• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Anggrek Cattleya Pada Perlakuan Kombinasi Pupuk Dan Silika Serta Karakterisasi Morfologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Anggrek Cattleya Pada Perlakuan Kombinasi Pupuk Dan Silika Serta Karakterisasi Morfologi"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERTUMBUHAN ANGGREK Cattleya PADA PERLAKUAN KOMBINASI PUPUK DAN SILIKA SERTA

KARAKTERISASI MORFOLOGI

ADIMAS KRISHARDIANTO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Anggrek Cattleya pada Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi Morfologi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya pada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Adimas Krishardianto

A24110107

(4)
(5)

v

ABSTRAK

ADIMAS KRISHARDIANTO.

Pertumbuhan Anggrek Cattleya pada

Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi Morfologi. Dibimbing oleh DEWI SUKMA.

Cattleya merupakan genus anggrek yang memiliki bunga dengan ukuran besar dan terkenal queen of orchid karena memiliki keindahan dari variasi warna pada bunganya. Pemupukan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Silika berperan dalam memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan serangan penyakit dan hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan kombinasi pupuk dan Silika (SiO2) terhadap

pertumbuhan dan mengetahui karakter morfologi tiga anggrek Cattleya hibrida. Penelitian dilakukan di rumah Anggrek Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB pada bulan April hingga Juli 2015. Percobaan pemupukan dilakukan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktor tunggal yaitu perlakuan pemupukan. Terdapat empat perlakuan yaitu pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika2.5 ml L-1, dan Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Perlakuan terdiri atas tiga kali ulangan, setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman. Karakterisasi morfologi dan pertumbuhan 3 aksesi anggrek

Cattleya ini dilaksanakan sesuai dengan panduan karakterisasi anggrek Balai Penelitian Tanaman Hias (2007). Perlakuan kombinasi pupuk dan silika yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada 3 genotipe hibdrida anggrek Cattleya

yang diuji. Hasil karakterisasi menunjukkan tidak terdapat keragamaan pada penampang melintang daun serta posisi pembungaan, bentuk ujung, susunan, bentuk tepi dan tekstur permukaan daun, tipe pembungaan, resupinasi, perhiasan, serta bentuk bunga.

Kata kunci: pupuk organik cair lengkap, Grow More, silika (SiO2), hibrida, Cattleya

ABSTRACT

ADIMAS KRISHARDIANTO. Growth of Cattleya Orchids on Combination Treatment of Fertilizer and Silica and Morphological Characterization. Supervised by DEWI SUKMA.

(6)

vi

L-1, complete liquid organic fertilizer 2 ml L-1 + silica 2.5 ml L-1, and Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silica 2.5 ml L-1. Each treatment consisted of three replications with 3 plants. Morphological characterization carried out according to orchid guidance characterization from Ornamental Plant Research Centers (2007). Combination of fertilizer and silica did not have significant effect on growth of 3 Cattleya hybrids. Morphological characterization results indicated that there was no differences between hybrids for their leaves and flowering position, tip shape, texture, shape and texture of the surface edges of the leaves, flowering types, resupination, as well as the shape of flowers.

(7)

vii

PERTUMBUHAN ANGGREK Cattleya PADA PERLAKUAN KOMBINASI PUPUK DAN SILIKA SERTA

KARAKTERISASI MORFOLOGI

ADIMAS KRISHARDIANTO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

xi

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan cinta dan kasih-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Juli 2015 ini adalah peningkatan hasil anggrek, dengan judul Pertumbuhan Anggrek Cattleya pada Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi Morfologi.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada ibu Dr Dewi Sukma, SP MSi yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam membimbing selama pelaksanaan penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, M.S. serta ibu Juang Gema Kartika, SP. MSi sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi penulis yang telah memberikan masukan, koreksi, dan dukungan dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada ibu Dra Dwi Kristanti Wahyu Mahanani, MPd dan bapak Harsono, SE sebagai orang tua yang selalu memberikan kasih nya, grup FLOTERRARIA yang senantiasa ada dikala suka maupun duka penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada teman-teman satu dosen pembimbing akademik (PA) : Rizki Anjal PN, SP., Bimo Hariokusumo. Kepada Halida Adistya Putri, SP., Leni Siswati, SP., Fahmur Razaq yang merupakan teman seperjuangan skripsi yang telah banyak bekerja sama baik dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis sampaikan terima kasih. Kepada Ferra Anggita A., SP., Khairunnisa Bestari, Nina Ivana S., STP., Ahmad Fitra M. Penulis juga tak lupa sampaikan terima kasih atas segala bantuan, kerjasama di dalam dan di luar penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kakak-kakak asistensi agama Kristen Protestan angkatan 49, 50, dan 51, rekan-rekan IPB angkatan 48, AGH 48, PMK, Agria Swara serta teman-teman yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

(12)
(13)

xiii

Syarat Tumbuh Anggrek Cattleya 5

Silika 5

Silika dalam Tumbuhan 6

Karakterisasi Tanaman 7

Pemupukan, Pupuk Anorganik dan Organik dalam Anggrek 7

METODE PENELITIAN 9

Waktu dan Tempat 9

Bahan dan Alat 9

Metode Percobaan 9

Persiapan 9

Perlakuan Pemupukan dan Pemberian Silika(Si) 10

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rataan jumlah awal daun anggrek Cattleya (helai) 17 Tabel 2 Rataan pertambahan jumlah daun (PJD) anggrek Cattleya 18 Tabel 3 Rataan panjang awal daun anggrek Cattleya (cm) 18 Tabel 4 Rataan pertambahan panjang daun (PPD) anggrek Cattleya 19 Tabel 5 Rataan lebar awal daun anggrek Cattleya (cm) 19 Tabel 6 Rataan pertambahan lebar daun (PLD) anggrek Cattleya 20 Tabel 7 Rataan tebal awal daun anggrek Cattleya (mm) 20 Tabel 8 Rataan pertambahan tebal daun (PTD) anggrek Cattleya 21 Tabel 9 Rataan jumlah anakan baru anggrek Cattleya (mm) 21 Tabel 10 Rataan muncul anakan baru (MAB) anggrek Cattleya 22 Tabel 11 Hasil karakterisasi morfologi daun anggrek Cattleya 25 Tabel 12 Hasil karakterisasi morfologi bunga anggrek Cattleya 25

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 (A) Keragaan tanaman anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki), (B) Bentuk bunga anggrek Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc.

kuan miao chen). 4

Gambar 2 Contoh tanaman anggrek Cattleya yang diamati (A) Blc. mantini (C. dowiana X C. bowringiana), (B) Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen), (C) Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki). 10

Gambar 3 Penampang melintang daun 12

Gambar 4 Posisi pembungaan 12

Gambar 5 Bentuk daun 12

Gambar 6 Bentuk ujung daun 13

Gambar 7 Susunan daun 13

Gambar 8 Bentuk tepi daun 13

Gambar 9 Tekstur permukaan daun 14

Gambar 10 Simetri daun 14

Gambar 11 Tipe pembungaan 14

Gambar 12 Resupinasi 15

Gambar 13 Perhiasan bunga 15

Gambar 14 Bentuk bunga 15

Gambar 15 (A) Kondisi tanaman anggrek Cattleya ulangan 1, (B) Ulangan

2, (C) Ulangan 3. 16

Gambar 16 Daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera :

(15)

xv

Gambar 18 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CCY pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1 + silika2.5 ml L-1. 23 Gambar 19 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua

perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1 + silika2.5 ml L-1. 24 Gambar 20 (A) CM : Blc. mantini,(B) CCY : Blc. chun yeah , (C) CWPT :

Blc. warneri purple tounge. 24

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Novelgro SILIKA 30

Lampiran 2 Pupuk Organik Cair BioSugih Tani 31

Lampiran 3 Pupuk majemuk Grow More 32-10-10 33

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias berbunga yang cukup digemari di Indonesia dan termasuk family Orchidaceae yang memiliki sekitar 800 genus dan 25 000 spesies (Mattjik 2010). Tanaman anggrek termasuk tanaman monokotil, tahunan dan berbentuk herba. Tanaman ini sangat beragam ditinjau dari habitat, ukuran, serta morfologinya (Sastrapradja et al. 1977). Daya tarik pada tanaman ini terletak pada keindahan bentuk bunga dan warna bunga yang beraneka ragam sehingga para pecinta anggrek tidak merasa bosan menikmati keindahannya (Mattjik 2010). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sarwono (2002) bahwa anggrek merupakan salah satu tanaman berbiji dari famili Orchidaceae yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot, atau hiasan taman.

Dewasa ini permintaan anggrek sebagai bunga potong maupun tanaman pot semakin meningkat. Produksi anggrek tahun 2011 mencapai 15 490 256 tangkai, tahun 2012 mencapai sebanyak 20 727 891 tangkai dan pada tahun 2013 sebanyak 20 277 672 tangkai (BPS 2014). Ekspor anggrek pada tahun 2012 ke beberapa negara seperti Taiwan, Singapura, Malaysia, Australia, Korea dan Jepang adalah 69 353 kg, menurun pada tahun 2013 sebanyak 58 656 kg (BPS 2014). Puspitasari (2006) menyatakan besarnya perolehan yang fluktuatif ini menunjukkan bahwa perlu adanya suatu peningkatan kualitas dan kuantitas anggrek agar dapat meningkatkan nilai ekonomi tanaman anggrek.

Sebagian besar anggrek terdapat dan berasal dari negara yang memiliki banyak bukit dan pegunungan, meskipun tanaman ini mampu tumbuh di daerah intermediet (Sander 1979). Salah satu jenis anggrek yang banyak digemari adalah genus Cattleya. Anggrek Cattleya termasuk tanaman yang hidup menempel pada pohon lain (epifit). Tanaman ini termasuk dalam anggrek simpodial yaitu anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Cattleya memiliki ciri khas yaitu bentuk bunga yang besar dengan warna bunga yang sangat bervariasi dan ketahanan terhadap suhu dengan tingkat sedang (Iswanto 2010).

(18)

2

dengan cara pemupukan melalui daun penyerapan hara oleh tanaman dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan melalui akar karena dapat menembus kutikula dan stomata sehingga langsung masuk ke dalam sel jaringan. Umumnya pemupukan melalui daun menggunakan alat semprot namun ada juga yang dilakukan dengan cara langsung menyiram daun tanaman (Wahyono et al. 2009). Pemupukan pada anggrek akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan daun bagian bawah (Santi, Suciantini, dan Goenadi 1996). Sesuai pernyataan Santi (2005) bahwa anggrek Cattleya tumbuh dengan sehat dan kuat apabila kebutuhan unsur hara makro dan mikro terpenuhi, sedangkan kandungan unsur hara dalam media pakis jumlahnya kurang memenuhi sehingga diperlukan untuk pemupukan.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh pemupukan dan pemberian Silika (Si) terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya hibrida.

2. Keragaman morfologi hibrida anggrek Cattleya.

Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

1. Kombinasi pupuk dengan Silika (Si) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pada semua genotipe yang di uji.

2. Terdapat keragaman morfologi pada hibrida anggrek Cattleya.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anggrek

Anggrek adalah salah satu tanaman yang masuk dalam ordo Orchidales dan famili Orchidaceae. Menurut (Mattjik 2010) anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbunga dengan jenis terbanyak. Anggrek mempunyai berbagai jenis, diantaranya adalah Dendrobium, Phalaenopsis, Cymbidium, Cattleya, dan

Phragmipedium. Anggrek memiliki banyak sekali variasi mulai dari bentuk bunga, warna bunga, aroma, serta corak pada petal nya. Kebanyakan tanaman anggrek hidup secara epifit terutama untuk jenis – jenis yang berasal dari daerah tropis. Ada empat kelompok anggrek berdasarkan habitat tumbuhnya. Anggrek

epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya

Cattleya sp. memerlukan cahaya 40%, Dendrobium sp. 50-60%, Phalaenopsis sp. 30 %, dan Oncidium sp. 60-75 %. Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera,

(19)

3

dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium, Phalaenopsis. Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera.

Anggrek merupakan tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan cukup lambat, dengan kecepatan tumbuh yang berbeda-beda tergantung pada jenisnya (Nesiaty dan Maloedyn 2007). Sifat tumbuh anggrek dibedakan menjadi dua tipe, yaitu monopodial dan simpodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium

yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Menurut Soedjono (1997) menuliskan bahwa batang anggrek beranekaragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudobulb). Untuk anggrek simpodial pertumbuhan batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal. Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh tunas anakan yang tumbuhnya disampingnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium, Cattleya, Oncidium dan

Cymbidium. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit. Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Pada anggrek monopodial akar muncul pada ruas-ruas batang (Lestari 1985). Bunga keluar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda, Arachnis, Renanthera, Phalaenopsis, dan Aranthera (Hew dan Young 1997; Mattjik 2010).

Morfologi Tanaman Anggrek

Pada dasarnya tanaman anggrek mempunyai bagian tanaman yang sama dengan tanaman lainnya, yaitu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Anggrek memiliki dua jenis perakaran, yaitu akar lekat dan akar udara. Akar lekat berfungsi untuk tanaman dapat melekat pada media pegangan nya, sedangkan akar udara berfungsi untuk tanaman mengambil air dan unsur hara (Jenny, Rondonuwu dan Pioh2009).

Batang (Pseudobulb)

Batang pada tanaman ini sering mengalami penebalan yang sering juga disebut batang semu yang membentuk seperti umbi pada pangkal daun dan dikenal dengan nama pseudobulb. Batang pada tanaman anggrek ini berfungsi sebagai penyimpan dan mengalirkan hasil fotosintat (Hew dan Young 1997). Daun

(20)

4

Bunga

Anggrek adalah tanaman dengan karakteristik bunga yang berbeda dengan bunga dari tanaman lain. Hal ini dapat dilihat dari tangkai bunga, ukuran bunga, jumlah kuntum bunga, ketahanan bunga dan aroma bunga yang keluar dari bunga anggrek. Dilihat dari karakteristik bentuk bunganya, maka bunga dari tanaman anggrek akan terlihat berbeda antar anggrek, tetapi semuanya mempunyai struktur dasar yang sama, yaitu terdiri dari tiga petal dan tiga sepal (Orchid Society 1998). Gabungan dari petal dan sepal disebut tepal. Dua petal berukuran sama dan satu petal berukuran lebih besar membentuk lidah daun (Mattjik 2010). Bentuk petal dan sepal sering tidak teratur.

Berikut adalah gambar penampakan tanaman, bentuk dan bagian-bagian bunga anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki) dan Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen).

Gambar 1 (A) Keragaan tanaman anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki), (B) Bentuk bunga anggrek Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen). Biji

Buah tanaman anggrek berbentuk kapsul dan dalam kapsul ini terdapat banyak sekali biji anggrek. Biji anggrek berukuran sangat kecil dan tidak memiliki endosperma atau cadangan makanan. Biji yang seperti ini menyebabkan susah untuk berkecambah sendiri tanpa tambahan nutrisi dari luar. Oleh karena itu anggrek lebih umum diperbanyak dengan cara perbanyakan organ vegetatifnya atau dapat melalui kultur jaringan (Hew dan Young1997).

Anggrek Cattleya

Cattleya merupakan salah satu jenis anggrek yang banyak dikenal di Indonesia. Cattleya diberi julukan sebagai ratu anggrek. Disebut ratu anggrek karena bunganya yang anggun seperti halnya seorang ratu (Rahmatia dan Pitriana 2007). Sesuai dengan pendapat Sarwono (2002) menyatakan bahwa anggrek Cattleya pada umumnya memiliki ukuran bunga yang lebih besar dibandingkan dengan anggrek lainnya, sehingga Cattleya dijuluki The Queen of Orchid. Spesies yang ukuran bunganya paling besar adalah Cattleya gigas, namun spesies yang paling terkenal adalah Cattleya skinneri yang dijadikan sebagai bunga nasional negara Brasil. Jenis anggrek ini termasuk dalam tanaman epifit yaitu tanaman

yang tidak merugikan bagi tanaman inangnya.

Sandra (2003) menyatakan bahwa anggrek Cattleya termasuk anggrek berdaun lebar, bentuk daunnya sederhana, bertulang daun lurus serta jumlahnya

(21)

5

satu atau dua helai tiap batang. Akar anggrek epifit umumnya lunak dan mudah patah, ujung runcing, berklorofil, licin dan memiliki daya lekat. Rambut-rambut pendek yang melekat pada bagian akar digunakan untuk menyerap air dan hara (Puspaningtyas et al. 2003). Cattleya adalah tanaman yang sedikit membutuhkan sinar matahari langsung sepanjang hari. Tapi senang mendapat sinar langsung di pagi hari selama 4-5 jam sehari. Anggrek ini memerlukan intensitas cahaya matahari hanya sekitar 40%.

Menurut Rahmatia dan Pitriana (2007) anggrek ini memiliki hampir semua warna bunga kecuali biru dan hitam dengan ukuran bunga 5-15 cm atau lebih. Jumlah bunga yang tumbuh bervariasi. Mahkota bunga lebih lebar dibanding kelopak bunga. Bagian sisi labellum terdiri atas tiga cuping. Bagian sisi labellum

biasanya berkerut seperti renda.

Cattleya memerlukan penyiraman secara teratur, namun ia juga memerlukan waktu kering beberapa saat, sebelum disiram lagi. Saat disiram, akar akan menyerap air sebanyak-banyaknya untuk disimpan dalam akar maupun bulb. Menurut Supramana dan Suatika (1990) tinggi untuk pseudobulb anggrek

Cattleya berkisar antara 18-90 cm.

Menurut pendapat Rahmatia dan Pitriana (2007) menyatakan bahwa banyak

Cattleya merupakan tanaman hasil persilangan. Persilangan pada anggrek jenis ini dapat terjadi baik antar spesies maupun antar genus. Persilangan antar genus pada

Cattleya salah satunya adalah pada genus Brassavola, Laelia, dan Cattleya. dengan baik bila lingkungan tempat tumbuhnya mempunyai suhu siang antara 21-32oC dan suhu malam 13-18oC. Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar 2 000-4 000 fc atau 30% cahaya matahari penuh, kelembaban sekitar 60-80%, selain itu juga perlu sirkulasi udara dan pengairan yang cukup baik (Soeryowinoto, 1974).

Cattleya akan rajin berbunga pada lingkungan dengan suhu antara 15-35oC. Sesuai dengan pernyataan Iswanto (2010) bahwa suhu pada siang hari yang dibutuhkan untuk anggrek Cattleya sebesar 21-30oC dengan kapasitas cahaya sedang sampai terang.

Silika

Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon dioxida)

dan merupakan unsur ke dua terbanyak setelah oksigen (O2) di kerak bumi yang

diserap oleh hampir semua tanaman dalam bentuk asam monosilikat (monosilicic acid) atau Si(OH)4 (Tisdale, Nelson dan Beaton 1985; Dixon dan Weed 1989;

(22)

6

Sesuai dengan keperluan Si tumbuhan dikelompokkan menjadi dua yaitu akumulator dan non akumulator. Tumbuhan akumulator adalah tumbuhan yang kandungan Si-nya melebihi besar Si yang diserap, keadaan sebaliknya untuk tumbuhan non akumulator. Berdasarkan pendapat Ma dan Takahashi (2002) bahwa tanaman akumulator menyerap Si secara aktif. Unsur hara yang memberi banyak manfaat bagi tanaman, khususnya tanaman akumulator Si seperti padi dan tebu. Unsur yang paling banyak terdapat di dalam tanah dalam bentuk mineral aluminium silikat. Mineral tersebut dalam bentuk padat yang melalui proses pelapukan diurai menjadi sumber unsur yang tersedia bagi tanaman, oleh karena itu tanaman yang tumbuh di atas tanah, akan mengandung unsur Si yang terdapat dalam hampir semua jaringan dengan kadar antara 0.1 sampai 10% (Esptein sederhana (alofen, imogolit, opal A) yang berasal dari proses pembentukan tanah (Monger dan Kelly 2002). Peran hara Si bagi tanaman dapat menstimulasi fotosintesis dan translokasi karbon dioksida (CO2). Unsur Si juga dapat

mengurangi cekaman abiotik, seperti suhu, radiasi cahaya, angin, air, dan kekeringan, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap cekaman biotik, seperti serangan penyakit dan hama. Silika memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama. Fungsi ini mirip dengan peran K bagi tanaman. Penambahan unsur Si akan membuat proses fotosintesis menjadi lebih maksimal, karena fungsi tersebut maka unsur hara Si mutlak dibutuhkan tanaman. Perannya sebagai unsur hara yang menguntungkan dapat berubah menjadi unsur hara esensial seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan konsep unsur hara esensial dan nonesensial berdasarkan hubungan tanah, unsur hara, dan tanaman.

Silika dalam Tumbuhan

Peran Si salah satunya adalah sebagai proteksi tanaman terhadap keadaan yang kurang menguntungkan. Penggunaan Si sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, berdampak pada penguatan batang tanaman, perlindungan tanaman dari hama, penguatan akar dan lain-lain (Ma dan Takahashi 2002). Peran hara Si bagi tanaman dapat menstimulasi fotosintesis dan translokasi karbon dioksida (CO2).

Si dapat menggantikan posisi P dalam DNA (Voronkov, Zelchan dan Lykevic 1978). Tanaman monokotil menyerap Si lebih banyak dibanding tanaman kacang-kacangan dan dikotil. Berdasarkan kemampuan menyerap Si, tanaman dibagi menjadi tiga golongan yaitu (a) Gramineae basah seperti padi sawah, menyerap SiO2 sekitar 10%-15%, (b) Gramineae kering seperti tebu dan rumput-rumputan sekitar 1-3%, dan (c) Tanaman dikotil dan leguminose sekitar hanya 0,5% (Roesmarkam dan Yuwono 2002 dalam Amrullah 2015).

(23)

7

model penyerapan pasif menyerap Si dengan tingkatan yang sama dengan menyerap air, tetapi tidak ada perubahan konsentrasi yang signifikan dalam larutan yang berhasil diamati. c. Rejective uptake Model rejective uptake cenderung untuk mengeluarkan Si yang dibuktikan dengan terjadinya peningkatan konsentrasi Si dalam larutan.

Pasokan Si membantu daun untuk lebih tegak dalam pengaruh kondisi pemupukan nitrogen yang tinggi, sehingga bisa meningkatkan tingkat fotosintesis. Penambahan Si yang cukup bisa mengurangi tendensi tanaman serelia untuk layu pada kondisi kekeringan karena penurunan permeabilitas atas uap air dari dinding sel epidermal daun. Unsur Si juga dapat mengurangi cekaman abiotik, seperti suhu, radiasi cahaya, angin, air, dan kekeringan, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap cekaman biotik, seperti serangan penyakit dan hama. Silika memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama. Fungsi ini mirip dengan peran K bagi tanaman (PIOC 2014). Semua fungsi Si mempuyai andil dalam meningkatkan bobot batang dan ketahanan terhadap cekaman fisik, kimia maupun biologi (Ma dan Takahashi 2002).

Tanaman yang kekurangan Si menyebabkan ketiga organ tanaman kurang terlindungi oleh lapisan silika yang kuat, akibatnya (1) daun tanaman lemah terkulai, tidak efektif menangkap sinar matahari, sehingga produktivitas tanaman rendah, (2) penguapan air dari permukaan daun dan batang tanaman dipercepat, sehingga tanaman mudah layu atau peka terhadap kekeringan, (3) daun dan batang menjadi peka terhadap serangan hama dan penyakit, (4) tanaman mudah rebah, (5) kualitas berkurang karena mudah terkena hama dan penyakit sehingga hasil optimal tanaman tidak tercapai, kestabilan hasil rendah (fluktuatif) dan mutu produk rendah. Peningkatan serapan silikat dapat menjaga daun tetap tegak sehingga fotosintesis dari kanopi dapat meningkat sampai 10% (PIOC 2014).

Karakterisasi Tanaman

Karakterisasi adalah cara untuk mengetahui karakter-karakter tanaman baik karakter kuantitatif maupun secara karakter kualitatif. Perlakuan karakterisasi seperti ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi karakter morfologi, fisiologi maupun molekuler tergantung pada karakter yang ingin diketahui. Potensi suatu tanaman juga dapat dilihat melalui kegiatan karakterisasi (Nursandi 1997). Hasil karakterisasi suatu tanaman dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan pemuliaan tanaman. Karakterisasi juga dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui kekerabatan suatu aksesi yang dikarakterisasi. Semakin banyak persamaan ciri, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. Sebaliknya, semakin banyak perbedaan ciri maka semakin jauh hubungan kekerabatannya (Irawan dan Kartika 2008).

Pemupukan, Pupuk Anorganik dan Organik dalam Anggrek

(24)

8

kurang terdapat hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh optimal, maka kegiatan pemupukan sangatlah diperlukan. Penggunaan pupuk secara setimbang akan meningkatkan produksi tanaman. Berdasarkan Roidah (2013) menyatakan bahwa penggunaan pupuk yang setimbang juga dapat menghindari kekerasan tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman dan porositas tanah serta kadar air tersedia tanah.

Anggrek memerlukan adanya pemberian pupuk sebagai penyedia hara untuk pertumbuhan, perkembangan dan merangsang pembungaan serta meningkatkan produktivitasnya. Anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengingat pertumbuhan anggrek sangat lambat. Defisiensi nutrisi dapat terjadi jika konsentrasi unsur hara berada dibawah konsentrasi yang dibutuhkan agar anggrek tumbuh optimal (Hew dan Young 1997). Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk organik maupun anorganik (Widiastoety dan Santi 1997).

Ada dua cara untuk mensuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan melalui akar dan daun (Soepardi 1983). Tanaman pada umumnya juga menyerap hara melalui daun selain melalui akar. Akan tetapi pemupukan akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan daun bagian bawah (Santi, Suciantini, dan Goenadi 1996). Tisdale, Nelson dan Beaton (1985) menyatakan bahwa dengan cara pemupukan melalui daun penyerapan hara oleh tanaman dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan melalui akar karena dapat menembus kutikula dan stomata sehingga langsung masuk ke dalam sel jaringan. Sesuai pernyataan Santi (2005) bahwa anggrek Cattleya tumbuh dengan sehat dan kuat apabila kebutuhan unsur hara makro dan mikro terpenuhi, sedangkan kandungan unsur hara dalam media pakis jumlahnya kurang memenuhi sehingga diperlukan untuk pemupukan. Pupuk biasanya diberikan melalui tanah, tetapi dapat juga diberikan melalui daun sebagai larutan.Untuk sebagian besar anggrek dan khususnya anggrek epifit, pemupukan diberikan dalam bentuk larutan. Selanjutnya menurut Wahyono et al. (2009) menyatakan bahwa umumnya pemupukan dalam bentuk larutan melalui daun menggunakan alat semprot namun ada juga yang dilakukan dengan cara langsung menyiram daun tanaman.

Pupuk anorganik dijual dengan berbagai merek dagang dan mengandung bahan campuran utama yang seimbang, terdiri dari tiga elemen esensial dasar untuk pertumbuhan dan pembungaan. Ketiga elemen tersebut adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) (Orchid Society 1998). Pupuk yang memberikan N, P dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk (grade atau analisis) merupakan persen dalam berat dari nitrogen (dinyatakan sebagai unsur N), fosfor (dinyatakan sebagai P2O5) dan kalium (dinyatakan sebagai K2O). Sesuai dengan pendapat

Harjadi (1996) bahwa selain unsur makro, unsur mikro juga memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil.

(25)

9

pegang air tanah meningkat dan pergerakan udara (aerasi) di dalam tanah menjadi lebih baik.

Pemupukan pada anggrek tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis pupuk, tetapi dapat dilakukan menggunakan dua jenis pupuk berbeda. Penyelingan dan kombinasi beberapa pupuk ini dilakukan untuk melengkapi komposisi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Setiap jenis pupuk daun mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015. Penelitian bertempat di rumah anggrek Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB yang bertempat di kebun percobaan Leuwikopo, Dramaga.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 genotipe anggrek Cattleya hibrida, yaitu : Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana), Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen), Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki). Media tanam berupa pakis cacah, arang dan sphagnum moss. Pngendalian hama dan penyakit dalam penelitian ini menggunakan fungisida (Dythane-45) dan bakterisida (Agrept). Silika (Si) yang digunakan dalam perlakuan pemupukandengan merek dagang Novelgro Silika (Lampiran 1). Bahan lain yang dipakai meliputi air, pupuk organik cair lengkap dengan merek dagang Bio Sugih Tani (Lampiran 2), pupuk majemuk untuk daun berbentuk kristal biru dengan merek dagang Grow More Research Farms (NPK 32-10-10) (Lampiran 3), serta Vitamin B1 dengan merek Liquinox Start (Lampiran 4). Alat yang digunakan meliputi alat tanam, pot plastik hitam, suntikan takar, gelas ukur, neraca analitik, wadah plastik, jangka sorong, meteran, sprayer, alat tulis, dan kamera.

Metode Percobaan Persiapan

Tahap persiapan dilakukan dengan memasang paranet sebagai naungan untuk anggrek Cattleya dengan kapasitas menyaring sinar matahari sebesar 70% pada green house. Bahan tanam berupa 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya yang diperoleh dari Malang, Jawa Timur. Bahan tanam yang dipakai merupakan tanaman dengan umur lebih dari satu tahun atau setidaknya merupakan

(26)

10

Perlakuan Pemupukan dan Pemberian Silika (Si)

Percobaan ini disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 1 faktor perlakuan yaitu konsentrasi pupuk dimana terdapat 4 taraf pemupukan. Percobaan dilakukan secara terpisah pada 3 genotipe hibrida. Adapun perlakuan yang digunakan yaitu :

P1 = pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 P2 = Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1

P3 = organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika2.5 ml L-1 P4 = Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1 + silika2.5 ml L-1

Silika yang digunakan dalam perlakuan pemupukan merupakan silika dengan merek Novelgro Silika (Lampiran 1). Tanaman memiliki lapisan sel silika atau yang sering dikenal dengan Phytolith. Sel ini bersifat keras seperti batu. Novelgro silika merupakan nutrisi silika terlarut dalam air yang mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi tersebut akan dibawa oleh jaringan tanaman ke lapisan sel terluar (epidermis) untuk membentuk lapisan yang keras (cuticle). Ketika sel-sel silika tersebut melapisi seluruh permukaan sel terluar, termasuk bulu-bulu tanaman, maka dinding sel menjadi semakin tebal dan susah ditembus oleh OPT.

Pupuk organik cair yang dipakai dalam perlakuan pemupukan merupakan pupuk organik cair dengan merek dagang Bio Sugih Tani yang dikeluarkan oleh PT Sukajadi Sejahtera Bersama dibawah naungan Agro Tech Indonesia. Tertera dalam kemasan (Lampiran 2) bahwa komposisi mineral dalam pupuk ini untuk unsur N sebesar 1.8 ppm, unsur P sebesar 0.757 ppm dan unsur K sebesar 0.383 ppm.

Perlakuan pemupukan menggunakan pupuk majemuk untuk daun berbentuk kristal dengan merek dagang Grow More Research Farms (Lampiran 3) dengan komposisi NPK (32-10-10). Pupuk ini diproduksi oleh Grow More Gardena, CA 90248-2140 USA.

Penyemprotan menggunakan vitamin B1 dilakukan bertujuan untuk membuat tanaman menjadi stabil atau lebih cepat beradaptasi dengan lokasi penelitian. Vitamin B1 yang digunakan dalam perlakuan adalah vitamin B1 dengan merek dagang Liquinox Start merupakan produk USA Liquinox Company Orange CA 92665 (Lampiran 4).

Berikut merupakan gambar contoh 3 genotipe tanaman anggrek Cattleya

yang diuji.

Gambar 2 Contoh tanaman anggrek Cattleya yang diamati (A) Blc. mantini (C. dowiana X C. bowringiana), (B) Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen), (C) Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki).

(27)

11

Tanaman yang digunakan terdiri atas tiga hibrida anggrek Cattleya, yaitu : G1 = Blc. mantini (C. dowiana X C. bowringiana)

G2 = Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen)

G3 = Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki)

Setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan pada masing-masing genotipe. Tanaman berupa 2 bulb dalam satu pot. Setiap ulangan terdiri atas 3 tanaman sehingga jumlah tanaman adalah 108 tanaman. Model aditif linier yang digunakan, yaitu :

Yij = μ + αi + ßj + ϵijk Keterangan :

Yij : pengamatan perlakuan pupuk daun ke-i, ulangan ke-j μ : nilai rataan umum hasil pengamatan

αi : pengaruh perlakuan pupuk daun ke-i, i = 1,2,3,4

ßj : pengaruh ulangan ke-j, j = 1,2,3

ϵijk : nilai galat percobaan perlakuan.

Data kuantitatif yang didapatkan dari perlakuan pemupukan terdiri atas 5 peubah pengamatan. Pengamatan data kuantitatif meliputi :

1. Pertambahan jumlah daun (menghitung jumlah daun yang terdapat dalam satu pot pada masing-masing unit percobaan dan data yang dipakai merupakan data hasil perhitungan daun saat pengamatan dilakukan yang dikurangi dengan data perhitungan minggu sebelumnya).

2. Pertambahan panjang daun (mengukur menggunakan mistar daun terpanjang dalam satu pot selanjutnya data yang diambil merupakan selisih panjang minggu saat pengamatan dilakukan dikurangi dengan data minggu sebelumnya).

3. Pertambahan lebar daun (mengukur tebal semua daun masing-masing pot menggunakan jangka sorong, data yang di pakai adalah data daun yang paling lebar yang dikurangkan dengan data minggu sebelumnya).

4. Pertambahan tebal daun (mengukur tebal semua daun masing-masing pot menggunakan jangka sorong, data yang di pakai adalah data daun yang paling lebar yang selanjutnya dikurangi dengan data pengamatan sebelumnya). 5. Waktu muncul anakan baru (menghitung jumlah anakan baru yang muncul

pada tiap pot, data yang dipakai merupakan seisih data minggu saat pengamatan dikurangi dengan data minggu sebelumnya, dihitung anakan baru apabila daun telah terbuka secara sempurna).

Data kuantitatif diolah dengan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System) kemudian dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% .

Karakterisasi

(28)

12

1. Keragaan umum tanaman 1.1 Penampang melintang daun

1. Teret / pesil

2. Bilaterarly compressed (zigomorf/tipe simetri ditekan) 3. Plicate (berlipatan)

4. Conduplicate (tidak rangkap)

1 2 3 4 Gambar 3 Penampang melintang daun

1.2 Posisi pembungaan

1. Pangkal/sisi pseudobulb 2. Sisi/di antara dua ketiak daun 3. Pucuk

1 2 3 Gambar 4 Posisi pembungaan 2. Daun

2. 1 Bentuk daun

1. Subulate/berbentuk jarum 2. Linear/berbentuk pita/lurus 3. Oblong/lonjong

4. Eliptic/jorong/bujur telur 5. Spathulate/berbentuk sendok

6. Lanceolate/berbentuk lanset/mata lembing

7. Oblanceolate/berbentuk lanset sungsang/kebalikan lanset 8. Ovate/bulat telur

9. Obovate/bulat telur sungsang 10. Trullate/berbentuk sekop 11. Cordate/berbentuk jantung 12. Triangular/segitiga

13. Sagittate/berbentuk panah 14. Hastate/mata tombak

(29)

13

2.2 Bentuk ujung daun

1. Acute/lancip/menajam ke ujung

2. Acuminate/meruncing dengan sisi-sisi yang tajam 3. Apiculate/berujung runcing

4. Mucronate/berujung suntih dangkal bertulang runcing 5. Obtuse/tumpul

6. Truncate/bentuk pepat/memotong 7. Retuse/romping/tumpul bertakik sedikit 8. Emarginated/terkoyak, ujung membelah 9. Tridentate/bergigi tiga

10. Praemorse/bergerigi 11. Setose/berbentuk sikat 12. Caudate/berekor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Gambar 6 Bentuk ujung daun

2. 3 Susunan daun

1. Convolute/tergulung bersama 2. Duplicate/rangkap

1 2

Gambar 7 Susunan daun 2.4 Bentuk tepi daun

1. Entire/mengutuh 2. Undulate/mengombak 3. Sinuate/berliuk

4. Angulate/menyudut/bersegi 5. Crenate/beringgitan

6. Erose/terkerkah 7. Dentate/bergerigi 8. Serrate/menggergaji

9. Doubly serrate/benggergaji ganda 10. Fimbriate/berjumbai

11. Ciliate/kelijak, seperti bulu mata 12. Crispate/mMengeriting

(30)

14

2.5 Tekstur permukaan daun

1. Glabrous/gundul

2. Pilose/tertutup bulu-bulu halus jarang-jarang 3. Hirsute/tertutup bulu-bulu panjang yang agak kaku 4. Woolly/seperti wol

5. Farinose/seperti tepung

6. Verrucose/permukaan tidak teratur 7. Rugulose/berkeriput

8. Papillose/seperti papila

1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 9 Tekstur permukaan daun

2.6 Simetri daun

1. Simetri 2. Tidak simetri

1 2

Gambar 10 Simetri daun 3. Bunga

3. 1 Tipe pembungaan

1. Single flowered/berbunga tunggal/soliter 2. Cymose/perbungaan terbatas

3. Spicate/berpaku-paku/permukaan yang tertutup berjalar-jarar halus, tegak, dan mendaging

4. Racemose/raceme/tandan 5. Paniculate/malai

6. Fasciculate/berberkas/bertukal 7. Umbellate/seperti payung

1 2 3 4 5 6 7 Gambar 11 Tipe pembungaan

3.2 Resupinasi (berputar hampir atau lebih dari 180oke arah porosnya)

(31)

15

2. Resupinat (terpuntir)

1 2 Gambar 12 Resupinasi 3.3 Perhiasan bunga Keterangan:

1. Sepal dorsal 2. Sepal lateral 3. Petal

4. Bibir

Gambar 13 Perhiasan bunga 3. 4 Bentuk bunga

1. Bulat (saling menumpang antara sepal dan petal) 2. Bintang

1 2 Gambar 14Bentuk bunga

Kegiatan karakterisasi dilakukan setelah akhir perlakuan diberikan hal ini karena kondisi tanaman yang belum memungkinkan untuk dilakukan karakterisasi saat pertama bahan tanam didapatkan. Karakterisasi dilakukan pada semua tanaman percobaan, dengan melihat masing-masing tanaman berdasarkan genotipe, dan perlakuan pemupukan yang diberikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

(32)

16

anggrek pada bulan April sampai dengan Juli 2015 pada siang hari rata-rata sebesar 40-45% sedangkan pada malam hari rata-rata sebesar 60-70%. Jumlah penyiraman ditambahkan ketika tanaman akan berbunga dan sudah memproduksi bunga. Perlakuan pemupukan seluruhnya dilakukan dengan cara disemprotkan menggunakan sprayer dan dilakukan pada pagi hari.

Faktor yang berpengaruh dalam pertambahan tinggi tanaman adalah ketersediaan air, cahaya, temperatur, dan kelembapan udara yang optimal, apabila hal tersebut dipenuhi maka dapat memacu pertumbuhan tanaman melalui pembelahan dan pemanjangan sel (Sitompul dan Bambang 1995). Bahan tanam berada dibawah naungan dengan paranet dengan kapasitas untuk menyaring sinar matahari 70%, sehingga tanaman tidak terkena paparan sinar matahari dan tetesan air hujan secara langsung. Iswanto (2010) menyatakan bahwa suhu pada siang hari yang dibutuhkan untuk anggrek Cattleya sebesar 21-30oC dengan kapasitas cahaya sedang sampai terang. Hal ini disebabkan apabila cahaya yang diterima berlebihan maka sel-sel dalam tanaman akan menjadi keras dan tdak produktif lagi, dan biasanya akan menjadi mati (Wilkins 1989).

Berikut merupakan kondisi tanaman anggrek Cattleya yang di uji untuk 3 ulangan saat berada di green house.

Gambar 15 (A) Kondisi tanaman anggrek Cattleya ulangan 1, (B) Ulangan 2, (C) Ulangan 3.

Serangan dari hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae) menyerang daun pada beberapa tanaman genotipe CM atau Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) pada minggu ke 2 setelah dilakukan perlakuan. Berikut merupakan gambar daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae).

Gambar 16 Daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae).

Penelitian Balfas (2010) menunjukkan bahwa kutu perisai menempel pada permukaan tanaman. Serangan berat akibat hisapan kutu terlihat pada seluruh

(33)

17

permukaan tanaman berupa bintik berwarna coklat, yang membuat tanaman terlihat kusam.

Pengaruh Pemupukan

Data kuantitatif karakter morfologi terdiri dari 5 peubah pengamatan yaitu pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang daun, pertambahan lebar daun, pertambahan tebal daun, serta muncul anakan baru. Berdasarkan hasil uji statistik pada 3 genotipe anggrek yang diuji terhadap 5 peubah pengamatan didapatkan nilai koefisien keragaman sebesar 8-29%. Syahid (2009) menyatakan bahwa gambaran tentang seberapa jauh keragaman yang terdapat di dalam suatu percobaan disebut dengan koefisien keragaman. Nilai koefisien keragaman dikatakan sedang apabila minimal 5-10% pada kondisi homogen atau 10-20% pada kondisi heterogen. Nilai koefisien keragaman ini maksimal 5% pada kondisi homogen bernilai kecil dan 10% pada kondisi heterogen bernilai besar (Hanafiah 1991). Jika koefisien keragaman terlalu besar akan menyebabkan tidak adanya perlakuan yang menonjol secara logis (Syahid 2009).

Tabel 1 Rataan jumlah awal daun anggrek Cattleya (helai)

Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.

Tabel 1 dan Tabel 2 menampilkan rataan awal serta pertambahan jumlah daun tanaman anggrek yang diuji. Daun yang muncul dihitung menjadi daun baru saat daun telah membuka sempurna meskipun ukurannya masih relatif kecil dan masih dapat bertambah panjang, lebar dan tebalnya. Anggrek memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran maupun ketebalan daun. Tiap daun berbeda tebalnya, ada yang tipis, tebal, rata dan kaku (Darmono 2004). Tunas dan anakan adalah sesuatu yang berbeda, tunas adalah bulb baru yang muncul pada bulb utama anggrek Cattleya tetapi daun belum membuka sempurna.

Pengamatan daun anggrek yang diuji dilakukan setiap dua minggu sekali dan dilakukan pada pagi hari. Tabel 2 menunjukan hasil perlakuan pupuk berpengaruh nyata pada genotipe CM terhadap pertambahan jumlah daun pada minggu ke 8 dan akhir perlakuan yaitu minggu ke 12 atau pada akhir perlakuan dilakukan. Perlakuan pemupukan yang diberikan pada anggrek Cattleya genotipe CM yang paling berpengaruh pada pertambahan jumlah daun adalah pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1. Sedangkan perlakuan pemupukan yang diberikan pada anggrek Cattleya genotipe CCY tidak menunjukan respon yang nyata pada pertambahan jumlah daun selama perlakuan diberikan untuk semua perlakuan pupuk.

Perlakuan pemupukan berpengaruh sangat nyata pada genotipe CWPT sesuai Tabel 2 pada minggu ke 2 sampai degan minggu ke 8. Hal ini karena pupuk yang memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun anggrek genotipe ini adalah pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 dan pupuk yang lain tidak memberikan hasil. Genotipe dan lingkungan merupakan faktor yang

Genotipe Perlakuan

1 2 3 4

CM 4.11 4.11 3.89 3.00

CCY 2.22 1.89 2.44 1.89

(34)

18

mempengaruhi jumlah dan ukuran daun (Humphries dan Wheeler 1963 dalam Gardner et al. 1991).

Tabel 2Rataan pertambahan jumlah daun (PJD) anggrek Cattleya

Perlakuan Minggu Setelah Perlakuan (MSP)

2 4 6 8 10 12

---CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)---

P1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing

genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan

P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman.

Tabel 3 dan Tabel 4 menerangkan mengenai rataan awal dan rataan pertambahan panjang daun pada anggrek Cattleya yang di uji. Sesuai dengan data yang didapatkan genotipe CCY memiliki daun awal paling panjang dari genotipe lain yaitu sebesar rata-rata 20.24 cm, sedangkan untuk genotipe CWPT merupakan genotipe dengan rataan panjang awal daun terpendek yaitu sebesar 15.1 cm.

Tabel 3 Rataan panjang awal daun anggrek Cattleya (cm)

Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : minggu ke 2 setelah diberikan perlakuan menunjukan respon yang nyata terhadap pertambahan panjang daun. Perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1

Genotipe Perlakuan

1 2 3 4

CM 15.92 15.58 16.53 16.48

CCY 20.42 20.43 17.51 22.61

(35)

19

memberikan hasil yang paling baik dari perlakuan yang lain pada genotipe CWPT pada minggu ke 2.

Tabel 4Rataan pertambahan panjang daun (PPD) anggrek Cattleya

Perlakuan Minggu Setelah Perlakuan (MSP)

2 4 6 8 10 12

Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow

More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman.

Menurut Suharno et al. (2007) bahwa keberadaan unsur nitrogen juga sangat penting terutama kaitannya dengan pertumbuhan tanaman. Unsur N menyebabkan perkembangan permukaan daun yang lebih cepat, sedangkan unsur P, K, Mg, Ca, dan S juga berperan dalam menunjang pertumbuhan lebar daun (Suwandi dan Chan 1982).

Tabel 5 dan 6 menampilkan rataan lebar awal daun anggrek dan pertambahan lebar daun anggrek Catlleya setelah diberikan perlakuan pupuk. Pada Tabel 5 menunjukan bahwa genotipe CM memiliki rataan lebar daun yang paling lebar dibanding genotipe lain yaitu sebesar 5.61 cm.

Tabel 5Rataan lebar awal daun anggrek Cattleya (cm)

Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : More (NPK 32:10:10)2 g L-1 memberikan pengaruh yang paling baik dari minggu

Genotipe Perlakuan

1 2 3 4

CM 9.21 4.31 4.48 4.47

CCY 4.30 4.93 4.58 5.17

(36)

20

ke 2 hingga minggu ke 8 pada genotipe ini. Pada genotipe CWPT memberikan respon yang nyata dan sangat nyata terhadap pemberian pupuk pada minggu ke 2 dan ke 4, untuk perlakuan pupuk yang paling baik memberikan pengaruh terhadap pertambahan lebar genotipe ini adalah pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1. Tabel 6Rataan pertambahan lebar daun (PLD) anggrek Cattleya

Perlakuan Minggu Setelah Perlakuan (MSP)

2 4 6 8 10 12

---CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)---

P1 0.51 a 0.53 a 0.57 a 0.59 a 0.63 a 0.63 a

Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing

genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan

P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman.

Tabel 7 dan Tabel 8 menampilkan data tebal awal daun anggrek serta pertambahan tebal daun anggrek Cattleya yang diuji. Sesuai hasil perhitungan menggunakan jangka sorong, bahwa rata-rata daun anggrek Cattleya yang paling tebal adalah genotipe CCY yaitu sebesar 1.92 mm pada awal sebelum perlakuan diberikan. Daun anggrek Cattleya yang paling tipis adalah genotipe CM yaitu rata-rata sebesar 1.55 mm.

Tabel 7Rataan tebal awal daun anggrek Cattleya (mm)

Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.

Sesuai dengan Tabel 8 bahwa hasil perhitungan statistik menunjukan bahwa perlakuan pemupukan tidak memberikan hasil yang nyata selama perlakuan diberikan terhadap pertambahan tebal daun pada semua genotipe yang diuji. Perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10)2 gL-1 memberikan pengaruh paling

Genotipe Perlakuan

1 2 3 4

CM 1.76 1.56 1.49 1.39

CCY 2.00 1.95 1.90 1.84

(37)

21

besar terhadap pertambahan tebal daun pada semua genotipe yang diuji selama penelitian dilakukan. Perhitungan ini didapatkan dari menambahkan semua data dari masing-masing genotipe yang diuji tiap perlakuan dan dibagi dengan jumlah minggu diberikan perlakuan pemupukan.

Tabel 8Rataan pertambahan tebal daun (PTD) anggrek Cattleya

Perlakuan Minggu Setelah Perlakuan (MSP)

2 4 6 8 10 12

---CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)---

P1 0.01 0.10 0.15 0.16 0.16 0.22

Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing

genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan

P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman.

Tabel 9 dan Tabel 10 menerangakan mengenai jumlah anakan awal dan rataan jumlah muncul anakan baru pada anggrek yang diuji. Genotipe CWPT tidak terdapat anakan baru saat awal sebelum penelitian dilakukan (Tabel 9). Pada genotipe CM terdapat paling banyak anakan baru saat penelitian akan dimulai. Anakan baru dihitung ketika terdapat daun yang telah terbuka sempurna pada tunas yang muncul.

Tabel 9Rataan jumlah anakan baru anggrek Cattleya (mm)

Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.

Sesuai perhitungan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakua pemupukan memberikan pengaruh nyata pada genotipe CM pada minggu ke 10 dan minggu 12. Baik pada genotipe CCY maupun CWPT, perlakuan pemupukan

Genotipe Perlakuan

1 2 3 4

CM 0.20 0.30 0.40 0.10

CCY 0.20 0.00 0.20 0.20

(38)

22

tidak memberikan pengaruh yang nyata selama penelitian dilakukan terhadap peubah pengamatan muncul anakan baru.

Tabel 10 Rataan muncul anakan baru (MAB) anggrek Cattleya

Perlakuan Minggu Setelah Perlakuan (MSP)

2 4 6 8 10 12

Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow

More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman.

Pertambahan jumlah daun genotipe CM pada perlakuan P2 menunjukan rata-rata sebesar 0.8 helai atau hampir 1 helai daun pada setiap 2 minggu saat dilakukan pengamatan. Sesuai dengan Tabel 6 dan Tabel 8 bahwa pertambahan lebar dan tebal daun anggrek genotipe CM pada P2 sebesar rata-rata 0.55 cm dan 0.32 mm pada setiap 2 minggu.

Pada Gambar 17 kondisi tanaman anggrek paling baik saat akhir pengamatan atau minggu ke 12 adalah pada perlakuan pemupukan P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1. Sesuai dengan data pada Tabel 2, Tabel 6 dan Tabel 8 bahwa perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 menghasilkan pertambahan jumlah daun, pertambahan lebar daun dan pertambahan tebal daun paling tinggi pada genotipe CM.

Perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1 menunjukan pengaruh yang paling baik untuk genotipe CM dalam pertambahan jumlah, lebar dan tebal daun. Genotipe CM yang diamati terdapat calon bunga pada beberapa tanaman pada perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1. Pertambahan panjang daun genotipe CM menunjukan respon dan kondisi paling baik pada P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, yaitu rata-rata sebesar 1.32 cm pada setiap pengamatan tanaman.

(39)

23

Gambar 17 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1 + silika2.5 ml L-1.

Pada Gambar 18 menunjukkan kondisi tanaman anggrek Cattleya genotipe CCY yang paling baik adalah pada P2. Uji statistik untuk anggrek genotipe CCY menunjukan bahwa untuk pertambahan jumlah daun anggrek yang paling baik adalah P1. Pertambahan panjang daun genotipe CCY paling baik memberikan respon pada P3. Sesuai pada Tabel 6 bahwa pertambahan lebar daun anggrek genotipe CCY paling baik memberikan respon adalah pada P1 dan P3 yaitu rata-rata sebesar 0.285 cm pada setiap pengamatan atau 2 minggu.

Hasil uji menunjukkan bahwa untuk pertambahan tebal daun dan waktu muncul anakan baru genotipe CCY paling baik memberikan respon adalah pada P2. Secara uji statistik menunjukkan bahwa sebetulnya antara P1, P2 dan P3 hampir seimbang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya

genotipe CCY tetapi secara kondisi dilapangan, tanaman yang diberi perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 menunjukan kondisi yang paling prima.

Kondisi tanaman contoh anggrek genotipe CCY dalam semua perlakuan pemupukan pada akhir perlakuan disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CCY pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1 + silika2.5 ml L-1.

Data hasil uji statistik pada anggrek Cattleya genotipe CWPT untuk 5 peubah pengamatan 3 diantaranya menunjukkan bahwa perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan anggrek. Hal ini sesuai dengan fungsi unsur N bagi tanaman yaitu

P1 P2 P3 P4

(40)

24

berfungsi dalam proses sintesis klorofil, asam amino dan protein. Unsur nitrogen juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Pemberian pupuk Grow More (NPK 32:10:10)2 g L-1 memberikan hasil paling baik karena kandungan nitrogen lebih tinggi dibandingkan pupuk organik cair lengkap yang hanya mengandung nitrogen sebesar 1.8 ppm.

Gambar 19 merupakan gambar kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CWPT dalam semua perlakuan pemupukan pada akhir pengamatan.

Gambar 19Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika2.5 ml L-1.

Pecampuran dua jenis senyawa yaitu Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 dan silika 2.5 ml L-1 menimbulkan suatu gumpalan yang tidak dapat larut didalam air. Percampuran senyawa dilakukan dengan memasukkan air terlebih dahulu setelah diketahui terjadi penggumpalan antara dua senyawa tersebut.

Karakterisasi

Data kualitatif diamati untuk mengetahui keragaman karakter morfologi daun dan karakter morfologi bunga dari 3 genotipe anggrek Cattleya yang diuji. Karakterisasi morfologi perlu dilakukan terutama untuk keperluan identifikasi fenotipe dan peubahnya terkait dengan ekotipe atau perubahan-perubahan lingkungan (Marzuki et al 2008).

Gambar 20 (A) CM : Blc. mantini,(B) CCY : Blc. chun yeah , (C) CWPT : Blc. warneri purple tounge.

Hasil dari karakterisasi morfologi daun tanaman yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan data yang didapat mengenai karakter morfologi daun yaitu penampang melintang daun, bentuk ujung daun, susunan, bentuk tepi daun, dan tekstur permukaan daun genotipe anggrek Cattleya tidak ada keragaman.

P1 P2 P3 P4

(41)

25

Tabel 11Hasil karakterisasi morfologi daun anggrek Cattleya

Genotipe

Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge.

Berdasarkan data yang diamati, keragaman terdapat pada bentuk dan simetri daun dari ketiga genotipe yang diamati. Variasi sifat fenotipe disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan keadaan lingkungan (Allard 1960). Karakterisasi morfologi daun Cattleya yang diuji ditampilkan pada Tabel 11. Tabel 12Hasil karakterisasi morfologi bunga anggrek Cattleya

Aksesi

Karakter morfologi bunga Posisi

pembungaan

Tipe

pembungaan Resupinasi Perhiasan bunga

Bentuk

lateral, petal, dan bibir Bulat

CCY Pucuk

Racemose/

raceme/tandan Resupinat (terpuntir)

Sepal dorsal, sepal

lateral, petal, dan bibir Bulat

CWPT Pucuk Racemose/

raceme/tandan

Resupinat (terpuntir)

Sepal dorsal, sepal

lateral, petal, dan bibir Bulat Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge.

Pada karakter morfologi bunga pada 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya

yang diamati tidak terdapat suatu keragaman baik pada posisi pembungaan, tipe pembungaan, resupinasi, perhiasan, serta bentuk bunga dari anggrek Cattleya

yang diamati. Hasil karakterisasi morfologi bunga pada anggrek Cattleya yang diuji di sajikan pada Tabel 12.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(42)

26

terhadap pertambahan panjang daun dan muncul anakan baru paling tinggi terhadap pertumbuhan 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya. Penambahan Silika (Si) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya.

Karakterisasi morfologi 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya menunjukkan bahwa tidak terdapat keragaman antar jenis Cattleya pada morfologi daun anggrek penampang melintang daun, bentuk ujung, susunan, bentuk tepi dan tekstur permukaan daun. Keragaman pada daun anggrek Cattleya yang diamati terdapat pada bentuk daun dan simetri daun. Karakterisasi bunga anggrek Cattleya yang diamati tidak terdapat keragaman antar jenis Cattleya pada posisi pembungaan, tipe pembungaan, resupinasi, perhiasan, serta bentuk bunga.

Saran

Perlu dilakukan pengamatan mengenai ukuran bulb yang mencakup panjang, lebar dan tebal bulb. Perlu dilakukan pengamatan mengenai serangan hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman yang di uji.

DAFTAR PUSTAKA

Allard RW. 1960. Pemuliaan Tanaman. Bandung (ID). Rineka Cipta.

Amrullah. 2015. Pengaruh Nano Silika terhadap Pertumbuhan, Respon Morfofisiologi dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa L.) [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

[Balithi] Balai Penelitian Tanaman Hias. 2007. Panduan Karakterisasi Tanaman Hias Anggrek. Jakarta (ID): BALITHI.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Publikasi laporan tanaman hias 2014 (produksi anggrek) [internet]. [diunduh 2014 Januari 12]. Tersedia pada:

http://www.bps.go.id

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Publikasi laporan tanaman hias 2014 (ekspor anggrek) [internet]. [diunduh 2014 Januari 12]. Tersedia pada:

http://www.bps.go.id

[PIOC] Pupuk Ion Organik Cair - Ciremai. 2014. Sumber Unsur Hara Silika (Si) untuk Pertanian (Ilmu Pertanian) [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 26]. Tersedia pada http://pioc-Ciremai.page4.me.

Balfas R. 2010. Kutu Perisai Aspidiella Hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae)

pada Tanaman Jahe dan Pengendaliannya. Bogor (ID) : Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Darmono DW. 2004. Bertanam Anggrek. Depok : Penebar Swadaya.

Dixon JB, Weed SB. 1989. Silica in Soil : Quartz and disorder silica polymorphs. Drees LR, Wilding LP, Smeck NE, Senkayi A, editor. Minerals in Soil Environments. Madison (US). SSSA.

Dixon JB, Schulze DG. 2002. Silica minerals. Monger HC, Kelly EF, editor. Soil Mineralogy with environmental applications. Madison (US) : SSSA.

Epstein E. 1999. Silicon. Annual Review of Plant Physiology and Plant Molecular Biology 50: 641-664.

Fatimah, Sukma D. 2010. Studi filogenetik dan identifikasi molekuler anggrek

Phalaenopsis sp. menggunakan marka microsatelit. Di dalam : Utama MS, Susila AD, Poerwanto R, Antara NS, Putra NK, Susrusa KB, editor.

(43)

27

Univ. Udayana. Hlm 122; [diunduh 2015 jan 24]. Tersedia pada : http://www.ftp.unud.ac.id/tip/wp-content/uploads/2011/11/Penentuan-bahan-pengisi.pdf.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H penerjemah. Jakarta (ID) : UI Press.

Hanafiah KA. 1991. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi Cetakan ke-5. Jakarta (ID) : Raja Grafindo Persada.

Hassan RH, Sarawan, I Gusti RS. 2012. Respon tanaman Anggrek Dendrobium

sp. terhadap pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair. J. Berkala Penelitian Agronomi (1) : 71-78.

Hayati E, Mahmud T, Fazil R. 2012. Pengaruh jenis pupuk organik dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai (Capsicum annum L.). J. Floratek 7(2).

Hew CS dan Young JWH. 1997. The Physiology of Tropical Orchids in Relation to the Industry. Singapore (SG) : World Scientific.

Irawan B, Purbayanti K. 2008. Karakterisasi dan kekerabatan kultivar padi lokal di desa Rancakalong kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang.

Seminar Nasional PTTI. [Internet]. [Univ. Padjajaran Bandung; 21-23 Oktober 2008]. Bandung (ID) : Univ. Padjajaran [diunduh 2014 Maret 14]. Tersedia pada : http:// jurnal.umsu.ac.id/index.php.

Iswanto H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka. Iswanto H. 2010. Petunjuk Praktis Merawat Anggrek. Jakarta (ID) : Agromedia

Pustaka.

Jenny J, Rondonuwu, Pioh DD. 2009. Kebutuhan hara tanaman hias anggrek. Soil environment 7(1):73-79.

Lestari S. 1985. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Semarang (ID) : Aneka Ilmu. Marzuki I, Uluputty MR, Aziz SA, Surahman M. 2008. Karakterisasi

morfoekotipe dan proksimat pada banda (Myristica fragans Houtt.). Bul Agron. 36(2): 145-151.

Ma JF, Takahashi E. 2002. Soil, fertilizer and plant silicon research in Japan.

Elsevier Science. 281

Mattjik NA. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman Hias. Bogor (ID) : IPB Press.

Mukherjee SK. 1986. Chemical Technology for Producing Fertilizer Nitrogen in the year 2000. [Internet]. [Diunduh 2015 Nov. 01]. Tersedia pada http://cms.1m-bio.com/bagan-warnadaun-bwd/.

Nesiaty S, Maloedyn S. 2007. Kiat Sukses Membungakan Anggrek. Jakarta (ID) : Agro Media Pustaka.

Nursandi F. 1997. Karakterisasi Keturunan Hasil Persilangan Anggrek

Phalaenopsis Berdasarkan Morfologi dan Pola Pita Isozim [catatan penelitian].

Orchid Society of South East Asia. 1998. Orchid Growing In The Tropics. Timber Press, Malaysia. 207 p.

Gambar

Gambar 18 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CCY pada semua
Gambar 3 Penampang melintang daun
Gambar 6 Bentuk ujung daun
Gambar 9 Tekstur permukaan daun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti besarnya pengaruh dari kelima variabel bebas (kesadaran merek, loyalitas merek, kesan kualitas, asosiasi merek dan aset hak milik merek yang

Dan yang tidak tuntas secara individu 1 orang siswa, maka persentase ketuntasan klasikal adalah 95% Hasil kerja siswa pada tindakan siklus II, menunjukan bahwa hasil

5.1 Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan Proses pelatihan di ambil dari 54 data yang sudah direpresentasikan berdasarkan klasifikasi umur, jenis kelamin, tekanan

Pengaruh yang dijelaskan oleh variabel pengaruh variabel pendapatan, biaya, aktiva dan hutang secara terhadap Laba PDAM sebesar 0,998 atau 99,8 % sisanya dijelaskan oleh

Adapun kawasan yang menjadi habitat dari keanekaragaman jenis satwaliar tersebut adalah kawasan lindung rawa gambut dan ekosistem hutan sekunder tanah mineral yang

Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur (library research). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa komunikasi dalam sebuah kepemimpinan merupakan suatu unsur yang

Salah satu sumbangan terbesar adalah Sistem Informasi Manajemen Pendidikan ( Educational Management Information System/ EMIS), yang berfungsi menyediakan informasi

Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan di PT. Sygma Examedia Arkanleema Bandung. Fenomena yang terjadi yaitu adanya keterlambatan pembayaran piutang oleh agen yang