54 | P a r a m e t e r
Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Guru
(case study :Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)
Fajar Azzam Pasha Akhmad STT Mitra Karya Bekasi azzampasha@gmail.com
Abstract: This study aims to determine whether there is influence between: (1) Participative Leadership (2) Organizational Culture on Teacher Work Motivation. This research used survey method to elementary school teacher (SDN) in North Jakarta in October until January 2017. sampling in this research using simple random sampling, where the target population is teacher of SDN in Ciracas Sub-district, east Jakarta. After going through the various stages performed, then set a sample of 140 people. Measurements were made using instruments in the form of questionnaires. The requirements analysis test was performed by normality test (Liliefors) and linearity test. Furthermore, data analysis technique used is path
analysis with significance level α = 0,05. Testing of research hypothesis shows that: First,
there is influence of Participative Leadership (X1) to Work Motivation Teachers, Testing Second hypothesis, there is influence Organization Culture (X2) on Teacher Work Motivation. Testing research hypothesis Third, there is influence of Participative Leadership (X1) to Culture Organization (X2). Based on the analysis, it can be concluded that Teacher Motivation can be improved through efforts to increase Participatory Leadership and increase the Conductivity of Organizational Culture.
Keywords: Participatory Leadership, Organizational Culture, Teacher Work Motivation
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara: (1) Kepemimpinan Partisipatif (2) Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja Guru. Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap guru sekolah Dasar Negeri (SDN) di Jakarta Utara pada bulan Oktober hingga Januari 2017. pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling, dimana populasi targetnya adalah guru SDN di Kecamatan Ciracas Jakarta timur. Setelah melalui berbagai tahapan yang dilakukan, maka ditetapkan sampel sebanyak 140 orang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa kuisioner. Pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan uji normalitas (Liliefors) dan uji linieritas. Selanjutnya, teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis jalur dengan dengan taraf signifikansi α = 0,05. Pengujian hipotesis penelitian memperlihatkan bahwa: Pertama, terdapat pengaruh Kepemimpinan Partisipatif (X1) terhadap Motivasi Kerja Guru, Pengujian hipotesis Kedua, terdapat pengaruh Budaya Organisasi (X2) terhadap Motivasi Kerja Guru. Pengujian hipotesis penelitian Ketiga, terdapat pengaruh Kepemimpinan Partisipatif (X1) terhadap Budaya Organisasi (X2). Bedasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Motivasi Kerja Guru dapat ditingkatkan melalui upaya peningkatan Kepemimpinan Partisipatif dan peningkatan kondusifitas Budaya Organisasi.
Kata kunci: Kepemimpinan Partisipatif, Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Guru
PENDAHULUAN. Motivasi kerja mempunyai
55 | P a r a m e t e r
guru, ketika seorang guru merasakan
kepuasan dalam bekerja maka seorang
guru akan berupaya semaksimal mungkin
dengan segenap kemampuan yang dimiliki
untuk menyelesaikan tugasnya, yang
akhirnya akan menghasilkan kinerja dan
pencapaian yang baik bagi sekolahnya.
Motivasi kerja mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap
produktivitas sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung. Motivasi rendah
merupakan titik awal dari
masalah-masalah yang muncul dalam organisasi.
Dari sisi guru, motivasi rendah dapat
menyebabkan menurunnya kinerja,
menurunnya moril kerja, dan menurunnya
tampilan kerja baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif.
Pada organisasi sekolah,
komponen yang memegang peranan
penting dalam pencapaian tujuan
organisasi adalah sumber daya manusia
dalam hal ini adalah guru dan seluruh guru
di sekolah. Oleh sebab itu peningkatan
sumber daya manusia penting dilakukan
dengan sasaran Motivasi kerja. Suatu
gejala yang dapat membuat rusak
organisasi sekolah adalah rendahnya
Motivasi kerja guru, di mana timbul gejala
seperti kemangkiran, malas bekerja,
banyaknya keluhan, rendahnya prestasi
kerja. Sebaliknya Motivasi kerja yang
tinggi menandakan bahwa sebuah
organisasi sekolah dikelola dengan baik
dengan manajamen yang efektif.
Meskipun bersifat individual
bukan berarti Motivasi kerja guru dalam
sebuah organisasi sekolah tidak dapat
diupayakan. Dalam perspektif manajemen
pendidikan, Motivasi kerja guru di sekolah
dapat selalu ditingkatkan untuk mencapai
standar tertentu dengan suatu manajemen
yang tepat. Faktor yang berperan dalam
peningkatan Motivasi kerja guru terutama
berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah
untuk selalu melakukan komunikasi yang
berkesinambungan melalui jalinan
kemitraan dengan seluruh guru di
sekolahnya dan Budaya
Organisasi yang berkembang di
dalam sekolah tersebut.
Semua personel sekolah perlu pencerahan
pemikiran dan pengetahuan. Sekolah
bukan hidup dalam situasi yang statis. Era
otonomi pendidikan menawarkan peluang
baru dan kesempatan untuk kreatif dan
mandiri bagi kepala sekolah di dalamnya.
Perubahan baru pada era otonomi
mendorong munculnya pendekatan baru
dalam dunia pendidikan. Pendekatan baru
yang dipertimbangkan lebih cocok untuk
meningkatkan mutu pendidikan adalah
pendekatan yang berbasis pada sekolah
masing-masing. Pendekatan ini dikenal
dengan Manajemen Berbasis Sekolah
56 | P a r a m e t e r
MBS adalah strategi untuk
meningkatkan pendidikan dengan
mendelegasikan kewenangan pengambilan
keputusan penting dari pusat dan daerah ke
tingkat sekolah. Dengan demikian, MBS
pada dasarnya merupakan sistem
manajemen di mana sekolah merupakan
unit pengambilan keputusan penting
tentang penyelenggaraan pendidikan
secara mandiri. MBS memberikan
kesempatan pengendalian lebih besar
kepada kepala sekolah, guru, dan seluruh
komponen sekolah dalam proses
pendidikan di sekolah. MBSmerupakan
bentuk alternatif sekolah dalam program
desentralisasi bidang pendidikan, yang
ditandai dengan adanya otonomi luas di
tingkat sekolah, partisipasi masyarakat
yang tinggi tapi masih dalam kerangka
kebijakan pendidikan nasional.
Sekolah yang menerapkan
prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang
harus lebih bertanggungjawab (high
responsibility), kreatif dalam bertindak dan mempunyai wewenang lebih (more
authority) serta dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh yang
berkepentingan (public accountability by
stake holders). MBS yang diterapkan antara lain memiliki ciri-ciri, mampu
mengoptimalkan sumber daya yang
tersedia untuk kemajuan lembaganya,
menerapkan prinsip efektivitas dan
efisiensi dalam penggunaan sumber daya
sekolah (anggaran, personil dan fasilitas),
mampu mengambil keputusan yang sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan, dan
kondisi lingkungan sekolah, mampu
meningkatkan profesionalisme personil
sekolah, meningkatnya kemandirian
sekolah di segala bidang, serta adanya
keterlibatan semua unsur terkait dalam
perencanaan program sekolah (misal:
Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah,
tokoh masyarakat,dll).
Melalui model kepemimpinan
pendidikan yang tepat diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan kerja guru di
sekolah sehingga berdampak pada
peningkatan mutu organisasi. Motivasi
kerja yang tinggi menunjukkan kesesuaian
antara harapan guru dengan kondisi yang
telah diberikan oleh organisasi. Motivasi
kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam
setiap usaha kerjasama guru dan guru di
sekolah untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, sebaliknya guru yang
memiliki Motivasi kerja rendah akan
sangat sulit mencapai hasil yang baik.
KAJIAN PUSTAKA Motivasi Kerja
Pada dasarnya kata “motivasi”
berasal dari bahasa latin yakni “moverus”
yang dapat diartikan sebagai berikut :
sebab, alasan, dasar, pikiran dasar,
dorongan seseorang untuk berbuat; atau
57 | P a r a m e t e r
terhadap tingkah laku manusia (kartono.
2004 : 147). Pendapat di atas
menindikasikan bahwa seorang pegawai
akan termotivasi untuk melakukan proses
belajar mengajar apabila pegawai tersebut
memperoleh dorongan berupa insentif atau
perangsang lainnya.
Gibson, Ivancevich dan Donnely
(2009 : 100) mengatakan motivasi adalah
suatu konsep yang dapat digunakan ketika
menggerakkan individu untuk memulai
dan berperilaku secara langsung sesuai
yang dikehendaki oleh pimpinan. Motivasi
merupakan seperangkat proses dorongan,
arahan, dan pemeliharaan perilaku ke arah
suatu sasaran. Luthans (2005 : 141)
menegaskan bahwa proses motivasi
dimulai dengan kebutuhan fisik atau
psikologis yang mengaktifkan perilaku
atau dorongan yang ditujukan kepada
sasaran. Kebutuhan fisik atau psikologis
merupakan dasar dari motivasi. Kunci
untuk memahami proses motivasi adalah
terletak pada arti dari hubungan antara
kebutuhan, dorongan dan sasaran yang
diinginkan.
Motivasi kerja merupakan ragam
teori kognitif yang sering digunakan untuk
menjelaskan perilaku berprestasi. Ini ada
kaitannya dengan pertanyaan mengapa
orang yang memiliki bakat yang sama
sering memiliki prestasi yang berbeda.
Beberapa ahli psikologi berargumen
bahwa kejadian ini karena beberapa
individu memiliki hasrat berprestasi yang
lebih tinggi dari pada yang lain.
Adapun berbagai ciri dari
seseorang yang memiliki motivasi kerja,
adalah sebagai berikut : (1) kinerjanya
tergantung pada usaha dan kemampuannya
sendiri dibandingkan dengan kerja melalui
kerja kelompok; (2) mampu
menyelesaikan tugas-tugas yang sulit; dan
(3) seringkali terdapat umpan balik yang
konkrit tentang bagaimana seharusnya ia
melaksanakan tugas secara optimal, efektif
dan efisien.(Wexley dan Yulk. 2003 : 77)
Proses pemberian motivasi
tidaklah terdapat kesamaan di antara pakar
meskipun berbagai langkah yang
dikemukakan tampaknya mempunyai
kesamaan. Pemberian motivasi dapat
dipandang seperti suatu mata rantai, yang
terdiri dari : kebutuhan, menimbulkan,
keinginan, menyebabkan, tensi, yang
menimbulkan, tindakan, yang
menghasilkan, kepuasaan; (Koontz dan
Weihrich. 2008 : 411) pola awal yang
menggambarkan suatu siklus, yang terdiri
dari: kebutuhan yang tidak dipenuhi,
mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan,
perilaku yang berorientasi pada tujuan,
kinerja (evaluasi dari tujuan yang
tercapai), imbalan atau hukuman,
kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai
kembali oleh pegawai. (Gibson. Dkk. 2009
: 100) Upaya yang diarahkan, yang terdiri
58 | P a r a m e t e r
dorongan, perilaku pencarian, kebutuhan
dipuaskan, dan pengurangan tegangan.
(Robbins. 2005 : 148).
Dari bermacam-macam tahapan
yang disajikan di atas, terlihat secara
implisit hanya dua tahapan saja yang
mereka sepakati sebagai salah satu tahapan
dalam pemberian motivasi yaitu ; pertama
kebutuhan, yang berarti bahwa mereka
sepakat bahwa faktor yang mengawali
perlu tidaknya pemberian motivasi adalah
kebutuhan. Seorang pegawai akan
termotivasi untuk melakukan pekerjaannya
jika dia merasa ada kebutuhan yang tidak
terpenuhi, sehingga mereka akan bekerja
dengan sepenuh hati sehingga pada
waktunya kebutuhan tersebut dipuaskan.
Yang kedua adalah mereka
sepakat bahwa oleh karena dipengaruhi
oleh kebutuhan tersebut pegawai
mengarahkan perilakunya kearah
pencapaian tujuan, artinya seorang
pegawai yang merasa kebutuhannya tidak
terpuaskan akan berusaha memuaskannya
dengan cara mengarahkan perilakunya
sehingga tujuan (kepuasan) dapat diraih.
Sedangkan tahapan lainnya terdapat variasi
meskipun makna yang terkandung di
dalamnya sebenarnya sama saja.
Berdasarkan uraian teori – teori
yang telah diungkapkan di atas, maka
dapat disimpulkan dimaksud dengan
Motivasi kerja adalah dorongan semangat
kerja yang timbul dari dalam diri (internal)
maupun dari luar diri (eksternal). Motivasi
kerja seorang merupakan faktor yang
sangat penting, karena tanpa motivasi kerja
yang tinggi, seseorang tidak akan berhasil
menyelesaikan tugas – tugas yang
dibebankan kepadanya. Guru yang bekerja
dengan motivasi yang tinggi merupakan
harapan bagi setiap sekolah dengan
dimensi sebagai berikut : (1) prestasi kerja,
(2) pengaruh, (3) pengendalian, (4)
ketergantungan, (5) pengembangan dan (6)
kerjasama.
Kepemimpinan Partisipatif
Robbins (2006 : 432) mengatakan
kepemimpinan didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi
kelompok menuju pancapaian sasaran.
Seseorang dapat menjalankan peran
kepemimpinan semata-mata karena
kedudukannya dalam organisasi. Dalam
kepemimpinan di lingkungan sebuah
organisasi, diperlukan cara tertentu dalam
mengimplementasikan kemampuan
memengaruhi orang lain sebagai anggota
organisasi agar pikiran, perasaan, sikap,
dan perilakunya terarah pada pencapaian
tujuan organisasi.
Hughes, Ginnett dan Curphy
(2006 : 8) dalam buku Leadership
mengatakan bahwa ”Leadership as, the
process of influencing and organized
group toward accomplishing its goals”.
(Kepemimpinan adalah suatu proses
59 | P a r a m e t e r
untuk mencapai tujuannya). Salah satu
aspek penting dari pengertian
kepemimpinan terutama yang bermanfaat
adalah kepemimpinan merupakan proses
sosial yang saling memengaruhi antar
anggota atau kelompok.
Kepemimpinan tidak hanya
terbatas pada posisi atau peran pemimpin
melainkan pengikut juga merupakan
bagian dari proses kepemimpinan.
Menurut Newstorm dan Davis (2002 : 169)
kepemimpinan adalah proses mendorong
dan membantu orang lain untuk bekerja
dengan antusias untuk mencapai tujuan.
Beberapa definisi kepemimpinan
tersebut memberi gambaran yang jelas
tentang betapa pentingnya anggota
kelompok atau organisasi dalam
mewujudkan tujuan organisasi. Arti
kepemimpinan berkaitan dengan anggota
organisasi tersebut antara lain dalam
bentuk memberi perintah, membimbing,
memengaruhi kelompok kerja atau orang
lain, memberikan arah, bekerja sama,
memberikan tugas atau wewenang
tertentu, sampai kepada melibatkan
anggota organisasi dalam pengambilan
keputusan.
Salah satu model kepemimpinan
yang sangat erat kaitannya dengan
keterlibatan anggota organisasi adalah
kepemimpinan partisipatif. Menurut Gary
Yukl (2006 : 10) “Participative leadership
involves the use of various decision
procedures that allow other people some
influence over the leader’s decisions“.
(Kepemimpinan pertisipatif menyangkut
penggunaan berbagai macam prosedur
keputusan yang memberi orang lain
pengaruh tertentu terhadap keputusan
pemimpin tersebut). Membuat keputusan
adalah salah satu fungsi yang paling
penting yang dilakukan oleh para
pemimpin. Pada beberapa aktivitas,
pimpinan melibatkan anggota dalam
pembuatan dan pelaksanaaan keputusan,
ikut merencanakan pekerjaan, pemecahan
masalah, dan lain-lain.
Pengertian tersebut menjelaskan
bahwa kepemimpinan partisipatif
melibatkan usaha-usaha pimpinan untuk
mendorong dan memudahkan partisipasi
orang lain dalam pengambilan keputusan
yang penting. Kepemimpianan partisipatif
menyangkut penggunaan berbagai macam
prosedur pengambilan keputusan yang
memberi orang lain pengaruh tertentu
terhadap keputusan pemimpin tersebut.
Istilah lainnya yang biasa digunakan untuk
menyebut aspek kepemimpinan partisipatif
mencakup konsultasi, pengambilan
keputusan bersama, pembagian kekuasaan,
desentralisasi dan manajemen yang
demokratis.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu
60 | P a r a m e t e r
keyakinan anggota organisasi terhadap
organisasinya. Hal ini antara lain
dinyatakan oleh James L. Gibson dan
kawan-kawan (2009 : 30),
sebagai:“Organizational culture is what
the employees perceive and how this perception creates a pattern of beliefs,
values, and expectation,” (budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan
oleh para karyawan dan bagaimana
persepsi tersebut dapat menciptakan
keyakinan, nilai-nilai dan harapan).
Dengan demikian dapat diartikan
bahwa budaya organisasi memberikan
pertimbangan moral dan kesadaran etik
tentang suatu pilihan mana yang baik dan
mana yang tidak baik, serta adanya
pertimbangan logika untuk dapat
membedakan terhadap sesuatu yang benar
dan sesuatu yang salah. Sehingga dapat
dipilih, apa yang harus dilakukan oleh
anggota organisasi dalam berperilaku antar
anggota di dalam ataupun di luar
organisasi. Pengertian ini mengandung
pemahaman bahwa nilai-nilai yang
terkandung di dalam budaya organisasi
merupakan sesuatu yang oleh anggota
organisasi dianggap memenuhi
kebutuhannya pada suatu waktu tertentu
dan oleh karenanya anggota organisasi
tersebut mempunyai kepentingan terhadap
nilai-nilai tersebut.
Aspek manusia dalam organisasi
memegang peranan penting yang
membuat, mengkreasi, menggerakkan,
mengontrol, dan mengevaluasi struktur
dan kinerja lembaga. Dalam proses
tersebut, manusia melakukan interaksi
antarindividu sesuai dengan peran dan
fungsinya. Hal ini dilakukan terus dalam
kurun waktu yang cukup panjang yang
pada akhirnya akan membentuk suatu pola
budaya tertentu yang unik antara satu
organisasi dengan organisasi lainnya.
Seperti yang diungkapkan Robbins (2006 :
681) adalah suatu persepsi bersama yang
dianut oleh anggota-anggota organisasi itu
atau suatu sistem dari makna bersama (a
common perception held by the organizations members; a system of shared meaning).
Menurut Robbins (2006 : 681)
Budaya organisasi menunjuk pada suatu
sistem berbagi makna di antara para
anggota organisasi yang membedakan satu
organisasi dengan organisasi yang lainnya.
Sistem berbagi rasa ini merupakan
seperangkat karakteristik kunci berupa
nilai-nilai organisasi.
Budaya organisasi merupakan
perpaduan nilai-nilai, keyakinan,
asumsi-asumsi, pemahaman, dan harapan yang
diyakini oleh anggota organisasi atau
kelompok serta dijadikan pedoman bagi
perilaku dan pemecahan masalah yang
61 | P a r a m e t e r
METODOLOGI PENELITIAN
Bentuk penelitian kuantitatif pada
penelitian ini adalah penelitian kausal
dengan menggunakan metode survei antara
variabel respon yaitu Motivasi Kerja Guru
Sekolah Dasar Negeri (SDN) di
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dengan
variabel prediktor, yaitu Kepemimpinan
Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya
Organisasi guru SDN.
Subjek penelitian adalah guru
Sekolah Dasar Negeri yang berada di
lokasi Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan
pada bulan Oktober hingga Januari 2017.
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data yang diperoleh
langsung dari responsen dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa
kuisioner (angket). Data diperoleh dari
subjek penelitian yaitu, para guru SDN di
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
Dipilihnya metode survei sebagai
salah satu cara untuk mengetahui
tanggapan responden terhadap variabel
yang akan diteliti dan akan dianalisis
pengaruh-pengaruh antara variabel respon
. Adapun konstelasi masalah dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Pengembangan instrumen
ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1)
menyusun dimensi dan indikator variabel
penelitian; (2) menyusun kisi-kisi
instrumen; (3) melakukan ujicoba
instrumen; (4) melakukan pengujian
validitas dan reliabilitas instrumen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data yang disajikan
dalam bagian ini meliputi data variabel
Motivasi Kerja guru (X3) sebagai
endogenus; Kepemimpinan Partisipatif
Kepala Sekolah (X1) dan Budaya
Organisasi Guru (X2) sebagai variabel
eksogenus yang diasumsikan terjadi karena
penyebab-penyebab dari luar model.
Adapun Deskripsi masing-masing
disajikan sebagai berikut :
Motivasi Kerja guru (X3)
Skor Motivasi Kerja guru berada
pada rentang teoretik 34 hingga 170 dan
rentang skor empiriknya dari 73 hingga
113. Berdasarkan data yang diperoleh di
lapangan kemudian diolah secara statistik,
X1
X2
62 | P a r a m e t e r
diperoleh bahwa variabel Motivasi Kerja
guru mempunyai nilai rata-rata sebesar
92,07 dengan simpangan baku 8,90,
median 92 dan modus 88, skor minimum
73, dan skor maksimum 113, sehingga
rentang skor adalah sebesar 40 dan
diperoleh hasilnya seperti pada tabel.
Selanjutnya dari distribusi tersebut
dilakukan pengelompokan data ke dalam 8
kelas interval.
Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1)
Skor Kepemimpinan Partisipatif
Kepala Sekolah berada pada rentang
teoretik 32 hingga 160 dan rentang skor
empiriknya dari 60 hingga 106.
Berdasarkan data yang diperoleh di
lapangan kemudian diolah secara statistik,
diperoleh bahwa variabel Kepemimpinan
Partisipatif Kepala Sekolah mempunyai
nilai rata-rata sebesar 85,36 dengan
simpangan baku 11,39, median 84 dan
modus 78, skor minimum 60, dan skor
maksimum 117, sehingga rentang skor
adalah sebesar 50 dan diperoleh hasilnya
seperti pada tabel.
Selanjutnya dari distribusi
tersebut dilakukan pengelompokan data ke
dalam 8 kelas interval.
Budaya Organisasi Guru (X2)
Skor Budaya Organisasi berada
pada rentang teoretik 28 hingga 140 dan
rentang skor empiriknya dari 65 hingga
106. Berdasarkan data yang diperoleh di
lapangan kemudian diolah secara statistik,
diperoleh bahwa variabel Budaya
Organisasi Guru mempunyai nilai rata-rata
sebesar 87,50 dengan simpangan baku
9,44, median 87,50 dan modus 80, skor
minimum 65, dan skor maksimum 106,
sehingga rentang skor adalah sebesar 41,
dan diperoleh hasil seperti pada tabel.
Ringkasan Deskripsi Data masing-masing Variabel
X1 X2 X3
Banyak Data
(n) 140 140 140
Rata-rata
85,36 87,89 92,0
7
Median 84 87,50 92
Modus 78 80 88
Simpangan
Baku 11,39 9,44 8,90
Varians
129,79 89,07 79,2
6
Rentang 46 41 40
Nilai
Minimum 60 65 73
Nilai
Maksimum 106 106 113
Jumlah data
(ΣX) 11.951 12.305 12.890
Pengujian Persyaratan Analisis
Analisis data penelitian dilakukan
dengan menggunakan analisis jalur (path
analysis) dengan terlebih dahulu dilakukan
uji persyaratan analisis data. Adapun
pengujian persyaratan analisis data yang
dilakukan untuk analisis jalur adalah :
- Uji Normalitas
- Uji Homogenitas
- Uji Linieritas
- Uji Signifikansi regresi dan koefisien
korelasi
63 | P a r a m e t e r
Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kelompok data dalam
taksiran galat berdistribusi normal atau
tidak. Bila diperoleh L hitung kurang dari
L tabel maka dapat disimpulkan data
tersebut berdistribusi normal. Uji
normalitas ini menggunakan taraf
signifikansi uji normalitas pada α 0,05.
Rangkuman Hasil Uji Normalitas No Taksiran
Galat
Kelom pok
n Lhitung
L-tabel Ket
1
2
Xˆ =
39,413 +
0,568 X1
X2 atas
X1
140 0,049
0,07 6 Nor mal 2 3
Xˆ =
32,086 +
0,682 X1
X3 atas
X1
140 0,049
0,07 6 Nor mal 3 3
Xˆ = 46,143+ 0,538 X2
X3 atas
X2
140 0,056
0,07 6
Nor mal
Untuk menguji normalitas
digunakan uji Lilliefors, Hipotesis yang
diajukan adalah :
H0 : Data berasal dari sampel yang
berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari sampel yang tidak
berdistribusi normal
Kriteria Uji : Tolak H0 jika Lhitung> Ltabel.
Uji Homogenitas
Hipotesis dan dasar pengambilan
keputusan dari uji homogenitas ini adalah
sebagai berikut :
H0 : populasi adalah identik (homogen)
H1 : populasi adalah tidak identik (non
homogen)
Adapun rangkuman dari hasil perhitungan
uji homogenitas adalah sebagai berikut:
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas No Taksir
an Galat
Kelom pok
n χhit ung χ -tabe l Ket 1 2
Xˆ = 39,413 + 0,568 X1
X2 atas
X1 14 0 4,9 0 7,8 1 Hom ogen 2 3
Xˆ = 32,086 + 0,682 X1
X3 atas
X1 14 0 6,0 6 7,8 1 Hom ogen 3 3
Xˆ = 46,143 + 0,538 X2
X3 atas
X2 14 0 0,4 7 7,8 1 Hom ogen
Uji Homogenitas varians kelompok X2
atas X1
Hasil perhitungan uji homogenitas varians
kelompok X2 atas X1 diperoleh nilai χhitung
sebesar 4,90 yang lebih kecil dari χtabel
yang sebesar 7,81. Dengan demikian
menerima H0, artinya kelompok X2 atas X1
adalah homogen. (berlaku juga untuk
perhitungan 2 dan 3).
Uji Linieritas dan Uji Signifikansi Regresi
Uji linieritas dan uji signifikansi regresi Budaya Organisasi Guru (X2) atas Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1).
Dari hasil perhitungan kelinieran
regresi korelasi sederhana antara
Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah (X1) dengan Budaya Organisasi
Guru (X2) didapat Fhitung sebesar 1,46.
Dengan taraf nyata 0,05, dk pembilang 38
64 | P a r a m e t e r
sebesar 1,52. Dapat dilihat bahwa Fhitung<
Ftabel, sehingga disimpulkan bahwa garis
persamaan variabel X1 dan X2 adalah
berbentuk linier.
Hasil perhitungan keberartian
regresi seperti terdapat dalam tabel
ANAVA pada Tabel 12, diperoleh Fhitung
sebesar 121,06. dengan taraf nyata 0,01, dk
pembilang 1 dan dk penyebut 138
diperoleh Ftabel sebesar 6,81. Dapat dilihat
bahwa Fhitung> Ftabel, sehingga H0 pada
taraf nyata 0,01 ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa regresi tersebut sangat
signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada
tabel.
Analisis Varians Uji Linieritas
dan Uji Signifikansi Regresi X2 atas X1
Sum ber Vari ans
dk JK RJK Fhitung
F tabel
0,05 0,01
Total 140 1.093.90
3 Regr
esi a
1 1.081.34
5,83
1.081.34 5,83 Regr
esi (b/a)
1 5.867,91 5.867,91 121,06** 3,91 6,81
Sisa 138 6.689,26 48,47
Tuna Coco k
38 2.386,4 62,8 1,46ns 1,52
Galat 100 4.302,86 43,03
** : Sangat Signifikan
* : Siginifikan
ns
: Non signifikan
Uji linieritas dan uji signifikansi regresi
Motivasi Kerja guru (X3) atas
Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah (X1).
Dari hasil perhitungan kelinieran
regresi korelasi sederhana antara
Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah (X1) dengan Motivasi Kerja guru
(X3) didapat Fhitung sebesar 0,85. Dengan
taraf nyata 0,05, dk pembilang 38 dan dk
penyebut 100 diperoleh Ftabel sebesar 1,52.
Dapat dilihat bahwa Fhitung< Ftabel, sehingga
disimpulkan bahwa garis persamaan
variabel X1 dan X3 adalah berbentuk linier.
Hasil perhitungan keberartian
regresi seperti terdapat dalam tabel
ANAVA pada Tabel 13, diperoleh Fhitung
sebesar 124,35. dengan taraf nyata 0,01, dk
pembilang 1 dan dk penyebut 138
diperoleh Ftabel sebesar 6,81. Dapat dilihat
bahwa Fhitung> Ftabel, sehingga H0 pada
taraf nyata 0,01 ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa regresi tersebut sangat
signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada
tabel.
Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi X3 atas X1
Sumber
Varians dk JK RJK Fhitung
F tabel
0,05 0,01
Total 140 1.197.818
Regresi a 1 1.186.800,7
1
1.186.8 00,71 Regresi
(b/a)
1 5.222,02 5.222,0
2
124,35
** 3,91 6,81
Sisa 138 5.795,27 41,99
Tuna Cocok
38 1.415,86 37,26 0,85 ns
1,52
Galat 100 4.379,41 43,79
** : Sangat Signifikan
* : Siginifikan
ns
: Non signifikan
Uji linieritas dan uji signifikansi regresi
Motivasi Kerja guru (X3) atas Budaya
65 | P a r a m e t e r
Dari hasil perhitungan kelinieran
regresi korelasi sederhana antara Budaya
Organisasi Guru (X2) dengan Motivasi
Kerja guru (X3) didapat Fhitung sebesar
1,66. Dengan taraf nyata 0,05, dk
pembilang 35 dan dk penyebut 103
diperoleh Ftabel sebesar 1,71. Dapat dilihat
bahwa Fhitung< Ftabel, sehingga disimpulkan
bahwa garis persamaan variabel X2 dan X3
adalah berbentuk linier.
Hasil perhitungan keberartian
regresi seperti terdapat dalam tabel
ANAVA, diperoleh Fhitung sebesar 154,86.
dengan taraf nyata 0,01, dk pembilang 1
dan dk penyebut 138 diperoleh Ftabel
sebesar 6,81. Dapat dilihat bahwa Fhitung>
Ftabel, sehingga H0 pada taraf nyata 0,01
ditolak. Maka disimpulkan bahwa regresi
tersebut sangat signifikan. Lebih jelas
dapat dilihat pada tabel.
Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi X3 atas X2
Sumbe r Varian
s
dk JK RJK Fhitung
F tabel
0,05 0,0
1
Total 14
0 1.19 7.81 8 Regresi a
1 1.18
6.80 0,71 1.186.800,7 1 Regresi (b/a)
1 5.82
5,74
5.825,74 154,86
**
3,91 6,8
1
Sisa 13
8 5.19 1,55 37,62 Tuna Cocok
35 1.87
3,7
53,53 1,66ns 1,71
Galat 10
3 3.31 7,85
32,21
** : Sangat Signifikan * : Siginifikan
ns
: Non signifikan
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
Adapun matriks korelasi yang didapat dari perhitungan statistik adalah sebagai berikut :
Matriks Korelasi Antar Variabel
X1 X2 X3
X1 1 0,686 0,688
X2 0,686 1 0,723
X3 0,688 0,723 1
Tabel berikut ini adalah hasil
pengujian koefisien korelasi variabel
dependen atas variabel independen seperti
berikut :
Ringkasan hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi
No Taksiran Galat
Kelompo k
N thitung ttabel Ket
1
2
Xˆ = 39,413 + 0,568 X1
X2 atas
X1
140 8,10
7 1,97
8 Signi fikan
2
3
Xˆ = 32,086 + 0,682 X1
X3 atas
X1
140 11,1
36 1,97
8 Signi fikan
3
3
Xˆ = 46,143+ 0,538 X2
X3 atas
X2
140 10,9
55 1,97
8
Sig nifi kan
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa semua nilai thitung>
ttabel. Artinya, seluruh pengujian
signifikansi koefisien korelasi dapat
dikatakan signifikan.
Seluruh uji pra syarat telah
dilakukan dan didapatkan hasil yang
menunjukan bahwa analisis dapat
dilanjutkan kepada analisa jalur sebagai
teknik analisa data yang telah
direncanakan.
Model Analisa Jalur
Untuk memperoleh koefisien jalur
66 | P a r a m e t e r
diagram jalur di atas, perlu dilakukan tiga
langkah sebagai berikut :
1) Membuat persamaan rekursif dari
masing-masing jalur hubungan.
2) Menghitung nilai-nilai koefisien
korelasi antar variabel dan
memasukkan ke dalam
persamaan-persamaan rekursif pada butir
pertama.
3) Menghitung nilai koefisien jalur antar
variabel dan memasukkannya ke
dalam persamaan-persamaan rekursif
pada butir pertama.
Setelah melakukan
langkah-langkah seperti di atas, maka diperoleh
nilai-nilai koefisien jalur sebagai berikut :
Nilai-nilai koefisien jalur :
P21 = 0,686
P31 = 0,244
P32 = 0,475
0, 244. (0, 688) 0,686
(0,723) 0 0,475
Diagram Jalur
Keterangan :
X1 : Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah
X2 : Budaya Organisasi Guru
X3 : Motivasi Kerja guru
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
a. Terdapat pengaruh langsung
Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah terhadap Motivasi Kerja guru
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur. Artinya,
semakin baik Kepemimpinan
Partisipatif Kepala Sekolah atas
pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya, maka hal tersebut dapat
mempengaruhi Motivasi Kerja guru
secara langsung. Hal ini didasarkan
kepada nilai koefisien jalur pengaruh
antara variabel Kepemimpinan
Partisipatif Kepala Sekolah terhadap
motivasi kerja guru yang bernilai 0,08
yang berarti signifikan (karena >
0,05).
b. Terdapat pengaruh langsung Budaya
organisasi terhadap Motivasi Kerja
guru Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Ciracas Jakarta Utara.
Artinya, semakin kondusif Budaya
organisasi dalam mendukung guru
untuk menjalankan aturan dan
perintah yang ada, maka hal tersebut
dapat mempengaruhi Motivasi Kerja
guru secara langsung dan positif. Hal
ini didasarkan kepada nilai koefisien
jalur pengaruh antara variabel Budaya
organisasi Guru terhadap Motivasi
kerja guru yang bernilai 0,816 yang
berarti signifikan (karena > 0,05).
X1
X2
67 | P a r a m e t e r
c. Terdapat pengaruh langsung
Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah terhadap Budaya organisasi
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Ciracas Jakarta Utara. Artinya,
semakin kondusif Budaya organisasi
dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya, maka hal tersebut dapat
mempengaruhi Motivasi Kerja Guru
secara langsung. Hal ini didasarkan
kepada nilai koefisien jalur pengaruh
antara variabel Kepemimpinan
Partisipatif Kepala Sekolah terhadap
Budaya organisasi yang bernilai 0,759
yang berarti signifikan (karena >
0,05).
Saran
a. Hasil penelitian ini menunjukkan
pentingnya Motivasi Kerja guru, maka
disarankan bagi kepala sekolah untuk
lebih meningkatkan serta
menumbuhkan Motivasi Kerja
Gurunya dengan lebih
mengembangkan kemampuan –
kemampuan keilmuan dan pola – pola
pemberian Kepemimpinan Partisipatif
Kepala Sekolah yang didasarkan pada
kebijaksanaan serta peraturan yang
ada.
b. Kepemimpinan Partisipatif yang
demokratis hendaknya lebih
diperhatikan lagi oleh para kepala
sekolah. Kepala sekolah hendaknya
dapat memberikan contoh dan dapat
mengarahkan guru agar dapat
meningkatkan Motivasi Kerja..
c. Guru hendaknya dapat menjadi
pendidik yang komunikatif bagi
siswanya. Peran tersebut akan
membawa kemampuan guru dalam
mempengaruhi, membimbing,
mengarahkan, dan menggerakkan para
siswanya, memperhatikan dan
membantu guru dalam mengatasi
segala permasalahan dalam tugas
mengajarnya agar terbentuk budaya
organisasi yang kondusi
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, S. 2001. MSDM Strategi Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: BPFE.
Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine dan Michael J. Wesson, 2009. Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace, New York: McGraw-Hill,.
Flippo, Edwin B. 2003. Manajemen Personalia.Dialihbahasakan oleh Moh.Masud. Rajawali Press. Jakarta.
Greenberg, Jerald dan Robert A. Baron, 2007. Behavior in Organizations, New Jersey: Prentice-Hall.
Gibson, James L., John M. Ivancerich dan Jarnes H. Donneily, 2006. Organisasi. Terjemahan: Djarkasih. Jakarta: Erlangga. Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia.Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
68 | P a r a m e t e r
Ivancevich, John M. and Michael T. Matteson, Organizational Behavior and Management (Texas: Business Publications, Inc, 2008) Kuntjoro, Zainuddin S. 2002. Komitmen
Organisasi. e-psikologi,
http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.a sp?id=558