• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Morfologi Dan Molekuler 18 Genotipe Cabai Hias (Capsicum Spp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Morfologi Dan Molekuler 18 Genotipe Cabai Hias (Capsicum Spp.)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN MOLEKULER

18 GENOTIPE CABAI HIAS (Capsicum spp.)

FITTIA ELTANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Morfologi dan Molekuler 18 Genotipe Cabai Hias (Capsicum spp.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Fittia Eltanti

NIM A24110058

(4)

ABSTRAK

FITTIA ELTANTI. Karakteristik Morfologi dan Molekuler 18 Genotipe Cabai Hias (Capsicum spp.). Dibimbing oleh AWANG MAHARIJAYA dan MUHAMAD SYUKUR.

Pengkajian mengenai cabai hias di Indonesia masih terbatas. Karakterisasi berdasarkan morfologi dan penanda molekuler genotipe cabai hias (Capsicum spp.) sebagai penelitian awal untuk program pemuliaan perlu dilakukan. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) yang terdiri atas 18 genotipe cabai hias sebagai perlakuan dengan tiga ulangan. Terdapat tiga jenis karakter yang diamati pada penelitian ini, yakni kuantitatif, kualitatif dan molekuler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar 18 genotipe cabai hias berdasarkan karakter morfologi dan molekuler. Analisis molekuler menunjukkan tingkat polimorfisme yang sangat tinggi sebesar 98.18%. Berdasarkan analisis gerombol pada molekuler dengan koefisien kemiripan 54% terbagi menjadi 4 kelompok yaitu (1) kelompok A meliputi IPB H1, IPB H10, IPB H3, Triwarsana 1-5, IPB H4, IPB H2, IPB Ungara, dan IPB H6, (2) kelompok B meliputi IPB H5, Triwarsana 1-3, IPB Seroja, IPB H13, Triwarsana 1-1, IPB H7, IPB H12, dan IPB H9, (3) kelompok C adalah IPB H8, (4) kelompok D adalah IPB H11, sedangkan berdasarkan karakter kualitatif dengan koefisien kemiripan sebesar 54% membentuk 5 kelompok yaitu (1) kelompok A meliputi IPB H1, IPB H3, IPB H8, IPB Ungara, (2) kelompok B meliputi IPB H2 dan IPB H6, (3) kelompok C meliputi IPB H4, Triwarsana 1-5, Triwarsana 1-1, IPB H13, IPB Seroja, Triwarsana 1-3, IPB H10, (4) kelompok D meliputi IPB H5, IPB H12, IPB H7, IPB H9, (5) kelompok E adalah IPB H11.

Kata kunci: cabai hias, genotipe, karakterisasi, morfologi, RAPD

ABSTRACT

FITTIA ELTANTI. Morphology and Molecular Characterization of Ornamental Pepper (Capsicum spp.). Supervised by AWANG MAHARIJAYA and MUHAMAD SYUKUR.

Studies of ornamental pepper in Indonesia are still very limited. Characterization of morphological characteristic and molecular of ornamental pepper (Capsicum spp.) is an important step toward breeding program for ornamental pepper was to study the genetic diversity of 18 genotypes of ornamental pepper based on morphological characteristic and molecular by used Random

Amplified Polymorphic DNA (RAPD) The experimental design used was

(5)

similarity coefficient divided into 4 groups: (1) group A includes IPB H1, IPB H10, IPB H3, Triwarsana 1-5, IPB H4, IPB H2, IPB Ungara and IPB H6, (2) group B includes IPB H5, Triwarsana 1-3, IPB Seroja, IPB H13, Triwarsana 1-1, IPB H7, IPB H12 and IPB H9, (3) group C is IPB H8, (4) group D is IPB H11, while based on qualitative character similarity coefficient of 54% to form five groups: (1) group A includes IPB H1, IPB H3, IPB H8, IPB Ungara, (2) group B includes IPB H2 and IPB H6, (3) group C includes IPB H4, Triwarsana 1-5, Triwarsana 1-1, IPB H13, IPB Seroja, Triwarsana 1-3, IPB H10, (4) group D includes IPB H5, IPB H12, IPB H7, IPB H9, (5) the group E is IPB H11.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN MOLEKULER

18 GENOTIPE CABAI HIAS (Capsicum spp.)

FITTIA ELTANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik. Skripsi dengan judul Karakteristik Morfologi dan Molekuler 18 Genotipe Cabai Hias (Capsicum spp.) dilaksanakan untuk mempelajari keragaman genetik yang dimiliki oleh 18 genotipe cabai hias berdasarkan karakter morfologi dan molekuler dengan menggunakan marka Random Amplified Polymorphic DNA

(RAPD).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Awang Maharijaya, SP MSi, selaku pembimbing pertama dan Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi selaku pembimbing kedua yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, nasihat, dan dorongan selama penyelesaian tugas akhir. Dr Faiza C Suwarno selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasihat selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah banyak memberikan ilmunya. Sutanto dan Elly Mariyanah selaku orang tua beserta seluruh keluarga, atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Teman-teman Dandelion AGH 48 yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama kegiatan penelitian.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

Bogor, September 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Cabai 2

Cabai Sebagai Tanaman Hias 3

Kegiatan Karakterisasi dalam Pemuliaan Tanaman 3

Penanda Morfologi dan Penanda Molekuler 4

METODE 5

Tempat dan Waktu 5

Bahan dan Alat 5

Metode Percobaan 5

Prosedur Percobaan 6

Pengamatan 8

Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Kondisi Umum 11

Karakter Kualitatif 12

Analisis Sidik Ragam 17

Karakter Kuantitatif 19

Analisis Molekuler 20

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 25

(11)

DAFTAR TABEL

1 Daftar primer random amplified polymorphism DNA (RAPD)

yang digunakan untuk amplifikasi PCR 7

2 Penampilan karakter kualitatif habitus tanaman, bentuk batang,

dan warna batang pada 18 genotipe cabai hias yang diuji 12 3 Penampilan karakter kualitatif bentuk daun dan warna daun

pada 18 genotipe cabai hias yang diuji 13

4 Penampilan karakter kualitatif posisi bunga dan warna mahkota bunga pada 18 genotipe cabai hias yang diuji 14 5 Penampilan karakter kualitatif bentuk buah dan pedicel

pada 18 genotipe cabai hias yang diuji 15

6 Penampilan karakter kualitatif bentuk blossom end dan

penampang melintang pada 18 genotipe cabai hias yang diuji 16 7 Penampilan karakter kualitatif warna buah muda, buah

intermediate, dan buah matang pada 18 genotipe yang diuji 17

8 Rekapitulasi sidik ragam terhadap karakter yang diamati 18 9 Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus,

dan diameter batang yang diuji pada setiap genotipe 19 10 Nilai tengah karakter lebar kanopi, panjang buah, dan

diameter buah, dan bobot buah yang diuji pada setiap genotipe 20 11 Jumlah pita hasil amplifikasi DNA cabai hias dengan 11 primer 21

DAFTAR GAMBAR

1 Habitus tanaman 8

2 Bentuk daun 8

3 Kedudukan bunga 9

4 Bentuk pangkal buah 9

5 Bentuk penampang melintang buah 9

6 Bentuk buah blossom-end 10

7 Bentuk buah cabai 10

8 Warna mahkota bunga 14

9 Bentuk buah 18 genotipe cabai hias 15

10 Pengamatan pada perubahan warna buah cabai hias

dari muda hingga matang 17

11 Karakter pola pita DNA 18 genotipe cabai hias pada

primer OPA 4 21

12 Analisis gerombol 18 genotipe cabai hias (Capsicum spp.)

berdasarkan molekuler 22

13 Analisis gerombol 18 genotipe cabai hias (Capsicum spp.)

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi genotipe IPB H1 25

2 Deskripsi genotipe IPB H2 25

3 Deskripsi genotipe IPB H3 26

4 Deskripsi genotipe IPB H4 26

5 Deskripsi genotipe IPB H5 27

6 Deskripsi genotipe IPB H6 27

7 Deskripsi genotipe IPB H7 28

8 Deskripsi genotipe IPB H8 28

9 Deskripsi genotipe IPB H9 29

10 Deskripsi genotipe IPB H10 29

11 Deskripsi genotipe IPB H11 30

12 Deskripsi genotipe IPB H12 30

13 Deskripsi genotipe IPB H13 31

14 Deskripsi genotipe Triwarsana 1-1 31

15 Deskripsi genotipe Triwarsana 1-3 32

16 Deskripsi genotipe Triwarsana 1-5 32

17 Deskripsi genotipe Seroja 33

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum spp.) tidak hanya dimanfaatkan sebagai sayuran untuk dikonsumsi atau bahan pelengkap masakan, namun juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang menarik untuk dibudidayakan. Penanaman cabai sebagai tanaman hias mempunyai tujuan menambah keindahan, berbeda dengan penanaman untuk tujuan produksi. Hessayon (1993) menyatakan bahwa tanaman cabai hias dapat dinikmati segi estetikanya baik dari daun, bunga maupun buahnya. Cabai sebagai tanaman hias harus memenuhi kualifikasi dan kualitas sebagai tanaman hias, yakni selain dapat memproduksi buah juga dapat menambah keindahan baik di dalam maupun di luar ruangan. Munculnya tipe-tipe cabai hias baru diharapkan nantinya dapat memenuhi selera konsumen dan menarik minat petani untuk lebih mengembangkan cabai hias (Wirasti 2013).

Tanaman cabai hias populer di Eropa dan Amerika Serikat (Bosland dan Votava 1999), sedangkan di Indonesia pemanfaatan cabai sebagai tanaman hias belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas. Masih terbatasnya varietas cabai hias di Indonesia menjadi salah satu indikator belum berkembangnya pemanfaatan cabai sebagai tanaman hias. Usaha untuk mengembangkan varietas cabai hias salah satunya dapat dilakukan dengan kegiatan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha untuk memperbaiki bentuk dan sifat tanaman yang lebih cepat dibandingkan dengan perbaikan melalui seleksi alam. Pembentukan populasi dasar dengan keragaman yang tinggi serta dilanjutkan dengan kegiatan karakterisasi merupakan langkah awal dalam pemuliaan tanaman karena dengan adanya pengetahuan mengenai keragaman genetik dapat memberikan bahan seleksi genotipe yang dikehendaki. Informasi keragaman genetik antar bahan pemuliaan penting diketahui sebagai dasar untuk memilih tetua yang akan disilangkan (Brown

et al. 2000).

Karakterisasi dapat dilakukan secara morfologi maupun molekuler. Karakter morfologi mudah diamati, namun memiliki kelemahan karena dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, dengan demikian analisis molekuler perlu dilakukan karena tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Keragaman genetik plasma nutfah dapat dianalisis secara cepat dengan penanda molekuler pada tingkat DNA (Staub et al.

1996). Analisis dengan penanda molekuler hanya berdasarkan polimorfisme ukuran nukleotida saja, sehingga jumlahnya banyak, konsisten tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkat pertumbuhan tanaman (Wink 1999).

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman genetik 18 genotipe cabai hias berdasarkan karakter morfologi dan molekuler dengan menggunakan marka Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD).

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat keragaman morfologi dan molekuler 18 genotipe cabai hias.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Cabai

Tanaman cabai tergolong divisi Magnoliophyta, kelas Magnolipsida, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Selain C. annuum spesies lain yang telah dibudidayakan adalah C. frutescens, C. baccatum, C. pubescens, dan C. chinense (Berke 2000).

Tong dan Bosland (1999) menyatakan bahwa dari lima spesies yang telah dibudidayakan tersebut, C.annuum L. merupakan tanaman sayuran sangat penting di banyak kota Asia, diperkirakan mempunyai pusat asal di Meksiko, kemudian menyebar ke daerah Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Eropa. Kini spesies tersebut tersebar luas di daerah tropis dan subtropis (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Cabai rawit atau C. frutenscens adalah spesies semidomestikasi yang ditemukan di dataran rendah tropika Amerika. Selain itu, Asia Tenggara dikenal sebagai daerah pusat keragaman sekunder. Beberapa varietas ditanam luas di wilayah panas iklim sedang maupun wilayah tropika (Greenleaf 1986). Domestikasi Capsicum chinense tersebar luas di wilayah tropika Amerika dan spesies ini sering ditanam luas di wilayah Amazon. Sebagian besar Capsicum baccatum terbatas di wilayah tengah Amerika Selatan (Bolivia). Capsicum pubescens ditanam di Amerika Tengah dan dataran tinggi pegunungan Andes. Tipe moyang liarnya tidak dikethui, tetapi spesies ini berkerabat dengan spesies liar lain dari Amerika Selatan, seperti C. eximium dan C. cardenasii (Greenleaf 1986).

Tanaman cabai termasuk tanaman semusim berbentuk perdu, bercabang banyak, batang utama tegak, dengan daun berbentuk hati dan perakaran mencapai 25-35 cm. Tanaman cabai mempunyai bunga sempurna, berdiri tegak atau berkelompok pada ketiak daun, mahkota bunga bewarna putih dan mempunyai lima benang sari serta sebuah putik yang dapat melakukan penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang (Edmond et al. 1983). Sebagian besar spesies Capsicum

bersifat menyerbuk sendiri (self pollination) tetapi penyerbukan silang (cross pollination) secara alami dapat terjadi dengan bantuan lebah dengan persentase pesilangan berkisar 7.6-36.8%.

(15)

3 mengandung humus, tidak tergenang, memiliki kandungan pH 5.5-6.8. Cabai dapat tumbuh baik pada curah hujan 600-1 200 mm per tahun, dan daerah penanaman bukan daerah endemik layu fusarium dan layu bakteri (Moekasan et al. 2014). Penyinaran matahari langsung dapat menyebabkan sun scald dan menyebabkan tidak suburnya serbuk sari, sehingga menurunkan pembentukan buah (Tindall 1983). Kombinasi perlakuan yang memiliki pertumbuhan cabai hias dalam polybag

secara vegetatif dan generatif terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 1.5 NPK/polybag (Sari 2010).

Cabai Sebagai Tanaman Hias

Cabai (Capsicum spp.), disamping bernilai komersial juga menarik bila dijadikan sebagai tanaman hias. Tanaman cabai merupakan salah satu tanaman hias buah yang biasa ditanam dalam pot, dan dapat berfungsi baik sebagai tanaman hias dalam ruang dan di luar ruangan (Setiadi 2002).

Selain C. annuum L., spesies lain yang dibudidayakan adalah C. frutescens, C. baccatum, C. pubescens, dan C. chinense (Berke 2000). Jenis cabai yang berpotensi sebagai tanaman hias adalah C. chinense dan C. pubescens, karena C. chinense memiliki bentuk buah yang beragam dan variasi buah yang menarik, sedangkan C. pubescens memiliki bunga dan buah yang bewarna ungu (Djarwaningsih 2005).

Kegiatan Karakterisasi dalam Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman merupakan usaha untuk memperbaiki bentuk dan sifat tanaman yang lebih cepat dibandingkan dengan perbaikan melalui seleksi alam. Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan yang dinamis dan berkelanjutan. Kedinamisannya dicerminkan dari adanya tantangan dan kondisi lingkungan yang cenderung berubah, selera ataupun preferensi konsumen terhadap pangan yang juga berkembang, oleh karenanya kegiatan pemuliaan pun akan berpacu sejalan dengan perubahan tersebut. Sedangkan keberlanjutannya dapat dilihat dari kegiatannya yang sinambung, berlanjut dari satu tahapan menuju tahapan berikutnya. Kegiatan pemuliaan tanaman dilihat dari metode yang digunakan, dibagi menjadi dua: pendekatan pemuliaan konvensional (contohnya melalui persilangan, seleksi dan mutasi) dan inkonvesional (contohnya kloning gen, marka molekuler dan transfer gen) (Carsono 2008).

(16)

4

Identifikasi karakter tanaman merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik. Adanya keragaman genetik tanaman dan kemampuan mengidentifikasinya merupakan kunci keberhasilan dalam pemuliaan tanaman. Keragaman genetik dapat terjadi karena adanya perubahan susunan sejumlah rantai nukleotida DNA. Perubahan itu mungkin dapat mempengaruhi fenotipe suatu organisme yang dapat dipantau dengan kasat mata atau mempengaruhi reaksi individu terhadap lingkungan tertentu (Darmono 1996).

Penanda Morfologi dan Penanda Molekuler

Penanda morfologi merupakan suatu penanda yang berdasarkan bentuk organ-organ tanaman yang mudah diamati. Penanda morfologi yang digunakan dalam deskripsi taksonomi karena lebih mudah, sederhana dan lebih murah. Penanda morfologi dipergunakan sebagai cara cepat untuk mengidentifikasi varietas dan diharapkan dapat digunakan untuk menilai kekerabatan antar genotipe sehingga lebih bermanfaat dalam progam pemuliaan tanaman.

Keunggulan dari penanda molekuler adalah kemampuan membedakan setiap spesies tanaman atau genotipe tanaman tanpa dipengaruhi lingkungan dan memerlukan waktu relatif singkat dikarenakan dapat mengidentifikasi tanaman pada stadia awal pertumbuhan. Umumnya sifat kuantitatif tanaman dikendalikan oleh banyak gen (poligen) dan dipengaruhi faktor lingkungan, sehingga perbedaan antar klon atau spesies berkerabat dekat sulit untuk diamati. Sejalan dengan semakin berkembangnya bidang molekuler permasalahan diatas telah terbukti mampu diatasi (Darmono 1996). Penggunaan penanda molekuler sangat bermanfaat untuk membandingkan berbagai klasifikasi baik berdasarkan analisis RAPD mupun dengan analisis berdasarkan pada penanda lainnya seperti SSR, RFLP dan AFLP, sehingga hasil klasifikasi lebih akurat.

Penanda molekuler DNA lebih unggul dari penanda morfologi dan isoenzim karena: 1) akurat dan tidak dipengaruhi lingkungan yang mempengaruhi ekspresi dari gen tersebut, 2) dapat diuji pada semua tingkat perkembangan tanaman, 3) pada pengujian ketahanan hama dan penyakit tidak tergantung pada organisme pengganggu, dan 4) seleksi pada tingkat genotipe dapat mempercepat proses seleksi dan hemat pada pengujian selanjutnya di lapang.

Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

Surahman (2002) menyatakan bahwa dalam tanaman yang paling banyak digunakan adalah penanda RFLP (restriction fragment length polymorphisms). RFLP mempunyai beberapa kelemahan, sehinga para peneliti sekarang banyak bergeser kepada penanda RAPD. Selain lebih murah penggunaan penanda ini juga lebih sederhana dan tidak memerlukan informasi urutan DNA sebelumnya serta hanya memerlukan 10% DNA per individu dibandingkan RFLP (Paterson 1996).

(17)

5 radiaktif. Primer tersebut akan berpasangan dengan utas tunggal DNA genom yang satu dan pada utas DNA pasangannya dengan orientasi yang berlawanan. Jumlah dan kualitas fragmen DNA yang dihasilkan bergantung pada panjang dan komposisi nukleotida penyusun primer, konsentrasi dan kemurnian DNA cetakan, dan suhu penempelan pada reaksi PCR.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Juni 2015. Penyemaian dan kegiatan pasca panen dilakukan di Laboratorium Pendidikan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penanaman dan kegiatan karakterisasi morfologi dilaksanakan di

Screen House Kebun Percobaan Leuwikopo, IPB. Kegiatan analisis molekuler dilaksanakan di Laboratorium Molekuler Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), IPB Baranangsiang, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 genotipe cabai hias. Genotipe-genotipe tersebut adalah IPB H1, IPB H2, IPB H3, IPB H4, IPB H5, IPB H6, IPB H7, IPB H8, IPB H9, IPB H10, IPB H11, IPB H12, IPB H13, Triwarsana 1-1, Triwarsana 1-3, Triwarsana 1-5, IPB Ungara, dan IPB Seroja. Bahan yang digunakan untuk media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v), pupuk daun, NPK, akarisida, insektisida, dan fungisida. Bahan untuk kegiatan analisis molekuler adalah daun muda cabai hias setiap genotipe, polyvinilpoly-pyrolidone (PPVP), pasir kuarsa, larutan buffer ekstrasi, larutan kloroform:isoamil alkohol (24:1), isopropanol dingin, alkohol 70%, air bebas ion, gel agarosa, nuclease-free water, loading dye, GoTaq Green Master Mix, 11 primer OPA (1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 12, 13, 16 dan 18), DNA ladder 1 kb, buffer TAE (tris base, asam asetat, EDTA), ethidium bromide 1%, dan akuades.

Peralatan yang digunakan adalah tray persemaian, polybag dengan diameter 30 cm, ajir bambu, tali rafia, hand sprayer, label, serta peralatan budidaya secara umum. Pengamatan karakter morfologi menggunakan penggaris, meteran, jangka sorong digital, timbangan analitik, serta kamera. Peralatan saat analisis molekuler adalah mortar, tabung erlenmenyer, micro tube, pipet tips, pipet mikro, cetakan gel agarose, water bath, vortex, centrifuge, freezer, microwave, PCR, elektroforesis, dan UV transilluminator.

Metode Percobaan

(18)

6

dengan seluruh tanaman menjadi satuan pengamatan. Pengacakan perlakuan dilakukan pada masing-masing kelompok percobaan.

Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut, Yij = μ + αi + βj + εij

i = 1,2,..., 18 dan j=1,2,...,3

Yij = nilai hasil pengamatan pada genotipe cabai hias ke-i dan kelompok ke-j

μ = rataan umum

αi = pengaruh genotipe cabai ke-i

βj = pengaruh kelompok ke-j

εij = galat percobaan pada genotipe cabai ke-i dan kelompok ke-j Pengamatan data kualitatif akan menggunakan satu tanaman sampel pada setiap genotipe sehingga akan ada 18 tanaman yang menjadi satuan pengamatan.

Prosedur Percobaan

Persemaian dan Penanaman

Persemaian benih dilakukan dengan menggunakan bak semai (tray). Media tanam yang digunakan pada saat persemaian adalah campuran media tanam dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v). Benih direndam terlebih dahulu dalam air hangat suam-suam kuku selama setengah jam sebelum disemai. Pupuk NPK 16:16:16 (2 g L-1) disiramkan pada persemaian yang telah mempunyai 2 daun sampai umur 4 minggu dengan interval 1 minggu.

Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit cabai berumur 6 minggu ke dalam polybag yang telah berisi campuran media tanam dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v) yang sebelumnya disiapkan satu minggu sebelum pindah tanam. Pengajiran dilakukan pada saat penanaman dengan mengikatkan tanaman cabai pada ajir bambu dengan menggunakan tali rafia yang diikat membentuk angka 8. Pada saat penanaman diberikan insektisida Furadan 3G dengan aplikasi melingkar pada tanaman dan insektisida yang berbahan aktif propineb.

Pemeliharaan dan Pemanenan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan penambahan media tanam. Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi hari. Penyiangan dilakukan secara manual dengan membuang gulma yang tumbuh di media polybag.

(19)

7 Analisis Molekuler

Analisis molekuler dengan menggunakan marka RAPD meliputi beberapa tahapan yang dilakukan. Tahapan pertama adalah isolasi DNA dengan menggunakan metode CTAB Doyle dan Doyle 1987 yang sudah dimodifikasi (Drabkoba et al. 2002). Bahan Isolasi DNA yang dipakai adalah daun muda pada setiap genotipe cabai hias. Sampel daun bersama polyvinilpoly-pyrolidone (PVPP) dan pasir kuarsa digerus sampai halus pada mortar. Hasil gerusan ditambahkan dengan buffer ekstrak, kemudian hasil penggerusan tersebut dimasukkan ke dalam

microtube yang selanjutnya diinkubasi dalam waterbath pada suhu 65 0C selama 60 menit. Setelah inkubasi, ditambahkan larutan kloroform:isoamil alkohol/CIAA (24:1) dan dikocok kuat-kuat dengan alat vortex hingga larutan tercampur.

Sampel disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 11 000 rpm dengan tujuan untuk memisahkan bagian DNA dan bahan-bahan lainnya. Supernatan dipipet ke microube lain dan ditambahkan isopropanol dingin, dikocok perlahan, lalu disimpan di freezer selama 24 jam. Setelah itu cairan dibuang dengan hati-hati, sehingga endapan (pelet DNA) di bawah tabung tidak ikut terbuang. Pelet DNA dicuci dengan alkohol 70%, kemudian disentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan 11 000 rpm. Bagian cairan dibuang, sementara pelet DNA dikering-anginkan, lalu ditambahkan buffer TE 100 ml dan dijadikan stok DNA.

Ada atau tidaknya DNA di dalam hasil isolasi dilakukan pengujian dengan cara mencampurkan DNA sebanyak 5 μ L diambil dari setiap sampel dengan

loading dye sebanyak 2 μ L pada parafilm. Campuran dipipet pada lubang sumur pada gel agarose (0.8%), selanjutnya dielektroforesis dalam larutan buffer TAE selama 15 menit. Gel direndam pada ethidium bromide 1% 15 menit, dibilas dengan akuades. Hasil visualisasi dapat dilihat pada UV Transilluminator.

Pengamplifikasian DNA dengan teknik PCR (1 μ L) ditambahkan primer OPA (Tabel 1) sebanyak 1 μ L, nuclease-free water (5 μ L), dan GoTaq Green Master Mix (6 μ L). Amplifikasi menggunakan mesin PCR dan kemudian dielektroforesis dalam larutan buffer TAE selama 47 menit pada tegangan 50 volt bersama DNA ladder 1 kb pada gel agarosa. Gel direndam dalam ethidium bromida

1% selama 15 menit dan dibilas dengan akuades. Pola pita hasil amplifikasi kemudian didokumentasi menggunakan UV Transilluminator.

(20)

8

Pengamatan

Pengamatan karakter kualitatif dan kuantitatif dengan mengacu pada Pedoman

Descriptors for Capsicum (Capsicum spp.) oleh IPGRI (International Plant Genetic Resources Institute) tahun 1995. Karakter-karakter yang diamati antara lain:

a. Tinggi tanaman: <25, 25-45, 46-65, 66-85, >85. Diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi ketika pada panen kedua.

b. Tinggi dikotomus, diukur dari permukaan tanah sampai percabangan pertama pada panen kedua.

c. Karakter batang:

1. Bentuk batang: Cylindrical, Angled, and Flattened, diamati pada saat panen kedua.

2. Warna batang: hijau tua, hijau, hijau kekuningan, hjau dengan garis ungu, ungu dan lainnya yang diamati saat tanaman sebelum dilakukan transplanting.

3. Diameter batang, diukur pada saat panen kedua.

d. Habitus tanaman: menyamping, kompak dan tegak, diamati ketika 50% populasi tanaman telah mempunyai buah matang

Gambar 1 Habitus tanaman. 3)Menyamping, 5)Kompak, 7)Tegak e. Karakter daun:

1. Bentuk daun: delta, oval, dan lanset, yang diamati ketika 50% populasi tanaman telah mempunyai buah matang. Rata-rata dari 10 daun dewasa.

(21)

9 2. Warna daun: kuning, hijau muda, hijau, hijau tua, ungu tua, ungu muda, ungu, variegata, dan warna yang lainnya. Diamati ketika 50% populasi tanaman telah mempunyai buah matang. Rata-rata dari 10 daun dewasa. f. Karakter bunga dan buah:

1. Warna mahkota bunga: putih, kuning terang, kuning, ungu dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, putih dengan pinggiran ungu, ungu, dan lainnya. Diamati setelah bunga pertama membuka sempurna.

2. Perubahan warna buah, diamati pada saat buah muda hingga buah matang. 3. Kedudukan bunga: pendant, intermediate, dan erect.

Gambar 3 Kedudukan bunga. 3)pendant, 5)intermediate, 7)erect

4. Bobot buah (g) ditimbang bobot 10 buah cabai matang yang diambil dari panen kedua.

5. Panjang buah (cm) diukur dari pangkal sampai ujung buah pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah.

6. Diameter buah (mm) diukur pada tiga bagian buah yaitu: pangkal, tengah, dan ujung pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah. 7. Bentuk pangkal buah: acute, obtuse, truncate, cordate, lobate yang diamati

pada saat panen kedua

Gambar 4 Bentuk pangkal buah. 1)acute, 2)obtuse, 3)truncate, 4)cordate,

5)lobate

8. Penampang melintang buah: pointed, blunt, sunken, sunken & pointed, lainnya yang diamati pada saat panen kedua.

(22)

10

9. Bentuk buah-blossom end:

Gambar 6 Bentuk buah-blossom end. 1)pointed, 2)blunt, 3)sunken, 4)

sunken andpointed

10.Bentuk buah: elongate, almost round, triangular, campanulate, blocky, lainnya yang diamati pada saat panen kedua.

Gambar 7 Bentuk buah cabai. 1) elongate, 2) almost round, 3) triangular, 4) campanulate dan 5) blocky

Analisis Data

Data kualitatif hasil pengamatan karakter morfologi dianalisis sederhana dengan membandingkan karakter morfologi antar genotipe, sedangkan data kuantitatif hasil pengamatan karakter agronomi dianalisis menggunakan uji F dengan taraf 5%. Jika uji F menunjukkan nilai berbeda nyata, diuji lanjut menggunakan uji DMRT pada taraf 5% untuk mempelajari perbedaan karakter antar genotipe. Software yang digunakan adalah SAS (Statistical Analysis System). Analisis molekuler menggunakan ulangan biologis dan ulangan teknis. Ulangan biologis diambil 3 sampel pada genotipe yang sama, sedangkan ulangan teknis yakni pada tanaman yang sama.

Data hasil RAPD dianalisis menggunakan Sequantial, Agglomerative,

Hierarchical and Nested (SAHN)-UPGMA (Unweighted Pair-Group Method

Arithmatic Average) pada program NTSYSpc (Numerical Taxonomy and

(23)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Tanaman cabai hias pada persemaian tumbuh dengan baik pada mulanya akan tetapi pertumbuhan bibit mulai terhambat ketika bibit berumur 21 hari setelah semai (HSS). Terhambatnya pertumbuhan bibit tersebut disebabkan oleh media tanam yang kurang baik sehingga bibit tidak mendapat suplai hara yang cukup serta pertumbuhan akar tidak maksimal. Cabai hias dipupuk menggunakan pengaplikasian pupuk daun 1 g L-1 satu kali seminggu dengan cara fertigasi. Bibit cabai hias dipindahtanamkan ketika berumur 67 HSS. Hama yang banyak menyerang di persemaian adalah kutu daun.

Tanaman cabai hias dipindahtanam ke dalam screen house. Bibit cabai ditanam dalam polybag, dimana antar polybag memiliki jarak hingga 20 cm. Kendala yang dialami pada awal pindahtanam adalah terdapat daun pada beberapa genotipe yang terbakar, hal ini dikarenakan suhu didalam screen house yang tinggi. Suhu siang rata-rata didalam screen house berkisar 24-32 °C. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), suhu siang rata-rata 20-25 °C adalah suhu yang ideal untuk pertumbuhan tanaman, maka suhu yang terukur masih terlalu tinggi untuk pertumbuhan optimum tanaman cabai.

Desain dari screen house yang memungkinkan terdapat celah yang lebar antara atap dan dinding menyebabkan hama dapat memasuki screenhouse.

Belalang (Valanga nigricornis dan Oxya chinensis L.) merupakan hama yang menyerang tanaman cabai hias pada awal dilakukannya transplanting sampai dengan panen, hama tersebut menyerang daun tanaman cabai. Hama yang menyerang tanaman cabai hias dan menyebabkan perubahan keragaan tanaman cabai serta penurunan jumlah produksi adalah serangan hama tungau (Tetranycus

spp.), thrips (Thrips parvispinus) dan kutu daun (Myzus persicae). Hama tungau dan thrips mulai menyerang tanaman cabai hias pada minggu 2 setelah transplanting (MST). Thrips menyebabkan pada daun bagian bawah bewarna keperak-perakan, kemudian daun mengeriting atau keriput. Thrips juga menyukai serbuk sari/pollen sehingga menyebabkan tanaman tidak mampu menghasilkan buah cabai. Pada 4 MST kutu daun mulai menyerang pada tanaman cabai hias, hama ini sangat sulit untuk dikendalikan karena pertumbuhannya sangat cepat. Kutu daun ini menyebabkan kerusakan yang cukup serius pada tanaman cabai hias yang ditanam. Daun yang diserang akan mengerut, mengeriting, mengering dan akhirnya mati. Aphid atau kutu daun juga dapat berperan sebagai vektor virus.

Penyakit yang menyerang tanaman cabai di dalam screen house adalah

(24)

12

warna mrnjadi kuning, berbelang hijau dan kadang tidak, virus ini bersifat terbawa benih dan dapat ditularkan melalui hama pembawa (kutu daun/aphid), mekanik atau perlukaan.

Karakter Kualitatif

Sifat kualitatif merupakan sifat yang kelasnya dapat dibedakan dengan jelas karena dipengaruhi oleh beberapa gen (monogenik atau digenik) (Murti et al. 2004). Karakter kualitatif dikendalikan oleh gen sederhana (satu atau dua gen) dan sedikit sekali dipengaruhi faktor lingkungan, sehingga tanaman akan memiliki kecenderungan ciri yang sama walaupun ditanam di lingkungan atau tempat yang berbeda (Syukur et al. 2012). Hasil pengamatan terhadap karakter kualitatif tanaman disajikan pada tabel 2-5. Tabel 2 menunjukkan hasil pengamatan terhadap habitus tanaman, bentuk batang dan warna batang tanaman. Genotipe yang diuji menunjukkan bentuk habitus tanaman yaitu: kompak, menyamping, dan tegak. Genotipe IPB H3, IPB H4 dan IPB Seroja memiliki habitus tanaman kompak. Pada genotipe IPB H10, Triwarsana 1-1, Triwarsana 1-3 dan Triwarsana 1-5 memiliki habitus menyamping, sedangkan tanaman bertipe tegak dimiliki oleh genotipe lainnya. Peubah bentuk batang yang diamati terdapat dua bentuk yakni angled dan silindris. Genotipe yang diuji terdapat beberapa genotipe yang memiliki bentuk batang angled yakni pada IPB H3, IPB H8, dan IPB H11, sedangkan genotipe lainnya memiliki bentuk batang yang silindris. Pengamatan pada warna batang, dimana pada pengamatan ini dilakukan sesaat sebelum dilakukannya transplanting, menunjukkan terdapat 4 genotipe bewarna ungu pada batangnya, yakni pada IPB H1, IPB H3, IPB H8, dan IPB Ungara, sedangkan genotipe lainnya bewarna hijau. Tabel 2 Penampilan karakter kualitatif habitus tanaman, bentuk batang, dan warna

batang pada 18 genotipe cabai hias yang diuji

Genotipe Habitus tanaman Bentuk batang Warna batang

IPB H1 Tegak Silindris Ungu

IPB H2 Tegak Silindris Hijau

IPB H3 Kompak Angled Ungu

IPB H4 Kompak Silindris Hijau

IPB H5 Tegak Silindris Hijau

IPB H6 Tegak Silindris Hijau

IPB H7 Tegak Silindris Hijau

IPB H8 Tegak Angled Ungu

IPB H9 Tegak Silindris Hijau

IPB H10 Menyamping Silindris Hijau

IPB H11 Tegak Angled Hijau

IPB H12 Tegak Silindris Hijau

IPB H13 Kompak Silindris Hijau

Triwarsana 1-1 Menyamping Silindris Hijau

Triwarsana 1-3 Menyamping Silindris Hijau

Triwarsana 1-5 Menyamping Silindris Hijau

IPB Seroja Kompak Silindris Hijau

(25)

13 Tabel 3 menunjukkan hasil pengamatan untuk peubah bentuk daun dan warna daun. Bentuk daun yang teramati terdapat tiga jenis yaitu ovate pada genotipe IPB H1, IPB H3, IPB H5, IPB H6, IPB H7, IPB H8, IPB H9, IPB H10, IPB Ungara, dan jenis deltoid pada genotipe IPB H11, IPB H12, serta lanceolate pada 7 genotipe lainnya. Pengamatan warna daun terdapat beberapa jenis warna yakni hijau muda, hijau, ungu dan variegata. Warna daun ungu dimiliki oleh genotipe IPB H1 dan IPB H3, warna hijau muda hanya dimiliki oleh IPB H2. Pada tanaman IPB H8 memiliki dua jenis warna daun yakni hijau dan variegata. Variegata merupakan warna yang muncul pada daun yang menunjukkan 3 warna yang berbeda antara lain putih, hijau tua, dan hijau muda. Genotipe cabai hias yang diuji lainnya memiliki warna daun hijau.

Tabel 3 Penampilan karakter kualitatif bentuk daun dan warna daun pada 18 genotipe cabai hias yang diuji

Genotipe Bentuk daun Warna daun

IPB H1 Ovate Ungu

IPB H2 Lanceolate Hijau muda

IPB H3 Ovate Ungu

IPB H4 Lanceolate Hijau

IPB H5 Ovate Hijau

IPB H6 Ovate Hijau

IPB H7 Ovate Hijau

IPB H8 Ovate Variegata dan hijau

IPB H9 Ovate Hijau

IPB H10 Ovate Hijau

IPB H11 Deltoid Hijau

IPB H12 Deltoid Hijau

IPB H13 Lanceolate Hijau

Triwarsana 1-1 Lanceolate Hijau

Triwarsana 1-3 Lanceolate Hijau

Triwarsana 1-5 Lanceolate Hijau

IPB Seroja Lanceolate Hijau

IPB Ungara Ovate Hijau

Pada tabel 4 menunjukkan terdapat 3 jenis posisi bunga yakni: erect,pendant, dan intermediate. Posisi bunga akan menandakan arah buah yang terbentuk. Tipe posisi bunga pendant pada genotipe IPB H2 dan IPB H6, tipe posisi bunga

(26)

14

adalah genotipe IPB H1, IPB H3, IPB H4, IPB H6, IPB H8, IPB H10, Triwarsana 1-1, Triwarsana 1-5, dan IPB Ungara.

Tabel 4 Penampilan karakter kualitatif posisi bunga dan warna mahkota bunga pada 18 genotipe cabai hias yang diuji

Genotipe Posisi bunga Warna mahkota bunga

IPB H1 Erect Ungu dengan dasar putih

IPB H2 Pendant Putih

IPB H3 Erect Ungu dengan dasar putih

IPB H4 Erect Ungu dengan dasar putih

IPB H5 Intermediate Kuning kehijauan

IPB H6 Pendant Ungu dengan dasar putih

IPB H7 Intermediate Kuning kehijauan

IPB H8 Intermediate Ungu dengan dasar putih

IPB H9 Intermediate Kuning kehijauan

IPB H10 Erect Ungu dengan dasar putih

IPB H11 Intermediate Kuning kehijauan

IPB H12 Intermediate Kuning kehijauan

IPB H13 Erect Putih

Triwarsana 1-1 Erect Ungu dengan dasar putih

Triwarsana 1-3 Erect Putih

Triwarsana 1-5 Erect Ungu dengan dasar putih

IPB Seroja Erect Putih

IPB Ungara Erect Ungu dengan dasar putih

1 2 3

Gambar 8 Warna mahkota bunga. 1) kuning kehijauan, 2) ungu dengan dasar putih, 3)putih

Tabel 5 menunjukkan hasil pengamatan karakter bentuk buah dan bentuk

pedicel. Peubah bentuk buah yang teramati terdapat 4 jenis yakni elongate,almost round, campanulate dan triangular. Bentuk buah elongate dimiliki genotipe IPB H2, IPB H4, IPB H6, IPB H8, dan Triwarsana 1-5. Genotipe IPB H1, IPB H3, dan IPB H10 memiliki bentuk buah almost round serta bentuk buah campanulate

dimiliki genotipe IPB H7, IPB H9 dan IPB 11, sedangkan 7 genotipe lainnya memiliki bentuk buah triangular. Peubah bentuk pedicel terdapat 3 jenis yakni

(27)

15

Tabel 5 Penampilan karakter kualitatif bentuk buah dan pedicel pada 18 genotipe cabai hias yang diuji

Genotipe Bentuk buah Pedicel

IPB H1 Almost round Obtuse

IPB H2 Elongate Obtuse

IPB H3 Almost round Obtuse

IPB H4 Elongate Obtuse

IPB H5 Triangular Acute

IPB H6 Elongate Acute

IPB H7 Campanulate Acute

IPB H8 Elongate Obtuse

IPB H9 Campanulate Cordate

IPB H10 Almost round Cordate

IPB H11 Campanulate Acute

IPB H12 IPB H13

Triangular Triangular

Acute Obtuse

Triwarsana 1-1 Triangular Obtuse

Triwarsana 1-3 Triangular Obtuse

Triwarsana 1-5 Elongate Obtuse

IPB Seroja Triangular Obtuse

IPB Ungara Triangular Obtuse

Gambar 9 Bentuk buah 18 genotipe cabai hias. 1=IPB H1, 2=IPB H2, 3=IPB H3, 4=IPB H4, 5=IPB H5, 6=IPB H6, 7=IPB H7, 8=IPB H8, 9=IPB H9, 10=IPB H10, 11=IPB H11, 12=IPB H12, 13=IPB H13, 14=Triwarsana 1-1, 15=Triwarsana 1-3, 16=Triwarsana 1-5, 17=IPB Seroja, 18=IPB Ungara

Pengamatan bentuk blossom end pada buah (Tabel 6) didapatkan beberapa bentuk yakni: pointed, sunken, blunt, serta sunken and pointed. IPB H1, IPB H3, IPB H5, IPB H8, IPB H10 merupakan tanaman yang memiliki bentuk blossom end

jenis blunt. Bentuk sunken ditemukan hanya pada IPB H2. Jenis sunken dan pointed

(28)

16

pointed. Pengamatan bentuk penampang melintang pada buah cabai ditemukan 3 jenis yang berbeda, yakni corrugated, intermediate, dan slightly corrugated. Jenis

corrugated hanya ditemui pada genotipe IPB H12 dan bentuk intermediate pada IPB H5, IPB H9, dan IPB H11, sedangkan genotipe lainnya memiliki bentuk

slightly corrugated.

Tabel 6 Penampilan karakter kualitatif bentuk blossom end dan penampang melintang pada 18 genotipe cabai hias yang diuji

Genotipe Blossom end Penampang melintang

IPB H1 Blunt Slightly corrugated

IPB H2 Sunken Slightly corrugated

IPB H3 Blunt Slightly corrugated

IPB H4 Pointed Slightly corrugated

IPB H5 Blunt Intermediate

IPB H6 Pointed Slightly corrugated

IPB H7 Pointed Slightly corrugated

IPB H8 Blunt Slightly corrugated

IPB H9 Sunken dan pointed Intermediate

IPB H10 Blunt Slightly corrugated

IPB H11 Pointed Intermediate

IPB H12

Triwarsana 1-1 Pointed Slightly corrugated

Triwarsana 1-3 Pointed Slightly corrugated

Triwarsana 1-5 Pointed Slightly corrugated

IPB Seroja Pointed Slightly corrugated

IPB Ungara Pointed Slightly corrugated

Hasil pengamatan perubahan warna buah dari muda sampai matang disajikan pada Tabel 7. Penampilan karakter kualitatif warna buah muda IPB H1, IPB H4, IPB H10, IPB H11, Triwarsana 1-1, Triwarsana 1-5, IPB Ungara bewarna ungu, warna buah hitam pada genotipe IPB H3, IPB H6, IPB H8, sedangkan warna buah muda hijau pada genotipe IPB H2, IPB H5, IPB H7, IPB H9, IPB H12, IPB H13, Triwarsana 1-3, dan IPB Seroja. Warna buah intermediate pada genotipe IPB H2, IPB H3, IPB H6, IPB H8 bewarna hijau. Genotipe yang memiliki warna buah oranye antara lain IPB H7, IPB H9, IPB H10, Triwarsana 1-3, Triwarsana 1-5 dan IPB Seroja. Genotipe IPB H1 memiliki buah intermediate warna kuning dan oranye, buah intermediate genotipe IPB H4 bewarna hijau dan oranye, buah intermediate

(29)

17

1 2 3

4 5 6

7 8 9

10 11 12

13 14 15

16 17 18

(30)

18

Tabel 7 Penampilan karakter kualitatif warna buah muda, buah intermediate, dan buah matang pada 18 genotipe cabai hias yang diuji

Genotipe Perubahan warna (muda-matang)

Muda Intermediate Matang

IPB H1 Ungu Kuning-oranye Merah

Triwarsana 1-1 Ungu Ungu muda Oranye muda

Triwarsana 1-3 Hijau Oranye Merah

Triwarsana 1-5 Ungu Oranye Merah

IPB Seroja Hijau Oranye Merah

IPB Ungara Ungu Ungu kehijauan Merah

Analisis Sidik Ragam

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata diantara genotipe-genotipe cabai hias yang diuji pada seluruh karakter kuantitatif yang diamati, yaitu karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar kanopi, panjang buah, diameter buah, dan bobot buah per buah. Pengelompokkan yang dilakukan dalam percobaan tidak berpengaruh nyata terhadap 7 karakter kuantitatif yang diamati. Koefisien keragaman (KK) pada seluruh karakter kuantitatif yang diamati berkisar antara 10.23-17.26% (Tabel 8). Tabel 8 Rekapitulasi sidik ragam terhadap karakter yang diamati

Karakter F hitung

(31)

19 Karakter Kuantitatif

Karkter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen dan memiliki pengaruh lingkungan yang tinggi. Pengamatan tinggi tanaman pada 18 genotipe cabai hias yang diuji berkisar antara 24.57-112.58 cm. Genotipe IPB H12 memiliki nilai tengah tinggi tanaman tertinggi sedangkan genotipe yang memiliki nilai tengah terendah adalah IPB H10. Lebar diameter genotipe cabai hias yang diuji berkisar antara 6.35-9.81 mm. Genotipe IPB H6 memiliki nilai tengah lebar diameter tertinggi sedangkan genotipe Triwarsana 1-5 memiliki nilai tengah lebar diameter terendah. Tinggi dikotomus genotipe cabai hias yang diuji berkisar antara 6.67-45.53 cm. Genotipe IPB H10 memiliki nilai tengah tinggi dikotomus tertinggi. Genotipe IPB H11 memiliki nilai tengah tinggi dikotomus terendah.

Tabel 9 Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter batang yang diuji pada setiap genotipe

Genotipe Tinggi tanaman

Triwarsana 1-3 29.30h 7.06bcd 9.17i

Triwarsana 1-5 36.30fgh 6.45d 9.93hi

IPB Seroja 31.10s 7.55bcd 8.26i

IPB Ungara 47.55ef 9.43u 15.84gf

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

(32)

20

IPB H6 memiliki nilai tengah bobot buah per buah tertinggi, sedangkan genotipe Triwarsana 1-1 memiliki nilai tengah bobot buah per buah terendah.

Tabel 10 Nilai tengah karakter lebar kanopi, panjang buah, dan diameter buah, dan bobot buah per buah yang diuji pada setiap genotipe

Genotipe Lebar kanopi

Triwarsana 1-3 47.00de 2.19cd 9.81efg 0.91ef

Triwarsana 1-5 47.47de 2.93c 6.82h 0.75f

IPB Seroja 30.97f 2.21cd 9.53fg 1.32def

IPB Ungara 52.53cd 2.09d 14.09c 2.46c

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Analisis Molekuler

Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) adalah teknik amplifikasi fragmen DNA dengan menggunakan primer pendek yang panjangnya 10-20 pb. Jumlah dan kualitas frgmen DNA yang dihasilkan bergantung pada panjang dan komposisi nukleotida penyusun primer, konsentrasi dan kemurnian DNA cetakan dan suhu penempelan pada reaksi PCR (Naipospos 2013).

Jumlah primer yang digunakan pada awalnya berjumlah 15 primer, namun hanya 11 primer yang digunakan dalam analisis molekuler, dikarenakan primer tersebut menghasilkan visualisasi pita DNA dengan baik. Empat primer yang tidak digunakan yakni OPA 11, OPA 15, OPA 17 dan OPA 19, sedangkan primer yang digunakan dalam penelitian yakni OPA 1, OPA 2, OPA 3, OPA 4, OPA 7, OPA 8, OPA 9, OPA 12, OPA 13, OPA 16 dan OPA 18.

(33)

21 nilai pola pita polimorfik yang dihasilkan. Contoh hasil visualisasi DNA pada analisis RAPD ditampilkan dalam Gambar 11.

Tabel 11 Jumlah pita hasil amplifikasi DNA cabai hias dengan 11 primer

Nama primer Jumlah pita

DNA Pita polimorfik Pita monomorfik

Ukuran pita DNA

OPA1 6 6 0 300 bp-1100 bp

OPA2 6 6 0 400 bp-2000 bp

OPA3 6 5 1 300 bp-1000 bp

OPA4 4 4 0 300 bp-900 bp

OPA7 7 7 0 300 bp-2500 bp

OPA8 3 3 0 300 bp-500 bp

OPA9 5 5 0 250 bp-1300 bp

OPA12 3 3 0 600 bp-2000 bp

OPA13 5 5 0 250 bp-1100 bp

OPA16 5 5 0 250 bp-1000 bp

OPA18 5 5 0 250 bp-1000 bp

Total Pita 55 54 (98.18%) 1(1.82%) 250 bp-2500 bp

Gambar 11 Karakter pola pita DNA 18 genotipe cabai hias pada primer OPA4. M= marker (1 kb DNA ladder), 1=IPB H1, 2a 2b=IPB H2, 3=IPB H3, 4=IPB H4, 5=IPB H5, 6=IPB H6, 7=IPB H7, 8=IPB H8, 9=IPB H9, 10=Triwarsana 1-1, 11=Triwarsana 1-3, 12=Triwarsana 1-5, 13=Seroja, 14=Ungara, 15=IPB H10, 16=IPB H11, 17=IPB H12, 18=IPB H13.

Analisis Gerombol

(34)

22

IPB H13, IPB H10, (4) kelompok D meliputi IPB H5, IPB H12, IPB H7, IPB H9, (5) kelompok E adalah IPB H11 (Gambar 13).

Gambar 12 Analisis gerombol 18 genotipe cabai hias (Capsicum spp.) berdasarkan molekuler

Gambar 13 Analisis gerombol 18 genotipe cabai hias (Capsicum spp.) berdasarkan karakter kualitatif

(35)

23

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Genotipe-genotipe cabai hias yang diamati mempunyai karakter yang berbeda-beda pada karakter morfologi baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis molekuler menunjukkan tingkat polimorfisme yang sangat tinggi sebesar 98.18%. Analisis gerombol berdasarkan molekuler dan karakter kualitatif terdapat perbedaan. Berdasarkan analisis gerombol pada molekuler dengan koefisien kemiripan 54% terbagi menjadi 4 kelompok yaitu (1) kelompok A meliputi IPB H1, IPB H10, IPB H3, Triwarsana 1-5, IPB H4, IPB H2, IPB Ungara, dan IPB H6, (2) kelompok B meliputi IPB H5, Triwarsana 1-3, IPB Seroja, IPB H13, Triwarsana 1-1, IPB H7, IPB H12, dan IPB H9, (3) kelompok C adalah IPB H8, (4) kelompok D adalah IPB H11, sedangkan berdasarkan karakter kualitatif dengan koefisien kemiripan sebesar 54% membentuk 5 kelompok yaitu (1) kelompok A meliputi IPB H1, IPB H3, IPB H8, IPB Ungara, (2) kelompok B meliputi IPB H2 dan IPB H6, (3) kelompok C meliputi IPB H4, Triwarsana 1-5, Triwarsana 1-1, IPB H13, IPB Seroja, Triwarsana 1-3, IPB H10, (4) kelompok D meliputi IPB H5, IPB H12, IPB H7, IPB H9, (5) kelompok E adalah IPB H11.

Saran

Genotipe yang memiliki karakter yang diinginkan dapat dijadikan tetua pada persilangan. Peubah pada karakter morfologi yang diamati dan primer yang digunakan diperlukan lebih banyak sehingga hasil karakterisasi pada tanaman cabai hias lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Berke TG. 2000. Hybrid Seed Production in Capsicum. Di dalam: Basra AS, editor.

Hybrid Seed Production in Vegetables: Rationale and Methods in Selected Crops. New York (US): Haworth Press. hlm 49-67.

Bosland PW, Votava EJ. 1999. Peppers: Vegetable and Spice Capsicums. New York (US): CABI Pub.

Brown GGL, Thompson JA, Nelson RL, Warburton ML. 2000. Evaluation of genetic diversity of soybean introductions using RAPD and SSR markers.

Crop Sci., 40: 815–823.

Carsono N. 2008. Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Indonesia. Proceedings Seminar of Agricultural Sciences: Mencermati Perjalanan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dalam kajian terbatas bidang Produksi Tanaman, Pangan; 2008 Jan; Tokyo (JP).

Darmono, TW. 1996. Ulas balik, analisis keragaman tanaman dengan teknik molekuler (analysis of plant genetic variation with molecular technique).

Hayati, 3 (1): 7-11.

(36)

24

Drabkoba L, Kirschner J, Cestmir. 2002. Comparison of seven DNA extraction and amplification protocols in historical herbarium specimens of Juncaceae.

Plant Mol Bio Rep 20:161-175.

Edmond JB, Senna TL, Andrews FS, Halfarce RG. 1983. Fundamental of Horticulture. New York (US): McGraw Hill Inc. 56p

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Ed ke-2. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research.

Greenleaf WH. 1986. Pepper Breeding. Basset MJ. Editor. Breeding vegetables crops. Conecticut (USA): AVI. hlm 67-134.

Henry RJ. 1997. Practical Application of Plant Moleculer Biology. London. Weinhelm. New York. Tokyo. Melbourne. Madras : Chapman and Hall. Hessayon DG. 1993. The House Plant Expert. London (GB): Transworld Publisher

Ltd.

[IPGRI] International Plant Genetic Resources Institute. 1995. Descriptors for

Capsicum (Capsicum spp.). Roma (IT): International Plant Genetic Resources Institute.

Moekasan TK, Prabaningrum L, Adiyoga W, Putter H. 2014. Panduan Praktis Budidaya Cabai Merah Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Murti RH, Kurniati T, Nasrullah. 2004. Pola pewarisan karakter buah tomat. Zuriat

15(2):140-149.

Paterson AH. 1996. Genome Mapping in Plants. (USA): RG Landes Company, Austin, Texas.

Rubatzky VE, Yamaguchi M.1999. Sayuran dunia: prinsip, produksi, dan gizi, jilid ke 3. Herison C, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB Bandung. Terjemahan dari World vegetables: principles, production, and nutritives values, second edition.

Sari Y. 2010. Pengaruh konsentrasi GA3 dan pemupukan NPK terhadap keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiadi. 2002. Bertanam Cabai. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Staub JE, Serquen FC, Gupta M. 1996. Genetic markers, map construction, and their applicationin plant breeding. Hort-Science 31: 729-740.

Surahman M. 2002. Peta Genetika Tanaman, Prinsip dan Aplikasinya. Bul.Agron

(30)(1):27-30.

Syukur M, Sujipriharti S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

______________________________. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman, edisi revisi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Tindall HD. 1983. Vegetables in the Tropics. London (GB): Mc Millan Pr.

Tong N, Bosland PW. 1999. Capsicum tovarii, a new member of the Capsicum

complex. Euphytica 109: 71-77.

Wink M. 1999. Function of Plant Metabolites and Their Exploitation in Biotechnology. Annual Plant Review. 3 (2):52.

(37)

25

LAMPIRAN

Lampiran 1 Deskripsi genotipe IPB H1 Habitus Tanaman : tegak

Warna mahkota bunga : ungu dengan dasar putih Bentuk buah : almost round

Warna buah muda : ungu

Warna buah intermediate : kuning-oranye Warna buah matang : merah

Bentuk pedicel : obtuse

Bentuk blossom end : blunt

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

Panjang buah (cm) : 1.7 Diameter buah (mm) : 14.03 Bobot buah per buah (g) : 2.34 Lampiran 2 Deskripsi genotipe IPB H2 Habitus Tanaman : tegak

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

(38)

26

Lampiran 3 Deskripsi genotipe IPB H3 Habitus Tanaman : kompak

Warna mahkota bunga : ungu dengan dasar putih Bentuk buah : almost round

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

Panjang buah (cm) : 0.84 Diameter buah (mm) : 11.27 Bobot buah per buah (g) : 1.13

Lampiran 4 Deskripsi genotipe IPB H4 Habitus Tanaman : kompak

Warna mahkota bunga : ungu dengan dasar putih Bentuk buah : elongate

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

(39)

27 Lampiran 5 Deskripsi genotipe IPB H5

Habitus Tanaman : tegak

Warna mahkota bunga : kuning kehijauan Bentuk buah : triangular

Bentuk penampang melintang : intermediate

Panjang buah (cm) : 1.83 Diameter buah (mm) : 10.04 Bobot buah per buah (g) : 1.04

Lampiran 6 Deskripsi genotipe IPB H6 Habitus Tanaman : tegak

Warna mahkota bunga : ungu dengan dasar putih Bentuk buah : elongate

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

(40)

28

Lampiran 7 Deskripsi genotipe IPB H7 Habitus Tanaman : tegak

Warna mahkota bunga : kuning kehijauan Bentuk buah : campanulate

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

Panjang buah (cm) : 1.59 Diameter buah (mm) : 11.85 Bobot buah per buah (g) : 0.98

Lampiran 8 Deskripsi genotipe IPB H8 Habitus Tanaman : tegak

Warna mahkota bunga : ungu dengan dasar putih Bentuk buah : elongate

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

(41)

29 Lampiran 9 Deskripsi genotipe IPB H9

Habitus Tanaman : tegak

Warna mahkota bunga : kuning kehijauan Bentuk buah : campanulate

Bentuk penampang melintang : intermediate

Panjang buah (cm) : 2.17 Diameter buah (mm) : 25.72 Bobot buah per buah (g) : 4.04

Lampiran 10 Deskripsi genotipe IPB H10 Habitus Tanaman : menyamping Tinggi tanaman (cm) : 24.57

Warna mahkota bunga : ungu dengan dasar putih Bentuk buah : almost round

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

(42)

30

Lampiran 11 Deskripsi genotipe IPB H11 Habitus Tanaman : tegak

Warna mahkota bunga : kuning kehijauan Bentuk buah : campanulate

Bentuk penampang melintang : intermediate

Panjang buah (cm) : 2.07 Diameter buah (mm) : 10.05 Bobot buah per buah (g) : 1.86

Lampiran 12 Deskripsi genotipe IPB H12 Habitus Tanaman : tegak

Warna mahkota bunga : kuning kehijauan Bentuk buah : triangular

(43)

31 Lampiran 13 Deskripsi genotipe IPB H13

Habitus Tanaman : kompak

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

Panjang buah (cm) : 2.24 Diameter buah (mm) : 9.69 Bobot buah per buah (g) : 2.16

Lampiran 14 Deskripsi genotipe Triwarsana 1-1 Habitus Tanaman : menyamping Tinggi tanaman (cm) : 29.68

Warna mahkota bunga : ungu dengan dasar putih Bentuk buah : triangular

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

(44)

32

Lampiran 15 Deskripsi genotipe Triwarsana 1-3 Habitus Tanaman : menyamping Tinggi tanaman (cm) : 29.30

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

Panjang buah (cm) : 2.19 Diameter buah (mm) : 9.81 Bobot buah per buah (g) : 0.91

Lampiran 16 Deskripsi genotipe Triwarsana 1-5 Habitus Tanaman : menyamping Tinggi tanaman (cm) : 36.30

Warna mahkota bunga : ungu dengan dasar putih Bentuk buah : elongate

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

(45)

33 Lampiran 17 Deskripsi genotipe IPB Seroja

Habitus Tanaman : kompak

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

Panjang buah (cm) : 2.21 Diameter buah (mm) : 9.53 Bobot buah per buah (g) : 1.32

Lampiran 18 Deskripsi genotipe IPB Ungara Habitus Tanaman : tegak

Warna mahkota bunga : ungu dengan dasar putih Bentuk buah : triangular

Bentuk penampang melintang : slightly corrugated

(46)

34

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gresik, Jawa Timur pada tanggal 23 Maret 1993, merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari ayah Sutanto dan ibu Elly Mariyanah. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Gresik dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi Tanaman pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga secara aktif mengikuti kegiatan organisasi maupun kepanitiaan di luar akademik. Pada periode tahun 2012/2013 penulis menjadi bendahara Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperta. Periode tahun selanjutnya 2013/2014 penulis menjadi staf Departemen Eksternal Himpunan Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON).

Gambar

Tabel  1    Daftar  primer  random  amplified  polymorphism  DNA  (RAPD)  yang    digunakan untuk amplifikasi PCR
Gambar 1  Habitus tanaman. 3)Menyamping, 5)Kompak, 7)Tegak  e.   Karakter daun:
Gambar 4  Bentuk pangkal buah. 1)acute, 2)obtuse, 3)truncate, 4)cordate,       5)lobate
Gambar  6    Bentuk  buah-blossom  end.  1)pointed,  2)blunt,  3)sunken,  4)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengelolaan wilayah perbatasan, terdapat beberapa hirarki pusat pelayanan perbatasan negara yang mendukung pengembangan dan pembangunan di kawasan tersebut

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran mesin frais

Full Domain Controler ( disini kita asumsikan bahwa anda menggunakan free dari co.cc ya..), artinya domain yang Kontrolnya ada pada kita, karena nanti kita akan melakukan

Penelitian yang dilakukan Zhixu, Xinyuan, Xiaoxia, dan Yichen (2017) terhadap materialisme dan perilaku prososial remaja mengemukakan bahwa remaja cenderung

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan perilaku seks bebas remaja putri artinya apabila kelompok teman

Walaupun tes ini sudah baik, dapat dipergunakan kembali pada siswa lain yang mempunyai kemampuan yang relatif sama, perlu ditingkatkan kembali kemampuan dan

Rencana Srategis ini secara garis besar mengupas Visi dan Misi, serta menyelaraskan tujuan, strategi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan

75% 75% Hasil penggabungan 100% Dengan perpotongan 50% 55% 75% Hasil penggabungan 100% Dengan perpotongan 30% 55% 55% Hasil penggabungan 100% Dengan perpotongan 10% Tabel