• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Guru (case study :Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Guru (case study :Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

54 | P a r a m e t e r

Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Guru

(case study :Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)

Fajar Azzam Pasha Akhmad STT Mitra Karya Bekasi azzampasha@gmail.com

Abstract: This study aims to determine whether there is influence between: (1) Participative Leadership (2) Organizational Culture on Teacher Work Motivation. This research used survey method to elementary school teacher (SDN) in North Jakarta in October until January 2017. sampling in this research using simple random sampling, where the target population is teacher of SDN in Ciracas Sub-district, east Jakarta. After going through the various stages performed, then set a sample of 140 people. Measurements were made using instruments in the form of questionnaires. The requirements analysis test was performed by normality test (Liliefors) and linearity test. Furthermore, data analysis technique used is path

analysis with significance level α = 0,05. Testing of research hypothesis shows that: First,

there is influence of Participative Leadership (X1) to Work Motivation Teachers, Testing Second hypothesis, there is influence Organization Culture (X2) on Teacher Work Motivation. Testing research hypothesis Third, there is influence of Participative Leadership (X1) to Culture Organization (X2). Based on the analysis, it can be concluded that Teacher Motivation can be improved through efforts to increase Participatory Leadership and increase the Conductivity of Organizational Culture.

Keywords: Participatory Leadership, Organizational Culture, Teacher Work Motivation

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara: (1) Kepemimpinan Partisipatif (2) Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja Guru. Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap guru sekolah Dasar Negeri (SDN) di Jakarta Utara pada bulan Oktober hingga Januari 2017. pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling, dimana populasi targetnya adalah guru SDN di Kecamatan Ciracas Jakarta timur. Setelah melalui berbagai tahapan yang dilakukan, maka ditetapkan sampel sebanyak 140 orang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa kuisioner. Pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan uji normalitas (Liliefors) dan uji linieritas. Selanjutnya, teknik analisis data yang digunakan

adalah analisis jalur dengan dengan taraf signifikansi α = 0,05. Pengujian hipotesis penelitian memperlihatkan bahwa: Pertama, terdapat pengaruh Kepemimpinan Partisipatif (X1) terhadap Motivasi Kerja Guru, Pengujian hipotesis Kedua, terdapat pengaruh Budaya Organisasi (X2) terhadap Motivasi Kerja Guru. Pengujian hipotesis penelitian Ketiga, terdapat pengaruh Kepemimpinan Partisipatif (X1) terhadap Budaya Organisasi (X2). Bedasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Motivasi Kerja Guru dapat ditingkatkan melalui upaya peningkatan Kepemimpinan Partisipatif dan peningkatan kondusifitas Budaya Organisasi.

Kata kunci: Kepemimpinan Partisipatif, Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Guru

PENDAHULUAN. Motivasi kerja mempunyai

(2)

55 | P a r a m e t e r

guru, ketika seorang guru merasakan

kepuasan dalam bekerja maka seorang

guru akan berupaya semaksimal mungkin

dengan segenap kemampuan yang dimiliki

untuk menyelesaikan tugasnya, yang

akhirnya akan menghasilkan kinerja dan

pencapaian yang baik bagi sekolahnya.

Motivasi kerja mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap

produktivitas sekolah baik secara langsung

maupun tidak langsung. Motivasi rendah

merupakan titik awal dari

masalah-masalah yang muncul dalam organisasi.

Dari sisi guru, motivasi rendah dapat

menyebabkan menurunnya kinerja,

menurunnya moril kerja, dan menurunnya

tampilan kerja baik secara kualitatif

maupun secara kuantitatif.

Pada organisasi sekolah,

komponen yang memegang peranan

penting dalam pencapaian tujuan

organisasi adalah sumber daya manusia

dalam hal ini adalah guru dan seluruh guru

di sekolah. Oleh sebab itu peningkatan

sumber daya manusia penting dilakukan

dengan sasaran Motivasi kerja. Suatu

gejala yang dapat membuat rusak

organisasi sekolah adalah rendahnya

Motivasi kerja guru, di mana timbul gejala

seperti kemangkiran, malas bekerja,

banyaknya keluhan, rendahnya prestasi

kerja. Sebaliknya Motivasi kerja yang

tinggi menandakan bahwa sebuah

organisasi sekolah dikelola dengan baik

dengan manajamen yang efektif.

Meskipun bersifat individual

bukan berarti Motivasi kerja guru dalam

sebuah organisasi sekolah tidak dapat

diupayakan. Dalam perspektif manajemen

pendidikan, Motivasi kerja guru di sekolah

dapat selalu ditingkatkan untuk mencapai

standar tertentu dengan suatu manajemen

yang tepat. Faktor yang berperan dalam

peningkatan Motivasi kerja guru terutama

berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah

untuk selalu melakukan komunikasi yang

berkesinambungan melalui jalinan

kemitraan dengan seluruh guru di

sekolahnya dan Budaya

Organisasi yang berkembang di

dalam sekolah tersebut.

Semua personel sekolah perlu pencerahan

pemikiran dan pengetahuan. Sekolah

bukan hidup dalam situasi yang statis. Era

otonomi pendidikan menawarkan peluang

baru dan kesempatan untuk kreatif dan

mandiri bagi kepala sekolah di dalamnya.

Perubahan baru pada era otonomi

mendorong munculnya pendekatan baru

dalam dunia pendidikan. Pendekatan baru

yang dipertimbangkan lebih cocok untuk

meningkatkan mutu pendidikan adalah

pendekatan yang berbasis pada sekolah

masing-masing. Pendekatan ini dikenal

dengan Manajemen Berbasis Sekolah

(3)

56 | P a r a m e t e r

MBS adalah strategi untuk

meningkatkan pendidikan dengan

mendelegasikan kewenangan pengambilan

keputusan penting dari pusat dan daerah ke

tingkat sekolah. Dengan demikian, MBS

pada dasarnya merupakan sistem

manajemen di mana sekolah merupakan

unit pengambilan keputusan penting

tentang penyelenggaraan pendidikan

secara mandiri. MBS memberikan

kesempatan pengendalian lebih besar

kepada kepala sekolah, guru, dan seluruh

komponen sekolah dalam proses

pendidikan di sekolah. MBSmerupakan

bentuk alternatif sekolah dalam program

desentralisasi bidang pendidikan, yang

ditandai dengan adanya otonomi luas di

tingkat sekolah, partisipasi masyarakat

yang tinggi tapi masih dalam kerangka

kebijakan pendidikan nasional.

Sekolah yang menerapkan

prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang

harus lebih bertanggungjawab (high

responsibility), kreatif dalam bertindak dan mempunyai wewenang lebih (more

authority) serta dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh yang

berkepentingan (public accountability by

stake holders). MBS yang diterapkan antara lain memiliki ciri-ciri, mampu

mengoptimalkan sumber daya yang

tersedia untuk kemajuan lembaganya,

menerapkan prinsip efektivitas dan

efisiensi dalam penggunaan sumber daya

sekolah (anggaran, personil dan fasilitas),

mampu mengambil keputusan yang sesuai

dengan kebutuhan, kemampuan, dan

kondisi lingkungan sekolah, mampu

meningkatkan profesionalisme personil

sekolah, meningkatnya kemandirian

sekolah di segala bidang, serta adanya

keterlibatan semua unsur terkait dalam

perencanaan program sekolah (misal:

Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah,

tokoh masyarakat,dll).

Melalui model kepemimpinan

pendidikan yang tepat diharapkan dapat

meningkatkan kepuasan kerja guru di

sekolah sehingga berdampak pada

peningkatan mutu organisasi. Motivasi

kerja yang tinggi menunjukkan kesesuaian

antara harapan guru dengan kondisi yang

telah diberikan oleh organisasi. Motivasi

kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam

setiap usaha kerjasama guru dan guru di

sekolah untuk mencapai tujuan yang

diharapkan, sebaliknya guru yang

memiliki Motivasi kerja rendah akan

sangat sulit mencapai hasil yang baik.

KAJIAN PUSTAKA Motivasi Kerja

Pada dasarnya kata “motivasi”

berasal dari bahasa latin yakni “moverus

yang dapat diartikan sebagai berikut :

sebab, alasan, dasar, pikiran dasar,

dorongan seseorang untuk berbuat; atau

(4)

57 | P a r a m e t e r

terhadap tingkah laku manusia (kartono.

2004 : 147). Pendapat di atas

menindikasikan bahwa seorang pegawai

akan termotivasi untuk melakukan proses

belajar mengajar apabila pegawai tersebut

memperoleh dorongan berupa insentif atau

perangsang lainnya.

Gibson, Ivancevich dan Donnely

(2009 : 100) mengatakan motivasi adalah

suatu konsep yang dapat digunakan ketika

menggerakkan individu untuk memulai

dan berperilaku secara langsung sesuai

yang dikehendaki oleh pimpinan. Motivasi

merupakan seperangkat proses dorongan,

arahan, dan pemeliharaan perilaku ke arah

suatu sasaran. Luthans (2005 : 141)

menegaskan bahwa proses motivasi

dimulai dengan kebutuhan fisik atau

psikologis yang mengaktifkan perilaku

atau dorongan yang ditujukan kepada

sasaran. Kebutuhan fisik atau psikologis

merupakan dasar dari motivasi. Kunci

untuk memahami proses motivasi adalah

terletak pada arti dari hubungan antara

kebutuhan, dorongan dan sasaran yang

diinginkan.

Motivasi kerja merupakan ragam

teori kognitif yang sering digunakan untuk

menjelaskan perilaku berprestasi. Ini ada

kaitannya dengan pertanyaan mengapa

orang yang memiliki bakat yang sama

sering memiliki prestasi yang berbeda.

Beberapa ahli psikologi berargumen

bahwa kejadian ini karena beberapa

individu memiliki hasrat berprestasi yang

lebih tinggi dari pada yang lain.

Adapun berbagai ciri dari

seseorang yang memiliki motivasi kerja,

adalah sebagai berikut : (1) kinerjanya

tergantung pada usaha dan kemampuannya

sendiri dibandingkan dengan kerja melalui

kerja kelompok; (2) mampu

menyelesaikan tugas-tugas yang sulit; dan

(3) seringkali terdapat umpan balik yang

konkrit tentang bagaimana seharusnya ia

melaksanakan tugas secara optimal, efektif

dan efisien.(Wexley dan Yulk. 2003 : 77)

Proses pemberian motivasi

tidaklah terdapat kesamaan di antara pakar

meskipun berbagai langkah yang

dikemukakan tampaknya mempunyai

kesamaan. Pemberian motivasi dapat

dipandang seperti suatu mata rantai, yang

terdiri dari : kebutuhan, menimbulkan,

keinginan, menyebabkan, tensi, yang

menimbulkan, tindakan, yang

menghasilkan, kepuasaan; (Koontz dan

Weihrich. 2008 : 411) pola awal yang

menggambarkan suatu siklus, yang terdiri

dari: kebutuhan yang tidak dipenuhi,

mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan,

perilaku yang berorientasi pada tujuan,

kinerja (evaluasi dari tujuan yang

tercapai), imbalan atau hukuman,

kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai

kembali oleh pegawai. (Gibson. Dkk. 2009

: 100) Upaya yang diarahkan, yang terdiri

(5)

58 | P a r a m e t e r

dorongan, perilaku pencarian, kebutuhan

dipuaskan, dan pengurangan tegangan.

(Robbins. 2005 : 148).

Dari bermacam-macam tahapan

yang disajikan di atas, terlihat secara

implisit hanya dua tahapan saja yang

mereka sepakati sebagai salah satu tahapan

dalam pemberian motivasi yaitu ; pertama

kebutuhan, yang berarti bahwa mereka

sepakat bahwa faktor yang mengawali

perlu tidaknya pemberian motivasi adalah

kebutuhan. Seorang pegawai akan

termotivasi untuk melakukan pekerjaannya

jika dia merasa ada kebutuhan yang tidak

terpenuhi, sehingga mereka akan bekerja

dengan sepenuh hati sehingga pada

waktunya kebutuhan tersebut dipuaskan.

Yang kedua adalah mereka

sepakat bahwa oleh karena dipengaruhi

oleh kebutuhan tersebut pegawai

mengarahkan perilakunya kearah

pencapaian tujuan, artinya seorang

pegawai yang merasa kebutuhannya tidak

terpuaskan akan berusaha memuaskannya

dengan cara mengarahkan perilakunya

sehingga tujuan (kepuasan) dapat diraih.

Sedangkan tahapan lainnya terdapat variasi

meskipun makna yang terkandung di

dalamnya sebenarnya sama saja.

Berdasarkan uraian teori – teori

yang telah diungkapkan di atas, maka

dapat disimpulkan dimaksud dengan

Motivasi kerja adalah dorongan semangat

kerja yang timbul dari dalam diri (internal)

maupun dari luar diri (eksternal). Motivasi

kerja seorang merupakan faktor yang

sangat penting, karena tanpa motivasi kerja

yang tinggi, seseorang tidak akan berhasil

menyelesaikan tugas – tugas yang

dibebankan kepadanya. Guru yang bekerja

dengan motivasi yang tinggi merupakan

harapan bagi setiap sekolah dengan

dimensi sebagai berikut : (1) prestasi kerja,

(2) pengaruh, (3) pengendalian, (4)

ketergantungan, (5) pengembangan dan (6)

kerjasama.

Kepemimpinan Partisipatif

Robbins (2006 : 432) mengatakan

kepemimpinan didefinisikan sebagai

kemampuan untuk mempengaruhi

kelompok menuju pancapaian sasaran.

Seseorang dapat menjalankan peran

kepemimpinan semata-mata karena

kedudukannya dalam organisasi. Dalam

kepemimpinan di lingkungan sebuah

organisasi, diperlukan cara tertentu dalam

mengimplementasikan kemampuan

memengaruhi orang lain sebagai anggota

organisasi agar pikiran, perasaan, sikap,

dan perilakunya terarah pada pencapaian

tujuan organisasi.

Hughes, Ginnett dan Curphy

(2006 : 8) dalam buku Leadership

mengatakan bahwa ”Leadership as, the

process of influencing and organized

group toward accomplishing its goals”.

(Kepemimpinan adalah suatu proses

(6)

59 | P a r a m e t e r

untuk mencapai tujuannya). Salah satu

aspek penting dari pengertian

kepemimpinan terutama yang bermanfaat

adalah kepemimpinan merupakan proses

sosial yang saling memengaruhi antar

anggota atau kelompok.

Kepemimpinan tidak hanya

terbatas pada posisi atau peran pemimpin

melainkan pengikut juga merupakan

bagian dari proses kepemimpinan.

Menurut Newstorm dan Davis (2002 : 169)

kepemimpinan adalah proses mendorong

dan membantu orang lain untuk bekerja

dengan antusias untuk mencapai tujuan.

Beberapa definisi kepemimpinan

tersebut memberi gambaran yang jelas

tentang betapa pentingnya anggota

kelompok atau organisasi dalam

mewujudkan tujuan organisasi. Arti

kepemimpinan berkaitan dengan anggota

organisasi tersebut antara lain dalam

bentuk memberi perintah, membimbing,

memengaruhi kelompok kerja atau orang

lain, memberikan arah, bekerja sama,

memberikan tugas atau wewenang

tertentu, sampai kepada melibatkan

anggota organisasi dalam pengambilan

keputusan.

Salah satu model kepemimpinan

yang sangat erat kaitannya dengan

keterlibatan anggota organisasi adalah

kepemimpinan partisipatif. Menurut Gary

Yukl (2006 : 10) “Participative leadership

involves the use of various decision

procedures that allow other people some

influence over the leader’s decisions“.

(Kepemimpinan pertisipatif menyangkut

penggunaan berbagai macam prosedur

keputusan yang memberi orang lain

pengaruh tertentu terhadap keputusan

pemimpin tersebut). Membuat keputusan

adalah salah satu fungsi yang paling

penting yang dilakukan oleh para

pemimpin. Pada beberapa aktivitas,

pimpinan melibatkan anggota dalam

pembuatan dan pelaksanaaan keputusan,

ikut merencanakan pekerjaan, pemecahan

masalah, dan lain-lain.

Pengertian tersebut menjelaskan

bahwa kepemimpinan partisipatif

melibatkan usaha-usaha pimpinan untuk

mendorong dan memudahkan partisipasi

orang lain dalam pengambilan keputusan

yang penting. Kepemimpianan partisipatif

menyangkut penggunaan berbagai macam

prosedur pengambilan keputusan yang

memberi orang lain pengaruh tertentu

terhadap keputusan pemimpin tersebut.

Istilah lainnya yang biasa digunakan untuk

menyebut aspek kepemimpinan partisipatif

mencakup konsultasi, pengambilan

keputusan bersama, pembagian kekuasaan,

desentralisasi dan manajemen yang

demokratis.

Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah suatu

(7)

60 | P a r a m e t e r

keyakinan anggota organisasi terhadap

organisasinya. Hal ini antara lain

dinyatakan oleh James L. Gibson dan

kawan-kawan (2009 : 30),

sebagai:“Organizational culture is what

the employees perceive and how this perception creates a pattern of beliefs,

values, and expectation,” (budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan

oleh para karyawan dan bagaimana

persepsi tersebut dapat menciptakan

keyakinan, nilai-nilai dan harapan).

Dengan demikian dapat diartikan

bahwa budaya organisasi memberikan

pertimbangan moral dan kesadaran etik

tentang suatu pilihan mana yang baik dan

mana yang tidak baik, serta adanya

pertimbangan logika untuk dapat

membedakan terhadap sesuatu yang benar

dan sesuatu yang salah. Sehingga dapat

dipilih, apa yang harus dilakukan oleh

anggota organisasi dalam berperilaku antar

anggota di dalam ataupun di luar

organisasi. Pengertian ini mengandung

pemahaman bahwa nilai-nilai yang

terkandung di dalam budaya organisasi

merupakan sesuatu yang oleh anggota

organisasi dianggap memenuhi

kebutuhannya pada suatu waktu tertentu

dan oleh karenanya anggota organisasi

tersebut mempunyai kepentingan terhadap

nilai-nilai tersebut.

Aspek manusia dalam organisasi

memegang peranan penting yang

membuat, mengkreasi, menggerakkan,

mengontrol, dan mengevaluasi struktur

dan kinerja lembaga. Dalam proses

tersebut, manusia melakukan interaksi

antarindividu sesuai dengan peran dan

fungsinya. Hal ini dilakukan terus dalam

kurun waktu yang cukup panjang yang

pada akhirnya akan membentuk suatu pola

budaya tertentu yang unik antara satu

organisasi dengan organisasi lainnya.

Seperti yang diungkapkan Robbins (2006 :

681) adalah suatu persepsi bersama yang

dianut oleh anggota-anggota organisasi itu

atau suatu sistem dari makna bersama (a

common perception held by the organizations members; a system of shared meaning).

Menurut Robbins (2006 : 681)

Budaya organisasi menunjuk pada suatu

sistem berbagi makna di antara para

anggota organisasi yang membedakan satu

organisasi dengan organisasi yang lainnya.

Sistem berbagi rasa ini merupakan

seperangkat karakteristik kunci berupa

nilai-nilai organisasi.

Budaya organisasi merupakan

perpaduan nilai-nilai, keyakinan,

asumsi-asumsi, pemahaman, dan harapan yang

diyakini oleh anggota organisasi atau

kelompok serta dijadikan pedoman bagi

perilaku dan pemecahan masalah yang

(8)

61 | P a r a m e t e r

METODOLOGI PENELITIAN

Bentuk penelitian kuantitatif pada

penelitian ini adalah penelitian kausal

dengan menggunakan metode survei antara

variabel respon yaitu Motivasi Kerja Guru

Sekolah Dasar Negeri (SDN) di

Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dengan

variabel prediktor, yaitu Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya

Organisasi guru SDN.

Subjek penelitian adalah guru

Sekolah Dasar Negeri yang berada di

lokasi Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan

pada bulan Oktober hingga Januari 2017.

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer. Data

primer merupakan data yang diperoleh

langsung dari responsen dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa

kuisioner (angket). Data diperoleh dari

subjek penelitian yaitu, para guru SDN di

Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

Dipilihnya metode survei sebagai

salah satu cara untuk mengetahui

tanggapan responden terhadap variabel

yang akan diteliti dan akan dianalisis

pengaruh-pengaruh antara variabel respon

. Adapun konstelasi masalah dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Pengembangan instrumen

ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1)

menyusun dimensi dan indikator variabel

penelitian; (2) menyusun kisi-kisi

instrumen; (3) melakukan ujicoba

instrumen; (4) melakukan pengujian

validitas dan reliabilitas instrumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data yang disajikan

dalam bagian ini meliputi data variabel

Motivasi Kerja guru (X3) sebagai

endogenus; Kepemimpinan Partisipatif

Kepala Sekolah (X1) dan Budaya

Organisasi Guru (X2) sebagai variabel

eksogenus yang diasumsikan terjadi karena

penyebab-penyebab dari luar model.

Adapun Deskripsi masing-masing

disajikan sebagai berikut :

Motivasi Kerja guru (X3)

Skor Motivasi Kerja guru berada

pada rentang teoretik 34 hingga 170 dan

rentang skor empiriknya dari 73 hingga

113. Berdasarkan data yang diperoleh di

lapangan kemudian diolah secara statistik,

X1

X2

(9)

62 | P a r a m e t e r

diperoleh bahwa variabel Motivasi Kerja

guru mempunyai nilai rata-rata sebesar

92,07 dengan simpangan baku 8,90,

median 92 dan modus 88, skor minimum

73, dan skor maksimum 113, sehingga

rentang skor adalah sebesar 40 dan

diperoleh hasilnya seperti pada tabel.

Selanjutnya dari distribusi tersebut

dilakukan pengelompokan data ke dalam 8

kelas interval.

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1)

Skor Kepemimpinan Partisipatif

Kepala Sekolah berada pada rentang

teoretik 32 hingga 160 dan rentang skor

empiriknya dari 60 hingga 106.

Berdasarkan data yang diperoleh di

lapangan kemudian diolah secara statistik,

diperoleh bahwa variabel Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah mempunyai

nilai rata-rata sebesar 85,36 dengan

simpangan baku 11,39, median 84 dan

modus 78, skor minimum 60, dan skor

maksimum 117, sehingga rentang skor

adalah sebesar 50 dan diperoleh hasilnya

seperti pada tabel.

Selanjutnya dari distribusi

tersebut dilakukan pengelompokan data ke

dalam 8 kelas interval.

Budaya Organisasi Guru (X2)

Skor Budaya Organisasi berada

pada rentang teoretik 28 hingga 140 dan

rentang skor empiriknya dari 65 hingga

106. Berdasarkan data yang diperoleh di

lapangan kemudian diolah secara statistik,

diperoleh bahwa variabel Budaya

Organisasi Guru mempunyai nilai rata-rata

sebesar 87,50 dengan simpangan baku

9,44, median 87,50 dan modus 80, skor

minimum 65, dan skor maksimum 106,

sehingga rentang skor adalah sebesar 41,

dan diperoleh hasil seperti pada tabel.

Ringkasan Deskripsi Data masing-masing Variabel

X1 X2 X3

Banyak Data

(n) 140 140 140

Rata-rata

85,36 87,89 92,0

7

Median 84 87,50 92

Modus 78 80 88

Simpangan

Baku 11,39 9,44 8,90

Varians

129,79 89,07 79,2

6

Rentang 46 41 40

Nilai

Minimum 60 65 73

Nilai

Maksimum 106 106 113

Jumlah data

(ΣX) 11.951 12.305 12.890

Pengujian Persyaratan Analisis

Analisis data penelitian dilakukan

dengan menggunakan analisis jalur (path

analysis) dengan terlebih dahulu dilakukan

uji persyaratan analisis data. Adapun

pengujian persyaratan analisis data yang

dilakukan untuk analisis jalur adalah :

- Uji Normalitas

- Uji Homogenitas

- Uji Linieritas

- Uji Signifikansi regresi dan koefisien

korelasi

(10)

63 | P a r a m e t e r

Pengujian ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah kelompok data dalam

taksiran galat berdistribusi normal atau

tidak. Bila diperoleh L hitung kurang dari

L tabel maka dapat disimpulkan data

tersebut berdistribusi normal. Uji

normalitas ini menggunakan taraf

signifikansi uji normalitas pada α 0,05.

Rangkuman Hasil Uji Normalitas No Taksiran

Galat

Kelom pok

n Lhitung

L-tabel Ket

1

2

Xˆ =

39,413 +

0,568 X1

X2 atas

X1

140 0,049

0,07 6 Nor mal 2 3

Xˆ =

32,086 +

0,682 X1

X3 atas

X1

140 0,049

0,07 6 Nor mal 3 3

Xˆ = 46,143+ 0,538 X2

X3 atas

X2

140 0,056

0,07 6

Nor mal

Untuk menguji normalitas

digunakan uji Lilliefors, Hipotesis yang

diajukan adalah :

H0 : Data berasal dari sampel yang

berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari sampel yang tidak

berdistribusi normal

Kriteria Uji : Tolak H0 jika Lhitung> Ltabel.

Uji Homogenitas

Hipotesis dan dasar pengambilan

keputusan dari uji homogenitas ini adalah

sebagai berikut :

H0 : populasi adalah identik (homogen)

H1 : populasi adalah tidak identik (non

homogen)

Adapun rangkuman dari hasil perhitungan

uji homogenitas adalah sebagai berikut:

Rangkuman Hasil Uji Homogenitas No Taksir

an Galat

Kelom pok

n χhit ung χ -tabe l Ket 1 2

Xˆ = 39,413 + 0,568 X1

X2 atas

X1 14 0 4,9 0 7,8 1 Hom ogen 2 3

Xˆ = 32,086 + 0,682 X1

X3 atas

X1 14 0 6,0 6 7,8 1 Hom ogen 3 3

Xˆ = 46,143 + 0,538 X2

X3 atas

X2 14 0 0,4 7 7,8 1 Hom ogen

Uji Homogenitas varians kelompok X2

atas X1

Hasil perhitungan uji homogenitas varians

kelompok X2 atas X1 diperoleh nilai χhitung

sebesar 4,90 yang lebih kecil dari χtabel

yang sebesar 7,81. Dengan demikian

menerima H0, artinya kelompok X2 atas X1

adalah homogen. (berlaku juga untuk

perhitungan 2 dan 3).

Uji Linieritas dan Uji Signifikansi Regresi

Uji linieritas dan uji signifikansi regresi Budaya Organisasi Guru (X2) atas Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1).

Dari hasil perhitungan kelinieran

regresi korelasi sederhana antara

Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah (X1) dengan Budaya Organisasi

Guru (X2) didapat Fhitung sebesar 1,46.

Dengan taraf nyata 0,05, dk pembilang 38

(11)

64 | P a r a m e t e r

sebesar 1,52. Dapat dilihat bahwa Fhitung<

Ftabel, sehingga disimpulkan bahwa garis

persamaan variabel X1 dan X2 adalah

berbentuk linier.

Hasil perhitungan keberartian

regresi seperti terdapat dalam tabel

ANAVA pada Tabel 12, diperoleh Fhitung

sebesar 121,06. dengan taraf nyata 0,01, dk

pembilang 1 dan dk penyebut 138

diperoleh Ftabel sebesar 6,81. Dapat dilihat

bahwa Fhitung> Ftabel, sehingga H0 pada

taraf nyata 0,01 ditolak. Maka dapat

disimpulkan bahwa regresi tersebut sangat

signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada

tabel.

Analisis Varians Uji Linieritas

dan Uji Signifikansi Regresi X2 atas X1

Sum ber Vari ans

dk JK RJK Fhitung

F tabel

0,05 0,01

Total 140 1.093.90

3 Regr

esi a

1 1.081.34

5,83

1.081.34 5,83 Regr

esi (b/a)

1 5.867,91 5.867,91 121,06** 3,91 6,81

Sisa 138 6.689,26 48,47

Tuna Coco k

38 2.386,4 62,8 1,46ns 1,52

Galat 100 4.302,86 43,03

** : Sangat Signifikan

* : Siginifikan

ns

: Non signifikan

Uji linieritas dan uji signifikansi regresi

Motivasi Kerja guru (X3) atas

Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah (X1).

Dari hasil perhitungan kelinieran

regresi korelasi sederhana antara

Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah (X1) dengan Motivasi Kerja guru

(X3) didapat Fhitung sebesar 0,85. Dengan

taraf nyata 0,05, dk pembilang 38 dan dk

penyebut 100 diperoleh Ftabel sebesar 1,52.

Dapat dilihat bahwa Fhitung< Ftabel, sehingga

disimpulkan bahwa garis persamaan

variabel X1 dan X3 adalah berbentuk linier.

Hasil perhitungan keberartian

regresi seperti terdapat dalam tabel

ANAVA pada Tabel 13, diperoleh Fhitung

sebesar 124,35. dengan taraf nyata 0,01, dk

pembilang 1 dan dk penyebut 138

diperoleh Ftabel sebesar 6,81. Dapat dilihat

bahwa Fhitung> Ftabel, sehingga H0 pada

taraf nyata 0,01 ditolak. Maka dapat

disimpulkan bahwa regresi tersebut sangat

signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada

tabel.

Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi X3 atas X1

Sumber

Varians dk JK RJK Fhitung

F tabel

0,05 0,01

Total 140 1.197.818

Regresi a 1 1.186.800,7

1

1.186.8 00,71 Regresi

(b/a)

1 5.222,02 5.222,0

2

124,35

** 3,91 6,81

Sisa 138 5.795,27 41,99

Tuna Cocok

38 1.415,86 37,26 0,85 ns

1,52

Galat 100 4.379,41 43,79

** : Sangat Signifikan

* : Siginifikan

ns

: Non signifikan

Uji linieritas dan uji signifikansi regresi

Motivasi Kerja guru (X3) atas Budaya

(12)

65 | P a r a m e t e r

Dari hasil perhitungan kelinieran

regresi korelasi sederhana antara Budaya

Organisasi Guru (X2) dengan Motivasi

Kerja guru (X3) didapat Fhitung sebesar

1,66. Dengan taraf nyata 0,05, dk

pembilang 35 dan dk penyebut 103

diperoleh Ftabel sebesar 1,71. Dapat dilihat

bahwa Fhitung< Ftabel, sehingga disimpulkan

bahwa garis persamaan variabel X2 dan X3

adalah berbentuk linier.

Hasil perhitungan keberartian

regresi seperti terdapat dalam tabel

ANAVA, diperoleh Fhitung sebesar 154,86.

dengan taraf nyata 0,01, dk pembilang 1

dan dk penyebut 138 diperoleh Ftabel

sebesar 6,81. Dapat dilihat bahwa Fhitung>

Ftabel, sehingga H0 pada taraf nyata 0,01

ditolak. Maka disimpulkan bahwa regresi

tersebut sangat signifikan. Lebih jelas

dapat dilihat pada tabel.

Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi X3 atas X2

Sumbe r Varian

s

dk JK RJK Fhitung

F tabel

0,05 0,0

1

Total 14

0 1.19 7.81 8 Regresi a

1 1.18

6.80 0,71 1.186.800,7 1 Regresi (b/a)

1 5.82

5,74

5.825,74 154,86

**

3,91 6,8

1

Sisa 13

8 5.19 1,55 37,62 Tuna Cocok

35 1.87

3,7

53,53 1,66ns 1,71

Galat 10

3 3.31 7,85

32,21

** : Sangat Signifikan * : Siginifikan

ns

: Non signifikan

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

Adapun matriks korelasi yang didapat dari perhitungan statistik adalah sebagai berikut :

Matriks Korelasi Antar Variabel

X1 X2 X3

X1 1 0,686 0,688

X2 0,686 1 0,723

X3 0,688 0,723 1

Tabel berikut ini adalah hasil

pengujian koefisien korelasi variabel

dependen atas variabel independen seperti

berikut :

Ringkasan hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi

No Taksiran Galat

Kelompo k

N thitung ttabel Ket

1

2

Xˆ = 39,413 + 0,568 X1

X2 atas

X1

140 8,10

7 1,97

8 Signi fikan

2

3

Xˆ = 32,086 + 0,682 X1

X3 atas

X1

140 11,1

36 1,97

8 Signi fikan

3

3

Xˆ = 46,143+ 0,538 X2

X3 atas

X2

140 10,9

55 1,97

8

Sig nifi kan

Berdasarkan tabel di atas dapat

diketahui bahwa semua nilai thitung>

ttabel. Artinya, seluruh pengujian

signifikansi koefisien korelasi dapat

dikatakan signifikan.

Seluruh uji pra syarat telah

dilakukan dan didapatkan hasil yang

menunjukan bahwa analisis dapat

dilanjutkan kepada analisa jalur sebagai

teknik analisa data yang telah

direncanakan.

Model Analisa Jalur

Untuk memperoleh koefisien jalur

(13)

66 | P a r a m e t e r

diagram jalur di atas, perlu dilakukan tiga

langkah sebagai berikut :

1) Membuat persamaan rekursif dari

masing-masing jalur hubungan.

2) Menghitung nilai-nilai koefisien

korelasi antar variabel dan

memasukkan ke dalam

persamaan-persamaan rekursif pada butir

pertama.

3) Menghitung nilai koefisien jalur antar

variabel dan memasukkannya ke

dalam persamaan-persamaan rekursif

pada butir pertama.

Setelah melakukan

langkah-langkah seperti di atas, maka diperoleh

nilai-nilai koefisien jalur sebagai berikut :

Nilai-nilai koefisien jalur :

P21 = 0,686

P31 = 0,244

P32 = 0,475

0, 244. (0, 688) 0,686

(0,723) 0 0,475

Diagram Jalur

Keterangan :

X1 : Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah

X2 : Budaya Organisasi Guru

X3 : Motivasi Kerja guru

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

a. Terdapat pengaruh langsung

Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah terhadap Motivasi Kerja guru

Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan

Ciracas Jakarta Timur. Artinya,

semakin baik Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah atas

pelaksanaan tugas pokok dan

fungsinya, maka hal tersebut dapat

mempengaruhi Motivasi Kerja guru

secara langsung. Hal ini didasarkan

kepada nilai koefisien jalur pengaruh

antara variabel Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah terhadap

motivasi kerja guru yang bernilai 0,08

yang berarti signifikan (karena >

0,05).

b. Terdapat pengaruh langsung Budaya

organisasi terhadap Motivasi Kerja

guru Sekolah Dasar Negeri di

Kecamatan Ciracas Jakarta Utara.

Artinya, semakin kondusif Budaya

organisasi dalam mendukung guru

untuk menjalankan aturan dan

perintah yang ada, maka hal tersebut

dapat mempengaruhi Motivasi Kerja

guru secara langsung dan positif. Hal

ini didasarkan kepada nilai koefisien

jalur pengaruh antara variabel Budaya

organisasi Guru terhadap Motivasi

kerja guru yang bernilai 0,816 yang

berarti signifikan (karena > 0,05).

X1

X2

(14)

67 | P a r a m e t e r

c. Terdapat pengaruh langsung

Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah terhadap Budaya organisasi

Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan

Ciracas Jakarta Utara. Artinya,

semakin kondusif Budaya organisasi

dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya, maka hal tersebut dapat

mempengaruhi Motivasi Kerja Guru

secara langsung. Hal ini didasarkan

kepada nilai koefisien jalur pengaruh

antara variabel Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah terhadap

Budaya organisasi yang bernilai 0,759

yang berarti signifikan (karena >

0,05).

Saran

a. Hasil penelitian ini menunjukkan

pentingnya Motivasi Kerja guru, maka

disarankan bagi kepala sekolah untuk

lebih meningkatkan serta

menumbuhkan Motivasi Kerja

Gurunya dengan lebih

mengembangkan kemampuan –

kemampuan keilmuan dan pola – pola

pemberian Kepemimpinan Partisipatif

Kepala Sekolah yang didasarkan pada

kebijaksanaan serta peraturan yang

ada.

b. Kepemimpinan Partisipatif yang

demokratis hendaknya lebih

diperhatikan lagi oleh para kepala

sekolah. Kepala sekolah hendaknya

dapat memberikan contoh dan dapat

mengarahkan guru agar dapat

meningkatkan Motivasi Kerja..

c. Guru hendaknya dapat menjadi

pendidik yang komunikatif bagi

siswanya. Peran tersebut akan

membawa kemampuan guru dalam

mempengaruhi, membimbing,

mengarahkan, dan menggerakkan para

siswanya, memperhatikan dan

membantu guru dalam mengatasi

segala permasalahan dalam tugas

mengajarnya agar terbentuk budaya

organisasi yang kondusi

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, S. 2001. MSDM Strategi Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: BPFE.

Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine dan Michael J. Wesson, 2009. Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace, New York: McGraw-Hill,.

Flippo, Edwin B. 2003. Manajemen Personalia.Dialihbahasakan oleh Moh.Masud. Rajawali Press. Jakarta.

Greenberg, Jerald dan Robert A. Baron, 2007. Behavior in Organizations, New Jersey: Prentice-Hall.

Gibson, James L., John M. Ivancerich dan Jarnes H. Donneily, 2006. Organisasi. Terjemahan: Djarkasih. Jakarta: Erlangga. Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen

Personalia dan Sumber Daya Manusia.Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

(15)

68 | P a r a m e t e r

Ivancevich, John M. and Michael T. Matteson, Organizational Behavior and Management (Texas: Business Publications, Inc, 2008) Kuntjoro, Zainuddin S. 2002. Komitmen

Organisasi. e-psikologi,

http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.a sp?id=558

Gambar

tabel.
tabel koefisien korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku untuk conceptual skills ini memungkinkan pemimpin yang melayani untuk berpikir lebih dalam mengenai sebuah masalah yang dihadapi oleh organisasi atau

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098) sebagaimana telah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Gugun Ardiansyah 2014 Universitas

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi

meyakinkan PT X untuk memprioritaskan e-learning sebagai media pembelajaran yang penting dalam mendukung penerapan manajemen pengetahuan, karena. dengan e-learning karyawan

Saat ini pemakaian jasa internet sebagai sarana untuk memperoleh informasi semakin banyak digunakan karena jangkuannya yang luas, internet sangat ideal bila digunakan sebagai

Eksternalisasi membutuhkan penyajian tacit knowledge ke dalam bentuk yang lebih umum sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Pada tahap eksternalisasi ini, individu

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh market timing ability , stock selection skill, expense ratio dan tingkat risiko terhadap kinerja reksa dana saham di