• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANJUT USIA 1 Kajian Lanjut Usia

Dalam dokumen RIA RESTI KUSUMA I 0207020 (Halaman 34-77)

KAJIAN PUSTAKA

II. 1. LANJUT USIA 1 Kajian Lanjut Usia

II. 1. 1. 1. Pemahaman Lanjut Usia

Menurut BKKBN dalam buku Bersinergi Dengan Kesehatan, Usia lanjut adalah seseorang yang sudah berusia di atas 60 tahun. Pada umumnya memiliki tanda – tanda terjadinya penurunan fungsi – fungsi biologis, psikologis, dan ekonomi. Pengertian lain dari lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.

Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Pada periode ini kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri ataupun mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya akan perlahan- lahan menurun sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).

commit to user

II. 1. 1. 2. Kondisi Lanjut Usia di Indonesia

Usia lanjut dan proporsinya dalam Negara industri di dunia semakin bertambah dalam abad ini. Sementara sumber data dari World Bank tahun 1994 membeberkan usia harapan hidup rata – rata penduduk Indonesia di tahu 1960 hanyalah 46 tahun, tetapi di tahun 1990 usia harapan hidup melonjak menjadi 56 tahun, sedangkan di tahun 1994 adalah 62 tahun. Lantas di tahun 2000 meningkat lagi menjadi minimal 70 tahun. ( Gallo, J.J., Reichel, W., Andesen,L.M. 1998. Gerontologi ).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah tersebut, 14 % diantaranya berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atau merupakan daerah yang paling tinggi jumlah lansianya, disusul provinsi Jawa Tengah ( 11,16% ), Jawa Timur ( 11,14% ), dan Bali ( 11,02% ). Pada tahun 2010 hingga 2020 jumlah lansia diperkirakan naik mencapai 11,34% dari jumlah penduduk di Indonesia. ( Biro Pusat Statistik, 2010. Struktur Penduduk )

Sebenarnya, terobosan sudah dilakukan serta kepedulian dan komitmen pemerintah sudah cukup banyak. Kementerian Sosial (Kemensos) sudah menguji coba, jaminan sosial lanjut usia dari tahun ke tahun ditingkatkan. Namun , dilihat dari jumlah yang mendapat jaminan sosial yang mencakup 12 ribu orang dibandingkan yang telantar, hanya sedikit yang mendapat jaminan sosial. Kemudian, jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tanpa bayar termasuk bagi lansia telantar. Tapi, jumlahnya pun sangat terbatas.

Terbitnya Undang-Undang (UU) Nomor 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia juga cermin bahwa pemerintah itu berupaya meningkatkan kesejahteraan lansia. Pasal 25 UU 13/1998 juga

commit to user

mengoordinasikan antara masyarakat dan pemerintah, yaitu Komnas Lansia. Tugasnya membantu Presiden meningkatkan kesejahteraan lansia, dan memberikan saran dan pertimbangan tentang penyusunan kebijakan di bidang lansia. Tetapi, hasil penelitan dan pengkajian Komnas Lansia ke

daerah-daerah, menunjukkan bahwa penanganan lansia belum

menggembirakan, belum memuaskan, dan masih sangat terbatas.

II. 1. 1. 3. Perlakuan Terhadap Lanjut Usia

Sesuai dengan kebudayaan kita, agar lansia itu tetap dihormati martabatnya, diupayakan agar bisa beraktivitas, seperti baca, mengetik, memelihara taman, dan lain sebagainya. Tentu saja kalau usia senja itu, kegiatan kerohanian tetap diutamakan. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya lansia. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari – hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer ( 1978 ), Univer salizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi . Kondisi fisik rata-rata sudah menurun , sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka . Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian . Menurut Lita L . Atkinson , sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut ( usia 70 - 79 tahun ) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih menunjukkan

commit to user

aktifitas yang positif . Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam terapi psikologi .

Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian .Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi , maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress , putus asa , ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah.Dalam kasus- kasus seperti ini , umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat . Sebab melalui ajaran pengamalan agama , manusia usia lanjut merasa memperoleh tempat bergantung.

II. 1. 1. 4. Batasan Usia Lanjut

Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu Aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada

commit to user

yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Secara sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun.

Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang – undang No. 13 / 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut adalah sebagai berikut : usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), lanjut usia dikelompikan menjadi :

a. Usia pertengahan ( middle age ) : kelompok usia 45 – 59 tahun.

b. Lanjut usia ( ederly ) : antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua ( old ) : antara 75 dan 90 tahun

d. Usia sangat tua ( very old ) : diatas 90 tahun.

Menurut Dra. Ny Jos Masdani ( psikolog UI ) lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa dimana dibagi menjadi menjadi empat bagian : a. Fase iuventus ( 25 – 40 tahun

b. Fase feliritas ( 40- 50 tahun ) c. Fase prasenium ( 55 – 65 tahun ) d. Fase senium ( 65 hingga tutup usia )

Menurur Linda L. Davidoff dalam buku Psikologi ( 1991: 102 ) lanjut usia dibagi dalam dua tahap, yaitu :

a. Usia tua dini : 65- 75 tahun b. Usia tua dalu 75 tahun ke atas

commit to user

II. 1. 1. 5. Karakteristik Lanjut Usia

Penyebab fisik yang mempengaruhi perubahan – perubahan dalam kemapuan motorik meliputi menurunnya kekuatan dan tenaga yang biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi karena bertambahnya usia, menurunnya kekuatan otot, gemetar pada tangan, kepala, dan rahang bawah. Penyebab psikologis yang mempengaruhi dalam kemampuan motorik berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan rendah diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti kekuatan, ketrampilan, dan kecepatan. Tekanan emosional yang berasal dari sebab – sebab psikologis dapat mempercepat perubahan kemampuan motorik atau menurunnya motivasi untuk mencoba melakukan sesuatu yang masih dapat dilakukan ( Harlock, 2004 ).

Masalah psikologis pada lanjut usia menurut Nuhriawangsa dan Sudiyanto (1998) adalah

a. Menerima pandangan klise orang tentang lanjut usia. Persepsi memburuk bahwa tidak mampu berbuat apapun dan membuat cenderung mengisolasi diri.

b. Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola kehidupannya.

c. Muncul pemikiran pada Lanjut usia bahwa proses mereka dalam prpses penurunan. Misalnya sangat pelupa, kesulitan menerima hal baru, dan lain sebagainya.

d. Merasa tidak tahan dengan tekanan, perasaan ini akan membentuk mental mereka tertidur dan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu lama untuk mengerjakan hal tertentu sehingga menarik diri dari segala kegiatan.

e. Perasaan bersalah karena menganggur adanya kebutuhan untuk

commit to user

f. Sikap ingin aktif terlihat secara sosial, membuat sikap mudah curiga, menuntut perhatian berlebihan, atau mengasingkan diri, murung, tak berguna, rendah diri dan apatis.

Ciri usia lanjut sehat dan bahagia menurut Nuhriawangsa dan Sudiyanto dalam makalah seminar, Psikiatri Geriarti, antara lain :

a. Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena masalah hidupnya bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialami sebagai bagian dari hidupnya yang tak perlu disesali dan justru mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.

b. Memiliki integritas pribadi yang baik berupa konsep diri yang tepat dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimiliki.

c. Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada

diantara orang – orang yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberikan perhatian dan kasih sayang yang membuat dirinya masih diperlukan dan dicintai.

d. Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik didukung oleh kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat

e. Memiliki keamanan financial yang memungkinkan hidup mandiri, tidak menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.

f. Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri sehingga dapat

menentukan nasibnya sendiri tak bergantung orang lain hal ini dapat menjaga kestabilan dirinya.

commit to user

II. 1. 1. 6. Permasalahan Pada Lanjut Usia

Dalam buku Panduan Gerontologi, berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain permasalahan umum dan permasalahan khusus yang dihadapi oleh lansia. a. Permasalahan umum antara lain :

1) Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.

2) Makin lemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.

3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional pelayanan lanjut usia.

5) Serta belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

b. Permasalahan khusus antara lain :

1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat munculnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.

2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia . 3) Rendahnya produktivitas kerja lansia.

4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.

5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistic.

6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.

commit to user

II. 1. 1. 7. Perubahan pada Usia Lanjut

a. Perubahan – perubahan fisik pada usia lanjut merupakan perubahan dari tingkat sel sampai ke semua system organ tubuh diantaranya : 1) sistem pernafasan,

2) pendengaran, 3) penglihatan, 4) kardiovaskuler,

5) sistem pengaturan temperatur tubuh, 6) sistem respirasi,

7) muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria, endoskrin dan integument.

b. Perubahan - perubahan mental yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

1) perubahan fisik khususnya organ perasa,

2) kesehatan umum,

3) tingkat pendidikan, 4) keturunan ( hereditas ), 5) lingkungan,

6) gangguan syaraf panca indera, 7) timbul kebutaan dan ketulian,

8) gangguan gizi akibat hilangnya jabatan

c. Perubahan – perubahan psikososial :

1) Pensiun : nilai sesorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam jabatan.

2) Merasakan atau sadar akan kematian.

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

commit to user

4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan

5) Meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,

bertambahnya biayta pengobatan. 6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

7) Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian. 8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu hilangnya hubungan dengan

teman – teman dan keluarga

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik seperti perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perkembangan spiritual

1) Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow, 1970)

2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari – hari ( Murray dan Zentner, 1970 )

3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer ( 1978 ), perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara pemberian contoh cara mencintai keadilan. 4) Agama adalah merupakan faktor penting dalam penyesuaian pada

masa tua. (Moberg dalam Hurlock, 1999).

5) Individu yang berusia 60 tahun ke atas menemukan bahwa agama

merupakan faktor terpenting yang membantu lansia mengatasi stress ( Lowry & Conco, 2002 ).

6) Agama dapat memenuhi kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan penting dalam kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua ( Daaleman, Perera & Studenski, Fry, Koenig & Larson, dalam Santrock, 2006 ).

commit to user

II. 1. 1. 8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan

Setiap manusia pasti akan mengalami masa tua. Ketuaan sendiri dipengaruhi beberapa faktor antara lain

a. hereditas ( ketuaan genetis ), b. nutrisi,

c. status kesehatan,

d. pengalaman hidup,

e. lingkungan, f. stress.

II. 1. 1. 9. Kesehatan Lanjut Usia

a. Faktor Fisik dan Psikis Lanjut Usia

Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu (Prasetyo,1998). Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti :

1) Gangguan pada sirkulasi darah, persendian, dan system pernafasan 2) Neurologik

3) Metabolik

4) Neoplasma

5) Mental

Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah

1) Mudah letih

2) Mudah lupa

3) Gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra

4) Menurunnya konsentrasi

Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) mengatakan untuk menkaji fisik pada orang lanjut usia harus

commit to user

dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban. Sedangkan masalah kesehatan jiwa ( psikis ) lansia yang sering muncul adalah :

1) Gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga.

2) Gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola tidur, gangguan makan dan minum.

3) Gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri sendiri.

b. Penyakit pada Lanjut Usia

Menurut “ The National Old People’s Welfare Council “ di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia, yakni

1) Depresi mental

2) Gangguan pendengaran

3) Bronchitis kronis

4) Gangguan pada tungkai / sikap berjalan 5) Gangguan pada koksa / sendi panggul

6) Anemia

7) Demensia

c. Prinsip – Prinsip Olahraga pada Lanjut Usia

Prinsip – prinsip olahraga pada lanjut usia menurut Nugroho dalam buku Keperawatan Gerontik antara lain komponen kesegaran jasmani yang paling mendasar untuk dilatih adalah

commit to user

1) Ketahanan kardio-pulmonal

2) Kelenturan ( fleksibilitas )

3) Kekuatan otot, dan komposisi tubuh ( lemak jangan berlebihan ) 4) Selalu memperhatikan keselamatan, latihan teratur dan tidak terlalu

berat

5) Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan 6) Latihan dianjurkan dalam dosis berjenjang

7) Hindari pertandingan

8) Berolahraga agar tetap sehat dan segar, 2-3 kali seminggu

d. Posyandu Lanjut Usia

Posyandu lansia / kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu

bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat atau /UKBM

yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu

sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Sedangkan

sasaran langsung Posyandu Lansia adalah 1) Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun) 2) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)

3) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)

Sedangkan sasaran tidak langsung dari posyandu lansia adalah keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, dan masyarakat luas.

Tujuan dari Posyandu Lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksitensinya dalam strata kemasyarakatan. Sedangkan bagi lansia sendiri, kesadaran

commit to user

akan pentingnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas agar selama mungkin tetap mandiri dan berdaya guna.

Jenis pelayanan yang diberikan di Posyandu Lansia, antara lain:

1) Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil dan besar.

2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS usia lanjut)

3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh 4) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan

stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau

Cuprisulfat.

6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya penyakit gula.

7) Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

8) Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7. 9) Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam

rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.

commit to user

10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

II. 1. 1. 10. Psikologi pada Lanjut Usia

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6). Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :

a. Kesehatan Jiwa Lanjut Usia

1) Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple pathology ), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan lain sebagainya.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.

Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau

commit to user

tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

2) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi sosial pada Lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti :

a) Gangguan jantung

b) Gangguan metabolism, missal diabetes mellitus c) Vaginitis

d) Baru selesai operasi : missal : prostatektomi

e) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang

f) Penggunaan obat – obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.

Sedangkan faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain : a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual

pada lansia

b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya

c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya

d) Pasangan hidup telah meninggal

e) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya

commit to user

3) Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.

a) Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.

b) Sementara fungsi psikomotorik (kognatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Constr uction per sonalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent per sonality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindr ome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent per sonalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

commit to user

d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility per sonality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate per sonalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

4) Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang

memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model

kepribadiannya.

5) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran,

penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.

commit to user

Ada beberapa tekanan yang membuat orang usia tua menarik diri dari kehidupan sosial ( Psikologi : 208 ) :

Dalam dokumen RIA RESTI KUSUMA I 0207020 (Halaman 34-77)

Dokumen terkait