Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Oleh:
MAHARANI PRATIWI
122114060
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Oleh:
MAHARANI PRATIWI
122114060
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Walau hidup terasa penuh cobaan dan sangat berat untuk dijalani,
percayalah kuasa Tuhan tidak akan datang terlambat..
Walau terkadang rasa lelah menyergap tanpa memberi celah untuk semangat,
tuntaskan apa yang sudah dan akan kamu mulai.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
● Ibu dan Ayah
Theodora Widhyani & Budi Santoso
● Kakak-kakak
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan dan doa dari
orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya haturkan keberhasilan
saya kepada:
1. Tuhan YME, karena atas izin dan karunia-Nya maka skripsi ini dapat dibuat dan
selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan yang mengabulkan
segala doa.
2. Rektor Universitas Sanata Dharma, Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., yang telah
memberikan kesempatan belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
3. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan penulis untuk menimba ilmu di Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, Ak., M.Si., selaku Kaprodi Akuntansi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk
mengembangkan diri di Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma kepada
penulis.
5. Antonius Diksa Kuntara S.E., M.F.A. selaku pembimbing yeng telah membantu serta
membimbing penulis menyelesaikan skripsi.
6. Ibu dan Bapak Dosen penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan
bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik.
Serta para Staf Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang mendukung dalam
pembuatan skripsi.
7. Kepala Puskesmas Magelang Selatan, drg. Endah Yuliarti, Sp.Kg serta Ibu dan Bapak
karyawan Puskesmas Magelang Selatan yang telah banyak membantu dengan
tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling khusyuk selain doa yang
terucap dari orang tua.
9. Kakak-kakak, Almh. Anastasia Yunita Dwi Hapsari, S.Pd. M.Hum dan Yohanes
Raditya Wicaksana yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, hiburan dan
doanya dalam penyusunan skripsi sehingga saya mendapatkan keberhasilan ini.
10. Sahabat, Veronica Anggri Puspita dan Bernarda Marcela, yang selalu memberikan
kobaran semangat dan membantu saya dalam berbagai hal serta terimakasih atas
canda, tawa, tangis, dan perjuangan yang telah kita lewati selama ini.
11. Teman-teman Akuntansi 2012, (khususnya Siska, Ira, Yemima, Ena, Mayang, Dhion,
Sari, Putri, Yoshua, Ridha) terimakasih atas kebersamaan kita selama menempuh
pendidikan di Sanata Dharma, semoga kita sukses selalu.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
saya mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Yogyakarta, 20 Januari 2017
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR... vii
HALAMAN DAFTAR ISI... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL... xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN... xii
ABSTRAK... xiii
ABSTRACT... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Batasan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat Penelitian... 6
F. Sistematika Penulisan... 7
BAB II LANDASAN TEORI... 9
A. Laporan Keuangan... 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36
A. Jenis Penelitian... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 36
C. Subjek dan Objek Penelitian... 37
D. Data yang Dibutuhkan... 37
E. Teknik Pengumpulan Data... 38
F. Teknik Analisis Data... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM... 43
A. Sejarah dan Perkembangan... 43
B. Tugas Pokok dan Fungsi... 44
C. Struktur Organisasi... 46
D. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah... 47
E. Visi dan Misi... 47
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 49
A. Sajian Data... 49
B. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010... 55
C. Pembahasan... 63
BAB VI PENUTUP... 72
A. Kesimpulan... 72
B. Saran... 73
C. Keterbatasan Penelitian... 74
DAFTAR PUSTAKA... 75
Tabel II.1 Format Laporan Realisasi Anggaran Menurut StandarAkuntansi
Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010... 19
Tabel II.2 Format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Menurut
StandarAkuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010... 22
Tabel II.3 Format Neraca Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan
PP No.71 Tahun 2010... 27
Tabel II.5 Format Laporan Arus Kas Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan
PP No.71 Tahun 2010... 30
Tabel II.6 Format Laporan Perubahan Ekuitas Menurut Standar Akuntansi
Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010... 33
Tabel III.1 Contoh Tabel Evaluasi Laporan Keuangan Puskesmas Magelang Selatan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010... .. 39
Tabel V.1 Format Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
Puskesmas Magelang Selatan tahun 2015... 50
Tabel V.2 Format Laporan Operasional Keuangan Puskesmas Magelang
Selatan tahun 2015... 50
Tabel V.3 Format neraca Puskesmas Magelang Selatan tahun 2015...52
Tabel V.4 Evaluasi Laporan Keuangan Puskesmas Magelang Selatan menurut
EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PUSKESMAS
MAGELANG SELATAN
Maharani Pratiwi
NIM: 122114060
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan Puskesmas Magelang Selatan yang beralamat di Jl. Beringin III No.2, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah, Indonesia telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara, dokumentasi dan observasi. Data yang diambil adalah sejarah dan perkembangan instansi, tujuan instansi, struktur organisasi instansi, kondisi geografis dan batas wilayah, visi dan misi instansi, serta laporan keuangan Puskesmas Magelang Selatan.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif eksploratif. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang dibutuhkan, lalu membandingkan laporan keuangan Puskesmas Magelang Selatan dengan laporan keuangan yang sesuai dengan penyajian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas Magelang Selatan sudah menerapkan sebagian Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010. Dapat dilihat dari dua puluh tiga paragraf yang diperbandingkan, terdapat 13 paragraf yang sudah sesuai antara laporan keuangan Puskesmas Magelang Selatan dan Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010. Hal tersebut dikarenakan Puskesmas Magelang Selatan beracuan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 61 Tahun 2007.
AN EVALUATION OF GOVERNMENT’S FINANCIAL STATEMENT AT THE SOUTH MAGELANG HEALTH CENTER
Maharani Pratiwi
NIM: 122114060
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2017
The purpose of this research is to assess whether presentation of financial report of South Magelang Health Center located on Beringin Street III no.2, in South Magelang, Magelang City, Central Java, Indonesia has accorded with the government accounting
standards in Government’s Regulation No.71 in year 2010.
The kind of the research is case study. Data was collected by interviewing, documentation and observation. Analysis technique used was descriptive. The steps used in this research were to collect data needed, then compare financial report of South
Magelang Health Center with the standard of financial report based on Government’s
Regulation No.71 in year 2010.
The result showed that the South Magelang Health Center have applied some of
the items at the accounting standards in Government’s Regulation No.71 in year 2010.
From twenty three paragraphs, there are 13 paragraphs followed, implying that the reports has been in line with Government’s Regulation No.71 in year 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka menciptakan tata kelola yang baik (good governance),
pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Sebagai upaya untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara salah
satunya adalah dengan melakukan pengembangan kebijakan akuntansi pemerintah
berupa Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang bertujuan untuk memberikan
pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Melalui PP 71 Tahun 2010 (Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.24
tahun 2005), SAP kini didasarkan pada basis akrual. Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri dari tiga lampiran
utama, yaitu lampiran I tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual,
lampiran II tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Kas Menuju Akrual
dan Lampiran III tentang Proses Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintah
Berbasis Akrual. (KeuLSM:2013)
Salah satu hal yang baru dari PP Nomor 71 Tahun 2010 dibandingkan
dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 adalah terdapat uraian mengenai entitas
Tahun 2010 adalah unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan
dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan. Entitas pelaporan adalah
unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. (Halim dkk:2012)
Transparansi laporan pertanggungjawaban (LPJ) pada suatu instansi
dianggap sebagai hal yang sangat penting, terlebih pada instansi pemerintah. Hal
tersebut karena instansi pemerintah banyak disorot oleh masyarakat, selain
memang instansi pemerintah harus selalu melaporkan pertanggungjawaban
kepada yang pihak terkait.
Saat ini, pelayanan pengobatan gratis yang menjadi program unggulan
pemerintah sangat berdampak besar bagi masyarakat. Diimbangi dengan
perbaikan fasilitas-fasilitas dari pemerintah, mulai dari rumah sakit, puskesmas
induk maupun puskesmas pembantu. Sebagai organisasi sektor publik tipe quasi
non profit, puskesmas terus membenahi fasilitas dan pelayanannya. Organisasi
sektor publik tipe quasi non profit merupakan organisasi yang memberi pelayanan
berdasarkan pada kemampuan untuk membayar pelayanan tersebut. Pembayaran
pelayanan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh laba untuk keberlangsungan
organisasi tersebut dapat berjalan dan dapat memberikan kontribusi bagi
pendapatan daerah. Meskipun seperti yang kita ketahui saat ini, bagi peserta
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan
wilayah kerja puskesmas.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000
penduduk. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas
perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Pelayanan kesehatan yang
diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan
pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan
(promotif) dan pemullihan kesehatan (rehabilitatif) yang ditujukan kepada semua
penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak
pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
Adapun fungsi puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
(puskesmasprimaryhealthcare.wordpress.com:2011)
Di Magelang sendiri terdapat cukup banyak sarana kesehatan antara lain 5
rumah sakit umum, 1 rumah sakit jiwa, 1 rumah sakit bersalin, 1 rumah sakit
khusus lainnya, 1 Badan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (BPKM), 5 buah
puskesmas induk dan 12 puskesmas pembantu yang tersebar di seluruh
kecamatan. (Dinas Kesehatan Kota Magelang:2015)
Puskesmas Magelang Selatan merupakan satu dari lima puskesmas induk
yang ada di Kota Magelang. Penulis memilih untuk menganalisis laporan
keuangan Puskesmas Magelang Selatan karena di puskesmas ini terdapat
pelayanan rawat inap bagi pasien bersalin. Hal ini menarik minat penulis untuk
lebih lanjut mengetahui apakah penyajian laporan keuangan yang pastinya
berbeda dengan puskesmas lain yang ada di Magelang karena di puskesmas ini
adalah puskesmas yang ditetapkan sebagai unit kerja yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pada tahun 2013.
Badan Layanan Umum Daerah atau disingkat BLUD adalah Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di
lingkungan pemerintah daerah di Indonesia yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah, dengan status
hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah. Berbeda dengan SKPD pada
umumnya, pola pengelolaan keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Sebuah satuan kerja atau unit kerja
dapat ditingkatkan statusnya sebagai BLUD. (Fakhrurrozie:2013)
B. Rumusan Masalah
Apakah penyajian laporan keuangan Puskesmas Magelang Selatan telah sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan?
C. Batasan Masalah
Penelitian menitikberatkan pada penyesuaian laporan keuangan
berdasarkan standar akuntansi pemerintahan khususnya dalam PP No. 71 tahun
2010 . Periode tahun yang akan diteliti hanya mencakup pada tahun 2015.
D. Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah penyajian laporan keuangan Puskesmas Magelang Selatan
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membantu Puskesmas Magelang Selatan
untuk lebih mengetahui apa saja penghambat instansi ini dalam menyusun laporan
keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga sehingga diharapkan
berguna untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan yang diperoleh di
bangku kuliah serta dapat digunakan sebagai sarana penerapan ilmu yang
diperoleh dengan praktik di lapangan.
3. Bagi Puskesmas Magelang Selatan
Penelitian ini akan menambah informasi dan masukan bagi instansi ini
dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
4. Bagi Pembaca
Penelitian ini akan menambah wawasan dan pembendaharaan bacaan
ilmiah mengenai analisis laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi
5. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan dapat
memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berminat mempelajari analisis
laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi pemerintah.
F. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II. Landasan Teori
Pada bab ini penulis mencoba untuk menyajikan dan membahas secara
teoritis berbagai hal yang berhubungan dengan pokok-pokok bahasan yang
diajukaan.
Bab III. Metode Penelitian
Bab ini berisi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan
objek penelitian, data yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik
Bab IV. Gambaran Umum
Bab ini menguraikan tentang sejarah dan perkembangan instansi, tujuan
instansi, struktur organisasi instansi, kondisi geografis dan batas wilayah, serta
visi dan misi instansi.
Bab V. Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi penjelasan data laporan keuangan dan pembahasan masalah
sesuai dengan data yang diperoleh.
Bab VI. Penutup
Berdasarkan data, maka pada bab ini penulis akan mencoba membuat
suatu kesimpulan, batasan penelitian dan saran yang mungkin dapat bermanfaat
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2007) laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangan da hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau
Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan
Posisi Keuangan.
APB Statement No 4 (AICPA), menggambarkan tujuan laporan keuangan
dan membaginya menjadi dua yaitu:
● Tujuan Umum
Menyajikan Laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan
posisi keuangan wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.
● Tujuan Khusus
Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan
bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi
lain yang relevan.
Tujuan keuangan menurut SAK (5) adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
Prinsip akuntansi di sini tidak sama dengan prinsip dalam Prinsip
Akuntansi Indonesia atau dalam GAAP. Prinsip akuntansi yang merupakan
elemen struktur teori akuntansi adalah:
“Peraturan umum yan dijabarkan dari tujuan laporan keuangan atau
konsep teoritis akuntansi yang menjadi dasar dalam pengembangan teknik
akuntansi”
Istilah ini kadang diganti dengan “Standard”. Definisi lain, prinsip ini
diartikan sebagai peraturan atau undang-undang yang bersifat umum yang
dimiliki yang dimaksudkan untuk menajdi pedoman bertindak, landasan atau
menjadi dasar untuk bertindak dan melakukan praktik.
B. Standar Akuntansi Pemerintahan
1. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan
Menurut Sinaga (2005), SAP merupakan pedoman untuk menyatukan
persepsi antara penyusun, pengguna, dan auditor. Pemerintah pusat dan juga
pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan sesuai SAP. Pengguna
laporan keuangan termasuk legislatif akan menggunakan SAP untuk memahami
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) akan menggunakan sebagai kriteria dalam
Menurut Wijaya (2008), Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
merupakan standar akuntansi pertama di Indonesia yang mengatur mengenai
akuntansi pemerintahan Indonesia. Sehingga adanya standar ini, maka laporan
keuangan pemerintah yang merupakan hasil dari proses akuntansi diharapkan
dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan stakeholders
sehungga tercipta pengelolaan keuangan neagara yang transparan dan akuntabel.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa standar akuntansi
pemerintahan merupakan acuan wajib dalam meyusun dan menyajikan laporan
keuangan dalam pemerintahan, baik itu pemerintahan pusat maupun pemerintahan
daerah dalam rangka mencapai transparansi dan akuntabilitas. Standar akuntansi
pemerintahan dapat menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi antara
penyusun, pengguna dan auditor.
2. Pentingnya Standar Akuntansi Pemerintahan
Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sektor komersil yang
dipelopori dengan dikeluarkannya standar akuntansi keuangan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), kebutuhan akan standar akuntansi pemerintahan
kembali menguat. Maka dari itu, Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN),
kementrian keuangan, mulai mengembangkan standar akuntansi.
Menurut Nordiawan (2006), beberapa upaya untuk membuat sebuah
standar yang relevan dengan praktik-praktik akuntansi di organisasi sektor publik
telah dilakukan dengan baik oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) maupun oleh
adanya kekhususan yang signifikan antara organisasi sektor publik dengan
perusahaan komersial, yang diantaranya adalah adanya kewajiban
pertanggungjawaban kepada publik yang lebih besar atas penggunaan dana-dana
yang dimiliki.
Mahsun dkk (2011:12) menyebutkan di Indonesia, berbagai organisasi
termasuk dalam cakupan sektor publik antara lain pemerintah pusat, pemerintah
daerah, sejumlah perusahaan dimana pemerintah mempunyai saham (Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah), organisasi bidang
pendidikan, organisasi bidang kesehatan, dan organisasi-organisasi massa. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah, merupakan bagian dari organisasi sektor publik,
sehingga diperlukan juga standar akuntansi tersendiri.
Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan
keuangan, akuntansi, dan audit di pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah Republik Indonesia, diperlukan sebuah standar akuntansi
pemerintahan yang kredibel yang dibentuk oleh komite SAP (Nordiawan
dkk,2007).
3. Basis Penerapan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
a. SAP Berbasis Kas
Basis Akuntansi yang digunakan dengan laporan keuangan pemerintah
Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban
dan ekuitas dalam Neraca.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat kas di terima di Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau oleh
entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas
Umum Negara / Daerah atau entitas pelaporan (PP No.71 tahun 2010).
b. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menyusun SAP berbasis
akrual yang mecakup PSAP berbasis kas untuk pelaporan pelaksanaan
anggaran (budgetary reports), sebagaimana di cantumkan pada PSAP 2, dan
PSAP berbasis akrual untuk pelaporan keuangan, yang pada PSAP 12
mempasilitasi pencatatan, pendapatan, dan beban dengan basis akrual.
Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari
penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis
Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang,
dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis
Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri
Perbedaan mendasar SAP berbasis kas menuju akrual dengan SAP
berbasis akrual terletak pada PSAP 12 menganai laporan operasional. Entitas
melaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan,
dan besarnya beban yang di tanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan.
Surplus/defisit operasional merupakan penambah atau pengurang ekuitas/
kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan (PP NO 71 Tahun 2010)
c. SAP berbasis Akrual
SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang
mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan
finansial berbasis akrual, serta mengakui, dan pembiayaan dalam pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
Basis Akrual untuk neraca berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana
diakui dan di catat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas di terima atau di bayar (PP No.71 tahun 2010).
SAP berbasis akrual di terapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan
pemerintah pusat/ daerah, jika menurut peraturan perundang – undangan satuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan (PP No.71 Tahun 2010).
SAP berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis
Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah nomor 71
Tahun 2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses
baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut
merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat
dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan
memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas Menuju Akrual tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
4. Tahap - tahap penyiapan SAP yaitu (Supriyanto:2005):
a) Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
b) Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam Komite
c) Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
d) Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
e) Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
f) Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
h) Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat
Publik (Public Hearings)
i) Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j) Finalisasi Standar
Sebelum dan setelah dilakukan public hearing, standar dibahas bersama
dengan Tim Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan
pembahasan berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar
kemudian KSAP meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan.
Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan
dengan Keppres. Suhubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan Presiden,
dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja
untuk menyempurnakan kembali draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK
agar dapat segera ditetapkan.
Draf SAP pun diajukan kembali kepada BPK dan mendapatkan
pertimbangan dari BPK. BPK meminta langsung kepada Presiden RI untuk segera
Menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Peraturan Pemerintah (PP).
Proses penetapan PP SAP pun berjalan dengan Koordinasi antara Sekretariat
Negara, Departemen Keuangan, dan Departemen Hukum dan HAM, serta pihak
C. Format Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan
PP No.71 Tahun 2010
Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran
(bugedtary reports), laporan finansial, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan pelaksanaan terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Laporan finansian terdiri dari Necara, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Catatan atas
Laporan Keuangan merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut
atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan
merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran
maupun laporan finansial. (Paragraf 60)
1. Laporan Realisasi Anggaran
a. Paragraf 61: Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar
sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang
dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan.
b. Paragraf 62: Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah
oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA,
belanja, transfer dan pembiayaan.Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
2. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah.
3. Transfer adalahpenerimaan atau pengeluaran uang oleh
suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
4. Pembiayaan (financing) adalah setiap
penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada
kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal
oleh pemerintah.
Format tabel laporan realisasi anggaran dapat disajikan sebagai
berikut:
Pemerintah Kabupaten/Kota
Laporan Realisasi Anggaran
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3s/d6) Pendapatan Transfer
Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya (18s/d19)
Transfer Pemerintah Provinsi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23s/d24) Total Pendapatan Transfer (15+20+25)
Lanjutan...
Pemerintah Kabupaten/Kota
Laporan Realisasi Anggaran
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
Lain-Lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya
Transfer/Bagi Hasil Ke Desa Bagi Hasil Pajak
Lanjutan...
Pemerintah Kabupaten/Kota
Laporan Realisasi Anggaran
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SILPA Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah Lainnya
Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keauangan Bank Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Kauangan Bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lain
Jumlah Penerimaan (72s/d83)
Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah *PPPDN-Pemerintah Pusat
PPPDN-Pemerintah Daerah Lainnya PPPDN-Lembaga Keuangan Bank PPPDN-Lembaga Keuangan Bukan Bank PPPDN-Obligasi
PPPDN-Lainnya
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Lainnya
Jumlah Pengeluaran (87s/d97) Pembiayaan Neto (84+98)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (67+99)
xxx
Sumber: PP No.71 tahun 2010
2. Laporan Perbahan Saldo Anggaran Lebih
a. Paragraf 63: Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo
Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Format tabel laporan perubahan saldo anggaran lebih dapat
disajikan sebagai berikut:
Pemerintah Pusat
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Saldo Anggaran Lebih Awal
Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan
Subtotal (1-2)
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) Subtotal (3+4)
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya Lain-lain
Sumber: PP No.71 tahun 2010
3. Neraca
a. Paragraf 64: Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu
entitas pelaporan aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal
b. Paragraf 65: Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset,
kewajiban dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa
depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan oleh
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber
daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
2. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar
sumber daya ekonomi pemerintah.
3. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
Aset
c. Paragraf 66: Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud
dalam aset adalah potensi aset tersebut untuk memberikan
sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi
kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan
d. Paragraf 67: Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan
dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua
nonlancar. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar
jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau
belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat
dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai
aset nonlancar.
e. Paragraf 68: Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang dan persediaan.
f. Paragraf 69: Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat
jangka panjang dan aset tak berwujud yang digunakan baik
langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah
atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar
diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset
tetap, dana cadangan dan aset lainnya.
g. Paragraf 70: Investasi jangka panjang merupakan investasi
yang diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat
ekonomi dan manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari
satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi
investasi nonpermanen dan permanen. Investasi
nonpermanen antara lain investasi dalam Surat Utang
investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara
lain penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen
lainnya.
h. Paragraf 71: Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap
lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan.
i. Paragraf 72: Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai
aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak
berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).
Kewajiban
j. Paragraf 73: Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa
pemerintah mempunyai kewajiban masa kini yang dalam
penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya
ekonomi di masa yang akan datang.
k. Paragraf 74: Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi
pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di
masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul
antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan
pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas
pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi jasa
lain.
l. Paragraf 75: Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat
atau peraturan perundang-undangan.
m. Paragraf 76: Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban
jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang
diselesaikan dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah
kelompok kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan
setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
Ekuitas
n. Paragraf 77: Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari
saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.
Pemerintah Kabupaten/Kota
Neraca
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Investasi Jangka Pendek Piutang Pajak
Piutang Retribusi Penyisihan Piutang Belanja Dibayar Dimuka
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar (4s/d19)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Nonpermanen Pinjaman Jangka Panjang
Investasi dalam Surat Utang Negara Investasi dalam Proyek Pembangunan Investasi Nonpermanen Lainnya
Jumlah Investasi Nonpermanen (24s/d27) Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi Permanen (30s/d31) Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
xxx
Lanjutan...
Pemerintah Kabupaten/Kota
Neraca
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Akumulasi Penyusutan Jumlah Aset Tetap (36s/d42)
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (46)
Aset Lainnya
Tagihan Penjualan Angsuran Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga Aset Tak Berwujud
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pendapatan Dibayar Dimuka Utang Belanja
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Utang Jangka Pendek (62s/d67)
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri-Sektor Perbankan Utang Dalam Negeri-Obligasi Premium (Diskonto) Obligasi Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (71s/d74) Jumlah Kewajiban (68+75)
4. Laporan Operasional
a. Paragraf 78: Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber
daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola oleh pemerintah dalam satu periode pelaporan.
b. Paragraf 79: Unsur yang dicakup secara langsung oleh
Laporan Oprasional terdiri dari pendapatan-LO, beban,
transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendapatan-Lo adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
2. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
3. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban
pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
4. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban
luar biasa yang terjadi karena kejadian atay transaksi yang
bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau
rutin terjadi, dan berada diluar kendali atau pengaruh entitas
5. Laporan Arus Kas
a. Paragraf 80: Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas
sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan,
dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah
selama periode tertentu.
b. Paragraf 81: Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas
terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang
masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke
Bendahara Umum Negara/Daerah.
2. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
Bendahara Umum Negara/Daerah.
Format tabel laporan arus kas dapat disajikan sebagai berikut:
Pemerintah Kabupaten/Kota
Laporan Arus Kas
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 2 3 4 5 6
Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus Masuk Kas
Penerimaan Pajak Daerah Penerimaan Retribusi Daerah
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
Lanjutan...
Pemerintah Kabupaten/Kota
Laporan Arus Kas
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak
Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Penerimaan Dana Alokasi Umum
Penerimaan Dana Alokasi Khusus Penerimaan Dana Otonomi Khusus Penerimaan Dana Penyesuaian
Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pajak Penerimaan Bagi Hasil Lainnya
Penerimaan Hibah Penerimaan Dana Darurat Penerimaan Lainnya
Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa Jumlah Arus Masuk Kas (3s/d18)
Arus Keluar Kas
Pembayaran Pegawai Pembayaran Barang Pembayaran Bunga Pembayaran Subsidi Pembayaran Hibah Pembayaran Bantuan Sosial Pembayaran Tak Terduga Pembayaran Bagi Hasil Pajak Pembayaran Bagi Hasil Retribusi
Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Pembayaran Kejadian Luar Biasa
Jumlah Arus Keluar Kas (21s/d31)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (19-32)
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Arus Masuk Kas
Pencairan Dana Cadangan Penjualan atas Tanah
Penjualan atas Peralatan dan Mesin Penjualan atas Gedung dan Bangunan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan Penjualan Aset Tetap
Penjualan Aset Lainnya
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Penjualan Investasi Nonpermanen Jumlah Arus Masuk Kas (36s/d44)
Arus Keluar Kas
Pembentukan Dana Cadangan Perolehan Tanah
Perolehan Peralatan dan Mesin Perolehan Gedung dan Bangunan Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan
xxx
Lanjutan..
Pemerintah Kabupaten/Kota
Laporan Arus Kas
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Perolehan Aset Tetap Lainnya Perolehan Aset Lainnya
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pengerluaran Pembelian Investasi Nonpermanen Jumlah Arus Keluar Kas (47s/d55)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (45-56)
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus Masuk Kas
Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah Lainnya Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi
Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Masuk Kas (60s/d68)
Arus Keluar Kas
*PPPDN-Pemerintah Pusat
PPPDN-Pemerintah Daerah Lainnya PPPDN-Lembaga Keuangan Bank PPPDN-Lembaga Keuangan Bukan Bank PPPDN-Obligasi
PPPDN-Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Keluar Kas (71s/d79)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (69-80)
Arus Kas dari Aktivitas Transitoris Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Jumlah Arus Masuk Kas (84)
Arus Keluar Kas
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Jumlah Arus Keluar Kas (87)
6. Laporan Perubahan Ekuitas
a. Paragraf 82: Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Format tabel dari laporan perubahan ekuitas dapat disajikan
sebagai berikut:
Pemerintah Kabupaten/Kota
Laporan Perubahan Ekuitas
Per 31 Desember 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar: Koreksi Nilai Persediaan
Sumber: PP No.71 tahun 2010
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
a. Paragraf 83: Catatan atas Laporan Keuangan meliputi
penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca
dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga
mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan
mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai
berikut:
1. Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas
Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
2. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan
dan ekonomi makro;
3. Menyajikan ikhtisal pencapaian target keuangan selama
tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target;
4. Menyampaikan informasi tentang dasar penyusunan
laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang
dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
5. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos
6. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan;
7. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan
penelitian dengan melihat masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan
keadaan saat ini dari subjek dan objek penelitian. Kemudian peneliti
melakukan pengolahan data berupa laporan keuangan Puskesmas untuk
selanjutnya dievaluasi kesesuaiannya dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tentang analisis laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010 dilakukan di Puskesmas Magelang
Selatan, alamat: Jl. Beringin III No.2, Kecamatan Magelang Selatan.
2. Waktu Penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah pimpinan
Puskesmas Magelang Selatan dan bagian keuangan Puskesmas Magelang
Selatan.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah laporan
keuangan Puskesmas Magelang Selatan periode tahun 2015, karena pada tahun
2013 Puskesmas Magelang Selatan ditetapkan sebagai unit kerja yang
menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
serta mengalami transisi pada tahun 2013-2014 dan tahun 2015 diasumsikan
sudah menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD sepenuhnya.
D. Data yang Dibutuhkan
1. Profil tentang Puskesmas Magelang Selatan
2. Struktur Organisasi Puskesmas Magelang Selatan
E. Teknik Pengumpulan Data
- Riset Lapangan
Riset lapangan adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan dengan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
A. Wawancara
Dalam penelitian ini penulis mengadakan tanya jawab langsung
kepada Kepala Puskesmas Magelang Selatan dan bagian keuangan
Puskesmas Magelang Selatan untuk mendapatkan berbagai
informasi, data dan gambaran umum tentang Puskesmas Magelang
Selatan, serta tata cara dan cara kerja bagian keuangan.
b. Dokumentasi
Penelitian mendapatkan langsung informasi yang dibutuhkan dari
sumber yaitu dari laporan keuangan Puskesmas Magelang Selatan
periode tahun 2015.
c. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara
langsung yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh gambaran
- Riset Pustaka
Pengertian dari riset pustaka yaitu dengan mempelajari buku-buku dan tulisan
yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
eksploratif, yaitu penggalian masalah yang terjadi dan atau untuk mendukung
hipotesis (Supranto:1997 dalam Suharso:2009). Untuk menjawab permasalahan
menggunakan cara sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data berupa laporan keuangan Puskesmas Magelang
Selatan yang berupa laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo
anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.
b. Membandingkan laporan keuangan Puskesmas Magelang Selatan dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010 tentang penyajian
laporan keuangan yang terdiri dari dua puluh tiga paragraf apakah sesuai
Tabel III.1 Contoh Tabel Evaluasi Laporan Keuangan Puskesmas Magelang Selatan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010
No. Kriteria No. Paragraf SAP PP No.71
tahun 2010
Puskesmas Magelang Selatan
Penyajian Keterangan
Sesuai Sesuai Sebagian
Tidak Sesuai
Tidak Relevan 1. Laporan Realisasi
Anggaran
1. Paragraf 61 2. Paragraf
62 2. Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih
1. Paragraf 63
3. Neraca 1. Paragraf
64 2. Paragraf
65 3. Paragraf
66 4. Paragraf
67 5. Paragraf
68 6. Paragraf
69 7. Paragraf
70 8. Paragraf
71 9. Paragraf
Tabel II.1 Contoh Tabel Evaluasi Laporan Keuangan Puskesmas Magelang Selatan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010 (Lanjutan)
No. Kriteria No. Paragraf SAP PP No.71
tahun 2010
Puskesmas Magelang Selatan
Penyajian Keterangan
Sesuai Sesuai Sebagian
Tidak Sesuai
Tidak Relevan 10. Paragraf
73 11. Paragraf
74 12. Paragraf
75 13. Paragraf
76 14. Paragraf
77 4. Laporan
Operasional
1. Paragraf 78 2. Paragraf
79 5. Laporan Arus Kas 1. Paragraf
80 2. Paragraf
81 6. Laporan
Perubahan Ekuitas
Tabel II.1 Contoh Tabel Evaluasi Laporan Keuangan Puskesmas Magelang Selatan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010 (Lanjutan)
No .
Kriteria No .
Paragra f
SAP PP No.71 tahun 2010
Puskesmas Magelang
Selatan
Penyajian Keterangan Sesuai Sesuai
Sebagian
Tidak Sesuai
Tidak Relevan 7. Catatan Atas
Laporan Keuangan
BAB VI
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah dan Perkembangan
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang disingkat dan lebih dikenal di
Indonesia dengan nama Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja UPT. Sebagai unit fungsional
pelayanan kesehatan terdepan dalam unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas
Kesehatan. Pembangunan kesehatan maksudnya adalah sebagai penyelenggara
upaya kesehatan seperti melaksanakan upayapenyuluhan, pencegahan dan
penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya secara terpadu dan
terkoordinasi. Sementara pertanggungjawaban secara keseluruhan ada di Dinkes
dan sebagian ada di Puskesmas.
Pada tahun 1979 didirikan Puskesmas Magelang Selatan yang berada di
Jalan Beringin III Kota Magelang yang dulunya berada di Jalan Singosari, sejak
berdirinya Puskesmas yang sampai sekarang sudah mengalami pergantian
pimpinan sebanyak lima kali.
Dalam menerapkan upaya mutu kesehatan, Puskesmas Magelang Sealatan
2013 yang mencakup seluruh kegiatan program diantaranya Program P2P, Gizi,
KIA/KB, Kesling, Promkes, Pelayanan Medis dan Pelayanan Administrasi.
Berdasarkan Keputusan Walikota Magelang Nomor: 445.4/114/112
tanggal 4 Desember 2013 Puskesmas Magelang Sealatan ditetapkan sebagai unit
kerja yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD). (Profil Puskesmas Magelang Selatan)
B. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Tugas Pokok
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata
pertama menyelemggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan
perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods).
Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat
sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.
2. Fungsi
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
Jenis pelayanan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas,
namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas
ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan
permasalahan yang ada serta kemampuan Puskesmas. Upaya-upaya kesehatan
wajib tersebut adalah (Basic Six):
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Dengan adanya Puskesmas Magelang Selatan yang beralamat di Jalan
Beringin III No.2 dengan nomor kode Puskesmas P3371010201. Status
Puskesmas Magelang Sealatan saat ini yaitu BLUD. Puskesmas ini didirikan
dengan harapan bisa menciptakan sebuah kecamatan sehat 2016. (Profil
D. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah
Kondisi Geografis
Lokasi : Jl. Beringin III No.2 Magelang
Kelurahan : Tidar Utara
Kecamatan : Magelang Selatan
Kota : Magelang
Propinsi : Jawa Tengah
Batas Wilayah
Sebelah Utara : Kelurahan Rejowinangun Utara
Sebelah Timur : Desa Mejing
Sebelah Selatan : Desa Mertoyudan
Sebelah Barat : Kelurahan Magersari
E. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadikan Puskesmas Magelang Selatan sebagai pusat pelayanan
2. Misi
- Menggerakkan pembangunan kecamatan Magelang Selatan berwawasan
kesehatan
- Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
merata dan terjangkau
- Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
- Melaksanakan sistem informasi kesehatan yang cepat dan tepat
- Menanggulangi permasalahan kesehatan
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sajian Data
Puskesmas Magelang Selatan sebagaimana umumnya sebuah lembaga
yang melakukan kegiatan untuk kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, dituntut
untuk bisa mempertanggungjawabkan segala kegiatan dan program kerja yang
berhubungan dengan lembaga tersebut kepada pemerintah. Bukti
pertanggungjawaban kepada pemerintah tersebut berupa laporan keuangan, yang
kemudian akan dilaporkan atau diserahkan kepada pihak terkait seperti misalnya
Dinas Kesehatan untuk ditindaklanjuti. Dengan laporan keuangan sebagai salah
satu tolok ukur bagaimana pelayanan Puskesmas Magelang Selatan kepada
masyarakat, hal tersebut dapat dilihat melalui pendapatan yang diperoleh dari
pasien umum.
Dalam melakukan kegiatan pelayanan di Puskesmas Magelang Selatan
mendapatkan dana dari APBD Kabupaten/Kota (belanja langsung BLUD dan
Belanja tidak langsung (APBD), APBD Provinsi, APBN (Dana Alokasi Khusus
(DAK), Badan Operasional Kesehatan (BOK) dan TP), BPJS, Jamkesda,
pendapatan dari pasien umum (pendapatan tindakan, pendapatan rawat jalan,
pendapatan laboratorium), pendapatan jasa layanan dan lain-lain (parkir, siswa,
bunga bank dan sisa belanja). Dokumen pendukung yang ada untuk menyusun
laporan keuangan Puskesmas Magelang Selatan antara lain adalah Surat
Berdasarkan pendapat dari staf keuangan, Puskesmas Magelang Selatan
belum menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 tahun 2010 karena
mengikuti Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri). Staf terlihat belum
mengetahui lebih dalam mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71
tahun 2010, namun mengetahui bahwa standar penyusunan laporan keuangan
yang saat ini digunakan adalah akrual.
Tabel V.1 Format laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah Puskesmas Magelang Selatan tahun 2015
No. Urut
Uraian Anggaran
2015
Tabel V.2 Format laporan operasional keuangan Puskesmas Magelang Selatan
tahun 2015
A. Biaya Operasional
Tabel V.2 Format laporan operasional keuangan Puskesmas Magelang Selatan
tahun 2015 (Lanjutan)
No. Uraian Anggaran
B. Biaya Non Operasional
a. Biaya Bunga b. Biaya Administrasi Bank
c. Biaya Kerugian Penjualan Aset Tetap d. Biaya Kerugian
Jumlah Biaya Non Operasional
xxx xxx xxx xxx xxx
C. Biaya Investasi
Tabel V.3 Format neraca Puskesmas Magelang Selatan tahun 2015
INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Non Permanen
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG xxx xxx
ASET TETAP
Tabel V.3 Format neraca Puskesmas Magelang Selatan tahun 2015 (Lanjutan)
Uraian 2015 2014
ASET LAINNYA
Tagihan Piutang Penjualan Angsuran Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud Aset Lain-lain Amortisasi
Akumulasi Penyusutan Aset Lain-lain
xxx
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Utang Bunga
Utang Pajak
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang-Utang Bank Bagian Lancar Utang Jangka Panjang-Utang Obligasi
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang-Utang Pemerintah Pusat Bagian Lancar Utang Jangka Panjang-Utang Pemerintah Provinsi Bagian Lancar Utang Jangka Panjang-Utang Pemerintah Kabupaten/Kota Pendapatan Diterima Dimuka
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK xxx xxx
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri-Sektor Perbankan Utang Dalam Negeri-Obligasi
Utang Pemerintah Pusat Utang Pemerintah Provinsi Utang Pemerintah Kabupaten/Kota Utang Luar Negeri-Sektor Perbankan
xxx
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG xxx xxx
JUMLAH KEWAJIBAN xxx xxx
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Cadangan untuk Piutang
Cadangan untuk Persediaan
Dana yang Harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek Pendapatan yang Ditangguhkan
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (Tidak termasuk Dana Cadangan) Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Hutang Jangka Panjang
Tabel V.3 Format neraca Puskesmas Magelang Selatan tahun 2015 (Lanjutan)
Uraian 2015 2014
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN xxx xxx
KOREKSI EKUITAS
Koreksi Ekuitas xxx xxx
JUMLAH KOREKSI EKUITAS xxx xxx
JUMLAH EKUITAS DANA xxx xxx
B. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010
Tabel V.4 Evaluasi Laporan Keuangan Puskesmas Magelang Selatan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun 2010
No. Kriteria No. Paragraf SAP PP No.71 tahun 2010
Puskesmas Magelang Selatan
Penyajian Keterangan
Sesuai Sesuai Sebagian ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
Laporan Realisasi Anggaran hanya menyajikan
pendapatan dan belanja, namun sudah
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
√
2. Paragraf 62
Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer dan pembiayaan.
Unsur yang dicakup hanya Pendapatan-LRA dan posisi keuangan suatu entitas pelaporan aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Neraca Puskesmas Magelang Selatan menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan aset, kewajiban dan ekuitas.