PROGRAM DAHSYAT DI RCTI DAN GAYA HIDUP
(Studi Korelasional Tentang Program Dahsyat di RCTI Terhadap Gaya Hidup di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Diajukan Oleh :
NIM. 030904068 SAUT SIAGIAN
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Saut Siagian
NIM : 030904068
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : PROGRAM DAHSYAT DI RCTI DAN GAYA HIDUP
(Studi Korelasional tentang Program Dahsyat di RCTI Terhadap
Gaya Hidup di kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan)
Medan, September 2009
Dosen Pembimbing Kepala Departemen
Dra. Dewi Kurniawati, M.Si Drs. Amir Purba, MA NIP. 196505241989032001 NIP. 195102191987011001
Dekan
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudu l Program Dahsyat di RCTI dan Gaya Hidup (Studi Korelasional Tentang Program Dahsyat di RCTI Terhadap Gaya Hidup di Kalangan Mahasiswa/i FISIP USU).
Program Dahsyat ini merupakan program musik yang ditayangkan langsung yang menggabungkan band perfomance dan tayangan videoklip musik nasional terkini. Peneliti memilih program Dahsyat ini karena program ini cukup mendapat perhatian masyarakat, khususnya remaja dan generasi muda. Salah satu hal yang menonjol dari program ini adalah ketiga pembawa acaranya yakni Luna Maya, Raffi Ahmad, dan Olga Syahputra yang ketiganya memiliki ciri khas tersendiri dan cenderung menampilkan gaya yang merepresentasikan gaya yang digunakan generasi muda saat ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana program musik Dahsyat di RCTI berpengaruh terhadap gaya hidup mahasiswa/i FISIP USU serta untuk untuk mengetahui maksud dari program musik Dahsyat di RCTI.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i strata satu (S-1) angkatan 2006-angkatan 2008 yang aktif berkuliah di kampus FISIP USU Medan. Sampel sendiri berjumlah 93 orang yang diperoleh melalui teknik penarikan sampel purposive
sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan karakteristik tertentu. Data penelitian
diperoleh dari berbagai literatur serta kuesioner yang berisikan 27 pertanyaan yang berkaitan dengan program Dahsyat di RCTI terhadap gaya hidup di kalangan mahasiswa/i FISIP USU. Kemudian data yang dipeoleh dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis.
Dari uji hipotesis menggunakan rank spearman melalui program SPSS diperoleh rs= 0,332. Untuk mengetahui kuat rendahnya hubungan dalam penelitian ini digunakan skala guilford, dan menunjukkan hubungan kedua variabel rendah tapi pasti (0,20 – 0,40 ). Berdasarkan tes signifikasi melalui program SPSS, hubungan signifikan pada angka 0,332 % sehingga hubungan kedua variabel dalam penelitian ini dinyatakan signifikan. Angka ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif diterima dengan H a = Terdapat hubungan antara Program Dahsyat di RCTI dengan gaya hidup mahasiswa/i FISIP USU.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat Kasih-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dari
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Adapun judul tugas akhir ini adalah Program Dahsyat di RCTI dan
Gaya Hidup (Studi Korelasional Tentang Program Dahsyat di RCTI Terhadap Gaya
Hidup di Kalangan Mahasiswa/i FISIP USU).
Kepada orang tua penulis yang selalu mendukung atas motivasi dan doanya
selama masa pengerjaan skripsi ini beserta seluruh keluarga yang turut membantu atas
penyelesaian skripsi ini, hanya beribu terima kasih yang dapat penulis haturkan.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat. Akhir kata,
penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah cukup
banyak membantu dalam penulisan tugas akhir ini, yakni:
1. Bapak Prof. Dr, Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu penulis selama pengerjaan skripsi ini.
4. Seluruh staf/ pegawai bagian Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Ros, Kak Cut,
5. Teman-teman stambuk 2003 : Adrainus, Rido, Doan, Hotmartua, Adid, Reza,
Ishak, Rully, Raja, Miqdad, Dodi, Aldar, Rano, Renaldi atas saling dukung dan
bantuannya selama pengerjaan skripsi ini serta rasa kebersamaan yang terjalin
selama ini.
6. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyusun
skripsi ini, namun penulis tidak dapat menyebutnya satu per satu.
Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membacanya, meskipun penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini.
Medan, 16 September 2009
Saut Siagian
DAFTAR ISI
Abstraksi ……….. i
Kata Pengantar ………. ii
Daftar Isi ……….. iv
Daftar Gambar ……….vii
Daftar Tabel ……… viii
BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah ... 1
1. 2. Perumusan Masalah ... 4
1. 3. Pembatasan Masalah ... 5
1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1. 4. 1. Tujuan Penelitian ... 5
1. 4. 2. Manfaat Penelitian ... 5
1. 5. Kerangka Teori ... 6
1. 5. 1. Televisi sebagai Media Massa... ... 6
1. 5. 2. Uses and Gratification Theory... 8
1. 5. 3. Teori Kultivasi... 9
1. 5. 4. Gaya Hidup... 10
1. 6. Kerangka Konsep ... 11
1. 7. Model Teoritis ... 12
1. 8. Operasional Variabel ... 12
1. 9. Defenisi Operasional ... 12
BAB II. URAIAN TEORITIS
2. 1. Komunikasi Massa... 14
2. 1. 1 Tujuan Komunikasi Massa... 14
2. 1. 2. Fungsi Komunikasi Massa...15
2. 1. 3. Ciri-ciri Komunikasi Massa...20
2. 1. 4. Televisi sebagai Media Massa...21
2. 2. Uses and Gratification Theory ... 23
2. 3. Teori Kultivasi ... 28
2. 4. Gaya Hidup ... 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33
3. 1. 1. Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara ... 33
3. 1. 2. Sejarah Perkembangan FISIP USU ... 34
3. 1. 3. Sarana dan Fasilitas di FISIP USU ... 38
3. 1. 4. Organisasi Kemahasiswaan di FISIP USU ... 39
3. 1. 5. Struktur Organisasi FISIP USU ... 40
3. 2. Metode Penelitian ... 41
3. 2. 1. Lokasi Penelitian ... 41
3. 3. Populasi dan Sampel ... 41
3. 3. 1. Populasi ... 41
3. 3. 2. Sampel ... 42
3. 4. Teknik Penarikan Sampel ... 43
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Proses dan Pengumpulan Data ... 46
4. 2. Analisa DataTabel Tunggal ... 48
4. 2. 1. Data Umum Responden ... 48
4. 2. 2. Program Dahsyat di RCTI………... 55
4. 2. 3. Gaya Hidup Mahasiswa FISIP USU ... 66
4. 3. Analisa Tabel Silang ... 75
4. 4. Uji Hipotesis dan Tes Signifikasi ... 78
4. 5. Pembahasan ... 79
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan ... 81
5. 2. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Kultivasi Media ………... 9
Gambar 2. Model Teoritis ... 11
Gambar 3. Proses Kultivasi Media ………... 29
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Operasional Variabel ... 12
Tabel 2. Sampel ... 42
Tabel 3. Asal Departemen ... 48
Tabel 4. Angkatan ...………... 49
Tabel 5. Jenis Kelamin ……….. 50
Tabel 6. Uang Saku …...………. 51
Tabel 7. Domisili ……… 52
Tabel 8. Menonton Program Musik Dahsyat sejak ………...………. 53
Tabel 9. Mengetahui Program Dahsyat Dari …….………...………. 54
Tabel 10. Frekuensi melihat program dahsyat di RCTI ……… 55
Tabel 11. Kemasan Program Dahsyat ...……… 56
Tabel 12. Karakter Para Pembawa Acara Program Dahsyat ……… 57
Tabel 13. Videoklip Yang Diputar Dalam Program Dahsyat ………..…. 58
Tabel 14. Bintang Tamu Yang Hadir Dalam Program Dahsyat ……..………. 59
Tabel 15. Waktu Penayangan Program Dahsyat…. ……… …………... 60
Tabel 16. Durasi Penayangan Program Dahsyat…. ……… …………... 61
Tabel 17. Interaksi Program Dahsyat dengan Penonton Di Studio……… 62
Tabel 18. Kuis Yang Dihadirkan Dalam Program Dahsyat ………... 63
Tabel 19. Pengetahuan terhadap Jam Penayangan Program Dahsyat ………... 64
Tabel 20. Pengetahuan terhadap Para Pembawa Acara Dahsyat………… …... 65
Tabel 21. Gaya Berpakaian Para Pembawa Acara Dahsyat……… 66
Tabel 22. Gaya Berbicara Para Pembawa Acara Dahsyat ………...….. 67
Tabel 24. Penggunaan Istilah Populer Ataupun "Bahasa Gaul"
Dalam Program Dahsyat……….…69
Tabel 25. Interaksi Para Pembawa Acara Dahsyat Dengan Penonton ……… 70
Tabel 26. Penampilan Bintang Tamu Dalam Program Dahsyat…………... 71
Tabel 27. “Joke" Yang Dibuat Oleh Para Pembawa Acara Dahsyat…………72
Tabel 28. Frekuensi Mengikuti Gaya Berpakaian Para
Pembawa Acara Program Dahsyat……….73
Tabel 28. Frekuensi Mengikuti Gaya Berbicara Para
Pembawa Acara Program Dahsyat……….74
Tabel 30. Hubungan antara Karakter Para Pembawa Acara
Program Dahsyat terhadap Frekuensi Mencoba Mengikuti
Gaya Berpakaian Para Pembawa Acara Program Dahsyat…….….76
Tabel 30. Hubungan antara Karakter Para Pembawa Acara
Program Dahsyat terhadap Frekuensi Mencoba Mengikuti
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudu l Program Dahsyat di RCTI dan Gaya Hidup (Studi Korelasional Tentang Program Dahsyat di RCTI Terhadap Gaya Hidup di Kalangan Mahasiswa/i FISIP USU).
Program Dahsyat ini merupakan program musik yang ditayangkan langsung yang menggabungkan band perfomance dan tayangan videoklip musik nasional terkini. Peneliti memilih program Dahsyat ini karena program ini cukup mendapat perhatian masyarakat, khususnya remaja dan generasi muda. Salah satu hal yang menonjol dari program ini adalah ketiga pembawa acaranya yakni Luna Maya, Raffi Ahmad, dan Olga Syahputra yang ketiganya memiliki ciri khas tersendiri dan cenderung menampilkan gaya yang merepresentasikan gaya yang digunakan generasi muda saat ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana program musik Dahsyat di RCTI berpengaruh terhadap gaya hidup mahasiswa/i FISIP USU serta untuk untuk mengetahui maksud dari program musik Dahsyat di RCTI.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i strata satu (S-1) angkatan 2006-angkatan 2008 yang aktif berkuliah di kampus FISIP USU Medan. Sampel sendiri berjumlah 93 orang yang diperoleh melalui teknik penarikan sampel purposive
sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan karakteristik tertentu. Data penelitian
diperoleh dari berbagai literatur serta kuesioner yang berisikan 27 pertanyaan yang berkaitan dengan program Dahsyat di RCTI terhadap gaya hidup di kalangan mahasiswa/i FISIP USU. Kemudian data yang dipeoleh dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis.
Dari uji hipotesis menggunakan rank spearman melalui program SPSS diperoleh rs= 0,332. Untuk mengetahui kuat rendahnya hubungan dalam penelitian ini digunakan skala guilford, dan menunjukkan hubungan kedua variabel rendah tapi pasti (0,20 – 0,40 ). Berdasarkan tes signifikasi melalui program SPSS, hubungan signifikan pada angka 0,332 % sehingga hubungan kedua variabel dalam penelitian ini dinyatakan signifikan. Angka ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif diterima dengan H a = Terdapat hubungan antara Program Dahsyat di RCTI dengan gaya hidup mahasiswa/i FISIP USU.
BAB I PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG MASALAH
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal
dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak
(vision). Jadi televisi berarti melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disamakan
dengan penemuan roda, karena mampu merubah peradaban dunia. Berita televisi
sendiri merujuk pada praktek penyebaran informasi mengenai peristiwa terbaru
melalui media televisi. Acara berita bisa berlangsung dari beberapa detik hingga
beberapa jam dengan menyajikan perkembangan terbaru peristiwa-peristiwa
lokal/regional maupun internasional. Stasiun televisi biasanya menyajikan program
berita sebagai bagian dari acara berkalanya, dan disiarkan setiap hari pada
waktu-waktu tertentu. Kadang-kadang acara televisi juga bisa diselipi dengan ‘berita sekilas’
untuk memberikan laporan mutakhir mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi
atau berita dadakan lain yang penting (Sudirman Tebba, 2005:66).
Program berita atau acara berita sendiri biasanya berisi liputan berbagai
peristiwa berita dan informasi lainnya, liputan olahraga, prakiraan cuaca, laporan lalu
lintas, ataupun berita-berita yang bersifat feature dan soft news. Selain menampilkan
berita, televisi juga menampilkan beragam jenis acara, seperti film, kuis, program
reality show sampai program musik.
Music is power. Musik adalah kekuatan yang mampu mengajak para
pendengarnya untuk terlarut dalam lantunan nada-nada yang teratur yang telah
disusun sedemikian rupa. Musik mampu membuat para pendengarnya sejenak
bawah sadar seseorang sehingga seseorang menjadi larut dalam melodi dan iramanya.
Musik telah menjadi sebuah kebutuhan bagi sebagian besar masyarakat. Musik sendiri
juga cukup beragam seperti musik pop, dangdut, reggae, RnB, rock, dan sebagainya.
Saat ini musik juga telah menjadi sebuah hiburan komersil yang cukup menjanjikan
apabila dapat dikemas secara menarik.
RCTI sebagai televisi swasta pertama di Indonesia, mencoba menghadirkan
sebuah program di televisi yang memadukan musik, hiburan, sesi interaktif, dan juga
diselingi sedikit humor. Dahsyat (Deretan lagu hits teratas) adalah program yang
diusung RCTI untuk mengusung itu semua. Dahsyat merupakan program televisi
yang menggabungkan sajian musik (yang divisualisasikan dengan tampilan video klip
paling anyar), sesi interaktif dengan pemirsa di rumah, hingga live performance oleh
penyanyi atau pun band yang sedang terkenal.
Program ini menghadirkan 3 (tiga) orang pembawa acara yang cukup terkenal
yaitu Raffi Ahmad, Luna Maya, dan Olga Syahputra. Ketiga orang pembawa acara ini
cukup menghibur pemirsa dengan candaan dan celetukan-celetukan mereka. Bahkan
boleh dikatakan ketiga orang ini adalah salah satu kunci sukses acara ini. Sosok
seorang Raffi Ahmad yang terkenal sebagai presenter yang digandrungi para
remaja-remaja putri, dipadukan dengan seorang Luna Maya yang notabene merupakan
seorang artis dan model papan atas Indonesia yang digemari para kaum adam. Kedua
presenter ini masih belum cukup, sehingga Olga Syahputra juga dihadirkan sebagai
penyempurna. Olga Syahputra yang terkenal dengan banyolan-banyolan nyentriknya
dan sikapnya yang cenderung keperempuan-perempuanan ini juga berhasil membius
para penonton.
Selain itu ketiga orang presenter ini juga memiliki gayanya masing-masing.
Seorang Olga Syahputra yang tampil dengan sedikit “kemayu” dan spontan. Raffi
Ahmad yang mewakili gaya anak muda masa kini dengan gaya berpakain yang
cenderung sporty, sikapnya yang ceria, romantis, cuek dan terkesan play boy. Ketiga
preenter tersebut menjadi bumbu segar acara ‘Dahsyat’ ini.
Selanjutnya terdapat kecenderungan dimana para generasi muda akan meniru
idolanya, meniru gaya hidupnya seperti gaya berpakaian ataupun gaya berbicara
mereka. Apabila kita perhatikan di tempat berkumpulnya anak muda; seperti di mall
ataupun plaza maka akan kita perhatikan bahwa kebanyakan dari gaya berpakaian
mereka cenderung sama. Hal ini tentu saja akibat dari sikap mengadopsi gaya
berpakaian yang sedang tren yang sebelumnya dipakai oleh idola mereka; dan Luna
Maya, Olga Syahputra, serta Raffi Ahmad adalah salah satu artis yang sedang menjadi
idola generasi muda saat ini; dan ketiganya adalah pembawa acara program Dahsyat.
Acara ini hadir setiap senin – jumat, setiap pukul 09.00 – 11.00 Wib, untuk
sabtunya pada pukul 08.30 Wib, dan pada hari minggunya pada pukul 13.00 Wib.
Acara yang berdurasi 2 (dua) jam ini untuk hari senin sampai sabtunya berlokasi di
dalam studio (indoor), namun untuk hari minggunya berlokasi di luar studio
(outdoor). Acara ini terkesan cukup meriah, karena baik di dalam studio ataupun di
luar studio, acara ini selalu dipadati oleh para pengunjung yang terlihat cukup
antusias.
Format acara ini sebenarnya cukup sederhana, yakni menampilkan 20 video
klip musik ternama di Indonesia. Keduapuluh video klip musik tadi diurutkan
berdasarkan tingkat kepopulerannya, sehingga dengan kata lain video klip yang
berada di posisi nomor satulah yang merupakan video klip paling populer di Indonesia
versi Dahsyat. Acara ini menjadi lebih spesial karena di setiap episodenya selalu
langsung di studio ataupun di luar studio. Bahkan acara ini berhasil menghadirkan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang baru saja terpilih – Hillary Clinton –
menjadi bintang tamu, pada saat istri Bill Clinton ini melakukan kunjungan kerjanya
di Indonesia. Dahsyat sendiri telah menggelar Dahsyar Awards, sebuah ajang
penghargaan musik Indonesia yang memberikan apresiasi bagi dunia musik
Indonesia. Ini berarti dahsyat semakin diakui kualitas acaranya.
Peneliti memilih mahasiswa FISIP USU sebagai subjek penelitian karena
berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, acara ini cukup digemari oleh
mahasiswa/i yang notabene merupakan generasi “musik” Indonesia, yang selalu
peduli pada setiap perkembangan musik dan gaya hidup di tanah air ini.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
program musik Dahsyat di RCTI terhadap gaya hidup mahasiswa/i FISIP USU.
I. 2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
“ Sejauhmanakah program musik Dahsyat di RCTI berpengaruh terhadap gaya
hidup di kalangan mahasiswa/i FISIP USU Medan”
I. 3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan memfokuskan arah
penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti menetapkan pembatasan masalah
1. Penelitian bersifat studi korelasional yaitu melihat pengaruh antar variabel bebas
dan terikat, dalam hal ini adalah program musik Dahsyat di RCTI dan gaya hidup
di kalangan Mahasiswa/i FISIP USU.
2. Obyek penelitian terbatas pada mahasiswa/i FISIP USU yang pernah menonton
tayangan program musik Dahsyat di RCTI.
I. 4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I. 4. I. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui maksud dari program musik Dahsyat di RCTI.
2. Untuk mengetahui sejauhmana program musik Dahsyat di RCTI berpengaruh
terhadap gaya hidup mahasiswa/i FISIP USU.
I. 4. 2. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara akademis, diharapkan penelitian ini diharapkan dapat menambah
perbendaharaan referensi bagi studi dan penelitian, khususnya bagi studi ilmu
komunikasi tentang periklanan.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapakan dapat menjadi tempat bagi peneliti
untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama ini serta menjadi wadah
dalam memperkaya cakrawala pengetahuan tentang periklanan.
I. 5. KERANGKA TEORI
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam
memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah
Teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi
diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2001:
6).
Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan untuk digunakan
adalah sebagai berikut :
• Televisi Sebagai Media Massa
• Uses and Gratification Theory • Teori Kultivasi
• Gaya Hidup
1. 5. 1. Televisi sebagai Media Massa
Siaran televisi saat ini dapat dilakukan di mana saja dan dapat pula dipantau
dari mana saja. Hal ini terbukti ketika Neil Amstrong pada tanggal 20 Juli 1969
menginjakkan kakinya di bulan, melalui televisi dapat disaksikan oleh manusia di
bumi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, hampir semua pola dan
rutinitas kehidupan manusia muncul melalui televisi. Masyarakat cenderung merasa
ada yang kurang ataupun terlewatkan bila tidak menyaksikan siaran televisi sebagai
salah satu rutinitas.
Media televisi juga dipandang sebagai alat atau sarana untuk mencapai
tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik, perdagangan, sosial sampai
melakukan perubahanideologi serta penyebaran nilai-nilai budaya. Televisi juga dapat
digunakan untuk menambah pengaruh dan wewenang seorang penguasa. Seperti
halnya media massa lain (suratkabar dan radio siaran), televisi memiliki fungsi
penelitian-penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas komunikasi UNPAD, yang
menerangkan bahwa pada umumnya tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk
memperoleh hiburan, baru selanjutnya memperoleh informasi.
Televisi di satu sisi memiliki kekurangan, karena bersifat “transitory” maka isi
pesannya tidak dapat di simpan oleh pemirsanya. Lain halnya dengan media cetak,
pesan-pesan yang telah disiarkan dapak disimpan dalam bentuk kliping koran. Siaran
televisi juga terikat oleh waktu, televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan
pengawasan sosial secara langsung. Ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi
yang begitu luas kepada massa yang heterogen, juga karena kepentingan politik dan
stabilitas keamanan negara. Walaupun ada kelemahan, televisi juga memiliki banyak
kelebihan. Kekuatan televisi ialah menguasai jarak dan ruang, karena teknologi
televisi menggunakan gelombang elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan
melalui satelit (transmisi). Sasaran untuk menjangkau massa jelas lebih besar, nilai
aktualitas berita yang di tayangkan sangat cepat, daya rangsang seseorang terhadap
media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya
yang bergerak (ekspresif). Dan yang paling berpengaruh sebagai daya tarik televisi
adalah informasi dan berita yang disampaikan lebih singkat dan jelas, dan sistematis.
Televisi yang merupakan media komunikasi yang unggul dalam audio dan
visual mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu:
• Fungsi Informasi (The Information Function)
• Fungsi Pendidikan (The Educational Function )
• Fungsi Hiburan ( The Entertainment Function)
Elihu Katz-lah yang pertama sekali memperkenalkan pendekatan Uses &
Gratification. Dia menyebutkan bahwasanya khalayak menggunakan media demi
keuntungan mereka. Teori ini melihat bahwa khalayak adalah kelompok aktif yang
mampu dengan jeli melihat jenis media mana yang dapat dianggap tepat dan isi media
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai kepuasan pribadi.
Katz (1974) menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai
media Uses and Gratification sebagai berikut: (1) Kondisi sosial psikologis seseorang
akan menyebabkan adanya (2) kebutuhan, yang menciptakan (3) harapan – harapan
terhadap (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada (5)
perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya) yang
akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya,
termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya (Sendjaja, 2002: 5.38)
1. 5. 3. Teori Kultivasi
Menurut teori ini, media khususnya televisi merupakan sarana utama untuk
mempelajari tentang masyarakat dan kulturnya. Teori kultivasi berpendapat bahwa
pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan
kenyataan.
George Gerbner (McQuail, 1987) menyatakan bahwa sebuah tayangan yang
ditampilkan di televisi dapat mempengaruhi khalayak yang menontonnya. Pengaruh
yang disebabkan oleh televisi ini ternyata bukan hanya pada tahap kognitif atau
afektif, tetapi juga sampai pada efek konatif (behavioral). Maksudnya bukan hanya
telah mempengaruhi aspek psikologis penonton bahkan dapat membuat penonton
Secara sistematis, tahapan-tahapan untuk sampai ke tahap behavioral
(perilaku) dapat digambarkan sebagai berikut:
TV Viewing Incidental Information Holding Social Reality Behavior
Learning: Constructing
1. attention 2. capacity
3. focusing strategy 4. involvement
Ketika sebuah tayangan ditayangkan di televisi (TV Viewing), terjadi proses
belajar (Learning) di dalam benak khalayak yang menontonnya. Proses Learning
yang diajukan Gerbner ini hampir sama dengan teori Social Learning yang
dikemukakan oleh Albert Bandura (McQuail, 1987). Kita belajar bukan hanya dari
pengalaman langsung, tetapi juga dari peniruan atau peneladanan (modelling).
1. 5. 4. Gaya Hidup
Menurut James P. Chaplin (2005:186) gaya hidup adalah cara seorang
individu menanggapi lingkungan jenis kebutuhan atau inspirasinya yang individual
dan karakteristik sifatnya. Konsep tersebut mencakup keseluruhan motivasi dan pola
tingkah laku individu sepanjang hidupnya atau satu aspek individu dari gaya hidup.
Misalnya adalah cara mengatasi perasaan inferiornya. Gaya hidup dapat juga
diartikan sebagai pengekspresian diri dalam bentuk tampilan. Tampilan yang
dimaksud biasa dieksprsikan dari sikap dan tingkah laku yang kadang menjadi
kebiasaan dan merupakan ciri khas seseorang.
Untuk melihat bagaimana gaya seeorang ataupun sekelompok orang dapat
wargannya, baik dalam suatu perkampungan maupun lingkungan dimana si individu
melakukan sutu interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan
oleh satu individu dengan individu lain yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
sikap dan perilaku individu tersebut. Dengan demikian sikap dan perilaku itu dapat
membentuk suatu pola hidup yang khas dalam komunitas. Kehidupan yang demikian
pada gilirannya akan memunculkan suatu bentuk gaya hidup.
Melalui konsep gaya hidup, Adler (Hall, Calvin S:1995) menjelaskan
keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang
menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai
superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya
dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam
mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di
tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang
berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai
inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk
mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mendapatkan tujuan akhirnya
tersebut. Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh
persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak
memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka
dan minatnya dirinya.
1. 6. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam
konsep juga merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesa
penelitian.
Kerangka konsep memuat variabel-variabel yang akan diteliti beserta
indikatornya untuk memperjelas hasil penelitian yang akan dicapai. Adapun
variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas / Independent Variabel (x)
Merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lain
(Rakhmat, 2001: 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Program Dahsyat di
RCTI.
2. Variabel terikat / Dependent Variabel (y)
Merupakan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh
variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2001: 12). Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah Gaya Hidup Mahasiswa/i FISIP USU.
1. 7. MODEL TEORITIS
Berdasarkan kerangka konsep yang ada maka akan dibentuk menjadi suatu
model teoritis sebagai berikut :
±
1. 8. OPERASIONAL VARIABEL
Operasional variabel digunakan untuk lebih memudahkan kesamaan dan
kesesuaian penelitian berdasarkan kerangka konsep di atas, yakni:
Program Musik Dahsyat di RCTI
Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas
Program Musik Dahsyar di RCTI •
Frekuensi Menonton
• Kemasan Program Acara
• Kejelasan Isi Program
• Durasi
Variabel Terikat
Gaya Hidup Mahasiswa •
Penampilan Berpakaian
• Gaya Berbicara
• Ekspresi diri
Variabel Anteseden • Jenis Kelamin
• Uang Saku
• Domisili
• Angkatan kuliah
1. 9. DEFENISI OPERASIONAL
Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Oleh karena itu variabel defenisi
operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Program Dahsyat di RCTI, terdiri atas:
a. Frekuensi Menonton acara Dahsyat
b. Kemasan program acara Dahsyat
c. Kejelasan isi program Dahsyat
d. Durasi, lama penayangan program Dahsyat
2. Gaya Hidup, terdiri atas :
a. Penampilan berpakaian, yakni cara berpakaian mahasiswa/i FISIP USU
b. Gaya berbicara, yakni gaya berbicara dan bertutur bahasa mahasiswa/I FISIP
USU
c. Ekspresi diri, merupakan cara mengekspresikan jiwa, sikap, dan tingkah laku
1. 10. HIPOTESIS
Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat tentaif
(sementara), yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti kebenarannya
(Nawawi, 2001: 161).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Terdapat hubungan antara Program Dahsyat di RCTI dengan kepuasan khalayak bagi mahasiswa/i FISIP USU.
BAB II
URAIAN TEORITIS
2. 1. Komunikasi Massa
Komunikasi Massa dapat didefenisikan sebagai komunikasi yang
menggunakan media massa. Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang
menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi
secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen dan
menimbulkan efek. Komunikasi massa barangkali akan logis bila didefenisikan
menurut bentuknya yakni televisi, radio, film, surat kabar, dan buku (Ardianto, 2004
:11).
2. 1. 1 Tujuan Komunikasi Massa
Menurut Effendy, (2002:20). Tujuan komunikasi massa adalah:
1. Social change/ Social Participation
Dalam hal ini, komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya kepada
komunikan menjadi tujuan perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan suatu
tujuan khas semua masyarakat dan semua kebudayaan, baik masyarakat
tradisional maupun masyarakat modern.
2. Attitude Change
Komunikasi massa dalam menyampaikan pesan-pesannya juga termaksud atau
bertujuan untuk mengubah sikap masyarakat sesuai dengan kebijaksanaan umum
3. Opinion Leader
Komunikasi dalam menyebarkan pesannya bermaksud atau bertujuan untuk
memperoleh perubahan pendapat dari khalayak yang diinginkan oleh
komunikator.
4. Behavior Change
Komunikasi massa itu dalam menyebarkan pesan-pesannya bertujuan untuk
memperoleh perubahan prilaku dari khalayak yang dituju agar sesuai dengan
keinginan dan tujuan komunikator.
2. 1. 2. Fungsi Komunikasi Massa
Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati
dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi
komunikasi massa telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi
komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi bagi masyarakat menurut
Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan), interprestation (penafsiran),
linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai-nilai) dan entertainment (hiburan).
1. Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan dibagi dalam bentuk utama yaitu:
a. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan);
terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan,
meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi
atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi
ancaman. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius
bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yamg tidak
b. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental)
Penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat
membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang
sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek,
produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah
contoh-contoh pengawasan instrumental.
2. Interprestation (penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak
akan memasokkan fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap
kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan
memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Contoh nyata
penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) suratkabar.
Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak atau
pembaca serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang
disajikan pada halaman lain..
3. Linkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga
membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu.
4. Transmission of values (penyabaran nilai-nilai)
Fungsi penyebaran nilai-nilai tidak tampak nyata. Fungsi ini juga disebut
sosialization (sosialoisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu
mengadopsi prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran
masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan
Dengan perkataan lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita
amati dan harapan untuk menirunya.
Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya
sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak-anak muda, terutama anak-anak
yang telah berusia 16 tahun yang banyak waktunya menonton televisi
dibandingkan kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat
memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan
salurannya terutama untuk sosialisasi.
5. Entertainment (hiburan)
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media massa
menjalankan fungsi hiburan. Seperti media cetak yaitu surat kabar dan majalah,
banyak memuat hiburan bahkan ada beberapa majalah yang memuat yang hanya
menampilkan berita seperti Time, News Week, Tempo, Gatra dan Garda. Fungsi
media massa sebagai fungsi menghibur tiada tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca, menonton dan mendengar
berita-berita dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
Sementara itu, Karlinah, dalam Karlinah, dkk. (1999) mengemukakan fungsi
komunikasi secara umum yaitu adalah sebagai berikut:
a. Fungsi informasi
Fungsi informasi ini dapat diartikan bahwa media massa adalah penyebar
informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan
oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan
khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi
tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Sebagian informasi didapat
massa berlangganan suratkabar, majalah, mendengar siaran radio atau menonton
televisi karena mereka ingin mendapatkan informasi tentang peristiwa yang terjadi
di muka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan
atau dilihat orang lain.
b. Fungsi pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass edication),
karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah
satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai,
etika serta aturan-aturan yang berlaku kepada khalayak. Media massa
melakukanya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel. Semua situasi ini,
nilai-nilai yang harus dianut masyarakat tidak diungkapkan secara langsung, tetapi
divisualisasikan dengan contoh-contoh tentang bagaimana mendidik khalayaknya.
c. Fungsi mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara nyata terdapat pada tajuk
rencana/editorial, feature, iklan, artikel dan sebagainya. Khalayak dapat
terpengaruhi oleh iklan-iklan yang ditayangkan di televisi, surat kabar/majalah
ataupun radio siaran. Contohnya, seperti dalam media cetak fungsi mempengaruhi
dapat dilihat antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yang
isinya mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat tulisan
tentang suatu analisis terhadap produk makanan atau suatu analisis tentang produk
elektronik yang baru (komputer, internet dan sebagainya). Khalayak terpengaruh
oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melakukan
d. Fungsi proses pengembangan mental
Untuk mengembangkan wawasan, kita butuh berkomunikasi dengan orang lain.
Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan
berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya
dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami
betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi karena komunikasi
dapat membantu manusia dalam perkembangan mental.
e. Fungsi adaptasi lingkungan
Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk
bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian
tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh
komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain, saling
menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan
komunikan.
f. Fungsi memanipulasi
Memanipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai suatu yang negatif, memanipulasi
lingkungan artinya, berusaha untuk mempengaruhi setiap orang berusaha untuk
saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam
fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan
pengaturan lingkungan. Contohnya, iklan salah satu minuman yang
divisualisasikan dengan seorang gadis yang kehausan, mengambil satu kemasan
Nutrilo yang kemudian diseduh dengan air dingin. Gadis tersebut kemudian
berbicara pada pacarnya dan dari mulutnya keluar udara yang berbentuk buah
nenas, jeruk, mangga dan lain sebagainya. Pemasangan iklan dalam hal ini telah
Memahami fungsi-fungsi media massa menurut Devito, pada Karlinah, dalam
Karlinah, dkk (1999), ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan. Pertama,
setiap kali kita menghidupkan pesawat televisi, radio maupun membaca suratkabar
dan majalah, kita melakukannya karena alasan tertentu yang unik. Kedua, komunikasi
massa menjalankan fungsi yang berbeda bagi setiap pemirsa secara individual.
Program televisi yang sama dapat menghibur satu orang, mendidik yang lain,
mempengaruhi seseorang atau kelompok orang. Ketiga, fungsi yang dijalankan
komunikasi massa bagi sembarangan orang yang berbeda dari satu waktu ke waktu
yang lain. Produk rekaman tertentu bisa dirasakan sebagai penghibur sesaat, tetapi
pada saat yang lain rekaman tersebut dirasakan sebagai olah sosialisasi atau alat
pemersatu. (Ardianto dan Erdinaya, 2000:15-21).
2. 1. 3. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Ciri-ciri komunikasi massa seperti yang telah diterangkan di atas, para ahli
komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (Mass
Communication) adalah komunikasi melalui media massa yang merupakan singkatan
dari Komunikasi Media Massa (Mass Media Communication).
Ciri-ciri komunikasi massa tersebut ialah :
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah yang artinya berbeda dengan
komunikasi antarpesona (interpersonal communication) yang berlangsung dua
arah, komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication). Ini
berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator.
Dengan lain perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga yang artinya media massa
sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau
organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga atau dalam bahasa asing
disebut institutionalized communikator atau organized communicator.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum yang artinya pesan yang disebarkan
melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan
mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau
kepada sekelompok orang tertentu.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan yang artinya ciri lain dari
media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan
(simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen yaitu komunikasi atau khalayak
yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang dalam proses komunikasi
massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen.
2. 1. 4. Televisi sebagai Media Massa
Siaran televisi saat ini dapat dilakukan di mana saja dan dapat pula dipantau
dari mana saja. Hal ini terbukti ketika Neil Amstrong pada tanggal 20 Juli 1969
menginjakkan kakinya di bulan, melalui televisi dapat disaksikan oleh manusia di
bumi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, hampir semua pola dan
rutinitas kehidupan manusia muncul melalui televisi. Masyarakat cenderung merasa
ada yang kurang ataupun terlewatkan bila tidak menyaksikan siaran televisi sebagai
salah satu rutinitas.
Media televisi juga dipandang sebagai alat atau sarana untuk mencapai
melakukan perubahanideologi serta penyebaran nilai-nilai budaya. Televisi juga dapat
digunakan untuk menambah pengaruh dan wewenang seorang penguasa. Seperti
halnya media massa lain (suratkabar dan radio siaran), televisi memiliki fungsi
memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Namun menurut hasil
penelitian-penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas komunikasi UNPAD, yang
menerangkan bahwa pada umumnya tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk
memperoleh hiburan, baru selanjutnya memperoleh informasi.
Televisi di satu sisi memiliki kekurangan, karena bersifat “transitory” maka isi
pesannya tidak dapat di simpan oleh pemirsanya. Lain halnya dengan media cetak,
pesan-pesan yang telah disiarkan dapak disimpan dalam bentuk kliping koran. Siaran
televisi juga terikat oleh waktu, televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan
pengawasan sosial secara langsung. Ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi
yang begitu luas kepada massa yang heterogen, juga karena kepentingan politik dan
stabilitas keamanan negara. Walaupun ada kelemahan, televisi juga memiliki banyak
kelebihan. Kekuatan televisi ialah menguasai jarak dan ruang, karena teknologi
televisi menggunakan gelombang elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan
melalui satelit (transmisi). Sasaran untuk menjangkau massa jelas lebih besar, nilai
aktualitas berita yang di tayangkan sangat cepat, daya rangsang seseorang terhadap
media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya
yang bergerak (ekspresif). Dan yang paling berpengaruh sebagai daya tarik televisi
adalah informasi dan berita yang disampaikan lebih singkat dan jelas, dan sistematis.
Televisi yang merupakan media komunikasi yang unggul dalam audio dan
visual mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu:
• Fungsi Informasi (The Information Function)
• Fungsi Hiburan ( The Entertainment Function)
2. 2. Uses and Gratification Theory
Elihu Katz-lah yang pertama sekali memperkenalkan pendekatan Uses &
Gratification. Dia menyebutkan bahwasanya khalayak menggunakan media demi
keuntungan mereka. Teori ini melihat bahwa khalayak adalah kelompok aktif yang
mampu dengan jeli melihat jenis media mana yang dapat dianggap tepat dan isi media
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai kepuasan pribadi.
Katz (1974) menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai
media Uses and Gratification sebagai berikut: (1) Kondisi sosial psikologis seseorang
akan menyebabkan adanya (2) kebutuhan, yang menciptakan (3) harapan – harapan
terhadap (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada (5)
perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya) yang
akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya,
termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya (Sendjaja, 2002: 5.38).
Perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase,
yaitu:
1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler memberikan deskripsi
tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media.
Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam
meneliti orientasi audiens.
2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi
variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap
perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya
3. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk
menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif
audiens mungkin berhubungan (Rosengren dkk., 2001).
Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and
Gratification Media mengatakan, bahwa kebutuhan social dan psikologis
menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing pada
perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan
konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.
Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (Baran dan Davis, 2000)
menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification
Media sebagai berikut:
1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.
2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media
spesifik terletak di tangan audiens
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan
audiens
4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan
media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang
gambaran keakuratan penggunaan itu.
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi
harus dibentuk.
Pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification Media
menghasilkan enam (6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya, sebagai berikut
(Baran dan Davis, 2000):
John W.C. Johnstone menganggap bahwa anggota audiens tidak anonimous dan
sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial yang
terorganisir dan sebagai partisipan dalam sebuah kultur. Sesuai dengan anggapan
ini, media berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan keperluan
individu-individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi sosial individu-individu
tersebut.
Faktor-faktor psikologis juga berperan dalam memotivasi penggunaan media.
Konsep-konsep psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi
mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan menjadi hubungan kausal
dengan motivasi media.
2. Pendekatan nilai pengharapan.
Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada karakteristik media
dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok Uses and
Gratification Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di
antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan kebutuhan mereka,
mereka harus memiliki persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk
memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap suatu media tertentu
menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.
3. Aktifitas audiens.
Levy dan Windahl menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua
dimensi:
• Orientasi audiens; selektifitas; keterlibatan; kegunaan.
• Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan ( ”audiens”)
Katz, Gurevitch, dan Haas dalam penelitian tentang penggunaan media,
dirasakan. Dipengaruhi beberapa faktor. Yaitu: struktur media dan teknologi; isi
media; konsumsi media; aktifitas non media; dan persepsi terhadap gratifikasi
yang diperoleh.
Garramore secara eksperimental menggali pengaruh ”rangkaian motivasi pada
proses komersialisasi politik melalui TV. Ia menemukan bahwa anggota audience
secara aktif memproses/mencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh
motivasi.
4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.
Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan
perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi (GS)
dan pemerolehan gratifikasi (GO). Penelitian tentang hubungan antara GS dan
GO, menghasilkan temuan sebagai berikut GS individual berkorelasi cukup kuat
dengan GO terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara empiris dengan GO,
seperti pemisahan antara GS dengan GO secara konseptual, dengan alasan sebagai
berikut:
• GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang lain.
• Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi.
• Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.
• GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran konsumsi
media dan efek.
Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam
berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan program dependensi
media; kepercayaan; evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat media.
Penelitian mengenai hubungan antata gratifikasi (GS-GO) dengan konsumsi
media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
• Studi tipologis mengenai gratifikasi media.
• Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan
pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.
Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan
program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens
membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan dengan konsumsi
media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai
sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.
6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh.
Windahl penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa
bermacam-macam gratifikasi audiens berhubungan dengan spectrum luas efek media yang
meliputi pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi mengenai realitas social,
agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik.
Blumer mengkritisi studi uses and effects sebagai kekurangan perspektif. Dalam
usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis, Blumer
menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut:
• Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi.
• Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan audiens terhadap
persepsi mengenai situasi sosial.
• Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.
Menurut teori ini, media khususnya televisi merupakan sarana utama untuk
mempelajari tentang masyarakat dan kulturnya. Teori kultivasi berpendapat bahwa
pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan
kenyataan.
Menurut George Gerbner (McQuail, 1987), teori kultivasi memiliki efek
jangka panjang yang kecil, bertahap, tidak langsung tetapi kumulatif dan signifikan.
Penekanan ini terdapat pada efek tayangan televisi yang lebih kuat pada sikap pada
perilaku khalayaknya. Penelitian kultivasi melihat media massa sebagai agen
sosialisasi dan investigasi dimana penonton televisi menjadi percaya pada realitas
yang disajikan oleh televisi ketika kita sering menontonnya. Teori kultivasi
menghadirkan televisi bukan sebagai jendela ataupun refleksi dari dunia melainkan
televisi sudah menjadi dunia itu sendiri. Fakta atau bukti yang berulang-ulang
memberi efek kultivasi yang berganda, hal ini akan terjadi ketika apa yang dialami
oleh khalayak dalam kehidupan sehari-hari sama dengan apa yang digambarkan
televisi. Pengaruh yang disebabkan oleh televisi ini ternyata bukan hanya pada tahap
kognitif atau afektif, tetapi juga sampai pada efek konatif (behavioral).
Secara sistematis, tahapan-tahapan untuk sampai ke tahap behavioral
(perilaku) dapat digambarkan sebagai berikut:
Learning: Constructing 5. attention
6. capacity
7. focusing strategy 8. involvement
Ketika sebuah tayangan ditayangkan di televisi (TV Viewing), terjadi proses
belajar (Learning) di dalam benak khalayak yang menontonnya. Proses Learning
yang diajukan Gerbner ini hampir sama dengan teori Social Learning yang
dikemukakan oleh Albert Bandura. Kita belajar bukan hanya dari pengalaman
langsung, tetapi juga dari peniruan atau peneladanan (modelling).
Perilaku adalah hasil dari faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Permulaan
proses belajar adalah ketika munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung
atau tidak secara langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu
atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai abstract modelling
(Rakhmat, 1999: 240).
Di dalam proses ini, menurut Gerbner (McQuail, 1987) ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Attention
Tahap attention merupakan bagian dari tahap social learning. Secara sederhana,
tahap ini menjelaskan bahwa kita baru dapat mempelajari sesuatu bila kita
memperhatikannya.
Menurut Bandura, peristiwa yang menarik perhatian adalah yang nampak
menonjol dan sederhana, terjadi berulang-ulang atau menimbulkan perasaaan
positif pada pengamatnya.
Berdasarkan jumlah frekuensi menonton (capacity), khalayak terhadap suatu
tayangan terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu:
• Heavy viewer : Khalayak yang menonton televisi lebih dari 2-4 jam sehari. • Moderate viewer : Khalayak yang menonton televisi antara 2-4 jam sehari.
• Light viewer : Khalayak yang menonton televisi kurang dari 2-4 jam
sehari.
Khalayak yang tergolong heavy viewer lebih mudah mempercayai realitas yang
ditayangkan oleh televisi daripada light viewer dan moderate viewer.
c. Focusing Strategic
Proses kultivasi dipengaruhi oleh cara khalayak ketika menonton televisi. Hal ini
disebabkan oleh setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam
menyerap suatu informasi. Selain itu, kondisi seseorang ketika menyerap
informasi juga sangat mempengaruhi.
d. Involvement
Keterlibatan orang lain (suami, anak, teman, orang tua, dan lain-lain) dalam
menonton televisi juga sangat mempengaruhi terjadinya proses kultivasi dalam
diri seseorang.
Dalam tahap ini khalayak diajak untuk mengidentifikasi informasi-informasi yang
sudah dipilihnya tadi. Sehingga khalayak terdorong untuk menjadi seperti apa
yang ditayangkan di televisi.
Setelah mengidentifikasi, khalayak membutuhkan peneguhan (reinforcement)
untuk bertindak. Disinilah khalayak melihat realitas yang ada di sekitarnya. Apabila
lingkungan sosial mengadopsi apa yang ditayangkan di televisi, maka akhirnya
khalayak memutuskan untuk mengubah perilakunya sesuai dengan informasi yang
2. 4. Gaya Hidup
Menurut James P. Chaplin (2005:186) gaya hidup adalah cara seorang
individu menanggapi lingkungan jenis kebutuhan atau inspirasinya yang individual
dan karakteristik sifatnya. Konsep tersebut mencakup keseluruhan motivasi dan pola
tingkah laku individu sepanjang hidupnya atau satu aspek individu dari gaya hidup.
Misalnya adalah cara mengatasi perasaan inferiornya. Gaya hidup dapat juga
diartikan sebagai pengekspresian diri dalam bentuk tampilan. Tampilan yang
dimaksud biasa dieksprsikan dari sikap dan tingkah laku yang kadang menjadi
kebiasaan dan merupakan ciri khas seseorang.
Untuk melihat bagaimana gaya seeorang ataupun sekelompok orang dapat
diamati dari tempat tinggal maupun bentuk interaksi yang dilakukan setiap
wargannya, baik dalam suatu perkampungan maupun lingkungan dimana si individu
melakukan sutu interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan
oleh satu individu dengan individu lain yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan
sikap dan perilaku individu tersebut. Dengan demikian sikap dan perilaku itu dapat
membentuk suatu pola hidup yang khas dalam komunitas. Kehidupan yang demikian
pada gilirannya akan memunculkan suatu bentuk gaya hidup.
Melalui konsep gaya hidup, Adler (Hall, Calvin S:1995) menjelaskan
keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang
menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai
superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya
dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam
mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di
berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai
inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk
mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mendapatkan tujuan akhirnya
tersebut. Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh
persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak
memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka
dan minatnya dirinya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Yayasan Universitas Sumatera Utara mendirikan Universitas Sumatera Utara
(USU) pada tanggal 4 Juni 1952. Yayasan ini didukung dan didanai bersama oleh
pemerintah daerah dan masyarakat Sumatera Utara dan Aceh. Kuliah pertama di USU
diselenggarakan pada tanggal 20 Agustus 1952 yang kemudian ditetapkan sebagai
Hari Ulang Tahun atau Dies Natalis USU. Selanjutnya, sejak 1 September 1952 status
USU diubah dari bentuk yayasan menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang
merupakan Perguruan Tinggi ketujuh di Indonesia.
USU dengan persetujuan senat universitas pada waktu itu memutuskan untuk
mempersiapkan diri beralih status seiring dengan dibukanya kesempatan bagi PTN
untuk beralih menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN)
melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 61 tahun 1999. Didasarkan pada sebuah
evaluasi diri, maka disusunlah sebuah rencana peralihan status dalam dokumen
rencana peralihan yang kemudian diterima oleh pemerintah dengan ditetapkannya
USU sebagai PT-BHMN kelima di Indonesia melalui PP No. 56 tahun 2003
tertanggal 11 November 2003
Penelitian ini sendiri dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik
(FISIP) Universitas Sumatera Utara. FISIP sendiri berlokasi di Jalan DR. A. Sofyan
No. 1 Kampus USU Padang Bulan, Medan
3. 1. 2. Sejarah Perkembangan FISIP USU
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fasilitas kesembilan
di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Pendirian fakultas yang saat ini terletak di
Sosial, Administrasi, serta manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi dan Hukum
pada tahun 1979.
Drs. Adham Nasution, Asma Affan, MPA; Dr. AP; M. Solly Lubis, SH serta
beberapa orang dosen lainnya melakukan persipan proposal pendirian FISIP USU.
Berdasarkan isi proposal tersebut, Rektor USU Dr. AP. Parlindungan, SH
memperjuangkan agar FISIP segera didirikan di USU. FISIP USU sendiri dulunya
pada tahun 1980 merupakan Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat dibawah Fakultas
Hukum USU. Para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengangkat Drs. Adham Nasution
sebagai Ketua Jurisan dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU
Nomor 1181/PT05/C.80 tetanggal 1 Juli 1980.
Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertama kali menerima mahasiswa
melalui jalur SIPENMARU pada tahun 1980/1981 dengan jumlah mahasiswa
sebanyakl 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai pada tanggal 8
Agustus 1980. Pembukaan fakultas ini diresmikan oleh Rektor USU Prof. Dr. AP.
Parlindungan, SH di gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU dan
perkuliahan berikutnya dilaksanakan pada sore hari di gedung tersebut. Jurusan Ilmu
Pengetahuan Masyarakat inilah yang merupakan cikal bakal dari FISIP USU.
Berikutnya Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ditetapkan menjadi FISIP
USU, maka untuk pengembangannya dibentuklan suatu panitia persiapan pemilihan
Dekan FISIP USU dengan Surat Keputusan Rektor USU No.573/PT05/C.82
tertanggal 26 Oktober 1982. Tujuan dari pembentukan panitia tersebut adalah untuk
memilih Dekan yang akan memimpin Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik
Universitas Sumatera Utara yang baru berdiri ini. Dalam rapat panitia tersebut,
dengan suara bulat menyetujui Drs. Adham Nasution menjadi Dekan perttama FISIP
adalah: Pembantu Dekan I Dra. Arnita Zainuddin, Pembantu Dekan II Drs. Haniful
Chair, dan Pembantu Dekan III Drs. Arifin Siregar.
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0535/0/83 pada
tahun 1983 tentang jenis dan jumlah fakultas di lingkungan USU menyebutkan bahwa
FISIP USU mempunyai lima jurusan dengan urutan sebagai berikut:
1. Jurusan Ilmu Administrasi
2. Jurusan Ilmu Komunikasi
3. Jurusan Ilmu Kesejeahteraan Sosial
4. Jurusan Sosiologi
5. Jurusan Antropologi
Dalam perkembangan selanjutnya, kelima jurusan di atas tidak dapat dibuka
sekaligus tetapi secara bertahap. Hal ini diseuaikan denga kebutuhan masyarakat dan
pemerintah daerah serta tenaga pengajar yang tersedia sesuai dengan disiplin ilmu
yang dikembangkan untuk menindaklanjuti Surat Keputusan Menteri No.0535/0/89
maka dibukalah dua jurusan yakni:
1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara
2. Jurusan Ilmu Komunikasi
Selanjutnya pada 18 Agustus 1984, semua kegiatan perkuliahan dan kegiatan
administratif FISIP USU dipusatkan di gedung baru yang berada di Jalan DR. A.
Sofyan No. 1 Medan. Pada tahun 1984/1985 kedua jurusan tersebut menghasilkan
sarjana S-1 sebanyak 10 orang yang terdiri atas 7 orang sarjana Ilmu Administrasi
Negara, dan 3 orang lagi para sarjana Ilmu Komunikasi. Pelantikannya dilaksanakan
pada 18 Maret 1985 di gedung perkuliahan FISIP USU.
Prof. M. Adham Nasution diangkat kembali sebagai dekan untuk periode
Oktober 1956 dengan susunan Pembantu Dekan I Dra. Nurhaina Burhan, Pembantu
Dekan II Drs. Armyn Sipahutar, dan Pembantu Dekan III Dra. Irmawati.
Tenaga pengajar tetap di FISIP USU pada tahun 1985/1986 masih berjumlah
10 orang, dan 10 orang lagi masih calon pegawai negeri sipil (capeg). Selain itu staf
pengajar lainnya adalah staf pengajar luar biasa yang direkrut dari berbagai instansi
pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara; seperti Akademi Pemerintahan
Dalam Negeri, PEMDA Tingkat I Sumatera Utara, Kakanwil Departemen
Penerangan, Kakanwil Departemen Sosial, Kakanwil Departemen Perindustrian, PWI
Sumatera Utara, IKIP Medan ataupun staf pengajar yang ada di lingkungan USU.
Perkembangan selanjutnya, pada tahun akademik 1985/1986 FISIP USU
membuka Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Pada tahun yang sama Jurusan
Antropologi yang berada di Fakultas Sastra USU dipindahkan ke FISIP USU yang
merupakan tindak lanjut dari SK Mendikbud No.0335/0/83. Hal ini mengakibatkan
semua dosen dan mahasiswa yang terdaftar di Jurusan Antropologi menjadi bagian
dari FISIP USU, kecuali mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan duduk di
semester akhir. Berikutnya pada tahun akademik 1986/1987 dibukalah Jurusan
Sosiologi.
Prof. Asma Affan kemudian menjabat sebagai Dekan FISIP USU periode
1990/1993 berdasarkan SK Mendikbud No.20208/A.2.1.2/C/1990 pada 4 Maret 1990
Sedangkan para pembantu dekan adalah Pembantu Dekan I Drs. Rahim Siregar, MA;
Pembantu Dekan II Dra. Arnita Zainuddin; serta Pembantu Dekan III Drs. Siswo
Suroso.
Drs. Amru Nasution kemudian menjabat sebagai Dekan FISIP USU periode
1993/1996 berdasarkan SK Mendikbud No.520931/A.2.1.2/C/1993 pada 20 Agustus
Dekan I, Dra. Irmawati sebagai Pembantu Dekan II, serta Drs. Sakhyan Asmara
sebagai Pembantu Dekan III.
Selanjutnya FISIP USU membuka Program Diploma I dan Program Diploma
III pada tahun akademik 1985/1986 bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pajak.
Pada tahun ajaran 2000/2001 program Diploma I Administrasi Perpajakan tidak
menerima mahasiswa baru dengan jumlah alumni seluruhnya adalah 153 orang.
Pada periode berikutnya Drs. Amru Nasution kembali diangkat menjadi Dekan
FISIP USU untuk kurun waktu 1996-1999 berdasarkan SK Mendikbud
No.51141/A/2.1.2/KP/1996 pada 23 September 1996. Sedangkan para pembantu
dekan adalah Dra. Nurwida Nuru sebagai Pembantu Dekan I, Drs. Subhilhar, MA
sebagai Pembantu Dekan II, serta Drs. Sakhyan Asmara sebagai Pembantu Dekan III.
Selanjutnya pada periode 1999-2003 Drs. Subhilhar, MA menjabat sebagai
Dekan FISIP USU berdasarkan SK Rektor No.1998/JO5/SK/KP/1999 pada 9
Desember 1999. Sedangkan para pembantu dekan adalah Drs. Suwardi Lubis, MS
sebagai Pembantu Dekan I, Drs. Mukti Sitompul, MSi sebagai Pembantu Dekan II,
serta Drs. Hamdani Harahap, MSi sebagai Pembantu Dekan III.
Sesuai SK Rektor No.69/JO5/SK/KP/2001 pada 2 Februari 2001, FISIP USU
kemudian membuka Program Studi S-1 Ilmu Politik pada tahun akademik 2001/2002
berdasarkan SK No.6161/JO5/SK/PP/2002 dan telah menerima 60 mahasiswa (Buku
Pedoman FISIP, 2002: 1 – 5).
Drs. M. Arif Nasution, MA kemudian menjabat sebagai Dekan FISIP USU
pada periode 2003-2007. Sedangkan para pembantu dekannya adalah
Drs. Humaizi, MA sebagai Pembantu Dekan I, Drs. Mukti Sitompul, MSi sebagai