• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH JAMAAH HAJI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI Oleh

MUZAKKIR MA’RUF 070501015

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Muzakkir Ma’ruf NIM : 070501015

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan

Tanggal :

Pembimbing

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari : Rabu Tanggal : 27 Juli 2011

Waktu : 09.00 WIB - Selesai Nama : Muzakkir Ma’ruf NIM : 070501015

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan

Ketua Program Studi Pembimbing

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Syarief Fauzie, SE, Ak, M.Ak NIP: 19710503 200312 1 003 NIP: 19750909 2008 1 012

Penguji I Penguji II

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Muzakkir Ma’ruf NIM : 070501015

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan

Tanggal :

Ketua

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP: 19710503 200312 1 003

Tanggal :

Dekan

(5)

ABSTRACT

This Research entitle the "Analysis Factors Influencing Amount of Jamaah Haji in the city of Medan". This Research use the method ekonometrika with the doubled linear regression model (method OLS) by using data of time series 28 year, start from year 1981 till year 2008. Where data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) and source in the form of journal or which deal with this research.

In research result indicate that the Sum the Population Muslim have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.002671 and assess the signifikan is 0,0492), Percapita Income have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.000132 and assess the signifikan is 0.0023).

Bigs of coefficient determinasi(R2) that is 0.728706, in research with the method of Ordinary Least Square (OLS) have as according to Theorem Gauss-Markov, that is have up to standard of BLUE (Best of Linear of Unbiased Estimator) with no deviation from the classical assumption when done testing, Multicollinearity, and Autocorrelation.

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan”. Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika dengan model regresi linear berganda (metode OLS) dengan menggunakan data runtut waktu (time series) 28 tahun, mulai dari tahun 1981 hingga tahun 2008. Dimana data yang diperoleh bersumber dari dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya berupa jurnal ataupun yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk Muslim berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.002671 dan nilai signifikannya adalah 0,0492), Pendapatan Perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.000132 dan nilai signifikansinya adalah 0.0023).

Besarnya koefisien determinasi (R2) yaitu 0.728706, dalam penelitian dengan metode Ordinary Least Square (OLS) telah sesuai dengan Teorema Gauss-Markov, yaitu telah memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dengan tidak adanya penyimpangan asumsi klasik ketika dilakukan pengujian, kolinearitas ganda,dan Otokorelasi.

(7)

KATA PENGANTAR

Assallamualaikum, Wr, Wb.

Penulis mengucapkan Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang

telah memberikan Rahmad dan Hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya penulis

dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

dengan skripsi yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda

tercinta yaitu Ahmad Choudry, SH dan Ibunda tercinta yaitu Syarifah Yuni, yang

terus memberikan, nasihat, bimbingan, dan do’a kepada penulis. Dan taklupa juga

saya ucapkan kepada Ahsanul Arifin, Yulia Dewi, Fauziah Fitri, Ahmad Pranoto,

Ismayuni Ulfa yang telah membantu dalam memberikan fasilitas, do’a dan kasih

sayang kepada penulis, dan saya ucapkan terima kasih kepada, seluruh

teman-teman di Departeman-teman Ekonomi Pembangunan Stambuk 2007 yang senantiasa

memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.

Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ariyo Pratomo, S.E., M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs.

Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi

(8)

3. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua dan Bapak Paidi

Hidayat, S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Syarief Fauzie, SE, Ak, M.Ak, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Bapak Drs. A.Samad Zaino M.S dan Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc,

Ph.D sebagai dosen pembanding ketika seminar proposal dan menjadi dosen

penguji skripsi dalam ujian komprehensif dan meja hijau.

6. Segenap dosen pengajar yang telah memberikan perkuliahan kepada penulis,

dan segenap staf administrasi, dan staf pendukung di Fakultas Ekonomi, dan

Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, dan.

7. Seluruh petugas dari Asrama Haji Kota Medan yang telah membantu penulis

dalam mencari informasi-informasi dan data-data yang dibutuhkan dalam

penulisan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnana. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

sangat dibutuhkan oleh penulis untuk menambah ilmu pengetahuan yang akan

sangat bermanfaat nantinya bagi semua pihak. Wassallamualaikum, Wr, Wb.

Medan, Juli 2011

Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I :PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang…... 1

1.2. Rumusan Masalah... 9

1.3. Hipotesis Penelitian... 9

1.4. Tujuan Penelitian... 10

1.5. Manfaat Penelitian... 10

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Ekonomi Makro dan Mikro………...…. 11

2.2. Teori Permintaan………..…….... 12

2.3. Permintaan Terhadap Haji………..…….. 14

2.4. Pengertian Haji………...……….. 15

2.5. Tujuan Ibadah Haji... 15

2.6. Dasar Hukum Ibadah Haji... 16

2.7. Syarat Wajib Haji... 18

2.8. Rukun Haji... 18

2.9. Wajib Haji………... 21

2.10.Macam-macam Haji... 24

2.11.Macam-macan Tawaf………...…...…...……… 26

2.12.Syarat-syarat Tawaf………..……… 27

2.13.Hari Tasyrik………..……… 27

2.14.Jumlah Jamaah Haji……….………. 28

2.15.Jumlah penduduk Muslim………...……….… 29

(10)

BAB III :METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 32

3.2. Jenis Dan Sumber Data... 32

3.3. Teknnik Pengumpulan Data... 32

3.4. Pengelolahan Data... 32

3.5. Model Analisis Data... 33

3.6. Pengujian Hipotesis (Hypothesis Testing) dan Ketepatan Kriteria (Goodness of Fit)... 34

3.6.1.Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)... 34

3.6.2.Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)... 36

3.6.3.Koefisien Determinasi Berganda (R2)... 37

3.7. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik... 38

3.7.1.Kolinearitas Ganda (Multicollinearity)... 38

3.7.2.Otokorelasi (Autocorrelation)………....……. 39

3.8. Definisi Operasional……….……… 40

BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Pengertian Baitullah... 42

4.1.1. Sejarah Singkat Baitullah (Ka’bah)... 43

4.1.2. Sejarah Tawaf... 46

4.2. Srejarah Singkat Haji di Indonesia ... 47

4.2.1. Haji Pasca Kemerdekaan Indonesia…...…………...… 50

4.2.2. Badan Penyelenggara Haji Indonesia (BPHI) Pertama.... 53

4.3. Layanan Pemerintah Terhadap Jamaah Haji…………...………. 54

4.3.1. Biaya Penyelenggara Ibadah Haji... 54

4.3.2. Memberikan Penyuluhan dan Informasi... 55

4.3.3. Petugas Haji………...…… 55

4.3.4. Dokumen Haji………...…...………. 56

4.3.5. Pemondokan/Akomodasi………...……...………… 56

4.3.6. Pelayanan Kesehatan………..……….. 57

4.3.7. Kendaraan Haji………..………...……… 57

4.4. Cara Pendaftaran Haji……….……….. 58

(11)

4.4.2. Batasan Pendaftaran Haji……….………. 59

4.4.3. Perbedaan BPIH Biasa Dengan BPIH Khusus……...….. 59

4.4.4. Tempat Pembayaran BPIH………...…… 60

4.5. Sejarah Singkat Kota Medan……… 60

4.6. Sejarah Singkat Haji di Medan……….……… 63

4.7. Asrama Haji……….……. 65

4.7.1. Berdirinya Asrama Haji Medan………...…...…….. 68

4.7.2. Manfaat Asrama Haji……… 70

4.8. Gambaran Umun Kota Medan……….. 71

4.8.1. Kota Medan Secara Geografis………...……..…. 72

4.8.2. Kondisi Iklim………...………. 73

4.8.3. Kota Medan Secara Demografis……...……… 73

4.9. Hasil Analisis Data………...……… 74

4.9.1. Regresi Linier Berganda………...………….74

4.9.2. Interpretasi Hasil Persamaan Regresi...……… 75

4.9.3. Pengujian Hipotesis (Hypothesis Testing) dan Ketepatan Kriteria (Goodness of Fit)………..……...……… 76

4.9.3.1. Koefisien Determinasi Berganda (R2) ... 76

4.9.3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 76

4.9.3.3. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ... 77

4.9.4. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik... 77

4.9.4.1. Kolinearitas Ganda (Multicollinearity) ...77

4.9.4.2. Korelasi Serial/Otokorelasi (Serial Correlation/ autocorrelation)... 78

BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 79

5.2. Saran ... 79

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

2.1 Jadwal Melontar Jumroh... ... 21

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

2.1

4.1

4.3

Kurva Permintaan………...

Denah Ka’bah………...……

Peta Kota Medan………... 12

42

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1

2

3

4

Perkembangan Haji, Jumlah Penduduk Muslim, dan Pendapatan

Perkapita di Kota Medan Pada Tahun 1981-2008

Hasil Estimasi Regresi, Uji Signifikansi T & F, R2

Hasil Pengujian Kolinearitas Ganda

(15)

ABSTRACT

This Research entitle the "Analysis Factors Influencing Amount of Jamaah Haji in the city of Medan". This Research use the method ekonometrika with the doubled linear regression model (method OLS) by using data of time series 28 year, start from year 1981 till year 2008. Where data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) and source in the form of journal or which deal with this research.

In research result indicate that the Sum the Population Muslim have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.002671 and assess the signifikan is 0,0492), Percapita Income have an effect on positive and signifikan to Amount of Jamaah Haji in the city of Medan (bigly coefficient regresi is 0.000132 and assess the signifikan is 0.0023).

Bigs of coefficient determinasi(R2) that is 0.728706, in research with the method of Ordinary Least Square (OLS) have as according to Theorem Gauss-Markov, that is have up to standard of BLUE (Best of Linear of Unbiased Estimator) with no deviation from the classical assumption when done testing, Multicollinearity, and Autocorrelation.

(16)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Jamaah Haji Di Kota Medan”. Penelitian ini menggunakan metode ekonometrika dengan model regresi linear berganda (metode OLS) dengan menggunakan data runtut waktu (time series) 28 tahun, mulai dari tahun 1981 hingga tahun 2008. Dimana data yang diperoleh bersumber dari dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya berupa jurnal ataupun yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk Muslim berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.002671 dan nilai signifikannya adalah 0,0492), Pendapatan Perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah Jamaah Haji di Kota Medan dengan (besar koefisien regresinya adalah 0.000132 dan nilai signifikansinya adalah 0.0023).

Besarnya koefisien determinasi (R2) yaitu 0.728706, dalam penelitian dengan metode Ordinary Least Square (OLS) telah sesuai dengan Teorema Gauss-Markov, yaitu telah memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dengan tidak adanya penyimpangan asumsi klasik ketika dilakukan pengujian, kolinearitas ganda,dan Otokorelasi.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Penduduk merupakan unsur penting dari berdirinya suatu negara. Dimana

dalam suatu negara ada yang dinamakan dengan pemerintahan yang berkuasa,

adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya pengakuan dari negara lain,

sehingga tarbentuklah suatu negara kesatuan, itulah yang dimaksud dengan unsur

berdirinya suatu negara,(Budiyanto,2004). Indonesia merupakan negara yang

berpenduduk terpadat didunia yang berada pada posisi ke empat. Dimana negara

Cina berada pada urutan pertama, India berada pada urutan kedua, Amerika

berada urutan ketiga, dan Indonesia di urutan keempat, (BPS.2000).

Dimana Islam adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk

Indonesia, dengan jumlah penduduk islamnya di Indonesia mencapai 177,53 juta

jiwa pada tahun 2000. Dengan jumlah umat Islam yang sedemikian banyak, maka

negara Indonesia merupakan negara yang berpenduduk Islam terbesar di dunia,

namun Indonesia bukanlah negara yang berazaskan Islam dalam menjalankan

sistem pemerintahannya. Walaupun di Indonesia sendiri memiliki beberepa

agama yang di akui oleh pemerintah Indonesia secara resmi yaitu berdasarkan

penjelasan atas penetapan oleh Presiden yaitu Undang-Undang No.1 Tahun 1965

Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, yaitu

"Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen,

Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu-Cu”. Maka selain dari pada agama yang

ada di sebutkan adalah agama yang dilarang oleh pemerintah Indonesia atau

(18)

Dengan berbagai macam agama yang ada di Indonesia ini dapat

menyebabkan adanya kecemburuan sosial antar agama lain yang lebih minoritas

terhadap agama yang lebih mayoritas di daerah tersebut, bahkan dapat

menimbulkan konflik antar agama seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada

beberapa waktu lalu, maka sebenarnya hal semacam itu tidak perlu terjadi apabila

ada kerjasama antar tokoh agama dan pemuka masyarakat yang lebih

mementingkan kepantingan kebersamaan dari pada mementingkan kepentingan

pribadi atau golonga tertentu, demi terciptanya perdamaian dengan saling

menghargai serta saling menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Dimana daerah yang memiliki penduduk Islam terbesar di Indonesia

sendiri pada tahun 2000 berada di propinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 34.884.417

jiwa dari total jumlah penduduk provinsi Jawa Barat secara keseluruhan sebanyak

38.965.440, provinsi Jawa Timur berada pada urutan kedua terbesar dengan

penduduk Islamnya yaitu sebanyak 33.747.695 jiwa dari jumlah total penduduk

provinsi Jawa Timur sebanyak 36.294.280, dan yang ketiga yaitu provinsi Jawa

Tengah dengan penduduk Islam sebanyak 29.942.066 jiwa dari jumlah penduduk

provinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak 31.977.968. Sumatera Utara merupakan

provinsi yang memiliki penduduk terpadat diluar pulau jawa dengan total

penduduk secara keseluruhan sebanyak 12.450.911, sedangkan jumlah umat

Islamnya mencapai 7.530.839 jiwa, dan sebanyak 4.920.072 adalah agama

lainnya yang ada di sumatera utara.(BPS,Sensus 2000).

Medan merupakan ibukota provinsi sumatera utara yang berpenduduk

Islam pada tahun 2000 sebanyak 1.235.556 jiwa atau 72,65 %, Kristen sebanyak

(19)

sebanyak 24.148 jiwa atau 1,42%, serta lain-lain sebanyak 340 jiwa atau

0,02%,(repository.usu).

Umat Islam didalam keagamaan memiliki kewajiban-kewajiban yang

harus dilakukan sebagai orang mukmin, karena itu merupakan suatu kewajiban

dan keharusan agar dilaksanakan dalam beragama. Didalam agama Islam ada

yang dinamakan rukun Islam, dimana rukun tersebut wajib kita laksanakan

didalam kehidupan kita selama di dunia, dan akan di mintai pertanggung

jawabanya di akhirat nanti. Dimana rukun Islam tersebut yang pertama adalah

mengucapkan dua kalimat syahadat, yang artinya bahwa kita mengakui tiada

tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Rukun Islam yang

kedua yaitu mengerjakan sholat sehari semalam sebanyak lima waktu, dan

ditambah dengan sholat-sholat sunat lainya bila perlu. Rukun Islam yang ketiga

adalah mengeluarkan zakat, dimana zakat terbagi atas dua, yaitu zakat fitrah yang

wajib dikeluarkan pada saat bulan Ramadhan, dan dikeluarkan oleh umat Islam

yang didasari atas perorangan yang dikeluarkan setiap kepala keluarga untuk

mengeluarkan zakatnya bagi tanggungan keluarganya (jika keluarga tersebut

mampu), dan zakat yang kedua yaitu zakat harta (zakat mall), ini dikeluarkan jika

seseorang memiliki harta simpanan atau harta kekayaan yang lebih, maupun hasil

yang dimilikinya telah mencapai nisabnya (ukurannya), dan apabila telah

berlebih dari nisabnya dalam setahun maka wajiblah keluar zakatnya.

Sedangkan rukun Islam yang keempat adalah berpuasa selama dibulan

Ramadhan, hal ini merupakan seruan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 185

(20)

“..Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu untuk berpuasa..” Dalam menjalankan ibadah puasa ini Allah SWT hanya menyerukan

kepada orang yang beriman, jika seseorang beragama Islam, namun belum tentu

seseorang tersebut memiliki iman yang kuat untuk menjalankan puasa tersebut.

Karena dalam menjalankan ibadah puasa ini tidak seorang pun yang

mengetahuinya apakah seseorang tersebut puasa atau tidak, tetapi hanya orang

yang bersangkutan dengan Allah dan malaikatnya saja, apakah seseorang tersebut

berpuasa atau tidak. Sedangkan untuk ibadah-ibadah yang lainya dapat terlihat

secara kasat mata oleh orang lain. Namun dalam menjalankan ibadah tersebut

harus didasari dari dalam hati kita dan dilandasi keimanan.

Dan rukun Islam yang kelima adalah mengerjakan haji bagi yang mampu.

Mampu dalam hal ini adalah, mampu dalam jasmani (lahiriah), maupun mampu

secara rohani (batin/jiwa), serta mampu dalam hal finansial atau keadaan

ekonomi. Dimana untuk melaksanakan haji merupakan keinginan setiap umat

Islam, karena dengan berniat pergi haji saja kita sudah mendapatkan pahala, akan

tetapi untuk pergi haji ini sangat dibutuhkan biaya yang sangat besar dan mahal,

sehingga tidak semua umat Islam mampu untuk melaksanakan ibadah haji

tersebut, dikarenakan ketidak mampuan tersebut, maka Allah SWT memberikan

keringanan ibadah haji hanya diwajibkan hanya buat orang-orang yang mampu,

sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 97 yang artinya:

(21)

Bagi orang yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk dapat

menunaikan ibadah haji ke Baitullah Makkah tersebut, maka haruslah

dimanfaatkan peluang yang ada dan jangan disia-siakan, karena tidak semua

orang Islam dapat kesempatan yang sama pula. Akan tetapi bila dilihat dari sisi

perekonomian, ternyata umat Islam di Indonesia banyak memiliki kemampuan

untuk melakukan ibadah haji ke tanah suci, walau menghabiskan biaya yang

tidak sedikit. Pada kenyataanya setiap tahunya jumlah jamaah haji asal Indonesia

mengalami peningkatan permintaan khususnya di Kota Medan sendiri, bahkan

untuk keberangkatan tahun yang akan datang saja sudah dipenuhinoleh daftar

antrian para jamaah yang sangat antusias untuk berangkat ketanah suci guna

melaksanakan ibadah haji tersebut.

Maka dari pada itu sangat dibutuhkan peran dari pemerintah untuk dapat

mengatur dan membuat jatah-jatah kursi yang ada bagi jamaah haji, sehingga

jumlahnya secara menyeluruh dapat terpenuhi secara merata bagi masyarkat

muslim yang ada di Indonesia untuk menunaikan rukun Islam yang kelima

tersebut sebagai kesempurnaan amal ibadahnya. Namun dalam pelaksanaanya

keterbatasan jumlah jamaah ini bukanlah atas kehendak pemeritah indonesia,

melainkan jatah tersebut sudah instruksi dari pemerintah kerajan Arab Saudi yang

memiliki wewenang dalam memberikan batasan untuk jumlah jamaah haji dari

negara-negara yang jumlah jamaah hajinya selalu mengalami peningkatan

permintaan disetiap musim haji. Disini pemerintah Indonesia memiliki peranan

yang cukup besar dalam membagikan jatah-jatah penambahan kursi untuk

(22)

Indonesia yang penyebaranya hampir merata diseluruh tanah air di setiap

provinsi, maka campur tangan pihak pemerintah dalam mengatur keberangkatan

jamaah haji dan pemulangannya dari Makkah ke Indonesia juga sangat di

butuhkan, terutama dalam masalah transportasi, jaminan kesehatan bagi para

jamaahnya, serta pemondokan di tanah suci nantinya.

Wajib bagi umat Islam untuk menunaikan ibadah haji apabila sudah

memiliki kemampuan seperti dana yang cukup untuk berangkat haji, kesiapan

jasmani, serta kesiapan rohani untuk melaksanakannya, dimana dalam

mengerjakan rukun Islam yang kelima ini hanya wajib dilakukan sekali seumur

hidup bagi yang mampu, dan selebihnya tidaklah wajib. Begitu ada tanda-tanda

akan mendapatkan panggilan untuk menunaikan rukun Islam tersebut maka

bersegeralah untuk melakukanya, dan tingalkanlah semua urusan duniawi untuk

sementara. Dimana sabda Rasulullah SAW, telah mengingatkan di dalam suatu

Hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Baihaqi, dan Ibnu Majah dari Ibnu

Abbas:

“Bagi siapa yang ingin berhaji, hendaklah disegerakannya, karena kemungkinan tertunda karena jatuh sakit, hilang kendaraan atau kebentur hajat lainnya”.

Selain itu hendaknya sebelum berangkat menunaikan ibadah haji maka

seseorang haruslah mampu untuk melakukan ibadah wajib dan ibadah sunat

lainnya. Dalam pelaksanaan ibadah haji sebaiknya kita menggunakan uang yang

bersih (halal), karena dalam melaksanakan ibadah suci tersebut kita akan

(23)

Jumlah jamaah haji setiap tahunya terus bertambah, bahkan sampai

melebihi batas antrian dari jumlah kursi yang tersedia, bahkan sampai 5 (lima)

tahun berikutnya khususnya di kota Medan. Dimana jumlah penduduk muslim di

kota Medan yang merupakan kota terpadat penduduknya sebagai ibukota provinsi

Sumatera Utara, dengan jumlah penduduk muslimnya pada tahun 2000 sebanyak

1.235.556 jiwa, mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun sebanyak

32.180 jiwa, sehingga penduduk muslim di kota medan pada tahun 2005 menjadi

sebanyak 1.267.736 jiwa. Ini membuktikan dengan semakin banyaknya umat

Islam di kota Medan, maka permintaan akan adanya penambahan jatah haji di

kota Medan akan mengalami peningkatan. Dalam hal ini yang dimaksud

penduduk muslim dikota medan adalah seluruh jumlah penduduk muslim yang

terdaftar menurut catatan dinas sipil dikota Medan, yang dimana dalam setiap

penduduk memiliki kartu tanda panduduk atau identitas yang secara resmi dan di

akui oleh pemerintah kota Medan.(BPS, Medan)

Jumlah jamaah haji secara umum untuk wilayah Indonesia terus

mengalami peningkatan setiap tahunya, dalam hal ini pemerintah Arab Saudi

telah memberikan jatah kursi (kuota) untuk setiap negara di dunia, tergantung

dari jumlah jamaah haji setiap tahunnya yang berangkat ketanah suci. Kuota haji

yang di berikan kepada Indonesia kemudian dibagikan keseluruh propinsi yang

ada di Indonesia, dimana dalam menentukan propinsi mana yang lebih banyak

jatah kuotanya, maka pemerintah menghitung berdasarkan jumlah penduduk

muslimnya didaerah tersebut, dan berapa banyak jamaah hajinya tiap tahunnya

(24)

hanya didasarkan kepada nomor antrian saat mendaftarkan diri di asrama haji

setempat. Maka untuk daerah tingkat II kabupaten/kota tidak ada batasan dari

jumlah jamaah haji yang akan berangkat ke tanah suci.(BPIH).

Untuk wilayah Sumatera Utara khususnya kota Medan yang memiliki

pendapatan perkapita yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain di

Sumatera Utara, sebagai contoh pada tahun 2000 pendapatan perkapita kota

Medan yaitu 7.242.601, dan pada tahun 2005 sebesar 12.350.761, hal ini dapat

dilihat secara nyata dimana jumlah jamaah haji yang berangkat setiap tahunnya

juga mengalami peningkatan permintaah. Seperti pada tahun 1990 jumlah jamaah

haji di kota Medan yang berangkat ketanah suci sebanyak 1.366 orang,

sedangkan ditahun 2000 jumlah jamaah haji yang berangkat dari kota Medan

sebanyak 2.640 jamaah, namun faktor lain juga dapat mempengaruhi jumlah

jamaah haji, tergantung dari jumlah kursi yang kosong untuk kabupaten/kota

lainya yang ada di Sumatera Utara yang sewaktu-waktu dapat dialihkan untuk

daerah yang mengalami lebih banyak permintaan terhadap jumlah jamaah

hajinya, contoh di dalam kasus ini dalah Kota Medan. Ini berarti pendapatan

perkapita sangat berpengaruh terhadap permintaan untuk berangkat menjalankan

ibadah haji bagi masyarakat muslim di Kota Medan, sehingga jumlah jamaah haji

akan terus mengalami peningkatan permintaan untuk melaksanakan ibadah haji

tersebut. Hal ini bisa saja dikarenakan adanya faktor peningkatan atau perbaikan

dari keadaan perekonomian bagi masyarakat Sumatera Utara khususnya di Kota

(25)

Berdasarkan uraian yang ada diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi jumlah jamaah haji di kota Medan”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk Muslim dikota Medan, terhadap

jumlah jamaah haji dikota Medan?

2. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita dikota Medan, terhadap jumlah

jamaah haji di kota Medan?

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah di uraukan di atas maka

penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk Muslim dikota Medan berpengaruh positif terhadap jumlah

jamaah haji di kota Medan, ceteris paribus.

2. Pendapatan perkapita dikota Medan berpengaruh positif terhadap jumlah

jamaah haji di kota Medan, ceteris paribus.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari jumlah penduduk muslim di kota

Medan terhadap jumlah jamaah haji di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap

(26)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi badan penyelenggara ibadah haji (BPIH)

untuk menambah kuota haji di Sumatera Utara.

2. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya

dalam Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi USU.

3. Sebagai bahan studi dan tambahan bagi mahasiswa dan mahasiswi yang akan

melakukan penelitian yang serupa.

4. Sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi yang terkait dalam masalah

penelitian ini.

5. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis, dalam

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Ekonomi Makro dan Mikro

Teori ekonomi secara umun dikembangkan kedalam dua arah yang

berbeda yaitu ekonomi secara makro dan secara mikro. Dalam ekonomi makro

pembahasan yang dilakukan adalah tentang sekelompok prilaku suatu kelompok

masyarakat, seperti pendapatan nasional, kesempatan kerja, inflasi,

pengangguran, anggaran pemerintah, dan lain-lain. Sementara dalam pembahasan

ekonomi mikro yaitu tentang prilaku dari suatu ekonomi yang kecil seperti

konsumen secara individual, dan perusahaan.

Perbedaan dari masalah pokok yang ada maka tampak sekilas bahwa teori

ekonomi makro dan mikro merupakan dua bagian ilmu yang berbeda. Karena

dengan demikian ekonomi makro yang biasa dikenal dengan istilah pendapatan

masyarakat, sedangkan ekonomi mikro biasa dikenal dengan istilah teori harga.

Namun dalam kenyataannya kedua teori ekonomi ini saling berkaitan satu dengn

yang lainnya. Teori konsumsi masyarakat didalam pembahasan ekonomi makro

merupakan contoh dari prilaku konsumen secara individual yang dibicarakan

didalam ekonomi mikro.

Masalah pokok dalam ekonomi makro yang meliputi pertumbuhan

ekonimi, inflasi, dan kesempatan kerja/pengangguran. Adapun awalmula

munculnya teori ekonomi makro secara umum berawal dari gagalnya ekonomi

mikro sekitar tahun 1930. Dalam masalah ini campurtangan dari pemerintah

(28)

dari pemerintah maupun kebijakan lainnya yang berhubungan dengan masalah

pertumbuhan, inflasi, dan pengangguran sehingga muncul teori ekonomi makro.

Sementara pokok pembahasan dalam ekonomi mikro pada dasaranya

merupakan kebijakan yang akan diambil oleh seorang konsumen, dan prinsip

yang akan digunakan dalam pengambilan sebuah keputusan. Dalam teori

ekonomi mikro pembahasan yang mendasar adalah merupakan kekuatan ekonomi

dalah hal permintaan dan penawaran dipasar oleh produsen dan konsumen,

dimana permintaan yang terjadi merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara untuk produsen hal yang terjadi

dipasar akan menjadi dasar penawaran bagi produsen ke konsumen.

2.2. Teori Permintaan

Inti dari pembahasan teori permintaan secara umum adalah

mengungkapkan bagaimana ketergantungan terhadap jumlah barang atau jasa

yang diminta terhadap harga barang atau jasa itu sendiri. Pada dasarnya

konsumen meminta untuk membeli barang atau jasa, dikarenakan konsumen

tersebut memiliki uang, serta mampu untuk membayar, dan memenuhi

kebutuhannya tersebut. Secara umum masyarakat (Konsumen), lebih cenderung

untuk mengharapkan harga dari barang atau jasa yang ada dipasar semakin

menurun, namun pada kenyataannya harga barang atau jasa yang ditawarkan

dipasaran secara bertahap lebih cendrung meningkat.

Teori Permintaan adalah teori ekonomi mikro yang menyatakan bahwa

permintaan dapat mempengaruhi harga. Oleh karena itu, teori tersebut berasumsi

bahwa ketika permintaan barang atau jasa di pasaran naik, maka harga akan ikut

(29)

turun. Turunnya permintaan itu sendiri awalnya disebabkan oleh naiknya, atau

terlalu tingginya harga di pasaran, sehingga masyarakat berfikir ulang untuk

menggunakan uangnya. Maka, ketika masyarakat tidak berminat untuk membeli

produk, barang atau jasa produsen, maka produsen akan menurunkan harganya,

agar masyarakat kembali dapat mengkonsumsi barang yang mereka produksi,

begitu juga sebaliknya.

Gambar 2.1. Kurva Permintaan

Dalam gambar kurva di atas, kita dapat melihat, bagaimana pengaruh

permintaan terhadap harga. Karena dengan adanya kenaikan permintaan barang

atau jasa, dari D1 naik menjadi ke D2, terhadap suatu barang atau jasa, maka

menyebabkan kenaikan atas harga itu sendiri, dari P1 naik menjadi ke P2.

Apabila semakin tinggi harga (P) suatu barang dan jasa yang ditawarkan, maka

semakin sedikit jumlah barang dan jasa yang diminta (Demand). Dengan

demikian, kita mendapatkan slope kurva permintaan yang negatif untuk barang

dan jasa tersebut. Namun sebaliknya apabila harga (P) barang dan jasa lebih

cendrung naik, dan permintaan barang atau jasa lebih cendrung meningkat, maka

(30)

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaannya bisa saja karena selera,

tingkat kepusan, pendapatan masyarakat, jumlah penduduk, dan perkiraan

ramalan dimasa yang akan datang. Dari hukum permintaan pada hakikatnya

semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap

barang tersebut. Sebaliknya, apabila semakin tinggi harga suatu barang maka

akan semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

2.3. Permintaan Terhadap Haji

Dalam menjalankan ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi

masyarakat muslim, khususnya bagi masyarakat muslim dikota Medan yang

mayoritas penduduknya merupakan agama Islam, walaupun ONH selalu

mengalami kenaikan tiap tahun, tetapi permintaan untuk pergi haji tetap tinggi,

karena saat ini semakin mudahnya bagi seseorang untuk mendapatkan bantuan

dari Bank untuk mendapatkan jatah kursi haji dengan jangka waktu rata-rata lima

tahun kedepan. Dimana dana talangan haji yang dibayarkan oleh pihak bank

dapat dicicil oleh nasabahnya sesuai dengan aqad, selama waktu yang telah

ditentukan secara bersama-sama sambil menunggu tiba saatnya untuk pergi haji.

Dalam kasus ini, ongkos naik haji selalu mengalami kenaikan, namun minat

ataupun permintaan dari masyarakat sangat begitu tinggi, kenaikan ini

diakibatkan karena semakin mahalnya biaya perjalanan transportasi

Indonesia-Arab Saudi, serta semakin naiknya ongkos sewa tempat selama di Indonesia-Arab Saudi,

dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing terutama Dollar

(31)

2.4. Pengertian Haji

Secara bahasa, haji berasal dari kata Al-Hajju yang berarti menyengaja

atau menuju atau mengunjungi. Dan secara istilah Al-Hajju berarti mengunjungi

Ka’bah untuk beribadah kepada Allah SWT, dengan syarat-syarat dan

rukun-rukunnya, serta beberapa kewajiban tertentu dan dilaksanakan dalam waktu

tertentu.

2.5. Tujuan Ibadah Haji

Tujuan beribadah, pada dasarnya adalah sama yaitu untuk mendapatkan

Ridho dari Allah SWT, dimana dalam melaksanakan ibadah haji ini kita harus

benar-benar ikhlas untuk melaksanakannya, jangan hanya karena gengsi atau

karena terpaksa, atau pun hanya untuk memperoleh gelar haji saja, tetapi disini

seseorang memang harus benar-benar menyerahkan diri kepada Allah SWT. Jika

seseorang melaksanakan ibadah haji dengan sungguh-sungguh maka akan

mendapatkan kepuasan batin, dan kepuasan batin tersebut bukanlah menjadi

tujuan utama untuk beribadah. Karena kepuasan batin hanyalah buah dari hasil

yang diperoleh selama menjalankan ibadah haji di tanah suci tersebut, dengan

pelaksanaan yang ikhlas.

Apabila seseorang telah pulang dari menjalankan ibadah haji tersebut

biasanya menjadi lebih kaya, baik itu kaya secara lahiriah maupun batiniah, maka

kekayaan tersebut tidak boleh menjadi tujuan utama dari pelaksanaan haji

tersebut. Dimana tujuan yang paling utama dari melaksanakan ibadah haji

tersebut ialah melaksanakan ibadah se-ikhlas mungkin hanya Karena Allah SWT,

(32)

Firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya:

“..Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengiklaskan ketaatan kepada-Nya..”.

Keiklasan dalam menjalankan ibadah haji merupakan perintah Allah

SWT, dengan meluruskan niat, mengobarkan semangat dengan perasaan tulus dan

ikhlas, bahwa pergi haji merupakan demi menjalankan perintah Allah SWT, dan

untuk mengharapkan Ridha-Nya, bukan untuk mendapatkan pujian, sanjungan,

dan sebagainya, maka hindarkanlah diri dari penyakit hati semacam itu.

2.6. Dasar Hukum Ibadah Haji

Ibadah haji diwajibkan bagi kaum muslimin, tetapi bagi yang mampu

secara lahir, batin dan mampu secara ekonomi. Hadis Nabi Muhammad

Rasulullah SAW, dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khatab RA

berkata : “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun

diatas lima (pondasi), 1).Persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasulullah, 2).Melaksanakan Shalat, 3).Mengeluarkan zakat, 4).Haji ke Baitullah, dan 5).Puasa Ramadhan” (H.R.Bukhari, dan Muslim).

Melaksanakan ibadah haji hanya wajib sekali seumur hidup, selebihnya

tidaklah wajib, hal ini dikarenakan dalam melaksanakan perjalanan ibadah haji

dibutuhkan biaya yang sangat mahal, dan dibutuhkan kesiapan mental dan fisik

yang kuat. Nabi Muhammad SAW sendiri melaksanakan ibadah haji hanya sekali

saja, sejak adanya perintah haji turun yaitu pada saat haji wada’ (Haji selamat

(33)

Hadist yang menjelaskan bahwa haji tidaklah wajib dilaksanakan

berkali-kali yaitu:

“Ibnu ‘Abbas RA berkata : Rasulullah SAW berkhutbah kepada kami

sabdanya : Hai sekalian manusia, telah diwajibkan haji atas kamu. Al-Aqra ibn Habis bertanya : apakah haji itu setiap tahun yaRasulullah ? Rasulullah menjawab : sekiranya kukatakan “Ya” tentulah haji itu

menjadi wajib setiap tahun, dan sekiranya diwajibkan demikian, kamu tidak akan melaksanakannya, lagi pula kamu tidak akan sanggup. Ibadah haji itu sekali saja. Siapa yang menambahnya akan menjadi ibadah sunat baginya.

(HR. Ahmad, Abu Daud, al-Nasa’i, al-Hakim dan Ibnu ‘Abbas).

Masalah lain yang menjadi permasalahan apakah ibadah haji harus

sesegara mungkin dilaksanakan atau ditunda sampai waktu yang akan datang.

Sebagian ulama berpendapat, al-Syafi’i, al-Tsauri, menyatakan bahwa waktu

pelaksanaan haji itu sangatlah luas artinya, bisa saja ibadah haji itu dilakukan

kapan saja (pada musim haji) atau tahun-tahun depannya, selama kita masih

mampu di dunia ini. Orang yang sudah mampu untuk pergi haji, namun seseorang

tersebut menunda keberangkatannya tidaklah berdosa, asalkan orang tersebut

tetap berniat untuk melaksanakan ibadah haji tersebut dan akan tetap berangkat

pada musim haji yang akan datang, namun alangkah baiknya apabila

dilaksanakan sesegera mungkin.

Sebagai contoh adalah Rasulullah SAW sendiri yang pernah menunda

(34)

Hijriah. Apabila ada perintah bahwa ibadah haji harus sesegera mungkin untuk

dilaksanakan, maka Rasulullah pasti akan segara untuk melaksanakan, namun

pada kenyataannya Rasul sendiri pernah menunda untuk melaksanakan ibadah

haji sampai beberapa tahun berikutnya.

2.7. Syarat Wajib Haji

Para ulama sepakat bahwa ada lima syarat wajib haji yang harus

terpenuhi, yaitu:

1. Beragama Islam, orang kafir tidaklah wajib untuk melaksanakan haji.

2. Baligh (Dewasa), anak-anak tidaklah wajib melaksanakan ibadah haji.

3. Berakal, orang yang sedang gila, idiot, kurang waras, sakit ingatan, dan

semacamnya tidaklah wajib haji baginya.

4. Merdeka, hamba sahaya tidaklah wajib melaksanakan ibadah haji karena

terbebankan oleh perintah majikannya. Sedangkan haji membutuhkan

waktu dan biaya yang mahal.

5. Mampu, yaitu seseorang yang memiliki kecukupan dari segi biaya (baik

untuk ongkos pergi, maupun untuk orang atau keluarga yang ditinggal

pergi), kekuatan fisik, serta keamanan selama didalam perjalanan.

2.8. Rukun Haji

Rukun haji yaitu perbuatan yang harus dilakukan selama masa

melaksanakan ibadah haji. Apabila salah satu dari rukun tersebut tidak

dilaksanakan atau tertinggal, maka hajinya tidaklah sah. Rukun tersebut yaitu:

1. Ihram, yaitu niat untuk melaksanakan ibadah haji atau langkah awal dari

permulaan untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh, pakaian ihram

(35)

tanggal 8 dzulhijjah. Pakaian ihram untuk pria yaitu terdiri dari dua

lembar kain dan tidak dijahit, sehelai melilit tubuh, mulai dari pinggang

hingga di bawah lutut, dan sehelai lagi di selempangkan mulai dari bahu

kiri kebawah ketiak kanan. Pada saat itu pria tidak boleh mengenakan

celana, kemeja, tutup kepala, dan tidak boleh menutup mata kaki.

Sedangkan pakaian ihram wanita lebih bebas, tetapi disunatkan yang

berwarna putih, yang penting menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah, dan

tapak tangan.

2. Wuquf di arafah, adalah mengasingkan diri atau mengantarkan diri ke

panggung replika di padang masyar, dimana pada saat itu seluruh manusia

mengantri menunggu giliran untuk di hisab (dihitung) oleh Allah SWT.

Wukuf sebagaimana contoh peringatan untuk manusia agar selalu

mengingat Allah dengan banyak-banyak berzikir, sholat, berdo’a,

merenungkan diri, dan mengingat kesalahan-kesalahan yang sudah

dilakukan selama ini. Wukuf dilakukan di padang arafah pada tanggal 9

Dzulhijjah dan ini merupakan puncak dari ibadah haji.

3. Tawaf, Pengertian tawaf secara umun adalah mengelilingi Ka’bah

sebanyak tujuh putaran, dimana tawaf yang dilakukan adalah di dalam

Masjidil Haram, bukan diluar Masjid. Dimana hitungan tawaf dimulai dari

Hajjar Aswad (batu hitam), jika memungkinkan tiga putaran pertama

dilakukan dengan berlari-lari kecil, dan empat putaran selanjutnya dapat

dilakukan dengan berjalan biasa dengan posisi Baitullah Berada di sebelah

(36)

4. Sa’i, yaitu berjalan kaki sebanyak 7 kali bolak-balik dari bukit Sofa ke

bukit Marwa. Dimana jarak antara bukit Sofa dan bukit Marwa sekitar 405

meter. Sehingga bila dihitung jarak tempuh antara bukit Sofa dan bukit

Marwa untuk sekali jalan sebanyak tujuh kali yaitu 7 x 405 m = 2.835

meter.

5. Mencukur rambut kepala atau memotongnya (Tahalul). Menurut bahasa

tahalul artinya “menjadi boleh” atau “diperbolehkan”. Dengan demikian tahalul yaitu dibebaskannya seseorang dari pantangan ihram. Pembebasan

tersebut ditandai dengan pemotongan rambut kepala minimal sebanyak

tiga helai.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Fath ayat 27 yang artinya:

“..Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada rasul-Nya bahwa

mimpi rasul-Nya itu akan menjadi kenyataan. Yaitu engkau beserta penduduk Makkah lainnya akan memasuki kota Makkah insya Allah dengan aman, bebas dari rasa takut terhadap kaum musyrikin dengan mencukur rata kepalamu, sedang yang lain mengguntingnya saja. Tuhan mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dibalik “ yang tidak kamu ketahui itu “ Tuhan akan memberi kemenangan lebih dahulu kepadamu pada waktu dekat..”.

6. Tertib, artinya pelaksanaan ibadah haji tersebut dilakukan berdasarkan

urutan mana yang harus terlebih dahulu dilakukan, mulai dari urutan yang

(37)

2.9. Wajib Haji

Disamping rukun haji, ada yang namanya wajib haji. Dimana wajib haji

ini merupakan suatu keharusan yang dilaksanakan dalam melaksanakan ibadah

haji atau biasa juga disebut dengan inti dari perjalanan ibadah haji yang harus

dilakukan selama di tanah suci. Dimana kewajiban-kewajiban tersebut yaitu :

1. Ihram dari miqat. Secara harfiah miqat berarti batas antara boleh dan tidak, atau perintah mulai dan berhenti, yaitu kapan mulai melapazkan

(mengucapkan) niat dan maksud melintasi batas antara tanah biasa, dengan

tanah suci. Sewaktu memasuki tanah suci semua jamaah harus sudah

berpakaian ihram, dan mengetuk pintu syurga dengan mengucapkan salam

saat memulai miqat.

2. Melempar Jumroh, yaitu tempat dimana untuk kita mengingat Nabi Ibrahim

As, yang digoda oleh syetan agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT,

untuk menyembelih putra-Nya yaitu Nabi Ismail As.

Dimana pada saat itu tiga kali Nabi Ibrahim digoda oleh syetan, dan tiga kali

pula Nabi Ibrahim melemparkan batu kepada syetan, sebagaimana beliau di

pimpin langsung dan diperintahkan langsung oleh Malaikat untuk

melakukannya. Dimana sekarang ini untuk mempermudah pelaksanaan

melempar jumrah pada ketiga tempat ini telah di bangun tugu, dimana jumrah

yang pertama yaitu jumrah Ula (Jumrah Shugro) atau jumrah yang yang

paling kecil, terletak dekat dengan Masjid Khaif. Jumrah yang kedua yaitu

jumrah Wusttha (Jumrah Tsaniyah), atau jumrah yang sedang, dimana jarak

(38)

jumrah yang besar, jumrah ini berada dekat dengan pintu gerbang

Mina,dimana jaraknya antara jumrah ketiga dengan junrah kedua sejauh 190

[image:38.595.138.505.182.506.2]

metar.

Tabel 2.1 Jadwal Melontar Jumroh

Tanggal Ibadah Waktu

Mulai Akhir 9Zulhijjaf Wukuf di Padang Arafah Siang di waktu

matahari rebah di arah tenggelam

Tengah malam

10 zulhijjah Melontar jumrah Aqobah sebanyak tujuh kali Setelah lewat tengah malam Tengah malam (sunnah) 11zulhijjah Melontar ketiga jumroh

secara berurutan 1.Ula 2. Wustha 3.Aqabah Mulai tergelincirnya matahari Tengah malam (sunnah)

12zulhijjah Melontar ketiga jumrah secara berurutan. 1.Ula 2.Wustha 3.Aqobah Mulai tergelincirnya matahari Tengah malam (sunnah)

13 zulhijjah Melontar kembali ketiga jumrah secara berurutan

Mulai tergelincirnya matahari Tengah malam (sunnah) Sumber : BPIH.

Diwajibkan setelah sampai di Mina para jamaah haji harus melempar ketiga

jumrah tersebut dengan waktu yang telah di tentukan, dimana dalam

pelemparan tersebut para jamaah haji membawa tujuh buah batu kerikil yang

sudah dicari sebelumnya, dan dalam melempar dilakukan satu persatu untuk

setiap jumrah tersebut. Dimana setelah melempar hendaknya berdiri

menghadap kiblat sambil memuji Allah SWT, serta berdo’a memohon ampun

(39)

3. Bermalam di Muzdalifah (Mabit), yaitu bermalam beberapa hari di Mina,

ataupun berhenti sejenak untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum

melakukan pelontaran jumroh yang merupakan kewajiban dalam melakukan

ibadah haji. Maka dengan bermalam di Mina (mabit) jarak untuk melontar

jumroh keesokan harinya menjadi lebih dekat, karena letak ketiga jumroh

tersebut berada di Mina.

4. Tawaf Wada’ yaitu tawaf perpisahan didalam melaksanakan ibadah haji yang dilakukan sebagai mana pernyataan dan penghormatan kepada Baitullah dan

Masjidil Haram. Tawaf ini dapat dilakukan dengan berjalan biasa dan tidak

perlu berlari-lari. Tawaf wada’ merupakan tugas akhir yang harus dilakukan

para jamaah di dalam pelaksanaan ibadah haji maupun umroh, bagi jamaah

yang belum melakukan tawaf ini, maka belum diperbolehkan untuk

meninggalkan Makkah, maka jamaah tersebut tidak dapat kembali ketanah

air, karena tawaf ini adalah hukumnya wajib bagi setiap jamaah. Tetapi

wanita yang sedang haid dibebaskan dari tawaf ini (Tawaf Wada’), dan boleh

langsung meninggalkan Makkah, Hal ini dijelaskan dalan suatu Hadist yang

artinya:

“Manusia diperintahkan supaya akhir perjumpaan (dengan Baitullah) itu

dengan menjalankan tawaf di Baitullah, akan tetapi hal itu diringankan bagi perempuan-perempuan yang sedang haid”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Perbedaan antara wajib haji dengan rukun haji yaitu, jika wajib haji tanpa

(40)

(dam). Sedangkan rukun haji didalam pelaksanaannya apabila dilanggar atau pun

tertinggal, maka hajinya tersebut tidaklah sah (batal).

2.10. Macam-Macam Haji

Ada tiga macam ibadah haji yang dapat dilakukan bagi jamaah haji. Yaitu:

1. Haji Ifrad. Kata ifrad berarti menyendiri, dimana seseorang bermaksud

menyendiri, baik menyendirikan haji dengan umroh. Dalam hal ini yang

didahulukan adalah ibadah haji, kemudian ibadah umroh. Dengan demikian

seseorang tersebut telah berniat dari miqat akan melaksanakan ibadah haji

dahulu baru kemudian melaksanakan ibadah umroh. Atau sebaliknya

seseorang tersebut melaksanakan umroh terlebih dahulu, kemudian

melaksanakan hajinya, hal ini dilakukan dalam waktu yang berbeda, tetapi

tetap dalam satu musim haji. Hal ini diterangkan di dalam Qur’an surat

Al-Baqarah ayat 97, yaitu yang dimaksud dengan bulan-bulan haji atau waktu

haji ada beberapa hari dan beberapa bulan. Bulan yang dimaksud yaitu bulan

Syawal, Dzulkaidah, dan Dzulhijah. Dimana dimulai dari tanggal 1 di bulan

Syawal (29 hari), tanggal 1 dibulan Dzulhijjah (30 hari), dan berakhir tanggal

10 bulan zulhijjah (tanggal 1sampai tanggal 10). sehingga yang dimaksud

dengan bulan haji adalah sebanyak 69 hari. Dimana niatnya untuk

melaksanakan haji terlebih dahulu yaitu:

“ Labaikk Allahuma bi hajji”

Yang artinya: “ Ya Allah, saya berniat haji”.

2. Haji Tamatu’. Yang berarti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan

melakukan umroh terlebih dahulu, kemudian melakukan ibadah haji. Tamatu’

(41)

yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal. Dimana dalam

perjalanan menuju Makkah para jamaah dianjurkan untuk banyak-banyak

membaca Talbiyah. Cara melaksanakan ibadah haji tamatu’ yaitu para

anggota jamaah mengenakan pakaian ihram, dan berniat melaksanakan umrah

serta mengucapkan niat dengan bacaan “Labaiika bi’umrah”. Yang artinya :

“Ya Allah, saya berniaat’umrah”.

Setelah tiba di Makkah amalan umrah berikutnya adalah melakukan tawaf

keliling ka’bah sebanyak tujuh kali, sa’i antara bukit Sofa dan bukit Marwa,

kemudian tahallul. Pada saat itu kemudian para jamaah bisa manggantikan

pakaian ihram dengan pakaian biasa, karena pada saat itu semua jamaah bebas

melakukan aktifitas yang di bolehkan (selama tidak perbuatan tercela atau

yang dilarang selama menjalankan ibadah haji).

Kebebasan tersebut berlaku di asrama saja, sampai tiba waktu untuk

melakukan ibadah haji, dimana jamaah haji tersebut harus mengenakan

pakaian ihram lagi sebelum menuju ke Mina dan langsung ke Arafah.

3. Haji Qiran. Yang berarti menggabungkan, menyatukan, atau menyekaliguskan antara ibadah haji dengan ibadah umroh, dalam hal ini

berarti ibadah umrohnya sudah tercakup di dalamnya. Dimana haji qiran ini

dipilih karena waktunya terbatas. Umumnya mereka yang tiba tanggal 9

Dzulhijah di Makkah, maka pelaksanaan ibadah haji dan umroh langsung

dikerjakan secara bersamaan sekaligus. Dengan demikian proses tawaf, sa’i.

dan tahalul untuk haji dan umroh hanya dilakukan satukali saja. Dalam

(42)

dalam melaksanakan haji qiran ini para jamaah harus tetap memakai pakaian

ihran dari sejak Miqat makani (batas letak tanah), serta melaksanakan semua

[image:42.595.125.511.169.375.2]

rukunnya serta melaksanakan wajib hajinya.

Tabel 2.2

Beda Haji Dengan Umroh

No Haji Umroh

1. Tawaf, Sa’i. Tahalul Tawaf, Sa’i, Tahalul

2. Wukuf, Mabit, dan Melontar

Jumroh

Wukuf kapan saja, terkecuali

hari-hari haji

3. Waktunya dilakukan tanggal 9, 10,

11, 12, dan 13 Zulhijah

Kapan saja dapat dilaksanakan

Sumber : BPIH.

2.11. Macam-Macam Tawaf

1. Tawaf Qudum, atau tawaf Dukhul, yaitu tawaf pembukaan atau tawaf selamat

datang bagi jamaah yang baru saja tiba di Baitullah, tawaf ini sebagai

pengganti sholat tahyattul masjid (bila di masjid-masjid biasa).

2. Tawaf Ifadhah, dilakukan apabila jamaah sudah selesai melakukan pelontaran

jumrah. Maka dilakukan tawaf ifadhah. Apabila tidak melakukan tawaf ini,

maka hajinya tidaklah sah karena ini merupakan tawaf wajib.

3. Tawaf Umrah. Dimana orang yang melakukam umroh harus melakukan tawaf

ini, apabila orang yang melakukan umroh tidak melakukan tawaf ini maka

umrohnya tidak sah.

4. Tawaf Wada’ yaitu tawaf yang dilakukan pada saat jamaah akan

(43)

Ka’bah, maka jamaah seluruhnya wajib melaksanakan tawaf ini karena

hukumnya adalah wajib.

5. Tawaf Sunat, yaitu tawaf yang bisa dilakukan kapan saja, pada saat jamaah

memiliki waktu luang disaat ada kesempatan untuk melaksanakannya.

2.12. Syarat-Syarat Tawaf

1. Suci dari hadas kecil, hadas besar, dan najis. Apabila wanita sedang halangan

maka tidak dibenarkan tawaf.

2. Menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan.

3. Melakukan putaran sebanyak tujuh kali secara berturut-turut.

4. Memulai tawaf dan memulai hitungan tawaf dari hajar aswad, dan di akhiri

juga di hajar aswad.

5. Dalam memutari ka’bah harus berada di sebelah kiri jamaah.

6. Tawaf dilakukan di luar Hijir Isma’il.

2.13. Hari Tasyrik

Yang dimaksud dengan hari tasyrik yaitu tiga hari setelah tanggal 10

Dzulhijjah (Hari raya Idul Adha). Dimana mulai dari tanggal 10 Dzulhijjah di

sunatkan bagi jamaaah haji untuk menyembelih hewan Qurban. Penyembelihan

ini dilakukan setelah para jamaah selesai melempar jumrah. Rasulullah SAW,

melempar jumroh pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah selesai sholat zuhur dimulai

dari Ula, Wusta, Aqabah, (HR.Ahmad Bin Imam Hambali). Haddis lainnya

menyebutkan bahwa melempar jumrah dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah

dilakukan dengan berbalik di mulai dari jumrah Aqabah sampai jumra Ula.

(44)

Dimana hari tasyrik ini biasa disebut juga dengan hari penyembelihan

hewan qurban. Sabda Rasulullah SAW, “ Semua hari tayrik ini adalah hari

menyembelih hewan (Qurban)”(HR.Ahmad Bin Hanbali), karena hari tasyrik ini juga berkaitan dengan hari kegembiraan atau bersenang-senang. Maka tiga hari

setelah tanggal 10 Dzulhijjah umat Islam diharamkan untuk berpuasa. Hewan

qurban yang di sembelih biasa di lakukan juga tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Pada hari tasyrik ini para jamaah di anjurkan untuk tinggal di Mina minimal dua

hari yaitu tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah. Kriteria yang harus dipeuhi untuk hewan

qurban yaitu kambing berumur 2 tahun, sedangkan domba berusia 1 tahun,

dimana jenis hewan inihanya diniatkan untuk 1 orang saja. Sedangkan hewan

lainnya seperti sapi, kerbau berusia 2 tahun. Untuk hewan unta berusia 5 tahun.

Dimana jenis hewan ini dapat di niatkan untuk orang yang berqurban sebanyak 7

orang.

Sedangkan hewan yang syah untuk di qurbankan yaitu tidak cacat, tidak

sedang sakit, tidak sedang dalam tersakiti atau teraniaya, dansebagainya. Hali ini

dikuatkan dengan Sabda Rasulullah SAW yaitu “empat macam binatang yang

tidak sah dijadikan qqurban, 1). Rusak matanya, 2). Sakit, 3). Pincang, dan 4). Kurus dan tidak berlemak lagi “. (HR. Ahmad, Tarmidzi).

2.14. Jumlah Jamaah Haji

Jumlah jamaah haji adalah total jamaah haji asal kota Medan yang

berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Dimana jumlah jamaah haji asal kota

Medan selalu mengalami kenaikan, bahkan untuk beberapa tahun kedepan saja

antrian jamaah asal kota Medan sudah penuh hingga tahun 2016. Hal ini mungkin

(45)

dengan menggunakan bantuan dari bank-bank syariah untuk mendapatkan kursi

pesawat haji, walau untuk beberapa tahun kedepan. Dimana untuk keberangkatan

secara reguler sekarang ini hanya dengan menyetorkan uang sekitar Rp

25.000.000,- sudah bisa mendapatkan jatah kursi untuk tahun keberangkatan

berikutnya yang masih kosong.

2.15. Jumlah Penduduk Muslim

Masalah kependudukan di kota Medan sama seperti dengan daerah

lainnya yang ada di Indonesia yang meliputi pengendalian angka kelahiran,

penurunan angka kematian bayi dan anak, lama usia harapan hidup, penyebaran

penduduk yang kurang merata dan pengembangan potensi penduduk sebagai

modal pembangunan yang harus terus ditingkatkan kualitasnya. Penduduk

merupakan elemen penting dalam membuat kebijakan dan merupakan alat dari

pembangunan ekonomi yang akan dilakukan pemerintah. Pembangunan

dikatakan berhasil jika pemerintah telah mampu, dan sukses dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduk baik secara jasmani dan rohani.

Dengan jumlah penduduk muslim yang terbesar di dunia diharapkan

pemerintah mau untuk mendorong pembangunan yang nantinya akan

meningkatkan kualitas manusianya, karena ini merupakan potensi yang sangat

strategis dalam mempercepat pembangunan khususnya di dunia Islam yang ada di

Sumatera Utara secara umumnya, sehingga akan menjadi pendorong untuk

pembangunan ekonomi di Indonesia. Namun sebaliknya apabila tidak di imbangi

dengan kualitas penduduknya yang baik hal ini merupakan beban yang harus

(46)

2.16. Pendapatan Perkapita

Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengetahui suatu

kondisi keadaan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu dapat dilihat

melalui Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku

maupun atas harga konstan. PDRB atau yang biasa disebut dengan data

pendapatan perkapita adalah salah satu indikator yang dapat menunjukkan

kondisi perekonomian di suatu daerah setiap tahunnya, dengan demikian kita

dapat melihat bagaimana tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya dalam waktu tertentu yang secara umum dihitung dalam

waktu satu tahun.

Berdasarkan pendapatan masyarakat secara umum dapat digolongkan

kedalam tiga bagian yaitu : masyarakat yang berpendapatan rendah, masyarakat

yang berpendapatan menengah, serta masyarakat berpendapatan tinggi.

Terjadinya perbedaan pendapatan yang diterima oleh seseorang biasanya

dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti kemampuan yang berbeda-beda dari

seseorang, baik keahlian, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan

sebagainya yang dapat mempengaruhi pola konsumsi di dalam rumah tangga.

Apabila PDRB atau pendapatan perkapita menunjukan angka

peningkatan yang sangat signifikan, namun laju dari pertumbuhan penduduk tidak

bisa dikurangi, bahkan lebih besar laju pertumbuhan penduduk dari pada laju

pertumbuhan ekonomi, maka dalam hal ini tingkat kemakmuran masyarakat dapat

digolongkan masih rendah. Untuk itu tingkat pendapatan perkapita di suatu

daerah harus dibarengi dengan laju pertumbuhan ekonomi yang seimbang dari

(47)

2.17. Hubungan antara variable independent dengan variable dependent

1. Hubungan antara jumlah jamaah haji terhadap jumlah penduduk muslim.

Antusias masyarakat muslim untuk melaksanakan ibadah haji sangatlah

tinggi, hal ini dikarenakan semakin mudahnya proses untuk melaksanakan ibadah

tersebut dengan bantuan dari dana talangan haji yang dilakukan oleh bank syariah

yang ada di Indonesia, selain itu dengan stabilitas ekonomi dan politik dalam

negeri yang dapat meningkatkan keinginan masyarakat untuk ber-haji. Sampai

saat ini penduduk muslim di Indonesia merupakan jumlah yang terbesar pertama

di dunia yang merupakan modal dasar bagi pemerintah untuk menggerakkan roda

ekonomi khususnya ekonomi Islam, namun hal itu tidaklah mudah tanpa

dibarengi dengan adanya peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Semakin

tinggi jumlah penduduk muslim dikota Medan, maka semakin tinggi jumlah

permintaan haji di kota medan yang mengakibatkan semakin tinggi pula jumlah

jamaah haji asal kota Medan.

2. Hubungan antara jumlah jamaah haji terhadap pendapatan perkapita.

Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata masyarakat kota Medan

yang sebanyak 72% mayoritas penduduk di kota Medan merupakan umat muslim,

(Properda Kota Medan). Dimana yang dimaksud dengan kemampuan rata-rata

tersebut adalah, kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

dalam waktu tertentu (dalam sebulan), setelah terpenuhinya kebutuhan pokok

seperti sandang, pangan, dan papan dari masyarakat tersebut, sehingga besar

ataupun kecilnya dari kelebihan pendapatan seseorang tersebut biasanya disimpan

(48)

keinginan/hasrat yang terpendam dalam hati untuk melaksanakan rukun Islam

yang kelima tersebut yaitu melaksanakan ibadah haji ketanah suci. Pendapatan

masyarakat dikota Medan dengan masyarakat yang diluar kota Medan, bila

dirata-ratakan sangat berbeda pendapatannya. Sehingga dengan cepat akan terjadi

kepadatan penduduk di kota Medan ini pada umumnya, hal ini dikarenakan

perputaran roda ekonomi di Medan sangat cepat bila dibandingkan di luar kota

Medan. Jadi semakin tinggi pendapatan perkapita masyarakat kota Medan, maka

semakin tinggi pula keinginan/hasrat masyarakat muslim di kota Medan untuk

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kota Madya Medan dengan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah jamaah haji di Kota

Medan yaitu, jumlah penduduk Muslim, dan pendapatan perkapita.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dalam bentuk urut waktu (Time Series) yaitu berupa angka-angka kuantitatif.

Dimana data yang diperoleh bersumber dari Badan Pusat Statistik Medan,

Asrama Haji Medan, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara

melakukan pencatatan langsung dari sumber-sumber data yang ada dalam bentuk

tahunan, antara periode tahun 1981 sampai dengan tahun 2008, yaitu dalam kurun

waktu 28 tahun.

3.4 Pengolahan Data

Didalam penelitian ini penulis menggunakan pengolahan data dengan

program komputer E-Views 6, dan menggunakan program komputer Microsoft

(50)

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisa besarnya pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika, yaitu

dengan meregrsikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode

OLS (Ordinary Least Square), atau metode kuadrat terkecil biasa. Data yang

digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik

dalam bentuk persamaan regresi linier berganda.

Variabel-variabel bebas yang mempengaruhi variable terikat dinyatakan

dalam fungsi sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2,) ………. (1)

Kemudian fungsi tersebut dibentuk dalam model ekonometrika dengan

persamaan regresi linier sebagai berikut :

Y = α +β1X1 + β2X2 + µ ... (2)

Dimana :

- Y = Jumlah jamaah haji (Ribu)

- α = Intercep/konstanta

- β1;β2 = Koofisien regresi

- X1 = Jumlah penduduk muslim (Juta)

- X2 = Pendapatan perkapita (Juta)

- µ = Tingkat Kesalahan (Error term)

(51)

> 0 Artinya jika X1 (jumlah penduduk muslim) mengalami

kenaikan, maka Y (jumlah jamaah haji) juga akan mengalami

kenaikan ceteris paribus.

> 0 Artinya jika X2 (pendapatan perkapita) mengalami kenaikan,

makaY (jumlah jamaah haji) akan mengalami kenaikan ceteris

paribus.

3.6 Pengujian Hipotesis (Hypothesis Testing) dan Ketepatan Kriteria (Goodness of Fit)

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai

uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Hipotesa Nol (H0)

ditolak, Hipotesa Alternatif (Ha) diterima). Sebaliknya, disebut tidak signifikan

bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima. Dalam analisa

regresi terdapat 3 jenis kriteria ketepatan (goodness of fit): (1) uji statistik t, (2) uji

statistik F; dan (3) koefisien determinasi (R2). (Kuncoro, 2009).

3.6.1. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.

Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut (Kuncoro, 2009):

H0 : bi = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan variabel yang

signifikan terhadap variabel dependen.

(52)

bi – B*i

se (bi)

t-statistik =

Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik t. Statistik t

dihitung dari formula sebagai berikut:

Dimana:

- bi = penaksir/ koefisien regresi parsial

- B*i = Nilai yang dihipotesiskan

- se (bi) = Kesalahan standar dari penaksir/koefisien regresi parsial

Kriteria yang digunakan dalam menentukan signifikan atau tidaknya suatu

variabel independen dalam penelitian adalah sebagai berikut:

- H0 diterima apabila t-statistik < Nilai t-kritis (α), maka variabel independen

tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

- Ha diterima apabila t-statistik > Nilai t-kritis (α), maka variabel independen

signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Dengan menggunakan E-Views 6 dapat juga ditentukan kriteria pengujian

sebagai berikut:

- H0 diterima apabila Nilai Probabilitas > α, maka variabel independen tidak

signifikan mempengaruhi variabel dependen.

- Ha diterima apabila Nilai Probabilitas < α, maka variabel independen

(53)

F-statistik =

R2 / k – 1

1 – R2 / n – k 3.6.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam hal ini digunakan hipotesis

sebagai berikut (Kuncoro, 2009) :

H0 : b1 = b2 = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan

variabel-variabel yang signifikan terhadap variabel-variabel dependen.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan merupakan

variabel-variabel yang signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk menguji kedua hipotesis ini maka digunakan statistik F. statistik F

dihitung dari formula sebagai berikut:

Dimana:

- R2 = Koefisien determinasi (coefficient of determination)

- 1 – R2 = Koefisien pengasingan (coefficient of alienation)

- k = Jumlah variabel bebas dan konstanta

- n = Jumlah observasi

Kriteria yang digunakan dalam menentukan signifikan atau tidaknya suatu

variabel independen dalam penelitian adalah sebagai berikut:

- H0 diterima apabila F-statistik < Nilai F-kritis (α), maka semua variabel

(54)

∑ e2i R2 = 1 –

∑ y2 i

- Ha diterima apabila F-statistik > Nilai F-kritis (α), maka semua variabel

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Dengan menggunakan E-Views 6 dapat juga ditentukan kriteria pengujian

sebagai berikut:

- H0 diterima apabila Nilai Probabilitas F-statistik > α, maka variabel

independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

- Ha diterima apabila Nilai Probabilitas F-statistik < α, maka variabel

4independen signifikan mempengaruhi variabel dependen.

3.6.3. Koefisien Determinasi Berganda (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Formula

menghitung koefisien determinasi adalah (Kuncoro, 2009) :

Dimana:

- R2 = Koefisien determinasi (coefficient of determination)

- ∑ e2i = Jumlah kuadrat residu (residual sum of squares/RSS)

- ∑ y2i = Total jumlah kuadrat (total sum of squares/RSS)

Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

(55)

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.7. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi

analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan

asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak

semua uji asumsi klasik

Gambar

Tabel 2.1  Jadwal Melontar Jumroh
Tabel 2.2 Beda Haji Dengan Umroh
Gambar 4.1. Denah Ka’bah
Gambar 4.3. Peta Kota Medan

Referensi

Dokumen terkait

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Wenzel, Brown, dan Beck (2009) sebe- lumnya juga sudah menjelaskan pendapat Crosby yang mengatakan bahwa tindakan bunuh diri adalah perilaku yang berpotensi melukai

Konsep diri positif yang dimiliki oleh anggota Satlantas dapat membuat anggota Satlantas mampu memahami dirinya dan tidak merasa minder atau malu untuk melakukan komunikasi

Dalam kaitannya dengan isu politik, emosi moral adalah konstruk psikologis yang harus hadir sebagai panduan perilaku politik, terutama seorang pemimpin politik yang

Hasil dari pengujian sifat - sifat fisik atau karakteristik agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi ( filler ) agregat standar yang digunakan dalam campuran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, dan pertumbuhan ukuran perusahaan berpengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, dan pertumbuhan ukuran perusahaan berpengaruh

[r]