• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika Di SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Model Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika Di SMA."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

xi DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II MODEL SUPERVISI AKADEMIK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA... 11

A. Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri ... 15

1. Fisika... 17

2. Kurikulum Pendidikan Fisika Di Indonesia... 19

3. Model Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri... 24

(2)

xii

B. Lesson Study ... 44

1. Perencanaan (plan)... 48

2. Pelaksanaan (Do)... 48

3. Refleksi (See)... 48

4. Lesson Study dalam Pengembangan Profesionalisme Guru 49 C. Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika ... 53

1. Supervisi Pembelajaran... 55

2. Model-Model Supervisi Akademik ... 58

a. Penataran/ Pelatihan... 60

b. Rapat Dewan Guru... 61

c. Buletin Profesional... 61

d. Pertemuan Pribadi... 62

e. Kunjungan Kelas... 62

3. Model Supervisi Akademik Yang Dikembangkan... 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………....……..….……… 67

A. Paradigma Penelitian ... 68

B. Jenis dan subyek penelitian …...……...………… 70

C. Fokus Penelitian ...…... 71

D. Tahapan Penelitian…...…...…. 71

E. Teknik Pengumpulan Data ... 73

F. Teknik Analisis Data ... 74

G. Instrumen Penelitian ... 75

H. Uji Validitas dan Reliabilitas... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 78

A. Hasil Penelitian …………...………. 78

1. Hasil Studi Pendahluan ... 79

a. Profil Pengawas Sekolah... 82

b. Profil Kepala Sekolah... 83

(3)

xiii

d.Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika SMA... 93

2. Perancangan Model... 95

a. Prosedur Pelaksanaan 97 1) Prosedur Operasional Standar Bagi Pengawas 100 2) Prosedur Operasional Standar Bagi Kepala Sekolah... 102 b. Sistem Sosial... 104

c. Prinsip Pelaksanaan... 105

d. Perangkat Pendukung... 106

e. Manfaat Langsung... 108

3. Hasil Uji Coba Terbatas ... 108

a. Deskripsi Kegiatan... 110

b. Perbandingan Hasil Pengumpulan Angket... 115

1) Hasil Pengumpulan Data Terhadap Pengawas 116 2) Hasil Pengumpulan Data Terhadap Kepala Sekolah... 118 3) Hasil Pengumpulan Data Terhadap Guru... 123

4. Perbaikan Model... 132

5. Uji Coba Model Skala Luas... 133

a. Hasil Uji Efektifitas Model Berdasarkan Ketercapaian Tujuan Program... 139 1) Perubahan Sikap Pengawas... 139

2) Perubahan Sikap Kepala Sekolah... 141

3) Perubahan Sikap Guru Fisika... 142 b. Hasil Uji Model Berdasarkan Cara Penyebaran

yang Berbeda... 144

1) Hasil Uji Coba Model Skala Luas Terhadap Pengawas ...

145

2) Hasil Coba Model Skala Luas Terhadap Kepala Sekolah...

149

3) Hasil Uji Coba Model Skala Luas Terhadap Guru Fisika...

(4)

xiv

B. Pembahasan ... 161

1. Deskripsi Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika di SMA ... 163 a. Karakteristik Guru Fisika di SMA... 164

b. Pelaksanaan Pembelajaran Fisika di SMA Dewasa Ini... 167 c. Karakteristik Pengawas di SMA... 170

d. Karakteristik Kepala SMA... 171

e. Pelaksanaan Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika... 172 f. Karakteristik Program Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika SMA... 175 2. Model Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika di SMA ... 181

a. Program Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika Di SMA Bagi Pengawas... 186 b. Program Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika Di SMA Bagi Kepala Sekolah... 187 c. Program Supervisi Akademik Pembelajaran Fisika Di SMA Bagi Guru Pemandu... 188 3. Efektifitas Model Supervisi Akademik Pembelajaran fisika Di SMA 188 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI ... 193

A. Kesimpulan ………..……….………….. 193

B. Saran-saran ………..……….……... 197

C. Rekomendasi ... 198

DAFTAR PUSTAKA ……….. 199

(5)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Periodisasi perkembangan manusia 38

Tabel 3.1. Hubungan Sumber Data, Data dan Instrumen 74

Tabel 3.2. Teknik Analisis Data 75

Tabel 4.1. Latar belakang pendidikan pengawas dan kepala sekolah 81 Tabel 4.2. Pengamatan kegiatan pengawas sekolah di beberapa

sekolah binaan LPMP Jawa Tengah

82 Tabel 4.3. Pengamatan kegiatan kepala sekolah dalam melakukan

supervisi akademik

84

Tabel 4.4. Lembar Pengamatan Guru 86

Tabel 4.5. Sebaran Jawaban Angket Peserta didik untuk Soal No 1-7 88 Tabel 4.6 Mekanisme pelaksanaan supervisi akademik pembelajaran

fisika di SMA dengan model supervisi kelompok.

99 Tabel 4.7 Prosedur operasional standar supervisi akademik

pembelajaran fisika SMA bagi pengawas

101 Tabel 4.8 Prosedur operasional standar pelaksanaan supervisi

akademik pembelajaran fisika bagi kepala sekolah

103 Tabel 4.9 Temuan-temuan saat pelaksanaan uji coba terbatas 114 Tabel 4.10 Kriteria prosentase skor nilai pengisian instrument 115 Tabel 4.11 Kategori besar peningkatan kompetensi 116 Tabel 4.12 Data hasil uji coba terbatas model terhadap pengawas 117 Tabel 4.13 Data hasil uji coba terbatas model kepala sekolah 119 Tabel 4.14 Data hasil uji coba terbatas model terhadap guru fisika 124 Tabel 4.15 Data gain peningkatan kompetensi guru model 114 Tabel 4.16 Tabel perbandingan hasil pelaksanaan uji model supervisi

akademik pembelajaran fisika di SMA A dan SMA B

126 Tabel 4.17 Prosedur pelaksanaan supervisi akademik pembelajaran

fisika SMA hasil perbaikan

130 Tabel 4.18 Mekanisme pelaksanaan supervisi akademik pembelajaran

fisika SMA hasil perbaikan

135 Tabel 4.19 Hasil pengumpulan data perubahan sikap pengawas 140

Tabel 4.20 Perubahan sikap pengawas 140

Tabel 4.21 Perubahan sikap kepala sekolah 142

Tabel 4.22 Perubahan sikap guru fisika 143

Tabel 4.23 Hasil tes normalitas data pengawas dengan menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov

(6)

xvi

Tabel 4.24 Hasil analisis urutan mean dengan menggunakan teknik Kruskal-Wallis

147 Tabel 4.25 Hasil Analisis statistik dengan menggunakan Kruskal

Wallis

148 Tabel 4.26 Hasil uji normalitas data kepala sekolah dengan

menggunakan teknikone-sample Kolmogorov-Smirnov

150 Tabel 4.27 Hasil uji homogenitas data kepala sekolah 150 Tabel 4.28 Hasil uji beda data kepala sekolah dengan teknik Anova 151 Tabel 4.29 Uji Normalitas data guru fisika dengan menggunakan

teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov

157 Tabel 4.30 Hasil analisis ranking mean dengan menggunakan teknik

Kruskal-Wallis

159 Tabel 4.31 Hasil Analisis statistik dengan menggunakan Kruskal

Wallis

(7)

xvii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Model konseptual supervisi akademik pembelajaran fisika SMA

14

Gambar 2.2 Model konseptual pembelajaran fisika berbasis inkuiri 17 Gambar 2.3 Kegiatan pembelajaran inkuiri menurut Joyce & Will 30

Gambar 2.4 Siklus Lesson Study 44

Gambar 2.5 Daur Kaji Pembelajaran Berorientasi Praktik 46 Gambar 2.6 Model Konseptual Supervisi Akademik Pembelajaran

Fisika

53

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian 69

Gambar 3.2 Langkah-langkah Disain Penelitian 72

(8)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Buku model supervisi akademik pembelajaran fisika 203 Lampiran 2 Model supervisi akademik pembelajaran fisika di

SMA (bacaan bagi pengawas dan kepala sekolah untuk meningkatkan wawasan pelajaran fisika dan penggunaan model

228

Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen diagnostik bagi pengawas, kepala sekolah dan guru fisika

288 Lampiran 4 Instrumen Diagnostik bagi pengawas, kepala sekolah

dan guru fisika

295 Lampiran 5 Instrumen pengamatan kegiatan supervisi akademik

pembelajaran fisika

309 Lampiran 6 Uji validasi isi instrumen diagnostik 320

Lampiran 7 Uji efektifitas model 394

Lampiran 8 Makalah hasil diseminasi penelitian melalui seminar nasional

413 Lampiran 9 Diseminasi hasil penelitian melalui jurnal pendidikan 472

Lampiran 10 Dokumentasi kegiatan 510

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran fisika berkualitas di SMA merupakan impian bagi sebagian besar guru. Hal ini dibuktikan dengan perkembangan kurikulum pembelajaran fisika yang sangat pesat. Selain itu juga sudah berkembang model-model pembelajaran fisika. Kurikulum fisika SMA disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan fisika secara nasional. Pengembangan kurikulum fisika merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan desentralisasi. Hal ini dilakukan guna meningkatkan relevansi program pembelajaran dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Sementara itu kompetensi guru supaya mampu menerapkan kemajuan tersebut kurang dibimbing.

(10)

peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan aritmatika; 5) menguasai berbagai konsep dan prinsip fisika untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari–hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi; 6) pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari fisika lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi.

Dalam pembelajaran fisika, pendekatan inkuiri merupakan komponen yang sangat penting untuk dikuasai oleh guru fisika. Pentingnya penguasaan pendekatan ini disebabkan fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang terdiri dari kumpulan konsep, hukum, teori maupun dalil dan fakta serta memerlukan keterampilan bagi penguasaan fisika tersebut untuk melakukan kegiatan ilmiah dengan menggunakan suatu aturan tertentu. Dengan demikian, peserta didik perlu diajarkan tentang dua hal. Kedua hal tersebut adalah fisika sebagai produk dan fisika sebagai proses.

(11)

Menurut Sallis (1993) dalam melaksanakan penjaminan mutu itu sendiri terdapat dua standar utama untuk mengukur mutu, yaitu 1) standar hasil dan pelayanan, dan 2) standar customer. Indikator yang termasuk ke dalam standar hasil dan pelayanan adalah conformance to specification fitness for purpose or use, zero defects, dan right time, every time. Makna terkandung di sini adalah bahwa standar hasil pendidikan mencakup spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh anak didik dari hasil pendidikan itu dapat dimanfaatkan di masyarakat atau di dunia kerja, tingkat kesalahan yang sangat kecil, bekerja benar dari awal, dan benar untuk pekerjaan berikutnya.

Menurut Danim (2003) mutu pendidikan itu ternyata tidak semata-mata diukur dari mutu keluaran pendidikan secara utuh (educational output) akan tetapi dikaitkan dengan konteks tempat mutu itu diterapkan dan berapa besar persyaratan tambahan yang diperlukan untuk itu. Isu tentang mutu pendidikan sudah sejak lama menjadi perhatian para pemerhati dan pakar pendidikan, bahkan sudah sejak tahun 70-an telah menjadi objek sorotan yang sangat tajam.

(12)

indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan tugas yang tidak mudah karena ada berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti mutu masukan pendidikan, mutu sumber daya pendidikan, mutu guru dan pengelola pendidikan, mutu proses pembelajaran, sistem ujian dan pengendalian mutu, serta kemampuan pengelola pendidikan untuk mengantisipasi dan menangani berbagai pengaruh lingkungan pendidikan. Disisi lain, guru merupakan faktor utama dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, maka kecukupan guru serta terpenuhinya syarat kualifikasi guru merupakan perhatian utama pemerintah saat ini, khususnya Departemen Pendidikan Nasional.

(13)

kepemimpinan di dalam kelompok, membangun program latihan dalam jabatan untuk meningkatkan keterampilan guru, dan membantu guru meningkatkan kemampuannya dalam menilai hasil pekerjaannya.

Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan kegiatan supervisi dan proses pembelajaran fisika dilakukan antara lain oleh Karyono (2007) , dan Etkina (2005) . Hasil penelitian Karyono (2007) dalam melaksanakan supervisi pengajaran di sekolah dasar menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi dapat membawa dampak positif bagi peningkatan kualitas proses pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Karyono menunjukkan bahwa supervisi pendidikan dari tenaga-tenaga kependidikan yang lain, yaitu kepala sekolah diperlukan dalam melakukan supervisi pengajaran.

Menurut Satori (2001) pelaksanaan supervisi pada sistem persekolahan selama ini menunjukkan seolah-olah lebih menekankan pada segi fisik, seperti pengelolaan dana, pegawai, bangunan, alat dan fasilitas fisik lainnya. Hal-hal yang kurang mendapat perhatian, pada hal merupakan sasaran yang amat penting, adalah pengawasan terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran.

(14)

fisika, materi pendidikan dan materi pendidikan fisika. Sehingga guru fisika mempunyai kompetensi yang terpadu.

Salah satu teknik supervisi yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran fisika di SMA adalah Program Supervisi Akademik. Bentuk supervisi ini difokuskan pada peningkatan kualitas pembelajaran melalui siklus sistematik yang meliputi langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui supervisi akademik diharapkan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam membelajarkan peserta didik dan dapat mengembangkan profesionalismenya. Pengertian supervisi akademik sendiri adalah suatu bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya. Pelaksanaa program ini melalui siklus yang sistematik yang terdiri atas tiga tahap yaitu: pertemuan pendahuluan, pengamatan, dan tahap pertemuan balikan. Dua dari tiga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan balikan (Suwahyo, 2003) .

Dimensi kompetensi diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Dalam peraturan tersebut, pengawas satuan pendidikan dituntut memiliki kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik, di samping kompetensi kepribadian, sosial, dan penelitian dan pengembangan.

(15)

efisien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta memenuhi standar pendidikan pendidikan nasional.

Adapun supervisi akademik esensinya berkenaan dengan tugas pengawas untuk membina guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam hal ini adalah mutu pembelajaran fisika, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar fisika peserta didik. Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi akademik disajikan dalam alinea berikut ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Ekosusilo (2003) menunjukkan kenyataan pelaksanaan supervisi oleh pengawas sungguh bertolak belakang dengan konsep ideal supervisi. Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh pengawas, masih jauh dari substansi teori supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas lebih dekat pada paradigma inspeksi atau pengawasan. Upaya membantu guru dengan terlebih dahulu menjalin hubungan yang akrab sebagai syarat keberhasilan supervisi pengajaran, belum dilakukan oleh para pengawas.

(16)

dari tempat sekolah dilaksanakan lesson study. 5) pengawas datang tanpa membawa program tertentu.

Dalam penelitian pendahuluan yang dilakukan untuk mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran fisika SMA di Semarang, peneliti menemukan data deskriptif, antara lain: 1) guru pengajar fisika rata-rata adalah lulusan pendidikan fisika S1; 2) proses pembelajaran belum sesuai dengan standar proses pembelajaran; 3) perencanaan pembelajaran masih belum optimal, hal ini berakibat pada pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran; 4) belum mengembangkan keterampilan proses peserta didik; 5) pembelajaran cenderung ke arah penyampaian produk sains; 6) belum ada kesiapan guru untuk mengembangkan kurikulum 2006 secara mandiri (kurikulum sekolah).

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan utama yang muncul dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana model supervisi akademik yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran fisika di SMA?” Permasalahan utama tersebut kemudian diuraikan menjadi sub permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik pembelajaran fisika saat ini? a. Bagaimana kompetensi guru fisika di SMA?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fisika saat ini? c. Bagaimana kompetensi pengawas di SMA?

d. Bagaimana kompetensi kepala sekolah di SMA?

(17)

f. Bagaimana karakteristik program supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA?

2. Bagaimana program supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA yang efektif?

a. Bagaimana program supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA bagi Pengawas?

b. Bagaimana program supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA bagi kepala SMA?

c. Bagaimana program supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA bagi guru pemandu?

3. Bagaimana efektivitas pelaksanaan supervisi akademik dengan menggunakan program yang dikembangkan?

C. TUJUAN

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan model supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA. Tujuan utama ini kemudian dapat dibagi menjadi beberapa tujuan khusus penelitian antara lain untuk:

1. Memetakan pelaksanaan supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA 2. Mengembangkan program supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA 3. Menguji efektivitas program supervisi akademik dengan menggunakan model

(18)

D. MANFAAT

Model supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA yang dihasilkan dalam penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Melaksanakan proses supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA; 2. Mengembangkan kegiatan supervisi akademik pembelajaran fisika;

3. Mengembangkan wahana penelitian baru dalam bidang supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA

4. Upaya untuk mengembangkan sistem penjaminan mutu pembelajaran fisika di SMA.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

(19)

66 BAB III

METODE PENELITIAN

Research and Development (R & D) merupakan an industry-based development model, yang berpandangan bahwa temuan penelitian digunakan

untuk mengembangkan produk dan/ atau prosedur baru. Produk dan/ atau prosedur baru tersebut diuji di lapangan dan dievaluasi, kemudian diperbaiki. Penelitian dan pengembangan dalam konteks pendidikan disebut penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development [ER & D]), merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan, seperti buku ajar, strategi/metode/model/program pembelajaran/pelatihan, dan sebagainya. Pada penelitian ini, dipilih pendekatan penelitian tipe R&D untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Metode R & D mempunyai empat tahap (4 D) kegiatan, yaitu define, design, develop, and disseminate. Metode ini menawarkan pemecahan untuk

(20)

merupakan penelitian pengembangan, sehingga menggunakan pendekatan R & D merupakan pilihan yang sesuai.

A. PARADIGMA PENELITIAN

Model supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA dikembangkan menggunakan model supervisi kelompok. Model Supervisi kelompok dipilih sebab sebagian besar pengawas dan kepala sekolah tidak berasal dari guru fisika ataupun berlatar belakang pendidikan fisika. Upaya pengawas maupun kepala sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran fisika adalah melakukan supervisi akademik. Dalam melaksanakan kegiatan ini, sebaiknya pengawas maupun kepala sekolah yang akan melakukan kegiatan supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA dengan melibatkan semua guru yang berlatar belakang fisika di sekolah tersebut.

(21)

pembelajaran fisika yaitu dengan berinkuiri dan menguasai metode menilai hasil pembelajaran. Secara diagramatik, paradigma penelitian dapat digambarkan pada gambar 3.1.

Paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas. Paradigma ini disampaikan oleh Harmon (dalam Moleong, 2004), sementara itu Bogdan & Biklen (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi, konsep, atau proposisi yang berhubungan secara logis, yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian

IDENTIFIKASI KOMPETENSI GURU FISIKA

MENGENALI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK

KOMPETENSI GURU YANG DITUMBUHKAN

(22)

Baker (dalam Moleong, 2004) mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat aturan yang: 1) membangun atau mendefinisikan batas-batas; dan 2) menjelaskan bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam batas-batas itu agar berhasil. Cohenn & Manion (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) membatasi paradigma sebagai tujuan atau motif filsofis pelaksanaan suatu penelitian. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan seperangkat konsep, keyakinan, asumsi, nilai, metode, atau aturan yang membentuk kerangka kerja pelaksanaan sebuah penelitian.

B. JENIS DAN SUBYEK PENELITIAN

(23)

orang dalam kegiatan pendahuluan, dua orang dalam kegiatan uji coba terbatas model dan enam orang terlibat dalam kegiatan uji coba secara luas.

C. FOKUS PENELITIAN

Fokus penelitian ini adalah mengembangkan model supervisi akademik yang berbentuk program supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA. Kegiatan kemudian dilanjutkan implementasi program pada subjek penelitian. Ciri khusus desain program ini adalah menggunakan teknik supervisi kelompok dan upaya supervisor untuk membiasakan guru fisika untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri. Variabel penelitian dikembangkan untuk mengetahui keterpakaian dan efektifitas model supervisi akademik. Variabel yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi: 1) komponen kompetensi guru; 2) komponen kompetensi kepala sekolah; dan 3) komponen kompetensi pengawas sekolah.

D. TAHAPAN PENELITIAN

Permasalahan Penelitian akan didekati dengan penelitian tipe R & D. Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan melalui empat (4) tahap, yaitu:

(24)

Tahap II : Pengembangan Produk, meliputi: perancangan program supervisi akademik pembelajaran fisika dan instrumen evaluasi supervisi akademik.

Gambar 3.2 Langkah-langkah Disain Penelitian

Melakukan diseminasi melalui seminar dan penulisan hasil penelitian pada jurnal ilmiah

Tahap IV Diseminasi

1. Uji coba terbatas (rancangan supervisi akademik pembelajaran fisika), pada pengawas SMA dan Kepala SMA di kota Semarang. Kegiatan ini untuk mengetahui keterterapan program sesuai

rancangan. Data penelitian bersifat kuantitatif; 2. Rekomendasi hasil analisis ujicoba terbatas

digunakan untuk perbaikan program; 3. Implementasi rancangan program supervisi

akademik pembelajaran fisika hasil perbaikan dalam skala lebih luas untuk mengetahui efektifitas program;

4. Pengolahan data penelitian mencakup data nontes;

5.Perbaikan rancangan program, sehingga program siap diaplikasikan.

Tahap III Pengembangan Program Tahap II

Perancangan Program

Pengembangan Produk, meliputi :

1. Perancangan program supervisi akademik pembelajaran fisika;

2. Perancangan instrumen evaluasi supervisi akademik.

1. Analisis kebutuhan (identifikasi masalah, pengumpulan data pendukung);

2. Studi literature (landasan teoritis, penelitian yang terdahulu);

3. Perumusan masalah, disusun berdasarkan analisis kebutuhan;

4. Penetapan tujuan Penelitian yang akan dicapai, sesuai dengan rumusan masalah penelitian; 5. Merumuskan manfaat hasil penelitian Tahap I

(25)

Tahap III : Tahap Uji Lapangan

(1) Uji coba terbatas rancangan program supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA dan uji coba instrumen evaluasi supervisi, dilakukan pada beberapa pengawas SMA di kota Semarang. Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui keterterapan program sesuai rancangan;

(2) Hasil analisis uji coba terbatas digunakan untuk perbaikan program;

(3) Implementasi program supervisi akademik pembelajaran fisika pada skala luas. Efektifitas program ditentukan dengan cara. Cara yang pertama adalah mengukur perubahan sikap respoden setelah mengikuti program. Cara kedua adalah membandingkan hasil implementasi kelompok eksperimen dan control;

(4) Perbaikan perangkat program, yang siap diaplikasikan.

Tahap IV: Diseminasi hasil penelitian dilakukan dengan cara publikasi hasil pada forum seminar dan penulisan artikel pada jurnal ilmiah.

Langkah – langkah penelitian yang akan dilakukan lebih terinci dapat dilihat pada gambar 3.2.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

(26)

memetakan kompetensi guru fisika, angket tentang proses pembelajaran fisika, angket tentang proses supervisi akademik saat ini, daftar ceklist untuk melakukan observasi,

Secara lengkap hubungan antara tahap penelitian, sumber data, alat pengumpul data (instrumen), dan jenis data dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Hubungan Sumber Data, Data dan Instrumen

No Tahap

Penelitian

Alat Pengumpul Data

Data Sumber Data

1 Studi pendhuluan (analisis kebutuhan)

•Observasi •Data Deskriptif kompetensi Pengawas SMA

•Data Deskriptif kompetensi kepala SMA

•Data kualitatif proses supervisi akademik pembelajaran fisika •Dokumen kompetensi pengawas SMA •Dokumen kompetensi kepala SMA •Pelaksanaan supervisi akademik pembelajaran fisika

•Dokumen guru fisika

2 Ujicoba terbatas: •instrumen diagnostik •observasi •Aktivitas supervisor

•Aktivitas guru

•Aktivitas siswa

•Kegiatan pengamatan supervisi akademik pembelajaran fisika di SMA 3 Uji coba

lapangan skala luas: •Instrumen diagnostik •observasi •Aktivitas supervisor

•Aktivitas guru

•Kegiatan pengamatan supevisi akademik pembelajaran fisika di SMA

F. TEKNIK ANALISIS DATA

(27)

pembelajaran fisika; c) Analisis pendapat kelompok supervisi; d) analisis data hasil penyebaran angket melalui instrumen diagnostik yaitu sebelum dilakukan kegiatan (P1) dan setelah dilaksanakan kegiatan (P2) pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru fisika.

Tabel 3.2 Teknik Analisis Data

G. INSTRUMEN PENELITIAN

Berdasarkan variabel penelitian ini, maka peneliti mengembangkan instrumen diagnostik untuk mengungkap permasalahan yang terjadi di lapangan. Istilah diagnostik dapat diuraikan dari asal katanya yaitu diagnosis yang berarti BENTUK

KEGIATAN

BENTUK DATA TEKNIK

ANALISIS TUJUAN Assesmen Kebutuhan untuk Pengembangan Model 1. Tanggapan Responden (kepala SMA, pengawas SMA dan guru fisika)

2. Data deskriptif tentang proses supervisi akademik saat ini Analisis Kesenjangan Dasar Dalam Pengembangan Program Supervisi Akademik Pengembangan Model

1. Model supervisi akademik

2. kisi-kisi instrumen 3. instrumen

diagnostik

4. Pertimbangan ahli

Validitas isi dan uji reliabilitas

Dihasilkannya Model yang baik

Uji coba Model dalam skala lebih luas

(28)

mengidentifikasi penyakit dari gejala-gejala yang ditimbulkannya. Seperti halnya kerja seorang dokter, sebelum menentukan penyakit dan obat yang tepat untuk menyembuhkannya, seorang dokter akan mengadakan pemeriksaan secara teliti, misalnya: memeriksa denyut nadi, suara napas, refleks lutut, refleks pupil mata, urine, darah, dan sebagainya.

Pemeriksaan awal seperti ini disebut mendiagnosis, sedangkan mengobati disebut terapi. Demikian juga seorang supervisor terhadap gurunya. Sebelum dapat memberikan bantuan dengan tepat, supervisor harus mendiagnosis. Analogi kerja seorang pengawas dengan kerja seorang dokter terlihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3.Analog instrumen diagnosis dengan diagnosis

Berdasarkan gambar 3.3 dapat disimpulkan bahwa instrumen diagnostik adalah instrumen yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan guru sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki peserta didik. Instrumen diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami guru dan merencanakan

TINDAK LANJUT TERAPI

DIAGNOSIS DIAGNOSIS

(29)

tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi.

H. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Sebagai langkah awal untuk pengambilan data dari sampel, terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen. Validasi instrumen yang dilakukan meliputi validasi konten. Validasi konten, dilakukan dengan cara mengkonsultasikan instrumen kepada tenaga ahli yang membidangi substansi yang berkaitan dengan isi instrumen. Instrumen yang dikonsultasikan tersebut adalah instrumen nontes berupa instrumen diagnostik. Instrumen diagnostik yang dikembangkan adalah instrumen diagnostik bagi guru fisika, bagi kepala sekolah dan bagi pengawas sekolah. Tenaga ahli yang dilibatkan untuk memvalidasi instrumen sebanyak tiga orang. Ketiga tersebut antara lain: 1) tenaga ahli pendidikan fisika, dalam hal ini peneliti meminta bantuan Prof. Dr. Wiyanto, Msi. Beliau adalah guru besar pendidikan fisika jurusan fisika UNNES; 2) tenaga ahli bidang manajemen dan supervisi. Dalam hal ini peneliti meminta bantuan Dr. Subiyantoro, M.Pd. beliau adalah kepala bidang fasilitasi penjaminan mutu pendidikan di LPMP Jawa Tengah; dan 3) tenaga ahli dalam bidang bahasa Indonesia. Dalam hal ini peneliti meminta bantuan drs. Siswanto PHM, M.Pd. beliau adalah ketua Lemlit IKIP PGRI Semarang.

(30)

guru fisika, kepala sekolah dan pengawas yang mengikuti pelatihan di LPMP Jawa Tengah tahun 2010. Kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 13.0. teknik yang digunakan oleh peneliti untuk menguji reliabilitasinstrumen adalah teknik cronbach alpha.

Hasil uji reliabilitas data instrumen diagnostik bagi pengawas. Besarnya nilai cronbach alpha adalah 0.961. Besarnya nilai tersebut lebih besar dari pada nilai kritis untuk data reliabel yaitu 0,60. Berdasarkan besar nilai alpha tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen diagnostik bagi pengawas merupakan instrumen yang reliabel.

Hasil uji reliabilitas data instrumen diagnostik bagi kepala Sekolah. Besarnya nilai cronbach alpha adalah 0.940. Besarnya nilai tersebut lebih besar dari pada nilai kritis untuk data reliabel yaitu 0,60. Berdasarkan besar nilai alpha tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen diagnostik bagi kepala sekolah merupakan instrumen yang reliabel.

(31)

193

KESIMPULAN DAN SARAN

Pengembangan model supervisi akademik akhirnya dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain adalah memetakan kondisi pelaksanaan supervisi akademik saat akan dilakukan pengembangan, pengembangan model dan pengujian model. Hasil-hasil yang memuncul memberikan beberapa simpulan, saran dan rekomendasi.

A. KESIMPULAN

Penelitian ini menghasilkan empat kesimpulan besar, yaitu keadaan awal supervisi akademik pembelajaran fisika, model supervisi akademik yang dikembangkan berdasarkan keadaan awal, efektifitas model yang dikembangkan dan keunggulan model supervisi akademik pembelajaran fisika.

Kesimpulan penelitian yang kesatu. Karakteristik proses supervisi akademik pembelajaran fisika pada keadaan awal antara lain model supervisi akademik pembelajaran fisika yang sudah dikenal dengan baik oleh pengawas sekolah dan kepala sekolah adalah model supervisi klinis, dalam kegiatan supervisi klinis biasanya terlibat pengawas, kepala sekolah dan guru fisika, kegiatan supervisi akademik berlangsung secara individual, pengawas dan kepala sekolah belum memanfaatkan model supervisi yang lain untuk melakukan kegiatan supervisi akademik. Karakteristik awal tersebut diperoleh dengan mengkonfigurasi antara karakteristik guru fisika, karakteristik kepala sekolah, karakteristik pengawas sekolah dan pelaksanaan pembelajaran fisika saat itu.

(32)

peserta didik dalam menyelesaikan soal fisika dan ada potensi dari peserta didik untuk dikembangkan suatu pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri. Hal ini dibuktikan bahwa peserta didik ternyata suka ketika diajak belajar fisika dengan teknik diskusi, demonstrasi dan praktikum.

Sementara itu beberapa karakteristik guru yang berhasil dipotret antara lain masih sedikit guru fisika yang mau menggunakan inkuiri sebagai suatu strategi atau metode, guru lebih suka mengajar dengan metode drilling, kemampuan guru dalam menerapkan inkuiri sebagai suatu strategi masih rendah, dan proses pembelajaran kurang direncanakan oleh guru fisika. Karakteristik pengawas ketika melakukan supervisi akademik, antara lain belum terbiasanya pengawas untuk melakukan supervisi akademik pembelajaran fisika secara berkelompok, masih mempunyai perasaan segan, tertutup dalam melakukan supervisi akademik, belum terbuka dalam menyikapi kekurangan guru, mampu menjalin komunikasi dengan baik terhadap guru serta pengawas terbiasa melakukan supervisi akademik dengan menggunakan teknik atau model supervisi klinis. Kemudian, karakteristik kepala sekolah ketika melakukan supervisi akademik adalah motivasi tinggi , penguasaan mata pelajaran hanya pada mata pelajaran latar belakang kepala sekolah, kebutuhan bermitra dalam melakukan supervisi akademik pembelajaran fisika dan perlunya melakukan supervisi akademik yang dapat meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai seorang supervisor.

(33)

sarana untuk membina kompetensi guru fisika SMA, terutama pada kemampuan menggunakan strategi inkuiri; 7) Supervisi akademik ini berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan profesi guru fisika SMA; 8) Supervisi akademik ini tidak untuk melakukan pengawasan maupun penilaian kompetensi guru; 9) Supervisi dilaksanakan dengan prinsip kolegalitas; 10) Supervisor berperan sebagai moderator. Tugas utama supervisor sebagai moderator adalah mendampingi, memandu proses supervisi, memberi motivasi, menyimpulkan hasil kegiatan. Berdasarkan karakteristik tersebut kemudian dikembangkan mekanisme pelaksanaan supervisi, dan prosedur operasional standar. Diharapkan model supervisi ini mampu mengembangkan keprofesian guru secara berkelanjutan.

Program supervisi akademik pembelajaran fisika memberikan alternatif bagi pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik. Produk utama bagi pengawas adalah prosedur operasional standar. Prosedur operasional standar (POS) supervisi akademik bagi pengawas ini, disusun berdasarkan beberapa tujuan. Tujuan tersebut antara lain: 1) meningkatnya mutu pembelajaran fisika; 2) meningkatnya kompetensi kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik pembelajaran fisika dengan model ini; dan 3) meningkatnya kompetensi pengawas dalam melakukan supervisi akademik pembelajaran fisika dengan model ini; dan 4) meningkatnya hasil belajar peserta didik terutama dalam mata pelajaran fisika; serta 5) melaksanakan supervisi akademik sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan oleh pemerintah.

(34)

dalam pelaksanaan supervisi kelompok; 4) peranan kepala sekolah sebagai konsultan dalam layanan konseling pembelajaran fisika; dan 6) peranan kepala sekolah sebagai notulen dalam proses pelaksanaan supervisi akademik; serta 7) melakukan supervisi akademik sesuai dengan mekanisme yang ditentukan oleh pemerintah.

Program supervisi akademik bagi guru pemandu ditiadakan. Pada perencanaan awal, tim supervisi akan melibatkan salah satu guru fisika untuk menjadi guru pemandu supervisi. Setelah dilakukan pengamatan posisi ini tidak menumbuhkan suasana kolegalitas. Sebab, salah satu bahaya jika guru pemandu menjadi supervisor adalah munculnya sikap senioritas. Sikap senioritas ini praktis akan menghilangkan sifat kolegalitas maupun bentuk hubungan mutualisme hilang. Senioritas cenderung memunculkan sikap “aku benar dan kamu ikut saya” hal inilah yang dapat dipotret oleh peneliti ketika melakukan uji model disekolah B.

Kesimpulan ketiga berkaitan dengan efektifitas. Hasil uji efektifitas supervisi akademik pembelajaran fisika menunjukkan model mampu mencapai tujuan awal saat model dikembangkan. Walaupun demikian, ketika model supervisi akademik pembelajaran fisika SMA digunakan secara luas untuk melakukan supervisi tidak menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan pada ketiga kota.

(35)

Keunggulan inilah yang menjadi sebab mengapa model supervisi akademik pembelajaran fisika yang dikembangkan menjadi lebih efektif apabila dibandingkan dengan model lain. Kekurangan yang muncul apabila menggunakan model ini antara lain: 1) model tidak berfungsi jika diterapkan pada sekolah yang jumlah gurunya sedikit; dan 2) kurang mampu mengamati kemajuan kompetensi guru secara perorangan, hal ini terjadi karena sudah munculnya sifat kolegalitas sehingga kurang menumbuhkan jiwa kompetisi.

B. SARAN

(36)
(37)

Arcaro, Jerome S.2005. Pendidikan Berbasis Mutu (Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan).Penerjemah Yosal Irianta.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Atmodiwiro, S. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya

Bacal, R. 2000. Performance Management. Terjemahan Surya Dharma dan Yanuar Irawan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Beyer, Barry K. 1971. Inquiry In The Social Studies Classroom (A Strategi for Teaching).Colombus. Ohio: A Bell & Howell Company.

Borg, W. R and Gall, M. D. 1983. Educational Research: An Introduction. 4th Ed. New York: Longman, Inc.

Burden, P. R., & Byrd, D. M. 1996. Method for effective teaching, second edition. Boston: Allyn and Bacon.

Dafidoff, Linda L. 1976. Introduction to Psychology. New York: Mc. Graw Hill Book Company.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Dale, Margaret, 2003. Developing Management Skills. Techniques for Improving Learning & Performance. Alih Bahasa : Ramelan, Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

______.2002. Inovasi Pendidikan, Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Depdiknas.2005.Undang Undang No 14 tahun 2005. Jakarta:

Dharma, Agus.2003.Manajemen Supervisi(Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor).Jakarta: Rajawali Pers.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Ekosusilo, Madyo. 2003. Supervisi Pengajaran dalam Latar Budaya Jawa. Studi Kasus Pembinaan Guru Sekolah Dasar di Kraton Surakarta. Sukoharjo: Penerbit Univet Bantara Press.

Etkina, Eugenia.2005. Physics Teacher Prepraration: Dreams and Reality. Journal Physics Education Online Volume 3 no 2.www.phy.ilstu.edu/jpteo.

(38)

Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy.

Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models approach. Boston: Allyn and Bacon.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hariwung, A. J. (1989). Supervisi Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Haury, L. David. (1993). Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED359048) Hendayana, Sumar.2005. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan

Pendidik. Bandung: UPI Press.

Huitt, W. (2004). Observational (social) learning: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.

ˍˍˍˍ. 2001. Motivation to Learn: An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, Valdosta State University.

___. (1997). Socioemotional development. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University

Jalal, F. (2006). “Peran PPPG dalam Memfasilitasi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Makalah Disampaikan pada Rapat Koordinasi 12 PPPG. Jakarta.

Joyce, B, & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Kartono, Kartini dan Dali Gulo, 1987. Kamus Psikologi. Bandung : Pioner Jaya.

Karyono, Hari. 2007. Supervisi Pengajaran Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru di Sekolah Dasar. Program Pasca Sarjana Universitas Malang.

KEMENDIKNAS.2011. Pembinaan Dan Pengembangan Profesi Guru Buku 5.www.bermutuprofesi.org

La Sulo, S.L, Effendi, A.R, dan Godjali, D.1998. Supervisi Klinis. Jakarta: Depdikbud, DIKTI Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah. Tidak diterbitkan.

Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational Leadership.

(39)

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Penerbit: PT Remaja Rosdakarya.

National Research Council.2000. Inquiry and The National Science Education Standards (A Guide for Teaching and Learning). Washington DC: National Academy Press. ________.1996.National Science Education Standards. Washington DC: National Academy

Press.

Neagley, R. L. and Evans, N. D. (1980). Handbook for Effective Supervision of Instruction. 3rd Ed. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

NSTA & AETS.2003. Standards for Science Teacher Preparation. _____.1998. Standards for Science Teacher Preparation.

Nugroho, LPA.2009. Identifikasi Pelaksanaan Supervisi Akademik Melalui Kegiatan Lesson Study Berbasis MGMP. Makalah disajikan dalam Conferensi Internasional Lesson Study di UPI tahun 2009.

_____.2009. Identifikasi pelaksanaan supervisi akademik pembelajaran fisika melalui program pendampingan pembelajaran di sekolah. Makalah disajikan dalam Seminar nasional di UNS tahun 2010.

_____.2008. Penerapan Supervisi Akademik berbasis Lesson Study Untuk Mengevaluasi Pembelajaran Fisika di SMP. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional di UNY tahun 2010.

Pidarta, Made. 1999. Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda

Rogers, Everett M. 1983. Diffusion of Innovation. New York : Free Press

Rutherford,F.J & Ahlgren, Andrew.1990. Science For All Americans. New York: Oxford.

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management In Education.Penerjemah Dr. Ahmad Ali Riyadi. Yogyakarta: IRCSoD.

(40)

_____. (1989). Pengembangan Model Supervisi Klinis.Bandung: Disertasi S-3 PPS UPI Wikipedia.2009. Learning Organization Organisasi Pembelajaran . // www.wikipedia.com Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Asdi

Mahasatya.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

_______. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. _______. 2001. Pengembangan Kurikulum ( Teori dan Praktek ). Bandung: Penerbit Rosda. Suwahyo. (2003). Supervisi Klinis dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Guru. Tesis.

Bandung: PPS UPI.Tidak diterbitkan.

Tilaar H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta.

Torrington, Darek,Huat, Tan Chwee, 1994. Human Resource Management for South East Asia. Singapore : Simon & Schuter (Asia) Ptc Ltd.

Gambar

Tabel 4.24
Gambar 3.1. Paradigma Penelitian
Gambar 3.2  Langkah-langkah Disain Penelitian
Tabel 3.1  Hubungan Sumber Data, Data dan Instrumen
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan hasil KBM pada siklus I, diketahui bahwa : (1) motivasi siswa mengikuti pembelajaran ; (2) keberanian siswa dalam mengungkapkan

Penulis menghaturkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan cinta dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Penelitian ini difokuskan pada alasan mengapa di zaman yang semakin modern ini, masih ada masyarakat Indonesia khususnya di daerah terpencil yaitu pada Suku Boti

Menetapkan orientasi yang tepat untuk saat itu, dan mengejar semua sasaran teologi dengan segenap hati kita.. Catatan

menentukan menyunting informasi iklan, slogan, dan poster sesuai bahasa yang baik dan benar.. Pertemuan Kedua

 Kepentingan hewan-hewan dan manusia banyak yang sama  Etika Lingkungan dan Etika hewan banyak yang sama,tetapi  Etika Lingkungan dan Etika hewan banyak yang sama,tetapi.

Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suata kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau