• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Bobot Komponen Penyusun Karkas dan Non Karkas pada Landak Jawa (Hystrix javanica)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Bobot Komponen Penyusun Karkas dan Non Karkas pada Landak Jawa (Hystrix javanica)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANA

 

ALISIS B

DAN N

F

BOBOT K

NON KAR

(H

ASH

FAKULTA INSTITU

KOMPON

RKAS PA

Hystrix ja

HLEY MAR

S KEDOK UT PERTA BOGO

2014

NEN PENY

ADA LAND

avanica)

RUYAMA

KTERAN H ANIAN BOG

OR 4

YUSUN K

DAK JAW

HEWAN GOR

KARKAS

WA

(2)

 

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

 

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Bobot Komponen Penyusun Karkas dan Non Karkas pada Landak Jawa (Hystrix javanica) adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Ashley Maruyama

(4)

 

ABSTRAK

ASHLEY MARUYAMA. Analisis Bobot Komponen Penyusun Karkas dan Non Karkas pada Landak Jawa (Hystrix javanica). Dibimbing oleh SUPRATIKNO dan SRIHADI AGUNGPRIYONO.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bobot komponen penyusun karkas dan non karkas pada landak Jawa. Penelitian ini menggunakan empat sampel landak Jawa terdiri dari tiga ekor jantan dan satu ekor betina. Data yang dikumpulkan adalah bobot potong, bobot karkas serta persentase karkas dan komponen non karkas. Data hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan bobot karkas dan non karkas adalah 4.627,62 gram dan 2.491,22 gram sedangkan rataan persentase karkas dan non karkas adalah masing-masing 64,98 % dan 35,02 %. Proporsi terbesar dari komponen non karkas adalah kepala (6,46 %), duri (5,93 %), lambung (5,72 %), dan darah (2,98 %) sedangkan proporsi terkecil dari komponen non karkas adalah esophagus (0,13 %), pankreas (0,13 %), dan limpa (0,12 %). Berdasarkan penelitian ini, bobot karkas pada landak Jawa relatif tinggi karena daging landak yang tebal ditambah dengan kulit dan ekor.

Kata kunci: karkas, landak Jawa, non karkas

ABSTRACT

ASHLEY MARUYAMA. Weight Analysis of Carcass and Non Carcass Components in Javan Porcupine (Hystrix javanica). Under direction of SUPRATIKNO and SRIHADI AGUNGPRIYONO.

The study was aimed to analyze the weight of carcass and non carcass components in Javan porcupine. Four samples of Javan porcupines consisted of three males and one female were used in this study. Data collected were slaughter weight, weight and percentage of carcass and non-carcass components. The acquired data were descriptively analyzed. The result show that the average of carcass and non-carcass weight were 4.627,62 gram and 2.491,22 gram while the average of carcass and non-carcass percentage were 64,98 % and 35,02 % respectively. The biggest proportion of non-carcass components were head (6,46 %), spine (5,93 %), stomach (5,72 %), and blood (2,98 %) while the smallest proportion of non-carcass components were esophagus (0,13 %), pancreas (0,13 %), and spleen (0,12 %). Based on this study, the average weight of carcass in Javan porcupine was relatively high due to the thickness of porcupine meat coupled with skin and tail. 

(5)

ANALISIS BOBOT KOMPONEN PENYUSUN KARKAS DAN

NON KARKAS PADA LANDAK JAWA

(Hystrix javanica)

ASHLEY MARUYAMA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

(7)

Judul Skripsi : Analisis Bobot Komponen Penyusun Karkas dan Non Karkas pada Landak Jawa (Hystrix javanica)

Nama : Ashley Maruyama NIM : B04088004

Disetujui oleh

drh Supratikno, MSi, PAVet Prof drh Srihadi Agungpriyono, PhD, PAVet (K) Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan

(8)
(9)

 

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diseleseikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah landak Jawa, dengan judul Analisis Bobot Komponen Penyusun Karkas dan Non Karkas pada Landak Jawa (Hystrix javanica)

Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak drh Supratikno, MSi, PAVet selaku Pembimbing Pertama dan Bapak Prof Dr drh Srihadi Agungpriyono, PhD, PAVet (K) selaku Pembimbing Kedua atas segala waktu, pikiran, motivasi, saran, bantuan, dan kesabaran yang telah diberikan selama penelitian ini berlangsung sampai selesainya penulisan skripsi ini. Di samping itu, penghargaan Penulis sampaikan kepada keluarga besar Labotarium Anatomi : Bapak Dr drh Nurhidayat, MS, PAVet, Bapak Dr drh Heru Setijanto, PAVet (K), Ibu Dr drh Chairun Nisa, MSi, PAVet, dan Ibu Dr drh Savitri Novelina, MSi, PAVet.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya. Terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Riri serta sahabat-sahabat Malaysia dan rakan-rakan Avenzoar 45 atas segala dukungan yang diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1 

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Klasifikasi Landak 2

Deskripsi Hystrix javanica 2

Habitat Landak 3

Reproduksi Landak 3

Komponen Karkas dan Non Karkas 4

Penyembelihan Hewan dengan Menggunakan Restraining Box 4

METODE 4

Tempat dan Waktu 4

Bahan dan Alat Penelitian 5

Metode Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Bobot Potong dan Bobot Karkas 5  Persentase Karkas dan Non Karkas 6 Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas 7 Perbandingan Karkas Landak Jawa dengan Ternak Konvensional Lainnya 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

(11)

10 

 

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi Landak 2 2 Rataan bobot potong, bobot karkas serta persentase karkas dan non

karkas landak Jawa 6

3 Rataan bobot dan persentase komponen non karkas landak Jawa 8 4 Rataan bobot potong, bobot karkas serta persentase karkas landak Jawa

dan hewan lainnya 10

DAFTAR GAMBAR

1 Karkas landak Jawa 6 2 Landak Jawa setelah kulit dikuakkan a) Tubuh utuh sebelah kanan b)

Paha bagian lateral 7

3 Situs viscerum landak Jawa 9

(12)

1

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Landak Jawa atau dalam bahasa Inggris disebut Javan porcupine/Sunda porcupine adalah satwa liar yang termasuk dalam ordo rodensia. Hewan ini memiliki duri-duri tajam pada permukaan kulit tubuhnya yang sebenarnya merupakan rambut tubuh yang mengeras. Di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah landak Jawa dianggap sebagai hama perusak tanaman pangan masyarakat. Hewan ini merupakan salah satu satwa liar yang telah lama dimanfaatkan dagingnya oleh penduduk lokal sebagai sumber protein hewani. Menurut kepercayaan masyarakat di beberapa daerah, daging landak Jawa mempunyai banyak khasiat, antara lain dipercaya dapat meningkatkan vitalitas laki-laki dan menyembuhkan penyakit asma. Selain itu, daging landak mempunyai kadar lemak yang lebih rendah dari pada daging sapi dan ayam, sehingga daging landak Jawa dianggap cocok dikonsumsi oleh orang yang harus diet rendah lemak (Sulistya 2007).

Landak Jawa merupakan salah satu hewan yang potensial untuk dibudidayakan dan dijadikan satwa harapan. Satwa harapan adalah satwa liar yang mempunyai prospek baik dan dapat dimanfaatkan dengan cara ditangkarkan atau dikembangbiakkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada tahun 2005 di daerah Banting, Selangor, Malaysia sebuah peternakan landak Raya didirikan yang merupakan pelopor dalam peternakan komersial di negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa landak memiliki prospek yang menjanjikan, karena daging landak dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani (Farida et al. 2010).

Berat badan landak Jawa dewasa dapat mencapai 8-10 kg. Landak Jawa berpotensi untuk dijadikan satwa harapan karena perdagingannya yang tebal, dagingnya bertekstur lembut, seratnya halus, dan dipercaya memiliki khasiat obat (Aripin & Mohammad 2008, Wardi et al. 2011). Di daerah Jawa Tengah khususnya Tawangmangu telah berdiri warung-warung makan dengan menu berbahan daging landak dan bagian-bagian tubuh dari landak Jawa. Duri-duri landak Jawa juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan yang memiliki nilai jual dan kotorannya sendiri dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang (Findlay 1977).

Secara ekonomis hewan ini memiliki nilai yang tinggi karena landak berpotensi menghasilkan persentase karkas yang tinggi. Landak Jawa memiliki efisiensi pakan yang baik karena tidak membutuhkan pakan dalam jumlah yang banyak. Pemberian suplementasi konsentrat tidak berpengaruh terhadap performa landak Jawa (Farida et al. 2012). Sampai saat ini data-data mengenai landak Jawa masih sangat terbatas sehingga dibutuhkan penelitian untuk menggali potensi hewan ini sehingga masyarakat mau memelihara hewan ini sebagai hewan ternak.

Tujuan Penelitian

(13)

 

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi biologi satwa liar di Indonesia khususnya landak Jawa dan sebagai data dasar mengenai bobot karkas dan non-karkas landak Jawa. Dengan adanya data mengenai potensi landak Jawa diharapkan dapat menggugah masyarakat untuk mengembangkannya sebagai satwa harapan Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Landak

Landak merupakan hewan mamalia yang bersifat soliter dan nokturnal. Menurut Corbet & Hill (1992) landak termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo Rodensia dan subordo Hystricomorpha dengan tiga genus yaitu seperti pada Tabel 1 :

Tabel 1 Klasifikasi Landak Genus Spesies

Hystrix Hystrix cristata, Hystrix africaeaustralis, Hystrix indica, Hystrix brachyura, Hystrix javanica, Hystrix sumatrae, Hystrix crassispinis, Hystrix pumila

Atherurus Atherurus africanus, Atherurus macrourus

Trichys Trichys fasciculata

Landak mempunyai panjang badan antara 40 sampai dengan 91 cm dan panjang ekor berkisar antara 6 sampai dengan 25 cm. Bobot landak secara normal berada diantara 5,4 sampai dengan 16 kg (tergantung spesies). Landak memiliki bentuk tubuh lonjong dan cenderung untuk bergerak secara lambat. Kebanyakan orang mengira landak berhubungan dengan hedgehogs (Erinaceomorph) karena tubuh mereka sama-sama ditutupi oleh duri. Padahal, landak dan hedgehogs

mempunyai hubungan kekerabatan filogenetik yang jauh (Vaughn et al. 2000).

Deskripsi Hystrix javanica

Genus Hystrix mempunyai ekor yang paling pendek diantara semua subgenus Old World Porcupines. Hystrix memiliki duri berderak di bagian ekornya. Hal ini menyebabkan adanya suara bederik ketika duri ekor bergerak (Grzimek 1975). Gabungan duri pada ekor dengan penampakkan duri-duri di punggung landak dapat menyebabkan hewan lain menjadi takut terhadap landak.

Hystrix cenderung hidup di sarang berupa lubang di tanah (Goodwin 1865).

Di Indonesia, terdapat 3 jenis Hystrix. Namun, ketiganya hanya dikenal dengan satu nama yaitu “landak”. Ketiga jenis landak tersebut adalah Malayan porcupine (Hystrix brachyura), Sunda porcupine atau Javan porcupine (Hystrix javanica), dan Sumatran porcupine (Hystrix sumatre). Selain di Indonesia,

(14)

3

 

Vietnam, Myanmar, Laos, China, Nepal, India, dan Bangladesh. Sedangkan kedua jenis lainnya merupakan satwa endemik Jawa dan Hystrix sumatre satwa endemik Sumatera.

Hystrix javanica atau biasa dikenal sebagai landak Jawa ekor pendek. Landak Jawa ditemukan oleh F. Cuvier pada tahun 1823 di Jawa (Grzimek 1975). Landak Jawa memiliki karakteristik sebagai berikut : berat rata-rata sekitar 8-10 kg dengan panjang tubuh sekitar 45,5 sampai dengan 73,5 cm. Panjang ekornya berkisar antara 6 sampai dengan 13 cm. Susunan dan struktur duri landak Jawa mirip subgenus Thecurus (Grzimek 1975)

Habitat Landak

Landak termasuk keluarga Hystricidae dan Erethizontidae. Landak Hystricidae merupakan hewan terestrial, sedangkan landak Erethizontidae sebagian besar hidup secara arboreal. Landak hidup secara nokturnal dan merupakan binatang herbivora. Landak di Amerika Utara hidup dalam iklim tropis dan sub tropis dengan suhu berkisar 21 sampai dengan 27 ˚C. Menurut Bartos (2004), landak yang hidup di daerah tropis dapat hidup pada kelembapan 35% dengan kelembapan terbaik sekitar 45 sampai dengan 60%. Perubahan udara yang direkomendasikan bergantung kepada ukuran kandang dan jumlah landak (Bartos, 2004).

Menurut Kingdon (1984), semua landak aktif pada malam hari dan landak yang dikandangkan mempunyai siklus cahaya yang aktif 13 sampai 14 jam pada siang hari dan 10 sampai 11 jam pada malam hari. Meskipun landak termasuk hewan nokturnal, landak dapat didorong untuk aktif pada siang hari dengan cara menyembunyikan pakan landak untuk mendorong mencari makan. Landak umumnya ditemukan di semua tipe hutan, perkebunan, area, bebatuan, padang rumput, gunung, padang pasir dan tempat yang mempunyai ketinggian 3500 meter di atas permukaan laut (Nowak et al. 1991). Landak Raya merupakan hewan terestrial dan memerlukan area horisontal yang luas (Bartos 2004).

Landak biasanya hidup dalam suatu koloni yang terdiri dari 6 sampai 8 individu (Nowak et al. 1991). Landak Amerika Utara cenderung memiliki wilayah individu. Landak betina memiliki wilayah eksklusif dibandingkan landak jantan. Menurut Roze & Uldis (1989), landak keluarga Hystricidae memiliki ciri hidup secara soliter, sedangkan landak keluarga Erethizontidae dan Hystrix africaeaustralis hidup secara monogami (hidup dengan satu pasangan).

Reproduksi Landak

(15)

 

dilahirkan dapat mengkonsumsi pakan secara normal setelah berumur 2-3 minggu (Nowak et al. 1991).

Komponen Karkas dan Non Karkas

Karkas dan potongan karkas dapat diuraikan secara fisik menjadi komponen jaringan daging tanpa lemak (lean), lemak, tulang dan jaringan ikat (fascia). Proporsi komponen karkas dan potongan karkas yang dikehendaki konsumen adalah karkas atau potongan karkas yang terdiri atas proporsi daging tanpa lemak yang tinggi, tulang yang rendah dan lemak yang optimal. Karkas adalah bagian tubuh yang telah dipotong dikurangi darah, kepala, keempat kaki bagian bawah, kulit, hati, ekor, saluran pencernaan beserta isinya, dan isi rongga dada, kecuali ginjal (Rao et al. 1978). Menurut Kebede et al (2008) produksi karkas hewan dipengaruhi oleh faktor umur dan bobot potong hewan. Komponen non karkas menurut Lawrie (2003) adalah darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, kantong urin, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, limpa, hati dan jaringan lemak (yang melekat pada bagian tubuh tersebut).

Penyembelihan Hewan dengan Menggunakan Restraining Box

Penyembelihan hewan adalah usaha pemotongan hewan, umumnya hewan yang diternakkan untuk dijadikan bahan pangan. Menurut DITJEN PKH (2009) tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Penanganan yang baik dan memenuhi kaidah-kaidah kesejahteraan hewan sebelum dan sesaat hewan hendak disembelih merupakan hal yang terpenting yang harus dipertimbangkan mengingat akan berpengaruh terhadap kualitas daging yang akan dihasilkan. Penanganan ini dilakukan untuk memudahkan penanganan hewan dan mengurangi rontaan saat pemotongan, maka sebaiknya hewan dipingsankan atau difiksasi menggunakan restraining box

(Hermansyah 2008). Restraining box adalah sebuah alat fiksasi yang berfungsi mengendalikan hewan sesaat sebelum dipotong agar dapat mengurangi tingkat stress pada hewan.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(16)

5

 

Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan empat ekor landak Jawa yang berasal dari Tawangmangu yang terdiri dari tiga ekor jantan dan satu ekor betina yang memiliki bobot badan antara 6-8 kg. Alat-alat yang digunakan antara lain pisau, skapel, alat timbangan digital, sarung tangan, restraining box, dan kandang.

Metode Penelitian

Sebelum pemotongan, landak Jawa dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam, tetapi air minum diberikan ad libitum. Empat ekor landak Jawa tersebut ditimbang dan didapatkan bobot potong (slaughter weight) untuk pengamatan bobot karkas dan non karkas. Sebelum disembelih, landak Jawa dikeluarkan dari kandang dan dimasukkan ke dalam restraining box (kandang jepit). Pada ujung dari restraining box terdapat lubang untuk kepala landak Jawa sehingga pada saat landak disembelih hanya kepala landak Jawa yang diluar sedangkan badan landak Jawa di dalam.

Penyembelihan dilakukan dengan pemotongan pada bagian leher landak Jawa dengan memutuskan vena jugularis, arteri carotis, eosophagus, dan trachea. Darah yang keluar ditampung dengan wadah kemudian ditimbang. Kemudian landak Jawa digantung pada kedua kaki belakang untuk dicabut durinya dan diambil organ pencernaan (organ visceral) dan organ lainnya, dipotong bagian kepala, dan keempat kaki batas metacarpus/metatarsus. Karkas yang digunakan untuk pengamatan komponen non karkas menggunakan karkas kiri. Selanjutnya ditimbang bobot karkas dan non karkas. Komponen non karkas yang ditimbang adalah darah, kepala, keempat kaki bagian bawah, duri dan organ-organ visceral.

Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dengan mengukur rataan bobot potong, bobot karkas serta persentase karkas dan non karkas untuk mengetahui komponen penyusun karkas dan non karkas pada landak Jawa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong dan Bobot Karkas

(17)

6  miliki bobot ah adalah l ah ini sesua ot karkas p urut Rianto n diperoleh

gatakan bah pi dengan b g tinggi. Bob

entase dagin landak Jaw an bobot kar el 2 Rataan b ersentase (%) n Karkas

obot (g) ersentase (%)

Hasil pe u sebesar 6 yatakan bah

litian ini, k

karkas pada es pendingin ukuran prod

karkas yan landak jant ai dengan bo

ada keemp o et al. (20 bobot kar hwa bobot obot poton bot karkas i ng yang ak wa tersebut rkas yang di bobot poton kulit dan e

a penelitian nan (Gamba

duktivitas ng tertinggi

tan satu seb obot potong pat landak t 006) menga rkas yang karkas san g yang ting ini dapat dij kan dihasilk mempunya iperoleh tid ng, bobot ka

ina Janta

i memiliki banding de n persentase ekor dimasu

n ini merup ar 1). Bobot karkas (M yaitu 4.964 besar 4.075 g yang renda tersebut ad atakan sema

semakin ti ngat dipenga ggi tidak se jadikan seba kan oleh hew ai bobot kar dak jauh berb

arkas serta p

Jenis

rkas dan No

rataan pers engan penel e karkas la ukkan ke d

pakan bobo t karkas dap Muhibbah 20

4,20 gram se 5,10 gram. ah pula pad dalah 4.627 akin tinggi inggi pula. aruhi oleh elalu mengh

agai parame wan (Prabo rkas yang h rbeda.

persentase k

kelamin Jantan dua

7.630,54

t karkas pa pat digunak

007). Land edangkan y

Bobot ka da landak sat ,62 gram ( bobot poto . Whittemo

bobot poto hasilkan bo eter untuk m owo 2013). hampir sama

karkas dan n

Jantan tiga 6.833,30

kas yang le da et al. (2

esar 59,67 mponen kark

anas tanpa kan sebagai

dak betina yang paling

arkas yang tu. Rataan (64,98 %).

ong, maka ore (1980) ng hewan, obot karkas mengetahui

Keempat a sehingga

non karkas

Rataan

(18)

  tertinggi y karkas ter

otot kaki b n pada pen an ke dal

ini lebih tin

Landak Ja

u dan renda ang rendah yang tinggi

n karkas ya ng terbalik

atkan perse n karkas pad

B

ataan bobo el 3. Komp uri, kepala d ram (6,46 %

t kulit yan an pula eko belakang m nelitian F

am kompo nggi. 

awa setelah an lateral (C

terlihat per . Landak ja

%, sedang u 33,40 %. ah pada lan pada landa bobot pot ang lebih re dengan bo entase non da keempat

Bobot dan P

ot dan perse ponen non dan lambun %) dan 407 ki rataan b ng-masing 9 epala mem n non karka kepala dan besar pad dewasa. D n non karka an dengan r

g sangat te or dimasukk antan satu gkan landak

. Persentase ndak jantan

ak jantan sa ong dan b ng yaitu ma 7,54 gram obot yang 9,43 gram (0 miliki bobo

as yang terb n kaki me da masa per

uri pada lan as landak. H

ribuan duri

ebal yang kan ke dalam

igo pada e

l. (2012) k as sehingga

kkan a) Tub 2).

n karkas yan memiliki p k jantan tig e non karka

tiga berban atu dan ting obot karka ot yang ter besar pada l

rupakan ko rtumbuhan ndak juga m Hal ini karen

agar terlind

buh utuh seb

ng dihasilk persentase n ga memiliki as yang tin nding terbal ggi pada lan as menghas 012). Persen

n tinggi pe dah dan seb 2 gram ( 35

n Non Kar

karkas land ki rataan bo ng 421,56 g na landak m dungi dari pe

ahkan dari en karkas k k (Cahyo 2 mponen ini se karkas

belah kanan

kan pada ma non karkas i persentase nggi pada la lik dengan b ndak jantan

ilkan perse ntase non k ersentase k baliknya. R

,02 %).

rkas

dak Jawa te obot yang t gram (5,93 n komponen

agus, limpa ,12 %), dan sebabkan k bing et al. (2 yang meng

(19)

 

Tabel 3 Rataan bobot dan persentase komponen non karkas landak Jawa

Parameter Jenis kelamin

Betina Jantan satu

Jantan dua

Jantan tiga

Rataan

Bobot komponen non karkas

Darah 189,00 193,90 264,59 200,22 211,93

Duri 539,50 354,67 340,28 451,80 421,56

Kepala 420,00 450,00 497,20 464,00 457,80

Kaki depan 39,90 40,60 47,00 37,80 41,33

Kaki belakang 57,80 61,00 72,36 60,33 62,87

Hati 148,70 116,70 150,60 127,30 135,83

Jantung 46,04 36,90 63,50 30,87 44,33

Ginjal 27,55 25,45 22,76 24,70 25,12

Esophagus 13,20 9.00 7,74 7,79 9,43

Limpa 6,80 8,40 9,43 10,03 8,67

Paru-paru 40,83 34,50 37,20 37,78 37,58

Pankreas 9,80 8,70 10,33 8,29 9,28

Lambung 492,00 417,60 419,60 300,95 407,54

Usus halus 178,00 170,70 200.30 122,60 167,90

Sekum, usus besar dan rektum 350,10 379,50 415,00 293,70 359,58

Lemak tubuh (intermuskular) - - 28,40 34,40 15,7

Lemak omental 10,80 21,80 61,15 12,14 26,47

Alat kelamin 28,27 44,51 63,00 57,53 48,33

Persentase komponen non karkas

Darah 2,50 3,01 3,48 2,93 2,98

Duri 7,13 5,50 4,46 6,61 5,93

Kepala 5,55 6,98 6,51 6,79 6,46

Kaki depan 0,53 0,63 0,62 0,55 0,58

Kaki belakang 0,76 0,95 0,95 0,88 0,89

Hati 1,97 1,81 1,97 1,86 1,90

Jantung 0,61 0,57 0,83 0,45 0,62

Ginjal 0,36 0,40 0,30 0,36 0,36

Esophagus 0,18 0,14 0,10 0,11 0,13

Limpa 0,09 0,13 0,12 0,15 0,12

Paru-paru 0,54 0,54 0,49 0,55 0,53

Pankreas 0,13 0,14 0,14 0,12 0,13

Lambung 6,51 6,48 5,50 4,40 5,72

Usus halus 2,35 2,65 2,63 1,79 2,36

Sekum, usus besar dan rektum 4,63 5,89 5,44 4,30 5,07

Lemak tubuh (intermuskular) - - 0,37 0,50 0,22

Lemak omental 0,14 0,34 0,80 0,18 0,37

Alat kelamin 0,37 0,69 0,83 0,84 0,68

Bobot lambung yang tinggi dikarenakan ukuran lambung yang besar sehingga menyumbang proporsi yang besar yaitu 407,52 gram. Landak Jawa dipuasakan selama 12 jam sebelum disembelih. Landak merupakan hewan rodensia yang memiliki sekum cukup besar sehingga termasuk kedalam hewan

hind gut fermenter yaitu proses fermentasi makanan oleh mikroba terjadi di dalam sekum (Carnaby 2006). Efektifitas fermentasi makanan pada sekum lebih rendah dibandingkan dengan efektifitas fermentasi di lambung. Ukuran sekumnya yang besar menyebabkan pemuasaan 12 jam belum cukup untuk mengosongkan isi dari saluran pencernaan landak (Gambar 3).

(20)

9

 

dan 34,40 gram (0,50 %) sedangkan landak betina dan jantan satu sangat sedikit. Menurut Cahyo (2012) bahwa pengamatan yang dilakukan terhadap otot-otot daerah panggul dan paha landak Jawa menunjukkan bahwa hewan ini memiliki proporsi perdagingan yang sangat tebal, namun memiliki jaringan lemak intermuskular yang sangat sedikit dan struktur serabut otot-ototnya yang sangat halus. Hal ini sesuai dengan kepercayaan masyarakat yang mempercayai daging landak memiliki kandungan lemak yang rendah (Sulistya 2007). Dari Tabel 3 terlihat bobot darah yang semakin tinggi apabila terjadi peningkatan bobot badan landak kecuali pada landak betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chandramouli (2005) yang menyatakan hewan jantan memiliki jumlah darah yang lebih tinggi dibanding betina. Bobot potong yang semakin besar akan menghasilkan kulit yang semakin luas dan jumlah darah yang semakin banyak. Hasil penelitian Tobing et al. (2004), menunjukkan bahwa bobot kulit dan jumlah darah pada hewan sebanding dengan bobot potongnya.

Rataan persentase lemak omental yang dihasilkan pada penelitian ini jauh lebih rendah yaitu sebesar 0,37% dibandingkan dengan penelitian Farida et al.

(2012) yaitu sebesar 2,6 %. Hal ini diduga disebabkan oleh pemberian konsentrat pada landak selama 82 hari pada penelitian Farida et al. (2012) sehingga terjadi penimbunan lemak yang lebih banyak. Rataan persentase alat kelamin yang dihasilkan adalah 0,68 %. Terdapat perbedaan persentase bobot alat kelamin apabila dibandingkan dengan penelitian Farida et al. (2012) yaitu rataan persentase yang dihasilkan adalah 0,12 %. Hal ini berkaitan dengan teknik pemotongan alat kelamin pada saat pemisahan dari karkas. Pada penelitian ini pemotongan alat kelamin di runut sampai seluruh bagian termasuk kelenjar aksesoris dan penggantungnya sehingga menambah bobot keseluruhan alat kelamin.

Gambar 3 Situs viscerum landak Jawa.

Perbandingan Persentase Karkas Landak Jawa dengan Ternak Konvensional Lainnya

(21)

10 

 

Jawa yang dilakukan oleh Farida et al. (2012). Pada penelitian ini persentase karkas yang diperoleh mendekati persentase karkas babi pada penelitian Tobing (2012). Hal ini dikarenakan pada penelitian ini karkas landak tidak dikuliti dan ditambahkan dengan bobot ekor. Secara umum karkas hewan ternak konvensional tidak menyertakan kulit dan ekor ke dalam komponen karkas kecuali pada babi yang menyertakan kulitnya.

Tabel 4 Rataan bobot potong, bobot karkas serta persentase karkas landak Jawa dan hewan lainnya

Hewan Kelamin Rataan bobot

potong (kg)

Rataan bobot karkas (kg)

Rataan persentase karkas(%) Landak Jawa1)

Landak Jawa2)

Jantan

Keterangan: 1)Penelitian ini; 2)Farida et al. (2012); 3 & 4)Sunarlin & Usmiati (2006); 5)Lestari

et al. (2010); 6)Siagian et al. (2005); 7)Tobing (2012); 8)Putrawan (2005); 9)Brahmantiyo & Raharjo (2009)

Persentase karkas landak Jawa yang tinggi dibandingkan dengan hewan lain menunjukkan satwa ini mempunyai potensi yang tinggi sebagai hewan penghasil daging alternatif selain ternak konvensional. Hal ini sejalan dengan pernyataan Farida et al. (2010) bahwa tingginya persentase karkas landak Jawa mengindikasikan satwa ini berpotensi untuk dibudidayakan sebagai sumber daging alternatif dan dapat menunjang program diversifikasi pangan khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sebagian penduduknya telah lama memanfaatkan landak sebagai bahan pangan. Hasil survei juga menunjukkan bahwa 53,5% responden mengakui daging landak bisa dikonsumsi dan halal menurut Hukum Islam (Norsuhana et al. 2012).

(22)

11

 

penyembelihan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa sakit, rasa takut, dan tertekan, penganiayaan, serta penyalahgunaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Landak Jawa memiliki rataan persentase karkas sebesar 64,98 %. Persentase karkas yang tinggi disebabkan oleh daging landak yang tebal ditambah dengan bobot kulit dan ekor. Persentase karkas yang tinggi menunjukkan potensi landak Jawa sebagai sumber protein hewan alternatif.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai bobot serta persentase karkas dan non karkas landak Jawa untuk mendapatkan data dasar dan informasi yang lebih lengkap pada satwa ini. Direkomendasikan juga untuk menyertakan kulit dan ekor sebagai bagian dari karkas landak Jawa.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Aripin SNA & Mohammad AJ. 2008 Apr 13. Landak Raya diternak secara komersial. Berita Minggu: Hal 2-3.

Bartos C. 2004. Husbandry standars for keeping porcupine in captivity. Baltimore Zoo. Druid Hill Park, Baltimore, MD 21217.

Brahmantiyo B. & Raharjo YC. 2009. Karakteristik karkas dan potongan komersial kelinci Rex dan Satin. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal 688-692.

Cahyo OKN. 2012. Anatomi otot daerah panggul dan paha landak Jawa (Hystrix javanica). [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Carnaby T. 2006. Beat About The Bush : Mammals. Johannesburg (ZA): Jacana Media.

Chandramouli R & Tandan HC. 2005. Textbook of Physiology for Dental Students. 5th Edition. New Delhi (IN): Jaypee Brother Medical Publisher Ltd.

Corbet GB & Hill JE. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region : A Systematic Review. United Kingdom (GB): Oxford University Press.

[DITJEN PKH] Direktorat Jenderal Peternakan & Kesehatan Hewan. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasal 66 Kalimat 2. [Internet]. [diunduh

(23)

12 

 

Farida WR, Ridwan R, & Wulansari D. 2010. Kajian domestikasi landak (Hystrix sp.) guna pemanfaatan berkelanjutan. Laporan akhir tahun 2010, Kegiatan Program Kompetitif LIPI.

Farida WR, Tjakradidjaja AS, & Sari AP. 2012. Pengaruh suplementasi konsentrat dalam ransum terhadap performa bobot karkas dan non karkas landak Jawa. J. Biol. Indones 8 (2): 381-388.

Findlay GH. 1977. Rhythmic pigmentation in porcupine quills. J Mammal Biol

42: 231-239.

Goodwin TS. 1865. Natural History, a Manual of Zoology. New York (US). Grzimek B. 1975. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia. Volume ke-2. New

York (US): Van Nostrand Reinhold Company.

Hermansyah. 2008. Perubahan nilai pH postmortem daging sapi yang dipotong dengan menggunakan restraining box. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Kebede T, Lemma T, Hunduma, Dinka H, Guru M, & Sisay A, 2008. Growth performance and carcass characteristics of arsi-bale goats castrated at different ages. World Applied Sci. J. 4 (4): 545-553.

Kingdon J. 1984. East African Mammals, an Atlas of Evolution in Africa, Volume 2, Part B (Hares and Rodents) (pp 687 – 695).

Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Edisi kelima. Terjemahan: Parakkasi. Jakarta (ID):Universitas Indonesia.

Lestari CMS, Hudoyo Y, & Dartosukarno S. 2010. Proporsi karkas dan non karkas sapi Jawa di rumah potong hewan swasta kecamatan Ketanggungan, kabupaten Brebes. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 296-300.

Muhibbah V. 2007. Parameter tubuh dan sifat-sifat karkas sapi potong pada kondisi tubuh yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Norsuhana AH, Shukor MN, & Aminah A. 2012. Perceptions on captive Malayan

porcupine (Hystrix brachyura) meat by Malaysian urban consumers. Health and the Environment Journal, Vol. 3, No 1: 67-78

Nowak, Ronald M, Paradiso, & John L. 1991. Walker’s Mammals of the World, The Johns Hopkins University Press, (pp 794 – 798).

Prabowo ZM. 2013. Sifat karkas dan non karkas sapi silangan local pada bobot potong yang berbeda. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Putrawan H. 2005. Sifat fisik kimia daging dan potongan karkas kancil (Trangulus javanicus). [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Rao DR, Chen CP, Sunki GR, & Johnson WM. 1978. Effect of weaning and slaughter ages on rabbit meat production. II. Carcass quality and composition. J.Anim. Sci. 46: 578-583

Rianto E, Lindasari E, & Purbowati E. 2006. Pertumbuhan dan komponen fisik karkas domba ekor tipis jantan yang mendapat dedak padi dengan aras berbeda. Jurnal Produksi Ternak 8 (1): 28-33.

Roze & Uldis. 1989. The North American Porcupine, Smithsonian Institution Press.

Siagian PH, Natasasmita S, & Silalahi P. 2005. Pengaruh substitusi jagung dengan

(24)

13

 

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada University.

Sulistya SJ. 2007. Sate landak, dipercaya tingkatkan stamina pria. [terhubung berkala]. http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/2703/16 [20 Juli 2013]

Sunarlim R, & Usmiati S. 2006. Profil karkas ternak domba dan kambing. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal 590-597.

Tobing MM, Lestari CMS, & Dartosukarno S. 2004. Proporsi karkas dan non karkas domba lokal jantan menggunakan pakan rumput gajah dengan berbagai level ampas tahu. J Pengembangan Petern Tropis : 90 – 97.

Tobing SWL. 2012. Perbandingan kualitas karkas dan daging antara babi Landrace dengan babi Hutan [tesis]. Padang (ID) : Universitas Andalas. Van Aarde RJ. 1987. Reproduction in the Cape porcupine (Hystrix

africaeaustralis) : an ecological perspective. Mammal Research Institute, University of Pretoria.

Vaughn TA, Ryan JM, & Czaplewski NJ. 2000. Mammalogy. Ed ke-4. Philadelphia (US) : Saunders College Publishing.

Wardi, Farida WR, & Siregar HCH. 2011. Tingkah laku harian landak Raya (Hystrix brachyura) pada siang hari di penangkaran. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus 4B: 21-25.

(25)

14 

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuala Penyu, Sabah pada tanggal 14 November 1989 dari ayah Vincent Bangkong dan ibu Flora Jalani. Penulis merupakan putra keempat dari enam bersaudara. Pendidikan Sekolah Menengah Penulis diselesaikan di Maktab Rendah Sains Majlis Amanah Rakyat (MRSM) Kuching, Sarawak pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor. Mayor yang dipilih Penulis adalah Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor .

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif sebagai Timbalan Yang Dipertua Pelajar Malaysia sesi 2010/2011 dan Yang Dipertua Pelajar Malaysia sesi 2011/2012. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul, Analisis Bobot Komponen Penyusun Karkas dan Non Karkas pada Landak Jawa (Hystrix javanica).

 

 

Gambar

Gambar 2  Landak Jaawa setelah
Tabel 3 Rataan bobot dan persentase  komponen non karkas landak Jawa
Tabel 4 Rataan bobot potong, bobot karkas serta persentase karkas landak Jawa dan hewan lainnya

Referensi

Dokumen terkait

Teman bermain sangat mempengaruhi perilaku seseorang, karena teman bermain merupakan tempat anak melakukan tindakan sosial selain di dalam lingkungan keluarga, dalam

Berdasarkan kepada model kajian di atas, kajian ini melihat perhubungan antara pembolehubah tidak bersandar iaitu yang pertama adalah faktor organisasi iaitu struktur

Kompresi lossy digunakan pada citra digital karena sesuai dengan kriteria ketidaksempurnaan dari mata manusia yang tidak mampu menangkap semua sinyal yang ada pada citra,

Pemberian ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia) yang memiliki efek terhadap jumlah sel monosit yang optimal dari hari ke-1, hari ke-3 dan hari ke-7

Masalah utama dalam meningkatkan produksi tomat adalah tingginya intensitas serangan OPT dan rendahnya ketersediaan unsur hara dalam tanah, utamanya jika tanaman

• Untuk mengetahui kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak...

Kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa, dan data kemampuan memecahkan permasalahan dengan konsep matematis dari