KUALITAS HIDUP PADA PASIEN AKNE VULGARIS
Oleh:
THARMINI RAVI080100290
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
THARMINI RAVI080100290
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit yang umum. Meskipun akne
vulgaris tidak mengancam jiwa, akne vulgaris dapat mempengaruhi keadaan mental,
emosional dan fungsi psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak
akne vulgaris terhadap kualitas hidup pasien.
Secara total, 60 pasien rawat luar akne vulgaris Klinik Dermatologi
Dr.Rointan Simanungkalit, Sp.KK (K) berpartisipasi sebagai responden. Kuesioner
Indeks Kualitas Kehidupan Dermatologi (DLQI) dan Kuesioner Indeks Disabilitas
Akne Cardiff (CADI) digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kualitas hidup
pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
kuesioner DLQI dan CADI (r= 0.648, p=0.000). Korelasi negatif yang cukup kuat
ditemukan antara umur dan kualitas hidup pasien dengan menggunakan kedua
kuesioner, DLQI (r=-0.263, p=0.043) dan CADI (r= - 0.232). Tidak ditemukan
korelasi antara pendidikan, pekerjaan, durasi menderita, tingkat keparahan dan
kualitas hidup pasien akne vulgaris.
Dapat disimpulkan akne vulgaris mempengaruhi kualitas hidup pasien secara
signifikan tanpa melihat tingkat pendidikan, durasi menderita, dan tingkat keparahan
akne vulgaris pasien. Hasil penelitian menekankan pentingnya untuk
mempertimbangkan aspek psikologis pada pasien akne vulgaris.
ABSTRACT
Acne vulgaris is a common skin disorder. While not life threatening, acne vulgaris can considerably affect mental well being, emotional and psychological
functioning. The study aims to assess the overall impact of acne vulgaris on the patient’s quality of life.
The sample consisted of 60 acne vulgaris outpatients from Dr. Rointan Simanungkalit. SpKK(K)’s Dermatology Klinic. The quality of life in acne patients were evaluated through the Dermatalogy Life Quality Index and Cardiff Acne
Disability questionnaires.
There was a significant correlation between DLQI and CADI (r=0.648,
p=0.000). Additionally, a negative correlation was found between age and quality of life of the patients, using DLQI (r=-0.263, p=0.043) and CADI (r=-0.232). No correlation was found between levels of education, types of occupation, duration,
severity and the quality of life in acne vulgaris patients.
In conclusion, acne vulgaris has a significant affect on the quality of life
regardless the levels of education, types of occupation, duration and the severity of acne vulgaris. Our results highlight the importance of taking the psychological aspects of acne vulgaris patients into consideration.
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan dan arahan dari
beberapa pihak, akhirnya dapat menyeleisaikan karya tulis ilmiah pada waktunya.
Ucapan jutaan terima kasih ini penulis tujukan kepada kedua orang tua penulis yaitu
Bapak Ravi dan Ibu Karunakari, serta nenek Meenachi yang telah memberikan
dorongan dan doa restu, maupun material selama penulis menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar
Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.
2. Dr. Rointan Simanungkalit, SpKK(K)
3. Staf-staf Klinik Dermatologi Dr. Rointan Simanungkalit, SpKK(K),
Medan yang telah membantu penulis dalam memberikan dukungan dan
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
selaku dosen pembimbing semasa
menyelesaikan proposal penelitian, yang telah banyak membantu dan
memberikan bimbingan dan dukungan dalam rangka penyelesaian skripsi
ini, serta atas izin penelitian yang diberikan untuk melakukan penelitian di
Klinik Dermatologi Dr. Rointan.
4. Kepada semua teman penulis yang ikut membantu penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut diatas.
Akhirnya semoga skripsi ini ada manfaatnya. Demikian dan terima kasih.
Medan, Desember 2011,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN... i
ABSTRAK... ... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Akne Vulgaris... 5
2.2. Epidemiologi………... 2.3. Etiopatogenesis………... 6
5
2.4. Gejala Klinis………... 8
2.5.Gradasi ... 2.6. Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris... 11
9
2.7. Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris …. 13
BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15
3.2. Variabel dan Definisi Operasional... 15
3.3. Hipotesis... 20
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 21
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 21
4.2.1. Waktu Penelitian... 21
4.2.2. Tempat Penelitian... 21
4.3.1. Populasi Penelitian... 21
4.3.2. Sampel Penelitian... 21
4.4. Teknik Pengumpulan Data... 22
4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 22
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 23
5.1. Hasil Penelitian …………..………... 5.1.1. Deskripsi Lokasi penelitian ………... 23
5.1.2. Karakteristik Responden………... 23
5.1.3. Kualitas Hidup... 26
5.1.4. Hubungan Usia Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris ... 28
5.1.5. Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris ... 30
5.1.6. Hubungan Pekerjaan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris ... 32
5.1.7. Hubungan Durasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris... 34
5.1.8. Hubungan Gradasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris... 36
5.2.1. Karekteristik Responden... 37
5.2.2. Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI dan CADI. 40 5.2.3 Hubungan Usia dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris... 40
5.2.4 Hubungan Pendidikan dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris... 41
5.2.5 Hubungan Pekerjaan dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris... 41
5.2.6 Hubungan Durasi dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris... 41
5.2.7 Hubungan Gradasi dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris... 42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 43
6.1. Kesimpulan... 43
6.2. Saran... 44
DAFTAR PUSTAKA... 45
DAFTAR TABEL
2.1 Bentuk lesi akne... 8
2.2 Gradasi akne vulgaris menurut Pillsbury... 9
2.3 Gradasi akne vulgaris menurut Frank... 10
2.4 Gradasi akne vulgaris menurut Plewig dan Kligman... 10
2.5 Gradasi akne vulgaris menurut Wasitaatmadja... 11
3.3 Skor DLQI... 19
5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jenis Kelamin Pasien Akne Vulgaris... 23
5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kelompok Usia Pasien Akne Vulgaris... 24
5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pendidikan Pasien Akne Vulgaris... 24
5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Status Pernikahan Pasien Akne Vulgaris... 25
5.1.5 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pekerjaan Pasien Akne Vulgaris... 25
5.1.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Durasi Menderita Pasien Akne Vulgaris... 26
5.1.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Gradasi Pasien Akne Vulgaris... 26
5.3.1 Hubungan Usia Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI... 28
5.3.2 Hubungan Usia Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
Vulgaris Berdasarkan Kuesioner CADI... 29
5.4.1 Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI... 30
5.4.2 Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
Vulgaris Berdasarkan Kuesioner CADI... 31
5.5.1 Hubungan Pekerjaan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI... 32
5.5.2 Hubungan Pekerjaan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
Vulgaris Berdasarkan Kuesioner CADI... 33
5.6.1 Hubungan Durasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI... 34
5.6.2 Hubungan Durasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
Vulgaris Berdasarkan Kuesioner CADI... 35
5.7.1 Hubungan Gradasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI... 36
5.7.2 Hubungan Gradasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne
DAFTAR GAMBAR
2.1 Dampak akne vulgaris pada kualitas hidup... 13
3.1 Kerangka hubungan akne vulgaris dan kualitas hidup
pasien akne vulgaris... 15
3.2 Definisi operasional penelitian kualitas hidup pada
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Riwayat Hidup
LAMPIRAN 2 Formulir Anamnesis Komunikasi Peneliti-Pasien
Mengenai Akne Vulgaris
LAMPIRAN 3 Kuesioner Indeks Kualitas Hidup Dermatologi
LAMPIRAN 4 Kuesioner Indeks Disabilitas Akne Cardiff
LAMPIRAN 5 Naskhah Penjelasan Kepada Peserta Penelitian
LAMPIRAN 6 Surat Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan Mengikuti
Penelitian (Informed Consent)
LAMPIRAN 7 Health Ethical Clearance
ABSTRAK
Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit yang umum. Meskipun akne
vulgaris tidak mengancam jiwa, akne vulgaris dapat mempengaruhi keadaan mental,
emosional dan fungsi psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak
akne vulgaris terhadap kualitas hidup pasien.
Secara total, 60 pasien rawat luar akne vulgaris Klinik Dermatologi
Dr.Rointan Simanungkalit, Sp.KK (K) berpartisipasi sebagai responden. Kuesioner
Indeks Kualitas Kehidupan Dermatologi (DLQI) dan Kuesioner Indeks Disabilitas
Akne Cardiff (CADI) digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kualitas hidup
pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
kuesioner DLQI dan CADI (r= 0.648, p=0.000). Korelasi negatif yang cukup kuat
ditemukan antara umur dan kualitas hidup pasien dengan menggunakan kedua
kuesioner, DLQI (r=-0.263, p=0.043) dan CADI (r= - 0.232). Tidak ditemukan
korelasi antara pendidikan, pekerjaan, durasi menderita, tingkat keparahan dan
kualitas hidup pasien akne vulgaris.
Dapat disimpulkan akne vulgaris mempengaruhi kualitas hidup pasien secara
signifikan tanpa melihat tingkat pendidikan, durasi menderita, dan tingkat keparahan
akne vulgaris pasien. Hasil penelitian menekankan pentingnya untuk
mempertimbangkan aspek psikologis pada pasien akne vulgaris.
ABSTRACT
Acne vulgaris is a common skin disorder. While not life threatening, acne vulgaris can considerably affect mental well being, emotional and psychological
functioning. The study aims to assess the overall impact of acne vulgaris on the patient’s quality of life.
The sample consisted of 60 acne vulgaris outpatients from Dr. Rointan Simanungkalit. SpKK(K)’s Dermatology Klinic. The quality of life in acne patients were evaluated through the Dermatalogy Life Quality Index and Cardiff Acne
Disability questionnaires.
There was a significant correlation between DLQI and CADI (r=0.648,
p=0.000). Additionally, a negative correlation was found between age and quality of life of the patients, using DLQI (r=-0.263, p=0.043) and CADI (r=-0.232). No correlation was found between levels of education, types of occupation, duration,
severity and the quality of life in acne vulgaris patients.
In conclusion, acne vulgaris has a significant affect on the quality of life
regardless the levels of education, types of occupation, duration and the severity of acne vulgaris. Our results highlight the importance of taking the psychological aspects of acne vulgaris patients into consideration.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Akne vulgaris merupakan obstruksi folikel pilosebasea pada daerah predileksi,
seperti muka, bahu, dada, dan punggung yang ditandai lesi pleomorfik yang terdiri
dari komedo, papula, pustula, dan kista. (O’Donoghue, 2003).
Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap
sebagai gangguan kulit yang timbul secara fisiologik. Di Indonesia, akne vulgaris
merupakan penyakit kulit yang umum terjadi sekitar 85 hingga 100 persen selama
hidup seseorang. Umumnya insidens terjadinya akne vulgaris sekitar umur 14-17
tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria. Akne vulgaris tidak hanya terbatas pada
kalangan remaja saja. Akne vulgaris dapat menetap sampai dekade umur 30-an
atau bahkan lebih. (Wasitaatmadja, 2006). 12% pada wanita dan 5% pada pria
diusia 25 tahun memiliki akne. Bahkan pada usia 45 tahun, 5% pria dan wanita
memiliki akne (Fulton, 2009).
Terjadinya akne vulgaris disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik,
endokrin, faktor makanan, penigkatan produksi sebum, faktor psikis, faktor stres,
infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia yang lain
(Fleischer JR dkk, 2000).
Selain mengganggu faktor fisik, akne vulgaris turut mempengaruhi kualitas
hidup pasien yaitu adanya gangguan secara sosial, psikologis dan emosional.
Kualitas hidup merupakan derajat kepuasan yang dialami oleh seseorang dalam
melakukan akitivitas seharian.Walaupun akne vulgaris tidak seberat penyakit lain
seperti diabetes melitus, psoriasis, asma atau epilepsi karena dapat menyembuh
dengan sendiri, akne vulgaris masih dapat memberikan efek pada pasien berupa
kurangnya kepercayaan diri, depresi, terjejasnya interaksi sosial, dan juga
perasaan malu akan keterampilannya. Menurut penelitian, dampak psikologis
mempengaruhi pasien wanita lebih dari pasien laki-laki. Bahkan keinginan bunuh
Bagi beberapa orang, akne vulgaris dapat mempengaruhi keputusan
sehari-hari. Seorang anak remaja mungkin menolak undangan untuk pergi berenang deng
an teman-teman karena merasa malu disebabkan akne vulgaris pada punggungnya.
Mengikut pelbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak akne
vulgaris terhadap kualitas hidup, depresi dan ansietas lebih sering dijumpai
pada pasien akne vulgaris berbanding populasi umum (Palmer, 2010) Turut
didapati akne vulgaris tidak selalu berhubungan dengan derajat keparahan
sebagaimana yang dianggap oleh orang umum. Menurut penelitian Kokandi, tidak
terdapat korelasi antara derajat keparahan dan kualitas hidup pasien akne vulgaris.
Pasien akne vulgaris ringan mengalami depresi dan ansietas yang sama dengan
pasien akne vulgaris berat. (Graham dkk, 2005)
Akne vulgaris turut mempengaruhi pekerjaan pasien karena lesi-lesi yang
dianggap disfigurasi mengakibatkan kekhawatiran tinggi pada
pasien tentang dinilai dan diterima oleh orang lain. Ini menyebabkan kurangnya
kepercayaan diri dan masalah untuk berinteraksi secara sosial dan mempengaruhi
efisiensi di tempat kerja. Sebuah studi di Inggeris telah menunjukkan bahwa
mereka dengan akne vulgaris lebih mungkin menganggur daripada mereka
yang tidak menderita akne vulgaris. Tidak terjelasnya apakah temuan
ini disebabkan penurunan
nilai psikososial pasien atau respon negatif daripada majikan untuk mereka yang
terkena akne vulgaris. (
Kualitas hidup penderita akne vulgaris tidak dapat ditentukan hanya dengan
menilai derajat keparahan akne karena dengan evaluasi secara objektif, tidak
terjelasnya sehingga sampai manakah terjejasnya kualitas pasien akne vulgaris.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai kualitas hidup pada pasien akne
vulgaris.
J. K. L. Tan, 2004)
1.2Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana kualitas hidup pada tingkat
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil kualitas hidup pasien akne vulgaris menggunakan
Cardiff Acne Disability Index (CADI) dan Dermatology Life Quality
Index(DLQI).
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menentukan prevalensi berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur,
jenis pekerjaan, derajat pendidikan, status pernikahan dan lama menderita
pasien akne vulgaris.
2. Untuk menentukan derajat akne vulgaris pada pasien.
3. Untuk menentukan derajat gangguan kualitas hidup pada pasien akne
vulgaris berdasarkan skor CADI dan DLQI.
4. Untuk menentukan hubungan kualitas hidup berdasarkan kelompok umur,
jenis pekerjaan, derajat pendidikan, lama menderita dan derajat akne
vulgaris pada pasien akne vulgaris.
5. Untuk menentukan perbandingan kualitas hidup pada pasien akne vulgaris
berdasarkan skor DLQI dan CADI .
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti berikut:
1. Terapi yang berhasil dapat meningkatkan kualitas hidup pasien akne
vulgaris.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pandangan dan pertimbangan
dampak akne vulgaris terhadap pasien.
3. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para petugas
di rumah sakit supaya kualitas hidup pasien akne vulgaris turut
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
AKNE VULGARIS
2.1 Definisi Akne Vulgaris
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis
akne vulgaris biasanya polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa
komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut akibat kelainan aktif yang telah
mengubah baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik.
(O’Donoghue, 2003; Zaenglein dkk, 2008; Wasitaatmadja, 2007; ).
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia, akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum terjadi
sekitar 85 hingga 100 persen selama hidup seseorang. Karena hampir setiap orang
pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang
timbul secara fisiologis. Umumnya insidens terjadinya akne vulgaris sekitar umur
14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang
predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Akne
vulgaris tidak hanya terbatas pada kalangan remaja saja. Akne dapat menetap
sampai dekade umur 30-an atau bahkan lebih. (Wasitaatmdaja, 2007). 12% pada
wanita dan 5% pada pria diusia 25 tahun memiliki acne. Bahkan pada usia 45
tahun, 5% pria dan wanita memiliki acne (Fulton, 2009). Meskipun pada pria
umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui
bahawa justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria
2.3 Etiopatogenesis
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada
berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit:
a) Hiperkeratinisasi folikel dan duktus pilosebasea.
Kelenjar sebasea terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di
telapak tangan dan kaki. Kelenjar sebasea biasanya terdapat di samping
akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut(folikel
rambut). Keratinisasi yang abnormal berupa hiperkeratinisasi dan
hiperproliferasi dari sel-sel pada daerah infundibulum, mengakibatkan
terjadinya penyumbatan saluran pilosebasea oleh keratin, bakteri dan
sebum yang mengeras. Ini memicu kepada dilatasi infundibulum yang
menyebabkan terjadinya pembentukan mikrokomedo. Terdapat beberapa
stimuli yang diduga berperan dalam perangsangan hiperkeratinisasi yaitu
sekresi androgen, penurunan asam linoleik dan peningkatan interleukin-1α
dalam respon inflammasi. Penurunan asam linoleik meningkatkan
deskuamasi sel-sel epitel folikel yang mengakibatkan penyumbatan.
(Zaenglein dkk, 2008; O’Donoghue, 2003)
b) Produksi sebum yang meningkat
Sebum merupakan sekresi kelenjar sebasea yang mengandung trigliserida,
asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Produksi sebum dipengaruhi oleh sekresi androgen. Aktivitas enzim 5 α-reduktase yang terdapat dalam androgen berperan dalam konversi testosteron kepada
dihydrotestosteron(DHT) adalah paling tinggi pada daerah predileksi akne
vulgaris, seperti muka, bahu, dan bagian ekstremitas atas. DHT
menstimulasi sel-sel kelenjar sebasea untuk mensekresi sebum. Produksi
sebum yang berlebihan menyebabkan terjadinya penyumbatan pada
kelenjar sebasea dan membentuk mikrokomedo. (Zaenglein dkk, 2008)
c) Profilerasi bakteri propionibacterium acnes (P.acnes)
P.acnes merupakan bakteri anaerob gram positif yang terdapat dalam kelenjar sebasea. Kandungan trigliserida dalam sebum menyediakan
persekitaran yang optimal untuk profilerasi P.acnes yang mengandung
lemak bebas komodogenik. Gliserol merupakan nutrien utama P.acnes dan asam lemak bebas dapat merangsang pembentukan mikrokomedo. Jumlah
P.acnes adalah lebih tinggi pada remaja yang menderita akne vulgaris berbanding remaja yang tidak menderita.(Tahir, 2010)
d) Proses inflammasi dan respons imun
Pembentukan mikrokomedo karena produksi sebum yang berlebihan
menyebabkan terjadinya distensi yang mengakibatkan ruptur dinding
folikel. Hasil ruptur folikel akan menyelubungi permukaan dermis kulit
dan menginduksi respon inflammasi oleh neutrofil limfosit CD4+. P.acnes
turut berperan dalam proses inflammasi. Dinding sel P.acnes mengandung
antigen karbohidrat yang merangsang sistem komplemen dengan
menstimulasi penghasilan antibodi. P.acnes akan menarik leukosit
polimorfonuklear ke folikel dan neutrofil akan memfagositosis bakteri
dengan mensekresi enzim hidrolitik. Enzim hidrolitik yang disekresi dapat
menjejaskan struktur dinding folikel sehingga terjadinya ruptur yang
memicu respon inflammasi. Kombinasi enzim hidrolitik neutrofil, enzim
P.acnes, keratin dan sebum dalam kelenjar sebasea merangsang sekresi mediator inflammasi dan akumulasi limfosit T-helper, neutrofil, dan
foreign body giant cells yang memicu kepada pembentukan lesi inflamatori papul, pustul dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008; Tahir, 2010 )
e) Terjadinya stres psikik yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik
secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis.
f) Faktor lain: usia, ras, familial, makanan, kosmetik, cuaca/musim yang
secara tidak langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis akne
vulgaris. ( Fleischer JR dkk, 2000; Wasitaatmadja, 2007)
2.4 Gejala Klinis
Daerah predileksi akne vulgaris adalah seperti di muka, bahu, bagian atas dari
ekstremitas superior, dada, dan punggung. (Harahap, 2000). Dapat disertai rasa
gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetis. Akne vulgaris
parut. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne vulgaris berupa papul
miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum.( Wasitaatmadja, 2007)
Tabel 2.1: Bentuk lesi akne (Fleischer Jr, 2000; Wasitaatmadja, 2007; Harper J.C,
2003; Lubis, 2008)
Bentuk lesi Gambaran klinis
Komedo
terbuka(Blackhead
komedo)
Dijumpai lesi bewarna hitam yang berdiameter 0.1-3.0
mm. Biasanya berkembang dalam waktu beberapa minggu.
Puncak komedo bewarna hitam akibat terdapat pengaruh
melanin.
Komedo tertutup(
Whitehead komedo)
Lesinya kecil dan jelas berdiameter 0.1-3.0 mm. Lesi ini
mengalami perbaikan dalam waktu 3-4 hari sebanyak 25%
dan akan berkembang menjadi lesi inflammasi sebanyak
75%.
Papula 50% papula berasal dari mikrokomedo dimana 25%
berasal dari komedo tertutup dan 25% lagi berasal dari
komedo terbuka. Ada 2 tipe papula yaitu yang aktif dan
tidak aktif. Yang tidak aktif, kurang merah dan lebih kecil
dari yang aktif, berdiameter 4 mm.
Pustula Letak pustula dalam atau superficial. Pustula lebih jarang
dijumpai dibandingkan papula dan pustula dalam yang
sering di jumpai pada akne vulgaris yang berat. Pustula
terbentuk dari papula atau nodul yang mengalami
peradangan dan dapat bertahan selama 7 hari atau lebih.
Nodul Letaknya lebih dalam dan dapat bertahan selama 8 minggu
dan kemudian mengecil. Tetapi, tidak semua nodul yang
menghilang, sebahagian akan menjadi parut.
Kista Kista jarang terjadi, bila terbentuk diameter mencapai
akan didapati material kental berupa krem bewarna kuning.
Lesi dapat menyatu menyebabkan terjadinya nekrosis dan
peradangan granulomatous, keadaan ini disebut akne
konglobata.
Parut Sering disebabkan lesi nodulokistik yang mengalami
peradangan berat. Parut dapat dibagi atas 2 bentuk yaitu:
a) Hipertropi, terjadi karena pembentukan jaringan
ikat yang berlebihan, contoh:hipertropi dan keloid
b) Hipotropi, terjadi oleh karena pembentukan
jaringan ikat yang berkurang, contoh: ice-pick scar
dan atropic scar.
2.5 Gradasi
Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan
pengobatan. Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris yang
dikemukakan. (Wasitaatmadja, 2007)
Tabel 2.2: Gradasi akne vulgaris menurut Pillsbury (1963)
Gradasi Gambaran Klinis
I Komedo di muka
II Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di
muka.
III Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di
muka, dada, punggung.
Tabel 2.3: Gradasi akne vulgaris menurut Frank (1970)
Gradasi Gambaran klinis
I Akne komodonal non-inflamatoar
II Akne komedonal inflamatoar
III Akne papular
IV Akne papulopustular
V Akne agak berat
VI Akne berat
VII Akne nodulokistik/konglobata
Tabel 2.4: Gradasi akne vulgaris menurut Plewig dan Kligman (1975)
Gradasi Gambaran klinis
I Komedonal yang terdiri atas 4 gradasi :
a. bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka,
b. bila ada 10 sampai 24 komedo,
c. bila ada 25 sampai 50 komedo,
d. bila ada lebih dari 50 komedo.
II Papulopustula yang terdiri atas 4 gradasi yaitu :
a. bila ada kurang dari 10 lesi papulopustula dari satu sisi muka,
b. bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustula,
d. bila ada lebih dari 30 lesi papulopustula.
III Terdapat konglobata
Tabel 2.5: Gradasi akne vulgaris menurut Wasitaatmadja, FKUI(1982)
Gradasi Gambaran klinis
Ringan -beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi
-sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi
-sedikit lesi beradang pada 1 predileksi
Sedang -banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi
-beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
-beberapa lesi beradang pada 1 predileksi
-sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi
Berat -banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
-banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi
Catatan: sedikit bila lesi <5, beberapa 5 -10, banyak >10 lesi
Tak beradang bila terdapat komedo putih, komedo hitam,papul
Beradang bila terdapat pustule,nodul,dan kista
Pencitraan diri terdiri daripada gambaran masyarakat dan pengertian
seseorang tentang diri mereka sendiri, kemampuan penampilan serta interaksi mereka
dengan sekitar. Citra diri merupakan penunjuk derajat kepuasan yang dialami oleh
seseorang dalam melakukan aktivitas seharian dan mempengaruhi penilaian kualitas
kehidupan. Menurut Gill dan Feinstein, kualitas hidup pasien merupakan respon
pasien terhadap kondisi kesehatan mereka dan aspek non-medis kehidupan yang
meliputi faktor-faktor seperti pekerjaan, kesejahteraan fisik dan emosional, effisiensi
dan interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penelitian-penelitian
yang telah dijalankan, sebagian besar peneliti sepakat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup harus dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
secara obyektif dan subyektif. Faktor subyektif merupakan pendapat subyektif pribadi
pasien yang meliputi penilaian diri terhadap kondisi fisik mereka (misalnya effisiensi
mereka dalam kehidupan sehari-hari), mental (keyakinan diri, depresi dan
malu),
Penyakit kulit seperti akne vulgaris merupakan salah satu faktor yang dapat
menganggu pencitraan diri seseorang karena dapat mengubah penampilan fisik pasien
dan menimbulkan reaksi psikologis berupa
sosioekonomi(jenis pekerjaan dan pendapatan) serta interaksi dengan orang
lain. Faktor obyektif merujuk kepada diagnosa pasien secara medis atau psikologis
dan hasil pemeriksaan laboratorium.
kurangya keyakinan diri, perasaan malu,
marah dan depresi. Kesejahteraan secara fisik, emosional dan mental bergantung
kepada pendapat subyektif pasien berhubungan dengan nilai diri dan keyakinan diri
mereka. Jika seorang pasien mulai berpikir bahwa dia telah menjadi tidak
berharga dan kurang berharga daripada orang lain karena
sakit, ia akan mengembangkan citra diri yang negatif. Dengan demikian, akne
vulgaris sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan
menganggu kondisi mental pasien, penerimaan diri, kemampuan
untuk berfungsi secara sosial, dan kemampuan beradaptasi. (A. Potocka dkk, 2009;
Gambaran 2.1 : Dampak akne vulgaris pada kualitas hidup pasien
2.7 Pengukuran kualitas hidup pasien akne vulgaris
Kualitas hidup umumnya diukur dengan menggunakan kuesioner yang
telah divalidasi. Beberapa instrumen telah didesain untuk digunakan pada berbagai
penyakit, khas untuk gangguan kulit atau memfokus pada satu penyakit tertentu
seperti akne vulgaris. Kuesioner “Short Form-36 (SF-36)” dan kuesioner kesehatan
secara umum digunakan untuk menilai berbagai penyakit.
Ini dapat digunakan untuk membandingkan dampak penyakit kulit dengan penyakit ya
ng mempengaruhi sistem lain. Dermatology Life Quality Index (DLQI)
adalah indikator yang lebih sensitif terhadap hubungan penyakit kulit pada kualitas
hidup dan dapat digunakan untuk membandingkan satu penyakit kulit dengan
penyakit kulit yang lain.
DLQI dikembangkan pada tahun 1994 dan merupakan instrumen pertama yang
digunakan untuk mengukur hubungan penyakit kulit dengan kualitas hidup pasien.
Kuesioner DLQI mengandung 10 pertanyaan sederhana yang telah divalidasi dan
dapat digunakan pada 33 kondisi kulit yang berbeda. DLQI merupakan
instrumen yang paling sering digunakan dalam penelitian jenis terkontrol karena Kesehatan mental
Hubungan dengan lingkungan dan interaksi sosial Pencitraan diri
Penyakit kulit: Akne vulgaris
Kesehatan fisik
Kualitas hidup pasien
validitas dan reliabilitasnya baik serta cara penilaiannya sederhana. DLQI menilai
kualitas hidup pasien dewasa, yaitu berumur 16 tahun dan ke atas dalam 6 kategori,
yaitu: penilaian subyektif pasien terhadap gejala klinis, aktivitas sehari-hari, aktivitas
sosial, pekerjaan atau pendidikan, hubungan pasien sesama teman dan ahli keluarga
serta terapi yang diikuti. Semakin tinggi skor, semakin
terganggu kualitas hidup
(Finlay AY, Khan GK, 1994) pasien.
Instrumen spesifik terhadap akne vulgaris termasuk “Acne Disability Index (ADI)”
dan “Cardiff Acne Disability Index (CADI)”. CADI(Motley dan Finlay, 1992)
merupakan kueosiner yang mengandung 5 soalan yang telah diringkaskan dari ADI
(Motley dan Finlay, 1989). CADI didesain untuk digunakan pada remaja dan
dewasa muda yang menderita akne vulgaris. CADI adalah kuesioner yang
mengandung 5 soalan yang menilai respons emosional, interaksi sosial, aktivitas
seharian dan pandangan subyektif pasien mengenai akne vulgaris yang dideritai.
Skor jawaban setiap pertanyaan adalah dari skala 0-3. Semakin tinggi skor, semakin
terganggu kualitas hidup pasien.
Mengukur hubungan akne vulgaris terhadap kualitas hidup dapat membantu seorang
dokter yang bertanggungjawab dalam pengobatan pasien akne
vulgaris untuk memahami penyakit dari persepsi pasien. Dalam
penelitian klinis, obat-obatan baru semakin sering dievaluasi menurut dampak
terapi terhadap kualitas hidup. Dalam
praktek klinis, memahami bagaimana hidup pasien dipengaruhi oleh akne
vulgaris dapat membantu dalam menentukan pengobatan yang paling tepat dan
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep tentang kualitas hidup pada
pasien akne vulgaris diuraikan seperti berikut:
Gambaran 3.1: Kerangka hubungan akne vulgaris dan kualitas hidup pasien akne
vulgaris
3.2Definisi Operasional
Variabel independen:
Akne vulgaris
Variabel dependen:
Kualitas hidup pasien akne
l i
Variabel independen:
Akne vulgaris
Variabel moderator:
1. Usia
2. Jenis pekerjaan
3. Derajat pendidikan
4. Lama menderita
5. Tingkat keparahan akne
Gambaran 3.2: Definisi operasional penelitian kualitas hidup pada pasien akne
vulgaris
Cara pengukuran adalah melalui wawancara dan penilaian klinis. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner.
Variabel dependen:
Kualitas hidup pasien akne
Dermatology Life Quality Index(DLQI):
• Penilaian subyektif
terhadap gejala klinis
• aktivitas sehari-hari
• aktivitas sosial
• pekerjaan atau
pendidikan, hubungan pasien sesama teman dan ahli keluarga
• terapi
Cardiff Acne Disability Index(CADI):
• respons emosional
• interaksi sosial
• aktivitas sehari-hari
• pandangan subyektif
1) Akne vulgaris adalah kondisi subyek penelitian yang mengalami
peradangan menahun folikel pilosebasea yang terdiri atas berbagai
kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan
parut yang terjadi akibat kelainan aktif yang telah mengubah baik
jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik.
2) Usia adalah usia subjek saat pengambilan sampel dilakukan dan
dihitung dari tanggal lahir subjek. Pada saat perhitungan akan
dilakukan pembulatan usia, lebih dari 6 bulan akan dibulatkan keatas
dan bila kurang dari 6 bulan akan dibulatkan ke bawah. Skala ukur
umur pasien adalah skala ratio.
3) Jenis pekerjaan terdiri daripada kategori pelajar, mahasiswa, ibu rumah
tangga dan pegawai. Skala ukur pekerjaan adalah skala nominal.
4) Derajat pendidikan mencakup tingkat SMA, mahasiswa dan S1. Skala
ukur adalah skala ordinal.
5) Status pernikahan dinyatakan sebagai belum menikah atau menikah.
Skala pengukuran menggunakan skala nominal.
6) Lama menderita dalam penelitian ini adalah lama sakit sebelumnya
yang dinyatakan dalam dua kategori, yaitu <1 tahun dan >1 tahun.
Skala pengukuran menggunakan skala rasio.
7) Derajat keparahan akne vulgaris pada pasien dinilai oleh dokter kulit
dan kelamin mengikut gradasi akne vulgaris Wasitaatmadja,
FKUI(1982) yaitu derajat ringan, sedang dan berat. Diukur
8) Kualitas hidup merupakan derajat kepuasan yang dialami oleh
seseorang dalam melakukan akitivitas seharian. Kuesioner yang
digunakan untuk menilai kualitas hidup pada pasien akne vulgaris
adalah:
a. Dermatology Life Quality Index (DLQI)
DLQI terdiri daripada 10 pertanyaan seperti berikut:
1. Selama seminggu yang ini, seberapa banyak rasa gatal, sakit, nyeri
atau mengganggu pada kulit anda?
2. Selama seminggu yang ini, seberapa banyak mana anda berasa malu
atau tidak yakin dengan diri sendiri karena kulit anda?
3. Selama seminggu yang ini, seberapa banyak kulit anda mengganggu
anda pergi berbelanja atau menjaga rumah atau kebun anda?
4. Selama seminggu yang ini, seberapa banyak kulit anda mempengaruhi
cara anda berpakaian?
5. Selama seminggu yang ini, seberapa banyak pengaruh kulit anda
terhadap aktivitas sosial atau waktu luang anda?
6. Selama seminggu yang ini, seberapa banyak kulit anda menyukarkan
anda melakukan olahraga?
7. Selama seminggu yang ini, apakah kulit anda membuat anda tidak
mau bekerja atau belajar?
Jika “Tidak”, selama seminggu yang ini, seberapa banyak kulit anda
menimbulkan masalah di tempat kerja atau ditempat belajar ?
8. Selama seminggu yang ini, seberapa banyak kulit anda telah
menimbulkan masalah terhadap hubungan anda dengan pasangan anda
atau beberapa teman dekat atau saudara anda?
9. Selama seminggu yang ini, seberapa banyak kulit anda menyebabkan
kesukaran seksual?
10. Selama seminggu yang ini, seberapa banyak rawatan untuk kulit anda
menjadi masalah kepada anda, misalnya dengan membuat rumah anda
Skor setiap pertanyaan dinilai seperti berikut:
Tabel 3.3: Skor DLQI
Skor Respons
Sangat banyak 3
2 Banyak
1 Sedikit
Sama sekali tidak 0
Tidak relevan 0
0 Pertanyaan yang tidak
terjawab
DLQI dihitung dengan menjumlahkan skor setiap pertanyaan dan nilai
maksimalnya adalah 30 dan minimum 0. Untuk menentukan derajat
terganggunya kualitas hidup:
Tidak sama sekali terganggu=0-1
Sedikit terganggu=2-5
Terganggu =6-10
Banyak terganggu=11-20
Sangat Terganggu=21-30
CADI terdiri daripada 5 pertanyaan dengan
1. Selama sebulan ini, apakah anda menjadi marah
sehingga mau menyakiti diri atau orang lain, tidak
puas hati atau malu karena jerawat?
skoring setiap jawaban
adalah antara skala 0 -3. Pertanyaan adalah seperti berikut:
2. Apakah anda berpikir bahwa mengalami jerawat
selama sebulan ini mengganggu kehidupan sosial
sehari-hari anda, kegiatan sosial atau hubungan
dengan anggota dari lawan jenis?
3. Selama sebulan ini, apakah anda telah menghindari
mengganti pakaian di fasilitas umum atau
mengenakan baju renang karena jerawat anda?
4. Bagaimana anda akan menjelaskan perasaan anda
mengenai tampilan kulit anda selama sebulan ini?
5. Silakan menandakan bahwa seberapa buruk anda
memikirkan jerawat anda sekarang:
Untuk menentukan derajat terganggunya kualitas hidup:
Tidak sama sekali terganggu=0
Sedikit terganggu= 1-2
Terganggu = 3-5
Banyak terganggu=6-10
Sangat Terganggu=11-15
Terdapat hubungan antara akne vulgaris dan kualitas hidup pasien.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross
sectional. Hubungan antara variabel yaitu antara akne vulgaris dan kualitas hidup
pasien ditentukan berdasarkan data yang telah dikumpul dari hasil kuesioner.
Pengukuran dilakukan hanya satu kali menurut keadaan atau status pasien pada waktu
observasi serta tidak ada tidak lanjut atau follow up.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan pada bulan September – Oktober 2011.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Klinik Dermatologi Dr.Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K),
JL.D.I.Panjaitan No.153 A, Medan.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat luar akne vulgaris Klinik
Dermatologi Dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K).
4.3.2. Sampel
Ukuran sampel ditentukan dengan metode total sampling. Populasi penelitian
digunakan sebagai sampel karena populasi penelitian adalah kurang daripada 100 .
Sampel diambil dari semua pasien rawat luar akne vulgaris yang memenuhi kriteria
•
1. Kriteria inklusi
•
Pasien yang menderita akne vulgaris.
•
Berumur 16 tahun dan ke atas.
Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
2. Kriteria esklusi
.
• Pasien yang menderita penyakit berat lain selain dari akne vulgaris
seperti
•
diabetes melitus, epilepsi, asma dan penyakit kulit yang lain.
•
Wanita sedang hamil atau menyusui.
•
Memakai alat kontrasepsi.
Mendapat terapi obat hormonal dan antibiotik.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Semua subyek
yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian.
Responden pada penelitian diwawancara oleh seorang pewancara, yaitu mahasiswa
FK USU stambuk 2008 dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan
informasi yang berhubungan dengan kualitas hidup. Pada saat yang sama, dilakukan
penilaian klinis untuk mendiagnosa derajat keparahan akne vulgaris.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data diperoleh melalui jawaban responden dalam kuesioner. Setiap ketidak lengkapan
informasi diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang
lengkap kemudian dibersihkan dan dimasukkan ke dalam
komputer. Analisa statistik diolah dengan menggunakan korelasi Spearman di SPSS
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan kualitas hidup
pada pasien akne vulgaris. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai September sampai
dengan Oktober 2011 di Klinik Dermatologi Dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K)
dengan jumlah pasien rawat luar akne vulgaris 60 pasien.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Dermatologi Dr.Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K),
JL.D.I.Panjaitan No.153 A, Medan.
5.1.2. Karakteristik Responden
Penelitian ini berdasarkan karakteristik pasien mencakup jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan, durasi menderita dan gradasi akne vulgaris. Secara rinci dapat
dilihat sebagai berikut:
Karakteristik Jumlah
Frekuensi (n) %
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 16.7
Perempuan 50 83.3
Total 60 100.0
Dari tabel 5.1.1, dapat diketahui bahwa dari 60 pasien, 50 pasien (83.3%) adalah
perempuan dan 10 pasien (16.7%) adalah laki-laki.
Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kelompok Usia Pasien Akne Vulgaris
Karakteristik Jumlah
Frekuensi (n) %
Kelompok Usia
18-28 50 83.3
29-38 7 11.7
39-48 3 5.0
Total 60 100.0
Kelompok terbesar pasien akne vulgaris berada dalam kelompok usia 18-28 tahun,
yaitu 50 orang (83.3%) dan kelompok terkecil pasien akne vulgaris adalah dari
Tabel 5.1.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pendidikan Pasien Akne Vulgaris.
Karakteristik Jumlah
Frekuensi (n) %
Pendidikan
SMA 7 11.7
Mahasiswa 30 50.0
S1 23 38.3
Total 60 100.0
Pendidikan kebanyakan pasien adalah pada tingkat mahasiswa sebanyak 30 pasien
(50%), diikuti oleh S1 yaitu 23 pasien (38.3%) dan pendidikan SMA yaitu 7 pasien
(11.7%).
Tabel 5.1.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Status Pernikahan Pasien Akne Vulgaris
Karakteristik Jumlah
Frekuensi (n) %
Status
Belum Menikah 42 70.0
Menikah 18 30.0
Dari tabel 5.1.4, diketahui 42 pasien (70.0%) belum menikah dan 18 pasien (30.0%)
menikah.
Tabel 5.1.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pekerjaan Pasien Akne Vulgaris
Karakteristik Jumlah
Frekuensi (n) %
Pekerjaan
Pelajar 2 3.3
Mahasiswa 29 48.3
Pegawai 20 33.3
Ibu Rumah Tangga 9 15.0
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel 5.1.5, tingkat pekerjaan kebanyakan pasien, yaitu 29 pasien
(48.3%) merupakan mahasiswa dan pekerjaan paling sedikit pasien merupakan
pelajar, yaitu 2 pasien (3.3%).
Tabel 5.1.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Durasi Menderita Pasien Akne Vulgaris.
Frekuensi (n) %
Durasi
< 1 tahun 14 23.3
> 1 tahun 46 76.7
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel 5.1.6, distribusi pasien yang menderita akne vulgaris <1 tahun
adalah 14 pasien (23.3%) dan >1 tahun adalah 46 pasien (76.7%).
Tabel 5.1.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Gradasi Pasien Akne Vulgaris
Karakteristik Jumlah
Frekuensi (n) %
Gradasi
Ringan 33 55.0
Sedang 17 28.3
Berat 10 16.7
Total 60 100.0
Ditemukan dalam penelitian, 33 pasien(55.0%) menderita akne vulgaris derajat
ringan, 17 pasien (28.3%) derajat sedang dan 10 pasien (16.7%) derajat berat.
5.1.3. Kualitas Hidup
Hasil penelitian menggunakan dua kuesioner. Kuesioner Indeks Kualitas Kehidupan
rata-rata derajat terganggunya kualitas hidup yang didapatkan adalah 10,62 (derajat
banyak terganggu) dengan standard deviasi 5,327. Memiliki beberapa modus dengan
10 sebagai nilai terkecil dan median pada skor 10.00. Data dapat dilihat pada
lampiran.
Diketahui dengan menggunakan kuesioner Indeks Disabilitas Akne Cardiff (CADI),
rata-rata derajat terganggunya kualitas hidup yang didapatkan adalah 6.97(derajat
banyak terganggu) dengan standard deviasi 2.858. Modus yang dihitung adalah skor 8
dan median pada skor 7.00. Data dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi, Persentasi dan Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris berdasarkan DLQI dan CADI
Kualitas Hidup Frekuensi (n) Persentasi (%)
DLQI CADI DLQI CADI
Tidak sama sekali
terganggu
0 0 0.0 0.0
Sedikit terganggu 12 3 20.0 5.0
Terganggu secara
sedang
19 19 31.7 31.7
Banyak terganggu 27 31 45.0 51.7
Sangat terganggu 2 7 3.3 11.7
Total 60 60 100.0 100.0
Dari tabel 5.2, didapati di kuesioner DLQI, kualitas hidup 12 pasien (20.0%) sedikit
terganggu, 19 pasien (31.7%) terganggu secara sedang, 27 pasien (45.0%) banyak
Berdasarkan kuesioner CADI, kualitas hidup 3 pasien (5.0%) sedikit terganggu, 19
pasien (31.7%) terganggu secara sedang, 31 pasien (51.7%) banyak terganggu dan 7
pasien (11.7%) sangat terganggu.
Dari tabel 5.2, dengan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= 0.648 dengan
nilai p=0.000(p<0.1), maka kedua kuesioner berkorelasi dengan cukup kuat secara
signifikan dalam menentukan skor kualitas hidup pasien akne vulgaris.
5.1.4. Hubungan Usia Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris
Tabel 5.3.1 Hubungan Usia Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI
Usia DLQI Total
Dari tabel 5.3.1, diketahui bahwa dari 60 pasien, 50 pasien adalah dari kelompok usia
18-28 tahun. Derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien, yaitu 25 pasien
pada kelompok usia 18-28 tahun adalah dalam tingkat banyak. Ini diikuti oleh
yaitu 4 pasien adalah dalam tingkat terganggu secara sedang. Terdapat sejumlah 3
pasien dari kelompok usia 39-48 tahun dan derajat terganggunya kualitas hidup 2
pasien adalah dalam tingkat banyak.
Dengan hasil perhitungan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= - 0.263
dengan nilai p=0.043 (p<0.1). Ditemukan terdapat hubungan korelasi negatif yang
yang signifikan antara kelompok usia dan kualitas hidup pasien akne vulgaris
berdasarkan kuesioner DLQI. Ini berarti, makin muda usia, makin terganggunya
kualitas hidup.
Tabel 5.3.2 Hubungan Usia Pasien Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner CADI
Usia CADI Total
Dari tabel 5.3.2, diketahui bahwa dari 60 pasien, 50 pasien adalah dari kelompok usia
18-28 tahun. Derajat terganggunya kualitas hidup pada kebanyakan pasien pada
kelompok usia 18-28 tahun, yaitu 27 pasien adalah dalam tingkat banyak. Ini diikuti
oleh kelompok usia 29-38 tahun. Derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan
sejumlah 3 pasien dari kelompok usia 39-48 tahun dan derajat terganggunya kualitas
hidup 2 pasien adalah dalam tingkat banyak.
Dengan hasil perhitungan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= - 0.232
dengan nilai p=0.074 (p<0.1). Ditemukan terdapat hubungan korelasi negatif yang
signifikan antara kelompok usia dan kualitas hidup pasien akne vulgaris berdasarkan
kuesioner CADI. Ini berarti, makin muda usia, makin terganggunya kualitas hidup.
5.1.5. Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris
Tabel 5.4.1 Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI
Pendidikan
Dari tabel 5.4.1, derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien pada
pendidikan SMA, yaitu pada sejumlah 3 pasien dari 7 pasien, adalah dalam tingkat
terganggu secara sedang. Derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien
tingkat pendidikannya mahasiswa, yaitu pada sejumlah 18 pasien dari 30 pasien,
kebanyakan pasien, yaitu pada sejumlah 19 pasien dari 23 pasien adalah dalam tingkat
terganggu secara sedang.
Dengan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= - 0.076 dengan nilai p=0.564
(p>0.1), maka tidak ada hubungan antara pendidikan dan kualitas hidup pasien akne
vulgaris pada kuesioner DLQI.
Tabel 5.4.2 Hubungan Pendidikan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner CADI
Pendidikan CADI Total
Tidak sama
sekali
terganggu
Sedikit
terganggu
Terganggu
secara
sedang
Banyak
terganggu
Sangat
terganggu
SMA 0 0 4 3 0 7
Mahasiswa 0 1 8 17 4 30
S1 0 2 7 11 3 23
Total 0 3 19 31 7 60
Dari tabel 5.4.2, derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien pada
pendidikan SMA, yaitu pada sejumlah 4 pasien dari 7 pasien, adalah dalam tingkat
terganggu secara sedang. Derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien
adalah dalam tingkat banyak dan pada S1, derajat terganggunya kualitas hidup
kebanyakan pasien, yaitu pada sejumlah 11 pasien dari 23 pasien adalah dalam tingkat
banyak.
Dengan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= 0.028 dengan nilai p= 0.832
(p>0.1), maka tidak ada hubungan antara pendidikan dan kualitas hidup pasien akne
vulgaris pada kuesioner CADI.
5.1.6. Hubungan Pekerjaan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris
Tabel 5.5.1 Hubungan Pekerjaan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI
Pekerjaan DLQI Total
Tidak sama
Dari tabel 5.5.1, kebanyakan pasien adalah mahasiswa, yaitu sejumlah 29 pasien dari
pada 16 pasien adalah dalam tingkat banyak. Diikuti derajat terganggunya kualitas
hidup kebanyakan pegawai, adalah dalam tingkat terganggu secara sedang dan
banyak, dengan 7 pasien pada kedua tingkat. Pasien paling sedikit adalah pelajar yaitu
2 pasien dengan derajat terganggunya kualitas hidup adalah dalam tingkat terganggu
secara sedang.
Dengan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= - 0.109 dengan nilai p=
0.409 (p>0.1), maka tidak ada hubungan antara pekerjaan dan kualitas hidup pasien
akne vulgaris pada kuesioner DLQI.
Tabel 5.5.2 Hubungan Pekerjaan Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner CADI
Pekerjaan CADI Total
Tidak
Dari tabel 5.5.2, kebanyakan pasien adalah mahasiswa, yaitu 29 pasien. Derajat
tingkat banyak. Diikuti derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan pegawai,
adalah dalam tingkat terganggu secara sedang, yaitu 9 pasien. Pasien yang sedikit
adalah pelajar, yaitu 2 pasien dimana derajat terganggunya kualitas hidup seorang
pelajar adalah dalam tingkat terganggu secara sedang dan pelajar yang lain dalam
tingkat banyak.
Dengan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= - 0.042 dengan nilai p=
0.748 (p>0.1), maka tidak ada hubungan antara pekerjaan dan kualitas hidup pasien
akne vulgaris pada kuesioner CADI.
5.1.7. Hubungan Durasi terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris
Tabel 5.6.1 Hubungan Durasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI
Durasi DLQI Total
Dari tabel 5.6.1, diketahui kebanyakan pasien, yaitu 46 pasien dari 60 pasien
menderita akne vulgaris >1 tahun. Derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan
pasien yang menderita akne vulgaris >1 tahun, yaitu 20 pasien adalah dalam tingkat
terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien yang menderita <1 tahun, yaitu 7
pasien) adalah dalam tingkat banyak.
Dengan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= 0.049 dengan nilai p=0.711
(p>0.1) maka tidak ada hubungan antara durasi dan kualitas hidup pasien akne
vulgaris berdasarkan kuesioner DLQI.
Tabel 5.6.2 Hubungan Durasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner CADI
Durasi CADI Total
Dari tabel 5.6.2, diketahui kebanyakan pasien, yaitu 46 pasien dari 60 pasien
menderita akne vulgaris >1 tahun. Dari 46 pasien yang menderita akne vulgaris >1
tahun, derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien menderita akne
vulgaris >1 tahun, yaitu 23 pasien adalah dalam tingkat banyak. Terdapat 14 pasien
yang menderita akne vulgaris <1 tahun. Derajat terganggunya kualitas hidup
kebanyakan pasien yang menderita <1 tahun, yaitu 8 pasien adalah dalam tingkat
Dari tabel 5.6.2, dengan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= -0.107
dengan nilai p=0.414 (p>0.1) maka tidak ada hubungan korelasi antara durasi dan
kualitas hidup pasien akne vulgaris berdasarkan kuesioner CADI.
5.1.8. Hubungan Gradasi terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris
Tabel 5.7.1 Hubungan Gradasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner DLQI
Gradasi DLQI Total
Dari tabel 5.7.1, diketahui kebanyakan pasien, yaitu 33 pasien dari 60 pasien adalah
pasien akne vulgaris derajat ringan. Derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan
pasien derajat ringan, yaitu 18 pasien adalah dalam tingkat banyak. Derajat
terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien derajat sedang, yaitu 6 pasien adalah
dalam tingkat terganggu secara sedang dan derajat terganggunya kualitas hidup
kebanyakan pasien derajat berat, yaitu 4 pasien adalah dalam tingkat sedikit.
Dari tabel 5.7.1, dengan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= -0.137
dengan nilai p=0.296 (p>0.1), maka tidak ada hubungan korelasi antara gradasi dan
Tabel 5.7.2 Hubungan Gradasi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kuesioner CADI
Gradasi CADI Total
Dari tabel 5.7.2, diketahui kebanayakan pasien, yaitu 33 pasien dari 60 pasien adalah
pasien akne vulgaris derajat ringan. Derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan
pasien derajat ringan, yaitu 16 pasien adalah dalam tingkat banyak. Derajat
terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien derajat sedang, yaitu 10 pasien adalah
dalam tingkat banyak dan derajat terganggunya kualitas hidup kebanyakan pasien
derajat berat, yaitu 5 pasien adalah dalam tingkat banyak.
Dengan uji analisis korelasi Spearman, diketahui nilai r= 0.034 dengan nilai p=0.794
(p>0.1), maka tidak ada hubungan korelasi antara gradasi dan kualitas hidup pasien
akne vulgaris pada kuesioner CADI.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 5.1.1, 50 pasien (83.3%) adalah perempuan dan 10 pasien (16.7%)
tidak puas akan penampilan diri dibandingkan laki-laki. Hal ini sama juga dengan
hasil penelitian Hassan(2009) yang meneliti kesadaran diri terhadap penampilan
dengan menggunakan Derriford Appearance Scale. Hasil yang ditemukan adalah
perempuan lebih mementingkan penampilan dibandingkan laki-laki (skor mean 51.3
pada perempuan dan 39.7 pada laki-laki dengan nilai p=0.001).
Dari tabel 5.1.2, dapat dapat dilihat bahawa kebanyakan pasien yaitu sebanyak 50
pasien (83.3%) dari 60 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian berada dalam
kelompok umur 18-28 tahun. Menurut penelitian Orth (2009), pencitraan diri terendah
adalah dewasa muda tetapi akan meningkat pada usia dewasa. Penelitian
Demircay(2008) menyatakan bahwa masa remaja dan dewasa muda merupakan masa
yang penting dalam pembentukan identitas diri yang dipengaruhi oleh faktor seperti
keluarga, teman dan masyarakat. Pencitraan diri memiliki peran utama dalam transisi
masa ini, baik secara sosial atau psikologis. Ini dapat dipengaruhi dengan adanya akne
vulgaris. Menurut Dunn(2011), akne vulgaris merupakan suatu masalah yang
signifikan pada remaja dan dewasa muda. Dunn berpendapat hal ini dapat mewakili
bahwa remaja dan dewasa muda lebih malu akan penampilan diri mereka dalam
masyarakat yang memberi penekanan yang besar kepada penampilan. Penelitian oleh
Purvis (2006) menyimpulkan bahwa dewasa muda dengan akne vulgaris mempunyai
resiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi.
Berdasarkan tabel 5.1.3, pendidikan kebanyakan pasien yaitu 30 pasien (50.0%)
adalah tingkat mahasiswa, diikuti tingkat S1 yaitu 23 pasien (38.3%) dan minoritas
adalah SMA, yaitu 7 pasien (11.7%).
Dari tabel 5.1.4, diketahui 42 pasien (70.0%) belum menikah dan 18 pasien (30.0%)
menikah. Menurut penelitian Shafrin (2009), dorongan seseorang untuk menjaga
penampilan diri akan menurun setelah seseorang individu menikah. Perkawinan
Kemudian, dari 60 pasien, kebanyakan tingkat pekerjaan pasien adalah mahasiswa
yaitu 29 pasien(48.3%), diikuti oleh pegawai sebanyak 20 pasien (33.3%) dan
pekerjaan paling sedikit pasien adalah pelajar, yaitu 2 pasien (3.3%). Menurut
penelitian Izgic (2004), mahasiswa lebih menekankan kepada penampilan diri karena
mereka cenderung berhubung dengan konsep bahwa individu yang keadaan fisiknya
lebih menarik diduga lebih popular dalam situasi sosial dan dianggap memiliki
karekteristik yang lain seperti keyakinan diri yang tinggi, keterampilan sosial yang
baik dan kompetensi yang tinggi.
Dumont dan Rainville(2006) mengatakan bahwa pekerjaan menyediakan peluang
untuk individu mencapai produktivitas yang tinggi dan mendapat kepuasan diri.
Menurut Charmaz (2002), disfigurasi dan penyakit dapat mengubah tanggapan
individu mengenai harga diri mereka dan menpengaruhi efisiensi mereka di tempat
kerja, karena tubuh berhubungan dalam pembentukan identitas diri. Ini dapat
dikaitkan dengan penelitian Kammeyer-Muller(2008) yang menyimpulkan bahwa
pencitraan diri mempengaruhi produktivitas individu di tempat kerja. Penjelasan ini
dapat berhubung dengan jumlah pegawai dalam penelitian karena mereka lebih
cenderung berinteraksi secara sosial untuk memenuhi persyaratan pekerjaan dan
penampilan fisik yang menarik dapat meningkatkan keyakinan diri ketika berinteraksi
dengan pelanggan dan teman sejawat, serta memberikan dampak positif kepada
prestasi mereka di tempat kerja.
Berdasarkan tabel 5.1.6, diketahui mayoritas pasien akne vulgaris, yaitu 14 pasien
(23.3%) menderita akne vulgaris < 1 tahun dan 46 orang (76.7%) menderita akne
vulgaris >1 tahun.
Selanjutnya di tabel 5.1.7, kebanyakan pasien adalah pasien akne vulgaris derajat
ringan yaitu sebanyak 33 pasien (55.0%) dan pasien yang jumlahnya terkecil adalah
pasien derajat berat yaitu 10 pasien (16.7%). Sesuai dengan pendapat Graham (2005)
yang menyatakan pasien akne vulgaris ringan mengalami depresi dan ansietas yang
5.2.2. Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris berdasarkan Kuesioner DLQI dan CADI.
Dari hasil penelitian pada tabel 5.2, dapat dilihat bahwa digunakan dua kuesioner
untuk menentukan dan membandingkan skor terganggunya kualitas hidup pada 60
pasien akne vulgaris. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan korelasi
Spearman untuk menguji derajat tingkat keeratan antara kedua kuesioner, didapat r=
0. 648 dengan nilai p=0.000 (p<0.01). Hubungan korelasi antara variabel semakin
kuat apabila r mendekati 1. Kedua kuesioner DLQI dan CADI berkorelasi cukup kuat
dalam menentukan derajat terganggunya kualitas hidup pada pasien akne vulgaris.
Penelitian Walker dan Lewis (2006) yang menggunakan kuesioner DLQI dan CADI
untuk mengukur kualitas hidup pada remaja akne vulgaris di Scotland dilaporkan
adanya gangguan terhadap kualitas hidup dengan nilai skoring yang tinggi pada
kedua-dua kuesioner. Dapat disimpulkan, bahwa akne vulgaris mempengaruhi
kualitas hidup secara signifikan.
5.2.3. Hubungan Usia dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris
Dengan hasil perhitungan uji analisis berdasarkan korelasi Spearman, diketahui nilai
r= -0.263 dengan nilai p= 0.043 (p<0.05) pada tabel 5.3.1 dan nilai r= -0.232 dengan
nilai p=0.074 pada tabel 5.3.2. Maka terdapat hubungan korelasi negatif yang
signifikan antara kelompok usia dan kualitas hidup pasien akne vulgaris. Ini berarti,
makin muda pasien, makin terganggunya kualitas hidup. Hasil penelitian sama dengan
penelitian Zachariae (2004), dimana terdapat korelasi negatif yang signifikan
(r=-0.24). Salah satu penjelasan adalah karena orang yang lebih tua mungkin mengatasi
gangguan psikososial disebabkan akne vulgaris dengan lebih baik. Di sisi lain, usia
yang lebih tua umumnya dihubungkan dengan kontrol emosi yang lebih besar dalam
menghadapi kesulitan.
Dengan hasil perhitungan uji analisis berdasarkan korelasi Spearman, diketahui nilai
r= -0.076 dengan nilai p=0.564 (p>0.1) pada tabel 5.4.1 dan nilai r= 0.028 dengan
nilai p= 0.832 (p>0.1) pada tabel 5.4.2. Maka tidak ada korelasi yang signifikan
antara pendidikan dan kualitas hidup pasien akne vulgaris berdasarkan kuesioner
DLQI dan CADI. Kualitas hidup pasien akne vulgaris sama-sama terganggu tanpa
melihat tingkat pendidikan. Potocka (2009) menyatakan bahwa pendidikan
merupakan suatu komponen subyektif dalam mengukur kualitas hidup. Faktor-faktor
subyektif lain seperti penilaian pasien terhadap kondisi fisik mereka dan keyakinan
diri yang akan bervariasi antara individu harus dipertimbangkan.
5.2.5. Hubungan Pekerjaan dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris
Dengan hasil perhitungan uji analisis berdasarkan korelasi Spearman, diketahui nilai
r= -0.136 dengan nilai p=0.301 (p>0.1) pada tabel 5.5.1 dan nilai r= - 0.064 dengan
nilai p= 0.630 (p>0.1) pada tabel 5.5.2. Maka tidak ada korelasi yang signifikan
antara pekerjaan dan kualitas hidup pasien akne vulgaris berdasarkan kuesioner DLQI
dan CADI.
5.2.6. Hubungan Durasi dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris
Dengan hasil perhitungan uji analisis berdasarkan korelasi Spearman, diketahui nilai
r= 0.049 dengan nilai p=0.711 (p>0.1) pada tabel 5.6.1 dan nilai r= - 0.107 dengan
nilai p= 0.414 (p>0.1) pada tabel 5.6.2. Maka tidak ada korelasi yang signifikan
antara durasi dan kualitas hidup pasien akne vulgaris berdasarkan kuesioner DLQI
dan CADI. Hasil penelitian sama dengan penelitian Kokandi (2010) yang menyatakan
tidak ada korelasi yang signifikan antara durasi akne vulgaris dan kualitas hidup tetapi
bervariasi dari penelitian Hafez (2007) di Mesir, di mana terdapat korelasi positif
yang signifikan antara durasi akne vulgaris dan skor DLQI (r=0.421). Perbedaan hasil
penelitian dapat dikaitkan dengan perbedaan jumlah sampel, gaya hidup dan cara
pemikiran yang berbeda suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan yang
5.2.7. Hubungan Gradasi dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris
Dengan hasil perhitungan uji analisis berdasarkan korelasi Spearman, diketahui nilai
r= - 0.137 dengan nilai p=0.296 pada tabel 5.7.1 dan nilai r= 0.034 dengan nilai
p=0.794 (p>0.1) pada tabel 5.7.2. Maka tidak ada korelasi yang signifikan antara
gradasi dan kualitas hidup pasien akne vulgaris berdasarkan kuesioner DLQI dan
CADI. Penelitian Ilgen (2005) tidak menemukan hubungan yang signifikan antara
tingkat keparahan akne vulgaris dan kualitas hidup DLQI. Menurut Zip (2007),
penelitian-penelitian yang telah dijalankan sebelumnya gagal menunjukkan hubungan
yang kuat antara tingkat keparahan akne vulgaris dan kualitas hidup karena kualitas
hidup dipengaruhi oleh faktor-faktor subyektif lain seperti respons emosional, sosial,
masalah yang berhubungan dengan pekerjaan dan kegiatan harian yang lain yang