• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran Dan Wisata Pantai Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran Dan Wisata Pantai Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PENGELOLAAN

PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN

DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN NELAYAN

DEDE HERMAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Peningkatan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran dan Wisata Pantai dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan” adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2009

(3)

ABSTRACT

DEDE HERMAWAN, Management Enhancement of the Fish Landing Place of Pangandaran and Marine Tourism to Increase the Welfare of the Fishermen. Under the direction of ANWAR BEY PANE and MOCH. PRIHATNA SOBARI.

The Pangandaran county of Ciamis region has coastal area, which used as basis for fishing acitivities and also as marine tourism object. The existing marine tourism object lies side by side with the Pangandaran Fish Landing Place (PFLP) and both are mutually supporting. This research aims to obtain the actual management condition of the PFLP; the demand and economic value of marine tourism at around the Pangandaran beach; to study the welfare level of the fishing community around the PFLP and around the marine tourism object; and to formulate the appropriate action to boost the management of the PFLP and the Pangandaran marine tourism in order to increase the welfare of the fishermen community around them. The research method employed was surveying method where applying purposive sampling to determine the number of respondent population. The result showed that the management of PFLP and marine tourism object still have chance to be improved to increase the welfare of fishermen since the usage from fishery is 50% and the consumer surplus from tourism is Rp. 348,714.00 per annum per individual with economic value of Rp6.817.129.634,00 per annum. The result also pointed out that the welfare level of the Pangandaran Fishermen involved in tourism sector belongs to un-poor category and scores as high for welfare level. Improvement is still needed through synergic management of both the PFLP and marine tourism object by applying appropriate strategy, which is the community - based management.

(4)

RINGKASAN

DEDE HERMAWAN, Peningkatan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran dan Wisata Pantai dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan. Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE dan MOCH. PRIHATNA SOBARI

Keberadaan pelabuhan perikanan sangat penting dalam menunjang aktivitas perikanan tangkap. Keberadaan pelabuhan perikanan ini mampu membantu pengusaha perikanan, nelayan, pedagang ikan, dan pengolah hasil perikanan untuk meningkatkan pendapatannya. Dengan meningkatnya pendapatan nelayan, maka akan meningkatkan pula tingkat kesejahteraan nelayan.

Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis memiliki wilayah pesisir yang digunakan sebagai basis aktivitas perikanan tangkap dan juga merupakan obyek wisata pantai. Obyek wisata pantai yang ada, lokasinya bersebelahan dengan PPI Pangandaran, bahkan keberadaan PPI Pangandaran merupakan salah satu pendukung obyek wisata di Pangandaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi aktual mengenai pengelolaan PPI Pangandaran; permintaan dan nilai ekonomi sektor pariwisata di Pantai Pangandaran; mempelajari tingkat kesejahteraan nelayan yang mendaratkan ikan di PPI Pangandaran dan obyek wisata Pantai Pangandaran; dan merumuskan strategi pengelolaan PPI Pangandaran dan obyek wisata pantai Pangandaran untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Penelitian ini dilakukan di PPI Pangandaran dan objek wisata pantai Pangandaran yang terletak di Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah form-form

kuesioner untuk wawancara kepada pihak-pihak terkait. Di samping itu juga digunakan sheet data mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan yang berpedoman pada BPS. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dimana penentuan jumlah responden dilakukan secara purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan PPI Pangandaran dan obyek wisatanya masih memiliki peluang untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan karena pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap baru mencapai 50% dan surplus konsumen kegiatan wisata sebesar Rp348.714,00 per tahun per individu, atau memiliki nilai ekonomi sebesar Rp6.817.129.634,00 per tahun. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan Pangandaran yang terlibat dalam kegiatan wisata pantai masuk kategori tidak miskin dan tingkat kesejahteraan skor tinggi, namun masih perlu ditingkatkan melalui pengelolaan PPI Pangandaran dan obyek wisata pantai Pangandaran secara sinergis dengan penetapan strategi yang tepat yaitu Pengelolaan PPI Pangandaran dan wisata pantai berbasis masyarakat.

(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009

Hak cipta dilindungi

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(6)

PENINGKATAN PENGELOLAAN

PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN

DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN NELAYAN

DEDE HERMAWAN

Tesis

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Peningkatan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran dan Wisata Pantai dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan

Nama Mahasiswa : Dede Hermawan Nomor Pokok : C551040234 Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. H. Anwar Bey Pane, DEA Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Judul dari tesis ini adalah “Peningkatan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran dan Wisata Pantai dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan”. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1) Dr. Ir. H. Anwar Bey Pane, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing atas arahan dan bimbingannya,

2) Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS., selaku anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan motivasinya.

3) Gubernur Jawa Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program beasiswa di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

4) Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si., selaku Kepala Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, atas kesempatan, arahan dan motivasinya.

5) Ir. H. Darsono, selaku mantan Kepala Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, atas arahan dan motivasinya.

6) Ir. H. Jafar Ismail MM., selaku Kepala UPTD atas motivasinya. 7) Kedua orang tua dan mertua penulis atas do’a dan dorongannya.

8) Istriku tercinta Yeni Nurbayani, S.Ag. dan kedua buah hatiku tersayang Khilda dan Zakki, atas do’a, pengertian serta dorongannya

9) Kakak-kakak dan adik-adikku atas do’anya.

10) Rekan-rekan pegawai Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, terutama rekan-rekan di UPTD Pangandaran atas doa dan pengertianya.

11) Rekan-rekan Program Studi Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor angkatan 2004 atas motivasinya.

(9)

13) Seluruh responden yang telah bersedia memberikan data dan informasi dengan ikhlas dan sukarela

14) Semua pihak yang telah membantu penulis baik moril maupun materil yang telah diberikan.

Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kesalahan yang harus disempurnakan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak untuk kesempurnaan tesis ini.

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangandaran Ciamis pada tanggal 2 Juni 1974. Penulis merupakan putra ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Hodin dan Ibu N. Haryati. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri Pangandaran tahun 1993

Melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), tahun 1994 penulis diterima menjadi mahasiswa di Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung dan menamatkan pendidikan sarjana (S1) pada tahun 1999.

Penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian pada tahun 2000 dan diperbantukan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Benih Udang Galah Pangandaran Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat dan sejak tahun 2002 seiring dengan otonomi daerah penulis berstatus menjadi pegawai Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan ditugaskan di Balai Benih Udang Pangandaran.

(11)

DAFTAR ISTILAH

Bagan

Biological overfishing

Breakwater

Cold storage

Dock

Drifting

Economic overfishing

Fishing ground

Gill net

Hauling

Jaring dogol

Jaring insang

Nelayan

Alat tangkap ikan yang berbentuk bangunan seperti rumah yang dilengkapi dengan jaring angkat

Tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan tertentu melampaui tingkat yang diperlukan untuk menghasilkan MSY

Penahan gelombang; bangunan maritim yang dibuat dengan tujuan sebagai pelindung pelabuhan buatan

Tempat penampungan ikan berupa gudang besar yang dilengkapi alat pendingin dengan temperatur antara -60 0C − -20 0C

Bangunan laut yang berfungsi sebagai tempat tambat atau sandar kapal

Proses perendaman (pengoperasian) alat penangkapan ikan di daerah penangkapan

Tingkat upaya penangkapan yang melampaui terhadap sumberdaya perikanan dalam rangka memperoleh rente maksimum dalam kondisi berkelanjutan

Daerah tempat penangkapan ikan

Alat tangkap ikan jenis jaring insang yang terdiri atas satu lembar jaring

Proses atau kegiatan penarikan alat penangkapan ikan dari daerah penangkapan ikan setelah alat direndam (dioperasikan)

Alat tangkap ikan yang dilengkapi kantong yang pengoperasiannya dilakukan dengan cara mengurung ikan secara melingkar kemudian ditarik

Alat tangkap ikan dari bahan jaring monofilament dan

multifilament yang dibentuk menjadi empat persegi panjang, pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat

(12)

Pancing rawai

Rente

Sejahtera

Setting

Travel cost method

Trammel net

Vessel lift

Wisata

Wisata bahari

Alat tangkap ikan berupa pancing-pancing yang dikaitkan pada pelampung

Keuntungan sumberdaya

Terpenuhinya kebutuhan fisik minimum dan rohani dalam kehidupan sehari-hari

Proses atau kegiatan pemasangan alat penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan

Metode yang mengkaji biaya yang dikeluarkan tiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi

Alat tangkap ikan jenis jaring insang yang terdiri atas tiga lembar jaring

Jenis fasilitas di pelabuhan yang digunakan untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke lapangan perbaikan untuk diperbaiki

Bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang)

(13)
(14)
(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Pemikiran ... 6

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pelabuhan Perikanan ... 9

2.1.1 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan ... 10

2.1.2 Fasilitas pelabuhan perikanan ... 11

2.2 Pengelolaan Perikanan dan Pelabuhan Perikanan... 12

2.2.1 Pengelolaan perikanan ... 12

2.2.2 Pengelolaan pelabuhan perikanan ... 14

2.3 Pariwisata ... 20

2.3.1 Permintaan pariwisata ... 21

2.3.2 Metode biaya perjalanan pariwisata ... 21

2.4 Karakteristik Masyarakat Pesisir atau Nelayan ... 23

2.5 Kesejahteraan Masyarakat ... 24

3 METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2 Alat Penelitian ... 29

3.3 Metode Penelitian ... 29

3.4 Analisis Data ... 34

3.4.1 Analisis peningkatan pengelolaan pelabuhan perikanan ... 34

(16)

Halaman

3.4.4 Strategi peningkatan pengelolaan PPI Pangandaran

dan wisata pantai Pangandaran ... 42

4 KEADAAN UMUM KABUPATEN CIAMIS ... 44

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 44

4.1.1 Geografi, topografi dan iklim daerah penelitian ... 44

4.1.2 Penduduk dan ketenagakerjaan ... 45

4.1.3 Prasarana dan sarana umum ... 47

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap ... 48

4.2.1 Potensi dan penyebaran sumberdaya perikanan ... 48

4.2.2 Musim dan daerah penangkapan ikan ... 49

4.2.3 Produksi dan nlai produksi hasil tangkapan ikan ... 51

4.2.4 Unit penangkapan ... 53

4.2.5 Prasarana perikanan ... 56

4.3 Keadaan Umum Sektor Pariwisata ... 57

4.3.1 Macam dan kondisi aktivitas wisata ... 57

4.3.2 Fasilitas wisata dan jumlah pengunjung ... 59

5 KONDISI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN ... 61

5.1 Jenis, Produksi dan Hasil Produksi Hasil Tangkapan ... 61

5.2 Unit Penangkapan ... 63

5.2.1 Armada penangkapan ... 63

5.2.2 Alat penangkapan ikan ... 65

5.2.3 Nelayan ... 73

5.3 Jenis dan Kondisi Fasilitas PPI Pangandaran ... 75

5.3.1 Fasilitas pokok ... 75

5.3.2 Fasilitas fungsional ... 76

5.4 Pengelolaan dan Penanganan Ikan di PPI Pangandaran ... 82

5.4.1 Pengorganisasian kepelabuhanan ... 82

5.4.2 SDM pengelola PPI Pangandaran dan kemampuan pengelolaan ... 83

5.4.3 Pengelolaan fasilitas dan aktivitas PPI Pangandaran ... 84

5.4.4 Penanganan ikan di PPI Pangandaran ... 84

6 KONDISI DAN PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN ... 86

6.1 Aktivitas Wisata Pantai ... 86

(17)

Halaman

6.1.2 Wisata air ... 86

6.2 Fasilitas Objek Wisata ... 87

6.2.1 Fasilitas umum ... 87

6.2.2 Fasilitas wisata ... 88

6.3 Jumlah Pengunjung/Wisatawan ... 89

6.4 Karateristik Wisatawan... 90

6.4.1 Umur dan jenis kelamin... 90

6.4.2 Tingkat pendidikan dan status perkawinan... 93

6.4.3 Jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan ... 95

6.4.4 Sifat kedatangan dan lama kunjungan wisatawan ... 97

6.4.8 Aktivitas wisata yang dilakukan dan asala daerah ... wisatawan ... 100

6.5 Fungsi Permintaan Wisatawan ... 103

6.6 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi ... 104

7 PENINGKATAN PENGELOLAAN PPI PANGANDARAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN WISATA PANTAI ... 107

7.1 Proyeksi Produksi, Armada Penangkapan dan Jumlah Nelayan Tahun 2009 – 2018 ... 107

7.1.1 Proyeksi produksi hasil tangkapan ... 107

7.1.2 Proyeksi armada penangkapan ... 108

7.1.3 Proyeksi jumlah nelayan ... 109

7.2 Kebutuhan Aktivitas, Fasilitas, SDM Pengelola dan Pengorganisasian Kepelabuhan 10 Tahun Kedepan ... 110

7.2.1 Aktivitas dan fasilitas ... 110

7.2.2 Pengorganisasian kepelabuhanan ... 111

7.2.3 Sumberdaya Manusia pengelola PPI Pangandaran ... 112

7.3 Kegiatan Sinergis PPI Pangandaran Terhadap Kegiatan Wisata Pantai yang Diinginkan ... 113

7.4 Peningkatan Pengelolaan PPI Pangandaran Terkait Kesinergisannya dengan Kegiatan Wisata Pantai ... 114

7.4.1 Pengorganisasian ... 114

7.4.2 Aktivitas dan fasilitas ... 115

7.4.3 SDM pengelola ... 117

8 KONTRIBUSI AKTIVITAS PPI DAN WISATA PANTAI PANGANDARANTERHADAPPENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN ... 119

(18)

Halaman

8.2 Kontribusi Aktivitas PPI dan Wisata Pantai Pangandaran

Terhadap Kesejahteraan/Pendapatan Nelayan ... 128

8.2.1 Kontribusi aktivitas PPI Pangandaran terhadap pendapatan Nelayan ... 128

8.2.2 Kontribusi aktivitas wisata pantai Pangandaran terhadap pendapatan Nelayan ... 129

8.3 Peran PPI Sebagai Mitra Kegiatan Wisata Pantai ... 130

8.3.1 PPI sebagai penyedia hasil tangkapan ... 130

8.3.2 PPI sebagai lokasi objek wisata ... 131

8.3.3 Kegiatan perikanan tangkap sebagai objek wisata ... 133

8.4 Strategi Peningkatan Pengelolaan PPI Pangandaran dan Wisata Pantai Pangandaran untuk Meningkatkan Ksejahteraan Nelayan .. 134

9 KESIMPULANDANSARAN ... 146

9.1 Kesimpulan ... 146

9.2 Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA ... 148

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Fasilitas pelabuhan perikanan menurut criteria dan jenis fasilitas... 19

2 Indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS dan SUSENAS tahun 2003 ... 28

3 Aspek dan parameter yang diteliti ... 33

4 Contoh pendugaan tingkat kunjungan wisatawan nusantara di objek wisata Pangandaran berdasarkan jumlah kunjungan tahun 2003 – 2007 ... 35

5 Contoh pendugaan tingkat kunjungan wisatawan nusantara di objek wisata tahun 2007 berdasarkan hasil survey di Pangandaran ... 36

6 Matrik analisis faktor-faktor internal ... 42

7 Matrik analisis faktor-faktor eksternal ... 43

8 Perkembangan jumlah produksi ikan Kabupaten Ciamis 1999 – 2007 .... 52

9 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan menurut kategori di Kabupaten Ciamis tahun 1999 – 2007 ... 53

10 Perkembangan jumlah alat tangkap ikan di Kabupaten Ciamis tahun 1999 – 2007 ... 54

11 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun 1999 – 2007 56

12 Sarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kabupaten Ciamis tahun 2007 . 57 13 Jumlah kunjungan wisatawa ke Kabupaten Ciamis tahun 1999 – 2007 ... 60

14 Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan di Pangandaran kurun waktu 2003 – 2007 ... 61

15 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Pangandaran kurun waktu 2003 – 2007 ... 64

16 Perkembangan alat penangkapan ikan di Pangandaran kurun waktu 2003-2007 ... 72

17 Perkembangan jumlah nelayan Pangandaran kurun waktu 2003 – 2007 .. 73

18 Data kunjungan wisatawan ke objek wisata Pantai Pangandaran tahun 2003 – 2007 ... 89

19 Umur responden pengunjung pantai Pangandaran ... 91

20 Jenis kelamin responden pengunjung pantai Pangandaran ... 92

21 Tingkat pendidikan responden pengunjung pantai Pangandaran ... 93

22 Status perkawinan responden pengunjung pantai Pangandaran ... 94

(20)

Halaman

24 Tingkat pendapatan responden pengunjung pantai Pangandaran ... 97

25 Sifat kedatangan responden pengunjung pantai Pangandaran ... 98

26 Lama kunjungan responden pengunjung pantai Pangandaran ... 99

27 Aktivitas wisata yang dilakukan responden pengunjung pantai Pangandaran ... 101

28 Asal daerah responden pengunjung pantai Pangandaran ... 102

29 Koefisien penduga fungsi permintaan rekreasi Pantai Pangandaran dengan menggunakan pedekatan individu ... 103

30 Proyeksi produksi hasil tangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2009 – 2018 ... 108

31 Proyeksi jumlah armada penangkapan ikan di PPI Pangandaran tahun 2009 – 2018 ... 109

32 Poyeksi jumlah nelayan di PPI Pangandaran tahun 2009 – 2018 ... 110

33 Jenis dan ukuran fasilitas – fasilitas di PPI Pangandaran ... 111

34 Proyeksi kebutuhan SDM pengelola PPI Pangandaran ... 112

35 Proyeksi kebutuhan SDM pengelola badan otorita ... 118

36 Pendapatan rata-rata rumah tangga nelayan di Pangandaran tahun 2007 .. 119

37 Indikator pendapatan rumah tangga nelayan di Pangandaran tahun 2007 . 120 38 Pengeluaran rata-rata rumah tangga nelayan di Pangandaran tahun 2007 121 39 Indikator pengeluaran rumah tangga nelayan di Pangandaran tahun 2007 122 40 Skor keadaan tempat tinggal nelayan Pangandaran tahun 2007 ... 123

41 Skor fasilitas tempat tinggal nelayan Pangandaran tahun 2007 ... 124

42 Skor kemudahan rumah tangga nelayan Pangandaran mendapatkan pelayanan kesehatan tahun 2007 ... 125

43 Skor kemudahan rumah tangga nelayan Pangandaran memasukkan anak ke jenjang pendidikan tahun 2007 ... 126

44 Skor kemudahan rumah tangga nelayan Pangandaran mendapatkan fasilitas transportasi tahun 2007 ... 127

45 Matrik Analisis Faktor Internal (IFAS) Sinergitas PPI dan Wisata Pantai Pangandaran ... 136

46 Matrik Analisis Faktor Eksternal (EFAS) Sinergitas PPI dan Wisata Pantai Pangandaran ... 138

(21)

Halaman 48 Matriks SWOT strategi peningkatan pengelolaan PPI Pangandaran

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian ... 7 2 Bagan struktur organisasi PPI ... 18 3 Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan di Pangandaran

kurun waktu 2003 – 2007 ... 62 4 Perahu penangkapan ikan yang digunakan nelayan Pangandaran ... 64 5 Trend perkembangan armada penangkapan ikan di Pangandaran ... 65 6 Trend pekembangan alat penangkapan ikan di Pangandaran ... 72 7 Trend perkembangan nelayan Pangandaran ... 74 8. Lampu suar yang ada di PPI Pangandaran ... 76 9 Gedung TPI Pangandaran Kabupaten Ciamis ... 78 10 KUD Minasari Kabupaten Ciamis ... 79 11 Struktur organisasi UPTD – PPI Pangandaran tahun 2007 ... 82 12 Trend perkembangan kunjungan wisata pantai Pangandaran ... 89 13 Sebaran kelompok umur responden pengunjung wisata

Pantai Pangandaran ... 91 14 Sebaran jenis kelamin responden pengunjung wisata

Pantai Pangandaran ... 92 15 Sebaran tingkat pendidikan responden pengunjung wisata

Pantai Pangandaran ... 94 16 Sebaran status perkawinan responden pengunjung wisata

Pantai Pangandaran ... 95 17 Sebaran jenis pekerjaan responden pengunjung wisata

Pantai Pangandaran ... 96 18 Sebaran tingkat pendapatan responden pengunjung wisata

Pantai Pangandaran ... 97 19 Sebaran sifat kedatangan responden pengunjung wisata

Pantai Pangandaran ... 98 20 Sebaran lama kunjungan responden pengunjung wisata

Pantai Pangandaran ... 99 21 Sebaran aktivitas wisata yang dilakukan responden

(23)

Halaman 22 Sebaran asal daerah responden pengunjung wisata

Pantai Pangandaran ... 102 23 Kurva permintaan wisatatawan objek wisata Pantai Pangandaran ... 105 24 Gambaran struktur organisasi pengelola PPI Pangandaran dan objek

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Peta lokasi penelitian ... 153 2 Analisis regresi untuk pendugaan jumlah kunjungan wisatawan ... 154 3 Hubungan frekunsi kunjungan dengan umur, pendapatan, biaya

Perjalanan dan lama kunjungan ... 155 4 Data responden nelayan ... 157 5 Standar kriteria produksi dan fasilitas pelabuhan perikanan berdasarkan

tipe pelabuhan ... 158 6 Salah satu fasilitas wisata pantai yang ada di Pantai Pangandaran ... 150 7 Salah satu aktivitas wisata yang dilakukan wisatawan di Pantai

Pangandaran ... 161 8 Armada/perahu penngkapan ikan yang dimodifikasi menjadi

perahu pesiar ... 162 9 Perhitungan keterkaitan unsur SWOT untuk perangkingan strategi

(25)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan perikanan dapat dilaksanakan dengan pengelolaan perikanan yang optimal. Dalam Undang - Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan bahwa pengelolaan perikanan harus dapat mendukung kesejahteraan nelayan, menciptakan kesempatan kerja, mengoptimalkan dan menjaga kelestarian stok sumberdaya ikan.

Perikanan merupakan usaha manusia dalam memanfaatkan sumber daya ikan sebagai suatu kegiatan usaha atau kegiatan ekonomi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lubis (2006), bahwa salah satu hal yang mendasari pengembangan pelabuhan perikanan adalah adanya potensi sumberdaya ikan yang memungkinkan bisa dikembangkannya tingkat kegiatan perikanannya. Manusia dalam memanfaatkan sumberdaya ikan membutuhkan modal, teknologi dan keterampilan. Sementara itu, dalam memanfaatkan sumberdaya ikan manusia membutuhkan perencanaan kegiatan penangkapan, penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan pasca panen, pengolahan serta pemasaran (Nikijuluw 2002). Salah satu sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembangunan perikanan adalah ketersediaan pelabuhan perikanan.

Tersedianya prasarana pelabuhan perikanan mempunyai arti yang sangat penting dalam usaha menunjang pembangunan perikanan sebagai basic perikanan tangkap. Hal tersebut dikarenakan, pelabuhan perikanan merupakan tempat pendaratan, pengolahan, pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan, yang mana merupakan pusat kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat nelayan dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran (Lubis 2002).

(26)

meningkatnya pendapatan nelayan, maka akan meningkatkan pula tingkat kesejahteraan nelayan.

Pelabuhan perikanan perlu dikelola dengan baik sesuai dengan fungsinya. Diharapkan dengan pengelolaan pelabuhan perikanan yang sesuai akan meningkatkan kegiatan pelabuhan perikanan dan dapat meningkatkan daya serap tenaga kerja perikanan.

Pengelolaan suatu pelabuhan perikanan meliputi pengelolaan fasilitas, aktivitas dan sumberdaya manusia (SDM) pengelola yang ada di pelabuhan perikanan tersebut. Fasilitas yang dikelola meliputi fasilitas pokok, fungsional/komersial dan penunjang. Aktivitas yang dikelola meliputi baik aktivitas yang ditimbulkan oleh adanya produksi hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan (pendaratan, pemasaran, pengolahan dan pendistribusian) maupun aktivitas yang ditimbulkan oleh akibat keberadaan fasilitas pelabuhan (aktivitas tambat labuh, pengisian BBM, bahan kebutuhan melaut lainnya, pembuatan es/pabrik es, dan lain-lain). SDM pengelola pelabuhan perikanan di Indonesia meliputi SDM unit pelaksana teknis (UPT) dan SDM perum prasarana pelabuhan.

Dalam pengelolaan pelabuhan perikanan, pihak pengelola mewujudkan pengelolaannya dengan melakukan pelayanan dan mengeluarkan kebijakan atau pengaturan yang bertujuan untuk meningkatkan output pelabuhan perikanan antara lain berupa peningkatan produksi hasil tangkapan didaratkan, peningkatan aktivitas-aktivitas dan fasilitas-fasilitas, serta peningkatan pendapatan pelabuhan perikanan.

Berdasarkan gambaran-gambaran di atas, maka peningkatan pengelolaan suatu pelabuhan perikanan juga akan berujung kepada peningkatan pendapatan nelayan/pengusaha penangkapan ikan yang berbasis di pelabuhan perikanan tersebut. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran merupakan pelabuhan perikanan yang membutuhkan sarana dan prasarana untuk mendukung pengelolaannya agar berfungsi secara optimal.

(27)

PPI Pangandaran untuk berbenah diri merumuskan strategi pengelolaan PPI Pangandaran yang sesuai. Hal ini terkait erat dengan kelanjutan kehidupan masyarakat nelayan yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas perikanan tangkap yang berbasis di PPI Pangandaran.

Dengan meningkatkan pengelolaan PPI Pangandaran yang optimal, diharapkan tercapai optimalisasi produksi perikanan, yang nantinya mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan. PPI Pangandaran yang berlokasi di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis memiliki wilayah pesisir yang digunakan sebagai basis aktivitas perikanan tangkap dan juga merupakan obyek wisata pantai. Obyek wisata pantai yang ada, lokasinya bersebelahan dengan PPI Pangandaran, bahkan keberadaan PPI Pangandaran merupakan salah satu pendukung obyek wisata di Pangandaran.

Sektor perikanan tangkap yang ada di PPI Pangandaran dapat digunakan sebagai penunjang pengembangan sektor pariwisata di wilayah tersebut, sebagai contoh wisatawan dapat membeli ikan sebagai oleh-oleh di PPI Pangandaran (Anonim 1994). Wisatawan yang datang ke Pangandaran selain berasal dari wisatawan lokal juga dari mancanegara.

Sebelum tsunami melanda pantai Pangandaran pada tanggal 17 Juli 2006, setiap harinya banyak pengunjung yang menikmati keindahan alam pantai. Pasca tsunami, banyak perubahan fisik yang terjadi, seperti bangunan yang roboh baik yang terkait dengan sektor perikanan tangkap maupun pariwisata.

Pembangunan tahap awal sarana prasarana perikanan tangkap dan pariwisata mulai dilakukan untuk mendukung keberlangsungan aktivitas kedua sektor tersebut. Selanjutnya perlu pengelolaan aktivitas kedua sektor tersebut, dalam hal ini PPI Pangandaran dan obyek wisata yang ada guna mendapatkan hasil pembangunan yang lebih optimal, yaitu dengan melakukan pengelolaan yang sinergis, mengingat prospek obyek wisata di Pangandaran ke depannya sangat bagus bila bersinergi dengan sektor perikanan tangkap, karena didukung oleh sumberdaya alam dan masyarakat setempat.

(28)

kegiatan penangkapan berdasarkan intuisinya atau pengalaman yang diperoleh secara turun temurun dan umumnya berpendidikan rendah dan operasi penangkapan ikan terkonsentrasi di perairan pantai pada jalur penangkapan 1a, Ib dan II. Kondisi inilah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat nelayan masih memiliki tingkat kesejahteraan yang masih rendah.

Melihat kondisi di atas, penelitian mengenai Peningkatan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran dan Wisata Pantai Pangandaran dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan perlu dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu merumuskan kebijakan peningkatan pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran dan sektor wisatanya. Diharapkan, dengan pengelolaan yang optimal, maka kesejahteraan masyarakat nelayan meningkat dan juga meningkatkan pendapatan daerah.

1.2 Perumusan Masalah

Wilayah Pangandaran mempunyai karakteristik alam yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Hal ini menjadikan dasar dalam menentukan kebijakan strategi dalam mengelola alam yang ada guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pihak Pemerintah Daerah telah membangun sektor perikanan tangkap dan pariwisata di Pantai Pangandaran. Pembangunan ini sangat sesuai mengingat potensi perikanan Pantai Pangandaran yang cukup besar serta pemandangan alam yang sangat bagus dan indah, sehingga perikanan tangkap dan pariwisata dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

(29)

Potensi perikanan tangkap dan pariwisata yang ada di Pantai Pangandaran tidak akan tereksploitasi dengan optimal jika cara pengelolaannya tidak tepat. Cara pengelolaan inilah yang nantinya akan menentukan keberhasilan dan keberlanjutan aktivitas yang ada.

Masalahnya, pengelolaan yang ada di PPI Pangandaran dan obyek wisata yang ada kurang sinergi. Hal ini “diperparah” dengan pernah terjadinya tsunami yang melanda daerah Pantai Pangandaran. Informasi mengenai kondisi aktual yang sebenarnya tentang pengelolaan PPI Pangandaran dan pariwisatanya sangat dibutuhkan untuk dasar pengambilan kebijakan. Informasi mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan setempat juga perlu diketahui guna mengetahui dampak adanya PPI Pangandaran dan pariwisata selama ini. Diharapkan ada rumusan mengenai pengelolaan PPI Pangandaran dan pariwisatanya untuk mensejahterakan masyarakat nelayan.

Dari berbagai kendala dan hambatan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a) Seberapa besar pengelolaan PPI Pangandaran dapat meningkatkan kesejahteraan masayarakat nelayan di Pangandaran.

b) Seberapa besar pengelolaan sektor pariwisata pantai dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di Pangandaran.

c) Bagaimana merumuskan cara memadukan pengelolaan PPI Pangandaran dan obyek wisata di Pantai Pangandaran agar dapat berjalan berdampingan untuk meningkatkan kesejahteraan masayarakat nelayan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mendapatkan kondisi aktual mengenai pengelolaan PPI Pangandaran;

2) Mendapatkan kondisi aktual mengenai permintaan dan nilai ekonomi sektor pariwisata pantai di Pantai Pangandaran;

(30)

4) Merumuskan cara memadukan pengelolaan PPI Pangandaran dan obyek wisata Pantai Pangandaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di sekitarnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Memberikan masukan bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis mengenai cara pengelolaan PPI Pangandaran yang optimal;

2) Memberikan masukan bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis mengenai cara pengelolaan pariwisata yang optimal di Pantai Pangandaran;

3) Memberikan data atau informasi mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di sekitar PPI Pangandaran dan obyek wisata Pantai Pangandaran kepada Badan Pusat Statistika Kabupaten Ciamis;

4) Memberi masukan bagi investor mengenai peluang usaha di PPI Pangandaran dan obyek wisata Pantai Pangandaran;

5) Memberikan alternatif pengelolaan PPI dan pariwisata yang tepat, dimana dapat diaplikasikan di daerah lain yang mempunyai karakteristik alam yang sama dengan Pantai Pangandaran.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pembangunan PPI Pangandaran dan pariwisata di Pangandaran bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya dalam hal ini nelayan dan meningkatkan pendapatan daerah. Pembangunan yang ada harus dikelola dengan baik dan sesuai dengan aturan yang ada supaya outputnya optimal tanpa harus merusak sumberdaya alam yang ada.

(31)
[image:31.612.124.509.92.623.2]

INPUT

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian pengelolaan PPI dan wisata pantai Pangandaran dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan

Kesejahteraan masyarakat nelayan di sekitar PPI Pangandaran dan pariwisatanya dapat diketahui dengan melihat dan mengukur pendapatan, PROSES

OUTPUT

Kondisi saat ini :

ƒ Aktivitas & Pelayanan

ƒ Fasilitas Pariwisata Pangandaran

ƒ SDM Pengelola & Kondisinya

ƒ Jumlah kunjungan

ƒ Perkiraan jumlah kunjungan

ƒ Kurva permintaan pariwisata

ƒ Nilai ekonomi pariwisata

Apa dampak saat ini terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan? (kualitatif & kuantitatif)

KERANGKA PEMIKIRAN

PPI PANGANDARAN

Kondisi saat ini :

ƒ Aktivitas & Pelayanan

ƒ Fasilitas Pengelolaan PPI Pangandaran

ƒ SDM Pengelola & Kondisinya

ƒ Sudah efektif atau tidak ?

ƒ Sasaran sudah tercapai atau belum ?

ƒ Bagaimana pengelolaan yang dilakukan?

Apa dampak saat ini terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan? (kualitatif & kuantitatif)

Pengelolaan yang dilakukan :

ƒ Peningkatan jumlah dan mutu aktivitas (PPI dan wisata pantai)

ƒ Peningkatan fasilitas (PPI & wisata pantai)

ƒ Peningkatan pengelolan PPI Pangandaran dan wisata

ƒ Peningkatan sinergi PPI & wisata pantai

Peningkatan kesejahteraan nelayan :

Peran pendapatan nelayan (dari aktivitas perikanan tangkap atau dari akitivitas wisata pantai)

(32)

olahraga, kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan sarana kesehatan, tingkat pendidikan keluarga, kemudahan mendapatkan alat transportasi, kondisi kehidupan beragama dan keamanan di lingkungannya. Data di atas didapat dengan cara wawancara terhadap masyarakat nelayan dan data dari dinas terkait, yang diformulasikan ke dalam rumusan dari Badan Pusat Statistik tahun 2003.

(33)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan

Menurut Lubis (2006) pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Menurut Keputusan Menteri Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor 10 tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan pelabuhan perikanan (Anonim 2005)

Keputusan Menteri Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor 10 tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan menyatakan bahwa pelaksanaan pengelolaan pelabuhan perikanan sangat penting dilakukan guna mengoptimalkan peran pelabuhan sebagai pendorong perekonomian masyarakat. Semakin baik pengelolaan pelabuhan perikanan, diharapkan kesejahteraan masyarakat nelayan tinggi juga (Anonim 2005)

Pelabuhan perikanan di Indonesia diklasifikasikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan menjadi empat, yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Pengklasifikasian ini bertujuan untuk mempermudah dalam pengelolaan pelabuhan perikanan khususnya dan sebagai dasar pedoman pengembangan pelabuhan perikanan pada umumnya (Lubis 2006). Dasar pengklasifikasian ini juga dapat dipakai untuk kebijakan cara pengelolaan pelabuhan perikanan yang sesuai.

(34)

1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di wilayah pedalaman dan perairan kepulauan;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 Gross Tonnage (GT);

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 2 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus;

5) Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 2 ha;

2.1.1 Fungsi dan Peranan Pelabuhan Perikanan

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan mempunyai tugas melaksanakan fasilitas produksi, fasilitas penanganan dan pengolahan, fasilitas pengendalian dan pengawasan mutu, fasilitas pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, fasilitas melakukan pembinaan masyarakat nelayan, fasilitas pengendalian dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan, fasilitas kelancaran kegiatan kapal, serta fasilitas pengumpulan data (Anonim 2005).

Pasal 41 Undang - Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, dalam rangka mengembangkan pelabuhan perikanan, pemerintah membangun dan membina pelabuhan perikanan yang berfungsi antara lain sebagai:

1) Tempat tambat labuh kapal perikanan; 2) Tempat pendaratan ikan;

3) Tempat pemasaran dan distribusi ikan;

4) Tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan; 5) Tempat pengumpulan data perikanan;

6) Tempat penyelenggaraan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; 7) Tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan.

(35)

seluruh kegiatan yang bergerak di bidang usaha perikanan. Fungsi pelabuhan perikanan dalam arti khusus selalu berkaitan dengan jenis atau tipe dari pelabuhan tersebut. Sebagai contoh, pelabuhan perikanan tipe-D (PPI) mempunyai fungsi tidak sekompleks pelabuhan perikanan tipe-A (PPS) (Anonim 2005).

2.1.2 Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Fasilitas pelabuhan perikanan adalah sarana dan prasarana yang tersedia di pelabuhan perikanan untuk mendukung operasional pelabuhan. Di dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan inilah yang nantinya akan mempengaruhi cara pengelolaan tiap-tiap pelabuhan perikanan. Pengelolaan tiap pelabuhan perikanan berbeda satu sama lain, bergantung dari kondisi dan kelengkapan fasilitas pelabuhan perikanan yang ada (Anonim 2005).

Dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Kapasitas dan jenis fasilitas atau sarana yang ada pada umumnya menentukan skala atau tipe dari suatu pelabuhan dan akan berkaitan pula dengan skala usaha perikanannya (Lubis 2006).

(36)

fungsional memberikan dukungan pada aktivitas pelelangan, pemasaran, serta kegiatan nelayan yang dilakukan di sekitar pelabuhan. Fasilitas tambahan memberi dukungan pada kelancaran aktivitas pengguna jasa pelabuhan perikanan.

Fasilitas pokok terdiri atas dermaga, kolam pelabuhan, alat bantu navigasi dan breakwater atau pemecah gelombang. Fasilitas fungsional terdiri dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pabrik es, gudang es, refrigerasi (cool room, cold storage), gedung-gedung pemasaran, lapangan perbaikan alat penangkapan ikan, ruangan mesin, tempat penjemuran alat penangkap ikan, bengkel, slipways, gudang jaring, vessel lift, fasilitas perbekalan (tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar), dan fasilitas komunikasi (stasiun jaringan telepon, radio SSB). Fasilitas penunjang terdiri atas MCK, poliklinik, mess, kantin atau warung, musholla, kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, dan kantor beacukai (Lubis 2006).

2.2 Pengelolaan Perikanan dan Pelabuhan Perikanan 2.2.1 Pengelolaan Perikanan

Menurut Undang - Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan adalah rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan. Pengelolaan sumberdaya ikan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan pengaturannya diatur melalui berbagai perangkat peraturan sehingga diharapkan dapat menjadikan sektor perikanan berkembang dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Anonim 2005).

(37)

Menurut Undang - Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan Pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan (Anonim 2005):

1) Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil; 2) Meningkatkan penerimaan dan devisa negara;

3) Mendorong perluasan dan kesempatan kerja;

4) Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; 5) Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan;

6) Meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing; 7) Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan;

8) Mencapai pemanfatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal; dan

9) Menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang.

Dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan, Menteri Perikanan dan Kelautan menetapkan (Anonim 2005):

1) Rencana pengelolaan perikanan;

2) Potensi dan alokasi sumberdaya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia;

3) Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia;

4) Jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan;

5) Jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat bantu penangkapan ikan; 6) Daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan;

7) Persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan; 8) Sistem pemantauan kapal perikanan;

9) Jenis ikan baru yang akan dibudidayakan;

10)Jenis ikan dan penebaran kembali serta penangkapan ikan berbasis budidaya; 11)Pencegahan pencemaran dan kerusakan sumberdaya ikan serta lingkungannya; 12)Rehabilitasi dan peningkatan sumberdaya ikan serta lingkungannya;

13)Ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap; 14)Suaka perikanan;

(38)

2.2.2 Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

Pengelolaan pelabuhan perikanan bertujuan antara lain untuk mengoptimalkan peran pelabuhan dalam meningkatkan aktivitas kepelabuhanan termasuk di dalamnya pendaratan, pemasaran, dan pengolahan hasil tangkapan serta pelayanan untuk meningkatkan pendapatan pihak pengelola pelabuhan perikanan dan mendorong peningkatan pendapatan para pelaku/pengguna di pelabuhan perikanan. Keberhasilan dalam pengelolaan suatu pelabuhan antara lain banyak tergantung pada para pengguna yang ada di pelabuhan, misalnya terhadap kuantitas dan kualitas sumberdaya manusianya, keterkaitan dan keharmonisan hubungan antara staf pengelola pelabuhan antara lain kepala pelabuhan dan pegawainya, para pedagang, nelayan, pengolah dan buruh. Para pengguna tersebut harus dapat bekerja secara profesional, saling berkerja sama dalam pelaksanaan pengoperasian dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Di samping itu pengguna pelabuhan harus menguasai dan bertanggung jawab terhadap tugas atau pekerjaannya masing-masing (Lubis 2006).

Selanjutnya Lubis (2006) menyatakan, agar pengorganisasian dan pengelolaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi pelabuhan, maka perlu diketahui terlebih dahulu rincian kegiatan-kegiatan dan fasilitas yang akan dikelola oleh suatu pelabuhan dan kesiapan sumberdaya manusianya dalam mengelola kegiatan dan fasilitas tersebut baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Terdapat tiga kelompok kegiatan utama yang berkaitan erat dengan pengelolaan pelabuhan. Kegiatan-kegiatan tersebut ada kalanya berhubungan atau terpisah antara satu dengan lainnya. Ketiga kelompok tersebut adalah kegiatan yang berhubungan dengan :

1) Pengelolaan infrastruktur, suprastruktur dengan semua aktivitas penunjang, antara lain investasi pelabuhan, penyusunan anggaran, perencanaan pembangunan, pajak, perbaikan dan pemeliharaan fasilitasnya seperti alur pelayaran, mercusuar dan jalan-jalan di lingkungan pelabuhan.

(39)

3) Peraturan-peraturan kepelabuhanan antara lain peraturan-peraturan lokal, nasional maupun internasional dalam menentukan sirkulasi maritim, perhitungan statistik, pencatatan keluar masuknya kapal, pencatatan dan pemeliharaan kesehatan awak kapal.

Ada beberapa prinsip penting bilamana pengoperasian suatu pelabuhan perikanan dikatakan berhasil (Lubis 2006):

1) Sangat baik dipandang dari sudut ekonomi, yang berarti hasil pengoperasian pelabuhan itu dapat menguntungkan baik bagi pengelola pelabuhan itu sendiri maupun bagi pemiliknya. Disamping itu hasil dari pengoperasian pelabuhan tersebut mempunyai pangaruh positif terhadap perkembangan kota khususnya dan nasional umumnya;

2) Sistem penanganan ikan yang efektif dan efisien. Dengan kata lain pembongkaran ikan dapat dilakukan secara cepat disertai penseleksian yang cermat, pengangkutan dan penanganan yang cepat;

3) Fleksibel dalam perkembangan teknologi. Dalam hal pengembangan suatu pelabuhan perikanan adakalanya diperlukan mekanisasi dari fasilitas-fasilitas pelabuhan tersebut, misalnya perlunya vessel lift pada fasilitas dock, tangga berjalan (tapis roulant) untuk pembongkaran dan penyeleksian ikan. Di samping itu diperlukan perluasan fasilitas pelabuhan karena semakin meningkatnya produksi perikanan pelabuhan, misalnya perluasan gedung pelelangan, dan perluasan dermaga;

4) Pelabuhan dapat berkembang tanpa merusak lingkungan sekitarnya (lingkungan alam dan lingkungan sosial), bersih dan higienis;

5) Para pengguna di pelabuhan perikanan dapat bekerja secara aktif dan terorganisasi baik dalam kegiatannya, sehingga segala aktivitas yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar dan jadwal kerja yang telah ditetapkan.

1). Pengelolaan aktivitas pelabuhan perikanan (1). Pendaratan hasil tangkapan

(40)

bertujuan utama agar ikan yang didaratkan dan diangkut ke TPI sebelum dilelang dapat dipindah/diangkut dengan cepat dan terjaga mutunya. Aktivitas pendaratan ikan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan sangat bergantung kepada kelengkapan fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan, seperti dermaga, kolam pelabuhan, dan alur pelayaran yang dapat memperlancar kapal-kapal perikanan untuk bertambat-labuh. Oleh karena itu pada hakekatnya pengelolaan aktivitas pendaratan terkait pula dengan pengelolaan fasilitas-fasilitasnya. Kelancaran proses pendaratan di pelabuhan perikanan sangat ditentukan oleh fasilitas yang tersedia di pelabuhan perikanan dan tingkat pengetahuan para pelaku di lapangan. Semakin baik tingkat pengetahuan pelaku di lapangan maka akan semakin lancar pula proses pendaratan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan (Lubis 2006).

Aktivitas pendaratan di pelabuhan perikanan sangat erat hubungannya dengan proses penanganan ikan hasil tangkapan karena kedua kegiatan tersebut berjalan atau dilakukan pada waktu yang bersamaan. Proses ini nantinya sangat menentukan kualitas atau mutu ikan hasil tangkapan yang didaratkan. Mutu hasil tangkapan (ikan) tersebut haruslah selalu dipertahankan agar harganya selalu tinggi. Menurut Ilyas (1983), pengelompokan hasil tangkapan berdasarkan tingkat kesegarannya dibedakan atas tiga kelompok, yaitu ikan segar, Kurang segar, dan tidak segar.

Penanganan hasil tangkapan bertujuan mengusahakan agar kesegaran hasil tangkapan dapat dipertahankan selama mungkin, atau setidaknya masih cukup segar pada saat hasil tangkapan sampai ke tangan konsumen. Jadi, begitu hasil tangkapan tertangkap dan dinaikkan ke atas kapal, harus secepat mungkin ditangani dengan baik dan hati-hati. Demikian selanjutnya sampai hasil tangkapan disimpan beku dalam cold storage, atau diolah (Moeljanto 1982). Penanganan harus dilakukan dengan cepat dan cermat serta menerapkan aspek sanitasi dan higienis agar diperoleh daya awet yang lama (Aziza 2000).

(2). Pemasaran ikan

(41)

pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional maupun ekspor bergantung dari tipe pelabuhan tersebut. Pada dasarnya, pemasaran prosuk perikanan bertujuan untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi para nelayan maupun pedagang.

Usaha pemasaran ikan dan hasil perikanan lainnya merupakan kegiatan yang berperan dalam pembentukan harga, peningkatan mutu, peningkatan produksi, pengembangan modernisasi perikanan, peningkatan pendapatan, dan kesejahteraan nelayan (Hartati 1996). Pemasaran biasanya tidak dilakukan oleh satu tangan, melainkan oleh beberapa pelaku perantara yang membentuk tataniaga yang panjang, sehingga mengakibatkan biaya pemasaran yang tinggi.

Pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan Pangandaran masih bersifat lokal. Daerah pemasarannya meliputi Ciamis, Bandung, Garut, dan Tasikmalaya. Sebagian besar, ikan yang dipasarkan biasanya dalam bentuk ikan segar. Mekanisme pemasaran ikan di Pangandaran dimulai dari nelayan menurunkan hasil tangkapannya ke PPI Pangandaran yang kemudian dilelang. Proses pelelangan tersebut, ikan hasil tangkapan dibeli oleh bakul-bakul yang nantinya akan dijual lagi ke pedagang kecil atau restoran yang nantinya akan sampai ke konsumen. Selain itu, bakul juga menjual ikanya ke pengolah ikan yang kemudian dijual ke grosir dalam bentuk ikan yang sudah diolah (Aprianti 2006).

(3). Pengolahan ikan

Ikan hasil tangkapan yang telah didaratkan di pelabuhan perikanan selanjutnya akan diolah menjadi beberapa produk olahan dan ada yang langsung dipasarkan dalam bentuk ikan segar. Pengolahan terhadap ikan hasil tangkapan dilakukan untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu ikan dalam rangka menghindari kerusakan pasca tangkap. Menurut Lubis (2006), jenis olahan yang umumnya berada di pelabuhan perikanan di Indonesia masih bersifat tradisional dan belum memperhatikan kualitas ikan, sanitasi dan cara pengepakan yang baik seperti pengasinan dan pemindangan. Jenis olahan lainnya yang sering dijumpai di lingkungan pelabuhan perikanan adalah krupuk ikan dan terasi.

(42)

bila ikan hasil tangkapannya tidak habis terjual dalam keadaan segar. Cara pengolahan yang dilakukan biasanya adalah pengeringan, penggaraman dan pengasapan. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar produksi ikan dipasarkan dalam bentuk segar (Aprianti 2006).

2). Pengelolaan SDM pelabuhan perikanan

Pengelolaan SDM pelabuhan perikanan bertujuan untuk melancarkan kegiatan dan pelayanan di pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan. Agar tujuan tersebut dapat dicapai tentu harus didukung oleh kemampuan yang memadai dari para pengelola pelabuhan perikanan. Oleh karena itu setiap sumberdaya manusia (SDM) pengelola pelabuhan perikanan harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup mengenai pelabuhan perikanan (Anonim 2005). Menurut Lubis (2006) secara umum SDM pengelola pelabuhan perikanan untuk klasifikasi Pangkalan Pendaratan Ikan terdiri atas Kepala PPI, sub bagian tata usaha, bagian pelelangan ikan, bagian fasilitas pendaratan dan bagian sarana prasarana pemukiman nelayan (Gambar 2).

Pendidikan yang sesuai dengan bidang kerja SDM pengelola pelabuhan perikanan adalah syarat mutlak pengelola pelabuhan perikanan, sedangkan untuk lebih meningkatkan kemampuannya perlu dilakukan pelatihan-pelatihan dan pembinaan teknis dari pihak terkait terutama yang bersifat teknis dan adminsitrasi kepelabuhanan, dan ditunjang pula dengan pembinaan yang menunjang terhadap peningkatan moral SDM pengelola pelabuhan perikanan.

Sumber : (Lubis 2002)

Gambar 2. Bagan struktur organisasi PPI Kepala UPT-PPI

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Fasilitas Pendaratan

Seksi Pelelangan Ikan

(43)

3). Pengelolaan fasilitas pelabuhan perikanan

Pengelolaan fasilitas pelabuhan perikanan berarti pengelolaan fasilitas yang tersedia di pelabuhan perikanan untuk mendukung operasional pelabuhan. Fasilitas pelabuhan perikanan terdiri atas fasilitas pokok, fungsional, dan tambahan (Lubis 2006). Rincian fasilitas pelabuhan perikanan lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Fasilitas pelabuhan perikanan menurut kriteria dan jenis fasilitas

No. Kriteria Fasilitas Jenis Fasilitas

1. Pokok - Dermaga

- Kolam pelabuhan - Alat bantu navigasi - Pemecah gelombang

2. Fungsional - TPI

- Pabrik es - Gudang es - Refrigerasi

- Gedung pemasaran

- Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan

- Tempat penjemuran alat penangkap ikan - Bengkel

- Slipways

- Gudang jaring - Vessel lift

- Fasilitas perbekalan (tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar)

- Fasilitas komunikasi

3. Tambahan - MCK

- Poliklinik - Asrama - Kantin/warung - Mushola

- Kantor pengelola pelabuhan - Ruang operator

(44)

2.3 Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan yang terjadi karena pengaruh atau hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan yang dilakukan orang-orang diluar tempat tinggalnya dengan tidak bermaksud mencari nafkah di tempat tersebut (Muslichun 1978 diacu dalam Hidayati 1997). Rutledge (1971) diacu dalam Muntasib (1992) mendefinisikan rekreasi sebagai usaha atau kegiatan yang dilakukan pada waktu senggang untuk mengembalikan kesegaran fisik maupun mental yang dihasilkan oleh pekerjaan rutin. Rekreasi di alam terbuka (wisata alam) sekarang sedang marak dan berkembang. Taman buah, pemandangan pantai dan kampoeng wisata merupakan beberapa obyek wisata yang sedang ramai dikunjungi oleh wisatawan.

Kegiatan wisata alam sekarang yang ada di Indonesia memberikan peluang bisnis yang menjanjikan karena Indonesia kaya akan keindahan alamnya; termasuk keindahan pantainya, mengingat Indonesia negara kepulauan. Perkembangan sekarang, sektor lain seperti perikanan laut dapat dijadikan juga obyek wisata dengan kemasan yang menarik. Kondisi ini mampu mengefektifkan dan mengoptimalkan kinerja sektor yang ada guna meningkatkan pemasukan daerah (Sobari et al. 2007)

Kecamatan Pangandaran merupakan suatu wilayah pesisir yang juga digunakan merupakan obyek wisata pantai. Menurut Fahrudin dan Oktariza (1995) diacu dalam Hidayati (1997) menyatakan bahwa obyek wisata pantai yang terdapat di Kecamatan Pangandaran terdiri atas Pantai Karangnini, Pantai Pangandaran, Cagar Alam Pananjung, Pantai Karang Tirta, dan Pantai Batu Hiu.

(45)

2.3.1 Permintaan Pariwisata

Menurut Lipsey, Courant, Purvis dan Steiner (1995) permintaan adalah hubungan menyeluruh antara kuantitas komoditas tertentu yang akan dibeli konsumen selama periode waktu tertentu, dengan harga komoditas itu. Wahab (1989) merumuskan permintaan pariwisata sebagai sesuatu yang menunjuk hubungan fungsional yang memberitahukan jumlah yang akan dibeli dengan bermacam-macam harga pada waktu dan tempat tertentu. Permintaan pariwisata dipengaruhi oleh wisatawan, waktu luang, uang (pendapatan), keamanan, jarak, fasilitas objek wisata, selera, kondisi objek wisata itu sendiri dan lain-lain. Permintaan pariwisata timbul karena adanya kebutuhan para wisatawan selama melakukan wisata di suatu tempat dan waktu tertentu.

Menurut Yoeti (1996) permintaan rekreasi mempunyai ciri khas, yaitu : 1) Permintaan sangat elastis, namun tidak hanya dipengaruhi oleh harga saja,

tetapi oleh banyak faktor;

2) Permintaan sangat sensitif terhadap kondisi sosial politik yang dapat merubah keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan rekreasi;

3) Tergantung pada waktu, yaitu adanya waktu luang untuk seseorang melakukan perjalanan rekreasi;

4) Dipengaruhi oleh musim, oleh karena itu terlihat adanya waktu ramai dan waktu sepi;

5) Permintaan terpusat pada tempat tertentu dan;

6) Dipengaruhi oleh pendapatan. Biasanya orang-orang baru akan melakukan rekreasi kalau kebutuhan pokoknya sudah terpenuhi.

2.3.2. Metode Biaya Perjalanan Pariwisata

Menurut Fauzi (2000) metode biaya perjalanan ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) seperti memancing, berburu, hicking, dan sebagainya. Secara prinsip metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi tersebut.

(46)

nilai rekereasi dari suatu lokasi atau objek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki nilai pasar. Teknik ini mengasumsikan bahwa pengunjung pada suatu tempat wisata menimbulkan atau menanggung biaya ekonomi, dalam bentuk pengeluaran perjalanan dan waktu untuk mengunjungi suatu tempat.

Fauzi (2000) menyebutkan bahwa metode biaya perjalanan ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat :

1) Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi 2) Pertambahan tempat rekreasi baru

3) Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi dan 4) Penutupan tempat rekreasi yang ada

Tujuan dasar dari metode biaya perjalanan adalah untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata di lokasi dimaksud, untuk itu maka perlu diestimasi fungsi permintaan terhadap kunjungan wisata (Sobari 2007).

Selanjutnya dikatakan bahwa ada dua teknik yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi berdasarkan Travel Cost Method (TCM), yaitu :

(1)Pendekatan melalui Zonasi

Pendekatan melalui Zonasi adalah pendekatan yang relatif simple dan murah karena data yang diperlukan banyak mengandalkan data sekunder dan beberapa data sederhana dari responden saat survei. Pendekatan TCM dimulai dari analisis terhadap lokasi yang akan dituju dengan menentukan partisi area yang terdapat di sekitar lokasi tujuan. Setiap zona memiliki dugaan jumlah pengunjung dan populasi katakanlah untuk satu tujuan. Tahap berikutnya adalah menduga biaya perjalanan dari lokasi asal ke lokasi tujuan.

(2)Pendekatan Individual Travel Cost Method dengan menggunakan data sebagian besar dari survei

(47)

Travel Cost Method (TCM) yaitu metode yang mengkaji biaya yang dikeluarkan tiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi di sekitar lokasi penelitian. Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke suatu area dianggap sebagai “harga” akses area tersebut (Grigalunas et al. 1998).

2.4 Karakteristik Masyarakat Pesisir atau Nelayan

Satria (2002) mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama hidup bersama, mendiami wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian kegiatannya didalam kelompok terebut. Muluk (1996) menyatakan bahwa klasifikasi masyarakat dapat dibedakan berdasarkan mata pencaharian utamanya atau berdasarkan sifat mereka bermukim. Dengan demikian, masyarakat nelayan atau pesisir dapat diartikan sekelompok manusia yang bertempat tinggal di wilayah pesisir dan memanfaatkan sumberdaya pesisir atau laut sebagai pekerjaannya.

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, binatang air lainnya atau tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau peralatan ke dalam perahu atau kapal, tidak dimasukkan sebagai nelayan. Ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap dimasukkan sebagai nelayan, walaupun tidak secara langsung melakukan penangkapan (Sobari dan Suswanti 2007).

(48)

Potensi sumberdaya laut dan pesisir sangat memungkinkan nelayan untuk melakukan berbagai kegiatan diversivikasi ekonomi, khususnya dalam musim paceklik. Ada diantara nelayan yang hanya melakukan kegiatan penangkapan saja, sehingga pada saat musim paceklik nelayan cenderung berdiam di rumah, tetapi ada juga yang beralih profesi lain, seperti berjualan.

Masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan, perumahan yang kumuh dan pendidikan yang terbelakang. Kondisi masyarakat yang seperti inilah yang mengakibatkan kerusakan ekosistem akibat kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan ekosistem pesisir dan laut yang baik dan bertanggung jawab. Menurut Dahuri et al. (2001) menyatakan bahwa kemiskinan seringkali memaksa manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya pesisir dengan cara-cara merusak kelestariannya, sekedar untuk memenuhi kebutuhan bertahan hidup sehari-hari.

2.5 Kesejahteraan Masyarakat

Menurut Sarman (2000), sejahtera adalah masyarakat yang merasa aman santosa, selamat dan tak kurang apapun. Kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Kesejahteraan masyarakat dapat pula dilihat melalui kondisi maupun fasilitas yang dimiliki suatu tempat tinggal. Pangan, sandang, papan merupakan salah satu ukuran dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Faktor makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Faktor makanan sering dihubungkan dengan kesehatan karena terkait dengan gizi yang dikonsumsi oleh masyarakat, misalnya penyebab kekurangan gizi dikarenakan tingkat ekonomi yang masih rendah (BPS 1993).

Sebenarnya, kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subyektif, sehingga ukuran kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga berbeda satu sama lain, namun prinsipnya kesejahteraan berkaitan erat dengan kebutuhan dasarnya. Jika kebutuhan dasarnya sudah dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan dari individu atau keluarga sudah terpenuhi (BPS 1991).

(49)

atau pendapatan, kesehatan, pendidikan, perumahan dan pemukiman, sosial budaya, kesejahteraan rumah tangga dan kriminalitas. Klasifikasi tingkat kesejahteraan atau kemiskinan menurut Sajogyo (1996) diacu dalam Sobari dan Suswanti (2007) adalah sebagai berikut:

1) Tidak miskin apabila nilai per kapita per tahun lebih tinggi dari nilai tukar 320 beras untuk pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah kota;

2) Miskin apabila nilai per kapita per tahun lebih rendah dari pada nilai tukar 320 beras untuk pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah kota;

3) Miskin sekali apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk pedesaan dan 360 kg beras untuk daerah kota;

4) Paling miskin apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah nilai tukar 180 kg beras untuk pedesaan dan 270 kg untuk daerah kota.

Menurut Sobari dan Suswanti (2007), konsep kemiskinan menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah didasarkan pada kebutuhan sembilan bahan pokok dalam setahun, yaitu 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 9 kg garam, 60 liter minyak tanah, 20 batang sabun, 4 meter tekstil kasar, dan 2 meter batik kasar. Kriteria kemiskinan berdasarkan parameter di atas adalah:

1) Tidak miskin apabila konsumsi per kapita per tahun di atas 200 % dari total 9 bahan pokok;

2) Hampir miskin apabila konsumsi per kapita per tahun di atas 126-200 % dari total 9 bahan pokok;

3) Miskin apabila konsumsi per kapita per tahun di atas 75-125 % dari total 9 bahan pokok; dan

4) Miskin sekali apabila konsumsi per kapita per tahun di atas 75 % dari total 9 bahan pokok.

(50)

tingkat kesejahteraan yang disandangnya. Misalkan, orang yang memiliki rumah berubin atau berkeramik, bisa dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan yang layak. Pendekatan tingkat kesejahteraan berdasarkan kesehatan dapat dilihat dari kondisi sanitasi perumahan serta kondisi perlengkapan air minum, air mandi, mencuci, dan kakus (BPS 1991).

Kemiskinan terkait erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Orang dikatakan miskin jika pendapatannya sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan minimum rumah tangga (Sumodiningrat 1999). Kemiskinan yang ada dapat diukur dari tingkat pendapatan dan pengeluaran; dimana kebutuhan dibatasi hanya kebutuhan minimum saja.

Purbayanto (2003) menyatakan sebagian besar atau sekitar 80% kegiatan perikanan tangkap di Indonesia dilakukan oleh nelayan tradisonal. Sementara itu, hanya kurang dari 20% sisanya adalah usaha penangkapan ikan padat modal atau lebih dikenal dengan sebutan industri penangkapan ikan yang melibatkan nelayan-nelayan terdidik. Kondisi ini telah menyebabkan ketimpangan ekonomi yang cukup besar antara nelayan industri dan nelayan tradisional. Nelayan tradisional inilah yang sebagian besar berada pada garis kemiskinan.

Menurut Karunia et al. (2008) peningkatan kesejahteraan nelayan skala kecil dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Gunawan (2007) diacu dalam

Karunia et al. (2008) salah satu faktor tersebut adalah kebijakan khusus pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan merupakan bagian integral pembangunan nasional yang harus mempunyai arah pembangunan yang jelas.

Menurut BPS (1991) kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat komplek dan tidak memungkinkan untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek kesejahteraan, sehingga indicator yang digunakan disesuaikan dengan indikator kesejahteraan rumah tangga yang telah ditetapkan oleh BPS. Modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di daerah penelitian.

(51)

kemiskinan di masyarakat nelayan. Alasan lain juga kurangnya prasarana umum di wilayah pesisir, lemahnya perencanaan spasial yang berakhir pada tumpang tindihnya berbagai sektor disuatu kawasan, dan dampak polusi dari suatu lingkungan.

Perlu strategi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui pelayanan dan peningkatan program-program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, perbaikan pemungkiman penduduk, pembuatan sarana dan prasarana sosial lainnya, seperti transportasi, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya di pemukiman warga. Kondisi ini mampu memanfaatkan potensi yang ada baik terhadap sumberdaya alam maupun sumberdaya manusiannya yang akan memberikan peranan yang maksimal dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan (Supriana 1997 diacu dalam

(52)
[image:52.612.132.508.103.677.2]

Tabel 2 Indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS dan SUSENAS tahun 2003

No Indikator kesejateraan Kriteria Skor

1 Pendapatan rumah tangga

Tolak ukur yang digunakan adalah konsep kemiskinan menurut direktorat jenderal tata guna tanah yang menyertakan pendapatan perkapita pertahun dengan konsumsi beras per kapita per tahun.

Tidak miskin Hampir miskin Miskin Miskin sekali 4 3 2 1 2 Pengeluaran rumah tangga

Tolak ukur yang digunakan adalah kriteria konsep kemiskinan menurut Sajogjo, yang didasarkan pada kebutuhan 9 bahan pokok dalam setahun.

Tidak miskin Hampir miskin Miskin Miskin sekali 4 3 2 1 3 Keadaan tempat tinggal

1.Atap : genting (5), asbes (4), seng (3), sirap (2), daun (1)

2.Dinding: tembok (5), setengah tembok (4), kayu (3), bambu kayu (2), bambu (1)

3.Status: milik sendiri (3), sewa (2), numpang (1)

4.lantai : porselin (5), ubin (4), plester (3), papan (2), tanah (1) 5.luas lantai: > 100 m2

(3), 50-100 m2

(2), <50 m2

(1).

Permanen (skor 15-21) Semi permanen (skor 10-14)

Non permanen (skor 5-9) 3 2 1

4 Fasilitas tempat tinggal 1.Pekarangan: luas >100 m2

(3), sedang 50-100 m2

(2), sempit <50 m2

(1) 2.Hiburan: diacu dalamo (4), TV (3), tape recorder (2), radio (1) 3.Pendingin: AC (4), lemari es (3), kipas angin (2), alam (1) 4.Penerangan: listrik (3), petromak (2), lampu tempel (3) 5.Bahan bakar: gas(3), minyak tanah (2), kayu arang (1)

6.Sumber air: PAM (6), sumur bor (5), sumur (4), mata air minum (3), air hujan (2), sungai (1)

7.MCK: sendiri (4), umum (3), sungai/laut (2), kebun (1)

Lengkap (skor 21-27)

Cukup lengkap (skor 14-20)

Kurang lengkap (skor 7-13)

3 2 1

5 Kesehatan anggota rumah tangga

Banyaknya anggota keluarga yang sakit dalam satu tahun

Baik (<25% sering sakit) Cukup (25%-50% sering sakit)

Kurang (>50% sering sakit)

3 2 1 6 Kemuahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis/para

medis (termasuk kemudahan keluarga berencana dan obat-obatan) 1.Jarak rumah sakit terdekat: 0 km (4), 0,01-3 km (3), >3 km (2), missing

(1)

2.Jarak ke poliklinik terdekat 0 km (4), 0,01-3 km (3), >3 km (2), missing (1)

3.Biaya berobat: terjangkau (3), cukup terjangkau (2), sulit terjangkau (1) 4.Penanganan berobat: baik (3), cukup baik (2), kurang baik (1) 5.Alat kontrasepsi: mudah didapat (3), cuk

Gambar

Gambar 1   Kerangka pemikiran penelitian pengelolaan PPI dan wisata  pantai
Tabel 2   Indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS dan SUSENAS tahun 2003
Tabel 6  Matrik Analisis Faktor Internal (IFAS)
Tabel 7  Matrik Analisis Faktor Eksternal (EFAS)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Definisi Sampah dalam Dinas Kebersihan Kota Kupang, 2005 adalah limbah yang bersifat padat atau setengah padat yang terdiri dari zat organik, berasal dari kegiatan manusia yang

Lirik lagu firasat adalah parateks yang mengiringi cerpen “Firasat” dan firasat merupakan teks inti dalam cerpen “Firasat”. Hasil analisis yang dapat

Banten West Java Tourism Development Corporation sebagai badan usaha pengusul dan telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Karena bimbingan dan konseling ini bisa membantu mencari solusi atas masalah yang terjadi didunia pendidikan.Seperti yang telah diketahui bahwa dalam kegiatan

Setelah diketahui ada hubungan yang signifikan antara kemampuan memahami bacaan dengan prestasi siswa, maka dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara

Dinamika politik hukum agraria di Indonesia ( Normative Method) Pencermatan Analisis produk Hukum tentang Agraria ditinjau politik hukumnya. 50 (mnt) Ceramah &amp;

Kuaro Kampus Gunung Kelua Raktorat Unmul3. Wawancara Ruang Rapat I