (2008). Modul Pelatihan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja bagi Calon Konselor Sebaya, Jakarta : BKKBN

Manik, M.Sitohang,N.A dan Asiah N (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiyah, Medan : tidak dipublikasikan

Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Notoatmojo Soekidjo (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmojo Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Siswanto Agus Wilopo (2008). Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelola Program

Kesehatan Reproduksi remaja, NAD : BKKBN

Sarona Pinem (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta : CV. Trans Info Medika

Sudjana (2005). Metoda Statistika, Bandung : Tarsito

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, Bandung : Alfabeta, cv.

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Adiah Kurniasih

Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 20 Agustus 1973

Agama : Islam

Nama Ayah : Tulus SM (Alm)

Nama Ibu : Hj. Habibah Yunus

Anak Ke : II

Alamat : Jln. Nazri Alwi No.13 Medan

Gambar

Tabel 1.Distribusi Frekuensi PIK-KRR Pertanyaan
Tabel 2.

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya melalui kaidah “taṣarruf al- imām ‘ala ra’iyyah manūṭun bi al-maṣlaḥah”, bahwa orientasi kebijakan (policy) seorang pemimpin haruslah mengacu

Jenis monitor ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain adalah: Membutuhkan daya yang besar, menghasilkan panas yang cukup tinggi, memiliki bentuk fisik yang besar

Terdapat hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Investasi Sektor Pendidikan.

Digunakan metode tersebut adalah untuk menginterprestasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul selain itu juga untuk menguji hubungan antara

Banana atau pisang yang digunakan sebagai objek pembanding dalam bagian calculate cost karena pisang memiliki banyak manfaat, terutama bagi mereka yang memiliki hobi

Kegunaan penelitian ini adalah untuk pengembangan kemampuan berfikir yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki, guna dapat mengungkapkan secara obyektif

Kewajiban mencantuman keterangan tentang pangan rekayasa genetika tidak berarti manunjukkan bahwa produk yang memakai bahan rekayasa genetika tersebut tidak aman, akan

Skripsi ini berjudul “Studi Penggunaan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum LINN) pada Pengawetan Bakso dengan Asam Asetat”, Tulisan ini merupakan laporan penelitian yang telah