• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIA RESTI KUSUMA I 0207020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RIA RESTI KUSUMA I 0207020"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERKAMPUNGAN FASILITAS PELAYANAN LANJUT USIA

Di WILAYAH SOLO RAYA Dengan PENDEKATAN

PSIKOLOGI LANJUT USIA

Disusun oleh : RIA RESTI KUSUMA

NIM. I 0207020

DOSEN PEMBIMBING : Ir. Bambang Triratma, MT. NIP. 19640616 198903 1 002 Ir. Maya Andria Nirawati, M. Eng.

NIP. 19600513 198803 2 001

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xxvii

DAFTAR SKEMA ... xxxi

DAFTAR GRAFIK ... xxxiv

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Judul ... I - 1

I.1.1. Esensi Judul ... I - 1

I.2. Latar Belakang ... I – 1

I.2.1. Kondisi Psikologis Lanjut Usia ... I - 1

I.2.2. Kebutuhan Lanjut Usia ... I - 4

I.2.3. Kondisi Lanjut Usia di Wilayah Solo Raya ... I - 6

I.2.4. Kondisi Pelayanan Lanjut Usia di Solo Raya ... I - 8

(3)

commit to user

viii

I.2.4.2. Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut“

Aisyiyah “ Kota Surakarta ... I - 8

I.2.4.3. Posyandu lansia di Kabupaten Karanganyar ... I - 8

I.3. Permasalahan dan Persoalan ... I - 9

I.3.1. Permasalahan ... I -9

I.3.2. Persoalan ... I - 10

I.4. Tujuan dan Sasaran ... I - 10

I.4.1. Tujuan ... I - 10

I.4.2. Sasaran ... I - 11

I.4.3. Manfaat ... I - 11

I.5. Lingkup dan Batasan ... I - 13

I.5.1. Lingkup ... I - 13

I.5.2. Batasan ... I - 13

I.6. Strategi Desain ... I - 14

I.6.1. Pemahaman Esensi ... I - 14

I.6.2. Psikologi Lanjut Usia sebagai Basis Rancang Bangun terhadap

Perkampungan Lanjut Usia ... I - 15

I.6.3. Interaksi antara Pemahaman Esensi dan Psikologi Lanjut Usia

terhadap Rancang Bangun Perkampungan Lanjut Usia ... I - 15

I.6.4. Efek dari Strategi Desain ... I - 16

I.7. Sistematika dan Kerangka Pola Pikir ... I - 19

(4)

commit to user

ix BAB II. KAJIAN PUSTAKA

II.1. Lanjut Usia ... II - 21

II.1.1. Kajian Lanjut Usia ... II - 21

II.1.1.1. Pemahaman Lanjut Usia ... II - 21

II.1.1.2. Kondisi Lanjut Usia di Indonesia ... II - 22

II.1.1.3. Perlakuan Terhadap Lanjut Usia ... II – 23

II.1.1.4. Batasan Usia Lanjut ... II - 24

II.1.1.5. Karakteristik Lanjut Usia ... II - 26

II.1.1.6. Permasalahan Pada Lanjut Usia ... II - 28

II.1.1.7. Perubahan pada Usia Lanjut ... II - 29

II.1.1.8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan .. II - 31

II.1.1.9. Kesehatan Lanjut Usia ... II - 31

II.1.1.10. Psikologi pada Lanjut Usia ... II - 35

II.1.1.11. Deskripsi Partial Relevansi Kondisi Lanjut Usia

Terhadap Esensi Rancang Bangun ... II - 53

II.2. Mekanisme Perkampungan ... II - 64

II.2.1. Kajian Perkampungan ... II - 64

II.2.1.1. Pemahaman tentang Perkampungan ... II - 64

II.2.1.2. Pola Kehidupan Sosial ... II - 64

II.2.1.3. Ciri – Ciri Fisik Kampung ... II - 66

II.2.1.4. Preseden ... II - 67

II.2.1.5.Deskripsi Partial Relevansi Mekanisme

Perkampungan Terhadap Esensi Rancang Bangun ..

(5)

commit to user

x

II.2.1.6. Interaksi Antara Kondisi Lanjut Usia Di

Perkampungan ... II - 76

BAB III. TINJAUAN SOLO RAYA Dan KABUPATEN KARANGANYAR Sebagai LOKASI PERKAMPUNGAN LANJUT USIA

III.1. Tinjauan Solo Raya ... III – 84

III.1.1. Kondisi Solo Raya ... III - 84

III.1.1.1. Kota Surakarta ... III - 84

III.1.1.2. Kabupaten Boyolali ... III - 85

III.1.1.3. Kabupaten Sukoharjo ... III - 86

III.1.1.4. Kabupaten Karanganyar ... III - 87

III.1.1.5. Kabupaten Wonogiri ... III - 88

III.1.1.6. Kabupaten Sragen ... III - 90

III.1.1.7. Kabupaten Klaten ... III - 91

III.1.2. Kondisi Lansia di Solo Raya ... III - 92

III.1.3. Preseden ... III - 94

III.1.3.1. Kondisi Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta

...III - 94

III.1.3.2. Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut “

Aisyiyah “ Kota Surakarta ...III - 103

III.1.3.3. Posyandu lansia di Kabupaten Karanganyar ...III - 107

III.1.3.4. Relevansi Penerapan Pelayanan Lanjut Usia yang ada

(6)

commit to user

xi

Pelayanan Lanjut Usia di wilayah Solo Raya III -

110

III.2. Potensi Kabupaten Karanganyar sebagai Lokasi Perkampungan

Lanjut Usia ... III – 84

III.2.1. Letak Geografis ... III - 112

III.2.2. Curah Hujan ... III - 112

III.2.3. Ketinggian Wilayah ... III - 112

III.2.4. Kependudukan ... III - 113

III.2.5. Kesejahteraan Sosial ... III - 116

III.2.6. Kesehatan ... III - 117

III.2.6.1. Fasilitas Kesehatan ... III - 118

III.2.6.2. Posyandu ... III - 122

III.2.7. Perekonomian ... III - 124

III.2.8. Potensi Wisata ... III - 126

III.3. Interaksi Antara Mekanisme Kondisi Lanjut Usia, Perkampungan,

dan Potensi Karanganyar sebagai Lokasi Perkampungan Lanjut

Usia ...III – 126

III.3.1. Aspek aktivitas ... III - 126

III.3.2. Aspek perwadahan ... III - 128

III.3.3. Aspek permassaan ... III - 129

III.3.4. Aspek Korelasi Interaksi ... III - 130

III.3.4.1. Strutur konstruksi ... III - 130

III.3.4.2. Utilitas ... III - 130

(7)

commit to user

xii

III.3.5. Mekanisme Pendanaan pada Perkampungan Lanjut Usia di

Kabupaten Karanganyar ... III - 132

III.3.6. Mekanisme Pendaftaran Lansia di Perkampungan Lansia di

Kabupaten Karanganyar ... III - 133

BAB IV. PERKAMPUNGAN FASILITAS PELAYANAN LANJUT USIA di WILAYAH SOLO RAYA Dengan PENDEKATAN PSIKOLOGI LANJUT USIA Sebagai FASILITAS PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

IV.1. Identifikasi Perkampungan Lanjut Usia ... IV - 134

IV.1.1. Judul Obyek Rancang Bangun ... IV – 134

IV.1.2. Konsep pendekatan desain ... IV - 134

IV.1.3. Lokasi ... IV - 134

IV.1.4. Status dan kedudukan ... IV - 134

IV.1.5. Klasifikasi ... IV - 134

IV.1.6. Sasaran Pengguna ... IV - 136

IV.1.7. Tujuan tinggal menetap / sementara ... IV - 136

IV.1.8. Tujuan berkunjung ... IV - 136

IV.1.9. Manfaat ... IV - 137

IV.2. Pekampungan Lanjut Usia Sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan,

Spiritual, Produktifitas Dan Wisata Bagi Lanjut Usia ... IV - 138

IV.2.1. Aktivitas Pelayanan Kesehatan ... IV - 139

IV.2.2. Aktivitas Aktivitas Produktifitas ... IV - 139

(8)

commit to user

xiii

IV.2.4. Aktivitas wisata keluarga ... IV - 140

IV.2.5. Aktivitas hunian ... IV - 140

IV.2.6. Aktivitas pengelola dan servis ... IV - 140

IV.3. Perkampungan Lanjut Usia dengan Pendekatan Psikologi Lanjut Usia

... IV -141

IV.4. Kabupaten Karanganyar Sebagai Lokasi Perkampungan Lanjut Usia

... IV -142

BAB V. ANALISA PENDEKATAN KONSEP

V.1. Analisa Pendekatan Konsep ... V - 143

V.1. Analisa Konsep Mikro ... V - 144

V.1.1. Analisa Pelaku, Jenis, dan Pengelompokan Kegiatan .... V - 144

V.1.1.1. Analisa Pelaku ... V - 144

V.1.1.2. Analisa Jenis Kegiatan ... V - 145

V.1.1.3. Analisa Pengelompokan Kegiatan ... V - 148

V.1.2. Analisa Peruangan ... V - 153

V.1.3. Analisa Manifestasi Psikologi Lanjut Usia pada Tata Peruangan

... V - 194

V.2. Analisa Konsep Makro ... V - 240

V.2.1. Konsep Pemilihan dan Pengolahan Site ... V - 241

V.2.2. Analisa Konsep Manajemen Site ... V - 244

V.3. Analisa Konsep Massa ... V - 264

(9)

commit to user

xiv

V.3.2. Konsep Penampilan Bangunan ... V - 269

V.3.3. Konsep Struktur Bangunan ... V - 270

V.3.4. Konsep Utilitas Bangunan ... V - 273

BAB VI. ANALISA PENDEKATAN DESAIN PERKAMPUNGAN

PELAYANAN LANJUT USIA

VI.1. Hirarki Ruang ... VI - 284

VI.2. Hirarki Site ... VI - 288

VI.2.1. Site Terpilih ... VI - 288

VI.2.2. Tata Site ... VI - 298

VI.3. Hirarki Massa ... VI - 319

VI.3.1. Gubahan Massa ... VI - 319

VI.3.2. Ekspresi Massa ... VI - 320

VI.3.3. Ekspresi Ruang ... VI - 325

VI.4. Hirarki Komplementer ... VI - 344

VI.4.1. Struktur Bangunan ... VI - 346

VI.4.2. Utilitas Bangunan ... VI - 197

(10)

commit to user

PERKAMPUNGAN FASILITAS PELAYANAN LANJUT USIA

DI WILAYAH SOLO RAYA DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI

LANJUT USIA

Oleh : Ria Resti Kusuma

I0207020

Perkampungan lanjut usia merupakan wadah / sarana bagi lanjut usia, yang mampu memberikan pelayanan kesehatan, sosial, produktivitas dan spiritual yang memadai bagi lansia.baik dari masyarakat menengah ke bawah maupun menengah ke atas dalam lingkup Solo Raya yang dipusatkan di Kabupaten Karanganyar.

Belum adanya sarana pelayanan lanjut usia untuk menampung jumlah lanjut usia yang semakin tahun semakin meningkat merupakan permasalahan utama dari perancangan Perkampungan Lanjut Usia serta belum adanya prioritas perhatian terhadap lansia terutama di wilayah Solo Raya dimana sarana pelayanan tersebut mempunyai fasilitas pelayanan lengkap dan fasilitas penunjang yang mampu memenuhi kebutuhan lansia serta mampu menyuguhkan nuansa alam di Kabupaten Karanganyar sehingga seiring semakin meningkatnya prioritas perhatian terhadap lansia diasumsikan lansia dapat merasakan kenyamanan seperti berada di rumah mereka sendiri ketika tinggal di dalam perkampungan lanjut usia.

(11)

commit to user

kebutuhan lanjut usia adalah sebuah perkampungan.

(12)

commit to user

ELDERLY CARE FACILITIES SETTLEMENT

in SOLO RAYA AREAS WITH ELDERLY PSYCHOLOGICAL APPROACH

by:

Ria Resti Kusuma I0207020

Older neighborhoods is a container / facilities for the elderly, who can provide health care, social, and spiritual productivity adequate for lansia. from the lower middle and middle to upper within the scope of Solo, which was centered in Karanganyar district.

The absence of elderly care facilities to accommodate the growing number of elderly is increasing year is the main problem of designing Seniors Village and there is no priority attention to the elderly, especially in areas where health facilities Solo is a complete service and have facilities capable of supporting facilities to meet able to serve the needs of the elderly and the natural shades in Karanganyar district so as the increasing priority attention to the elderly is assumed elderly can feel like being in the comfort of their own home while living in older neighborhoods.

Therefore, the elderly require a comfortable, accessible, feel like at home, beautiful, spiritual activities that can accommodate the elderly and well socialized in a society, and can provide a chance to be creative and recreative so seniors can remain productive in old age. Containers are suitable to accommodate all the needs of the elderly is a settlement.

(13)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Perumusan Judul

I. 1. 1. Judul

Perkampungan Fasilitas Pelayanan Lanjut Usia di Wilayah Solo

Raya dengan Pendekatan P sikologi Lanjut Usia

I. 1. 2. Essensi Judul

a. Memberikan wadah bagi lanjut usia baik dari masyarakat menengah ke

bawah maupun menengah ke atas dalam lingkup Solo Raya yang

dipusatkan di Kabupaten Karanganyar.

b. Merupakan sarana yang mampu memberikan pelayanan kesehatan, social,

dan spiritual yang memadai bagi lansia.

c. Mampu menyalurkan produktivitas pada lanjut usia di usia senjanya.

d. Perkampungan memiliki rasa tenggang rasa dan kekeluargaan yang

sangat tinggi dalam kehidupan sosial di masyarakat.

e. Perkampungan lanjut usia berbeda dengan panti wredha, karena

perkampungan memiliki batas berupa alam yang dapat memberikan

kesejukan dan kedamaian bagi masyarakat yang tinggal didalamnya.

f. Perka mpunga n Lanjut Usia dengan pendekatan Psikologi Lanjut Usia

sebagai basis rancang bangun terhadap desain dan lansekap

perkampungan yang aman, nyaman, dan terasa seperti di rumah sendiri

serta menerapkan kearifan lokal arsitektur Solo Raya.

I. 2. LATAR BELAKANG

I. 2. 1. Kondisi Psikologis Lanjut Usia

Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat

(14)

commit to user

a. Penurunan Kondisi Fisik

Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik

yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan

kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada

usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.

Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,

misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang

a. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain rasa tabu atau

malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga

dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan

budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam

kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi seksual

karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya

misalnya cemas, depresi, pikun dan lain sebagainya.

b. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi

proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain

sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.

Sementara fungsi psikomotorik (kognitif) meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga

mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan

(15)

commit to user

c. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.

Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati

hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering

diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan

penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.

Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model

kepribadiannya.

d. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,

gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau

bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,

pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya

sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah

dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang

bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.

Ada beberapa tekanan yang membuat orang usia tua menarik diri

dari kehidupan sosial ( Psikologi : 208 ) :

a) Bila masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mulai lepas

dari peranan dan aktivitas yang telah dijalaninya selama ini.

b) Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik serta mental, membuat

seseorang terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan.

c) Orang – orang yang lebih muda dari mereka, cenderung menjauhi

(16)

commit to user

d) Pada saat kematian semakin mendekat, orang sepertinya ingin

membuang hal yang bagi dirinya tidak bermakna lagi.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya

lansia yang memiliki keluarga (budaya ketimuran) masih sangat

beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak

saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (

memperdulikan ) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi

mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup

membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan

pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,

seringkali menjadi terlantar.

I. 2. 2. Kebutuhan Lanjut Usia

Maslow dalam Koswara (1991) menyatakan bahwa kebutuhan

manusia meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan non fisik.

a. Kebutuhan fisik ( physiological needs ) adalah kebutuhan fisik atau

biologis manusia seperti pangan, sandang, papan, aksesibilitas dan

fasilitas-fasilitas kesehatan.

b. Kebutuhan non fisik ( non physiological needs ) adalah kebutuhan

psikologis dan sosial seperti kebutuhan untuk bermasyarakat atau

berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi

profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya.

Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul adalah gangguan

proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga, dan

gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak acuh,

(17)

commit to user

gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan

berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri sendiri.

Adanya studi kasus yang dilakukan peneliti bahwa lansia merasa

tidak nyaman saat kondisi kesehatan menurun dan lansia sering mengeluh

tidak diperhatikan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan bahwa

dalam kehidupan lansia ternyata sebagian besar orang usia lanjut masih

mampu mengisi hari – hari tuanya dengan berbagai kegiatan seperti kegiatan

keagamaan, mangasuh cucu, memantau pekerjaan sehari – hari, membuat

kerajinan seperti menyulam dan lain – lain. ( BKKBN, 2005, Bersinergi

Dengan Kesehatan, ( www.bkkbn.go.id ) ; ( Biro Pusat Statistik, 2010.

Struktur Penduduk, ( www.datastatistik.indonesia.com )

Menurut konsep univer sal design dalam Deutsche Industrie Norm

dijelaskan bahwa seorang lansia memerlukan ruangan yang lapang atau

barrier free. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam

pergerakan atau aksesibilitas dalam rumah. Aspek fisik rumah tempat lansia

memiliki banyak kebutuhan dalam hidupnya agar dapat hidup dengan mandiri.

Oleh karena itu, lansia membutuhkan suasana yang nyaman,

aksesibel, terasa seperti di rumah sendiri, asri, yang mampu menampung

kegiatan spiritual para lansia maupun bersosialisasi dengan baik dalam

bermasyarakat, serta dapat memberikan wadah untuk berkreasi & rekreatif

sehingga para lanjut usia tetap dapat produktif di usia senjanya.

Wadah yang cocok untuk menampung seluruh kebutuhan lanjut

usia adalah sebuah perkampungan. Dalam suatu perkampungan penataan

hunian biasanya tidak teratur, karena

pada dasarnya hunian muncul atas

kehendak masing – masing orang dan

bukan dalam waktu yang bersamaan.

Ruang komunal juga yang muncul

(18)

commit to user

seiring dengan perkembangan kampung. Fasilitas – fasilitas sosial yang ada di

dalam kampung pun menyatu dengan hunian.

Ruang terbuka yang cukup dan dengan sirkulasi kampung yang

tegas dan majemuk serta jarak bangunan yang rapat dapat memberikan

kenyamanan dan lingkungan yang sehat bagi warganya. Meskipun tingkat

hunian padat namun aspek – aspek privasi masih terjaga, bukan berdasarkan

penataan ruang tapi muncul dari kotak sosial yang terjadi antara penghuni.

Biasanya kontak sosial sering terjadi pada jalur – jalur sirkulasi yang padat.

Apalagi mata pencaharian yang bervariasi memberikan warna pada

kehidupan di perkampungan.

I. 2. 3. Kondisi Lanjut Usia di Wilayah Solo Raya

Kabupaten / Kota Kelompok Umur ( tahun ) Jumlah Total

0 - 14 15 – 64 65+

1. Kota Surakarta

2. Kab. Karanganyar

3. Kab. Sukoharjo

4. Kab. Boyolali

5. Kab. Wonogiri

6. Kab. Klaten

Jumlah Tahun 2005 1.467.878 4.140.087 558.343 6.166.288

Tabel. I. 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia se – Solo Raya

Kabupaten / Kota Kelompok Umur Tahun 2005

(19)

commit to user

Tabel. I. 2. Jumlah Panti Wreda se – Solo Raya

Banyaknya Panti Wreda Menurut Kabupaten / Kota

(20)

commit to user

I. 2. 4. Kondisi Pelayanan Lanjut Usia di Solo Raya

I. 2. 4. 1. Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta

Panti wredha adalah suatu tempat untuk

menampung, merawat, dan pelayanan terhadap para

usia lanjut, sehingga mereka dapat menikmati hari

tuanya dengan rasa aman dan tentram lahir

batinnya. Panti Wredha Dharma Bhakti Kota

Surakarta berlokasi di Jl. Dr. rajiman No. 620

Surakarta atau Barat Pompa Bensin Jongke Pajang.

I. 2. 4. 2. Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut“ Aisyiyah “ Kota

Surakarta

Lanjut usia yaitu jompo yang berusia

minimal 60 tahun khuusnya wanita, tidak

mempunyai penghasilan yang menetap untuk

kebutuhan pokok hidupnya sehari – hari, tidak

ada keturunan langsung, memiliki sanak saudara

dan ada kemauan untuk mendapatkan bantuan

pelayanan dari panti. Yang saat ini berjumlah +

28 orang.

I. 2. 4. 3. Posyandu lansia di Kabupaten Karanganyar

Posyandu lansia di Kabupaten Karanganyar dilakukan sebulan

sekali pada tiap – tiap wilayah lingkungan atau kelurahan di masing –

masing kecamatan yang dibimbing oleh pembimbing wilayah yaitu bidan

Gbr. I. 2. Panti wredha Sumber : Dok. Pribadi

(21)

commit to user

dari Puskesmas. Posyandu lansia di Kelurahan

Karanganyar, Kecamatan Karanganyar ini telah

menjadi percontohan di tingkat Propinsi karena

pelaku yang aktif terutama lansia di kelurahan

tersebut dan aktivitas posyandu yang berjalan

dengan baik. jumlah lansia pada lingkungan

Karanganyar sebanyak + 70 orang.

I. 3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

I. 3. 1. Permasalahan

Permasalahan utama dari perancangan Perka mpunga n Lanjut Usia

antara lain belum adanya sarana pelayanan lanjut usia untuk menampung

jumlah lanjut usia yang semakin tahun semakin meningkat serta belum adanya

prioritas perhatian terhadap lansia terutama di wilayah Solo Raya dimana

sarana pelayanan tersebut mempunyai fasilitas pelayanan lengkap dan fasilitas

penunjang yang mampu memenuhi kebutuhan lansia serta mampu

menyuguhkan nuansa alam di Kabupaten Karanganyar sehingga seiring

semakin meningkatnya prioritas perhatian terhadap lansia diasumsikan lansia

dapat merasakan kenyamanan seperti berada di rumah mereka sendiri ketika

tinggal di dalam perkampungan lanjut usia.

Bagaimana merancang suatu wadah yang dapat menampung semua

aktivitas dan kebutuhan fisik maupun non fisik pada lansia yang mendukung

semua aktivitas di dalamnya dan mampu memberikan pelayanan yang lengkap

bagi lanjut usia?

(22)

commit to user

I. 3. 2. Persoalan

a. Mengidentifikasikan perilaku lanjut usia serta interaksi sosial yang terjadi

guna mencapai kenyamanan bagi para lanjut usia, pengelola, maupun

para pengunjung / keluarga.

b. Merumuskan konsep jenis kegiatan, pola kegiatan, kebutuhan ruang,

besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan, dan persyaratan

lingkungan yang harus dipenuhi.

c. Merencanakan rumusan konsep lokasi dan site Perkampungan Lanjut

Usia.

d. Menentukan ungkapan eksterior, sirkulasi dan fasilitas yang nyaman,

aman dan mudah bagi lanjut usia.

I. 4. TUJUAN DAN SASARAN

I. 4. 1. Tujuan

Merumuskan konsep yang mendasari perencanaan dan perancangan

sebagai landasan membuat desain Perkampunga n La njut Usia yang

mempunyai teknis perancangan yang baik untuk kegiatan fasilitas pelayanan

kesehatan, sosial, spiritual yang memadai bagi lansia dan fasilitas

produktivitas serta kegiatan penunjang lainnya, dalam kedudukan dan

eksistensinya di Kabupaten Karanganyar, dengan poin-poin sebagai berikut:

a. Menyediakan sarana yang memberikan pelayanan kesehatan, sosial, dan

spiritual yang memadai bagi lansia maupun bersosialisasi dengan baik

dalam bermasyarakat.

b. Menyediakan wadah bagi lanjut usia yang memberikan suasana yang

nyaman, aksesibel, terasa seperti di rumah sendiri, dan asri.

c. Menyediakan wadah untuk berkreasi & rekreatif sehingga para lanjut usia

(23)

commit to user

d. Mendapatkan desain bangunan Perkampunga n La njut Usia yang sesuai

dengan Psikologi Lanjut Usia.

e. Mendapatkan desain bangunan dan lansekap perkampungan yang sesuai

dengan karakter dan essensi Perkampungan Lanjut Usia.

I. 4. 2. Sasaran

Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan bangunan

Perkampunga n La njut Usia yang meliputi:

a. Mikro

1) Konsep kegiatan

a) Penentuan jenis kegiatan

b) Proses kegiatan

c) Penentuan penzoningan aktivitas

2) Konsep peruangan

a) Konsep besaran ruang

b) Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang)

c) Konsep persyaratan ruang

d) Konsep pola hubungan dan organisasi ruang

e) Konsep sirkulasi

b. Makro :

1) Konsep pemilihan dan pengolahan site

a) Pemilihan lokasi site

b) Analisis site

c. Massa : Herarki massa meliputi penataan massa, ruang luar serta unsur

pembentuk tampilan bangunan yang dapat mempresentasikan

sebuah Perkampungan La njut Usia.

1) Konsep penampilan bangunan

a) Interior

(24)

commit to user

2) Tampilan Kawasan Site (perancangan lansekap)

a) Vegetasi

b) Hardscape

c) Sanitasi

d) Drainase

3) Konsep struktur bangunan

a) Struktur panggung

4) Konsep utilitas bangunan

a) Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah

b) Sistem MEE

c) Sistem transportasi vertikal

d) Sistem keamanan bangunan ( pemadam kebakaran, penangkal

petir).

I. 4. 3. Manfaat

a. Dengan perencanaan dan perancangan arsitektural yang baik maka akan

dapat menjaga dan memperbaikki kondisi alam serta lingkungan di

Kabupaten Karanganyar.

b. Pada jangka panjang akan mampu melestarikan keanekaragaman vegetasi

yang ditanam pada kawasan bangunan P erkampungan Lanjut Usia.

c. Perka mpunga n Lanjut Usia diharapkan dapat menjadi wadah sosial baru

untuk penduduk di sekitarnya dan tidak menggangu aktivitas penduduk

yang telah terpola sebelum didirikan.

d. Perka mpunga n Lanjut Usia dapat menjadi sarana pelayanan bagi lansia

(25)

commit to user

I. 5. LINGKUP DAN BATASAN

I. 5. 1. Lingkup

a. Pembahasan akan mengarah pada Perka mpunga n Lanjut Usia, serta

fasilitas-fasilitas pendukung dalam kawasan tersebut.

b. Pembahasan menitik-beratkan pada hal-hal dan masalah di sekitar disiplin

ilmu Arsitektur serta hal-hal lain yang berpengaruh terhadap perencanaan

dan perancangan Perkampungan La njut Usia:

1) Fungsi utama bangunan dan kawasan sebagai wadah fasilitas

pelayanan yang lengkap bagi lanjut usia di wilayah Solo Raya.

2) Fungsi sekunder bangunan dan kawasan sebagai sarana rekreasi dan

sosial bagi pengunjung Perkampungan La njut Usia.

c. Hal-hal di luar ilmu arsitektur dalam perencanaan bangunan

Perka mpunga n Lanjut Usia seperti karakter dan perilaku lanjut usia,

kebutuhan lanjut usia, jumlah lanjut usia di wilayah Solo Raya dan

sebagainya akan menjadi pertimbangan awal untuk memahami kondisi

dan kebutuhan lanjut usia akan Perkampungan Lanjut Usia yang

selanjutnya menjadi pertimbangan dalam proses perencanaan.

d. Pembahasan mengacu pada sasaran yang berupa tinjauan serta analisa

yang akhirnya akan menghasilkan konsep berupa penyelesain masalah.

I. 5. 2. BATASAN

a. Berpedoman pada tujuan dan sasaran yang telah ditentukan

b. Pembatasan lanjut usia yang akan diwadahi yaitu pada lanjut usia yang

terlantar, kurang mendapat perhatian, tidak memiliki anak maupun sanak

keluarga, dan lanjut usia yang membutuhkan perawatan dan hunian

sementara. Sehingga lanjut usia yang diwadahi yaitu dari keluarga

menengah ke bawah hingga menengah ke atas.

c. Pembahasan jenis kegiatan yang diwadahi dibatasi pada kegiatan yang

(26)

commit to user

d. Masalah pembiayaan dianggap tidak dipermasalahkan.

I. 6. STRATEGI DESAIN

Metode dan strategi rancang bangun yang digunakan dalam

penyusunan konsep perencanaan dan perancangan kawasan bangunan

Perkampungan Pelayanan Lanjut Usia di Wilayah Solo Raya dengan

Pendekatan Psikologi Lanjut Usia, adalah sebagai berikut :

I. 6.1. Pemahaman Esensi

Langkah utama yang dilakukan untuk mendesain Perkampungan

Lanjut Usia di Kabupaten Karanganyar sebagai Fasilitas Pelayanan Lanjut

Usia di Wilayah Solo Raya adalah dengan memahami essensi dari judul

tersebut kemudian diterapkan pada perancangan kawasan bangunan dan

lansekap alam di sekitar kawasan dengan memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan lanjut usia baik kebutuhan-kebutuhan fisik maupun non fisik yang sesuai di

Kabupaten Karanganyar serta dapat menampilkan karakter Perka mpungan

La njut Usia yang nyaman, aksesibel, terasa seperti di rumah sendiri, dan

asri.

Perka mpunga n Lanjut Usia merupakan wadah yang diperuntukan

bagi lanjut usia baik dari masyarakat menengah ke bawah maupun

menengah ke atas dalam lingkup Solo Raya yang mampu memberikan

fasilitas pelayanan yang memadai antara lain pelayanan kesehatan, sosial,

spiritual, dan produktivitas pada lansia di dalam suatu wadah perkampungan

dengan menggunakan pendekatan Psikologi Lanjut Usia terhadap

(27)

commit to user

I. 6.2. Psikologi Lanjut Usia sebagai Basis Rancang Bangun terhadap

Perkampungan Lanjut Usia

Proses menua ( lansia ) adalah proses alami yang disertai adanya

penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi

satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah

kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Perkampunga n Lanjut Usia merupakan wadah yang mampu memenuhi

seluruh kebutuhan fisik maupun psikis lansia. Oleh karena itu, desain

Perkampungan Lanjut Usia menggunakan pendekatan Psikologi Lanjut Usia

yang diharapkan lansia yang tinggal ataupun berada didalam perkampungan

dapat merasakan kenyamanan, kemudahan, keamanan, dan kemandirian bagi

lansia di usia senjanya.

I. 6. 3. Interaksi antara Pemahaman Esensi dan Psikologi Lanjut Usia terhadap

Rancang Bangun Perkampungan Lanjut Usia

Pemahaman dari beberapa esensi mengenai Perkampungan Lanjut

Usia merupakan hal yang sangat penting sebagai dasar perencanaan dan

perancangan suatu bangunan dan kawasan perkampungan. Konsep pendekatan

Psikologi Lanjut Usia dapat diaplikasikan pada penataan siteplan, desain

kawasan perkampungan, sirkulasi bangunan dan kawasan, fasilitas – fasilitas

penunjang dan lansekap perka mpunga n agar mendapatkan desain suatu

kawasan perka mpungan yang sinergis sesuai dengan essensi Perkampungan

(28)

commit to user

I. 6. 4. Efek dari Strategi Desain

Strategi rancang bangun yang direncanakan terhadap kawasan

bangunan Perkampungan Lanjut Usia di wilayah Solo Raya menekankan

pada penerapan prinsip – prinsip psikologi Lanjut usia yang digunakan

sebagai orientasi utama sistem peruangan dan site, yang meliputi :

Skema 1. 1 Perumusan judul

Sumber : analisis pribadi

Kondisi lanjut usia Mekanisme perkampungan

Kondisi lanjut usia

Di Solo Raya

Ka bupaten Karanganyar

Psikologi La njut Usia

“ P erka mpunga n P elayanan Lanjut Usia di Wilayah SoloRaya dengan Pendekatan

(29)

commit to user

a. Merencanakan konsep Perka mpungan Lanjut Usia sesuai dengan

essensinya, yaitu sebagai sarana yang mampu memberikan pelayanan

kesehatan, sosial, dan spiritual yang memadai bagi lansia, meliputi:

1) Konsep kegiatan user

2) Fasilitas pelayanan

3) Fasilitas penunjang

4) Pemilihan lokasi site yang tepat di Kabupaten Karanganyar

b. Menerapkan aplikasi essensi pada Perka mpunga n Lanjut Usia yang

selaras dengan kearifan lokal di lingkungan site yaitu dalam aspek-aspek

berikut :

1) Aspek mikro ( Peruangan )

Peruangan pada bangunan dan kawasan perkampungan direncanakan

berdasarkan kebutuhan dan psikologi para lansia yang berada di

dalam perkampungan. Meliputi:

a) Peruangan, karakter ruang, karakter akustik serta fungsi ruang

terhadap kegiatan lanjut usia didalam Perkampunga n La njut Usia.

b) Psikologi lanjut usia dan penerapan prinsip – prinsipnya terhadap

ruang.

c) Aplikasi penerapan prinsip desain psikologi lanjut usia terhadap

kelompok ruang untuk Lanjut usia meliputi kelompok hunian,

pelayanan kesehatan, produktivitas, spiritual sebagai orientasi

dalam perencanaan site.

2) Aspek makro ( Penataan Site )

Penataan site didasarkan pada kriteria hunian bagi lansia dan

berdasarkan RTRW Kabupaten Karanganyar khususnya Kecamatan

(30)

commit to user

3) Aspek massa

a) Penampilan bangunan

b) Struktur bangunan

c) Lansekap

d) Utilitas

c. Manifestasi konsep Perkampungan Lanjut Usia ke dalam desain hingga

menuju grand product yaitu:

1) Siteplan

2) Denah

3) Tampak Fasad

4) Eksterior dan Interior

Skema 1. 2 Strategi Desain

(31)

commit to user

I. 7. SISTEMATIKA DAN KERANGKA/POLA PIKIR

I. 7. 1. Sistematika Pembahasan

TAHAP I Pendahuluan

Pembahasan mengenai pendahuluan meliputi judul, pengertian

judul, latar belakang, perumusan permasalahan dan persoalan,

tujuan dan sasaran, metodologi pembahasan, dan sistematika

pembahasan.

TAHAP II Tinjauan Pustaka

Mengemukakan beberapa tinjauan yang berkaitan dengan lanjut

usia dan bentuk pewadahannya berupa Perkampungan La njut

Usia, serta teori-teori mengenai psikologi lanjut usia.

TAHAP III Tinjauan Solo Raya dan Kabupaten Karanganyar sebagai Lokasi

Perkampungan Lanjut Usia

Melakukan tinjauan umum wilayah Solo Raya mengenai

keberadaan lanjut usia dan jumlah lanjut usia, dan juga mengenai

kondisi pelayanan terhadap lanjut usia yang sudah ada di Solo

Raya. Pembahasan mengenai data fisik dan non fisik Kabupaten

Karanganyar meliputi Luas wilayah, Kondisi lingkungan

masyarakat, dan peraturan yang mendukung mengenai

Perka mpungan Lanjut Usia di Kabupaten Karanganyar.

TAHAP IV Perencanaan Perka mpungan La njut Usia

Merumuskan Perka mpungan La njut Usia, sebagai pusat kegiatan

pelayanan bagi lanjut usia di wilayah Solo Raya yang berlokasi

(32)

commit to user

TAHAP V Analisa Pendekatan Konsep

Mengungkapkan analisa perancangan sebagai usaha pemecahan

masalah dengan meninjau tujuan dan sasaran yang akan dicapai.

TAHAP VI Analisa Pendekatan Desain

Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang

merupakan hasil akhir dari proses analisa untuk kemudian

(33)
(34)

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II. 1. LANJUT USIA

II. 1. 1. Kajian Lanjut Usia

II. 1. 1. 1. Pemahaman Lanjut Usia

Menurut BKKBN dalam buku Bersinergi Dengan Kesehatan, Usia

lanjut adalah seseorang yang sudah berusia di atas 60 tahun. Pada

umumnya memiliki tanda – tanda terjadinya penurunan fungsi – fungsi

biologis, psikologis, dan ekonomi. Pengertian lain dari lansia adalah

periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan

fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada

beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang

menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia

(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses

menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut

usia.

Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ

tubuh. Pada periode ini kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

ataupun mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya akan

perlahan-lahan menurun sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

(35)

commit to user

II. 1. 1. 2. Kondisi Lanjut Usia di Indonesia

Usia lanjut dan proporsinya dalam Negara industri di dunia

semakin bertambah dalam abad ini. Sementara sumber data dari World

Bank tahun 1994 membeberkan usia harapan hidup rata – rata penduduk

Indonesia di tahu 1960 hanyalah 46 tahun, tetapi di tahun 1990 usia

harapan hidup melonjak menjadi 56 tahun, sedangkan di tahun 1994

adalah 62 tahun. Lantas di tahun 2000 meningkat lagi menjadi minimal 70

tahun. ( Gallo, J.J., Reichel, W., Andesen,L.M. 1998. Gerontologi ).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2007,

jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah

tersebut, 14 % diantaranya berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

atau merupakan daerah yang paling tinggi jumlah lansianya, disusul

provinsi Jawa Tengah ( 11,16% ), Jawa Timur ( 11,14% ), dan Bali (

11,02% ). Pada tahun 2010 hingga 2020 jumlah lansia diperkirakan naik

mencapai 11,34% dari jumlah penduduk di Indonesia. ( Biro Pusat

Statistik, 2010. Struktur Penduduk )

Sebenarnya, terobosan sudah dilakukan serta kepedulian dan

komitmen pemerintah sudah cukup banyak. Kementerian Sosial

(Kemensos) sudah menguji coba, jaminan sosial lanjut usia dari tahun ke

tahun ditingkatkan. Namun , dilihat dari jumlah yang mendapat jaminan

sosial yang mencakup 12 ribu orang dibandingkan yang telantar, hanya

sedikit yang mendapat jaminan sosial. Kemudian, jaminan kesehatan

masyarakat (Jamkesmas) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tanpa

bayar termasuk bagi lansia telantar. Tapi, jumlahnya pun sangat terbatas.

Terbitnya Undang-Undang (UU) Nomor 13/1998 tentang

Kesejahteraan Lansia juga cermin bahwa pemerintah itu berupaya

meningkatkan kesejahteraan lansia. Pasal 25 UU 13/1998 juga

(36)

commit to user

mengoordinasikan antara masyarakat dan pemerintah, yaitu Komnas

Lansia. Tugasnya membantu Presiden meningkatkan kesejahteraan lansia,

dan memberikan saran dan pertimbangan tentang penyusunan kebijakan di

bidang lansia. Tetapi, hasil penelitan dan pengkajian Komnas Lansia ke

daerah-daerah, menunjukkan bahwa penanganan lansia belum

menggembirakan, belum memuaskan, dan masih sangat terbatas.

II. 1. 1. 3. Perlakuan Terhadap Lanjut Usia

Sesuai dengan kebudayaan kita, agar lansia itu tetap dihormati

martabatnya, diupayakan agar bisa beraktivitas, seperti baca, mengetik,

memelihara taman, dan lain sebagainya. Tentu saja kalau usia senja itu,

kegiatan kerohanian tetap diutamakan. Agama atau kepercayaan makin

terintegrasi dalam kehidupannya lansia. Lansia makin matur dalam

kehidupan keagamannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak

dalam sehari – hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut

Folwer ( 1978 ), Univer salizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara

mencintai keadilan.

Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia

yang sudah tidak produktif lagi . Kondisi fisik rata-rata sudah menurun ,

sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit

sudah siap untuk menggerogoti mereka . Dengan demikian di usia lanjut ini

terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa

umur menunggu datangnya kematian . Menurut Lita L . Atkinson ,

sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut ( usia 70 - 79 tahun )

(37)

commit to user

aktifitas yang positif . Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka

memperoleh bimbingan semacam terapi psikologi .

Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam

pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya

kematian .Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi ,

maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress , putus asa , ataupun

pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah.Dalam

kasus-kasus seperti ini , umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan

sebagai penyelamat . Sebab melalui ajaran pengamalan agama , manusia

usia lanjut merasa memperoleh tempat bergantung.

II. 1. 1. 4. Batasan Usia Lanjut

Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu

dipertimbangkan yaitu Aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial

(BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk

yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai

dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap

serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan

terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai

beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa

(38)

commit to user

yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali

dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Secara sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok

sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata

sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka

terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan

serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun.

Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang –

undang No. 13 / 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut adalah sebagai

berikut : usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke

atas. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), lanjut usia

dikelompikan menjadi :

a. Usia pertengahan ( middle age ) : kelompok usia 45 – 59 tahun.

b. Lanjut usia ( ederly ) : antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua ( old ) : antara 75 dan 90 tahun

d. Usia sangat tua ( very old ) : diatas 90 tahun.

Menurut Dra. Ny Jos Masdani ( psikolog UI ) lanjut usia merupakan

kelanjutan dari usia dewasa dimana dibagi menjadi menjadi empat bagian :

a. Fase iuventus ( 25 – 40 tahun

b. Fase feliritas ( 40- 50 tahun )

c. Fase prasenium ( 55 – 65 tahun )

d. Fase senium ( 65 hingga tutup usia )

Menurur Linda L. Davidoff dalam buku Psikologi ( 1991: 102 ) lanjut usia dibagi dalam dua tahap, yaitu :

a. Usia tua dini : 65- 75 tahun

(39)

commit to user

II. 1. 1. 5. Karakteristik Lanjut Usia

Penyebab fisik yang mempengaruhi perubahan – perubahan dalam

kemapuan motorik meliputi menurunnya kekuatan dan tenaga yang

biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi karena bertambahnya usia,

menurunnya kekuatan otot, gemetar pada tangan, kepala, dan rahang

bawah. Penyebab psikologis yang mempengaruhi dalam kemampuan

motorik berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan rendah

diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti

kekuatan, ketrampilan, dan kecepatan. Tekanan emosional yang berasal

dari sebab – sebab psikologis dapat mempercepat perubahan kemampuan

motorik atau menurunnya motivasi untuk mencoba melakukan sesuatu

yang masih dapat dilakukan ( Harlock, 2004 ).

Masalah psikologis pada lanjut usia menurut Nuhriawangsa dan

Sudiyanto (1998) adalah

a. Menerima pandangan klise orang tentang lanjut usia. Persepsi

memburuk bahwa tidak mampu berbuat apapun dan membuat

cenderung mengisolasi diri.

b. Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola kehidupannya.

c. Muncul pemikiran pada Lanjut usia bahwa proses mereka dalam

prpses penurunan. Misalnya sangat pelupa, kesulitan menerima hal

baru, dan lain sebagainya.

d. Merasa tidak tahan dengan tekanan, perasaan ini akan membentuk

mental mereka tertidur dan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu

lama untuk mengerjakan hal tertentu sehingga menarik diri dari segala

kegiatan.

e. Perasaan bersalah karena menganggur adanya kebutuhan untuk

(40)

commit to user

f. Sikap ingin aktif terlihat secara sosial, membuat sikap mudah curiga,

menuntut perhatian berlebihan, atau mengasingkan diri, murung, tak

berguna, rendah diri dan apatis.

Ciri usia lanjut sehat dan bahagia menurut Nuhriawangsa dan

Sudiyanto dalam makalah seminar, Psikiatri Geriarti, antara lain :

a. Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena masalah

hidupnya bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialami

sebagai bagian dari hidupnya yang tak perlu disesali dan justru

mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.

b. Memiliki integritas pribadi yang baik berupa konsep diri yang tepat

dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimiliki.

c. Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada

diantara orang – orang yang memiliki kedekatan emosi dengannya,

yang memberikan perhatian dan kasih sayang yang membuat dirinya

masih diperlukan dan dicintai.

d. Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik didukung oleh

kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat

e. Memiliki keamanan financial yang memungkinkan hidup mandiri,

tidak menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari – hari.

f. Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri sehingga dapat

menentukan nasibnya sendiri tak bergantung orang lain hal ini dapat

(41)

commit to user

II. 1. 1. 6. Permasalahan Pada Lanjut Usia

Dalam buku Panduan Gerontologi, berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain

permasalahan umum dan permasalahan khusus yang dihadapi oleh lansia.

a. Permasalahan umum antara lain :

1) Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis

kemiskinan.

2) Makin lemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.

3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional

pelayanan lanjut usia.

5) Serta belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

b. Permasalahan khusus antara lain :

1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat munculnya masalah

baik fisik, mental maupun sosial.

2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia .

3) Rendahnya produktivitas kerja lansia.

4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.

5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistic.

6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

(42)

commit to user

II. 1. 1. 7. Perubahan pada Usia Lanjut

a. Perubahan – perubahan fisik pada usia lanjut merupakan perubahan

dari tingkat sel sampai ke semua system organ tubuh diantaranya :

1) sistem pernafasan,

2) pendengaran,

3) penglihatan,

4) kardiovaskuler,

5) sistem pengaturan temperatur tubuh,

6) sistem respirasi,

7) muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria, endoskrin dan

integument.

b. Perubahan - perubahan mental yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu

1) perubahan fisik khususnya organ perasa,

2) kesehatan umum,

3) tingkat pendidikan,

4) keturunan ( hereditas ),

5) lingkungan,

6) gangguan syaraf panca indera,

7) timbul kebutaan dan ketulian,

8) gangguan gizi akibat hilangnya jabatan

c. Perubahan – perubahan psikososial :

1) Pensiun : nilai sesorang sering diukur oleh produktivitasnya dan

identitas dikaitkan dengan peranan dalam jabatan.

2) Merasakan atau sadar akan kematian.

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

(43)

commit to user

4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan

5) Meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,

bertambahnya biayta pengobatan.

6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

7) Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.

8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu hilangnya hubungan dengan

teman – teman dan keluarga

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik seperti perubahan

terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perkembangan spiritual

1) Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan

(Maslow, 1970)

2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari – hari ( Murray

dan Zentner, 1970 )

3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer ( 1978

), perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan

bertindak dengan cara pemberian contoh cara mencintai keadilan.

4) Agama adalah merupakan faktor penting dalam penyesuaian pada

masa tua. (Moberg dalam Hurlock, 1999).

5) Individu yang berusia 60 tahun ke atas menemukan bahwa agama

merupakan faktor terpenting yang membantu lansia mengatasi

stress ( Lowry & Conco, 2002 ).

6) Agama dapat memenuhi kebutuhan psikologis yang penting pada

lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan

mempertahankan perasaan berharga dan penting dalam kehidupan,

dan menerima kekurangan di masa tua ( Daaleman, Perera &

(44)

commit to user

II. 1. 1. 8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan

Setiap manusia pasti akan mengalami masa tua. Ketuaan sendiri

dipengaruhi beberapa faktor antara lain

a. hereditas ( ketuaan genetis ),

b. nutrisi,

c. status kesehatan,

d. pengalaman hidup,

e. lingkungan,

f. stress.

II. 1. 1. 9. Kesehatan Lanjut Usia

a. Faktor Fisik dan Psikis Lanjut Usia

Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia.

Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai

menurun pada tahap-tahap tertentu (Prasetyo,1998). Kemunduran fisik

ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti :

1) Gangguan pada sirkulasi darah, persendian, dan system pernafasan

2) Neurologik

3) Metabolik

4) Neoplasma

5) Mental

Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah

1) Mudah letih

2) Mudah lupa

3) Gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra

4) Menurunnya konsentrasi

Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998)

(45)

commit to user

dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran,

penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.

Sedangkan masalah kesehatan jiwa ( psikis ) lansia yang sering muncul

adalah :

1) Gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung,

dan curiga.

2) Gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak

acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi

gangguan pola tidur, gangguan makan dan minum.

3) Gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan berhubungan

dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri sendiri.

b. Penyakit pada Lanjut Usia

Menurut “ The National Old People’s Welfare Council “ di

Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada

lanjut usia, yakni

1) Depresi mental

2) Gangguan pendengaran

3) Bronchitis kronis

4) Gangguan pada tungkai / sikap berjalan

5) Gangguan pada koksa / sendi panggul

6) Anemia

7) Demensia

c. Prinsip – Prinsip Olahraga pada Lanjut Usia

Prinsip – prinsip olahraga pada lanjut usia menurut Nugroho

dalam buku Keperawatan Gerontik antara lain komponen kesegaran

(46)

commit to user

1) Ketahanan kardio-pulmonal

2) Kelenturan ( fleksibilitas )

3) Kekuatan otot, dan komposisi tubuh ( lemak jangan berlebihan )

4) Selalu memperhatikan keselamatan, latihan teratur dan tidak terlalu

berat

5) Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan

6) Latihan dianjurkan dalam dosis berjenjang

7) Hindari pertandingan

8) Berolahraga agar tetap sehat dan segar, 2-3 kali seminggu

d. Posyandu Lanjut Usia

Posyandu lansia / kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu

bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat atau /UKBM

yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu

sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Sedangkan

sasaran langsung Posyandu Lansia adalah

1) Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)

2) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)

3) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)

Sedangkan sasaran tidak langsung dari posyandu lansia adalah

keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak

dalam pembinaan usia lanjut, dan masyarakat luas.

Tujuan dari Posyandu Lansia adalah meningkatkan derajat

kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia

dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksitensinya

(47)

commit to user

akan pentingnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas agar selama

mungkin tetap mandiri dan berdaya guna.

Jenis pelayanan yang diberikan di Posyandu Lansia, antara lain:

1) Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living,

meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum,

berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil

dan besar.

2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan

mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit (

bisa dilihat KMS usia lanjut)

3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh

4) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan

stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau

Cuprisulfat.

6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal

adannya penyakit gula.

7) Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai

deteksi awal adanya penyakit ginjal.

8) Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau

ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.

9) Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam

rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai

dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau

(48)

commit to user

10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia

lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan

kesehatan masyarakat.

II. 1. 1. 10. Psikologi pada Lanjut Usia

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah

kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri

yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari

segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis,

sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6). Adapun

beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi

kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :

a. Kesehatan Jiwa Lanjut Usia

1) Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai

dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (

multiple pathology ), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan

lain sebagainya.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah

memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat

ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan

fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat

menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.

Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi

fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan

(49)

commit to user

tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang

bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu

mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur,

istirahat dan bekerja secara seimbang.

2) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi sosial pada Lanjut usia

sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti :

a) Gangguan jantung

b) Gangguan metabolism, missal diabetes mellitus

c) Vaginitis

d) Baru selesai operasi : missal : prostatektomi

e) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau

nafsu makan sangat kurang

f) Penggunaan obat – obat tertentu, seperti antihipertensi,

golongan steroid, tranquilizer.

Sedangkan faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual

pada lansia

b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta

diperkuat oleh tradisi dan budaya

c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam

kehidupannya

d) Pasangan hidup telah meninggal

e) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah

kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan

(50)

commit to user

3) Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia

mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.

a) Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin

lambat.

b) Sementara fungsi psikomotorik (kognatif) meliputi hal-hal

yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti

gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia

menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia

juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan

dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut

dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia sebagai

berikut:

a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Constr uction per sonalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan

mantap sampai sangat tua.

b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent per sonality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindr ome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang

dapat memberikan otonomi pada dirinya.

c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent per sonalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga,

apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa

lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal

maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana,

(51)

commit to user

d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility per sonality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas

dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang

tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan

kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate per sonalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya

sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah

dirinya.

4) Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa

pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia

dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam

kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering

diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan,

peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang

memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model

kepribadiannya.

5) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran,

penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan

fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya

menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan

kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.

Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka

melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup,

(52)

commit to user

Ada beberapa tekanan yang membuat orang usia tua

menarik diri dari kehidupan sosial ( Psikologi : 208 ) :

a) Bila masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mulai

lepas dari peranan dan aktivitas yang telah dijalaninya selama

ini.

b) Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik serta mental,

membuat seseorang terlalu memikirkan diri sendiri secara

berlebihan.

c) Orang – orang yang lebih muda dari mereka, cenderung

menjauhi mereka.

d) Pada saat kematian semakin mendekat, orang sepertinya ingin

membuang hal yang bagi dirinya tidak bermakna lagi.

Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak

untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus

muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,

mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek

dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti

anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada

umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita

(budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota

keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat

umumnya ikut membantu memelihara (peduli) dengan penuh

kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak

punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau

punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya

sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,

(53)

commit to user

b. Kebutuhan Hunian pada Usia Lanjut

Menurut konsep univer sal design dalam Deutsche Industr ie Nor m dijelaskan bahwa seorang lansia memerlukan ruangan yang lapang atau barrier free. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi

lansia, terutama dalam pergerakan atau aksesibilitas dalam rumah.

Aspek fisik rumah tempat Lansia memiliki banyak kebutuhan dalam

hidupnya agar dapat hidup dengan mandiri. Kebutuhan ini sejalan

dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991) yang menyatakan

bahwa kebutuhan manusia meliputi kebutuhab fisik dan kebutuhan

non fisik.

1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, dan

fasilitas-fasilitas kesehatan.

2) Sedangkan kebutuhan non fisik (non physiological needs) adalah kebutuhan psikologis dan sosial seperti kebutuhan untuk

bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui

paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan

hobby dan sebagainya.

Di negara-negara maju, pelayanan kelompok lanjut usia

dilakukan dalam ruangan khusus, bahkan rumah sakit khusus dan

perkampungan khusus. Umumnya lanjut usia dihadapkan pada

masalah hunian. Hunian mereka tidak lagi menunjang kegiatan

mereka, hal ini terlihat pada :

1) Luasan ruang-ruang pada hunian ( ketika hunian tersebut

ditempati beberapa keluarga )

2) Lokasi kamar yang berjauhan dengan lokasi kamar mandi

3) Keadaan kamar mandi yang mempersulit

4) Peil lantai yang berbeda-beda

(54)

commit to user

6) Alur sirkulasi hunian terhadap fasilitas-fasilitas di lingkungan

sekitar

Standar lokasi site hunian Lanjut usia menurut Time Saver

Standard for Building , John Hancock & Joseph De Chiara, 1985.

Antara lain :

1) Permukaan tanah sebaiknya cenderung rata untuk memudahkan

berjalan

2) Lokasi sebaiknya tidak berada ditempat dengan lalu lintas yang

padat

3) Lokasi harus dekat dengan fasilitas umum

4) Fasilitas umum harus mudah dijangkau

5) Transportasi umum harus mudah didapatkan

6) Lokasi sebaiknya tidak berbatasan langsung dengan sekolah,

tempat bermain anak atau remaja

7) Site mempunyai luasan yang cukup dengan area luar ruang yang

cukup

c. Psikologi Arsitektur

1) Pengertian dan Tujuan Psikologi Arsitektur

Istilah Psikologi Arsitektur mengidentifikasikan

arsitektur sebagai roh. Psikologi Arsitektur adalah sebuah bidang

studi yang mempelajari hubungan antara lingkungan binaan dan

perilaku manusia, dimana keduanya saling mempengaruhi satu

terhdap yang lainnya. Lingkungan manusia baik yang alami,

maupun yang binaan, memiliki pengaruh besar terhadap

perasaan, perilaku, masalah – masalah kesehatan secara umum

dan produktivitas. Psikologi arsitektur bertujuan untuk mengatasi

Gambar

Tabel. I. 2. Jumlah Panti Wreda se – Solo Raya
Tabel . II. 1. Arti warna secara psikologis
Gambar . II. 1. Macam tekstur
Tabel. III. 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kabupaten Boyolali Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memberikan pengertian mengenai definisi tentang Informasi dalam undang-undang Rahasia Dagang tidak dijelaskan sama sekali, bagaiman bentuk informasi yang dimaksud

Mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan pemecahan masalah antara mahasiswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan diktat dan dengan menggunakan multimedia animasi

Variabel kreativitas mempunyai pengaruh secara parsial yang positif dan signifikan terhadap variabel kinerja pemasaran pada pedagang pakaian jadi di Pasar Kliwon

Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis

premature loss gigi molar desidui pada pasien Ortodonsia di RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2014 dan untuk mengetahui prevalensi premature loss gigi molar desidui pada pasien

Dalam hal pemasangan titik dasar teknik dilakukan untuk pengikatan bidang tanah dan bidang tanah tersebut belum mempunyai lembar peta dasar

bahwa Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah

• Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Olahraga khususnya POR A1 selaku teman seperjuangan studi S2 UNNES semoga sukses selalu.. Pengaruh Latihan Koordinasi Mata-Kaki-Tangan dan Tingkat