PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PEDAGANG
UNGGAS DI PASAR JATINEGARA TERHADAP
PENGENDALIAN AVIAN INFLUENZA
SYAUQI IHSAN RAHADITYA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara Terhadap Pengendalian Avian Influenza adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
SYAUQI IHSAN RAHADITYA. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara Terhadap Pengendalian Avian Influenza . Dibimbing oleh ETIH SUDARNIKA dan ABDUL ZAHID ILYAS.
Avian influenza atau flu burung adalah penyakit menular dari hewan ke manusia atau disebut zoonosis yang disebabkan oleh virus avian influenza. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik dan menguji hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap terhadap praktik pedagang unggas. Penelitian ini dirancang menggunakan kajian lapang lintas seksional (cross-sectional study). Data diperoleh dari wawancara kepada 30 responden menggunakan kuesioner yang disusun secara terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pedagang unggas umumnya berada pada tingkat buruk dan sedang, sikap pedagang unggas berada pada tingkat sedang, dan praktik pedagang unggas berada pada tingkat buruk dan sedang. Faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan praktik pengendalian avian influenza adalah akses informasi melalui media elektronik dan pengetahuan mengenai pengendalian avian influenza.
Kata kunci: pengetahuan, pengendalian avian influenza, praktik, sikap
ABSTRACT
SYAUQI IHSAN RAHADITYA. Knowledge, Attitudes, and Practices of Poultry Traders in Jatinegara Market on Avian Influenza Control. Under Guidance of ETIH SUDARNIKA and ABDUL ZAHID ILYAS.
Avian influenza is an infectious disease from animals to humans or called zoonosis caused by the avian influenza virus. The aims of this research were to measure the level of knowledge, attitudes, and practices and to examine the relationship characteristics, knowledge, and attitudes towards the practice of the poultry traders on avian influenza control. This research was designed by cross-sectional study. Data were obtained from interviewing 30 respondents using a structured questionnaire. The results showed that the poultry trader’s knowledge level, generally wasat poor and moderate levels. Poultry traders attitude was at a moderate level, and the practice of the poultry traders was at a poor and moderatelevel. The factors which had a significant association with avian influenza control practices were access to information through electronic media and knowledge on avian influenza control.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PEDAGANG
UNGGAS DI PASAR JATINEGARA TERHADAP
PENGENDALIAN AVIAN INFLUENZA
SYAUQI IHSAN RAHADITYA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan maret 2015 ini ialah Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara terhadap Pengendalian Avian Influenza.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Dr Ir Etih Sudarnika, MSi dan bapak Drh Abdul Zahid Ilyas, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, bapak Ir Rachmat Manendar, MSi dan ibu Drg Sri Handayanti serta adik-adik tersayang Farisa Adlina Ihsani dan Nafla Mufidah Rahmadya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga besar atas segala dorongan, doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan pula kepada
teman-teman Jati’s House (Mas Tono, Mas Danang, Dhika, Caesar, Maulana, Kiki, dan Kang Fony), Ganglion FKH 48, SMAIT NF, SMPIT NF, SDIT NF serta teman-teman yang tidak bisa disebut satu per satu atas segala dukungan dan kebersamaannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
METODE 4
Waktu dan Tempat 4
Metode Penelitian 4
Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Karakteristik Responden 7
Karakteristik Pemeliharaan Unggas 8
Praktik Biosekuriti Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara 11
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik 14
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Praktik Pengendalian Avian Influenza 15
SIMPULAN DAN SARAN 16
Simpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 19
DAFTAR TABEL
1 Definisi operasional peubah penelitan 5
2 Karakteristik pedagang unggas di Pasar Jatinegara 8 3 Karakteristik unggas yang dijual di Pasar Jatinegara 9 4 Karakteristik kandang unggas di Pasar Jatinegara 10 5 Manajemen kesehatan unggas di Pasar Jatinegara 10 6 Praktik sanitasi pedagang unggas di Pasar Jatinegara 12 7 Praktik isolasi pedagang unggas di Pasar Jatinegara 13 8 Praktik pengendalian lalu lintas pedagang unggas di Pasar Jatinegara 14 9 Pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara
terhadap pengendalian avian influenza 14
10 Hubungan antara karakteristik pedagang unggas dengan praktik
pengendalian avian influenza 15
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka konsep penelitian 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di pasar jatinegara terhadap pengendalian avian influenza 20
2 Denah Pasar Jatinegara 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Avian influenza atau flu burung adalah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau disebut zoonosis. Avian influenza menjadi perhatian dunia kesehatan karena dapat menyebabkan kematian pada manusia (McLeod et al. 2007). Avian influenza tidak hanya menular dari hewan ke manusia, tetapi juga dapat menular antar manusia akibat mutasi dan rekombinasi komponen virus (Soejoedono dan Handharyani 2005).
Avian influenza disebabkan oleh virus influenza yang dibagi kedalam tipe A, B, dan C berdasarkan perbedaan pada komponen virus. Tipe virus influenza yang dapat menyebabkan infeksi alami pada unggas adalah A, sedangkan B dan C menginfeksi manusia. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, virus flu burung dibedakan menjadi dua bentuk yaitu low pathogenic avian influenza (LPAI) dan high pathogenic avian influenza (HPAI) (Swayne 2008). Penyakit ini disebarkan melalui migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi, sehingga penularan pada hewan dan manusia semakin meluas (Martindah et al. 2006).
Di Indonesia, virus avian influenza pada unggas dilaporkan untuk pertama kalinya pada bulan Oktober 2003 di Jawa Barat, menyebar ke provinsi lain dan mengakibatkan kematian lebih dari 12 juta unggas. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4026/Kpts/OT.140/4/2013 tentang Penetapan Jenis Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS), avian influenza termasuk kedalam jenis PHMS bersama 22 penyakit hewan menular lainnya. Avian influenza juga mendapat prioritas dalam hal pengendalian dan atau pemberantasannya oleh pemerintah, hal tersebut dimuat dalam Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Republik Indonesia Nomor 59/Kpts/PD610/05/2007 tentang Jenis-Jenis Penyakit Hewan Menular yang Mendapat Prioritas Pengendalian dan atau Pemberantasannya.
2
Praktik pengendalian avian influenza yang dilakukan di pasar unggas terkait dengan karakteristik, pengetahuan, dan sikap pedagang unggas terhadap pengendalian avian influenza. Pengaruh faktor-faktor tersebut perlu dikaji sehingga diketahui kondisi biosekuriti serta pengaruhnya terhadap risiko terjadinya penyakit avian influenza di pasar unggas.
Studi knowledge, attitude, dan practice (KAP) dilakukan untuk mengetahui faktor risiko terkait pegetahuan, sikap dan praktik. Studi KAP terfokus pada evaluasi perubahan terhadap pengetahuan, sikap dan praktik sebagai respon dari suatu hubungan tertentu, demonstrasi atau edukasi. Studi KAP telah banyak digunakan selama 40 tahun terakhir pada aspek kesehatan masyarakat, sanitasi, perencanaan keluarga, edukasi dan program lainnya(Crini dan Jullien 2009).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara mengenai pengendalian avian influenza serta mengidentifikasi faktor yang memengaruhi praktik responden terhadap pengendalian avian influenza.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara terhadap pengendalian avian influenza serta mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi praktik pedagang unggas terhadap pengendalian avian influenza. Data tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan pemerintah mengenai pengendalian avian influenza di pasar unggas.
TINJAUAN PUSTAKA
Avian Influenza
3
Studi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Studi mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik menunjukkan apa yang seseorang ketahui mengenai sesuatu hal, bagaimana perasaan mereka tentang hal itu, dan bagaimana mereka bertindak.
Survei KAP menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data, kuesioner disusun secara terstruktur dan diisi sendiri oleh responden. Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif tergantung pada tujuan dan disain studi. Survei KAP didisain secara khusus untuk menjaring informasi tentang topik tertentu. Data hasil survei KAP bermanfaat untuk membantu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu kegiatan (Crini dan Jullien 2009).
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungan (Supriyadi 1993).
Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo 2003). Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan/praktik atau praktik. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata/praktik diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas (Sarwono 2002).
Praktik
Praktik adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatannya. Lebih jauh dikatakan bahwa tindakan itu terjadi karena adanya penyebab (stimulus), motivasi, dan tujuan dari tindakan itu. Tindakan dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat di dalam diri sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar (faktor eksternal). Proses interaksi itu sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan seseorang (Sarwono 2002).
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi praktik dalam hal pengendalian avian influenza. Tindakan individu sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, senang atau tidak senang terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya atau pengetahuannya (Harihanto 2001)
4
kemasyarakatan termasuk masalah lingkungan. Seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek, besar kemungkinan mempunyai niat untuk bertindak positif juga terhadap objek tersebut, dan timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap objek tersebut.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan April 2015 di Pasar Jatinegara yang berlokasi di Jalan Kemuning Mede No.1 Jatinegara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.
Metode Penelitian
Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka konsep penelitian
Karakteristik Pedagang Unggas:
- Jenis Kelamin
- Usia
- Tingkat pendidikan
- Pengalaman berdagang
- Sarana informasi
mengenai AI
Pengetahuan pedagang mengenai pengendalian AI
Praktik pedagang
mengenai pengendalian AI
5
Definisi Operasional
Tabel 1 Definisi operasional peubah penelitian
No Peubah Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Skala
1 Jenis
Kelamin
Jenis kelamin pedagang Kuesioner Wawancara Skala nominal:
1 = Laki-laki
Kuesioner Wawancara Skala interval:
1 = < 25 tahun 2 = 25-45 tahun 3 = >45 tahun
3 Pendidikan Jenjang pendidikan
formal pedagang
Kuesioner Wawancara Skala nominal:
1 = SD 2 = SMP 3 = SMA 4= S1
4 Pengalaman Pengalaman berdagang
unggas
Kuesioner Wawancara Skala interval:
1 = <5 tahun
Kuesioner Wawancara Skala nominal:
1 = Penyuluhan
6 Pengetahuan Pengetahuan pedagang
terhadap pengendalian AI
Kuesioner Wawancara Skala ordinal:
1 = Buruk 2 = Sedang 3 = Baik
7 Sikap Sikap pedagang terhadap
pengendalian AI Keterangan:
Sikap buruk (nilai <10) Sikap sedang (nilai 10-20) Sikap baik (nilai > 20)
Kuesioner Wawancara Skala ordinal:
1 = Buruk 2 = Sedang 3 = Baik
8 Praktik Praktik pedagang
terhadap pengendalian AI Keterangan:
Praktik buruk (nilai <5) Praktik sedang (nilai 5-10)
Praktik baik (nilai > 10)
Kuesioner Wawancara Skala ordinal:
1 = Buruk 2 = Sedang 3 = Baik
Desain Penelitian
6
Penarikan Sampel
Unit sampel dalam penelitian ini adalah pedagang unggas di Pasar Jatinegara. Besaran sampel yang diguanakan yaitu sebanyak 30 sampel karena penelitian ini termasuk kedalam penelitian sosial. Menurut Cargan (2007) besaran sampel dalam studi sosial adalah sebanyak 30 sampai dengan 500 sampel.
Teknik penarikan sampel pedagang yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik penarikan contoh acak sederhana. Daftar pedagang unggas diperoleh dari Koperasi Binaan Kemuning II di Pasar Jatinegara.
Kuesioner
Kuesioner disusun secara terstruktur untuk mendapatkan data tentang karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara dalam pengendalian avian influenza. Kuesioner terdiri atas empat bagian yaitu karakteristik responden, tingkat pengetahuan responden mengenai pengendalian avian influenza, sikap responden terhadap pengendalian avian influenza, dan praktik responden dalam pengendalian avian influenza.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas terhadap kuesioner telah dilakukan dengan analisis Korelasi Pearson Product-Moment, yaitu mengorelasikan skor peubah jawaban responden dengan total skor masing-masing peubah. Hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikan 0.05. Menurut Sarwono (2006) validitas berkaitan dengan persoalan untuk membatasi atau menekan kesalahan-kesalahan dalam penelitian sehingga hasil diperoleh akurat dan berguna untuk dilaksanakan.
Reliabilitas kuesioner diuji dengan metode belah dua atau split half method dimana reabilitas diukur dengan menentukan hubungan antara skor dua paruh yang ekuivalen.
Pengodean
Karakteristik Usia dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu anak sampai dengan remaja akhir yaitu dibawah 25 tahun, dewasa awal sampai dengan dewasa akhir yaitu 25 sampai dengan 45 tahun, dan diatas manula awal yaitu diatas 45 tahun (Depkes 2014). Pengalaman berdagang juga dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu baru yaitu dibawah 5 tahun, sedang yaitu 5 sampai dengan 10 tahun, dan lama diatas10 tahun.
Penilaian tingkat pengetahuan pedagang unggas dilakukan dengan cara merancang 15 pertanyaan. Pertanyaan tersebut terdiri dari pernyataan positif yaitu jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban ‘benar’, dan pertanyaan
negatif dimana jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban ‘salah’.
Pernyataan positif dan negatif tersebut berguna untuk menghilangkan bias dari jawaban responden.
Setiap jawaban yang benar dari pertanyaan mengenai pengetahuan pengendalian avian influenza diberikan nilai 1. Sementara jawaban yang salah dan tidak tahu diberikan nilai 0 (Palaian et al. 2006). Dengan demikian untuk pengetahuan, nilai maksimumnya adalah 15 dan nilai minimumnya adalah 0. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat pengetahuan pedagang unggas adalah sebagai berikut:
7 - Pengetahuan sedang jika nilai antara 5-10
- Pengetahuan baik jika nilai >10
Penilaian tingkat sikap pedagang unggas dilakukan dengan cara merancang 15 pernyataan mengenai pengendalian avian influenza dengan menggunakan skala likert yaitu ‘setuju’, ‘tidak setuju’, dan ‘ragu-ragu’. Setiap jawaban setuju dari pernyataan mengenai sikap diberikan nilai 2, jawaban netral (ragu-ragu) diberikan nilai 1 dan jawaban salah diberikan nilai 0. Dengan demikian untuk tingkat sikap, nilai maksimumnya adalah 30 dan nilai minimumnya adalah 0. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat sikap pedagang unggas adalah sebagai berikut :
- Sikap buruk jika nilai <10 - Sikap sedang jika nilai 10-20 - Sikap baik jika nilai >20
Penilaian tingkat praktik pedagang unggas dilakukan dengan merancang sebanyak 15 check list. Penilaian diberikan nilai 1 pada jawaban ‘ya’ dan nilai 0
pada jawaban ‘tidak’. Dengan demikian untuk tingkat praktik terhadap
pengendalian avian influenza nilai maksimumnya adalah 15 dan nilai minimumnya adalah 0. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat sikap pedagang unggas adalah sebagai berikut :
- Praktik buruk jika nilai <5 - Praktik sedang jika nilai 5-10 - Praktik baik jika nilai >10
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan uji khi-kuadrat untuk mengetahui hubungan antara peubah yang diamati. Manajemen dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Kios Unggas di Pasar Jatinegara
Kios unggas di Pasar Jatinegara terletak di lingkungan pusat perdagangan Pasar Jatinegara di daerah pinggiran Jalan Jatinegara yang merupakan bagian dari pasar tradisional. Blok pedagang unggas di Pasar Jatinegara terletak di Jalan Kemuning Mede No. 1 yang didalamnya terdapat pemukiman warga, tempat berjualan makanan dan beberapa kios lainnya. Kios unggas di Pasar Jatinegara merupakan kios tanpa bangunan khusus. Terdapat sungai yang mengalir tepat di belakang lokasi kios pedagang unggas di Pasar jatinegara. Keberadaan kios unggas di Pasar Jatinegara sangat strategis karena berdekatan dengan Stasiun Jatinegara, Halte Bus Jatinegara, dan terletak di jalan umum yang sering dilewati oleh masyarakat.
8
dijual, diantaranya unggas ayam, unggas air, unggas eksotik, dan unggas bernyanyi. Selain menjual unggas hidup, beberapa pedagang unggas di Pasar Jatinegara juga melayani jasa pemotongan unggas untuk konsumsi.
Karakteristik Responden
Karakteristik pedagang unggas di Pasar Jatinegara meliputi, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan formal, pengalaman berdagang unggas, dan sarana informasi mengenai pengendalian avian influenza. Hasil penelitian menunjukkan, dari 30 sampel yang diteliti, semua pedagang berjenis kelamin laki-laki. Sebanyak 23 (76.7%) pedagang berada pada usia dewasa yaitu 25 sampai dengan 45 tahun, diikuti pedagang berusia lebih dari 45 tahun (20%) dan pedagang berusia kurang dari 25 tahun (3.3%). Sebagian besar (60%) pedagang unggas di Pasar Jatinegara memiliki tingkat pendidikan lulus SD dan hanya sebagian kecil saja (26.6%) yang memiliki tingkat pendidikan lulus SMP dan lulus SMA/SMK (13.3%). Pedagang yang berpendidikan lebih tinggi umumnya lebih dapat menerima wawasan terkini sehingga akanlebih mudah menerima sesuatu yang dianggapnya positif untuk keberlanjutan usaha pedagang unggas tersebut. Kheiri et al. (2011) menyatakan bahwa pendidikan meningkatkan pengetahuan dan menghasilkan sikap yang lebih baik.
Tabel 2 Karakteristik pedagang unggas di Pasar Jatinegara
No Karakteristik Pedagang Jumlah Responden Persentase (%)
1 Jenis kelamin
5 Sarana Informasi mengenai
avian influenza
9 dan sebagian kecil pedagang memiliki pengalaman berdagang diantara 5 sampai dengan 10 tahun (3.3%).
Sarana informasi mengenai avian influenza sangat berpengaruh terhadap pengetahuan pedagang terhadap avian influenza. Sebagian besar pedagang mengetahui avian influenza dari berita media elektronik (53.3%) dan media cetak (40%). Hanya sebagian kecil (3.3%) pedagang saja yang mendapat informasi mengenai avian influenza dari pamflet-pamflet dari pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. Seluruh pedagang unggas di Pasar Jatinegara menyatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung dari pemerintah maupun pihak lain mengenai avian influenza.
Karakteristik Pemeliharaan Unggas
Karakteristik pemeliharaan unggas terdiri dari tiga aspek yaitu, karakteristik unggas yang dijual, manajemen kandang unggas, dan manajemen kesehatan unggas yang masing-masing dapat dilihat secara rinci pada Tabel 3, 4, dan 5.
Tabel 3 Karakteristik unggas yang dijual di Pasar Jatinegara
No Karakteristik Jumlah Responden Persentase (%)
1 Kelompok unggas yang
10
Tabel 4 Karakteristik kandang unggas di Pasar Jatinegara
No Karakteristik Jumlah responden Persentase (%)
1 Cara memelihara Unggas di
kandang
Tabel 5 Manajemen kesehatan unggas di Pasar Jatinegara, Jakarta
No Karakteristik Jumlah responden Persentase (%)
1 Unggas pernah divaksin
-Ya 1 3.3
-Tidak 29 96.7
2 Unggas pernah diberi obat
-Ya 0 0
-Yidak 30 100
3 Unggas diberi vitamin
-Ya 6 20
Mayoritas pedagang mendapatkan unggas yang mereka jual dari pembibitan atau peternakan (56.7%) dan pasar unggas lainnya disekitar Jakarta (60%). Sebagian kecil pedagang mengaku mendapatkan unggas dari hutan dan tangkapan liar. Unggas yang ditangkap liar atau berasal dari hutan sangat berpotensi menularkan penyakit ke unggas lainnya di pasar. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat 3.3% pedagang menjual unggas yang berasal dari luar pulau Jawa. Perpindahan unggas dari satu daerah ke daerah lain dapat memunculkan penyakit baru di daerah yang semula belum terdapat penyakit tertentu (Martindah et al. 2006).
11 Kemampuan unggas air liar untuk bermigrasi dalam jarak yang sangat jauh menjadi penyebab penularan virus ke unggas domestik
(Hewajuli dan
Dharmayanti 2012).Kandang unggas sangat berpengaruh terhadap kesehatan unggas. Mayoritas pedagang (83.3%) memelihara banyak unggas yang spesiesnya sama dalam satu kandang, jika kepadatan unggas tidak terlalu tinggi hal ini masih layak dilakukan. Terdapat 46.7% pedagang memelihara satu unggas dalam satu kandang atau sangkar yang umumnya adalah unggas khusus kontes seperti unggas bernyanyi dan ayam jago. Jumlah pedagang yang memelihara unggas berbeda spesies dalam satu kandang adalah sebesar 16.7%. Hal ini perlu dihindari karena unggas yang berbeda spesies memiliki perilaku alamiah yang berbeda-beda, dan dapat saling bertukar penyakit antar spesies. Pedagang melakukan hal tersebut karena keterbatasan kandang yang dimiliki.
Bahan utama kandang dan bahan alas kandang juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan unggas.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pedagang menggunakan kayu (66.7%), bambu (66.7%), dan besi (56.7%) sebagai bahan dasar kandang.Sebagian besar pedagang memilih besi (50%), kayu (46.7%), dan semen (36.6%) untuk bahan alas kandang.
Pemberian vaksin, obat, dan multi vitamin yang baik dan benar pada unggas dapat mencegah unggas terserang penyakit seperti avian influenza. Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden tidak pernah memberikan obat apapun kepada unggas yang mengalami gejala penyakit. Sebagian kecil pedagang (3.3%) memberikan vaksin kepada unggas yang dijual. Dalam hal pemberian vitamin, 20% pedagang mennyatakan memberikannya kepada unggas yang dijual, sebagian besar adalah unggas untuk keperluan kontes.
Praktik Biosekuriti Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara
Praktik biosekuriti terdiri dari tiga aspek utama yaitu sanitasi, isolasi, dan pengendalian lalu lintas (Baker 2012). Aspek sanitasi merupakan salah satu unsur penting dalam mencegah masuknya virus avian influenza ke pasar unggas. Aspek sanitasi pertama yang dibahas adalah kegiatan pengelolaan kebersihan di sekitar area kandang unggas (Tabel 6). Hasil wawancara responden yang dilakukan menunjukkan, 100% pedagang membersihkan kandang unggas. Sebanyak 56.7% pedagang mencuci area kandang dengan cara menggunakan air saja, sedangkan 6.7% pedagang membersihkan dengan cara hanya menyapu kandang, sisanya mencuci menggunakan detergen. Sebagian besar (56.7%) pedagang unggas di Pasar Jatinegara mencuci kandang unggas hampir setiap hari.
Kebersihan kandang sangat penting dilakukan dan menjadi prioritas utama di dalam manajemen pemeliharaan dan kesehatan burung. Kandang yang kotor menjadi tempat bersarangnya agen patogen termasuk virus avian influenza.Virus avian influenza dapat dikeluarkan dari burung yang sakit melalui mukus ataupun feses yang langsung mengontaminasi kandang. Menurut Martin et al. (2010), kegiatan seperti pembersihan dan desinfeksi kandang setiap hari berperan besar dalam menurunkan risiko keberadaan virus HPAIV H5N1.
12
unggas. Pada praktik higiene personal, sebagian besar (60%) pedagang melakukan praktik mencuci tangan namun tidak banyak yang menggunakan detergen maupun desinfektan. Mencuci tangan hanya menggunakan air adalah praktik yang tidak efektif untuk mengeliminasi patogen yang terbawa melalui tangan pedagang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden tidak pernah menggunakan pakaian khusus dalam menangani unggas di pasar. Pedagang tidak menggunakan pakaian khusus karena merasa tidak praktis dan sudah terbiasa dengan pakaian yang digunakan sehari-hari saat berdagang.
Praktik isolasi merupakan aspek penting dalam biosekuriti (Tabel 7). Sebanyak 50% pedagang langsung mencampurkan unggas yang mereka dapatkan dengan unggas lain dan terdapat 36.7% pedagang menempatkan unggas yang baru mereka dapat secara terpisah. Sebagian besar pedagang (60%) tidak membersihkan kandang untuk unggas yang baru.
Tabel 6 Praktik sanitasi pedagang unggas di Pasar Jatinegara
No Aspek sanitasi Jumlah responden Persentase(%)
1 Membersihkan kandang unggas
-Ya 30 100
-Tidak 0 0
2 Cara membersihkan kandang
-Disapu saja 2 6.7
-Dicuci dengan air 17 56.7
-Dicuci dengan detergen 11 36.7
-Dicuci dengan detergen dan desinfektan
0 0
3 Frekuensi membersihkan kandang
-Setiap hari 17 56.7
-Beberapa kali seminggu 13 43.3
-Seminggu sekali 0 0
-Beberapa kali sebulan 0 0
-Sebulan sekali 0 0
-Tidak teratur 0 0
4 Penanganan kotoran unggas
-Dibuaang ke selokan/sungai 21 70
-Ditampung di penampungan khusus
4 13.3
-Diolah menjadi pupuk 0 0
-Dibuang ke tempat sampah umum 5 16.7
5 Cuci tangan ketikan menangani
unggas
-Dengan detergen dan desinfektan 0 0
7 Pakaian khusus dalam menangani
unggas
-Selalu 0 0
-Kadang-kadang 0 0
13 Mayoritas area kandang unggas (96.7%) di Pasar Jatinegara merupakan kios tanpa bangunan khusus sehingga unggas liar dapat masuk ke area kandang. Masuknya unggas liar ke area kandang dapat menjadi potensi penyebaran avian influenza di Pasar unggas. Sebanyak 86.7% pedagang menyatakan tidak melakukan apapun terhadap unggas yang sakit, hanya 13.3% pedagang yang melakukan tindakan pengobatan terhadap unggas yang sakit khususnya unggas yang memiliki harga jual tinggi. Perlakuan terhadap unggas yang mati merupakan hal yang penting dalam pengendalian avian influenza. Sebanyak 96.6% pedagang unggas membuang unggas yang mati ke tempat sampah umum, dan sebanyak 36.7% pedagang unggas membuang unggas yang mati ke selokan atau sungai. Pedagang unggas bisa saja melakukan perlakuan yang berbeda dalam hal penanganan unggas yang mati.
Tabel 7 Praktik isolasi pedagang unggas di Pasar Jatinegara
No Aspek Isolasi Jumlah responden Persentase (%)
1 Ketika mendapatkan unggas baru
-Ditempatkan pada kandang
-Hanya memiliki unggas baru jika yang lama habis
4 13.3
2 Kandang yang digunakan terhadap
unggas baru
-Kandang lama yang dibersihkan 18 60
-Kandang lama yang tidak dibersihkan
12 40
3 Unggas liar dapat masuk area
kandang
-Ya 29 96.7
-Tidak 1 3.3
6 Perlakuan terhadap unggas sakit
-Tidak melakukan apa-apa 26 86.7
-Diobati 4 13.3
7 Perlakuan terhadap unggas yang
mati
-Dikubur 3 10
-Dibakar 0 0
-Diberikan sebagai pakan hewan 3 10
-Dibuang ke tempat sampah 29 96.7
-Dibuang ke selokan/sungai 11 36.7
14
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik yang dilakukan oleh responden pedagang unggas di Pasar Jatinegara disajikan pada Tabel 9. Sebanyak 46.7% pedagang unggas termasuk dalam kategori pengetahuan sedang, 40% pedagang memiliki pengetahuan buruk, dan hanya 4% saja yang memiliki pengetahuan baik mengenai pengandalian avian influenza. Pengetahuan yang baik dapat mendukung responden untuk bersikap dan berpraktik baik.Sikap dan praktik baik tersebut dapat mendorong responden untuk melakukan pengendalian avian influenza (Wicaksono 2013).
Tabel 8 Praktik Pengendalian lalu lintas pedagang unggas di Pasar Jatinegara
No Aspek sanitasi Jumlah responden Persentase (%)
1 Pernah meminjam kandang
-Ya 9 30
-Tidak pernah 21 70
2 Perlakuan terhadap kandang yang
dipinjam
-Langsung dipakai 6 20
-Dibersihkan terlebih dahulu 2 6.7
3 Dititipkan unggas oleh pedagang
lain
-Ya 9 30
-Tidak pernah 21 70
4 Unggas yang dititipkan
dikandangkan secara terpisah
-Ya 6 20
-Tidak 2 6.7
5 Orang lain bebas keluar-masuk
area kandang
-Ya 30 100
-Tidak 0 0
Tabel 9 Pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara terhadap pengendalian avian influenza
No Peubah yang diamati Jumlah responden Persentase (%)
1 Pengetahuan pedagang terhadap
pengendalian AI
-Buruk 12 40
-Sedang 14 46.7
-Baik 4 13.3
2 Sikap pedagang terhadap
pengendalian AI
-Buruk 2 6.7
-Sedang 28 93.3
-Baik 0 0
3 Praktik pedagang terhadap
pengendalian AI
-Buruk 13 43.3
-Sedang 15 50
15 Sikap merupakan respon terhadap sesuatu hal dengan tingkatan menerima, menghargai, dan merespon (Chaiklin 2011).Sebagian besar pedagang unggas (93.3%) memiliki sikap yang sedang terhadap pengendalian avian influenza, sedangkan sisanya (6.7%) memiliki sikap yang buruk terhadap pengendalian avian influenza.
Praktik merupakan tindakan yang dipengaruhioleh berbagai aspek, yaitu persepsi, mengenal, serta memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil (Notoatmodjo 2003). Penelitian ini menunjukkan 50% pedagang memiliki praktik yang sedang terhadap pengendalian avian influenza, diikuti oleh 43.3% pedagang yang memliki praktik kategori buruk, dan hanya 6.7% pedagang memiliki praktik kategori baik.
Sebagian besar (93.3%) responden memiliki sikap dengan katagori sedang terhadap pengendalian avian influenza. Sikap pedagang unggas tersebut tidak sejalan dengan praktik pengendalian avian influenza yang berada dalam katagori sedang cenderung buruk. Berbeda dengan penelitian Wicaksono (2013), menyatakan pedagang yang bersikap positif dan menerima pentingnya biosekuriti cenderung akan melakukan praktik biosekuriti sehingga memperoleh tingkat biosekuriti yang baik. Ketidaktegasan pemerintah dan tidak adanya peraturan hukum yang mengatur secara detail mengenai praktik pengendalian avian influenza di pasar dapat menjadi faktor hal tersebut terjadi.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Praktik Pengendalian Avian Influnza
Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan praktik pedagang unggas terhadap pengendalian avian influenza. Berdasarkan analisis statistik seperti ditunjukkan pada Tabel 10 influenza oleh pedagang unggas di Pasar Jatinegara. Sarana informasi melalui media elektronik (televisi dan radio) dan pengetahuan mengenai pengendalian avian influenza memiliki pengaruh terhadap praktik pengendalian avian influenza.
Tabel 10 Hubungan antara karakteristik pedagang unggas dengan praktik pengendalian avian influenza
No Faktor Nilai 2 P
1 Usia 2.027 0.731
2 Tingkat pendidikan 0.817 0.936
3 Pengalaman berdagang 1.846 0.764
4 Sarana Informasi
-Penyuluhan dinas setempat - -
-Media elektronik 19.327 0.000*
-Media cetak 1.538 0.463
-Pamflet-pamflet 1.353 0.508
-Lainnya 0.757 0.685
5 Pengetahuan 39.000 0.000*
6 Sikap 2.143 0.343
*Menunjukkan adanya asosiasi terhadap praktik pengendalian avian influenza pada P < 0.05
16
yaitu semakin pedagang mengetahui pentingnya melakukan praktik biosekuriti untuk mencegah masuknya penyakit AI, maka semakin terpacu pedagang untuk melakukan praktik biosekuriti tersebut.Pengetahuan pedagang unggas terhadap pengendalian avian influenza sangat dipengaruhi oleh akses informasi yang didapat. Sarana informasi yang memengaruhi pedagang dalam hal praktik pengendalian avian influenza adalah media elektronik. Berita mengenai penyakit avian influenza di televisi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi secara efektif dibandingkan dengan sarana informasi lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tingkat pengetahuan sebagian besar pedagang unggas di Pasar Jatinegara mengenai pengendalian avian influenza berada pada kategori buruk sampai dengan sedang. Begitu pula dalam praktik pengendalian avian influenza, mayoritas responden berada padakategori buruk sampai dengan sedang.Sebagian besar sikap responden terhadap pengendalian avian influenza berada pada kategori sedang.
Faktor-faktor yang memengaruhi praktik pengendalian avian influenza adalah pengetahuan pedagang unggas mengenai pengendalian avian influenza dan akses informasi yang bersumber dari media elektronik.
Saran
Perlu dilakukan sosialisasi pada pedagang unggas terkait pengendalian avian influenza oleh pemerintah atau dinas setempat kepada pedagang unggas untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap pengendalian avian influenza. Sosialisasi dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung melalui media cetak dan elektronik. Perlu dibuat peraturan hukum secara detail tentang pengendalian avian influenza di pasar unggas oleh pemerintah agar praktik pengendalian avian influenza yang dilakukan pedagang unggas berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Baker RB. 2012. Exploring the Science Behind Biosecurity and PRRS. Iowa (UK): Iowa State University.
Cargan L. 2007. Doing Social Research. Maryland (US): Rowman & Littleshield. Chaiklin H. 2011. Attitude, behavior, and social practice.JSSW [Internet].
17 Crini V, Jullien P. 2009. Knowledge, Attitudes and Practices for Risk Education:
How to Implement KAP Surveys. London (UK): Handicap International.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta(ID): Depkes RI.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2007. Peraturan Dirjen Peternakan No.59/Kpts/PD.610/05/2007. Jenis-Jenis Penyakit Hewan Menular yang Mendapat Prioritas Pengendalian dan atau Pemberantasannya. Jakarta (ID): Kementan RI.
Harihanto. 2001. Persepsi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap air sungai. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2012. Sirkulasi sirus flu burung subtipe H5 pada unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur. J Veteriner [internet]. [diunduh 2015 Juli 2]; 13(3):293-302. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id /index.php/jvet/article/viewFile/6018/4496
Iqbal M, Nurmanaf AR, Agustian A. 2009. Analisis penerapan kebijakan pengendalian biosekuriti terhadap penyakit flu burung di Jakarta. Analisis Kebijakan Pertanian [Internet]. [diunduh 2015 Mar 23]; 7(1):65-85. Tersedia pada: http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/ART7-1d.pdf
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian No 04/Permentan/OT.140/1/2013. Unit Respon Cepat Penyakit Hewan Menular Strategis. Jakarta (ID): Kementan RI.
Kheiri M, Sahebalzamani M, Jahantigh M. 2011. The study of education effect on knowledge and attitudes toward electroconvulsive therapy among Iranian
nurses and patient’s relatives in a psychiatric hospital 2009-2010. Soc Behav Sci. 30: 256-260.doi:10.1016/j.sbspro.2011.10.051.
Martin V, Zhou Y, Marshall E, Jia B, Fusheng G, Dixon MAF, de Haan N, Pfeiffer DU, Magalhaes RJS, Gilbert M. 2010. Risk-based surveillance for avian influenza control along poultry market chains in South China: the value of social network analysis. Prev Vet Med. 102(3):196-205.doi: 10.1016/j.prevetmed.2011.07.007.
Martindah E, Priyanti A, Nurhayanti IS. 2006. Kajian pengendalian kebijakan pengendalian penyakit avian influenza di lapang. Prosiding Lokakarya Nasional Hasil Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Berdaya saing. [Waktu pertemuan tidak diketahui]; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Puslitbang Peternakan.hlm 168-175.
McLeod A, Morgan N, Parakash A, Hinrich J. 2007. Economic and social impact of avian influenza. FAO: Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases Operations (ECTAD) [Internet]. [diunduh 2015 Juni 28]; Tersedia pada: http://www.fao.org/docs/eims/upload/211939/economic-and-social-imp acts-of-avian-influenza-geneva.pdf
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Praktik Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
18
Sarwono J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Sarwono SW. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Setiawaty V. 2011. Virulensi dan transmisi virus influenza A pada manusia, hewan, mamalia dan unggas. Media Litbang Kesehatan [internet]. [diunduh pada 2015 Juli 1]; 22(3): 106-111. Tersedia pada: http://ejournal.litbang.depkes.go.id
/index.php/MPK/article/viewFile/2904/2089
Soejoedono RD, Handharyani E. 2005. Flu Burung. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Supriyadi. 1993. Pendekatan Psikologi dalam Pengukuran KAP Dibidang Kesehatan. Denpasar (ID): Sosiomedika.
Swayne DE. 2008. Avian Influenza. Iowa (US): Blackwell.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Pengetahuan Sikap dan Praktik Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara terhadap Pengendalian Avian Influenza
Kuesioner Pengetahuan Sikap dan Praktik Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara Terhadap Pencegahan Avian Influenza
7. Pengalaman berdagang unggas : …... tahun
B. Karakteristik Unggas/ Burung yang dijual
8. Kelompok burung / unggas apa saja yang ibu/bapak jual :
Kelompok Burung/Unggas Spesies/ Jenis
Ayam-ayaman ……….
Unggas air ………...
Unggas eksotik ………...
Unggas bernyanyi ……….
9. Darimana ibu/bapak mendapatkan burung : (Jawaban boleh lebih dari satu)
Tempat pembibitan /
10. Darimana daerah asal unggas/burung yang ibu/bapak dapatkan : (Jawaban boleh lebih
dari satu)
Pulau Jawa
Luar Jawa, sebutkan ……..
Luar Negeri / Mancanegara, sebutkan : ……….
11. Berapa ekor unggas/burung yang dapat ibu/bapak jual setiap harinya :
< 10 ekor
10-20 ekor
21-50 ekor
> 50 ekor
12. Berapa lama rata-rata burung dipelihara sebelum terjual :
< 1 minggu
1 - 2 minggu
2 minggu - 1 bulan
>1 bulan
13. Apa yang ibu/bapak lakukan jika ada sebagian unggas/burung tidak terjual atau tersisa :
Dibiarkan dikandang kios
Dibawa kerumah
Lainnya, Sebutkan : ………
C. Karakteristik Kandang Unggas/burung
14. Bagaimana cara ibu/bapak memelihara burung/unggas :
Satu ekor dalam satu kandang
Beberapa ekor dalam satu
kandang (satu jenis)
Beberapa ekor dalam satu
kandang (berbeda jenis) Lainnya, sebutkan: ………..
15. Terbuat dari bahan apakah kandang burung ibu/bapak :
Kayu
16. Terbuat dari apakah alas kadang burung ibu/bapak :
Semen
17. Apakah burung/unggas anda pernah di vaksin:
Ya, sebutkan vaksin apa : ………….
Tidak
18. Apakah burung/unggas anda pernah diberi obat:
Ya, sebutkan : ………
Tidak
19. Apakah burung/unggas amda pernah diberi vitamin:
Ya, sebutkan: ……
Tidak
20. Apakah burung/unggas yang anda jual pernah mengalami gejala penyakit:
Ya
Tidak (Lanjut ke no 22)
21. Gejala apa saja yang umumnya anda temui : (Jawaban boleh lebih dari satu)
Lemas
22. Apakah anda mengetahui penyakit flu burung :
Ya
Tidak (Lanjut ke no 24 )
23. Darimana anda mengetahui informasi mengenai flu burung :
Penyuluhan dari dinas setempat
Penyuluhan dari pihak lain
F. Biosekuriti Sanitasi
24. Apakah ibu/bapak membersihkan kandang unggas :
Ya
Tidak (Lanjut ke no 27)
25. Bagaimana cara Bapak/Ibu membersihkan kandang burung : (jawaban bisa lebih dari
satu)
Disapu saja
Dicuci dengan air
Dicuci dengan sabun atau detergen saja
Dicuci dengan sabun atau detergen dan diberi desinfektan
Lainnya, sebutkan: …….
26. Kapan saja biasanya ibu/bapak membersihkan kandang burung :
Setiap hari
Lebih dari sebulan sekali
(misalnya 2 bulan sekali)
Tidak teratur
Tidak pernah
27. Apa yang Bapak/Ibu lakukan terhadap kotoran burung : (jawaban bisa lebih dari satu)
Membuang ke selokan/sungai
Ditampung di penampungan khusus
Diolah menjadi pupuk
Lainnya, Sebutkan : ….
28. Apa Bapak/Ibu cuci tangan sebelum dan/atau sesudah mengurus Burung :
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
29. Dengan apa Bapak/Ibu mencuci tangan
Dengan air saja
Dengan sabun
Dengan desinfektan
Dengan sabun dan
desinfektan
30. Apa Bapak/Ibu mengganti baju khusus dalam menangani unggas
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
Isolasi
31. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika membeli/mendapat burung baru :
Ditempatkan pada kandang terpisah dari burung yang lama
Langsung dicampur dengan burung yang lama
Hanya memiliki burung baru jika yang lama telah habis
Lainnya, sebutkan: …………
32. Jika dipisahkan, Berapa lama burung yang baru dipisahkan dengan yang lama:
Kurang dari 2 minggu
Dua minggu atau lebih
33. Kandang apa yang Bapak/Ibu berikan untuk burung baru :
Kandang baru
Kandang lama yang sudah dibersihkan
Kandang lama yang belum dibersihkan
34. Apakah burung liar dapat masuk ke kandang burung Bapak/Ibu
Ya
Tidak
Beberapa dari kandang yang ada
35. Apakah Bapak/Ibu memiliki kandang khusus untuk burung yang sakit:
Ya
Tidak
36. Apa yang dilakukan terhadap burung yang sakit :
Tidak melakukan apa-apa
37. Bagaimana urutan Bapak/Ibu menangani burung :
Yang sakit dulu baru yang sehat
Yang sehat dulu baru yang sakit
Tidak ada urutan
38. Apa yang Bapak/Ibu lakukan terhadap burung yang mati (jawaban boleh lebih dari
satu):
Diberikan ke orang lain
Lainnya, sebutkan:
………..
39. Jika ada unggas/burung yang mati, apakah bapak/ibu melapor kepada petugas yang
berwajib (petugas dinas peternakan)?
Ya
Tidak (lanjut ke no 41)
40. Bagaimana respon dari petugas bila mendapat laporan ada unggas yang mati :
Tidak ada respon
Ada respon, dan memberi pengarahan saja
Datang dan melakukan pemeriksaan
Lalu lintas
41. Apakah Bapak/Ibu pernah meminjam kandang dari pedagang lain
Ya, sering
Ya, kadang-kadang
Tidak pernah (lanjut ke no 43)
42. Apa yang dilakukan pada kandang yang Bapak/Ibu pinjam
Langsung dipakai
Dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipakai
43. Apakah ada pedagang lain yang pernah menitipkan burung ke Bapak/Ibu
Ya, sering
Ya, kadang-kadang
Tidak pernah (lanjut ke no 45)
44. Apakah burung yang dititipkan memiliki kandang yang terpisah dengan burung milik
Bapak/Ibu
Ya
Tidak
45. Apakah orang lain bebas keluar-masuk area kandang burung :
Ya Tidak
G. Pengetahuan Pedagang
No Pernyataan Benar Salah Tidak
tahu
46 Penyakit flu burung dapat ditularkan ke hewan lain selain unggas
dan manusia
47 Tidak masalah terdapat pemukiman didekat pasar burung
48 Tempat pakan dan minum unggas adalah sumber penularan
penyakit flu burung
49 Kepadatan unggas dalam suatu kandang tidak berpengaruh
terhadap penularan penyakit flu burung
50 Setiap jenis burung harus dipelihara secara terpisah, sehingga
tidak saling menularkan penyakit
51 Burung yang baru datang dipisahkan selama minimal 2 minggu
dan diamati setiap hari, sebelum dicampur dengan burung yang ada
52 Burung yang sakit tidak perlu ditempatkan pada kandang khusus
dan dipisahkan dengan burung yang lain
53 Dengan menggunakan air sudah cukup untuk membersihkan
kandang unggas
54 Cuci tangan dengan sabun dan desinfektan wajib dilakukan
sebelum dan setelah mengurus unggas
55 Pakaian khusus tidak perlu digunakan pada saat mengurus burung
56 Mengurus burung sebaiknya dimulai dari kandang burung yang
sakit dahulu, baru ke kandang burung yang sehat
57 Keberadaan tikus dan serangga seperti kecoa tidak berpengaruh
terhadap penularan flu burung
58 Membakar dan mengubur unggas yang mati adalah tindakan yang
tepat
59 Burung liar yang berkeliaran disekitar kandang tidak akan
menularkan penyakit ke burung yang dipelihara
60 Iklim dan cuaca berpengaruh terhadap penyebaran penyakit flu
burung
H. Sikap Pedagang
61 Bapak/Ibu yakin bahwa penyakit flu burung tidak dapat
ditularkan ke hewan lain selain unggas dan manusia
62 Bapak /ibu anggap tidak ada masalah terdapat pemukiman di
dekat pasar burung
63 Bapak/ibu yakin tempat pakan dan minum unggas yang kotor
dapat menjadi sara penuaran flu burung
64 Bapak/ibu yakin kepadatan burung didalam sebuah kandang tidak
mempengaruhi penularan flu burung
65 Vaksinasi berguna untuk mengobati burung dari flu burung
66 Bapak/Ibu rasa penularan flu burung dapat diperantari oleh benda
mati seperti baju atau sepatu
67 Bapak/ibu rasa kotoran unggas harus sesegera mungkin
dibersihkan
68 Menurut Bapak/Ibu, tidak ada masalah jika lebih dari satu jenis
burung dipelihara secara bercampur pada kandang yang sama karena burung yang berbeda jenis tidak dapat menularkan penyakit
69 Bapak/Ibu percaya tidak ada masalah jika burung yang baru dibeli
langsung dicampur dalam satu kandang dengan burung yang sudah ada dan tidak perlu dipisahkan dengan burung yang lama 70 Menurut Bapak/Ibu, jika ada burung yang sakit maka harus diurus
terlebih dahulu sebelum mengurus burung yang sehat
71 Bapak/Ibu percaya, dengan memisahkan/mengobati burung yang
sakit dapat mencegah penularan penyakit keburung sehat
72 Bapak/ibu percaya bahwa untuk mencegah penularan flu burung,
tikus dan serangga seperti kecoa tidak boleh berada didalam kandang
73 Bapak/ibu yakin sirkulasi udara dan sinar matahari yang kurang
bukan merupakan salah satu penyebab terjadinya penularan flu burung
74 Untuk menjaga kesehatan burung yang Bapak/Ibu pelihara, maka
harus mencegah burung liar masuk ke kandang burung
75 Bapak/ibu yakin melaporkan kejadian burung yang mati
mendadak kepada petugas dinas setempat merupakan tindakan yang wajib dilakukan
I. Checklist Observasi
No Observasi Ya Tidak
76 Setiap jenis unggas dipelihara terpisah dari unggas lain
77 Ada sarana untuk mencuci tangan
78 Terdapat sabun pada tempat pencucian tangan
79 Tersedia desinfektan pada tempat pencucian tangan
80 Responden mencuci tangannya saat menangani unggas
81 Responden menggunakan pakaian khusus saat menangani unggas
82 Unggas yang baru tiba atau baru dibeli dipisahkan terlebih dahulu
83 Binatang pengerat dan serangga dapat masuk ke kandang unggas
84 Kandang unggas dibersihkan
85 Unggas yang dijual berada dalam keadaan sehat
86 Unggas yang dijual telah divaksin
87 Keadaan kandang mandapat sinar matahari yang cukup
88 Kandang memiliki ventilasi yang cukup
89 Dilakukan pemisahan kandang pada burung/unggas yang sakit
90 Orang lain bebas keluar masuk area kandang
Lampiran 2
Denah Pasar Jatinegara
Lampiran 3
Dokumentasi Kondisi Kios Unggas di Pasar Jatinegara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Agustus 1993 dari pasangan bapak Ir Rachmat Manendar, MSi dan ibu Drg Sri Handayanti. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMAIT Nurul Fikri Depok dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Divisi informasi, komunikasi, dan usaha Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik (HIMPRO HKSA) pada tahun 2013 dan sebagai ketua Divisi informasi, komunikasi, dan usaha HIMPRO HKSA pada tahun 2014. Penulis juga pernah menjadi ketua pelaksana dalam acara Masa Pengenalan Fakultas (MPF) di Fakultas Kedokteran Hewan IPB pada tahun 2014. Pada bulan Agustus tahun 2014 penulis mengikuti pengabdian masyarakat di Provinsi Riau dalam rangka pengendalian penyakit zoonosa terutama rabies.