PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar magister Pendidikan
Pada Program Studi Adminstrasi Pendidikan
Oleh :
JULAFRIGANDI SINAGA NIM. 8126132013
PROGRAM PASCASARJANA
UNVIERSITAS NEGERI MEDAN
PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar magister Pendidikan
Pada Program Studi Adminstrasi Pendidikan
Oleh :
JULAFRIGANDI SINAGA NIM. 8126132013
PROGRAM PASCASARJANA
UNVIERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRACT
Julafrigandi Sinaga. NIM. 8126132013. The Influence of Participative Leadership of a Head of School applied Organizational Culture with Working Motivation on Affective Commitment of Teachers in SMPs Kabupaten Labuhanbatu Utara.
The objective of this study is to determine the influence of a participative leadership by the head of schools against a working motivation, the influence of organizational culture over a working motivation, the influence of a participative leadership by head of schools on an affective commitment, the influence of the organizational culture on an affective commitment and the influence of working motivation on an affective commitment on the SMPs Kabupaten Labuhanbatu Utara district. In this case, for collecting the data obtained by an questionnaire instrument.
By the research in the result indicated that there is a significance influence between a participative leadership of head of school over their motivation to work as teacher. It is noted in the assessment over the correlation in line between the participative leadership of head school with the working motivation of the teachers about 0.395, with rate of p31 = 0.395 obtained the value
tcount = 4.534. It is noted a significance influence between the organizational
culture with the working motivation of teachers some 0.395 with its rate of p32 =
0.350 obtained its rate tcount = 3.946.
Still, it is noted a significance influence between a participative leadership of those head of school on their affective commitment as teacher. For this rate noted on the result of count in line correlation between participative leadership of head of school with affective commitment of teacher 0.280. With rate p41 = 0.280 obtained the result rate t count = 3.077. This rate has been referred
to t table with N = 115 on the rate of 5% = 1.560. It is found a significance
influence between the organizational culture on the affective commitment of the teachers. This moment should be noted in the line correlation between the organizational culture with the affective commitment of teachers in rate 0.294 with the rate of p 42 = 0.294, obtained its rate tcount = 3.145, for this is referred to
the rate table to N = 115 on rate of 5% = 1.560.
It is noted yet a significance influence immediately between the working motivation to the affective commitment of the teachers, for in this case noted by the result of a line correlation in working to the affective commitment as teacher noted 0.233. With p43 = 0.233 was obtained a rate of = 2.522. This rate has been
referred to the t table in N – 115 on the rate of 5% = 1.560. So, the hypothesis as
ABSTRAK
Julafrigandi Sinaga. NIM. 8126132013. Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja, pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja, pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif, pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif, dan pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif di SMP Kabupaten Labuhan Batu Utara. Penelitian ini menggunakan analisi jalur dengan responden sebanyak 115 guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pengumpulan data diperoleh melalui instrumen angket.
Hasil temuan penelitian adalah terdapat terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan motivasi kerja guru sebesar 0,395. Dengan nilai ρ31 =0,395 diperoleh harga thitung = 4,534. Terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap
motivasi kerja guru sebesar 0,350. Dengan nilai ρ32 =0,350 diperoleh harga thitung
= 3,946.
Terdapat pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru sebesar 0,280. Dengan nilai ρ41 =0,280 diperoleh harga thitung = 3,077. Harga ini
dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Terdapat
pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara budaya organisasi dengan komitmen afektif guru sebesar 0,294. Dengan nilai ρ42 =0,294 diperoleh harga thitung = 3,145. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5%
=1,560.
Terdapat pengaruh langsung motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara motivasi kerja dengan komitmen afektif guru sebesar 0,233. Dengan nilai ρ43 =0,233 diperoleh harga thitung = 2,522. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
kasih karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini dengan
judul: Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah Budaya Organisasi
Dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru SMP Di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Tesis ini merupakan sebagian dari persyaratan dalam
menyelesaikan studi pada Program Studi Administrasi Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Tesis ini dalam proses penulisan banyak menemui hambatan dan rintangan
namun dengan segala upaya maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat selesai tepat waktu. Atas bantuan yang
diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Si, atas
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti perkuliahan di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak
Prof.Dr.H.Abdul Muin Sibuea, M.Pd, yang telah memberikan fasilitas dalam
menyelesaikan Magister Pendidikan saya di Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
3. Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, Bapak Dr. Ir. Darwin, M.Pd., atas
arahan dan masukan dalam penyusunan proposal hingga menjadi tesis.
4. Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan, Bapak Dr. Paningkat Siburian,
iv
telah meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi serta memberikan
nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd dan Prof. Sri Milfayetty, MS.Kons selaku
pembimbing Tesis yang telah meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi
serta memberikan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
6. Kepada Dosen Penguji Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, Bapak Dr. Irsan
Rangkuti, M.Pd, Ibu Prof. Dr. Rosmala Dewi, M.Pd.Kons, yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan sehingga saya dapat menelesaikan Tesis saya.
7. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Program studi Administrasi Pendidikan
yang telah memberikan banyak masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
8. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Labuhanbatu Utara yang
telah memberikan izin meelanjutkan studi di Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
9. Kepala SMP Negeri 1 Aek Kuo Kabupaten Labuhanbatu Utara, Bapak.
Saparuddin Rambe, M.Pd, atas dukungan yang telah diberikan kepada saya untuk
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
10. Kepala Sekolah SMP yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara yang telah
mengizinkan saya melaksanakan penelitian disekolah yang mereka pimpin.
11. Guru – guru SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara yang telah membantu saya
melaksanakan penelitian.
12. Ayahanda J. Sinaga dan Ibunda K. Saragih, yang selalu memberikan doa dan
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Pascasarjana Universitas
v
13. Mertua saya S. Tampubolon, yang tak lupa juga memberikan doa dan dukungan
selama saya dmengikuti perkuliahan.
14. Istri tercinta, Santy Saragih, AMk yang telah banyak memberikan dukungan dan
motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikanStudi Program Pascasarjana.
15. Anak-anakku tercinta: Olivia Aklesyani Sinaga dan Clairin Beryl Sinaga yang
sudah turut memberikan Doa dan dukungan bagi saya dalam menyelesaikan Study
saya di Program Pascasarjana.
16. Teman-teman Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan yang telah membantu dalam memberikan motivasi bagi
penulis sehingga dapat menyelesaikanstudi dan penulisan tesis ini.
17. Kepada semua pihak yang telah membantu saya yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu.
Semoga Tuhan Yesus Kristus Memberkati kita semua, Amin
Medan, Mei 2014 Penulis
vi HIPOTESIS PENELITIAN ... 19
A. Kajian Teoretis ... 19
1. Komitmen Afektif ... 19
2. Kepemimpinan Partisipatif ... 35
3. Budaya Organisasi ... 58
C. Desain dan Variabel Penelitian ... 89
D. Populasi dan Sampel ... 89
E. Definisi Operasional Variabel ... 93
F. Teknik Pengumpulan Data ... 94
G. Uji Coba Instrumen... 97
vii
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105
A. Deskripsi Hasil Penelitian... 105
B. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 112
C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 116
1. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi ... 116
2. Uji Normalitas ... 121
3. Uji Homogenitas ... 122
D. Pengujian Hipotesis ... 123
E. Temuan Penelitian ... 126
F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 128
G. Keterbatasan Penelitian ... 138
BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 139
A. Simpulan ... 139
B. Implikasi ... 141
C. Saran ... 142
DAFTAR PUSTAKA ... 144
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai UN SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara TP 2012./2013 ... 15
2.1 Bagan Teori Dua Faktor Herzberg ... 75
3.1 Jumlah SMP Kecamatan Aek Kuo dan Kecamatan Merbau ... 90
3.2 Sampel Guru SMP Kecamatan Aek Kuo dan Kecamatan Merbau ... 92
3.3 Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Partisipatif ... 95
3.4 Kisi-kisi Instrumen Komitmen Afektif ... 95
3.5 Kisi-kisi Instrumen Budaya Organisasi ... 96
3.6 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Kerja... 96
4.1 Ringkasan Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 105
4.2 Distribusi Frekuensi Data Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah 106 4.3 Distribusi Frekuensi Data Budaya Organisasi ... 108
4.4 Distribusi Frekuensi Data Motivasi Kerja ... 109
4.5 Distribusi Frekuensi Data Komitmen Afektif Guru ... 111
4.6 Tingkat Kecenderungan Variabel Kepemimpinan Partisipatif ... 112
4.7 Tingkat Kecenderungan Variabel Budaya Organisasi ... 113
4.8 Tingkat Kecenderungan Variabel Motivasi Kerja ... 114
4.9 Tingkat Kecenderungan Variabel Komitmen Afektif ... 115
4.10 Ringkasan Analisi Varians Untuk Persamaan X1 atas X3 ... 116
4.11 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X3 atas X2 ... 117
4.12 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4 atas X1 ... 118
4.13 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4 atas X2 ... 119
4.15 Rangkuman Analisis Uji Normalitas Variabel Penelitian... 121
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Hubungan Mekanisme Organisasi Colquitt, Lapine, Wesson .. 23
2.2 Driver of Overal Organizational Comitment ... 26
2.3 Efektivitas Kepemimpinan ... 41
2.4 Kombinasi Pemimpin dan Kematangan Bawahan ... 47
2.5 Path Goal Theory Leadership ... 54
2.6 Path Goal Theory Leadership Robbins ... 56
2.7 Teori Motivasi Jenjang Kebutuhan Maslow ... 73
2.8 Teori Pengharapan ... 76
2.9 Paradigma Penelitian ... 86
4.1 Histogram Variabel Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah 107 4.2 Histogram Variabel Budaya Organisasi ... 108
4.3 Histogram Variabel Motivasi Kerja ... 110
4.4 Histogram Variabel Komitmen Afektif Guru ... 111
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket Penelitian ... 149
2. Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ... 159
3. Data Hasil Penelitian ... 175
4. Deskripsi Data Penelitian ... 179
5. Tingkat Kecenderungan Data Penelitian ... 187
6. Normalitas dan Homogenitas Data Penelitian ... 192
7. Linieritas dan Keberartian Regresi ... 212
8. Perhitungan Koefisien Jalur ... 251
9. Tabel R Product Moment ... 254
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan dapat dipengaruhi oleh banyak komponen di
antaranya komponen guru, peserta didik, pengelolaan dan pembiayaan. Keempat
komponen tersebut saling keterkaitan dan sangat mempengaruhi dalam
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.
Guru adalah salah satu komponen yang dapat menentukan keberhasilan
suatu pendidikan, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan
langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus
dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimana lengkapnya sarana dan prasarana
pendidikan dan bagaimana kuatnya antusias peserta didik, tanpa diimbangi
dengan kemampuan guru, maka semuanya akan kurang bermakna. Aspek yang
paling dominan dalam kaitannya dengan kependidikan adalah guru (pendidik),
yang memang secara khusus diperuntukkan untuk mendukung dan bahkan
menjadi ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Usman (2002:7) mengemukakan bahwa guru mamiliki peran yang penting,
merupakan posisi strategis, dan bertanggung jawab dalam pendidikan nasional.
Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Sedangkan mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan dan teknologi. Melatih
berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa
2
Upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut maka guru yang menjadi
faktor dalam meningkatkan kualitas pendidikan diharapkan menunjukan kinerja
yang baik yang nantinya berimplikasi terhadap perbaikan pendidikan pada
umumnya, perbaikan mutu lulusan khususnya.
Guru melaksanakan tugasnya harus mampu memberikan kontribusi yang
maksimal terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah sehingga
menghasilkan output yang berkualitas. Tujuan pendidikan yang menghasilkan
output yang berkualitas ditentukan berbagai faktor, di antaranya adalah melalui
kompetensi guru, karena kompetensi guru memiliki pengaruh terhadap
peningkatan pembelajaran.
Mulyasa (2011:35) mengemukakan bahwa semua orang yakin bahwa guru
memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Sagala (2013: 390 mengemukakan
bahwa sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan
yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya dalam
menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu
mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang
menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka guru harus mampu
membawa siswa atau peserta didik untuk memasuki dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus menerus berkembang. Guru bertanggung jawab sebagai
3
harus memiliki kepribadian yang matang dan berkembang, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kuat, memiliki keterampilan untuk
membangkitkan minat pesaerta didik, dan mengembangkan profesinya yang
berkesinambungan.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan didukung oleh kompetensi
guru. Sebagaimana telah dikemukakan dalam UU Guru dan Dosen Tahun 2005
dan Penjelasan Peraturam Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, bahwa guru memiliki empat kompetensi menuju pada
profesionalitas guru dan peningkatan kualitas pendidikan Indonesaia. Adapun
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah: (1) kompetensi paedagogik, (2)
kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional.
Dengan adanya kompetensi ini guru akan mampu dalam melakukan dan
meningkatkan kinerjanya.
Keempat kompetensi ini mengharuskan guru agar memiliki semangat kerja
dan komitmen yang tinggi dalam menjunung tinngi nilai-nilai keguruannya,
sehingga guru mampu melaksanakan tugas pembelajaran penuh tanggung jawab,
penuh integritas, serius, penuh semangat dan penuh dedikasi. Dengan sikap ini
maka guru akan mudah menjalankan tugasnya dalam meningkatkan pendidikan
yang mengikuti perkembangan zaman.
Sopiah (2008:155) mengemukakan komitmen adalah kebanggaan,
kesetiaan dan kemauan anggota pada organisasi. Bila seseorang memiliki
komitmen maka ketercapaian tujuan yang hendak dicapai akan lebih baik daripada
4
Robbins (2008: 140) mengemukakan bahwa komitmen organisasi adalah
sebagai suatu keadaan yang menyebabkan seorang memihak suatu organisasi dan
tujuan-tujuan organisasi tersebut serta berniat memelihara keanggotaannya dalam
organisasi. Komitmen terhadap organisasi merupakan kondisi yang
menggambarkan pemberian usaha, kemampuan dan kesetiaan seseorang kepada
organisasi serta penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Luthan (1988:131) mengemukakan bahwa komitmen akan memberikan
dukungan positif terhadap hasil yang diharapkan organisasi, seperti terhadap
kinerja, menghindari pekerjaan berhenti, dan ketidak hadiran kerja. Dengan
adanya komitmen dalam menjalankan tugas, maka hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam menjalankan tugas akan dapat diatasi. Dengan kata lain guru
dengan komitmen yang tinggi juga akan menghasilkan kinerja yang tinggi.
Rhoades (2001:825) mengemukakan bahwa komitmen terhadap organisasi
dapat dibedakan dalam tiga jenis, masing-masing komitmen tersebut memiliki
tingkat atau derajat yang berbeda. Ketiga jenis komitmen terhadap organisasi
tersebut adalah: (1) continuance commitment (komitmen kontinuan/rasional),
berarti komitmen berdasarkan persepsi anggota tentang kerugian yang akan
dihadapinya jika meninggalkan organisasi yaitu seorang anggota tetap bertahan
atau meninggalkan organisasi berdasarkan pertimbangan untung rugi yang
diperolehnya, (2) normative commitment (komitmen normatif) merupakan
komitmen yang meliputi perasaan-perasaan individu tentang kewajiban dan
tanggungjawab yang harus diberikan kepada organisasi, sehingga individu tetap
5
affective commitment (komitmen afektif) berkaitan dengan emosional, identifikasi
dan keterlibatan individu di dalam suatu organisasi, anggota yang mempunyai
komitmen ini mempunyai keterikatan emosional terhadap organisasi yang
tercermin melalui keterlibatan dan perasaan senang serta menikmati peranannya
dalam organisasi.
Shore & Wayne (dalam Smither, 1998:240) mengemukakan bahwa
komitmen afektif dinilai lebih tinggi daripada komitmen normatif dan kontinuan,
sedangkan komitmen normatif dinilai lebih tinggi daripada komitmen kontinuan
(komitmen rasional). Oleh karena itu, dalam konteks penelitian ini dapat
dikatakan bahwa guru yang mempunyai komitmen afektif akan lebih bernilai bagi
sekolah dibandingkan kedua tipe komitmen yang lain karena sudah melibatkan
faktor emosional sehingga guru dengan komitmen afektif akan bertugas dengan
perasaan senang dan menikmati perannya.
Greenberg dan Baron (2003:161) menjelaskan bahwa perilaku yang
ditimbulkan masing-masing tipe komitmen adalah berbeda. Setiap guru memiliki
dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen terhadap organisasi
yang dimilikinya. Guru yang memiliki komitmen dengan dasar afektif memiliki
tingkah laku berbeda dengan guru yang berdasarkan komitmen kontinuan. Guru
dengan komitmen afektif benar-benar ingin menjadi guru di sekolah yang
bersangkutan sehingga memiliki keinginan untuk menggunakan usaha optimal
demi tercapainya tujuan sekolah. Guru dengan komitmen kontinuan cenderung
melakukan tugasnya dikarenakan menghindari kerugian finansial dan kerugian
6
Rhoades (2001: 825) menambahkan bahwa individu dengan komitmen
afektif terhadap organisasi akan memperlihatkan performansi kerja yang tinggi
pula. Masaong (2004:541) mengemukakan bahwa semangat kerja guru merupakan
salah satu indikasi dari komitmen guru. Guru dengan komitmen yang tinggi
adalah yang memiliki semangat kerja yang tinggi, begitupun sebaliknya.
Semangat kerja yang tinggi ditandai dengan adanya disiplin tinggi, minat kerja,
antusiasme dan motivasi yang tinggi untuk bekerja, terpacu untuk berpikir kreatif
dan imajinatif, konsekuen dan selalu berusaha mencari alternatif dalam metode
pengajarannya. Guru dengan semangat kerja yang rendah akan menunjukkan
perilaku indisipliner, hanya terpaku pada satu metode mengajar, kurang kreatif,
kurang berusaha, dan kurang motivasi.
Mowday dkk (1992:125) mengemukakan salah satu faktor yang
mempengaruhi komitmen terhadap organisasi adalah karakteristik struktural yang
meliputi atas karakteristik organisasi beserta seluruh kebijakan yang berlaku
termasuk di dalamnya kebijakan pimpinan organisasi. Kebijakan pimpinan
organisasi akan mempengaruhi perilaku kerja yang ditampilkan bawahan.
Organisasi yang dimaksud adalah sekolah, sedangkan yang dimaksud dengan
bawahan dan pimpinan adalah guru dan kepala sekolah. Sekolah sebagai suatu
organisasi dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang berwenang menerapkan
kepemimpinan tertentu demi terwujudnya tujuan sekolah.
Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya akan berusaha menerapkan
kebijakan yang dirasa tepat bagi keberhasilan sekolah. Kebijakan kepala sekolah
7
Gaya kepemimpinan inilah yang selanjutnya akan di persepsikan oleh semua
bawahan termasuk para guru. Kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana
kerja yang kondusif untuk terjadinya suatu proses pembelajaran yang efektif,
sehingga diperlukan suatu perilaku kepemimpinan yang baik. Kepala sekolah
harus senantiasa berupaya ke arah itu. Salah satu upaya yang dapat ditempuh
adalah menerapkan kepemimpinan yang baik yang dapat menumbuhkan dan
meningkatkan komitmen guru.
Thoha (2006:49) mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan
merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi prilaku orang lain. Kepala sekolah sebagai top leader di
sekolah memiliki tanggung jawab yang besar. Kemampuan seorang pemimpin
akan memberikan dampak yang nyata terhadap mutu produk yang dihasilkan.
Dalam hal ini mutu kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan
akan berdampak terhadap mutu produk pendidikan di sekolah tersebut.
Adler dalam Dadi Permadi (1998:24) menegaskan bahwa “The quality of
teaching and learning that goes in a school is largely determined by the quality of
principals leadership” (mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah
ditentukan oleh sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah) dengan
demikian seorang pemimpin bisa dikatakan rukh sebuah lembaga atau institusi.
Banyak faktor yang turut mewarnai perilaku kepemimpinan seorang
kepala sekolah, sehingga perilaku kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri secara
teori banyak jenisnya. Seorang kepala sekolah mungkin tidak menyadari perilaku
8
sekolah yang visioner justru harus memahami secara benar tentang perilaku
kepemimpinan apa yang akan dipergunakan serta bagaimana tata laksana dari
perilaku kepemimpinan tersebut dalam rangka mencapai tujuan organisasi sekolah
yang lebih baik di masa yang akan datang.
Alan Tucker dalam Syafarudin (2002:49) mengemukakan bahwa
kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi atau mendorong seseorang
atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan
tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Mulyasa (2011:98) mengemukakan
bahwa kepala sekolah sedikitnya mempunyai peran dan fungsi sebagai edukator,
manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator.
Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi
dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2002:10) mengemukakan
bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter yang khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional,
serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pimpinan
dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap kependidikan, visi dan
misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat jujur,
percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa
9
Implementasi kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah terwujud
dalam pelaksanaan tugas-tugasnya antara lain menyusun perencanaan,
mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan, mengkoordinasikan
kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan,
menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur
pembelajaran dan mengadakan hubungan masyarakat. Selain itu tugas
menyelenggarakan administrasi antara lain menyusun perencaan,
pengorganisasian, pengarahan keuangan, penyusunan kurikulum, penanganan
kesiswaan, sarana prasarana, kepegawaian, dan lain-lain.
Melihat tugas kepala sekolah yang begitu banyak, maka seorang kepala
sekolah dituntut memiliki kemampuan manajerial. Jika tidak, maka tidak akan
dapat mengelola sekolah dan suasana sekolah menjadi tidak kondusif. Kepala
sekolah selalu berupaya mencurahkan kemampuannya dalam menjalankan
tugasnya untuk mencapai tujuan. Kemampuan yang harus dimiliki seorang
pemimpin dalam hal ini kepala sekolah adalah memiliki kepribadian yang menjadi
teladan bagi bawahannya, kemampuan memotivasi, pengambilan keputusan,
komunikasi dan pendelegasian wewenang.
Usman (2002:76) mengatakan bahwa kepemimpinan diukur dengan gaya
partisipatif yaitu dengan ciri menerima masukan dari bawahan, pendengar yang
aktif, mendukung bawahan dalam pengambilan resiko dalam membuat keputusan,
komunikasi dua arah dengan bawahan, memberikan pujian atas keberhasilan
10
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dari seorang
kepala sekolah dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahan dalam suatu
organisasi atau lembaga sekolah guna tercapainya tujuan sekolah Sedangkan
kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang guru dalam
melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan tinggi, baik sebagai
pengajar, pembimbing, maupun administator yang dilaksanakan secara
bertanggung jawab dan layak.
Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memberdayakan komponen-komponen yang ada di sekolah dalam hal ini guru.
Guru merupakan salah satu komponen sekolah yang memegang peranan penting
dalam menentukan mutu pendidikan sekolah. Oleh karena itu guru harus mampu
bekerja secara profesional sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kepala
sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung
jawab atas tercapainya tujuan, peran, dan mutu pendidikan di sekolah. Dengan
demikian agar tujuan sekolah dapat tercapai, maka kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dituntut memiliki kapasitas yang memadai
sebagai seorang pemimpin. Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja dan profesionalisme seorang guru sangatlah besar.
Mengingat dengan kepemimpinan yang baik, kepala sekolah diharapkan mampu
mempengaruhi dan menggerakkan para guru guna meningkatkan kompetensi
11
Kepala sekolah dan guru merupakan komponen-komponen yang
berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam organisasi
sekolah, hubungan kepala sekolah dan guru merupakan hubungan antara atasan
atau pemimpin dengan bawahan. Untuk itu guna tercapainya mutu pendidikan
yang optimal, diperlukan kerja sama yang sinergis antara kepala sekolah dan guru.
Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah dituntut menampilkan suatu
kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif, sedangkan para
guru dituntut memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sehingga dapat
menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaanya maupun
motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru
yang mampu bekerja secara profesional.
Budaya organisasi mempengaruhi komitmen organisasi. Sutrisno
(2010:296) mengemukakan bahwa komitmen ditentukan oleh variabel personal
dan variabel organisasi. Variabel personal meliputi usia, masa jabatan dalam
organisasi, sedangkan variabel organisasi meliputi rancangan tugas, gaya
kepemimpinan dan iklim dalam organisasi itu. Dapat dipahami bahwa budaya
yang baik dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan komitmen para
pekerjanya.
Anwar (2004:47) mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam
diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Siagian (2002:255) menyatakan
bahwa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya pada umumnya adalah
12
Selanjutnya Husnan (2003:197) mengemukakan bahwa motivasi
merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan
sesuatu yang diinginkan. Untuk membangun produktivitas dan motivasi pekerja
dua hal yang harus dilakukan. Pertama carilah pembayaran untuk setiap tugas
tambahan, kedua bantu mereka mencari tambahan untuk setiap tugas tambahan
yang diberikan sehingga baik kebutuhan instansi maupun individu tercapai.
Sopiah (2008:164) mengemuakakn bahwa faktor yang berpengaruh
terhadap komitmen dalam suatu organisasi adalah: budaya keterbukaan, kepuasan
kerja, kesempatan personal untuk berkembang, penghargaan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan. Ketika seseorang memiliki motivasi dalam bekerja, maka
komitmennya akan meningkat.
Robbins (2008:241) mengatakan budaya organisasi adalah suatu system
pengertian bersama yang dipegang oleh anggota suatu organisasi yang
membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya. Budaya organisasi
merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku para
anggota di dalam suatu organisasi. Secara individu maupun kelompok
seseorang tidak akan terlepas dari budaya organisasi dan pada umumnya anggota
organisasi akan dipengaruhi oleh beraneka ragamnya sumber daya yang ada.
Mangkunegara (2005:78) mengemukakan budaya organisasi merupakan
seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi
anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi
13
Budaya organisasi juga mempengaruhi terhadap motivasi kerja seseorang.
Menurut Yukl (2007:334) bahwa perubahan sakala besar dalam sebuah organisasi
biasanya membutuhkan suatu perubahan dalam budaya organisasi, dengan
mengubah budaya sebuah organisasi manajemen puncak secara tidak langsung
dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku dari para anggota organisasi. Dengan
demikian untuk mengubah motivasi sesorang agar lebih bermotivasi dalam
bekerja, maka budaya dalam organisasi itu perlu diperbaiki.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Oktober
2013 melalui wawancara dengan salah satu kepala sekolah SMP di Kecamatan
Aek Kou Kabupaten Labuhanbatu Utara mengemukakan bahwa komitmen guru
masih rendah yang dibuktikan dengan guru kurang disiplin, semangat kerja yang
masih rendah, banyak guru dalam mengajar masih menggunakan cara-cara
tradisional dan belum sepenuhnya mengacu pada kurikulum dan kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efesien. Belum semua guru menyiapkan RPP pada
saat mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kurang jelas.
Guru saat menjalankan tugasnya, memiliki sifat dan perilaku yang
berbeda, ada yang bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru yang
dalam melakukan pekerjaan itu tanpa rasa tanggung jawab. Masih banyak guru
yang memilih profesi sebagai guru bukan karena panggilan jiwa dan idelaisme, di
duga juga ada guru-guru tidak bangga dengan profesinya, malu menunjukkan
identitas pekerjaannya sebagai guru dan ia menempatkan profesi guru bukan pada
14
Nilai Uji Kompetensi Awal (UKA) guru tahun 2013 untuk wilayah Sumut
ternyata rendah. Dari 33 provinsi, Sumut menempati peringkat ke-25, dengan nilai
rata-rata 37,4. Ini jauh di bawah rata-rata nasional yakni 42,25. Provinsi yang
memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi adalah Daerah Istimewa Jogjakarta dengan
nilai rata-rata 50,1. Setelah Jogjakarta, provinsi yang masuk 10 besar adalah
propinsi DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa Tengah (45,2),
Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1),
dan Banten (41,1). Sedangkan untuk nilai tertinggi nasional adalah 97,0 dan nilai
terendah adalah 1,0. Sehingga, rata-rata nasional nilai UKA 2013 ini adalah 42,25
dengan standar deviasi 12,72.
Untuk terbaik kabupaten/kota diduduki Blitar, dengan skor 56,41. Tidak
satu pun kabupaten/kota di Sumatera Utara yang masuk 10 besar terbaik. Yang
ada justru masuk 10 besar terendah, yakni termasuk untuk Kabupaten
Labuhanbatu Utara, dengan skor rata-rata 30,28. (http://www.
hariansumutpos.com/2013/03/29082/peringkat-guru-di-sumut-jeblok.htm
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada bulan November 2013
menemukan di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara bahwa kurangnya komitmen
guru dalam bekerja berdampak pada kurang kompetennya guru dalam mengajar
sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini juga dapat
dibuktikan dengan masih rendahnya perolehan nilai UN (Ujian Nasional) siswa.
Berdasarkan hasil UN siswa di di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun
15
Tabel 1.1
Nilai UN SMP di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara
Tahun Pelajaran 2012/2013
Berdasarkan pendapat para ahli tentang komitmen guru, maka dapat
diketahui bahwa komitmen guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan motivasi. Dengan demikian
direncanakan pelaksanaan penelitian berkaitan dengan beberapa faktor yang
mempengaruhi komitmen guru yaitu kepemimpinan partisipatif kepala sekolah,
budaya organisasi dan motivasi kerja guru.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan, maka
masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Bagaimana
kepemimpinan partisipatif kepala sekolah di SMP Kabupaten Labuhanbatu
Utara?, (2) Bagaimana budaya organisasi di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?,
(3) Bagaimana motivasi kerja guru di di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (4)
Bagaimana komitmen afktif guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (5)
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepemimpinan partisipatif kepala
16
mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?,
(7) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi kerja guru di SMP
Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (8) Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru di SMP Kabupaten
Labuhanbatu Utara?, (9) Apakah terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap
komitmen afektif guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (10) Apakah
terdapat pengaruh motivasi terhadap komitmen afektif guru guru di SMP
Kabupaten Labuhanbatu Utara?.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan atas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dibatasi. Adapun batasan masalahnya adalah
sebagai berikut: pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, budaya
organisasi dan motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru di SMP Kabupaten
Labuhanbatu Utara.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah kepemimpinan partisipatif kepala sekolah berpengaruh langsung
terhadap komitmen afektif di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?
2. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif
17
3. Apakah kepemimpinan partisipatif kepala sekolah berpengaruh langsung
terhadap motivasi kerja guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?
4. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja guru
di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?
5. Apakah motivasi kerja berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru
di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?
E.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif
di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara.
2. Pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru di SMP
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
3. Pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja
guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara.
4. Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja guru di SMP Kabupaten
Labuhanbatu Utara.
5. Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru di SMP Kabupaten
Labuhanbatu Utara.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat yang di dapat dari
18
1. Manfaat Teoretis:
a. Menambah khasanah pengetahuan tentang kepemimpinan partisipatif,
budaya organaisasi, motivasi kerja dan komitmen afektif.
b. Bahan acuan bagi penelitian lebih lanjut tentang kepemimpinan
partisipatif, budaya organisasi, motivasi dan komitmen afektif guru.
2. Manfaat Praktis:
a. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja
guru.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan komitmen
organisasi.
c. Sebagai bahan masukan bagi pengawas sekolah untuk dapat membimbing
139
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pengajuan hipotesis, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap
motivasi kerja guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara
kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan motivasi kerja guru sebesar
0,395. Dengan nilai ρ31 =0,395 diperoleh harga thitung = 4,534. Harga ini
dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru dapat diterima dan teruji
kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel kepemimpinan partisipatif
kepala sekolahterhadap motivasi kerja adalah 15,63%.
2. Terdapat pengaruh langsung budaya organisasi dengan motivasi kerja guru
sebesar 0,350. Dengan nilai ρ32 =0,350 diperoleh harga thitung = 3,946. Harga ini
dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi
terhadap motivasi kerja guru dapat diterima dan teruji kebenarannya. Besar
pengaruh langsung dari variabel budaya organaisasi terhadap motivasi kerja guru
adalah 12,31%.
3. Terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap
komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur
antara kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru
sebesar 0,280. Dengan nilai ρ41 =0,280 diperoleh harga thitung = 3,077. Harga ini
140
dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru dapat diterima dan
teruji kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru adalah 7,86%.
4. Terdapat pengaruh langsung budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru.
Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara budaya organisasi
dengan komitmen afektif guru sebesar 0,294. Dengan nilai ρ42 =0,294 diperoleh
harga thitung = 3,145. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada
taraf 5% =1,560. Dengan demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat
pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru dapat diterima dan
teruji kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel budaya organisasi
terhadap komitmen afektif guru adalah 8,18%.
5. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara motivasi kerja terhadap
komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur
antara motivasi kerja dengan komitmen afektif guru sebesar 0,233. Dengan nilai
ρ43 =0,233 diperoleh harga thitung = 2,522. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel
dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan demikian hipotesis yang diajukan
bahwa terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru dapat
diterima dan teruji kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel motivasi
141
B. Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan penelitian. Upaya untuk meningkatkan komitmen guru perlu upaya
meningkatkan kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi kerja. Komitmen afektif
pada diri guru akan tumbuh jika adanya perlakuan khususnya kepemimpinan kepala
sekolah yang memperhatikan, memberikan arahan membuat kebijakan yang sesuai
dengan kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajar di sekolah.
Lembaga pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan
yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan
tinggi. Ada beberapa jenis pendidikan, diantaranya yaitu pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan keterampilan demi kepentingan
masa depan.
Guru sebagai salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pendidikian di
sekolah harus memiliki komitmen. Komitmen guru terhadap pekerjaan didefinisikan
sebagai hubungan psikologis antara seseorang dan pekerjaannya yang berdasarkan
reaksi afektif terhadap pekerjaan tersebut. Guru yang memiliki komitmen terhadap
pekerjaan yang kuat terutama dalam mengajar akan mengidentifikasi dan memiliki
perasaan ang kuat terhadap pekerjaannya dibandingjkan dengan orang yang
komitmennya rendah. Hubungan emosional terhadap pekerjaan memberikan
gambaran perilaku kerja guru dalam mengajar adalah sesuai dan menentukan
142
Hasil penelitian ini jika diterapkan dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, khususnya berkaitan dengan komitmen guru terhadap tugas mengajarnya
merupakan perspektif yang multidimensional yang berupa pengembangan dari teori
komitmen organisasi. Dalam pendekatan multidimensional, komitmen guru terhadap
tugas mengajar seperti halnya komitmen organisasi memberikan pemahaman yang
kompleks mengenai keterikatan guru dengan pekerjaannya.
Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar. Jika
komitmen guru terhadap organisasi rendah, maka akan terjadi kemangkiran guru
yang akan berimplikasi negatif pada prestasi belajar siswa. Karena siswa harus selalu
beradaptasi kembali dengan guru baru yang mengajarnya. Komitmen guru terhadap
lembaga sekolah sebagai organisasi pada dasarnya merupakan suatu kondisi yang
dirasakan oleh guru yang dapat menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap
organisasi kerja yang dimilikinya. Komitmen guru terhadap organisasi khususnya
sekolah tempat bekerja berkaitan dengan identifikasi dan loyalitas guru pada sekolah
dengan meningkatkan kemampuannya untuk mencapai tujuan sekolah.
C. Saran
Berdasarkan uraian dalam simpulan dan implikasi hasil penelitian maka dapat
diberikan beberapa saran antara lain:
Berdasarkan uraian dalam simpulan dan implikasi hasil penelitian maka dapat
diberikan beberapa saran antara lain:
1. Kepala sekolah lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah termasuk dalam melaksanakan kepemimpinan
143
2. Para guru hendaknya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan diri dengan mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan profesionalistas kerja dalam mengajar.
3. Bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan melibatkan lebih banyak
lagi variabel prediktor dan responden, sehingga aspek lain yang diduga memiliki
hubungan dengan penelitian ini dapat dianalisis sehingga memperoleh hasil
144
DAFTAR PUSTAKA
Adler, RB, dan R, George, 1998. Human Comunication. New York: Rinehart and Winston, Inc.
Agustian. 2001. Manajemen Pendidikan: Ancangan Dalam Pendayagunaan dan
Pengembangan Tenaga Kerja Pendidik, Bandung : Sinar Baru.
Anwar Mangkunegara, 2005 Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung:. Rosdakarya.
Burhanuddin, 2000. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara.
Efendy, Onong, U. 2007. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gibson, 2009. Organisasi Prilaku Struktur Proses. Alih Bahasa: Djarkasih. Jakarta: Erlangga.
Greenberg dan Baron. 2003. The leader and his group. Journal of Educational
Reseach, 28, 225- 229.
Griffin, RE & Ebert, RJ. 1999. Business. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice Hall
Hakiem. 2003. Studi Empiris Pengaruh Stressor terhadap. Kinerja, Jurnal Siasat
Bisnis, No.6, Vol.1, Jakarta.
Handayani, Wiwik. 2001. Dampak Komitmen Organisasi, Self-Efficacy Terhadap
Konflik Peran dan Kinerja Karyawan PT. HM SAMPOERNA, Tbk di Surabaya. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 2.
Handoko T, Hani, 2003, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta.
Hermaya. 2005. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hersey P, & Blachard K. H., 1982, Life Cycle Theory of Leadership, Training and
145
Hidayat, Mansyur. 2011. Hubungan Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan
Struktur Tugas Sekolah Dengan Kepuasan Kerja Guru di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan, Tesis. Medan UNIMED.
Hoy dan Miskel. 2008. Educational Administration: Theory, Research, and Practice, New York, Mc-Graw-Hill.
Husnan. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya
Iksan, R. (25 Oktober 2005) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah SLTP
dan Korelasinya dengan Manajemen Instruksional di Beberapa Sekolah di Yogyakarta. Diakses dari http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/38 /Kepemimpinan%.
Jason A. Colquit, Jeffery A. LePine, dan Michael J. Wasson. 2009. Organizational
Behavior Improving and Commitment in the Workplace New York:
McGraw-Hill.
Kreitner, R., Kinicki, A., & Irwin. 2003. Organizational Behavioral (third edition).
Kreitner, Robert & Angelo Konicky, 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Lee, T.W., Ashford, S.J., Walsh, J.P. & Mowday, R.T. 2000. Commitmen Propensity,
Organizational Commitment and Voluntary Turnover : a Longitudinal Study of Organizational Entry Processees. Journal of Management. Vol. 18, No 1,
15-32.
Luthans. F. 1988. Prilaku Organisasi. Terjemahan: Vivin Andika Yuodo: Sekar Purwati. Yokyakarta: Andi.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004. Perilaku dan Budaya Organisasi, Bandung: Refika Aditama.
Martoyo. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Meyer, J. P., & Herscovitch, L, 2008. “Commitment in the workplace toward a
general model”, Human resource management review.
146
Mowday, Porter & Steers. 1992. Employee Organization Linkages: The Psychology
of Commitment, Absen teeism and Tumove New York: Academics Press.
Mulyasa, E. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nasution. 2001. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Nawawi, H. 2003. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung.
Nuraeni. 2010. Beyond Leadership, 12 Konsep Kepemimpinan, Jakarta: Elex Media Komputindo.
Pamudji, S. 2002. Kepemimpinan Pemerintahan Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Pidarta. 1995. Peran Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, Seri Manajemen Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Reksohadiprojo dan Handoko, H., 2001, Manajemen. Jakarta: Universitas Gajah Mada.
Rhoades, L., EIsenberger, R.,& Armeli, S. 2001. Affective Commitment to
organization: The Contribution of Perceived Organizational Support. Journal of Applied Psychology. 86. 5. 825-836.
Ridwan dan Engkos A. Kuncoro. 2005. Analysis Jalur (Path Analysis). Bandung : Alfabeta.
Rivai, H. V. 2002. Education Manajement Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: Raja Rosda Karya.
Robbins, P., Stephen. 2008. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi dan Aplikasi, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka. Jakarta : Prenhallindo.
Sagala, Syaiful. 2013. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Afabeta
Schultz, D. & Schultz, E.S. 2002. Theories of Personality (5th ed). California: Brooks/Cole Publishing Company.
147
Siagian, Sondang P. 2003. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
Singarimbun, Masri.203. Metode Penelititan Survei. Jakarta: LP3S.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Andi Offset.
Spector, P.E. 2000. Job Satisfaction. USA : SAGE Publications, Inc.
Steers, R. M., Porter, L. W., & Bigley, G. A, “Motivation and leadership at work”,
The McGraw-Hill Companies Inc, New York, 2001.
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta : Alfabeta
Sutrisno.2010. Asas-Asas Manajemen. Bandung: Mandar Maju.
Sweeney, Paul D. & McFarlin. 2002. Organizational behavior: Solutions for Management. New York: McGraw-Hill Company.
Syabadhini, B., Graito, B. K., & Mokoginta, U. A. 2001. Kondisi SDM di Sebuah Lembaga Tinggi Negara. dalam Sjabadhyni, B. , Graito, B.K, & Wutun, R.P.
Pengembangan Kualitas SDM dari Perspektif PIO. Jakarta : Bagian Psikologi
Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Syafarudin Alwi. 2002. Perencanaan Sumber Daya Manusia, Tesis Program Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (Tidak Dipublikasikan).
Thoha, Miftah. 2006. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Triatna, Cepi. 2005. Kontribusi Lingkungan Eksternal, Internal dan Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Pembentukan Budaya Sekolah di SMPN di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung. Hasil Penelitian.
Trisnaningsih. 2004. Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja
AkuntanPendidik melalui Komitmen Organisasional. Jurnal Ekonomi Bisnis.
148
Trisnaningsih.2004. Kepemimpinan yang Memotivasi, Jakarta: Gramedia Pustaka
Ulil Ismawati Farikhah.2010. Analisis komitmen organisasi dan Motivasi berprestasi
dalam upaya meningkatkan kinerja guru di SMA laboratorium Universitas Malang. Tesis. Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 edisi 2009, Tentang Guru dan Dosen, Bandung, Depdiknas, Citra Umbara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 edisi 2009, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung, Depdiknas, Citra Umbara.
Usman, Moh Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahdjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teori dan
Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahjono. 2010. Menjadi Pribadi Berprestasi: Strategi Kerasan Kerja di Kantor. Yogyakarta: Grasindo
Wibowo. 2004. Manajemen Kinerja. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Witasari. 2009. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasional
Terhadap Turnover Intentions (Studi Empiris Pada Novotel Semarang). Tesis Magister Manajemen. Semarang: UNDIP.
Yukl, G. 2007. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Alih Bahasa: Yusuf Udaya. Jakarta: Prenhallindo
Zakie Wahidotomo.2011.Hubungan Turnover intention dan Komitmen Organisasi
dengan Turnover Intention Studi Kasus Pada SMP Negeri di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Medan: UNIMED.