UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH JAMAAH HAJI DI KOTA MEDAN
SKRIPSI Oleh
MUZAKKIR MA’RUF 070501015
EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Nama : Muzakkir Ma’ruf NIM : 070501015
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan
Tanggal :
Pembimbing
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
BERITA ACARA UJIAN
Hari : Rabu Tanggal : 27 Juli 2011
Waktu : 09.00 WIB - Selesai Nama : Muzakkir Ma’ruf NIM : 070501015
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan
Ketua Program Studi Pembimbing
Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Syarief Fauzie, SE, Ak, M.Ak NIP: 19710503 200312 1 003 NIP: 19750909 2008 1 012
Penguji I Penguji II
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama : Muzakkir Ma’ruf NIM : 070501015
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan
Tanggal :
Ketua
Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP: 19710503 200312 1 003
Tanggal :
Dekan
ABSTRACT
This Research entitle the "Analysis Factors Influencing Amount of Jamaah Haji in the city of Medan". This Research use the method ekonometrika with the doubled linear regression model (method OLS) by using data of time series 28 year, start from year 1981 till year 2008. Where data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) and source in the form of journal or which deal with this research.
In research result indicate that the Sum the Population Muslim have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.002671 and assess the signifikan is 0,0492), Percapita Income have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.000132 and assess the signifikan is 0.0023).
Bigs of coefficient determinasi(R2) that is 0.728706, in research with the method of Ordinary Least Square (OLS) have as according to Theorem Gauss-Markov, that is have up to standard of BLUE (Best of Linear of Unbiased Estimator) with no deviation from the classical assumption when done testing, Multicollinearity, and Autocorrelation.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan”. Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika dengan model regresi linear berganda (metode OLS) dengan menggunakan data runtut waktu (time series) 28 tahun, mulai dari tahun 1981 hingga tahun 2008. Dimana data yang diperoleh bersumber dari dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya berupa jurnal ataupun yang berhubungan dengan penelitian ini.
Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk Muslim berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.002671 dan nilai signifikannya adalah 0,0492), Pendapatan Perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.000132 dan nilai signifikansinya adalah 0.0023).
Besarnya koefisien determinasi (R2) yaitu 0.728706, dalam penelitian dengan metode Ordinary Least Square (OLS) telah sesuai dengan Teorema Gauss-Markov, yaitu telah memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dengan tidak adanya penyimpangan asumsi klasik ketika dilakukan pengujian, kolinearitas ganda,dan Otokorelasi.
KATA PENGANTAR
Assallamualaikum, Wr, Wb.
Penulis mengucapkan Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan Rahmad dan Hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
dengan skripsi yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan.”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
tercinta yaitu Ahmad Choudry, SH dan Ibunda tercinta yaitu Syarifah Yuni, yang
terus memberikan, nasihat, bimbingan, dan do’a kepada penulis. Dan taklupa juga
saya ucapkan kepada Ahsanul Arifin, Yulia Dewi, Fauziah Fitri, Ahmad Pranoto,
Ismayuni Ulfa yang telah membantu dalam memberikan fasilitas, do’a dan kasih
sayang kepada penulis, dan saya ucapkan terima kasih kepada, seluruh
teman-teman di Departeman-teman Ekonomi Pembangunan Stambuk 2007 yang senantiasa
memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.
Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ariyo Pratomo, S.E., M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs.
Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi
3. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua dan Bapak Paidi
Hidayat, S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Syarief Fauzie, SE, Ak, M.Ak, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Bapak Drs. A.Samad Zaino M.S dan Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc,
Ph.D sebagai dosen pembanding ketika seminar proposal dan menjadi dosen
penguji skripsi dalam ujian komprehensif dan meja hijau.
6. Segenap dosen pengajar yang telah memberikan perkuliahan kepada penulis,
dan segenap staf administrasi, dan staf pendukung di Fakultas Ekonomi, dan
Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, dan.
7. Seluruh petugas dari Asrama Haji Kota Medan yang telah membantu penulis
dalam mencari informasi-informasi dan data-data yang dibutuhkan dalam
penulisan ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnana. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan oleh penulis untuk menambah ilmu pengetahuan yang akan
sangat bermanfaat nantinya bagi semua pihak. Wassallamualaikum, Wr, Wb.
Medan, Juli 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRACT... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I :PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang…... 1
1.2. Rumusan Masalah... 9
1.3. Hipotesis Penelitian... 9
1.4. Tujuan Penelitian... 10
1.5. Manfaat Penelitian... 10
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Ekonomi Makro dan Mikro………...…. 11
2.2. Teori Permintaan………..…….... 12
2.3. Permintaan Terhadap Haji………..…….. 14
2.4. Pengertian Haji………...……….. 15
2.5. Tujuan Ibadah Haji... 15
2.6. Dasar Hukum Ibadah Haji... 16
2.7. Syarat Wajib Haji... 18
2.8. Rukun Haji... 18
2.9. Wajib Haji………... 21
2.10.Macam-macam Haji... 24
2.11.Macam-macan Tawaf………...…...…...……… 26
2.12.Syarat-syarat Tawaf………..……… 27
2.13.Hari Tasyrik………..……… 27
2.14.Jumlah Jamaah Haji……….………. 28
2.15.Jumlah penduduk Muslim………...……….… 29
BAB III :METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 32
3.2. Jenis Dan Sumber Data... 32
3.3. Teknnik Pengumpulan Data... 32
3.4. Pengelolahan Data... 32
3.5. Model Analisis Data... 33
3.6. Pengujian Hipotesis (Hypothesis Testing) dan Ketepatan Kriteria (Goodness of Fit)... 34
3.6.1.Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)... 34
3.6.2.Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)... 36
3.6.3.Koefisien Determinasi Berganda (R2)... 37
3.7. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik... 38
3.7.1.Kolinearitas Ganda (Multicollinearity)... 38
3.7.2.Otokorelasi (Autocorrelation)………....……. 39
3.8. Definisi Operasional……….……… 40
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Pengertian Baitullah... 42
4.1.1. Sejarah Singkat Baitullah (Ka’bah)... 43
4.1.2. Sejarah Tawaf... 46
4.2. Srejarah Singkat Haji di Indonesia ... 47
4.2.1. Haji Pasca Kemerdekaan Indonesia…...…………...… 50
4.2.2. Badan Penyelenggara Haji Indonesia (BPHI) Pertama.... 53
4.3. Layanan Pemerintah Terhadap Jamaah Haji…………...………. 54
4.3.1. Biaya Penyelenggara Ibadah Haji... 54
4.3.2. Memberikan Penyuluhan dan Informasi... 55
4.3.3. Petugas Haji………...…… 55
4.3.4. Dokumen Haji………...…...………. 56
4.3.5. Pemondokan/Akomodasi………...……...………… 56
4.3.6. Pelayanan Kesehatan………..……….. 57
4.3.7. Kendaraan Haji………..………...……… 57
4.4. Cara Pendaftaran Haji……….……….. 58
4.4.2. Batasan Pendaftaran Haji……….………. 59
4.4.3. Perbedaan BPIH Biasa Dengan BPIH Khusus……...….. 59
4.4.4. Tempat Pembayaran BPIH………...…… 60
4.5. Sejarah Singkat Kota Medan……… 60
4.6. Sejarah Singkat Haji di Medan……….……… 63
4.7. Asrama Haji……….……. 65
4.7.1. Berdirinya Asrama Haji Medan………...…...…….. 68
4.7.2. Manfaat Asrama Haji……… 70
4.8. Gambaran Umun Kota Medan……….. 71
4.8.1. Kota Medan Secara Geografis………...……..…. 72
4.8.2. Kondisi Iklim………...………. 73
4.8.3. Kota Medan Secara Demografis……...……… 73
4.9. Hasil Analisis Data………...……… 74
4.9.1. Regresi Linier Berganda………...………….74
4.9.2. Interpretasi Hasil Persamaan Regresi...……… 75
4.9.3. Pengujian Hipotesis (Hypothesis Testing) dan Ketepatan Kriteria (Goodness of Fit)………..……...……… 76
4.9.3.1. Koefisien Determinasi Berganda (R2) ... 76
4.9.3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 76
4.9.3.3. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ... 77
4.9.4. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik... 77
4.9.4.1. Kolinearitas Ganda (Multicollinearity) ...77
4.9.4.2. Korelasi Serial/Otokorelasi (Serial Correlation/ autocorrelation)... 78
BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 79
5.2. Saran ... 79
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal.
2.1 Jadwal Melontar Jumroh... ... 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal.
2.1
4.1
4.3
Kurva Permintaan………...
Denah Ka’bah………...……
Peta Kota Medan………... 12
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1
2
3
4
Perkembangan Haji, Jumlah Penduduk Muslim, dan Pendapatan
Perkapita di Kota Medan Pada Tahun 1981-2008
Hasil Estimasi Regresi, Uji Signifikansi T & F, R2
Hasil Pengujian Kolinearitas Ganda
ABSTRACT
This Research entitle the "Analysis Factors Influencing Amount of Jamaah Haji in the city of Medan". This Research use the method ekonometrika with the doubled linear regression model (method OLS) by using data of time series 28 year, start from year 1981 till year 2008. Where data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) and source in the form of journal or which deal with this research.
In research result indicate that the Sum the Population Muslim have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.002671 and assess the signifikan is 0,0492), Percapita Income have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.000132 and assess the signifikan is 0.0023).
Bigs of coefficient determinasi(R2) that is 0.728706, in research with the method of Ordinary Least Square (OLS) have as according to Theorem Gauss-Markov, that is have up to standard of BLUE (Best of Linear of Unbiased Estimator) with no deviation from the classical assumption when done testing, Multicollinearity, and Autocorrelation.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan”. Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika dengan model regresi linear berganda (metode OLS) dengan menggunakan data runtut waktu (time series) 28 tahun, mulai dari tahun 1981 hingga tahun 2008. Dimana data yang diperoleh bersumber dari dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya berupa jurnal ataupun yang berhubungan dengan penelitian ini.
Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk Muslim berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.002671 dan nilai signifikannya adalah 0,0492), Pendapatan Perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.000132 dan nilai signifikansinya adalah 0.0023).
Besarnya koefisien determinasi (R2) yaitu 0.728706, dalam penelitian dengan metode Ordinary Least Square (OLS) telah sesuai dengan Teorema Gauss-Markov, yaitu telah memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dengan tidak adanya penyimpangan asumsi klasik ketika dilakukan pengujian, kolinearitas ganda,dan Otokorelasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Penduduk merupakan unsur penting dari berdirinya suatu negara. Dimana
dalam suatu negara ada yang dinamakan dengan pemerintahan yang berkuasa,
adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya pengakuan dari negara lain,
sehingga tarbentuklah suatu negara kesatuan, itulah yang dimaksud dengan unsur
berdirinya suatu negara,(Budiyanto,2004). Indonesia merupakan negara yang
berpenduduk terpadat didunia yang berada pada posisi ke empat. Dimana negara
Cina berada pada urutan pertama, India berada pada urutan kedua, Amerika
berada urutan ketiga, dan Indonesia di urutan keempat, (BPS.2000).
Dimana Islam adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk
Indonesia, dengan jumlah penduduk islamnya di Indonesia mencapai 177,53 juta
jiwa pada tahun 2000. Dengan jumlah umat Islam yang sedemikian banyak, maka
negara Indonesia merupakan negara yang berpenduduk Islam terbesar di dunia,
namun Indonesia bukanlah negara yang berazaskan Islam dalam menjalankan
sistem pemerintahannya. Walaupun di Indonesia sendiri memiliki beberepa
agama yang di akui oleh pemerintah Indonesia secara resmi yaitu berdasarkan
penjelasan atas penetapan oleh Presiden yaitu Undang-Undang No.1 Tahun 1965
Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, yaitu
"Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu-Cu”. Maka selain dari pada agama yang
ada di sebutkan adalah agama yang dilarang oleh pemerintah Indonesia atau
Dengan berbagai macam agama yang ada di Indonesia ini dapat
menyebabkan adanya kecemburuan sosial antar agama lain yang lebih minoritas
terhadap agama yang lebih mayoritas di daerah tersebut, bahkan dapat
menimbulkan konflik antar agama seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada
beberapa waktu lalu, maka sebenarnya hal semacam itu tidak perlu terjadi apabila
ada kerjasama antar tokoh agama dan pemuka masyarakat yang lebih
mementingkan kepantingan kebersamaan dari pada mementingkan kepentingan
pribadi atau golonga tertentu, demi terciptanya perdamaian dengan saling
menghargai serta saling menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Dimana daerah yang memiliki penduduk Islam terbesar di Indonesia
sendiri pada tahun 2000 berada di propinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 34.884.417
jiwa dari total jumlah penduduk provinsi Jawa Barat secara keseluruhan sebanyak
38.965.440, provinsi Jawa Timur berada pada urutan kedua terbesar dengan
penduduk Islamnya yaitu sebanyak 33.747.695 jiwa dari jumlah total penduduk
provinsi Jawa Timur sebanyak 36.294.280, dan yang ketiga yaitu provinsi Jawa
Tengah dengan penduduk Islam sebanyak 29.942.066 jiwa dari jumlah penduduk
provinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak 31.977.968. Sumatera Utara merupakan
provinsi yang memiliki penduduk terpadat diluar pulau jawa dengan total
penduduk secara keseluruhan sebanyak 12.450.911, sedangkan jumlah umat
Islamnya mencapai 7.530.839 jiwa, dan sebanyak 4.920.072 adalah agama
lainnya yang ada di sumatera utara.(BPS,Sensus 2000).
Medan merupakan ibukota provinsi sumatera utara yang berpenduduk
Islam pada tahun 2000 sebanyak 1.235.556 jiwa atau 72,65 %, Kristen sebanyak
sebanyak 24.148 jiwa atau 1,42%, serta lain-lain sebanyak 340 jiwa atau
0,02%,(repository.usu).
Umat Islam didalam keagamaan memiliki kewajiban-kewajiban yang
harus dilakukan sebagai orang mukmin, karena itu merupakan suatu kewajiban
dan keharusan agar dilaksanakan dalam beragama. Didalam agama Islam ada
yang dinamakan rukun Islam, dimana rukun tersebut wajib kita laksanakan
didalam kehidupan kita selama di dunia, dan akan di mintai pertanggung
jawabanya di akhirat nanti. Dimana rukun Islam tersebut yang pertama adalah
mengucapkan dua kalimat syahadat, yang artinya bahwa kita mengakui tiada
tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Rukun Islam yang
kedua yaitu mengerjakan sholat sehari semalam sebanyak lima waktu, dan
ditambah dengan sholat-sholat sunat lainya bila perlu. Rukun Islam yang ketiga
adalah mengeluarkan zakat, dimana zakat terbagi atas dua, yaitu zakat fitrah yang
wajib dikeluarkan pada saat bulan Ramadhan, dan dikeluarkan oleh umat Islam
yang didasari atas perorangan yang dikeluarkan setiap kepala keluarga untuk
mengeluarkan zakatnya bagi tanggungan keluarganya (jika keluarga tersebut
mampu), dan zakat yang kedua yaitu zakat harta (zakat mall), ini dikeluarkan jika
seseorang memiliki harta simpanan atau harta kekayaan yang lebih, maupun hasil
yang dimilikinya telah mencapai nisabnya (ukurannya), dan apabila telah
berlebih dari nisabnya dalam setahun maka wajiblah keluar zakatnya.
Sedangkan rukun Islam yang keempat adalah berpuasa selama dibulan
Ramadhan, hal ini merupakan seruan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 185
“..Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu untuk berpuasa..” Dalam menjalankan ibadah puasa ini Allah SWT hanya menyerukan
kepada orang yang beriman, jika seseorang beragama Islam, namun belum tentu
seseorang tersebut memiliki iman yang kuat untuk menjalankan puasa tersebut.
Karena dalam menjalankan ibadah puasa ini tidak seorang pun yang
mengetahuinya apakah seseorang tersebut puasa atau tidak, tetapi hanya orang
yang bersangkutan dengan Allah dan malaikatnya saja, apakah seseorang tersebut
berpuasa atau tidak. Sedangkan untuk ibadah-ibadah yang lainya dapat terlihat
secara kasat mata oleh orang lain. Namun dalam menjalankan ibadah tersebut
harus didasari dari dalam hati kita dan dilandasi keimanan.
Dan rukun Islam yang kelima adalah mengerjakan haji bagi yang mampu.
Mampu dalam hal ini adalah, mampu dalam jasmani (lahiriah), maupun mampu
secara rohani (batin/jiwa), serta mampu dalam hal finansial atau keadaan
ekonomi. Dimana untuk melaksanakan haji merupakan keinginan setiap umat
Islam, karena dengan berniat pergi haji saja kita sudah mendapatkan pahala, akan
tetapi untuk pergi haji ini sangat dibutuhkan biaya yang sangat besar dan mahal,
sehingga tidak semua umat Islam mampu untuk melaksanakan ibadah haji
tersebut, dikarenakan ketidak mampuan tersebut, maka Allah SWT memberikan
keringanan ibadah haji hanya diwajibkan hanya buat orang-orang yang mampu,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 97 yang artinya:
Bagi orang yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk dapat
menunaikan ibadah haji ke Baitullah Makkah tersebut, maka haruslah
dimanfaatkan peluang yang ada dan jangan disia-siakan, karena tidak semua
orang Islam dapat kesempatan yang sama pula. Akan tetapi bila dilihat dari sisi
perekonomian, ternyata umat Islam di Indonesia banyak memiliki kemampuan
untuk melakukan ibadah haji ke tanah suci, walau menghabiskan biaya yang
tidak sedikit. Pada kenyataanya setiap tahunya jumlah jamaah haji asal Indonesia
mengalami peningkatan permintaan khususnya di Kota Medan sendiri, bahkan
untuk keberangkatan tahun yang akan datang saja sudah dipenuhinoleh daftar
antrian para jamaah yang sangat antusias untuk berangkat ketanah suci guna
melaksanakan ibadah haji tersebut.
Maka dari pada itu sangat dibutuhkan peran dari pemerintah untuk dapat
mengatur dan membuat jatah-jatah kursi yang ada bagi jamaah haji, sehingga
jumlahnya secara menyeluruh dapat terpenuhi secara merata bagi masyarkat
muslim yang ada di Indonesia untuk menunaikan rukun Islam yang kelima
tersebut sebagai kesempurnaan amal ibadahnya. Namun dalam pelaksanaanya
keterbatasan jumlah jamaah ini bukanlah atas kehendak pemeritah indonesia,
melainkan jatah tersebut sudah instruksi dari pemerintah kerajan Arab Saudi yang
memiliki wewenang dalam memberikan batasan untuk jumlah jamaah haji dari
negara-negara yang jumlah jamaah hajinya selalu mengalami peningkatan
permintaan disetiap musim haji. Disini pemerintah Indonesia memiliki peranan
yang cukup besar dalam membagikan jatah-jatah penambahan kursi untuk
Indonesia yang penyebaranya hampir merata diseluruh tanah air di setiap
provinsi, maka campur tangan pihak pemerintah dalam mengatur keberangkatan
jamaah haji dan pemulangannya dari Makkah ke Indonesia juga sangat di
butuhkan, terutama dalam masalah transportasi, jaminan kesehatan bagi para
jamaahnya, serta pemondokan di tanah suci nantinya.
Wajib bagi umat Islam untuk menunaikan ibadah haji apabila sudah
memiliki kemampuan seperti dana yang cukup untuk berangkat haji, kesiapan
jasmani, serta kesiapan rohani untuk melaksanakannya, dimana dalam
mengerjakan rukun Islam yang kelima ini hanya wajib dilakukan sekali seumur
hidup bagi yang mampu, dan selebihnya tidaklah wajib. Begitu ada tanda-tanda
akan mendapatkan panggilan untuk menunaikan rukun Islam tersebut maka
bersegeralah untuk melakukanya, dan tingalkanlah semua urusan duniawi untuk
sementara. Dimana sabda Rasulullah SAW, telah mengingatkan di dalam suatu
Hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Baihaqi, dan Ibnu Majah dari Ibnu
Abbas:
“Bagi siapa yang ingin berhaji, hendaklah disegerakannya, karena kemungkinan tertunda karena jatuh sakit, hilang kendaraan atau kebentur hajat lainnya”.
Selain itu hendaknya sebelum berangkat menunaikan ibadah haji maka
seseorang haruslah mampu untuk melakukan ibadah wajib dan ibadah sunat
lainnya. Dalam pelaksanaan ibadah haji sebaiknya kita menggunakan uang yang
bersih (halal), karena dalam melaksanakan ibadah suci tersebut kita akan
Jumlah jamaah haji setiap tahunya terus bertambah, bahkan sampai
melebihi batas antrian dari jumlah kursi yang tersedia, bahkan sampai 5 (lima)
tahun berikutnya khususnya di kota Medan. Dimana jumlah penduduk muslim di
kota Medan yang merupakan kota terpadat penduduknya sebagai ibukota provinsi
Sumatera Utara, dengan jumlah penduduk muslimnya pada tahun 2000 sebanyak
1.235.556 jiwa, mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun sebanyak
32.180 jiwa, sehingga penduduk muslim di kota medan pada tahun 2005 menjadi
sebanyak 1.267.736 jiwa. Ini membuktikan dengan semakin banyaknya umat
Islam di kota Medan, maka permintaan akan adanya penambahan jatah haji di
kota Medan akan mengalami peningkatan. Dalam hal ini yang dimaksud
penduduk muslim dikota medan adalah seluruh jumlah penduduk muslim yang
terdaftar menurut catatan dinas sipil dikota Medan, yang dimana dalam setiap
penduduk memiliki kartu tanda panduduk atau identitas yang secara resmi dan di
akui oleh pemerintah kota Medan.(BPS, Medan)
Jumlah jamaah haji secara umum untuk wilayah Indonesia terus
mengalami peningkatan setiap tahunya, dalam hal ini pemerintah Arab Saudi
telah memberikan jatah kursi (kuota) untuk setiap negara di dunia, tergantung
dari jumlah jamaah haji setiap tahunnya yang berangkat ketanah suci. Kuota haji
yang di berikan kepada Indonesia kemudian dibagikan keseluruh propinsi yang
ada di Indonesia, dimana dalam menentukan propinsi mana yang lebih banyak
jatah kuotanya, maka pemerintah menghitung berdasarkan jumlah penduduk
muslimnya didaerah tersebut, dan berapa banyak jamaah hajinya tiap tahunnya
hanya didasarkan kepada nomor antrian saat mendaftarkan diri di asrama haji
setempat. Maka untuk daerah tingkat II kabupaten/kota tidak ada batasan dari
jumlah jamaah haji yang akan berangkat ke tanah suci.(BPIH).
Untuk wilayah Sumatera Utara khususnya kota Medan yang memiliki
pendapatan perkapita yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain di
Sumatera Utara, sebagai contoh pada tahun 2000 pendapatan perkapita kota
Medan yaitu 7.242.601, dan pada tahun 2005 sebesar 12.350.761, hal ini dapat
dilihat secara nyata dimana jumlah jamaah haji yang berangkat setiap tahunnya
juga mengalami peningkatan permintaah. Seperti pada tahun 1990 jumlah jamaah
haji di kota Medan yang berangkat ketanah suci sebanyak 1.366 orang,
sedangkan ditahun 2000 jumlah jamaah haji yang berangkat dari kota Medan
sebanyak 2.640 jamaah, namun faktor lain juga dapat mempengaruhi jumlah
jamaah haji, tergantung dari jumlah kursi yang kosong untuk kabupaten/kota
lainya yang ada di Sumatera Utara yang sewaktu-waktu dapat dialihkan untuk
daerah yang mengalami lebih banyak permintaan terhadap jumlah jamaah
hajinya, contoh di dalam kasus ini dalah Kota Medan. Ini berarti pendapatan
perkapita sangat berpengaruh terhadap permintaan untuk berangkat menjalankan
ibadah haji bagi masyarakat muslim di Kota Medan, sehingga jumlah jamaah haji
akan terus mengalami peningkatan permintaan untuk melaksanakan ibadah haji
tersebut. Hal ini bisa saja dikarenakan adanya faktor peningkatan atau perbaikan
dari keadaan perekonomian bagi masyarakat Sumatera Utara khususnya di Kota
Berdasarkan uraian yang ada diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah jamaah haji di kota Medan”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk Muslim dikota Medan, terhadap
jumlah jamaah haji dikota Medan?
2. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita dikota Medan, terhadap jumlah
jamaah haji di kota Medan?
1.3Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang telah di uraukan di atas maka
penulis membuat hipotesis sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk Muslim dikota Medan berpengaruh positif terhadap jumlah
jamaah haji di kota Medan, ceteris paribus.
2. Pendapatan perkapita dikota Medan berpengaruh positif terhadap jumlah
jamaah haji di kota Medan, ceteris paribus.
1.4Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari jumlah penduduk muslim di kota
Medan terhadap jumlah jamaah haji di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap
1.5Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi badan penyelenggara ibadah haji (BPIH)
untuk menambah kuota haji di Sumatera Utara.
2. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya
dalam Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi USU.
3. Sebagai bahan studi dan tambahan bagi mahasiswa dan mahasiswi yang akan
melakukan penelitian yang serupa.
4. Sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi yang terkait dalam masalah
penelitian ini.
5. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis, dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Ekonomi Makro dan Mikro
Teori ekonomi secara umun dikembangkan kedalam dua arah yang
berbeda yaitu ekonomi secara makro dan secara mikro. Dalam ekonomi makro
pembahasan yang dilakukan adalah tentang sekelompok prilaku suatu kelompok
masyarakat, seperti pendapatan nasional, kesempatan kerja, inflasi,
pengangguran, anggaran pemerintah, dan lain-lain. Sementara dalam pembahasan
ekonomi mikro yaitu tentang prilaku dari suatu ekonomi yang kecil seperti
konsumen secara individual, dan perusahaan.
Perbedaan dari masalah pokok yang ada maka tampak sekilas bahwa teori
ekonomi makro dan mikro merupakan dua bagian ilmu yang berbeda. Karena
dengan demikian ekonomi makro yang biasa dikenal dengan istilah pendapatan
masyarakat, sedangkan ekonomi mikro biasa dikenal dengan istilah teori harga.
Namun dalam kenyataannya kedua teori ekonomi ini saling berkaitan satu dengn
yang lainnya. Teori konsumsi masyarakat didalam pembahasan ekonomi makro
merupakan contoh dari prilaku konsumen secara individual yang dibicarakan
didalam ekonomi mikro.
Masalah pokok dalam ekonomi makro yang meliputi pertumbuhan
ekonimi, inflasi, dan kesempatan kerja/pengangguran. Adapun awalmula
munculnya teori ekonomi makro secara umum berawal dari gagalnya ekonomi
mikro sekitar tahun 1930. Dalam masalah ini campurtangan dari pemerintah
dari pemerintah maupun kebijakan lainnya yang berhubungan dengan masalah
pertumbuhan, inflasi, dan pengangguran sehingga muncul teori ekonomi makro.
Sementara pokok pembahasan dalam ekonomi mikro pada dasaranya
merupakan kebijakan yang akan diambil oleh seorang konsumen, dan prinsip
yang akan digunakan dalam pengambilan sebuah keputusan. Dalam teori
ekonomi mikro pembahasan yang mendasar adalah merupakan kekuatan ekonomi
dalah hal permintaan dan penawaran dipasar oleh produsen dan konsumen,
dimana permintaan yang terjadi merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara untuk produsen hal yang terjadi
dipasar akan menjadi dasar penawaran bagi produsen ke konsumen.
2.2. Teori Permintaan
Inti dari pembahasan teori permintaan secara umum adalah
mengungkapkan bagaimana ketergantungan terhadap jumlah barang atau jasa
yang diminta terhadap harga barang atau jasa itu sendiri. Pada dasarnya
konsumen meminta untuk membeli barang atau jasa, dikarenakan konsumen
tersebut memiliki uang, serta mampu untuk membayar, dan memenuhi
kebutuhannya tersebut. Secara umum masyarakat (Konsumen), lebih cenderung
untuk mengharapkan harga dari barang atau jasa yang ada dipasar semakin
menurun, namun pada kenyataannya harga barang atau jasa yang ditawarkan
dipasaran secara bertahap lebih cendrung meningkat.
Teori Permintaan adalah teori ekonomi mikro yang menyatakan bahwa
permintaan dapat mempengaruhi harga. Oleh karena itu, teori tersebut berasumsi
bahwa ketika permintaan barang atau jasa di pasaran naik, maka harga akan ikut
turun. Turunnya permintaan itu sendiri awalnya disebabkan oleh naiknya, atau
terlalu tingginya harga di pasaran, sehingga masyarakat berfikir ulang untuk
menggunakan uangnya. Maka, ketika masyarakat tidak berminat untuk membeli
produk, barang atau jasa produsen, maka produsen akan menurunkan harganya,
agar masyarakat kembali dapat mengkonsumsi barang yang mereka produksi,
begitu juga sebaliknya.
Gambar 2.1. Kurva Permintaan
Dalam gambar kurva di atas, kita dapat melihat, bagaimana pengaruh
permintaan terhadap harga. Karena dengan adanya kenaikan permintaan barang
atau jasa, dari D1 naik menjadi ke D2, terhadap suatu barang atau jasa, maka
menyebabkan kenaikan atas harga itu sendiri, dari P1 naik menjadi ke P2.
Apabila semakin tinggi harga (P) suatu barang dan jasa yang ditawarkan, maka
semakin sedikit jumlah barang dan jasa yang diminta (Demand). Dengan
demikian, kita mendapatkan slope kurva permintaan yang negatif untuk barang
dan jasa tersebut. Namun sebaliknya apabila harga (P) barang dan jasa lebih
cendrung naik, dan permintaan barang atau jasa lebih cendrung meningkat, maka
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaannya bisa saja karena selera,
tingkat kepusan, pendapatan masyarakat, jumlah penduduk, dan perkiraan
ramalan dimasa yang akan datang. Dari hukum permintaan pada hakikatnya
semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap
barang tersebut. Sebaliknya, apabila semakin tinggi harga suatu barang maka
akan semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.
2.3. Permintaan Terhadap Haji
Dalam menjalankan ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi
masyarakat muslim, khususnya bagi masyarakat muslim dikota Medan yang
mayoritas penduduknya merupakan agama Islam, walaupun ONH selalu
mengalami kenaikan tiap tahun, tetapi permintaan untuk pergi haji tetap tinggi,
karena saat ini semakin mudahnya bagi seseorang untuk mendapatkan bantuan
dari Bank untuk mendapatkan jatah kursi haji dengan jangka waktu rata-rata lima
tahun kedepan. Dimana dana talangan haji yang dibayarkan oleh pihak bank
dapat dicicil oleh nasabahnya sesuai dengan aqad, selama waktu yang telah
ditentukan secara bersama-sama sambil menunggu tiba saatnya untuk pergi haji.
Dalam kasus ini, ongkos naik haji selalu mengalami kenaikan, namun minat
ataupun permintaan dari masyarakat sangat begitu tinggi, kenaikan ini
diakibatkan karena semakin mahalnya biaya perjalanan transportasi
Indonesia-Arab Saudi, serta semakin naiknya ongkos sewa tempat selama di Indonesia-Arab Saudi,
dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing terutama Dollar
2.4. Pengertian Haji
Secara bahasa, haji berasal dari kata Al-Hajju yang berarti menyengaja
atau menuju atau mengunjungi. Dan secara istilah Al-Hajju berarti mengunjungi
Ka’bah untuk beribadah kepada Allah SWT, dengan syarat-syarat dan
rukun-rukunnya, serta beberapa kewajiban tertentu dan dilaksanakan dalam waktu
tertentu.
2.5. Tujuan Ibadah Haji
Tujuan beribadah, pada dasarnya adalah sama yaitu untuk mendapatkan
Ridho dari Allah SWT, dimana dalam melaksanakan ibadah haji ini kita harus
benar-benar ikhlas untuk melaksanakannya, jangan hanya karena gengsi atau
karena terpaksa, atau pun hanya untuk memperoleh gelar haji saja, tetapi disini
seseorang memang harus benar-benar menyerahkan diri kepada Allah SWT. Jika
seseorang melaksanakan ibadah haji dengan sungguh-sungguh maka akan
mendapatkan kepuasan batin, dan kepuasan batin tersebut bukanlah menjadi
tujuan utama untuk beribadah. Karena kepuasan batin hanyalah buah dari hasil
yang diperoleh selama menjalankan ibadah haji di tanah suci tersebut, dengan
pelaksanaan yang ikhlas.
Apabila seseorang telah pulang dari menjalankan ibadah haji tersebut
biasanya menjadi lebih kaya, baik itu kaya secara lahiriah maupun batiniah, maka
kekayaan tersebut tidak boleh menjadi tujuan utama dari pelaksanaan haji
tersebut. Dimana tujuan yang paling utama dari melaksanakan ibadah haji
tersebut ialah melaksanakan ibadah se-ikhlas mungkin hanya Karena Allah SWT,
Firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya:
“..Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengiklaskan ketaatan kepada-Nya..”.
Keiklasan dalam menjalankan ibadah haji merupakan perintah Allah
SWT, dengan meluruskan niat, mengobarkan semangat dengan perasaan tulus dan
ikhlas, bahwa pergi haji merupakan demi menjalankan perintah Allah SWT, dan
untuk mengharapkan Ridha-Nya, bukan untuk mendapatkan pujian, sanjungan,
dan sebagainya, maka hindarkanlah diri dari penyakit hati semacam itu.
2.6. Dasar Hukum Ibadah Haji
Ibadah haji diwajibkan bagi kaum muslimin, tetapi bagi yang mampu
secara lahir, batin dan mampu secara ekonomi. Hadis Nabi Muhammad
Rasulullah SAW, dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khatab RA
berkata : “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun
diatas lima (pondasi), 1).Persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasulullah, 2).Melaksanakan Shalat, 3).Mengeluarkan zakat, 4).Haji ke Baitullah, dan 5).Puasa Ramadhan” (H.R.Bukhari, dan Muslim).
Melaksanakan ibadah haji hanya wajib sekali seumur hidup, selebihnya
tidaklah wajib, hal ini dikarenakan dalam melaksanakan perjalanan ibadah haji
dibutuhkan biaya yang sangat mahal, dan dibutuhkan kesiapan mental dan fisik
yang kuat. Nabi Muhammad SAW sendiri melaksanakan ibadah haji hanya sekali
saja, sejak adanya perintah haji turun yaitu pada saat haji wada’ (Haji selamat
Hadist yang menjelaskan bahwa haji tidaklah wajib dilaksanakan
berkali-kali yaitu:
“Ibnu ‘Abbas RA berkata : Rasulullah SAW berkhutbah kepada kami
sabdanya : Hai sekalian manusia, telah diwajibkan haji atas kamu. Al-Aqra ibn Habis bertanya : apakah haji itu setiap tahun yaRasulullah ? Rasulullah menjawab : sekiranya kukatakan “Ya” tentulah haji itu
menjadi wajib setiap tahun, dan sekiranya diwajibkan demikian, kamu tidak akan melaksanakannya, lagi pula kamu tidak akan sanggup. Ibadah haji itu sekali saja. Siapa yang menambahnya akan menjadi ibadah sunat baginya.
(HR. Ahmad, Abu Daud, al-Nasa’i, al-Hakim dan Ibnu ‘Abbas).
Masalah lain yang menjadi permasalahan apakah ibadah haji harus
sesegara mungkin dilaksanakan atau ditunda sampai waktu yang akan datang.
Sebagian ulama berpendapat, al-Syafi’i, al-Tsauri, menyatakan bahwa waktu
pelaksanaan haji itu sangatlah luas artinya, bisa saja ibadah haji itu dilakukan
kapan saja (pada musim haji) atau tahun-tahun depannya, selama kita masih
mampu di dunia ini. Orang yang sudah mampu untuk pergi haji, namun seseorang
tersebut menunda keberangkatannya tidaklah berdosa, asalkan orang tersebut
tetap berniat untuk melaksanakan ibadah haji tersebut dan akan tetap berangkat
pada musim haji yang akan datang, namun alangkah baiknya apabila
dilaksanakan sesegera mungkin.
Sebagai contoh adalah Rasulullah SAW sendiri yang pernah menunda
Hijriah. Apabila ada perintah bahwa ibadah haji harus sesegera mungkin untuk
dilaksanakan, maka Rasulullah pasti akan segara untuk melaksanakan, namun
pada kenyataannya Rasul sendiri pernah menunda untuk melaksanakan ibadah
haji sampai beberapa tahun berikutnya.
2.7. Syarat Wajib Haji
Para ulama sepakat bahwa ada lima syarat wajib haji yang harus
terpenuhi, yaitu:
1. Beragama Islam, orang kafir tidaklah wajib untuk melaksanakan haji.
2. Baligh (Dewasa), anak-anak tidaklah wajib melaksanakan ibadah haji.
3. Berakal, orang yang sedang gila, idiot, kurang waras, sakit ingatan, dan
semacamnya tidaklah wajib haji baginya.
4. Merdeka, hamba sahaya tidaklah wajib melaksanakan ibadah haji karena
terbebankan oleh perintah majikannya. Sedangkan haji membutuhkan
waktu dan biaya yang mahal.
5. Mampu, yaitu seseorang yang memiliki kecukupan dari segi biaya (baik
untuk ongkos pergi, maupun untuk orang atau keluarga yang ditinggal
pergi), kekuatan fisik, serta keamanan selama didalam perjalanan.
2.8. Rukun Haji
Rukun haji yaitu perbuatan yang harus dilakukan selama masa
melaksanakan ibadah haji. Apabila salah satu dari rukun tersebut tidak
dilaksanakan atau tertinggal, maka hajinya tidaklah sah. Rukun tersebut yaitu:
1. Ihram, yaitu niat untuk melaksanakan ibadah haji atau langkah awal dari
permulaan untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh, pakaian ihram
tanggal 8 dzulhijjah. Pakaian ihram untuk pria yaitu terdiri dari dua
lembar kain dan tidak dijahit, sehelai melilit tubuh, mulai dari pinggang
hingga di bawah lutut, dan sehelai lagi di selempangkan mulai dari bahu
kiri kebawah ketiak kanan. Pada saat itu pria tidak boleh mengenakan
celana, kemeja, tutup kepala, dan tidak boleh menutup mata kaki.
Sedangkan pakaian ihram wanita lebih bebas, tetapi disunatkan yang
berwarna putih, yang penting menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah, dan
tapak tangan.
2. Wuquf di arafah, adalah mengasingkan diri atau mengantarkan diri ke
panggung replika di padang masyar, dimana pada saat itu seluruh manusia
mengantri menunggu giliran untuk di hisab (dihitung) oleh Allah SWT.
Wukuf sebagaimana contoh peringatan untuk manusia agar selalu
mengingat Allah dengan banyak-banyak berzikir, sholat, berdo’a,
merenungkan diri, dan mengingat kesalahan-kesalahan yang sudah
dilakukan selama ini. Wukuf dilakukan di padang arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah dan ini merupakan puncak dari ibadah haji.
3. Tawaf, Pengertian tawaf secara umun adalah mengelilingi Ka’bah
sebanyak tujuh putaran, dimana tawaf yang dilakukan adalah di dalam
Masjidil Haram, bukan diluar Masjid. Dimana hitungan tawaf dimulai dari
Hajjar Aswad (batu hitam), jika memungkinkan tiga putaran pertama
dilakukan dengan berlari-lari kecil, dan empat putaran selanjutnya dapat
dilakukan dengan berjalan biasa dengan posisi Baitullah Berada di sebelah
4. Sa’i, yaitu berjalan kaki sebanyak 7 kali bolak-balik dari bukit Sofa ke
bukit Marwa. Dimana jarak antara bukit Sofa dan bukit Marwa sekitar 405
meter. Sehingga bila dihitung jarak tempuh antara bukit Sofa dan bukit
Marwa untuk sekali jalan sebanyak tujuh kali yaitu 7 x 405 m = 2.835
meter.
5. Mencukur rambut kepala atau memotongnya (Tahalul). Menurut bahasa
tahalul artinya “menjadi boleh” atau “diperbolehkan”. Dengan demikian tahalul yaitu dibebaskannya seseorang dari pantangan ihram. Pembebasan
tersebut ditandai dengan pemotongan rambut kepala minimal sebanyak
tiga helai.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Fath ayat 27 yang artinya:
“..Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada rasul-Nya bahwa
mimpi rasul-Nya itu akan menjadi kenyataan. Yaitu engkau beserta penduduk Makkah lainnya akan memasuki kota Makkah insya Allah dengan aman, bebas dari rasa takut terhadap kaum musyrikin dengan mencukur rata kepalamu, sedang yang lain mengguntingnya saja. Tuhan mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dibalik “ yang tidak kamu ketahui itu “ Tuhan akan memberi kemenangan lebih dahulu kepadamu pada waktu dekat..”.
6. Tertib, artinya pelaksanaan ibadah haji tersebut dilakukan berdasarkan
urutan mana yang harus terlebih dahulu dilakukan, mulai dari urutan yang
2.9. Wajib Haji
Disamping rukun haji, ada yang namanya wajib haji. Dimana wajib haji
ini merupakan suatu keharusan yang dilaksanakan dalam melaksanakan ibadah
haji atau biasa juga disebut dengan inti dari perjalanan ibadah haji yang harus
dilakukan selama di tanah suci. Dimana kewajiban-kewajiban tersebut yaitu :
1. Ihram dari miqat. Secara harfiah miqat berarti batas antara boleh dan tidak, atau perintah mulai dan berhenti, yaitu kapan mulai melapazkan
(mengucapkan) niat dan maksud melintasi batas antara tanah biasa, dengan
tanah suci. Sewaktu memasuki tanah suci semua jamaah harus sudah
berpakaian ihram, dan mengetuk pintu syurga dengan mengucapkan salam
saat memulai miqat.
2. Melempar Jumroh, yaitu tempat dimana untuk kita mengingat Nabi Ibrahim
As, yang digoda oleh syetan agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT,
untuk menyembelih putra-Nya yaitu Nabi Ismail As.
Dimana pada saat itu tiga kali Nabi Ibrahim digoda oleh syetan, dan tiga kali
pula Nabi Ibrahim melemparkan batu kepada syetan, sebagaimana beliau di
pimpin langsung dan diperintahkan langsung oleh Malaikat untuk
melakukannya. Dimana sekarang ini untuk mempermudah pelaksanaan
melempar jumrah pada ketiga tempat ini telah di bangun tugu, dimana jumrah
yang pertama yaitu jumrah Ula (Jumrah Shugro) atau jumrah yang yang
paling kecil, terletak dekat dengan Masjid Khaif. Jumrah yang kedua yaitu
jumrah Wusttha (Jumrah Tsaniyah), atau jumrah yang sedang, dimana jarak
jumrah yang besar, jumrah ini berada dekat dengan pintu gerbang
Mina,dimana jaraknya antara jumrah ketiga dengan junrah kedua sejauh 190
[image:38.595.138.505.182.506.2]metar.
Tabel 2.1 Jadwal Melontar Jumroh
Tanggal Ibadah Waktu
Mulai Akhir 9Zulhijjaf Wukuf di Padang Arafah Siang di waktu
matahari rebah di arah tenggelam
Tengah malam
10 zulhijjah Melontar jumrah Aqobah sebanyak tujuh kali Setelah lewat tengah malam Tengah malam (sunnah) 11zulhijjah Melontar ketiga jumroh
secara berurutan 1.Ula 2. Wustha 3.Aqabah Mulai tergelincirnya matahari Tengah malam (sunnah)
12zulhijjah Melontar ketiga jumrah secara berurutan. 1.Ula 2.Wustha 3.Aqobah Mulai tergelincirnya matahari Tengah malam (sunnah)
13 zulhijjah Melontar kembali ketiga jumrah secara berurutan
Mulai tergelincirnya matahari Tengah malam (sunnah) Sumber : BPIH.
Diwajibkan setelah sampai di Mina para jamaah haji harus melempar ketiga
jumrah tersebut dengan waktu yang telah di tentukan, dimana dalam
pelemparan tersebut para jamaah haji membawa tujuh buah batu kerikil yang
sudah dicari sebelumnya, dan dalam melempar dilakukan satu persatu untuk
setiap jumrah tersebut. Dimana setelah melempar hendaknya berdiri
menghadap kiblat sambil memuji Allah SWT, serta berdo’a memohon ampun
3. Bermalam di Muzdalifah (Mabit), yaitu bermalam beberapa hari di Mina,
ataupun berhenti sejenak untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum
melakukan pelontaran jumroh yang merupakan kewajiban dalam melakukan
ibadah haji. Maka dengan bermalam di Mina (mabit) jarak untuk melontar
jumroh keesokan harinya menjadi lebih dekat, karena letak ketiga jumroh
tersebut berada di Mina.
4. Tawaf Wada’ yaitu tawaf perpisahan didalam melaksanakan ibadah haji yang dilakukan sebagai mana pernyataan dan penghormatan kepada Baitullah dan
Masjidil Haram. Tawaf ini dapat dilakukan dengan berjalan biasa dan tidak
perlu berlari-lari. Tawaf wada’ merupakan tugas akhir yang harus dilakukan
para jamaah di dalam pelaksanaan ibadah haji maupun umroh, bagi jamaah
yang belum melakukan tawaf ini, maka belum diperbolehkan untuk
meninggalkan Makkah, maka jamaah tersebut tidak dapat kembali ketanah
air, karena tawaf ini adalah hukumnya wajib bagi setiap jamaah. Tetapi
wanita yang sedang haid dibebaskan dari tawaf ini (Tawaf Wada’), dan boleh
langsung meninggalkan Makkah, Hal ini dijelaskan dalan suatu Hadist yang
artinya:
“Manusia diperintahkan supaya akhir perjumpaan (dengan Baitullah) itu
dengan menjalankan tawaf di Baitullah, akan tetapi hal itu diringankan bagi perempuan-perempuan yang sedang haid”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Perbedaan antara wajib haji dengan rukun haji yaitu, jika wajib haji tanpa
(dam). Sedangkan rukun haji didalam pelaksanaannya apabila dilanggar atau pun
tertinggal, maka hajinya tersebut tidaklah sah (batal).
2.10. Macam-Macam Haji
Ada tiga macam ibadah haji yang dapat dilakukan bagi jamaah haji. Yaitu:
1. Haji Ifrad. Kata ifrad berarti menyendiri, dimana seseorang bermaksud
menyendiri, baik menyendirikan haji dengan umroh. Dalam hal ini yang
didahulukan adalah ibadah haji, kemudian ibadah umroh. Dengan demikian
seseorang tersebut telah berniat dari miqat akan melaksanakan ibadah haji
dahulu baru kemudian melaksanakan ibadah umroh. Atau sebaliknya
seseorang tersebut melaksanakan umroh terlebih dahulu, kemudian
melaksanakan hajinya, hal ini dilakukan dalam waktu yang berbeda, tetapi
tetap dalam satu musim haji. Hal ini diterangkan di dalam Qur’an surat
Al-Baqarah ayat 97, yaitu yang dimaksud dengan bulan-bulan haji atau waktu
haji ada beberapa hari dan beberapa bulan. Bulan yang dimaksud yaitu bulan
Syawal, Dzulkaidah, dan Dzulhijah. Dimana dimulai dari tanggal 1 di bulan
Syawal (29 hari), tanggal 1 dibulan Dzulhijjah (30 hari), dan berakhir tanggal
10 bulan zulhijjah (tanggal 1sampai tanggal 10). sehingga yang dimaksud
dengan bulan haji adalah sebanyak 69 hari. Dimana niatnya untuk
melaksanakan haji terlebih dahulu yaitu:
“ Labaikk Allahuma bi hajji”
Yang artinya: “ Ya Allah, saya berniat haji”.
2. Haji Tamatu’. Yang berarti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan
melakukan umroh terlebih dahulu, kemudian melakukan ibadah haji. Tamatu’
yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal. Dimana dalam
perjalanan menuju Makkah para jamaah dianjurkan untuk banyak-banyak
membaca Talbiyah. Cara melaksanakan ibadah haji tamatu’ yaitu para
anggota jamaah mengenakan pakaian ihram, dan berniat melaksanakan umrah
serta mengucapkan niat dengan bacaan “Labaiika bi’umrah”. Yang artinya :
“Ya Allah, saya berniaat’umrah”.
Setelah tiba di Makkah amalan umrah berikutnya adalah melakukan tawaf
keliling ka’bah sebanyak tujuh kali, sa’i antara bukit Sofa dan bukit Marwa,
kemudian tahallul. Pada saat itu kemudian para jamaah bisa manggantikan
pakaian ihram dengan pakaian biasa, karena pada saat itu semua jamaah bebas
melakukan aktifitas yang di bolehkan (selama tidak perbuatan tercela atau
yang dilarang selama menjalankan ibadah haji).
Kebebasan tersebut berlaku di asrama saja, sampai tiba waktu untuk
melakukan ibadah haji, dimana jamaah haji tersebut harus mengenakan
pakaian ihram lagi sebelum menuju ke Mina dan langsung ke Arafah.
3. Haji Qiran. Yang berarti menggabungkan, menyatukan, atau menyekaliguskan antara ibadah haji dengan ibadah umroh, dalam hal ini
berarti ibadah umrohnya sudah tercakup di dalamnya. Dimana haji qiran ini
dipilih karena waktunya terbatas. Umumnya mereka yang tiba tanggal 9
Dzulhijah di Makkah, maka pelaksanaan ibadah haji dan umroh langsung
dikerjakan secara bersamaan sekaligus. Dengan demikian proses tawaf, sa’i.
dan tahalul untuk haji dan umroh hanya dilakukan satukali saja. Dalam
dalam melaksanakan haji qiran ini para jamaah harus tetap memakai pakaian
ihran dari sejak Miqat makani (batas letak tanah), serta melaksanakan semua
[image:42.595.125.511.169.375.2]rukunnya serta melaksanakan wajib hajinya.
Tabel 2.2
Beda Haji Dengan Umroh
No Haji Umroh
1. Tawaf, Sa’i. Tahalul Tawaf, Sa’i, Tahalul
2. Wukuf, Mabit, dan Melontar
Jumroh
Wukuf kapan saja, terkecuali
hari-hari haji
3. Waktunya dilakukan tanggal 9, 10,
11, 12, dan 13 Zulhijah
Kapan saja dapat dilaksanakan
Sumber : BPIH.
2.11. Macam-Macam Tawaf
1. Tawaf Qudum, atau tawaf Dukhul, yaitu tawaf pembukaan atau tawaf selamat
datang bagi jamaah yang baru saja tiba di Baitullah, tawaf ini sebagai
pengganti sholat tahyattul masjid (bila di masjid-masjid biasa).
2. Tawaf Ifadhah, dilakukan apabila jamaah sudah selesai melakukan pelontaran
jumrah. Maka dilakukan tawaf ifadhah. Apabila tidak melakukan tawaf ini,
maka hajinya tidaklah sah karena ini merupakan tawaf wajib.
3. Tawaf Umrah. Dimana orang yang melakukam umroh harus melakukan tawaf
ini, apabila orang yang melakukan umroh tidak melakukan tawaf ini maka
umrohnya tidak sah.
4. Tawaf Wada’ yaitu tawaf yang dilakukan pada saat jamaah akan
Ka’bah, maka jamaah seluruhnya wajib melaksanakan tawaf ini karena
hukumnya adalah wajib.
5. Tawaf Sunat, yaitu tawaf yang bisa dilakukan kapan saja, pada saat jamaah
memiliki waktu luang disaat ada kesempatan untuk melaksanakannya.
2.12. Syarat-Syarat Tawaf
1. Suci dari hadas kecil, hadas besar, dan najis. Apabila wanita sedang halangan
maka tidak dibenarkan tawaf.
2. Menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan.
3. Melakukan putaran sebanyak tujuh kali secara berturut-turut.
4. Memulai tawaf dan memulai hitungan tawaf dari hajar aswad, dan di akhiri
juga di hajar aswad.
5. Dalam memutari ka’bah harus berada di sebelah kiri jamaah.
6. Tawaf dilakukan di luar Hijir Isma’il.
2.13. Hari Tasyrik
Yang dimaksud dengan hari tasyrik yaitu tiga hari setelah tanggal 10
Dzulhijjah (Hari raya Idul Adha). Dimana mulai dari tanggal 10 Dzulhijjah di
sunatkan bagi jamaaah haji untuk menyembelih hewan Qurban. Penyembelihan
ini dilakukan setelah para jamaah selesai melempar jumrah. Rasulullah SAW,
melempar jumroh pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah selesai sholat zuhur dimulai
dari Ula, Wusta, Aqabah, (HR.Ahmad Bin Imam Hambali). Haddis lainnya
menyebutkan bahwa melempar jumrah dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah
dilakukan dengan berbalik di mulai dari jumrah Aqabah sampai jumra Ula.
Dimana hari tasyrik ini biasa disebut juga dengan hari penyembelihan
hewan qurban. Sabda Rasulullah SAW, “ Semua hari tayrik ini adalah hari
menyembelih hewan (Qurban)”(HR.Ahmad Bin Hanbali), karena hari tasyrik ini juga berkaitan dengan hari kegembiraan atau bersenang-senang. Maka tiga hari
setelah tanggal 10 Dzulhijjah umat Islam diharamkan untuk berpuasa. Hewan
qurban yang di sembelih biasa di lakukan juga tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Pada hari tasyrik ini para jamaah di anjurkan untuk tinggal di Mina minimal dua
hari yaitu tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah. Kriteria yang harus dipeuhi untuk hewan
qurban yaitu kambing berumur 2 tahun, sedangkan domba berusia 1 tahun,
dimana jenis hewan inihanya diniatkan untuk 1 orang saja. Sedangkan hewan
lainnya seperti sapi, kerbau berusia 2 tahun. Untuk hewan unta berusia 5 tahun.
Dimana jenis hewan ini dapat di niatkan untuk orang yang berqurban sebanyak 7
orang.
Sedangkan hewan yang syah untuk di qurbankan yaitu tidak cacat, tidak
sedang sakit, tidak sedang dalam tersakiti atau teraniaya, dansebagainya. Hali ini
dikuatkan dengan Sabda Rasulullah SAW yaitu “empat macam binatang yang
tidak sah dijadikan qqurban, 1). Rusak matanya, 2). Sakit, 3). Pincang, dan 4). Kurus dan tidak berlemak lagi “. (HR. Ahmad, Tarmidzi).
2.14. Jumlah Jamaah Haji
Jumlah jamaah haji adalah total jamaah haji asal kota Medan yang
berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Dimana jumlah jamaah haji asal kota
Medan selalu mengalami kenaikan, bahkan untuk beberapa tahun kedepan saja
antrian jamaah asal kota Medan sudah penuh hingga tahun 2016. Hal ini mungkin
dengan menggunakan bantuan dari bank-bank syariah untuk mendapatkan kursi
pesawat haji, walau untuk beberapa tahun kedepan. Dimana untuk keberangkatan
secara reguler sekarang ini hanya dengan menyetorkan uang sekitar Rp
25.000.000,- sudah bisa mendapatkan jatah kursi untuk tahun keberangkatan
berikutnya yang masih kosong.
2.15. Jumlah Penduduk Muslim
Masalah kependudukan di kota Medan sama seperti dengan daerah
lainnya yang ada di Indonesia yang meliputi pengendalian angka kelahiran,
penurunan angka kematian bayi dan anak, lama usia harapan hidup, penyebaran
penduduk yang kurang merata dan pengembangan potensi penduduk sebagai
modal pembangunan yang harus terus ditingkatkan kualitasnya. Penduduk
merupakan elemen penting dalam membuat kebijakan dan merupakan alat dari
pembangunan ekonomi yang akan dilakukan pemerintah. Pembangunan
dikatakan berhasil jika pemerintah telah mampu, dan sukses dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk baik secara jasmani dan rohani.
Dengan jumlah penduduk muslim yang terbesar di dunia diharapkan
pemerintah mau untuk mendorong pembangunan yang nantinya akan
meningkatkan kualitas manusianya, karena ini merupakan potensi yang sangat
strategis dalam mempercepat pembangunan khususnya di dunia Islam yang ada di
Sumatera Utara secara umumnya, sehingga akan menjadi pendorong untuk
pembangunan ekonomi di Indonesia. Namun sebaliknya apabila tidak di imbangi
dengan kualitas penduduknya yang baik hal ini merupakan beban yang harus
2.16. Pendapatan Perkapita
Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengetahui suatu
kondisi keadaan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu dapat dilihat
melalui Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku
maupun atas harga konstan. PDRB atau yang biasa disebut dengan data
pendapatan perkapita adalah salah satu indikator yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian di suatu daerah setiap tahunnya, dengan demikian kita
dapat melihat bagaimana tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam waktu tertentu yang secara umum dihitung dalam
waktu satu tahun.
Berdasarkan pendapatan masyarakat secara umum dapat digolongkan
kedalam tiga bagian yaitu : masyarakat yang berpendapatan rendah, masyarakat
yang berpendapatan menengah, serta masyarakat berpendapatan tinggi.
Terjadinya perbedaan pendapatan yang diterima oleh seseorang biasanya
dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti kemampuan yang berbeda-beda dari
seseorang, baik keahlian, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan
sebagainya yang dapat mempengaruhi pola konsumsi di dalam rumah tangga.
Apabila PDRB atau pendapatan perkapita menunjukan angka
peningkatan yang sangat signifikan, namun laju dari pertumbuhan penduduk tidak
bisa dikurangi, bahkan lebih besar laju pertumbuhan penduduk dari pada laju
pertumbuhan ekonomi, maka dalam hal ini tingkat kemakmuran masyarakat dapat
digolongkan masih rendah. Untuk itu tingkat pendapatan perkapita di suatu
daerah harus dibarengi dengan laju pertumbuhan ekonomi yang seimbang dari
2.17. Hubungan antara variable independent dengan variable dependent
1. Hubungan antara jumlah jamaah haji terhadap jumlah penduduk muslim.
Antusias masyarakat muslim untuk melaksanakan ibadah haji sangatlah
tinggi, hal ini dikarenakan semakin mudahnya proses untuk melaksanakan ibadah
tersebut dengan bantuan dari dana talangan haji yang dilakukan oleh bank syariah
yang ada di Indonesia, selain itu dengan stabilitas ekonomi dan politik dalam
negeri yang dapat meningkatkan keinginan masyarakat untuk ber-haji. Sampai
saat ini penduduk muslim di Indonesia merupakan jumlah yang terbesar pertama
di dunia yang merupakan modal dasar bagi pemerintah untuk menggerakkan roda
ekonomi khususnya ekonomi Islam, namun hal itu tidaklah mudah tanpa
dibarengi dengan adanya peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Semakin
tinggi jumlah penduduk muslim dikota Medan, maka semakin tinggi jumlah
permintaan haji di kota medan yang mengakibatkan semakin tinggi pula jumlah
jamaah haji asal kota Medan.
2. Hubungan antara jumlah jamaah haji terhadap pendapatan perkapita.
Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata masyarakat kota Medan
yang sebanyak 72% mayoritas penduduk di kota Medan merupakan umat muslim,
(Properda Kota Medan). Dimana yang dimaksud dengan kemampuan rata-rata
tersebut adalah, kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
dalam waktu tertentu (dalam sebulan), setelah terpenuhinya kebutuhan pokok
seperti sandang, pangan, dan papan dari masyarakat tersebut, sehingga besar
ataupun kecilnya dari kelebihan pendapatan seseorang tersebut biasanya disimpan
keinginan/hasrat yang terpendam dalam hati untuk melaksanakan rukun Islam
yang kelima tersebut yaitu melaksanakan ibadah haji ketanah suci. Pendapatan
masyarakat dikota Medan dengan masyarakat yang diluar kota Medan, bila
dirata-ratakan sangat berbeda pendapatannya. Sehingga dengan cepat akan terjadi
kepadatan penduduk di kota Medan ini pada umumnya, hal ini dikarenakan
perputaran roda ekonomi di Medan sangat cepat bila dibandingkan di luar kota
Medan. Jadi semakin tinggi pendapatan perkapita masyarakat kota Medan, maka
semakin tinggi pula keinginan/hasrat masyarakat muslim di kota Medan untuk
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kota Madya Medan dengan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah jamaah haji di Kota
Medan yaitu, jumlah penduduk Muslim, dan pendapatan perkapita.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk urut waktu (Time Series) yaitu berupa angka-angka kuantitatif.
Dimana data yang diperoleh bersumber dari Badan Pusat Statistik Medan,
Asrama Haji Medan, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
melakukan pencatatan langsung dari sumber-sumber data yang ada dalam bentuk
tahunan, antara periode tahun 1981 sampai dengan tahun 2008, yaitu dalam kurun
waktu 28 tahun.
3.4 Pengolahan Data
Didalam penelitian ini penulis menggunakan pengolahan data dengan
program komputer E-Views 6, dan menggunakan program komputer Microsoft
3.5 Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam menganalisa besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika, yaitu
dengan meregrsikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode
OLS (Ordinary Least Square), atau metode kuadrat terkecil biasa. Data yang
digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik
dalam bentuk persamaan regresi linier berganda.
Variabel-variabel bebas yang mempengaruhi variable terikat dinyatakan
dalam fungsi sebagai berikut :
Y = f ( X1, X2,) ………. (1)
Kemudian fungsi tersebut dibentuk dalam model ekonometrika dengan
persamaan regresi linier sebagai berikut :
Y = α +β1X1 + β2X2 + µ ... (2)
Dimana :
- Y = Jumlah jamaah haji (Ribu)
- α = Intercep/konstanta
- β1;β2 = Koofisien regresi
- X1 = Jumlah penduduk muslim (Juta)
- X2 = Pendapatan perkapita (Juta)
- µ = Tingkat Kesalahan (Error term)
> 0 Artinya jika X1 (jumlah penduduk muslim) mengalami
kenaikan, maka Y (jumlah jamaah haji) juga akan mengalami
kenaikan ceteris paribus.
> 0 Artinya jika X2 (pendapatan perkapita) mengalami kenaikan,
makaY (jumlah jamaah haji) akan mengalami kenaikan ceteris
paribus.
3.6 Pengujian Hipotesis (Hypothesis Testing) dan Ketepatan Kriteria (Goodness of Fit)
Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai
uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Hipotesa Nol (H0)
ditolak, Hipotesa Alternatif (Ha) diterima). Sebaliknya, disebut tidak signifikan
bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima. Dalam analisa
regresi terdapat 3 jenis kriteria ketepatan (goodness of fit): (1) uji statistik t, (2) uji
statistik F; dan (3) koefisien determinasi (R2). (Kuncoro, 2009).
3.6.1. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut (Kuncoro, 2009):
H0 : bi = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan variabel yang
signifikan terhadap variabel dependen.
bi – B*i
se (bi)
t-statistik =
Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik t. Statistik t
dihitung dari formula sebagai berikut:
Dimana:
- bi = penaksir/ koefisien regresi parsial
- B*i = Nilai yang dihipotesiskan
- se (bi) = Kesalahan standar dari penaksir/koefisien regresi parsial
Kriteria yang digunakan dalam menentukan signifikan atau tidaknya suatu
variabel independen dalam penelitian adalah sebagai berikut:
- H0 diterima apabila t-statistik < Nilai t-kritis (α), maka variabel independen
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
- Ha diterima apabila t-statistik > Nilai t-kritis (α), maka variabel independen
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Dengan menggunakan E-Views 6 dapat juga ditentukan kriteria pengujian
sebagai berikut:
- H0 diterima apabila Nilai Probabilitas > α, maka variabel independen tidak
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
- Ha diterima apabila Nilai Probabilitas < α, maka variabel independen
F-statistik =
R2 / k – 1
1 – R2 / n – k 3.6.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam hal ini digunakan hipotesis
sebagai berikut (Kuncoro, 2009) :
H0 : b1 = b2 = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan
variabel-variabel yang signifikan terhadap variabel-variabel dependen.
Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan merupakan
variabel-variabel yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk menguji kedua hipotesis ini maka digunakan statistik F. statistik F
dihitung dari formula sebagai berikut:
Dimana:
- R2 = Koefisien determinasi (coefficient of determination)
- 1 – R2 = Koefisien pengasingan (coefficient of alienation)
- k = Jumlah variabel bebas dan konstanta
- n = Jumlah observasi
Kriteria yang digunakan dalam menentukan signifikan atau tidaknya suatu
variabel independen dalam penelitian adalah sebagai berikut:
- H0 diterima apabila F-statistik < Nilai F-kritis (α), maka semua variabel
∑ e2i R2 = 1 –
∑ y2 i
- Ha diterima apabila F-statistik > Nilai F-kritis (α), maka semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Dengan menggunakan E-Views 6 dapat juga ditentukan kriteria pengujian
sebagai berikut:
- H0 diterima apabila Nilai Probabilitas F-statistik > α, maka variabel
independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
- Ha diterima apabila Nilai Probabilitas F-statistik < α, maka variabel
4independen signifikan mempengaruhi variabel dependen.
3.6.3. Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Formula
menghitung koefisien determinasi adalah (Kuncoro, 2009) :
Dimana:
- R2 = Koefisien determinasi (coefficient of determination)
- ∑ e2i = Jumlah kuadrat residu (residual sum of squares/RSS)
- ∑ y2i = Total jumlah kuadrat (total sum of squares/RSS)
Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3.7. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi
analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan
asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak
semua uji asumsi klasik