OPTIMALISASI DAYA REAKTIF UNTUK MEMPERBAIKI
TEGANGAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM PSSE VERSI 31.0.0
(Aplikasi PT PLN (Persero) UPB Sumbagut)
OLEH :
BAKTI MULYOSO
060422013
Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Teknik
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
OPTIMALISASI DAYA REAKTIF UNTUK MEMPERBAIKI
TEGANGAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM PSSE VERSI 31.0.0
(Aplikasi PT PLN (Persero) UPB Sumbagut)
OLEH :
BAKTI MULYOSO
060422013
Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 0 1 0
Sidang pada tanggal 23 bulan Oktober tahun 2010 di depan penguji :
1. Ir. Zulkarnaen Pane : Ketua Penguji :____________
2. Prof. Dr. Ir. Usman Baafai : Anggota Penguji :____________
3. Ir. A. Rachman Hasibuan : Anggota Penguji :____________
Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir
NIP. 19461208 197603 1 002 Ir. Syarifuddin Siregar
Diketahui Oleh : Pelaksana Harian
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
OPTIMALISASI DAYA REAKTIF UNTUK MEMPERBAIKI
TEGANGAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM PSSE VERSI 31.0.0
(Aplikasi PT PLN (Persero) UPB Sumbagut)
OLEH :
Bakti Mulyoso
060422013
Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 0 1 0
Sidang pada tanggal 23 bulan Oktober tahun 2010 di depan penguji :
1. Ir. Zulkarnaen Pane : Ketua Penguji
2. Prof. Dr. Ir. Usman Baafai : Anggota Penguji
3. Ir. A. Rachman Hasibuan : Anggota Penguji
Diketahui Oleh : Pelaksana Harian
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
NIP. 19461022 197302 1 001 Prof. Dr. Ir. Usman Baafai
Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir
ABSTRAK
Pada sistem kelistrikan yang besar, regulasi tegangan menjadi masalah yang sangat penting, karena menyangkut masalah keandalan operasi sistem tenaga listrik. Perubahan struktur jaringan maupun pusat-pusat pembangkit mutlak diperhatikan, karena bila terjadi perubahan struktur dalam sistem, akan diikuti oleh perubahan aliran daya maupun profil tegangan. Semakin besar beban induktif dalam sistem dan semakin panjang saluran transmisi 150 kV yang digunakan, semakin besar pula daya reaktif yang diserap dan menyebabkan penurunan tegangan. Apabila penurunan tegangan yang terjadi melebihi batas toleransi yang diijinkan, maka secara teknis akan mengakibatkan terganggunya kinerja peralatan listrik konsumen seperti berbagai jenis lampu, alat-alat pemanas dan motor-motor listrik. Berdasarkan hubungan tegangan dan daya reaktif tersebut, maka tegangan dapat diperbaiki dengan mengatur aliran daya reaktif.
PSS/E (Power System Simulation Engineering), merupakan software yang dapat menampilkan secara graphical interface dengan jumlah bus (rel) tidak terbatas. Salah satu kegunaan PSS/E adalah untuk studi aliran daya.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan Judul :
”OPTIMALISASI DAYA REAKTIF UNTUK MEMPERBAIKI
TEGANGAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM PSSE VERSI 31.0.0”
(Aplikasi PT PLN (Persero) UPB Sumbagut)
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Program Pendidikan Sarjan Ekstensi Universitas Sumatera Utara, guna memperoleh
gelar sarjana Teknik Elektro.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini banyak
kendala-kendala yang dihadapi, namun atas saran, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
akhirnya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Karena itu penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Baafai, selaku Pelaksana Harian Ketua Departemen
Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Tugas
Akhir ini.
3. Bapak Ir. Eddy Warman, selaku Dosen Wali Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Heru Cahyadi, selaku Manager PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPB
Sumbagut.
5. Teman-teman seperjuangan di jurusan Teknik Elektro Program Pendidikan Sarjana
Ekstensi ’06.
6. Pihak-pihak lainya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang
setinggi-tingginya kepada keluarga besar Ayahanda SK Noer Rahman dan keluarga besar
Ayahanda H. Juli Nuryadi yang dengan cinta, kasih sayang, dorongan, pengertian ,
kesabaran serta pengorbanan yang tidak akan pernah dapat terbalaskan. Tidak lupa juga
terima kasih penulis buat istri tercinta Titin Destiarini dan Nalini Raissa Bakti atas
Semoga Allah SWT. memberikan kekuatan lahir dan batin serta membalas
kebaikan kita semua, Amin.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna baik secara
teknik maupun bahasa. Dalam hal ini penulis menerima setiap saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan mutu Tugas Akhir ini. Besar harapan saya tugas akhir
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan almamater.
Medan, Agustus 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penulisan 2
1.5 Metodologi Penulisan 3
1.6 Sistematika Penulisan 3
BAB 2 DASAR TEORI 5
2.1 Umum 5
2.2 Aliran Daya 5
2.3 Metode Aliran Daya 12
2.4 Faktor Daya 18
2.5 Kapasitor Shunt 20
2.6 Bagaimana Kapasitor Memperbaiki Faktor Daya 22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN DENGAN MENGGUNAKAN
PROGRAM POWER SYSTEM SIMULATION ENGINEERING
(PSS/E) VERSI 31.0.0 26
3.1 Umum 26
3.2 Prosedur dan Cara Menggunakan PSSE 31.0.0 26
3.3 Menjalankan Program PSSE 28
3.4 Data Aliran Daya 30
3.3.1 Pembangkit 30
3.3.2 Rel Daya 32
3.3.3 Transmisi 33
3.3.4 Transformator 34
3.3.5 Beban 35
3.3.6 Peralatan Kompensasi 35
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36
4.1 Kondisi di Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) 36
4.2 Kondisi di Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dengan pemasangan
Kapasitor Bank 25 MVAR di Gardu Induk Banda Aceh 37
4.3 Kondisi di Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dengan pemasangan
Kapasitor Bank masing-masing 25 MVAR di Gardu Induk Banda Aceh
dan Gardu Induk Lhokseumawe 38
4.4 Kondisi Waktu Beban Puncak (WBP) 40
4.5 Kondisi Waktu Beban Puncak (WBP) dengan Pemasangan Kapasitor 25
4.6 Kondisi Waktu Beban Puncak (WBP) dengan Pemasangan Kapasitor
Kapasitor Bank masing-masing 25 MVAR di Gardu Induk Lhokseumawe
dan Gardu Induk Banda Aceh 43
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 45
5.1 Kesimpulan 45
5.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1 Diagram satu garis sistem tenaga listrik 5
Gambar 2.2 Diagram satu garissistem 2 rel 7
Gambar 2.3 Diagram impedansi sistem 2 rel 7
Gambar 2.4 Rel daya dengan transmisi model π untuk sistem 2 rel 8
Gambar 2.5 Aliran arus pada rangkaian ekivalen 8
Gambar 2.6.a Sistem n-rel 10
Gambar 2.6.b Model transmisi π untuk sistem n-rel 10
Gambar 2.7 Ilustrasi metode Newton-Raphson 14
Gambar 2.8 Vektor Diagram Segitiga Daya 19
Gambar 2.9 Tegangan Sebelum dan Sesudah Pemasangan Kapasitor Paralel20
Gambar 2.10 Perbandingan Besar Daya Semu Sebelum dan Sesudah Pemasangan
Kapasitor Paralel 21
Gambar 2.11 Perbaikan Faktor Daya dengan Kapasitor 22
Gambar 2.12 Keadaan Tanpa dan Sesudah Pemasangan Kapasitor 23
Gambar 2.13 Perbaikan Faktor Daya dengan Kapaitor Paralel 24
Gambar 3.1 Diagram alir studi aliran daya menggunakan PSSE 27
Gambar 3.2 Membuka PSSE dengan menu Start Program 28
Gambar 3.3 Membuat File Kasus Baru 29
Gambar 3.4 Worksheet kosong untuk kasus baru 29
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1 Klasifikasi rel pada sistem tenaga 6
Tabel 3.1 Data Pembangkit Sistem Sumatera Utara- Nangroe Aceh Darussalam
31
Tabel 4.1 Tegangan 150 kV pada Kondisi di Luar Waktu Beban Puncak(LWBP)
37
Tabel 4.2 Tegangan 150 KV pada kondisi di Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
dengan pemasangan Kapasitor Bank 25 MVAR di Gardu Induk Banda
Aceh
38
Tabel 4.3 Tegangan 150 KV pada kondisi di Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
dengan pemasangan Kapasitor Bank 25 MVAR di Gardu Induk Banda
Aceh dan Gardu Induk Lhokseumawe
39
Tabel 4.4 Penurunan Tegangan 150 KV pada Kondisi Waktu Beban Puncak
(WBP)
41
Tabel 4.5 Penurunan Tegangan 150 kV dengan Pemasangan Kapasitor Bank 25
MVAR di Gardu Induk Banda Aceh
42
Tabel 4.6 Penurunan Tegangan dengan Pemasangan Kapasitor Bank 25 MVAR
di Gardu Induk Lhokseumawe dan Gardu Induk Banda Aceh
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram satu garis Sistem Sumut-Aceh Lampiran 2 Data Pembangkit Sistem Sumbagut-NAD
Lampiran 3 Data Rel Sistem Sumbagud-NAD
Lampiran 4 Data penghantar Sistem Sumbagut-NAD
Lampiran 5 Impedansi Transformator Pembangkit Sistem Sumbagut-NAD
Lampiran 6 Data Beban Sistem Sumbagut-NAD
Lampiran 7 Hasil Studi Aliran Daya Sistem Sumatera Utara-NAD diLuar
Waktu Beban Puncak (LWBP)
Lampiran 8 Hasil Studi Aliran Daya Sistem Sumbagut-NAD diLuar Waktu Beban
Puncak (LWBP) dengan pemasangan Kapasitor Bank 25 MVAR di
Gardu Induk Banda Aceh
Lampiran 9 Hasil Studi Aliran Daya Sistem Sumbagut-NAD diLuar Waktu Beban
Puncak (LWBP) dengan pemasangan Kapasitor Bank masing-masing 25
MVAR di Gardu Induk Banda Aceh dan Lhokseumawe
Lampiran 10 Hasil Studi Aliran Daya Sistem Sumatera Utara-Nangroe Aceh
Darussalam Pada Waktu Beban Puncak (WBP)
Lampiran 11 Hasil Studi Aliran Daya Kondisi Waktu Beban Puncak (WBP) dengan
Pemasangan Kapasitor Bank 25 MVAR di Gardu Induk Banda Aceh
Lampiran 12 Hasil Studi Aliran Daya Kondisi Waktu Beban Puncak (WBP) dengan
Pemasangan Kapasitor Bank 25 MVAR di Gardu Induk Lhokseumawe
ABSTRAK
Pada sistem kelistrikan yang besar, regulasi tegangan menjadi masalah yang sangat penting, karena menyangkut masalah keandalan operasi sistem tenaga listrik. Perubahan struktur jaringan maupun pusat-pusat pembangkit mutlak diperhatikan, karena bila terjadi perubahan struktur dalam sistem, akan diikuti oleh perubahan aliran daya maupun profil tegangan. Semakin besar beban induktif dalam sistem dan semakin panjang saluran transmisi 150 kV yang digunakan, semakin besar pula daya reaktif yang diserap dan menyebabkan penurunan tegangan. Apabila penurunan tegangan yang terjadi melebihi batas toleransi yang diijinkan, maka secara teknis akan mengakibatkan terganggunya kinerja peralatan listrik konsumen seperti berbagai jenis lampu, alat-alat pemanas dan motor-motor listrik. Berdasarkan hubungan tegangan dan daya reaktif tersebut, maka tegangan dapat diperbaiki dengan mengatur aliran daya reaktif.
PSS/E (Power System Simulation Engineering), merupakan software yang dapat menampilkan secara graphical interface dengan jumlah bus (rel) tidak terbatas. Salah satu kegunaan PSS/E adalah untuk studi aliran daya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator mutu tenaga listrik adalah tegangan pada sistem. Di dalam
sistem tenaga listrik, tegangan erat kaitannya dengan beban sistem yang
bermacam-macam jenisnya, oleh karena itu kebutuhan daya reaktif (yang erat kaitannya dengan
tegangan sistem) akan berubah-ubah sebagaimana perubahan beban. Pengendalian
tegangan dalam sistem harus efektif dengan menggunakan seluruh peralatan yang
tersebar di seluruh jaringan karena sifat daya reaktif yang bersifat lokal dan tidak dapat
dialirkan pada saluran transmisi yang panjang.
Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk pengaturan tegangan adalah
kompensator. Kapasitor adalah kompensator yang bersifat kapasitif yang menghasilkan
daya reaktif dan dapat menaikkan tegangan sistem.
Kendala tegangan rendah di Sub Sistem Nangroe Aceh Darussalam, akibat
keterbatasan pasokan daya reaktif disebabkan karena lokasi beban yang jauh pusat
pembangkit. Komposisi pembangkit yang tidak seimbang antara Sub Sistem Sumatera
Utara dan Sub Sistem Nangroe Aceh Darussalam menyebabkan transfer daya di
jaringan 150 kV dari Sumut ke Aceh relatif tinggi, sehingga jatuh tegangan di sistem
150 kV Nangroe Aceh Darussalam relativ besar. Hal ini mengakibatkan tegangan
transformator daya 150 kV di beberapa gardu induk cenderung rendah.
1.2 Perumusan Masalah
Terdapat kendala tegangan rendah pada Wilayah Nangroe Aceh Darussalam
kualitas pelayanan dan meningkatnya losses transmisi pada sistem Sumatera Utara-Nangroe Aceh Darussalam.
Dari permasalahan tersebut diatas diperlukan kajian dan analisa tentang aliran
pada Sistem Sumatera-Nangroe Aceh Darussalam dan optimalisasi daya reaktif pada
sistem tenaga listrik 150 kV untuk memperbaiki tegangan dan menurunkan losses
transmisi.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil pembahasan yang maksimal, maka penulis perlu
membatasi masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini
adalah :
1. Studi aliran daya pada sistem pembangkitan Sumatera Bagian Utara dengan
menggunakan metode Newton Rapsón dengan bantuan software PSS/E (Power System Simulation Enggineering) versi 31.0.0.
2. Pengaturan OLTC (on load tap changer) transformator daya pada gardu induk tidak digunakan.
3. Hanya menggunakan kapasitor shunt untuk mengurangi losses total pada sistem
tenaga listrik 150 kV.
4. Menggunakan data kompensasi (kapasitor) yang terpasang di GI Banda Aceh
dan GI Lhokseumawe, masing-masing sebesar 25 Mvar.
5. Dalam penulisan ini tidak membahas program perangkat lunak (program Power
System Simulation Enginering Versi 31.0.0).
1.4 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui aliran-aliran daya baik daya nyata maupun daya reaktif yang
mengalir dalam setiap saluran pada sistem Interkoneksi Sumatera Utara-Nangroe
Aceh Darussalam.
2. Mengetahui tegangan rel sebelum dan sesudah pemasangan kapasitor bank pada
Interkoneksi Sumatera Utara - Nangroe Aceh Darussalam.
3. Mengetahui losses sistem Interkoneksi Sumatera Utara-NagroeAceh
Darussalam.
1.5 Metodologi Penulisan
Adapun metodologi yang digunakan adalah :
1. Menggunakan Program (software) PSS/E Versi 31.0.0.
2. Data : data-data yang diambil adalah parameter-parameter yang dibutuhkan
untuk menggunakan program PSSE. Data-data yang dibutuhkan adalah
parameter-parameter pada peralatan tenaga listrik seperti : generator,
transfomator, transmisi, bus, dan sebagainya. Data-data ini diambil di PT. PLN
(Persero) P3B Sumatera Unit Pengatur Beban Sumbagut.
3. Studi literatur : mengambil bahan dari buku-buku referensi, jurnal, panduan
PSSE Versi 31.0.0, dan sebagainya.
4. Studi bimbingan : diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang
telah ditunjuk oleh pihak Departemen Teknik Elektro USU mengenai
masalah-masalah yang timbul selama penulisan Tugas Akhir berlangsung.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini disusun secara sistematis sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisi mengenai :
I.2 Perumusan masalah
I.3 Batasan masalah
I.4 Tujuan penulisan
I.5 Metodologi penulisan
I.6 Sistematika penulisan
BAB II DASAR TEORI
Bagian ini berisi tentang dasar teori yaitu : aliran daya, metode aliran daya,
faktor daya, kapasitor shunt, dan hubungan kapasitor dengan daya reaktif.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DENGAN MENGGUNAKAN
PROGRAM POWER SYSTEM SIMULATION ENGINEERING
(PSS/E) VERSI 31.0.0
Bagian ini berisi tentang metode dan prosedur menggunakan PSS/E dalam
bentuk flowchart, data yang digunakan yaitu : konfigurasi sistem, nilai
impedansi yang tergantung pada tipe dan panjang saluran transmisi, jumlah
bus (rel), impedansi transformator, generator, dan daya reaktif .
BAB IV HASIL STUDI ALIRAN DAYA SISTEM SUMBAGUT-NAD
Bagian ini berisi tentang hasil studi menggunakan program PSSE (output
PSSE) pada sistem Interkoneksi Sumatera Utara-Nangroe Aceh Darussalam
pada saat kasus-1 : sistem dalam kondisi di luar waktu beban puncak
(LWBP) , kasus-2 : kondisi di luar waktu beban puncak (LWBP) dengan
pemasangan kapasitor bank 25 MVAR di Gardu Induk Banda Aceh, kasus-3
: kondisi di luar waktu beban puncak (WBP) dengan pemasangan kapasitor
bank masing-masing 25 MVAR di Gardu Induk Banda Aceh dan Gardu
Induk Lhokseumawe, kasus-4 : sistem dalam kondisi waktu beban puncak
(WBP), kasus-5 : kondisi waktu beban puncak (WBP) dengan pemasangan
kapasitor bank 25 MVAR di Gardu Induk Banda Aceh, dan kasus-6 : kondisi
waktu beban puncak (WBP) dengan pemasangan kapasitor bank
masing-masing 25 MVAR di Gardu Induk Lhokseumawe dan Gardu Induk Banda
Aceh.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil analisa yang telah
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Umum (1,2,3,4)
Suatu sistem tenaga listrik (Electric Power System) terdiri dari tiga komponen utama, yaitu : sistem pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi tenaga listrik, dan
sistem distribusi tenaga listrik .
Komponen dasar yang membentuk suatu sistem tenaga listrik adalah generator,
transformator, saluran transmisi dan beban. Untuk keperluan analisis sistem tenaga,
diperlukan suatu diagram yang dapat mewakili setiap komponen sistem tenaga listrik
tersebut. Diagram yang sering digunakan adalah diagram satu garis dan diagram
impedansi atau diagram reaktansi. Gambar 2.1 merupakan diagram satu garis sistem
tenaga listrik yang sederhana.
G
Pembangkit Transformator
Step-up
Transformator
Step-down
Penghantar Sistem
Distribusi
Gambar 2.1 Diagram Satu Garis Sistem Tenaga Listrik
2.2 Aliran Daya (1,2,3,4)
Aliran Daya merupakan salah satu analisa sistem tenaga listrik pada keadaan
steady state. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan studi aliran daya adalah daya nyata (real power), daya reaktif (reactive power), besaran (magnitude), dan sudut beban (phase angle) tegangan pada setiap rel.
Jenis rel pada sistem tenaga, yaitu :
1. Rel Beban
dan reaktif yang dicatu ke dalam sistem tenaga adalah mempunyai nilai positif,
sementara daya aktif dan reaktif yang di konsumsi bernilai negatif. Besaran yang dapat
dihitung pada rel ini adalah V dan δ (sudut beban).
2. Rel Generator
Rel Generator dapat disebut dengan voltage controlled bus karena tegangan pada rel ini dibuat selalu konstan atau rel dimana terdapat generator. Pembangkitan daya aktif
dapat dikendalikan dengan mengatur penggerak mula (prime mover) dan nilai tegangan dikendalikan dengan mengatur eksitasi generator. Sehingga rel ini sering juga disebut
dengan PV rel. Besaran yang dapat dihitung dari rel ini adalah Q dan δ (sudut beban).
3. Slack Bus
Slack Bus sering juga disebut dengan swing bus atau rel berayun. Adapun besaran yang
diketahui dari rel ini adalah tegangan (V) dan sudut beban (δ). Suatu sistem tenaga
biasanya didesign memiliki rel ini yang dijadikan sebagai referensi yaitu besaran δ = 00.
Besaran yang dapat dihitung dari rel ini adalah daya aktif dan reaktif.
Secara singkat klasifikasi rel pada sistem tenaga terdapat pada Tabel 2.1 yaitu
besaran yang dapat diketahui dan tidak diketahui pada rel tersebut.
Tabel 2.1 Klasifikasi Rel Pada Sistem Tenaga
Jenis rel Besaran yang diketahui
Besaran yang tidak diketahui Rel beban (atau rel PQ) P, Q V , δ
Rel generator atau rel dikontrol tegangan (atau rel PV)
P, V Q, δ
Rel pedoman atau rel slack atau rel swing
2.2.1 Persamaan Aliran Daya (1)
Persamaan aliran daya secara sederhana, untuk sistem yang memiliki 2 rel. Pada
setiap rel memiliki sebuah generator dan beban, walaupun pada kenyatannya tidak
semua rel memiliki generator. Penghantar menghubungkan antara rel 1 dengan rel 2.
Pada setiap rel memiliki 6 besaran elektris yang terdiri dari : PD, PG, QD, QG, V, dan δ.
G1
Rel 1
1 1∠δ
V
Beban 1
1 1
1 G G
G P jQ
S = +
1 1
1 D D
D P jQ
S = +
Rel 2
2 2∠δ
V
Beban 2
2 2
2 G G
G P jQ
S = +
2 2
2 D D
D P jQ
S = +
G2
Penghantar
Gambar 2.2 Diagram Satu Garis sistem 2 rel
Pada Gambar 2.2 dapat dihasilkan persamaan aliran daya dengan menggunakan
diagram impedansi. Pada Gambar 2.3 merupakan diagram impedansi dimana generator
sinkron direpresentasikan sebagai sumber yang memiliki reaktansi dan transmisi model
π (phi). Beban diasumsikan memiliki impedansi konstan dan daya konstan pada diagram
impedansi. G1 G2 B e b a 1 B e b a 2 1 ˆ E 1 G jX 1 ˆ G I 1 ˆ D I 1 ˆ I S Z p y jB
2 yp
jB 2 S
R jXS
2 ˆ E 2 G jX 2 ˆ G I 2 ˆ D I 2 ˆ I 1 ˆ
V Vˆ2
n n
Gambar 2.3 Diagram impedansi sistem 2 rel
(
1 1) (
1 1)
1 1
1 SG SD PG PD j QG QD
S = − = − + − (2.1)
(
2 2) (
2 2)
2 2
2 SG SD PG PD j QG QD
S = − = − + − (2.2)
Pada Gambar 2.4 merupakan penyederhanaan dari Gambar 2.3 menjadi daya rel
(rel daya) untuk masing-masing rel.
ˆ
Gambar 2.4 rel daya dengan transmisi model π untuk sistem 2 relBesarnya arus yang diinjeksikan pada rel 1 dan rel 2 adalah :
1 1 1 ˆ ˆ
ˆ
D
G I
I
I = − (2.3)
2 2
2 ˆ ˆ
ˆ
D
G I
I
I = − (2.4)
Semua besaran adalah diasumsikan dalam sistem per-unit, sehingga :
(
)
1* 1 1 1 1 1 * 1 1
1 VˆIˆ P jQ P jQ Vˆ Iˆ
S = = + ⇒ − = (2.5)
(
)
2* 2 2 2 2 2 * 2 2
2 VˆIˆ P jQ P jQ Vˆ Iˆ
S = = + ⇒ − = (2.6)
1
ˆ
I S
S
Z y = 1
p y 2 ˆ I 1 ˆ V 2 ˆ V p y S jX S R " ˆ 1 I ' ˆ 1 I " ˆ 2 I ' ˆ 2 I Rel Daya Rel Daya
Gambar 2.5 Aliran arus pada rangkaian ekivalen
1 1 1 ˆ ˆ
ˆ I I
I = ′+ ′′
(
)
Sp V V y
y V
Iˆ1 = ˆ1 + ˆ1 − ˆ2
(
)
1(
)
21 ˆ ˆ
ˆ y y V y V
I = p + S + − S (2.7)
2 12 1 11
1 ˆ ˆ
ˆ Y V Y V
I = + (2.8)
Dimana :
Y11 adalah jumlah admitansi terhubung pada rel 1 = yP +yS (2.9)
Y12 adalah admitansi negatif antara rel 1 dengan rel 2 = −yS (2.10)
Untuk aliran arus pada rel 2 adalah :
2 2 2 ˆ ˆ
ˆ I I
I = ′ + ′′
(
)
Sp V V y
y V
Iˆ2 = ˆ2 + ˆ2 − ˆ1
(
)
1(
)
22 ˆ ˆ
ˆ y V y y V
I = − S + p + S (2.11)
2 22 1 21
1 ˆ ˆ
ˆ Y V Y V
I = + (2.12)
Dimana :
Y22 adalah jumlah admitansi terhubung pada rel 2 = yP +yS (2.13)
Y21 adalah admitansi negatif antara rel 2 dengan rel 1 = −yS =Y12 (2.14)
Dari Persamaan (2.8) dan (2.12) dapat dihasilkan Persamaan dalam bentuk matrik,
yaitu : = 2 1 22 21 12 11 2 1 ˆ ˆ V V Y Y Y Y I I (2.15)
Notasi matrik dari Persamaan (2.15) adalah ::
bus bus
bus Y V
Persamaan (2.5) hingga (2.16) yang diberikan untuk sistem 2 rel dapat dijadikan
sebagai dasar untuk penyelesaian Persamaan aliran daya sistem n-rel.
Gambar 2.6.a menunjukan sistem dengan jumlah n-rel dimana rel 1 terhubung
dengan rel lainya. Gambar 2.6.b menunjukan model transmisi untuk sistem n-rel.
Rel 1
1
ˆ
I
Rel 2
Rel 3
Rel n
Gambar 2.6.a sistem n-rel
Rel 1
1
ˆ
I
Rel 2
12
p
y yp21
12
s
y atau ys21
Rel 3
13
p
y yp31
13
s
y atau ys31
Rel n
1
pn
y
n p
y1
n s
y1 atauysn1
V1 V2
V3
V4
Gambar 2.6.b model transmisi π untuk sistem n-rel
Persamaan yang dihasilkan dari Gambar 2.6.b adalah :
(
) (
S)
S(
n)
S nn P P
P V y V y V V y V V y V V y
y V
Iˆ1 = ˆ1 12+ ˆ1 13+...+ ˆ1 1 + ˆ1− ˆ2 12+ ˆ1− ˆ3 13+...+ ˆ1− ˆ 1
(
yP yP yPn yS yS ySn)
Vn yS V yS V ySnVnIˆ1= 12+ 13+...+ 1 + 12+ 13+...+ 1 ˆ − 12ˆ2− 13ˆ3+...− 1 ˆ (2.17)
n nV
Y V
Y V Y V Y
Iˆ1 = 11ˆ1+ 12ˆ2 + 13ˆ3 +...+ 1 ˆ (2.18)
Dimana :
n S S
S n P P
P y y y y y
y
= jumlah semua admitansi yang dihubungkan dengan rel 1
n S n S
S Y y Y y
y
Y12 =− 12; 13 =− 13; 1 =− 1 (2.20)
Persamaan (2.21) dapat disubtitusikan ke Persamaan (2.5) menjadi Persamaan
(2.22), yaitu :
∑
= = n j j ijV Y I 1 1 ˆ ˆ (2.21)∑
= = = − n j j jV Y V I V jQ P 1 1 * 1 1 * 1 11 ˆ ˆ ˆ (2.22)
∑
= = − n j j ij i ii jQ V Y V
P
1
* ˆ
ˆ i=1,2,...,n (2.23)
Persamaan (2.23) merupakan representasi persamaan aliran daya yang nonlinear. Untuk sistem n-rel, seperti Persamaan (2.15) dapat dihasilkan Persamaan (2.24), yaitu :
= n nn n n n n n V V V Y Y Y Y Y Y Y Y Y I I I ˆ : ˆ ˆ ... : ... : : ... ... ˆ : ˆ ˆ 2 1 2 1 2 22 21 1 12 11 2 1 (2.24)
Notasi matrik dari Persamaan (2.24) adalah :
bus bus
bus Y V
I = (2.25)
Dimana : = = nn n n n n bus Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y ... : ... : : ... ... 2 1 2 22 21 1 12 11
2.3 Metode Aliran Daya (2,3)
Pada sistem multi-rel, penyelesaian aliran daya dengan metode Persamaan aliran
daya. Metode yang digunakan pada umumnya dalam penyelesaian aliran daya, yaitu
metode : Newton-Raphson, Gauss-Seidel, dan Fast Decoupled. Tetapi metode yang dibahas pada Tugas Akhir ini adalah metode Newton-Raphson.
2.3.1 Metode Newton-Raphson
Dalam metode Newton-Raphson secara luas digunakan untuk permasalahan
Persamaan non-linear. Penyelesaian Persamaan ini menggunakan permasalahan yang
linear dengan solusi pendekatan. Metode ini dapat diaplikasikan untuk satu Persamaan
atau beberapa Persamaan dengan beberapa variabel yang tidak diketahui.
Untuk Persamaan non-linear yang diasumsikan memiliki sebuah variabel seperti
Persamaan (2.27).
) (x f
y= (2.27)
Persamaan (2.27) dapat diselesaikan dengan membuat Persamaan menjadi
Persamaan (2.28).
0 ) (x =
f (2.28)
Menggunakan deret taylor Persamaan (2.28) dapat dijabarkan menjadi
Persamaan (2.29).
( )
( )(
)
( )(
)
...! 2 1 !
1 1 )
( 20 0 2
2
0 0
0 + − + − +
= x x
dx x df x
x dx
x df x
f x f
( )(
)
0! 1
0
0 − =
+ n
n n
x x dx
x df
n (2.29)
Turunan pertama dari Persamaan (2.29) diabaikan, pendekatan linear
menghasilkan Persamaan (2.30)
( )
( )(
)
0)
( 0 0
0 + − =
= x x
dx x df x f x
Dari :
( )
( )
x dxdf x f x x 0 0 0
1= − (2.31)
Bagaimana pun, untuk mengatasi kesalahan notasi, maka Persamaan (2.31)
dapat diulang seperti Persamaan (2.32).
( )
( )
x dx df x f x x ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 1( = − (2.32)
Dimana : x(0) = Pendekatan perkiraan
X(1) = pendekatan pertama
Oleh karena itu, rumus dapat dikembangkan sampai iterasi terakhir (k+1),
menjadi Persamaan (2.33).
( )
( )
x dx df x f x x k k k k ) ( ) ( ) ( ) 1 ( + = − (2.33)( )
( )
( ) ) ( ) ( ) 1 ( ' k k k k x f x f xx + = − (2.34)
Jadi,
( )
( )
( ) ) ( ' k k x f x f x=−∆ (2.35)
) ( ) 1 (k xk
x
x= −
∆ +
(2.36)
Metode Newton-Raphson secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2.8 ilustrasi
Gambar 2.7 Ilustrasi metode Newton-Raphson
Pada Gambar 2.7 dapat dilihat kurva garis melengkung diasumsikan grafik
Persamaan y=F(x). Nilai x0 pada garis x merupakan nilai perkiraan awal kemudian
dilakukan dengan nilai perkiraan kedua hingga perkiraan ketiga.
2.3.2 Metode Newton-Raphson dengan koordinat polar
Besaran-besaran listrik yang digunakan untuk koordinat polar, pada umumnya
seperti Persamaan (2.37)
i i
i V
V = ∠δ ; Vj =Vj ∠δj ; dan Yij = Yij∠θij (2.37)
Persamaan arus (2.21) pada Persamaan sebelumnya dapat diubah kedalam
Persamaan polar (2.38).
∑
=
= n
j j ij
i Y V
I 1
j ij n
j
j ij
i Y V
I =
∑
∠θ +δ=1
(2.38)
Persamaan (2.38) dapat disubtitusikan kedalam Persamaan daya (2.22) pada
Persamaan sebelumnya menjadi Persamaan (2.39).
i i i
i jQ V I
P − = *
i i
i V
j ij n j j ij i i i
i jQ V Y V
P − = ∠−δ
∑
∠θ +δ=1 j i ij n j j ij i i
i jQ V Y V
P − =
∑
∠θ −δ +δ=1 (2.39) Dimana : ( )
(
)
(
)
j i ij j i ij j j Cose θij−δi+δj ≅ θ −δ +δ + θ −δ +δ
sin (2.40)
Persamaan (2.39) dan (2.40) dapat diketahui Persamaan daya aktif (2.41) dan
Persamaan daya reaktif (2.42).
(
( ) ( ))
1 ) ( ) ( ) (cos ij ik jk
n j k j ij k i k
i V Y V
P =
∑
θ −δ +δ= (2.41)
(
( ) ( ))
1 ) ( ) ( ) (sin ij ik jk
n j k j ij k i k
i V Y V
Q =−
∑
θ −δ +δ=
(2.42)
Persamaan (2.41) dan (2.42) merupakan langkah awal perhitungan aliran daya
menggunakan metode Newton-Raphson. Penyelesaian aliran daya menggunakan proses iterasi (k+1). Untuk iterasi pertama (1) nilai k = 0, merupakan nilai perkiraan awal
(initial estimate) yang ditetapkan sebelum dimulai perhitungan aliran daya.
Hasil perhitungan aliran daya menggunakan Persamaan (2.41) dan (2.42) dengan
nilai Pi(k) dan
) (k i
Q . Hasil nilai ini digunakan untuk menghitung nilai ∆Pi(k) dan
) (k i
Q
∆ .
Menghitung nilai ∆Pi(k) dan ∆Qi(k) menggunakan Persamaan (2.43) dan (2.44).
( ) ( )k
calc i spec i k
i p P
P = , − ,
∆ (2.43)
( ) ( )k
calc i spec i k
i Q Q
Q = , − ,
∆ (2.44)
Hasil perhitungan (k)
i
P
∆ dan (k)
i
Q
∆ digunakan untuk matrik Jacobian pada
∆ ∆ ∆ ∆ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ = ∆ ∆ ∆ ∆ ) ( ) ( ) ( 2 ) ( 2 ) ( 2 ) ( ) ( 2 ) ( ) ( 2 2 ) ( 2 ) ( 2 2 ) ( 2 ) ( 2 ) ( ) ( 2 ) ( ) ( 2 2 ) ( 2 ) ( 2 2 ) ( 2 ) ( ) ( 2 ) ( ) ( 2 : : ... ... : : : : : : ... ... ... ... : : : : : : ... ... : : k n k n k k n k n k n n k n k n n k k n k k n k n k n n k n k n n k k n k k k n k k n k V V V Q V Q Q Q V Q V Q Q Q V P V P P P V P V P P P Q Q P P δ δ δ δ δ δ δ δ δ δ (2.45)
Persamaan (2.45) dapat dilihat bahwa perubahan daya berhubungan dengan
perubahan besar tegangan dan sudut phasa.
Secara umum Persamaan (2.45) dapat disederhanakan menjadi Persamaan
(2.46). ∆ ∆ = ∆ ∆ ) ( ) ( 4 3 2 1 ) ( ) ( k k k k V J J J J Q P δ (2.46)
Besaran elemen matriks Jacobian Persamaan (2.46) adalah :
• J1
(
)
∑
≠ + − = ∂ ∂ i j k j k i ij ij k j k i k i i Y V VP ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
sinθ δ δ
δ (2.47)
(
( ) ( ))
) ( ) ( ) (sin ij ik jk
ij k j k i k j i Y V V
P θ δ δ
δ =− − +
∂ ∂
i
j ≠ (2.48)
• J2
(
( ) ( ))
) ( ) ( ) ( cos cos2 ij ik jk
i j ij k j ii ii k i k i i Y V Y V V P δ δ θ θ + − + = ∂ ∂
∑
≠ (2.49)(
( ) ( ))
) ( ) (cos ij ik jk
ij k i k
j
i V Y
V
P θ δ δ
+ − =
∂ ∂
j ≠i (2.50)
• J3
(
)
∑
≠ + − = ∂ ∂ i j k j k i ij ij k j k i k i i Y V VQ ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
cosθ δ δ
(
( ) ( ))
) ( ) ( ) (cos ij ik jk
ij k j k i k j i Y V V Q δ δ θ δ =− − + ∂ ∂ i
j ≠ (2.52)
• J4
(
)
∑
≠ + − − − = ∂ ∂ i j k j k i ij ij k j ii ii k i k i i Y V Y V VQ ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
sin sin
2 θ θ δ δ (2.53)
(
( ) ( ))
) ( )
(
sin ij ik jk
ij k i k
j
i V Y
V Q δ δ θ − + − = ∂ ∂
j ≠i (2.54)
Setelah nilai matrik Jacobian dimasukan kedalam Persamaan (2.46) maka nilai
) (k i
δ
∆ dan (k)
i
V
∆ dapat dicari dengan menginverskan matrik Jacobian seperti
Persamaan (2.55). ∆ ∆ = ∆ ∆ − ) ( ) ( 1 4 3 2 1 ) ( ) ( k k k k Q P J J J J V δ (2.55)
Setelah nilai (k)
i
δ
∆ dan (k)
i
V
∆ diketahui nilainya maka nilai ∆ (k+1)
i
δ dan
) 1 ( +
∆ k i
V dapat dicari dengan menggunakan nilai ∆δi(k) dan (k)
i
V
∆ ke dalam Persamaan
(2.56) dan (2.57).
( ) ( ) ( )k
i k i k
i δ δ
δ +1 = +∆
(2.56)
( ) ( ) ( )k
i k
i k
i V V
V +1 = +∆ (2.57)
Nilai δi(k+1) dan (k+1)
i
V hasil perhitungan dari Persamaan (2.56) dan (2.57)
merupakan perhitungan pada iterasi pertama. Nilai ini digunakan kembali untuk
perhitungan iterasi ke-2 dengan cara memasukan nilai ini ke dalam Persamaan (2.41)
Perhitungan aliran daya pada iterasi ke-2 mempunyai nilai k = 1. Iterasi
perhitungan aliran daya dapat dilakukan sampai iterasi ke-n. Perhitungan selesai apabila
nilai (k)
i
P
∆ dan (k)
i
Q
∆ mencapai nilai 2,5.10-4.
Perhitungan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson
1. Membentuk matrik admitansi Yrel sistem
2. Menentukan nilai awal V(0), δ(0), Pspec, Qspec
3. Menghitung daya aktif dan daya reaktif berdasarkan Persamaan (2.41) dan
(2.42)
4. Menghitung nilai ∆Pi(k) dan
) (k i
Q
∆ beradasarkan Persamaan (2.43) dan (2.44)
5. Membuat matrik Jacobian berdasarkan Persamaan (2.46) sampai Persamaan
(2.54)
6. Menghitung nilai δ(k+1) dan (k+1)
V berdasarkan Persamaan (2.56) dan (2.57)
7. Hasil nilai δ(k+1) dan V(k+1) dimasukan kedalam Persamaan (2.41) dan (2.42)
untuk mencari nilai ∆P dan ∆Q. Perhitungan akan konvergensi jika nilai ∆P
dan ∆Q≤ 10-4.
8. Jika sudah konvergensi maka perhitungan selesai, jika belum konvergensi maka
perhitungan dilanjutkan untuk iterasi berikutnya.
2.4 Faktor Daya (5,6)
Dalam rangkaian listrik, biasanya terdapat tiga macam beban listrik yaitu beban
resistif, beban induktif, dan beban kapasitif. Beban resistif adalah beban yang hanya
terdiri dari tahanan ohm dan daya yang dikonsumsinya hanya daya aktif saja. Beban
induktif mempunyai ciri–ciri bahwasanya disamping mengkonsumsi daya aktif, juga
tersebut, jadi jumlah vektor dari daya reaktif (Q) dan daya aktif (P) biasa disebut daya buta (S).
2 2
Q P
S= + ……….………..………...……… (2.58)
φ
Daya aktif (P) Daya reaktif (Q)
Daya semu (S)
Gambar 2.8 Vektor Diagram Segitiga Daya
Dari gambar diatas didapat rumus untuk segi tiga daya :
P = V.I Cos φ (Watt) ; Q = V.I Sin φ ( Var) ; S = V.I (VA)
Perbandingan antara daya aktif dan daya semu disebut faktor daya.
semu daya
aktif daya daya
faktor =
S P
Cosϕ = ………..……… (2.59)
Nilai faktor daya (Cos φ) yang besar, membawa pengaruh baik pada jaringan
primer maupun sekunder. Makin besar daya reaktif suatu beban, maka makin kecil pula
faktor dayanya.
Faktor daya (Cos φ) yang terbelakang terjadi pada kondisi dimana arus terbelakang terhadap tegangan dan keadaan ini dijumpai pada jaringan yang banyak
terdapat beban induktif. Sebaliknya faktor daya yang terdahulu terjadi pada kondisi
[image:32.595.250.372.180.251.2]2.5 Kapasitor Shunt (5,6)
Kapasitor ini terhubung paralel pada jaringan maupun langsung pada beban,
dengan tujuan untuk perbaikan faktor daya, sebagai pengatur tegangan maupun untuk
mengurangi kerugian daya dan tegangan pada jaringan (Deshpande, 1990).
Dengan anggapan tegangan sisi beban dipertahankan konstan, maka dari gambar
dibawah ini terlihat bahwa dengan menggunakan kapasitor shunt, maka arus reaktif
yang mengalir pada saluranakan berkurang. Hal ini menyebabkan berkurangnya
penurunan tegangan pada saluran, sehingga diperlukan tegangan sumber yang tidak
berbeda jauh dengan tegangan terima. Berkurangnya arus reaktif yang mengalir pada
saluran akan memberikan penurunan rugi-rugi daya dan rugi-rugi energi.
Pada Gambar 2.9. VR menunjukan tegangan pada sisi terima dan VS adalah
tegangan pada sisi pengirim. Dengan penambahan kapasitor shunt, kita juga dapat
[image:33.595.230.389.471.595.2]meningkatkan kapasitas penyaluran daya kepada konsumen, seperti yang terlihat pada
Gambar 2.9 (b).
VS
I1.XS VR1
I1.R I1
θ1
I2.R
I2.XS VS
I1 I2
θ2
IC
VR2 (a)
(b)
Gambar 2.9 Tegangan Sebelum dan Sesudah Pemasangan Kapasitor Paralel
VR1 = VS – (IR.R+jIL.XS) ... (2.60)
VR2 = VS – (IR.R+jIL.XS – jIC.XS) ... (2.61)
∆VR = VR2 - VRI
= VS – (IR.R+jIL.XS – jIC.XS) – [ VS – (IR.R+jIL.XS – jIC.XS) ]
Keterangan :
IR = Komponen real arus (Ampere).
IL = Komponen reaktif arus lagging terhadap tegangan (Ampere). IC = Komponen reaktif arus leading terhadap tegangan (Ampere). R = Resistansi saluran (Ohm).
XS = Reaktansi jaring (Ohm).
Ketika memasang kapasitor paralel, terjadi injeksi arus IC pada sistem sehingga
faktor daya meningkat dan IL berkurang. Hal itu mengakibatkan jatuhnya tegangan
berkurang IL x XS sehingga tegangan VR meningkat. Dari Persamaan (2.62), dijelaskan
bahwa tegangan kirim yang sama diperoleh tegangan terima yang lebih besar ketika
sistem ditambahkan kapasitor paralel. Hal itu terjadi ketika faktor daya bus diperbaiki
dengan menambah kapasitor paralel, tegangan terima bus juga meningkat. Untuk
memperoleh hasil yang optimal, kekurangan daya reaktif yang dibutuhkan oleh beban
sedapat mungkin dipenuhi oleh kapasitor paralel yang dipasang.
Φ2
Φ1
MVarC
MVar MVA1
MVA2
MW
[image:34.595.232.390.424.540.2]MVar – MVarC
Gambar 2.10 Perbandingan Besar Daya Semu Sebelum dan Sesudah Pemasangan Kapasitor Paralel.
MVA1 = MW – jMVar ... (2.63)
MVA2 = MW – jMVar - jMVarc ... (2.64)
∆MVA = MVA2 – MVA1
Keterangan :
MVA = Daya semu (Watt). MW = Daya aktif (Watt). MVar = Daya reaktif (Watt).
MVarc = Ijeksi daya reaktif dari kapasitor (Watt).
2.6 Bagaimana Kapasitor Memperbaiki Faktor Daya (5,6)
Sebagaiman diketahui membangkitkan daya reaktif pada pusat pembangkit
tenaga dan menyalurkannya kepusat beban yang jaraknya jauh, sangatlah tidak
ekonomis. Hal ini dapat diatasi dengan meletakan kapasitor pada pusat beban. Gambar
berikut menunjukkan cara perbaikan faktor daya untuk sistem tersebut.
Seperti ditunjukan pada gambar, kapasitor menarik daya reaktif leading dan
mensuplay daya reaktif lagging.
P P
Q1
Qc
Q2 = Q1 - Qc
Sumber
Beban
Q1
Q2
QC
S
1
S2
P
φ1
φ2
b a
Gambar 2.11 Perbaikan faktor daya dengan kapasitor
Anggap bahwa beban di suplay dengan daya nyata (P), daya reaktif (Q1), dan
daya semu (S1) pada faktor daya lagging sebesar :
1 S
P Cosϕ =
(
)
12 2 1 2 1
Q P
P Cos
+ =
ϕ ………..………...……… (2.66)
Bila kapasitor shunt sebesar Qc kVA dihubung ke beban, faktor daya akan diperbaiki
[image:35.595.131.479.357.491.2]2 2
S P Cosϕ =
(
)
12 2 2 2 2
Q P
P Cos
+ =
ϕ ………..………....……… (2.67)
(
)
[
]
12 2 2 1 2
Q Q P
P Cos
− + =
ϕ ………...……..………… (2.68)
Dari Gambar 2.11 dapat dilihat bahwa dengan daya reaktif sebesar Qc maka
daya semu dan daya reaktif berkurang masing–masing dari S1 (kVA) ke S2 (kVA) dan
dari Q1 (kVAR) ke Q2 (kVAR). Dengan berkurangnya arus reaktif maka akan
mengurangi arus total, dan akhirnya mengurangi rugi–rugi daya.
Untuk menanggulangi masalah–masalah yang ditimbulkan beban induktif
tersebut maka pada rangkaian listrik dengan beban induktif dipasang kapasitor daya
paralel. Berikut ini ilustrasi bagaimana kapasitor membantu generator memberikan daya
reaktif yang akan disuplay pada beban induktif.
2.7 Hubungan Kapasitor Dengan Daya Reaktif (6)
Daya aktif
Daya reaktif
Generator induktifBeban
Keadaan tanpa kapasitor
Daya aktif
Generator Beban
induktif
C Daya aktif
Keadaan dengan kapasitor
Gambar 2.12 Keadaan Tanpa dan Sesudah Pemasangan Kapasitor
Sebelum pemasangan kapasitor :
( ) I
(
pertiga fasa)
V
PR = 3 R L−L R cosΘR …...…....…… (2.69)
( ) I
(
pertiga fasa)
V
[image:36.595.238.384.452.615.2]Setelah pemasangan kapasitor paralel sudut faktor daya pada jepitan beban
berubah menjadi Θ΄R, Gambar 2.13.
PR = VR (L – N) IR cos ΘR
C A B E Q R = V
R (L – N)
I
R sin
Θ R IR QC D
VR (L – N)
IR ΘR Θ'R
Gambar 2.13 Perbaikan Faktor Daya Dengan Kapasitor Paralel
Dari Gambar 2.13. dapat dituliskan : CA = PR tan ΘR per fasa CD = PR tan Θ΄R per fasa
AD = QC = PR (tan ΘR - tan Θ΄R ) per fasa Bila IC arus pada kapasitor statis :
(L N)
R
C wC V
I = − ..………...…….………...… (2.71) Jadi daya reaktif kapasitor adalah :
( ) 2 N L R C N L R
C V I wC V
Q = − = − .…..…………...… (2.72)
Dan besar kapasitor per fasa :
( )
(
)
( )
2 1
1 tan tan
N L R R R fasa R V w P C − Θ − Θ
= ..……...………...… (2.73)
Untuk tiga fasa maka daya reaktif total dari kapasitor :
( )
2 3 fasa 3QC wC VR L L
Q = = − ………..…..…...… (2.74)
atau besar kapasitor per fasa :
( ) 2 3 L L R fasa V w Q C −
[image:37.595.207.408.143.262.2]Dari gambar terlihat akibat dari pemasangan kapasitor, beban induktif yang
tenaga listrik disuplay oleh generator. Sebelum kapasitor terpasang daya aktif dan daya
reaktif sepenuhnya disuplay dari generator, akibatnya daya semu (kapasitas) dari
generator menjadi besar. Setelah kapasitor terpasang, seluruh atau sebagian besar dari
daya reaktif yang diperlukan beban induktif disuplai oleh generator, dengan demikian
tugas generator yang kini mensuplai daya aktif saja menjadi ringan, dengan demikian
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM
POWER SYSTEM SIMULATION ENGINEERING (PSS/E) VERSI 31.0.0
3.1 Umum
PSSE (Power System Simulation Engineering) merupakan suatu program yang menampilkan secara GUI (Graphical User Interface) tentang analisa sistem tenaga listrik. Tujuan program PSSE dibuat adalah untuk mempermudah perhitungan dan
analisa sistem tenaga pada sistem yang besar, dengan jumlah bus tidak terbatas.
Sistem Sumatera Bagian Utara adalah sistem interkoneksi 150 kV dalam kendali
operasi Unit Pengatur Beban Sumatera Bagian Utara sebagai operator sistem di bawah
PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera, meliputi 5 Sektor Pembangkitan
PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara (Belawan, Medan, Pandan, Lueng Bata, dan
Labuhan Angin), serta 3 Unit Pelayanan Transmisi PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur
Beban Sumatera (Medan, Pematang Siantar dan Banda Aceh) yang melayani distribusi
PLN Wilayah Sumatera Utara dan Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam.
Sistem Sumbagut juga terinterkoneksi dengan sistem tenaga listrik lain, yaitu
Sistem 275 kV PT Inalum, terhubung melalui IBT 2×40 MVA GI Kuala Tanjung, yang
beroperasi merealisasikan transfer export-import energi antara PLN-Inalum dengan skema net-zero balance (energy-swap).
3.2 Prosedur dan Cara Menggunakan PSSE
Tentukan Rel Berayun
Selesai Ya
Tidak Mulai
Buat Diagram Satu Garis
Ya Masukan Data : Rel, Pembangkit,
Transmisi, Transformator
Run Program :
Load flow solutions,solution method,solution options,
VAR limits, solve
Output Load Flow
Pemasangan Kapasitor
Tidak
Gambar 3.1. Diagram alir studi aliran daya menggunakan PSSE
Proses metode aliran daya adalah sebagai berikut :
1. Membuat diagram satu garis sistem Sumatera Utara-Nangroe Aceh Darussalam.
2. Memasukkan data-data yang diperlukan : generator, transformator, transmisi,
dan rel daya Sistem Sumatera Bagian Utara-Nangroe Aceh Darussalam.
3. Menentukan swing generator.
4. Menjalankan program PSS/E dengan memilih icon Power Flow-Solutions-Solve
pada toolbar.
5. Keluaran hasil studi aliran daya dapat diketahui setelah program dapat
dijalankan. Untuk melihat hasil keluaran aliran daya dengan memilih icon Power Flow-Reports yang terdapat pada toolbar.
6. Setelah didapat hasil studi aliran daya, dapat dilihat tegangan rendah pada tiap
[image:40.595.211.400.78.382.2]3.3 Menjalankan program PSSE
Program PSSE dapat dijalankan setelah diinstall kedalam komputer. Untuk dapat menjalankan program perangkat lunak PSS/E pada PC diperlukan program dan
dongle emulator yang sudah diinstal. Setelah program dan dongle emulator di install
maka akan tampak tampilan seperti Gambar 3.2. yang merupakan tampilan pertama
[image:41.595.155.471.250.432.2]PSSE
Gambar 3.2 : Membuka PSS/E dengan Menu Start-Program
3.3.1. Membuat kasus baru
Untuk membuat studi kasus baru dapat dilakukankan dengan menggunakan
menu File-New dan terdapat pilihan untuk membuat network case, diagram atau
kedua nya seperti Gambar 3.3. Di dalam PSSE terdapat 2 (dua) buah side yaitu network
case untuk input data dan digram untuk diagram satu garis sistem. Dengan mengklik
icon berupa gambar kertas putih seperti Gambar 3.4. Kemudian klik Ok, yang
selanjutnya menanyakan MVA base yang dipakai dalam perhitungan (default=100
Gambar 3.3 : Membuat file kasus baru
Gambar 3.4 : Worksheet kosong untuk kasus baru
3.3.2 Membuat Diagram Satu Garis
Pada Gambar 3.4 terdapat ruang untuk menggambar diagram satu garis dengan
Gambar 3.5 Diagram satu garis dalam PSSE
Diagram satu garis sistem pembangkitan Sumatera Bagian Utara-Nangroe Aceh
Darussalam yang lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4 Data Aliran Daya
Data diambil di PT. PLN (Persero) Pembangkit Sumatera Utara dan PT. PLN
(Persero) P3B Sumatera Unit Pengaturan Beban Sumbagut. Data dimasukan setelah
diagram satu garis sistem Sumatera Bagian Utara direpresentasikan ke dalam program
PSSE. Data yang dibutuhkan adalah data untuk generator, rel daya, penghantar,
transformator dan beban sistem Sumbagut.
3.4.1 Pembangkit
Data yang dibutuhkan adalah Nomor Gardu Induk , Nama Gardu Induk, Nomor
Unit Pembangkit, Daya Maximum-Pmax (MW), Daya Minimum-Pmin (MW), Daya
Reaktif Maximum-Qmax (MVAr), Daya Reaktif Minimum-Qmin (MVAr), MVA
pembangkit dan impedansi generator dalam base MVA pembangkit.
Untuk data pembangkit Sistem Sumatera Utara-Nangroe Aceh Darussalam dapat dilihat
Tabel 3.1. Data Pembangkit Sistem Sumatera Utara-Nangroe Aceh Darussalam
NO. PEMBANGKIT UNIT Tahun Operasi Daya Terpasang Mbase
(MW) (MVA)
I Sektor Pembangkitan Belawan
1 PLTU BELAWAN U.1 1984 65 81
U.2 1984 65 81
U.3 1989 65 81
U.4 1989 65 81
2 PLTGU BELAWAN GT11 1993 117.5 150
GT12 1988 128.8 163
ST10 1995 149 186
GT21 1995 130 186
GT22 1994 130 186
ST20 1994 162.5 203
PLTG Lot 3 TTF 2010 105 140
3 PLTD SEWA AKE BL 1 2008 40 120.0
BL 2 2008 40 120.0
II Sektor Pembangkitan Medan
4 PLTG PAYA PASIR 1 1976 14.5 18
2 1976 14.5 18
3 1978 20.1 18
4 1978 20.1 50
5 1983 21.4 27
6/TM 2500 2008 24.6 25
7/TM 2500 2008 34 50
5 PLTD SEWA ARTI DUTA 1 2008 18 37
6 PLTG GLUGUR 1 1975 19.9 16
2 1967 12.9 16
TM 2.1 2008 18.1 25
7 PLTD TITI KUNING 1 1976 4.1 5
2 1976 4.1 5
3 1976 4.1 5
4 1976 4.1 5
5 1976 4.1 5
6 1976 4.1 5
III Sektor Pembangkitan Pandan
8 PLTMH Batang Gadis 1 5
-9 PLTA SIPAN 1 2004 33 20
2 2003 17 39.0
10 PLTA RENUN 1 2006 41 48
2 2005 41 48
IV Sektor Pembangkitan Labuhan Angin
11 PLTU LABUHAN ANGIN 1 2009 115 186.3
2 2009 115 186.3
V Sektor Pembangkitan Lueng Bata
12 PLTD COT TRUENG 1 1978 4.7 6
2 1978 4.7 6
13 PLTD PULO PISANG 1987 5 10
14 PLTD SEWA LEUNG BATA 2002 23.5 15
PLTD LEUNG BATA 1977 60.7 17
VI IPP
15 PLTP SIBAYAK P1 2008 5.6 8
P2 2008 5.6 8
Data pembangkit existing di Sistem Sumatera Bagian Utara-Nangroe Aceh Darussalam
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Secara lengkap untuk pengisian generator
menggunakan PSSE adalah :
I Bus Number N
ID Machine Number 1
PG MW Output 0
QG MVAR Output 0
QT Upper MVAR Reactive Limit 9999
QB Lower MVAR Reactive Limit -9999
VS Scheduled Voltage (pu) 1
IREG Regulated Bus 0
MBASE Machine MVA base SBASE
ZR,ZX Machine Impedance (p.u. on MBASE) 0,1
RT,XT Transformer Impedance (p.u. on MBASE) 0,0
GTAP Transformer Tap Ratio (pu) 1
STAT Machine Status 1
PT Maximum MW 9999
PB Minimum MW -9999
Oi Owner Number O1=Machine Owner
O2, O3, O4 are zero
Fi Ownership Fraction 1
3.4.2 Rel Daya
Data rel daya merepresentasi data gardu induk (GI). Informasi yang dibutuhkan
adalah Nomor Gardu Induk, Nama Gardu Induk, Tegangan nominal Gardu Induk,
Kode Gardu Induk (1= GI beban, 2= GI Pembangkit, 3=GI Slack bus, 4=GI yang tidak
operasi). Disamping data lainnya berupa area operasi, zone, kepemilikan dan lain-lain.
Secara lengkap untuk pengisian rel daya menggunakan PSSE adalah :
I Bus Number 1
Name Bus Name ‘ ‘
BASKV Base kV 0
IDE Bus Type Code 1
Type 1 = PQ Bus (Load), Type 2 = PV Bus (Generator)
Type 3 = System Swing Bus, Type 4 = Isolated
GL Shunt MW 0
BL Shunt MVAR 0
Area Control Area Number 1
Zone Zone Number 1
VM Voltage Magnitude (pu) 1
VA Voltage Angle 0
OWNER Owner Number 1
Untuk data rel daya Sistem Sumatera Utara-Nangroe Aceh Darussalam dapat dilihat
pada data dibawah ini:
1. Untuk Data Rel Gardu Induk (150 KV) :
GIS Listrik - GSLIK GI Kuala Tanjung - KTJNG GI Sipan - SPAN1 GI Belawan PLTGU - BLWCC GI P.Siantar - PSTAR GI Pangkalan Brandan - PBDAN GI Belawan PLTU - BLWTU GI Gunung Para - GPARA GI Langsa - LNGSA GI Paya Pasir - PPASR GI Berastagi - BTAGI GI Idie - GIDIE
GI Sei Rotan - SROTN GI Sidikalang - SDKLG GI Lhokseumawe - LSMWE GI KIM - GIKIM GI Renun - RENUN GI Tualang Cut - TLCUT GI Mabar - MABAR GI Tele - GTELE GI Bireun - BIRUN GI Paya Geli - PGELI GI Porsea - PORSA GI Tamora - TMORA
GI Binjai - BNJAI GI Tarutung - TRTUG GI Medan Denai - MDNAI GI Labuhan - LBHAN GI Kisaran - KSRAN GI Sigli - SIGLI GI Lamhotma - LHTMA GI Rantau Prapat - RTPAT GI Banda Aceh - BACEH GI Titi Kuning - TTKNG GI AekKanopan - AKNPN GI Kuala Tanjung A - KTJNG A GI Namorambe - NRMBE GI Padang Sidempuan - PSDEM GI Sibolga - SBOGA U GI Glugur - GLUGR GI Gunung Tua - GNTUA GI Kota Pinang - KTPNG GI Tebing Tinggi - TBING GI Sibolga - SBOGA
GI Perbaungan - PBUNG GI Sipan - SPAN2
2. Data Rel Pembangkit:
PLTU Belawan U.1 - U1 11.5 KV PLTA Sipansihaporas - SPANA1 11.5 KV
PLTU Belawan U.2 - U2 11.5 KV PLTA Lau Renun - RENUN1 11.5 KV
PLTU Belawan U.3 - U3 11.5 KV PLTA Lau Renun - RENUN2 11.5 KV
PLTU Belawan U.4 - U4 11.5 KV PLTU Labuhan Angin 1 - SBOGA U1 11 KV
PLTGU Belawan GT 1.1 - GT11 11.5 KV PLTU Labuhan Angin 2 - SBOGA U2 11 KV
PLTGU Belawan GT 1.2 - GT12 11.5 KV PLTMH Aek Raisan I - RAISN 0.4 KV
PLTGU Belawan ST 1.0 - ST10 11.5 KV PLTMH Batang Gadis - BTGDS 0.4 KV
PLTGU Belawan GT 2.1 - GT21 11.5 KV PLTMH Aek Sibundong - AEK SBDNG0.4 KV
PLTGU Belawan GT 2.2 - GT22 11.5 KV PLTMH Boho - BOHO 0.4 KV
PLTGU Belawan ST 2.0 - ST20 11.5 KV PLTMH Kombih - KOMBIH 0.4 KV
PLTD Ake Belawan - PLTGAKE 11.5 KV PLTD Sewa Leung Bata - SEWA LBAT6 KV
PLTG Glugur GGL.1 - AEG 11.5 KV PLTD Leung Bata - DLBATA 6 KV
PLTG Glugur GGL.2 - JBE 11.5 KV PLTD P.Pisang - PISANG 11 KV
PLTG Glugur GGL.3 - GGL3 11.5 KV PLTD Ctrueng - C.TROENG 11 KV
PLTG Paya Pasir GPP.1 - WCH1 11.5 KV PLTA Tangga A1 - TNGGA A1 11 KV
PLTG Paya Pasir GPP.2 - WCH2 11.5 KV PLTA Tangga A2 - TNGGA A2 11 KV
PLTG Paya Pasir GPP.3 - WCH3 11.5 KV PLTA Tangga A3 - TNGGA A3 11 KV
PLTG Paya Pasir GPP.4 - ALS4 11.5 KV PLTA Tangga A4 - TNGGA A4 11 KV
PLTG Paya Pasir GPP.5 - ALS5 11.5 KV PLTA Sigura-Gura A1 - SGURA A1 11 KV
PLTD Paya Pasir 6 - PPSR 6 11 KV PLTA Sigura-Gura A2 - SGURA A2 11 KV
PLTG Paya Pasir 7 - PPSR 7 11 KV PLTA Sigura-Gura A3 - SGURA A3 11 KV
PLTD Titi Kuning - TTKNG 20 11.5 KV PLTA Sigura-Gura A4 - SGURA A4 11 KV
PLTA Sipansihaporas - SPANA2 11.5 KV PLTG TTF - TTF 11.5 KV
NAMA REL PEMBANGKIT NAMA REL PEMBANGKIT
Data rel di Sistem Sumatera Bagian Utara-Nangroe Aceh Darussalam secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.4.3 Transmisi
Data yang dibutuhkan adalah impedansi transmisi (R,X,Y) baik dalam per unit
(pu) maupun dalam besaran phisik (Ohm), nomor sirkit penghantar, batas kemampuan
pembebanan saluran (MVA), panjang dan kepemilikan transmisi. Secara lengkap untuk
pengisian transmisi menggunakan PSSE adalah :
I ”From” Bus Number N
J ”To” Bus Number N
CKT Circuit ID 1
R Resistance (pu) 0
X Reactance (pu) 0
B Charging (pu) 0
RATEA Ratings (MVA) 0
RATEB Ratings (MVA) 0
RATEC Ratings (MVA) 0
GI,BI Line Shunt Admittance at Bus I (pu) 0
GJ,BJ Line Shunt Admittance at Bus J (pu) 0
ST Status 1
LEN Line Length 0
Oi Owner Number O1=Branch Owner
O2, O3,O4 are Zero
Data transmisi di Sistem Sumatera Bagian Utara-Nangroe Aceh Darussalam secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.4.4 Transformator
Pada program PSS/E (Power System Simulation Engiineering) terdapat 2 jenis
data transformator yang dapat disimulasikan pada PSS/E yaitu transformator 2 belitan
dan transformator 3 belitan. Data yang dibutuhkan antara lain Nomor Gardu Induk yang
diatur, metode pengaturan (tegangan, daya aktif atau daya reaktif), jumlah tap, Kode I/O
belitan (rasio belitan pu atau tegangan belitan kV), Kode Impedans I/O ( Zpu dalam
base sistem, Zpu dalam base belitan atau dalam rugi-rugi (watt) dan Z; biasanya input
berupa Zpu dalam base sistem atau base belitan), Kode I/O Admitans (Ypu base sistem
atau Rugi-rugi tanpa beban (Watt) dan arus medan dalam pu), Kapasitas trafo (MVA),
dan kode hubungan belitan (1 = Ytanah-Ytanah, 2 = Ytanah-delta, 3=delta-Ytanah, 4=
Y-delta atau delta-Y, 5 = Ytanah-delta dan 6 = delta-Ytanah). Untuk kode hubungan
belitan dalam transformator ini penting saat menghitung arus hubung singkat tidak
seimbang).
Secara lengkap untuk pengisian transformator menggunakan PSSE adalah :
I ”From” Bus Name N
J ”To” Bus Number N
K ”To” Bus Name N
CKT Circuit ID 1
CW Winding Data I/O 1
CZ Winding Impedance 1
CM Magnetizing Admittance 1
MAG1,MAG2 Magnetizing Conductance and Susceptance 1
NMETR Code 0
NAME Transformator Name ” ”
STAT Transformator Status 1
Oi Owner Number O1=Transformator Owner
O2, O3,O4 are Zero
Fi Ownership Fraction 1
Data impedansi transformator pembangkit di Sistem Sumatera Bagian Utara-Nangroe
3.4.5 Beban
Data yang dibutuhkan adalah Nomor Gardu Induk, beban Daya Aktif-P (MW),
beban Daya Reaktif-Q (MVAR). Secara lengkap untuk pengisian beban menggunakan
PSSE adalah :
I Bus Number N
ID Load ID ‘1 ‘
Status Load Status 1
Area Area Number Bus Area
Zone Zone Number Bus Zone
PL Constant MVA Load (MW) 0
QL Constant MVA Load (MVAR) 0
IP Constant I Load (MW) 0
IQ Constant I Load (MVAR) 0
YP Constan