SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh :
DESSY DWI MULYANI
0713010043/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
memberikan seluruh rahmat serta hidayahNya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul
IMPLEMENTASI PROGRAM
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) DALAM
PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI.
Penulisan skripsi ini
sebagai salah satu syarat ketentuan program strata satu pada Fakultas Ekonomi
UPN “Veteran” Jawa Timur
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa
Timur.
2.
Dr. Dhani Ichsannuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
UPN”Veteran” Jawa Timur.
3.
Drs. Ec. Rahmat A. Suwaidi, MS selaku pembantu Dekan I
4.
Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku kepala Progdi Akuntansi Fakultas
Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
5.
Dr. Indrawati Y. MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah sangat
sabar membimbing dalam penulisan skripsi ini dan Dosen telah menjadi
motivator dan inspirator bagi saya.
memberikan semangat serta doa.
9.
Seluruh direksi, staf dan karyawan Bank Mandiri Surabaya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian
guna mengolah data-data sebagai bahan penyusunan skripsi.
10.
Para informan yang telah membantu saya dalam memperoleh informasi
guna mengolah data-data.
11.
Buat tersayang Gugun Triyantoro terima kasih sudah meluangkan
waktunya untuk membantu mengerjakan skripsi ini, serta dukungan yang
diberikan dan selalu setia menemani dalam suka dan duka.
12.
Para sahabat Lupiedepha: Mama Lusi, Bunda Upied, Emak Eva, Cintaku
Fuji. Terima kasih atas kebersamaan kita dalam suka dan duka serta
dukungan dan motivasi
13.
Para teman seperjuangan Shandy si Betet, Ricky, Mumun si Jhoni, Yohan,
Selly, Andreas, Ajeng, yang selalu memotivasi dalam pengerjaan skripsi
ini. Serta Mas Bagus yang telah sangat membantu dalam proses
memperoleh data.
14.
Semua pihak yang terkait yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan
satu persatu
Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki maka
Surabaya, Mei 2011
Peneliti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I : PENDAHULUAN ……….
1
1.1.
Latar Belakang ………
1
1.2.
Permasalahan ……….
6
1.3.
Tujuan Penelitian ………
6
1.4.
Manfaat Penelitian ………...
6
1.4.1.
Manfaat Teoritis ………
6
1.4.2.
Manfaat Praktis ……….………
7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……….
8
2.1.
Penelitian Terdahulu ………. .
8
2.2.
Landasan Teori ………..
13
2.2.1. Akuntansi ………..
13
2.2.2.
Corporate Social Responsibility
(CSR) …..…….
14
2.2.2.1.Pengertian
Corporate Social Responsibility
(CSR) ……..………
14
2.2.2.2.Manfaat
Corporate Social Responsibility
(CSR) ………..
16
2.2.2.3.Penerapan
Corporate Social Responsibility
(CSR) ………..
17
2.2.3. Hubungan
Good Corporate Governance (GCG)
dengan
Corporate Social Responsibility
(CSR
)
...
19
2.2.3.1.Prinsip-prinsip
Good Corporat Governance
(GCG) ………
19
2.2.3.2.Prinsip-prinsip
Corporate Social
Responsibility
(CSR) ………..……
21
2.2.3.2.1
.
Konsep
Triple Bottom Line ……
.
21
2.2.3.3.Ruang Lingkup
Corporate Social
Responsibility
(CSR) ………..
22
2.2.4. Usaha Kecil Menengah (UKM) ………
24
2.2.4.1. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM).
24
2.2.4.2.Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM) ...
25
2.2.4.3.Kekuatan Usaha Kecil Menengah (UKM) ...
25
3.4. Alasan Ketertarikan Peneliti (
Acknowladge
) ………
32
3.5. Informan ………
33
3.6. Sumber Data dan Jenis Data ……….
33
3.7. Prosedur Pengumpulan Data ………..… .
34
3.8. Teknik Analisis Data ………
35
3.9. Pengujian Kredibilitas Data ………
36
BAB IV : DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ………..
39
4.1. Profil Bank Mandiri ………
39
4.2. Visi dan misi Bank Mandiri ………
41
4.2.1. Visi ………..
41
4.2.2. Misi ………
41
4.3. Struktur Organisasi Bank Mandiri ………..
42
4.4.
Corporate Social Responsibility
(CSR) Bank Mandiri ..
44
4.4.1. Sejarah Berdirinya
Corporate Social
Responsibility
(CSR) Bank Mandiri …………
45
4.4.2. Tujuan
Corporate Social
Responsibility
(CSR) Bank Mandiri …………
46
4.5. Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
Di Bank Mandiri Surabaya ………
47
4.5.1. Struktur Organisasi PKBL ………..
50
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...
51
5.1. Implementasi Program CSR (
Corporate Social
Responsibility
) dalam memberdayakan UKM ………….
51
5.2. Tingkat Keberhasilan UKM dengan adanya Program
CSR (
Corporate Social Responsibility
) Bank Mandiri …
67
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ………
78
6.1. Kesimpulan ……… 78
Tabel 5.2: Realisasi Anggaran Program Kemitraan ………...
65
Tabel 5.3: Refleksi syarat-syarat yang diajukan untuk dapat
menjadi anggota binaan Bank Mandiri ……….…….
69
Tabel 5.4: Refleksi mengenai kondisi UKM sebelum dan sesudah
bergabung dalam anggota binaan Bank Mandiri …………..
71
Tabel 5.5.Refleksi mengenai kendala yang dialami para informan
Dessy Dwi Mulyani
Abstrak
Di era globalisasi ini, peran perusahaan dalam masyarakat adalah untuk
meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan. Pada mulanya tidak
banyak perusahaan apalagi di Indonesia yang memperhatikan hal tersebut. Peneliti
ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang penerapan Program CSR
dalam pemberdayaan UKM pada Bank Mandiri.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu mengamati orang
dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi serta berusaha memahami dengan
berbagai latar belakang. Data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer.
Untuk prosedur pengumpulan data yang peneliti pergunakan adalah survey
pendahuluan, survey lapangan dengan cara: wawancara informal maupun formal
dengan pihak terkait, dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian, studi kepustakaan berupa pengumpulan
data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan
sebagai landasan teori.
Berdasarkan hasil analisa bahwa Program CSR Bank Mandiri telah
dilaksanakan dan dijalankan dengan baik sesuai dengan Peraturan Menteri dan
dokumen-dokumen terkait yang ada. Adapun kelemahan Bank Mandiri dalam
menjalankan Program CSR yaitu kurangnya SDM yang ada dalam hal jumlah staf
PKBL, dan adanya tingkat kemacetan pengembalian pinjaman yang masih sangat
tinggi.
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, perusahaan di Indonesia melakukan
kegiatan terencana untuk sampai kepada tujuan khusus maupun tujuan
umum yang telah mereka tentukan. Dalam pencapaian tujuan tersebut,
tentunya melewati berbagai proses pelaksanaan kegiatan dimana tidak
hanya mengikutsertakan satu pihak saja (dalam hal ini perusahaan itu
sendiri), tetapi juga secara langsung ataupun tidak langsung terkait dengan
pihak luar. Pihak luar tersebut misalnya pemerintah, negara asing,
masyarakat dan lembaga-lembaga sosial. Tak lepas dari pihak luar
tersebut, maka perusahaan-perusahaan banyak melakukan kerjasama
dengan pihak yang mendukung pada pencapaian tujuan, khususnya
menyangkut kepentingan perusahaan.
Perusahaan tidak hanya memiliki sisi tanggung jawab
ekonomis. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya
akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan
lingkungannya. Interaksi ini karena sumber-sumber ekonomi yang
digunakan oleh perusahaan secara keseluruhan berasal dari
lingkungan dan pada akhirnya dikonsumsi juga oleh lingkungan.
Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan komitmen
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan
kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. Fakta telah
mnunjukkan bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul ke
permukaan perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan faktor sosial
dan lingkungan. adanya keyakinan bahwa keberlangsungan perusahaan
akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya,
termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Dalam era globalisasi kesadaran
akan penerapan CSR menjadi penting seiring dengan perubahan paradigma
yang mengatakan bahwa CSR bukan dilihat sebagai sentra biaya (cost
center) melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang.
(Wibisono,2007)
CSR dapat dijalankan melalui tiga pilar yaitu sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Kegiatan yang dilakukan berupa Community Development
yang kemudiaan dikembangkan untuk mencapai citra yang baik di mata
para stakeholders perusahaan. Adanya beberapa pihak yang masih
memandang pelaksanaan CSR dalam konteks profitabilitas perusahaan
merupakan tantangan perusahaan tersendiri, karena perusahaan juga harus
mempehatikan orang dan lingkungan sekitarnya. Di sini kemitraan antara
perusahaan dan pemerintah dan masyarakat sipil merupakan kunci
keberhasilan pelaksanaan CSR (Pambudi,2006)
Penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan
tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa “Perseroan yng menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab social dan lingkungan”. (Priyanto Susiloadi,2008)
Dalam menerapkan CSR, umumnya perusahaan akan melibatkan
partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program
CSR. Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup
berpengaruh dalam menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat
adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu
perusahaan, baik itu dampak positif ataupun negatif. Dampak ini dapat
terjadi dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun lingkungan. CSR
menjadi topik yang menarik dalam pemberdayaan masyarakat dalam
rangka mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Pemberdayaan masyarakat termasuk usaha mikro, kecil, menengah
dan koperasi tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah
pusat dan daerah. Namun menjadi tugas dan tanggung jawab dunia usaha,
Konsep Triple Bottom Line menjadi koridor utama dalam pengembangan,
hal ini dikarenakan penekanan pada aspek pemberdayaan masyarakat di
dalam politik. CSR di Indonesia menetapkan dimensi yang sangat lekat
dengan kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini (Ambadar,2008). Meski
dalam hal ini bukan merupakan Community Development semata, namun
kondisi di Indonesia yang mana masih tingginya angka pengangguran,
pendidikan dan kesehatan, maka CSR sebagai sebuah konsep yang
berubah dan tumbuh sesuai dengan perkembangan dunia usaha dan
kebutuhan masyarakat yang mana dalam hal ini Community Development
sebagai ujung tombak praktik penetapan CSR bisa menjadi salah satu
jawaban.
Corporate Social Responsibility atau yang lebih dikenal dengan
sebutan CSR adalah sebuah program yang mengimplementasikan
tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat luas (pihak
stakeholders), di mana tanggung jawab sosial perusahaan ini hendaknya
dilakukan dengan sukarela (volunteer) oleh perusahaan, bukan sebagai
kewajiban.
Pada kenyataaannya, penerapan tanggung jawab sosial perusahaan
atau CSR ini hanya merupakan sebuah kesukarelaan, maka banyak
perusahaan di Indonesia yang berhasil dalam menerapkan CSR di
kalangan UKM tetapi dalam pelaksanaannya program kemitraan ini belum
optimal karena program yang berjalan 3 tahun ini baru mendampingi 700
ribu Usaha Kecil Menengah (UKM) (Beky Subechi,2010). Hal ini sesuai
dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang tanggung jawab sosial
perusahaan. Sehingga, pada akhirnya penerapan dan pelaksanaannya
bukan lagi sebuah kesukarelaan tetapi berubah menjadi sebuah kewajiban.
Sebagai contoh Bank Mandiri yang telah berhasil membawa
usahawan muda khususnya mahasiswa untuk mendapatkan
yang betul-betul tepat. Sasaran kegiatan ini benar-benar fundamental untuk
mendorong mahasiswa menjadi tulang punggung dan penggerak
perekonomian. CSR Bank Mandiri sangat tepat sasaran. Dengan program
CSR ini Bank Mandiri berupaya mengajak masyarakat Indonesia untuk
menjadi masyarakat yang mandiri, sehingga diharapkan dapat terwujud
suatu masyarakat yang bukan hanya pencari kerja namun mampu menjadi
pencipta lapangan pekerjaan. (Anonim, 2010)
PT. Bank Mandiri mempunyai Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) yang dikenal dengan nama Corporate Social
Responsibility (CSR). Sebagian besar mitra binaaan Bank Mandiri
dalam program CSR adalah pengusaha kecil dan menengah (UKM).
Bank Mandiri mempunyai banyak hubungan dengan berbagai pihak
dalam menjalankan usahanya. Dalam menjaga hubungan baik
dengan masyarakat sebagai salah satu pihak stakeholders, PT. Bank
Mandiri telah menjalankan beberapa program CSR, diantaranya
adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang sejalan dengan
strategi pemerintah untuk menjadikan UKM sebagai ujung tombak
pertumbuhan perekonomian nasional.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik
mengetahui sejauh mana penerapan program CSR (Corporate
Social Responsibility) Bank Mandiri dalam pengembangan UKM
CSR (Corporate Social Responsibility) dalam Pemberdayaan UKM pada Bank Mandiri “.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka berikut ini
dibuat suatu permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana implementasi program CSR (Corporate Social
Responsibility) dalam memberdayakan UKM pada Bank Mandiri?
1.3. Tujuan Penelitian
Setelah melakukan kajian masalah, yang selanjutnya dilakukan
rumusan masalah atas permasalahan yang terjadi, berikut ini di buat suatu
tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui implementasi program CSR dalam
memberdayakan UKM pada Bank Mandiri.
1.4. Manfaat Penelitian
Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka
hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.
1.5.1. Manfaat Teoritis
Implementasi program CSR Bank Mandiri akan dapat membantu
1.5.2. Manfaat Praktis
Implementasi program CSR Bank Mandiri ini diharapkan dapat
dilakukan dengan baik, maka akan bermanfaat bagi keberhasilan UKM
binaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan Corporate Social
Responsibility (CSR) sudah pernah dikaji dalam beberapa skripsi. Pada
bagian ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang telah
dilakukan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Hardi Segaranto (2010)
dengan judul “ Studi tentang Penerapan dan Pelaporan CSR pada PT.
Pelabuhan Indonesia III (PERSERO) ”. Dalam penelitian ini digunakan
penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kepada obyek dan
perijinan, tahap eksplorasi informasi umum, tahap eksplorasi terfokus,
kemudian analisis data lapangan dan penyusunan laporan. Data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden atau
narasumber. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menngunakan
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa PT. Pelabuhan Indonesia III sebagai
pihak yang melakukan aktivitas CSR yang mengacu pada regulasi yang
lebih tinggi sebagai BUMN yang aktivitas social kepada masyarakat
terdapat unsur kemanusiaan yang dilakukan perusahaan dengan berupaya
menjadi sarana tolak ukur keberhasilan mitra binaan yang dibina ternyata
belum bisa mengakomodir data perkembangan mitra binaan yang
menyangkut efektivitas bantuan yang disalurkan. Kegiatan evaluasi ini
dirasakan masyarakat berdampak pada pelaporan perkembangan mitra
binaan.
Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Arif Wicaksono (2010)
dengan judul “ Akuntabilitas Pelaporan dan Pengukuran CSR pada PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk ”. Dalam penelitian ini digunakan
penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kepada obyek dan
perijinan, tahap eksplorasi informasi umum, tahap eksplorasi terfokus,
kemudian analisis data lapangan dan penyusunan laporan. Data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden atau
narasumber. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menngunakan
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pengakomodasian segala bentuk
aktifitas social yang dilakukan PT. Telekomunikasi, Tbk kepada
masyarakat dilaporkan dalam bentuk laporan yang disebut sebagai laporan
keberlanjutan. Laporan ini dikatakan sebagai bentuk dari upaya
perusahaan dalam mewujudkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik yaitu akuntanbilitas dan transparansi. Unit pelaksana kegiatan
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan di TELKOM
dilaksanakan oleh unit yang disebut sebagai CDC (Community
berdasarkan kebijakan perusahaan yaitu yang pertama, pelaporan aktivitas
kegiatan PKBL dilakukan setiap bulan, hal itu dimaksudkan agar pihak
perusahaan dapat memonitoring unit bisnis CDC setiap saat ditiap-tiap
wilayah operasional kerja TELKOM dan yang kedua pelaporan yang
dimaksudkan untuk mengetahui proses perealisasian anggaran yang telah
ditetapkan yang dimana pelaporan tersebut dilaporkan setiap triwulan,
setengah tahun, dan akhir tahun. Kedua cara pelaporan tersebut merupakan
bagian dari teknik pelaporan yang sebelumnya telah melalui proses
modifikasi sebagaimana hal tersebut telah disesuaikan dengan kebijakan
dan kondisi internal perusahaan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Chandra Kurniawan dan
Indra Yuhertiana (2009) dengan judul “ Studi tentang Penerapan dan
Pelaporan CSR pada PT. Semen Gresik (PERSERO), Tbk ”. Dalam
penelitian ini digunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan kepada obyek dan perijinan, tahap eksplorasi informasi umum,
tahap eksplorasi terfokus, kemudian analisis data lapangan dan
penyusunan laporan. Data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh langsung dari responden atau narasumber. Sedangkan teknik
pengumpulan datanya menngunakan wawancara mendalam, observasi, dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penyisihan laba perusahaan dibahas dan ditetapkan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Salah satu yang menjadi pertimbangan jumlah
sehingga ada kecenderungan bahwa semakin banyak dana yang tersisa
semakin kecil jumlah droping yang diperoleh. PKBL mempunyai posisi
sebagai unit kerja yang mandiri dan mempunyai kewenangan atas
pengelolaan dana, sumberdaya dan pelaporan aktifitas CSR secara terpisah
dengan perusahaan induknya. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh
Bandang Maulana (2010) dengan judul “ Implementasi dan Pelaksanaan
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan sebagai wujud
tanggungjawab social perusahaan kepada stakeholders diperusahaan
Pertamina UPMS V Surabaya ”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan kepada obyek dan perijinan,
tahap eksplorasi informasi umum, tahap eksplorasi terfokus, kemudian
analisis data lapangan dan penyusunan laporan. Data yang digunakan
adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden atau
narasumber. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menngunakan
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa mulai dari penerapan dan pelaksanaan
hingga perkembangannya PKBL telah dilaksanaka dan dijalankan dengan
baik sesuai dengan Peraturan MenteriNo. 05/MBU/2007 dan Buku Tata
Kerja Organisasi PT. Pertamina. Unit PKBL PT. Pertamina UPMS V juga
telah berhasil menarik minat UKM-UKM terhadap Program Kemitraan
dan Program Bina Lingkungan yang telah dijalankan selama ini. Pertamina
bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM , usaha mitra binaan, dan
juga kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya dilakukan penelitian oleh M.Reza Maulana (2009)
dengan judul “ Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Rekayasa Industri dalam Rangka Pengembangan Masyarakat “ . Dalam
penelitian ini digunakan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan
pemahaman yang mendalam mengenai sejauhmana CSR berbasiskan
pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan konteks yang relevan.
Pendekatan kuantitatif yang dilakukan berjenis penelitian survei. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan
penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Berdasarkan penelitian ini
disimpulkan bahwa Implementasi CSR yang dilakukan oleh suatu
perusahaan akan berdampak pada perusahaan itu sendiri dan pada
masyarakat yang tinggal di lokasi pelaksanaan CSR. Dampak yang dapat
dirasakan oleh masyarakat diantaranya adalah peningkatan taraf hidup dan
kelembagaan berkelanjutan. peningkatan taraf hidup masyarakat akan
dilihat dari peningkatan pendapatan, rumah atau papan, kesehatan, pangan
dan (sarana) komunikasi. Sedangkan dampak yang akan dirasakan oleh
perusahaan adalah peningkatan citra perusahaan di mata masyarakat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
memberikan pemahaman yang mendalam mengenai program CSR.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini
lebih focus meneliti ke implementasinya program CSR Bank Mandiri.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Akuntansi
CSR adalah suatu konsep yang menunjukkan bagaimana
perusahaan secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya
masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sebuah
perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan
memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit),
masyarakat (people), serta lingkungan hidup (planet) (Elkington,1997).
Yang dimana CSR ini berhubungan dengan akuntansi sosial yang
merupakan alat pengukuran, pendokumentasian, pelaporan baik keuangan
maupun non keuangan yang berkaitan dengan interaksi suatu organisasi
lingkungan masyarakat. (Masnila,2006)
Informasi non keuangan dan keterlibatan sosial perusahaan
dikomunikasikan kepada para stakeholder. Pengkomunikasian aktivitas
tersebut dilakukan dengan berbagai cara dan media pengungkapan. Salah
satu alat yang dapat digunakan adalah laporan keuangan. Di Indonesia,
pada dasarnya pelaporan nonkeuangan ini secara umum telah
terakomodasi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
Tanggungjawab atas Laporan Keuangan paragraph 09 dinyatakan bahwa:
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana factor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industriyang menganggap pegawai
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.
2.2.2. Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2.2.1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Adapun definisi-definisi CSR menurut pandangan para ahli dan
berbagai organisasi dunia antara lain : (Priyanto Susiloadi,2008)
1. Howard R. Bowen : Mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk
menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang
hendak dicapai masyarakatdi tempat perusahaannya beroperasi.
2. Magnan dan Farrel (2004) : Menekankan pada perlunya memberikan
perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai
stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang
diambil pelaku bismis melalui perilaku yang secara social
bertanggungjawab.
3. Komisi Eropa: CSR adalah suatu konsep yang menunjukkan
bagaimana perusahaan secara sukarela memberi kontribusi bagi
terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih
4. Elkington (1997): Sebuah perusahaan yang menunjukkan
tanggungjawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada
peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat (people), serta
lingkungan hidup (planet).
5. Ani Marlia (2008): CSR sebagai kepedulian perusahaan yang
menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan
pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara
berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan professional.
6. Achda (2006): CSR sebagai komitmen perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi social,
ekonomi, dan lingkungan, serta terus-menerus menjaga agar dampak
tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan
hidupnya.
Konsep tanggungjawab social perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR), muncul akibat adanya kenyataan bahwa pada
dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan
semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan,
masyarakat dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya kesadaran
dan kepekaan dari stakeholders perusahaan maka konsep tanggungjawab
social ini muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Tanggungjawab
perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena
perusahaan telah mengambil keuntungan.
2.2.2.2. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Apapun alasan atau motif perusahaan melakukan CSR, yang pasti
CSR penting dilakukan. Sebagaimana yang telah dikemukakan (Priyanto
Susiloadi,2008) bahwa CSR dipandang sebagai asset strategis dan
kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang makin sarat
kompetisi. CSR dapat memberi banyak keuntungan yaitu :peningkatan
profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja financial yang lebih baik.
Banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengimplementasikan
program CSR menunjukkan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan
nilai saham, mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat
dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga
merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan. Social Marketing
akan member manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaam
dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang
tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi.
Hal ini akan memberi dampakpositif terhadap volume unit produksi yang
terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar
terhadap peningkatan laba perusahaan.
2.2.2.3. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Penerapan CSR dangat dipengaruhi oleh pandangan perusahaan
mengenai CSR. Wibisono (2007) menjelaskan beberapa cara pandang
perusahaan terhadap CSR, yaitu: (1) Sekedar basa-basi atau keterpaksaan.
Perusahaan mempraktekkan CSR karena external driven (faktor eksternal),
environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan dan reputation
driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan); (2) Sebagai upaya
memenuhi kewajiban (compliance); (3) CSR diimplementasikan karena
adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
Saidi (2004) dalam Tanudjaja (2008) membagi CSR menjadi 4
model, yaitu keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi sosial
perusahaan, bermitra dengan pihak lain, dan mendukung atau bergabung
dalam suatu konsorsium. Sementara itu, Wibisono (2007) menjelaskan
bahwa penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahan dapat dibagi
menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi
dan pelaporan.
CSR yang diterapkan oleh perusahaan akan mendatangkan
berbagai manfaat bagi perusahaan dan masyarakat yang terlibat dalam
menjalankannya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang
berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau
mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan
social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan
biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki
hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas
karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan. Implementasi CSR
yang dilakukam oleh suatu perusahaan akan berdampak pada perusahaan
itu sendiri dan pada masyarakat yang tinggal di lokasi pelaksanaan CSR.
Dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat diantaranya adalah
peningkatan taraf hidup dan kelembagaan berkelanjutan. peningkatan taraf
hidup masyarakat akan dilihat dari peningkatan pendapatan, rumah atau
papan, kesehatan, pangan dan (sarana) komunikasi. Sedangkan dampak
yang akan dirasakan oleh perusahaan adalah peningkatan citra perusahaan
di mata masyarakat.
Implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat berupa
keterlibatan perusahaan secara langsung, melalui yayasan/organisasi
sosial, bermitra dengan pihak lain, maupun membentuk atau bergabung
dalam suatu konsorsium. Implementasi CSR dipengaruhi oleh bentuk
strategi pengembangan masyarakat yang digunakan. Bentuk strategi
tersebut dibagi dalam tiga strategi, yaitu Power coercive (strategi
pemaksaan), Rational Empirical (empirik rasional) dan Normatif
Re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif). Bentuk strategi
pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan saling
mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi
masyarakat dilihat dari peran serta masyarakat dalam tahapan pelaksanaan
Selain saling mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat,
strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan sangat
dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan tersebut mengenai CSR. Karena
suatu perusahaan akan melaksanakan CSR apabila memiliki kebijakan atau
peraturan mengenai implementasi CSR dalam menjalankan usahanya.
Kebijkan perusahan mengenai CSR juga diperngaruhi oleh dua faktor,
yaitu kebijakan pemerintah dan pandangan perusahaan mengenai CSR.
Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi kebijakan perusahaan terkait
penerapan CSR diatur dalam beberapa peraturan dan perundang-undangan,
yaitu UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan
Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003.
2.2.3. Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2.3.1. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG)
GCG merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama
dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris
serta dewan direksi demi tercapainya tujuan korporasi. Dalam arti luas
mengatur hubungan seluruh stakeholders dapat dipenuhi secara
proporsional. CSR yang baik memadukan 5 prinsip Good Corporate
Governance (GCG) yakni: (Arif Wicaksono,2010)
Secara sederhana, bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi.
Dalam mewujudkan prinsip ini perusahaan dituntut untuk menyediakan
informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada stakeholdesr-nya.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung
jawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif,
maka aka nada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta
tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan
direksi.
c. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan
terhadap peraturan yang berlaku , kebiasaan dan etika binis. Dengan
demikian prinsip ini diharapkan menyadarkan perusahaan bahwa kegiatn
usahanya harus dipertanggungjawaban kepada shareholders maupun
kepada stakeholders.
d. Kemandirian (Independency)
Intinya agar perusahaan dikelola secara professional tanpa ada
benturan kepentingan dan tanpa adanya tekanan atau intervensi dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Adanya perlakuan yang adil dalam pemenuhan hak stakeholder
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Diharapkan
memberikan jaminan perlakuan adil diantara beragam kepentingan dalam
perusahaan.
2.2.3.2. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) 2.2.3.2.1. Konsep Triple Bottom Line
Gambar 1: Konsep Triple Bottom Line
Berdasarkan konsep Triple Bottom Line di atas dapat dideskripsikan
menjadi:
Sumber: SWA.Edisi 26/XXI/19 Desember 2005-11 Januari 2006
1. Profit (keuntungan)
Profit merupakan unsure terpenting dan menjadi tujuan utama
dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila focus utama dari setiap
kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak
harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Inilah bentuk tanggung jawab social ekonomi yang paling
esensial terhadap pemegang saham.
People ( Sosial )
2. People (Masyarakat)
Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting
bagi perusahaan, karena dukungan mereka, terutama masyarakat
sekitar, sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan
perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan
dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk
berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada mereka.
Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi
memberikan dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan
perlu untuk melakukan bebrbagai kegiatan yang menyentuh
kebutuhan masyarakat, intinya, jika ingin eksis dan akseptabel,
perusahaan harus menyertakan pula taanggung jawab social.
3. Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau
lingkungan. Jika perusahaan ingin eksis maka harus disertakan pula
tanggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang
terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita.
2.2.3.3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)
Meskipun isu utamanya akan berbeda baik antara sector industry
maupun antar perusahaan, namun secara umum isu CSR mencakup 5
(lima) komponen pokok. (Darwin, 2006):
Bagaimana perusahaan menyingkapi masalah HAM dan strategi
serta kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari
terjadinya pelanggaran HAM di perusahaan yang bersangkutan.
2. Tenaga Kerja (Buruh)
Bagaimana kondisi tenaga kerja di pabrik milik sendiri mulai dari
soal system penggajian, kesejahteraan hari tua, dan keselamatan kerja,
peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada
soal penggunaan tenaga kerja dibawah umur.
3. Lingkungan hidup
Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan
masalah lingkungan hidup. Bagaimana perusahaan mengatasi dampak
lingkungan atas produk atau jasa mulai dari pengadaan bahan baku
sampai pada masalah buangan limbah, serta dampak lingkungan yang
diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk.
4. Social masyarakat
Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang social dan
pengembangan masyarakat setempat, serta dampak operasi peusahaan
terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.
5. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan
Apa saja yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan
bahwa produk dan jasa bebas dari dampak negative seperti:
Mencermati prinsip-prinsip GCG dan prinsip-prinsip CSR di atas,
rasanya tidak sulit mencari benang merah hubungan antara GCG dengan
CSR, yang mana dalam konteks ini adanya penekanan yang signifikan
diberikan kepada stakeholder perusahaan. Dengan demikian bisa
disimpulkan bahwa penerapan CSR merupakan salah satu bentuk
implementasi dari konsep GCG. Sebagai entitas bisnis yang bertanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
2.2.4. Usaha Kecil Menengah (UKM)
2.2.4.1. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM)
1. Usaha Kecil
Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria usaha kecil.
2. Usaha Menengah
Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikusai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
2.2.4.2. Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM)
1. Usaha Mikro(menurut keputusan Menkue No. 40/KMK.06/2003,
tentang pendanaan kredit usaha mikro dan kecil)
- Kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan informal dalam arti
belum terdaftar, belum tercatat dan belum bebadan hukum.
- Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000
2. Usaha Kecil(menurut UU no. 9 tahun 1995, tentang usaha kecil).
- Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000
3. Usaha Menengah (menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia
No.10 tahun 1999, tentang pemberdayaan usaha menengah).
- Merupakan usaha yang memiliki kekayaan di atas Rp.200.000.000 hingga Rp. 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan.
- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000.
Perbedaaan criteria usaha kecil dan menengah diatas cukup signifikan.
(Nur Rodiah,2010)
2.2.4.3. Kekuatan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Usaha mikro, kecil dan menengah dengan karakteristik skalanya
dimaksud terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam
menghadapi berbagai tantangan lingkungan. Setiap kegiatan usaha yang
secara ekonomis tidak mungkin dilakukan oleh usaha skala besar pada
dasarnya menjadi kekuatan usaha kecil. Kekuatan yang dimaksud meliputi
antara lain: (Nur Rodiah,2010)
1. Mengembangkan Kreatifitas Usaha Baru
Kreatifitas tidak selalu dilakukan dengan menampilkan sesuatu
produk yang secara murni baru, namun dapat dilakukan dengan cara
meniru produk yang telah beredar dipasar
2. Melakukan Inovasi
Lazimnya dimana sulit seseorang selalu berusaha menemukan
solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara yang
berbeda.
3. Ketergantungan Usaha Besar Terhadap Usaha Kecil
Pada umumnya produk yang dihasilkan perusahaan besar tidak
selalu atau boleh dikatakan agak sulit untuk menjangkau para pembeli
kecil ditempat terpencil. Selain daerah terpencil sulit dijangkau juga
daya beli pembeli didaerah terpencil pada umumnya juga rendah.
4. Daya Tahan Usaha Kecil Pasca Krisis Tahun 1989
Fakta membuktikan bahwa krisis ekonomi yang berlanjut kepada
krisis kepercayaan yang terjadi pada tahun 1989, tidak berpengaruh
banyak terhadap eksistensi usaha kecil. Beberapa peneliti bidang
perekonomian Indonesia berkat jasa pelaku usaha kecil atau UKM. Bila
demikian dengan bangga dapat kita nyatakan kelompok pelaku UKM
telah menyelamatkan Indonesia dari kehancuran total. Dan secara
umum dapat dikatakan bahwa ini juga merupakan kekuatan dari usaha
kecil yang mampu bertahan dan bahkan mampu menyelamatkan
perekonomian Indonesia.
2.2.4.4. Kelemahan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Sebaliknya dari sejumlah kekuatan ternyata usaha mikro, kecil, dan menengah tidak lepas dari factor kelemahan. Factor kelemahan juga
disebabkan oleh karakteristik ukurannya yang kecil. Diantara
kelemahan- kelemahan yang melekat kepada usaha mikro, kecil, dan
menengah antara lain:
1. Lemahnya Ketrampilan Manajemen
Pelaku UKM seringkali berangkat berwirausaha dengan bekal
sumber daya seadanya. Ketidakpastian tersebut bukan hanya dalam
hal modal dana dan atau peralatan lainnya, tetapi juga ketidaksiapan
dalam penguasaan kompetensi bidang usaha maupun kecilnya
keterampilan manajemen. Dari penelitian terbukti bahwa kegagalan
nomor dua sebagai akibat dari lemahnya keterampilan manajemen.
Sebagai akibat dari lemahnya ketrampilan manajemen, seringkali
terjadi ketidakseimbangan antara perencanaan, pelaksanaan dan
2. Tingkat Kegagalan dan Penyebabnya
Menurut Siropolis (1994), tingkat kegagalan usaha kecil (UKM)
sebesar 44% disebabkan oleh kurangnya kompetensi dalam dunia
usaha. Yang dimaksud dengan kurangnya kompetensi disini meliputi
kurangnya penguasaan tentang bidang usaha yang dijalankan dan
kemampuan dalam mengelola kegiatan usaha baik secara fisik.
Penyebab kegagalan yang kedua adalah akibat lemahnya kemampuan
manjemen yang menempati prosentase sebesar 17%. Pengertian
lemahnya kemampuan manjemen disini adalah penguasaan
pengetahuan dan pengalaman dalam hal mengelola sumber daya
lainnya. Sumber kegagalan yang ketiga disebabkan oleh
ketidakseimbangan pengalaman.
3. Keterbatasan Sumber Daya
Keterbatasan sumber daya bagi pelaku UKM telah merupakan hal
yang sangat umum. Keterbatasan tersebut bukan semata-mata dalam
hal dana, peralatan fisik namun juga dalam hal informasi. Termasuk
keterbatasan dalam informasi disini adalah kurangnya wawasan yang
dimiliki guna membekali gambaran tentang kegiatan usaha yang akan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tanggung
jawab sosial (CSR) berbasiskan pemberdayaan UKM pada Bank Mandiri
dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode
penelitian kualitatif.
Penelitian Kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1988 : 55
dalam Sugiyono, 2008 : 180). Dalam penelitian ini yang akan diamati
adalah orang, yaitu informan Bank Mandiri yaitu Bapak Ikbal bagian
Marketing Mikro Kredit, Bapak Wahyu bagian Busines Development,
Bapak Hery bagian PKBL dan informan UKM binaan Bank Mandiri yaitu
Ibu Elisabeth, dan Bapak Halim dengan berbagai latar belakangnya.
Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih
lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan
penelitian dapat dicapai.
Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode ini baru,
Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja,
sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab
dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali
fakta-fakta yang bersifat empiris dan terukur. Fakta-fakta yang tidak
tampak oleh indera akan sulit diungkapkan. Dengan metode kualitatif,
maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki
kredibilitas yang tinggi.
3.2. Fokus Penelitian
Setelah melakukan observasi maka objek penelitian ditetapkan
pada pegawai Bank Mandiri. Berdasarkan hasil pengamatan, maka fokus
penelitian diarahkan pada:
1. Penerapan CSR Bank Mandiri terhadap UKM.
2. Tingkat keberhasilan UKM binaan Bank Mandiri dengan adanya
Tabel 3.1: Daftar Pertanyaan Pendukung
Question Research Data Sources and Methods Justifications
Bagi Bank Mandiri:
1. Bagaimana sejarah berdirinya CSR Bank Mandiri?
2. Apa tujuannya Bank Mandiri mendirikan program CSR?
3. Faktor apa yang mempengaruhi Bank Mandiri membuat program UKM sebagai salah satu bentuk CSR perusahaan? 4. Bagaimana
penerapan CSR Bank Mandiri dalam UKM?
Informan Bank Mandiri:
Bapak Ikbal bagian Marketing Micro Kredit.
Bapak Wahyu bagian Busines Development.
Bapak Hery bagian PKBL.
Informan UKM:
Ibu Elisabeth Pemilik UKM binaan Bank Mandiri.
Bapak Halim Wibowo Santoso Pemilik UKM binaan Bank Mandiri.
Documentary sources:
Official website Bank Mandiri. (www.bankmandiri.co.id)
Bagi Bank Mandiri:
Q1: Untuk mengetahui bagaimana sejarah Bank Mandiri mendirikan program CSR.
Q2: untuk mengetahui tujuannya Bank Mandiri mendirikan program CSR
Q3 : untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Bank Mandiri membuat program UKM sebagai salah satu bentuk CSR perusahaan.
Q4: Untuk mengetahui penerapan CSR Bank Mandiri dalam UKM.
Bagi UKM:
Q1: untuk mengetahui syarat-syarat untuk menjadi mitra binaan Bank Mandiri.
Q2: untuk mengetahui berapa lama UKM ini menjadi mitra binaan Bank Mandiri.
Q3: untuk mengetahui kondisi UKM ini sebelum menjadi mitra binaannya.
Q4: untuk mengetahui kendala yang di hadapi UKM ini selama menjadi mitra binaannya..
Bagi UKM:
1. Apa
syarat-syarat yang harus di penuhi agar dapat menjadi mitra binaan Bank Mandiri?
2. Sudah berapa
lama usaha anda menjadi mitra binaannya Bank Mandiri?
3. Bagaimana
kondisi usaha anda sebelum menjadi mitra binaan Bank Mandiri?
4. apakah ada
3.3. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Bank Mandiri dan UKM binaan
Bank Mandiri di Surabaya, Jawa Timur. Dalam penelitian ini kita akan
mengetahui penerapan program CSR (Corporate Social Responsibility)
dalam memberdayakan UKM sebagai objek yang dipilih adalah Bank
Mandiri dan UKM binaan Bank Mandiri Surabaya.
3.4. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowladge)
Ketertarikan peneliti dalam penerapan program CSR ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi perusahaan. Serta hubungannya dengan
akuntansi yakni akuntansi sosial yang merupakan alat yang sangat berguna
bagi perusahaan dalam mengungkapkan aktivitas sosialnya di dalam
laporan keuangan. Dalam Undang-undang No.40 Tahun 2007 Pasal 4 ayat
2 menyebutkan bahwa tanggungjawab sosial dan lingkungan merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
perseroan. Tetapi dalam PSAK No.1 Tahun 2009 tentang Penyajian
Laporan Keuangan bagian Tanggungjawab atas Laporan Keuangan
paragraph 09 tidak disebutkan penyajian Laporan Keuangan atas program
CSR, maka peneliti tertarik untuk mengetahui penerapan dan penyajian
CSR pada Laporan Keuangan Bank Mandiri serta tingkat keberhasilan
3.5. Informan
Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snowball
sampling. Menurut Sugiyono (2005) snowball sampling adalah teknik
penarikan sampel yang pada awalnya responden dipilih secara random
selanjutnya responden yang telah terpilih tersebut diminta untuk
memberikan informasi mengenai responden-responden lainnya sehingga
diperoleh tambahan responden. Semakin lama kelompok responden
tersebut semakin besar, ibarat bola salju yang jika menggelinding semakin
lama semakin besar.
Informan yang dipilih sebagai kunci dari informasi adalah Bapak
Wahyu bagian Busines Development yang mengetahui tentang penerapan
CSR. Selanjutnya diteruskan kepada informan-informan lain yang
direkomendasikan oleh informan kunci serta informan yang oleh peneliti
dianggap berhubungan langsung dalam proses penerapan program CSR
pada Bank Mandiri. Informan selanjutnya adalah Ibu Elisabeth, Bapak
Halim pemilik UKM binaan program CSR Bank Mandiri juga menjadi
informan.
3.5. Sumber Data dan Jenis Data
Unit analisis data penelitian ini pertama adalah pejabat dan
karyawan yang mengerti situasi dan kondisi secara luas penerapan CSR
Bank Mandiri Surabaya, dengan criteria:
2. Mengguasai penerapan Corporate Social
Responsibility.
3. Mengetahui kondisi, strategi Corporate Social
Responsibility.
4. Mengetahui tentang penyajian informasi Corporate
Social Responsibility perusahaan.
Kedua, unit analisis yang berupa situasi kegiatan informan
(terutama untuk teknik observasi) yang meliputi: situasi para informan
didalam kantor masing-masing pada jam kerja, rapat dengan pihak-pihak
terkait,berbincang-bincang santai baik dalam gedung maupun diluar
gedung.
Data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan dan responden
atau narasumber yang terkait. Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari dokumentasi serta literature yang berkaitan dengan penelitian. Dalam
penelitian ini, data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung
dengan pegawai Bank Mandiri bagian PKBL (Program Kemitraan Bina
Lingkungan).
3.6. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam skripsi ini adalah sebagai
1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan
penelitian secara umum pada unit usaha tersebut untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi
jelas.
2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data
pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak
yang terkait dengan unit usaha tersebut.
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.
c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur
yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai
landasan teori.
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles and
Huberman dan Spradley.
Miles dan Huberman (1984) dalam Wirdiyanto (2009),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan
penelitian sehingga sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu
Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan
tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik
pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan
analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan
dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan
dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan
judul dilakukan dengan analisis tema.
3.8. Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara :
1. Perpanjangan pengamatan
Penelitian ini diperpanjang sampai tiga kali, karena pada periode I
dan II, data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel.
Belum memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus
terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data masih
ragu-ragu dalam memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I
dan II ternyata masih belum konsisten, masih berubah-rubah. Dengan
perpanjangan pengamatan sampai tiga kali maka data yang diperoleh
dirasa telah jenuh
2. Meningkatkan ketekunan
Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini
dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian
Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat
memeberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian
atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan
tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan
itu benar/dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data
dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal
yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan
menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini
sumber datanya adalah pegawai Bank Mandiri dan UKM Binaan Bank
Mandiri. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada
berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam
pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber
memberikan data yang sama atau tidak. Kalau narasumber memberikan
4. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan
hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus
negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan
data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat
dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-data yang
bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan
BAB IV
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
4.1. Sejarah Berdirinya Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang ditugaskan Pemerintah untuk menjadi Lembaga Keuangan Indonesia
yang paling Terdepan dan Terpercaya. Bank Mandiri didirikan pada
tanggal 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi
perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Indonesia. Bank Mandiri
berdiri sejak adanya Bank Merger yang menggabungkan dari 4 Bank
Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN),
Bank Export Import (Bank Exim) dan Bank Pembangunan Indonesia
(BAPINDO) kemudian dari ke-4 Bank ini di lebur menjadi Bank Mandiri.
Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan peran yang tak
terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia perbankan dan
perekonomian Indonesia.
Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi
secara menyeluruh. Pada saat itu, Bank Mandiri menutup 194 kantor
cabang yang saling berdekatan dan mengurangi jumlah karyawan, dari
jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri
mengimplementasikan secara sekaligus ke semua jaringan dan seluruh
Dari sekian banyak keberhasilan Bank Mandiri yang paling
signifikan adalah keberhasilan dalam menyelesaikan implementasi sistem
teknologi baru yaitu yang sebelumnya Bank Mandiri mewarisi 9 core
Banking System yang berbeda dari keempat Bank dengan melakukan
investasi awal untuk segera mengkonsolidasikan ke dalam system yang
terbaik, kini Bank Mandiri mengganti core Banking System menjadi satu
system yang mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan
Consumer Banking yang sangat agresif. Dan sekarang, infrastruktur IT
Bank Mandiri memberikan layanan straight-through, processing dan
interface tunggal pada seluruh nasabah.
Nasabah Corporate Bank Mandiri sampai dengan saat ini masih
mewakili kekuatan utama perekonomian Indonesia. Menurut sektor
usahanya, portofolio kredit korporasi terdiversifikasi dengan baik, dan
secara khusus sangat aktif dalam sektor manufaktur Food dan Beverage,
agrobisnis, konstruksi, kimia dan tekstil.
Sejak berdirinya, Bank Mandiri telah bekerja keras untuk
menciptakan tim manajemen yang kuat dan professional yang bekerja
berlandaskan pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang telah
diakui secara Internasional. Bank Mandiri di supervisi oleh Dewan
Komisaris yang ditunjuk oleh Menteri Negara BUMN yang dipilih
berdasarkan anggota Komunitas Keuangan yang terpandang. Manajemen
ekskutif tertinggi adalah Dewan Direksi yang dipimpin oleh Direktur
Banks dan juga dari luar yang independen dan sangat kompeten. Bank
Mandiri juga mempunyai fungsi offices of compliance, audit dan
corporate secretary, dan juga menjadi obyek pemeriksaan rutin dari
auditor eksternal yang dilakukan oleh Bank Indonesia, BPKP dan BPK
serta auditor internasional. Dan Bank Mandiri juga mendapatkan
penghargaan dari Asia Money magazine atas komitmen Bank Mandiri
dalam penerapan GCG dengan memberikan Corporate Governance Award
untuk kategori Best Overall for Corporate Governance in Indonesia dan
Best for Disclosure and transparency.
4.2. Visi dan Misi Bank Mandiri 4.2.1. Visi
Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling di kagumi dan
selalu progresif.
4.2.2. Misi
1. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar.
2. Mengembangkan sumber daya manusia profesional.
3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholders.
4. Melaksanakan manajemen terbuka.
4.3. Struktur Organisasi Bank Mandiri
Dalam konteks pelaksanaan CSR, Bank Mandiri dalam hal ini
memiliki berbagai unit bisnis, berbagai unit bisnis tersebutlah yang di
tugaskan untuk mengakomodir seluruh aspek yang berkaitan dengan CSR.
Namun dalam hal sebagaimana PKBL merupakan suatu program yang
telah di regulasikan oleh Pemerintah terhadap BUMN, maka dalam hal ini
MBDC (Micro Business District Center) adalah unit bisnis yang memiliki
peran sebagai pelaksana regulasi tersebut. Unit bisnis MBDC merupakan
unit yang bertanggungjawab mengelola PKBL (Program Kemitraan dan
Gambar 4.2: Struktur Organisasi Bank Mandiri
Keterangan:
CM = Cluster Manager MMM = Micro Mandiri Manager MMS = Mitra Mandiri Supervisor PKS = Prog. Kemitraan Supervisor
KCM = Kepala Cabang Mikro CSR = Cust. Service Representative
MKS = Mikro Kredit Sales MKA = Mikro Kredit Analis CA = Cluster Administration PSPM = PS. Performance Monitoring
CAO = Credit Administration Officer
CQO = Credit Quality Officer
Micro Business Development Group
MBDC Manager
Jakarta Network & Regional Network Group Kanwil
MBU
MMM KCM MMC MKS Teller CSR MKS MKA MKA satpam MMS PKS CM CQO CAO APKSCA CMCM
Clerk PSPM
MKS
MKA
4.4. CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Mandiri
Bank Mandiri adalah salah satu BUMN yang bergerak di bidang
perbankan sehingga Bank Mandiri bertanggungjawab untuk memenuhi
harapan masyarakat pemegang saham, serta pantas dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan lainnya.
Perusahaan mewujudkan salah satu misi perseroan yang terkait
dengan usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Perseroan
secara berkelanjutan dan sistematis menerapkan program CSR yang
meliputi PKBL. Program Kemitraan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dan dari bagian laba perseroan. Sedangkan Program Bina
Lingkungan mencakup bidang sarana umum, ibadah, kesejahteraan sosial,
kesehatan, pendidikan dan bidang lainnya.
Bank Mandiri mempunyai program WM (Wirausaha Mandiri)
yang didirikan pada tahun 2007 merupakan program CSR Bank Mandiri.
Program WM ini sudah menjelma sebagai ikon pengembangan wirausaha
muda nasional yang reputasinya semakin diakui oleh para stakeholders.
Program WM semakin diminati oleh para mahasiswa dan alumni
perguruan tinggi sebagai jembatan untuk menjadi wirausahawan yang
tangguh di masa mendatang terbukti dengan adanya pemenang dari
4.4.1. Sejarah Berdirinya CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Mandiri
Bank Mandiri tidak bisa mengelak dari kepedulian kepada masyarakat sebagai wujud tanggungjawab sosial perusahaan. Fenomena
sosial yang dialami oleh masyarakat merupakan sesuatu yang jelas
tergambar dengan didirikannya CSR Bank Mandiri, sehingga perusahaan
mengakomodasi fenomena tersebut dengan menerapkan CSR, sejak tahun
1996 Bank Mandiri sudah menerapkan Program CSR Bank Mandiri sesuai
dengan Peraturan Pemerintah UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas Pasal 74 ayat 1 yang berbunyi Perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Perusahaan
tidak hanya dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada perolehan
keuntungan/laba perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan
tanggungjawab sosial dan lingkungan.
Adapun dana yang digunakan untuk Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan berasal dari penyisihan laba bersih Bank
Mandiri sebesar 2%. hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 pada Pasal 9 ayat 1 dan 2 tentang
Penetapan dan Penggunaan Dana Program Kemitraan dan Program Bina
1. Dana Program Kemitraan bersumber dari:
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%.
b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bungan deposito
dan/ jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi
beban operasional.
c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain,jika ada,
2. Dana Program Bina Lingkungan bersumber dari:
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%.
b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Bina
Lingkungan.
4.4.2. Tujuan CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Mandiri
Tujuan Bank Mandiri membuat program CSR ini sebagai wujud
kepedulian Bank Mandiri terhadap masyarakat untuk mensejahterakan
kehidupan Indonesia. Jadi keuntungannya Bank Mandiri bukan hanya
diperuntukkan kepada Bank Mandiri tetapi dikembalikan kepada
masyarakat dalam bentuk CSR. Tercermin dari yang dialami oleh
masyarakat berupa kemiskinan dan pengangguran, dahulu pola kehidupan
yang dikatakan sudah cukup kini menjadi tertinggal dikarenakan ada suatu
gerakan ekonomi yang besar.
Oleh karena itu wujud timbal balik yang dilakukan perusahaan
adalah suatu hal yang wajar atau bahkan bisa dikatakan tanggungjawab
yang dilakukan perusahaan bukan dilakukan tanpa pamrih, didalamnya
terdapat kepentingan perusahaan yang melatar belakangi. Aktifitas social
perusahaan kepada masyarakat diharapkan dapat mendongkrak citra
perusahaan dan dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap
kelancaran bisnis perusahaan itu sendiri. Namun demikian, diluar
kepentingan tersebut terdapat juga unsur etis yang dilakukan perusahaan
yang berupaya memberikan timbal balik perusahaan kepada masyarakat,
karena kondisi lingkungan tidak bisa dikembalikan sebagaimana asalnya,
maka perusahaan harus membangun kondisi sosial ekonomi masyarakat
sekitar operasi perusahaan. Perusahaan harus maju dan tumbuh bersama
masyarakat sehingga keberadaan perusahaan harus memberikan manfaat
dan menciptakan kesejahteraan.
4.5. Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di Bank Mandiri Surabaya
Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan
terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja
dan kesempatan berusaha, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum, dan
Persero, BUMN di wajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil
sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Dengan
memberikan efek berupa meningkatnya taraf hidup masyarakat serta
mendorong tumbuhnya kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil.
Adapun dana pembinaan yang di maksud bersumber dari
penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang-undang Nomor: 19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, di samping melakukan
pembinaan usaha kecil, BUMN dapat pula menyisihkan sebagian labanya
untuk keperluan pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan
pembinaan usaha kecil dan masyarakat sekitar melalui penyisihan laba
dilaksanakan BUMN melalui Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan (PKBL).
Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan di sebut BUMN Pembina wajib membentuk
unit organisasi yang khusus mengelola Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan. Unit organisasi ini ini di sebut unit PKBL. Unit PKBL
merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang berada di bawah
pengawasan seorang direksi.
Di samping membentuk unit yang khusus menangani Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, BUMN Pembina wajib
melakukan pembukuan atas pelaksanaan program tersebut. Selama ini¸
pembukuan yang diselenggarakan pada beberapan unit PKBL masih
menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (Cash Basis Single Entry)
akuntansi atas pedoman akuntansi yang memadai sehingga praktek
akuntansi antara satu unit PKBL dengan unit PKBL lainnya me