• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEKANISME PERKAMPUNGAN 1 Kajian Perkampungan

Dalam dokumen RIA RESTI KUSUMA I 0207020 (Halaman 77-97)

KAJIAN PUSTAKA

II. 2. MEKANISME PERKAMPUNGAN 1 Kajian Perkampungan

II. 2. 1. 1. Pemahaman tentang Perkampungan

Perkampungan merupakan bagian dari kesatuan desa. Kampung merupakan struktur birokrasi dan administrasi yang berada di wilayah kelurahan. ( Th. M. Metz, 1939. Mangkunegaran. Analisis Sebuah Kajian Jawa. Rotterdam : NV Nijgh dan Van Ditmar ). Terjadinya masyarakat Kampung tersusun dari sejumlah individu-individu dan keluarga-keluarga, sehingga terbentuk suatu masyarakat yang menetap di suatu wilayah. ( http://kawakib06.multiply.com/journal/item/4, diunduh tanggal 21 maret 2011 pkl. 19.45 WIB )

Kampung merujuk pada pengertian Darwis Khudori dalam bukunya Menuju Kampung Pemerdekaan ( 2002 : 8 ), kampung merupakan satu – satunya jenis permukiman yang bisa menampung golongan penduduk Indonesia yang tingkat perekonomian dan pendidikannya paling rendah ( meskipun tidak tertutup bagi penduduk berpenghasilan dan berpendidikan tinggi ). Bahwa di setiap kampung ada organisasi sosial ( bentukan pemerintah atau warga kampung sendiri ) yang mengatur dan mengawasi tata tertib kehidupan bermasyarakat warga kampung yang bersangkutan. Masalah yang selalu muncul adalah penduduk kampung yang heterogen memiliki kepentingan yang beragam.

II. 2. 1. 2. Pola Kehidupan Sosial

Pola kehidupan sosial individu sebagai warga masyarakat dari anak kecil sampai orang tua mengalami perubahan. Pada mulanya lingkungan masyarakat adalah keluarga. Selanjutnya keluarga akan

commit to user

berkembang menjadi warga masyarakat yang makin luas yaitu masyarakat di luar keluarga.

a. Kehidupan Sosial Dalam Keluarga

Setiap masyarakat keluarga selalu terdapat “ hirarki “ meskipun kadang – kadang tidak tampak dengan jelas. Sebagaimana adat Jawa pada umumnya kepala keluarga bertanggung jawab mencari nafkah, namun tidak berarti bahwa ia bebas dari pekerjaan rumah lainnya. Istri sebagai ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ada juga istri yang membantu suami mencari nafkah.Tugas dan kewajiban anak pada dasarnya adalah sekolah serta belajar di rumah.

b. Kehidupan Sosial di luar Keluarga

Kehidupan sosial di luar keluarga sesungguhnya merupakan kehidupan sosial dari masyarakat dengan kehidupan yang berbeda – beda. Tenggang rasa dalam kehidupan ini lebih diperlukan bila dibandingkan dengan kehidupan dalam keluarga. Dalam kehidupan bermasyarakat yang luas ini khususnya di daerah pedesaan orang harus menanggalkan derajat, pangkat atau kekayaan agar dihargai oleh masyarakat yang lain. Kepribadian akan lebih mendapat sorotan atau mendapat penghargaan dari warga masyarakat. Sifat ingin menang yang mungkin terdapat dalam keluarga tidak dapat diterapkan dalam masyarakat luas.

commit to user

II. 2. 1. 3. Ciri – Ciri Fisik Kampung

Kampung mempunyai beberapa ciri fisik, antara lain :

a. Penataan hunian yang tidak teratur, karena pada dasarnya hunian muncul atas kehendak masing – masing orang dan bukan dalam waktu yang bersamaan.

b. Mempunyai ruang komunal yang muncul seiring dengan

perkembangan kampung

c. Fasilitas – fasilitas sosial yang menyatu dengan hunian

d. Ruang terbuka yang cukup

e. Sirkulasi kampung cenderung tegas dan majemuk

f. Jarak bangunan yang rapat memberikan kenyamanan tersendiri pada penghuni

g. Meskipun tingkat hunian padat namun aspek – aspek privasi masih terjaga, bukan berdasarkan penataan ruang tapi muncul dari kotak sosial yang terjadi antara penghuni

h. Kontak sosial sering terjadi pada jalur – jalur sirkulasi yang padat i. Warna suasana kampung sering didominasi oleh mata pencaharian

( Triana Muhimmatul Choiriyah. 2009. Tugas Akhir. Kampung Vertikal sebagai upaya peremajaan permukiman.)

commit to user

II. 2. 1. 4. Preseden

Dari paparan di atas dapat lebih dijelaskan melalui preseden di bawah ini :

a. Kampung Naga ( Kampung wisata )

Kampung Naga secara administratif terletak di kampung Legok Dage, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Terletak persis di samping jalan raya Tasikmalaya-Garut dari rute Tasikmalaya-Bandung, membuat kampung ini mudah dicapai

1) Pelaku :

a) Dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam

memegang adat istiadat peninggalan Ieluhumya.

b) wisatawan

2) Aktivitas :

a) Sekelompok warga sedang memilah-

milah semacam tanaman akar (herbal) yang diambil dari kebun.

b) Selain dari pertanian, penduduk Kampung Naga juga

membuat kerajinan anyam-anyaman dari akar-akar dan bambu untuk dijual. Banyak sekali produknya, antara lain tas,

Gbr. II. 20. Jalan utama menuju Kampung Naga Sumber : www.google.com

Gbr. II. 21. me milah akar tanaman obat

commit to user

topi, gelang-gelang, kalung, hingga sandal. Suvenir khas ini dijual di beberapa rumah dan bisa ditemukan di kios-kios souvenir di pelataran parkir.

3) Perwadahan :

a) Di depan rumah biasanya terdapat semacam teras atau serambi kecil yang digunakan untuk melakukan aktivitas dan berinteraksi dengan sesama penduduk

b) Di setiap rumah tidak terdapat kamar mandi. Aktivitas MCK dilakukan di pemandian umum yang terdapat di bagian depan kampung yang dekat dengan sungai.

c) Terdapat kolam-kolam di sekitar pemandian yang digunakan untuk beternak ikan.

d) Kandang-kandang kambing dan sapi juga berada di depan sehingga tidak mengganggu perkampungan.

e) Di bagian paling atas terdapat sebuah lapangan dan masjid agung. Terdapat sebuah bedug unik yang terbuat dari sebatang kayu yang dilubangi tengahnya.

Gbr.II. 23. Masjid Agung

Sumber : www.google.com Gbr.II. 22. toko souvenir

commit to user

4) Permassaan :

Rumah-rumah panggung berderet rapi memanjang dari barat ke timur. Setiap rumah menghadap ke utara atau selatan.

5) Interaksi :

Interaksi dengan alam : Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat.

Interaksi konstruksi : Setiap rumah harus terbuat dari kayu,

dengan dinding dari anyaman bambu, beratap ijuk atau daun

nipah, dan dikapur dengan warna putih.

(http://jengjeng.matriphe.com)

II. 2. 1. 5. Deskripsi Partial Relevansi Mekanisme Perkampungan Terhadap Esensi Rancang Bangun

a. Aktivitas

Aktivitas yang ditekankan dalam eksplorasi kutub Mekanisme Perkampungan ini adalah aktivitas masyarakat pribumi di perkampungan tersebut serta aktivitas dari para pengunjung atau pendatang.

Gbr. II. 24. deretan rumah

commit to user

Kegiatan pada perkampungan yang dilakukan antara lain adalah bertani, bersosialisasi, memilah-milah semacam tanaman akar (herbal) yang diambil dari kebun, berprofesi sebagai pengrajin, berwisata kampung, beribadah, pedagang dan pengusaha serta didukung sarana dan prasarana yang telah ditentukan.

Kehidupan harmoni yang eksotik inilah yang menjadi daya tarik ini yang membuktikan bahwa Tradisi dan Modernisasi dapat berdampingan dan terpelihara dengan baik. Selain menawarkan

Gbr. II. 25. Kegiatan berkebun Sumber : www.google.com Perkampungan Masyarakat pribumi Pendatang Aktivitas Tradisi modernisasi Beribadah Bertani Bercocok tanam Berdagang Pengrajin Bersosialisasi Membatik Berwisata kampung Pengusaha Membangun rumah

Skema . II. 4. Aktivitas perkampungan Sumber : Analisa pribadi

commit to user

keindahan dan pesona alam, seperti pegunungan, sungai, kebun dan indahnya hamparan petak sawah yang menjalin indah, flora dan faunanya serta kombinasi antara kegiatan alami pedesaan.

Aktivitas – aktivitas di atas adalah aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat - masyarakat di perkampungan maupun pedesaan. Aktivitas tersebut dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan tingkat sosial masing – masing keluarga di perkampungan.

b. Perwadahan / peruangan

Sebuah perkampungan memerlukan suatu kondisi lingkungan yang baik yang dapat memberikan dampak yang baik pula untuk masyarakat yang tinggal di dalamnya. Membutuhkan ruang komunal untuk bersosialisasi antar masyarakat, fasilitas – fasilitas sosial dan

Gbr. II. 26. Pengrajin rotan Sumber : www.google.com

Gbr. II. 28. Kegiatan memasak Sumber : www.google.com Gbr. II. 27. Kegiatan membatik

Sumber : www.google.com

Gbr. II. 29. Kegiatan menjahit Sumber : www.google.com

Gbr. II. 30. Kegiatan membuat topeng Sumber : www.google.com

Gbr. II. 31. Kegiatan pengrajin gerabah Sumber : www.google.com

commit to user

d. Jenis – jenis perkampungan :

1) Perkampungan wisata

2) Perkampungan adat

3) Perkampungan tradisional

Gbr.II. 38. Kampung Batik Laweyan Sumber : www.google.com Gbr. II. 36. Kampung Naga Sumber : www.google.com

Gbr. II. 37. Kampung Baduy Sumber : www.google.com

commit to user 4) Perkampungan budaya 5) Perkampungan perkotaan 6) Perkampungan industri 7) Perkampungan etnis e. Korelasi interaksi 1) Aspek fisik :

a) Penataan hunian yang tidak teratur

b) Terdapat semacam teras untuk melakukan aktivitas dan berinteraksi

c) Tidak memiliki batas yang tegas antara kampung yang satu dengan kampung yang lain, misal tidak terdapat pagar / dinding ( berbatasan dengan alam )

d) Mempunyai ruang komunal untuk kegiatan bersama

e) Memiliki open space

Gbr.II. 39. Rumah Tembi Yogyakarta Sumber : www.google.com

Gbr.II. 40. Kampung Cina Sumber : www.google.com

commit to user

f) Jarak antar bangunan yang rapat / saling berdekatan

g) Sirkulasi kampung cenderung tegas dan majemuk

h) Menyatu dengan alam

2) Aspek non fisik :

a) Kuatnya rasa tenggang rasa dan kekeluargaan yang sangat tinggi dalam kehidupan sosial di masyarakat perkampungan b) Masyarakat perkampungan masih ada yang memiliki adat

istiadat yang kuat dengan mempertahankan hidup sederhana c) Masyarakat perkampungan hidup pada suatu tatanan yang

dikondisikan dalam suasana kesehajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang kuat

d) Kehidupan harmoni yang eksotik, dimana tradisi dan modernisasi dapat berdampingan dan terpelihara dengan baik e) Memegang budaya lokal yang lekat

f) Keserasian dengan alam memberikan kesejukan dan

kedamaian bagi masyarakat di perkampungan

3) Persiapan, stimulan, interaksi antar kutub

Dari uraian aspek fisik dan non fisik di atas, kampung merupakan kelompok rumah yang merupakan bagian dari kota yang biasanya dihuni

orang berpenghasilan rendah. Terjadinya masyarakat Kampung tersusun dari sejumlah individu-individu dan keluarga-keluarga, sehingga terbentuk suatu masyarakat yang menetap di suatu

wilayah. Dalam merancang sebuah perkampungan perlu

memperhatikan jenis aktivitas yang diwadahi, jenis masyarakat / pelaku aktivitas, kebutuhan masyarakat pada kampung tersebut,

commit to user

serta kondisi lingkungan sekitar. Sebuah perkampungan

merupakan interaksi antara kondisi fisik dan non fisik yang terdapat dalam suatu perkampungan. Perkampungan yang menyatu dengan alam dapat memberikan kenyamanan dan kedamaian bagi masyarakat yang ada di dalamnya.

II. 2. 1. 6. INTERAKSI ANTARA KONDISI LANJUT USIA di PERKAMPUNGAN

a. Aspek aktivitas

Bangunan yang akan ditancang mempunyai dua fungsi utama, yaitu : 1) Sebagai wadah yang menampung kebutuhan – kebutuhan para

usia lanjut.

Dari fungsi ini muncul aktivitas lansia yang terkait dengan kesehatan, kerohanian, sosialisasi, rekreasi, dan kreativitas. Berikut beberapa aktivitas yang dapat dilakukan para lanjut usia :

a) Senam lansia

b) Posyandu lansia & Pelayanan kesehatan

c) Rekreasi

d) Berkebun / bercocok tanam

e) Workshop

f) Kreativitas ( melukis, membuat kerajinan, dll ) g) Kesenian (menyanyi, drama, keroncong, dll )

h) Siraman rohani ( pengajian, mendengarkan ceramah, dll )

2) Sebagai wadah yang mampu menyalurkan dan menciptakan

commit to user

2) Ruang – ruang untuk lansia antara lain :

Aspek fisik pada hunian lanjut usia sangat dipengaruhi akan banyaknya kebutuhan para lansia agar dapat hidup mandiri. Tentunya ruang – ruang yang sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakan atau aksesibilitas rumah.

Sedangkan untuk mendukung produktivitas untuk para lanjut usia dibutuhkan ruang – ruang penunjang yang memperhatikan kebutuhan lanjut usia berdasarkan kemampuan , niat dan bakat dari masing – masing lanjut usia. Antara lain ruang untuk workshop, ruang pameran, ruang pertunjukan, perpustakaan, kebun, dan ruang komunal. Dalam kegiatan spiritual diperlukan wadah yang nyaman dan tenang, seperti masjid, ruang untuk pengajian, dll.

c. Aspek permassaan

Massa berupa bangunan horisontal dan lahan terbuka yaitu massa dengan fisik bangunan yang menyatu dengan alam. Massa ini digunakan untuk menampung aktivitas perkampungan lansia yang membutuhkan penyesuaian dengan iklim setempat dan menyatu dengan alam sekitar dan struktur yang kokoh untuk mendukung fungsi

Gbr. II. 47. Amphiteathre Sumber : www.google.com

Gbr. II. 48. Ramp Sumber : www.google.com

commit to user

dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan. Untuk meminimalisir masuknya sinar matahari ke dalam bangunan maka massa ini diletakkan pada sisi utara dan selatan.

d. Aspek korelasi interaksi 1) Struktur konstruksi

a) Sistem struktur dalam bangunan adalah sistem bangunan horisontal dengan mempertimbangkan fungsi perkampungan dan fungsi ruang untuk lansia.

Gbr.II. 50. Kampung pedesaan Sumber : www.google.com

Gbr. II. 52. Struktur konstruksi Sumber : www.google.com

commit to user

b) Bahan bangunan perkampungan adalah bahan bangunan yang

aman, dan nyaman untuk dihuni para lanjut usia

2) Utilitas

a) Perkampungan dan ruang untuk lansia membutuhkan jaringan

utilitas tertentu

b) Untuk perkampungan meliputi :

§ Perencanaan penghawaan dan pencahayaan alami

§ Pengolahan limbah perkampungan agar tidak mencemari

lingkungan

§ Saluran sanitasi dan drainase

Jaringan air bersih beberapa dapat berasal dari pompa dapat juga berasal dari PDAM.

Mengambil cahaya siang di ketinggian

Gbr. II. 53. Pencahayaan & penghawaan alami Sumber : www.google.com

commit to user

Sedangkan untuk ruang untuk lansia jaringan utilitas yang disediakan antara lain:

a) Sistem pencahayaan alami

b) Sistem drainase dan sanitasi yang baik terutama untuk lansia yang sudah tidak produktif / tidak potensial

e. Aspek produktivitas

Dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat produkivitas lanjut usia yang masih dalam kondisi produktif. Agar dapat meningkatkan kinerja dan perekonomian, karena orang lanjut usia cenderung menginginkan hidup mandiri, tidak membebani hidup orang lain. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan kegiatan kreativitas ( seperti menyulam, membatik, ketrampilan, pengrajin, melukis, mematung, dll ), kegiatan bertani, bercocok tanam, berkebun. Penyediaan sarana produktivitas antara lain :

1) Penyediaan ruang workshop

Pengrajin rotan yang ikut mendapat

keuntungan seiring meningkatnya

permintaan.

Gbr. II. 55. Ruang untuk work shop Sumber : www.google.com Gbr. II. 54. Water tower

commit to user

2) Penyediaan ruang display / pameran

3) Penyediaan gerai – gerai penjualan Suvenir khas ini dijual di beberapa rumah dan bisa ditemukan di kios-kios suvenir di pelataran parkir.

4) Penyediaan ruang terbuka dan lahan pertanian.

Gbr. II. 58. Gerai – gerai penjualan Sumber : www.google.com

Gbr.II. 59. Open space Sumber : www.google.com

Gbr. II. 60. Lahan pertanian Sumber : www.google.com Gbr. II. 57. R. pameran outdoor

Sumber : www.google.com penjualan Gbr. II. 56. R. pameran indoor

Sumber : www.google.com penjualan

commit to user

BAB III

TINJAUAN SOLO RAYA Dan KABUPATEN KARANGANYAR Sebagai LOKASI PERKAMPUNGAN LANJUT USIA

III. 1. TINJAUAN SOLO RAYA

Dalam dokumen RIA RESTI KUSUMA I 0207020 (Halaman 77-97)

Dokumen terkait