• Tidak ada hasil yang ditemukan

TinjauandanProyeksiHargaKomoditasPokokPanganIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TinjauandanProyeksiHargaKomoditasPokokPanganIndonesia"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN DAN PROYEKSI HARGA KOMODITAS POKOK

PANGAN INDONESIA

ALFI IRFAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tinjauan dan Proyeksi Harga Komoditas Pokok Pangan Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

(3)

ALFI IRFAN. Tinjauan dan Proyeksi Harga Komoditas Pokok Pangan Indonesia. Dibimbing oleh NOVINDRA.

Pemenuhan akan kebutuhan pangan masyarakat menjadi penting karena berkaitan dengan hak warga negara dan hak asasi manusia. Proses produksi, distribusi, dan konsumsi ini sangat dipengaruhi oleh harga pangan domestik. Kontribusi bahan makanan terhadap inflasi sebesar 79,61% (BPS, 2013). Fluktuasi harga pangan ini tidak terlepas dari keadaan biologi di lingkungan pertanian, adanya time lags dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan input hingga menjual output, keadaan pasar, dan dampak kebijakan. Informasi mengenai harga ini didapat melalui lembaga Badan Urusan Logistik (Bulog), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Badan Pusat Statistik (BPS). Peraturan pembakuan format laporan harga diatur melalui keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 522/MPP/Kep/11/1998. Peraturan ini tidak secara spesifik mengatur lokasi, kualitas komoditas, komoditas bermerek dan yang tidak bermerek, serta standardisasi laporan harga sehingga data harga antar lembaga pemerintah dan independen swasta berbeda-beda. Penelitian mengenai sinergitas data dan perkembangan harga komoditas pokok pangan ini penting karena untuk meramalkan harga dan merumuskan kebijakan yang optimal pada masa yang akan datang. Data dari komoditas pokok pangan di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda mulai dari nilai tengah, nilai ragam, maupun pola-pola yang terbentuk di dalam data tersebut. Oleh karena itu, metode peramalan terbaik untuk satu komoditi tidak selalu menjadi metode yang terbaik untuk komoditi yang lain. Berdasarkan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis perkembangan harga komoditas pokok pangan Indonesia; 2) Mengidentifikasi sinergitas harga yang dikeluarkan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Badan Pusat Statistik (BPS), dan hasil survei di masing-masing daerah; 3) Mendapatkan metode peramalan terbaik untuk meramalkan harga komoditas pokok pangan Indonesia dan; 4) Meramalkan harga komoditas pokok pangan Indonesia di masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 7 komoditas yang mengalami peningkatan harga di atas peningkatan harga bahan makanan. Komoditas tersebut yaitu ketela pohon (65,44%), bawang merah (87,50%), cabai merah keriting (70,39%), daging sapi (41,45%), telur ayam ras curah (33,98%), ikan teri asin (29,06%) dan mi instan indomie (30,68%). Beberapa komoditi lain mengalami penurunan harga seperti kacang hijau (4,3%), minyak goreng filma (0,80%), dan minyak goreng minyakita (5,81%). Perbedaan data harga antar Bulog, BPS, Disperindag, dan hasil survei yang terjadi hingga Rp 10.177/kg untuk komoditi yang sama diwaktu yang sama.Terdapat 4 metode terbaik untuk peramalan komoditas pokok pangan Indonesia, yaitu winters multiplikatif, winters aditif, tren kuadratik, dekomposisi multiplikatif, dan ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average). Hasil peramalan menunjukkan komoditas yang akan berkontribusi besar terhadap inflasi adalah bawang merah.

(4)

ABSTRACT

ALFI IRFAN . Review and Projection of Price for Indonesian Basic Food Commodities. Supervised by NOVINDRA.

Sufficiency of food needs for human is important because it relates to the rights of citizens and human rights. The process of production ,distribution, and consumption is strongly influenced by domestic food prices. The contribution of food prices to the inflation in Indonesia is 79,61% (Statistic Center, 2013). Fluctuations in food prices is related to biological structure of commodities and agricultural environments, time lags in decision making related to the use of inputs until sell output, market structure, and policy impact. Information of food prices can be accessed to the State Logistics Agency (Bulog), Department of Trade and Industry (Disperindag), and Statistic Center (BPS). Standardization of daily food prices report made by Ministry of Trade Indonesia through Minister Decision No.522/MPP/Kep/11/1998. This regulations do not specifically regulate the location, the quality of the commodity, and commodity branded and non-branded. this problem cause food prices data among government agencies and private companies different each other. Research on food prices fluctuation and data synergize between government agencies and private companies is important to predict the price and formulating the optimal policy in the future .Every commodities in Indonesia has different characteristics of data, average mean value, and the pattern. Therefore , the best forecasting method for one commodity not always be the best method for another commodity . Based on these problems, the objective of this study are: 1) Analyze the development of Indonesian food prices; 2) Identify synergy prices between State Logistics Agency (Bulog), Department of Industry and Trade (Disperindag) , the Statistic Center (BPS) , and results of the survey in each region; 3) Getting the best forecasting method to forecast the price of basic food commodities in Indonesia ; 4 ) Forecast the price of food commodities of Indonesia in the future . The results showed that there are 7 commodities which have increasing price significantly. Those commodities are cassava (65,44%), onions (87,50%), red chili (70,39%), beef (41,45%), eggs (33,98%) , salted fish (29,06%) and instant noodles (30,68%). Some other commodities have decreasing price. Those commodities are green beans (4,3%) , Filma cooking oil (0,80%) , and Minyakita cooking oil (5,81%). The difference between the price data from Bulog , BPS , Disperindag , and survey results up to Rp 10.177/kg for the same commodity at the same time. There are 4 best methods for forecasting Indonesian food prices. Those methods are Multiplicative winters, additive winters, quadratic trend, multiplicative decomposition, and ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average). Forecasting results indicate that Onion will contribute strongly effect to inflation.

(5)

TINJAUAN DAN PROYEKSI HARGA KOMODITAS POKOK

PANGAN INDONESIA

ALFI IRFAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

DepartemenEkonomiSumberdayadanLingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Nama : AlfiIrfan NIM : H44090002

DisetujuiOleh

Pembimbing Novindra, SP, M.Si

DiketahuiOleh

KetuaDepartemen Dr. Ir. AcengHidayat, M. T

(7)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Tinjauan dan Proyeksi Harga Komoditas Pokok Pangan Indonesia”. Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Kedua orang tua yaitu Achmad Faiz dan Intan Fatimah yang telah memberikan dukungan moral, kasih sayang, dan doa selama ini kepada penulis.

2. Bapak Novindra, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen penguji utama dan Ibu Hastuti, SP, MP, M.Si selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Segenap rekan-rekan PT. Bina Insan Negeri, Bapak Hussen Gani Maricar, Bapak Yaya Suryadharma, Ibu Dian Supriyatin, dan seluruh rekan-rekan lainnya atas semua dukungan dan bantuannya.

5. Keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Linkungan FEM IPB khususnya dosen-dosen ESL dan rekan-rekan ESL 46 atas semua arahan, masukan, dan bantuannya.

6. Teman-teman satu bimbingan Intan, Iyey, Astari, Fitri, Rere, Naelis, Yuni, dan Dienna. Abida, Lia, dan teman-teman yang telah memberikan bantuan dan semangat.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait dan para pembaca.

Bogor, Februari 2014

(8)

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Komoditas Pokok Pangan Nasional... 9

2.1.1 Beras... 9

2.1.2 Kedelai... 9

2.1.3 Kacang Hijau... 10

2.1.4 Kacang Tanah... 10

2.1.5 Ketela Pohon... 10

2.1.6 Cabai Merah Keriting... 10

2.1.7 Cabai Merah Biasa... 11

2.1.8 Bawang Merah... 11

2.1.9 Daging Sapi... 11

2.1.10 Daging Ayam... 11

2.1.11 Telur Ayam... 12

2.1.12 Ikan Teri Asin... 12

2.1.13 Minyak Goreng... 12

(9)

2.1.16 Mi Instan... 13

2.1.17 Gula Pasir... 13

2.2 Tinjauan Kebijakan Pemerintah Terkait dengan Harga Komoditas Pokok Pangan Indonesia... 13

2.2.1 Kebijakan Kredit Pangan... 14

2.2.2 Kebijakan Subsidi Pangan... 14

2.2.3 Kebijakan Distribusi Pangan... 14

2.2.4 Kebijakan Diversifikasi Pangan... 15

2.2.5 Kebijakan Harga Pangan... 15

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 19

3.1.1 Teori Harga... 19

3.1.2 Teori Peramalan... 20

3.1.3 Tahapan Peramalan... 21

3.1.4 Jenis-Jenis Peramalan... 22

3.1.5 Identifikasi Pola Data... 22

3.1.6 Metode Peramalan Time Series... 23

3.1.7 Pemilihan Metode Peramalan... 25

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 25

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data... 29

4.2 Metode Analisis Data... 29

4.2.1 Analisis Perkembangan Harga Komoditas Pokok Pangan... 30

4.2.2 Sinergitas Data Komoditas Pokok Pangan... 30

(10)

4.2.3.2 Metode Dekomposisi... 31

4.2.3.3 Metode Moving Average... 32

4.2.3.4 Metode Pemulusan Eksponensial... 32

4.2.3.5 Metode Winters... 33

4.2.3.6 Metode Box Jenkins (ARIMA-SARIMA)... 33

4.2.4 Pemilihan Model Peramalan Kuantitatif Terbaik 40 V. PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS POKOK PANGAN INDONESIA 5.1 Perkembangan Harga Beras Medium Indonesia... 41

5.2 Perkembangan Harga Kedelai Indonesia... 41

5.2.1 Kedelai Impor... 42

5.2.2 Kedelai Domestik... 42

5.3 Perkembangan Harga Kacang Hijau Indonesia... 43

5.4 Perkembangan Harga Kacang Tanah Indonesia... 44

5.5 Perkembangan Harga Ketela Pohon Indonesia... 44

5.6 Perkembangan Harga Cabai Merah Keriting Indonesia... 45

5.7 Perkembangan Harga Cabai Merah Biasa Indonesia... 46

5.8 Perkembangan Harga Bawang Merah Indonesia... 47

5.9 Perkembangan Harga Daging Sapi Indonesia... 48

5.10 Perkembangan Harga Daging Ayam Indonesia... 49

5.10.1 Daging Ayam Brolier... 49

5.10.2 Daging Ayam Kampung... 50

5.11 Perkembangan Harga Telur Ayam Indonesia... 51

5.11.1 Telur Ayam Ras Curah... 51

5.11.2 Telur Ayam Kampung Curah... 52

5.12 Perkembangan Harga Ikan Teri Asin Indonesia... 53

(11)

5.13.2 Minyak Goreng Minyakita...... 55

5.13.3 Minyak Goreng Merek Lain.... 55

5.13.4 Minyak Goreng Curah... 56

5.14 Perkembangan Harga Tepung Terigu Indonesia... 57

5.14.1 Tepung Terigu Segitiga Biru... 57

5.14.2 Tepung Terigu Curah... 57

5.15 Perkembangan Harga Susu Kental Manis Indonesia... 58

5.15.1 Susu Kental Manis Cap Bendera... 58

5.15.2 Susu Kental Manis Merek Lain....... 59

5.16 Perkembangan Harga Mi Instan Indonesia... 60

5.16.1 Mi Instan Indomie... 60

5.16.2 Mi Instan Merek Lain...... 61

5.17 Perkembangan Harga Gula Pasir Indonesia... 62

5.17.1 Gula Pasir Gulaku... 62

5.17.2 Gula Pasir RNI... 63

5.17.3 Gula Pasir Curah... 64

5.18 Fluktuasi Harga Komoditas Pokok Pangan Indonesia... 65

VI. SINERGITAS DATA KOMODITAS POKOK PANGAN INDONESIA 6.1 Sinergitas Harga Beras Medium Indonesia... 67

6.2 Sinergitas Harga Kedelai Indonesia... 67

6.2.1 Kedelai Impor... 67

6.2.2 Kedelai Domestik... 68

6.3 Sinergitas Harga Kacang Hijau Indonesia... 68

6.4 Sinergitas Harga Kacang Tanah Indonesia... 69

6.5 Sinergitas Harga Ketela Pohon Indonesia... 70

(12)

6.8 Sinergitas Harga Bawang Merah Indonesia... 72

6.9 Sinergitas Harga Daging Sapi Indonesia... 72

6.10 Sinergitas Harga Daging Ayam Indonesia... 73

6.10.1 Daging Ayam Brolier... 73

6.10.2 Daging Ayam Kampung... 73

6.11 Sinergitas Harga Telur Ayam Indonesia... 74

6.11.1 Telur Ayam Ras Curah... 74

6.11.2 Telur Ayam Kampung Curah... 75

6.12 Sinergitas Harga Ikan Teri Asin Indonesia... 76

6.13 Sinergitas Harga Minyak Goreng Indonesia... 76

6.13.1 Minyak Goreng Filma... 76

6.13.2 Minyak Goreng Minyakita... 77

6.13.3 Minyak Goreng Merek Lain... 78

6.13.4 Minyak Goreng Curah... 78

6.14 Sinergitas Harga Tepung Terigu Indonesia... 79

6.14.1 Tepung Terigu Segitiga Biru... 79

6.14.2 Tepung Terigu Curah... 79

6.15 Sinergitas Harga Susu Kental Manis Indonesia... 80

6.15.1 Susu Kental Manis Cap Bendera... 80

6.15.2 Susu Kental Manis Merek Lain... 81

6.16 Sinergitas Harga Mi Instan Indonesia... 81

6.16.1 Mi Instan Indomie... 81

6.16.2 Mi Instan Merek Lain... 82

6.17 Sinergitas Harga Gula Pasir Indonesia... 82

6.17.1 Gula Pasir Gulaku... 83

6.17.2 Gula Pasir RNI... 83

(13)

VII. PEMILIHAN MODEL PERAMALAN

7.1 Pemilihan Model Peramalan Harga Beras Medium

Indonesia... 87

7.2 Pemilihan Model Peramalan Harga Kedelai Indonesia... 88

7.2.1 Kedelai Impor... 88

7.2.2 Kedelai Domestik... 89

7.3 Pemilihan Model Peramalan Harga Kacang Hijau Indonesia... 89

7.4 Pemilihan Model Peramalan Harga Kacang Tanah Indonesia... 90

7.5 Pemilihan Model Peramalan Harga Ketela Pohon Indonesia... 91

7.6 Pemilihan Model Peramalan Harga Cabai Merah Keriting Indonesia... 91

7.7 Pemilihan Model Peramalan Harga Cabai Merah Biasa Indonesia... 92

7.8 Pemilihan Model Peramalan Harga Bawang Merah Indonesia... 93

7.9 Pemilihan Model Peramalan Harga Daging Sapi Indonesia... 93

7.10 Pemilihan Model Peramalan Harga Daging Ayam Indonesia... 94

7.10.1 Daging Ayam Brolier... 94

7.10.2 Daging Ayam Kampung... 95

7.11 Pemilihan Model Peramalan Harga Telur Ayam Indonesia... 96

7.11.1 Telur Ayam Ras Curah... 96

7.11.2 Telur Ayam Kampung Curah... 97

7.12 Pemilihan Model Peramalan Harga Ikan Teri Asin Indonesia... 98

(14)

7.13.2 Minyak Goreng Minyakita... 99

7.13.3 Minyak Goreng Merek Lain... 100

7.13.4 Minyak Goreng Curah... 101

7.14 Pemilihan Model Peramalan Harga Tepung Terigu Indonesia... 101

7.14.1 Tepung Terigu Segitiga Biru... 102

7.14.2 Tepung Terigu Curah... 102

7.15 Pemilihan Model Peramalan Harga Susu Kental Manis Indonesia... 103

7.15.1 Susu Kental Manis Cap Bendera... 103

7.15.2 Susu Kental Manis Merek Lain..... 104

7.16 Pemilihan Model Peramalan Harga Mi Instan Indonesia... 105

7.16.1 Mi Instan Indomie... 105

7.16.2 Mi Instan Merek Lain... 106

7.17 Pemilihan Model Peramalan Harga Gula Pasir Indonesia... 106

7.17.1 Gula Pasir Gulaku... 107

7.17.2 Gula Pasir RNI... 107

7.17.3 Gula Pasir Curah... 108

7.18 Metode Peramalan Terbaik... 109

VIII. PERAMALAN HARGA KOMODITAS POKOK PANGAN INDONESIA 8.1 Peramalan Harga Beras Medium Indonesia... 111

8.2 Peramalan Harga Kedelai Indonesia... 111

8.2.1 Kedelai Impor... 112

8.2.2 Kedelai Domestik... 112 8.2.3 Perbandingan harga Kedelai Impor dan Kedelai

Domestik...

(15)

8.4 Peramalan Harga Kacang Tanah Indonesia... 114

8.5 Peramalan Harga Ketela Pohon Indonesia... 115

8.6 Peramalan Harga Cabai Merah Keriting Indonesia... 116

8.7 Peramalan Harga Cabai Merah Biasa Indonesia... 116

8.8 Peramalan Harga Bawang Merah Indonesia... 117

8.9 Peramalan Harga Daging Sapi Indonesia... 118

8.10 Peramalan Harga Daging Ayam Indonesia... 118

8.10.1 Daging Ayam Brolier... 119

8.10.2 Daging Ayam Kampung... 119

8.10.3 Perbandingan Harga Daging Ayam Brolier dan Daging Ayam Kampung... 120

8.11 Peramalan Harga Telur Ayam Indonesia... 121

8.11.1 Telur Ayam Ras Curah... 121

8.11.2 Telur Ayam Kampung Curah... 121

8.11.3 Perbandingan Harga Telur Ayam Ras Curah dan Telur Ayam Kampung Curah... 122

8.12 Peramalan Harga Ikan Teri Asin Indonesia... 123

8.13 Peramalan Harga Minyak Goreng Indonesia... 123

8.13.1 Minyak Goreng Filma... 123

8.13.2 Minyak Goreng Minyakita... 124

8.13.3 Minyak Goreng Merek Lain... 125

8.13.4 Minyak Goreng Curah... 125

8.13.5 Perbandingan Harga Minyak Goreng Goreng Berkemasan dengan Minyak Goreng Curah... 126

8.14 Peramalan Harga Tepung Terigu Indonesia... 127

8.14.1 Tepung Terigu Segitiga Biru... 127

8.14.2 Tepung Terigu Curah... 127

(16)

8.15.1 Susu Kental Manis Cap Bendera... 129

8.15.2 Susu Kental Manis Merek Lain... 129

8.15.3 Perbandingan Harga Susu Kental Manis Cap Bendera dengan Merek Lain... 130

8.16 Peramalan Harga Mi Instan Indonesia... 130

8.16.1 Mi Instan Indomie... 131

8.16.2 Mi Instan Merek Lain... 131

8.16.3 Perbandingan Harga Mi Instan Indomie dengan Merek Lain...... 132

8.17 Peramalan Harga Gula Pasir Indonesia... 132

8.17.1 Gula Pasir Gulaku... 133

8.17.2 Gula Pasir RNI... 133

8.17.3 Gula Pasir Curah... 134

8.17.4 Perbandingan Harga Gula Pasir Berkemasan dengan Gula Pasir Curah... 134

IX.

SIMPULAN DAN SARAN

9.1 Simpulan... 135

9.2 Saran... 137

DAFTAR PUSTAKA... 139

LAMPIRAN... 145

(17)

Nomor

Halaman

1 Penurunan Luas Area Panen Komoditi Kedelai, Bawang Merah, dan Cabai Nasional Periode 2011-2013... 1 2 Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Bahan

Makanan di Indonesia, 2008-2012... 2 3 Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Tinjauan dan

Proyeksi Harga Komoditas Pokok Pangan Indonesia” dengan Penelitian Sebelumnya... 16 4 Inflasi Komoditas dan Rata-rata Inflasi per bulan Komoditas

Pokok Pangan Indonesia Periode Mei 2011-September 2013 65 5 Perbedaan Harga Komoditas Pokok Pangan Indonesia antara

Hasil Survei, Disperindag, dan BPS Periode Mei 2011-September 2013... 85 6 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Beras... 87 7 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Kedelai Impor... 88 8 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Kedelai Domestik... 89 9 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Kacang Hijau... 90 10 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Kacang Tanah... 90 11 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Ketela Pohon... 91 12 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Cabai Merah Keriting... 92 13 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Cabai Merah Biasa... 92 14 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Bawang Merah... 93 15 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

(18)

Daging Ayam Brolier... 95 17 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Daging Ayam Kampung... 95 18 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga Telur

Ayam Ras Curah... 96 19 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga Telur

Ayam Kampung Curah... 97 20 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga Ikan

Teri Asin... 98 21 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Minyak Goreng Filma... 99 22 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Minyak Goreng Minyakita... 100 23 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Minyak Goreng Merek Lain... 100 24 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Minyak Goreng Curah... 101 25 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Tepung Terigu Segitiga Biru... 102 26 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga

Tepung Terigu Curah... 103 27 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga Susu

Kental Manis Cap Bendera... 104 28 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga Susu

Kental Manis Merek Lain... 104 29 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga Mi

Instan Indomie... 105 30 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga Mi

Instan Merek Lain... 106 31 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga Gula

Pasir Gulaku... 107 32 Nilai MSE Metode Peramalan Time Series pada Harga Gula

(19)

Pasir Curah... 108 34 Metode Peramalan Terbaik Harga Komoditas Pokok Pangan

Indonesia Periode Mei 2011-September 2013... 109 35 Hasil Peramalan Harga Beras Medium Indonesia Selama 12

Bulan... 111 36 Hasil Peramalan Harga Kedelai Impor Selama 12 Bulan... 112 37 Hasil Peramalan Harga Kedelai Domestik Selama 12 Bulan. 113 38 Hasil Peramalan Harga Kacang Hijau Indonesia Selama 12

Bulan... 114 39 Hasil Peramalan Harga Kacang Tanah Indonesia Selama 12

Bulan... 115 40 Hasil Peramalan Harga Ketela Pohon Indonesia Selama 12

Bulan... 115 41 Hasil Peramalan Harga Cabai Merah Keriting Indonesia

Selama 12 Bulan... 116 42 Hasil Peramalan Harga Cabai Merah Biasa Indonesia

Selama 12 Bulan... 117 43 Hasil Peramalan Harga Bawang Merah Indonesia Selama 12

Bulan... 117 44 Hasil Peramalan Harga Daging Sapi Indonesia Selama12

Bulan... 118 45 Hasil Peramalan Harga Daging Ayam Brolier Indonesia

Selama 12 Bulan... 119 46 Hasil Peramalan Harga Daging Ayam Kampung Indonesia

Selama 12 Bulan... 120 47 Hasil Peramalan Harga Telur Ayam Ras Curah Indonesia

Selama 12 Bulan... 121 48 Hasil Peramalan Harga Telur Ayam Kampung Curah

Indonesia Selama 12 Bulan... 122 49 Hasil Peramalan Harga Ikan Teri Asin Indonesia Selama 12

Bulan... 123 50 Hasil Peramalan Harga Minyak Goreng Filma Indonesia

(20)

Selama 12 Bulan... 124 52 Hasil Peramalan Harga Minyak Goreng Merek Lain

Indonesia Selama 12 Bulan... 125 53 Hasil Peramalan Harga Minyak Goreng Curah Indonesia

Selama 12 Bulan... 126 54 Hasil Peramalan Harga Tepung Terigu Segitiga Biru

Indonesia Selama 12 Bulan... 127 55 Hasil Peramalan Harga Tepung Terigu Curah Indonesia

Selama 12 Bulan... 128 56 Hasil Peramalan Harga Susu Kental Manis Cap Bendera

Indonesia Selama 12 Bulan... 129 57 Hasil Peramalan Harga Susu Kental Manis Merek Lain

Indonesia Selama 12 Bulan... 130 58 Hasil Peramalan Harga Mi Instan Indomie Indonesia

Selama 12 Bulan... 131 59 Hasil Peramalan Harga Mi Instan Merek Lain Indonesia

Selama 12 Bulan... 132 60 Hasil Peramalan Harga Gula Pasir Gulaku Indonesia

Selama 12 Bulan... 133 61 Hasil Peramalan Harga Gula Pasir RNI Indonesia Selama

12 Bulan... 133 62 Hasil Peramalan Harga Gula Pasir Curah Indonesia Selama

(21)

Nomor Halaman

1 Kurva Keseimbangan Pasar... 20 2 Kerangka Pemikiran Operasional... 26 3 Perkembangan Harga Beras Medium Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 41 4 Perkembangan Harga Kedelai Impor Periode Mei 2011-

September 2013... 42 5 Perkembangan Harga Kedelai Domestik Periode Mei 2011-

September 2013... 43 6 Perkembangan Harga Kacang Hijau Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 43 7 Perkembangan Harga Kacang Tanah Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 44 8 Perkembangan Harga Ketela Pohon Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 45 9 Perkembangan Harga Cabai Merah Keriting Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 46 10 Perkembangan Harga Cabai Merah Biasa Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 47 11 Perkembangan Harga Bawang Merah Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 48 12 Perkembangan Harga Daging Sapi Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 49 13 Perkembangan Harga Daging Ayam Brolier Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 50 14 Perkembangan Harga Daging Ayam Kampung Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 51 15 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras Curah Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 52 16 Perkembangan Harga Telur Ayam Kampung Curah

(22)

2011- September 2013... 53 18 Perkembangan Harga Minyak Goreng Filma Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 54 19 Perkembangan Harga Minyak Goreng Minyakita Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 55 20 Perkembangan Harga Minyak Goreng Merek Lain Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 56 21 Perkembangan Harga Minyak Goreng Curah Indonesia

Indonesia Periode Mei 2011- September 2013... 56 22 Perkembangan Harga Tepung Terigu Segitiga Biru

Indonesia Periode Mei 2011- September 2013... 57 23 Perkembangan Harga Tepung Terigu Curah Indonesia

Indonesia Periode Mei 2011- September 2013... 58 24 Perkembangan Harga Susu Kental Manis Cap Bendera

Indonesia Periode Mei 2011- September 2013... 59 25 Perkembangan Harga Susu Kental Manis Merek Lain

Indonesia Periode Mei 2011- September 2013... 60 26 Perkembangan Harga Mi Instan Indomie Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 61 27 Perkembangan Harga Mi Instan Merek Lain Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 62 28 Perkembangan Harga Gula Pasir Gulaku Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 63 29 Perkembangan Harga Gula Pasir RNI Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 63 30 Perkembangan Harga Gula Pasir Curah Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 64 31 Sinergitas Harga Beras Medium Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 67 32 Sinergitas Harga Kedelai Impor Periode Mei 2011-

September 2013... 68 33 Sinergitas Harga Kedelai Domestik Periode Mei 2011-

September 2013... 68 34 Sinergitas Harga Kacang Hijau Indonesia Periode Mei

(23)

2011- September 2013... 69 36 Sinergitas Harga Ketela Pohon Indonesia Periode Mei 2011-

September 2013... 70 37 Sinergitas Harga Cabai Merah Keriting Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 71 38 Sinergitas Harga Cabai Merah Biasa Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 71 39 Sinergitas Harga Bawang Merah Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 72 40 Sinergitas Harga Daging Sapi Indonesia Periode Mei 2011-

September 2013... 72 41 Sinergitas Harga Daging Ayam Brolier Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 73 42 Sinergitas Harga Daging Ayam Kampung Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 74 43 Sinergitas Harga Telur Ayam Ras Curah Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 75 44 Sinergitas Harga Telur Ayam Kampung Indonesia Curah

Periode Mei 2011- September 2013... 75 45 Sinergitas Harga Ikan Teri Asin Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 76 46 Sinergitas Harga Minyak Goreng Filma Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 77 47 Sinergitas Harga Minyak Goreng Minyakita Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 77 48 Sinergitas Harga Minyak Goreng Merek Lain Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 78 49 Sinergitas Harga Minyak Goreng Curah Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 78 50 Sinergitas Harga Tepung Terigu Segitiga Biru Indonesia

Periode Mei 2011- September 2013... 79 51 Sinergitas Harga Tepung Terigu Curah Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 80 52 Sinergitas Harga Susu Kental Manis Cap Bendera Indonesia

(24)

Periode Mei 2011- September 2013... 81 54 Sinergitas Harga Mi Instan Indomie Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 82 55 Sinergitas Harga Mi Instan Merek Lain Indonesia Periode

Mei 2011- September 2013... 82 56 Sinergitas Harga Gula Pasir Gulaku Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 83 57 Sinergitas Harga Gula Pasir RNI Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 83 58 Sinergitas Harga Gula Pasir Curah Indonesia Periode Mei

2011- September 2013... 84 59 Harga Kedelai Aktual dan Ramalan Indonesia Periode Mei

2011-September 2014... 113 60 Harga Daging Ayam Brolier dan Daging Kampung Aktual

dan Ramalan Indonesia Periode Mei 2011-September 2014.. 120

61 Harga Telur Ayam Ras Curah dan Telur Ayam Kampung Curah Aktual dan Ramalan Indonesia Periode Mei

2011-September 2014... 122 62 Harga Minyak Goreng Curah den Minyak Goreng

Berkemasan Aktual dan Ramalan Indonesia Periode Mei 2011-September 2014... 126 63 Harga Tepung Terigu Segitiga Biru dan Harga Tepung

Terigu Curah Aktual dan Ramalan Indonesia Periode Mei 2011-September 2014... 128

64 Harga Susu Kental Manis Cap Bendera dan Merek Lain Aktual dan Ramalan Indonesia Periode Mei

2011-September 2014... 130 65 Harga Mi Instan Indomie dan Merek Lain Aktual dan

Ramalan Indonesia Periode Mei 2011-September 2014... 132 66 Harga Gula Pasir Curah dan Gula Pasir Kemasan Aktual

(25)

Nomor Halaman

1 Nama-nama Pasar Tradisional yang Termasuk dalam Survei Harga... 146 2 Harga Rataan Komoditi Pokok Pangan Nasional Periode

Mei 2011-September 2013... 147 3 Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bahan Makanan

Nasional Periode Mei 2011-September 2013... 175 4 Metode Peramalan dan Peramalan Harga Komoditas Pokok

(26)

1.1. Latar Belakang

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk juga bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pemenuhan akan kebutuhan pangan masyarakat ini sangat penting karena berkaitan dengan hak warga negara dan hak asasi manusia. Peran strategis komoditas pokok pangan ini terwujud dalam 7 bentuk, diantaranya adalah kontribusi dalam bentuk kapital, kontribusi dalam penyediaan pangan, sebagai penyerap tenaga kerja, kontribusi terhadap pendapatan, penyedia bahan baku, sebagai sumber devisa, dan kontribusi dalam pelestarian lingkungan. Fluktuasi harga komoditas pokok pangan ini sangat mempengaruhi stabilitas politik dan perekonomian negara.

Hubungan antara harga dengan jumlah produksi komoditas pangan dapat dijelaskan dengan fenomena kenaikan harga kedelai dan bawang merah di tahun 2013. Pertumbuhan harga kedelai impor dan bawang merah masing-masing sebesar 18,31% dan 87,5% selama periode Mei 2011 hingga September 2013 (PT. Bina Insan Negeri, 2013). Naiknya harga kedua komoditas tersebut dipicu oleh keterbatasan stok komoditas tersebut di pasar dan menurunnya produksi petani domestik. Persoalan kelangkaan bawang merah dan kedelai di pasar yang disebabkan oleh menurunnya luas panen dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penurunan Luas Area Panen Komoditi Kedelai, Bawang Merah, dan Cabai Nasional Periode 2011-2013

Komoditas Luas Panen (Ha)

2011 2012 2013

Kedelai 622.254 567.624 554.132

Bawang Merah 109.634 93.667 99.519

(27)

Penurunan luas panen menjadi indikator utama konversi lahan yang disebabkan oleh menurunnya keinginan petani untuk menanam komoditas tersebut. Hubungan antara keinginan petani dalam menanam ini berkaitan erat dengan harga komoditas yang bersangkutan di tingkat pasar. Fluktuasi harga komoditas pokok pangan ini mempengaruhi tingkat produksi maupun konsumsi. Dilihat dari sisi konsumsi, peningkatan harga akan mendorong penurunan konsumsi. Penurunan konsumsi terhadap komoditas yang mengalami pertumbuhan harga signifikan ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia, 2008-2012

Bahan Makanan Satuan

Tahun Pertumbuhan

(%) 2010 2011 2012

Beras Kg 90,15 89,47 87,23 21,33

Tepung Terigu Kg 1,30 1,46 1,19 3,12 Ketela Pohon Kg 5,05 5,78 3,59 65,44

Daging Sapi Kg 0,36 0,41 0,36 41,45

Daging Ayam Brolier Kg 3,54 3,65 3,494 20,56 Daging Ayam Kampung Kg 0,62 0,62 0,52 15,40 Telur Ayam Ras Kg 6,72 6,62 6,51 33,98 Telur Ayam Kampung Butir 3,70 3,75 2,76 3,52 Bawang Merah Ons 25,28 23,62 27,63 87,50 Cabai Merah Ons 15,27 14,96 16,52 23,57 Minyak Goreng Liter 10,06 10,11 10,63 8,62 Gula Pasir Ons 76,91 73,83 64,76 13,08

Sumber :

Harga komoditas pangan juga menjadi acuan konsumen untuk membeli. Oleh karena itu, penelitian mengenai harga komoditas pokok pangan penting dilakukan sebagai informasi penting untuk petani dan konsumen serta pemerintah untuk mengambil keputusan. Perkembangan pola produksi dan konsumsi kebutuhan pokok di Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga domestik (Suswono, 2013).

(28)

Hubungan antara harga dengan supply dan demand ini tidak selalu satu arah, melainkan saling berkaitan. Demand dan harga berinteraksi melalui faktor selera masyarakat, pendapatan konsumen, dan juga populasi. Supply dan harga berinteraksi melalui faktor kebijakan dan faktor alam itu sendiri yang sangat berkait dengan pertanian. Oleh karena itu, Penelitian mengenai perkembangan harga komoditas pokok pangan menjadi penting untuk dilakukan sebagai evaluasi terhadap kebijakan masa lalu, dan penentuan kebijakan saat ini untuk menunjang pembangunan sektor pertanian di Indonesia pada masa yang akan datang.

Novindra (2012) menyatakan bahwa fluktuasi harga produk pertanian ini disebabkan oleh empat faktor, yaitu : (1) keadaan biologi di lingkungan pertanian, seperti hama, penyakit, dan iklim; (2) adanya time lags dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan input hingga menjual output; (3) keadaan pasar yang direpresentasikan melalui struktur pasar; (4) dampak kebijakan melalui institusi maupun komitmen perdagangan. Arifin (2005) menyebutkan bahwa fluktuasi harga pangan dan komoditas pertanian umumnya terjadi antarwaktu karena pengaruh iklim dan cuaca (seasonal variations), serta perbedaan waktu tanam dan waktu panen yang berkisar tiga bulan atau lebih. Fluktuasi harga juga terjadi karena pengaruh lokasi dan wilayah produksi dan konsumsi.

(29)

Companies (gula merek gulaku) menurun antara 8% hingga 9,69% (PT. Bina Insan Negeri, 2013).

Fluktuasi harga komoditas pokok pangan juga berdampak negatif terhadap daya beli masyarakat. Peningkatan harga komoditas menyebabkan pendapatan riil turun, sehingga pembeli mengurangi pembelian. Menurunnya daya beli masyarakat ini akan menghambat masyarakat dalam mengakses kebutuhan pangan, hal ini akan menyebabkan kesejahteraan masyarakat berkurang. Fluktuasi harga komoditas pokok pangan juga memberikan pengaruh luas terhadap perekonomian makro, yaitu kontribusi terhadap inflasi. Harga kelompok pangan yang termasuk ke dalam harga kelompok barang bergejolak memberikan kontribusi yang besar terhadap inflasi umum di Indonesia, Kontribusi bahan makanan terhadap inflasi sebesar 79,61% (BPS, 2013).

Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 522/MPP/Kep/11/1998 11 November 1998 tentang Pembakuan Format Laporan Harga Harian Bahan Pokok Pangan dan Mekanisme Penyampaian Laporan Harga Harian Bahan Pokok Pangan. Terdapat 17 Bahan pokok pangan yang termasuk dalam monitoring harga pokok harian. Komoditas tersebut adalah beras medium, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ketela pohon, cabai merah keriting, cabai merah biasa, bawang merah, daging sapi, daging ayam, telur ayam, ikan teri asin, minyak goreng, tepung terigu, susu kental manis, jagung pipilan, dan gula pasir. Acuan 17 Bahan pokok pangan ini kemudian disinergikan dengan Kementrian Pertanian dan juga lembaga-lembaga terkait dalam rangka mengontrol harga-harga komoditas pokok pangan yang menyangkut kepentingan pembangunan nasional.

(30)

Perbedaan data harga ini bervariasi antar komoditas. Data harga dikeluarkan BPS, Disperindag, dan Bulog periode Mei 2011 hingga September 2013 untuk komoditi beras berbeda antara Rp 1/kg hingga Rp 775/kg per hari, untuk komoditi cabai merah biasa berbeda antara Rp 145/kg hingga Rp 10.177/kg per hari, untuk komoditi daging sapi berbeda antara Rp 4/kg hingga Rp 8.708/kg per hari, untuk komoditi minyak goreng curah berbeda antara Rp 1/kg hingga Rp 1.421/kg per hari, untuk komoditi tepung terigu curah berbeda antara Rp 58/kg hingga Rp 2.458/kg, dan untuk komoditi gula pasir curah berbeda antara Rp 9/kg hingga Rp 1.201/kg (PT. Bina Insan Negeri, 2013). Perbedaan data harga komoditas pokok pangan ini akan memicu ambiguitas dan keputusan petani hingga konsumen akhir yang tidak terintegrasi secara optimal. Penelitian mengenai kebijakan dan perkembangan harga komoditas pokok pangan ini selanjutnya digunakan untuk meramalkan harga dan merumuskan kebijakan yang optimal pada masa yang akan datang.

(31)

1.2. Perumusan Masalah

Perkembangan harga komoditas pokok pangan nasional secara langsung dipengaruhi interaksi antara elemen-elemen mulai dari tingkat petani (supply) hingga konsumen akhir (demand). Ketidakstabilan tingkat harga akan berdampak besar terhadap standar hidup petani dan konsumen. Tingkat harga yang tinggi akan menekan kesejahteraan konsumen, sedangkan tingkat harga yang rendah akan menekan kesejahteraan petani. Keseimbangan dan kepastian harga sangat diperlukan untuk mengoptimalkan tingkat kesejahteraan petani dan konsumen. Kestabilan harga akan berpengaruh pada kestabilan tingkat produksi dan konsumsi. Interaksi yang seimbang antara konsumsi dan produksi ini akan meningkatkan diversivikasi pangan, ketahanan pangan, dan kedaulatan pangan Indonesia.

Fluktuasi harga di pasar secara umum dipengaruhi langsung oleh fluktuasi stok komoditas di pasar dan tingkat permintaan konsumen. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat fluktuasi stok di pasar, seperti terhambatnya distribusi komoditas ke pasar, menurunnya produksi di tingkat petani, dan spekulasi dalam rantai tata niaga komoditas tersebut. Adanya isu kelangkaan yang berkembang di pasar mendorong aktor dalam rantai tata niaga ini menimbun komoditas dagangnya sehingga berpengaruh pada stok dan harga yang ada di pasar.

Permasalahan utama fluktuasi harga kebutuhan pokok pangan ini tidak terlepas dari pengaruh iklim dan cuaca, sistem distribusi ke pasar, kualitas barang dagang, dan juga spekulasi mulai dari tingkat hulu hingga hilir. Pedagang besar atau biasa disebut bandar dapat menekan harga baik dari sisi konsumen dan petani dengan berspekulasi. Berdasarkan keterangan wartawan survei, untuk beberapa komoditas, spekulan menurunkan harga untuk meningkatkan permintaan pada masa yang akan datang, di sisi lain spekulan dapat meningkatkan harga untuk meningkatkan total pendapatan.

(32)

Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), dan Badan Pusat Statistik (BPS). Informasi mengenai harga komoditas pokok pangan Indonesia juga dapat diakses melalui lembaga-lembaga independen swasta. Data harga yang berbeda untuk komoditas yang sama di wantu yang sama antar lembaga-lembaga tersebut akan mengakibatkan masyarakat secara luas kurang optimal dalam mengambil keputusan produksi, distrubusi, maupun konsumsi. Masing-masing komoditas pokok pangan memiliki karakteristik pola data yang berbeda-beda. Pola data ini menentukan metode terbaik untuk peramalan harga komoditas tersebut pada masa yang akan datang. Pemilihan metode yang terbaik dalam peramalan harga dapat mengoptimalkan keakuratan ramalan harga komoditas itu sendiri.

Berdasarkan masalah yang dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pola fluktuasi harga komoditas pokok pangan Indonesia?

2. Bagaimanakah sinergitas antara lembaga-lembaga yang berperan sebagai sumber informasi harga komoditas pokok pangan Indonesia?

3. Metode peramalan apakah yang cocok dengan pola data harga komoditas pokok pangan Indonesia?

4. Bagaimanakah kecenderungan perubahan harga komoditas pokok pangan Indonesia yang akan terjadi di masa yang akan datang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meninjau dan memproyeksikan harga komoditas pokok pangan di Indonesia. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu :

1. Menganalisis perkembangan harga komoditas pokok pangan Indonesia;

2. Mengidentifikasi sinergitas harga yang dikeluarkan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Badan Pusat Statistik (BPS), dan hasil survei di masing-masing daerah;

3. Mendapatkan metode peramalan terbaik untuk meramalkan harga komoditas pokok pangan Indonesia;

(33)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengambil kebijakan dalam bidang pertanian, khususnya Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan, dan Badan Pusat Statistik. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sinergitas antara lembaga-lembaga yang berhubungan dengan survei harga kebutuhan pokok pangan Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan oleh pelaku dalam tata niaga komoditas pokok pangan mulai dari tingkat petani hingga konsumen akhir. Bagi penulis sendiri, penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasi ilmu-ilmu yang dipelajari selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, khususnya ilmu yang berkaitan dengan ekonomi pertanian. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya dan menambah pengetahuan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis perkembangan dan peramalan harga pada 17 bahan pokok pangan yang diperdalam menjadi 28 komoditas pokok pangan dengan perbandingan beberapa bahan pokok pangan yang memiliki merek dan berperan penting dalam perdagangan di Indonesia. Komoditas pokok pangan itu adalah yaitu beras medium, kedelai impor, kedelai lokal, kacang hijau, kacang tanah, ketela pohon, cabai merah keriting, cabai merah biasa, bawang merah, daging sapi, daging ayam brolier, daging ayam kampung, telur ayam ras curah, telur ayam kampung curah, ikan teri asin, minyak goreng merek filma, minyak goreng merek minyakita, minyak goreng merek lain, minyak goreng curah, tepung terigu merek segitiga biru, tepung terigu curah, susu kental manis merek cap bendera, susu kental manis merek lain, mi instan merek

indomie, mi instan merek lain, gula pasir merek gulaku, gula pasir merek RNI, dan

gula pasir curah. Penelitian ini mengambil data rata-rata bulanan harga komoditas pokok pangan selama periode Mei 2011-Seaptember 2013. Peramalan harga dilakukan selama satu tahun ke depan dengan menggunakan metode time series

(34)

2.1. Deskripsi Komoditas Pokok Pangan

Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 522/MPP/Kep/11/1998 11 November 2013 tentang Pembakuan Format Laporan Harga Harian Bahan Pokok Pangan dan Mekanisme Penyampaian Laporan Harga Harian Bahan Pokok Pangan, terdapat 21 komoditas pokok pangan yang termasuk dalam monitoring harga pokok harian. Komoditas tersebut adalah beras medium, gula pasir, minyak goreng kemasan, minyak goreng curah, daging sapi, daging ayam brolier, daging ayam kampung, telur ayam ras, telur ayam kampung, susu kental manis, tepung terigu, kedelai impor, kedelai domestik, susu bubuk, cabai merah keriting, cabai merah biasa, bawang merah, jagung pipilan, kacang hijau, kacang tanah, dan ketela pohon.

2.1.1 Beras

Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam secara anatomi disebut palea (bagian yang ditutupi) dan lemma (bagian yang menutupi). Salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Beras umumnya tumbuh sebagai tanaman tahunan. Tanaman padi dapat tumbuh hingga 1-1,8 m. Daunnya panjang dan ramping dengan panjang 50-100 cm dan lebar 2-2,5 cm. Beras yang dapat dikonsumsi berukuran panjang 5-12 mm dan tebal 2-3 mm.

2.1.2 Kedelai

(35)

2.1.3 Kacang Hijau

Kacang Hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan ini tergolong dalam suku polong-polongan

(Fabaceae). Tumbuhan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari

sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Bagian paling bernilai ekonomi adalah biji tanaman.

2.1.4 Kacang Tanah

Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan

(Fabaceae) yang dibudidayakan serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting

setelah kedelai di Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30-50 cm dengan daun-daun kecil tersusun majemuk. Tanaman ini buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu.

2.1.5 Ketela Pohon

Ketela Pohon (Manihot utilissima) adalah tanaman tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Tanaman ini dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Komoditi ketela pohon selain berperan untuk memenuhi kebutuhan sumber karbohidrat untuk substitusi beras, juga sebagai bahan untuk diversifikasi pangan.

2.1.6 Cabai Merah Keriting

(36)

Cabai keriting mempunyai permukaan buah bergelombang atau keriting. Buahnya raping dan berdaging tipis. Umur panennya lebih lama dibandingkan cabai besar, lebih tahan simpan, dan relatif pedas. Cabai keriting sangat khas untuk Indonesia. Tanaman cabai keriting banyak ditanam di Jawa Barat dan Sumatera.

2.1.7 Cabai Merah Biasa

Cabai (Capsicum sp) merupakan tanaman perdu dari terong-terongan

(Solanaceae), memiliki sekitar 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di tempat

asalnya, Amerika (Setiadi,2005). Ada beberapa jenis cabai yang dibudidayakan di Indonesia. Cabai dapat dibedakan menurut bentuk buahnya, yaitu bentuk buah besar, keriting, dan bentuk buah kecil. Nama lokal cabai-cabai tersebut adalah cabai besar (cabai merah dan cabai hijau), cabai keriting, dan cabai rawit.

2.1.8 Bawang Merah

Bawang merah (Allium cepa L.) kelompok Aggregatum adalah sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan di Asia Tenggara dan dunia. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah umbi, meskipun bagian daun dan tangkai bunganya dapat dijadikan sebagai penyedap masakan. Tanaman ini berasal dari daerah Asia Tengah dan Asia Tenggara.

2.1.9 Daging Sapi

Daging sapi adalah daging yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Di setiap daerah, penggunaan daging ini berbeda-beda tergantung dari cara pengolahannya. Sebagai contoh has luar, daging iga, dan T-Bone sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat sebagai bahan pembuatan steak sehingga bagian sapi ini banyak diperdagangkan. Di Indonesia dan berbagai negara Asia lainnya daging ini banyak digunakan untuk makanan berbumbu. Bagian sapi lain juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar makanan seperti lidah dan hati.

2.1.10 Daging Ayam

(37)

dalam berbagai cara. Daging ayam menduduki posisi sangat penting karena ayam menjadi pemasok daging nasional terbesar, melebihi produksi daging sapi (Kementan, 2013).

2.1.11 Telur Ayam

Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan, dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis burung, seperti ayam, bebek, dan angsa. Sebagian besar produk telur ayam yang ditujukan untuk konsumsi tidak disterilkan, karena ayam petelur dapat menghasilkan telur tanpa pejantan.

2.1.12 Ikan Teri Asin

Ikan teri asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Metode pengawetan ini dilakukan pada daging ikan yang membusuk dalam waktu singkat. Daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan terhindar dari kerusakan fisik akibat serangga, ulat, lalat, dan beberapa jasad renik perusak lainnya.

2.1.13 Minyak Goreng

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau lemak hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar. Minyak goreng digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan kanola.

2.1.14 Tepung Terigu

Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus. Tepung terigu digunakan untuk keperluan penelitian, rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati seperti tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung atau hewani seperti tepung tulang dan tepung ikan.

(38)

mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu.

2.1.15 Susu Kental Manis

Susu kental manis adalah susu sapi yang airnya dihilangkan dan ditambahkan gula sehingga menghasilkan susu yang manis rasanya dan dapat bertahan selama satu tahun jika tidak terkontaminasi dengan udara. Susu kental manis sering ditambahkan pada hidangan penutup seperti kue atau minuman es. Susu kental manis banyak mengandung kalori dan rendah zat gizi dibandingkan dengan susu sapi segar. Susu kental manis banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia sebagai penambah cita rasa dari suatu makanan atau minuman.

2.1.16 Mi Instan

Mi instan adalah mi yang sudah dimasak terlebih dahulu dan dicampur dengan minyak, serta bisa dipersiapkan untuk konsumsi hanya dengan menambahkan air panas dan bumbu-bumbu yang sudah ada dalam paketnya. Mi instan merupakan salah satu makanan yang tinggi permintaannya di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan angka konsumsi mi instan Indonesia menempati urutan ke 2 di dunia setelah korea selatan dengan konsumsi 324 bungkus per kapita

(World Panel, 2013).

2.1.17 Gula Pasir

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa, menyimpan energi yang digunakan oleh sel.

2.2. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Terkait dengan Harga Komoditas Pokok Pangan Indonesia

(39)

mencapai swasembada pangan, mengurangi instabilitas harga produk, menekan biaya konsumen, dan meningkatkan konsumsi pangan. Kebijakan pemerintah dapat berefek langsung dan tidak langsung kepada perubahan harga. Beberapa kebijakan strategis yang menyangkut harga komoditas pokok pangan Indonesia ini antara lain adalah kebijakan kredit pangan, kebijakan subsidi pangan, kebijakan distribusi pangan, kebijakan diversifikasi pangan, dan kebijakan harga pangan.

2.2.1. Kebijakan Kredit Pangan

Pembiayaan kredit pangan diatur melalui kebijakan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) sebagai pengganti dari Kredit Usaha Tani (KUT) tahun 2000. Perubahan skema pengkreditan pangan ini disebabkan oleh dikeluarkannya Undang-Undang (UU) Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. UU tersebut menjadikan Bank Indonesia tidak mengeluarkan pendanaan kredit untuk usaha tani.

2.2.2. Kebijakan Subsidi Pangan

Peraturan mengenai subsidi pangan secara spesifik diatur melalui Keputusan Menteri Pertanian. Kebijakan subsidi ini berupa subsidi faktor produksi dan bantuan langsung kepada petani. Kebijakan ini antara lain adalah Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 77 tahun 2005 tentang penetapan pupuk bersubsidi sebagai barang dalam pengawasan dan Permentan Nomor 67 tahun 2013 tentang pedoman subsidi benih. Kebijakan subsidi juga diatur melalui pemberian bantuan langsung kepada petani seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dan Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP). Kebijakan subsidi untuk konsumen diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175 tahun 2008 tentang subsidi pangan program beras untuk keluarga miskin dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2012 tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

2.2.3. Kebijakan Distribusi Pangan

(40)

hanya untuk menangani komoditas beras, sedangkan komoditas lain dilepaskan ke mekanisme pasar. Kebijakan yang menyangkut distribusi pangan juga dilakukan melalui operasi pasar terbuka yang dilakukan oleh Kementrian Perdagangan dan Kementrian Pertanian.

2.2.4. Kebijakan Diversifikasi Pangan

Diversivikasi pangan di Indonesia berawal dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 20 tahun 1978 tentang perbaikan menu makanan rakyat. Kebijakan ini didukung melalui kebijakan-kebijakan lainnya seperti Undang-Undang nomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kebijakan ini kemudian diperdalam melalui Permentan Nomor 15 tahun 2010 tentang program peningkatan diversivikasi dan ketahanan pangan masyarakat.

2.2.5. Kebijakan Harga Pangan

Peraturan pemerintah yang terkait dengan pengaturan dan stabilisasi harga pangan diimplementasikan dalam bentuk penetapan harga jual output dan jaminan harga output melalui Harga Pembelian Pemerintah (HPP). HPP selama ini digunakan hanya untuk komoditas beras. Pengendalian harga komoditas lain dilakukan melalui Peraturan Kementrian Perdagangan. Beberapa kebijakan yang menyangkut harga pangan antara lain Peraturan Kementrian Perdagangan (Permendag) Nomor 49 tahun 2013 tentang harga jual kedelai, Permendag Nomor 46 tahun 2013 tentang impor dan ekspor hewan dan produk hewan, dan Permendag Nomor 47 tahun 2013 tentang impor produk hortikultura. Kebijakan ini sangat spesifik pada komoditas tertentu yang dianggap mengalami tingkat fluktuasi signifikan.

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu

(41)

penelitian ini karena menyangkut interaksi antara berbagai pelaku ekonomi dalam sistem tata niaga komoditas pokok pangan itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik periode Mei 2011 hingga September 2013 mengenai perkembangan harga bahan makanan menemukan bahwa inflasi nasional paling tinggi disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan makanan sebesar 25,21%. Lebih lanjut BPS menyatakan pengaruh ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada daging-dagingan, bawang merah, cabai-cabaian, kedelai, dan juga komoditi yang bersifat inelastis seperti beras. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Penjelasan lebih rinci mengenai persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Tinjauan dan Proyeksi Harga Komoditas Pokok Pangan Indonesia” dengan Penelitian Sebelumnya

Komoditas yang diteliti dan pemilihan lokasi penelitian

Komoditas yang diteliti dan pemilihan lokasi penelitian yang diteliti dan pemilihan lokasi penelitian

5. Tareq F. Khan et al

(2010)

Penggunaan Metode time

series pada peramalan harga

komoditas pertanian

Komoditas yang diteliti dan pemilihan lokasi penelitian

6. Rizka (2012)

Peramalan harga sembilan bahan pokok dengan metode

moving average dan

exponential smoothing

Jumlah metode, komoditas yang diteliti dan pemilihan lokasi penelitian

(42)

P. Goeffrey Allen (1994) melakukan publikasi di International Journal of

Forecasting mengenai Economic Forecasting in Agriculture. Allen

mengungkapkan bahwa penelitian mengenai harga pertanian sangat penting untuk membantu petani, pemerintah, dan industri agribisnis untuk menetapkan kebijakan saat ini dan masa depan. Penelitian ini terkait dengan ketahanan pangan suatu negara karena menyangkut interaksi antar pelaku pasar yang menentukan seberapa banyak komoditas pertanian beredar di masyarakat. Penelitian ini harus dilakukan secara rutin dan didukung oleh semua stakeholders. Hingga saat ini metode terbaik untuk peramalan harga komoditi pertanian masih terus berkembang mulai dari rataan sederhana hingga auto regressive integrated moving average. Penelitian-penelitian terbaru menunjukan metode ARIMA adalah metode terbaik untuk meramalkan harga komoditas pertanian, meskipun untuk beberapa kasus model data yang didapatkan sangat mempengaruhi metode terbaik peralaman time

series sehingga metode ARIMA belum tentu menjadi metode terbaik untuk

meramalkan harga komoditas pertanian tertentu.

Satya Pal (2007) melakukan penelitian peramalan dengan metode statistik untuk produksi susu di India. Penelitian ini membandingkan beberapa metode peramalan time series seperti pemulusan eksponensial ganda dan ARIMA. Hasil penelitian menunjukan metode ARIMA adalah metode yang lebih baik untuk meramalkan produksi susu di India. Veronika Fenyves (2008) melakukan publikasi dalam International Conference on Applied Economics dengan penelitian Evaluation of Different Predicting Methods in Forecasting Hungarian,

Italian, and Greek Lamb Prices. Penelitian ini menyimpulkan metode seasonal

decomposition adalah metode terbaik untuk melakukan peramalan harga daging

domba di Hungaria, Yunani, dan Italia.

UK Centre for the Measurement of Government Activity (2008) melakukan

(43)

penelitian di bidang pendidikan dan sistem keuangan lembaga non-pemerintah. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa metode terbaik adalah metode yang menghasilkan tingkat kesalahan paling kecil.

Tareq F. Khan et al (2010) mempublikasikan penelitiannya di ASA University Journal mengenai Forecasting Price of Agricultural Commodities in

Bangladesh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan harga

komoditas pertanian di Bangladesh dan meramalkan harga komoditas pertanian di Bangladesh dengan menggunakan beberapa metode seperti ARIMA,

Multiplicative Model dan LB Statistic. Hasil penelitian menunjukan komoditas

pertanian di Bangladesh menunjukan tren peningkatan karena inflasi dan juga kebijakan pemerintah, kenaikan harga ini bergantung jenis komoditas dan pelaku dalam sistem pasar. Metode terbaik yang dihasilkan dalam pramalan ini adalah ARIMA.

Rizka (2012) menganalisis mengenai peramalan harga sembilan bahan pokok (sembako) dengan menggunakan metode peramalan moving average dan

exponential smoothing. Hasil penelitian menjelaskan aplikasi prediksi harga

sembako dapat digunakan untuk membantu pengguna mengetahui perkiraan harga sembako. Hasil prediksi yang digunakan harus memiliki nilai MSE dan MAPE yang paling kecil.

(44)

3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori harga, teori peramalan, tahapan peramalan, jenis-jenis peramalan, identifikasi pola data, metode peramalan time series, dan pemilihan model peramalan.

3.1.1. Teori Harga

Harga merupakan nilai dari suatu barang atau jasa yang terbentuk dari interaksi antara permintaan dan penawaran. Permintaan suatu komoditi menunjukkan jumlah komoditi yang ingin dibeli untuk setiap tingkat harga. Kenaikan dan penurunan kuantitas yang diminta dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri, pendapatan konsumen, harga komoditas yang dapat menjadi substitusi atau komplemen bagi komoditas yang bersangkutan. Harga suatu komoditas yang diminta atau barang komplemennya mempunyai hubungan negatif dengan permintaan, sedangkan harga barang substitusi, pendapatan konsumen, dan selera dapat meningkatkan permintaan, cateris paribus

(Nicholson, 2002).

Permintaan barang pertanian umumnya bersifat inelastis. Hal ini disebabkan oleh elastisitas pendapatan dari permintaan barang-barang pertanian rendah, yaitu kenaikan pendapatan hanya menimbulkan kenaikan yang kecil atas permintaan. Hal ini disebabkan oleh barang-barang pertanian digunakan setiap hari. Meskipun harganya naik signifikan, jumlah yang sama harus tetap dikonsumsi. Sebaliknya, pada saat harga turun, konsumsi tidak banyak bertambah karena kebutuhan konsumsi relatif tetap.

(45)

jumlah penawaran, cateris paribus. Berbeda dengan harga komoditas yang ditawarkan, peningkatan harga faktor produksi menyebabkan menurunnya jumlah komoditas yang ditawarkan, cateris paribus (Lipsey et al, 1995).

Keseimbangan pasar terjadi jika jumlah komoditi yang diminta oleh pembeli adalah sama dengan kuantitas yang ditawarkan penjual. Keputusan pemerintah untuk menetapkan harga di atas P* akan mencegah terjadinya posisi keseimbangan itu, karena harga ditentukan di atas P* pembeli hanya bersedia membeli dalam jumlah yang lebih sedikit dari Q*, sementara pada harga tersebut penjual akan memproduksi lebih besar dari Q*. Kondisi ini mengakibatkan surplus produksi dalam pasar. Sama halnya, peraturan yang menentukan harga dibawah P* akan mengakibatkan adanya kelangkaan (scarcity) kuantitas barang. Kondisi harga tersebut menjadikan pembeli menginginkan kuantitas lebih banyak dari Q*, sementara penjual akan memproduksi lebih rendah dari Q*. Kurva keseimbangan pasar dapat dilihat pada Gambar 1.

P

S

P*

D

Q* Q

Sumber :Rahim dan Hastuti 2008

Gambar 1. Kurva Keseimbangan Pasar

3.1.2. Teori Peramalan

(46)

dapat disimpulkan bahwa peramalan merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa pada waktu yang akan datang, yang dapat membantu dalam menentukan kebijakan, melakukan perencanaan, dan mengambil keputusan.

Menurut Firdaus (2006), metode peramalan dapat difreleksikan menjadi dua, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Peramalan kualitatif di dalam prosedurnya melibatkan pengalaman, justifikasi, dan opini dari sekelompok orang yang pakar dalam bidangnya. Termasuk di dalam metode ini antara lain teknik

sales-force composite (agregasi ramalan dari setiap individu dalam suatu

organisasi) dan teknik delphi (mengumpulkan pendapat dari pakar secara literatif). Peramalan kualitatif mempunyai kelemahan antara lain tidak ada prosedur yang sistematis untuk mengukur dan memperbaiki keakuratan hasil peramalan serta tingginya subyektivitas pendapat. Metode ini cocok untuk peramalan jangka panjang (lebih dari 5 tahun). Peramalan kuantitatif sebaliknya melibatkan analisis statistik terhadap data historis. Metode peramalan kuantitatif terbagi atas dua golongan, yaitu model deret waktu ragam dan model kausal. Model deret waktu satu ragam fokus pada observasi terhadap urutan pola data secara kronologis suatu peubah tertentu, contoh dari metode ini yaitu teknik naif, teknik perataan, teknik pemulusan, teknik dekomposisi, teknik trend, teknik winters, teknik box-jenkins

(ARIMA-SARIMA).

3.1.3. Tahapan Peramalan

(47)

3.1.4. Jenis-Jenis Peramalan

Peramalan menurut sifat penyusunnya dapat dibedakan menjadi dua macam (Mulyono, 2000), yaitu :

1. Peramalan yang subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. Peramalan ini mengandung unsur

judgement dari orang yang menyusunnya.

2. Peramalan yang objektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu. Menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam penganalisaan data tersebut.

Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu metode peramalan kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif disusun bedasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, pertimbangan, dan pengetahuan dari penyusunnya sehingga sulit menemukan prosedur yang sistematis untuk mengukur dan memperbaiki keakuratan hasil peramalan serta subjektifitas pendapat. Metode kuantitatif menggunakan perhitungan secara statistik terhadap data-data yang lalu. Peramalan kualitatif terdiri dari jury of executive opinion dan sales force composite. Metode kuantitatif diantarannya adalah metode time series (Assauri, 1984).

3.1.5. Identifikasi Pola Data

Henke et al (2003), mengemukakan bahwa salah satu aspek penting dari pemilihan teknik peramalan yang sesuai dari data time series adalah dengan memperhatikan jenis pola data yang berbeda. Ada empat jenis yang umum, yaitu horizontal, tren, musiman, dan siklik.

1. Pola Horizontal

Pola horizontal terjadi ketika data observasi berfluktuasi disekitar mean

atau tingkatan yang konstan. 2. Pola Tren

(48)

3. Pola Siklik (cyclus)

Pola data ini terjadi ketika observasi data memperlihatkan kenaikan dan penurunan pada periode yang tidak tetap. Komponen siklik mirip fluktuasi gelombang di sekitar tren yang sering dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Fluktuasi siklik sering dipengaruhi oleh perubahan pada ekspansi dan kontraksi ekonomi, yang umum dikenal dengan siklik bisnis.

4. Pola Musiman (seasonality)

Pola musiman muncul apabila observasi data dipengaruhi oleh faktor musiman. Komponen musiman mengacu pada suatu pola perubahan yang berulang dengan sendirinya dari tahun ke tahun. Untuk deret triwulan, ada empat elemen musim, masing-masing satu untuk setiap triwulan. Variasi musiman mencerminkan kondisi cuaca, liburan, atau panjangnya hari bulan kalender.

3.1.6. Metode Peramalan Time Series

Metode peramalan time series didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu yang merupakan data deret waktu (time series). Teknik-teknik yang digunakan dalam peramalan time series terdiri dari :

1. Metode Tren

Metode tren menggambarkan pergerakan jangka panjang di dalam deret waktu yang seringkali dijelaskan sebagai garis lurus atau kurva halus. Metode ini menunjukkan hubungan antara periode dan variabel yang diramal. Pola data yang mengandung unsur musiman dapat dimasukkan dalam teknik ini. Metode ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu tren linear, tren kuadratik, dan tren eksponensial (Gaynor et al, 1994).

2. Metode Dekomposisi

(49)

variabel lain yang diperhitungkan. Metode ini umum dipakai dan akurat hasilnya untuk ramalan jangka panjang (Gaynor et al, 1994).

Metode dekomposisi memisahkan tiga komponen dari pola dasar yang cenderung mencirikan deret data ekonomi dan bisnis yang terdiri dari faktor tren, siklus, dan musiman. Pola data yang didekomposisi membantu meningkatkan ketepatan peramalan dan perilaku deret waktu yang lebih baik (Makridakis et al, 1999).

3. Metode Moving Average

Metode moving average digunakan untuk menghilangkan kekurangan pada metode rata-rata sederhana. Metode ini meramal periode yang akan datang menggunakan nilai rataan, mengeluarkan nilai dari periode yang lama dan memasukkan nilai dari periode terbaru dari sekelompok data yang jumlahnya konstan. Kelebihan metode ini adalah fleksibel dengan jumlah data yang dimasukkan ke dalam nilai rataan sehingga dapat divariasikan sesuai dengan pola datanya. Metode ini sangat cocok untuk data stasioner yang cenderung tidak menaik atau menurun (Makridakis et al, 1999).

4. Metode Pemulusan Eksponensial

Metode ini merupakan metode yang secara kontinu merevisi suatu nilai pendugaan atau nilai peramalan dengan mempertimbangan perubahan atau fluktuasi data terakhir (Gaynor et al, 1994). Metode pemulusan eksponensial memiliki satu atau lebih parameter pemulusan yang digunakan. Pemberian bobot pada setiap data adalah berbeda dan menurun secara eksponensial terhadap pengamatan yang lalu. Metode pemulusan ini terdiri dari :

a. Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal

Metode ini digunakan untuk peramalan data time series tanpa tren atau pola stasioner. Metode ini juga banyak mengurangi masalah penyimpangan data karena tidak perlu menyimpan semua data historis atau sebagian seperti halnya dalam metode rata-rata bergerak.

b. Metode Pemulusan Eksponensial Ganda

Gambar

Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “Tinjauan dan Proyeksi
Gambar 1. Kurva Keseimbangan Pasar
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 5. Perkembangan Harga Kedelai Domestik Periode Mei 2011- September
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Guru.. (case study :Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Majene berjalan cukup efektif dan efisien sesuai dengan konsep dasar proses pembelajaran yang

PT.Winson Prima Sejahtera juga menyediakan Laboraturium untuk mengecek ada berapa banyak bakteri yang terdapat dalam ikan tuna agar product yang dihasilkan tidak

Karena kondisi eksisting spektrum frekuensi 2520 s/d 2670 MHz digunakan oleh Indostar, maka bila servis satelit sulit untuk di realokasi pada band lain maka hanya sebagian nomor

Untuk melihat perbandingan hasil belajar siswa yang memanfaatkan media gambar dengan yang tidak memanfaatkan media gambar pada mata pelajaran PAI, dilakukan penelitian yang

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode latihan hurdle jumpmemberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan kecepatan tendangan sabit pada kegiatan ekstrakurikuler

Optimasi Kendali Distribusi Tegangan pada Sistem Tenaga Listrik dengan1.

Indikator persentase pengguna layanan yang merasa puas terhadap pemenuhan sarana dan prasarana BPS dapat dipenuhi melalui pemenuhan sarana dan prasarana BPS secara akuntabel