BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Implementasi Program CSR ( Corporate Social
Program Bina Lingkungan (BL) yang menjadi dasar praktik derma social BUMN, merupakan kebijakan social BUMN yang menyatu dengan dukungan terhadap usaha kecil dan koperasi yang disebut dengan Program Kemitraan (PK). Kedua aspek tersebut, baik program BL maupun PK, terwadahi dalam satu ketentuan hukum yang sama yakni Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) dan Surat Edaran Menteri BUMN Nomor: SE- 433/MBU/2003 yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari keputusan menteri tersebut. Selanjutnya karena KEP-236/MBU/2003 dipandang belum cukup memberikan landasan operasional bagi peningkatan Pelaksanaan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecildan Program Bina Lingkungan maka Menteri BUMN menetapkan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan dan SE-04/MBU.5/2007 sebagai petunjuk Pelaksanaan dari Peraturan Menteri tersebut. Sehingga dengan ditetapkannya peraturan
ini maka KEP-236/MBU/2003 dan ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan peraturan menteri dinyatakan tidak berlaku. Dalam Peraturan Menteri Nomor: PER-05/MBU/2007, penyelenggaraan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan diatur berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Sumber dana berasal dari penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%. [Ps.9(1)a dan 2(a)]
b. Besar dana ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham untuk Persero dan oleh Menteri untuk Perum. [Ps.9(3)]
c. Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak di setorkan ke rekening dana PKBL paling lambat 45 hari setelah penetapan. [Ps.9(5)]
d. Beban operasional Program Kemitraan dibiayai dari dana hasil jasa administrasi pinjaman dan bunga deposito [Ps.14(1)] dan besarnya sebesar jasa administrasi dan bunga deposito [Ps.14(2)]. Sedangkan beban operasional BL dibiayai dari dana program BL sebesar maksimal 5% [Ps.15] dan BUMN dilarang menggunakan dana PKBL untuk hal-hal diluar ketentuan yang diatur.
e. Pembukuan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN induk. [Ps.9(6)] f. Setiap BUMN Pembina wajib menyusun laporan pelaksanaan PKBL
[Ps.21(1)]. Laporan pelaksanaan PKBL terdiri dari laporan Triwulanan dan laporan Tahunan [Ps.21(2)]. Laporan pelaksanaan
PKBL disampaikan secara terpisah dari laporan berkala dan laporan tahunan BUMN.
g. Direksi BUMN Pembina wajib menyampaikan laporan pelaksanaan PKBL kepada Menteri/Pemegang Saham, laporan triwulanan paling lambat 30 hari setelah berakhir triwulan [Ps.22(1a)] laporan tahunan termasuk laporan keuangan paling lambat 5 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran [Ps.22(1b)]. Auditor yang memeriksa laporan keuangan pelaksanaan PKBL ditetapkan oleh Menteri untuk Perum dan RUPS untuk Persero. [Ps.23]
Sedangkan menurut SE-04/MBU.5/2007 yang merupakan pedoman akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai petunjuk pelaksanaan dari Peraturan Menteri, BUMN Pembina wajib melakukan pembukuan atas pelaksanaan program PKBL. Pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry). Di samping itu, terdapat beberapa BUMN Pembina belum memiliki kebijakan akuntansi atau pedoman akuntansi yang memadai sehingga praktik akuntansi antara satu unit PKBL dengan unit PKBL lainnya menjadi berbeda-beda.
Penyelenggaraan program sosial pada rumsan kebijakan Bank Mandiri mengacu pada regulasi atau kebijakan dari Menteri baik yang tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor: PER-05/MBU/2007 maupun petunjuk pelaksanaannya SE-04/MBU.5/2007. Sifat program dapat dikatakan imperative dan perusahaan hanya sebagai pelaksana kebijakan
semata. Sehingga tidak memerlukan ketentuan tambahan ditingkat perusahaan ataupun dalam rumusan kebijakan yang dibuat.
Dengan adanya perubahan regulasi yang merupakan unsur mandatory dari Menteri BUMN maka terjadi juga berbagai perubahan yang dilakukan di tubuh PKBL dari sebelum adanya Keputusan Menteri yang khusus mengatur tentang PKBL sampai muncul wadah berupa KEP- 236/MBU/2003 yang kemudian di sempurnakan oleh PER-05/MBU/2007.
Gambaran sebelum adanya regulasi khusus yang mengatur PKBL dan sesudahnya sebagai berikut:
Tabel 5.1. Kebijakan Penerapan CSR
Sebelum Kepmen KEP-236/MBU/2003 PER-05/MBU/2007 1. Dana-dana sosial berasal dari biaya perusahaan yang dianggarkan tiap tahun melalui RKAP 2. Biaya operasional berasal dari anggaran perusahaan. 3. Belum ada aturan yang jelas tentang pelaksanaan kegiatan social BUMN, bentuk dan mekanisme pelaksanaan.
Dana sosial BUMN merupakan dana yang berasal dari penyishan laba perusahaan sebesar 1%-3%
Biaya operasional berasal maksimal 70% dari pendapatan jasa administrasi dan bunga deposito (PK). Untuk BL berasala maksimal 3%dari dana Program BL
Pelaksanaan kegiatan social terwadahi dalam Keputusan Menteri dan petunjuk pelaksanaannya
Dana bersumber dari penyisihan laba setelah
pajak maksimal sebesar 2%
Beban operasional berasal dari maksimal
sebesar jasa administrasi dan bunga
deposito (PK). Untuk BL berasal maksimal 5% dari dana BL
Penyempurnaan dari Keputusan Menteri yang dipandang belum cukup memberikan landasan operasional
Sumber: Kurniawan, Chandra dan Yuhertiana, Indrawati, 2009
Penerapan CSR Bank Mandiri ada 2 pendekatan melalui Program Kemitraan dan Program WM (Wirausaha Mandiri). Di Program Kemitraan, Bank Mandiri telah memberikan pinjaman kepada lebih dari 38.000 mitra binaan yang ingin mengembangkan usahanya. Dan dalam Program Bina
Lingkungannya Bank Mandiri akan memberikan pelatihan/pembinaan, pameran dan kunjungan kerja selama masih menjadi binaannya Bank Mandiri. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER- 05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Bank Mandiri menyelenggarakan pameran tersebut untuk meningkatkan pemasaran dan promosi mitra binaan. Pameran ini menjadi sarana yang mendukung sekaligus fasilitas untuk memperluas pangsa pasar, kegiatan ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat luas tentang prestasi dan reputasi Bank Mandiri sebagai perusahaan terbuka dan terkemuka, khususnya dalam membina dan mengembangkan mitra binaannya
Unit PKBL juga melakukan pensosialisasian untuk mengenalkan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan kepada masyarakat khususnya ke UKM.
Hal ini ditegaskan oleh pernyataan Bapak Wahyu selaku Business Development seperti di bawah ini:
“Program CSR Bank Mandiri dikenal dengan nama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan khususnya untuk Program Kemitraan kita membangun mitra-mitra binaan Bank Mandiri yang merupakan sentra- sentra UKM yang ada di masyarakat sekitar. Program Kemitraan ini kita akan memberikan pinjaman dana untuk modal usaha. Sedangkan untuk Bina Lingkungannya kita tidak hanya memberikan dana tetapi kita akan memberikan pelatihan, pembinaan, dan kalo ada pameran mereka kita undang.”
Berdasarkan penelitian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa pensosialisasian Program Kemitraan ke UKM memberikan pinjaman dengan bunga yang sedikit. Sedangkan Program Bina Lingkungan memberikan pelatihan, pembinaaan, dan pameran.
Selain melalui kegiatan Program Kemitraan, Unit PKBL telah memberikan pinjaman kepada mitra binaannya. Untuk Program Bina Lingkungannya unit PKBL memberikan pelatihan/pembinaan dan pameran untuk meningkatkan pemasaran dan promosi mitra binaan serta menigkatkan kecintaan dan kebanggaan masyarakat terhadap pengguna produk-produk dalam negeri. Unit PKBL telah melakukan pembinaan yang meliputi:
1. Pelatihan
- Pelatihan pembukuan sederhana dan Basic Mentality di Ruang Pertemuan Bank Mandiri Area Surabaya Gentengkali
- Pelatihan pembukuan sederhana dan Basic Mentality di Kanwil VIII, Jl.Basuki Rahmat No. 129-137 Surabaya
- Perijinan usaha, strategi pemasaran dan teknik pengemasan di Hotel Tanjung, Jl. Panglima Sudirman No. 43-45 Surabaya - Bagaimana memulai ekspor di Hotel Tanjung, Jl. Panglima
Sudirman No. 43-45 Surabaya
- Pelatihan pembukuan sederhana dan Basic Mentality di Kanwil VIII, Jl. Basuki Rahmat No. 129-137 Surabaya
- Edukasi nasabah mikro dan mitra binaan (pemberdayaan potensi dan wawasan kewirausahaan debitur mikro Bank Mandiri) di Hotel Novotel Surabaya
- Workshop wirausaha muda mandiri sekolah menengah kejuruan negeri Surabaya di Hotel Novotel Surabaya
- Sosialisasi pembiayaan program kemitraan bagi UKM binaan YDBA Astra/LPB Waru di Surabaya City Operation, Jl. Pahlawan No. 120 Surabaya
- Alignment/workshop “6 Step to a Better Business” di Hotel Novotel Surabaya
- Alignment/workshop bersama Action Coach & Bank Mandiri di Hotel Novotel Surabaya
- Pelatihan pembukuan sederhana dan Basic Mentality di Hotel Tanjung Lt2, Jl. Panglima Sudirman No. 43-45 Surabaya
- Pelatihan dan sosialisasi bagi petani jagung mitra binaan PT. Titan Multi Agro (20 kelompok atau 675 petani)00 di Bojonegoro
2. Pameran
- Pameran SME’s CO Festival ke 5 tahun 2007 di Convention Center Hall A-B Jakarta
- Pameran Nusantara Expo ’07 di Gedung Graha Wisata Jl. Slamet Riyadi Solo
- Pameran Inacraft 2007 di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta
- Pameran Industri Bahari 2007 di AJBS Surabaya Convention Hall
- Pameran Surabaya Fair 2007 di Convention Hall Tunjungan Plaza III Lt. 6 Surabaya
- Pameran Agribusiness 2007 di AJBS Surabaya Convention Hall - Pameran SME’s CO Festival 2007 di AJBS Surabaya
Convention Hall
- Industry Bahari Expo 2008 di
- Pameraya Surabaya Fair 2008 di Gramedia Expo Surabaya - Pameran Bazar Perbankan dan UMKM 2008 di Gramedia Expo
Surabaya
- Pameran Jawa Timur Fair 2008 di Jatim Expo Internasional - Pameran Batik Bordir & Assesoris Fair 2009 di Jatim Expo
Internasional
- Pameran East Java Craft 2009 di Jatim Expo Internasional - Pameran & Business Meeting Surabaya 2009 di Shangri-LA
Hotel
- Pameran PKBL BUMN Expo 2009 di Grand City Surabaya
Untuk mengantisipasi agar usaha mitra binaan tetap survive dan berkembang maka dilakukan pembinaan managerial, pemasaran, dan
produksi. Misalnya dengan mengadakan pelatihan pembukuan sederhana, pelatihan, penyusunan dan analisis laporan keuangan, pelatihan untuk peningakatan strategi penjualan serta pemagangan. Pelatihan tersebut dimaksudkan agar mitra binaan dapat mengelola usahanya dengan baik. Kegiatan pemasaran bertujuan untuk memperkenalkan dan memasarkan produk yang di hasilkan untuk mitra binaan.
Hal ini disampaikan oleh pernyataan Bapak Ikbal selaku Marketing Mikro Kredit sebagai berikut:
“Cara Bank Mandiri melakukan pembinaan itu seperti, yang pertama mengadakan pameran yang dilakukan pihak Bank Mandiri, kedua pelatihan/pembinaan berupa pembekalan usaha mereka seperti membuat laporan keuangan, ketiga kunjungan ke usahanya.”
Menurut bagian Marketing Mikro Kredit.
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa Bank Mandiri melakukan pembinaan dengan mengadakan pameran, pelatihan dan kunjungan.
Adapun beberapa persyaratan yang diajukan oleh Bank Mandiri bagi setiap Usaha Kecil Menegah (UKM) yang mengajukan diri sebagai calon mitra binaannya antara lain:
1. Belum bankable artinya belum pernah memperoleh pinjaman dari BUMN lain.
2. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun. 3. KTP, KSK, Surat nikah, Surat keterangan domisili usaha.
Hal di atas tersebut sama seperti yang disampaikan oleh Bapak Hery sebagai berikut:
“Syarat-syaratnya belum bankable, menyerahkan KTP, KSK, Surat nikah, Surat keterangan domisili usaha, maksimal pembiayaan 20-40 juta untuk koperasi.”
Pernyataan dari Kepala PKBL.
Dari analisa di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa persyaratan yang diajukan Bank Mandiri bagi UKM untuk menjadi mitra binaannya telah sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER- 05/MBU/2007.
Setelah menjadi mitra binaan, maka mitra berhak mendapatkan bantuan dana pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang diberikan oleh Bank Mandiri untuk pengembangan usaha kecil dalam bentuk pinjaman dan hibah. Jangka waktu pembinaan paling lama 3 tahun sesuai dengan tingkat suku bunga pinjaman 6% per tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/BUMN/2007.
Sedangkan hibah tidak diberikan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk kegiatan yang diharapkan akan dapat meningkatkan usaha para mitra binaan diantaranya bantuan pendidikan, pelatihan, promosi, pengkajian, dan penelitian serta kegiatan lain.
Hal ini ditegaskan oleh pernyataan Bapak Hery selaku Kepala PKBL seperti di bawah ini:
“Di CSR itu ada Program Kemitraan dan hibah, nah Program Kemitraan yang menjadi mitra binaan ini adalah bagi usaha yang belum memulai usahanya misalnya bayi,,, yang belum mempunyai pinjaman dari tempat lain… dari sini dapat pinjaman dari Mandiri kita bina dengan pengembalian pinjaman murah sekali 6% per tahun… kita belajari mereka harapan kita nanti menjadi UKM. UKM lari ke skala mikro,,,kenapa dibilang skala mikro karena ratenya sudah lebih besar dari UKM.”
Menurut Kepala PKBL.
Berdasarkan penelitian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa di Program Kemitraan ada 2 bentuk yaitu pinjaman dan hibah untuk mitra binaannya dan pengembalian pinjaman sebesar 6% per tahun.
Dalam pengembalian pinjaman ternyata masalah pengembalian dari mitra binaan kepada unit PKBL tidaklah selalu berjalan mulus setiap bulannya padahal Bank Mandiri sudah memberikan yang terbaik untuk mitra binaannya. Hal ini bukan saja disebabkan oleh karakter si peminjam itu sendiri, akan tetapi adanya keperluan pribadi yang mencampur uang usaha dengan uang pribadi.
Masalah pengembalian pinjaman ini, dipertegas dengan pernyataan Bapak Ikbal selaku Marketing Mikro Kredit sebagai berikut:
“Kendalanya itu berupa omzetnya menurun untuk keperluan ekonomi seperti keluarganya ada yang sakit itu kadang mereka juga nunggak/ada yang bangkrut karena modalnya digunakan untuk keperluan yang lain yang modalnya dicampur antara pribadi dengan usaha.”
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa masih banyak mitra binaan yang tidak dapat mengembalikan pinjaman atau angsuran yang sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dikarenakan kurangnya pengalaman dalam mengatur keuangan. Kondisi ini menyebabkan kurang adanya tanggungjawab dari mitra binaannya sehingga mengakibatkan tingginya tingkat kemacetan pengembalian pinjaman.
Ada beberapa penggolongan kualitas pinjaman yang sudah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, Pasal 26 sebagai berikut:
a. Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
b. Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo angsuran.
c. Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran.
d. Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran.
Manajemen menyadari bahwa keberadaan perusahaan tidak terlepas dari tanggungjawab terhadap kesenjangan lingkungan sosial di lokasi perusahaan beroperasi. Sebagai wujud taanggungjawab dan kepedulian perusahaan terhadap perkembangan perekonomian, terutama bagi usaha kecil, mengacu pada Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, perusahaan melaksanakan Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Program Kemitraan menyalurkan dana ke mitra binaannya pada tahun 2010 sebesar Rp. 968.000.000 jumlah yang sangat sedikit dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan jumlah mitra binaannya hanya 57 UKM yang menjadi binaannya Bank Mandiri. Adapun realisasi anggaran dana oleh Bank Mandiri dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 5.2: Realisasi Anggaran Program Kemitraan
Tahun Mitra Binaan Dana Tersedia Penyaluran ke UKM 2008 2009 2010 3337 4687 57 Rp. 21.000.000.000 Rp. 30.000.000.000 Rp. 38.000.000.000 Rp. 18.269.571.622 Rp. 38.341.002.414 Rp. 968.000.000 Sumber: Laporan Pengelolaan Dana PKBL
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bukan saja jumlahnya yang relatif besar tetapi juga terdapat kecenderungan jumlah dana yang membaik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 jumlah mitra binaan Bank Mandiri lebih banyak dari tahun 2008 sehingga dana yang disalurkan juga lebih banyak dari dana yang tersedia pada tahun 2009.
Sedangkan untuk penerapan Program Bank Mandiri yaitu Program WM ditujukan untuk mahasiswa, alumni, dan pascasarjana yang ingin menjadi entrepreneur. Pada tahun 2007 Program WMM (Wirausaha Muda Mandiri) yang sekarang namanya menjadi Program WM (Wirausaha Mandiri) ini sebagai Program CSR Bank Mandiri di bidang UKM. Program WM sudah menjelma sebagai ikon pengembangan Wirausaha Muda nasional yang reputasinya semakin diakui oleh para stakeholders. Program WM semakin diminati oleh para mashasiswa dan alumni perguruan tinggi sebagai jembatan untuk menjadi wirausahawan yang tangguh di masa mendatang.
Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Hery sebagai berikut:
“Sejak tahun 2007 CSR Bank Mandiri itu mengarah pada WMM….iya Wirausaha Muda Mandiri sekarang kalo gak salah namanya diganti menjadi Wirausaha Mandiri sejak tahun 2007. Nah ini bekerjasama dengan unversitas, perguruan tinggi baik negeri maupun swasta maksudnya adalah untuk mendidik atau melatih para mahasiswamenjadi entrepreneur menjadi pengusaha jangan hanya lulus dari perguruan tinggi binggung cari kerja.”
Menurut Kepala PKBL.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa sejak tahun 2007 penerapan CSR Bank Mandiri ke Program WM. Program ini bekerjasama dengan universitas, perguruan tinggi, dan alumni.
Ada banyak faktor penyebab mengapa jumlah wirausahawan di Indonesia masih sangat sedikit, antara lain orientasi intelektual lulusan perguruan tinggi lebih cenderung menjadi pencari kerja ketimbang pencipta lapangan kerja. Begitu menyelesaikan kuliah para mahasiswa pada umumnya langsung mengirimkan ijazahnya ke perusahaan-perusahaan untuk melamar pekerjaan sedikit sekali para lulusan perguruan tinggi yang bercita-cita menjadi wirausahawan dan menciptakan lapangan kerja. Program WM ini bertujuan agar kita bisa membangun kemandirian bangsa ingin menanamkan kepada masyarakat dan generasi muda. Program WM akan terus diperkaya dan dikembangkan guna menciptakan lebih banyak lagi Wirausahawan Muda Mandiri yang tangguh.
Adapun penghargaan yang diraih oleh peserta WM sejak mulai digelar pada tahun 2007 melonjak dari 650 peserta di 18 perguruan tinggi menjadi 3394 mahasiswa dan alumni dari 421 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Peserta yang datang tahun 2010 ini paling banyak dari berbagai daerah yang paling banyak dari berbagai daerah, yang paling banyak dari Palembang dengan jumlah peserta mencapai 660, disusul Bandung 588, Semarang dan Yogyakarta 473, Surabaya 400, Medan 263, Kalimantan 160, Makasar, Papua, Maluku, Sulawesi mencapai 269, dan Denpasar, NTB, dan NTT 236 peserta yang ikut.