ABSTRACT
Suyata Lumban Tobing, The Influence of Scientific Culture, Discipline, and Work Motivation on Teacher’s Affective Commitment Against Teacher in Junior High School at Lubuk Pakam Deli Serdang regency. Thesis: Graduate Program, work motivation on the teacher’s affective commitment.
This research method is quantitative research with ex post facto research design with analysis techniques Path / Path Analysis. The study population was a state school teacher, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3, and Junior High School 4 Deli Serdang Regency by 65 people. The withdrawal method using sampling random. The instrument for in this research is to use the questionnaire with use the five answer choices. For the variable influence on scientific culture with a range of value from 1 until 5, the work motivation with a range of value from 1 until 5, the discipline with a range of value from 1 until 5, the affective commitment with a range of value from 1 until 5, and the wrong answers give score 0 and each the correct answers give score 1.
ABSTRAK
Suyata Lumban Tobing , Pengaruh Budaya Ilmiah, Disiplin dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru di SMP Negeri Sekecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pengaruh langsung budaya ilmiah terhadap motivasi kerja, (2) pengaruh langsung disiplin terhadap motivasi kerja, (3) pengaruh langsung budaya ilmiah terhadap komitmen afektif guru, (4) pengaruh langsung disiplin terhadap komitmen afektif guru, (5) pengaruh langsung motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru.
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan analisis jalur ( path analysis ). Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 65 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket berbentuk koesioner dengan menggunakan lima pilihan jawaban. Untuk variabel pengaruh budaya ilmiah dengan rentang 1 sampai 5, motivasi kerja dengan rentang nilai 1 sampai 5, disiplin dengan rentang nilai 1 sampai 5 komitmen afektif dengan rentang nilai 1 sampai 5, dan jawaban salah diberi skor nol dan masing-masing jawaban benar mendapat skor 1.
PENGARUH BUDAYA ILMIAH, DISIPLIN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU
DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG
OLEH :
SUYATA LUMBAN TOBING NIM : 809325020
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana UNIMED
PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan, kebijaksanaan, kesabaran dan limpahan rahmat-Nya
kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dalam proses penulisan tesis
ini, penulis tentu banyak menghadapai kendala dan keterbatasan. Namun berkat
bimbingan, arahan dan motivasi dosen pembimbing serta nara sumber, suami dan
anakku, keluarga besarku,serta rekan-rekan mahasiswa pascasarjana yang pada
akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Maka dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti Pendidikan
Program Pascasarjana di Universitas Negeri Medan sehingga dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen pendidikan.
2. Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
mengikuti pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Negeri Medan dan
sekaligus sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan serta
saran ditengah kesibukan yang tentunya sangat berarti bagi penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
3. Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I, yang telah banyak
membantu dan memberi kemudahan dari segi administrasi sehingga kegiatan
4. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, S.Sos, M.Pd selaku Ketua Program Studi
Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
yang juga banyak memberikan masukan berupa saran, ide dan gagasan serta
selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan perkuliahan sehingga
hal ini menjadi semangat yang besar bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Dr. Zulkifli Matondang, M.Si selaku pembimbing II yang dalam kesibukannya
selalu meluangkan waktu kapan dan dimana saja untuk membimbing dan
memberikan arahan serta memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan
penulisan tesis ini, sehingga pada akhirnya tesis ini dapat penulis selesaikan
lebih baik.
6. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku nara sumber yang juga telah
banyak memberikan bimbingan berupa saran, gagasan, masukan yang sangat
berharga sehingga menjadi ide dan membuka cakrawala berfikir yang lebih
luas bagi penulis untuk dapat menulis tesis ini menjadi lebih baik.
7. Prof. Dr. Sumarno, M.Pd selaku nara sumber yang juga telah banyak
memberikan masukan berupa saran dan ide dan gagasan pemikiran, sehingga
hal ini sangat banyak membantu dan mempermudah penulis dalam
menyelesaikan tesis menjadi lebih baik.
8. Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku nara sumber yang sangat banyak
memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sehingga menambah
wawasan pengetahuan bagi penulis dalam penyempurnaan tesis ini.
9. Seluruh Dosen pengajar dan seluruh staf Program Pascasarjana, khususnya
dan Munjir selaku staf di Prodi Administrasi Pendidikan yang banyak
membantu secara administratif dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian
tesis ini.
10.Ibu Hj. Sa’adah Lubis, S.Pd M.AP selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olah Raga Kabupaten Deli Serdang dan semua Kepala Sekolah SMP
Negeri di Kecamatan Lubuk Pakam yang banyak membantu secara
administratif dan meluangkan waktu guna melengkapi data dan berkas selama
penulis melakukan penelitian ini.
11.Orang tuaku tercinta W. Lumban Tobing dan Luceria br Simbolon yang selalu
mendukung dan mendorong terus untuk belajar serta selalu mendo’akan agar
dapat mengikuti perkuliahan dengan sebaik-baiknya. Hal inilah yang menjadi
semangat sehingga dapat menghasilkan karya terbaik penulis dengan bantuan
Tuhan Yang Maha Esa yang penulis persembahkan buat orang tua tercinta.
12.Suamiku tercinta Roberton Silalahi dan anak-anakku Rio Permana Silalahi,
Bobby Aditya Silalahi dan Frans Immanuel Silalahi yang dengan penuh
kesabaran selalu mendorong dan membantu dan memberikan ketenangan
dikala hatiku gelisah dan penat, banyak membantu dikala mengalami kesulitan
dalam penulisan tesis ini.
13.Rekan-rekanku seperjuangan mahasiswa pascasarjana Program Studi
Administrasi Pendidikan yang selalu memberikan motivasi dan bantuan, serta
kontribusi ide yang sangat berharga di saat perkuliahan terlebih dalam
14.Kepala Sekolah, Wakil, PKS, Guru – Guru serta Pegawai Tata Usaha SMP
Negeri 1,2,3, dan 4 yang telah menjadi sample dalam penelitian ini, yang
merupakan data utama dalam penulisan tesis ini.
15.Sahabat-sahabat setiaku guru-guru SMP Negeri I Lubuk Pakam dan Team II
Pengawas SMP Disdikpora Kabupaten Deli Serdang, serta orang-orang yang
selalu mencintaiku dan mendukungku dalam penyelesaian tesis ini.
Akhir kata penulis dengan sepenuh hati juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang namanya tidak dituliskan satu
persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Mudah-mudahan bantuan dan kontribusi yang diberikan kepada penulis mendapat balasan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari tesis ini masih banyak terdapat
kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mohon saran dan kritikan
yang membangun guna kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua, khususnya kemajuan pendidikan di Kabupaten Deli
Serdang.
Medan, April 2012
Penulis.
DAFTAR ISI
3. Pengaruh Budaya Ilmiah Terhadap Komitmen Afektif Guru ... 67
4. Pengaruh Disiplin Terhadap Komitmen Afektif Guru. ... 68
1. Uji Validitas ( Kesahihan ) ... 83
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek ... 93
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 93
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 93
D. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian. ... 102
E. Uji Persyaratan Analisis ... 106
BAB V : KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan .. ... 124
B. Implikasi. ... 126
C. Saran. ... 126
DAFTAR TABEL
TABEL. 3.1 Tabel Penyebaran Populasi Penelitian ... 74
TABEL. 3.2 Tabel Penyebaran Populasi Berdasarkan Gender, Usia dan Masa Kerja ... 75
TABEL. 3.3 Tabel Distribusi Jumlah Sampel ... 75
TABEL. 3.4 Tabel Perhitungan Besar Sampel ... 77
TABEL. 3.5 Tabel Penentuan Sampel Penelitian Masing-Masing sekolah 78 TABEL. 3.6 Tabel Jumlah Sampel Berdasarkan Gender, Usia dan Masa Kerja. ... 79
TABEL. 3.7 Tabel Jumlah Sampel Setiap Unit Sekolah. ... 79
TABEL. 3.8 Tabel Indikator Variabel Komitmen Afektif Guru. ... 80
TABEL. 3.9 Tabel Indikator Variabel Budaya Ilmiah. ... 80
TABEL. 3.10 Tabel Indikator Variabel Disiplin. ... 81
TABEL. 3.11 Tabel Indikator Variabel Motivasi Kerja. ... 81
TABEL. 3.12 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 85
TABEL. 4.1 Tabel Ringkasan Deskripsi Data ... 93
TABEL. 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Skor Budaya Ilmiah ... 94
TABEL. 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Disiplin ... 96
TABEL. 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Kerja ... 98
TABEL. 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Komitmen Afektif ... 100
TABEL. 4.6 Tabel Tingkat Kecenderungan Variabel Budaya Ilmiah. ... 102
TABEL. 4.7 Tabel Tingkat Kecenderungan Variabel Disiplin... 103
TABEL. 4.8 Tabel Tingkat Kecenderungan Variabel Motivasi Kerja.... ... 104
TABEL. 4.9 Tabel Tingkat Kecenderungan Variabel Komitmen Afektif... 105
TABEL. 4.10 Tabel Rangkuman Data Hasil Pengujian Normalitas ... 106
TABEL. 4.11 Tabel Rangkuman Data Hasil Pengujian Homogenitas Data. 108
TABEL. 4.12 Tabel Rangkuman Data Hasil Pengujian Linieritas Data... 109
TABEL. 4.13 Tabel Ringkasan Anava Persamaan Regresi X4 atas X1 ... 109
TABEL. 4.14 Tabel Ringkasan Anava Persamaan Regresi X4 atas X2 ... 110
TABEL. 4.15 Tabel Ringkasan Anava Persamaan Regresi X3 atas X1 ... 110
TABEL. 4.16 Tabel Ringkasan Anava Persamaan Regresi X3 atas X2 ... 111
TABEL. 4.17 Tabel Perhitungan Koefisien Korelasi Antar Variabel... ... 112
TABEL. 4.18 Tabel Perhitungan Koefisien Jalur Antar Variabel... ... 112
TABEL. 4.19 Tabel Korelasi Antar Variabel ... 113
TABEL. 4.20 Tabel Rangkuman Koefisien Struktur I ... 114
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Keterkaitan Antara Komitmen, Kinerja dan
Kepuasan ... 22
Gambar 2.2 Gambar Teori Jalur ... 30
Gambar 2.3 Gambar Proses Motivasi Dasar ... 49
Gambar 2.4 Gambar Teori Kebutuhan Maslow ... 50
Gambar 2.5 Gambar Siklus Kebutuhan Individu ... 63
Gambar 2.6 Gambar Paradigma Penelitian ... 71
Gambar 4.1 Gambar Histogram Budaya Ilmiah ... 95
Gambar 4.2 Gambar Histogram Disiplin ... 97
Gambar 4.3 Gambar Histogram Motivasi Kerja ... 99
Gambar 4.4 Gambar Histogram Komitmen Afektif ... 101
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Setelah Validitas Dan Reliabilitas ... 133
1.1 Angket Komitmen Afektif Guru ………. 133 Lampiran 3. Contoh Perhitungan Pengujian Instrumen Penelitian ... 145
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ... 147
Lampiran 5.1. Perhitungan Distribusi Frekuensi Variabel... 149
5.2. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel……… 157
7.2 Uji Signifikansi dan Linieritas antara Disiplin (X2) dengan Komitmen Afektif Guru (X4)... 174
7.3.Uji Signifikansi dan Linieritas antara Budaya Ilmiah (X1) dengan motivasi kerja (X3)... 179
Lampiran 9. Koefisien Korelasi Antara Variabel ... 197
Lampiran 10. Pengujian Uji Model Analisis jalur ……… 201
Lampiran 11. Pengujian Hipotesis ………..……… 204
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga masyarakat
dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang
berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam lingkungan hidup secara tepat
dimasa yang akan datang (Mudyahardjo, 2001 : 11).
Pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : (1) pendidikan formal, (2)
pendidikan informal dan (3) pendidikan non formal. Pendidikan informal adalah
pendidikan yang dilaksanakan pada kursus, les, pendidikan non formal adalah
pendidikan yang berlangsung di rumah dan keluarga sedangkan pendidikan formal
adalah pendidikan yang harus mematuhi aturan dari pemerintah dan dilaksanakan
di sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan satuan pendidikan
yang dirancang sedemikian rupa untuk mampu membentuk manusia yang
berkepribadian dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah suatu organisasi tempat penyelenggara
pendidikan yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan.
Komponen tersebut yaitu: kepala sekolah, guru, pegawai, konselor, siswa, serta
komite sekolah yang digolongkan sebagai sumber daya manusia yang saling
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan
proses pendidikan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Sementara
Wahjosumidjo (1999:145) menyebutkan sekolah sebagai organisasi di dalamnya
terhimpun kelompok-kelompok manusia yang masing-masing baik secara
perseorangan maupun kelompok, melakukan hubungan kerja sama untuk
mencapai tujuan. Selanjutnya dikatakan kelompok-kelompok manusia yang
dimaksud, adalah sumber daya manusia yang terdiri dari: kepala sekolah, guru,
tenaga administrasi kelompok peserta didik atau siswa, dan kelompok orang tua
siswa. Oleh karena itu seharusnya sekolah mampu mencermati kebutuhan peserta
didik yang bervariasi, agar mereka dapat mandiri, produktif, potensial dan
berkualitas.
Guru merupakan manajer di dalam kelas yang bertanggungjawab terhadap
proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Winarno dalam
Eti Rochaety (2008:123) kualitas pendidikan di Indonesia yang mengandalkan
sekolah sebagai lembaga penyelia pendidikan, seorang guru menjadi unsur yang
sangat vital karena prioritas utamanya peningkatan kualitas pendidikan adalah
memprioritaskan kualitas guru. Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa
gurulah yang menjadi tulang punggung untuk memajukan dunia pendidikan kita,
boleh dikatakan tanpa guru pendidikan tidak ada.
Disamping sebagai tugas mengajar guru juga bertugas mendidik dan
melatih para peserta didik yang menekankan ke arah usaha pendidikan yang
berhubungan dengan pertumbuhan kepribadian peserta didik. Dengan demikian,
betapa penting, mulia dan beratnya tugas-tugas seorang guru untuk mendidik,
bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu guru sebagai tulang punggung
pendidikan diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya sebagai
seorang guru demi tercapainya tujuan pendidikan.
Namun berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri
Kecamatan Lubuk Pakam kenyataannya di lapangan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru masih ada yang menggunakan konvensional lama dimana
paradigma itu tidak sesuai lagi dengan proses pembelajaran masa kini, yakni
mencatat buku, memfoto copy bahan pelajaran selanjutnya menyuruh merangkum
bahan tersebut, ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok biasa yang berbasis
konten (Conten Base). Di sisi lain ada pula beberapa guru dalam memberikan
penilaian terhadap siswa tidak obyektif masih menggunakan paradigma yang lama
yaitu berdasarkan kedekatan atau hubungan famili hal ini menandakan bahwa
perilaku guru tersebut belum menunjukkan nilai budaya ilmiah.
Munculnya egoisme atau ketidakpedulian guru terhadap peserta didik baik
di dalam kelas, atau di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah
menjadikan gap atau pemisah antara guru dan siswa yang tidak lagi menjadi dua
insan yang saling membutuhkan. Masih ada yang terlambat hadir ke dalam kelas
dan pulang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan hal ini menandai
bahwa masih adanya guru yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya.
Sebagian guru belum mampu mengatasi permasalahan anak di dalam
ruangan, pengelolaan kelas yang kurang menjadikan pola atau paradigma lama
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, padahal tidak sesuai lagi
masih merupakan modal utama yang digunakan untuk mengatasi permasalahan di
ruangan kelas termasuk bila siswa datang terlambat, siswa ribut dan siswa yang
belum membuat pekerjaan rumahnya. Hukuman menyapu ruang kantor, mengutip
sampah, membersihkan kamar mandi, dibariskan dalam lapangan upacara,
menyuruh pulang dan bahkan masih ada yang mencubit, menampar dan memukul
dengan benda keras. Fenomena ini menunjukkan bahwa kualitas pembinaan
pendidikan di Indonesia belum beranjak dari masa lalu, yang identik dengan
menggunakan hukuman dan kekerasan. Padahal seharusnya guru tersebut harus
memberikan arahan dan pelajaran agar siswa tersebut mau berubah tanpa
melakukan kekerasan.
Hal ini juga terjadi di SMP Negeri Kecamatan Lubuk Pakam. Studi
pendahuluan yang dilakukan bulan Pebruari - April 2011 yang lalu masih terlihat
adanya guru yang terlambat masuk sekolah yaitu sekitar 30% dan hampir setiap
guru terlambat masuk ke dalam kelas setelah lonceng masuk berbunyi. Di
temukan juga adanya guru mengajar tanpa membawa bahan pembelajaran baik
media, RPP dan bahkan ada yang tidak memiliki buku absensi siswa, sehingga
guru tersebut tidak peduli terhadap kehadiran siswa dalam kelas. Adanya guru
dalam pemberian nilai kurang obyektif yaitu nilai yang diberikan masih
berdasarkan kedekatan dan adanya hubungan famili.
Selain itu masih ditemukan adanya guru yang tidak peduli dengan karier
atau kenaikan pangkat. Di setiap sekolah masih ada guru yang belum naik pangkat
padahal seharusnya sudah naik pangkat berdasarkan masa kerjanya, dan bahkan
sejenisnya untuk peningkatan kualitas guru itu sendiri dan ironisnya ada guru
yang tidak mau diangkat menduduki jabatan wali kelas, pembantu kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan jabatan lainnya.
Fenomena yang terjadi di atas menunjukkan bahwa guru tersebut belum
memiliki budaya ilmiah, disiplin kerja dan juga motivasi yang baik sehingga guru
tidak mempunyai komitmen yang tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan di
sekolahnya.
Telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia diantaranya dengan melengkapi sarana dan
prasarana sekolah, meningkatkan mutu guru melalui pelatihan-pelatihan, studi
banding, lokakarya atau sejenisnya, serta memberikan beasiswa kepada guru
untuk peningkatan jenjang pendidikan. Issu yang diangkat tentang rendahnya gaji
guru membuat pemerintah menyediakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) yang cukup besar untuk guru melalui program sertifikasi guru.
Pemberian penambahan penghasilan sebesar satu kali gaji pokok kepada guru
yang sudah tersertifikasi belum juga membuat guru tersebut melaksanakan
tugasnya dengan baik. Dengan memfoto copy bahan dari teman atau dengan
mengakses materi pembelajaran dari internet yang seutuhnya digunakan dalam
pembelajaran di dalam ruang kelas tanpa merevisi atau menyempurnakan
perangkat pembelajaran itu yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Gambaran ini menunjukkan profesionalisme guru tersebut belum
terlegitimasi sehingga komitmen guru belum menunjukkan hasil yang lebih baik.
(UNDP) tahun 2001 menyatakan, mutu SDM Indonesia berada diurutan 104, jauh
di bawah Malaysia dan Brunai yang masing-masing berada pada urutan ke 61 dan
32, Data yang ditunjukkan oleh United National Educational Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) tahun 2000 mengemukakan bahwa kualitas
pendidikan Indonesia pada urutan 119 jauh di bawah Negara berkembang. Hal
inilah menandakan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah.
Banyak faktor yang dapat meningkatkan keberhasilan guru, diantaranya
komitmen guru. Wibowo (2009:183) mendefinisikan bahwa komitmen adalah
perasaan identifikasi, loyalitas, dan keterlibatan yang ditunjukkan oleh pekerja
terhadap organisasi atau unit dari organisasi. Selanjutnya dikatakan komitmen
dalam organisasi menyangkut tiga sikap yaitu: (1) perasaan identifikasi dengan
tujuan organisasi; (2) perasaan keterlibatan dalam tugas organisasi; dan (3)
perasaan loyalitas untuk organisasi. Ketiadaan komitmen dapat menurunkan
efektifitas organisasi. Orang yang memiliki komitmen tidak mungkin keluar dan
menerima pekerjaan lain. Sedangkan orang mempunyai komitmen dan sangat
terampil memerlukan sedikit pengawasan. Seorang guru yang baik akan
menetapkan komitmen pada dirinya untuk sanggup bekerja keras dan
bertanggungjawab atas tugasnya. Keberhasilan guru dalam melaksanakan
tugasnya akan optimal apabila guru memiliki komitmen yang tinggi
melaksanakan tugasnya.
Guru dituntut untuk memiliki komitmen yang tinggi dalam sekolah agar
tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah dapat tercapai. Sekalipun fasilitas sekolah
yang tinggi dari guru maka tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan sekolah,
tetapi sebaliknya apabila guru telah memiliki komitmen yang tinggi didalam
organisasi sekolah segala kekurangan fasilitas sekolah akan dapat tertutupi
dengan kreatifitas dan keterampilan guru. Dari itu dituntut dalam melaksanakan
tugasnya sebagai guru dibutuhkan komitmen yang tinggi, sehingga dalam
menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di dalam kelas, guru harus mampu
menjalankan kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan pembelajaran dengan baik.
Sebagaimana Kinicki (1994:75) mengemukakan bahwa komitmen yang lebih
tinggi dapat mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi.
Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas akan optimal apabila memiliki
komitmen tinggi dalam melakukan pembelajaran. Dari itu dikatakan bahwa guru
yang memiliki komitmen dalam menjalankan atau mengelola kelas dengan
konsisten akan lebih meningkatkan kualitas kerjanya.
Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen. Faktor budaya ilmiah juga
dapat berpengaruh terhadap komitmen, sebagai mana Stum (dalam Sopiah,
2008:164) menyatakan ada lima faktor yang berpengaruh terhadap komitmen
organisasi: (1) budaya keterbukaan, (2) kepuasan kerja, (3) kesempatan personal
untuk berkembang, (4) arah organisasi, dan (5) penghargaan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan. Sekolah sebagai salah satu lembaga yang bersifat ilmiah
mempunyai budaya, karena budaya memberikan stabilitas pada organisasi.
Selanjutnya Robbins (2006:719) menyatakan bahwa setiap organisasi mempunyai
budaya, dan bergantung kepada kekuatannya, budaya dapat mempunyai pengaruh
suatu lembaga ilmiah sekolah mempunyai budaya ilmiah. Dalam kamus bahasa
Indonesia, ilmiah diartikan sesuatu yang didasarkan pada ilmu pengetahuan.
Sebagai sebuah lembaga yang bersifat ilmiah terdiri dari anggota-anggota
organisasi yang bersifat ilmiah, yakni terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, dan
pegawai. Kesemuanya unsur ini harus mentaati norma, nilai-nilai, dan
kepercayaan yang berlaku di dalam organisasi sekolah yang berdasarkan ilmu
pengetahuan.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa budaya ilmiah sebagai budaya
keterbukaan mempengaruhi komitmen guru sebagai bagian dari organisasi
sekolah dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Disiplin sangat diperlukan baik individu yang bersangkutan maupun oleh
organisasi dan menunjukkan suatu sikap hormat yang ada pada diri seseorang
terhadap peraturan dan ketetapan organisasinya. Dalam arti yang lebih sempit dan
lebih banyak dipakai, disiplin berarti tindakan yang diambil dengan penyeliaan
untuk mengoreksi perilaku dan sikap yang salah pada sementara karyawan
(Siagian, 2002:123). Bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada suasana,
yaitu: (1) tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan
perusahaan, (2) tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan
dalam melakukan pekerjaan, (3) besarnya rasa tanggung jawab para karyawan
untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya (4) berkembangnya rasa
memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan karyawan dan (5)
Sementara Streers dan Porter (dalam Sopiah, 2008:164) mengemukakan
ada sejumlah faktor yang memengaruhi komitmen karyawan pada organisasi,
yaitu: (1) Faktor personal, yang meliputi job expectations, psychological contract,
job choice factors, karaktristik personal. Keseluruhan faktor itu akan membentuk
komitmen awal; (2) Faktor organisasi, meliputi initial works experiences, job
scope, supervision, goal consistency organizational. Semua faktor itu akan
membentuk atau memunculkan tanggung jawab, (3) Non - organizational faktors,
yang meliputi availabity of alternative jobs. Faktor yang bukan berasal dari dalam
organisasi, misalnya ada tidaknya alternatif pekerjaan lain.
Sedangkan David (dalam Minner, 1997:98) mengemukakan empat faktor
yang memengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu: (1) faktor
personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja,
kepribadian, (2) karakeristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan
dalam pekerjaan, konflik peran dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam
pekerjaan (3) karakteristik struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk
organisasi seperti sentralisasi, kehadiran serikat pekerja dan tingkat pengendalian
yang dilakukan organisasi terhadap karyawan, (4) pengalaman kerja, karyawan
yang sudah beberapa tahun bekerja dan karyawan yang baru beberapa tahun
bekerja dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.
Penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa faktor personal dapat
menggambarkan tingkah laku seseorang termasuk disiplin berpengaruh terhadap
Motivasi kerja juga dapat mempengaruhi komitmen. Menurut Dessler
(dalam Sopiah, 2008:159) ada beberapa sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk
membangun komitmen pada organisasi diantaranya build value-based
homogeneity yaitu membangun nilai-nilai yang dibesarkan adanya kesamaan.
Setiap anggota organisasi memiliki kesempatan yang sama misalnya untuk
promosi maka dasar yang digunakan untuk promosi adalah kemampuan,
keterampilan, minat, motivasi, kinerja, tanpa ada diskriminasi.
Selanjutnya budaya organisasi diantaranya budaya ilimah juga dapat
mempengaruhi motivasi. Menurut Ardana, dkk (2009:31) motivasi dapat
dipengaruhi oleh: (1) karakteristik individu, misalnya minat, sikap, kebutuhan
individual, kemampuan, pengetahuan tentang pekerjaan, dan emosi, dan (2)
faktor-faktor pekerjaan, misalnya dalam lingkungan pekerjaan yaitu gaji,
kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan antar manusia, kondisi pekerjaan, dan
budaya serta faktor dalam pekerjaan, misalnya sifat pekerjaan, rancangan tugas,
pemberian pengakuan terhadap prestasi, besarnya tanggung jawab yang diberikan,
adanya perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan dan adanya kepuasan dari
pekerjaan.
Disiplin juga dapat mempengaruhi motivasi, menurut Sopiah (2008:170)
bahwa motivasi adalah keadaan dimana usaha dan kemauan keras seseorang
diarahkan kepada pencapaian hasil produktivitas, kehadiran atau perilaku kerja
kreatif lainnya, dalam hal ini termasuk disiplin.
Menurut Luthans (2006:218) komitmen organisasi terdiri dari tiga
organisasi yang lebih menekankan pada pentingnya kongruensi antara nilai dan
tujuan karyawan dengan nilai dan tujuan organisasi, (2) komitmen kontiniu
(continuance commitment); adalah komitmen organisasi dimana pekerja akan
bertahan atau meninggalkan organisasi karena melihat adanya pertimbangan
rasional dari segi untung dan ruginya, dan (3) komitmen normatif (normative
commitment) adalah komitmen organisasi dimana pekerja bertahan dalam
organisasi karena ia merasakan adanya suatu kewajiban.
Dari ketiga jenis komitmen di atas, bila dibandingkan dengan situasi yang
terjadi sekarang di persekolahan nampaknya diakibatkan oleh kurangnya
komitmen afektif dari para guru. Kemampuan untuk mentaati dan menuruti
peraturan dan ketentuan sekolah adalah wujud dari komitmen afektif guru di mana
hal inilah yang sering menjadi problema di sekolah dalam melaksanakan tugas.
Selain itu adanya perbedaan peran, harapan, kepentingan, interdependensi, dan
persepsi para anggota kelompok menjadi sumber dari konflik internal di sekolah.
Misalnya kurang displin para guru terlihat dari absensi yang tinggi, munculnya
sifat apatisme, munculnya egoisme yang tinggi rasa kekeluargaan yang kurang,
tidak menjadikan dirinya adalah bahagian dari pada sekolah itu.
Padahal komitmen affektif lebih menekankan terhadap rasa memiliki dari
pada tempat dia bekerja. Selanjutnya Summers dan Acito (dalam Sutrisno,
2010:293) mengemukakan komitmen afektif adalah tingkat keterkaitan secara
psikologis dengan organisasi berdasarkan seberapa baik perasaan mengenai
organisasi. Komitmen efektif muncul dan berkembang oleh dorongan adanya
yang tidak di dapat di organisasi lain. Pentingnya komitmen afektif sangat terkait
dengan pengalaman dalam pekerjaan yang dapat memuaskan kebutuhan individu
secara psikologis sehingga mereka merasa nyaman dan kompeten dalam
menjalankan peran mereka dalam pekerjaan.
Berbagai variabel yang mempengaruhi komitmen guru baik secara empiris
maupun konseptual seperti yang di kemukakan di atas dapat digunakan untuk
memahami, memprediksi dan menemukan alternatif fenomena permasalahan
komitmen guru. Seperti studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember
2010 yang lalu di sub rayon SMP Negeri Lubuk Pakam melalui pengamatan
hasil yang diperoleh sekolah tersebut mengalami masalah komitmen guru.
Beberapa fenomena menunjukkan antara lain tanggung jawab kerja guru
masih rendah, ditunjukkan dengan masih ada guru yang belum menyusun sendiri
silabus dan program pembelajaran yang cenderung hanya dengan menyalin
bahkan hanya menggunakan bahan potocopian dari pekerjaan guru lainnya. Selain
itu ditemukan juga dalam hal melaksanakan program pembelajaran guru mengajar
tidak sesuai dengan program yang telah disusun, dapat dilihat dari guru yang
masuk ke dalam kelas tanpa membawa buku program pembelajaran hal ini
menandakan budaya ilmiah guru di SMP Negeri Kecamatan Lubuk Pakam masih
kurang. Masih adanya guru yang terlambat datang ke sekolah dan tidak segera
masuk ke dalam kelas untuk mengajar walaupun bel masuk sudah berbunyi.
Sering meninggalkan kelas dengan memberikan bahan catatan kepada siswa
sementara gurunya asyik mengobrol dengan sesama temannya guru. Koreksi
ini menandakan kurangnya disiplin guru-guru di SMP Negeri Kecamatan Lubuk
Pakam.
Selain itu masih ditemukan juga masih adanya guru yang tidak peduli
terhadap pekerjaannya, misalnya membuat remedial yang sebenarnya terhadap
siswa yang kurang mampu mengikuti materi pembelajaran. Untuk menggantikan
nilai remedial cukup hanya dengan memberikan tugas di rumah tanpa dibimbing
guru tersebut tidak mau dibebani dengan tugas-tugas barunya dengan
membimbing siswa yang remedial. Selain itu bahan pelajaran yang digunakan
kurang bervariasi hanya itu-itu saja dari tahun ke tahun tanpa mengembangkan
dan memasukkan materi-materi yang terbaru. Hal ini manandakan bahwa motivasi
kerja guru masih kurang dalam melaksanakan tugasnya di SMP Negeri Lubuk
Pakam.
Memahami fenomena di SMP Negeri Lubuk Pakam ini dapat dilakukan
eksplorasi terhadap beberapa variabel yang dapat mempengaruhi komuitmen
afektif baik secara empiris dan konseptual, sebagaimana dijelaskan pada bagian
sebelumnya, diduga variabel budaya ilmiah, disiplin dan motivasi kerja
berpengaruh terhadap komitmen guru. Berdasarkan uraian di atas maka
direncanakan suatu penelitian yang berjudul,“Pengaruh Budaya Ilmiah, Disiplin,
dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru SMP Negeri Lubuk Pakam
B. Identifikasi Masalah
Dengan memperhatikan beberapa hal yang telah dikemukakan dalam
bagian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi sebagai masalah yang
berhubungan dengan komitmen afektif guru, yaitu: (1) faktor-faktor apa yang
dapat mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang?, (2) faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi disiplin
di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (3) apakah budaya
ilmiah dapat mempengaruhi disiplin guru di SMP Negeri Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang?, (4) apakah motivasi kerja dapat mempengaruhi disiplin
guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (5) apakah iklim
organisasi dapat mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk
Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (6) apakah motivasi kerja dapat mempengaruhi
komitmen organisasi di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?; (7)
apakah sikap inovatif dan motivasi kerja dapat mempengaruhi komitmen afektif
guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (8) apakah iklim
organisasi dan budaya ilmiah dapat mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP
Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (9) apakah budaya ilmiah dapat
mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten
Deli Serdang?, (10) apakah kepuasan kerja dapat mempengaruhi komitmen afektif
guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (11) apakah
motivasi kerja dapat mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk
Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (12) apakah budaya organisasi dapat
Deli Serdang? (13) apakah komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi
komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?
C. Pembatasan Masalah
Mencermati beragamnya variabel yang diduga mempengaruhi komitmen
afektif guru yang telah diidentifikasi pada latar belakang masalah, penelitian
dibatasi variabel yang berhubungan dengan komitmen afektif guru yaitu variabel:
budaya ilmiah, disiplin, dan motivasi kerja. Pembatasan masalah ini bukan berarti
mengabaikan pengaruh faktor lain akan tetapi lebih pada pertimbangan fenomena
awal dan kemampuan peneliti yang belum memungkinkan untuk meneliti
keseluruhan variabel.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah seperti diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan atas:
1. Seberapa besar pengaruh budaya ilmiah terhadap motivasi kerja?
2. Seberapa besar pengaruh disiplin berpengaruh terhadap motivasi kerja?
3. Seberapa besar pengaruh budaya ilmiah terhadap komitmen afektif guru?
4. Seberapa besar pengaruh disiplin terhadap komitmen afektif guru?
5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru?.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya ilmiah terhadap motivasi
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh disiplin terhadap motivasi kerja.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya ilmiah terhadap komitmen
afektif guru.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh disiplin terhadap komitmen
afektif guru.
5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen
afektif guru.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang baik untuk:
1. Secara teoretis
Memberi informasi untuk menyadarkan guru dalam menerapkan budaya
ilmiah ketika melaksanakan tugasnya meningkatkan dan menerapkan disiplin
guru ketika melaksanakan tugasnya baik ketika di sekolah maupun di luar
sekolah, serta memumbuhkan motivasi kerja guru dalam melaksanakan
tugasnya sehingga komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugasnya akan
semakin baik dengan demikian perilaku organisasi dalam dunia pendidikan
akan semakin baik
2. Secara praktis
1. Bagi para guru dalam pengembangan diri, hal ini penting karena dengan
mengetahui sebab-sebab dan cara-cara meningkatkan komitmen afektif
output pendidikan yang diselenggarakan di SMP Negeri Kecamatan Lubuk
Pakam.
2. Bagi kepala sekolah sebagai otoritas pengambilan keputusan, hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
memimpin suatu organisasi kepala sekolah dapat mempertimbangkan
budaya ilmiah, disiplin dan motivasi kerja perlu ditingkatkan agar
komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugas lebih baik lagi.
3. Bagi dinas pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan
dalam pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan hal-hal yang
menyangkut komitmen afektif guru.
4. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan variabel-variabel yang
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan diatas, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh budaya ilmiah (X1) terhadap komitmen afektif (X4) secara langsung
sebesar 0,536 = 53,6%. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya budaya
ilmiah dalam meningkatkan komitmen afektif guru. Berdasarkan temuan
penelitian dapat disimpulkan untuk uji hipotesis terlihat pada lampiran 11 pada
halaman 214, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya budaya ilmiah
berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif. Artinya hipotesis yang
diajukan bahwa budaya ilmiah berpengaruh langsung terhadap komitmen
afektif dapat diterima.
2. Pengaruh budaya ilmiah (X1) terhadap motivasi kerja (X3) secara langsung
sebesar 0,369 = 36,9%. Hal ini mengindikasikan bahwa budaya ilmiah dapat
meningkatkan motivasi kerja guru. Berdasarkan temuan penelitian dapat
disimpulkan untuk uji hipotesis terlihat pada perhitungan lampiran 11 halaman
214, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya budaya ilmiah berpengaruh
langsung terhadap motivasi kerja. Berarti hipotesis yang diajukan bahwa
budaya ilmiah berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja dapat diterima.
3. Pengaruh disiplin (X2) terhadap komitmen afektif (X4) secara langsung sebesar
0,569 = 56,9%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan disiplin yang baik maka
temuan penelitian dapat disimpulkan untuk uji hipotesis terlihat pada lampiran
11 halaman 214, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya disiplin berpengaruh
langsung terhadap komitmen afektif. Berarti hipotesis yang diajukan disiplin
berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif dapat diterima.
4. Pengaruh disiplin (X2) terhadap motivasi kerja (X3) secara langsung sebesar
0,234 = 24,3%. Hal ini mengindikasikan denagn disiplin yang tinggi maka
dengan sendirinya akan meningkatkan motivasi dalam bekerja. Berdasarkan
temuan penelitian dapat disimpulkan Untuk uji hipotesis terlihat pada hasil
perhitungan pada lampiran 11 halaman 212, maka Ho ditolak dan Ha diterima
artinya disiplin berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja. Berarti hipotesis
yang diajukan bahwa disiplin berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja
dapat diterima.
5. Pengaruh motivasi kerja (X3) terhadap komitmen afektif (X4) secara langsung
sebesar 0,347 = 34,7%. Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan
bahwa untuk uji hipotesis terlihat pada hasil perhitungan pada lampiran 11
halaman 214, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya motivasi kerja
berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif. Berarti hipotesis yang
diajukan motivasi kerja berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif dapat
B. Implikasi
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan di atas maka penulis
membuat beberapa hal yang diimplikasikan sebagai berikut:
1. Budaya ilmiah yang baik dari guru dapat menjadi pemikiran bagi Dinas
Pendidikan, serta organisasi, instansi maupun Yayasan yang bergerak dibidang
pendidikan untuk ditingkatkan kepada guru sebagai ujung tombak peningkatan
mutu pendidikan.
2. Disiplin dari guru sangat diperlukan dalam menjalankan fungsinya sebagai
pimpinan di sekolahnya agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.
3. Motivasi kerja yang baik akan berdampak pada terciptanya hasil yang
produktif bagi penyelesaian tanggungjawab pekerjaan.
4. Komitmen afektif guru merupakan kerelaan untuk bekerja keras dan
memberikan energi serta waktu dalam mengerjakan pekerjaannya sebagai
pengajar.
C.Saran
Saran-saran yang disampaikan sehubungan dengan temuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Berdasarkan hasil penelitian tentang budaya ilmiah, disiplin, dan motivasi kerja
yang memberikan pengaruh terhadap komitmen afektif disarankan agar guru
yang bersangkutan terus meningkatkan komitmennya dengan memperhatikan
Peningkatan kemampuan budaya ilmiah hendaknya terus dikembangkan
melalui pelatihan dan penataran yang efektif sehingga akan menjadi faktor
pendorong yang positif bagi peningkatan kemampuan komitmen afektifnya
yang pada akhirnya akan miningkatkan kinerjanya.
2. Bagi Dinas Pendidikan
Dalam hal peningkatan komitmen afektif guru disarankan memberikan
perhatian khusus dalam hal ini : 1) melakukan pembinaan terhadap
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang
akhirnya akan meningkatkan kinerjanya, 2) membuka kesempatan pada guru
untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi dengan bea
siswa tanpa membedakan kelompok keilmuan misalnya eksakta atau non
eksakta.
3. Bagi Kepala Sekolah
Peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam hal memberikan motivasi pada
guru agar meningkatkan kemampuan budaya ilmiah dan juga disiplin dalam
bekerja
4. Peneliti lain, disarankan menindak lanjuti penelitian ini dengan
variabel-variabel berbeda yang turut memberikan pengaruh terhadap komitmen afektif
DAFTAR PUSTAKA
Anshori. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia
Ardana. K, Ni Wayan M, dan Anak Agung A S. 2009. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.
Bashaw & Grant. 1994. Exploring the Distinctive Nature of Worka Commitment Their Relationship with Personal Characteristics, Job Performance and Propensity to Leave. Journal of Personal Selling and Sales Management. Vol.14.9
Bernandin, H, John & Russel, Joyce E,A. 1993. Human Resources Management. Singapore: Mc.Graw-Hill Inc.
Bobbi Deporter dan Mike Henaki. 2000. Quantum Bisnis: Membiasakan Berbisnis Secara Etis dan Sehat, (Bandung: Kaifa, 2000).
Bontis. 2000. Inttelectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries. Journal of Intellectual Capital.
Cabrita. 2006. Capital and Business. Journal of Intellectual Capital.
Colquitt Jasson A., Jeffery A. Lepine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behavior. New York: Mc.Graw Hill.
Cooper, Robert dan Ayman Sawaf. 1997. Executive EQ, Emotional Inteligence in Business. London: Orion Business Book.
Danim, S. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Eti Rochaety, Poontjorini R, Irima Gusti Yanti. 2008. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fattah, Nanang. 2003. Landasan Management Pendidikan. Bandung: Remaja Roasda Karya.
Gibson, James l, Jhon M. Ivancevich, and james H Donnelly, Jr. 1994 Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses. Terjemahan Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2, Cetakan 14, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Isbandi. 1994. Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Grafindo Persada.
Ivancevich, Jhon M, Robert K, and Michael T.M. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Alih Bahasa: Gina Gania. Jakarta: Erlangga.
James W. Walker. 1992. Human Resources Strategy. Singapore: McGraw-Hill.
John B. Minner. 1992. Industrial Organizational Psycholosi. New York: McGraw-Hill.
John W. Newstrom and Keith Davis. 1997. Organizational Behavior: Human Behavior At Work, Eight Edition. New York : McGraw-Hill.
J. P. Meyer, N. J. Allen., and. R. Gellatly.1990. “Affective and Continuance
Commitment to The Organization : Evaluation of Measures and Analysis of Concurrent and Time-Lagged Relation”. Journal of Applied Psychology.
Kanter, A. 1986. Human Resource Management. Terjemahan. Jakarta: Bratama Media
Kenneth Stout and Allan Walker. Teams. 1995. Teamwork & Team Building The Managers Guide To Team in Organization : Singapore: Prentice Hall, 1995.
Kinicki, Angelo J. & Robert P. Vecchio. 1994. Influences on Quality of Supervisor-Subordinate Relations: The Role of Time Pressure, Organizational Commitment, and Locus of Control. Journal of Organizational Behavior.
Kusnendi. 2005. Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS & Lisrel 8. Bandung: UPI.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa: Vivin A.Y, Shekar Purwanti. Yogyakarta: Andi
Masdiana. 2010. “Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Motivasi Kerja, dan Pengendalian Stres Terhadap Komitmen
Guru”. Medan. Tesis. PPs Unimed.
Minner, John B. 1997. Industrial and Organizational Psychology. Mc.Graw Hill International Edition.
Michael O’Malley. 2000. Creating Commitment: How to Attaract and Retain
Talented Employees by Building Relationship That Last. NewYork: John Willey & Sons, Inc.
Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.
Mukhtar dan Widodo. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Fifa Mas.
Mulyana, D dan Rakhmat, J. 2003. Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Rosdakarya.
Mulyana, Hardjo. 2011. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Gramedia.
Ndraha, T. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Pace R.W & Faules D.F,. 2006. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pidarta M,. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta
Purba, Sukarman, 2009. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: LaksBang Pressindo.
Robbins. Stephen. 2006. Perilaku Organisasi. Alih Bahasa: Hadiana Pudja Atmaka. Jakarta: Prehalindo.
... 2009. Perilaku Organisasi. Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Jakarta: Prehalindo.
Robert C. Beck. 1990. Motivation. Prentice Hall Inc. Renu Burr.2002. Intellectual Capital. Sydney.
Richard M. Steers and Lymann W. Porter. 2003. Motivation And Work Behavior. New York: McGraw-Hill, Inc
Salancik, G. R. 1988. Commitment and Control of Organizational Behavior. Chicago : ST. Chair Press.
Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Radjawali.
Siagian, Sondang P. 2002. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
... 1995. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sibuea, Abdul Muin. 1987. Hubungan antara Sikap Mandiri, Pengetahuan
Kewiraswastaan dan Motivasi Berwiraswasta dengan Sikap Berwiraswata Siswa-siswa STM di Kotamadya Medan. Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi.
Steers, R.M. 1977. Antecedents and Outcomes of Organizational Commitment.
Administrative Science Quarterly.
Stephen P. Robbins. Perilaku Organisasi,1996. Terjemahan Hadyana Pujaatmaka Jakarta: PT. Prehalindo.
Stoner, J.A.F. Freeman, R.E and Gilbert Jr. 1996. Management. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan: Alexander Sudiri. Jakarta: Prenhalindo.
Stum, David. 1998. “Five Ingredients for an Employee Retention Formula”. Journal of Human Resources Focus. Vol. 75.
Sudjana. 1989. Metode Statistik. Tarsito: Bandung.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana.
Thomas. 1990. Educational Psychology. New York. Longman.
Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
United National Development Projek (UNDP). 2000.
Uno, Hamzah B. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, H . 2009. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
W.A. Gerungan. 1996. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Erisco.
W.S. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grafindo.
Wibowo, SE, M.Phil, Dr. 2009. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wirawan, 2008. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Yukl Gary. 2009. Kepemimpinan dalam Organisasi. Alih Bahasa: Budi Suprianto. Indeks: Jakarta.
Yousef. D.A. 2000. ”Organizational Commitment: A Mediator of Relationship of Leadership Behavior With Job Satisfaction and Performance in a Non – Western Country”. Journal of Managerial Psychology. Vol. 15.1.