• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Sei Air Hitam, Pt. Perdana Intisawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Sei Air Hitam, Pt. Perdana Intisawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, PT. PERDANA INTI

SAWIT PERKASA I, KAB. ROKAN HULU, RIAU

IKA SARITA ANGGRAENI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT. Perdana IntiSawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

(3)

ABSTRAK

IKA SARITA ANGGRAENI. Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT. Perdana IntiSawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau. Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA dan SOFYAN ZAMAN.

Magang ini dilakukan di Divisi 3 Kebun Sei Air Hitam (SAH) PT Perdana IntiSawit Perkasa I, First Resources Grup, Kab. Rokan Hulu, Riau mulai dari Februari 2012 sampai Mei 2012. Penulis berstatus sebagai karyawan harian lepas selama satu bulan, sebagai pendamping mandor selama satu bulan, dan sebagai pendamping asisten divisi selama satu bulan. Kegiatan magang ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan penulis tentang aspek teknis dan manajerial di perkebunan kelapa sawit terutama dalam kegiatan pengendalian gulma. Pengamatan yang dilakukan meliputi dominansi gulma: kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma; jenis dan dosis herbisida yang digunakan; dan kecepatan pertumbuhan kembali setelah aplikasi. Asystasia intrusa (Forssk.) Blume dan Centotheca lappacea (L.) Desv. merupakan gulma dominan di Kebun SAH. Pengendalian gulma dilakukan secara manual (babat dempes) dan kimia (campuran isopropilamina glifosat 0.16 L/ha dan metil metsulfuron dengan dosis 0.008 kg/ha). Secara umum, kegiatan pengendalian gulma di Kebun SAH sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat beberapa kendala di antaranya: kekurangan jumlah dan kualitas tenaga kerja, serta ketersediaan alat dan keterlambatan penyediaan dan penyaluran bahan.

Kata kunci: Kelapa sawit, gulma, dominansi, pengendalian

ABSTRACT

The apprentice was conducted at Division 3 Sei Air Hitam (SAH) Estate, PT Perdana IntiSawit Perkasa I, First Resources Group, Rokan Hulu Regency, Riau from Februari 2012 until Mei 2012. The assigment composed as field worker for one month, as accompanied foreman for one month, and as accompanied of division’s assistant for one month. This apprentice was aim to extend the knowledge and skill about technical and managerial aspects of palm oil plantation especially in weed control. The specifik observation were conducted weed dominance: density, frequency, and dry weight of weed biomass; herbicide’s type and dosage; and speed regrowth after application. Asystasia intrusa (Forssk.) Blume dan Centotheca lappacea (L.) Desv. were the dominant weeds in SAH Estate. Weed control was conducted in mechanically (chop off) and chemically way (combination of 0.16 L/ha isopropilamina glifosat and 0.008 kg/ha metil metsulfuron). Generally, weed control at SAH Estate have been performed well enough, however there were need some improvement for overcoming less still worker quantity and quality, tools availability and delays in supply and distribution of materials.

(4)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, PT. PERDANA INTISAWIT

PERKASA I, KAB. ROKAN HULU, RIAU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana IntiSawitPerkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau” yang merupakan hasil dari kegiatan magang ini dapat diselesaikan.

Skripsi merupakan tugas akhir akademik yang harus diselesaikan mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan atas bantuan dan pertolongan selama pelaksanaan magang dan proses penulisan skripsi ini kepada :

1. Dr Ir Herdata Agusta, MS dan Ir Sofyan Zaman, MP selaku pembimbing skripsi atas bimbingan dan saran yang diberikan.

2. Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr atas kesediaannya sebagai dosen penguji dan masukan-masukan yang diberikan.

3. Dr Ir Yudiwanti WEK selaku pembimbing akademik atas bimbingan yang diberikan selama pelaksanaan studi.

4. Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku panitia magang yang telah mengusahakan tempat magang dan pelaksanaan magang tepat pada waktunya.

5. Pihak Manajemen PT Perdana IntiSawit Perkasa I atas ketersediaannya memberikan tempat magang dan bantuan selama mahasiswa magang di lapangan.

6. Keluargaku di Divisi 3: Bapak Rizali (Asisten Divisi) dan keluarga Ibu Ellys Jelija (Kerani Divisi) dan keluarga, Bapak Aan Samosir (Mandor Panen) dan keluarga, Bapak Budiman Sitohang (Mandor Panen) dan keluarga, Bapak Johan (Kerani Produksi) dan keluarga, Bapak Armalis (Kerani Produksi) dan keluarga, Bapak Bairun Saragih (Mandor Perawatan) dan keluarga, serta Bapak M. Zaenuddin (Mandor Pemupukan) dan keluarga atas pengalaman dan rasa kekeluargaan yang diberikan selama pelaksanaan magang.

7. Para staf Laboratorium PT Perdana IntiSawit Perkasa I atas keterbukaan dan ketersediaannya menerima mahasiswa magang.

8. Ibu Sumi dan Bapak Irawan yang telah memberi perhatian yang sangat besar selama magang.

9. Bapak, Mamak, dan adik-adikku Eri Anggriawan dan Andika Irawan atas doa dan motivasi yang tulus kepada penulis.

10.Rekan-rekan: Maharani Rahman, Munandar Irfanda, Dimas Guntur Julianto atas solidaritas dan persahabatan selama magang.

11. Tama, Dito, Nida, Nisa, Fardil, Arga, Andre, Riri, Susi, Mariski, Endah, dan semua teman-temanku Agronomi 45 atas kebersamaannya selama ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR i

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Syarat Tumbuh 3

Gulma 3

Pengendalian Gulma 4

METODE MAGANG 5

Waktu dan Tempat 5

Metode Pelaksanaan 5

Pengamatan dan Pengumpulan Data 6

Analisis Data dan Informasi 7

KEADAAN UMUM KEBUN 7

Letak Geografis dan Administratif 7

Keadaan Topografi, Tanah, dan Iklim 7

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 8

Kondisi Tanaman 8

Struktur Organisasi 9

Ketenagakerjaan 10

Produksi 11

PELAKSANAAN MAGANG 12

Pelaksanaan Teknis Lapangan 12

Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit 12

Pengendalian Hama 17

Penanaman Tanaman Beneficial Plant 19

Penunasan (Pruning Pelepah) 19

Pemanenan 20

Pemeliharaan Jalan 22

Sensus Pokok dan Pemetaan Blok 23

Pelaksanaan Manajemen Kebun 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Gulma dan Permasalahannya di Kebun SAH PT PISP I 25

(10)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma 30

Organisasi Pengendalian Gulma 32

Ketenagakerjaan 33

Teknik Pengendalian Gulma 33

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Gulma 38

Analisis Ekonomi Pengendalian Gulma 40

KESIMPULAN DAN SARAN 42

DAFTAR PUSTAKA 42

(11)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi areal tahun tanam per divisi 9

2 Data tenaga kerja Kebun Pertanaman Kelapa Sawit

Kebun SAH 10

3 Data tenaga kerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun SAH 11 4 Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit di Kebun SAH 13 5 Jenis dan spesifikasi pupuk yang dianjurkan dalam

rekomendasi pemupukan Kebun SAH Divisi 3 14

6 Kandungan unsur hara dalam 30 ton/ha tandan kosong 14 7 Kandungan unsur hara dalam 75 ton/ha limbah cair 15 8 Jumlah pelepah ditinggalkan di pokok sesuai umur tanaman 20

9 Kriteria matang panen kelapa sawit 20

10 Jumlah tenaga kerja panen Divisi 3 Kebun SAH 21

111 Penggolongan gulma di Divisi 3 Kebun SAH 26

12 Spesies gulma beserta NJD di pasar pikul blok sampel Divisi 3 Kebun SAH

27 13 Spesies gulma beserta NJD di gawangan blok sampel

Divisi 3 Kebun SAH 29

14 Lokasi dan teknik pengendalian gulma di Divisi 3 Kebun SAH 34 15 Hasil analisis vegetasi di piringan blok sampel Divisi 3 Kebun

SAH 35

16 Perubahan fisik/morfologis setelah aplikasi isopropilamina glifosat 0.48 L/ha dan metil metsulfuron dengan dosis 0.024

kg/ha di piringan 36

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur organisasi tingkat Divisi Kebun SAH 10 2 Alat dan bahan serta cara pengaplikasian infus akar 15 3 Kalibrasi penguntilan, pengeceran pupuk, dan

penaburan pupuk 17

4 Penemuan gumpalan pupuk urea di piringan pokok 17

5 Titik tanam Turnera subulata 18

6 Gupon (kandang burung hantu) 18

7 Perawatan bunga Turnera subulata 19

8 (a) Gulma di Sawit tahun tanam 2004

(b) Gulma di sawit tahun tanam 1993 31

9 Struktur organisasi pengendalian gulma 32

10 Tenaga kerja laki-laki dan perempuan untuk pengendalian

gulma 33

11 Pengendalian manual gulma di piringan 35

12 Hasil penyemprotan 1 MSA – 2 MSA – 3 MSA – 4 MSA di

(12)

13 Pengendalian manual gulma di gawangan 38 14 Pengendalian gulma dengan babat di bahu jalan 38

15 Kondisi jalan berlubang Divisi 3 39

16 Penggunaan air parit yang kotor 39

17 Persiapan dan aplikasi semprot tanpa APD 40

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang KHL di Kebun SAH 45 2 Jurnal harian kegiatan magang pendamping mandor di Kebun

SAH 46

3 Jurnal harian kegiatan magang pendamping asisten di

Kebun SAH 48

4 Curah hujan PT Perdana IntiSawit Perkasa I tahun 2005 -

2010 49

5 Data total produksi kelapa sawit PT Perdana Inti Sawit Perkasa

I tahun 2007 – 2010 50

6 Peta areal kerja PT Perdana IntiSawit Perkasa I 51 7 Peta realisasi dongkel anak kayu PT Perdana IntiSawit

Perkasa I 52

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beberapa isu nasional seperti angka pengangguran yang cenderung tinggi, kemiskinan yang cenderung meningkat, kelangkaan energi, adanya kerusakan lingkungan, dan makin melemahnya sektor riil di Indonesia menjadikan kebijakan pembangunan pertanian yang fokus pada komoditas perkebunan diharapkan mampu berperan besar di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk dalam komoditas prioritas utama untuk diunggulkan (Sunarko 2010).

Kelapa sawit di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun, baik itu pertambahan luas areal maupun peningkatan produksi. Data pada tahun 2013 menunjukkan luas areal kebun kelapa sawit adalah 10.45 juta ha dan pada tahun 2014 meningkat sebanyak 4.69% menjadi 10.95 juta ha. Data produksi tahun 2013 yaitu 27.78 juta ton dan pada tahun 2014 meningkat sebanyak 5.62% menjadi 29.34 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan 2014).

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia (Pahan 2011). Produktivitas tanaman kelapa sawit yang tinggi dapat dicapai dengan pemeliharaan yang intensif. Salah satu faktor utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit adalah pengendalian gulma. Pengendalian gulma dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya persaingan dengan tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemupukan dan pemanenan, serta mencegah berkembangnya hama/penyakit tertentu.

Lubis dan Widanarko (2011) menyatakan bahwa pengendalian gulma harus dilakukan secara benar supaya perusahaan tidak mengalami kerugian produksi akibat adanya persaingan antara gulma dengan tanaman kelapa sawit. Pahan (2011) menambahkan bahwa pengendalian gulma dilakukan dengan pendekatan konsep ambang ekonomis. Artinya, selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadian gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan.

Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada 4 (empat) tempat, yaitu di piringan, gawangan, pasar pikul, dan bahu jalan. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis, biologis, maupun kimiawi. Pengendalian mekanis yaitu dengan penggunaan alat-alat seperti cados (cangkul dodos) dan parang panjang. Pengendalian biologis dengan penggunaan tanaman atau organisme yang dapat menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan herbisida maupun dengan wiping.

Tujuan

(15)

2

nyata. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari teknik dan efektifitas manajemen pengendalian gulma pada pertanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Menurut Suwarto dan Octavianty (2010) klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis

Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guinea). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guinea) (Sastrosayono 2005).

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari famili Arecaceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan menjadi akar primer (Sunarko 2010). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas. Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40-60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang. Selama empat tahun pertama, titik tumbuh membentuk daun-daun yang pelepahnya membungkus batang sehingga batang tidak terlihat (Setyamidjaja 2010). Daun kelapa sawit membentuk susunan majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun ini membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5-9 m (Suwarto dan Octavianty 2010).

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko 2007).

(16)

3

Syarat Tumbuh

Fauzi et.al (2007) mengatakan bahwa faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Sunarko (2010) menambahkan bahwa lama penyinaran matahari minimum 1 600 jam/tahun atau selama 5-7 jam/hari. Sementara itu, suhu optimum bagi kelapa sawit berkisar antara 27-29°C.

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Akan tetapi, kemampuan produksi tanaman untuk setiap tanah berbeda-beda, tergantung sifat fisik dan sifat kimia tanah. Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Sementara itu, keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah (Suwarto dan Octavianty 2010).

Gulma

Sastroutomo (1990) mengatakan bahwa pakar-pakar ekologi cenderung melihat gulma sebagai tumbuhan yang mempunyai kemampuan khusus untuk menguasai lahan-lahan yang telah mengalami gangguan manusia, atau dalam bahasa ilmiahnya “gulma adalah tumbuhan pioner dari suksesi sekunder terutama pada lahan-lahan pertanian”.

Sukman dan Yakup (2002) menyebutkan berbagai padanan kata untuk gulma dalam beberapa bahasa banyak berbeda, seperti Unkraut (Jerman), Onkruid (Belanda), mauvaise herbe (Perancis), malerbe (Italia), mala herba (Spanyol), dan Zasso (Jepang). Sementara dalam bahasa Indonesia diketahui sebagai rerumputan atau rumpai yang berarti tumbuhan yang berumput (grassy plants), herba (herb), tumbuhan pengganggu (noxious plants), dan akhirnya sekarang adalah gulma berarti tumbuhan yang tidak diinginkan.

Pahan (2011) menambahkan bahwa gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budi daya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budi daya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati) yang disekresikan.

(17)

4

tumbuhan yang umumnya berbatang segitiga dan daun yang tersusun dalam tiga deretan, serta buah pipih berbentuk segitiga membuka (Arief 1994).

Bila dilihat dalam kehidupan pertumbuhannya, gulma dibedakan atas tiga jenis, yaitu gulma semusim (annual), yaitu hidupnya mulai dari biji hanya kurang dari satu tahun. Gulma dua tahunan (biennial), yaitu hidupnya mulai dari biji hanya sampai dua tahun. Gulma tahunan (perennial), yaitu hidupnya mulai dari biji sampai lebih dari dua tahun (Arief 1994).

Pengendalian Gulma

Pemberantasan gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan. Gulma yang tumbuh di sekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu diberantas sebab dapat merugikan tanaman pokok, bahkan menurunkan produksi. Gulma menjadikan tanaman pokok berkompetisi dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya, maupun CO2. Selain itu, gulma dapat berperan sebagai tanaman

inang bagi hama dan penyakit (Fauzi et.al 2007).

Suwarto dan Octavianty (2010) menyebutkan beberapa gulma yang umum ditemui pada areal pertanaman kelapa sawit, antara lain Imperata cylindrica (alang-alang), Axonopus compressus (rumput pahit), Cyperus rotundus (rumput teki), Mimosa invisa (kucingan), Mikania micrantha (mikania), dan Ageratum conyzoides (babadotan). Pengendalian gulma dilakukan pada piringan pokok, gawangan, dan pasar pikul atau pasar rintis. Rotasi pengendalian dilakukan 3-4 kali per tahun.

Menurut Pahan (2011) pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Tidak ada satu pun metode/cara yang dapat mengendalikan semua spesies gulma secara tuntas di pertanaman. Suatu metode mungkin dapat menekan spesies-spesies tertentu, tetapi beberapa spesies yang lain justru mendapat pengaruh yang menguntungkan, baik langsung maupun tidak langsung.

Pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma, yaitu secara mekanis (manual), kimiawi dan biologis. Pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul, dan garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara clean weeding atau penyiangan bersih pada daerah piringan dan selective weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang-alang, kerisan, teki. Pemberantasan gulma dengan cara ini dapat dilakukan 5-6 kali pada tahun pertama atau tergantung keadaan perkebunan (Fauzi et.al 2007).

Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan cara kedua ini adalah penggunaan tenaga kerja yang relatif sedikit. Namun, cara ini dapat mengganggu organisme lain dan kelestarian alam (Fauzi et.al 2007). Suwarto dan Octavianty (2010) menambahkan beberapa herbisida yang dapat digunakan untuk pengendalian gulma adalah herbisida berbahan aktif glifosat (konsentrasi 2 l/500 l air), diuron, aminotriazol, florosipir, dan paraquat diklorida.

(18)

5 herbisida glifosat pada konsentrasi 0.5% dengan dosis 6-10 ml per hektar per rotasi. Biasanya seorang pekerja wiping menghabiskan empat liter larutan herbisida per hari kerja. Selain wiping, penyiangan perlu dilakukan di luar lalang (weeding). Berdasarkan sasarannya, weeding dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) weeding gawangan, untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman kacangan penutup tanah, (2) weeding piringan/bokoran, untuk menjaga kebersihan piringan dan daerah sekitar tanaman, dan (3) weeding jalan buah/jalan pikul, untuk memelihara atau merawat jalan buah agar transportasi buah tidak terhambat.

Pemberantasan gulma secara biologi yaitu dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma (Fauzi et.al 2007). Sembodo (2010) menambahkan bahwa organisme yang digunakan sebagai pemangsa gulma harus spesifik, sebisa mungkin yang bersifat monofag, sehingga tidak menyerang tanaman.

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang berlangsung selama 3 bulan, mulai dari Februari 2012 hingga Mei 2012. Magang dilaksanakan di Divisi 3 Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana IntiSawit Perkasa I, First Resources Group, Desa Kepenuhan Baru, Kec. Kepenuhan, Kab. Rokan Hulu, Riau.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang ini merupakan suatu kegiatan praktik teknis di lapangan dan kegiatan manajerial di perkebunan. Selama satu bulan pertama, penulis berstatus sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan yang dilakukan meliputi pengendalian gulma secara manual (pembersihan piringan, gawangan, dongkel anak kayu dan babat bahu jalan), pengendalian gulma secara kimiawi (semprot gulma di piringan dan pasar pikul), pengendalian hama, perawatan bunga Turnera subulata, pemupukan, manajemen kanopi (tunas pokok dan sanitasi pelepah sengkleh), sensus pokok dan pemetaan blok, sensus berat janjang rata-rata dan kegiatan panen, serta pemeliharaan sarana pendukung yang meliputi pemeliharaan jalan dan saluran air.

(19)

6

peralatan kerja, membuat rencana kerja divisi, membuat rencana kerja pengendalian gulma, dan membuat perencanaan pencapaian produksi. Penulis juga melakukan kunjungan ke pabrik kelapa sawit (PKS) di sela-sela kegiatan magang.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Metode pengambilan data dilakukan secara langsung (data primer) dan tidak langsung (data sekunder). Data primer adalah informasi yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan di lapangan maupun diskusi dengan KHL, mandor dan asisten kebun, sedangkan data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi di lapangan dan diperoleh dari arsip laporan manajemen di kantor administrasi kebun maupun studi pustaka. Data primer yang dikumpulkan antara lain umur tanaman pokok; dominansi gulma: kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma; jenis dan dosis herbisida yang digunakan; dan kecepatan pertumbuhan kembali setelah aplikasi, hal ini berkaitan dengan keadaan vegetasi, teknik pengendalian gulma, dan kebutuhan alat dan bahan.

Pengamatan vegetasi gulma yang dilakukan penulis di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat (bujur sangkar yang terbuat dari bambu berukuran 1 m x 1 m) pada 6 blok dengan 3 (tiga) tahun tanam yang berbeda; 20 sampel per blok (185.09 ha): 10 sampel untuk pasar pikul dan 10 sampel untuk gawangan. Pemanenan gulma setinggi permukaan tanah untuk menentukan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma, selanjutnya dilakukan penghitungan persentase dominansi gulma menggunakan metode nisbah jumlah dominansi (NJD).

1. Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh 2. Kerapatan Nisbi (KN) =

x 100%

3. Frekuensi Mutlak (FM) = jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu

4. Frekuensi Nisbi (FN) =

x 100% 5. Berat Kering Mutlak (BKM) = Berat kering total spesies tertentu

dalam petak contoh 6. Berat Kering Nisbi (BKN) =

x 100%

7. Nilai penting = KN + FN + BKN

(20)

7 Pengamatan kecepatan pertumbuhan kembali setelah aplikasi dilakukan mulai dari satu minggu setelah pelaksanaan aplikasi penyemprotan. Pengamatan dilakukan sampai terlihat kembali adanya pertumbuhan gulma di tempat tersebut. Hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan untuk kemudian dilakukan pembahasan.

Data sekunder yang dikumpulkan antara lain: (1) kondisi kebun, yang terdiri dari: peta areal, letak geografis, topografi lahan, jenis tanah, produksi dan produktivitas, iklim dan curah hujan, luas areal, tata guna lahan, jenis varietas, umur tanaman, komposisi dan populasi tanaman; (2) standar dan target kebun yang meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi dan tenaga kerja; (3) organisasi dan manajemen yang meliputi: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan; (4) sarana dan prasarana kebun.

Analisis Data dan Informasi

Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan prestasi kerja di kebun, lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang telah ditetapkan perusahaan.

KEADAAN UMUM KEBUN

Letak Geografis dan Administratif

PT Perdana IntiSawit Perkasa I merupakan perusahaan swasta di bawah naungan grup First Resources yang terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Raya, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai dengan jalan darat dalam waktu 5–6 jam dari Kota Pekanbaru menuju ke Pasir Pangaraian hingga Kota Tengah. Lokasi perkebunan dengan kota terdekat berjarak 30 km. PT Perdana IntiSawit Perkasa I secara geografis berbatasan dengan kebun PT Panca Surya Agrindo sebelah utara dan barat, sebelah timur berbatasan dengan kebun plasma PIR-TRANS, dan sebelah selatan berbatasan dengan kebun masyarakat, Plasma KKPA.

Keadaan Topografi, Tanah, dan Iklim

(21)

8

Kondisi lahan Kebun Sei Air Hitam (SAH) tergolong kesesuaian lahan kelas S2 dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berdebu dan beberapa titik lahan yang rawan banjir. Berdasarkan klasifikasi kelas lahan, kebun SAH cukup sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, namun harus diikuti dengan upaya-upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit.

Iklim di PT PISP I adalah tipe iklim A menurut Schmidth-Ferguson di mana iklim bersifat sangat basah dengan curah hujan rata-rata 2 711 mm/tahun (rata-rata enam tahun terakhir). Curah hujan rata-rata tahunan selama enam tahun terakhir (2005-2010) yaitu merata sepanjang tahun dengan rata-rata hari hujan per tahun 124 hari dan rata-rata curah hujan adalah 229 mm/bulan atau 2 299.57 mm/tahun disajikan pada Lampiran 4.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

PT Perdana IntiSawit Perkasa I dibagi menjadi 3 areal, yaitu Kebun Inti dengan luas 2 467 ha dengan luas areal tanaman 2 379.16 ha, kebun plasma PIR seluas 8 694.27 ha, dan kebun plasma integrasi KKPA seluas 1 758.73 ha. Kebun inti terbagi menjadi 3 areal, yaitu Divisi 1 dengan luas 749.96 ha (25 blok), Divisi 2 dengan luas 770.86 ha (26 blok), dan Divisi 3 dengan luas 858.34 ha (28 blok).

Pembukaan lahan dimulai dari tahun 1993 kemudian tahun tanam 1994, 1995, 1998, 2002 dan 2004, serta tanaman sisipan dengan tahun tanam 2008 dan 2010. PT PISP I memiliki pabrik pengolahan CPO (Crude Palm Oil) seluas 23.80 ha dengan kapasitas olah 60 ton/jam, pabrik ini berdekatan dengan Sungai Air Hitam yang berjarak sekitar 200 meter di sebelah utara lokasi pabrik.

Kebun plasma yang berada di sebelah timur kebun inti memiliki luas 8 694.27 ha yang terdiri dari 5 satuan pemukiman (SP). Di mana masing-masing SP mempunyai luas areal sebagai berikut: PIR-Trans SP I sebanyak 535 KK seluas 1 066.1 ha; Trans SP II sebanyak 506 KK seluas 1 012.54 ha; PIR-Trans SP III sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha; PIR-PIR-Trans SP IV sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha; dan PIR-Trans SP V sebanyak 380 KK seluas 760 ha. Kebun plasma integrasi SKPD desa Suka Maju Kecamatan Tambusai sebanyak 470 KK dengan luas 940 ha. Kebun plasma integrasi dan kebun KKPA Muara Nikum seluas 818.73 ha.

Kondisi Tanaman

(22)

9 Tabel 1 Komposisi areal tahun tanam per divisi

Divisi

Tahun Tanam

1993 1994 1995 1998 1999 2000 2002 2004 Jumlah

...ha...

1 393.96 0 356 0 0 0 0 0 749.96

2 0 54.51 143.21 0 542.38 30.76 0 0 770.86

3 0 0 736.21 22.29 0 0 22.49 77.35 858.34

Total 393.96 54.51 1235.42 22.29 542.38 30.76 22.49 77.35 2 379.16

Sumber: Kantor Divisi 1, 2, dan 3 PT PISP I

Struktur Organisasi

Sistem organisasi yang dilakukan di Kebun SAH adalah sistem organisasi yang vertikal, di mana perintah dari atasan disampaikan kepada bawahan secara bertahap yang akhirnya sampai kepada pekerja, sedangkan pertanggungjawaban juga dilaksanakan oleh pimpinan terendah kepada atasan. Pimpinan tertinggi di Kebun SAH adalah General Manajer (GM) yang diangkat berdasarkan keputusan Direksi First Resources. Seorang GM dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Humas Regional, seorang Kepala Personalia, seorang Kepala Tata Usaha (KTU), seorang Kepala Keamanan, dan seorang Asisten Kebun Inti serta seorang Asisten Kebun Plasma.

General manajer bertanggung jawab langsung kepada direksi. Tugasnya adalah melaksanakan kegiatan direksi di unit usahanya dan dapat mengajukan, menyampaikan, memberi masukan, pendapat maupun saran kepada direksi, baik diminta maupun tidak diminta mengenai usaha peningkatan, perbaikan, atau penyempurnaan pengelolaan perusahaan.

Asisten Kebun adalah seseorang yang bertanggung jawab dan memimpin di kebunnya. Tugas dan tanggung jawab asisten kebun meliputi beberapa fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengendalian dalam mengelola kebun yang terdiri dari 3 divisi ini. Asisten kebun dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang asisten divisi yang masing-masing memiliki mandor panen dan mandor pemeliharaan yang bertugas mengoordinasikan pekerjaan teknis di lapangan, serta seorang kerani divisi untuk pekerjaan administrasi.

(23)

10

Gambar 1 Struktur organisasi tingkat Divisi Kebun SAH

Kerani produksi bertugas membantu mandor panen dalam mencatat jumlah tandan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemanen dari tiap mandoran dan juga melakukan grading di lapangan supaya buah yang diangkut ke pabrik benar-benar buah yang matang tidak ada buah mentah. Seorang kerani produksi dalam melaksanakan tugasnya, dibantu oleh seorang supir dan 2 orang pemuat.

Ketenagakerjaan

Sistem ketenagakerjaan sesuai dengan kantor direksi, maka status kepegawaian di Kebun SAH dibagi atas Pegawai Bulanan Tetap (PBT) yang terbagi atas pegawai staf dan non staf, Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Harian Lepas. Berdasarkan data tenaga kerja bulan Maret 2012 jumlah karyawan Kebun SAH adalah 272 orang untuk kebun kelapa sawit dan 123 orang untuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Data tenaga kerja kebun kelapa sawit disajikan pada Tabel 2 dan data tenaga kerja PKS disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2 Data tenaga kerja Kebun Pertanaman Kelapa Sawit Kebun SAH Uraian

PBT

KHT KHL Total

Staf Non Staf

L P L P L P L P L P

General Manajer 1 1

Tata Usaha 1 6 1 1 1 2 9 3

Personalia Umum 1 2 8 3 9 5

Keamanan 1 23 1 25

Teknik Traksi 1 5 11 17

Land Application 1 4 3 8

Rayon A 1 1 2

Divisi 1 1 6 48 2 57

Asisten Divisi

Mandor Panen Mandor

Pemeliharaan Kerani Produksi Kerani Divisi

Pemanen Petugas

Pemeliharaan

(24)

11

Uraian

PBT

KHT KHL Total

Staf Non Staf

L P L P L P L P L P

Divisi 2 1 6 49 56

Divisi 3 1 6 55 62

Rayon B 1 1

SP 1, 2, 3 1 1

SP 4, 5 1 2 3

DK 4 1 1

KKPA Muara Nikum 1 1 1

KKPA Muara Nikum 2 1 1 1 1 4

Integrasi Selatan 1 1 1 4 7

Total per status 17 0 59 2 178 4 10 2 264 8 Total Pekerja per Maret 2012 17 61 182 12 272

Tabel 3 Data tenaga kerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun SAH Uraian

PBT

KHT KHL Total

Staf Non Staf

L P L P L P L P L P

Mill Manajer 1 1

Asisten PKS 1 1

TU/Kepala Timbangan 1 3 1 3 1 7 2

Laboratorium 2 2 7 1 11 1

Sortasi 1 1 11 1 13 1

Maintenance 2 6 15 23

Mill Compond 6 6

Proses Shift 1 dan 2 4 11 42 57

Total per status 12 0 23 1 84 3 0 0 119 4

Total Pekerja per Maret 2012 12 24 87 0 123

PT Perdana IntiSawit Perkasa I juga menyediakan fasilitas sosial dan pendidikan berupa sarana pendidikan (1 TK), sarana ibadah (2 masjid, 3 musholla, 1 gereja), sarana kesehatan (1 Poliklinik) dan sarana olahraga (1 lapangan futsal, 1 lapangan sepak bola, dan 1 lapangan bola voli).

Produksi

Panen dan produksi merupakan hasil dari aktifitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan tercermin pada hasil panen dan produksi. Data produksi harian, bulanan, dan tahunan dipantau secara kontinyu dan intensif untuk mengetahui persentase realisasi (pencapaian target) produksi bulanan dan tahunan yang ditargetkan. Data

(25)

12

realisasi total produksi TBS Kebun SAH mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 disajikan pada Lampiran 5.

PELAKSANAAN MAGANG

Pelaksanaan Teknis Lapangan

Pengelolaan tanaman kelapa sawit yang ada di Kebun SAH adalah pengelolaan tanaman menghasilkan yang dibedakan menjadi dua yaitu pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Pemeliharaan tanaman terdiri atas pemeliharaan yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan tanaman. Pemeliharaan yang langsung berhubungan dengan tanaman meliputi pemupukan, tunas pokok, pengendalian hama dan penyakit, serta pengendalian gulma. Pemeliharaan yang tidak berhubungan langsung dengan tanaman yaitu pemeliharaan sarana pendukung yang meliputi pemeliharaan jalan dan saluran air.

Pelaksanaan magang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu orientasi lapangan, pelaksanaan teknis lapangan, dan pelaksanaan manajemen kebun. Kegiatan lain yang dilakukan adalah diskusi dengan staf dan karyawan serta mempelajari administrasi kebun.

Kegiatan orientasi lapangan dilaksanakan dengan menghadap manajemen kebun dan staf-stafnya.Tujuan orientasi adalah untuk menyosialisasikan kegiatan magang. Pelaksanaan magang sebagai karyawan dilakukan dengan mengikuti aktivitas fisik pemeliharaan tanaman menghasilkan seperti pemupukan, tunas pokok, pengendalian hama, panen, dan pemeliharaan jalan.

Kegiatan pengendalian gulma sebagai aspek yang ditekankan dalam pelaksanaan teknis magang tidak dimasukkan ke dalam pelaksanaan teknis lapangan. Aspek ini dibahas khusus dalam Bab Hasil Pengamatan dan Pembahasan. Waktu efektif kerja selama 7 jam per hari kecuali hari Jumat selama 5 jam.

Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit

Pemupukan merupakan kegiatan pemberian pupuk pada tanaman ataupun pada tanah dan substratnya. Pupuk yang digunakan pada pertanian modern bertujuan untuk mengoreksi tingkat kekurangan hara tanaman agar diperoleh nutrisi tanaman pada tingkat yang cukup, membantu tanaman dalam kondisi stres, mengelola tingkat kesuburan tanah yang optimum, meningkatkan produksi ataupun memperbaiki kualitas tanaman dan mendorong pertumbuhan tanaman.

(26)

13 Jumlah pupuk yang akan diberikan dan frekuensi pemberian pupuk pada TM didasarkan pada hasil analisa daun, produktivitas dan kesuburan tanahnya. Rekomendasi pemupukan kelapa sawit yang diberikan oleh badan research perkebunan untuk pemupukan di Kebun SAH disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Rekomendasi pemupukan TM kelapa sawit di Kebun SAH

No Jenis Pupuk Dosis Aplikasi (kg/pokok)

Aplikasi I Aplikasi II

1 Kieseriete 0.89 0.65

2 Kalium 1 0.76

3 Nitrogen 3.17 -

4 Phosphore 0.59 -

5 Borate 0.00078 -

Administrasi Pupuk

Pelaksanaan pemupukan dilaksanakan dengan sistem borong berdasarkan kesepakatan antara pemborong dan perkebunan dengan alur administrasi sebagai berikut: PB Divisi, Persetujuan GM, Gudang, Penguntilan, Aplikasi lapangan, Laporan Manajemen aplikasi.

Upah harian yang diperoleh karyawan berdasarkan tonase pupuk yang telah dikerjakan dengan perincian penguntil Rp 20/kg dan bongkar muat Rp 6/kg. Upah untuk pemupukan dengan cara infus akar telah ditetapkan berdasarkan dosis aplikasi, yaitu Rp 700,00/pokok untuk defisiensi ringan, Rp 800,00/pokok untuk defisiensi sedang, dan Rp 900,00/pokok untuk defisiensi berat.

Upah untuk tenaga kerja langsir tandan kosong adalah tenaga kerja dengan sistem borongan yang diketuai oleh ketua rombongan dengan pekerja laki-laki. Standar prestasi kerja perusahaan untuk aplikasi tandan kosong adalah 13 titik/HK atau 3 ton/HK. Pengupahan aplikasi tandan kosong adalah Rp 7 000,00/titik aplikasi.

Pelaksanaan Pemupukan

Pemupukan dilaksanakan berdasarkan rekomendasi pemupukan badan research First Resources Group. Rekomendasi ditetapkan berdasarkan analisis kandungan unsur hara tanah dan kandungan unsur hara daun (analisa daun). Kegiatan pelaksanaan pemupukan menyangkut: jenis dan spesifikasi pupuk, dosis dan keperluan pupuk, cara pemberian, waktu dan frekuensi, kebutuhan tenaga kerja, alat angkut dan sistem pengawasan.

Jenis dan spesifikasi pupuk. Jenis pupuk yang digunakan di Kebun SAH ada dua jenis yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik dengan menggunakan limbah padat berupa tandan kosong dan limbah cair berupa Land Application (LA), sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah jenis pupuk tunggal seperti Urea, RPH (Rock Posphate), MOP (Muriate of Potash), Kieseriete, dan FeSO4.

(27)

14

berpengaruh terhadap produksi tandan. Pupuk MOP yang mengandung unsur K berperan dalam proses fotosintesis, transpirasi unsur, katalisator proses biokimia, regulator dalam proses pembentukan. Pupuk RPH yang mengandung unsur P berperan sebagai komponen utama asam nukleat dalam pembentukan dan perkembangan akar, respirasi, kematangan buah, pertumbuhan dan produksi tandan.

Pupuk Kieseriete yang mengandung unsur Mg berperan dalam proses pembentukan klorofil, pembentuk ikatan phospolipid dalam minyak. Pupuk FeSO4 yang mengandung unsur Fe berperan sebagai komponen pembentuk

beberapa enzim tanaman, terlibat dalam proses pertumbuhan meristem atau titik tumbuh pada ujung akar, dan sebagai aktivator dalam proses biokimia dalam tanaman, seperti fotosintesis & respirasi. Jenis dan spesifikasi pupuk yang dianjurkan dalam rekomendasi pemupukan Kebun SAH Divisi 3 dicantumkan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Jenis dan spesifikasi pupuk yang dianjurkan dalam rekomendasi pemupukan Kebun SAH Divisi 3

No. Jenis Pupuk Spesifikasi Pupuk

1. Urea Kandungan N 46.48%

2. Kieseriete Kandungan MgO 26.01%

Dolomit Kandungan MgO 20.04%

3. MOP/Rusia Kandungan K2O 60.55%

MOP/Kanada Kandungan K2O 60.40%

Tandan kosong yang merupakan produk dari pabrik kelapa sawit (PKS) setelah TBS diproses di sterilizer dan stripper kaya akan kandungan materi organik dan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi tandan kosong dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan kimia pada tanah meningkat. Tandan kosong juga dapat meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS (Tandan Buah Segar) agar tetap tinggi (Pahan 2010).

Tabel 6 Kandungan unsur hara dalam 30 ton/ha tandan kosong

Unsur Hara Kandungan

Unsur Kg

Nitrogen N 300

Phosphore P2O5 30

Kalium K2O 360

Magnesium MgO 30

Kalsium Ca 35

Sumber : First Resources Research Centre (April 2012)

(28)

15 tanaman. Persentase kandungan unsur hara limbah cair tiap 75 ton/ha dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kandungan unsur hara dalam 75 ton/ha limbah cair

Unsur Hara Kandungan

Unsur %

Nitrogen N 0.16

Phosphore P2O5 0.08

Kalium K2O 0.52

Magnesium MgO 0.16

Sumber : First Resources Research Centre (April 2012)

Cara Pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Urea, RPH, MOP, Kieseriete disebar secara merata pada daerah piringan dengan lebar piringan 2 m dari pangkal batang ke arah luar piringan. 2) FeSO4 diinjeksikan ke dalam pokok sawit dengan cara membungkus akar

primer dengan plastik bening berisi campuran pupuk. Hal pertama yang harus dilakukan oleh pekerja sebelum melakukan penginfusan adalah mengamati pokok yang mengalami defisiensi Fe yang dapat dilihat dari pucuk muda yang berwarna kuning, semakin kuning pucuk maka semakin parah tingkat defisiensinya. Setelah menginfus pokok yang mengalami defisiensi pekerja wajib menandakan pokok tersebut dengan cara menuliskan bahan infus, tanggal aplikasi serta tingkat keparahan pada batang pokok.

Gambar 2 Alat dan bahan serta cara pengaplikasian infus akar 3) Tandan kosong diaplikasikan secara manual dengan cara dilangsir ke

(29)

16

Tandan kosong disusun di gawangan mati dalam baris dengan menggunakan gancu, tandan kosong disusun berbentuk persegi dengan ukuran 2 m x 2 m dan disusun sebanyak satu lapis untuk menghindari perkembangbiakan hama Oryctes rhynocheros yang menyukai tempat lembab. Selain diaplikasikan pada pokok kelapa sawit, tandan kosong juga diaplikasikan pada beneficial plant (Turnera subulata).

4) POME diaplikasikan ke lapangan dengan dosis 75 ton/ha/tahun. Limbah cair diaplikasikan dalam enam blok, yaitu blok D23, D24, D25, C25, C24, dan C23. Blok D masing-masing memiliki 63 longbed sementara blok C memiliki 54 longbed. Pelaksanaan aplikasi limbah dikoordinasikan dengan baik antara pihak kebun dan PKS. POME yang diaplikasikan disarankan mempunyai kandungan BOD 2 000 – 3 500 ppm, pihak laboratorium melakukan pengukuran parameter limbah, seperti BOD, COD, dan pH secara rutin di kolam pendingin, serta memantau kondisi sumur pantau yang berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah.

Limbah POME di areal pertanaman ditampung dalam flat bed yang dialirkan dari kolam limbah dengan menggunakan pipa PVC atau baja dengan ukuran 8 inchi untuk pipa induk, 4 inchi untuk pipa primer, dan 2 inchi untuk pipa sekunder. Terdapat 28 flat bed/ha yang berukuran 20 m x 2 m x 0.8 m dengan volume 896 m3/ flat bed. Dosis aplikasi untuk flat bed sebesar 780 m3 effluent/hari, dengan rotasi pengisian flat bed 2 kali dalam setahun.

Waktu dan Frekuensi Pemupukan. Frekuensi pemupukan dilakukan dua kali setahun untuk jenis pupuk Urea, MOP, dan Kieseriete, sementara Borate dan RPH hanya satu kali aplikasi dalam setahun. Waktu pemupukan dilaksanakan dari pukul 08.00 – 15.00 WIB atau 7 jam kerja efektif.

Kapasitas Tenaga Kerja. Norma pemupukan 1 blok/HK untuk jenis pupuk Urea, MOP, RPH, Kieseriete, dan Borate. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan prestasi tenaga kerja borongan di atas norma, karena pada sistem borong para pekerja mengejar prestasi kerja untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

Distribusi pupuk. Distribusi pupuk tunggal dari gudang sentral ke gudang kebun dilakukan berdasarkan kebutuhan pupuk yang tertuang di dalam RUP pemupukan dan diperinci ke dalam berita acara pemupukan harian, berita acara pemupukan mingguan, dan berita acara pemupukan bulanan. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan adanya keterlambatan penyaluran pupuk yang mengakibatkan ketersediaan dan aplikasi pupuk tidak sesuai dengan rekomendasi. Penggunaan pupuk yang ada di dalam gudang tidak sesuai dengan urutan pemberian pupuk, yaitu RPH, MOP, Urea, Kieseriete, dan Borate.

(30)

17 Pengeceran pupuk yang kurang teliti mengakibatkan kerusakan karung pupuk dan kehilangan pupuk. Pupuk yang telah diecer dipindahkan ke dekat piringan dan tidak diperbolehkan membuka untilan di saluran air.

Gambar 3 Kalibrasi penguntilan, pengeceran pupuk, dan penaburan pupuk

Sistem Pengawasan. Pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk mengontrol semua pekerjaan agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pengawasan adalah untuk memastikan dosis pupuk, cara pemupukan sesuai dosis rekomendasi, dan tepat sasaran.

Pengawasan yang kurang teliti mengakibatkan pemupukan tidak efektif seperti terlihat pada Gambar 4 di bawah ini di mana pupuk urea ditemukan masih menggumpal belum hancur seutuhnya di piringan sawit, pertumbuhan tanaman yang kerdil, produksi yang rendah pada blok dengan tahun tanam yang sama khususnya pada pohon yang jauh dari pasar pikul dan di daerah rendahan serta pinggir parit.

Gambar 4 Penemuan gumpalan pupuk urea di piringan pokok

Penaburan pupuk di lapangan umumnya belum sesuai dengan rekomendasi dan takaran yang telah ditentukan. Hal ini mengakibatkan pokok pada blok-blok tertentu tidak terkena pupuk secara menyeluruh di piringannya, karena itu fungsi pengawasan perlu ditingkatkan pada saat pengeceran dan penaburan pupuk di lapangan.

Pengendalian Hama

Hama yang menyerang kelapa sawit di Kebun SAH yaitu hama ulat api (Setora nitens) dan tikus (Rattus sp.). Ulat api menyerang daun sehingga pada tingkat serangan tinggi pelepah tinggal lidinya saja. Tikus menyerang buah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada buah.

(31)

18

Pengendalian hayati hama ulat api dengan cara menanam Turnera subulata sebagai tanaman inang hama di bahu jalan sebelum parit yang melingkupi areal pertanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 5.

Keterangan: = tanaman bunga ulat api

Gambar 5 Titik tanam Turnera subulata

Predator seperti ular cobra dan ular gendang juga sebagai pengendalian hayati hama tikus di setiap areal pertanaman kelapa sawit, selain itu juga dikendalikan dengan burung hantu yang telah memiliki gupon (sarang burung hantu) berjumlah 18 sarang yang masing-masing terdapat pada blok C21, C22, C24, C26, C28, C30, C31, C32, C34, D34, D33, D31, D29, D27, D25, D23, D22, dan D21.

Gupon adalah kandang burung hantu yang sengaja dibuat di dalam areal pertanaman kelapa sawit untuk mengendalikan hama tikus. Tikus (Rattus tiomanicus) merupakan hama yang paling utama di perkebunan kelapa sawit, tikus memakan mesokarp buah, baik tandan yang belum memasuki fase matang maupun tandan yang sudah memasuki fase matang. Salah satu tindakan untuk mengendalikan hama tikus secara biologis yang dilakukan di Kebun SAH adalah dengan penggunaan burung hantu (Tyto alba).

Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan karnivora, burung ini memangsa tikus mulai dari sore hari hingga pagi hari. Jenis makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapai 99.4%. Satu gupon dibuat untuk mencakupi ± 30 ha areal pertanaman, setiap blok diusahakan memiliki satu unit kandang burung hantu. Kandang burung hantu dibuat dengan menggunakan kayu dan tiang besi silinder sebagai penyangganya.

Pertanaman kelapa sawit Blok D28

(32)

19

Penanaman Tanaman Beneficial Plant

Tujuan utama tindakan pengendalian hama bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian secara kimia merupakan pilihan terakhir, apabila diperkirakan kerusakan akibat serangan akan menyebabkan kerugian penurunan produksi. Namun apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan produksi, maka tindakan pengendalian secara biologis lebih diprioritaskan, salah satu cara untuk mengendalikan hama ulat api adalah dengan menanam tanaman beneficial plant.

Jenis tanaman beneficial plant yang ditanam di Kebun SAH adalah Turnera subulata sebagai lokasi hidup kumbang yang dapat membunuh larva ulat api. Penanaman T. subulata tersebut merupakan usaha pengendalian hama ulat api. Pertama–tama dilakukan kegiatan pembibitan T. Subulata dalam polybag yang ditanam dengan cara stek batang, setelah tanaman mulai berakar (± 3 minggu) tanaman mulai ditanam di sepanjang bahu jalan poros (Gambar 5) dalam piringan berdiameter ± 1.5 m.

Perawatan bunga T. subulata adalah suatu kegiatan yang bertujuan merawat pertumbuhan bunga T. subulata sebagai tanaman inang dari hama ulat api. Piringan tempat tumbuh bunga harus bersih dari tanaman pengganggu selebar 1.5 m untuk kemudian dipupuk dengan menggunakan tandan kosong (Gambar 7). Kegiatan ini dilakukan oleh para pemanen yang bertugas sebagai pekerja harian pada hari itu.

Gambar 7 Perawatan bunga Turnera subulata

Penunasan (Pruning Pelepah)

Penunasan atau pruning pelepah adalah pekerjaan membuang daun tua dan kering yang tidak produktif. Penunasan pada TM kelapa sawit bertujuan untuk membantu memudahkan pelaksanaan pemotongan buah, membantu penilaian kematangan buah, mengurangi penghalang pembesaran buah atau tandan, mengurangi kehilangan brondolan buah yang terjepit pada pelepah daun, dan mengurangi kelembaban serta pertumbuhan epifit sehingga mencegah timbulnya penyakit.

(33)

20

Tabel 8 Jumlah pelepah ditinggalkan di pokok sesuai umur tanaman Umur Tanaman

Jumlah Pelepah Daun (tahun)

3-5 48-56

5-10 46-48

>10 > 40

Sumber: Vademecum Budi Daya Karet dan Kelapa Sawit PTP X, 1992

Teknik pelaksanaan penunasan di Kebun SAH adalah dengan memotong pelepah mepet ke batang dengan bekas potongan miring ke bawah berbentuk tapak kuda. Pelepah daun yang telah ditunas dipotong di tanah menjadi dua bagian dan diletakkan pada gawangan mati. Alat yang digunakan adalah kampak yang terbuat dari besi.

Pemanenan

Pekerjaan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan, dan mengangkutnya ke pabrik. Tujuan pelaksanaan panen adalah untuk menghasilkan CPO dan PKO dengan ketentuan rendemen tinggi dan kandungan asam lemak bebas (ALB) rendah. Oleh karena itu, faktor-faktor teknis dan non teknis pelaksanaan panen diupayakan pada kondisi yang optimal.

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga pada waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada buahnya telah maksimal. Jika telah matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya, hal ini disebut dengan membrondol.

Kriteria Matang Panen. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Secara umum kriteria matang panen adalah pada setiap kg TBS terdapat dua butir brondolan. Buah yang dapat dipanen adalah buah fraksi 1, 2 dan 3 dengan tingkat kematangan buah yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Kriteria matang panen kelapa sawit

Fraksi Jumlah Brondolan Jatuh Derajat Kematangan

00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1 – 12.5% buah luar Mentah

1 12.5% - 25% buah luar Kurang matang

2 25% - 50% buah luar Matang I

3 50% - 75% buah luar Matang II

4 75% - 100% buah luar Lewat matang I

5 Buah dalam ikut membrondol Lewat matang II

Sumber: Vademecum Budi Daya Karet dan Kelapa Sawit PTP X, 1992

(34)

21 Petugas Pencatat Hasil (Kerani Produksi), Pemuat, dan Supir angkut TBS. Tugas Kerani produksi adalah mencatat jumlah buah dan brondolan hasil panen tiap pemanen yang diangkut ke pabrik setiap hari dan menghitung buku produksi divisi.

Pemuat bertugas untuk memasukkan TBS dari TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) ke dalam truk buah dengan menggunakan dodos. Supir TBS yang bertugas membawa TBS dari hanca panen ke PKS dan menurunkannya di stasiun sortasi untuk kemudian dilakukan grading buah dari pihak pabrik. Jumlah tenaga kerja pemanen Divisi 3 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah tenaga kerja panen Divisi 3 Kebun SAH

No. Mandor Pemanen Kerani Produksi Pemuat Supir

1. A 23 1 2 1

2. B 21 1 2 1

Total 44 2 4 2

Sumber: Kantor Divisi 3

Alat Panen. Alat yang digunakan oleh pemanen adalah sebagai berikut: a. Chisel (dodos) dengan lebar mata dodos 11 cm untuk tahun tanam 2002-2010,

sedangkan egrek (arit bergagang panjang) untuk tahun tanam 1995.

b. Gerobak dorong (angkong) untuk mengangkut TBS dari pasar pikul ke TPH. c. Kapak untuk memotong tangkai TBS dan memotong pelapah.

d. Gancu untuk mengangkat buah ke dalam angkong dan mengatur buah menjadi barisan yang rapi dan tersusun di TPH.

e. Karung sebagai tempat brondolan.

Hanca dan Rotasi Panen. Hanca adalah luas areal yang menjadi tanggung jawab seorang pemanen yang harus dikerjakan dengan menggunakan sistem hanca tetap. Hanca tetap yang diterapkan di Kebun SAH ini berarti setiap pemanen telah memiliki areal panennya sendiri di masing-masing blok sesuai dengan rotasi panen sehingga tidak perlu berpindah-pindah hanca seperti pada sistem hanca giring.

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya di tempat yang sama. Penentuan rotasi panen berdasarkan angka kerapatan panen (AKP). AKP adalah jumlah pohon yang dapat dipanen pada luasan tertentu. AKP yang umum dilaksanakan di kebun menggunakan rotasi 5/7 atau 6/7. AKP sangat penting dilakukan dan ketepatannya akan meningkatkan efisiensi di bidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan, dan pelaksanaan tugas lainnya. AKP dilaksanakan oleh mandor panen sehari sebelum hanca dipanen, yang dihitung hanyalah buah yang telah matang saja. Setelah diketahui jumlah tandan yang akan dipanen esok hari maka mandor panen dapat memperhitungkan jumlah tenaga pemanen.

(35)

22

Pelaksanaan panen di lapangan adalah sebagai berikut:

1) Panen dilaksanakan dengan cara menurunkan pelepah terlebih dahulu. Pemotongan pelepah mepet batang berbentuk tapak kuda membentuk sudut 15-30° ke arah dalam.

2) Gagang TBS dipotong mepet batang dengan menggunakan sistem “v” untuk meminimalkan gagang. Pemotongan gagang di bawah dengan kampak lalu tandan dibawa ke pasar pikul.

3) Pelepah yang berserakan di bawah dipotong menjadi dua bagian lalu diletakkan di gawangan mati. Butir-butir brondolan yang banyak terdapat di tanah harus dimasukkan ke dalam karung untuk mengurangi losis.

4) Buah-buah di pasar pikul diangkut ke TPH dengan menggunakan angkong. Tandan diberi nomor urut pemanen per mandoran.

5) Jika panen telah selesai di blok yang satu maka pemanen dapat maju ke blok selanjutnya namun masih dalam hanca panennya.

Angkutan Panen. Pemeliharaan jalan yang tidak baik mengakibatkan jalan sulit dilalui oleh truk untuk mengangkut buah dari TPH ke PKS, sehingga terkadang banyak ditemukan buah sisa menginap di lapangan yang mengakibatkan mutu minyak rendah karena menginap sehari rata-rata meningkatkan ALB 0.4-0.5%. Brondolan menginap sehari rata-rata meningkatkan ALB 0.8-1.1%.

Upaya untuk mengurangi jumlah buah menginap, penggunaan mobil hardtop (hitam manis) dan angkutan manual (angkong/gerobak) untuk mengangkut buah dari areal ke jalan punggung (poros blok) yang disebut transfer buah atau dengan istilah “ngepok buah” sangat efektif. Alat angkut panen yang digunakan untuk pengangkutan buah adalah truk TBS sebanyak dua buah dengan kapasitas 5 ton masing-masing truk. Tenaga kerja angkutan terdiri dari supir, kerani produksi, dan tenaga muat (pemuat). Alat bongkar muat menggunakan tojos, karung dan garukan untuk brondolan.

Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan jalan merupakan kegiatan untuk menyediakan dan menciptakan kondisi jalan yang baik. Jalan yang baik adalah apabila kondisi saluran air dapat mengalir dengan baik sehingga bila hujan turun tidak terjadi genangan air di jalan. Kondisi jalan umumnya belum memenuhi standar baku. Struktur jalan tidak menggunakan blok design, batas antar blok tidak menggunakan jalan produksi tetapi menggunakan jalan punggung yang tidak teratur, lebar jalan sempit, dan belum diperkeras.

(36)

23 Pemeliharaan jalan dilakukan dengan cara manual dan mekanik. Cara manual dengan menggunakan tangan untuk meletakkan batu padas di atas jalan yang berlubang. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan dengan sistem harian karena sulit untuk membuat ukuran hasil pekerjaan yang dihasilkan dan umumnya hasil pekerjaan bersifat sementara. Cara mekanik dengan menggunakan dozer untuk meratakan tanah dan greder untuk membuat saluran air dan membentuk badan jalan.

Sensus Pokok dan Pemetaan Blok

Sensus pokok dan pemetaan blok merupakan kegiatan menghitung pokok dan mencatat setiap detail yang ada dalam suatu blok seperti TPH, titi panen, pokok terkena benalu, pokok terserang rayap, pokok tumbang, pokok sisipan, pokok abnormal, pokok mati, dan parit alam dengan rincian sebagai berikut:

S : pokok sisipan tahun 2002 S2 : pokok sisipan tahun 2004 S3 : pokok sisipan tahun 2010 Tb : pokok tumbang

X : pokok mati/titik tanam kosong R : serangan rayap

B : benalu

Ab : pokok abnormal Tp-btn : posisi titi panen beton Tp-ky : posisi titi panen kayu

 : parit alam

: p : pokok terakhir dalam suatu baris

Setelah didapat data-data tersebut dari masing-masing blok lalu data mentah dipindahkan ke Stepel Card (peta titik tanam) supaya dapat dilihat isi dan letak dari masing-masing blok.

Pelaksanaan Manajemen Kebun

Pelaksanaan manajemen kebun berdasarkan jenjang tingkatan manajemen yang ada di divisi. Sebelum menjadi pendamping mandor, terlebih dahulu diberikan pengetahuan teknis lapangan dan pengalaman untuk menjadi mandor kemudian diberi kesempatan untuk menjadi mandor. Pelaksanaan manajemen selanjutnya adalah menjadi pendamping asisten divisi.

Pendamping Mandor

(37)

24

Pendamping Mandor Panen. Mandor panen bertugas membagi hanca panen, memberikan instruksi dan pengarahan kepada pemanen dan mengevaluasi hasil kerja pemanen serta membuat laporan kerja. Kegiatan mahasiswa sebagai pendamping mandor panen dilakukan selama 5 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah absensi karyawan, membacakan output hasil panen kemarin per pemanen, membagi hanca panen, mengawasi pelaksanaan panen di lapangan, membuat rencana kerja panen hari ini, dan membuat laporan kerja panen serta menghitung AKP untuk panen esok hari.

Pendamping Mandor Pemupukan. Kegiatan mahasiswa sebagai pendamping mandor pemupukan dilakukan selama 2 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah absensi karyawan, membagi hanca pekerja, mengawasi kerja dan hasil kerja pemupukan, dan membuat laporan kerja harian pemupukan.

Pendamping Mandor Pengendalian Gulma. Kegiatan mahasiswa sebagai pendamping mandor pengendalian gulma dilakukan selama 9 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah absensi karyawan, membagi hanca pekerja, mengontrol kerja dan hasil kerja karyawan, dan membuat laporan kerja harian pengendalian gulma.

Pendamping Asisten Divisi

Asisten divisi adalah pegawai staf kebun yang memimpin dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang ada di divisinya. Tugas dan tanggung jawab asisten divisi meliputi beberapa fungsi manajemen dalam mengelola kebun di tingkat divisi untuk kegiatan teknis dengan dibantu seorang kerani divisi untuk kegiatan administrasi di kantor divisi. Fungsi manajemen yang dilakukan oleh asisten divisi antara lain perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing)¸ pengarahan (actuating), koordinasi (coordinating), dan pengendalian (controlling).

Fungsi perencanaan dilaksanakan dengan membuat rencana semua pekerjaan yang akan dilaksanakan di divisinya yang dituangkan dalam rencana kerja harian (RKH), dari rencana kerja tersebut dapat diketahui besarnya tenaga kerja, alat, bahan dan biaya yang dibutuhkan. Fungsi pengorganisasian dilaksanakan dengan memilih dan menentukan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai prioritas dan menentukan volume pekerja pada pekerjaan yang ada.

Fungsi pengarahan dijalankan oleh asisten divisi dengan memberikan instruksi dan pengarahan kerja serta memberikan motivasi kepada para mandor untuk selalu meningkatkan prestasi kerja. Fungsi koordinasi dilaksanakan asisten divisi dengan melakukan koordinasi antar jajaran staf dan non staf (mandor) mengenai pekerjaan di lapangan. Koordinasi pada jajaran staf dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan manajer kebun, asisten kebun, dan para asisten divisi lain, sedangkan koordinasi dengan jajaran mandor dilakukan pada sore hari di kantor divisi.

Fungsi pengendalian dengan memeriksa secara rutin laporan kerja mandor dan absensi, mengontrol pekerjaaan di lapangan, mengoreksi kesalahan kerja dan memberi teguran kepada mandor dan karyawan serta memonitor pencapaian target kerja dan produksi. Evaluasi pembukuan dan rekapitulasi yang dibuat oleh kerani divisi dilakukan oleh asisten divisi sebelum dikirim ke kantor kebun dalam bentuk laporan bulanan asisten.

(38)

25 absensi karyawan, mengontrol pekerjaan di lapangan, memonitor ketersediaan peralatan dan bahan serta pencapaian target kerja dan produksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gulma dan Permasalahannya di Kebun SAH PT PISP I

Gulma merupakan tumbuhan liar yang tumbuh secara alami pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia (Sukman dan Yakup 1991). Kehadiran gulma di sekitar tanaman budi daya tidak dapat dihindari, terutama bila tidak dilakukan kegiatan pemeliharaan. Sifat gulma secara umum antara lain: pertumbuhannya cepat, daya saing kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup tanaman, toleransi terhadap lingkungan yang ekstrim kuat, perkembangbiakan secara generatif, vegetatif, maupun keduanya, media perkembangbiakan dapat melalui air, angin, hewan, manusia, serta memiliki masa dormansi yang lama (Rukmana dan Saputra 1999).

Permasalahan gulma secara umum meliputi keragaman jenis gulma dengan sifat-sifat botani dan variasi jenis gulma antar areal. Permasalahan ini dapat ditinjau dari dua aspek yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yaitu aspek budi daya dan ekonomi, karena budi daya merupakan proses yang diharapkan dapat memberikan keuntungan. Oleh karena itu, pengendalian gulma sebagai salah satu kegiatan budi daya harus mempunyai pertimbangan ekonomi.

Tjitrosoedirdjo et al. (1984) menyatakan bahwa tujuan utama pengendalian gulma diarahkan kepada populasi gulma yang dapat merugikan pertanian. Keterampilan dan penguasaan kerja sangat menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Pekerja di Kebun SAH secara umum memiliki keterampilan dan penguasaan kerja yang baik dalam pengendalian gulma. Hal ini dapat dilihat dari bersihnya setiap hanca yang telah dilakukan kegiatan pengendalian gulma, namun kurangnya tenaga kerja menyebabkan keterlambatan rotasi pengendalian. Pengawasan terhadap setiap pekerjaan khususnya pengendalian gulma mutlak diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas pekerjaan.

Vegetasi Gulma Divisi 3 Kebun SAH PT PISP I

(39)

26

Tabel 11 Penggolongan gulma di Divisi 3 Kebun SAH

No Famili Spesies Nama Indonesia

Golongan Rumput

Desv. Jukut kidang, suket lorodan

3

Cyrtococcum acrescens (Trin.) Stapf.

Rumput telor ikan, kretekan

4 Digitaria ciliaris (Retz.) Koel Rumput cakar ayam 5 Eleusine indica (L.) Gaernt, Rumput belulang

6

8 Cyperus kyllingia Endl. Wudelan

9 Scleria sumatrensis Reyz. Kerisan

Golongan Daun Lebar

Ageratum conyzoides L. Bandotan, Wedusan

12

Erechtites valerianifolia

(Wolf). DC Sintrong

13 Asteraceae Mikania micrantha H.B.K. Sembung rambat, Mikania

14 Blechnaceae

Stenochlaena palustris

(Burm. F.) Bedd. Akar paku, pakis udang

15 Capparidaceae Cleome rutidosperma DC. Mamang ungu

16 Costaceae Costus speciosus Koenig. Pacing tawar

17 Dennsteadtiaceae Nephrolepis biserrata Schott. Paku harupat

18 Dilleniaceae

Tetracera scandens (Linn.)

Merr. Mempelas kasar kasapan

19

Euphorbiaceae Croton hirtus L'Herit. Jarakan

20 Euphorbia prunifolia Jacq. Patikan emas

21 Gleicheniaceae Gleichenia linearis Clarke. Pakis kurung

22 Lygodiaceae Lygodium sp. Paku lygodium

23

Melastomataceae

Clidemia hirta (L.) D.Don Harendong, Akar kala

24 Melastoma affine D.Don.

Senduduk, Senggani, Harendong

25 Onagraceae Ludwigia hyssopifolia Cacabean

26 Oxalidaceae Oxalis barrelieri L. Calincing, belimbing tanah

(40)

27 Tabel 11 Lanjutan

No Famili Spesies Nama Indonesia

28

30 Borreria repens DC. Bulu lutung

31 Diodia sarmentosa Swartz. Rumput kancing

32 Solanaceae Solanum torvum Swartz. Takokak

33 Thelypteridaceae

Cyclosorus aridus (Don.)

Ching. Pakis kadal

Sumber: Pengamatan penulis (2012)

Analisis vegetasi gulma adalah suatu cara untuk menentukan komposisi jenis vegetasi dari yang paling dominan hingga tidak dominan (Sembodo 2010). Tjitrosoedirdjo et al. (1984) telah terlebih dahulu mengatakan bahwa analisis vegetasi ditujukan untuk suatu evaluasi pengendalian gulma seperti: perubahan flora (shifting) akibat metode pengendalian tertentu, evaluasi percobaan herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu kombinasi herbisida terhadap jenis gulma di lapangan, dan juga evaluasi herba menahun.

Moenandir (1993) mengatakan bahwa dalam pengendalian gulma spesies yang berada di lahan sangat menentukan pada tindakan yang akan diambil. Hasil pengamatan di lapangan menemukan adanya 26 spesies gulma yang tumbuh di pasar pikul seperti: Centotheca lappacea, Borreria alata, Asystasia intrusa, Axonopus compressus, Cyperus kyllingia, Tetracera scandens, Cyrtococcum acrescens, Stenochlaena palustris, Ageratum conyzoides, Digitaria ciliaris, dan gulma lainnya seperti yang penulis sajikan dalam Tabel 12 berikut ini.

(41)

Gambar

Gambar 1 Struktur organisasi tingkat Divisi Kebun SAH
Tabel 1 Lanjutan
Gambar 2 Alat dan bahan serta cara pengaplikasian infus akar
Gambar 4 Penemuan gumpalan pupuk urea di piringan pokok
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Gabungan kata atau kelompok kata yang merupakan frasa yang tidak berderivasi tidak diberlakukan sebagai lema atau sublema, tetapi diberlakukan sebagai contoh pemakaian

Hasil penelitian mengenai proses komunikasi antara Sparkle Organizer dengan Klien adalah dari pihak SO harus memposisikan tugas dan fungsi dari setiap devisi dalam

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah berhasil peneliti lakukan, maka kesimpulan yang bisa diambil peneliti dari penelitian ini adalah

U svrhu dobivanja što boljih rezultata i utvrđivanja što točnijeg morfološkog sastava, miješani komunalni otpad iz kontejnera odnosno „crnih“ kanti se posebno sakupljao

PENGARUH FEE AUDIT , AUDIT TENURE , ROTASI AUDIT, REPUTASI AUDIT, UKURAN KAP, DAN PENGALAMAN TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Kota

Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan

Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa struktur kalimat tanya bahasa Mandailing terdiri atas: (a) 22 struktur yang berbeda pada kalimat tanya dengan kata tanya, (b) 8 struktur