• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL

KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

SRI HARTINI NIM. 8126131017

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-Faktor Penentu Komitmen Organisasi ... 19

3.1 Model Konstelasi Masalah ... 49

4.1 Histogram Skor Iklim Kerja Organisasi … ... 64

4.2 Histogram Skor Persepsi Kepemimpinan Transformasional . 65

4.3 Histogram Skor Komitmen Afektif Guru ... 67

4.4 Grafik Regresi Linier Sederhana X1 denan Y ... 73

4.5 Grafik Regresi Linier Sederhana X2 denan Y ... 75

(3)
(4)
(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Masalah Komitmen Afektif Guru ... 5

2.1 Perbedaan Pola Kepemimpinan ... 33

3.1 Distribusi Populasi Penelitian ... 46

3.2 Distribusi Sampel Penelitian ... 47

3.3 Kisi-kisi Instrumen Komitmen Afektif Guru ... 50

3.4 Kisi-kisi Instrumen Iklim Kerja Organisasi … ... 51

3.5 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Kep. Transformasional ... 51

4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Kerja Organisasi …... 63

4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Pers. Kep. Transformasional ... 65

4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Komitmen Afektif Guru ... 66

4.4 Distribusi Frekuensi dan kategori skor Iklim Kerja ... 67

4.5 Distribusi Frekuensi dan kategori skor K.Transformasional .... 68

4.6 Distribusi Frekuensi dan kategori skor Komitmen Afektif... 69

4.7 Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 70

4.8 Ringkasan Analisis Varians Variabel Y atas X1 ... 71

4.9 Rangkuman Analisis Varians Variabel Y atas X2 ... 72

4.10 Rangkuman Hubungan Variabel X1 dengan Y ... 74

4.11 Rangkuman Hubungan Variabel X2 dengan Y ... 76

4.12 Rangkuman Analisis Varians Regresi Ganda ... 77

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkankepada Tuhan Yang Maha Esa dimana

selalu memberikan rahmat dan Hidayat-Nya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian besar persyaratan

mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan. Tesis ini berjudul “Hubungan Antara Iklim Kerja Organisasi dan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan ”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada didalam tesis

ini, meskipun demikian penulis telah berupaya melakukan usaha maksimal, tentu

saja hal ini disertai bantuan dari berbagai pihak. Atas bantuan yang diberikan,

maka Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik,

M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan pada program Pascasarjana selama ini.

2. Bapak Direktur, Asisten Direktur, Ketua Prodi dan Sekretaris, Bapak/Ibu

Dosen serta segenap Pegawai Program Studi Administrasi Pendidikan

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membimbing dan

memberikan pelayanan kepada Penulis selama menjadi mahasiswa.

3. Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd dan Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd, selaku

pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu dalam

mengarahkan, memotivasi, membimbing serta memberi nasihat kepada

(7)

4. Bapak Dr. Saut Purba, M.Pd selaku narasumber sekaligus validator,

Dr.Rosamala Dewi, M.Pd dan Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, selaku

narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada

Penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian bagi penulis.

6. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan di Kota Medan yang

telah membantu dalam pelaksanaan uji coba instrumen sampai pengumpulan

data penelitian ini.

7. Bapak/Ibu Guru SMK Kesehatan di Kota Medan yang telah bersedia

memberikan waktu dan tenaga dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

8. Teristimewa buat orang tua saya, suami, anak-anak saya yang tercinta dan

saudara-saudara saya yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi,

pengertian serta do’a disepanjang sujudnya (terima kasih Penulis ucapkan

semoga selalu disertai kemuliaan dan perlindungan Allah SWT Amin)

sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

9. Keluarga besar Yayasan Sentra Medika tempat Penulis belajar dan bekerja.

Kepala Yayasan, Kepala Sekolah dan Rekan Kerja saya, dan Para Siswa saya

yang tercinta yang senantiasa mendukung dan memotivasi saya dalam

menyelesaikan tesis ini.

10. Teman-teman Penulis, mahasiswa AP khususnya angkatan XXI kelas A

(8)

motivasi dan kenangan terindah selama masa perkuliahan yang tak akan

terlupakan.

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu

persatu, yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian pendidikan dan

penyusunan tesis ini, Penulis berharap kiranya seluruh perhatian, kebaikan, dan

bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal kebajikan dan

mendapat barakah dari Allah SWT. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan khasanah pengetahuan.

Medan, Maret 2015 Penulis

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya

tidak dapat diabaikan, karena sekolah merupakan wadah penyelenggara

pendidikan dalam bidang intelektual memikul beban yang berat dalam upaya

mewujudkan tujuan pendidikan. Guru merupakan komponen pendidikan yang

sangat penting dan menentukan keberhasilan pendidikan. Menurut Aqib (2002:42)

guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru

merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar.

Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, sangat diharapkan

guru-guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab mereka. Komitmen merupakan keputusan seseorang dengan dirinya sendiri

untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan adanya komitmen akan menghasilkan

kinerja yang lebih baik dan memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi. Rasa

bangga sebagai guru yang mengemban tugas mulia akan melahirkan semangat

dari dalam diri guru itu sendiri untuk memberikan yang terbaik dalam rangka

peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Dalam usaha mewujudkan suasana yang kondusif di sekolah, maka

komitmen kerja guru merupakan salah satu faktor penting. Komitmen guru

merupakan kesadaran seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

(10)

kelakuan dalam bekerja. Komitmen guru ini berkaitan dengan pencapaian prestasi

kerja guru dan erat pula hubungannya dengan prestasi siswa karena gurulah yang

merangsang dan mendorong siswa untuk berprestasi.

Guru dengan komitmen tinggi pada umumnya menghasilkan kinerja yang

tinggi. Komitmen akan memberikan dukungan positif terhadap hasil yang

diharapkan organisasi, seperti terhadap kinerja, menghindari pekerja berhenti dan

ketidakhadiran kerja. Dengan adanya komitmen dalam melaksanakan tugas maka

hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dalam hubungannya

dengan siswa, kepala sekolah dan warga sekolah lain bukan menjadi hal yang

menghambat guru untuk berkinerja baik.

Jika guru mempunyai komitmen yang tinggi, maka guru dengan

kesederhanaannya akan menunjukkan rasa pengabdian dan tanggung jawab, rasa

tulus ikhlas, konsentrasi dan kepeduliannya, semangat dan rasa kecintaan terhadap

anak didik dan terhadap pekerjaannya sebagai guru, ia akan sediakan waktu,

tenaga yang cukup dan tanpa keluh kesah untuk membantu siswa kelak menjadi

generasi yang berguna bagi bangsa dan negara. Dengan memiliki komitmen yang

tinggi, maka guru akan memberikan kinerja yang lebih baik. Kebanggaan sebagai

guru akan melahirkan komitmen guru untuk terus memajukan dunia pendidikan

melalui perbaikan proses kegiatan belajar mengajar secara terus menerus. Guru

yang berkomitmen akan juga terus berupaya mencari cara-cara baru dalam

peningkatan kualitas pekerjaannya.

Menurut Luthans (2006:218) komitmen organisasi terdiri dari tiga

(11)

(continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment).

Komitmen afektif adalah komitmen organisasi yang lebih menekankan pada

pentingnya kongruensi (kesebangunan) antara nilai dan tujuan karyawan dengan

nilai dan tujuan organisasi. Komitmen kontiniu adalah komitmen organisasi

dimana pekerja akan bertahan atau meninggalkan organisasi karena melihat

adanya pertimbangan rasional dari segi untung dan ruginya. Komitmen normatif

adalah komitmen organisasi dimana pekerja bertahan dalam organisasi karena ia

merasakan adanya kewajiban.

Selanjutnya Luthans (dalam Sutrisno,2009:296) bahwa komitmen

ditentukan oleh variabel personal dan variabel organisasi. Variabel personal

meliputi usia dan masa jabatan dalam organisasi, sedangkan variabel organisasi

meliputi rancangan tugas, gaya kepemimpinan, serta budaya dan iklim dalam

organisasi itu. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa iklim yang baik

dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan komitmen para pekerjanya.

Guru yang memiliki komitmen dalam bekerja khususnya komitmen afektif

juga dapat terlihat dari sikap yang ditunjukkan terhadap institusi sekolah berupa

sikap senang sebagai guru, bangga terhadap sekolah, peduli terhadap sekolah, dan

bertanggung jawab dalam tugas mengajar, mampu melibatkan diri sepenuhnya

kepada aktivitas-aktivitas sekolah, siap dan bersedia mempertahankan nama baik

sekolah serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada sekolah.

Komitmen afektif berkaitan dengan aspek emosional

identifikasi, dan keterlibatan guru dalam organisasi

(12)

guru berpikir tentang hubungannya sekolah dengan

mempertimbangkan kesesuaian antara nilai dan tujuannya dengan nilai dan tujuan

organisasi. Guru yang memiliki komitmen afektif dalam bekerja juga dapat

terlihat dari kemampuan menjadikan dirinya sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan sekolah. Artinya guru tersebuat mau dan mampu

menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi sekolah, mampu melibatkan diri

sepenuhnya pada aktivitas-aktivitas sekolah siap dan sedia mempertahankan nama

baik sekolah, serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi terhadap sekolah.

Komitmen afektif guru adalah sikap yang ditunjukkan seorang guru terhadap

institusi sekolah yangsenang sebagai guru, bangga terhadap sekolah, peduli

terhadap sekolah; dan bertanggung jawab dalam tugas mengajar.

Menurut pengamatan peneliti keadaan tersebut seharusnya terjadi pula

guru SMK Kesehatan di Kota Medan, pengamatan dan wawancara menunjukkan

adanya kesenjangan antara yang diharapkan dan kenyatan tentang komitmen

afektif guru. Berdasarkan data empirik yang diperoleh dari hasil survey

pendahuluan selama dua minggu pada bulan November 2013 di salah satu SMK

Kesehatan yang ada di Kota Medan, diperoleh data bahwa masih rendahnya

komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugas. Rendahnya komitmen afektif

(13)

Tabel 1.1 Masalah Komitmen Afektif Guru

No. Masalah Komitmen Afektif Guru Keterangan

1. Masalah mengenai penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi sekolah yang tergambar dari:

 Guru terlambat mengikuti upacara bendera setiap hari senin

2-3 guru/ mggu  Guru terlambat datang sesuai jadwal kerja 3-5 guru/ hri 2. Guru tidak menjadikan diri sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari sekolah, tergambar dari:

 Guru jarang memberikan gagasan pembaharuan untuk mewujudkan citra sekolah pada rapat dewan guru

Hampir semua guru  Kurangnya semangat guru dalam melaksanakan tugas

mengajar

2-3 guru

3. Masalah keterlibatan guru dalam aktivitas sekolah, tergambar dari:

 Kemalasan guru dalam menghadiri rapat guru 3-4 guru/ rapat  Guru jarang berpartisipasi dalam semua kegiatan yang

diselenggarakan sekolah tempatnya bekerja

2-3 guru/ kegiatan 4. Masalah kesediaan mempertahankan nama baik sekolah

 Merasa kurang di hargai di tempat kerja 2 guru  Penilaian tempat tugas yang kurang sesuai dengan

harapan

1 guru

5. Masalah loyalitas

 Mengeluh dalam melaksanakan tugas tambahan yang diberikan kepala sekolah di dalam maupun di luar jam kerja

Hampir semua guru

Suasana lingkungan tempat bekerja juga dapat mempengaruhi komitmen

pekerja yang ada di dalamnya, dalam hal ini adalah guru. Suasana dalam suatu

lembaga yang kondusif dapat mengembangkan potensi diri guru sehingga mereka

akan puas dalam bekerja dan dengan adanya komitmen yang kuat memungkinkan

mereka dapat meningkatkan prestasi kerja guru yang akhirnya diharapkan dapat

(14)

Dalam lingkungan organisasi (sekolah), setiap individu terlibat dalam

proses persepsi, misalnya bawahan (guru) mempersepsikan atasan (kepala

sekolah) sebagai figur yang komunikatif, protektif, tegas tetapi mendidik, arogan,

acuh tak acuh, berwibawa, dan lan-lain tergantung masing-masing individu (guru)

untuk mempersepsikannya. Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasikan dan

mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya

ataupun keadaan lain yang melekat atau yang ada dalam diri orang yang

dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek

persepsi tersebut. Dengan persepsi akan terbentuk dorongan-dorongan dan hasrat

dalam diri seseorang untuk merespon stimulus yang diperoleh dari lingkungan

atau individu, kemudian memaknai dan mengambil manfaat bagi dirinya yaitu

terjadinya perubahan perilaku dan motivasi.

Peningkatan kualitas guru dipengaruhi oleh bagaimana baiknya seorang

kepala sekolah memimpin sebuah sekolah. Kepala sekolah dalam menjalankan

roda kepemimpinan turut menentukan bagaimana baiknya kualitas pendidikan di

sekolah. Dalam hal peningkatan kompetensi guru, mengajar tidak hanya faktor

pedagogisnya yang harus menjadi perhatian tetapi juga faktor akademis (isi materi

yang disampaikan oleh guru). Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai

pembina dan pembimbing guru dalam proses pembelajaran. Gaya kepemimpinan

yang terbuka dan mendorong guru agar terus memberikan kinerja yang terbaik

kepada sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran

(15)

sekolah harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah. Gaya kepemimpinan apa yang

diterapkan oleh kepala sekolah dalam memimpin juga mempengaruhi komitmen

kerja dari para warga sekolah.

Dalam penelitian ini persepsi guru terhadap kepala sekolah adalah tentang

kepemimpinan transformasional dengan alasan kepemimpinan transformasional

merupakan pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan bawahan yaitu

pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi dari

bawahan adalah visi pemimpin serta mampu meyakinkan bahwa mereka

mempunyai andil dalam mengimplementasikannya. Persepsi guru tentang

kepemimpinan transformasional sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan

kinerja guru secara maksimal.

Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang

dipertentangkan dengan kepemimpinan yang memelihara status quo.

Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai

kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju

sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak

pernah diraih sebelumnya. Kepemimpinan transformasionl bukan sekedar

mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, melainkan

lebih dari itu bermaksud ingin merubah sikap dan nilai-nilai dasar para

pengikutnya melalui pemberdayaan dan meningkatkan rasa percaya diri dan tekad

untuk terus melakuan perubahan walaupun mungkin ia sendiri akan terkena

(16)

Fenomena yang ditemukan di SMK Kesehatan Medan antara lain

kepemimpinan kepala sekolah yang tidak memberikan motivasi dan inspirasi bagi

guru-guru, sehingga adanya keluhan tentang ketidakpuasan terhadap keadaan

tempat kerja serta keadaan siswa, seperti kerja yang menjenuhkan, suasana

lingkungan yang tidak kondusif, sikap sesama guru yang tidak saling mendukung.

Di lain pihak ada dari mereka yang menurun semangatnya dalam mengajar,

merasa bosan, jenuh dengan pekerjaannya dan masih ada guru yang belum merasa

bangga memiliki peran sebagai guru sehingga keinginan untuk terus

meningkatkan kemampuan dan kompetensi masih kurang. Dalam pelaksanaan

tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang

bersemangat dan penuh tanggung jawab, ada juga guru yang dalam melakukan

pekerjaan itu tanpa dilandasi rasa tanggung jawab.

Ketidakpercayaan guru terhadap kepala sekolah juga masih kurang.

Adanya beberapa guru yang menganggap kepala sekolah kurang adil dan kurang

mampu menjaga keharmonisan anggotanya. Hal ini terlihat dari ketidaktaatan

guru terhadap aturan yang dibuat sekolah, masih ada guru yang belum membuat

program pembelajaran dan bahan ajar yang sudah ditentukan dengan tepat waktu.

Hal lain terlihat dari ketidakkompakan atau kebersamaan di antara guru masih

kurang, ketidakpedulian guru terhadap keadaan atau situasi yang ada di

lingkungan sekolah. Masih terdapatnya guru yang pro dan kontra terhadap situasi

yang terjadi di sekolah misalnya dalam penegakan disiplin siswa maupun guru.

(17)

dalam menjaga keharmonisan antara guru, sehingga persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah masih rendah.

Berdasarkan realita-realita yang telah dipaparkan, mengindikasikan bahwa

guru belum mempunyai komitmen afektif yang baik dalam melaksanakan

tugasnya, ketidakpercayaan guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah juga

masih kurang dan iklim organisasi sekolah yang kurang baik. Jika hal ini terus

dibiarkan maka pendidikan di daerah ini akan terpuruk, oleh karena itu perlu

diambil tindakan agar bisa keluar dari permasalahan ini.

Masalah komitmen guru harus dikaji secara ilmiah dengan menganalisis

komitmen guru, khususnya komitmen afektif guru. Teori tentang komitmen

dibahas oleh para ahli dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Collquit,

Lepine dan Wesson (2009:63) komitmen dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

meliputi : budaya organisasi (organizational culture), struktur organisasi

(organizational structure), gaya dan perilaku kepemimpinan (leadership style and

behavior), kekuatan dan pengaruh kepemimpinan (leadership power and

influence), proses dan karakteristik tim (processes and characterisrics team),

personal dan nilai budaya (personaity and cultural values), kemampuan (ability),

sebagai faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pada komitmen. Faktor

lain seperti kepuasan kerja (job satisfaction), stres (stress), motivasi (motivation),

kepercayaan, keadilan, dan etika (trust, justice, and ethics), dan pengambilan

keputusan (learning and decision making)sebagai faktor yang secara langsung

(18)

penentu komitmen organisasi terdiri dari tiga faktor utama yaitu karakteristik

organisasi, karakteristik individu dan proses individu.

Robbins (2003:115) menjelaskan dalam 27 studi yang telah dilakukan

menunjukkan antara komitmen dan kinerja, komitmen afektif nampaknya

berkaitan lebih kuat dengan organisasi. Studi menemukan bahwa komitmen

afektif merupakan prediktor yang penting terhadap beberapa hasil. Peneliti lain,

Yui-tim (2000) dengan judul “Affective Organizational Commitment of worker in

Chinese Joint Venture”. Penelitian ini dilakukan terhadap 295 karyawan di 4

perusahaan joint venture di China. Tujuan penelitian ini adalah menguji komitmen

afektif karyawan yang bergabung dalam People Republic China. Hasil

penelitiannya menyimpulkan: (1) kepercayaan pada organisasi memediasi

hubungan antara keadilan destributif, keadilan prosedural, keamanan pekerjaan

yang dipersiapkan karyawan dan komitmen afektif; (2) keamanan pekerjaan yang

dipersepsikan karyawan dan komitmen afektif memiliki efek yang mencolok pada

niat para pekerja untuk ganti pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor penentu komitmen organisasi

tersebut dapat dipahami bahwa komitmen afektif guru dapat ditentukan oleh

banyak faktor baik yang sifatnya internal dan eksternal dari individu itu sendiri

yang mengabdi pada suatu organisasi. Berdasarkan pendapat Collquit, et all

(2009:63) juga dapat dilihat berbagai faktor yang dapat menentukan tingkat

komitmen baik yang berkaitan dengan mekanisme organisasi, mekanisme

kelompok, karakteristik individu maupun mekanisme individu dengan

(19)

Perbedaan pendapat ahli terhadap faktor-faktor penentu komitmen guru

telah mendorong peneliti untuk melakukan penelitian model komitmen afektif

guru dilihat dari variabel persepsi tentang kepemimpinan transformasional dan

iklim kerja organisasi. Hal-hal di atas yang mendorong untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai “hubungan iklim kerja organisasi dan persepsi

guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan komitmen

afektif guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan Kota Medan.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah yang berhubungan dengan komitmen afektif guru, diantaranya:

(1) Apakah iklim kerja organisasi memiliki hubungan dengan komitmen afektif

guru? (2) Apakah struktur organisasi memiliki hubungan dengan komitmen

afektif guru? (3) Apakah gaya dan perilaku kepemimpinan memiliki hubungan

dengan komitmen afektif guru? (4) Apakah kepuasan kerja memiliki hubungan

dengan komitmen afektif guru? (5) Apakah stres memiliki hubungan dengan

komitmen afektif guru? (6) Apakah motivasi memiliki hubungan dengan

komitmen afektif guru? (7) Apakah pengambilan keputusan memiliki hubungan

dengan komitmen afektif guru? (8) Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan

transformasional kepala sekolah memiliki hubungan dengan komitmen afektif

(20)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, ditemukan banyak faktor yang dapat

berhubungan dengan komitmen afektif. Namun dalam penelitian ini faktor-faktor

tersebut hanya dibatasi pada: iklim kerja organisasi, persepsi guru tentang

kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan komitmen afektif guru.

Kajian antara ketiga faktor tersebut dapat dilakukan dimana saja, namun

karena gejala masalahnya mengenai komitmen afektif SMK Kesehatan di Kota

Medan, maka penelitian dibatasi di sekolah tersebut.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dengan Komitmen

Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan?

2. Apakah terdapat hubungan antara Persepsi Guru tentang Kepemimpinan

Transformasional Kepala Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru SMK

Kesehatan di Kota Medan?

3. Apakah terdapat hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dan Persepsi Guru

tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah secara

bersama-sama dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan?

E. Tujuan Penelitian

(21)

1. Untuk mengetahui hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dengan

Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan antara Persepsi Guru tentang Kepemimpinan

Transformasional Kepala Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru SMK

Kesehatan di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dan Persepsi Guru

tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah secara

bersama-sama dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan.

F. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka diperoleh manfaat sebagai

berikut:

a. Manfaat secara teoretis:

1. Untuk menguatkan teori yang berkaitan dengan persepsi guru tentang

kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim kerja dan komitmen

afektif guru.

2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama

dengan penelitian ini.

b. Manfaat secara praktis:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya untuk meningkatkan komitmen afektif guru dalam

(22)

2. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam evaluasi diri dan

organisasi sekolah tentang komitmen afektif guru dalam usaha

meningkatkan mutu pendidikan.

3. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan

sebagai pengambil kebijakan pendidikan khususnya terhadap SMK

Kesehatan dalam mengawasi komitmen afektif dan kinerja guru serta

Gambar

Gambar     2.1  Faktor-Faktor Penentu Komitmen Organisasi ......................  19
Tabel  1.1   Masalah Komitmen Afektif Guru ...........................................
Tabel 1.1 Masalah Komitmen Afektif Guru

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul ” Kontribusi Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kemampuan Profesional Guru dan Iklim Sekolah terhadap Prestasi Sekolah SD di

iklim organisasi, persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, dan. tingkat kinerja guru SMA Negeri 1

Hasil penelitian diperoleh persepsi guru mengenai kepemimpinan kepala madrasah saat ini berkategori cukup baik (46,43%), iklim organisasi berkategori baik (50,00%), dan kinerja

Berdasarkan pengujian hipotesis dapat disimpulkan: (1) terdapat pengaruh langsung persepsi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap motivasi kerja

Proses pengembangan instrument persepsi guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dimulai dengan penyusunan instrument berbentuk kuisioner model skala

Untuk menganalisis dan menjelaskan apakah komitmen organisasi memediasi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Muhammadiyah Salatiga.. Kepemimpinan

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh persepsi guru tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja terhadap kinerja guru SMK N

Besarnya pengaruh yang diberikan kepemimpinan transformasional terhadap komitmen organisasi menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional harus dimiliki dan terus