• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN

SENGON (

Paraserianthes falcataria

(L.) Neilsen)

DENGAN TEKNIK

LATERAL ROOT MANIPULATION

(LRM)

DI BOJONG JENGKOL, KABUPATEN BOGOR

PUTRI AURUM

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Kabupaten Bogor.

Bogor, Oktober 2014 Putri Aurum NIM E44100018

(3)

ABSTRAK

PUTRI AURUM. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA dan YADI SETIADI.

Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) merupakan tanaman cepat tumbuh (fast growing spesies) yang memiliki tingkat adaptasi yang baik. Akan tetapi dengan kondisi tanah yang kompak dan mengalami pemadatan, tanaman sengon bisa menunjukkan gejala pertumbuhan yang kerdil. Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) merupakan salah satu teknik budidaya tanaman yang dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respon pertumbuhan anakan sengon yang diberi perlakuan LRM. Penelitian dilakukan dengan metode rancangan percobaan faktorial dengan pola rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 faktor. Faktor pertama adalah pemotongan akar lateral, faktor kedua pemberian perangsang akar dan mikroba, dan faktor ketiga frekuensi pemberian pupuk polimer. Hasil penelitian menunjukkan riap tinggi dan jumlah kuncup daun anakan sengon per minggu meningkat pada kombinasi perlakuan antara pemotongan akar dan frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba, masing-masing sebesar 10,45 cm dan 10 helai. Adapun diameter batang tidak dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini. Secara visual, warna daun dan pertumbuhan akar baru anakan-anakan sengon tidak menunjukkan penampilan yang berbeda akibat diberikannya beragam perlakuan dalam penelitian ini. Namun dalam hal ini perlakuan pemotongan akar dapat merangsang pertumbuhan akar baru.

Kata kunci: lateral root manipulation, Paraserianthes falcataria, perangsang akar dan mikroba, pupuk polimer

ABSTRAK

PUTRI AURUM. Improving Sengon Growing with Lateral Root Manipulation (LRM) Technique at Bojong Jengkol, Bogor Regency. Superviced by CECEP KUSMANA and YADI SETIADI.

Sengon is a fast growing tree species that has good adaptation. But when the land have been compacted and densited, sengon shows dwarfed growth. A lateral root manipulation (LRM) is one of cultivating plants that can fix the growth of plants. The study is aimed to know the effect of LRM technique on the sengon improvment growth. The methodology applied the factorial randomized design method which have three factors. The first factor is to cut the lateral root, the second is to apply stimulantion on root and microbe, and the third is to fertilize periodic. The results show that combination cutting root and fertilize periodic without applying stimulantion on root and microbe increase height improved 10,45 cm per week and number of bud 10 peices per week. All treatments did not effect on the stem diameter. The variables of the treatment visualy dont changes significally color of leaf and new root growing. However, the treatment of cutting root can stimulate to grow a new root.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Sengon (

Paraserianthes falcataria

(L.) Neilsen)

DENGAN TEKNIK

LATERAL ROOT MANIPULATION

(LRM)

DI BOJONG JENGKOL, KABUPATEN BOGOR

PUTRI AURUM

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN KABUPATEN BOGOR KABUPATEN BOGOR

(5)
(6)

Judul Skripsi : Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor

Nama : Putri Aurum NIM : E44100018

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S Pembimbing I

Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc Pembimbing 2

Diketahui oleh

Prof.Dr.Ir.Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen Silvikultur

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor”. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS dan Dr Ir Yadi Setiadi, MSc selaku pembimbing, staf Laboratorium Pengaruh Hutan, staf Laboratorium Ekologi Hutan, dan warga Desa Bojong Jengkol. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, serta semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 12

Latar Belakang 12

Tujuan Penelitian 12

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Perbaikan Pertumbuhan Tanaman 2

Akar Lateral 2

Manipulasi Akar 3

Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) 3 Perangsang akar dan mikroba serta pupuk polimer 4

METODE 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Bahan dan Alat 4

Variabel Pengamatan 5

Prosedur Penelitian 5

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil 10

Pembahasan 18

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 20

(9)

DAFTAR TABEL

1 Analisis sifat kimia dan fisik tanah di lokasi penelitian 10 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan

anakan sengon. 11

3 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan mikroba, dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertumbuhan diameter

anakan sengon 12

4 Hasil Uji Duncan interaksi kombinasi antara pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer terhadap pertumbuhan tinggi sengon. 13 5 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan mikroba,

dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman

sengon 14

6 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan mikroba terhadap rata-rata pertumbuhan

jumlah kuncup daun mingguan. 14

7 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi pemotongan akar dengan

pemberian pupuk polimer. 15

8 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi pemotongan akar dengan

pemberian pupuk polimer. 16

9 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan mikroba, dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertambahan jumlah daun

tanaman sengon 17

DAFTAR GAMBAR

1 Pohon sengon (Paraserianthes falctaria (L) Neilsen) 3 2 Warna daun setelah diberi perlakuan pada minggu ke-13 18

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan frekuensi pemberian pupuk polimer

terhadap pertumbuhan tinggi sengon 23

2 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar dengan frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap pertumbuhan tinggi

sengon 23

3 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi perlakuan pemotongan akar terhadap

pertambahan jumlah daun sengon 24

4 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan frekuensi pemberian pupuk polimer

terhadap pertambahan jumlah daun sengon 24

5 Hasil uji Duncan pengaruh interkasi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan pemberian perangsang akar terhadap pertambahan jumlah daun sengon 24 6 Hasil uji Duncan pengaruh interkasi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan

frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap pertambahan jumlah daun sengon 25 7 Hasil uji Duncan pengaruh interkasi kombinasi perlakuan pemberian perangsang

akar dan mikroba dan frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap

(11)
(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) merupakan tanaman cepat tumbuh (fast growing spesies) yang memiliki tingkat adaptasi yang baik seperti dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium. Sengon memiliki kegunaan yg banyak mulai dari daun hingga perakarannya beragam. Pada kondisi tanah yang baik, tanaman sengon dapat mencapai tinggi 7 meter dalam waktu satu tahun. Akan tetapi dengan kondisi tanah yang mengalami pemadatan dan kurang subur, tanaman sengon bisa menunjukkan gejala pertumbuhan yang kerdil (Adiputra 2007).

Menurut Setiadi (2014), ketidaksuburan tanah dapat saja terjadi karena tanah memiliki komposisi persen debu, pasir dan liat yang tinggi (lebih dari 65%), kandungan C-organik kurang dari 2% dan nitrogen yang kurang dari 0,2 %. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal seperti akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya untuk menyerap unsur hara terganggu, selain itu pertumbuhan tanaman tetap kerdil atau mengalami stagnasi.

Lateral Root Manipulation (LRM) adalah salah satu teknik mengatasi tanaman stagnan, dengan cara pemotongan akar lateral yang dikombinasikan dengan pemberian perangsang akar danmikroba serta perlakuan pemupukan (Setiadi 2009). Teknik ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar baru yang akan menyerap air dan unsur hara sehingga tanaman dapat bermetabolisme normal dan tumbuh kembali. Manipulasi akar dengan cara pemotongan akar bisa dilakukan pada tanaman holtikultura seperti tanaman buah pohon durian. Manipulasi ini membuat tanaman menjadi cepat berbuah juga meningkatkan kualitas buah menjadi lebih menarik, lebih keras dan lebih tahan lama (MENRISTEK 2010 dalam Bunganagara 2011). Manipulasi akar juga bisa dilakukan pada tanaman kehutanan. Lestari (2012) menyatakan bahwa pemotongan akar lateral dengan teknik LRM, pemberian HSC dan pemupukan dengan Terabuster dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman pinus. Pada percobaan yang dilakukan oleh Bunganagara (2011) terbukti bahwa pemotongan akar lateral dan pemberian pupuk polimer serta kompos berpengaruh positif pada munculnya akar baru dan pada penjumlahan pucuk tanaman damar dan perubahan warna daun menjadi lebih cerah.

Tujuan Penelitian

(13)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi teknik yang tepat dalam memperbaiki pertumbuhan tanaman sengon yang mengalami stagnasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan anakan sengon tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Perbaikan Pertumbuhan Tanaman

Tanaman untuk tumbuh memerlukan media yang mampu memberikan tempat tumbuh dan disediakannya unsur hara bagi kehidupan tanaman. Media tanam yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur ringan, dan dapat menahan air (Istiana dan Sadikin 2008).

Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (infiltrasi dan perlokasi) dan aerasi (peredaran udara) secara langsung berdampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berfungsi sebagai alat absorpsi unsur hara sehingga tanaman stgnan yaitu tidak dapat berkembang normal, tetap kerdil dan tumbuh merana (Bradshaw (1983) dalam Bunganagara (2011)).

Salah satu teknik untuk memperbaiki tanaman yang mengalami stagnasi adalah Lateral Root Manipulation (LRM).

Akar Lateral

Akar merupakan organ yang penting bagi tanaman. Tjondronegoro et al. (1989) dalam Bunganagara (2011) menyatakan bahwa akar selain berguna untuk menyerap dan melekat, juga berfungsi sebagai cadangan dan penyaluran makanan. Akar pertama pada tumbuhan berasal dari embrio dan disebut akar primer. Akar primer dan cabang-cabangnya atau akar lateral membentuk sistem perakaran.

(14)

3

Manipulasi Akar

Manipulasi akar dilakukan supaya akar mampu tumbuh dengan baik dan mampu memasok hara bagi tanaman. Salah satu manipulasi yang dilakukan adalah pemotongan akar. Kartika membuktikan bahwa pemotongan akar pada umumnya dapat merangsang percabangan akar (Kartika 1997).

Manipulasi akar dengan cara pemotongan akar bisa dilakukan pada tanaman holtikultura seperti tanaman buah-buahan seperti pohon durian. Pohon durian menjadi cepat berbuah juga memiliki kualitas buah yang lebih menarik, lebih keras dan lebih tahan lama (MENRISTEK 2010 dalam Bunganagara 2011). Manipulasi akar juga bisa dilakukan pada tanaman kehutanan. Lestari (2012) menyatakan bahwa pemotongan akar lateral dengan teknik LRM, pemberian HSC dan pemupukan dengan Terabuster dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman pinus. Pada percobaan yang dilakukan oleh Bunganagara (2011) terbukti bahwa pemotongan akar lateral dan pemberian pupuk polimer serta kompos berpengaruh positif munculnya akar baru dan berpengaruh positif pada penjumlahan pucuk tanaman damar dan perubahan warna daun menjadi lebih cerah. Handayani (2014) menunjukan bahwa perlakuan pemotongan akar lateral dengan teknik LRM, pemberian perangsang akar dan mikroba, dan pemberian pupuk polimer dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter dan perubahan warna daun tanaman sengon buto.

Media yang baik juga berpengaruh terhadap pembentukan akar pada tanaman. Penambahan bahan organik merupakan tindakan yang dapat merangsang kemantapan agregat, yang selanjutnya memperbaiki drainase dan aerasi (Kartika 1997).

Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen)

Paraserianthes falcataria (L) Neilsen termasuk family Leguminose. P. falcataria merupakan tanaman cepat tumbuh (fast growing species), pada kondisi yang bagus, tanaman sengon dapat mencapai tinggi 7 m dalam waktu satu tahun (Adiputra 2007). Pada umur 4 tahun dalam kondisi tanah yang subur pohonnya dapat mencapai tinggi 20 meter.

(15)

Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk pertumbuhannya memerlukan suhu sekitar 180C-270C. Areal penanaman sengon yang baik adalah daerah yang datar dengan derajat kemiringan maksimal 5%, berada dekat dengan sumber air, tanah yang subur, dan tidak mengandung tanah liat. (Sumarna 2012)

Tanaman ini akarnya memiliki bintil-bintil berisi bakteri yang berguna untuk menangkap nitrogen di udara dalam tanah yang selanjutnya bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Sengon tumbuh baik pada jenis tanah regosol, alluvial, dan latosol. Tanah-tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan tingkat kemasaman agak masam sampai netral. Pada tanah masam, pertumbuhan kerdil (Santoso 1992 dalam Hendromono 2007).

Perangsang akar dan mikroba serta pupuk polimer

Perangsang akar dan mikroba merupakan biopolimer yang memiliki fungsi utama sebagai peningkat populasi mikroba dekomposer dan mikroba. Perangsang akar dan mikroba juga sebagai perangsang tumbuh akar tanaman karena perangsang akar dan mikroba juga mengandung hormon alami perangsang tumbuh akar. Fungsi perangsang akar dan mikroba dalam kompos akan tetap berkelanjutan selama masih ada bahan organik dan mikroba (Iskandar et al. 2013), sedangkan pupuk polimer memiliki kemampuan larut sangat tinggi sehingga mudah diserap oleh tanaman, mampu merangsang pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman (Setiadi 2014).

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor. Adapun pengamatan lapang terhadap pertumbuhan tanaman dilaksanakan dari bulan Februari 2014 sampai dengan April 2014.

Secara administratif Desa Bojong Jengkol terletak pada Kecamatan Ciampea, Kabupaten Kabupaten Bogor yang bersebelahan dengan Kecamatan Ranca Bungur pada Bagian Utara, Kecamatan Tenjolaya pada Bagian Selatan, Kecamatan Dramaga pada Bagian Timur, dan Kecamatan Cibungbulang pada Bagian Barat.

Menurut Yulida (2008), Desa Bojong Jengkol memiliki luas wilayah sekitar 212 hektar. Secara keseluruhan Desa Bojong Jengkol memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu 3,614 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 160 hari, bersuhu 20-300C. Curah hujan tahunan dan hari hujan tergolong tinggi, tetapi penyebaran hujannya kurang merata dan sedikitnya jumlah dari pada bulan-bulan tertentu menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson Kecamatan Ciampea berada pada tipe hujan A.

Bahan dan Alat

(16)

5

TSP dan kompos. Adapun, alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: sebuah meteran 150 cm; jangka sorong digital; cangkul; gelas ukur 1000 mL; sprayer 3 L; kamera; label dan software SAS 9.1.3.

Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini terdiri dari variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Adapun yang termasuk kedalam variabel kuantitatif adalah pertumbuhan diameter, pertumbuhan tinggi, dan jumlah kuncup daun. Adapun yang termasuk kedalam variabel kualitatif adalah perubahan warna daun dan pertumbuhan akar baru.

Prosedur Penelitian Pemilihan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dipilih berdasarkan lokasi yang terdapat tanaman stagnan secara acak dengan menggunakan metode purposive sampling yang diambil 36 unit tanaman stagnan. Selanjutnya kegiatan pemblokan lokasi dilakukan dengan memasang patok serta tali rafia di sekeliling areal lokasi penelitian yang telah ditentukan sebagai batas lokasi untuk memudahkan pembuatan denah lokasi penelitian. Pembuatan denah lokasi penelitian dilakukan dengan memberikan label bertuliskan kode perlakuan pada tiap tanaman yang diberi perlakuan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui letak dan keterangan perlakuan pada tiap tanaman.

Analisis Sifat Kimia Tanah

Analisis sifat kimia tanah dilakukan pada lokasi penelitian dilakukan untuk mengetahui penyebab stagnasi pada pertumbuhan tanaman sengon. Pengambilan sample tanah dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan tanah komposit. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada 5 titik pada plot 20 x 20 meter. Pada setiap titik diambil tanah sedalam 0-20 cm dengan menggunakan cangkul. Kemudian, tanah dari 5 titik tersebut dicampur hingga komposit. Contoh tanah komposit ini di ambil sekitar 500 gram sampel tanah untuk kemudian dianalisis.

Sampel tanah yang sudah diambil disimpan dalam plastik kedap udara dan diberi label. Label berguna untuk memuat informasi tanggal pengambilan sampel tanah, lokasi, serta kedalam tanah yang dianalisis. Analisis tanah dilakukan pada Laboratorium Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB.

Pelaksanaan LRM (Lateral Root Manipulation)

Tahapan-tahapan pelaksanaan LRM sebagai berikut (Setiadi 2009): 1. Memperhatikan posisi tajuk dari tanaman yang akan diberi perlakuan

2. Galian dibuat mengelilingi tanaman selebar 10-15 cm dengan kedalaman 5-10 cm.

3. Semua akar lateral yang muncul diputuskan pada saat pembuatan galian. Perlakuan ini tidak diberikan pada kontrol.

(17)

diberikan dengan cara mencampurkannya dengan tanah hasil galian dan taburkan kembali kedalam lubang galian. Perlakuan awal ini dilakukan pada semua tanaman termasuk kontrol.

5. Menyiramkan perangsang akar dan mikroba dengan konsentrasi 1% pada lubang galian sebanyak 2 Liter/tanaman. Perlakuan ini tidak diberikan pada kontrol dan dilakukan 7 hari setelah pemberian kompos.

6. Menyiramkan pupuk polimer dengan konsentrasi 1-2% pada lubang galian sebanyak 3 Liter/tanaman dengan frekuensi pemberian 2 minggu dan 4 minggu sekali. Perlakuan ini tidak diberikan pada kontrol.

Pengukuran dan Pengamatan

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan mengukur langsung parameter setiap dua minggu sekali setelah perlakuan. Parameter yang diukur dan diamati adalah sebagai berikut:

1. Diameter batang (mm)

Pengukuran diameter tanaman dilakukan setiap satu minggu setelah diberi perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada ketinggian batang 2,5 cm dari pangkal akar yang sudah ditandai.

2. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sebelum perlakuan sebagai tinggi awal dan setiap satu minggu setelah diberi perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran 150 cm mulai dari pangkal batang yang telah ditandai hingga titik tumbuh pucuk tanaman (apikal dominan).

3. Jumlah kuncup daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan sebelum perlakuan dan membandingkan jumlah daun pada akhir pengamatan.

4. Warna daun

Pengamatan warna daun dilakukan dengan pengamatan secara visual pada minggu ke-13 setelah diberi perlakuan.

Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan pemeliharaan meliputi penyemprotan insektisida, penyiangan gulma, dan pendangiran. Penyemprotan insektisida dilakukan 2 minggu sekali pada waktu pagi atau sore hari. Sedangkan penyiangan gulma dan pendangiran dilakukan 3 minggu sekali.

Analisis Data

Penelitian dilakukan pada 36 unit tanaman dengan menggunakan rancangan faktorial dengan pola acak lengkap yang tediri dari 3 faktor yaitu:

Faktor A : perlakuan pemotongan akar lateral

a0 : tanaman yang tidak mendapat perlakuan pemangkasan akar a1 : tanaman yang mendapat perlakuan pemangkasan akar Faktor B : perlakuan pemberian perangsang akar dan mikroba b0 : tanaman yang tidak diberi perangsang akar dan mikroba b1 : tanaman yang diberi perangsang akar dan mikroba Faktor C : perlakuan pemberian pupuk polimer

(18)

9

c1 : tanaman yang diberi pupuk polimer 2 minggu sekali c2 : tanaman yang diberi pupuk polimer 4 minggu sekali

Kombinasi perlakuan pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba dan pupuk polimer yang diujicobakan dirincikan sebagai berikut:

a0b0c0 : Tanpa pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba, serta tanpa frekuensi pemberian pupuk polimer. (kontrol) a0b1c0 : Tanpa pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan

mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer.

a0b0c1 : Tanpa pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar, serta frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali

a0b1c1 : Tanpa pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba,serta frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali. a0b0c2 : Tanpa pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan

mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali. a0b1c2 : Tanpa pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali. a1b0c0 : Pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba,

serta tanpa frekuensi pemberian pupuk polimer.

a1b1c0 : Pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba, serta tanpa frekuensi pemberian pupuk polimer.

a1b0c1 : Pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali.

a1b1c1 : Pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali.

a1b0c2 : Pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali.

a1b1c2 : Pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali.

Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 3 ulangan, masing-masing terdiri dari satu tanaman. Pemberian perlakuan dilakukan secara acak.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), kemudian dianalisis dengan menggunakan software SAS 9.1.3 portable. Analisi sidik ragam dilakuan dengn menggunakan uji F terhadap variable yang diamati untuk mengetahui pengaruh interaksi antara perlakuan yang diberikan, dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati.

H1 = Paling sedikit ada satu taraf perlakuan yang berpengaruh terhadap

respon yang diamati.

Jika hasil analisis sidik ragam berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf kesalahan 5%. Model rancangan percobaan yang digunakan ialah:

Y

ijk

= μ + α

i

+

j

+

k

+ (α )

ij

+ (α )

ik

+ ( )

jk

+ (α )

ijk

+

ρ

k

+ ε

ijk

Keterangan

i = 1, 2

j = 1, 2

k = 1, 2, 3

(19)

μ

= Rataan umum

α

i = Pengaruh faktor utama (pemotongan akar) ke-i

j = Pengaruh faktor perlakuan perangsang akar dan mikroba ke-j k = Pengaruh faktor frekuensi pemberian pupuk polimer ke-k

(

α

)

ij = Pengaruh interaksi pemotongan akar dan perlakuan perangsang

(

α

)

ik = Pengaruh interaksi pemotongan akar dan frekuensi pemberian

pupuk polimer

(

)

jk = Pengaruh interaksi perlakuan perangsang akar dan mikroba dan

frekuensi pemberian pupuk polimer

(

α

)

ijk = Pengaruh interaksi pemotongan akar, perlakuan perangsang akar

dan mikroba, dan frekuensi pemberian pupuk polimer

ρ

k = Pengaruh aditif dari kelompok-k

ε

ijk = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i, perlakuan ke-j, dan kelompok

ke-k

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Hasil Analaisis Sifat Kimia dan Fisik Tanah

Hasil analisis sifat kimia dan fisik tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 Analisis sifat kimia dan fisik tanah di lokasi penelitian

pH C-org N-Total P K Tekstur

Pasir Debu Liat

(%) (%) (ppm) (me/100g) (%)

5.10 1.64 0.15 6.7 0.18 8.69 38.60 52.71

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui tanah pada lokasi penelitian memiliki tekstur tanah liat berdebu, dengan pH agak masam sebesar 5.10, dengan kesuburan tanah yang relatif rendah.

Hasil Analaisis Sidik Ragam perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, dan jumlah kuncup daun anakan sengon.

(20)

11

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan anakan sengon.

Faktor

Variable

Diameter Tinggi Jumlah daun

Kelompok (R) tn tn tn

Pemotongan akar lateral (a) tn tn *

Pemberian perangsang akar dan mikroba (b) tn tn tn Frekuensi pemberian pupuk polimer (c) tn * *

a*b tn tn *

b*c tn tn *

a*c tn * *

a*b*c tn tn tn

* =perlakuan yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai

signifikan;

tn =perlakuan yang tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai

signifikan;

a*b =interaksi pemotongan akar dengan pemberian perangsang akar dan mikroba;

b*c =interaksi pemberian perangsang akar dan mikroba dengan frekuensi pemberian pupuk

polimer;

a*c =interaksi pemotongan akar dengan frekuensi pemberian pupuk polimer;

a*b*c =interaksi pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba, dan frekuensi pemberian pupuk polimer.

Pertumbuhan Diameter Sengon

(21)

Tabel 3 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan mikroba, dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertumbuhan diameter anakan sengon

Perlakuan

Rata-rata pertumbuhan diameter batang

(mm)/minggu

Peningkatan diameter batang dibandingkan kontrol (%)

Kontrol (a0b0c0) 0.08 0.00

a0b1c0 0.08 0.00

a0b0c1 0.13 58.10

a0b1c1 0.15 89.60

a0b0c2 0.19 141.09

a0b1c2 0.10 21.22

a1b0c0 0.09 18.36

a1b1c0 0.11 33.03

a1b0c1 0.21 159.80

a1b1c1 0.10 24.13

a1b0c2 0.13 67.01

a1b1c2 0.18 120.06

Pertumbuhan Tinggi Sengon

(22)

13

Tabel 4 Hasil Uji Duncan interaksi kombinasi antara pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer terhadap pertumbuhan tinggi sengon.

Pemotongan akar dan frekuensi pemberian pupuk polimer

Rata-rata pertumbuhan tinggi mingguan (cm)

Pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1c1)

16.33a Tanpa pemotongan akar dan

pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a0c2)

10.33ab Pemotongan akar dan pemberian

pupuk polimer 4 minggu sekali (a1c2)

4.83ab Tanpa pemotongan akar dan

pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a0c1)

0.00ab Tanpa pemotongan akar dan tanpa

pemberian pupuk polimer (a0c0) -3.83b Pemotongan akar dan tanpa

pemberian pupuk polimer (a1c0) -10.50b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%; tanda (-) menunjukkan batang pada minggu terakhir yang patah

(23)

Tabel 5 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan mikroba, dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman sengon

Perlakuan Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)

Peningkatan tinggi dibandingkan kontrol (%)

Kontrol (a0b0c0) 0,51 0,00

a0b1c0 4,24 731,85

a0b0c1 1,35 164,82

a0b1c1 2,17 324,84

a0b0c2 1,91 274,86

a0b1c2 0,64 25,31

a1b0c0 1,03 101,74

a1b1c0 0,81 58,50

a1b0c1 1,86 264,86

a1b1c1 2,48 386,01

a1b0c2 2,31 353,20

a1b1c2 1,95 281,89

Jumlah Kuncup Daun Tanaman Sengon

Kecuali kombinasi perlakuan dari ketiga faktor, semua kombinasi perlakuan (a1b1, a1b0, a0b1, a0b0) berpengaruh signifikan terhadap pertambahan jumlah kuncup daun per minggu. Dalam hal ini perlakuan pemotongan akar tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba (a1b0) menunjukkan rata-rata pertambahan jumlah kuncup daun yang lebih banyak dibanding perlakuan lainnya (Tabel 6).

Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan mikroba terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah kuncup daun mingguan.

Pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan mikroba

Rata-rata pertambahan jumlah kuncup daun Pemotongan akar dan tanpa pemberian perangsang

akar dan mikroba (a1b0) 5a

Pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan

mikroba (a1b1) 4ab

Tanpa pemotongan akar dan tanpa pemberian

perangsang akar dan mikroba (a0b0) 2bc

Tanpa pemotongan akar dan pemberian perangsang

akar dan mikroba (a0b1) 1c

(24)

15

Interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar dengan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1c1) dan perlakuan pemotongan akar dengan pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a1c2) memiliki nilai yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemotongan akar yang disertai pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a0c2) dan kontrol (a0c0) (Tabel 7).

Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi pemotongan akar dengan pemberian pupuk polimer.

Pemotongan akar dan frekuensi pemberian pupuk polimer

Rata-rata pertambahan jumlah daun

Pemotongan akar dan pemberian pupuk

polimer 2 minggu sekali (a1c1) 6.3a

Pemotongan akar dan pemberian pupuk

polimer 4 minggu sekali (a1c2) 6a

Tanpa pemotongan akar dan pemberian

pupuk polimer 4 minggu sekali (a0c2) 3ab Dengan pemotongan akar dan tanpa

pemberian pupuk polimer (a1c0) 2.8ab

Tanpa pemotongan akar dan pemberian

pupuk polimer 4 minggu sekali (a0c2) 1.5b Tanpa pemotongan akar dan tanpa

pemberian pupuk polimer (a0c0) 0b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

(25)

Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi pemotongan akar dengan pemberian pupuk polimer.

Pemberian perangsang akar dan mikroba,

serta frekuensi pemberian pupuk polimer Rata-rata pertambahan jumlah daun

Tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba serta pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (b0c2)

6a Pemberian perangsang akar dan mikroba

serta pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (b1c1)

5a Tanpa pemberian perangsang akar dan

mikroba serta pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (b0c1)

4ab Pemberian perangsang akar dan mikroba

serta tanpa pemberian pupuk polimer (b1c0) 2.5ab Pemberian perangsang akar dan mikroba

serta pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (b1c2)

1.5b Tanpa pemberian perangsang akar dan

mikroba serta tanpa pemberian pupuk polimer (b0c0)

1b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

Tabel 8 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kuncup daun akan baik apabila tanaman diberi perlakuan pemberian perangsang akar dan mikroba serta pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (b1c1) akan tetapi pertumbuhan jumlah kuncup daun akan jauh lebih baik bila tanaman sengon hanya diberikan pupuk polimer 4 minggu sekali tanpa pemberian perangsang akar (b0c2).

(26)

17

Tabel 9 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan mikroba, dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertambahan jumlah daun tanaman sengon

Perlakuan

Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai/minggu)

Pertambahan jumlah daun mingguan dibandingkan

kontrol (%)

Kontrol (a0b0c0) 0 0,00

a0b1c0 2 400,00

a0b0c1 3 700,00

a0b1c1 5 1300,00

a0b0c2 2 500,00

a0b1c2 0 0,00

a1b0c0 1 200,00

a1b1c0 6 1600,00

a1b0c1 7 1900,00

a1b1c1 10 2900,00

a1b0c2 3 900,00

a1b1c2 5 1400,00

Perkembangan Akar Baru

Perlakuan pemotongan akar menghasilkan akar-akar lateral baru yang tumbuh akibat kegiatan pemotongan akar. Gambar 4 menunjukan bahwa pemotongan akar memberikan respon terhadap munculnya akar baru.

( a )

(b)

Gambar 2 Perkembangan akar baru a) hasil kombinasi perlakuan antara pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1b1c1), dengan b) hasil perlakuan tunggal pemotongan akar (a1b0c0)

Warna Daun Tanaman Sengon

(27)

a b

c d

Gambar 3 Warna daun setelah diberi perlakuan pada minggu ke-13, a) kontrol (a0b0c0), b) pemotongan akar (a1b0c0),c) pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1b0c1), d) pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1b1c1)

Pembahasan

Sengon merupakan salah satu tanaman yang ditanam di Bojong Jengkol, namun pertumbuhannya kerdil, daun-daun menguning dan merana, sehingga perlu dilakukan perbaikan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah pada Tabel 2, menunjukan bahwa pH tanah di Bojong Jengkol tergolong agak masam sebesar Ph = 5,10. Untuk menanggulangi kemasaman tanah maka pada pengolahan tanah sebelum dilakukan perlakuan diberikan kapur cair sebagai penetral pH. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan perlakuan pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan pemberian pupuk polimer pada tanaman sengon yang mengalami stagnasi.

Tekstur tanah pada lokasi penelitian memiliki persentase liat dan debu mencapai 91,31%. Menurut Setiadi (2014) ketidaksuburan tanah dapat saja terjadi karena tanah memiliki komposisi persen debu, pasir dan liat yang tinggi (lebih dari 70%), sehingga akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya untuk menyerap unsur hara akan terganggu. Hal ini menjelaskan bahwa kondisi tanah mengalami pemadatan sehingga asupan unsur hara yang akan diambil oleh tanaman sengon terhambat. Pada penelitian ini pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan mikroba, serta pemupukan terhadap kondisi tanah yang kompak dan padat hanya dapat memperbaiki pertumbuhan diameter, tinggi dan muculnya bakal kuncup baru pada tanaman.

(28)

19

lamban (Lakitan 1993). Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara yang berperan penting bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Zubachtirodin dan Subandi (2008) dalam Ginandjar (2013) menyatakan, tanaman tidak dapat melakukan metabolisme jika kekurangan unsur hara N. Unsur C-organik pada lokasi penelitian termasuk pada kelas rendah dengan nilai berkisar antara 1.00-2.00. Unsur C dan N pada lokasi penelitian diketahui memiliki nilai unsur C dan N yang rendah sehingga dibutuhkan penambahan kompos dan pupuk polimer untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman.

Pemotongan akar lateral pada sengon mampu merangsang pertumbuhan akar baru. Namun kondisi perakaran baru saja tidak cukup untuk meningkatkan pertumbuhan diameter dan tinggi sengon yang mengalami stagnasi, tanaman masih membutuhkan unsur hara cukup serta frekuensi pemberian yang tepat agar tumbuh optimal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tunggal pemotongan akar pada sengon (a1b0c0) mampu merangsang pertumbuhan akar baru. Kondisi perakaran baru saja tidak cukup untuk meningkatkan pertumbuhan diameter dan tinggi sengon yang mengalami stagnasi. Tanam masih membutuhkan unsur hara yang cukup untuk tumbuh optimal. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Bunganagara (2011).

Sengon merupakan salah satu jenis tanaman yang memerlukan cahaya untuk pertumbuhannya. Kombinasi antara perlakuan pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba serta frekuensi pemberian pupuk polimer tidak berpengaruh nyata terhadap respon diameter pada selang kepercayaan 95%. Akan tetapi, berdasarkan Tabel 3, perlakuan pemotongan akar, dan frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali tanpa pemberian perangsang akar menunjukan persentase tumbuhan rata-rata perminggu yang lebih besar daripada kontrol dengna pertumbuhan rata-rata perminggu sebesar 159,80%. Meskipun, perlakuan tunggal frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali mendekati baik dengan pertumbuhan rata-rata perminggu sebesar 141,09%. Berdasarkan pertumbuhan persentase rata-rata perminggu dapat diketahui pertumbuhan diameter yang dialami sengon ada meskipun kecil jumlah persentasenya. Hal ini diduga karena tanaman sengon tumbuh dibawah tegakan dimana intensitas cahaya yang masuk sedikit. Menurut Iskandar (2012), penutupan kanopi yang rapat dan bersinggungan menyebabkan sinar matahari yang masuk akan terganggu serta menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang optimal dan cenderung kurus dan lurus. Intensitas cahaya optimum yang baik bagi pertumbuhan sengon adalah sekitar 80-100% (Syakirin 2014). Kemudian, dengan adanya frekuensi pemberian pupuk polimer, pertumbuhan diameter tanaman dapat meningkat, karena unsur hara tersedia lebih banyak dan mudah diraih oleh akar tanaman.

(29)

pemberian pupuk polimer membantu ketersediaan unsur hara didalam tanah, sehingga mempermudah akar-akar baru berfungsi dengan baik. Disamping itu, pupuk polimer merupakan pupuk yang memiliki kemampuan larut sangat tinggi sehingga mudah diserap oleh tanaman, mampu merangsang pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman (Setiadi 2014).

Berdasarkan perhitungan persentase rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman sengon pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa, perlakuan pemberian perangsang akar dan mikroba, tanpa disertai perlakuan pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer (a0b1c0) memiliki nilai yang lebih besar dibanding dengan perlakuan yang lain sebesar 731,85 % dibanding kontrol (a0b0c0). Halini mendukung ujicoba yang dilakukan oleh Lestari (2012) yang melakukan penelitian pemotongan akar terhadap tanaman damar. Lestari (2012) menyatakan bahwa peningkatan pertumbuhan tinggi akan lebih baik pada tanaman damar yang hanya diberi perangsang akar dan mikroba tanpa perlakuan pemotongan akar.

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa perlakuan tunggal pemotongan akar (a1) memberikan respon pertumbuhan jumlah daun yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kontrol (a0). Hal ini menunjukkan bahwa adanya reaksi dari pertumbuhan akar-akar baru yang muncul dalam mengambil unsur hara secara maksimal setelah diberikan perlakuan pemotongan akar, sehingga ditunjukkan dengan kuncup daun baru yang tumbuh.

Pada interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba tanpa disertai pemberian pupuk polimer (a1b1c0) dan kombinasi perlakuan tanpa pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba tanpa disertai pemberian pupuk polimer (a0b1c0) diketahui berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa pemberian tunggal perangsang akar dan mikroba mampu memberikan pertambahan jumlah daun.

(30)

21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan riap tinggi dan jumlah kuncup daun anakan sengon per minggu meningkat. Kombinasi perlakuan antara pemotongan akar dan frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba berpengaruh signifikan terhadap rata-rata mingguan pertumbuhan tinggi dan jumlah kuncup daun anakan sengon. Akibat perlakuan tersebut besarnya pertumbuhan tinggi dan jumlah kuncup daun rata-rata per minggu masing-masing sebesar 10,45 cm dan 10 helai. Adapun diameter batang tidak dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini. Secara visual, warna daun dan pertumbuhan akar baru anakan-anakan sengon tidak menunjukkan penampilan yang berbeda akibat diberikannya beragam perlakuan dalam penelitian ini. Namun dalam hal ini perlakuan pemotongan akar dapat merangsang pertumbuhan akar baru.

Saran

Kegiatan pemeliharaan tanaman di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor disarankan dilakukan dengan menggunakan teknik LRM dengan kombinasi perlakuan antara pemotongan akar, perangsang akar dan mikroba dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra S W. 2007. Epidemi penyakit tumor pada sengon ( P. Facaltaria) di Jawa Timur, Indonesia. Jurnal Ilmu Kehutanan. 1(1):31-39

Bunganagara B. 2011. Perbaikan pertumbuhan tanaman damar (Agathis lorantifolia Salisb.) dengan teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten Bogor.

Ginadjar G. 2013. Aplikasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Kabupaten Bogor [skripsi]. Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten Bogor.

Handayani DD. 2014. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) Dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di PT Cibaliung Sumberdaya, Banten [skripsi]. Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten Bogor.

Hendromono. 2007. Teknik Silvikultur Sengon di Hutan Rakyat. Info Hutan Tanaman 2(1):27-37

(31)

Iskandar D, Setiadi Y, Ekamawanti HA. 2013. Perbaikan pertumbuhan dan produktivitas tanaman dengan teknologi Lateral Roots Manipulation (LRM). [catatan pelatihan]. DF-2013-510.

Istiana H, Sadikin I. 2008. Cara Pengujian Media Tumbuh Pada Pembibitan Tanaman. Buletin Teknik Pertanian. 13(1):16-18

Kartika NH. 1997. Pengaruh pemotongan akar dan sifat fisik media tanamter hadap sertumbuhan setek panili Vanilla planifolia Andrews [skripsi]. Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Kabupaten Bogor.

Lakitan B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

Lestari DC. 2011. Perbaikan pertumbuhan tanaman rasamala (Altingia excelsa Noronhae) dengan teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten Bogor.

Lestari P. 2012. Perbaikan pertumbuhan tanaman pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) dengan teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di lahan pasca tambang pasir kuarsa PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten Bogor.

Setiadi Y. 2009. Reclamation and Forest Land Rehabilitation After Mining and Oil/ Gas Operation. Kabupaten Bogor(ID): Green Earth Trainer.

Sumarna SH. 2012. Sukses Budidaya 9 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Bable Book: Klaten

Syakirin AM. 2014. Tingkat keparahan dan intensitas penyakit karat tumor tegakan sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) pada hutan rakyat di Kabupaten Bogor [skripsi]. Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten Bogor

(32)

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan frekuensi peemberian pupuk poliner terhadap pertumbuhan tinggi sengon

Duncan Grouping Rata-rata N Pemotongan akar

A 8.17 12 Pemberian pupuk polimer 2

minggu sekali (c1)

A 6.92 12 Pemberian pupuk polimer 4

minggu sekali (c2)

B -7.58 12 Tanpa pemberian pupuk polimer

(c0)

Lampiran 2 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar dengan frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap pertumbuhan tinggi sengon

Duncan Grouping Rata-rata N Pemotongan akar dan frekuensi pemberian pupuk polimer

A 16.33 6

Pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1b1)

AB 10.33 6

Tanpa pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a0b2)

AB 4.83 6

Pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a1b2)

AB 0.00 6

Tanpa pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a0b1)

AB -3.83 6 Tanpa pemotongan akar dan tanpa pemberian pupuk polimer (a0b0)

B -10.50 6 Pemotongan akar dan tanpa

(33)

Lampiran 3 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi perlakuan pemotongan akar terhadap pertambahan jumlah daun sengon

Duncan Grouping Rata-rata N Pemotongan akar

A 5.06 18 Ada Pemotongan akar (a1)

B 1.44 18 Tanpa Pemotongan akar (a0)

Lampiran 4 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap pertambahan jumlah daun sengon

Duncan Grouping Rata-rata N Frekuensi pemberian pupuk polimer

A 4.75 12 Pemberian pupuk polimer 2

minggu sekali (c1)

A 3.75 12 Pemberian pupuk polimer 4

minggu sekali (c2)

B 1.25 12 Tanpa pemberian pupuk polimer

(c0)

Lampiran 5 Hasil uji Duncan pengaruh interkasi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan pemberian perangsang akar terhadap pertambahan jumlah daun sengon

Duncan Grouping Rata-rata N

Pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan mikroba

A 5 9

Pemotongan akar dan tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba (a1b0)

AB 4 9

Pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan mikroba (a1b1)

BC 2 9

Tanpa pemotongan akar dan tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba (a0b0)

C 1 9

(34)

25

Lampiran 6 Hasil uji Duncan pengaruh interkasi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap pertambahan jumlah daun sengon

Duncan Grouping Rata-rata N

Pemotongan akar dan frekuensi pemberian pupuk polimer

A 6 6

Pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1c1)

A 6 6

Pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a1c2)

AB 3 6

Tanpa pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a0c1)

AB 2.8 6

Pemotongan akar dan tanpa pemberian pupuk polimer (a1c0)

B 1.5 6

Tanpa pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a0c2)

B 1 6

Tanpa pemotongan akar dan tanpa pemberian pupuk polimer (a0c0)

Lampiran 7 Hasil uji Duncan pengaruh interkasi kombinasi perlakuan pemberian perangsang akar dan mikroba dan frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap pertambahan jumlah daun sengon

Duncan Grouping Rata-rata N

Pemberian perangsang akar dan mikroba serta frekuensi pemberian pupuk polimer

A 6. 6

Pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1c1)

A 5.5 6

Pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a1c2)

AB 4 6

Tanpa pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a0c1)

AB 2.5 6

Pemotongan akar dan tanpa pemberian pupuk polimer (a1c0)

B 1.5 6

Tanpa pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a0c2)

B 1 6

(35)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Februari 1992 sebagai anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Dody Prayitno dan Ibu RR Susi Handayani. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 8 Bekasi dan pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Kabupaten Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada beberapa organisasi kemahasiswaan yakni sebagai anggota Bussiness Development Himpunan Profesi Tree Grower Community (2011–2012), anggota Village Comunication Program International Forest Student Assocciaton (2011-2012) dan anggota Human Resource Development Tree Grower Community (2012-2013). Kepanitiaan yang diikuti yaitu, Bina Crops Rimbawan (2012), BELANTARA (2012), Forester Cup (2012), TGC in Action pada tahun 2012, Bina Crops Rimbawan (2013), EKSFLORASI (2013), dan TGC in Action (2013). Selain aktif dalam organisasi penulis pernah menjadi asisten praktek cibodas ekologi hutan pada tahun ajaran 2012/2013 dan asisten praktikum pemantauan kesehatan hutan pada tahun ajaran 2014/2015.

Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosisitem Hutan (PPEH) di Cilacap dan Baturraden, Jawa Tengah pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi dan KPH Cianjur, Jawa Barat pada tahun 2013 dan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT Bina Silva Nusa, Kalimantan Barat pada tahun 2014.

Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Kabupaten Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul

Gambar

Gambar 1 Pohon sengon (Paraserianthes falctaria (L) Neilsen)
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan anakan sengon
Tabel 3  Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan
Tabel 4 Hasil Uji Duncan interaksi kombinasi antara pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer terhadap pertumbuhan tinggi sengon
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian diketahui bahwa kriteria strategi prioritas utama yang perlu dipertimbangkan pemerintah adalah kriteria perekrutan dan seleksi kepegawaian guru,

Diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan proses pembelajaran ekperiential learning berjalan sangat baik, hal ini terlihat dari siswa lebih antusias dalam

Konstruksi seperti ini merupakan bentuk dasar sebuah bangunan stupa.Pada permukaan atas kaki candi di keempat sisi, dibagian luar struktur berbentuk bujur sangkar,

Menurut hasil dari penelitian yang telah dilakukan di PT Continental, dapat disimpulkan bahwa PT Continental memiliki visi keluarga beker- jasama antara saudara

penilaian yang ditetapkan F .14 Pembetulan Markah Prestasi Kokurikulum Pelajar Borang Rayuan Semakan Prestasi Kokurikulum Keputusan Rayuan Kes pembetulan markah mengikut

manfaat, dari pelatihan tersebut partisipan merasa mendapatkan tambahan penge- tahuan mengenai cara bersyukur dan bagaimana mengambil hal-hal positif dari sebuah

Namun demikian, saat ini juga telah beredar sampel tasbih imitasi terbuat dari kayu keras (hardwood) di pasaran. Keberadaan sampel tasbih palsu tersebut telah

Bakteri ini tidak memberikan hasil yang baik pada pewarnaan Gram, sehingga teknik pewarnaan yang biasanya dilakukan adalah dengan teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen