• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Faktor-Faktor Permintaan Dan Nilai Ekonomi Wisata Pendidikan Pertanian Agroedutourism Ipb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Faktor-Faktor Permintaan Dan Nilai Ekonomi Wisata Pendidikan Pertanian Agroedutourism Ipb"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PERMINTAAN DAN

NILAI EKONOMI WISATA PENDIDIKAN PERTANIAN

AGROEDUTOURISM IPB

RENI ANGGRAENI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Faktor-Faktor Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pendidikan Pertanian Agroedutourism IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)

ABSTRAK

RENI ANGGRAENI. Identifikasi Faktor-Faktor Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pendidikan Pertanian Agroedutourism IPB. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan METI EKAYANI.

Agroedutourism IPB (AET IPB) mulai dikembangkan sejak tahun 2005 dan hingga saat ini menerima kunjungan wisata pendidikan pertanian di IPB. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor permintaan wisata AET IPB dan menghitung nilai ekonomi wisata AET IPB. Metode yang digunakan adalah studi literatur dan wawancara dengan dipandu kuisioner kepada 29 responden yang berasal dari sekolah-sekolah yang berkunjung ke AET IPB pada tahun 2014. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Travel Cost Method (TCM). Karakteristik pengunjung AET IPB sebagian besar berasal dari tingkat Sekolah Dasar, sekolah swasta, berasal dari Jabodetabek dengan jarak tempuh sekolah ke AET IPB sekitar 61-100 km. Faktor pendorong permintaan wisata pendidikan pertanian meliputi kesiapan dan motivasi sekolah untuk melakukan wisata pendidikan pertanian, serta kebutuhan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup. Faktor penarik permintaan wisata AET IPB meliputi pemilihan objek AET IPB yang dikunjungi, karakteristik kunjungan serta pendapat pengunjung mengenai kunjungan yang dilakukan. Diperoleh nilai surplus konsumen sebesar Rp. 177 683 013, 50 per sekolah per kunjungan, dan nilai ekonomi wisata pendidikan pertanian AET IPB berdasarkan kunjungan tahun 2014 sebesar Rp. 5 685 856 432, 13.

Kata kunci: Agroedutourism, permintaan wisata, wisata pendidikan pertanian.

ABSTRACT

RENI ANGGRAENI. Demand Factors and Economic Value Identification of Agricultural Education Tourism Agroedutourism IPB. Supervised by E.K.S. HARINI MUNTASIB and METI EKAYANI.

Agroedutourism IPB (AET IPB) was developed since 2005 and until now receives the agricultural education visits. This study aimed to identify the tourism demand factors of AET IPB and calculate its economical value. The methods used were literature review and questionnaire guided interviews to 29 respondents which are the person in charge from the schools who visited AET IPB in 2014. The data were analyzed using descriptive analysis and Travel Cost Method (TCM) analysis The result shows that the AET IPB visitors were characterized by primary school level, private school, and located around Jabodetabek with an average distance from school to IPB ranged around 61-100 km. Agicultural education tourism demand push factor included school readiness and motivation on doing agricultural education tourism, also the need for environmental education. AET IPB tourism demand pull factors included selection of objects, characteristics and visitor opinion about tours that have been done. The consumer surplus value obtained are Rp. 177 683 013, 50 per school per visit and the tourism economic value of AET IPB obtained by visits in 2014 are Rp. 5 685 856 432, 13.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PERMINTAAN DAN

NILAI EKONOMI WISATA PENDIDIKAN PERTANIAN

AGROEDUTOURISM IPB

RENI ANGGRAENI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Identifikasi Faktor-Faktor Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pendidikan Pertanian Agroedutourism IPB ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Dr Meti Ekayani, SHut, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada pengelola Agroedutourism IPB (Bapak Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr; Fiona Hanberia Innayah, SHut; Zainul Fuadi Akbar, SHut; Teh Elin; Deni; dan rekan-rekan pemandu) atas bantuan yang diberikan selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mamah, Ayah, Aang, Ade, atas segala doa dan kasih sayangnya. Serta untuk teman-teman @anggrekhitam46 (Intan, Fitri, Pranoto, Ambar, Puji, Ilham, Handy, dan kawan-kawan), keluarga besar Himakova, teman-teman di Wisma Kilimanjaro (Mifthami, Desca, Linda, Yuli), Achmad Manshur Zuhdi, Nizza Nadya, Yuli Hasmaliah dan teman-teman lainnya atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 3

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Gambaran Umum Agroedutourism IPB 6

Karakteristik Pengunjung Agroedutourism IPB 7

Faktor Pendorong Permintaan Wisata Pendidikan Pertanian 9 Faktor Penarik Permintaan Wisata Agroedutourism IPB 15

Nilai Ekonomi Wisata Agroedutourism IPB 21

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 25

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data dan metode pengumpulan data 3

2 Karakteristik sekolah responden pengunjung AET IPB 8 3 Tingkat kepentingan motivasi wisata pendidikan pertanian 12 4 Karakteristik kunjungan sekolah responden ke AET IPB 17 5 Pendapat pengunjung mengenai kunjungan AET IPB 20

6 Perhitungan nilai ekonomi wisata AET IPB 24

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik tujuan sekolah responden mengadakan karya wisata 9 2 Grafik periode karya wisata sekolah responden 10 3 Grafik kepanitiaan karya wisata sekolah responden 11

4 Grafik keadaan lingkungan sekolah responden 13

5 Grafik ketersediaan pelajaran PLH di sekolah responden 14 6 Grafik kegiatan bertema lingkungan di sekolah responden 15

7 Grafik objek AET IPB yang dikunjungi 16

8 Grafik sumber informasi mengenai AET IPB 19

9 Grafik alasan ingin berkunjung kembali ke AET IPB 21 10 Grafik biaya yang dihabiskan sekolah untuk program AET IPB 22 11 Grafik biaya perjalanan total yang dihabiskan 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner pengambilan data responden 27

2 Program kegiatan yang ditawarkan objek-objek Agroedutourism IPB 31 3 Hasil analisis regresi linier berganda fungsi permintaan wisata 33 4 Data rekapitulasi biaya perjalanan sekolah responden dalam

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan perguruan tinggi di bidang pertanian yang memiliki berbagai potensi sumberdaya alam dan bangunan fasilitas pendidikan. Kawasan Kampus IPB Dramaga memiliki potensi berupa bentang alam yang indah dan keanekaragaman satwa dan tumbuhan yang tinggi hingga dicanangkan sebagai Kampus Biodiversitas, serta laboratorium ruang dan lapang untuk mendukung kegiatan praktikum mahasiswa yang dapat dikembangkan sebagai sarana wisata pendidikan pertanian. Potensi ini kemudian mulai dikembangkan pada tahun 2004 saat beberapa dosen di IPB memprakarsai pembentukan Wisata Pendidikan Pertanian (WPP) atau juga dikenal dengan Agroedutourism IPB (AET IPB). AET IPB pada awalnya merupakan bentuk promosi dan pelayanan IPB dengan menyediakan layanan wisata pendidikan pertanian yang ditujukan terutama bagi masyarakat dan tamu-tamu IPB.

Wisata pendidikan atau edu-tourism adalah suatu program dimana peserta kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi (Rodger 1998). AET IPB sebagai sarana wisata pendidikan pertanian menyediakan kegiatan-kegiatan wisata dengan tujuan pendidikan yang dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman tentang ilmu pertanian secara luas.

AET IPB juga menerima kunjungan dari rombongan sekolah-sekolah yang mengadakan kunjungan karya wisata atau study tour. Pengenalan pendidikan pertanian yang diberikan AET IPB jika dikaitkan dengan kurikulum yang berlaku di sekolah-sekolah dapat mendukung pemahaman mata pelajaran yang terkait seperti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Pemahaman melalui pengalaman langsung yang dirasakan oleh para siswa di objek-objek AET IPB merupakan manfaat yang penting dalam rangka menumbuhkan pengetahuan, pemahaman, dan sikap untuk menghargai lingkungan.

Layanan wisata pendidikan pertanian AET IPB juga memberikan manfaat bagi IPB yaitu dengan memberikan manfaat ekonomi dan dengan menjadi sarana promosi IPB untuk meningkatkan pengetahuan dan minat tentang pertanian secara umum serta tentang IPB itu sendiri. AET IPB saat ini telah menjadi salah satu unit Satuan Usaha Penunjang (SUP) yang ditetapkan pada tahun 2014 di bawah Direktorat Pengembangan Bisnis IPB. Sebagai suatu unit usaha, AET IPB lebih diperhitungkan sebagai unit bisnis yang memberikan dapat keuntungan secara ekonomi bagi IPB.

(12)

datang akan menjadi lebih baik dengan menyediakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan pengunjung (Cooper 1999 dalam Ritchie & Coughlan 2004).

Keberadaan AET IPB sebagai suatu unit usaha dapat memiliki potensi nilai ekonomi yang mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung dari tahun ke tahun. Berkaitan dengan hal tersebut penafsiran potensi AET IPB secara ekonomi belum pernah dikaji sebelumnya. Pengkajian nilai ekonomi dari kegiatan kunjungan wisata pendidikan pertanian AET IPB perlu dilakukan dalam rangka mengukur nilai manfaat yang dirasakan oleh pengunjung AET IPB baik manfaat berupa rekreasi maupun manfaat pendidikan, dan nilai kepentingan dari keberadaan dan keberlanjutan AET IPB itu sendiri.

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pengunjung terhadap kegiatan wisata pendidikan pertanian AET IPB. Selain itu melalui penelitian ini ditelaah berapa nilai ekonomi dari kegiatan kunjungan wisata pendidikan pertanian AET IPB. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan yang bermanfaat bagi pengembangan pengelolaan kegiatan wisata pendidikan pertanian AET IPB yang lebih baik.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengidentifikasi faktor-faktor permintaan wisata pendidikan pertanian AET IPB

2) Menghitung nilai ekonomi dari kegiatan kunjungan wisata pendidikan pertanian AET IPB

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pengelolaan AET IPB, dengan menambahkan rekomendasi berdasarkan informasi mengenai permintaan wisata dan nilai ekonomi wisata AET IPB. Selain itu diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang wisata pendidikan dan ekonomi sumberdaya alam.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(13)

wawancara berdasarkan kuisioner dilakukan di instansi-instansi pendidikan di wilayah Jabodetabek.

Alat dan Bahan

Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya alat tulis, kamera, alat perekam, laptop dan perangkat pengolahan data. Sementara bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya panduan wawancara berupa kuisioner pengunjung dan dokumen milik pengelola AET IPB (data statistik pengunjung, laporan pengelolaan, dan berbagai dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian ini).

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi karakteristik sekolah, faktor pendorong dan penarik permintaan wisata, dan nilai ekonomi wisata. Secara rinci jenis data, atribut data dan metode pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data

No. Jenis Data Atribut Data

Kesiapan sekolah dalam melakukan wisata pendidikan pertanian (tujuan melakukan karya wisata, periode dan kepanitiaan karya wisata)

Wawancara

Pemilihan objek dalam kunjungan AET IPB Wawancara dipandu

Jumlah kunjungan ke AET IPB Wawancara

dipandu kuisioner Biaya-biaya yang dikeluarkan sekolah dalam

kunjungan ke AET IPB

Statistik kunjungan AET IPB Studi pustaka

(14)

yang berperan sebagai perencana kunjungan dan banyak melakukan komunikasi dengan pengelola dari mulai pencarian informasi mengenai kegiatan kunjungan, pemilihan objek, survey lokasi hingga pada saat pelaksanaan kunjungan. Dengan demikian penggunaan istilah responden dalam penelitian ini adalah responden mewakili sekolah yang bersangkutan, bukan sebagai pengunjung individual.

Pemilihan responden ditentukan dengan metode sensus atau peneliti mewawancarai seluruh responden yang terdapat di dalam populasi. Berdasarkan pernyataan Margono (2010) bahwa pengertian populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan waktu tertentu, yaitu merupakan seluruh sekolah yang telah melakukan kunjungan ke AET IPB sepanjang tahun 2014 sehingga terdapat 29 responden yang diwawancarai dalam penelitian ini. Tahun tersebut dipilih karena memiliki jumlah pengunjung lebih banyak dibandingkan dengan tahun lainnya. Selain itu pertimbangan pemilihan tahun tersebut juga untuk menghindari bias data yang diperoleh, karena ingatan responden yang masih segar sehingga pemberian jawaban pada wawancara lebih mudah dan lebih efektif.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan terdiri atas analisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam permintaan wisata dan analisis nilai ekonomi wisata.

1. Analisis faktor pengaruh permintaan

Data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara diolah terlebih dahulu dengan proses tabulasi data. Proses tabulasi data adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel berdasarkan kategori-kategori tertentu (Winarno dalam Koentjaraningrat 1977). Tabulasi data dilakukan berdasarkan atribut data yang ingin disajikan dalam penelitian. Tahap selanjutnya yaitu melakukan analisis deskriptif untuk untuk meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan data sehingga informasi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami. Data yang diperoleh juga dibandingkan dengan pustaka dan literatur dari teori maupun penelitian sebelumnya untuk mendukung argumen dalam penyampaian data. Karakteristik sekolah dan faktor-faktor permintaan wisata dianalisis untuk melihat faktor apa saja yang berpengaruh dalam menentukan permintaan kunjungan wisata pendidikan pertanian AET IPB.

2. Analisis nilai ekonomi wisata

Analisis nilai ekonomi wisata pendidikan pertanian AET IPB dilakukan dengan menggunakan pendekatan Travel Cost Method (TCM). TCM merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan nilai bagi sumberdaya alam yang tidak memiliki harga pasar, khususnya rekreasi dan wisata. Secara umum metode TCM melibatkan penggunaan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk mengunjungi suatu kawasan ditambah harga tiket masuk yang dibayar sebagai proxy dalam harga efektif mereka untuk mengunjungi kawasan tersebut (Tisdell 2003).

(15)

mengunjungi suatu tempat wisata (Garrod & Willis 1999 dalam Salma & Susilowati 2004). Metode ini memiliki beberapa tahap, diantaranya (Fauzi 2006):

a. Membuat fungsi permintaan wisata

b. Melakukan analisis regresi linier berganda untuk menentukan nilai koefisien biaya perjalanan

c. Menghitung nilai surplus konsumen yang diperoleh

Fungsi permintaan wisata yang dibuat untuk diterapkan pada analisis data adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 +

b8 X8 + b9 X9 + b10 X10 + e

Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan ke AET IPB (kali) X1 = Biaya perjalanan sekolah ke AET IPB (Rp)

X2 = Tingkat sekolah (SD/SMP/SMA/PT)

X3 = Jenis sekolah (negeri/swasta)

X4 = Waktu tempuh dari sekolah ke AET IPB (jam)

X5 = Jarak sekolah ke AET IPB (km)

X6 = Kondisi lingkungan sekolah (pusat kota/pemukiman)

X7 = Ketersediaan mata pelajaran PLH di sekolah

X8 = Lama sekolah mengetahui AET IPB (tahun)

X9 = Jumlah peserta dalam kunjungan AET IPB

X10 = Waktu yg dihabiskan di AET IPB (jam)

b0 = Konstanta

b1 - b10 = Koefisien regresi

e = error term

Fungsi permintaan wisata terdiri atas faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata sebagai variabel bebas (X1-10) dan jumlah kunjungan

sekolah responden ke AET IPB sebagai variabel terikat (Y). Setelah diperoleh fungsi permintaan yang paling baik melalui analisis regresi linier berganda maka akan diperoleh nilai koefisien biaya perjalanan yang akan digunakan dalam perhitungan. Fungsi permintaan hanya dibuat untuk memperoleh nilai koefisien biaya perjalanan yang sesuai, sementara faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata AET IPB dianalisis secara deskriptif.

Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai surplus konsumen pengunjung. Surplus konsumen merupakan selisih nilai antara nilai total yang bersedia dibayarkan dengan pembayaran aktual atau yang sebenarnya dibayarkan. Nilai surplus konsumen dapat dihitung dengan menggunakan koefisien biaya perjalanan, dengan rumus sebagai berikut (Fauzi 2006):

(16)

Keterangan:

SK = Surplus konsumen pengunjung (Rp)

N = Jumlah kunjungan yang dilakukan sekolah i pada tahun 2014 b1 = Koefisien biaya perjalanan

Selanjutnya untuk mengestimasi nilai ekonomi dari kegiatan kunjungan wisata pendidikan pertanian AET IPB, nilai tersebut diperoleh dari total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Fauzi 2006):

Keterangan:

NE = Nilai ekonomi wisata AET IPB dalam satu tahun SK = Surplus konsumen pengunjung (Rp)

TP = Total jumlah pengunjung dalam satu tahun (sekolah)

Penghitungan nilai ekonomi wisata AET IPB dilakukan dengan menggunakan unit sekolah sebagai subjek pengunjung AET IPB dan bukan individu. Hal ini dilakukan karena karakteristik kunjungan AET IPB yang merupakan kunjungan berkelompok atau rombongan dari sekolah, sehingga biaya perjalanan yang digunakan dalam analisis merupakan biaya perjalanan total yang dihabiskan oleh suatu sekolah dalam mengunjungi AET IPB.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Agroedutourism IPB

Agroedutourism IPB (AET IPB) dibentuk pada tahun 2004 atas prakarsa beberapa dosen di IPB yang ingin mengembangkan potensi sumberdaya alam dan fisik kampus sebagai sarana wisata pendidikan pertanian. AET IPB pada awalnya merupakan bentuk promosi dan pelayanan IPB dengan menyediakan layanan wisata pendidikan pertanian yang ditujukan terutama bagi masyarakat dan tamu-tamu IPB. Pengembangan pada tahun selanjutnya AET IPB mulai menerima kunjungan dari rombongan siswa-siswi sekolah yang sedang mengadakan karya wisata. Konsep agroedutourism atau wisata pendidikan pertanian, yaitu kegiatan wisata untuk tujuan studi yang dapat memperluas pengalaman, rekreasi, dan pengetahuan tentang alam dan teknologi pertanian melalui ilmu-ilmu pertanian dalam cakupan luas antara lain pertanian bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan kehutanan. (AET IPB 2011).

(17)

objek AET IPB berada di dalam Kampus IPB Dramaga dan ada pula objek yang terdapat di Kampus IPB Taman Kencana. Objek-objek yang terdapat di AET IPB dan deskripsi kegiatan yang ditawarkan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masing-masing objek tersebut memiliki durasi atau lama waktu pelaksanaan yang berbeda-beda, berkisar antara satu setengah hingga tiga jam untuk satu objek. Sehingga dalam satu hari pengunjung dapat mengunjungi satu atau lebih objek AET IPB. Pemilihan objek yang akan dikunjungi dilakukan oleh pihak sekolah dengan pertimbangan ketertarikan akan objek tersebut dan keterkaitan dengan ilmu yang ingin dipelajari oleh siswa atau peserta didiknya.

Proses pelayanan kunjungan wisata AET IPB dimulai sejak reservasi atau pemesanan yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan kunjungan dari pihak sekolah, perencanaan program dan pemilihan objek yang sesuai dengan keinginan sekolah hingga pelaksanaan kegiatan kunjungan. Dalam melakukan kunjungan AET IPB, biaya program kunjungan dapat dipengaruhi oleh banyaknya peserta kunjungan atau jumlah siswa dan guru dalam rombongan, kemudian jumlah objek AET IPB yang dipilih untuk dikunjungi. Pemilihan jenis objek juga mempengaruhi besarnya biaya program yang perlu dibayar, karena biaya masing-masing objek AET IPB yang beragam. Keberagaman biaya objek-objek AET IPB disebabkan oleh adanya perbedaan jenis kegiatan, bahan baku, serta fasilitas atau sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan kunjungan.

Karakteristik Pengunjung Agroedutourism IPB

Pengunjung AET IPB umumnya merupakan rombongan siswa-siswi yang berasal dari sekolah yang sedang melakukan kegiatan karya wisata atau study tour. Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 29 sekolah yang menunjungi AET IPB. Karakteristik sekolah responden secara rinci disajikan dalam Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2, diketahui pengunjung AET IPB pada tahun 2014 paling banyak berasal dari tingkat SD (44.83%). Hal ini juga sejalan dengan tingkat sekolah pengunjung terbanyak dalam kunjungan AET IPB pada umumnya. Berdasarkan data statistik kunjungan AET IPB pada tahun 2007-2014, pengunjung AET IPB terdiri atas tingkat sekolah TK (5.61%), SD (53.57%), SMP (20.41%), SMA (11.23%), Perguruan Tinggi (4.59%) dan sisanya umum (4.59%). Tingkat sekolah SD merupakan tingkat sekolah pengunjung AET IPB terbanyak dibanding tingkat sekolah lainnya.

(18)

Tabel 2 Karakteristik sekolah responden pengunjung AET IPB No. Karakteristik Jumlah (sekolah) Proporsi (%)

1 Tingkat sekolah:

SD 13 44.83

SMP 9 31.03

SMA 5 17.24

Perguruan Tinggi 2 6.90

Jumlah 29 100.00

2 Jenis sekolah:

Negeri 2 6.90

Swasta 27 93.10

Jumlah 29 100.00

3 Lokasi sekolah:

Bogor 4 13.79

Jakarta 10 34.48

Bekasi 4 13.79

Tangerang 8 27.59

Luar Jabodetabek 3 10.35

Jumlah 29 100.00

4 Jarak tempuh sekolah ke IPB:

< 10 km 3 10.35

11 - 30 km 1 3.45

31 - 60 km 7 24.14

61 - 100 km 14 48.27

> 100 km 4 13.79

Jumlah 29 100.00

(19)

Faktor Pendorong Permintaan Wisata Pendidikan Pertanian

Permintaan wisata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, yaitu berupa faktor pendorong (push factor) maupun faktor penarik (pull factor) (Muntasib & Rachmawati 2009). Faktor pendorong merupakan faktor-faktor yang memotivasi wisatawan untuk melakukan wisata. Dalam wisata pendidikan, terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong suatu sekolah untuk melakukan wisata pendidikan pertanian. Pada penelitian ini dilihat beberapa faktor meliputi kesiapan sekolah untuk melakukan wiata pendidikan pertanian, motivasi untuk melakukan wisata pendidikan pertanian, dan kebutuhan pembelajaran pendidikan lingkunga hidup.

Kesiapan sekolah untuk melakukan wisata pendidikan pertanian

Faktor pendorong suatu sekolah untuk melakukan wisata pendidikan pertanian salah satunya dilihat berdasarkan kesiapan sekolah tersebut dalam melakukan kegiatan karya wisata. Faktor ini merupakan faktor internal dari pihak sekolah yang dapat menunjukkan motif, kebutuhan, dan keinginan suatu sekolah dalam melakukan kegiatan karya wisata yang dapat dikaitkan dengan permintaan untuk melakukan kegiatan wisata pendidikan pertanian. Faktor pendorong suatu sekolah dalam melakukan kegiatan karya wisata meliputi tujuan karya wisata, periode karya wisata, dan bentuk kepanitiaan karya wisata.

Terdapat beberapa jenis tujuan yang berbeda yang ingin dicapai sekolah responden dalam melakukan karya wisata (Gambar 1). Sebanyak 14 sekolah responden mengadakan kegiatan karya wisata dengan tujuan sebagai aplikasi dari teori yang dipelajari di dalam kelas, kemudian sebanyak 11 sekolah memiliki tujuan sebagai sarana kegiatan pembelajaran di luar kelas.

Gambar 1 Grafik tujuan sekolah responden mengadakan karya wisata

0 5 10 15

Kegiatan pembelajaran di luar kelas Aplikasi teori yang dipelajari di dalam kelas Memperluas wawasan dan pengetahuan

siswa terhadap suatu materi Menambah pengalaman bagi siswa untuk

aktif

Sarana sosialisasi antara siswa, guru, dan lingkungan

Sarana rekreasi dan refreshing siswa Memperkenalkan lingkungan dan suasana

baru kepada siswa

Memberikan gambaran tentang jurusan dan perkuliahan

(20)

Tujuan karya wisata ini sejalan dengan pernyataan Michie (1998) yang menyebutkan bahwa tujuan utama para guru mengadakan kegiatan karya wisata adalah untuk memberikan pengalaman kehidupan nyata secara langsung yang tidak dapat mereka dapatkan di kelas maupun laboratorium. Kekurangan bahan materi yang diperlukan dalam kurikulum melalui pembelajaran di dalam kelas, juga menjadi salah satu faktor utama guru mengadakan karya wisata (Mirka 1970, Hickman 1976, Mason 1976; dalam Orion & Hofstein 1991). Sehingga sebagian besar tujuan karya wisata yang ingin dicapai berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya di dalam kelas.

Kegiatan wisata pendidikan pertanian yang dimiliki oleh AET IPB dapat menjawab kebutuhan atas tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut. Dengan konsep utama pendidikan pertanian atau agroedutourism, kegiatan wisata AET IPB dapat menjadi sarana pembelajaran di luar kelas yang baik dengan didukung oleh sumberdaya yang terdapat di dalam kampus melalui program-program yang melibatkan praktek langsung sehingga para siswa dapat memperoleh pengalaman baru. Objek-objek dan program yang tersedia di AET IPB dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran sesuai kurikulum sehingga mampu menjadi sarana aplikasi teori yang telah dipelajari sebelumnya di dalam kelas.

Kegiatan karya wisata telah menjadi agenda atau program rutin di 26 sekolah responden (Gambar 2). Sebanyak 17 sekolah responden melakukan karya wisata dengan periode satu tahun sekali dan 9 sekolah responden lainnya melakukan karya wisata dengan periode dua kali dalam setahun. Sedangkan 3 sekolah responden lainnya tidak memiliki periode khusus dalam melaksanakan karya wisata karena belum menjadi agenda rutin sekolah.

Gambar 2 Grafik periode karya wisata sekolah responden

Sekolah yang sudah menjadikan karya wisata sebagai program rutin mereka akan lebih siap dan termotivasi dalam mempersiapkan kegiatan karya wisata. Sekolah tersebut juga telah terbiasa melakukan kegiatan karya wisata sehingga kegiatan tersebut telah menjadi kebutuhan tetap dalam agenda sekolah. Hal ini dapat mendorong permintaan untuk mengunjungi lokasi wisata pendidikan pertanian sebagai alternatif tujuan karya wisata karena sekolah tersebut telah memiliki kebutuhan untuk melakukan karya wisata yang sudah rutin.

(21)

Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan karya wisata dilakukan oleh sekolah dengan membentuk kepanitiaan tertentu (Gambar 3). Sebanyak 24 sekolah responden menggunakan sistem kepanitiaan yang tersusun atas guru-guru yang menangani kelas yang akan melakukan karya wisata, sehingga terjadi pergantian kepanitiaan setiap kali kegiatan karya wisata diadakan. Sebanyak 4 sekolah responden lainnya menggunakan susunan kepanitiaan yang tetap setiap periode karya wisata dan 1 sekolah responden lainnya tidak memiliki kepanitiaan khusus.

Gambar 3 Grafik kepanitiaan karya wisata sekolah responden

Keterlibatan guru sebagai panitia dapat meningkatkan pemahaman guru terhadap kegiatan karya wisata yang akan dilakukan. Guru pendamping yang telah mengetahui baik rancangan kegiatan maupun materi yang akan disampaikan akan lebih baik dalam memfasilitasi karya wisata (Bitgood 1989). Ritchie & Coughlan (2004) juga menemukan bahwa 46% dari sekolah-sekolah yang melakukan ekskursi di Australia memiliki staf atau guru yang selalu mengambil peran sebagai perencana ekskursi sekolah mereka.

Motivasi sekolah melakukan kegiatan wisata pendidikan pertanian

Motivasi berkunjung merupakan faktor utama yang perlu diketahui untuk menjelaskan perilaku pengunjung (Mansfield 1992 dalam Kassean & Gassita 2013). Pengidentifikasian motivasi pengunjung dapat dianggap sebagai hal yang penting dalam rangka memahami perbedaan keinginan pengunjung dan untuk mengsegmentasikan pasar (Lee 2000 dalam Kassean & Gassita 2013).

Terdapat beberapa kriteria motivasi dengan tingkat kepentingan yang bervariasi dalam mendorong suatu sekolah untuk melakukan kegiatan wisata pendidikan pertanian yang terdapat di AET IPB, seperti disajikan pada Tabel 3 yang diadaptasi dari penelitian Ritchie & Coughlan (2004). Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa kriteria motivasi yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi adalah “mem erikan pengalaman aru agi siswa” (4.69 poin), kemudian “ke utuhan kegiatan pem elajaran di luar kelas” (4.66 poin), “aktivitas yang dilakukan selama kunjungan” (4.6 poin) dan “pelayanan yang diberikan” (4.62 poin).

Hal ini sejalan dengan tujuan yang umumnya ingin dicapai oleh sekolah responden dalam melakukan karya wisata yaitu sebagai kegiatan pembelajaran di luar kelas dan kebutuhan pengalaman baru bagi siswa. Pembelajaran di luar kelas

0

(22)

memang berperan penting dalam proses belajar mengajar karena dapat menghubungkan teori yang para siswa peroleh di dalam kelas dengan kondisi di kehidupan nyata, serta memberikan pengalaman langsung yang dapat meningkatkan kesadaran lingkungan (Santi & Purboningrum 2004). Kondisi lingkungan Kampus IPB Dramaga yang berbeda dengan kondisi lingkungan di sebagian besar sekolah responden juga mendukung siswa untuk memperoleh pengalaman baru.

Tabel 3 Tingkat kepentingan motivasi wisata pendidikan pertanian No. Motivasi berkunjung

(23)

Jika dilihat berdasarkan kriteria motivasi yang sangat penting bagi sekolah pada Tabel 3, maka “mem erikan pengalaman aru agi siswa” dinilai sangat penting bagi sebagian besar sekolah (75.86%). Pengalaman baru yang secara langsung dapat dialami oleh siswa dapat diperoleh melalui kegiatan karya wisata (Michie 1998). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam kunjungan AET IPB memang bersifat praktek langsung dimana para pengunjung dapat merasakan langsung pengalaman pembelajaran yang baru sehingga dapat meningkatkan pemahaman atas materi yang disampaikan dalam kegiatan kunjungan. Hal ini juga menjawab ke utuhan atas krieria “ke utuhan kegiatan pem elajaran di luar kelas” (68.98%), dan “aktivitas atau kegiatan yang dilakukan selama kunjungan” (65.52%).

riteria motivasi “jarak dan waktu perjalanan yang harus ditempuh” dan “ erada di ampus I B se agai pusat pendidikan pertanian” memiliki nilai rata -rata tingkat kepentingan yang paling rendah dibandingkan kriteria motivasi lainnya. Hal ini berarti faktor jarak dan waktu tempuh tidak terlalu mempengaruhi motivasi sekolah responden dalam mengunjungi AET IPB, yang dibuktikan dengan adanya beberapa sekolah yang memiliki jarak tempuh cukup jauh dari IPB namun tetap melakukan kunjungan ke AET IPB. Kemudian faktor keberadaan Kampus IPB sebagai pusat pendidikan pertanian juga tidak terlalu mempengaruhi karena fokus sekolah yang ingin memberikan pengalaman baru dan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan tema dan objek yang dipilih. Meski demikian Tabel 3 menunjukkan bahwa kriteria-kriteria motivasi tersebut memiliki nilai kepentingan rata-rata di atas 3.9 sehingga penting dalam meningkatkan motivasi sekolah responden untuk mengunjungi AET IPB.

Kebutuhan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup

Faktor pendorong lainnya dilihat dari keadaan lingkungan sekolah dan latar belakang Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sekolah responden. Sebanyak 16 sekolah responden berada di lingkungan pemukiman, yang tidak terlalu dekat dengan pusat kota (Gambar 4). Sementara itu terdapat 7 sekolah yang berada di lingkungan pemukiman di tengah pusat kota, 5 sekolah yang berada tepat di pusat kota, dan 1 sekolah yang terletak di wilayah pedesaan.

Gambar 4 Grafik keadaan lingkungan sekolah responden 0

Pusat kota Pusat kota sekaligus wilayah pemukiman

Wilayah pemukiman Wilayah pedesaan

(24)

Kampus IPB Dramaga merupakan kawasan kampus seluas 267 hektar yang terdiri atas bangunan fasilitas pendidikan dan laboratorium lapang meliputi kebun, hutan, kandang, dan kolam percobaan serta kawasan hijau lainnya yang selain digunakan untuk keperluan pendidikan perguruan tinggi tetapi juga dapat mendukung kegiatan pengenalan pendidikan pertanian melalui kunjungan AET IPB. Terdapat perbedaan antara kondisi lingkungan IPB dengan lingkungan di sekolah-sekolah responden. Perbedaan keadaan lingkungan antara sekolah dengan lokasi karya wisata dapat meningkatkan antusiasme siswa untuk mengeksplorasi dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Perbedaan kondisi lingkungan juga menjadi salah satu pertimbangan guru dalam menentukan destinasi karya wisata (Howard 2000 diacu dalam Dale 2013).

Ketersediaan mata pelajaran PLH di sekolah berkaitan dengan permintaan kunjungan AET IPB untuk memenuhi kebutuhan PLH bagi siswa. Mata pelajaran PLH telah diterapkan pada 23 sekolah responden dengan terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran lainnya meliputi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), muatan lokal dan mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ) untuk sekolah yang berada di wilayah Jakarta (Gambar 5). Berdasarkan SK bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional nomor: Kep. No.07/MenLH/06/2005 No.05/VI/KB/2005 untuk Pembinaan dan Pengembangan PLH, mata pelajaran PLH diadakan sebagai salah satu proses pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap lingkungan serta membentuk pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku, motivasi dan komitmen untuk menjaga lingkungan. Dalam SK bersama ini terdapat penekanan bahwa PLH dilakukan secara integrasi dengan mata ajaran yang telah ada.

Gambar 5 Grafik ketersediaan pelajaran PLH di sekolah responden

Selain melalui pembelajaran di kelas, pengenalan terhadap lingkungan juga dilakukan beberapa sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas yang bertema lingkungan (Gambar 6). Sebanyak 11 sekolah memiliki dan mengelola sendiri kebun atau taman yang terdapat di sekolahnya, sementara itu 7 sekolah pernah melakukan kegiatan penanaman di sekolah meski pengelolaan taman nantinya bukan oleh siswa. Terdapat 4 sekolah responden yang tidak pernah melakukan kegiatan bertema lingkungan di sekolahnya.

(25)

Gambar 6 Grafik kegiatan bertema lingkungan di sekolah responden Latar belakang lingkungan sekolah dan pendidikan lingkungan yang diadakan di sekolah responden dapat menjadi faktor pendorong sekolah tersebut untuk melakukan kegiatan karya wisata, yaitu sebagai pengembangan dari materi yang diajarkan dalam mata pelajaran PLH di sekolah. Melalui kegiatan karya wisata, siswa dapat mengaplikasikan apa yang telah dipelajari di sekolah sebelumnya maupun mengambil pelajaran mengenai pendidikan lingkungan di lokasi wisata yang nantinya dapat diaplikasikan kembali di sekolah. Dengan demikian kegiatan karya wisata dapat mendukung pembelajaran PLH dimana pemahaman dan sikap pelestarian lingkungan dapat ditumbuhkan sejak dini melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan materi yang diperoleh dari karya wisata (Khomsatun 2006).

Faktor Penarik Permintaan Wisata Agroedutourism IPB

Permintaan wisata juga dapat dipengaruhi oleh faktor penarik (pull factor). Faktor penarik permintaan wisata lebih banyak tertuju kepada citra atau bentuk dari suatu destinasi yang ditawarkan dan mampu menarik seseorang untuk melakukan wisata ke destinasi tersebut (Richardson & Fluker 2004 diacu dalam Pitana & Gayatri 2005). Faktor penarik permintaan wisata AET IPB dapat dilihat dari pemilihan objek dalam kunjungan AET IPB , karaktersitik kunjungan AET IPB, dan pendapat mengenai pelaksanaan kunjungan AET IPB.

Pemilihan objek dalam kunjungan Agroedutourism IPB

Objek-objek AET IPB tersebar di berbagai Fakultas dan unit-unit di IPB dan memiliki tema yang beragam yang dapat disesuaikan dengan tema kegiatan karya wisata yang dilakukan. Pemilihan objek yang dilakukan oleh sekolah responden dapat dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan seperti keterkaitan dengan pembelajaran di sekolah, kesesuaian dengan tema kegiatan karya wisata yang dilakukan, kesesuaian dengan pemahaman siswa peserta kunjungan, serta biaya objek yang ingin dikunjungi.

Objek AET IPB yang paling banyak dikunjungi pada tahun 2014 adalah Fakultas Peternakan (Gambar 8). Pemilihan objek yang dikunjungi oleh sekolah pengunjung AET IPB dilakukan berdasarkan tema karya wisata yang ingin sekolah berikan kepada para siswa.

0 5 10 15

Pengelolaan kebun/taman sekolah Kegiatan penanaman di sekolah Workshop/seminar Kegiatan ekstrakurikuler Pengolahan sampah Tidak ada

(26)

Gambar 7 Grafik objek AET IPB yang dikunjungi

Pada tahun 2014 sebagian sekolah responden menerapkan kurikulum 2013 dimana terdapat salah satu kompetensi yang harus dipenuhi oleh siswa adalah berkaitan dengan alam dan lingkungan, terutama pengenalan hewan. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa pada tahun 2014 objek yang paling banyak dikunjungi adalah Fakultas Peternakan yang memang melibatkan pengenalan peserta terhadap hewan ternak di dalam kegiatannya. Selain Fakultas Peternakan, terdapat objek lainnya yang dapat mendukung kebutuhan untuk pembelajaran kompetensi tersebut seperti Penangkaran Kupu-kupu Fakultas Kehutanan, Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan Museum Serangga.

Selain itu objek lainnya yang dikunjungi pada tahun 2014 adalah objek-objek dengan tema tumbuhan dan budidaya tanaman, seperti Kebun Percobaan Cikabayan, Kebun Tumbuhan Obat Biofarmaka, Teaching Farm, Hydrgogell dan Kultur Jaringan. Objek bertema kehutanan yang dikunjungi pada tahun 2014 meliputi Forest Outbond dan Recycle Paper. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemilihan objek yang akan dikunjungi dalam kunjungan AET IPB sebagian besar atas pertimbangan tema kegiatan karya wisata yang diusung serta kebutuhan pembelajaran yang terkait di sekolah.

Karakteristik kunjungan Agroedutourism IPB

Terdapat beberapa variabel yang diamati dalam karakteristik kunjungan sekolah responden ke AET IPB (Tabel 4). Sebanyak 8 sekolah baru mengetahui tentang AET IPB dalam waktu kurang dari setahun, kemudian 8 sekolah lainnya baru mengetahui tentang AET IPB dalam waktu 1-2 tahun. Sebagian besar sekolah yang baru mengunjungi AET IPB untuk pertama kalinya baru mengetahui AET IPB dalam periode waktu tersebut. Sekolah responden lainnya yang telah mengetahui AET IPB dalam periode waktu yang cukup lama, biasanya pernah mengunjungi AET IPB pada tahun sebelumnya. Sekolah yang pernah berkunjung ke suatu lokasi sebelumnya akan memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai lokasi tersebut dan dapat merencanakan dengan baik program karya wisatanya.

0 5 10 15

Kebun Percobaan Cikabayan Museum Serangga Kebun Tumbuhan Obat Biofarmaka Hydrogell Fakultas Peternakan Recycle Paper Forest Outbond Kultur Jaringan F-Technopark Teaching Industry Fakultas Peternakan Desain Taman Lanskap Kolam Percobaan FPIK Unit Produksi Ikan Penangkaran Kupu-kupu Fakultas Kehutanan Teaching Farm Biopharmaca Research Center

(27)

Tabel 4 Karakteristik kunjungan sekolah responden ke AET IPB

No. Variabel Jumlah

(sekolah)

Proporsi (%) 1. Lama mengetahui AET IPB:

< 1 tahun 8 27.59

1 – 2 tahun 8 27.59

2 – 3 tahun 1 3.45

3 – 4 tahun 3 10.34

4 – 5 tahun 3 10.34

> 5 tahun 6 20.69

Jumlah 29 100.00

2. Jumlah kunjungan ke AET IPB:

1 kali 14 48.28

2 kali 9 31.03

3 kali 2 6.90

> 3 kali 4 13.79

Jumlah 29 100.00

3. Jumlah objek dikunjungi:

1 objek 16 55.17

2 objek 10 34.48

3 objek 3 10.35

Jumlah 29 100.00

4. Lama waktu kunjungan:

< 3 jam 10 34.48

3 – 6 jam 16 55.17

6 – 12 jam 3 10.35

Jumlah 29 100.00

5. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan:

Kegiatan di objek AET IPB saja 22 75.86

Pengenalan IPB dari Humas IPB 2 6.90

Kunjungan ke objek lainnya di luar IPB 5 17.24

Jumlah 29 100.00

6. Jumlah siswa dalam kunjungan:

< 30 orang 1 3.45

30 – 50 orang 3 10.35

51 – 100 orang 7 24.13

100 – 200 orang 15 51.72

> 200 orang 3 10.35

Jumlah 29 100.00

(28)

Kegiatan kunjungan ke AET IPB yang dilakukan dalam rangka karya wisata berkaitan dengan periode karya wisata yang biasanya dimiliki oleh sekolah-sekolah dimana kegiatan kunjungan hanya dilakukan sebanyak 1 kali atau 2 kali dalam satu tahun. Sehingga sekolah responden yang telah melakukan kunjungan lebih dari satu kali kemungkinan besar melakukan kunjungan ke AET pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga sesuai dengan lama sekolah tersebut mengetahui AET IPB yang semakin lama.

AET IPB memiliki beberapa objek kunjungan dengan program dan aktivitas yang ditawarkan yang berbeda-beda. Kunjungan ke AET IPB dapat dilakukan dengan mengunjungi 1 hingga 3 objek dalam sehari, karena durasi masing-masing objek berkisar antara 1-3 jam. Sebanyak 16 sekolah responden memilih untuk mengunjungi 1 objek ketika berkunjung ke AET IPB (Tabel 4). Selain karena pertimbangan waktu, biasanya sekolah juga menyesuaikan jumlah objek yang dikunjungi dengan anggaran yang direncanakan. Selain itu, keinginan sekolah untuk fokus pada satu tema juga menjadi pertimbangan karena kunjungan karya wisata dengan hanya satu tema atau satu fokus utama dapat lebih meningkatkan dampak terhadap kognitif, keahlian, pengetahuan, minat dan karir siswa di masa mendatang (Hutson et al. 2011 diacu dalam Behrendt & Franklin 2014).

Kegiatan kunjungan karya wisata yang dilakukan di AET IPB biasanya berlangsung dalam waktu satu hari. Berdasarkan lama kunjungan, 16 sekolah responden menghabiskan waktu selama 3-6 jam di AET IPB (Tabel 4). Sekolah-sekolah tersebut biasanya mengunjungi lebih dari satu objek sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebanyak 10 sekolah lainnya menghabiskan waktu kunjungan kurang dari 3 jam. Kelompok ini hanya mengunjungi satu objek AET IPB.

Durasi waktu kunjungan selama 3-6 jam tersebut merupakan durasi yang efektif karena berdasarkan hasil wawancara, sekolah responden yang menghabiskan waktu kunjungan kurang dari 3 jam menyatakan merasa terburu-buru dan masih penasaran karena kurang lama siswa beraktivitas. Berdasarkan salah satu penelitian Bitgood (1989), baik siswa maupun guru yang melakukan karya wisata merasa terburu-buru dengan kunjungan selama 2 jam saja, dan lebih menyukai kegiatan karya wisata yang lebih lama bahkan hingga sehari penuh.

Berdasarkan ukuran rombongan atau jumlah peserta, sebanyak 17 sekolah responden membawa sekitar 100 hingga 200 siswa dalam rombongan ketika mengunjungi AET IPB (Tabel 4). Ukuran rombongan peserta kunjungan berkaitan dengan daya tampung atau kapasitas AET IPB dalam menerima kunjungan. Hal ini dapat menjadi pertimbangan sekolah dalam menentukan AET IPB sebagai tujuan karya wisata.

(29)

memiliki tujuan kunjungan lain di luar IPB yang dikunjungi saat mengunjungi AET IPB.

Faktor penarik permintaan selanjutnya yaitu dilihat dari sumber informasi yang digunakan oleh pengunjung untuk memperoleh informasi mengenai AET IPB. Informasi mengenai AET IPB diperoleh pengunjung dari berbagai sumber (Gambar 7).

Gambar 8 Grafik sumber informasi mengenai AET IPB

Sumber informasi terbanyak yang digunakan adalah media internet (17 sekolah). Para guru atau panitia kunjungan melakukan pencarian secara sengaja ataupun tidak sengaja menemukan artikel dan informasi mengenai AET IPB di internet atau media sosial. Sumber informasi terbanyak kedua adalah melalui kerabat atau rekan kerja responden (14 sekolah). Informasi yang diperoleh biasanya dari rekan kerja atau kerabat yang berhubungan dengan IPB (kuliah, mengajar, atau bekerja di IPB), atau yang pernah mengunjungi AET IPB. Kemudahan calon pengunjung memperoleh informasi mengenai AET IPB dapat meningkatkan permintaan dengan cara menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh calon pengunjung.

Pendapat mengenai kunjungan Agroedutourism IPB

Responden ditanyakan pendapatnya mengenai kegiatan kunjungan yang telah dilakukan di AET IPB. Pendapat pengunjung diperlukan dalam rangka melihat kepuasan atau penilaian pengunjung yang dapat berpotensi untuk menimbulkan permintaan untuk berkunjung kembali ke AET IPB di masa yang akan datang. Data pendapat pengunjung mengenai kunjungan AET IPB tersebut secara rinci disajikan dalam Tabel 5.

Pendapat responden mengenai kunjungan AET IPB seperti tersaji pada Tabel 5, pelaksanaan kunjungan dinilai baik oleh 14 sekolah responden (48.48%). Terdapat 4 sekolah responden (13.79%) yang menilai pelaksanaan kunjungan AET IPB masih kurang baik. Hal ini disebabkan oleh adanya masalah dalam kegiatan kunjungan atau kekurangan dari segi program dan fasilitas yang ditawarkan.

(30)

Tabel 5 Pendapat pengunjung mengenai kunjungan AET IPB

No. Variabel Jumlah

(sekolah)

Proporsi (%) 1. Pendapat mengenai pelaksanaan

kunjungan:

Kurang 4 13.79

Cukup baik 5 17.24

Baik 14 48.28

Sangat baik 6 20.69

Jumlah 29 100.00

2. Adanya materi yang dapat diaplikasikan kembali di sekolah:

Ada 15 51.72

Tidak ada 14 48.28

Jumlah 29 100.00

3. Adanya materi yang berkaitan langsung dengan pelajaran di sekolah:

Ada 25 86.21

Tidak ada 4 13.79

Jumlah 29 100.00

Pendapat responden lainnya yang diteliti adalah mengenai materi yang disampaikan dalam kegiatan kunjungan AET IPB. Sebanyak 15 sekolah dapat mengaplikasikan kembali materi yang diperoleh dalam kunjungan AET IPB (Tabel 5). Materi tersebut diantaranya mengenai penanaman dan budidaya tanaman, daur ulang kertas, pengolahan bakso sapi, pemeliharaan hewan ternak, dan pembuatan jamu tradisional. Sekolah lainnya tidak dapat mengaplikasikan kembali materi yang diperoleh di sekolah karena kurangnya sarana atau alat dan bahan yang mendukung.

Pendapat responden selanjutnya dari segi kaitan dengan pelajaran di sekolah, sebanyak 25 sekolah responden (86.21%) menyebutkan adanya kaitan langsung antara materi yang disampaikan dengan apa yang diajarkan di sekolah (Tabel 5). Hal ini menunjukkan kegiatan kunjungan AET IPB memiliki nilai edukatif yang dapat mendukung pembelajaran di sekolah.

(31)

Gambar 9 Grafik alasan ingin berkunjung kembali ke AET IPB

Sebanyak 8 sekolah responden menyatakan kunjungan AET IPB sesuai dengan tema yang dibutuhkan dan ada keinginan untuk mencoba objek-objek AET IPB lainnya sehingga ingin berkunjung kembali ke AET IPB. Sebanyak 5 sekolah menyatakan ingin kembali berkunjung karena kegiatan kunjungan AET IPB memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa, serta karena pengalaman atas kunjungan yang telah dilakukan. Keinginan sekolah responden untuk berkunjung kembali menunjukkan adanya permintaan yang datang dari sekolah yang pernah mengunjungi AET IPB.

Nilai Ekonomi Wisata Agroedutourism IPB

Biaya perjalanan wisata Agroedutourism IPB

Biaya menjadi salah satu faktor utama yang menghambat motivasi atau keinginan untuk suatu sekolah untuk melakukan karya wisata (Dale 2013; Michie 1998). Biaya perjalanan atas biaya objek atau program wisata, biaya transportasi, konsumsi, dokumentasi, dan kebutuhan lainnya yang dilakukan selama perjalanan karya wisata.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, biaya yang dihabiskan oleh suatu sekolah untuk program wisata AET IPB bervariasi (Gambar 10). Sebanyak 15 sekolah responden menghabiskan biaya sebesar biaya antara Rp 5 000 001,- hingga Rp 10 000 000,- untuk program wisata AET IPB. Biaya program wisata AET IPB dibedakan berdasarkan jumlah dan jenis objek yang dikunjungi, serta jumlah peserta yang melakukan kegiatan kunjungan. Masing-masing objek AET IPB memiliki harga yang berbeda-beda karena adanya perbedaan sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan kunjungan. Selain itu, kebijakan perbedaan harga berdasarkan ukuran rombongan peserta juga membuat biaya program AET IPB berbeda-beda.

0 2 4 6 8 10

Berdasarkan pengalaman berkunjung Memenuhi kebutuhan pembelajaran Ingin mencoba objek lainnya Jarak dekat dari sekolah Narasumber ahli Pelayanan travel yang baik Biaya terjangkau Program yang ditawarkan menarik Lingkungan yang nyaman untuk siswa Kepuasan siswa Pengalaman baru bagi siswa Pelayanan baik dari AET IPB Sesuai tema yang dibutuhkan

(32)

Gambar 10 Grafik biaya yang dihabiskan sekolah untuk program AET IPB Selain biaya untuk program, sekolah juga akan menghabiskan biaya lainnya untuk melakukan kunjungan ke AET IPB. Berikut biaya perjalanan total yang dihabiskan oleh sekolah responden untuk mengunjungi AET IPB (Gambar 11). Biaya perjalanan total yang dihabiskan oleh sekolah responden paling banyak berada pada rentang Rp 5 000 001,- hingga Rp 10 000 000,- (10 sekolah). Besarnya biaya perjalanan total yang dihabiskan bervariasi karena dipengaruhi oleh jumlah peserta kunjungan, jarak tempuh sekolah ke IPB, dan biaya untuk program wisata yang berbeda-beda. Biaya perjalanan total yang dihabiskan oleh sekolah responden secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 4.

Gambar 11 Grafik biaya perjalanan total yang dihabiskan

Biaya perjalanan total yang dihabiskan oleh sekolah-sekolah responden tersebut dibatasi hanya untuk kegiatan kunjungan ke AET IPB saja, terutama pada sekolah-sekolah yang melakukan kunjungan ke objek lainnya di luar AET IPB (multitrip). Data tentang biaya perjalanan wisata yang diperoleh selanjutnya digunakan dalam analisis untuk menghitung nilai ekonomi wisata AET IPB.

Perhitungan nilai ekonomi wisata Agroedutourism IPB

Nilai ekonomi wisata pendidikan pertanian AET IPB diestimasi dengan menggunakan pendekatan Travel Cost Method (TCM). Biaya perjalanan yang dihabiskan dalam melakukan karya wisata merupakan nilai yang menentukan besarnya nilai ekonomi wisata. Perhitungan nilai ekonomi wisata AET IPB

0 5 10 15 20

< 5 000 000 5 000 000 - 10 000 000 10 000 001 - 15 000 000 15 000 001 - 20 000 000 > 20 000 000

Jumlah sekolah

0 2 4 6 8 10 12

< 5 000 000 5 000 001 - 10 000 000 10 000 001 - 15 000 000 15 000 001 - 20 000 000 20 000 001 - 25 000 000 25 000 001 - 30 000 000 > 30 000 000

(33)

dilakukan dengan menggunakan ‘sekolah’ se agai su jek sehingga iaya perjalanan yang digunakan dalam perhitungan adalah biaya perjalanan total yang dihabiskan oleh sekolah responden.

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menentukan nilai ekonomi wisata. Tahap pertama metode ini adalah melakukan analisis regresi linier berganda untuk membuat fungsi permintaan wisata dalam rangka menentukan nilai koefisien biaya perjalanan. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan diperoleh persamaan fungsi permintaan wisata sebagai berikut:

Y = 1.879 – (2.814 x 10-9) X1 - 0.377 X2 - 0.298 X3 + 0.135 X4 + 0.020 X5 -

0.056 X6 - 0.417 X7 + 0.165 X8 - 0.274 X9 + 0.016 X10 + 0.002 X11

Keterangan:

Y = Jumlah kunjungan sekolah rata-rata ke AET IPB X1 = Biaya perjalanan sekolah ke AET IPB (Rp)

X2 = Tingkat sekolah 1 (SMP)

X3 = Tingkat sekolah 2 (SMA)

X4 = Tingkat sekolah 3 (PT)

X5 = Jenis sekolah (negeri/swasta)

X6 = Kondisi lingkungan sekolah (pusat kota/pemukiman)

X7 = Ketersediaan mata pelajaran PLH di sekolah

X8 = Waktu tempuh sekolah ke IPB (jam)

X9 = Waktu yg dihabiskan di AET IPB (jam)

X10 = Lama sekolah mengetahui AET IPB (tahun)

X11 = Jumlah peserta kunjungan (orang)

Hasil analisis regresi linier berganda secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 3. Fungsi permintaan yang dibuat merupakan fungsi yang paling baik berdasarkan analisis regresi linier berganda. Fungsi permintaan tersebut terdiri atas faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata sebagai variabel bebas (X1-10) dan jumlah kunjungan sekolah responden ke AET IPB sebagai variabel

terikat (Y). Pembuatan fungsi ini bertujuan untuk memperoleh nilai koefisien biaya perjalanan saja sehingga variabel-variabel lainnya yang terdapat dalam fungsi tidak dibahas tingkat pengaruhnya terhadap permintaan wisata AET IPB. Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata AET IPB dilakukan secara deskriptif dan telah dibahas pada sub-bab sebelumnya.

Berdasarkan fungsi permintaan tersebut diperoleh nilai koefisien biaya perjalanan sebesar 2.814 x 10-9. Tahap selanjutnya yaitu menghitung nilai surplus konsumen pengunjung AET IPB dengan menggunakan nilai koefisien biaya perjalanan yang diperoleh, yang selanjutnya digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata AET IPB. Perhitungan nilai ekonomi wisata AET IPB dapat dilihat pada Tabel 6.

(34)

nilai biaya korbanan yang dikeluarkan yang lebih tinggi dari biaya program saat ini.

Tabel 6 Perhitungan nilai ekonomi wisata AET IPB

Keterangan Nilai Satuan

Jumlah responden (a) 29 Sekolah

Jumlah kunjungan responden (b) 32 Kali

Jumlah kunjungan tahun 2014 (c) 32 Kali

Koefisien biaya perjalanan (d) 2.814 x 10-9 Satuan Surplus Konsumen (e) = b2/2d 181 947 405 828, 00 Rupiah Surplus konsumen sekolah/kunjungan

(f) = e/a/b

177 683 013, 50 Rupiah Nilai ekonomi (g) = f × c 5 685 856 432, 13 Rupiah

Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai ekonomi wisata AET IPB berdasarkan kunjungan tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 5 685 856 432, 13. Nilai tersebut menunjukkan nilai manfaat AET IPB sebagai suatu penyedia wisata pendidikan pertanian dan menjadi alasan pentingnya menjaga keberlangsungan AET IPB karena selain manfaat ekonomi secara nyata yang diberikan, tetapi juga manfaat pendidikan untuk pengunjung dan manfaat promosi untuk IPB sendiri.

.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakteristik pengunjung AET IPB meliputi pengunjung berasal dari tingkat Sekolah Dasar (SD), merupakan sekolah swasta, lokasi sekolah berada di Jabodetabek dengan jarak tempuh sekolah ke AET IPB sekitar 61-100 km.

Faktor pendorong yang mempengaruhi permintaan sekolah terhadap wisata pendidikan pertanian diantaranya: 1) kesiapan sekolah dalam melakukan wisata pendidikan pertanian, ditunjukkan oleh tujuan yg ingin dicapai yaitu untuk mengaplikasikan teori yang dipelajari di dalam kelas dan memberikan pembelajaran di luar kelas dalam mengadakan karya wisata, kemudian sekolah telah menjadikan karya wisata sebagai program rutin dan memiliki sistem kepanitiaan berupa guru-guru yang menangani kelas yang akan melakukan karya wisata; 2) motivasi untuk melakukan kegiatan wisata pendidikan pertanian, meliputi pengalaman baru bagi siswa, pemenuhan kebutuhan pembelajaran di luar kelas, aktivitas yang dilakukan dan pelayanan yang diberikan; dan 3) kebutuhan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup, yang dilihat dari adanya latar belakang kondisi lingkungan yang berbeda dengan Kampus IPB dan kebutuhan untuk mendukung mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah yang tersedia secara terintegrasi dalam pelajaran lainnya serta didukung dengan adanya kegiatan bertema lingkungan.

(35)

pengunjung AET IPB baru pertama kali berkunjung ke AET IPB dan baru mengetahui tentang wisata AET IPB kurang dari 2 tahun sebelumnya, sumber informasi mengenai AET IPB berasal dari internet dan kerabat atau rekan kerja. Sebagian besar sekolah hanya mengunjungi 1 objek AET IPB dan menghabiskan waktu kunjungan antara 3-6 jam. Jumlah siswa peserta kunjungan berkisar antara 100-200 orang; serta 3) pendapat pengunjung tentang kunjungan yang telah dilakukan, diantaranya pelaksanaan kunjungan AET IPB dinilai baik dan memiliki materi yang berkaitan dengan pembelajaran. Sebagian besar pengunjung menyatakan ingin berkunjung kembali ke AET IPB dalam rangka karya wisata sekolah mereka.

Biaya perjalanan total yang dihabiskan oleh suatu sekolah dalam mengunjungi AET IPB bervariasi antara kurang dari Rp. 5 000 000,- hingga lebih dari Rp. 30 000 000,-. Nilai surplus konsumen pengunjung AET IPB yang diperoleh sebesar Rp. 177 683 013, 50 per sekolah per kunjungan, dan diperoleh nilai ekonomi wisata AET IPB berdasarkan kunjungan sekolah-sekolah pada tahun 2014 sebesar Rp. 5 685 856 432, 13.

Saran

Data mengenai karakteristik pengunjung, faktor pendorong dan penarik permintaan wisata pendidikan pertanian AET IPB dapat menjadi gambaran mengenai kondisi pasar AET IPB. Pengembangan yang dilakukan dapat dilakukan dengan menyesuaikan permintaan pengunjung sehingga dapat menghasilkan produk wisata yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Selain menyesuaikan pengembangan dengan permintaan pengunjung untuk mempertahankan pasar yang ada, perlu adanya pengembangan lain untuk memperluas dan menambah potensi pasar yang baru. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai permintaan wisata pendidikan pertanian AET IPB dari segi permintaan potensial untuk menambah gambaran permintaan wisata yang lebih menyeluruh, serta mengenai Willingness To Pay (WTP) pengunjung AET IPB secara langsung untuk memperoleh gambaran pembanding seberapa besar biaya yang bersedia dilekuarkan oleh pengunjung atas manfaat yang dirasakan dalam kunjungan AET IPB.

DAFTAR PUSTAKA

[AET IPB] Agroedutourism Institut Pertanian Bogor. 2011. Laporan Akhir Program Ipteks bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus Pengembangan Wisata Pendidikan Pertanian di IPB. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor

Behrendt M, Franklin T. 2014. A Review of Research on School Field Trips and Their Value in Education. International Journal of Environmental & Science Education 9:235-245

(36)

Dale N.F. 2013. Destination Choice by School Excursion Groups in Australia: Understanding the Factor that Influence Preference [thesis]. Canberra (AU): University of Canberra.

Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kassean H, Gassita R. 2013. Exploring Tourist Push and Pull Motivations ti Visit Mauritius as a Tourist Destination. African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure. 22(3): 1-13

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta (ID: PT Gramedia.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Michie M. (1998). Factors influencing secondary science teachers to organise and

conduct field trips. Australian Science Teacher's Journal. 44(4): 43-50. Muntasib E.K.S.H dan Rachmawati E. 2009. Rekreasi Alam, Wisata, dan

Ekowisata. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Orion N, Hofstein A. 1991. Factors which Influence Learning Ability During a Scientific Field Trip in a Natural Environent. [terhubung berkala] http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED338493.pdf (diakses pada 1 Mei 2015) Pitana I.G, Gayatri P.G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Jogjakarta (ID): Penerbit

Andi.

Ritchie B.W, Coughlan D. 2004. Understanding School Excursion Planning and Constraints: An Australian Case Study. Tourism Review International. 8: 113-126.

Rodger D. 1998. Leisure, Learning, and Travel. Journal of Physical Education, Recreation and Dance. 69(4): 28-31.

Salma I.A, Susilowati I. 2004. Analisis Permintaan Objek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal dengan Pendekatan Travel Cost. Dinamika Pembangunan. 1(2): 153-165.

Santi N.K.S, Purboningrum M.M. 2004. The Necessary Role of Outdoor Education in Education Process [terhubung berkala]. http://www.Latrobe.edu. au/oent/OE_conference_2004/papers/santi.pdf (diakses pada 1 Mei 2015)

(37)

Lampiran 1 Kuisioner pengambilan data responden

Karakteristik Sekolah

Nama sekolah :

Jenjang pendidikan : (TK/SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi) Jenis sekolah : (Negeri / Swasta)

Tahun berdiri :

Jumlah siswa didik aktif :

Alamat sekolah :

1. Bagaimana keadaan lingkungan di sekitar sekolah Bapak/Ibu?

a. Pusat kota b. Wilayah industri

c. Wilayah pemukiman d. Wilayah pedesaan

e. Lainnya………

2. Apakah terdapat pendidikan lingkungan di sekolah Bapak/Ibu? Jika ada, apakah materi tersebut diajarkan dalam satu mata pelajaran khusus atau terintegrasi dalam mata pelajaran lainnya?

….……….……….……… 3. Adakah guru khusus yang mengajar materi pendidikan lingkungan?

….……….……….……… 4. Adakah kegiatan bertema lingkungan yang diadakan di sekolah

Bapak/Ibu? Jika ada seperti apa bentuk kegiatan tersebut?

……….……….……… 5. Apakah para siswa juga ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan

sekolah, baik dalam hal kebersihan, penghijauan dan sebagainya?

….……….……….………

Faktor Permintaan Wisata

1. Apakah kegiatan study tour atau karya wisata merupakan kegiatan rutin di sekolah Bapak/Ibu? Jika ya, setiap periode berapa bulan/tahun sekali sekolah mengadakan kegiatan study tour atau karya wisata?

….……….……….……… 2. Adakah petugas khusus dari sekolah yang merencanakan kegiatan study

tour? Jika ada, bagaimana bentuknya dan apakah tetap setiap tahunnya? ……….……… 3. Apakah tujuan utama sekolah mengadakan study tour? Seberapa

pentingkah siswa mengikuti kegiatan study tour? Sertakan alasannya ….……….……….……… 4. Seperti apa kegiatan study tour yang ideal itu menurut Bapak/Ibu?

….……….……….……… 5. Berapa lama Bapak/Ibu mengetahui tentang Agroedutourism IPB?

a. < 1 tahun d. 3-4 tahun

b. 1-2 tahun e. 4-5 tahun

(38)

Lampiran 1 Kuisioner pengambilan data responden (lanjutan)

6. Darimana Bapak/Ibu mengetahui Agroedutourism IPB? a. Kerabat / rekan kerja

b. Internet (website / media sosial) c. Pameran / expo

d. Brosur

e. Survey langsung ke IPB

f. Kegiatan promosi Agroedutourism IPB ke sekolah

g. Lainnya………...

7. Apa saja informasi yang Bapak/Ibu peroleh dari sumber tersebut? ……….……… 8. Berapa kali sekolah ini pernah berkunjung ke Agroedutourism IPB?

a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali

9. >3kaliApakah tujuan utama Bapak/Ibu melakukan kegiatan kunjungan ke Agroedutourism IPB?

a. Rekreasi b. Pendidikan

c. Lainnya, se utkan………

10.Mengapa Bapak/Ibu memilih Agroedutourism IPB sebagai tujuan wisata sekolah Bapak/Ibu?

a. Jaraknya dekat dengan sekolah b. Biaya terjangkau

c. Kondisi lingkungan IPB yang nyaman dan asri d. Kesesuaian dengan kurikulum sekolah

e. Kebutuhan pendidikan lingkungan bagi siswa f. Telah menjadi langganan sekolah

g. Lainnya………....

11.Objek wisata apakah yang dipilih untuk dikunjungi? Mengapa Bapak/Ibu memilih objek tersebut?

….……….

12.Kegiatan apa saja yang dilakukan selama kunjungan?

….……….

13.Bagaimana menurut Bapak/Ibu pelaksanaan kegiatan kunjungan di Agroedutourism IPB yang telah dilakukan?

……….……… 14.Apakah kegiatan kunjungan di Agroedutourism IPB yang diberikan sesuai

dengan ekspektasi sekolah? Jika tidak, apa yang berbeda?

(39)

Lampiran 1 Kuisioner pengambilan data responden (lanjutan)

15.Bagaimana saran dan atau masukan dari Bapak/Ibu dalam hal kegiatan kunjungan Agroedutourism IPB?

a. Program

….……….……….……… b. Fasilitas

….……….……….……… c. Pemandu

….……….……….……… 16.Apakah materi yang disampaikan selama kunjungan Agroedutourism IPB

dapat diaplikasikan kembali di sekolah? Jika ya, seperti apa?

….……….……….……… 17.Adakah materi dari Agroedutourism yang berkaitan langsung dengan

materi pembelajaran di sekolah? Jika ada, seperti apa?

….……….……….……… 18.Apakah sekolah Bapak/Ibu berkeinginan untuk berkunjung kembali ke

Agroedutourism IPB? Jika Ya, apa yang menyebabkan sekolah Bapak/Ibu ingin berkunjung kembali ke Agroedutourism IPB?

……….………...……….……….…… 19.Selain Agroedutourism IPB, adakah tempat wisata edukasi alternatif lain

yg sekolah kunjungi? Jika ada, sebutkan tempat-tempat yang menjadi tujuan wisata sekolah Bapak/Ibu

……….……….………… 20.Mengapa tempat-tempat tersebut dipilih menjadi tujuan wisata Sekolah

Bapak/Ibu?

……….………...……….……….……

Travel Cost Methods

1. Jarak dari sekolah ke Kampus IPB Dramaga (pendekatan lama dan kecepatan perjalanan):

a. < 10 km b. 10 – 30 km c. 30 – 60 km d. 60 – 100 km e. > 100 km

2. Lama waktu yang dihabiskan dalam kunjungan Agroedutourism: a. < 3 jam

b. 3 – 6 jam c. 6 – 12 jam d. > 12 jam

3. Berapa jumlah siswa-siswi yang mengikuti kegiatan kunjungan?

……… 4. Berapa total biaya yang dihabiskan sekolah Bapak/Ibu dalam kunjungan,

untuk biaya transportasi?

(40)

Lampiran 1 Kuisioner pengambilan data responden (lanjutan)

5. Berapa biaya yang dihabiskan sekolah Bapak/Ibu dalam kunjungan, untuk biaya konsumsi?

……… 6. Berapa biaya yang dihabiskan sekolah Bapak/Ibu dalam kunjungan, untuk

biaya dokumentasi?

……… 7. Adakah biaya tambahan atau biaya lain-lain yang dikeluarkan? Jika ada,

sebutkan besarnya dan untuk biaya apa:

………

Motivasi wisata

Berikut terdapat bentuk-bentuk motivasi atau alasan untuk melakukan kegiatan wisata pendidikan pertanian, silahkan eri tanda (√) sesuai dengan tingkat kepentingan masing-masing motivasi tersebut:

No. Motivasi berkunjung 2. Keseuaian dengan kurikulum 3. Keseuaian dengan

pembelajaran tertentu

4. Menambah wawasan siswa di bidang pertanian

8. Jarak dan waktu perjalanan yang harus ditempuh 9. Kemudahan akses dan

transportasi

10. Biaya yang dihabiskan dalam kunjungan efisien

11. Ketersediaan guru pendamping

12. Daya tarik atraksi AET IPB 13. Program yang ditawarkan 14. Aktivitas atau kegiatan yang

Gambar

Tabel 1  Jenis data dan metode pengumpulan data
Tabel 2  Karakteristik sekolah responden pengunjung AET IPB
Gambar 1  Grafik tujuan sekolah responden mengadakan karya wisata
Gambar 3  Grafik kepanitiaan karya wisata sekolah responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhatikan kurva gambar 2.11 : besar arus basis adalah nol, tetap terdapat arus kolektor yang kecil (arus Cutoff kolektor), daerah inilah yang disebut Cutoff...

BAGUS ARY WIBOWO. Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Taman Nasional. Studi Kasus di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Dibimbing oleh LAILAN SYAUFINA.

Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan yaitu sekitar 60- 70%; namun demikian karena ketersediaan pakan hijauan gat terbatas maka pengembangan peternakan

Hasil yang didapat yaitu sebuah sistem informasi Jadwal Perkuliahan dan Presensi Dosen Pada Pelaksanaan Proses Pembelajaran di Politeknik Negeri Sriwijaya, yang

Pada pembelajaran berbasis simulasi komputer pada topik radiasi termal, mahasiswa mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dengan memandang suatu objek dengan cara

Bahan-bahan herbal yang digunakan sebagai antihepatitis antara lain meniran ( Phyllanthus niruri , Linn), temu lawak ( Curcuma xanthorrhiza , Roxb), mengkudu (

50 Tombol HAPUS pada menu timeline guru Admin berhasil menghapus posting dari guru Setelah tombol diklik admin berhasil menghapus posting guru Berhasil 51 Tombol HAPUS

RESOURCES KPP PRATAMA JAKARTA CENGKARENG KPP MINYAK DAN GAS BUMI 132 031712250.034-000 ANDALAS METANA ENERGY KPP PRATAMA