• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN LABUHANBATU UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN LABUHANBATU UTARA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP

KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar magister Pendidikan

Pada Program Studi Adminstrasi Pendidikan

Oleh :

JULAFRIGANDI SINAGA NIM. 8126132013

PROGRAM PASCASARJANA

UNVIERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP

KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar magister Pendidikan

Pada Program Studi Adminstrasi Pendidikan

Oleh :

JULAFRIGANDI SINAGA NIM. 8126132013

PROGRAM PASCASARJANA

UNVIERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRACT

Julafrigandi Sinaga. NIM. 8126132013. The Influence of Participative Leadership of a Head of School applied Organizational Culture with Working Motivation on Affective Commitment of Teachers in SMPs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

The objective of this study is to determine the influence of a participative leadership by the head of schools against a working motivation, the influence of organizational culture over a working motivation, the influence of a participative leadership by head of schools on an affective commitment, the influence of the organizational culture on an affective commitment and the influence of working motivation on an affective commitment on the SMPs Kabupaten Labuhanbatu Utara district. In this case, for collecting the data obtained by an questionnaire instrument.

By the research in the result indicated that there is a significance influence between a participative leadership of head of school over their motivation to work as teacher. It is noted in the assessment over the correlation in line between the participative leadership of head school with the working motivation of the teachers about 0.395, with rate of p31 = 0.395 obtained the value

tcount = 4.534. It is noted a significance influence between the organizational

culture with the working motivation of teachers some 0.395 with its rate of p32 =

0.350 obtained its rate tcount = 3.946.

Still, it is noted a significance influence between a participative leadership of those head of school on their affective commitment as teacher. For this rate noted on the result of count in line correlation between participative leadership of head of school with affective commitment of teacher 0.280. With rate p41 = 0.280 obtained the result rate t count = 3.077. This rate has been referred

to t table with N = 115 on the rate of 5% = 1.560. It is found a significance

influence between the organizational culture on the affective commitment of the teachers. This moment should be noted in the line correlation between the organizational culture with the affective commitment of teachers in rate 0.294 with the rate of p 42 = 0.294, obtained its rate tcount = 3.145, for this is referred to

the rate table to N = 115 on rate of 5% = 1.560.

It is noted yet a significance influence immediately between the working motivation to the affective commitment of the teachers, for in this case noted by the result of a line correlation in working to the affective commitment as teacher noted 0.233. With p43 = 0.233 was obtained a rate of = 2.522. This rate has been

referred to the t table in N – 115 on the rate of 5% = 1.560. So, the hypothesis as

(7)

ABSTRAK

Julafrigandi Sinaga. NIM. 8126132013. Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja, pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja, pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif, pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif, dan pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif di SMP Kabupaten Labuhan Batu Utara. Penelitian ini menggunakan analisi jalur dengan responden sebanyak 115 guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pengumpulan data diperoleh melalui instrumen angket.

Hasil temuan penelitian adalah terdapat terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan motivasi kerja guru sebesar 0,395. Dengan nilai ρ31 =0,395 diperoleh harga thitung = 4,534. Terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap

motivasi kerja guru sebesar 0,350. Dengan nilai ρ32 =0,350 diperoleh harga thitung

= 3,946.

Terdapat pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru sebesar 0,280. Dengan nilai ρ41 =0,280 diperoleh harga thitung = 3,077. Harga ini

dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Terdapat

pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara budaya organisasi dengan komitmen afektif guru sebesar 0,294. Dengan nilai ρ42 =0,294 diperoleh harga thitung = 3,145. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5%

=1,560.

Terdapat pengaruh langsung motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara motivasi kerja dengan komitmen afektif guru sebesar 0,233. Dengan nilai ρ43 =0,233 diperoleh harga thitung = 2,522. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada

(8)
(9)

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan

kasih karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini dengan

judul: Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah Budaya Organisasi

Dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru SMP Di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Tesis ini merupakan sebagian dari persyaratan dalam

menyelesaikan studi pada Program Studi Administrasi Pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Tesis ini dalam proses penulisan banyak menemui hambatan dan rintangan

namun dengan segala upaya maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari

berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat selesai tepat waktu. Atas bantuan yang

diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Si, atas

bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti perkuliahan di Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak

Prof.Dr.H.Abdul Muin Sibuea, M.Pd, yang telah memberikan fasilitas dalam

menyelesaikan Magister Pendidikan saya di Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

3. Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, Bapak Dr. Ir. Darwin, M.Pd., atas

arahan dan masukan dalam penyusunan proposal hingga menjadi tesis.

4. Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan, Bapak Dr. Paningkat Siburian,

(10)

iv

telah meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi serta memberikan

nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd dan Prof. Sri Milfayetty, MS.Kons selaku

pembimbing Tesis yang telah meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi

serta memberikan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

6. Kepada Dosen Penguji Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, Bapak Dr. Irsan

Rangkuti, M.Pd, Ibu Prof. Dr. Rosmala Dewi, M.Pd.Kons, yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan sehingga saya dapat menelesaikan Tesis saya.

7. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Program studi Administrasi Pendidikan

yang telah memberikan banyak masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

8. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Labuhanbatu Utara yang

telah memberikan izin meelanjutkan studi di Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

9. Kepala SMP Negeri 1 Aek Kuo Kabupaten Labuhanbatu Utara, Bapak.

Saparuddin Rambe, M.Pd, atas dukungan yang telah diberikan kepada saya untuk

melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

10. Kepala Sekolah SMP yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara yang telah

mengizinkan saya melaksanakan penelitian disekolah yang mereka pimpin.

11. Guru – guru SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara yang telah membantu saya

melaksanakan penelitian.

12. Ayahanda J. Sinaga dan Ibunda K. Saragih, yang selalu memberikan doa dan

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Pascasarjana Universitas

(11)

v

13. Mertua saya S. Tampubolon, yang tak lupa juga memberikan doa dan dukungan

selama saya dmengikuti perkuliahan.

14. Istri tercinta, Santy Saragih, AMk yang telah banyak memberikan dukungan dan

motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikanStudi Program Pascasarjana.

15. Anak-anakku tercinta: Olivia Aklesyani Sinaga dan Clairin Beryl Sinaga yang

sudah turut memberikan Doa dan dukungan bagi saya dalam menyelesaikan Study

saya di Program Pascasarjana.

16. Teman-teman Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan yang telah membantu dalam memberikan motivasi bagi

penulis sehingga dapat menyelesaikanstudi dan penulisan tesis ini.

17. Kepada semua pihak yang telah membantu saya yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu.

Semoga Tuhan Yesus Kristus Memberkati kita semua, Amin

Medan, Mei 2014 Penulis

(12)

vi HIPOTESIS PENELITIAN ... 19

A. Kajian Teoretis ... 19

1. Komitmen Afektif ... 19

2. Kepemimpinan Partisipatif ... 35

3. Budaya Organisasi ... 58

C. Desain dan Variabel Penelitian ... 89

D. Populasi dan Sampel ... 89

E. Definisi Operasional Variabel ... 93

F. Teknik Pengumpulan Data ... 94

G. Uji Coba Instrumen... 97

(13)

vii

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105

A. Deskripsi Hasil Penelitian... 105

B. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 112

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 116

1. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi ... 116

2. Uji Normalitas ... 121

3. Uji Homogenitas ... 122

D. Pengujian Hipotesis ... 123

E. Temuan Penelitian ... 126

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 128

G. Keterbatasan Penelitian ... 138

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 139

A. Simpulan ... 139

B. Implikasi ... 141

C. Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 144

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai UN SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara TP 2012./2013 ... 15

2.1 Bagan Teori Dua Faktor Herzberg ... 75

3.1 Jumlah SMP Kecamatan Aek Kuo dan Kecamatan Merbau ... 90

3.2 Sampel Guru SMP Kecamatan Aek Kuo dan Kecamatan Merbau ... 92

3.3 Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Partisipatif ... 95

3.4 Kisi-kisi Instrumen Komitmen Afektif ... 95

3.5 Kisi-kisi Instrumen Budaya Organisasi ... 96

3.6 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Kerja... 96

4.1 Ringkasan Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 105

4.2 Distribusi Frekuensi Data Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah 106 4.3 Distribusi Frekuensi Data Budaya Organisasi ... 108

4.4 Distribusi Frekuensi Data Motivasi Kerja ... 109

4.5 Distribusi Frekuensi Data Komitmen Afektif Guru ... 111

4.6 Tingkat Kecenderungan Variabel Kepemimpinan Partisipatif ... 112

4.7 Tingkat Kecenderungan Variabel Budaya Organisasi ... 113

4.8 Tingkat Kecenderungan Variabel Motivasi Kerja ... 114

4.9 Tingkat Kecenderungan Variabel Komitmen Afektif ... 115

4.10 Ringkasan Analisi Varians Untuk Persamaan X1 atas X3 ... 116

4.11 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X3 atas X2 ... 117

4.12 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4 atas X1 ... 118

4.13 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4 atas X2 ... 119

(15)

4.15 Rangkuman Analisis Uji Normalitas Variabel Penelitian... 121

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hubungan Mekanisme Organisasi Colquitt, Lapine, Wesson .. 23

2.2 Driver of Overal Organizational Comitment ... 26

2.3 Efektivitas Kepemimpinan ... 41

2.4 Kombinasi Pemimpin dan Kematangan Bawahan ... 47

2.5 Path Goal Theory Leadership ... 54

2.6 Path Goal Theory Leadership Robbins ... 56

2.7 Teori Motivasi Jenjang Kebutuhan Maslow ... 73

2.8 Teori Pengharapan ... 76

2.9 Paradigma Penelitian ... 86

4.1 Histogram Variabel Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah 107 4.2 Histogram Variabel Budaya Organisasi ... 108

4.3 Histogram Variabel Motivasi Kerja ... 110

4.4 Histogram Variabel Komitmen Afektif Guru ... 111

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Penelitian ... 149

2. Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ... 159

3. Data Hasil Penelitian ... 175

4. Deskripsi Data Penelitian ... 179

5. Tingkat Kecenderungan Data Penelitian ... 187

6. Normalitas dan Homogenitas Data Penelitian ... 192

7. Linieritas dan Keberartian Regresi ... 212

8. Perhitungan Koefisien Jalur ... 251

9. Tabel R Product Moment ... 254

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pendidikan dapat dipengaruhi oleh banyak komponen di

antaranya komponen guru, peserta didik, pengelolaan dan pembiayaan. Keempat

komponen tersebut saling keterkaitan dan sangat mempengaruhi dalam

keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.

Guru adalah salah satu komponen yang dapat menentukan keberhasilan

suatu pendidikan, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan

langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus

dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimana lengkapnya sarana dan prasarana

pendidikan dan bagaimana kuatnya antusias peserta didik, tanpa diimbangi

dengan kemampuan guru, maka semuanya akan kurang bermakna. Aspek yang

paling dominan dalam kaitannya dengan kependidikan adalah guru (pendidik),

yang memang secara khusus diperuntukkan untuk mendukung dan bahkan

menjadi ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Usman (2002:7) mengemukakan bahwa guru mamiliki peran yang penting,

merupakan posisi strategis, dan bertanggung jawab dalam pendidikan nasional.

Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Mendidik berarti

meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Sedangkan mengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan dan teknologi. Melatih

berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa

(19)

2

Upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut maka guru yang menjadi

faktor dalam meningkatkan kualitas pendidikan diharapkan menunjukan kinerja

yang baik yang nantinya berimplikasi terhadap perbaikan pendidikan pada

umumnya, perbaikan mutu lulusan khususnya.

Guru melaksanakan tugasnya harus mampu memberikan kontribusi yang

maksimal terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah sehingga

menghasilkan output yang berkualitas. Tujuan pendidikan yang menghasilkan

output yang berkualitas ditentukan berbagai faktor, di antaranya adalah melalui

kompetensi guru, karena kompetensi guru memiliki pengaruh terhadap

peningkatan pembelajaran.

Mulyasa (2011:35) mengemukakan bahwa semua orang yakin bahwa guru

memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.

Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk

mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Sagala (2013: 390 mengemukakan

bahwa sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan

yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya dalam

menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu

mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang

menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka guru harus mampu

membawa siswa atau peserta didik untuk memasuki dunia ilmu pengetahuan dan

teknologi yang terus menerus berkembang. Guru bertanggung jawab sebagai

(20)

3

harus memiliki kepribadian yang matang dan berkembang, menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi yang kuat, memiliki keterampilan untuk

membangkitkan minat pesaerta didik, dan mengembangkan profesinya yang

berkesinambungan.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan didukung oleh kompetensi

guru. Sebagaimana telah dikemukakan dalam UU Guru dan Dosen Tahun 2005

dan Penjelasan Peraturam Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, bahwa guru memiliki empat kompetensi menuju pada

profesionalitas guru dan peningkatan kualitas pendidikan Indonesaia. Adapun

kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah: (1) kompetensi paedagogik, (2)

kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional.

Dengan adanya kompetensi ini guru akan mampu dalam melakukan dan

meningkatkan kinerjanya.

Keempat kompetensi ini mengharuskan guru agar memiliki semangat kerja

dan komitmen yang tinggi dalam menjunung tinngi nilai-nilai keguruannya,

sehingga guru mampu melaksanakan tugas pembelajaran penuh tanggung jawab,

penuh integritas, serius, penuh semangat dan penuh dedikasi. Dengan sikap ini

maka guru akan mudah menjalankan tugasnya dalam meningkatkan pendidikan

yang mengikuti perkembangan zaman.

Sopiah (2008:155) mengemukakan komitmen adalah kebanggaan,

kesetiaan dan kemauan anggota pada organisasi. Bila seseorang memiliki

komitmen maka ketercapaian tujuan yang hendak dicapai akan lebih baik daripada

(21)

4

Robbins (2008: 140) mengemukakan bahwa komitmen organisasi adalah

sebagai suatu keadaan yang menyebabkan seorang memihak suatu organisasi dan

tujuan-tujuan organisasi tersebut serta berniat memelihara keanggotaannya dalam

organisasi. Komitmen terhadap organisasi merupakan kondisi yang

menggambarkan pemberian usaha, kemampuan dan kesetiaan seseorang kepada

organisasi serta penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Luthan (1988:131) mengemukakan bahwa komitmen akan memberikan

dukungan positif terhadap hasil yang diharapkan organisasi, seperti terhadap

kinerja, menghindari pekerjaan berhenti, dan ketidak hadiran kerja. Dengan

adanya komitmen dalam menjalankan tugas, maka hambatan-hambatan yang

dihadapi dalam menjalankan tugas akan dapat diatasi. Dengan kata lain guru

dengan komitmen yang tinggi juga akan menghasilkan kinerja yang tinggi.

Rhoades (2001:825) mengemukakan bahwa komitmen terhadap organisasi

dapat dibedakan dalam tiga jenis, masing-masing komitmen tersebut memiliki

tingkat atau derajat yang berbeda. Ketiga jenis komitmen terhadap organisasi

tersebut adalah: (1) continuance commitment (komitmen kontinuan/rasional),

berarti komitmen berdasarkan persepsi anggota tentang kerugian yang akan

dihadapinya jika meninggalkan organisasi yaitu seorang anggota tetap bertahan

atau meninggalkan organisasi berdasarkan pertimbangan untung rugi yang

diperolehnya, (2) normative commitment (komitmen normatif) merupakan

komitmen yang meliputi perasaan-perasaan individu tentang kewajiban dan

tanggungjawab yang harus diberikan kepada organisasi, sehingga individu tetap

(22)

5

affective commitment (komitmen afektif) berkaitan dengan emosional, identifikasi

dan keterlibatan individu di dalam suatu organisasi, anggota yang mempunyai

komitmen ini mempunyai keterikatan emosional terhadap organisasi yang

tercermin melalui keterlibatan dan perasaan senang serta menikmati peranannya

dalam organisasi.

Shore & Wayne (dalam Smither, 1998:240) mengemukakan bahwa

komitmen afektif dinilai lebih tinggi daripada komitmen normatif dan kontinuan,

sedangkan komitmen normatif dinilai lebih tinggi daripada komitmen kontinuan

(komitmen rasional). Oleh karena itu, dalam konteks penelitian ini dapat

dikatakan bahwa guru yang mempunyai komitmen afektif akan lebih bernilai bagi

sekolah dibandingkan kedua tipe komitmen yang lain karena sudah melibatkan

faktor emosional sehingga guru dengan komitmen afektif akan bertugas dengan

perasaan senang dan menikmati perannya.

Greenberg dan Baron (2003:161) menjelaskan bahwa perilaku yang

ditimbulkan masing-masing tipe komitmen adalah berbeda. Setiap guru memiliki

dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen terhadap organisasi

yang dimilikinya. Guru yang memiliki komitmen dengan dasar afektif memiliki

tingkah laku berbeda dengan guru yang berdasarkan komitmen kontinuan. Guru

dengan komitmen afektif benar-benar ingin menjadi guru di sekolah yang

bersangkutan sehingga memiliki keinginan untuk menggunakan usaha optimal

demi tercapainya tujuan sekolah. Guru dengan komitmen kontinuan cenderung

melakukan tugasnya dikarenakan menghindari kerugian finansial dan kerugian

(23)

6

Rhoades (2001: 825) menambahkan bahwa individu dengan komitmen

afektif terhadap organisasi akan memperlihatkan performansi kerja yang tinggi

pula. Masaong (2004:541) mengemukakan bahwa semangat kerja guru merupakan

salah satu indikasi dari komitmen guru. Guru dengan komitmen yang tinggi

adalah yang memiliki semangat kerja yang tinggi, begitupun sebaliknya.

Semangat kerja yang tinggi ditandai dengan adanya disiplin tinggi, minat kerja,

antusiasme dan motivasi yang tinggi untuk bekerja, terpacu untuk berpikir kreatif

dan imajinatif, konsekuen dan selalu berusaha mencari alternatif dalam metode

pengajarannya. Guru dengan semangat kerja yang rendah akan menunjukkan

perilaku indisipliner, hanya terpaku pada satu metode mengajar, kurang kreatif,

kurang berusaha, dan kurang motivasi.

Mowday dkk (1992:125) mengemukakan salah satu faktor yang

mempengaruhi komitmen terhadap organisasi adalah karakteristik struktural yang

meliputi atas karakteristik organisasi beserta seluruh kebijakan yang berlaku

termasuk di dalamnya kebijakan pimpinan organisasi. Kebijakan pimpinan

organisasi akan mempengaruhi perilaku kerja yang ditampilkan bawahan.

Organisasi yang dimaksud adalah sekolah, sedangkan yang dimaksud dengan

bawahan dan pimpinan adalah guru dan kepala sekolah. Sekolah sebagai suatu

organisasi dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang berwenang menerapkan

kepemimpinan tertentu demi terwujudnya tujuan sekolah.

Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya akan berusaha menerapkan

kebijakan yang dirasa tepat bagi keberhasilan sekolah. Kebijakan kepala sekolah

(24)

7

Gaya kepemimpinan inilah yang selanjutnya akan di persepsikan oleh semua

bawahan termasuk para guru. Kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana

kerja yang kondusif untuk terjadinya suatu proses pembelajaran yang efektif,

sehingga diperlukan suatu perilaku kepemimpinan yang baik. Kepala sekolah

harus senantiasa berupaya ke arah itu. Salah satu upaya yang dapat ditempuh

adalah menerapkan kepemimpinan yang baik yang dapat menumbuhkan dan

meningkatkan komitmen guru.

Thoha (2006:49) mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan

merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut

mencoba mempengaruhi prilaku orang lain. Kepala sekolah sebagai top leader di

sekolah memiliki tanggung jawab yang besar. Kemampuan seorang pemimpin

akan memberikan dampak yang nyata terhadap mutu produk yang dihasilkan.

Dalam hal ini mutu kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan

akan berdampak terhadap mutu produk pendidikan di sekolah tersebut.

Adler dalam Dadi Permadi (1998:24) menegaskan bahwa “The quality of

teaching and learning that goes in a school is largely determined by the quality of

principals leadership” (mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah

ditentukan oleh sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah) dengan

demikian seorang pemimpin bisa dikatakan rukh sebuah lembaga atau institusi.

Banyak faktor yang turut mewarnai perilaku kepemimpinan seorang

kepala sekolah, sehingga perilaku kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri secara

teori banyak jenisnya. Seorang kepala sekolah mungkin tidak menyadari perilaku

(25)

8

sekolah yang visioner justru harus memahami secara benar tentang perilaku

kepemimpinan apa yang akan dipergunakan serta bagaimana tata laksana dari

perilaku kepemimpinan tersebut dalam rangka mencapai tujuan organisasi sekolah

yang lebih baik di masa yang akan datang.

Alan Tucker dalam Syafarudin (2002:49) mengemukakan bahwa

kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi atau mendorong seseorang

atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan

tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Mulyasa (2011:98) mengemukakan

bahwa kepala sekolah sedikitnya mempunyai peran dan fungsi sebagai edukator,

manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator.

Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu memberikan petunjuk dan

pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi

dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2002:10) mengemukakan

bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter yang khusus yang

mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional,

serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pimpinan

dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap kependidikan, visi dan

misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat jujur,

percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa

(26)

9

Implementasi kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah terwujud

dalam pelaksanaan tugas-tugasnya antara lain menyusun perencanaan,

mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan, mengkoordinasikan

kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan,

menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur

pembelajaran dan mengadakan hubungan masyarakat. Selain itu tugas

menyelenggarakan administrasi antara lain menyusun perencaan,

pengorganisasian, pengarahan keuangan, penyusunan kurikulum, penanganan

kesiswaan, sarana prasarana, kepegawaian, dan lain-lain.

Melihat tugas kepala sekolah yang begitu banyak, maka seorang kepala

sekolah dituntut memiliki kemampuan manajerial. Jika tidak, maka tidak akan

dapat mengelola sekolah dan suasana sekolah menjadi tidak kondusif. Kepala

sekolah selalu berupaya mencurahkan kemampuannya dalam menjalankan

tugasnya untuk mencapai tujuan. Kemampuan yang harus dimiliki seorang

pemimpin dalam hal ini kepala sekolah adalah memiliki kepribadian yang menjadi

teladan bagi bawahannya, kemampuan memotivasi, pengambilan keputusan,

komunikasi dan pendelegasian wewenang.

Usman (2002:76) mengatakan bahwa kepemimpinan diukur dengan gaya

partisipatif yaitu dengan ciri menerima masukan dari bawahan, pendengar yang

aktif, mendukung bawahan dalam pengambilan resiko dalam membuat keputusan,

komunikasi dua arah dengan bawahan, memberikan pujian atas keberhasilan

(27)

10

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dari seorang

kepala sekolah dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahan dalam suatu

organisasi atau lembaga sekolah guna tercapainya tujuan sekolah Sedangkan

kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang guru dalam

melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan tinggi, baik sebagai

pengajar, pembimbing, maupun administator yang dilaksanakan secara

bertanggung jawab dan layak.

Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam

memberdayakan komponen-komponen yang ada di sekolah dalam hal ini guru.

Guru merupakan salah satu komponen sekolah yang memegang peranan penting

dalam menentukan mutu pendidikan sekolah. Oleh karena itu guru harus mampu

bekerja secara profesional sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kepala

sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung

jawab atas tercapainya tujuan, peran, dan mutu pendidikan di sekolah. Dengan

demikian agar tujuan sekolah dapat tercapai, maka kepala sekolah dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya dituntut memiliki kapasitas yang memadai

sebagai seorang pemimpin. Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja dan profesionalisme seorang guru sangatlah besar.

Mengingat dengan kepemimpinan yang baik, kepala sekolah diharapkan mampu

mempengaruhi dan menggerakkan para guru guna meningkatkan kompetensi

(28)

11

Kepala sekolah dan guru merupakan komponen-komponen yang

berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam organisasi

sekolah, hubungan kepala sekolah dan guru merupakan hubungan antara atasan

atau pemimpin dengan bawahan. Untuk itu guna tercapainya mutu pendidikan

yang optimal, diperlukan kerja sama yang sinergis antara kepala sekolah dan guru.

Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah dituntut menampilkan suatu

kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif, sedangkan para

guru dituntut memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sehingga dapat

menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaanya maupun

motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru

yang mampu bekerja secara profesional.

Budaya organisasi mempengaruhi komitmen organisasi. Sutrisno

(2010:296) mengemukakan bahwa komitmen ditentukan oleh variabel personal

dan variabel organisasi. Variabel personal meliputi usia, masa jabatan dalam

organisasi, sedangkan variabel organisasi meliputi rancangan tugas, gaya

kepemimpinan dan iklim dalam organisasi itu. Dapat dipahami bahwa budaya

yang baik dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan komitmen para

pekerjanya.

Anwar (2004:47) mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam

diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Siagian (2002:255) menyatakan

bahwa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya pada umumnya adalah

(29)

12

Selanjutnya Husnan (2003:197) mengemukakan bahwa motivasi

merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan

sesuatu yang diinginkan. Untuk membangun produktivitas dan motivasi pekerja

dua hal yang harus dilakukan. Pertama carilah pembayaran untuk setiap tugas

tambahan, kedua bantu mereka mencari tambahan untuk setiap tugas tambahan

yang diberikan sehingga baik kebutuhan instansi maupun individu tercapai.

Sopiah (2008:164) mengemuakakn bahwa faktor yang berpengaruh

terhadap komitmen dalam suatu organisasi adalah: budaya keterbukaan, kepuasan

kerja, kesempatan personal untuk berkembang, penghargaan kerja yang sesuai

dengan kebutuhan. Ketika seseorang memiliki motivasi dalam bekerja, maka

komitmennya akan meningkat.

Robbins (2008:241) mengatakan budaya organisasi adalah suatu system

pengertian bersama yang dipegang oleh anggota suatu organisasi yang

membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya. Budaya organisasi

merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku para

anggota di dalam suatu organisasi. Secara individu maupun kelompok

seseorang tidak akan terlepas dari budaya organisasi dan pada umumnya anggota

organisasi akan dipengaruhi oleh beraneka ragamnya sumber daya yang ada.

Mangkunegara (2005:78) mengemukakan budaya organisasi merupakan

seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang

dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi

anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi

(30)

13

Budaya organisasi juga mempengaruhi terhadap motivasi kerja seseorang.

Menurut Yukl (2007:334) bahwa perubahan sakala besar dalam sebuah organisasi

biasanya membutuhkan suatu perubahan dalam budaya organisasi, dengan

mengubah budaya sebuah organisasi manajemen puncak secara tidak langsung

dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku dari para anggota organisasi. Dengan

demikian untuk mengubah motivasi sesorang agar lebih bermotivasi dalam

bekerja, maka budaya dalam organisasi itu perlu diperbaiki.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Oktober

2013 melalui wawancara dengan salah satu kepala sekolah SMP di Kecamatan

Aek Kou Kabupaten Labuhanbatu Utara mengemukakan bahwa komitmen guru

masih rendah yang dibuktikan dengan guru kurang disiplin, semangat kerja yang

masih rendah, banyak guru dalam mengajar masih menggunakan cara-cara

tradisional dan belum sepenuhnya mengacu pada kurikulum dan kegiatan

pembelajaran yang efektif dan efesien. Belum semua guru menyiapkan RPP pada

saat mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kurang jelas.

Guru saat menjalankan tugasnya, memiliki sifat dan perilaku yang

berbeda, ada yang bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru yang

dalam melakukan pekerjaan itu tanpa rasa tanggung jawab. Masih banyak guru

yang memilih profesi sebagai guru bukan karena panggilan jiwa dan idelaisme, di

duga juga ada guru-guru tidak bangga dengan profesinya, malu menunjukkan

identitas pekerjaannya sebagai guru dan ia menempatkan profesi guru bukan pada

(31)

14

Nilai Uji Kompetensi Awal (UKA) guru tahun 2013 untuk wilayah Sumut

ternyata rendah. Dari 33 provinsi, Sumut menempati peringkat ke-25, dengan nilai

rata-rata 37,4. Ini jauh di bawah rata-rata nasional yakni 42,25. Provinsi yang

memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi adalah Daerah Istimewa Jogjakarta dengan

nilai rata-rata 50,1. Setelah Jogjakarta, provinsi yang masuk 10 besar adalah

propinsi DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa Tengah (45,2),

Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1),

dan Banten (41,1). Sedangkan untuk nilai tertinggi nasional adalah 97,0 dan nilai

terendah adalah 1,0. Sehingga, rata-rata nasional nilai UKA 2013 ini adalah 42,25

dengan standar deviasi 12,72.

Untuk terbaik kabupaten/kota diduduki Blitar, dengan skor 56,41. Tidak

satu pun kabupaten/kota di Sumatera Utara yang masuk 10 besar terbaik. Yang

ada justru masuk 10 besar terendah, yakni termasuk untuk Kabupaten

Labuhanbatu Utara, dengan skor rata-rata 30,28. (http://www.

hariansumutpos.com/2013/03/29082/peringkat-guru-di-sumut-jeblok.htm

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada bulan November 2013

menemukan di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara bahwa kurangnya komitmen

guru dalam bekerja berdampak pada kurang kompetennya guru dalam mengajar

sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini juga dapat

dibuktikan dengan masih rendahnya perolehan nilai UN (Ujian Nasional) siswa.

Berdasarkan hasil UN siswa di di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun

(32)

15

Tabel 1.1

Nilai UN SMP di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara

Tahun Pelajaran 2012/2013

Berdasarkan pendapat para ahli tentang komitmen guru, maka dapat

diketahui bahwa komitmen guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan motivasi. Dengan demikian

direncanakan pelaksanaan penelitian berkaitan dengan beberapa faktor yang

mempengaruhi komitmen guru yaitu kepemimpinan partisipatif kepala sekolah,

budaya organisasi dan motivasi kerja guru.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan, maka

masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Bagaimana

kepemimpinan partisipatif kepala sekolah di SMP Kabupaten Labuhanbatu

Utara?, (2) Bagaimana budaya organisasi di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?,

(3) Bagaimana motivasi kerja guru di di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (4)

Bagaimana komitmen afktif guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (5)

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepemimpinan partisipatif kepala

(33)

16

mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?,

(7) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi kerja guru di SMP

Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (8) Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan

partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru di SMP Kabupaten

Labuhanbatu Utara?, (9) Apakah terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap

komitmen afektif guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (10) Apakah

terdapat pengaruh motivasi terhadap komitmen afektif guru guru di SMP

Kabupaten Labuhanbatu Utara?.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan atas, maka

masalah dalam penelitian ini dapat dibatasi. Adapun batasan masalahnya adalah

sebagai berikut: pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, budaya

organisasi dan motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru di SMP Kabupaten

Labuhanbatu Utara.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah kepemimpinan partisipatif kepala sekolah berpengaruh langsung

terhadap komitmen afektif di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?

2. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif

(34)

17

3. Apakah kepemimpinan partisipatif kepala sekolah berpengaruh langsung

terhadap motivasi kerja guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?

4. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja guru

di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?

5. Apakah motivasi kerja berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru

di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?

E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif

di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara.

2. Pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru di SMP

Kabupaten Labuhanbatu Utara.

3. Pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja

guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara.

4. Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja guru di SMP Kabupaten

Labuhanbatu Utara.

5. Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru di SMP Kabupaten

Labuhanbatu Utara.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat yang di dapat dari

(35)

18

1. Manfaat Teoretis:

a. Menambah khasanah pengetahuan tentang kepemimpinan partisipatif,

budaya organaisasi, motivasi kerja dan komitmen afektif.

b. Bahan acuan bagi penelitian lebih lanjut tentang kepemimpinan

partisipatif, budaya organisasi, motivasi dan komitmen afektif guru.

2. Manfaat Praktis:

a. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

guru.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan komitmen

organisasi.

c. Sebagai bahan masukan bagi pengawas sekolah untuk dapat membimbing

(36)

139

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pengajuan hipotesis, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap

motivasi kerja guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara

kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan motivasi kerja guru sebesar

0,395. Dengan nilai ρ31 =0,395 diperoleh harga thitung = 4,534. Harga ini

dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan

demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan

partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru dapat diterima dan teruji

kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel kepemimpinan partisipatif

kepala sekolahterhadap motivasi kerja adalah 15,63%.

2. Terdapat pengaruh langsung budaya organisasi dengan motivasi kerja guru

sebesar 0,350. Dengan nilai ρ32 =0,350 diperoleh harga thitung = 3,946. Harga ini

dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan

demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi

terhadap motivasi kerja guru dapat diterima dan teruji kebenarannya. Besar

pengaruh langsung dari variabel budaya organaisasi terhadap motivasi kerja guru

adalah 12,31%.

3. Terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap

komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur

antara kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru

sebesar 0,280. Dengan nilai ρ41 =0,280 diperoleh harga thitung = 3,077. Harga ini

(37)

140

dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan

demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan

partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru dapat diterima dan

teruji kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel kepemimpinan

partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru adalah 7,86%.

4. Terdapat pengaruh langsung budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru.

Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara budaya organisasi

dengan komitmen afektif guru sebesar 0,294. Dengan nilai ρ42 =0,294 diperoleh

harga thitung = 3,145. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada

taraf 5% =1,560. Dengan demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat

pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru dapat diterima dan

teruji kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel budaya organisasi

terhadap komitmen afektif guru adalah 8,18%.

5. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara motivasi kerja terhadap

komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur

antara motivasi kerja dengan komitmen afektif guru sebesar 0,233. Dengan nilai

ρ43 =0,233 diperoleh harga thitung = 2,522. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel

dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan demikian hipotesis yang diajukan

bahwa terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru dapat

diterima dan teruji kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel motivasi

(38)

141

B. Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan

kesimpulan penelitian. Upaya untuk meningkatkan komitmen guru perlu upaya

meningkatkan kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi kerja. Komitmen afektif

pada diri guru akan tumbuh jika adanya perlakuan khususnya kepemimpinan kepala

sekolah yang memperhatikan, memberikan arahan membuat kebijakan yang sesuai

dengan kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajar di sekolah.

Lembaga pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan

yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan

tinggi. Ada beberapa jenis pendidikan, diantaranya yaitu pendidikan dasar,

menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan

peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan keterampilan demi kepentingan

masa depan.

Guru sebagai salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pendidikian di

sekolah harus memiliki komitmen. Komitmen guru terhadap pekerjaan didefinisikan

sebagai hubungan psikologis antara seseorang dan pekerjaannya yang berdasarkan

reaksi afektif terhadap pekerjaan tersebut. Guru yang memiliki komitmen terhadap

pekerjaan yang kuat terutama dalam mengajar akan mengidentifikasi dan memiliki

perasaan ang kuat terhadap pekerjaannya dibandingjkan dengan orang yang

komitmennya rendah. Hubungan emosional terhadap pekerjaan memberikan

gambaran perilaku kerja guru dalam mengajar adalah sesuai dan menentukan

(39)

142

Hasil penelitian ini jika diterapkan dalam penyelenggaraan pendidikan di

sekolah, khususnya berkaitan dengan komitmen guru terhadap tugas mengajarnya

merupakan perspektif yang multidimensional yang berupa pengembangan dari teori

komitmen organisasi. Dalam pendekatan multidimensional, komitmen guru terhadap

tugas mengajar seperti halnya komitmen organisasi memberikan pemahaman yang

kompleks mengenai keterikatan guru dengan pekerjaannya.

Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar. Jika

komitmen guru terhadap organisasi rendah, maka akan terjadi kemangkiran guru

yang akan berimplikasi negatif pada prestasi belajar siswa. Karena siswa harus selalu

beradaptasi kembali dengan guru baru yang mengajarnya. Komitmen guru terhadap

lembaga sekolah sebagai organisasi pada dasarnya merupakan suatu kondisi yang

dirasakan oleh guru yang dapat menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap

organisasi kerja yang dimilikinya. Komitmen guru terhadap organisasi khususnya

sekolah tempat bekerja berkaitan dengan identifikasi dan loyalitas guru pada sekolah

dengan meningkatkan kemampuannya untuk mencapai tujuan sekolah.

C. Saran

Berdasarkan uraian dalam simpulan dan implikasi hasil penelitian maka dapat

diberikan beberapa saran antara lain:

Berdasarkan uraian dalam simpulan dan implikasi hasil penelitian maka dapat

diberikan beberapa saran antara lain:

1. Kepala sekolah lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

melaksanakan tugasnya di sekolah termasuk dalam melaksanakan kepemimpinan

(40)

143

2. Para guru hendaknya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan diri dengan mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan untuk

meningkatkan profesionalistas kerja dalam mengajar.

3. Bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan melibatkan lebih banyak

lagi variabel prediktor dan responden, sehingga aspek lain yang diduga memiliki

hubungan dengan penelitian ini dapat dianalisis sehingga memperoleh hasil

(41)

144

DAFTAR PUSTAKA

Adler, RB, dan R, George, 1998. Human Comunication. New York: Rinehart and Winston, Inc.

Agustian. 2001. Manajemen Pendidikan: Ancangan Dalam Pendayagunaan dan

Pengembangan Tenaga Kerja Pendidik, Bandung : Sinar Baru.

Anwar Mangkunegara, 2005 Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung:. Rosdakarya.

Burhanuddin, 2000. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan

Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara.

Efendy, Onong, U. 2007. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gibson, 2009. Organisasi Prilaku Struktur Proses. Alih Bahasa: Djarkasih. Jakarta: Erlangga.

Greenberg dan Baron. 2003. The leader and his group. Journal of Educational

Reseach, 28, 225- 229.

Griffin, RE & Ebert, RJ. 1999. Business. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice Hall

Hakiem. 2003. Studi Empiris Pengaruh Stressor terhadap. Kinerja, Jurnal Siasat

Bisnis, No.6, Vol.1, Jakarta.

Handayani, Wiwik. 2001. Dampak Komitmen Organisasi, Self-Efficacy Terhadap

Konflik Peran dan Kinerja Karyawan PT. HM SAMPOERNA, Tbk di Surabaya. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 2.

Handoko T, Hani, 2003, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta.

Hermaya. 2005. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.

Hersey P, & Blachard K. H., 1982, Life Cycle Theory of Leadership, Training and

(42)

145

Hidayat, Mansyur. 2011. Hubungan Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan

Struktur Tugas Sekolah Dengan Kepuasan Kerja Guru di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan, Tesis. Medan UNIMED.

Hoy dan Miskel. 2008. Educational Administration: Theory, Research, and Practice, New York, Mc-Graw-Hill.

Husnan. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya

Iksan, R. (25 Oktober 2005) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah SLTP

dan Korelasinya dengan Manajemen Instruksional di Beberapa Sekolah di Yogyakarta. Diakses dari http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/38 /Kepemimpinan%.

Jason A. Colquit, Jeffery A. LePine, dan Michael J. Wasson. 2009. Organizational

Behavior Improving and Commitment in the Workplace New York:

McGraw-Hill.

Kreitner, R., Kinicki, A., & Irwin. 2003. Organizational Behavioral (third edition).

Kreitner, Robert & Angelo Konicky, 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Lee, T.W., Ashford, S.J., Walsh, J.P. & Mowday, R.T. 2000. Commitmen Propensity,

Organizational Commitment and Voluntary Turnover : a Longitudinal Study of Organizational Entry Processees. Journal of Management. Vol. 18, No 1,

15-32.

Luthans. F. 1988. Prilaku Organisasi. Terjemahan: Vivin Andika Yuodo: Sekar Purwati. Yokyakarta: Andi.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004. Perilaku dan Budaya Organisasi, Bandung: Refika Aditama.

Martoyo. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Meyer, J. P., & Herscovitch, L, 2008. “Commitment in the workplace toward a

general model”, Human resource management review.

(43)

146

Mowday, Porter & Steers. 1992. Employee Organization Linkages: The Psychology

of Commitment, Absen teeism and Tumove New York: Academics Press.

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks

Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nasution. 2001. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Nawawi, H. 2003. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung.

Nuraeni. 2010. Beyond Leadership, 12 Konsep Kepemimpinan, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Pamudji, S. 2002. Kepemimpinan Pemerintahan Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Pidarta. 1995. Peran Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, Seri Manajemen Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Reksohadiprojo dan Handoko, H., 2001, Manajemen. Jakarta: Universitas Gajah Mada.

Rhoades, L., EIsenberger, R.,& Armeli, S. 2001. Affective Commitment to

organization: The Contribution of Perceived Organizational Support. Journal of Applied Psychology. 86. 5. 825-836.

Ridwan dan Engkos A. Kuncoro. 2005. Analysis Jalur (Path Analysis). Bandung : Alfabeta.

Rivai, H. V. 2002. Education Manajement Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: Raja Rosda Karya.

Robbins, P., Stephen. 2008. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi dan Aplikasi, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka. Jakarta : Prenhallindo.

Sagala, Syaiful. 2013. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Afabeta

Schultz, D. & Schultz, E.S. 2002. Theories of Personality (5th ed). California: Brooks/Cole Publishing Company.

(44)

147

Siagian, Sondang P. 2003. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Singarimbun, Masri.203. Metode Penelititan Survei. Jakarta: LP3S.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Andi Offset.

Spector, P.E. 2000. Job Satisfaction. USA : SAGE Publications, Inc.

Steers, R. M., Porter, L. W., & Bigley, G. A, “Motivation and leadership at work”,

The McGraw-Hill Companies Inc, New York, 2001.

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta : Alfabeta

Sutrisno.2010. Asas-Asas Manajemen. Bandung: Mandar Maju.

Sweeney, Paul D. & McFarlin. 2002. Organizational behavior: Solutions for Management. New York: McGraw-Hill Company.

Syabadhini, B., Graito, B. K., & Mokoginta, U. A. 2001. Kondisi SDM di Sebuah Lembaga Tinggi Negara. dalam Sjabadhyni, B. , Graito, B.K, & Wutun, R.P.

Pengembangan Kualitas SDM dari Perspektif PIO. Jakarta : Bagian Psikologi

Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Syafarudin Alwi. 2002. Perencanaan Sumber Daya Manusia, Tesis Program Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (Tidak Dipublikasikan).

Thoha, Miftah. 2006. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Triatna, Cepi. 2005. Kontribusi Lingkungan Eksternal, Internal dan Kepemimpinan

Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Pembentukan Budaya Sekolah di SMPN di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung. Hasil Penelitian.

Trisnaningsih. 2004. Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja

AkuntanPendidik melalui Komitmen Organisasional. Jurnal Ekonomi Bisnis.

(45)

148

Trisnaningsih.2004. Kepemimpinan yang Memotivasi, Jakarta: Gramedia Pustaka

Ulil Ismawati Farikhah.2010. Analisis komitmen organisasi dan Motivasi berprestasi

dalam upaya meningkatkan kinerja guru di SMA laboratorium Universitas Malang. Tesis. Malang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 edisi 2009, Tentang Guru dan Dosen, Bandung, Depdiknas, Citra Umbara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 edisi 2009, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung, Depdiknas, Citra Umbara.

Usman, Moh Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahdjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teori dan

Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wahjono. 2010. Menjadi Pribadi Berprestasi: Strategi Kerasan Kerja di Kantor. Yogyakarta: Grasindo

Wibowo. 2004. Manajemen Kinerja. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Witasari. 2009. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasional

Terhadap Turnover Intentions (Studi Empiris Pada Novotel Semarang). Tesis Magister Manajemen. Semarang: UNDIP.

Yukl, G. 2007. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Alih Bahasa: Yusuf Udaya. Jakarta: Prenhallindo

Zakie Wahidotomo.2011.Hubungan Turnover intention dan Komitmen Organisasi

dengan Turnover Intention Studi Kasus Pada SMP Negeri di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Medan: UNIMED.

Gambar

Tabel                                                                                                         Halaman
Gambar                                                                                                                  Halaman
Tabel R Product Moment ................................................................
Tabel 1.1 Nilai UN SMP di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap kepuasan kerja, pengaruh motivasi kerja terhadap

Hubungan Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, Pemberian Insentif, dan Stres Kerja dengan Komitmen Kerja Guru SMP Swasta di Kabupaten Labuhan Batu..

Suyata Lumban Tobing , Pengaruh Budaya Ilmiah, Disiplin dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru di SMP Negeri Sekecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi berprestasi guru, pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji pengaruh gaya kepemimpinan, kedisiplinan, budaya organisasi, motivasi, dan komitmen organisasi terhadap

Untuk menganalisis dan menjelaskan apakah komitmen organisasi memediasi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah Salatiga.. Kepemimpinan

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Guru Honorer SDN di Kecamatan

Jurnal Pendidikan Tambusai 13326 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru pada MTs Nurul Iman Selayang Candra Wijaya1, Liza