commit to user
PERKAMPUNGAN FASILITAS PELAYANAN LANJUT USIA
Di WILAYAH SOLO RAYA Dengan PENDEKATAN
PSIKOLOGI LANJUT USIA
Disusun oleh : RIA RESTI KUSUMA
NIM. I 0207020
DOSEN PEMBIMBING : Ir. Bambang Triratma, MT. NIP. 19640616 198903 1 002 Ir. Maya Andria Nirawati, M. Eng.
NIP. 19600513 198803 2 001
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
commit to user
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xxvii
DAFTAR SKEMA ... xxxi
DAFTAR GRAFIK ... xxxiv
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Judul ... I - 1
I.1.1. Esensi Judul ... I - 1
I.2. Latar Belakang ... I – 1
I.2.1. Kondisi Psikologis Lanjut Usia ... I - 1
I.2.2. Kebutuhan Lanjut Usia ... I - 4
I.2.3. Kondisi Lanjut Usia di Wilayah Solo Raya ... I - 6
I.2.4. Kondisi Pelayanan Lanjut Usia di Solo Raya ... I - 8
commit to user
viii
I.2.4.2. Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut“
Aisyiyah “ Kota Surakarta ... I - 8
I.2.4.3. Posyandu lansia di Kabupaten Karanganyar ... I - 8
I.3. Permasalahan dan Persoalan ... I - 9
I.3.1. Permasalahan ... I -9
I.3.2. Persoalan ... I - 10
I.4. Tujuan dan Sasaran ... I - 10
I.4.1. Tujuan ... I - 10
I.4.2. Sasaran ... I - 11
I.4.3. Manfaat ... I - 11
I.5. Lingkup dan Batasan ... I - 13
I.5.1. Lingkup ... I - 13
I.5.2. Batasan ... I - 13
I.6. Strategi Desain ... I - 14
I.6.1. Pemahaman Esensi ... I - 14
I.6.2. Psikologi Lanjut Usia sebagai Basis Rancang Bangun terhadap
Perkampungan Lanjut Usia ... I - 15
I.6.3. Interaksi antara Pemahaman Esensi dan Psikologi Lanjut Usia
terhadap Rancang Bangun Perkampungan Lanjut Usia ... I - 15
I.6.4. Efek dari Strategi Desain ... I - 16
I.7. Sistematika dan Kerangka Pola Pikir ... I - 19
commit to user
ix BAB II. KAJIAN PUSTAKA
II.1. Lanjut Usia ... II - 21
II.1.1. Kajian Lanjut Usia ... II - 21
II.1.1.1. Pemahaman Lanjut Usia ... II - 21
II.1.1.2. Kondisi Lanjut Usia di Indonesia ... II - 22
II.1.1.3. Perlakuan Terhadap Lanjut Usia ... II – 23
II.1.1.4. Batasan Usia Lanjut ... II - 24
II.1.1.5. Karakteristik Lanjut Usia ... II - 26
II.1.1.6. Permasalahan Pada Lanjut Usia ... II - 28
II.1.1.7. Perubahan pada Usia Lanjut ... II - 29
II.1.1.8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan .. II - 31
II.1.1.9. Kesehatan Lanjut Usia ... II - 31
II.1.1.10. Psikologi pada Lanjut Usia ... II - 35
II.1.1.11. Deskripsi Partial Relevansi Kondisi Lanjut Usia
Terhadap Esensi Rancang Bangun ... II - 53
II.2. Mekanisme Perkampungan ... II - 64
II.2.1. Kajian Perkampungan ... II - 64
II.2.1.1. Pemahaman tentang Perkampungan ... II - 64
II.2.1.2. Pola Kehidupan Sosial ... II - 64
II.2.1.3. Ciri – Ciri Fisik Kampung ... II - 66
II.2.1.4. Preseden ... II - 67
II.2.1.5.Deskripsi Partial Relevansi Mekanisme
Perkampungan Terhadap Esensi Rancang Bangun ..
commit to user
x
II.2.1.6. Interaksi Antara Kondisi Lanjut Usia Di
Perkampungan ... II - 76
BAB III. TINJAUAN SOLO RAYA Dan KABUPATEN KARANGANYAR Sebagai LOKASI PERKAMPUNGAN LANJUT USIA
III.1. Tinjauan Solo Raya ... III – 84
III.1.1. Kondisi Solo Raya ... III - 84
III.1.1.1. Kota Surakarta ... III - 84
III.1.1.2. Kabupaten Boyolali ... III - 85
III.1.1.3. Kabupaten Sukoharjo ... III - 86
III.1.1.4. Kabupaten Karanganyar ... III - 87
III.1.1.5. Kabupaten Wonogiri ... III - 88
III.1.1.6. Kabupaten Sragen ... III - 90
III.1.1.7. Kabupaten Klaten ... III - 91
III.1.2. Kondisi Lansia di Solo Raya ... III - 92
III.1.3. Preseden ... III - 94
III.1.3.1. Kondisi Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta
...III - 94
III.1.3.2. Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut “
Aisyiyah “ Kota Surakarta ...III - 103
III.1.3.3. Posyandu lansia di Kabupaten Karanganyar ...III - 107
III.1.3.4. Relevansi Penerapan Pelayanan Lanjut Usia yang ada
commit to user
xi
Pelayanan Lanjut Usia di wilayah Solo Raya III -
110
III.2. Potensi Kabupaten Karanganyar sebagai Lokasi Perkampungan
Lanjut Usia ... III – 84
III.2.1. Letak Geografis ... III - 112
III.2.2. Curah Hujan ... III - 112
III.2.3. Ketinggian Wilayah ... III - 112
III.2.4. Kependudukan ... III - 113
III.2.5. Kesejahteraan Sosial ... III - 116
III.2.6. Kesehatan ... III - 117
III.2.6.1. Fasilitas Kesehatan ... III - 118
III.2.6.2. Posyandu ... III - 122
III.2.7. Perekonomian ... III - 124
III.2.8. Potensi Wisata ... III - 126
III.3. Interaksi Antara Mekanisme Kondisi Lanjut Usia, Perkampungan,
dan Potensi Karanganyar sebagai Lokasi Perkampungan Lanjut
Usia ...III – 126
III.3.1. Aspek aktivitas ... III - 126
III.3.2. Aspek perwadahan ... III - 128
III.3.3. Aspek permassaan ... III - 129
III.3.4. Aspek Korelasi Interaksi ... III - 130
III.3.4.1. Strutur konstruksi ... III - 130
III.3.4.2. Utilitas ... III - 130
commit to user
xii
III.3.5. Mekanisme Pendanaan pada Perkampungan Lanjut Usia di
Kabupaten Karanganyar ... III - 132
III.3.6. Mekanisme Pendaftaran Lansia di Perkampungan Lansia di
Kabupaten Karanganyar ... III - 133
BAB IV. PERKAMPUNGAN FASILITAS PELAYANAN LANJUT USIA di WILAYAH SOLO RAYA Dengan PENDEKATAN PSIKOLOGI LANJUT USIA Sebagai FASILITAS PELAYANAN BAGI LANJUT USIA
IV.1. Identifikasi Perkampungan Lanjut Usia ... IV - 134
IV.1.1. Judul Obyek Rancang Bangun ... IV – 134
IV.1.2. Konsep pendekatan desain ... IV - 134
IV.1.3. Lokasi ... IV - 134
IV.1.4. Status dan kedudukan ... IV - 134
IV.1.5. Klasifikasi ... IV - 134
IV.1.6. Sasaran Pengguna ... IV - 136
IV.1.7. Tujuan tinggal menetap / sementara ... IV - 136
IV.1.8. Tujuan berkunjung ... IV - 136
IV.1.9. Manfaat ... IV - 137
IV.2. Pekampungan Lanjut Usia Sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Spiritual, Produktifitas Dan Wisata Bagi Lanjut Usia ... IV - 138
IV.2.1. Aktivitas Pelayanan Kesehatan ... IV - 139
IV.2.2. Aktivitas Aktivitas Produktifitas ... IV - 139
commit to user
xiii
IV.2.4. Aktivitas wisata keluarga ... IV - 140
IV.2.5. Aktivitas hunian ... IV - 140
IV.2.6. Aktivitas pengelola dan servis ... IV - 140
IV.3. Perkampungan Lanjut Usia dengan Pendekatan Psikologi Lanjut Usia
... IV -141
IV.4. Kabupaten Karanganyar Sebagai Lokasi Perkampungan Lanjut Usia
... IV -142
BAB V. ANALISA PENDEKATAN KONSEP
V.1. Analisa Pendekatan Konsep ... V - 143
V.1. Analisa Konsep Mikro ... V - 144
V.1.1. Analisa Pelaku, Jenis, dan Pengelompokan Kegiatan .... V - 144
V.1.1.1. Analisa Pelaku ... V - 144
V.1.1.2. Analisa Jenis Kegiatan ... V - 145
V.1.1.3. Analisa Pengelompokan Kegiatan ... V - 148
V.1.2. Analisa Peruangan ... V - 153
V.1.3. Analisa Manifestasi Psikologi Lanjut Usia pada Tata Peruangan
... V - 194
V.2. Analisa Konsep Makro ... V - 240
V.2.1. Konsep Pemilihan dan Pengolahan Site ... V - 241
V.2.2. Analisa Konsep Manajemen Site ... V - 244
V.3. Analisa Konsep Massa ... V - 264
commit to user
xiv
V.3.2. Konsep Penampilan Bangunan ... V - 269
V.3.3. Konsep Struktur Bangunan ... V - 270
V.3.4. Konsep Utilitas Bangunan ... V - 273
BAB VI. ANALISA PENDEKATAN DESAIN PERKAMPUNGAN
PELAYANAN LANJUT USIA
VI.1. Hirarki Ruang ... VI - 284
VI.2. Hirarki Site ... VI - 288
VI.2.1. Site Terpilih ... VI - 288
VI.2.2. Tata Site ... VI - 298
VI.3. Hirarki Massa ... VI - 319
VI.3.1. Gubahan Massa ... VI - 319
VI.3.2. Ekspresi Massa ... VI - 320
VI.3.3. Ekspresi Ruang ... VI - 325
VI.4. Hirarki Komplementer ... VI - 344
VI.4.1. Struktur Bangunan ... VI - 346
VI.4.2. Utilitas Bangunan ... VI - 197
commit to user
PERKAMPUNGAN FASILITAS PELAYANAN LANJUT USIA
DI WILAYAH SOLO RAYA DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI
LANJUT USIA
Oleh : Ria Resti Kusuma
I0207020
Perkampungan lanjut usia merupakan wadah / sarana bagi lanjut usia, yang mampu memberikan pelayanan kesehatan, sosial, produktivitas dan spiritual yang memadai bagi lansia.baik dari masyarakat menengah ke bawah maupun menengah ke atas dalam lingkup Solo Raya yang dipusatkan di Kabupaten Karanganyar.
Belum adanya sarana pelayanan lanjut usia untuk menampung jumlah lanjut usia yang semakin tahun semakin meningkat merupakan permasalahan utama dari perancangan Perkampungan Lanjut Usia serta belum adanya prioritas perhatian terhadap lansia terutama di wilayah Solo Raya dimana sarana pelayanan tersebut mempunyai fasilitas pelayanan lengkap dan fasilitas penunjang yang mampu memenuhi kebutuhan lansia serta mampu menyuguhkan nuansa alam di Kabupaten Karanganyar sehingga seiring semakin meningkatnya prioritas perhatian terhadap lansia diasumsikan lansia dapat merasakan kenyamanan seperti berada di rumah mereka sendiri ketika tinggal di dalam perkampungan lanjut usia.
commit to user
kebutuhan lanjut usia adalah sebuah perkampungan.
commit to user
ELDERLY CARE FACILITIES SETTLEMENT
in SOLO RAYA AREAS WITH ELDERLY PSYCHOLOGICAL APPROACH
by:
Ria Resti Kusuma I0207020
Older neighborhoods is a container / facilities for the elderly, who can provide health care, social, and spiritual productivity adequate for lansia. from the lower middle and middle to upper within the scope of Solo, which was centered in Karanganyar district.
The absence of elderly care facilities to accommodate the growing number of elderly is increasing year is the main problem of designing Seniors Village and there is no priority attention to the elderly, especially in areas where health facilities Solo is a complete service and have facilities capable of supporting facilities to meet able to serve the needs of the elderly and the natural shades in Karanganyar district so as the increasing priority attention to the elderly is assumed elderly can feel like being in the comfort of their own home while living in older neighborhoods.
Therefore, the elderly require a comfortable, accessible, feel like at home, beautiful, spiritual activities that can accommodate the elderly and well socialized in a society, and can provide a chance to be creative and recreative so seniors can remain productive in old age. Containers are suitable to accommodate all the needs of the elderly is a settlement.
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Perumusan Judul
I. 1. 1. Judul
Perkampungan Fasilitas Pelayanan Lanjut Usia di Wilayah Solo
Raya dengan Pendekatan P sikologi Lanjut Usia
I. 1. 2. Essensi Judul
a. Memberikan wadah bagi lanjut usia baik dari masyarakat menengah ke
bawah maupun menengah ke atas dalam lingkup Solo Raya yang
dipusatkan di Kabupaten Karanganyar.
b. Merupakan sarana yang mampu memberikan pelayanan kesehatan, social,
dan spiritual yang memadai bagi lansia.
c. Mampu menyalurkan produktivitas pada lanjut usia di usia senjanya.
d. Perkampungan memiliki rasa tenggang rasa dan kekeluargaan yang
sangat tinggi dalam kehidupan sosial di masyarakat.
e. Perkampungan lanjut usia berbeda dengan panti wredha, karena
perkampungan memiliki batas berupa alam yang dapat memberikan
kesejukan dan kedamaian bagi masyarakat yang tinggal didalamnya.
f. Perka mpunga n Lanjut Usia dengan pendekatan Psikologi Lanjut Usia
sebagai basis rancang bangun terhadap desain dan lansekap
perkampungan yang aman, nyaman, dan terasa seperti di rumah sendiri
serta menerapkan kearifan lokal arsitektur Solo Raya.
I. 2. LATAR BELAKANG
I. 2. 1. Kondisi Psikologis Lanjut Usia
Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
commit to user
a. Penurunan Kondisi Fisik
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik
yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada
usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.
Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang
a. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain rasa tabu atau
malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga
dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi seksual
karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dan lain sebagainya.
b. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.
Sementara fungsi psikomotorik (kognitif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
commit to user
c. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati
hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering
diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya.
d. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau
bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Ada beberapa tekanan yang membuat orang usia tua menarik diri
dari kehidupan sosial ( Psikologi : 208 ) :
a) Bila masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mulai lepas
dari peranan dan aktivitas yang telah dijalaninya selama ini.
b) Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik serta mental, membuat
seseorang terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan.
c) Orang – orang yang lebih muda dari mereka, cenderung menjauhi
commit to user
d) Pada saat kematian semakin mendekat, orang sepertinya ingin
membuang hal yang bagi dirinya tidak bermakna lagi.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya
lansia yang memiliki keluarga (budaya ketimuran) masih sangat
beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak
saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (
memperdulikan ) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi
mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup
membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan
pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,
seringkali menjadi terlantar.
I. 2. 2. Kebutuhan Lanjut Usia
Maslow dalam Koswara (1991) menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan non fisik.
a. Kebutuhan fisik ( physiological needs ) adalah kebutuhan fisik atau
biologis manusia seperti pangan, sandang, papan, aksesibilitas dan
fasilitas-fasilitas kesehatan.
b. Kebutuhan non fisik ( non physiological needs ) adalah kebutuhan
psikologis dan sosial seperti kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi
profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya.
Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul adalah gangguan
proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga, dan
gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak acuh,
commit to user
gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan
berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri sendiri.
Adanya studi kasus yang dilakukan peneliti bahwa lansia merasa
tidak nyaman saat kondisi kesehatan menurun dan lansia sering mengeluh
tidak diperhatikan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan bahwa
dalam kehidupan lansia ternyata sebagian besar orang usia lanjut masih
mampu mengisi hari – hari tuanya dengan berbagai kegiatan seperti kegiatan
keagamaan, mangasuh cucu, memantau pekerjaan sehari – hari, membuat
kerajinan seperti menyulam dan lain – lain. ( BKKBN, 2005, Bersinergi
Dengan Kesehatan, ( www.bkkbn.go.id ) ; ( Biro Pusat Statistik, 2010.
Struktur Penduduk, ( www.datastatistik.indonesia.com )
Menurut konsep univer sal design dalam Deutsche Industrie Norm
dijelaskan bahwa seorang lansia memerlukan ruangan yang lapang atau
barrier free. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam
pergerakan atau aksesibilitas dalam rumah. Aspek fisik rumah tempat lansia
memiliki banyak kebutuhan dalam hidupnya agar dapat hidup dengan mandiri.
Oleh karena itu, lansia membutuhkan suasana yang nyaman,
aksesibel, terasa seperti di rumah sendiri, asri, yang mampu menampung
kegiatan spiritual para lansia maupun bersosialisasi dengan baik dalam
bermasyarakat, serta dapat memberikan wadah untuk berkreasi & rekreatif
sehingga para lanjut usia tetap dapat produktif di usia senjanya.
Wadah yang cocok untuk menampung seluruh kebutuhan lanjut
usia adalah sebuah perkampungan. Dalam suatu perkampungan penataan
hunian biasanya tidak teratur, karena
pada dasarnya hunian muncul atas
kehendak masing – masing orang dan
bukan dalam waktu yang bersamaan.
Ruang komunal juga yang muncul
commit to user
seiring dengan perkembangan kampung. Fasilitas – fasilitas sosial yang ada di
dalam kampung pun menyatu dengan hunian.
Ruang terbuka yang cukup dan dengan sirkulasi kampung yang
tegas dan majemuk serta jarak bangunan yang rapat dapat memberikan
kenyamanan dan lingkungan yang sehat bagi warganya. Meskipun tingkat
hunian padat namun aspek – aspek privasi masih terjaga, bukan berdasarkan
penataan ruang tapi muncul dari kotak sosial yang terjadi antara penghuni.
Biasanya kontak sosial sering terjadi pada jalur – jalur sirkulasi yang padat.
Apalagi mata pencaharian yang bervariasi memberikan warna pada
kehidupan di perkampungan.
I. 2. 3. Kondisi Lanjut Usia di Wilayah Solo Raya
Kabupaten / Kota Kelompok Umur ( tahun ) Jumlah Total
0 - 14 15 – 64 65+
1. Kota Surakarta
2. Kab. Karanganyar
3. Kab. Sukoharjo
4. Kab. Boyolali
5. Kab. Wonogiri
6. Kab. Klaten
Jumlah Tahun 2005 1.467.878 4.140.087 558.343 6.166.288
Tabel. I. 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia se – Solo Raya
Kabupaten / Kota Kelompok Umur Tahun 2005
commit to user
Tabel. I. 2. Jumlah Panti Wreda se – Solo Raya
Banyaknya Panti Wreda Menurut Kabupaten / Kota
commit to user
I. 2. 4. Kondisi Pelayanan Lanjut Usia di Solo Raya
I. 2. 4. 1. Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta
Panti wredha adalah suatu tempat untuk
menampung, merawat, dan pelayanan terhadap para
usia lanjut, sehingga mereka dapat menikmati hari
tuanya dengan rasa aman dan tentram lahir
batinnya. Panti Wredha Dharma Bhakti Kota
Surakarta berlokasi di Jl. Dr. rajiman No. 620
Surakarta atau Barat Pompa Bensin Jongke Pajang.
I. 2. 4. 2. Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut“ Aisyiyah “ Kota
Surakarta
Lanjut usia yaitu jompo yang berusia
minimal 60 tahun khuusnya wanita, tidak
mempunyai penghasilan yang menetap untuk
kebutuhan pokok hidupnya sehari – hari, tidak
ada keturunan langsung, memiliki sanak saudara
dan ada kemauan untuk mendapatkan bantuan
pelayanan dari panti. Yang saat ini berjumlah +
28 orang.
I. 2. 4. 3. Posyandu lansia di Kabupaten Karanganyar
Posyandu lansia di Kabupaten Karanganyar dilakukan sebulan
sekali pada tiap – tiap wilayah lingkungan atau kelurahan di masing –
masing kecamatan yang dibimbing oleh pembimbing wilayah yaitu bidan
Gbr. I. 2. Panti wredha Sumber : Dok. Pribadi
commit to user
dari Puskesmas. Posyandu lansia di Kelurahan
Karanganyar, Kecamatan Karanganyar ini telah
menjadi percontohan di tingkat Propinsi karena
pelaku yang aktif terutama lansia di kelurahan
tersebut dan aktivitas posyandu yang berjalan
dengan baik. jumlah lansia pada lingkungan
Karanganyar sebanyak + 70 orang.
I. 3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
I. 3. 1. Permasalahan
Permasalahan utama dari perancangan Perka mpunga n Lanjut Usia
antara lain belum adanya sarana pelayanan lanjut usia untuk menampung
jumlah lanjut usia yang semakin tahun semakin meningkat serta belum adanya
prioritas perhatian terhadap lansia terutama di wilayah Solo Raya dimana
sarana pelayanan tersebut mempunyai fasilitas pelayanan lengkap dan fasilitas
penunjang yang mampu memenuhi kebutuhan lansia serta mampu
menyuguhkan nuansa alam di Kabupaten Karanganyar sehingga seiring
semakin meningkatnya prioritas perhatian terhadap lansia diasumsikan lansia
dapat merasakan kenyamanan seperti berada di rumah mereka sendiri ketika
tinggal di dalam perkampungan lanjut usia.
Bagaimana merancang suatu wadah yang dapat menampung semua
aktivitas dan kebutuhan fisik maupun non fisik pada lansia yang mendukung
semua aktivitas di dalamnya dan mampu memberikan pelayanan yang lengkap
bagi lanjut usia?
commit to user
I. 3. 2. Persoalan
a. Mengidentifikasikan perilaku lanjut usia serta interaksi sosial yang terjadi
guna mencapai kenyamanan bagi para lanjut usia, pengelola, maupun
para pengunjung / keluarga.
b. Merumuskan konsep jenis kegiatan, pola kegiatan, kebutuhan ruang,
besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan, dan persyaratan
lingkungan yang harus dipenuhi.
c. Merencanakan rumusan konsep lokasi dan site Perkampungan Lanjut
Usia.
d. Menentukan ungkapan eksterior, sirkulasi dan fasilitas yang nyaman,
aman dan mudah bagi lanjut usia.
I. 4. TUJUAN DAN SASARAN
I. 4. 1. Tujuan
Merumuskan konsep yang mendasari perencanaan dan perancangan
sebagai landasan membuat desain Perkampunga n La njut Usia yang
mempunyai teknis perancangan yang baik untuk kegiatan fasilitas pelayanan
kesehatan, sosial, spiritual yang memadai bagi lansia dan fasilitas
produktivitas serta kegiatan penunjang lainnya, dalam kedudukan dan
eksistensinya di Kabupaten Karanganyar, dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Menyediakan sarana yang memberikan pelayanan kesehatan, sosial, dan
spiritual yang memadai bagi lansia maupun bersosialisasi dengan baik
dalam bermasyarakat.
b. Menyediakan wadah bagi lanjut usia yang memberikan suasana yang
nyaman, aksesibel, terasa seperti di rumah sendiri, dan asri.
c. Menyediakan wadah untuk berkreasi & rekreatif sehingga para lanjut usia
commit to user
d. Mendapatkan desain bangunan Perkampunga n La njut Usia yang sesuai
dengan Psikologi Lanjut Usia.
e. Mendapatkan desain bangunan dan lansekap perkampungan yang sesuai
dengan karakter dan essensi Perkampungan Lanjut Usia.
I. 4. 2. Sasaran
Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan bangunan
Perkampunga n La njut Usia yang meliputi:
a. Mikro
1) Konsep kegiatan
a) Penentuan jenis kegiatan
b) Proses kegiatan
c) Penentuan penzoningan aktivitas
2) Konsep peruangan
a) Konsep besaran ruang
b) Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang)
c) Konsep persyaratan ruang
d) Konsep pola hubungan dan organisasi ruang
e) Konsep sirkulasi
b. Makro :
1) Konsep pemilihan dan pengolahan site
a) Pemilihan lokasi site
b) Analisis site
c. Massa : Herarki massa meliputi penataan massa, ruang luar serta unsur
pembentuk tampilan bangunan yang dapat mempresentasikan
sebuah Perkampungan La njut Usia.
1) Konsep penampilan bangunan
a) Interior
commit to user
2) Tampilan Kawasan Site (perancangan lansekap)
a) Vegetasi
b) Hardscape
c) Sanitasi
d) Drainase
3) Konsep struktur bangunan
a) Struktur panggung
4) Konsep utilitas bangunan
a) Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah
b) Sistem MEE
c) Sistem transportasi vertikal
d) Sistem keamanan bangunan ( pemadam kebakaran, penangkal
petir).
I. 4. 3. Manfaat
a. Dengan perencanaan dan perancangan arsitektural yang baik maka akan
dapat menjaga dan memperbaikki kondisi alam serta lingkungan di
Kabupaten Karanganyar.
b. Pada jangka panjang akan mampu melestarikan keanekaragaman vegetasi
yang ditanam pada kawasan bangunan P erkampungan Lanjut Usia.
c. Perka mpunga n Lanjut Usia diharapkan dapat menjadi wadah sosial baru
untuk penduduk di sekitarnya dan tidak menggangu aktivitas penduduk
yang telah terpola sebelum didirikan.
d. Perka mpunga n Lanjut Usia dapat menjadi sarana pelayanan bagi lansia
commit to user
I. 5. LINGKUP DAN BATASAN
I. 5. 1. Lingkup
a. Pembahasan akan mengarah pada Perka mpunga n Lanjut Usia, serta
fasilitas-fasilitas pendukung dalam kawasan tersebut.
b. Pembahasan menitik-beratkan pada hal-hal dan masalah di sekitar disiplin
ilmu Arsitektur serta hal-hal lain yang berpengaruh terhadap perencanaan
dan perancangan Perkampungan La njut Usia:
1) Fungsi utama bangunan dan kawasan sebagai wadah fasilitas
pelayanan yang lengkap bagi lanjut usia di wilayah Solo Raya.
2) Fungsi sekunder bangunan dan kawasan sebagai sarana rekreasi dan
sosial bagi pengunjung Perkampungan La njut Usia.
c. Hal-hal di luar ilmu arsitektur dalam perencanaan bangunan
Perka mpunga n Lanjut Usia seperti karakter dan perilaku lanjut usia,
kebutuhan lanjut usia, jumlah lanjut usia di wilayah Solo Raya dan
sebagainya akan menjadi pertimbangan awal untuk memahami kondisi
dan kebutuhan lanjut usia akan Perkampungan Lanjut Usia yang
selanjutnya menjadi pertimbangan dalam proses perencanaan.
d. Pembahasan mengacu pada sasaran yang berupa tinjauan serta analisa
yang akhirnya akan menghasilkan konsep berupa penyelesain masalah.
I. 5. 2. BATASAN
a. Berpedoman pada tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
b. Pembatasan lanjut usia yang akan diwadahi yaitu pada lanjut usia yang
terlantar, kurang mendapat perhatian, tidak memiliki anak maupun sanak
keluarga, dan lanjut usia yang membutuhkan perawatan dan hunian
sementara. Sehingga lanjut usia yang diwadahi yaitu dari keluarga
menengah ke bawah hingga menengah ke atas.
c. Pembahasan jenis kegiatan yang diwadahi dibatasi pada kegiatan yang
commit to user
d. Masalah pembiayaan dianggap tidak dipermasalahkan.
I. 6. STRATEGI DESAIN
Metode dan strategi rancang bangun yang digunakan dalam
penyusunan konsep perencanaan dan perancangan kawasan bangunan
Perkampungan Pelayanan Lanjut Usia di Wilayah Solo Raya dengan
Pendekatan Psikologi Lanjut Usia, adalah sebagai berikut :
I. 6.1. Pemahaman Esensi
Langkah utama yang dilakukan untuk mendesain Perkampungan
Lanjut Usia di Kabupaten Karanganyar sebagai Fasilitas Pelayanan Lanjut
Usia di Wilayah Solo Raya adalah dengan memahami essensi dari judul
tersebut kemudian diterapkan pada perancangan kawasan bangunan dan
lansekap alam di sekitar kawasan dengan memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan lanjut usia baik kebutuhan-kebutuhan fisik maupun non fisik yang sesuai di
Kabupaten Karanganyar serta dapat menampilkan karakter Perka mpungan
La njut Usia yang nyaman, aksesibel, terasa seperti di rumah sendiri, dan
asri.
Perka mpunga n Lanjut Usia merupakan wadah yang diperuntukan
bagi lanjut usia baik dari masyarakat menengah ke bawah maupun
menengah ke atas dalam lingkup Solo Raya yang mampu memberikan
fasilitas pelayanan yang memadai antara lain pelayanan kesehatan, sosial,
spiritual, dan produktivitas pada lansia di dalam suatu wadah perkampungan
dengan menggunakan pendekatan Psikologi Lanjut Usia terhadap
commit to user
I. 6.2. Psikologi Lanjut Usia sebagai Basis Rancang Bangun terhadap
Perkampungan Lanjut Usia
Proses menua ( lansia ) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi
satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Perkampunga n Lanjut Usia merupakan wadah yang mampu memenuhi
seluruh kebutuhan fisik maupun psikis lansia. Oleh karena itu, desain
Perkampungan Lanjut Usia menggunakan pendekatan Psikologi Lanjut Usia
yang diharapkan lansia yang tinggal ataupun berada didalam perkampungan
dapat merasakan kenyamanan, kemudahan, keamanan, dan kemandirian bagi
lansia di usia senjanya.
I. 6. 3. Interaksi antara Pemahaman Esensi dan Psikologi Lanjut Usia terhadap
Rancang Bangun Perkampungan Lanjut Usia
Pemahaman dari beberapa esensi mengenai Perkampungan Lanjut
Usia merupakan hal yang sangat penting sebagai dasar perencanaan dan
perancangan suatu bangunan dan kawasan perkampungan. Konsep pendekatan
Psikologi Lanjut Usia dapat diaplikasikan pada penataan siteplan, desain
kawasan perkampungan, sirkulasi bangunan dan kawasan, fasilitas – fasilitas
penunjang dan lansekap perka mpunga n agar mendapatkan desain suatu
kawasan perka mpungan yang sinergis sesuai dengan essensi Perkampungan
commit to user
I. 6. 4. Efek dari Strategi Desain
Strategi rancang bangun yang direncanakan terhadap kawasan
bangunan Perkampungan Lanjut Usia di wilayah Solo Raya menekankan
pada penerapan prinsip – prinsip psikologi Lanjut usia yang digunakan
sebagai orientasi utama sistem peruangan dan site, yang meliputi :
Skema 1. 1 Perumusan judul
Sumber : analisis pribadi
Kondisi lanjut usia Mekanisme perkampungan
Kondisi lanjut usia
Di Solo Raya
Ka bupaten Karanganyar
Psikologi La njut Usia
“ P erka mpunga n P elayanan Lanjut Usia di Wilayah SoloRaya dengan Pendekatan
commit to user
a. Merencanakan konsep Perka mpungan Lanjut Usia sesuai dengan
essensinya, yaitu sebagai sarana yang mampu memberikan pelayanan
kesehatan, sosial, dan spiritual yang memadai bagi lansia, meliputi:
1) Konsep kegiatan user
2) Fasilitas pelayanan
3) Fasilitas penunjang
4) Pemilihan lokasi site yang tepat di Kabupaten Karanganyar
b. Menerapkan aplikasi essensi pada Perka mpunga n Lanjut Usia yang
selaras dengan kearifan lokal di lingkungan site yaitu dalam aspek-aspek
berikut :
1) Aspek mikro ( Peruangan )
Peruangan pada bangunan dan kawasan perkampungan direncanakan
berdasarkan kebutuhan dan psikologi para lansia yang berada di
dalam perkampungan. Meliputi:
a) Peruangan, karakter ruang, karakter akustik serta fungsi ruang
terhadap kegiatan lanjut usia didalam Perkampunga n La njut Usia.
b) Psikologi lanjut usia dan penerapan prinsip – prinsipnya terhadap
ruang.
c) Aplikasi penerapan prinsip desain psikologi lanjut usia terhadap
kelompok ruang untuk Lanjut usia meliputi kelompok hunian,
pelayanan kesehatan, produktivitas, spiritual sebagai orientasi
dalam perencanaan site.
2) Aspek makro ( Penataan Site )
Penataan site didasarkan pada kriteria hunian bagi lansia dan
berdasarkan RTRW Kabupaten Karanganyar khususnya Kecamatan
commit to user
3) Aspek massa
a) Penampilan bangunan
b) Struktur bangunan
c) Lansekap
d) Utilitas
c. Manifestasi konsep Perkampungan Lanjut Usia ke dalam desain hingga
menuju grand product yaitu:
1) Siteplan
2) Denah
3) Tampak Fasad
4) Eksterior dan Interior
Skema 1. 2 Strategi Desain
commit to user
I. 7. SISTEMATIKA DAN KERANGKA/POLA PIKIR
I. 7. 1. Sistematika Pembahasan
TAHAP I Pendahuluan
Pembahasan mengenai pendahuluan meliputi judul, pengertian
judul, latar belakang, perumusan permasalahan dan persoalan,
tujuan dan sasaran, metodologi pembahasan, dan sistematika
pembahasan.
TAHAP II Tinjauan Pustaka
Mengemukakan beberapa tinjauan yang berkaitan dengan lanjut
usia dan bentuk pewadahannya berupa Perkampungan La njut
Usia, serta teori-teori mengenai psikologi lanjut usia.
TAHAP III Tinjauan Solo Raya dan Kabupaten Karanganyar sebagai Lokasi
Perkampungan Lanjut Usia
Melakukan tinjauan umum wilayah Solo Raya mengenai
keberadaan lanjut usia dan jumlah lanjut usia, dan juga mengenai
kondisi pelayanan terhadap lanjut usia yang sudah ada di Solo
Raya. Pembahasan mengenai data fisik dan non fisik Kabupaten
Karanganyar meliputi Luas wilayah, Kondisi lingkungan
masyarakat, dan peraturan yang mendukung mengenai
Perka mpungan Lanjut Usia di Kabupaten Karanganyar.
TAHAP IV Perencanaan Perka mpungan La njut Usia
Merumuskan Perka mpungan La njut Usia, sebagai pusat kegiatan
pelayanan bagi lanjut usia di wilayah Solo Raya yang berlokasi
commit to user
TAHAP V Analisa Pendekatan Konsep
Mengungkapkan analisa perancangan sebagai usaha pemecahan
masalah dengan meninjau tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
TAHAP VI Analisa Pendekatan Desain
Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang
merupakan hasil akhir dari proses analisa untuk kemudian
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II. 1. LANJUT USIA
II. 1. 1. Kajian Lanjut Usia
II. 1. 1. 1. Pemahaman Lanjut Usia
Menurut BKKBN dalam buku Bersinergi Dengan Kesehatan, Usia
lanjut adalah seseorang yang sudah berusia di atas 60 tahun. Pada
umumnya memiliki tanda – tanda terjadinya penurunan fungsi – fungsi
biologis, psikologis, dan ekonomi. Pengertian lain dari lansia adalah
periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut
usia.
Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ
tubuh. Pada periode ini kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
ataupun mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya akan
perlahan-lahan menurun sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
commit to user
II. 1. 1. 2. Kondisi Lanjut Usia di Indonesia
Usia lanjut dan proporsinya dalam Negara industri di dunia
semakin bertambah dalam abad ini. Sementara sumber data dari World
Bank tahun 1994 membeberkan usia harapan hidup rata – rata penduduk
Indonesia di tahu 1960 hanyalah 46 tahun, tetapi di tahun 1990 usia
harapan hidup melonjak menjadi 56 tahun, sedangkan di tahun 1994
adalah 62 tahun. Lantas di tahun 2000 meningkat lagi menjadi minimal 70
tahun. ( Gallo, J.J., Reichel, W., Andesen,L.M. 1998. Gerontologi ).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2007,
jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah
tersebut, 14 % diantaranya berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
atau merupakan daerah yang paling tinggi jumlah lansianya, disusul
provinsi Jawa Tengah ( 11,16% ), Jawa Timur ( 11,14% ), dan Bali (
11,02% ). Pada tahun 2010 hingga 2020 jumlah lansia diperkirakan naik
mencapai 11,34% dari jumlah penduduk di Indonesia. ( Biro Pusat
Statistik, 2010. Struktur Penduduk )
Sebenarnya, terobosan sudah dilakukan serta kepedulian dan
komitmen pemerintah sudah cukup banyak. Kementerian Sosial
(Kemensos) sudah menguji coba, jaminan sosial lanjut usia dari tahun ke
tahun ditingkatkan. Namun , dilihat dari jumlah yang mendapat jaminan
sosial yang mencakup 12 ribu orang dibandingkan yang telantar, hanya
sedikit yang mendapat jaminan sosial. Kemudian, jaminan kesehatan
masyarakat (Jamkesmas) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tanpa
bayar termasuk bagi lansia telantar. Tapi, jumlahnya pun sangat terbatas.
Terbitnya Undang-Undang (UU) Nomor 13/1998 tentang
Kesejahteraan Lansia juga cermin bahwa pemerintah itu berupaya
meningkatkan kesejahteraan lansia. Pasal 25 UU 13/1998 juga
commit to user
mengoordinasikan antara masyarakat dan pemerintah, yaitu Komnas
Lansia. Tugasnya membantu Presiden meningkatkan kesejahteraan lansia,
dan memberikan saran dan pertimbangan tentang penyusunan kebijakan di
bidang lansia. Tetapi, hasil penelitan dan pengkajian Komnas Lansia ke
daerah-daerah, menunjukkan bahwa penanganan lansia belum
menggembirakan, belum memuaskan, dan masih sangat terbatas.
II. 1. 1. 3. Perlakuan Terhadap Lanjut Usia
Sesuai dengan kebudayaan kita, agar lansia itu tetap dihormati
martabatnya, diupayakan agar bisa beraktivitas, seperti baca, mengetik,
memelihara taman, dan lain sebagainya. Tentu saja kalau usia senja itu,
kegiatan kerohanian tetap diutamakan. Agama atau kepercayaan makin
terintegrasi dalam kehidupannya lansia. Lansia makin matur dalam
kehidupan keagamannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak
dalam sehari – hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut
Folwer ( 1978 ), Univer salizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai keadilan.
Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia
yang sudah tidak produktif lagi . Kondisi fisik rata-rata sudah menurun ,
sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit
sudah siap untuk menggerogoti mereka . Dengan demikian di usia lanjut ini
terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa
umur menunggu datangnya kematian . Menurut Lita L . Atkinson ,
sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut ( usia 70 - 79 tahun )
commit to user
aktifitas yang positif . Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka
memperoleh bimbingan semacam terapi psikologi .
Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam
pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya
kematian .Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi ,
maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress , putus asa , ataupun
pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah.Dalam
kasus-kasus seperti ini , umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan
sebagai penyelamat . Sebab melalui ajaran pengamalan agama , manusia
usia lanjut merasa memperoleh tempat bergantung.
II. 1. 1. 4. Batasan Usia Lanjut
Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu Aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial
(BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai
beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa
commit to user
yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Secara sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok
sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata
sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka
terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan
serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun.
Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang –
undang No. 13 / 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut adalah sebagai
berikut : usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), lanjut usia
dikelompikan menjadi :
a. Usia pertengahan ( middle age ) : kelompok usia 45 – 59 tahun.
b. Lanjut usia ( ederly ) : antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua ( old ) : antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua ( very old ) : diatas 90 tahun.
Menurut Dra. Ny Jos Masdani ( psikolog UI ) lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa dimana dibagi menjadi menjadi empat bagian :
a. Fase iuventus ( 25 – 40 tahun
b. Fase feliritas ( 40- 50 tahun )
c. Fase prasenium ( 55 – 65 tahun )
d. Fase senium ( 65 hingga tutup usia )
Menurur Linda L. Davidoff dalam buku Psikologi ( 1991: 102 ) lanjut usia dibagi dalam dua tahap, yaitu :
a. Usia tua dini : 65- 75 tahun
commit to user
II. 1. 1. 5. Karakteristik Lanjut Usia
Penyebab fisik yang mempengaruhi perubahan – perubahan dalam
kemapuan motorik meliputi menurunnya kekuatan dan tenaga yang
biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi karena bertambahnya usia,
menurunnya kekuatan otot, gemetar pada tangan, kepala, dan rahang
bawah. Penyebab psikologis yang mempengaruhi dalam kemampuan
motorik berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan rendah
diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti
kekuatan, ketrampilan, dan kecepatan. Tekanan emosional yang berasal
dari sebab – sebab psikologis dapat mempercepat perubahan kemampuan
motorik atau menurunnya motivasi untuk mencoba melakukan sesuatu
yang masih dapat dilakukan ( Harlock, 2004 ).
Masalah psikologis pada lanjut usia menurut Nuhriawangsa dan
Sudiyanto (1998) adalah
a. Menerima pandangan klise orang tentang lanjut usia. Persepsi
memburuk bahwa tidak mampu berbuat apapun dan membuat
cenderung mengisolasi diri.
b. Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola kehidupannya.
c. Muncul pemikiran pada Lanjut usia bahwa proses mereka dalam
prpses penurunan. Misalnya sangat pelupa, kesulitan menerima hal
baru, dan lain sebagainya.
d. Merasa tidak tahan dengan tekanan, perasaan ini akan membentuk
mental mereka tertidur dan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu
lama untuk mengerjakan hal tertentu sehingga menarik diri dari segala
kegiatan.
e. Perasaan bersalah karena menganggur adanya kebutuhan untuk
commit to user
f. Sikap ingin aktif terlihat secara sosial, membuat sikap mudah curiga,
menuntut perhatian berlebihan, atau mengasingkan diri, murung, tak
berguna, rendah diri dan apatis.
Ciri usia lanjut sehat dan bahagia menurut Nuhriawangsa dan
Sudiyanto dalam makalah seminar, Psikiatri Geriarti, antara lain :
a. Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena masalah
hidupnya bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialami
sebagai bagian dari hidupnya yang tak perlu disesali dan justru
mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.
b. Memiliki integritas pribadi yang baik berupa konsep diri yang tepat
dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimiliki.
c. Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada
diantara orang – orang yang memiliki kedekatan emosi dengannya,
yang memberikan perhatian dan kasih sayang yang membuat dirinya
masih diperlukan dan dicintai.
d. Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik didukung oleh
kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat
e. Memiliki keamanan financial yang memungkinkan hidup mandiri,
tidak menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari – hari.
f. Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri sehingga dapat
menentukan nasibnya sendiri tak bergantung orang lain hal ini dapat
commit to user
II. 1. 1. 6. Permasalahan Pada Lanjut Usia
Dalam buku Panduan Gerontologi, berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain
permasalahan umum dan permasalahan khusus yang dihadapi oleh lansia.
a. Permasalahan umum antara lain :
1) Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis
kemiskinan.
2) Makin lemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional
pelayanan lanjut usia.
5) Serta belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan khusus antara lain :
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat munculnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia .
3) Rendahnya produktivitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistic.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
commit to user
II. 1. 1. 7. Perubahan pada Usia Lanjut
a. Perubahan – perubahan fisik pada usia lanjut merupakan perubahan
dari tingkat sel sampai ke semua system organ tubuh diantaranya :
1) sistem pernafasan,
2) pendengaran,
3) penglihatan,
4) kardiovaskuler,
5) sistem pengaturan temperatur tubuh,
6) sistem respirasi,
7) muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria, endoskrin dan
integument.
b. Perubahan - perubahan mental yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu
1) perubahan fisik khususnya organ perasa,
2) kesehatan umum,
3) tingkat pendidikan,
4) keturunan ( hereditas ),
5) lingkungan,
6) gangguan syaraf panca indera,
7) timbul kebutaan dan ketulian,
8) gangguan gizi akibat hilangnya jabatan
c. Perubahan – perubahan psikososial :
1) Pensiun : nilai sesorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam jabatan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian.
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
commit to user
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
5) Meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biayta pengobatan.
6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
7) Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu hilangnya hubungan dengan
teman – teman dan keluarga
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik seperti perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
d. Perkembangan spiritual
1) Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
(Maslow, 1970)
2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari – hari ( Murray
dan Zentner, 1970 )
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer ( 1978
), perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan
bertindak dengan cara pemberian contoh cara mencintai keadilan.
4) Agama adalah merupakan faktor penting dalam penyesuaian pada
masa tua. (Moberg dalam Hurlock, 1999).
5) Individu yang berusia 60 tahun ke atas menemukan bahwa agama
merupakan faktor terpenting yang membantu lansia mengatasi
stress ( Lowry & Conco, 2002 ).
6) Agama dapat memenuhi kebutuhan psikologis yang penting pada
lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan
mempertahankan perasaan berharga dan penting dalam kehidupan,
dan menerima kekurangan di masa tua ( Daaleman, Perera &
commit to user
II. 1. 1. 8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan
Setiap manusia pasti akan mengalami masa tua. Ketuaan sendiri
dipengaruhi beberapa faktor antara lain
a. hereditas ( ketuaan genetis ),
b. nutrisi,
c. status kesehatan,
d. pengalaman hidup,
e. lingkungan,
f. stress.
II. 1. 1. 9. Kesehatan Lanjut Usia
a. Faktor Fisik dan Psikis Lanjut Usia
Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia.
Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai
menurun pada tahap-tahap tertentu (Prasetyo,1998). Kemunduran fisik
ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti :
1) Gangguan pada sirkulasi darah, persendian, dan system pernafasan
2) Neurologik
3) Metabolik
4) Neoplasma
5) Mental
Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah
1) Mudah letih
2) Mudah lupa
3) Gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra
4) Menurunnya konsentrasi
Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998)
commit to user
dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran,
penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.
Sedangkan masalah kesehatan jiwa ( psikis ) lansia yang sering muncul
adalah :
1) Gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung,
dan curiga.
2) Gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak
acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi
gangguan pola tidur, gangguan makan dan minum.
3) Gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan berhubungan
dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri sendiri.
b. Penyakit pada Lanjut Usia
Menurut “ The National Old People’s Welfare Council “ di
Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada
lanjut usia, yakni
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Bronchitis kronis
4) Gangguan pada tungkai / sikap berjalan
5) Gangguan pada koksa / sendi panggul
6) Anemia
7) Demensia
c. Prinsip – Prinsip Olahraga pada Lanjut Usia
Prinsip – prinsip olahraga pada lanjut usia menurut Nugroho
dalam buku Keperawatan Gerontik antara lain komponen kesegaran
commit to user
1) Ketahanan kardio-pulmonal
2) Kelenturan ( fleksibilitas )
3) Kekuatan otot, dan komposisi tubuh ( lemak jangan berlebihan )
4) Selalu memperhatikan keselamatan, latihan teratur dan tidak terlalu
berat
5) Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan
6) Latihan dianjurkan dalam dosis berjenjang
7) Hindari pertandingan
8) Berolahraga agar tetap sehat dan segar, 2-3 kali seminggu
d. Posyandu Lanjut Usia
Posyandu lansia / kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu
bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat atau /UKBM
yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu
sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Sedangkan
sasaran langsung Posyandu Lansia adalah
1) Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
2) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
3) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
Sedangkan sasaran tidak langsung dari posyandu lansia adalah
keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak
dalam pembinaan usia lanjut, dan masyarakat luas.
Tujuan dari Posyandu Lansia adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksitensinya
commit to user
akan pentingnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas agar selama
mungkin tetap mandiri dan berdaya guna.
Jenis pelayanan yang diberikan di Posyandu Lansia, antara lain:
1) Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living,
meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil
dan besar.
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit (
bisa dilihat KMS usia lanjut)
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh
4) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau
Cuprisulfat.
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adannya penyakit gula.
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8) Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.
9) Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
commit to user
10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia
lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat.
II. 1. 1. 10. Psikologi pada Lanjut Usia
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah
kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri
yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari
segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis,
sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6). Adapun
beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi
kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :
a. Kesehatan Jiwa Lanjut Usia
1) Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai
dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (
multiple pathology ), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan
lain sebagainya.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah
memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat
ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan
fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi
fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan
commit to user
tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang
bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu
mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur,
istirahat dan bekerja secara seimbang.
2) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi sosial pada Lanjut usia
sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti :
a) Gangguan jantung
b) Gangguan metabolism, missal diabetes mellitus
c) Vaginitis
d) Baru selesai operasi : missal : prostatektomi
e) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau
nafsu makan sangat kurang
f) Penggunaan obat – obat tertentu, seperti antihipertensi,
golongan steroid, tranquilizer.
Sedangkan faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual
pada lansia
b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta
diperkuat oleh tradisi dan budaya
c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya
d) Pasangan hidup telah meninggal
e) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah
kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan
commit to user
3) Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
a) Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin
lambat.
b) Sementara fungsi psikomotorik (kognatif) meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia
menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia
juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut
dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia sebagai
berikut:
a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Constr uction per sonalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan
mantap sampai sangat tua.
b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent per sonality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindr ome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang
dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent per sonalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga,
apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa
lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal
maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana,
commit to user
d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility per sonality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas
dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang
tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate per sonalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya
sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah
dirinya.
4) Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa
pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia
dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan,
peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya.
5) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran,
penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya
menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.
Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup,
commit to user
Ada beberapa tekanan yang membuat orang usia tua
menarik diri dari kehidupan sosial ( Psikologi : 208 ) :
a) Bila masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mulai
lepas dari peranan dan aktivitas yang telah dijalaninya selama
ini.
b) Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik serta mental,
membuat seseorang terlalu memikirkan diri sendiri secara
berlebihan.
c) Orang – orang yang lebih muda dari mereka, cenderung
menjauhi mereka.
d) Pada saat kematian semakin mendekat, orang sepertinya ingin
membuang hal yang bagi dirinya tidak bermakna lagi.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti
anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada
umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita
(budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (peduli) dengan penuh
kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak
punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau
punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,
commit to user
b. Kebutuhan Hunian pada Usia Lanjut
Menurut konsep univer sal design dalam Deutsche Industr ie Nor m dijelaskan bahwa seorang lansia memerlukan ruangan yang lapang atau barrier free. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi
lansia, terutama dalam pergerakan atau aksesibilitas dalam rumah.
Aspek fisik rumah tempat Lansia memiliki banyak kebutuhan dalam
hidupnya agar dapat hidup dengan mandiri. Kebutuhan ini sejalan
dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991) yang menyatakan
bahwa kebutuhan manusia meliputi kebutuhab fisik dan kebutuhan
non fisik.
1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, dan
fasilitas-fasilitas kesehatan.
2) Sedangkan kebutuhan non fisik (non physiological needs) adalah kebutuhan psikologis dan sosial seperti kebutuhan untuk
bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui
paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
hobby dan sebagainya.
Di negara-negara maju, pelayanan kelompok lanjut usia
dilakukan dalam ruangan khusus, bahkan rumah sakit khusus dan
perkampungan khusus. Umumnya lanjut usia dihadapkan pada
masalah hunian. Hunian mereka tidak lagi menunjang kegiatan
mereka, hal ini terlihat pada :
1) Luasan ruang-ruang pada hunian ( ketika hunian tersebut
ditempati beberapa keluarga )
2) Lokasi kamar yang berjauhan dengan lokasi kamar mandi
3) Keadaan kamar mandi yang mempersulit
4) Peil lantai yang berbeda-beda
commit to user
6) Alur sirkulasi hunian terhadap fasilitas-fasilitas di lingkungan
sekitar
Standar lokasi site hunian Lanjut usia menurut Time Saver
Standard for Building , John Hancock & Joseph De Chiara, 1985.
Antara lain :
1) Permukaan tanah sebaiknya cenderung rata untuk memudahkan
berjalan
2) Lokasi sebaiknya tidak berada ditempat dengan lalu lintas yang
padat
3) Lokasi harus dekat dengan fasilitas umum
4) Fasilitas umum harus mudah dijangkau
5) Transportasi umum harus mudah didapatkan
6) Lokasi sebaiknya tidak berbatasan langsung dengan sekolah,
tempat bermain anak atau remaja
7) Site mempunyai luasan yang cukup dengan area luar ruang yang
cukup
c. Psikologi Arsitektur
1) Pengertian dan Tujuan Psikologi Arsitektur
Istilah Psikologi Arsitektur mengidentifikasikan
arsitektur sebagai roh. Psikologi Arsitektur adalah sebuah bidang
studi yang mempelajari hubungan antara lingkungan binaan dan
perilaku manusia, dimana keduanya saling mempengaruhi satu
terhdap yang lainnya. Lingkungan manusia baik yang alami,
maupun yang binaan, memiliki pengaruh besar terhadap
perasaan, perilaku, masalah – masalah kesehatan secara umum
dan produktivitas. Psikologi arsitektur bertujuan untuk mengatasi