• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Asupan Kalsium dengan Tingkat Dismenore pada Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Asupan Kalsium dengan Tingkat Dismenore pada Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA REMAJA PUTRI VEGAN

DI VIHARA MAITREYA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

FITRIANI BR SINAGA 071000174

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA REMAJA PUTRI VEGAN

DI VIHARA MAITREYA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

071000174

FITRIANI BR SINAGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA REMAJA PUTRI VEGAN

DI VIHARA MAITREYA MEDAN TAHUN 2011

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:

071000174

FITRIANI BR SINAGA

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Januari 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

(4)

ABSTRAK

Pola makan vegan memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan. Mereka hanya mengonsumsi makanan nabati saja dan tidak mengonsumsi makanan hewani. Oleh karena itu, vegan yang mengonsumsi makanan yang kurang beraneka ragam sering mengalami defisiensi beberapa zat gizi, termasuk kalsium. Beberapa studi menunujukkan bahwa kalsium dapat mengurangi dismenore, sedangkan studi lain mengatakan kalsium hanya dapat membantu meringankan nyeri saat

premenstruasi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan dismenore. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain crosssectional. Pola makan diukur dengan cara wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan dismenore diukur dengan universal pain assessment tool. Hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore dianalisis dengan uji chi square pada taraf kemaknaan

α=0,05.

Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar remaja putri vegan memiliki pola makan miskin kalsium (77,5%) dengan tingkat dismenore ringan (45%) dan sedang (22,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan yang memiliki pola makan kaya kalsium.

Dari hasil penelitian disarankan agar remaja putri vegan mengonsumsi

makanan yang beraneka ragam serta meningkatkan frekuensi makan, khususnya jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau agar kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dan dismenore tidak terjadi.

(5)

ABSTRACT

A vegan eating pattern have limitation in consuming of food. They only consume on vegetation food and haven’t consume animal products. Therefore, vegan who consume less various food may suffer from nutrition deficiencies, including calcium. One of study found that calcium did not reduce dysmenorrhea, but in another study, it seemed that calcium reduced premenstrual pain.

The aim of this study was to determine a relationship between calcium consumption and dysmenorrhea. This research was an analytic study with

crosssectional design. The eating pattern was measured by interviewed with food frequency form and dysmenorrhea was measured by universal pain assessment tool. A relationship between calcium consumption and dysmenorrhea was analited by chi

square test with confidence level on α=0,05.

The result of analysis by chi square, showed that there’s a correlation

between calcium consumption and dysmenorrhea. The result showed that the most of vegan adolescents have an eating pattern in low calcium (77,5%) who have

dysmenorrhea in mild pain (45%) and moderate pain category (22,5%) more than vegan adolescents’s high calcium in their eating pattern.

The result of this study may suggested that vegan adolescents consume a multifariuous meal and also improve eating frequency, especially nuts and green leafy vegetables so that calcium needs can be enough and dysmenorrhea can’t happen.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Fitriani Br Sinaga

Tempat/Tanggal Lahir : Binjai/16 Mei 1988

Agama : Kristen Katolik

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang

Alamat Rumah : Jl. Ketilang No.8 Binjai

Riwayat Pendidikan : 1. 1994-1995 TK Methodist Binjai 2. 1995-2001 SD Methodist Binjai 3. 2001-2004 SLTP Methodist Binjai 4. 2004-2007 SMA Negeri 1 Binjai

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih

karunia-Nya, saya dapat mengerjakan skripsi yang berjudul,”Hubungan Asupan Kalsium dengan Tingkat Dismenore pada Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, mulai dari proposal, penelitian sampai

dengan skripsi, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan yang

diberikan, khususnya selama proses penyusunan skripsi ini kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing saya

selama proses penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak

membimbing saya selama penyusunan sripsi ini.

4. Kepada Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS, selaku dosen penguji II saya.

5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku selaku dosen penguji III saya.

6. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Gizi Kesehatan

(8)

8. Kepada kedua orang tua saya, Jantiaman Sinaga dan Juliana Purba yang telah

memberikan semangat dan dukungan, baik dalam bentuk moril maupun materil

serta doa kepada saya.

9. Kepada Bapak Pdt. Antony Juhana yang telah memberikan ijin penelitian kepada

saya.

10.Kepada kak Yiling, Erlina dan seluruh staf mahavihara Maitreya yang telah

banyak membantu saya melancarkan penelitian.

11.Kepada bang Jairomatos Sihombing, SH, Jamian Sihombing, SH dan Pramayana

yang telah banyak membantu saya selama penelitian ke mahavihara Maitreya

Medan.

12.Kepada kakak, abang dan adik saya, Desi Mariani Sinaga, S.E, Leonardo Sinaga,

S.Si dan Herberd Sinaga.

13.Saudara kelompok kecil saya, “Hopefull”, kak Eka Mayasari Banureah, SKM,

kak Ria Natalia, SKM dan Lusiana Purba, terima kasih atas dukungan, semangat

dan doanya.

14.Kepada sahabat saya, “Blink2Girlz”, Tiur Liana Banjarnahor, AmKeb, Siska

Pinem, S.Ked. dan Dewi Rulia Sitepu, Spd., yang selalu memberikan semangat

dan doa kepada saya.

15.Kepada sahabat saya, “RealVs”, Peranika Pakpahan, SKM dan Ivo Gustiara

Damanik, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

16.Kepada Yansen Salim,ST, Kartini Amalia Harahap, kak Eriama Agustina Purba,

kak Sherry, Yuni Matanari, SKM, Meishi Sihombing, SKM, Yunita, SKM,

(9)

SKM, kak Hotmauli, SKM, kak Maira, SKM, terima kasih atas dukungan dan

semangatnya.

17.Kepada semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, saya

mengucapkan terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

Akhirnya, saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan semoga Tuhan

selalu menyertai kita semua. Terima kasih.

Medan, 24 Januari 2012

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI Halaman Pengesahan

Abstrak………..

Abstact ... ii

Daftar Riwayat Hidup Penulis………. iii

Kata Pengantar………. iv

2.1.1. Kekurangan Zat Gizi yang Sering Terjadi pada Pola Makan Vegan………. 9

2.2. Pubertas ………. 14

2.3. Dismenore ………. 16

2.3.1. Klasifikasi Dismenore ……… 16

2.3.2. Tingkat Dismenore ………. 17

2.3.3. Gejala Dismenore ………... 17

2.3.4. Etiologi/Penyebab Dismenore ……… 18

2.3.5. Patofisiologi Dismenore ………. 18

2.3.6. Pengobatan Dismenore ………... 18

2.4. Kalsium untuk Mengurangi Dismenore ……… 20

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ………. 24

2.6. Hipotesis ……… 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian ……… 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 25

3.2.1. Lokasi Penelitian ………. 25

3.2.2. Waktu Penelitian ………. 25

3.3. Populasi dan Sampel ……….. 25

3.4. Metode Pengumpulan Data ……… 26

(11)

3.6. Definisi Operasional……… 27

3.7. Aspek Pengukuran ……….. 27

3.8. Metode Analisis Data……….. 28

3.8.1. Pengolahan Data……….. 28

3.8.2. Analisis Data……… 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Mahavihara Maitreya Medan ……… 30

4.2. Gambaran Umum Responden ……… 31

4.3. Jenis Makanan……….... ………. 32

4.4. Asupan kalsium ………. 38

4.5. Pola Makan Remaja Putri Vegan ……… 39

4.6. Tingkat Dismenore ………. 40

4.7. Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan Menurut Pola Makan …… 41

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pola Makan Remaja Putri Vegan ………... 42

5.1.1. Makanan Kaya Kalsium ……….. 43

5.1.2. Makanan Miskin Kalsium ………... 45

5.2. Asupan Kalsium ………. 47

5.3. Tingkat Dismenore ………. 53

5.4. Tingkat Dismenore Berdasarkan Pola Makan Vegan ……… 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ………. 57

- Universal Pain Assessment Tool - Formulir Food Frequency - Master Data

- Output Data

- Surat Izin Penelitian

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Panduan Diet Vegan untuk Wanita ... 9

Tabel 2.2. Jumlah Kalsium dalam Bahan Makanan Nabati ... 21

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Kelompok Umur ... 31

Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31

Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Konsumsi Suplemen ... 31

Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan yang Mengonsumsi Suplemen di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Suplemen ... 32

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Kacang-Kacangan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 33

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Sayuran Hijau yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 34

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Kacang-Kacangan dan Sayuran Hijau) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 35

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah-Buahan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 36

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Serealia yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 37

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Buah-Buahan dan Serealia) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 37

(13)

Tabel 4.12. Distribusi Pola Makan Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 40

Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011... 40

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Piramida Makanan untuk Kelompok Vegetarian ... 7

Gambar 2.2. Skala Intensitas Nyeri ... 17

(15)

ABSTRAK

Pola makan vegan memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan. Mereka hanya mengonsumsi makanan nabati saja dan tidak mengonsumsi makanan hewani. Oleh karena itu, vegan yang mengonsumsi makanan yang kurang beraneka ragam sering mengalami defisiensi beberapa zat gizi, termasuk kalsium. Beberapa studi menunujukkan bahwa kalsium dapat mengurangi dismenore, sedangkan studi lain mengatakan kalsium hanya dapat membantu meringankan nyeri saat

premenstruasi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan dismenore. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain crosssectional. Pola makan diukur dengan cara wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan dismenore diukur dengan universal pain assessment tool. Hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore dianalisis dengan uji chi square pada taraf kemaknaan

α=0,05.

Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar remaja putri vegan memiliki pola makan miskin kalsium (77,5%) dengan tingkat dismenore ringan (45%) dan sedang (22,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan yang memiliki pola makan kaya kalsium.

Dari hasil penelitian disarankan agar remaja putri vegan mengonsumsi

makanan yang beraneka ragam serta meningkatkan frekuensi makan, khususnya jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau agar kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dan dismenore tidak terjadi.

(16)

ABSTRACT

A vegan eating pattern have limitation in consuming of food. They only consume on vegetation food and haven’t consume animal products. Therefore, vegan who consume less various food may suffer from nutrition deficiencies, including calcium. One of study found that calcium did not reduce dysmenorrhea, but in another study, it seemed that calcium reduced premenstrual pain.

The aim of this study was to determine a relationship between calcium consumption and dysmenorrhea. This research was an analytic study with

crosssectional design. The eating pattern was measured by interviewed with food frequency form and dysmenorrhea was measured by universal pain assessment tool. A relationship between calcium consumption and dysmenorrhea was analited by chi

square test with confidence level on α=0,05.

The result of analysis by chi square, showed that there’s a correlation

between calcium consumption and dysmenorrhea. The result showed that the most of vegan adolescents have an eating pattern in low calcium (77,5%) who have

dysmenorrhea in mild pain (45%) and moderate pain category (22,5%) more than vegan adolescents’s high calcium in their eating pattern.

The result of this study may suggested that vegan adolescents consume a multifariuous meal and also improve eating frequency, especially nuts and green leafy vegetables so that calcium needs can be enough and dysmenorrhea can’t happen.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Masa remaja (adolescence) merupakan suatu masa peralihan. Pada masa

remaja terjadi perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja

ditandai dengan masa pubertas. Pada masa pubertas, kematangan fisik berlangsung

dengan cepat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh (Santrock, 2007).

Pubertas juga ditandai dengan kematangan seksual (Manuaba,1999). Pada masa

pubertas, wanita akan mengalami menstruasi sebagai tanda kematangan seksualnya.

Menstruasi yang dialami merupakan peristiwa yang wajar dan alami, walaupun

kenyataannya banyak wanita mengalami masalah menstruasi, seperti dismenore atau

nyeri haid (Moore,2001).

Ada beberapa cara untuk mengurangi dismenore, salah satunya adalah

mengonsumsi kalsium. Kalsium diyakini dapat membantu mengurangi dismenore.

Namun, buktinya belum jelas, beberapa studi mengatakan bahwa kalsium dapat

mengurangi dismenore, sedangkan studi lain mengatakan kalsium hanya dapat

membantu meringankan nyeri saat premenstruasi (UMMC, 2011). Kalsium dalam

penelitian tersebut digunakan dalam bentuk suplemen, sedangkan pada penelitian ini,

pola makan vegetarian yang akan digunakan untuk mengukur efek dismenore.

Pola makan vegetarian memang terbukti bermanfaat dalam mencegah

munculnya berbagai gangguan penyakit, seperti penyakit jantung, kanker, batu

empedu, ginjal dan berbagai penyakit lainnya. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa

(18)

terkandung dalam makanan hewani berbeda dengan makanan nabati yang kandungan

gizinya kurang lengkap.

Ada tiga jenis vegetarian yang dikenal, yakni lacto vegetarian, lacto ovo

vegetarian dan vegan. Dari ketiga jenis vegetarian tersebut, lacto vegetarian dan

lacto-ovo vegetarian masih mengonsumsi makanan hewani, walaupun dalam jenis

dan jumlah yang terbatas, sehingga tidak terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan zat

gizi. Lain halnya dengan vegan, yang sama sekali tidak mengonsumsi makanan

hewani maupun produk olahannya, sehingga seringkali mengalami kekurangan zat

gizi, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, protein, lemak, vitamin A, vitamin D,

termasuk juga kalsium.

Kalsium diperlukan dalam jumlah yang relatif besar. Sumber utama kalsium

terdapat pada makanan hewani, yakni susu dan hasil olahannya, seperti keju, serta

ikan dan udang. Namun, makanan hewani tersebut tidak dikonsumsi oleh vegan.

Jumlah kalsium yang dapat diserap oleh tubuh sangat tergantung pada ketersediaan

kalsium dalam makanan. Meskipun lebih banyak ditemukan dalam makanan hewani,

namun kalsium juga ditemukan dalam makanan nabati. Makanan nabati, seperti

kacang-kacangan dan hasil olahannya, yakni tempe dan tahu, serta sayuran hijau

merupakan sumber kalsium yang baik juga, walaupun kandungan kalsium pada

makanan nabati tersebut tidak sebanyak pada makanan hewani, terlebih ada beberapa

jenis sayuran yang mengandung asam oksalat yang dapat menghambat penyerapan

kalsium. Oleh sebab itu, vegan sering mengalami kekurangan kalsium, padahal

(19)

Adapun penganut vegan biasanya dikarenakan faktor agama. Salah satunya,

yakni agama Buddha Maitreya. Remaja putri yang tinggal di vihara Maitreya Medan

merupakan penganut vegan, sehingga dengan alasan itu peneliti memilih vihara

Maitreya Medan sebagai tempat penelitian yang tepat. Pada survei pendahuluan yang

dilakukan penulis terhadap beberapa remaja di vihara Maitreya tersebut, didapat

remaja putri vegan yang memiliki tingkat dismenore yang ringan.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian guna mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada

remaja put ri vegan di vihara Maitreya Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui

hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri vegan di

vihara Maitreya Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada

remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jenis, jumlah dan frekuensi makan makanan kaya kalsium yang

dikonsumsi oleh remaja putri vegan.

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja putri memperoleh

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Makan Vegan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai

jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

merupakan ciri khas pokok suatu kelompok masyarakat tertentu (Goan, 1985).

Vegetarian berasal dari Bahasa Latin, yakni vegetus, artinya kuat, aktif dan

bergairah. Vegetarian memiliki dua arti, yakni sebagai kata benda dan kata sifat.

Vegetarian sebagai kata benda berarti orang yang banyak/hanya mengonsumsi

makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Yuliarti, 2009), sedangkan vegetarian

sebagai kata sifat berarti tidak mengandung daging atau kebiasaan berpantang daging

(Bangun, 2003).

Menurut American Dietetic Association dalam Yuliarti (2009), vegetarian

dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Lacto-ovo vegetarian

Orang yang menganut vegetarian tipe ini biasanya memiliki pola makan meliput i

biji-bijian, umbi-umbian, buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, susu,

telur dan produknya.

2. Lacto vegetarian

Penganut vegetarian tipe ini biasa mengonsumsi makanan sebagaimana halnya

(22)

3. Vegetarian total (vegan)

Vegetarian total (vegan) merupakan vegetarian murni. Orang yang menganut

paham ini sama sekali tidak mengonsumsi unsur hewani dan semua produk

hewani.

Menurut Yuliarti (2009), ada beberapa jenis bahan makanan yang perlu

dikonsumsi oleh vegetarian, antara lain:

1. Sayur-sayuran merupakan bahan makanan yang kaya akan zat gizi, diantaranya

vitamin C, beta karoten, riboflavin, zat besi, kalsium dan bahan makanan nongizi,

yakni serat. Sayur-sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan brokoli,

sayur-sayuran yang berwarna kuning atau oranye seperti bayam, kentang manis, labu,

semangka dan melon kuning mengandung beta karoten yang tinggi, perlu

dikonsumsi lima porsi setiap hari.

2. Buah-buahan merupakan bahan makanan yang kaya serat, vitamin C dan beta

karoten, sehingga perlu dikonsumsi setiap hari.

3. Roti, sereal, nasi dan biji-bijian lain sangat baik untuk dikonsumsi. Biji-bijian kaya

akan serat, karbohidrat, protein dan zink.

4. Kedelai maupun susu kedelai dan hasil olahannya baik untuk dikonsumsi karena

merupakan sumber kalsium yang baik.

5. Makanan jenis kacang-kacangan merupakan sumber protein, serat, zat besi,

(23)

Sumber: Departemen of Nutrition,Arizona State University,Vegetarian Food Pyramid,2002.

Gambar 2.1. Piramida Makanan untuk Kelompok Vegetarian

Seperti halnya diet nonvegetarian, vegan juga harus mengatur jumlah asupan

makannya. Pedoman yang paling sering digunakan adalah dengan piramida makanan.

Piramida makanan yang cukup dikenal adalah pedoman yang digunakan oleh

Departement of Nutrition, Arizona State University. Adapun penjelasan lebih detail

adalah sebagai berikut:

1. Minyak

Berbagai minyak nabati dapat dikonsumsi vegan, mulai dari minyak kelapa,

minyak kanola, minyak palem dan lain sebagainya. Bahan makanan ini harus

(24)

2. Kacang-kacangan

Adapun golongan kacang-kacangan, seperti kacang tanah dan sejenisnya dapat

dikonsumsi 1-2 porsi setiap hari.

3. Bahan makanan pengganti susu

Bahan makanan pengganti susu yang dapat dikonsumsi vegan diantaranya susu

kedelai maupun hasil olahan kedelai lain yang telah difortifikasi dengan vitamin

B12. Bahan makanan ini dapat dikonsumsi sebanyak tiga porsi.

4. Sayur-sayuran dan buah segar, seperti wortel, lobak, mentimun, labu, tomat, cabai

dan bawang-bawangan dapat dikonsumsi oleh vegan sebanyak 2-4 porsi.

5. Sayur-sayuran segar berdaun hijau, seperti kangkung, bayam, seledri, sawi dan

selada dapat dikonsumsi sebanyak 2-3 porsi.

6. Polong-polongan, seperti buncis dan bahan makanan kaya protein lain, seperti

hasil olahan kedelai, yakni tempe, tahu dan tofu dapat dikonsumsi sebanyak 2-3

porsi.

7. Buah-buahan segar, seperti semangka, nanas, jeruk, anggur, pisang dan lain

sebagainya dapat dikonsumsi sebanyak 1-2 porsi.

8. Buah-buahan kering dapat dikonsumsi sebanyak 1-2 porsi.

9. Tepung-tepungan, pasta, sereal dan padi-padian dapat dikonsumsi sebanyak 6-10

porsi. Adapun kelompok ini adalah nasi, kentang, singkong, roti, ketan dan lain

sebagainya.

10.Mengonsumsi air, minimal delapan gelas sehari. Vegan yang kesulitan memenuhi

kebutuhan vitamin tertentu dapat mengonsumsi suplemen, yakni vitamin B12

(25)

Adapun panduan diet vegan untuk wanita dapat dilihat pada tabel 2.1. seperti

di bawah ini:

Tabel 2.1. Panduan Diet Vegan untuk Wanita Golongan

Sumber: Yuliarti, The Vegetarian Way, 2009.

2.1.1. Kekurangan Zat Gizi yang Sering Terjadi pada Pola Makan Vegan

Vegetarian terbukti sangat bermanfaat dalam mencegah munculnya berbagai

gangguan penyakit. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa makanan hewani

merupakan makanan yang kaya zat gizi. Kandungan protein pada bahan makanan

hewani sangat lengkap. Vitamin dan mineral yang terkandung dalam bahan makanan

hewani berbeda dengan bahan makanan nabati yang kandungan gizinya cenderung

kurang lengkap. Oleh karena itu, sebagai penganut vegetarian agar tetap sehat harus

dapat mengatur pola makan, serta mengonsumsi makanan yang beraneka ragam,

sehingga kebutuhan gizi tetap terpenuhi dengan baik.

Pola makan lacto-ovo vegetarian dan lacto vegetarian masih mengonsumsi

bahan makanan hewani, walaupun dalam jenis dan jumlah yang terbatas, sehingga

tidak terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Lain halnya vegan yang sama

sekali tidak mengonsumsi bahan makanan hewani maupun produk olahannya,

(26)

1. Kekurangan zat besi

Zat besi memiliki peran besar dalam transportasi dan metabolisme oksigen di

dalam tubuh, kekebalan, perkembangan kognitif, pengaturan suhu, metabolisme

energi dan performa kerja. Meski tubuh manusia hanya memerlukan zat besi

sekitar lima gram saja, namun jika terjadi defisiensi, maka akan berakibat besar

bagi tubuh. Banyak hal yang dapat menjadikan seorang vegan mengalami

kekurangan zat besi, diantaranya: (a) banyak mengonsumsi sayuran, padahal

sayuran banyak mengandung fitat dan asam oksalat. Kedua jenis zat ini bersifat

mengikat zat besi. Jadi, logis bila seorang vegan menderita kekurangan zat besi,

mengingat zat besi yang dikonsumsinya banyak yang diikat oleh fitat dan asam

oksalat, sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh, (b) tidak atau kurang

mengonsumsi daging, padahal daging merupakan sumber zat besi yang sangat

baik. Jadi, logis pula bila vegan yang tidak pandai mengatur dietnya mengalami

kekurangan zat besi.

2. Kekurangan vitamin B12

Banyak hal yang dapat menyebabkan seorang vegan mengalami kekurangan

vitamin B12. Sebagian besar makanan yang mengandung vitamin B12 adalah

makanan yang berasal dari hewan, seperti ginjal, hati, ikan, kepiting, ketam,

unggas dan susu. Jadi, kekurangan vitamin B12 ini banyak menimpa mereka yang

menerapkan pola makan vegan. Untuk mereka yang menerapkan pola makan

vegetarian berjenis lacto maupun lacto ovo masih dapat memperoleh asupan

vitamin B12 dari susu dan telur. Sebenarnya ada bahan makanan nabati yang

(27)

bahan makanan hewani, seperti miso, yang merupakan hasil fermentasi kedelai

(sejenis tauco), tempe, sereal dan susu kedelai. Vegan sebaiknya melengkapi

daftar dietnya dengan jenis makanan di atas. Harus diingat bahwa kelebihan

asupan vitamin lain, juga dapat mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan

vitamin B12. Asupan vitamin C yang terlalu tinggi justru akan mengakibatkan

seseorang mengalami kekurangan vitamin B12 karena vitamin C dosis tinggi

(lebih dari 500 mg/hari) justru akan merusak vitamin B12, mengubah vitamin B12

menjadi bentuk yang tidak aktif atau analognya yang justru merupakan

antivitamin B12, sehingga mengakibatkan kekurangan vitamin B12. Vitamin B12

sangat penting bagi tubuh. Vitamin ini mampu meningkatkan nafsu makan dan

mencegah terjadinya anemia. Seseorang yang mengalami kekurangan vitamin B12

akan mengalami gangguan dalam pembentukan sel darah merah. Jumlah sel darah

merah yang menurun akan memunculkan anemia yang ditandai dengan kelelahan,

turunnya nafsu makan dan diare. Defisiensi yang berat akan menimbulkan anemia

perniosa.

3. Kekurangan protein

Asupan asam amino dalam menu harian sangatlah penting. Asam amino

merupakan unit pembentuk protein, yakni zat yang dibutuhkan tubuh untuk

metabolisme dan memperbaiki sel yang rusak. Dari 20 jenis asam amino, ada

jenis asam amino yang dapat dibuat oleh tubuh, disebut asam amino nonesensial

dan ada pula asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus

dipasok dari luar, disebut sebagai asam amino esensial. Meskipun sejumlah

(28)

terdapat di dalamnya tidak selengkap yang ada pada bahan makanan hewani.

Setiap jenis bahan makanan nabati kekurangan satu atau lebih asam amino

esensial di dalamnya. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk hanya

mengonsumsi satu macam sumber protein nabati. Perlu kombinasi beberapa jenis

bahan makanan nabati agar kebutuhan asam amino esensial terpenuhi.

4. Kekurangan lemak

Terlalu banyak mengonsumsi lemak dapat meningkatkan kadar trigleserida atau

kolesterol darah, sehingga meningkatkan resiko serangan jantung maupun

arteriosclerosis. Meskipun demikian, jangan menganggap lemak sebagai musuh

karena lemak tetap diperlukan oleh tubuh. Banyak sekali manfaat lemak bagi

tubuh, diantaranya sebagai sumber kalori, untuk membran sel dan mengatur

fisiologi tubuh, serta mengikat vitamin larut lemak, seperti A,D,E, dan K.

Artinya, penyerapan vitamin-vitamin tersebut akan sulit dilakukan bila tanpa

adanya lemak. Meskipun beberapa bahan pangan nabati juga mengandung lemak,

namun kebanyakan lemak ada pada bahan pangan hewani. Jika penganut vegan

tidak pandai dalam mengatur dietnya, maka akan mengalami kekurangan lemak.

Lemak bagi vegan didapatkan dari beberapa bahan makanan nabati, seperti

apokat, kacang-kacangan, biji bunga matahari dan kedelai.

5. Kekurangan vitamin A

Pada prinsipnya vitamin A hanya terdapat pada produk hewani.

Tumbuh-tumbuhan hanya mengandung beta karoten yang merupakan suatu substansi yang

di dalam tubuh diubah menjadi vitamin A. Vegan hanya mendapat vitamin A dari

(29)

menjadi vitamin A hanya dapat terjadi di empedu. Hal ini berarti, seseorang harus

mengonsumsi lemak bersama beta karoten untuk memicu sekresi empedu. Perlu

ditambahkan bahwa orang-orang yang mengalami hipotiroidismus ataupun

diabetes tidak dapat atau kecil kemungkinan mengubah beta karoten menjadi

vitamin A. Baik sekali jika seseorang mau mengonsumsi mentega. Mentega

mengandung vitamin A yang tinggi dan akan merangsang usus untuk mengubah

vitamin A menjadi vitamin A aktif. Vitamin A sangat diperlukan oleh tubuh

untuk membantu tubuh menggunakan protein dan mineral.

6. Kekurangan vitamin D

Vitamin D berguna untuk penyerapan kalsium dan fosfat dari usus, mineralisasi,

pertumbuhan dan perbaikan tulang. Oleh karena berfungsi membantu penyerapan

kalsium, maka biasanya kekurangan vitamin D ini akan mengakibatkan

kekurangan kalsium pula. Di negara tropis, kebutuhan vitamin D tidak menjadi

masalah karena sinar matahari dapat membantu mengubah provitamin D yang

diproduksi tubuh menjadi vitamin D aktif yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh.

Seperti halnya kalsium, vitamin D juga banyak terdapat pada bahan makanan

yang berasal dari hewan. Sumber vitamin D adalah minyak ikan, hati, sarden,

makarel, tuna, salmon, kuning telur, susu, serta produk dari hewan.

7. Kekurangan kalsium

Mineral kalsium sangat penting bagi tubuh, kalsium diperlukan dalam jumlah

yang relatif besar untuk membentuk tulang dan gigi, kontraksi otot, detak jantung,

penyerapan vitamin B12, serta mempengaruhi tekanan darah arterial. Kadar

(30)

kalsium dalam makanan, kemampuan serap dinding usus dan ketersediaan

vitamin D. Kalsium mudah diserap bila dalam kondisi asam atau diberikan

bersama protein dan laktosa. Sebaliknya, penyerapan akan terhambat bila ada

bersama asam oksalat. Sayuran hijau, seperti sawi, bayam dan brokoli cukup kaya

akan kalsium. Namun ada sayuran hijau dan buah tertentu yang mengandung

asam oksalat yang tinggi, seperti belimbing, kol atau kubis. Untuk menghindari

kekurangan kalsium, vegan harus menghindari sayuran dan buah-buahan yang

mengandung asam oksalat tinggi, seperti kol dan belimbing.

2.2. Pubertas

Remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun),

remaja tengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence

(17-20 tahun) (Behrman, 2004). Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan

organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Salah satu ciri dari

pubertas pada wanita adalah menstruasi.

Menstruasi adalahpermulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan

jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap

28 hari (Widyastuti,2010). Kadatangan masa menstruasi ini biasanya terjadi pada usia

12 tahun dan merupakan tanda bahwa seorang wanita telah memasuki usia subur

(Paath, 2005). Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai

umur 17 tahun, setelah itu pada umumnya sudah teratur. Jumlah darah yang hilang

pada saat menstruasi sekitar 50-60 cc tanpa bekuan darah. Apabila perdarahan

disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi pardarahan banyak, yang merupakan

(31)

wanita disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang agar

status gizinya baik. Apabila status gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak

akan mengalami keluhan seperti nyeri haid atau dismenore.

Gangguan pada saat menstruasi merupakan hal yang sering dialami. Adapun gangguan menstruasi tersebut dapat dibagi menjadi (Wagman, 2000):

a. Amenore/amenorrhea

Amenore/amenorrhea adalah istilah medis yang digunakan untuk menamai tidak

terjadinya menstruasi pada perempuan. Amenore disebut dengan amenore primer

jika menstruasi tidak pernah terjadi sama sekali dan disebut amenore sekunder jika

menstruasi terputus empat bulan atau lebih (Owen, 2005).

b. Menoragia/menorraghia

Menoragia/menorraghia adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan

menstruasi yang disertai dengan aliran darah yang tinggi /lebih dari tujuh hari atau

terlalu sering mengeluarkan darah, sehingga darah yang keluar terlalu berlebihan.

Pada saat menstruasi biasa, darah yang keluar rata-rata 60 cc, namun penderita

menoragia dapat mengeluarkan darah tiga kali lebih banyak dibanding dengan

menstruasi biasa (Owen, 2005).

c. Dismenore/dysmenorrhea

Dismenore/dysmenorrhea adalah nama medis untuk menstruasi yang disertai

dengan kram dan rasa sakit (Owen, 2005). Nyeri ini terasa di bagian bawah perut

dan berawal tepat sebelum atau segera setelah masa haid dimulai. Nyeri ini dapat

berlangsung setengah sampai lima hari dan acapkali tampak seperti nyeri

(32)

2.3. Dismenore

Dismenore yaitu keluhan nyeri saat datang bulan. Biasanya nyeri dirasakan di

daerah perut bagian bawah. Keluhan nyeri ini bahkan ada sampai menyebabkan

pingsan karena tidak dapat menahan rasa sakitnya. Gejalanya kadang-kadang ditandai

dengan rasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri punggung dan pusing (Wagman, 1998).

2.3.1. Klasifikasi Dismenore

Menurut Baradero (2005), dismenore diklasifikasikan sebagai dismenore

primer dan dismenore sekunder:

1. Dismenore primer tidak berkaitan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa

penyakit organik. Dismenore primer bisa timbul pada hari pertama atau kedua dari

menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada perut bagian

bawah. Intesitas dismenore bisa berkurang setelah hamil atau pada umur 30 tahun.

Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita

mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya

dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah

menstruasi pertama. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi

rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika

bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks/leher rahim,

terutama jika saluran serviksnya sempit (Llewellyn, 2005).

2. Dismenore sekunder timbul sebagai respon terhadap penyakit organik, seperti

endometriosis, fibroid uteri dan pemakaian IUD. Dismenore sekunder sering

(33)

2.3.2. Tingkat Dismenore

Menurut Potter (2005), karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat

keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor

Scale/VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini

dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”. Alat Verbal

Descriptor Scale/VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsikan nyeri yang

dialaminya, sedangkan skala penilaian numerik (Numerical Ratting Scale/NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti pendeskripsi kata. Salah satu alat verbal descriptor

scale ini adalah universal pain assessment tool.

Skala Intensitas Nyeri Numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana

Gambar 2.2. Skala Intensitas Nyeri 2.3.3. Gejala Dismenore

Gejala dismenore adalah kram keras pada bagian perut yang bisa berlangsung

sampai tiga hari, sering kencing, berkeringat, rasa sakit pada pinggul dengan rasa

nyeri yang menjalar sampai ke paha bagian atas dan punggung, distensi abdominal,

(34)

2.3.4. Etiologi/Penyebab Dismenore

Sekitar sepertiga wanita yang mengalami menstruasi akan merasakan

beberapa rasa sakit yang menyertai menstruasinya. Wanita yang mengalami

dismenore primer akan menghasilkan hormon prostaglandin dalam jumlah banyak

sekali pada saat menstruasi dan sangat sensitif terhadap hormon tersebut.

Prostaglandin merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan pada saat bersalin dan

juga salah satu hormon yang bertanggung jawab terhadap kontraksi-kontraksi rahim.

Oleh karena itu, dismenore dapat dilihat sebagai persalinan mini yang disertai dengan

hormon prostaglandin yang menyebabkan otot rahim masuk ke dalam spasma, yang

mengakibatkan rasa sakit seperti kram (Baradero, 2005).

2.3.5. Patofisiologi Dismenore

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan dismenore primer, yaitu

prostaglandin uteri yang tinggi, aktivitas uteri abno rmal, dan faktor emosi/psikologis.

Belum diketahui dengan jelas bagaimana prostaglandin bisa menyebabkan

dismenore. Akan tetapi, diketahui bahwa wanita dengan dismenore mempunyai

prostaglandin yang empat kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenore.

2.3.6. Pengobatan Dismenore

Diketahui bahwa beberapa hormon, seperti prostaglandin dapat membuat

rahim berkontraksi. Wanita yang menderita kejang merasakan sakit yang ditimbulkan

kontraksi tersebut. Salah satu cara mengurangi nyeri itu mungkin dengan mengurangi

jumlah prostaglandin tertentu yang diproduksi tubuh, sehingga kontraksi tersebut

tidak begitu kuat (Kingston, 1999). Adapun cara yang dilakukan untuk mengurangi

(35)

a. Mengonsumsi obat nonsteroid antiinflamatory

Obat nonsteroid antiinflammatory berguna untuk menghambat pembentukan

prostaglandin yang dapat mengurangi dismenore (Lethaby, 2007).

b. Mengonsumsi kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral dengan dosis rendah dapat mengurangi dismenore (Zoler, 2004).

Hormon-hormon pada kontrasepsi dapat mengontrol pertumbuhan dinding uterus

sehingga prostaglandin sedikit dibentuk. Akibatnya, kontraksi lebih sedikit, aliran

darah lebih sedikit dan nyeri berkurang.

c. Pijatan/massage

Pijatan/massage berguna untuk menstimulasi pembuluh darah kecil di bawah kulit,

sehingga memberikan rasa rileks. Pijatan/massage ini diberikan pada bagian

kepala, leher dan bagian tulang belakang (Kingston, 1995).

d. Kompres hangat

Kompres dengan air hangat dapat membantu pada masa haid karena panas dapat

mengurangi nyeri. Botol berisi air panas yang ditaruh pada tempat yang nyeri,

seperti pada perut bagian bawah atau punggung akan memberikan rasa

rileks/nyaman, sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang ( Kingston, 1995).

e. Olahraga

Olahraga yang teratur dapat menyebabkan berkurangnya nyeri haid/dismenore.

Hal ini dikarenakan efek hormonal yang berhubungan dengan olahraga pada

permukaan uterus, yakni peningkatan kadar endorfin yang bersirkulasi. Olahraga

diduga bekerja sebagai analgesik nonspesifik yang bekerja jangka pendek dalam

(36)

f. Perubahan pola makan

Meningkatkan konsumsi kalsium, serat, makanan dari kedelai, buah-buahan dan

sayur-sayuran, serta mengonsumsi suplemen, seperti magnesium, vitamin E dan

vitamin B6 dapat membantu mengurangi dismenore (Tran, 2001)

2.4. Kalsium untuk Mengurangi Dismenore

Diet vegetarian memiliki pola makan yang hanya atau kebanyakan

mengonsumsi makanan nabati untuk mencukupi kebutuhan gizi setiap hari. Dari tiga

jenis vegetarian, vegan mempunyai pola makan yang hanya berfokus pada makanan

nabati, sehingga agak sulit untuk memperoleh kebutuhan zat gizi dibandingkan

dengan dua jenis vegetarian lain, yakni lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian.

Oleh karena itu, vegan sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan nabati yang

beraneka ragam agar dapat memenuhi kebutuhan zat gizi setiap harinya. Apabila

vegan mempunyai pola makan yang kurang beraneka ragam, maka akan

mengakibatkan kekurangan zat gizi, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, protein,

lemak, vitamin A, vitamin D dan kalsium (Yuliarti, 2009).

Menurut Yuliarti (2009), seorang vegan sering mengalami kekurangan

kalsium. Hal itu dapat terjadi apabila pola makannya tidak beraneka ragam, padahal

kalsium adalah zat gizi yang penting bagi wanita terutama saat menstruasi guna

mengurangi dismenore. Peran kalsium untuk mengurangi dismenore, yakni sebagai

zat yang diperlukan untuk kontraksi otot. Pada waktu otot berkontraksi, kalsium

berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila otot

kekurangan kalsium, maka otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga

(37)

Adapun sumber utama kalsium adalah makanan hewani, seperti ikan dimakan

dengan tulang, termasuk ikan kering dan udang. Namun, bagi vegan tidak

memperoleh asupan kalsium dari sumber makanan hewani tersebut.

Kacang-kacangan dan hasil olahan kacang-Kacang-kacangan, seperti tahu dan tempe, serta sayuran

hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, walaupun jumlah kalsium pada

makanan ini tidak sebanyak makanan hewani dan adanya asam oksalat yang dapat

menghambat penyerapan kalsium. Namun, vegan dapat memperoleh kalsium dengan

mengonsumsi kacang-kacangan dan sayuran hijau dalam jumlah yang banyak dan

jenis yang beragam agar diperoleh kecukupan kalsium, serta menghindari makanan

yang mengandung asam oksalat yang tinggi, seperti belimbing, kol atau kubis.

Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila mengonsumsi makanan yang

seimbang dan beraneka ragam setiap hari. Kandungan kalsium beberapa bahan

makanan nabati dapat dilihat pada tabel 2.2.

(38)
(39)

Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan, 1996.

Bahan makanan nabati yang mengandung asam oksalat dapat diklasifikasikan

menjadi:

a. Makanan yang mengandung asam oksalat dengan jumlah 2-7 kali lebih besar

daripada kalsium, seperti bayam, bit, kol atau kubis dan belimbing. Bahan

makanan ini tidak hanya menyebabkan kalsium yang terkandung di dalamnya

tidak dapat dimanfaatkan, tetapi dengan besarnya asam oksalat yang terkandung

dalam bahan makanan tersebut dapat mengendapkan kalsium yang ditambahkan

dari produk-produk lain atau jika tidak ada kalsium yang ditambahkan, dapat

berpengaruh toksis.

b. Bahan makanan yang meskipun mengandung asam oksalat dalam jumlah yang

cukup banyak, namun pada makanan tersebut kaya akan kalsium, sehingga

makanan tersebut merupakan sumber kalsium. Kelompok makanan ini adalah

selada air, bunga kol, brokoli, sawi, kacang hijau, serta sayuran hijau dan buah

(40)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Asupan kalsium dilihat dari pola makan vegan, yang terbagi atas makanan

kaya kalsium dan miskin kalsium. Dari asupan kalsium tersebut dapat diketahui efek

dismenore pada remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan.

2.6. Hipotesis

Ho: Adanya hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri

vegan.

Ha: Tidak ada hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri

vegan.

Asupan Kalsium

Dismenore Pola Makan Vegan:

1. Makanan Kaya Kalsium

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danDesain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan crosssectional

yaitu ingin mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada

remaja put ri vegan di vihara Maitreya Medan.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di vihara Maitreya Medan. Lokasi penelitian

ditentukan dengan alasan bahwa di vihara Maitreya Medan, remaja putri yang tinggal

di vihara tersebut merupakan penganut vegan, sehingga merupakan tempat yang tepat

untuk melakukan penelitian guna mengetahui asupan kalsium yang dikonsumsi oleh

remaja putri vegan tersebut dan kaitannya dengan tingkat dismenore.

3.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September sampai dengan Desember 2011.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi : remaja putri vegan yang ada di vihara Maitreya Medan.

Sampel : remaja putri vegan yang berumur 15-20 tahun dengan teknik

pengambilan sampel secara total sampling sebanyak 40 orang. Adapun

alasan memilih kriteria sampel ini karena: (1) kedatangan

menarke/menstruasi pertama biasanya pada umur 12 tahun dan

(42)

pertama, (2) pembatasan usia remaja akhir/late adolescence adalah

umur 20 tahun.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan dua cara, yaitu:

a. Data primer mencakup data:

1. Asupan kalsium dilihat dari pola makan vegan yang terbagi atas jenis, jumlah,

serta frekuensi makan makanan kaya kalsium dan jenis, jumlah, serta frekuensi

makan makanan miskin kalsium, yang diperoleh dari wawancara dengan

menggunakan formulir food frequency.

2. Karakteristik responden, pertanyaan mengenai menstruasi, dismenore dan

konsumsi suplemen diperoleh dari kuesioner.

3. Tingkat dismenore diperoleh dengan cara melihat kolom di bawah gambar yang

tersedia pada universal pain assessment tool yang telah diceklis/disilang oleh

remaja putri vegan.

b. Data sekunder, yaitu data mengenai gambaran umum mahavihara Maitreya Medan

yang diperoleh dari bagian informasi.

3.5. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

2. Universal Pain Assessment Tool

(43)

3.6. Definisi Operasional

No Operasional Definisi Skala Pengukuran

1 Pola makan vegan Gambaran mengenai jenis, jumlah serta frekuensi makan yang terbagi menjadi makanan kaya kalsium dan miskin kalsium yang dikonsumsi setiap hari untuk melihat asupan kalsium yang diperoleh.

Nominal

2 Makanan kaya kalsium

Makanan nabati jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan.

Nominal

3 Makanan miskin kalsium

Makanan nabati jenis serealia dan buah-buahan yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan.

Nominal

4 Tingkat dismenore

Intensitas nyeri yang dirasakan saat menstruasi oleh remaja putri vegan.

Ordinal

5 Remaja putri Orang yang berumur 15-20 tahun yang telah mendapat menstruasi lebih dari tiga tahun dan tinggal di vihara Maitreya Medan.

Interval

3.7. Aspek Pengukuran

1. Tingkat dismenore diukur dengan metode universal pain assessment tool.

Responden memilih dengan cara memberi tanda (ceklis/silang) pada kolom yang

tersedia pada salah satu ciri wajah atau ciri tingkah laku yang mampu

mendeskripsikan dismenore yang dirasakan. Adapun skala deskriptor pada

universal pain assessment tool, dibagi menjadi lima kategori, yakni:

a. Tidak nyeri

(44)

c. Nyeri sedang

d. Nyeri berat

e. Nyeri tak tertahankan

2. Asupan kalsium diukur dengan melihat pola makan vegan yang terbagi menjadi

makanan kaya kalsium dan miskin kalsium, yang diperoleh dari wawancara

dengan menggunakan formulir food frequency. Makanan kaya kalsium, yang

terdiri dari makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi

yang cukup, serta jumlah kalsium yang dikonsumsi sesuai dengan angka

kecukupan yang dianjurkan oleh Depkes, yakni 800-1000 mg untuk remaja putri,

digolongkan sebagai pola makan kaya kalsium, sedangkan makanan jenis serealia

dan buah-buahan ataupun makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau

dengan frekuensi yang kurang atau jarang dikonsumsi, serta jumlah kalsium yang

dikonsumsi kurang dari 800 mg, sehingga kurang dari angka kecukupan yang

dianjurkan oleh Depkes untuk remaja putri, digolongkan sebagai pola makan

miskin kalsium.

3.8. Metode Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah

sebagai berikut:

1. Editing, yaitu melihat dan memeriksa apakah pertanyaan yang sudah diteliti ada

proses pengolahan data

2. Koding, yaitu memberi kode antara angka-angka tertentu.

(45)

3.8.2. Analisis Data

Untuk melihat ada tidaknya hubungan secara bermakna diantara variabel yang

diteliti, maka digunakan statistik uji chi-square pada program SPSS for windows

dengan bantuan komputer.

Data yang telah dikumpulkan, diolah dan disajikan dalam bentuk tabel

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Mahavihara Maitreya Medan

Mahavihara Maitreya terletak di jalan Cemara Boulevard Utara no.8,

Perumahan Cemara Asri Medan. Mahavihara Maitreya tersebut didirikan pada tahun

1999 dan diresmikan pada tanggal 21 Agustus 2008. Vihara tersebut merupakan

vihara terbesar di Asia Tenggara dan merupakan pusat dari vihara-vihara yang ada di

Sumatera Utara. Mahavihara Maitreya merupakan salah salah satu objek wisata di

Perumahan Cemara Asri Medan yang sering dikunjungi, terutama pada hari libur.

Mahavihara Maitreya berdiri megah karena adanya sumbangan dana dari para umat

dan pemilik perumahan, yaitu Mujianto, Presiden Direktur PT Kurnia Sampali Asri.

Vihara tersebut dibangun dengan gaya klasik oriental dengan desain modern.

Pada pintu masuk utama vihara tersebut akan tampak ruang kebaktian yang

sangat besar, yang dapat menampung sekitar 1.500 orang. Di samping kanan dari

ruang kebaktian tersebut, terdapat ruang informasi, sedangkan pada samping kiri

ruang kebaktian tersebut, terdapat toko yang menjual barang-barang sebagai cendera

mata untuk para wisatawan yang ingin membeli kenang-kenangan sebagai tanda telah

berkunjung ke vihara tersebut. Sebelah kiri dari toko tersebut, terdapat sebuah

restoran yang bernama Teko Healthy Resto, yang menjual makanan vegetarian. Selain

itu, terdapat asrama yang menampung para mahasiswa yang mendapat beasiswa

untuk kuliah di Perguruan Tinggi Cendana oleh pandita, yakni seorang pemimpin

vihara tersebut sekaligus pemilik Perguruan Tinggi Cendana. Asrama tersebut

(47)

4.2. Gambaran Umum Responden

Adapun gambaran umum responden, yakni remaja putri vegan di vihara

Maitreya Medan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Kelompok Umur

No Umur (tahun) Jumlah %

1 15-17 4 10

2 18-20 36 90

Jumlah 40 100

Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas umur remaja put ri

vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah 18-20 tahun, yaitu sebanyak 36

orang (90%).

Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 SMP 4 10

2 SMA 36 90

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan

remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah tamat SMA, yaitu

sebanyak 36 orang (90 %).

Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Konsumsi Suplemen

No Suplemen Jumlah %

1 Mengonsumsi 9 22,5

2 Tidak mengonsumsi 31 77,5

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas remaja putri vegan di

vihara Maitreya Medan tahun 2011 tidak mengonsumsi suplemen, yaitu sebanyak 31

(48)

Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan yang Mengonsumsi Suplemen di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Suplemen

No Jenis Suplemen Jumlah %

1 Kalsium dan Vitamin C 1 11,1

2 Vitamin B12 1 11,1

3 Vitamin C 6 66,7

4 Vitamin E 1 11,1

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 9 orang (100%) remaja putri

vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 yang mengonsumsi suplemen, jenis

suplemen yang paling banyak dikonsumsi, yaitu vitamin C sebanyak 6 orang

(66,7%).

4.3. Jenis Makanan

Pola makan remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011

bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis makanan yang

dikonsumsi setiap hari untuk melihat asupan kalsium. Oleh sebab itu, jenis makanan

yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan terbagi menjadi dua, yakni makanan kaya

kalsium dan makanan miskin kalsium.

1. Makanan kaya kalsium

Makanan kaya kalsium pada makanan nabati terdapat pada jenis

kacang-kacangan, sayuran hijau, serta makanan lainnya.

a. Jenis kacang-kacangan

Frekuensi makan dan jenis makanan kacang-kacangan yang dikonsumsi oleh

(49)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Kacang-Kacangan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui frekuensi jenis makanan

kacang-kacangan yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di

vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah tahu dengan frekuensi lebih dari satu kali

dalam sehari, yaitu sebanyak 14 orang (35%).

b. Jenis sayuran hijau

Frekuensi makan dan jenis makanan sayuran hijau yang dikonsumsi oleh

(50)

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Sayuran Hijau yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui frekuensi jenis makanan sayuran hijau

yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya

Medan tahun 2011 adalah sawi dengan frekuensi satu kali dalam sehari, yaitu

sebanyak 11 orang (27,5%).

c. Makanan lain (selain kacang-kacangan dan sayuran hijau)

Selain jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau, ada makanan lain yang

mengandung kalsium dalam jumlah yang banyak, seperti agar-agar, emping, kuaci,

selai serikaya, dan wijen. Adapun frekuensi makan dari jenis makanan ini dapat

(51)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Kacang-Kacangan dan Sayuran Hijau) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Jenis

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui frekuensi makanan lain (selain

kacang-kacangan dan sayuran hijau) yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja

putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah wijen dengan frekuensi satu

kali dalam sehari, yaitu sebanyak 5 orang (12,5%).

2. Makanan Miskin Kalsium

Makanan miskin kalsium pada makanan nabati terdapat pada jenis

buah-buahan, serealia dan makanan lainnya.

a. Jenis buah-buahan

Frekuensi makan dan jenis makanan buah-buahan yang dikonsumsi oleh

(52)

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah-Buahan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan buah-buahan

yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya

Medan tahun 2011 adalah apel, pir dan pisang dengan frekuensi satu kali dalam

sehari, yaitu masing-masing sebanyak 11 orang (27,5%).

b. Jenis Serealia

Frekuensi makan dan jenis makanan serealia yang dikonsumsi oleh remaja

(53)

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Serealia yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan serealia yang

paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya

Medan tahun 2011 adalah nasi dengan frekuensi lebih dari satu kali dalam sehari,

yaitu sebanyak 34 orang (85%).

c. Makanan lain (selain buah-buahan dan serealia)

Selain jenis buah-buahan dan serealia, ada juga makanan lain, seperti sayur

dan jamur yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan yang

mempunyai kalsium dalam jumlah yang sedikit. Adapun frekuensi makan dari jenis

makanan ini dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Buah-Buahan dan Serealia) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

(54)

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan lain (selain

buah-buahan dan serealia) yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja

putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah kentang dengan frekuensi

satu kali dalam sehari, yaitu sebanyak 17 orang (42,5%).

4.4. Asupan Kalsium

Asupan kalsium dapat diukur dengan melihat makanan sumber kalsium yang

dikonsumsi oleh remaja putri vegan. Adapun sumber kalsium dari makanan nabati,

yakni jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau. Sumber kalsium yang dikonsumsi

dengan frekuensi yang cukup, yakni lima kali dalam sehari untuk jenis

kacang-kacangan dan empat kali dalam sehari untuk jenis sayuran hijau, dapat memenuhi

kebutuhan kalsium remaja putri vegan setiap hari. Adapun frekuensi makan

kacang-kacangan dan sayuran hijau yang dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di

vihara Maitreya Medan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Makan dan Makanan Jenis Kacang-Kacangan dengan Jenis Sayuran Hijau yang Dikonsumsi Setiap Hari oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Frekuensi Makan

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat 8 orang (20%) remaja

putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 yang mengonsumsi makanan jenis

kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi yang cukup, 4 orang (10%)

(55)

namun jenis sayuran hijau tidak cukup, 6 orang (15%) remaja putri vegan yang

mengonsumsi makanan jenis sayuran hijau dengan frekuensi yang cukup, namun

jenis kacang-kacangan tidak cukup dan 22 orang (55%) remaja putri vegan yang

mengonsumsi makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi

tidak cukup. Dari 22 orang (55%) remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan

jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi tidak cukup, terdapat 1

orang (2,5%) remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan tambahan, yakni

suplemen kalsium dan vitamin C setiap hari, sehingga asupan kalsium tercukupi dari

suplemen.

4.5. Pola Makan Remaja Putri Vegan

Pola makan remaja putri vegan, dibagi menjadi dua yakni, pola makan kaya

kalsium dan miskin kalsium. Remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan

sumber kalsium, yakni jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi

yang cukup setiap hari ataupun remaja putri vegan yang mengonsumsi suplemen

kalsium setiap hari, digolongkan sebagai remaja putri vegan yang mempunyai pola

makan kaya kalsium, sedangkan remaja putri vegan yang mengonsumsi sumber

kalsium, yakni jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi tidak

cukup, digolongkan sebagai remaja putri vegan yang mempunyai pola makan miskin

kalsium. Adapun jumlah remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan yang

mempunyai pola makan kaya kalsium dan miskin kalsium dapat dilihat pada tabel

(56)

Tabel 4.12. Distribusi Pola Makan Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya

Berdasarkan tabel 4.12. dapat diketahui pola makan remaja putri vegan di

vihara Maitreya Medan tahun 2011 mayoritas miskin kalsium, yaitu sebanyak 31

orang (77,5%), sedangkan kategori kaya kalsium, ada 9 orang (22,5%).

4.6. Tingkat Dismenore

Tingkat dismenore diukur dengan cara melihat kolom di bawah gambar yang

tersedia pada universal pain assessment tool yang telah diceklis/disilang oleh remaja

putri vegan di vihara Maitreya Medan. Adapun skala deskriptor verbal pada universal

pain assessment tool dapat dibagi menjadi lima kategori, yakni tidak nyeri, nyeri

ringan, nyeri sedang, nyeri berat dan nyeri tak tertahankan. Adapun jumlah remaja

putri vegan yang memilih skala tidak nyeri, nyeri ringan, sedang, berat dan tak

tertahankan dapat dilihat pada tabe 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui tingkat dismenore remaja putri vegan

di vihara Maitreya Medan tahun 2011 mayoritas kategori nyeri ringan, yaitu sebanyak

(57)

4.7. Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan Menurut Pola Makan

Tingkat dismenore remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011

berdasarkan pola makan dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Pola Makan 1)

No Pola Makan

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dari 40 orang (100%) remaja putri

vegan di vihara Maitreya Medan, mayoritas mempunyai pola makan miskin kalsium,

yaitu sebanyak 31 orang (77,5%) dengan dismenore ringan (45%) dan sedang

(22,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan yang tidak mengalami

dismenore (10%), sedangkan remaja putri vegan yang mempunyai pola makan kaya

kalsium (22,5%) yang tidak mengalami dismenore (12,5%) lebih banyak

dibandingkan remaja putri vegan dengan dismenore ringan (7,5%) dan sedang

(0,5%) . Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh

p=0,025 (p<0,05), yang menunujukkan ada hubungan bermakna antara asupan

(58)

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pola Makan Remaja Putri Vegan

Pola makan vegetarian memang terbukti bermanfaat dalam mencegah

berbagai gangguan penyakit, misalnya penyakit jantung, kanker, batu empedu, ginjal

dan lain sebagainya. Ada tiga jenis vegetarian yang umum dikenal, yaitu lacto ovo

vegetarian, lacto vegetarian dan vegan. Namun, dari ketiga jenis vegetarian tersebut,

vegan memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan dibandingkan dua jenis

vegetarian lainnya. Vegan hanya berfokus pada makanan nabati dan sama sekali tidak

mengonsumsi makanan hewani, seperti daging, ikan, susu dan hasil olahannya. Oleh

karena keterbatasan dalam mengonsumsi makanan tersebut, vegan seringkali

mengalami kekurangan zat gizi, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, protein,

lemak, vitamin A, vitamin D, termasuk juga kalsium. Menurut Tran (2001),

meningkatkan asupan kalsium setiap hari dapat membantu mengurangi dismenore.

Adapun fungsi kalsium, yakni zat yang dibutuhkan dalam kontraksi otot. Kalsium

berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin dan bila otot

kekurangan kalsium, maka otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga

dapat mengakibatkan otot menjadi kram (Almatsier, 2004).

Adapun sumber utama kalsium, yakni susu dan hasil olahan susu, seperti keju,

ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang

baik. Kandungan kalsium pada makanan hewani tersebut, yakni susu, keju, dan ikan

masing-masing sebanyak 300 mg, 777 mg, dan 1200 mg untuk setiap 100 gramnya.

(59)

dan sayuran hijau juga merupakan sumber kalsium yang baik juga, walaupun

kandungannya tidak sebanyak pada makanan hewani. Adapun jumlah kalsium pada

jenis kacang-kacangan, seperti tempe, tahu, kacang merah, kacang tanah, dan kacang

hijau, masing-masing berjumlah 129 mg, 124 mg, 293 mg, 315 mg, dan 259 mg

dalam setiap 100 gramnya, sedangkan jumlah kalsium untuk jenis sayuran, yakni

brokoli, buncis, sawi, kangkung, dan bunga kol, masing-masing berjumlah 75 mg, 65

mg, 220 mg, dan 74 mg dan 67 mg dalam setiap 100 gramnya.

Makanan nabati yang lain, seperti jenis serealia dan buah-buahan merupakan

makanan yang sering dikonsumsi oleh vegan. Serealia umumnya merupakan sumber

karbohidrat, sedangkan buah-buahan merupakan sumber vitamin. Kandungan

kalsium dalam jenis makanan tersebut jumlahnya sangat kecil. Adapun kandungan

kalsium untuk golongan serealia, seperti nasi, yakni sebanyak 3 mg untuk setiap 100

gramnya, sedangkan kandungan kalsium untuk golongan buah-buahan, seperti apel,

pisang dan melon, masing-masing berjumlah 7 mg, 6 mg dan 4 mg untuk setiap 100

gramnya.

Berdasarkan keterangan mengenai jumlah kalsium dalam setiap golongan

makanan tersebut, maka pola makan remaja putri vegan akan dibagi menjadi

makanan kaya kalsium dan makanan miskin kalsium untuk dapat melihat asupan

kalsium yang diperoleh setiap hari.

5.1.1. Makanan Kaya Kalsium

Makanan kaya kalsium merupakan makanan yang mengandung kalsium

cukup banyak. Adapun makanan nabati yang merupakan sumber kalsium yang baik,

Gambar

Gambar 2.1.  Piramida Makanan untuk Kelompok Vegetarian
Tabel 2.1. Panduan Diet Vegan untuk Wanita
Gambar 2.2. Skala Intensitas Nyeri
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan Kepala Desa Selotong tersebut dapat diketahui bahwa dalam proses perencanaan pembangunan partisipasi masyarakat dihimpun dengan cara menerima aspirasi dan

Misalnya dalam membuat suatu keputusan dalam memilih suatu strategi atau suatu teorema dalam matematika untuk membuktikan suatu statemen untuk menghasilkan

Variasi nilai migration aperture pada migrasi kirchoff dalam pengolahan data seismik refleksi 2D di Perairan Alor.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.Panitia Pengadaan Barang Dan Jasa Madrasah Tsanawiyah Negeri Biau Kabupaten Buol Tahun Anggaran 2012, mengadakan pelelangan Umum pascakualifikasi dengan paket pekerjaan :. No

Dan pekerjaan lainnya yang jelas terkait penyelesaian pekerjaan pengadaan Jasa Akomodasi (Penginapan dan Konsumsi), Sewa Ruang Aula dan Kelas Untuk Program

Dengan demikian, keterampilan menulis cerpen siswa telah mengalami peningkatan, baik pada kualitas proses maupun kualitas hasil pembelajaran setelah dilakukan tindakan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa rata- rata hasil belajar siswa pada materi statistika dengan penerapan model

1.2 Hal-hal yang diperlukan dalam penilaian dan kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi ini adalah tempat uji yang mempresentasikan tempat kerja, serta