HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA REMAJA PUTRI VEGAN
DI VIHARA MAITREYA MEDAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
FITRIANI BR SINAGA 071000174
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA REMAJA PUTRI VEGAN
DI VIHARA MAITREYA MEDAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
071000174
FITRIANI BR SINAGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:
HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA REMAJA PUTRI VEGAN
DI VIHARA MAITREYA MEDAN TAHUN 2011
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:
071000174
FITRIANI BR SINAGA
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Januari 2012 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
ABSTRAK
Pola makan vegan memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan. Mereka hanya mengonsumsi makanan nabati saja dan tidak mengonsumsi makanan hewani. Oleh karena itu, vegan yang mengonsumsi makanan yang kurang beraneka ragam sering mengalami defisiensi beberapa zat gizi, termasuk kalsium. Beberapa studi menunujukkan bahwa kalsium dapat mengurangi dismenore, sedangkan studi lain mengatakan kalsium hanya dapat membantu meringankan nyeri saat
premenstruasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan dismenore. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain crosssectional. Pola makan diukur dengan cara wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan dismenore diukur dengan universal pain assessment tool. Hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore dianalisis dengan uji chi square pada taraf kemaknaan
α=0,05.
Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar remaja putri vegan memiliki pola makan miskin kalsium (77,5%) dengan tingkat dismenore ringan (45%) dan sedang (22,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan yang memiliki pola makan kaya kalsium.
Dari hasil penelitian disarankan agar remaja putri vegan mengonsumsi
makanan yang beraneka ragam serta meningkatkan frekuensi makan, khususnya jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau agar kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dan dismenore tidak terjadi.
ABSTRACT
A vegan eating pattern have limitation in consuming of food. They only consume on vegetation food and haven’t consume animal products. Therefore, vegan who consume less various food may suffer from nutrition deficiencies, including calcium. One of study found that calcium did not reduce dysmenorrhea, but in another study, it seemed that calcium reduced premenstrual pain.
The aim of this study was to determine a relationship between calcium consumption and dysmenorrhea. This research was an analytic study with
crosssectional design. The eating pattern was measured by interviewed with food frequency form and dysmenorrhea was measured by universal pain assessment tool. A relationship between calcium consumption and dysmenorrhea was analited by chi
square test with confidence level on α=0,05.
The result of analysis by chi square, showed that there’s a correlation
between calcium consumption and dysmenorrhea. The result showed that the most of vegan adolescents have an eating pattern in low calcium (77,5%) who have
dysmenorrhea in mild pain (45%) and moderate pain category (22,5%) more than vegan adolescents’s high calcium in their eating pattern.
The result of this study may suggested that vegan adolescents consume a multifariuous meal and also improve eating frequency, especially nuts and green leafy vegetables so that calcium needs can be enough and dysmenorrhea can’t happen.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Fitriani Br Sinaga
Tempat/Tanggal Lahir : Binjai/16 Mei 1988
Agama : Kristen Katolik
Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang
Alamat Rumah : Jl. Ketilang No.8 Binjai
Riwayat Pendidikan : 1. 1994-1995 TK Methodist Binjai 2. 1995-2001 SD Methodist Binjai 3. 2001-2004 SLTP Methodist Binjai 4. 2004-2007 SMA Negeri 1 Binjai
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih
karunia-Nya, saya dapat mengerjakan skripsi yang berjudul,”Hubungan Asupan Kalsium dengan Tingkat Dismenore pada Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, mulai dari proposal, penelitian sampai
dengan skripsi, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan yang
diberikan, khususnya selama proses penyusunan skripsi ini kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku ketua Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing saya
selama proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak
membimbing saya selama penyusunan sripsi ini.
4. Kepada Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS, selaku dosen penguji II saya.
5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku selaku dosen penguji III saya.
6. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.
7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Gizi Kesehatan
8. Kepada kedua orang tua saya, Jantiaman Sinaga dan Juliana Purba yang telah
memberikan semangat dan dukungan, baik dalam bentuk moril maupun materil
serta doa kepada saya.
9. Kepada Bapak Pdt. Antony Juhana yang telah memberikan ijin penelitian kepada
saya.
10.Kepada kak Yiling, Erlina dan seluruh staf mahavihara Maitreya yang telah
banyak membantu saya melancarkan penelitian.
11.Kepada bang Jairomatos Sihombing, SH, Jamian Sihombing, SH dan Pramayana
yang telah banyak membantu saya selama penelitian ke mahavihara Maitreya
Medan.
12.Kepada kakak, abang dan adik saya, Desi Mariani Sinaga, S.E, Leonardo Sinaga,
S.Si dan Herberd Sinaga.
13.Saudara kelompok kecil saya, “Hopefull”, kak Eka Mayasari Banureah, SKM,
kak Ria Natalia, SKM dan Lusiana Purba, terima kasih atas dukungan, semangat
dan doanya.
14.Kepada sahabat saya, “Blink2Girlz”, Tiur Liana Banjarnahor, AmKeb, Siska
Pinem, S.Ked. dan Dewi Rulia Sitepu, Spd., yang selalu memberikan semangat
dan doa kepada saya.
15.Kepada sahabat saya, “RealVs”, Peranika Pakpahan, SKM dan Ivo Gustiara
Damanik, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
16.Kepada Yansen Salim,ST, Kartini Amalia Harahap, kak Eriama Agustina Purba,
kak Sherry, Yuni Matanari, SKM, Meishi Sihombing, SKM, Yunita, SKM,
SKM, kak Hotmauli, SKM, kak Maira, SKM, terima kasih atas dukungan dan
semangatnya.
17.Kepada semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, saya
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
Akhirnya, saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan semoga Tuhan
selalu menyertai kita semua. Terima kasih.
Medan, 24 Januari 2012
Penulis,
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan
Abstrak………..
Abstact ... ii
Daftar Riwayat Hidup Penulis………. iii
Kata Pengantar………. iv
2.1.1. Kekurangan Zat Gizi yang Sering Terjadi pada Pola Makan Vegan………. 9
2.2. Pubertas ………. 14
2.3. Dismenore ………. 16
2.3.1. Klasifikasi Dismenore ……… 16
2.3.2. Tingkat Dismenore ………. 17
2.3.3. Gejala Dismenore ………... 17
2.3.4. Etiologi/Penyebab Dismenore ……… 18
2.3.5. Patofisiologi Dismenore ………. 18
2.3.6. Pengobatan Dismenore ………... 18
2.4. Kalsium untuk Mengurangi Dismenore ……… 20
2.5. Kerangka Konsep Penelitian ………. 24
2.6. Hipotesis ……… 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian ……… 25
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 25
3.2.1. Lokasi Penelitian ………. 25
3.2.2. Waktu Penelitian ………. 25
3.3. Populasi dan Sampel ……….. 25
3.4. Metode Pengumpulan Data ……… 26
3.6. Definisi Operasional……… 27
3.7. Aspek Pengukuran ……….. 27
3.8. Metode Analisis Data……….. 28
3.8.1. Pengolahan Data……….. 28
3.8.2. Analisis Data……… 29
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Mahavihara Maitreya Medan ……… 30
4.2. Gambaran Umum Responden ……… 31
4.3. Jenis Makanan……….... ………. 32
4.4. Asupan kalsium ………. 38
4.5. Pola Makan Remaja Putri Vegan ……… 39
4.6. Tingkat Dismenore ………. 40
4.7. Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan Menurut Pola Makan …… 41
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pola Makan Remaja Putri Vegan ………... 42
5.1.1. Makanan Kaya Kalsium ……….. 43
5.1.2. Makanan Miskin Kalsium ………... 45
5.2. Asupan Kalsium ………. 47
5.3. Tingkat Dismenore ………. 53
5.4. Tingkat Dismenore Berdasarkan Pola Makan Vegan ……… 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ………. 57
- Universal Pain Assessment Tool - Formulir Food Frequency - Master Data
- Output Data
- Surat Izin Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Panduan Diet Vegan untuk Wanita ... 9
Tabel 2.2. Jumlah Kalsium dalam Bahan Makanan Nabati ... 21
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Kelompok Umur ... 31
Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31
Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Konsumsi Suplemen ... 31
Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan yang Mengonsumsi Suplemen di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Suplemen ... 32
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Kacang-Kacangan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 33
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Sayuran Hijau yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 34
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Kacang-Kacangan dan Sayuran Hijau) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 35
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah-Buahan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 36
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Serealia yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 37
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Buah-Buahan dan Serealia) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 37
Tabel 4.12. Distribusi Pola Makan Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 40
Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011... 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Piramida Makanan untuk Kelompok Vegetarian ... 7
Gambar 2.2. Skala Intensitas Nyeri ... 17
ABSTRAK
Pola makan vegan memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan. Mereka hanya mengonsumsi makanan nabati saja dan tidak mengonsumsi makanan hewani. Oleh karena itu, vegan yang mengonsumsi makanan yang kurang beraneka ragam sering mengalami defisiensi beberapa zat gizi, termasuk kalsium. Beberapa studi menunujukkan bahwa kalsium dapat mengurangi dismenore, sedangkan studi lain mengatakan kalsium hanya dapat membantu meringankan nyeri saat
premenstruasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan dismenore. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain crosssectional. Pola makan diukur dengan cara wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan dismenore diukur dengan universal pain assessment tool. Hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore dianalisis dengan uji chi square pada taraf kemaknaan
α=0,05.
Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar remaja putri vegan memiliki pola makan miskin kalsium (77,5%) dengan tingkat dismenore ringan (45%) dan sedang (22,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan yang memiliki pola makan kaya kalsium.
Dari hasil penelitian disarankan agar remaja putri vegan mengonsumsi
makanan yang beraneka ragam serta meningkatkan frekuensi makan, khususnya jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau agar kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dan dismenore tidak terjadi.
ABSTRACT
A vegan eating pattern have limitation in consuming of food. They only consume on vegetation food and haven’t consume animal products. Therefore, vegan who consume less various food may suffer from nutrition deficiencies, including calcium. One of study found that calcium did not reduce dysmenorrhea, but in another study, it seemed that calcium reduced premenstrual pain.
The aim of this study was to determine a relationship between calcium consumption and dysmenorrhea. This research was an analytic study with
crosssectional design. The eating pattern was measured by interviewed with food frequency form and dysmenorrhea was measured by universal pain assessment tool. A relationship between calcium consumption and dysmenorrhea was analited by chi
square test with confidence level on α=0,05.
The result of analysis by chi square, showed that there’s a correlation
between calcium consumption and dysmenorrhea. The result showed that the most of vegan adolescents have an eating pattern in low calcium (77,5%) who have
dysmenorrhea in mild pain (45%) and moderate pain category (22,5%) more than vegan adolescents’s high calcium in their eating pattern.
The result of this study may suggested that vegan adolescents consume a multifariuous meal and also improve eating frequency, especially nuts and green leafy vegetables so that calcium needs can be enough and dysmenorrhea can’t happen.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Masa remaja (adolescence) merupakan suatu masa peralihan. Pada masa
remaja terjadi perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja
ditandai dengan masa pubertas. Pada masa pubertas, kematangan fisik berlangsung
dengan cepat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh (Santrock, 2007).
Pubertas juga ditandai dengan kematangan seksual (Manuaba,1999). Pada masa
pubertas, wanita akan mengalami menstruasi sebagai tanda kematangan seksualnya.
Menstruasi yang dialami merupakan peristiwa yang wajar dan alami, walaupun
kenyataannya banyak wanita mengalami masalah menstruasi, seperti dismenore atau
nyeri haid (Moore,2001).
Ada beberapa cara untuk mengurangi dismenore, salah satunya adalah
mengonsumsi kalsium. Kalsium diyakini dapat membantu mengurangi dismenore.
Namun, buktinya belum jelas, beberapa studi mengatakan bahwa kalsium dapat
mengurangi dismenore, sedangkan studi lain mengatakan kalsium hanya dapat
membantu meringankan nyeri saat premenstruasi (UMMC, 2011). Kalsium dalam
penelitian tersebut digunakan dalam bentuk suplemen, sedangkan pada penelitian ini,
pola makan vegetarian yang akan digunakan untuk mengukur efek dismenore.
Pola makan vegetarian memang terbukti bermanfaat dalam mencegah
munculnya berbagai gangguan penyakit, seperti penyakit jantung, kanker, batu
empedu, ginjal dan berbagai penyakit lainnya. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa
terkandung dalam makanan hewani berbeda dengan makanan nabati yang kandungan
gizinya kurang lengkap.
Ada tiga jenis vegetarian yang dikenal, yakni lacto vegetarian, lacto ovo
vegetarian dan vegan. Dari ketiga jenis vegetarian tersebut, lacto vegetarian dan
lacto-ovo vegetarian masih mengonsumsi makanan hewani, walaupun dalam jenis
dan jumlah yang terbatas, sehingga tidak terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi. Lain halnya dengan vegan, yang sama sekali tidak mengonsumsi makanan
hewani maupun produk olahannya, sehingga seringkali mengalami kekurangan zat
gizi, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, protein, lemak, vitamin A, vitamin D,
termasuk juga kalsium.
Kalsium diperlukan dalam jumlah yang relatif besar. Sumber utama kalsium
terdapat pada makanan hewani, yakni susu dan hasil olahannya, seperti keju, serta
ikan dan udang. Namun, makanan hewani tersebut tidak dikonsumsi oleh vegan.
Jumlah kalsium yang dapat diserap oleh tubuh sangat tergantung pada ketersediaan
kalsium dalam makanan. Meskipun lebih banyak ditemukan dalam makanan hewani,
namun kalsium juga ditemukan dalam makanan nabati. Makanan nabati, seperti
kacang-kacangan dan hasil olahannya, yakni tempe dan tahu, serta sayuran hijau
merupakan sumber kalsium yang baik juga, walaupun kandungan kalsium pada
makanan nabati tersebut tidak sebanyak pada makanan hewani, terlebih ada beberapa
jenis sayuran yang mengandung asam oksalat yang dapat menghambat penyerapan
kalsium. Oleh sebab itu, vegan sering mengalami kekurangan kalsium, padahal
Adapun penganut vegan biasanya dikarenakan faktor agama. Salah satunya,
yakni agama Buddha Maitreya. Remaja putri yang tinggal di vihara Maitreya Medan
merupakan penganut vegan, sehingga dengan alasan itu peneliti memilih vihara
Maitreya Medan sebagai tempat penelitian yang tepat. Pada survei pendahuluan yang
dilakukan penulis terhadap beberapa remaja di vihara Maitreya tersebut, didapat
remaja putri vegan yang memiliki tingkat dismenore yang ringan.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian guna mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada
remaja put ri vegan di vihara Maitreya Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui
hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri vegan di
vihara Maitreya Medan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada
remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis, jumlah dan frekuensi makan makanan kaya kalsium yang
dikonsumsi oleh remaja putri vegan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja putri memperoleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Makan Vegan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas pokok suatu kelompok masyarakat tertentu (Goan, 1985).
Vegetarian berasal dari Bahasa Latin, yakni vegetus, artinya kuat, aktif dan
bergairah. Vegetarian memiliki dua arti, yakni sebagai kata benda dan kata sifat.
Vegetarian sebagai kata benda berarti orang yang banyak/hanya mengonsumsi
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Yuliarti, 2009), sedangkan vegetarian
sebagai kata sifat berarti tidak mengandung daging atau kebiasaan berpantang daging
(Bangun, 2003).
Menurut American Dietetic Association dalam Yuliarti (2009), vegetarian
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Lacto-ovo vegetarian
Orang yang menganut vegetarian tipe ini biasanya memiliki pola makan meliput i
biji-bijian, umbi-umbian, buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, susu,
telur dan produknya.
2. Lacto vegetarian
Penganut vegetarian tipe ini biasa mengonsumsi makanan sebagaimana halnya
3. Vegetarian total (vegan)
Vegetarian total (vegan) merupakan vegetarian murni. Orang yang menganut
paham ini sama sekali tidak mengonsumsi unsur hewani dan semua produk
hewani.
Menurut Yuliarti (2009), ada beberapa jenis bahan makanan yang perlu
dikonsumsi oleh vegetarian, antara lain:
1. Sayur-sayuran merupakan bahan makanan yang kaya akan zat gizi, diantaranya
vitamin C, beta karoten, riboflavin, zat besi, kalsium dan bahan makanan nongizi,
yakni serat. Sayur-sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan brokoli,
sayur-sayuran yang berwarna kuning atau oranye seperti bayam, kentang manis, labu,
semangka dan melon kuning mengandung beta karoten yang tinggi, perlu
dikonsumsi lima porsi setiap hari.
2. Buah-buahan merupakan bahan makanan yang kaya serat, vitamin C dan beta
karoten, sehingga perlu dikonsumsi setiap hari.
3. Roti, sereal, nasi dan biji-bijian lain sangat baik untuk dikonsumsi. Biji-bijian kaya
akan serat, karbohidrat, protein dan zink.
4. Kedelai maupun susu kedelai dan hasil olahannya baik untuk dikonsumsi karena
merupakan sumber kalsium yang baik.
5. Makanan jenis kacang-kacangan merupakan sumber protein, serat, zat besi,
Sumber: Departemen of Nutrition,Arizona State University,Vegetarian Food Pyramid,2002.
Gambar 2.1. Piramida Makanan untuk Kelompok Vegetarian
Seperti halnya diet nonvegetarian, vegan juga harus mengatur jumlah asupan
makannya. Pedoman yang paling sering digunakan adalah dengan piramida makanan.
Piramida makanan yang cukup dikenal adalah pedoman yang digunakan oleh
Departement of Nutrition, Arizona State University. Adapun penjelasan lebih detail
adalah sebagai berikut:
1. Minyak
Berbagai minyak nabati dapat dikonsumsi vegan, mulai dari minyak kelapa,
minyak kanola, minyak palem dan lain sebagainya. Bahan makanan ini harus
2. Kacang-kacangan
Adapun golongan kacang-kacangan, seperti kacang tanah dan sejenisnya dapat
dikonsumsi 1-2 porsi setiap hari.
3. Bahan makanan pengganti susu
Bahan makanan pengganti susu yang dapat dikonsumsi vegan diantaranya susu
kedelai maupun hasil olahan kedelai lain yang telah difortifikasi dengan vitamin
B12. Bahan makanan ini dapat dikonsumsi sebanyak tiga porsi.
4. Sayur-sayuran dan buah segar, seperti wortel, lobak, mentimun, labu, tomat, cabai
dan bawang-bawangan dapat dikonsumsi oleh vegan sebanyak 2-4 porsi.
5. Sayur-sayuran segar berdaun hijau, seperti kangkung, bayam, seledri, sawi dan
selada dapat dikonsumsi sebanyak 2-3 porsi.
6. Polong-polongan, seperti buncis dan bahan makanan kaya protein lain, seperti
hasil olahan kedelai, yakni tempe, tahu dan tofu dapat dikonsumsi sebanyak 2-3
porsi.
7. Buah-buahan segar, seperti semangka, nanas, jeruk, anggur, pisang dan lain
sebagainya dapat dikonsumsi sebanyak 1-2 porsi.
8. Buah-buahan kering dapat dikonsumsi sebanyak 1-2 porsi.
9. Tepung-tepungan, pasta, sereal dan padi-padian dapat dikonsumsi sebanyak 6-10
porsi. Adapun kelompok ini adalah nasi, kentang, singkong, roti, ketan dan lain
sebagainya.
10.Mengonsumsi air, minimal delapan gelas sehari. Vegan yang kesulitan memenuhi
kebutuhan vitamin tertentu dapat mengonsumsi suplemen, yakni vitamin B12
Adapun panduan diet vegan untuk wanita dapat dilihat pada tabel 2.1. seperti
di bawah ini:
Tabel 2.1. Panduan Diet Vegan untuk Wanita Golongan
Sumber: Yuliarti, The Vegetarian Way, 2009.
2.1.1. Kekurangan Zat Gizi yang Sering Terjadi pada Pola Makan Vegan
Vegetarian terbukti sangat bermanfaat dalam mencegah munculnya berbagai
gangguan penyakit. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa makanan hewani
merupakan makanan yang kaya zat gizi. Kandungan protein pada bahan makanan
hewani sangat lengkap. Vitamin dan mineral yang terkandung dalam bahan makanan
hewani berbeda dengan bahan makanan nabati yang kandungan gizinya cenderung
kurang lengkap. Oleh karena itu, sebagai penganut vegetarian agar tetap sehat harus
dapat mengatur pola makan, serta mengonsumsi makanan yang beraneka ragam,
sehingga kebutuhan gizi tetap terpenuhi dengan baik.
Pola makan lacto-ovo vegetarian dan lacto vegetarian masih mengonsumsi
bahan makanan hewani, walaupun dalam jenis dan jumlah yang terbatas, sehingga
tidak terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Lain halnya vegan yang sama
sekali tidak mengonsumsi bahan makanan hewani maupun produk olahannya,
1. Kekurangan zat besi
Zat besi memiliki peran besar dalam transportasi dan metabolisme oksigen di
dalam tubuh, kekebalan, perkembangan kognitif, pengaturan suhu, metabolisme
energi dan performa kerja. Meski tubuh manusia hanya memerlukan zat besi
sekitar lima gram saja, namun jika terjadi defisiensi, maka akan berakibat besar
bagi tubuh. Banyak hal yang dapat menjadikan seorang vegan mengalami
kekurangan zat besi, diantaranya: (a) banyak mengonsumsi sayuran, padahal
sayuran banyak mengandung fitat dan asam oksalat. Kedua jenis zat ini bersifat
mengikat zat besi. Jadi, logis bila seorang vegan menderita kekurangan zat besi,
mengingat zat besi yang dikonsumsinya banyak yang diikat oleh fitat dan asam
oksalat, sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh, (b) tidak atau kurang
mengonsumsi daging, padahal daging merupakan sumber zat besi yang sangat
baik. Jadi, logis pula bila vegan yang tidak pandai mengatur dietnya mengalami
kekurangan zat besi.
2. Kekurangan vitamin B12
Banyak hal yang dapat menyebabkan seorang vegan mengalami kekurangan
vitamin B12. Sebagian besar makanan yang mengandung vitamin B12 adalah
makanan yang berasal dari hewan, seperti ginjal, hati, ikan, kepiting, ketam,
unggas dan susu. Jadi, kekurangan vitamin B12 ini banyak menimpa mereka yang
menerapkan pola makan vegan. Untuk mereka yang menerapkan pola makan
vegetarian berjenis lacto maupun lacto ovo masih dapat memperoleh asupan
vitamin B12 dari susu dan telur. Sebenarnya ada bahan makanan nabati yang
bahan makanan hewani, seperti miso, yang merupakan hasil fermentasi kedelai
(sejenis tauco), tempe, sereal dan susu kedelai. Vegan sebaiknya melengkapi
daftar dietnya dengan jenis makanan di atas. Harus diingat bahwa kelebihan
asupan vitamin lain, juga dapat mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan
vitamin B12. Asupan vitamin C yang terlalu tinggi justru akan mengakibatkan
seseorang mengalami kekurangan vitamin B12 karena vitamin C dosis tinggi
(lebih dari 500 mg/hari) justru akan merusak vitamin B12, mengubah vitamin B12
menjadi bentuk yang tidak aktif atau analognya yang justru merupakan
antivitamin B12, sehingga mengakibatkan kekurangan vitamin B12. Vitamin B12
sangat penting bagi tubuh. Vitamin ini mampu meningkatkan nafsu makan dan
mencegah terjadinya anemia. Seseorang yang mengalami kekurangan vitamin B12
akan mengalami gangguan dalam pembentukan sel darah merah. Jumlah sel darah
merah yang menurun akan memunculkan anemia yang ditandai dengan kelelahan,
turunnya nafsu makan dan diare. Defisiensi yang berat akan menimbulkan anemia
perniosa.
3. Kekurangan protein
Asupan asam amino dalam menu harian sangatlah penting. Asam amino
merupakan unit pembentuk protein, yakni zat yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme dan memperbaiki sel yang rusak. Dari 20 jenis asam amino, ada
jenis asam amino yang dapat dibuat oleh tubuh, disebut asam amino nonesensial
dan ada pula asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
dipasok dari luar, disebut sebagai asam amino esensial. Meskipun sejumlah
terdapat di dalamnya tidak selengkap yang ada pada bahan makanan hewani.
Setiap jenis bahan makanan nabati kekurangan satu atau lebih asam amino
esensial di dalamnya. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk hanya
mengonsumsi satu macam sumber protein nabati. Perlu kombinasi beberapa jenis
bahan makanan nabati agar kebutuhan asam amino esensial terpenuhi.
4. Kekurangan lemak
Terlalu banyak mengonsumsi lemak dapat meningkatkan kadar trigleserida atau
kolesterol darah, sehingga meningkatkan resiko serangan jantung maupun
arteriosclerosis. Meskipun demikian, jangan menganggap lemak sebagai musuh
karena lemak tetap diperlukan oleh tubuh. Banyak sekali manfaat lemak bagi
tubuh, diantaranya sebagai sumber kalori, untuk membran sel dan mengatur
fisiologi tubuh, serta mengikat vitamin larut lemak, seperti A,D,E, dan K.
Artinya, penyerapan vitamin-vitamin tersebut akan sulit dilakukan bila tanpa
adanya lemak. Meskipun beberapa bahan pangan nabati juga mengandung lemak,
namun kebanyakan lemak ada pada bahan pangan hewani. Jika penganut vegan
tidak pandai dalam mengatur dietnya, maka akan mengalami kekurangan lemak.
Lemak bagi vegan didapatkan dari beberapa bahan makanan nabati, seperti
apokat, kacang-kacangan, biji bunga matahari dan kedelai.
5. Kekurangan vitamin A
Pada prinsipnya vitamin A hanya terdapat pada produk hewani.
Tumbuh-tumbuhan hanya mengandung beta karoten yang merupakan suatu substansi yang
di dalam tubuh diubah menjadi vitamin A. Vegan hanya mendapat vitamin A dari
menjadi vitamin A hanya dapat terjadi di empedu. Hal ini berarti, seseorang harus
mengonsumsi lemak bersama beta karoten untuk memicu sekresi empedu. Perlu
ditambahkan bahwa orang-orang yang mengalami hipotiroidismus ataupun
diabetes tidak dapat atau kecil kemungkinan mengubah beta karoten menjadi
vitamin A. Baik sekali jika seseorang mau mengonsumsi mentega. Mentega
mengandung vitamin A yang tinggi dan akan merangsang usus untuk mengubah
vitamin A menjadi vitamin A aktif. Vitamin A sangat diperlukan oleh tubuh
untuk membantu tubuh menggunakan protein dan mineral.
6. Kekurangan vitamin D
Vitamin D berguna untuk penyerapan kalsium dan fosfat dari usus, mineralisasi,
pertumbuhan dan perbaikan tulang. Oleh karena berfungsi membantu penyerapan
kalsium, maka biasanya kekurangan vitamin D ini akan mengakibatkan
kekurangan kalsium pula. Di negara tropis, kebutuhan vitamin D tidak menjadi
masalah karena sinar matahari dapat membantu mengubah provitamin D yang
diproduksi tubuh menjadi vitamin D aktif yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
Seperti halnya kalsium, vitamin D juga banyak terdapat pada bahan makanan
yang berasal dari hewan. Sumber vitamin D adalah minyak ikan, hati, sarden,
makarel, tuna, salmon, kuning telur, susu, serta produk dari hewan.
7. Kekurangan kalsium
Mineral kalsium sangat penting bagi tubuh, kalsium diperlukan dalam jumlah
yang relatif besar untuk membentuk tulang dan gigi, kontraksi otot, detak jantung,
penyerapan vitamin B12, serta mempengaruhi tekanan darah arterial. Kadar
kalsium dalam makanan, kemampuan serap dinding usus dan ketersediaan
vitamin D. Kalsium mudah diserap bila dalam kondisi asam atau diberikan
bersama protein dan laktosa. Sebaliknya, penyerapan akan terhambat bila ada
bersama asam oksalat. Sayuran hijau, seperti sawi, bayam dan brokoli cukup kaya
akan kalsium. Namun ada sayuran hijau dan buah tertentu yang mengandung
asam oksalat yang tinggi, seperti belimbing, kol atau kubis. Untuk menghindari
kekurangan kalsium, vegan harus menghindari sayuran dan buah-buahan yang
mengandung asam oksalat tinggi, seperti kol dan belimbing.
2.2. Pubertas
Remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun),
remaja tengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence
(17-20 tahun) (Behrman, 2004). Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan
organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Salah satu ciri dari
pubertas pada wanita adalah menstruasi.
Menstruasi adalahpermulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan
jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap
28 hari (Widyastuti,2010). Kadatangan masa menstruasi ini biasanya terjadi pada usia
12 tahun dan merupakan tanda bahwa seorang wanita telah memasuki usia subur
(Paath, 2005). Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai
umur 17 tahun, setelah itu pada umumnya sudah teratur. Jumlah darah yang hilang
pada saat menstruasi sekitar 50-60 cc tanpa bekuan darah. Apabila perdarahan
disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi pardarahan banyak, yang merupakan
wanita disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang agar
status gizinya baik. Apabila status gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak
akan mengalami keluhan seperti nyeri haid atau dismenore.
Gangguan pada saat menstruasi merupakan hal yang sering dialami. Adapun gangguan menstruasi tersebut dapat dibagi menjadi (Wagman, 2000):
a. Amenore/amenorrhea
Amenore/amenorrhea adalah istilah medis yang digunakan untuk menamai tidak
terjadinya menstruasi pada perempuan. Amenore disebut dengan amenore primer
jika menstruasi tidak pernah terjadi sama sekali dan disebut amenore sekunder jika
menstruasi terputus empat bulan atau lebih (Owen, 2005).
b. Menoragia/menorraghia
Menoragia/menorraghia adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
menstruasi yang disertai dengan aliran darah yang tinggi /lebih dari tujuh hari atau
terlalu sering mengeluarkan darah, sehingga darah yang keluar terlalu berlebihan.
Pada saat menstruasi biasa, darah yang keluar rata-rata 60 cc, namun penderita
menoragia dapat mengeluarkan darah tiga kali lebih banyak dibanding dengan
menstruasi biasa (Owen, 2005).
c. Dismenore/dysmenorrhea
Dismenore/dysmenorrhea adalah nama medis untuk menstruasi yang disertai
dengan kram dan rasa sakit (Owen, 2005). Nyeri ini terasa di bagian bawah perut
dan berawal tepat sebelum atau segera setelah masa haid dimulai. Nyeri ini dapat
berlangsung setengah sampai lima hari dan acapkali tampak seperti nyeri
2.3. Dismenore
Dismenore yaitu keluhan nyeri saat datang bulan. Biasanya nyeri dirasakan di
daerah perut bagian bawah. Keluhan nyeri ini bahkan ada sampai menyebabkan
pingsan karena tidak dapat menahan rasa sakitnya. Gejalanya kadang-kadang ditandai
dengan rasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri punggung dan pusing (Wagman, 1998).
2.3.1. Klasifikasi Dismenore
Menurut Baradero (2005), dismenore diklasifikasikan sebagai dismenore
primer dan dismenore sekunder:
1. Dismenore primer tidak berkaitan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa
penyakit organik. Dismenore primer bisa timbul pada hari pertama atau kedua dari
menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada perut bagian
bawah. Intesitas dismenore bisa berkurang setelah hamil atau pada umur 30 tahun.
Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita
mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya
dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah
menstruasi pertama. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi
rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika
bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks/leher rahim,
terutama jika saluran serviksnya sempit (Llewellyn, 2005).
2. Dismenore sekunder timbul sebagai respon terhadap penyakit organik, seperti
endometriosis, fibroid uteri dan pemakaian IUD. Dismenore sekunder sering
2.3.2. Tingkat Dismenore
Menurut Potter (2005), karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor
Scale/VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini
dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”. Alat Verbal
Descriptor Scale/VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsikan nyeri yang
dialaminya, sedangkan skala penilaian numerik (Numerical Ratting Scale/NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti pendeskripsi kata. Salah satu alat verbal descriptor
scale ini adalah universal pain assessment tool.
Skala Intensitas Nyeri Numerik
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana
Gambar 2.2. Skala Intensitas Nyeri 2.3.3. Gejala Dismenore
Gejala dismenore adalah kram keras pada bagian perut yang bisa berlangsung
sampai tiga hari, sering kencing, berkeringat, rasa sakit pada pinggul dengan rasa
nyeri yang menjalar sampai ke paha bagian atas dan punggung, distensi abdominal,
2.3.4. Etiologi/Penyebab Dismenore
Sekitar sepertiga wanita yang mengalami menstruasi akan merasakan
beberapa rasa sakit yang menyertai menstruasinya. Wanita yang mengalami
dismenore primer akan menghasilkan hormon prostaglandin dalam jumlah banyak
sekali pada saat menstruasi dan sangat sensitif terhadap hormon tersebut.
Prostaglandin merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan pada saat bersalin dan
juga salah satu hormon yang bertanggung jawab terhadap kontraksi-kontraksi rahim.
Oleh karena itu, dismenore dapat dilihat sebagai persalinan mini yang disertai dengan
hormon prostaglandin yang menyebabkan otot rahim masuk ke dalam spasma, yang
mengakibatkan rasa sakit seperti kram (Baradero, 2005).
2.3.5. Patofisiologi Dismenore
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan dismenore primer, yaitu
prostaglandin uteri yang tinggi, aktivitas uteri abno rmal, dan faktor emosi/psikologis.
Belum diketahui dengan jelas bagaimana prostaglandin bisa menyebabkan
dismenore. Akan tetapi, diketahui bahwa wanita dengan dismenore mempunyai
prostaglandin yang empat kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenore.
2.3.6. Pengobatan Dismenore
Diketahui bahwa beberapa hormon, seperti prostaglandin dapat membuat
rahim berkontraksi. Wanita yang menderita kejang merasakan sakit yang ditimbulkan
kontraksi tersebut. Salah satu cara mengurangi nyeri itu mungkin dengan mengurangi
jumlah prostaglandin tertentu yang diproduksi tubuh, sehingga kontraksi tersebut
tidak begitu kuat (Kingston, 1999). Adapun cara yang dilakukan untuk mengurangi
a. Mengonsumsi obat nonsteroid antiinflamatory
Obat nonsteroid antiinflammatory berguna untuk menghambat pembentukan
prostaglandin yang dapat mengurangi dismenore (Lethaby, 2007).
b. Mengonsumsi kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral dengan dosis rendah dapat mengurangi dismenore (Zoler, 2004).
Hormon-hormon pada kontrasepsi dapat mengontrol pertumbuhan dinding uterus
sehingga prostaglandin sedikit dibentuk. Akibatnya, kontraksi lebih sedikit, aliran
darah lebih sedikit dan nyeri berkurang.
c. Pijatan/massage
Pijatan/massage berguna untuk menstimulasi pembuluh darah kecil di bawah kulit,
sehingga memberikan rasa rileks. Pijatan/massage ini diberikan pada bagian
kepala, leher dan bagian tulang belakang (Kingston, 1995).
d. Kompres hangat
Kompres dengan air hangat dapat membantu pada masa haid karena panas dapat
mengurangi nyeri. Botol berisi air panas yang ditaruh pada tempat yang nyeri,
seperti pada perut bagian bawah atau punggung akan memberikan rasa
rileks/nyaman, sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang ( Kingston, 1995).
e. Olahraga
Olahraga yang teratur dapat menyebabkan berkurangnya nyeri haid/dismenore.
Hal ini dikarenakan efek hormonal yang berhubungan dengan olahraga pada
permukaan uterus, yakni peningkatan kadar endorfin yang bersirkulasi. Olahraga
diduga bekerja sebagai analgesik nonspesifik yang bekerja jangka pendek dalam
f. Perubahan pola makan
Meningkatkan konsumsi kalsium, serat, makanan dari kedelai, buah-buahan dan
sayur-sayuran, serta mengonsumsi suplemen, seperti magnesium, vitamin E dan
vitamin B6 dapat membantu mengurangi dismenore (Tran, 2001)
2.4. Kalsium untuk Mengurangi Dismenore
Diet vegetarian memiliki pola makan yang hanya atau kebanyakan
mengonsumsi makanan nabati untuk mencukupi kebutuhan gizi setiap hari. Dari tiga
jenis vegetarian, vegan mempunyai pola makan yang hanya berfokus pada makanan
nabati, sehingga agak sulit untuk memperoleh kebutuhan zat gizi dibandingkan
dengan dua jenis vegetarian lain, yakni lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian.
Oleh karena itu, vegan sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan nabati yang
beraneka ragam agar dapat memenuhi kebutuhan zat gizi setiap harinya. Apabila
vegan mempunyai pola makan yang kurang beraneka ragam, maka akan
mengakibatkan kekurangan zat gizi, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, protein,
lemak, vitamin A, vitamin D dan kalsium (Yuliarti, 2009).
Menurut Yuliarti (2009), seorang vegan sering mengalami kekurangan
kalsium. Hal itu dapat terjadi apabila pola makannya tidak beraneka ragam, padahal
kalsium adalah zat gizi yang penting bagi wanita terutama saat menstruasi guna
mengurangi dismenore. Peran kalsium untuk mengurangi dismenore, yakni sebagai
zat yang diperlukan untuk kontraksi otot. Pada waktu otot berkontraksi, kalsium
berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila otot
kekurangan kalsium, maka otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga
Adapun sumber utama kalsium adalah makanan hewani, seperti ikan dimakan
dengan tulang, termasuk ikan kering dan udang. Namun, bagi vegan tidak
memperoleh asupan kalsium dari sumber makanan hewani tersebut.
Kacang-kacangan dan hasil olahan kacang-Kacang-kacangan, seperti tahu dan tempe, serta sayuran
hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, walaupun jumlah kalsium pada
makanan ini tidak sebanyak makanan hewani dan adanya asam oksalat yang dapat
menghambat penyerapan kalsium. Namun, vegan dapat memperoleh kalsium dengan
mengonsumsi kacang-kacangan dan sayuran hijau dalam jumlah yang banyak dan
jenis yang beragam agar diperoleh kecukupan kalsium, serta menghindari makanan
yang mengandung asam oksalat yang tinggi, seperti belimbing, kol atau kubis.
Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila mengonsumsi makanan yang
seimbang dan beraneka ragam setiap hari. Kandungan kalsium beberapa bahan
makanan nabati dapat dilihat pada tabel 2.2.
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan, 1996.
Bahan makanan nabati yang mengandung asam oksalat dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Makanan yang mengandung asam oksalat dengan jumlah 2-7 kali lebih besar
daripada kalsium, seperti bayam, bit, kol atau kubis dan belimbing. Bahan
makanan ini tidak hanya menyebabkan kalsium yang terkandung di dalamnya
tidak dapat dimanfaatkan, tetapi dengan besarnya asam oksalat yang terkandung
dalam bahan makanan tersebut dapat mengendapkan kalsium yang ditambahkan
dari produk-produk lain atau jika tidak ada kalsium yang ditambahkan, dapat
berpengaruh toksis.
b. Bahan makanan yang meskipun mengandung asam oksalat dalam jumlah yang
cukup banyak, namun pada makanan tersebut kaya akan kalsium, sehingga
makanan tersebut merupakan sumber kalsium. Kelompok makanan ini adalah
selada air, bunga kol, brokoli, sawi, kacang hijau, serta sayuran hijau dan buah
2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Asupan kalsium dilihat dari pola makan vegan, yang terbagi atas makanan
kaya kalsium dan miskin kalsium. Dari asupan kalsium tersebut dapat diketahui efek
dismenore pada remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan.
2.6. Hipotesis
Ho: Adanya hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri
vegan.
Ha: Tidak ada hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri
vegan.
Asupan Kalsium
Dismenore Pola Makan Vegan:
1. Makanan Kaya Kalsium
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danDesain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan crosssectional
yaitu ingin mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada
remaja put ri vegan di vihara Maitreya Medan.
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di vihara Maitreya Medan. Lokasi penelitian
ditentukan dengan alasan bahwa di vihara Maitreya Medan, remaja putri yang tinggal
di vihara tersebut merupakan penganut vegan, sehingga merupakan tempat yang tepat
untuk melakukan penelitian guna mengetahui asupan kalsium yang dikonsumsi oleh
remaja putri vegan tersebut dan kaitannya dengan tingkat dismenore.
3.2.2.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan September sampai dengan Desember 2011.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi : remaja putri vegan yang ada di vihara Maitreya Medan.
Sampel : remaja putri vegan yang berumur 15-20 tahun dengan teknik
pengambilan sampel secara total sampling sebanyak 40 orang. Adapun
alasan memilih kriteria sampel ini karena: (1) kedatangan
menarke/menstruasi pertama biasanya pada umur 12 tahun dan
pertama, (2) pembatasan usia remaja akhir/late adolescence adalah
umur 20 tahun.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dengan dua cara, yaitu:
a. Data primer mencakup data:
1. Asupan kalsium dilihat dari pola makan vegan yang terbagi atas jenis, jumlah,
serta frekuensi makan makanan kaya kalsium dan jenis, jumlah, serta frekuensi
makan makanan miskin kalsium, yang diperoleh dari wawancara dengan
menggunakan formulir food frequency.
2. Karakteristik responden, pertanyaan mengenai menstruasi, dismenore dan
konsumsi suplemen diperoleh dari kuesioner.
3. Tingkat dismenore diperoleh dengan cara melihat kolom di bawah gambar yang
tersedia pada universal pain assessment tool yang telah diceklis/disilang oleh
remaja putri vegan.
b. Data sekunder, yaitu data mengenai gambaran umum mahavihara Maitreya Medan
yang diperoleh dari bagian informasi.
3.5. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
2. Universal Pain Assessment Tool
3.6. Definisi Operasional
No Operasional Definisi Skala Pengukuran
1 Pola makan vegan Gambaran mengenai jenis, jumlah serta frekuensi makan yang terbagi menjadi makanan kaya kalsium dan miskin kalsium yang dikonsumsi setiap hari untuk melihat asupan kalsium yang diperoleh.
Nominal
2 Makanan kaya kalsium
Makanan nabati jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan.
Nominal
3 Makanan miskin kalsium
Makanan nabati jenis serealia dan buah-buahan yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan.
Nominal
4 Tingkat dismenore
Intensitas nyeri yang dirasakan saat menstruasi oleh remaja putri vegan.
Ordinal
5 Remaja putri Orang yang berumur 15-20 tahun yang telah mendapat menstruasi lebih dari tiga tahun dan tinggal di vihara Maitreya Medan.
Interval
3.7. Aspek Pengukuran
1. Tingkat dismenore diukur dengan metode universal pain assessment tool.
Responden memilih dengan cara memberi tanda (ceklis/silang) pada kolom yang
tersedia pada salah satu ciri wajah atau ciri tingkah laku yang mampu
mendeskripsikan dismenore yang dirasakan. Adapun skala deskriptor pada
universal pain assessment tool, dibagi menjadi lima kategori, yakni:
a. Tidak nyeri
c. Nyeri sedang
d. Nyeri berat
e. Nyeri tak tertahankan
2. Asupan kalsium diukur dengan melihat pola makan vegan yang terbagi menjadi
makanan kaya kalsium dan miskin kalsium, yang diperoleh dari wawancara
dengan menggunakan formulir food frequency. Makanan kaya kalsium, yang
terdiri dari makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi
yang cukup, serta jumlah kalsium yang dikonsumsi sesuai dengan angka
kecukupan yang dianjurkan oleh Depkes, yakni 800-1000 mg untuk remaja putri,
digolongkan sebagai pola makan kaya kalsium, sedangkan makanan jenis serealia
dan buah-buahan ataupun makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau
dengan frekuensi yang kurang atau jarang dikonsumsi, serta jumlah kalsium yang
dikonsumsi kurang dari 800 mg, sehingga kurang dari angka kecukupan yang
dianjurkan oleh Depkes untuk remaja putri, digolongkan sebagai pola makan
miskin kalsium.
3.8. Metode Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah
sebagai berikut:
1. Editing, yaitu melihat dan memeriksa apakah pertanyaan yang sudah diteliti ada
proses pengolahan data
2. Koding, yaitu memberi kode antara angka-angka tertentu.
3.8.2. Analisis Data
Untuk melihat ada tidaknya hubungan secara bermakna diantara variabel yang
diteliti, maka digunakan statistik uji chi-square pada program SPSS for windows
dengan bantuan komputer.
Data yang telah dikumpulkan, diolah dan disajikan dalam bentuk tabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Mahavihara Maitreya Medan
Mahavihara Maitreya terletak di jalan Cemara Boulevard Utara no.8,
Perumahan Cemara Asri Medan. Mahavihara Maitreya tersebut didirikan pada tahun
1999 dan diresmikan pada tanggal 21 Agustus 2008. Vihara tersebut merupakan
vihara terbesar di Asia Tenggara dan merupakan pusat dari vihara-vihara yang ada di
Sumatera Utara. Mahavihara Maitreya merupakan salah salah satu objek wisata di
Perumahan Cemara Asri Medan yang sering dikunjungi, terutama pada hari libur.
Mahavihara Maitreya berdiri megah karena adanya sumbangan dana dari para umat
dan pemilik perumahan, yaitu Mujianto, Presiden Direktur PT Kurnia Sampali Asri.
Vihara tersebut dibangun dengan gaya klasik oriental dengan desain modern.
Pada pintu masuk utama vihara tersebut akan tampak ruang kebaktian yang
sangat besar, yang dapat menampung sekitar 1.500 orang. Di samping kanan dari
ruang kebaktian tersebut, terdapat ruang informasi, sedangkan pada samping kiri
ruang kebaktian tersebut, terdapat toko yang menjual barang-barang sebagai cendera
mata untuk para wisatawan yang ingin membeli kenang-kenangan sebagai tanda telah
berkunjung ke vihara tersebut. Sebelah kiri dari toko tersebut, terdapat sebuah
restoran yang bernama Teko Healthy Resto, yang menjual makanan vegetarian. Selain
itu, terdapat asrama yang menampung para mahasiswa yang mendapat beasiswa
untuk kuliah di Perguruan Tinggi Cendana oleh pandita, yakni seorang pemimpin
vihara tersebut sekaligus pemilik Perguruan Tinggi Cendana. Asrama tersebut
4.2. Gambaran Umum Responden
Adapun gambaran umum responden, yakni remaja putri vegan di vihara
Maitreya Medan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Kelompok Umur
No Umur (tahun) Jumlah %
1 15-17 4 10
2 18-20 36 90
Jumlah 40 100
Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas umur remaja put ri
vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah 18-20 tahun, yaitu sebanyak 36
orang (90%).
Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah %
1 SMP 4 10
2 SMA 36 90
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan
remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah tamat SMA, yaitu
sebanyak 36 orang (90 %).
Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Konsumsi Suplemen
No Suplemen Jumlah %
1 Mengonsumsi 9 22,5
2 Tidak mengonsumsi 31 77,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas remaja putri vegan di
vihara Maitreya Medan tahun 2011 tidak mengonsumsi suplemen, yaitu sebanyak 31
Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan yang Mengonsumsi Suplemen di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Suplemen
No Jenis Suplemen Jumlah %
1 Kalsium dan Vitamin C 1 11,1
2 Vitamin B12 1 11,1
3 Vitamin C 6 66,7
4 Vitamin E 1 11,1
Jumlah 9 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 9 orang (100%) remaja putri
vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 yang mengonsumsi suplemen, jenis
suplemen yang paling banyak dikonsumsi, yaitu vitamin C sebanyak 6 orang
(66,7%).
4.3. Jenis Makanan
Pola makan remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi setiap hari untuk melihat asupan kalsium. Oleh sebab itu, jenis makanan
yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan terbagi menjadi dua, yakni makanan kaya
kalsium dan makanan miskin kalsium.
1. Makanan kaya kalsium
Makanan kaya kalsium pada makanan nabati terdapat pada jenis
kacang-kacangan, sayuran hijau, serta makanan lainnya.
a. Jenis kacang-kacangan
Frekuensi makan dan jenis makanan kacang-kacangan yang dikonsumsi oleh
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Kacang-Kacangan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui frekuensi jenis makanan
kacang-kacangan yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di
vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah tahu dengan frekuensi lebih dari satu kali
dalam sehari, yaitu sebanyak 14 orang (35%).
b. Jenis sayuran hijau
Frekuensi makan dan jenis makanan sayuran hijau yang dikonsumsi oleh
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Sayuran Hijau yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui frekuensi jenis makanan sayuran hijau
yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya
Medan tahun 2011 adalah sawi dengan frekuensi satu kali dalam sehari, yaitu
sebanyak 11 orang (27,5%).
c. Makanan lain (selain kacang-kacangan dan sayuran hijau)
Selain jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau, ada makanan lain yang
mengandung kalsium dalam jumlah yang banyak, seperti agar-agar, emping, kuaci,
selai serikaya, dan wijen. Adapun frekuensi makan dari jenis makanan ini dapat
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Kacang-Kacangan dan Sayuran Hijau) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011
No Jenis
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui frekuensi makanan lain (selain
kacang-kacangan dan sayuran hijau) yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja
putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah wijen dengan frekuensi satu
kali dalam sehari, yaitu sebanyak 5 orang (12,5%).
2. Makanan Miskin Kalsium
Makanan miskin kalsium pada makanan nabati terdapat pada jenis
buah-buahan, serealia dan makanan lainnya.
a. Jenis buah-buahan
Frekuensi makan dan jenis makanan buah-buahan yang dikonsumsi oleh
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah-Buahan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan buah-buahan
yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya
Medan tahun 2011 adalah apel, pir dan pisang dengan frekuensi satu kali dalam
sehari, yaitu masing-masing sebanyak 11 orang (27,5%).
b. Jenis Serealia
Frekuensi makan dan jenis makanan serealia yang dikonsumsi oleh remaja
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Serealia yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan serealia yang
paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya
Medan tahun 2011 adalah nasi dengan frekuensi lebih dari satu kali dalam sehari,
yaitu sebanyak 34 orang (85%).
c. Makanan lain (selain buah-buahan dan serealia)
Selain jenis buah-buahan dan serealia, ada juga makanan lain, seperti sayur
dan jamur yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan yang
mempunyai kalsium dalam jumlah yang sedikit. Adapun frekuensi makan dari jenis
makanan ini dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Buah-Buahan dan Serealia) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan lain (selain
buah-buahan dan serealia) yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja
putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah kentang dengan frekuensi
satu kali dalam sehari, yaitu sebanyak 17 orang (42,5%).
4.4. Asupan Kalsium
Asupan kalsium dapat diukur dengan melihat makanan sumber kalsium yang
dikonsumsi oleh remaja putri vegan. Adapun sumber kalsium dari makanan nabati,
yakni jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau. Sumber kalsium yang dikonsumsi
dengan frekuensi yang cukup, yakni lima kali dalam sehari untuk jenis
kacang-kacangan dan empat kali dalam sehari untuk jenis sayuran hijau, dapat memenuhi
kebutuhan kalsium remaja putri vegan setiap hari. Adapun frekuensi makan
kacang-kacangan dan sayuran hijau yang dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di
vihara Maitreya Medan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Makan dan Makanan Jenis Kacang-Kacangan dengan Jenis Sayuran Hijau yang Dikonsumsi Setiap Hari oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011
No Frekuensi Makan
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat 8 orang (20%) remaja
putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 yang mengonsumsi makanan jenis
kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi yang cukup, 4 orang (10%)
namun jenis sayuran hijau tidak cukup, 6 orang (15%) remaja putri vegan yang
mengonsumsi makanan jenis sayuran hijau dengan frekuensi yang cukup, namun
jenis kacang-kacangan tidak cukup dan 22 orang (55%) remaja putri vegan yang
mengonsumsi makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi
tidak cukup. Dari 22 orang (55%) remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan
jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi tidak cukup, terdapat 1
orang (2,5%) remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan tambahan, yakni
suplemen kalsium dan vitamin C setiap hari, sehingga asupan kalsium tercukupi dari
suplemen.
4.5. Pola Makan Remaja Putri Vegan
Pola makan remaja putri vegan, dibagi menjadi dua yakni, pola makan kaya
kalsium dan miskin kalsium. Remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan
sumber kalsium, yakni jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi
yang cukup setiap hari ataupun remaja putri vegan yang mengonsumsi suplemen
kalsium setiap hari, digolongkan sebagai remaja putri vegan yang mempunyai pola
makan kaya kalsium, sedangkan remaja putri vegan yang mengonsumsi sumber
kalsium, yakni jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi tidak
cukup, digolongkan sebagai remaja putri vegan yang mempunyai pola makan miskin
kalsium. Adapun jumlah remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan yang
mempunyai pola makan kaya kalsium dan miskin kalsium dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.12. Distribusi Pola Makan Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya
Berdasarkan tabel 4.12. dapat diketahui pola makan remaja putri vegan di
vihara Maitreya Medan tahun 2011 mayoritas miskin kalsium, yaitu sebanyak 31
orang (77,5%), sedangkan kategori kaya kalsium, ada 9 orang (22,5%).
4.6. Tingkat Dismenore
Tingkat dismenore diukur dengan cara melihat kolom di bawah gambar yang
tersedia pada universal pain assessment tool yang telah diceklis/disilang oleh remaja
putri vegan di vihara Maitreya Medan. Adapun skala deskriptor verbal pada universal
pain assessment tool dapat dibagi menjadi lima kategori, yakni tidak nyeri, nyeri
ringan, nyeri sedang, nyeri berat dan nyeri tak tertahankan. Adapun jumlah remaja
putri vegan yang memilih skala tidak nyeri, nyeri ringan, sedang, berat dan tak
tertahankan dapat dilihat pada tabe 4.13.
Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui tingkat dismenore remaja putri vegan
di vihara Maitreya Medan tahun 2011 mayoritas kategori nyeri ringan, yaitu sebanyak
4.7. Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan Menurut Pola Makan
Tingkat dismenore remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011
berdasarkan pola makan dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Pola Makan 1)
No Pola Makan
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dari 40 orang (100%) remaja putri
vegan di vihara Maitreya Medan, mayoritas mempunyai pola makan miskin kalsium,
yaitu sebanyak 31 orang (77,5%) dengan dismenore ringan (45%) dan sedang
(22,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan yang tidak mengalami
dismenore (10%), sedangkan remaja putri vegan yang mempunyai pola makan kaya
kalsium (22,5%) yang tidak mengalami dismenore (12,5%) lebih banyak
dibandingkan remaja putri vegan dengan dismenore ringan (7,5%) dan sedang
(0,5%) . Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh
p=0,025 (p<0,05), yang menunujukkan ada hubungan bermakna antara asupan
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pola Makan Remaja Putri Vegan
Pola makan vegetarian memang terbukti bermanfaat dalam mencegah
berbagai gangguan penyakit, misalnya penyakit jantung, kanker, batu empedu, ginjal
dan lain sebagainya. Ada tiga jenis vegetarian yang umum dikenal, yaitu lacto ovo
vegetarian, lacto vegetarian dan vegan. Namun, dari ketiga jenis vegetarian tersebut,
vegan memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan dibandingkan dua jenis
vegetarian lainnya. Vegan hanya berfokus pada makanan nabati dan sama sekali tidak
mengonsumsi makanan hewani, seperti daging, ikan, susu dan hasil olahannya. Oleh
karena keterbatasan dalam mengonsumsi makanan tersebut, vegan seringkali
mengalami kekurangan zat gizi, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, protein,
lemak, vitamin A, vitamin D, termasuk juga kalsium. Menurut Tran (2001),
meningkatkan asupan kalsium setiap hari dapat membantu mengurangi dismenore.
Adapun fungsi kalsium, yakni zat yang dibutuhkan dalam kontraksi otot. Kalsium
berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin dan bila otot
kekurangan kalsium, maka otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga
dapat mengakibatkan otot menjadi kram (Almatsier, 2004).
Adapun sumber utama kalsium, yakni susu dan hasil olahan susu, seperti keju,
ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang
baik. Kandungan kalsium pada makanan hewani tersebut, yakni susu, keju, dan ikan
masing-masing sebanyak 300 mg, 777 mg, dan 1200 mg untuk setiap 100 gramnya.
dan sayuran hijau juga merupakan sumber kalsium yang baik juga, walaupun
kandungannya tidak sebanyak pada makanan hewani. Adapun jumlah kalsium pada
jenis kacang-kacangan, seperti tempe, tahu, kacang merah, kacang tanah, dan kacang
hijau, masing-masing berjumlah 129 mg, 124 mg, 293 mg, 315 mg, dan 259 mg
dalam setiap 100 gramnya, sedangkan jumlah kalsium untuk jenis sayuran, yakni
brokoli, buncis, sawi, kangkung, dan bunga kol, masing-masing berjumlah 75 mg, 65
mg, 220 mg, dan 74 mg dan 67 mg dalam setiap 100 gramnya.
Makanan nabati yang lain, seperti jenis serealia dan buah-buahan merupakan
makanan yang sering dikonsumsi oleh vegan. Serealia umumnya merupakan sumber
karbohidrat, sedangkan buah-buahan merupakan sumber vitamin. Kandungan
kalsium dalam jenis makanan tersebut jumlahnya sangat kecil. Adapun kandungan
kalsium untuk golongan serealia, seperti nasi, yakni sebanyak 3 mg untuk setiap 100
gramnya, sedangkan kandungan kalsium untuk golongan buah-buahan, seperti apel,
pisang dan melon, masing-masing berjumlah 7 mg, 6 mg dan 4 mg untuk setiap 100
gramnya.
Berdasarkan keterangan mengenai jumlah kalsium dalam setiap golongan
makanan tersebut, maka pola makan remaja putri vegan akan dibagi menjadi
makanan kaya kalsium dan makanan miskin kalsium untuk dapat melihat asupan
kalsium yang diperoleh setiap hari.
5.1.1. Makanan Kaya Kalsium
Makanan kaya kalsium merupakan makanan yang mengandung kalsium
cukup banyak. Adapun makanan nabati yang merupakan sumber kalsium yang baik,