• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ILMIAH, DISIPLIN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ILMIAH, DISIPLIN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Suyata Lumban Tobing, The Influence of Scientific Culture, Discipline, and Work Motivation on Teacher’s Affective Commitment Against Teacher in Junior High School at Lubuk Pakam Deli Serdang regency. Thesis: Graduate Program, work motivation on the teacher’s affective commitment.

This research method is quantitative research with ex post facto research design with analysis techniques Path / Path Analysis. The study population was a state school teacher, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3, and Junior High School 4 Deli Serdang Regency by 65 people. The withdrawal method using sampling random. The instrument for in this research is to use the questionnaire with use the five answer choices. For the variable influence on scientific culture with a range of value from 1 until 5, the work motivation with a range of value from 1 until 5, the discipline with a range of value from 1 until 5, the affective commitment with a range of value from 1 until 5, and the wrong answers give score 0 and each the correct answers give score 1.

(2)

ABSTRAK

Suyata Lumban Tobing , Pengaruh Budaya Ilmiah, Disiplin dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru di SMP Negeri Sekecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pengaruh langsung budaya ilmiah terhadap motivasi kerja, (2) pengaruh langsung disiplin terhadap motivasi kerja, (3) pengaruh langsung budaya ilmiah terhadap komitmen afektif guru, (4) pengaruh langsung disiplin terhadap komitmen afektif guru, (5) pengaruh langsung motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru.

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan analisis jalur ( path analysis ). Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 65 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket berbentuk koesioner dengan menggunakan lima pilihan jawaban. Untuk variabel pengaruh budaya ilmiah dengan rentang 1 sampai 5, motivasi kerja dengan rentang nilai 1 sampai 5, disiplin dengan rentang nilai 1 sampai 5 komitmen afektif dengan rentang nilai 1 sampai 5, dan jawaban salah diberi skor nol dan masing-masing jawaban benar mendapat skor 1.

(3)

PENGARUH BUDAYA ILMIAH, DISIPLIN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU

DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH :

SUYATA LUMBAN TOBING NIM : 809325020

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana UNIMED

PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kekuatan, kebijaksanaan, kesabaran dan limpahan rahmat-Nya

kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dalam proses penulisan tesis

ini, penulis tentu banyak menghadapai kendala dan keterbatasan. Namun berkat

bimbingan, arahan dan motivasi dosen pembimbing serta nara sumber, suami dan

anakku, keluarga besarku,serta rekan-rekan mahasiswa pascasarjana yang pada

akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Maka dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan

yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti Pendidikan

Program Pascasarjana di Universitas Negeri Medan sehingga dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen pendidikan.

2. Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

mengikuti pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Negeri Medan dan

sekaligus sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan serta

saran ditengah kesibukan yang tentunya sangat berarti bagi penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

3. Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I, yang telah banyak

membantu dan memberi kemudahan dari segi administrasi sehingga kegiatan

(7)

4. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, S.Sos, M.Pd selaku Ketua Program Studi

Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

yang juga banyak memberikan masukan berupa saran, ide dan gagasan serta

selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan perkuliahan sehingga

hal ini menjadi semangat yang besar bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Dr. Zulkifli Matondang, M.Si selaku pembimbing II yang dalam kesibukannya

selalu meluangkan waktu kapan dan dimana saja untuk membimbing dan

memberikan arahan serta memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan

penulisan tesis ini, sehingga pada akhirnya tesis ini dapat penulis selesaikan

lebih baik.

6. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku nara sumber yang juga telah

banyak memberikan bimbingan berupa saran, gagasan, masukan yang sangat

berharga sehingga menjadi ide dan membuka cakrawala berfikir yang lebih

luas bagi penulis untuk dapat menulis tesis ini menjadi lebih baik.

7. Prof. Dr. Sumarno, M.Pd selaku nara sumber yang juga telah banyak

memberikan masukan berupa saran dan ide dan gagasan pemikiran, sehingga

hal ini sangat banyak membantu dan mempermudah penulis dalam

menyelesaikan tesis menjadi lebih baik.

8. Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku nara sumber yang sangat banyak

memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sehingga menambah

wawasan pengetahuan bagi penulis dalam penyempurnaan tesis ini.

9. Seluruh Dosen pengajar dan seluruh staf Program Pascasarjana, khususnya

(8)

dan Munjir selaku staf di Prodi Administrasi Pendidikan yang banyak

membantu secara administratif dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian

tesis ini.

10.Ibu Hj. Sa’adah Lubis, S.Pd M.AP selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olah Raga Kabupaten Deli Serdang dan semua Kepala Sekolah SMP

Negeri di Kecamatan Lubuk Pakam yang banyak membantu secara

administratif dan meluangkan waktu guna melengkapi data dan berkas selama

penulis melakukan penelitian ini.

11.Orang tuaku tercinta W. Lumban Tobing dan Luceria br Simbolon yang selalu

mendukung dan mendorong terus untuk belajar serta selalu mendo’akan agar

dapat mengikuti perkuliahan dengan sebaik-baiknya. Hal inilah yang menjadi

semangat sehingga dapat menghasilkan karya terbaik penulis dengan bantuan

Tuhan Yang Maha Esa yang penulis persembahkan buat orang tua tercinta.

12.Suamiku tercinta Roberton Silalahi dan anak-anakku Rio Permana Silalahi,

Bobby Aditya Silalahi dan Frans Immanuel Silalahi yang dengan penuh

kesabaran selalu mendorong dan membantu dan memberikan ketenangan

dikala hatiku gelisah dan penat, banyak membantu dikala mengalami kesulitan

dalam penulisan tesis ini.

13.Rekan-rekanku seperjuangan mahasiswa pascasarjana Program Studi

Administrasi Pendidikan yang selalu memberikan motivasi dan bantuan, serta

kontribusi ide yang sangat berharga di saat perkuliahan terlebih dalam

(9)

14.Kepala Sekolah, Wakil, PKS, Guru – Guru serta Pegawai Tata Usaha SMP

Negeri 1,2,3, dan 4 yang telah menjadi sample dalam penelitian ini, yang

merupakan data utama dalam penulisan tesis ini.

15.Sahabat-sahabat setiaku guru-guru SMP Negeri I Lubuk Pakam dan Team II

Pengawas SMP Disdikpora Kabupaten Deli Serdang, serta orang-orang yang

selalu mencintaiku dan mendukungku dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata penulis dengan sepenuh hati juga mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang namanya tidak dituliskan satu

persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Mudah-mudahan bantuan dan kontribusi yang diberikan kepada penulis mendapat balasan

dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari tesis ini masih banyak terdapat

kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mohon saran dan kritikan

yang membangun guna kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini

bermanfaat bagi kita semua, khususnya kemajuan pendidikan di Kabupaten Deli

Serdang.

Medan, April 2012

Penulis.

(10)

DAFTAR ISI

3. Pengaruh Budaya Ilmiah Terhadap Komitmen Afektif Guru ... 67

4. Pengaruh Disiplin Terhadap Komitmen Afektif Guru. ... 68

(11)

1. Uji Validitas ( Kesahihan ) ... 83

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek ... 93

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 93

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 93

D. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian. ... 102

E. Uji Persyaratan Analisis ... 106

BAB V : KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan .. ... 124

B. Implikasi. ... 126

C. Saran. ... 126

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL. 3.1 Tabel Penyebaran Populasi Penelitian ... 74

TABEL. 3.2 Tabel Penyebaran Populasi Berdasarkan Gender, Usia dan Masa Kerja ... 75

TABEL. 3.3 Tabel Distribusi Jumlah Sampel ... 75

TABEL. 3.4 Tabel Perhitungan Besar Sampel ... 77

TABEL. 3.5 Tabel Penentuan Sampel Penelitian Masing-Masing sekolah 78 TABEL. 3.6 Tabel Jumlah Sampel Berdasarkan Gender, Usia dan Masa Kerja. ... 79

TABEL. 3.7 Tabel Jumlah Sampel Setiap Unit Sekolah. ... 79

TABEL. 3.8 Tabel Indikator Variabel Komitmen Afektif Guru. ... 80

TABEL. 3.9 Tabel Indikator Variabel Budaya Ilmiah. ... 80

TABEL. 3.10 Tabel Indikator Variabel Disiplin. ... 81

TABEL. 3.11 Tabel Indikator Variabel Motivasi Kerja. ... 81

TABEL. 3.12 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 85

TABEL. 4.1 Tabel Ringkasan Deskripsi Data ... 93

TABEL. 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Skor Budaya Ilmiah ... 94

TABEL. 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Disiplin ... 96

TABEL. 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Kerja ... 98

TABEL. 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Komitmen Afektif ... 100

TABEL. 4.6 Tabel Tingkat Kecenderungan Variabel Budaya Ilmiah. ... 102

TABEL. 4.7 Tabel Tingkat Kecenderungan Variabel Disiplin... 103

TABEL. 4.8 Tabel Tingkat Kecenderungan Variabel Motivasi Kerja.... ... 104

TABEL. 4.9 Tabel Tingkat Kecenderungan Variabel Komitmen Afektif... 105

TABEL. 4.10 Tabel Rangkuman Data Hasil Pengujian Normalitas ... 106

TABEL. 4.11 Tabel Rangkuman Data Hasil Pengujian Homogenitas Data. 108

TABEL. 4.12 Tabel Rangkuman Data Hasil Pengujian Linieritas Data... 109

TABEL. 4.13 Tabel Ringkasan Anava Persamaan Regresi X4 atas X1 ... 109

TABEL. 4.14 Tabel Ringkasan Anava Persamaan Regresi X4 atas X2 ... 110

TABEL. 4.15 Tabel Ringkasan Anava Persamaan Regresi X3 atas X1 ... 110

TABEL. 4.16 Tabel Ringkasan Anava Persamaan Regresi X3 atas X2 ... 111

TABEL. 4.17 Tabel Perhitungan Koefisien Korelasi Antar Variabel... ... 112

TABEL. 4.18 Tabel Perhitungan Koefisien Jalur Antar Variabel... ... 112

TABEL. 4.19 Tabel Korelasi Antar Variabel ... 113

TABEL. 4.20 Tabel Rangkuman Koefisien Struktur I ... 114

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Keterkaitan Antara Komitmen, Kinerja dan

Kepuasan ... 22

Gambar 2.2 Gambar Teori Jalur ... 30

Gambar 2.3 Gambar Proses Motivasi Dasar ... 49

Gambar 2.4 Gambar Teori Kebutuhan Maslow ... 50

Gambar 2.5 Gambar Siklus Kebutuhan Individu ... 63

Gambar 2.6 Gambar Paradigma Penelitian ... 71

Gambar 4.1 Gambar Histogram Budaya Ilmiah ... 95

Gambar 4.2 Gambar Histogram Disiplin ... 97

Gambar 4.3 Gambar Histogram Motivasi Kerja ... 99

Gambar 4.4 Gambar Histogram Komitmen Afektif ... 101

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Setelah Validitas Dan Reliabilitas ... 133

1.1 Angket Komitmen Afektif Guru ………. 133 Lampiran 3. Contoh Perhitungan Pengujian Instrumen Penelitian ... 145

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ... 147

Lampiran 5.1. Perhitungan Distribusi Frekuensi Variabel... 149

5.2. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel……… 157

7.2 Uji Signifikansi dan Linieritas antara Disiplin (X2) dengan Komitmen Afektif Guru (X4)... 174

7.3.Uji Signifikansi dan Linieritas antara Budaya Ilmiah (X1) dengan motivasi kerja (X3)... 179

(15)

Lampiran 9. Koefisien Korelasi Antara Variabel ... 197

Lampiran 10. Pengujian Uji Model Analisis jalur ……… 201

Lampiran 11. Pengujian Hipotesis ………..……… 204

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga masyarakat

dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan

peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam lingkungan hidup secara tepat

dimasa yang akan datang (Mudyahardjo, 2001 : 11).

Pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : (1) pendidikan formal, (2)

pendidikan informal dan (3) pendidikan non formal. Pendidikan informal adalah

pendidikan yang dilaksanakan pada kursus, les, pendidikan non formal adalah

pendidikan yang berlangsung di rumah dan keluarga sedangkan pendidikan formal

adalah pendidikan yang harus mematuhi aturan dari pemerintah dan dilaksanakan

di sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan satuan pendidikan

yang dirancang sedemikian rupa untuk mampu membentuk manusia yang

berkepribadian dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah suatu organisasi tempat penyelenggara

pendidikan yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan.

Komponen tersebut yaitu: kepala sekolah, guru, pegawai, konselor, siswa, serta

komite sekolah yang digolongkan sebagai sumber daya manusia yang saling

bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan

(17)

proses pendidikan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Sementara

Wahjosumidjo (1999:145) menyebutkan sekolah sebagai organisasi di dalamnya

terhimpun kelompok-kelompok manusia yang masing-masing baik secara

perseorangan maupun kelompok, melakukan hubungan kerja sama untuk

mencapai tujuan. Selanjutnya dikatakan kelompok-kelompok manusia yang

dimaksud, adalah sumber daya manusia yang terdiri dari: kepala sekolah, guru,

tenaga administrasi kelompok peserta didik atau siswa, dan kelompok orang tua

siswa. Oleh karena itu seharusnya sekolah mampu mencermati kebutuhan peserta

didik yang bervariasi, agar mereka dapat mandiri, produktif, potensial dan

berkualitas.

Guru merupakan manajer di dalam kelas yang bertanggungjawab terhadap

proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Winarno dalam

Eti Rochaety (2008:123) kualitas pendidikan di Indonesia yang mengandalkan

sekolah sebagai lembaga penyelia pendidikan, seorang guru menjadi unsur yang

sangat vital karena prioritas utamanya peningkatan kualitas pendidikan adalah

memprioritaskan kualitas guru. Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa

gurulah yang menjadi tulang punggung untuk memajukan dunia pendidikan kita,

boleh dikatakan tanpa guru pendidikan tidak ada.

Disamping sebagai tugas mengajar guru juga bertugas mendidik dan

melatih para peserta didik yang menekankan ke arah usaha pendidikan yang

berhubungan dengan pertumbuhan kepribadian peserta didik. Dengan demikian,

betapa penting, mulia dan beratnya tugas-tugas seorang guru untuk mendidik,

(18)

bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu guru sebagai tulang punggung

pendidikan diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya sebagai

seorang guru demi tercapainya tujuan pendidikan.

Namun berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri

Kecamatan Lubuk Pakam kenyataannya di lapangan proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru masih ada yang menggunakan konvensional lama dimana

paradigma itu tidak sesuai lagi dengan proses pembelajaran masa kini, yakni

mencatat buku, memfoto copy bahan pelajaran selanjutnya menyuruh merangkum

bahan tersebut, ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok biasa yang berbasis

konten (Conten Base). Di sisi lain ada pula beberapa guru dalam memberikan

penilaian terhadap siswa tidak obyektif masih menggunakan paradigma yang lama

yaitu berdasarkan kedekatan atau hubungan famili hal ini menandakan bahwa

perilaku guru tersebut belum menunjukkan nilai budaya ilmiah.

Munculnya egoisme atau ketidakpedulian guru terhadap peserta didik baik

di dalam kelas, atau di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah

menjadikan gap atau pemisah antara guru dan siswa yang tidak lagi menjadi dua

insan yang saling membutuhkan. Masih ada yang terlambat hadir ke dalam kelas

dan pulang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan hal ini menandai

bahwa masih adanya guru yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya.

Sebagian guru belum mampu mengatasi permasalahan anak di dalam

ruangan, pengelolaan kelas yang kurang menjadikan pola atau paradigma lama

digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, padahal tidak sesuai lagi

(19)

masih merupakan modal utama yang digunakan untuk mengatasi permasalahan di

ruangan kelas termasuk bila siswa datang terlambat, siswa ribut dan siswa yang

belum membuat pekerjaan rumahnya. Hukuman menyapu ruang kantor, mengutip

sampah, membersihkan kamar mandi, dibariskan dalam lapangan upacara,

menyuruh pulang dan bahkan masih ada yang mencubit, menampar dan memukul

dengan benda keras. Fenomena ini menunjukkan bahwa kualitas pembinaan

pendidikan di Indonesia belum beranjak dari masa lalu, yang identik dengan

menggunakan hukuman dan kekerasan. Padahal seharusnya guru tersebut harus

memberikan arahan dan pelajaran agar siswa tersebut mau berubah tanpa

melakukan kekerasan.

Hal ini juga terjadi di SMP Negeri Kecamatan Lubuk Pakam. Studi

pendahuluan yang dilakukan bulan Pebruari - April 2011 yang lalu masih terlihat

adanya guru yang terlambat masuk sekolah yaitu sekitar 30% dan hampir setiap

guru terlambat masuk ke dalam kelas setelah lonceng masuk berbunyi. Di

temukan juga adanya guru mengajar tanpa membawa bahan pembelajaran baik

media, RPP dan bahkan ada yang tidak memiliki buku absensi siswa, sehingga

guru tersebut tidak peduli terhadap kehadiran siswa dalam kelas. Adanya guru

dalam pemberian nilai kurang obyektif yaitu nilai yang diberikan masih

berdasarkan kedekatan dan adanya hubungan famili.

Selain itu masih ditemukan adanya guru yang tidak peduli dengan karier

atau kenaikan pangkat. Di setiap sekolah masih ada guru yang belum naik pangkat

padahal seharusnya sudah naik pangkat berdasarkan masa kerjanya, dan bahkan

(20)

sejenisnya untuk peningkatan kualitas guru itu sendiri dan ironisnya ada guru

yang tidak mau diangkat menduduki jabatan wali kelas, pembantu kepala sekolah,

wakil kepala sekolah dan jabatan lainnya.

Fenomena yang terjadi di atas menunjukkan bahwa guru tersebut belum

memiliki budaya ilmiah, disiplin kerja dan juga motivasi yang baik sehingga guru

tidak mempunyai komitmen yang tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan di

sekolahnya.

Telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia diantaranya dengan melengkapi sarana dan

prasarana sekolah, meningkatkan mutu guru melalui pelatihan-pelatihan, studi

banding, lokakarya atau sejenisnya, serta memberikan beasiswa kepada guru

untuk peningkatan jenjang pendidikan. Issu yang diangkat tentang rendahnya gaji

guru membuat pemerintah menyediakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN) yang cukup besar untuk guru melalui program sertifikasi guru.

Pemberian penambahan penghasilan sebesar satu kali gaji pokok kepada guru

yang sudah tersertifikasi belum juga membuat guru tersebut melaksanakan

tugasnya dengan baik. Dengan memfoto copy bahan dari teman atau dengan

mengakses materi pembelajaran dari internet yang seutuhnya digunakan dalam

pembelajaran di dalam ruang kelas tanpa merevisi atau menyempurnakan

perangkat pembelajaran itu yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Gambaran ini menunjukkan profesionalisme guru tersebut belum

terlegitimasi sehingga komitmen guru belum menunjukkan hasil yang lebih baik.

(21)

(UNDP) tahun 2001 menyatakan, mutu SDM Indonesia berada diurutan 104, jauh

di bawah Malaysia dan Brunai yang masing-masing berada pada urutan ke 61 dan

32, Data yang ditunjukkan oleh United National Educational Scientific and

Cultural Organization (UNESCO) tahun 2000 mengemukakan bahwa kualitas

pendidikan Indonesia pada urutan 119 jauh di bawah Negara berkembang. Hal

inilah menandakan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah.

Banyak faktor yang dapat meningkatkan keberhasilan guru, diantaranya

komitmen guru. Wibowo (2009:183) mendefinisikan bahwa komitmen adalah

perasaan identifikasi, loyalitas, dan keterlibatan yang ditunjukkan oleh pekerja

terhadap organisasi atau unit dari organisasi. Selanjutnya dikatakan komitmen

dalam organisasi menyangkut tiga sikap yaitu: (1) perasaan identifikasi dengan

tujuan organisasi; (2) perasaan keterlibatan dalam tugas organisasi; dan (3)

perasaan loyalitas untuk organisasi. Ketiadaan komitmen dapat menurunkan

efektifitas organisasi. Orang yang memiliki komitmen tidak mungkin keluar dan

menerima pekerjaan lain. Sedangkan orang mempunyai komitmen dan sangat

terampil memerlukan sedikit pengawasan. Seorang guru yang baik akan

menetapkan komitmen pada dirinya untuk sanggup bekerja keras dan

bertanggungjawab atas tugasnya. Keberhasilan guru dalam melaksanakan

tugasnya akan optimal apabila guru memiliki komitmen yang tinggi

melaksanakan tugasnya.

Guru dituntut untuk memiliki komitmen yang tinggi dalam sekolah agar

tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah dapat tercapai. Sekalipun fasilitas sekolah

(22)

yang tinggi dari guru maka tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan sekolah,

tetapi sebaliknya apabila guru telah memiliki komitmen yang tinggi didalam

organisasi sekolah segala kekurangan fasilitas sekolah akan dapat tertutupi

dengan kreatifitas dan keterampilan guru. Dari itu dituntut dalam melaksanakan

tugasnya sebagai guru dibutuhkan komitmen yang tinggi, sehingga dalam

menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di dalam kelas, guru harus mampu

menjalankan kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan pembelajaran dengan baik.

Sebagaimana Kinicki (1994:75) mengemukakan bahwa komitmen yang lebih

tinggi dapat mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi.

Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas akan optimal apabila memiliki

komitmen tinggi dalam melakukan pembelajaran. Dari itu dikatakan bahwa guru

yang memiliki komitmen dalam menjalankan atau mengelola kelas dengan

konsisten akan lebih meningkatkan kualitas kerjanya.

Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen. Faktor budaya ilmiah juga

dapat berpengaruh terhadap komitmen, sebagai mana Stum (dalam Sopiah,

2008:164) menyatakan ada lima faktor yang berpengaruh terhadap komitmen

organisasi: (1) budaya keterbukaan, (2) kepuasan kerja, (3) kesempatan personal

untuk berkembang, (4) arah organisasi, dan (5) penghargaan kerja yang sesuai

dengan kebutuhan. Sekolah sebagai salah satu lembaga yang bersifat ilmiah

mempunyai budaya, karena budaya memberikan stabilitas pada organisasi.

Selanjutnya Robbins (2006:719) menyatakan bahwa setiap organisasi mempunyai

budaya, dan bergantung kepada kekuatannya, budaya dapat mempunyai pengaruh

(23)

suatu lembaga ilmiah sekolah mempunyai budaya ilmiah. Dalam kamus bahasa

Indonesia, ilmiah diartikan sesuatu yang didasarkan pada ilmu pengetahuan.

Sebagai sebuah lembaga yang bersifat ilmiah terdiri dari anggota-anggota

organisasi yang bersifat ilmiah, yakni terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, dan

pegawai. Kesemuanya unsur ini harus mentaati norma, nilai-nilai, dan

kepercayaan yang berlaku di dalam organisasi sekolah yang berdasarkan ilmu

pengetahuan.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa budaya ilmiah sebagai budaya

keterbukaan mempengaruhi komitmen guru sebagai bagian dari organisasi

sekolah dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

Disiplin sangat diperlukan baik individu yang bersangkutan maupun oleh

organisasi dan menunjukkan suatu sikap hormat yang ada pada diri seseorang

terhadap peraturan dan ketetapan organisasinya. Dalam arti yang lebih sempit dan

lebih banyak dipakai, disiplin berarti tindakan yang diambil dengan penyeliaan

untuk mengoreksi perilaku dan sikap yang salah pada sementara karyawan

(Siagian, 2002:123). Bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada suasana,

yaitu: (1) tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan

perusahaan, (2) tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan

dalam melakukan pekerjaan, (3) besarnya rasa tanggung jawab para karyawan

untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya (4) berkembangnya rasa

memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan karyawan dan (5)

(24)

Sementara Streers dan Porter (dalam Sopiah, 2008:164) mengemukakan

ada sejumlah faktor yang memengaruhi komitmen karyawan pada organisasi,

yaitu: (1) Faktor personal, yang meliputi job expectations, psychological contract,

job choice factors, karaktristik personal. Keseluruhan faktor itu akan membentuk

komitmen awal; (2) Faktor organisasi, meliputi initial works experiences, job

scope, supervision, goal consistency organizational. Semua faktor itu akan

membentuk atau memunculkan tanggung jawab, (3) Non - organizational faktors,

yang meliputi availabity of alternative jobs. Faktor yang bukan berasal dari dalam

organisasi, misalnya ada tidaknya alternatif pekerjaan lain.

Sedangkan David (dalam Minner, 1997:98) mengemukakan empat faktor

yang memengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu: (1) faktor

personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja,

kepribadian, (2) karakeristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan

dalam pekerjaan, konflik peran dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam

pekerjaan (3) karakteristik struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk

organisasi seperti sentralisasi, kehadiran serikat pekerja dan tingkat pengendalian

yang dilakukan organisasi terhadap karyawan, (4) pengalaman kerja, karyawan

yang sudah beberapa tahun bekerja dan karyawan yang baru beberapa tahun

bekerja dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.

Penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa faktor personal dapat

menggambarkan tingkah laku seseorang termasuk disiplin berpengaruh terhadap

(25)

Motivasi kerja juga dapat mempengaruhi komitmen. Menurut Dessler

(dalam Sopiah, 2008:159) ada beberapa sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk

membangun komitmen pada organisasi diantaranya build value-based

homogeneity yaitu membangun nilai-nilai yang dibesarkan adanya kesamaan.

Setiap anggota organisasi memiliki kesempatan yang sama misalnya untuk

promosi maka dasar yang digunakan untuk promosi adalah kemampuan,

keterampilan, minat, motivasi, kinerja, tanpa ada diskriminasi.

Selanjutnya budaya organisasi diantaranya budaya ilimah juga dapat

mempengaruhi motivasi. Menurut Ardana, dkk (2009:31) motivasi dapat

dipengaruhi oleh: (1) karakteristik individu, misalnya minat, sikap, kebutuhan

individual, kemampuan, pengetahuan tentang pekerjaan, dan emosi, dan (2)

faktor-faktor pekerjaan, misalnya dalam lingkungan pekerjaan yaitu gaji,

kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan antar manusia, kondisi pekerjaan, dan

budaya serta faktor dalam pekerjaan, misalnya sifat pekerjaan, rancangan tugas,

pemberian pengakuan terhadap prestasi, besarnya tanggung jawab yang diberikan,

adanya perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan dan adanya kepuasan dari

pekerjaan.

Disiplin juga dapat mempengaruhi motivasi, menurut Sopiah (2008:170)

bahwa motivasi adalah keadaan dimana usaha dan kemauan keras seseorang

diarahkan kepada pencapaian hasil produktivitas, kehadiran atau perilaku kerja

kreatif lainnya, dalam hal ini termasuk disiplin.

Menurut Luthans (2006:218) komitmen organisasi terdiri dari tiga

(26)

organisasi yang lebih menekankan pada pentingnya kongruensi antara nilai dan

tujuan karyawan dengan nilai dan tujuan organisasi, (2) komitmen kontiniu

(continuance commitment); adalah komitmen organisasi dimana pekerja akan

bertahan atau meninggalkan organisasi karena melihat adanya pertimbangan

rasional dari segi untung dan ruginya, dan (3) komitmen normatif (normative

commitment) adalah komitmen organisasi dimana pekerja bertahan dalam

organisasi karena ia merasakan adanya suatu kewajiban.

Dari ketiga jenis komitmen di atas, bila dibandingkan dengan situasi yang

terjadi sekarang di persekolahan nampaknya diakibatkan oleh kurangnya

komitmen afektif dari para guru. Kemampuan untuk mentaati dan menuruti

peraturan dan ketentuan sekolah adalah wujud dari komitmen afektif guru di mana

hal inilah yang sering menjadi problema di sekolah dalam melaksanakan tugas.

Selain itu adanya perbedaan peran, harapan, kepentingan, interdependensi, dan

persepsi para anggota kelompok menjadi sumber dari konflik internal di sekolah.

Misalnya kurang displin para guru terlihat dari absensi yang tinggi, munculnya

sifat apatisme, munculnya egoisme yang tinggi rasa kekeluargaan yang kurang,

tidak menjadikan dirinya adalah bahagian dari pada sekolah itu.

Padahal komitmen affektif lebih menekankan terhadap rasa memiliki dari

pada tempat dia bekerja. Selanjutnya Summers dan Acito (dalam Sutrisno,

2010:293) mengemukakan komitmen afektif adalah tingkat keterkaitan secara

psikologis dengan organisasi berdasarkan seberapa baik perasaan mengenai

organisasi. Komitmen efektif muncul dan berkembang oleh dorongan adanya

(27)

yang tidak di dapat di organisasi lain. Pentingnya komitmen afektif sangat terkait

dengan pengalaman dalam pekerjaan yang dapat memuaskan kebutuhan individu

secara psikologis sehingga mereka merasa nyaman dan kompeten dalam

menjalankan peran mereka dalam pekerjaan.

Berbagai variabel yang mempengaruhi komitmen guru baik secara empiris

maupun konseptual seperti yang di kemukakan di atas dapat digunakan untuk

memahami, memprediksi dan menemukan alternatif fenomena permasalahan

komitmen guru. Seperti studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember

2010 yang lalu di sub rayon SMP Negeri Lubuk Pakam melalui pengamatan

hasil yang diperoleh sekolah tersebut mengalami masalah komitmen guru.

Beberapa fenomena menunjukkan antara lain tanggung jawab kerja guru

masih rendah, ditunjukkan dengan masih ada guru yang belum menyusun sendiri

silabus dan program pembelajaran yang cenderung hanya dengan menyalin

bahkan hanya menggunakan bahan potocopian dari pekerjaan guru lainnya. Selain

itu ditemukan juga dalam hal melaksanakan program pembelajaran guru mengajar

tidak sesuai dengan program yang telah disusun, dapat dilihat dari guru yang

masuk ke dalam kelas tanpa membawa buku program pembelajaran hal ini

menandakan budaya ilmiah guru di SMP Negeri Kecamatan Lubuk Pakam masih

kurang. Masih adanya guru yang terlambat datang ke sekolah dan tidak segera

masuk ke dalam kelas untuk mengajar walaupun bel masuk sudah berbunyi.

Sering meninggalkan kelas dengan memberikan bahan catatan kepada siswa

sementara gurunya asyik mengobrol dengan sesama temannya guru. Koreksi

(28)

ini menandakan kurangnya disiplin guru-guru di SMP Negeri Kecamatan Lubuk

Pakam.

Selain itu masih ditemukan juga masih adanya guru yang tidak peduli

terhadap pekerjaannya, misalnya membuat remedial yang sebenarnya terhadap

siswa yang kurang mampu mengikuti materi pembelajaran. Untuk menggantikan

nilai remedial cukup hanya dengan memberikan tugas di rumah tanpa dibimbing

guru tersebut tidak mau dibebani dengan tugas-tugas barunya dengan

membimbing siswa yang remedial. Selain itu bahan pelajaran yang digunakan

kurang bervariasi hanya itu-itu saja dari tahun ke tahun tanpa mengembangkan

dan memasukkan materi-materi yang terbaru. Hal ini manandakan bahwa motivasi

kerja guru masih kurang dalam melaksanakan tugasnya di SMP Negeri Lubuk

Pakam.

Memahami fenomena di SMP Negeri Lubuk Pakam ini dapat dilakukan

eksplorasi terhadap beberapa variabel yang dapat mempengaruhi komuitmen

afektif baik secara empiris dan konseptual, sebagaimana dijelaskan pada bagian

sebelumnya, diduga variabel budaya ilmiah, disiplin dan motivasi kerja

berpengaruh terhadap komitmen guru. Berdasarkan uraian di atas maka

direncanakan suatu penelitian yang berjudul,“Pengaruh Budaya Ilmiah, Disiplin,

dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru SMP Negeri Lubuk Pakam

(29)

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan beberapa hal yang telah dikemukakan dalam

bagian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi sebagai masalah yang

berhubungan dengan komitmen afektif guru, yaitu: (1) faktor-faktor apa yang

dapat mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk Pakam

Kabupaten Deli Serdang?, (2) faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi disiplin

di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (3) apakah budaya

ilmiah dapat mempengaruhi disiplin guru di SMP Negeri Lubuk Pakam

Kabupaten Deli Serdang?, (4) apakah motivasi kerja dapat mempengaruhi disiplin

guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (5) apakah iklim

organisasi dapat mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk

Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (6) apakah motivasi kerja dapat mempengaruhi

komitmen organisasi di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?; (7)

apakah sikap inovatif dan motivasi kerja dapat mempengaruhi komitmen afektif

guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (8) apakah iklim

organisasi dan budaya ilmiah dapat mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP

Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (9) apakah budaya ilmiah dapat

mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten

Deli Serdang?, (10) apakah kepuasan kerja dapat mempengaruhi komitmen afektif

guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (11) apakah

motivasi kerja dapat mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk

Pakam Kabupaten Deli Serdang?, (12) apakah budaya organisasi dapat

(30)

Deli Serdang? (13) apakah komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi

komitmen afektif guru di SMP Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?

C. Pembatasan Masalah

Mencermati beragamnya variabel yang diduga mempengaruhi komitmen

afektif guru yang telah diidentifikasi pada latar belakang masalah, penelitian

dibatasi variabel yang berhubungan dengan komitmen afektif guru yaitu variabel:

budaya ilmiah, disiplin, dan motivasi kerja. Pembatasan masalah ini bukan berarti

mengabaikan pengaruh faktor lain akan tetapi lebih pada pertimbangan fenomena

awal dan kemampuan peneliti yang belum memungkinkan untuk meneliti

keseluruhan variabel.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah seperti diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan atas:

1. Seberapa besar pengaruh budaya ilmiah terhadap motivasi kerja?

2. Seberapa besar pengaruh disiplin berpengaruh terhadap motivasi kerja?

3. Seberapa besar pengaruh budaya ilmiah terhadap komitmen afektif guru?

4. Seberapa besar pengaruh disiplin terhadap komitmen afektif guru?

5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya ilmiah terhadap motivasi

(31)

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh disiplin terhadap motivasi kerja.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya ilmiah terhadap komitmen

afektif guru.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh disiplin terhadap komitmen

afektif guru.

5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen

afektif guru.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang baik untuk:

1. Secara teoretis

Memberi informasi untuk menyadarkan guru dalam menerapkan budaya

ilmiah ketika melaksanakan tugasnya meningkatkan dan menerapkan disiplin

guru ketika melaksanakan tugasnya baik ketika di sekolah maupun di luar

sekolah, serta memumbuhkan motivasi kerja guru dalam melaksanakan

tugasnya sehingga komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugasnya akan

semakin baik dengan demikian perilaku organisasi dalam dunia pendidikan

akan semakin baik

2. Secara praktis

1. Bagi para guru dalam pengembangan diri, hal ini penting karena dengan

mengetahui sebab-sebab dan cara-cara meningkatkan komitmen afektif

(32)

output pendidikan yang diselenggarakan di SMP Negeri Kecamatan Lubuk

Pakam.

2. Bagi kepala sekolah sebagai otoritas pengambilan keputusan, hasil

penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

memimpin suatu organisasi kepala sekolah dapat mempertimbangkan

budaya ilmiah, disiplin dan motivasi kerja perlu ditingkatkan agar

komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugas lebih baik lagi.

3. Bagi dinas pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan

dalam pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan hal-hal yang

menyangkut komitmen afektif guru.

4. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk

selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan variabel-variabel yang

(33)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan diatas, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaruh budaya ilmiah (X1) terhadap komitmen afektif (X4) secara langsung

sebesar 0,536 = 53,6%. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya budaya

ilmiah dalam meningkatkan komitmen afektif guru. Berdasarkan temuan

penelitian dapat disimpulkan untuk uji hipotesis terlihat pada lampiran 11 pada

halaman 214, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya budaya ilmiah

berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif. Artinya hipotesis yang

diajukan bahwa budaya ilmiah berpengaruh langsung terhadap komitmen

afektif dapat diterima.

2. Pengaruh budaya ilmiah (X1) terhadap motivasi kerja (X3) secara langsung

sebesar 0,369 = 36,9%. Hal ini mengindikasikan bahwa budaya ilmiah dapat

meningkatkan motivasi kerja guru. Berdasarkan temuan penelitian dapat

disimpulkan untuk uji hipotesis terlihat pada perhitungan lampiran 11 halaman

214, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya budaya ilmiah berpengaruh

langsung terhadap motivasi kerja. Berarti hipotesis yang diajukan bahwa

budaya ilmiah berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja dapat diterima.

3. Pengaruh disiplin (X2) terhadap komitmen afektif (X4) secara langsung sebesar

0,569 = 56,9%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan disiplin yang baik maka

(34)

temuan penelitian dapat disimpulkan untuk uji hipotesis terlihat pada lampiran

11 halaman 214, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya disiplin berpengaruh

langsung terhadap komitmen afektif. Berarti hipotesis yang diajukan disiplin

berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif dapat diterima.

4. Pengaruh disiplin (X2) terhadap motivasi kerja (X3) secara langsung sebesar

0,234 = 24,3%. Hal ini mengindikasikan denagn disiplin yang tinggi maka

dengan sendirinya akan meningkatkan motivasi dalam bekerja. Berdasarkan

temuan penelitian dapat disimpulkan Untuk uji hipotesis terlihat pada hasil

perhitungan pada lampiran 11 halaman 212, maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya disiplin berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja. Berarti hipotesis

yang diajukan bahwa disiplin berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja

dapat diterima.

5. Pengaruh motivasi kerja (X3) terhadap komitmen afektif (X4) secara langsung

sebesar 0,347 = 34,7%. Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan

bahwa untuk uji hipotesis terlihat pada hasil perhitungan pada lampiran 11

halaman 214, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya motivasi kerja

berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif. Berarti hipotesis yang

diajukan motivasi kerja berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif dapat

(35)

B. Implikasi

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan di atas maka penulis

membuat beberapa hal yang diimplikasikan sebagai berikut:

1. Budaya ilmiah yang baik dari guru dapat menjadi pemikiran bagi Dinas

Pendidikan, serta organisasi, instansi maupun Yayasan yang bergerak dibidang

pendidikan untuk ditingkatkan kepada guru sebagai ujung tombak peningkatan

mutu pendidikan.

2. Disiplin dari guru sangat diperlukan dalam menjalankan fungsinya sebagai

pimpinan di sekolahnya agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.

3. Motivasi kerja yang baik akan berdampak pada terciptanya hasil yang

produktif bagi penyelesaian tanggungjawab pekerjaan.

4. Komitmen afektif guru merupakan kerelaan untuk bekerja keras dan

memberikan energi serta waktu dalam mengerjakan pekerjaannya sebagai

pengajar.

C.Saran

Saran-saran yang disampaikan sehubungan dengan temuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Berdasarkan hasil penelitian tentang budaya ilmiah, disiplin, dan motivasi kerja

yang memberikan pengaruh terhadap komitmen afektif disarankan agar guru

yang bersangkutan terus meningkatkan komitmennya dengan memperhatikan

(36)

Peningkatan kemampuan budaya ilmiah hendaknya terus dikembangkan

melalui pelatihan dan penataran yang efektif sehingga akan menjadi faktor

pendorong yang positif bagi peningkatan kemampuan komitmen afektifnya

yang pada akhirnya akan miningkatkan kinerjanya.

2. Bagi Dinas Pendidikan

Dalam hal peningkatan komitmen afektif guru disarankan memberikan

perhatian khusus dalam hal ini : 1) melakukan pembinaan terhadap

kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang

akhirnya akan meningkatkan kinerjanya, 2) membuka kesempatan pada guru

untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi dengan bea

siswa tanpa membedakan kelompok keilmuan misalnya eksakta atau non

eksakta.

3. Bagi Kepala Sekolah

Peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam hal memberikan motivasi pada

guru agar meningkatkan kemampuan budaya ilmiah dan juga disiplin dalam

bekerja

4. Peneliti lain, disarankan menindak lanjuti penelitian ini dengan

variabel-variabel berbeda yang turut memberikan pengaruh terhadap komitmen afektif

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Anshori. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia

Ardana. K, Ni Wayan M, dan Anak Agung A S. 2009. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Bashaw & Grant. 1994. Exploring the Distinctive Nature of Worka Commitment Their Relationship with Personal Characteristics, Job Performance and Propensity to Leave. Journal of Personal Selling and Sales Management. Vol.14.9

Bernandin, H, John & Russel, Joyce E,A. 1993. Human Resources Management. Singapore: Mc.Graw-Hill Inc.

Bobbi Deporter dan Mike Henaki. 2000. Quantum Bisnis: Membiasakan Berbisnis Secara Etis dan Sehat, (Bandung: Kaifa, 2000).

Bontis. 2000. Inttelectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries. Journal of Intellectual Capital.

Cabrita. 2006. Capital and Business. Journal of Intellectual Capital.

Colquitt Jasson A., Jeffery A. Lepine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behavior. New York: Mc.Graw Hill.

Cooper, Robert dan Ayman Sawaf. 1997. Executive EQ, Emotional Inteligence in Business. London: Orion Business Book.

Danim, S. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.

Eti Rochaety, Poontjorini R, Irima Gusti Yanti. 2008. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fattah, Nanang. 2003. Landasan Management Pendidikan. Bandung: Remaja Roasda Karya.

Gibson, James l, Jhon M. Ivancevich, and james H Donnelly, Jr. 1994 Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses. Terjemahan Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

(38)

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2, Cetakan 14, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Isbandi. 1994. Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Grafindo Persada.

Ivancevich, Jhon M, Robert K, and Michael T.M. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Alih Bahasa: Gina Gania. Jakarta: Erlangga.

James W. Walker. 1992. Human Resources Strategy. Singapore: McGraw-Hill.

John B. Minner. 1992. Industrial Organizational Psycholosi. New York: McGraw-Hill.

John W. Newstrom and Keith Davis. 1997. Organizational Behavior: Human Behavior At Work, Eight Edition. New York : McGraw-Hill.

J. P. Meyer, N. J. Allen., and. R. Gellatly.1990. “Affective and Continuance

Commitment to The Organization : Evaluation of Measures and Analysis of Concurrent and Time-Lagged Relation”. Journal of Applied Psychology.

Kanter, A. 1986. Human Resource Management. Terjemahan. Jakarta: Bratama Media

Kenneth Stout and Allan Walker. Teams. 1995. Teamwork & Team Building The Managers Guide To Team in Organization : Singapore: Prentice Hall, 1995.

Kinicki, Angelo J. & Robert P. Vecchio. 1994. Influences on Quality of Supervisor-Subordinate Relations: The Role of Time Pressure, Organizational Commitment, and Locus of Control. Journal of Organizational Behavior.

Kusnendi. 2005. Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS & Lisrel 8. Bandung: UPI.

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa: Vivin A.Y, Shekar Purwanti. Yogyakarta: Andi

Masdiana. 2010. “Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala

Sekolah, Motivasi Kerja, dan Pengendalian Stres Terhadap Komitmen

Guru”. Medan. Tesis. PPs Unimed.

(39)

Minner, John B. 1997. Industrial and Organizational Psychology. Mc.Graw Hill International Edition.

Michael O’Malley. 2000. Creating Commitment: How to Attaract and Retain

Talented Employees by Building Relationship That Last. NewYork: John Willey & Sons, Inc.

Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.

Mukhtar dan Widodo. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Fifa Mas.

Mulyana, D dan Rakhmat, J. 2003. Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Rosdakarya.

Mulyana, Hardjo. 2011. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Gramedia.

Ndraha, T. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Pace R.W & Faules D.F,. 2006. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pidarta M,. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta

Purba, Sukarman, 2009. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: LaksBang Pressindo.

Robbins. Stephen. 2006. Perilaku Organisasi. Alih Bahasa: Hadiana Pudja Atmaka. Jakarta: Prehalindo.

... 2009. Perilaku Organisasi. Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Jakarta: Prehalindo.

Robert C. Beck. 1990. Motivation. Prentice Hall Inc. Renu Burr.2002. Intellectual Capital. Sydney.

Richard M. Steers and Lymann W. Porter. 2003. Motivation And Work Behavior. New York: McGraw-Hill, Inc

(40)

Salancik, G. R. 1988. Commitment and Control of Organizational Behavior. Chicago : ST. Chair Press.

Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Radjawali.

Siagian, Sondang P. 2002. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

... 1995. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sibuea, Abdul Muin. 1987. Hubungan antara Sikap Mandiri, Pengetahuan

Kewiraswastaan dan Motivasi Berwiraswasta dengan Sikap Berwiraswata Siswa-siswa STM di Kotamadya Medan. Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Steers, R.M. 1977. Antecedents and Outcomes of Organizational Commitment.

Administrative Science Quarterly.

Stephen P. Robbins. Perilaku Organisasi,1996. Terjemahan Hadyana Pujaatmaka Jakarta: PT. Prehalindo.

Stoner, J.A.F. Freeman, R.E and Gilbert Jr. 1996. Management. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan: Alexander Sudiri. Jakarta: Prenhalindo.

Stum, David. 1998. “Five Ingredients for an Employee Retention Formula”. Journal of Human Resources Focus. Vol. 75.

Sudjana. 1989. Metode Statistik. Tarsito: Bandung.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana.

Thomas. 1990. Educational Psychology. New York. Longman.

Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

United National Development Projek (UNDP). 2000.

(41)

Uno, Hamzah B. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, H . 2009. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

W.A. Gerungan. 1996. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Erisco.

W.S. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grafindo.

Wibowo, SE, M.Phil, Dr. 2009. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wirawan, 2008. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta: Salemba Empat

Yukl Gary. 2009. Kepemimpinan dalam Organisasi. Alih Bahasa: Budi Suprianto. Indeks: Jakarta.

Yousef. D.A. 2000. ”Organizational Commitment: A Mediator of Relationship of Leadership Behavior With Job Satisfaction and Performance in a Non – Western Country”. Journal of Managerial Psychology. Vol. 15.1.

Gambar

Gambar 2.1  Gambar Keterkaitan Antara Komitmen, Kinerja dan                       Kepuasan .................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

With the current design of vent openings, the present results demonstrated that the mean and turbulent wind conditions within a large part of the greenhouse tunnel volume were

It means that the society influences literary work in many aspects such as social aspects, economic aspects, political aspects, science and technological aspect, cultural

Prevalensi infestasi tungau terhadap cicak C. mutilata pada enam lokasi penangkapan di Kabupaten Cianjur disajikan pada Tabel 2. Berdasar jumlah total masing-masing

(2) Partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial pada struktur organisasi desentralisasi dan sebaliknya akan menurunkan kinerja

Edy Marwanto : Supervisi Kompetensi Akademik (Studi Situs SD Negeri 5 Masaran). Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan penelitian ini adalah ingin menjabarkan

bermasalah (salah satunya diantarana termasuk tindakan moral atau amoral), dengan responden sebanyak 481 guru sekolah dasar di Amerika Serikat. Hasil penelitian

1) Penerapan media boneka tangan dalam pembelajaran menyimak dongeng dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Kegiatan pembelajaran menyimak dongeng menggunakan

Kepada masyarakat dan Penyedia Barang/Jasa yang akan mengajukan pengaduan dan sanggahan kami tungguselambat-lambatnya3 (tiga) hari kerja setelah pengumuman ini diterbitkan. Denpasar,