• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PEMBERDAYAAN REMAJA abstrak. 5. PIK KRR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PEMBERDAYAAN REMAJA abstrak. 5. PIK KRR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PEMBERDAYAAN REMAJA

(Studi di PIK-KRR “BERKIBAR” Desa Pandak, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas)

Rin Rostikawati, Sri Pangestuti, Eri Wahyuningsih Dosen Unsoed Purwokerto

E-mail: rinrostikawati@yahoo.co.id

( Diterima tanggal 8 April 2014 , disetujui 20 April 2014)

Abstract

PIK - KRR " BERKIBAR " Pandak Village , District Baturaden , Banyumas is a container program Adolescent Reproductive Health ( ARH ) which is managed according to the principle : of , by and for youth to provide information and services on reproductive health counseling and other support activities . At the age of barely four years , the institute has been able to play a role in the empowerment of young people in various fields : education , economic , and social psychology . Educational activities aimed at increasing knowledge about the ultimate teen adolescent reproductive health , economics aims to form a group and create a productive business, psychology aims to provide psychological reinforcement , especially for client agencies , aims to improve the social field of social sensitivity and provide solutions to social problems there . As one local institution , this institution is very beneficial to the development of adolescent and as a pressure group for any actions irregularities by teenagers .

Key word: PIK-KRR, Adolescent Reproductive Health, empowerment of young people.

PENDAHULUAN

PIK-KRR “BERKIBAR” Desa Pandak, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas adalah salah satu wadah kegiatan remaja yang tumbuh dari bawah untuk menjawab kebutuhan remaja akan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi mereka, serta sebagai wadah kegiatan remaja lainnya. Sebagai generasi penerus bangsa, pembinaan remaja sangat krusial dilakukan mengingat mereka adalah kelompok yang sangat rentan

terhadap berbagai masalah, baik masalah sosial, psikologi maupun kesehatan reproduksi. Sejalan dengan tujuan

pendidikan kesehatan reproduksi, pembinaan remaja juga ditujukan agar

mereka memiliki tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

(2)

Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 77 – 88

1. Rendahnya pemahaman dan

pelayanan kesehatan reproduksi remaja: pernikahan usia muda, serta dampak negatif pergaulan bebas

2. Remaja putus sekolah: faktor ekonomi, pergaulan, dan faktor mental (kesadaran)

3. Kenakalan remaja: miras, tawuran remaja

4. Pengangguran: SDM rendah, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya pelatihan kerja, rendahnya keahlian (skill) yang dimiliki.

Untuk mengatasi berbagai persoalan di

atas maka dibentuklah PIK-KRR “Berkibar” yang diharapkan kiprahnya dalam pemberdayaan remaja. Pembahasan

berikut adalah tentang aktifitas yang telah dilakukan PIK-KRR “Berkibar” dalam upayanya untuk memberdayakan remaja.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif. Teknik penentuan sasaran penelitian manggunakan purposive sampling dengan sasaran utama adalah

para anggota dan pengurus PIK-KRR “Berkibar” dan sasaran pendukung adalah tokoh masyarakat setempat. Teknik analisis data menggunakan Analisis

Interaktif dari Milles dan Huberman (1992), yang komponennya terdiri atas:pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Peran Lembaga Lokal dalam Kehidupan Masyarakat

Sejak individu-individu

membentuk sebuah komunitas sosial yang akhirnya terbentuk lembaga-lembaga sosial, agaknya kesadaran untuk menciptakan keselarasan bersama sudah menjadi keniscayaan. Keberadaan institusi atau lembaga merupakan fenomena yang sangat penting dalam kehidupan

masyarakat, bukan saja karena fungsinya untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai yang menjadi pegangan di

masyarakat, melainkan juga berkaitan erat dengan pencapaian pelbagai kebutuhan manusia pada galibnya. Maka wajar kalau ada yang memahami lembaga sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia (Raharjo, 1999).

(3)

dan tidak dapat dipisahkan dari dinamika sistem sosial yang ada. Dengan kata lain, lembaga lokal (local institution) juga bisa dipandang sebagai perilaku yang berpola yang telah dibentuk oleh sebuah proses sejarah panjang; dari persemaian tata nilai yang dianut beserta artefak kebudayaan yang telah dihasilkannya (Susetiawan,

2000).

Eksistensi lembaga-lembaga lokal, baik yang berupa organisasi, sistem kepemimpinan, peningkatan kapasitas

kelembagaan yang menyangkut

profesionalisme dan pengembangan organisasi, manajemen konflik, maupun macam atau jenis kegiatan yang dilakukan, sebenarnya bukanlah hal baru. Berbagai lembaga lokal, baik formal (dengan legitimasi pemerintah) maupun informal (atas inisiatif masyarakat) telah tumbuh dan berkembang cukup lama di tengah-tengah pergumulan masyarakat kita. Pembentukan lembaga-lembaga lokal lebih bersifat jembatan (medium) bagi berbagai kelompok kepentingan. Dalam istilah Berger dan Neuhaus disebut sebagai mediating structure, yaitu: “Merupakan

lembaga-lembaga sosial yang memiliki posisi di antara wilayah kehidupan individu yang bersifat privat dengan

lembaga-lembaga sosial makro yang

berhubungan dengan kehidupan publik” (Berges dan Neuhauss, 1977).

Dari pengertian tersebut, bisa diartikan pula bahwa, di satu sisi, lembaga-lembaga mediasi ini dapat memberikan makna privat sekaligus di sisi lain memiliki makna publik, sehingga

merupakan transfer makna dari privat ke publik, atau bahkan sebaliknya. Seperti

digali dari pendapat Berger dan Neuhaus, Heru Nugroho (2001), yang secara kongkrit menunjuk bermacam mediating structure ini antara lain: lembaga-lembaga

keluarga, ketetanggaan, keagamaan, dan asosiasi keswadayaan.

Lembaga-lembaga ini dapat berubah setiap saat seiring dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri terutama karena fungsinya yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tertentu bagi anggota masyarakat. Dengan demikian dinamikanya juga turut ditentukan oleh proses dan pola perubahan sosial yang sedang terjadi (Raharjo, ibid.). Lembaga-lembaga lokal yang telah terbentuk itu diharapkan mampu berperan sebagai “jembatan berbagai kepentingan” yang ada di dalam masyarakat. Aspek yang

(4)

Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 77 – 88

lembaga-lembaga lokal tersebut dapat dijadikan sebagai sarana penyaluran aspirasi warga, resolusi konflik, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan sarana instrumental pemerintah dalam pengambilan kebijakan publik (Berges dan Neuhauss, 1977). Demikian juga terhadap keinginan untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat seperti permasalahan yang dialami remaja ini.

Dalam konteks inilah, untuk meminimalkan terjadinya perilaku menyimpang di kalangan remaja serta untuk meningkatkan pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksinya, maka

perlu dilakukan langkah strategis, yaitu memberdayakan kelompok kegiatan kecil

dalam masyarakat melalui kegiatan dalam PIK-KRR dalam rangka pemberdayaan remaja.

1. Pemberdayaan Remaja melalui Lembaga PIK-KRR

Pemberdayaan merupakan proses menjadikan orang/masyarakat berdaya, memiliki kemampuan atau kapasitas melakukan sesuatu (power to) meski dibawah tekanan, hambatan struktural atau dominasi kekuasaan (power over) (Ress Stuart, 1991). Menurut Srilatha Batliwala (1994) pemberdayaan adalah penguasaan

atas aset material: fisik, manusiawi atau finansial seperti tanah, air, hutan, tubuh manusia, pekerjaan, uang, dll. Sumber-sumber intelektual: pengetahuan, informasi, gagasan (ide). Penguasaan

ideologi: kemampuan untuk

mengembangkan, menyebarkan,

mempertahankan, mempranatakan

perangkat tertentu dari kepercayaan, nilai, sikap dan perilaku sehingga dapat menentukan bagaimana persepsi manusia dan berfungsinya dalam lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Kartasasmita (1995) mengartikan pemberdayaan sebagai upaya

untuk membangun daya dengan

mendorong, memotivasi dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

(5)

remaja. Keberadaannya diharapkan mampu mengembangkan kemampuan, menggali potensi remaja dan menciptakan remaja yang mandiri.

Pemberdayaan remaja adalah upaya menggali potensi remaja serta menjadikannya sebagai manusia yang

bertanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan.

Upaya ini dapat dilakukan dengan memberikan pendayaan dalam berbagai bentuk seperti transfer ideologi, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta transfer berbagai sumber daya (resources). Adapun upaya pemberdayaan yang telah dilakukan pada PIK-KRR “Berkibar” antara lain adalah:

1. Pemberdayaan Bidang Ekonomi

Pemberdayaan ekonomi dapat menjadi entry point untuk menunjukkan keberdayaan seseorang. Artinya, ketika seseorang sudah mandiri secara ekonomi, maka akan berpengaruh terhadap keterberdayaan pada bidang lain seperti politik, sosial dan psikologis. Menyadari akan potensi sumber daya manusia (remaja) yang dimiliki serta potensi sumber daya alamnya, maka PIK-KRR “Berkibar” melakukan beberapa kegiatan dalam bidang ekonomi antara lain: pembentukan KUBE (Kelompok Usaha

Bersama) yang meliputi KUBE Kelinci yang menfasilitasi usaha para remaja dalam beternak kelinci serta KUBE Mina Sejahtera yang mewadahi kegiatan remaja dalam hal budidaya ikan air tawar.

Potensi wilayah Desa Pandak memang sangat memungkinkan untuk

dilakukan kedua usaha tersebut. Lokasi desa yang berada di kaki gunung Slamet

membuat persediaan air melimpah ruah sehingga cocok untuk budidaya ikan air tawar. Selain itu pakan ternak kelinci seperti rumput-rumputan juga tumbuh subur di semua wilayah desa, sehingga sangat tepat untuk usaha budidaya ternak khususnya kelinci. Kemauan yang keras dari para remaja, serta dukungan dari berbagai fihak terkait menjadikan KUBE ini dapat berjalan dengan lancar. Setidaknya 10 kandang kelinci yang berisi 20 ekor kelinci berhasil dibudidayakan. KUBE Mina Sejahtera telah memiliki 10 kolam budidaya ikan air tawar yang berisi beraneka jenis ikan seperti Gurameh, Nila,

ikan Mas, dll. Ketrampilan

membudidayakan kelinci serta budidaya ikan diperoleh dengan mendatangkan nara sumber serta memperoleh pendampingan dari fihak Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dalam hal ini adalah Dinas

(6)

Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 77 – 88

PIK-KRR juga memiliki tujuan antara lain membantu remaja untuk lebih mandiri melalui pemberian kecakapan hidup (lifeskill), yang menurut WHO yang dimakud dengan pendidikan kecakapan hidup adalah berbagai ketrampilan dan kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang untuk menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif (dalam Masri, dkk, 2007). Pelatihan kecakapan hidup yang dilakukan oleh PIK-KRR “Berkibar” antara lain adalah pelatihan “potong rambut” yang telah menghasilkan puluhan tenaga kapster/tukang potong rambut baik

yang sudah memiliki usaha sendiri maupun yang bekerja di berbagai salon di kota Purwokerto.

Jenis ketrampilan lain yang dikembangkan remaja Desa Pandak adalah ketrampilan pembuatan wayang karton serta wayang golek. Ketrampilan jenis ini memang sudah diperoleh secara turun temurun yang membuat Desa ini berbeda dengan desa lainnya. Berbagai macam produk wayang karton dan wayang golek tersedia di sana baik untuk kepentingan komersial maupun untuk kepentingan pentas seni yang diadakan dua tahun sekali pada saat peringatan hari Sumpah Pemuda.

2. Pemberdayaan Bidang Pendidikan

Kita mengenal tiga konsep pendidikan,yaitu pendidikan informal, pendidikan formal serta non formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh dalam lingkup keluarga, sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah serta pendidikan non formal adalah pendidikan di masyarakat. PIK-KRR sebagai salah satu wadah aktifitas remaja, dapat dikatakan sebagai sumber pendidikan non formal bagi remaja yang berusaha membantu mereka agar dapat memperoleh pengetahuan yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sangat berguna dalam

menapaki kehidupan. Transfer

pengetahuan dilakukan dengan berbagai metode baik dengan cara ceramah, diskusi,

penyediaan sarana maupun praktek lapangan.

(7)

pendidikan non formal bagi mereka. Melalui taman bacaan ini para remaja juga memperoleh banyak informasi tentang segala sesuatu yang berkait dengan kesehatan reproduksi mereka.

Secara umum, fungsi taman bacaan (perpustakaan) antara lain memiliki fungsi edukatif, informatif dan kreatif:

a. Fungsi edukatif, yaitu sebagai salah satu sumber belajar

b. Fungsi Informatif, yaitu sebagai penyedia informasi yang lalu dan terkini yang dijaring dari berbagai sumber informasi baik yang tercetak maupun yang tersaji secara elektronik,

c. Fungsi Kreatif, yaitu sebagai penyedia jasa informasi untuk melakukan kreasi sesuai dengan minatnya yang diharapkan dapat menemukan inovasi-inovasi dalam ilmu yang diminatinya.

Selain mendirikan taman bacaan, pemberdayaan remaja bidang pendidikan lainnya adalah menyelenggarakan pertemuan rutin bulanan yang dihadiri oleh semua pengurus, anggota maupun Pembina. Melalui forum ini remaja belajar tentang bagaimana cara berorganisasi, belajar mengemukakan pendapat, serta

menghargai pendapat dan hak-hak orang

lain. Forum ini juga melakukan upaya edukatif berupa kegiatan penyuluhan tentang penyakit menular seksual seperti HIV dan AIDS, serta kiat agar remaja terhindar dari perilaku menyimpang.

Dalam forum tersebut juga terdapat berbagai macam aktifitas seperti: penyusunan program kerja, evaluasi

kegiatan, dan penyampaian materi TRIAD KRR. Pertemuan ini menjadi penting

karena dapat menambah pengetahuan dan pengalaman berorganisasi bagi pengurus serta anggota PIK-KRR serta menambah wawasan remaja mengenai berbagai hal. Kegiatan lainnya adalah mengikuti Forum Komunikasi dan Konsultasi Organisasi Kemasyarakatan Provinsi Jawa Tengah, mengikuti berbagai event seminar, pelatihan, workshop serta melakukan studi banding ke PIK –KRR lain dalam rangka meningkatkan kemampuan mengelola organisasi.

3. Pemberdayaan Bidang Psikologi Fungsi lain dari lembaga PIK-KRR adalah memberikan konseling dan pendampingan kepada para remaja yang membutuhkan. Melalui proses konseling diharapkan para remaja dapat memiliki informasi yang benar dan lengkap mengenai permasalahan kesehatan

(8)

Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 77 – 88

keputusan secara mandiri mengenai situasi yang dihadapi. Setidaknya selama tahun 2013, lembaga ini menerima 20 aduan dari para remaja baik putra maupun putri yang membutuhkan konseling. Dari data konseling yang ada terdapat beberapa macam masalah yang dihadapi remaja antara lain: rendah diri untuk bergaul, takut sewaktu haid datang, konsultasi pribadi, ingin berhenti merokok, ingin berwirausaha, susah cari kerja, dan lain-lain. Semua permasalahan remaja dapat diatasi oleh lembaga karena telah memiliki empat (4) konselor dan empat pendidik sebaya yang telah mendapat pelatihan yang cukup untuk menangani berbagai macam

kasus. Konseling KRR sendiri adalah suatu proses tatap muka dimana seorang konselor membantu remaja untuk

memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya. Oleh sebab itu dalam konseling KRR harus terjadi:

a. Hubungan saling percaya b. Komunikasi yang terbuka c. Pemberdayaan klien agar

mampu mengambil

keputusannya sendiri (BKKBN, 2008).

Konseling berbeda dengan pemberian nasehat. Konseling berpedoman pada pandangan bahwa pengambilan

keputusan adalah tanggung jawab klien. Seorang konselor hanya memberi alternatif solusi sedangkan keputusan akhir tetap pada klien (remaja). Pemberdayaan klien secara psikologis berarti memberi penguatan kepada remaja yang bermasalah

dan mencari solusi atas

permasalahan,sehingga remaja dapat bangkit dan mandiri.

4. Pemberdayaan Bidang Sosial Rasa empaty serta sensitifitas sosial harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Demikian juga dengan remaja yang tergabung dalam PIK-KRR “Berkibar” ini yang telah melakukan berbagai aktifitas

dalam bidang sosial, diantaranya adalah donor darah yang dilakukan tiga (3) bulan sekali, memberi bantuan korban bencana

alam, menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan gratis untuk masyarakat, bedah rumah bagi warga miskin, memberi bantuan sembako untuk janda miskin, mengadakan fogging, kerja bakti lingkungan dan penghijauan di makam Mbulu Pralaya Desa Pandak.

Melalui berbagai kegiatan tersebut,

lembaga PIK-KRR telah mampu

(9)

sosialisasi baik dengan sesama remaja maupun dengan masyarakat yang tentunya sangat berguna dalam perannya yang strategis di masa depan sebagai generasi penerus bangsa. Termasuk kegiatan sosial lain yang telah dilakukan adalah: mengadakan latihan kepemimpinan, kegiatan lintas alam dan jalan

sehat,penyelenggara lomba pada setiap peringatan kemerdekaan RI serta

penyelenggara Pilkaret (Pilihan Ketua RT). Paparan di atas menunjukkan bahwa peran lembaga lokal yang dekat dengan kehidupan masyarakat seperti PIK –KRR ini, jika dikelola secara optimal mampu memberdayakan masyarakat khususnya remaja, serta mampu menjalankan fungsinya untuk menjaga kohesi dan keharmonisan sosial serta mengatasi permasalahan yang ada dalam masyarakat. Pendidik dan konselor sebaya yang terdapat dalam lembaga PIK-KRR adalah agen sosial yang sangat krusial dalam memberdayakan sesama remaja. Seperti disampaikan Ninuk Widyantoro (dalam Jurnal Perempuan, 2007), bahwa komunitas di Indonesia itu comforting each other (saling mempengaruhi satu

sama lain). Artinya, mereka saling menghibur, saling menguatkan, saling curhat, selalu ingin berbagi dengan teman

yang seumur dan dengan teman dekatnya.

Mereka biasanya sangat percaya dengan peer-nya, kawan sebayanya. Jika hal ini dipergunakan untuk hal yang positif maka hasilnya akan positif juga.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Keberadaan PIK-KRR “Berkibar” memang dibutuhkan oleh para

remaja khususnya dan masyarakat Desa Pandak umumnya.

2. Lembaga ini telah mampu memberdayakan remaja agar dapat mandiri serta bertanggung jawab kepada diri sendiri maupun orang lain serta lingkungannya.

3. Pemberdayaan remaja yang telah dilakukan meliputi beberapa bidang: ekonomi, pendidikan, psikologi dan bisang sosial kemasyarakatan.

4. Pemberdayaan bidang ekonomi meliputi pembentukan KUBE (Kelompok Usaha

5. Bersama) yang meliputi KUBE Kelinci dan KUBE Mina Sejahtera. Selain itu pemberian ketrampilan kecakapan hidup (lifeskill) juga

dilakukan yaitu dengan

(10)

Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 77 – 88

rambut dan pembuatan wayang karton dan wayang golek.

6. Pemberdayaan bidang pendidikan antara lain: mendirikan taman bacaan, penyuluhan yang dilakukan oleh pendidik dan konselor sebaya, mengikuti berbagai event seminar, workshop, pelatihan, serta melakukan studi banding ke PIK-KRR lain yang lebih maju.

7. Pemberdayaan bidang sosial antara lain: donor darah, membantu korban bencana alam, bedah rumah, bantuan sembako, fogging dan melakukan kerja bakti.

SARAN

1. Masih perlu ditingkatkan fungsi dan peran PIK-KRR agar dapat berperan secara maksimal.

2. Perlu membangun kerja sama dengan stakeholder agar program pemberdayaan remaja dapat dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

Batliwala, Srilatha, 1994, “The Meaning of Women’s Empowerement:New Concept from Action” dalam gita Sen, et.al., “Population Policies Resconsidered, Health,

Empowerement and Right”, New York International Women’s Health

Coalition (IWHC).

Berger, L. Peter, & Richard John Neuhaus,1977, “To Empower People, The Role of Mediating Structure in Public Policy”, Washington: American Enterprise for Public Policy Research.

Friedman, John, 1993,”Empowerement: The Politics of Alternative Development”, Cambridge Mass: Blackwell Publisher.

Kartasasmita, Ginanjar, 1995, “Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan

Administrasi”, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu

Administrasi pada

Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya, Malang, 27 Mei.

Milles, M.B., and A.M., Huberman, 1991, “Designing Qualitative Research”, Mac. Graw Hill Company, New York.

Muadz, M. Masri, dkk, 2007, “Kurikulum dan Model Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR), BKKBN,Jakarta.

Nugroho, Heru 2001, “Negara, Pasar dan Keadilan Sosial”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Rahardjo, 1999, “Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian”, Gadjah Mada University Press,

(11)

Ress, Stuart, 1991, “Achieving Power, Practise and Policy in Social Welfare”, Sydney: Allen & Unwin.

Susetiawan, 1998, “Konflik Sosial”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sumber Lain :

Jurnal Perempuan, “Kesehatan Reproduksi Andai Perempuan Bisa Memilih”, Penerbit Yayasan Jurnal Perempuan, Cetakan pertama, Jakarta,

Mei 2007

Modul Pelatihan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon,

Konselor Sebaya, BKKBN, Jakarta, 2008

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Kewajiban mencantuman keterangan tentang pangan rekayasa genetika tidak berarti manunjukkan bahwa produk yang memakai bahan rekayasa genetika tersebut tidak aman, akan

Skripsi ini berjudul “Studi Penggunaan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum LINN) pada Pengawetan Bakso dengan Asam Asetat”, Tulisan ini merupakan laporan penelitian yang telah

yang digunakan sama yaitu pengaruh literasi keuangan dan perbedaan dari penelitian sekarang yaitu penelitian terdahulu menggunakan variabel bebas yaitu... hanya menggunakan

Kegunaan penelitian ini adalah untuk pengembangan kemampuan berfikir yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki, guna dapat mengungkapkan secara obyektif

Jenis monitor ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain adalah: Membutuhkan daya yang besar, menghasilkan panas yang cukup tinggi, memiliki bentuk fisik yang besar

Terdapat hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Investasi Sektor Pendidikan.

Digunakan metode tersebut adalah untuk menginterprestasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul selain itu juga untuk menguji hubungan antara

Banana atau pisang yang digunakan sebagai objek pembanding dalam bagian calculate cost karena pisang memiliki banyak manfaat, terutama bagi mereka yang memiliki hobi