PENGUKURAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT
PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH MENGGUNAKAN
DUA BENTUK DAN UKURAN PLOT YANG BERBEDA
AGUNG SUDRAJAD
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengukuran Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan Intensitas Rendah Menggunakan Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang Berbeda” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Agung Sudrajad
ABSRAK
AGUNG SUDRAJAD. Pengukuran Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan Intensitas Rendah Menggunakan Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang Berbeda. Dibimbing oleh AHMAD BUDIAMAN.
Pengukuran kerusakan tinggal penting untuk mengetahui perubahan struktur dan komposisi tegakan hutan alam akibat kegiatan pemanenan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kerusakan tegakan tinggal menggunakan plot bujursangkar dan lingkaran dinamis, mengidentifikasi tipe-tipe kerusakan, mengukur keterbukaan areal dan panjang daerah terkena dampak penebangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan menggunakan plot bujursangkar dan lingkaran dinamis berurutan adalah sebagai berikut; semai dan pancang adalah 3.66% dan 2.33%, untuk tiang 5.52% dan 4.21%, dan untuk pohon 4.26% dan 2.86%. Plot lingkaran menghasilkan data yang lebih akurat karena memiliki nilai standar error dan koefisien variansi yang lebih kecil dari plot bujursankar. Semua tipe kerusakan terjadi di kedua jenis plot. Tipe kerusakan terbesar adalah rusak tajuk, sedangkan terkecil adalah tipe rusak banir atau akar. Luas keterbukaan areal akibat penebangan pada plot bujursangkar dan lingkaran adalah 365.69 m2/ha dan 523.09 m2/plot. Sementara itu panjang daerah terkena dampak akibat penebangan adalah 69.24 m atau 1.63 kali tinggi total pohon yang ditebang.
Kata kunci: kerusakan tegakan tinggal, penebangan, panjang dampak
ABSTRACT
AGUNG SUDRAJAD. Measurement of residual stand damage caused by low intensity tree felling use two different plot form and size. Supervised by AHMAD BUDIAMAN.
Measurement of residual stand damage aims to know the structure and composition of natural forest stands due to logging. The objective of this study are to measure the degree of residual stand damages use fixed square and circular dynamic plot, indentify type of residual stand damage, measuring of opened areas and length impact caused by felling. This study showed that the degree of residual stand damage in fixed square plot, respectively, for seedlings and saplings 3.66%, for poles 5.52% and 4.26% for trees. Meanwhile, the degree of residual stand damage in dynamic circular plot, respectively, for seedlings and saplings 2.33%, 4.21% for poles, and 2.86% for trees. Circular plot results more accurate data because it has standard error and ceofficient of variance smaller than square plot. All types of damage occurred in both plot. Greatest type of damage is crowns broken and smallest type is buttress and roots broken. The degree of opened areas caused by felling, respectively, square plot is 365.69 m2/ha, and 523.09 m2/plot for circular plot. Base on this study, length impact caused by felling is 69.24 m or 1.63 total height of tree felled.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
PENGUKURAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT
PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH MENGGUNAKAN DUA
BENTUK DAN UKURAN PLOT YANG BERBEDA
AGUNG SUDRAJAD
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Pengukuran Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan
Intensitas Rendah Menggunakan Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang Berbeda
Nama : Agung Sudrajad NIM : E14090099
Disetujui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F.Trop Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F.Trop Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul “Pengukuran Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan Intensitas Rendah Menggunakan Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang Berbeda” ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di PT INHUTANI II Unit Manajemen Hutan Alam Malinau, Kalimantan Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc. For.Trop selalu dosen pembimbing atas pendampingan, motivasi, dan arahan yang diberikan. Bapak Ir Iman Suyudono, M.Si dan dan Bapak Yohanes P Kurniawan, S.Hut dan semua staf pegawai dari PT INHUTANI II dan PT Kayan Patria Pratama (Mitra PT INHUTANI II) atas perijinan, bantuan, dan arahannya selama penelitian ini berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Penghargaan setinggi-tingginya kepada Arum Ngesti Palupi dan Sarah Andini atas kerjasama, motivasi, dan dukungan dalam pengambilan dan pengolahan data penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik dan benar.
Bogor, Februari 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Bahan 2
Alat 2
Jenis Data 2
Prosedur Penelitian 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Statistik Plot Contoh 5
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan 7
Inventarisasi Tegakan Tinggal 7
Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal 8
Keterbukaan Hutan Akibat Penebangan 9
Panjang Daerah Terkena Dampak Penebangan 10
Intensitas Penebangan untuk Meminimalkan Kerusakan Tegakan Tinggal 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk dan ukuran plot 3
2 Penampang penempatan plot contoh semai dan pancang 4
3 Persebaran luas plot contoh lingkaran dinamis 6
4 Persebaran tinggi total pohon pusat 6
DAFTAR TABEL
1 Kelas kemiringan plot contoh 6
2 Hasil ITSP pada semua tingkat vegetasi 7
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan hutan merupakan bagian terpenting dari kegiatan pengusahaan hutan. Salah satu indikator keberhasilan pemanenan hutan adalah produksi kayu yang optimal dengan tingkat kerusakan yang rendah. Kegiatan penebangan, baik dengan teknik Reduced Impact Logging (RIL) maupun konvensional, akan berdampak langsung terhadap kerusakan tegakan tinggal. Penerapan teknik RIL cukup signifikan mengurangi kerusakan tegakan tinggal dibandingkan dengan teknik konvensional. Penelitian Sist et al. (2003) menunjukkan bahwa jumlah pohon yang rusak pada teknik RIL dan konvensional berturut-turut adalah 36 dan 60 pohon/ha.
Informasi kerusakan tegakan tinggal sangat penting untuk mengetahui perubahan struktur tegakan hutan pasca penebangan. Data tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan kebijakan teknik pemanenan dan kebijakan lain, misalnya pembinaan hutan. Metode pengukuran kerusakan tinggal akibat penebangan selama ini menggunakan plot contoh berbentuk bujursangkar dengan ukuran yang tetap dengan luas satu hektar. Selain plot bujursangkar, terdapat berberapa bentuk dan ukuran plot contoh yang dapat digunakan, diantaranya plot contoh berbentuk lingkaran dengan jari-jari dua kali tinggi total pohon. Plot lingkaran ini memiliki ukuran yang tidak tetap atau disebut plot lingkaran dinamis. Pengukuran menggunakan plot lingkaran dinamis akan menghasilkan data yang lebih akurat, hal tersebut dikarenakan plot lingkaran dinamis memiliki luas yang tergantung dari tinggi total pohon yang ditebang. Tinggi total pohon erat kaitannya dengan jangkauan kerusakan yang diakibatkan kegiatan penebangan. Selama ini, penggunaan plot contoh lingkaran untuk mengukur kerusakan tegakan tinggal pada pengusahaan hutan alam di Indonesia masih jarang dilakukan. Selain itu juga, penelitian yang memfokuskan pengukuran kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan satu pohon masih sangat kurang. Intensitas penebangan berkorelasi positif dengan kerusakan tegakan tinggal, semakin besar intensitas penebangan maka akan mengakibatkan tingginya kerusakan tegakan tinggal (Sist & Bertault 1997; Budiarta 2001).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan intensitas rendah (satu pohon/plot) menggunakan plot bujursangkar dan lingkaran dinamis. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi tipe kerusakan tegakan tinggal, keterbukaan areal akibat penebangan dan panjang daerah terkena dampak penebangan intensitas rendah.
Manfaat Penelitian
2
dalam rangka perbaikan teknik pemanenan hutan untuk mencapai pengelolaan hutan produksi lestari.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup hanya pada kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan intensitas rendah (satu pohon/plot) pada semua tahap perkembangan pohon mulai dari semai, pancang, tiang, hingga pohon.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2013 di PT INHUTANI II Unit Manajemen Hutan Alam Malinau, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan yang akan ditebang, cat dan label untuk memberi tanda dan penomoran pohon.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, Haga Hypsometer, Clinometer, Kompas, tali tambang, tali raffia, patok batas, GPS, Tallysheet, Kamera, Kertas millimeter block, Laptop, Program Microsoft Excel dan Microsoft Word, dan Program Minitab untuk analisis data.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari pengukuran langsung di lapangan, seperti Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) dan Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT). Data primer yang dikumpulkan adalah tinggi total pohon pusat, jumlah dan jenis individu, diameter pohon dan tiang, karakteristik plot, jumlah individu yang rusak dan tipe kerusakan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi Rencana Kerja Tahunan (RKT) perusahaan pada tahun 2013 dan Laporan Hasil Cruising (LHC) terpilih pada petak RKT 2013.
Prosedur Penelitian Intensitas Penebangan
Intensitas penebangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu pohon/plot. Intensitas tersebut termasuk kategori intensitas penebangan rendah (Budiarta 2001). Adapun klasifikasi intensitas penebangan sebagai berikut:
3 3. Intensitas tinggi : Jumlah pohon yang ditebang dalam PUP ≥ 10 pohon/ha Bentuk dan Ukuran Plot
Bentuk plot pada penelitian ini adalah bujursangkar dan lingkaran. Kedua plot tersebut diletakan pada posisi yang sama dengan pohon yang akan ditebang sebagai titik pusatnya. Selanjutnya, kedua plot tersebut dibagi menjadi empat kuadran yang sama besar. Ukuran plot bujursangkar adalah tetap, yaitu satu hektar dengan sisi 100 x 100 meter. Sementara itu, plot lingkaran memiliki ukuran yang tidak tetap, tergantung dengan tinggi total pohon pusat (h) dan jari-jari plot lingkaran adalah dua kali tinggi total pohon pusat. Bentuk dan ukuran plot disajikan pada Gambar 1.
Pembuatan plot contoh di lapangan dimulai dengan menentukan titik pusat terlebih dahulu, yaitu pohon yang akan ditebang. Kedua plot contoh diletakan pada satu titik pusat yang sama. Kemudian, kedua plot dibagi menjadi empat kuadran sama besar mengikuti empat arah mata angin. Pohon pusat diberi tanda “P1” (Pusat 1), kemudian dibuat garis batas antar kuadran menggunakan cat ke arah utara atau 00. Pada batas jarak 50 m dari titik pusat diberi tanda “T” dan “50” dan merupakan batas utara plot bujursangkar. Selanjutnya, pemberian batas dilanjutkan sampai batas utara plot lingkaran, misalnya tinggi total pohon yang ditebang adalah 40 m, maka batas utara plot lingkaran diberi tanda “X” dan “80”. Sementara itu, sudut batas plot bujursangkar diberi tanda “X” dan “50”. Selanjutnya diteruskan hingga terbentuklah plot bujursangkar dan batas-batas plot lingkaran pada masing-masing arah mata angin. Pembuatan plot bujursangkar terlebih dahulu akan memudahkan pembuatan plot lingkaran. Batas sudut plot bujursangkar digunakan sebagai titik bantu pembuatan plot lingkaran.
Jumlah Plot
Jumlah plot yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 plot untuk masing-masing bentuk dan ukuran plot (bujursangkar dan lingkaran). Plot contoh terdapat pada petak 139 dan 140 Rencana Kerja Tahun (RKT) 2013. Metode peletakan plot mengikuti kegiatan penebangan yang berlaku di perusahaan.
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
Inventarisasi tegakan sebelum penebangan dilakukan pada kedua plot untuk mengetahui kondisi tegakan sebelum penebangan. Plot dibagi menjadi empat
4
kuadran sama besar, yang mana pada masing-masing kuadran dilakukan inventarisasi terhadap semua tahapan perkembangan pohon. Adapun tahapan perkembangan pohon adalah (Indriyanto 2008):
a. Semai, yaitu anakan pohon yang tingginya ≤ 1.5 m b.Pancang, yaitu anakan pohon yang tingginya > 1.5 m c. Tiang, yaitu pohon dengan diameter 10-19 cm d. Pohon, yaitu pohon dengan diameter ≥ 20 cm
Untuk tingkat pohon dan tiang dilakukan sensus di kedua plot. Data yang diambil adalah jumlah, jenis, dan diameter. Selanjutnya dilakukan pelabelan pada tiap individu untuk memudahkan saat melakukan inventarisasi tegakan tinggal. Label tersebut memuat informasi jenis, nomor urut tiang/pohon, dan kuadran. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan pengukuran kemiringan lapangan pada masing-masing plot.
Untuk tingkat semai dan pancang, inventarisasi dilakukan secara sampling. Pada masing-masing kuadran terdapat enam buah plot sampling yang tersebar sistematik. Data yang diambil adalah jumlah dan jenis individu. Data semai diambil pada plot ukur 2x2 meter, sedangkan pancang pada plot ukur 5x5 meter. Penempatan plot contoh disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 (a) Penempatan plot contoh untuk semai dan pancang (b) insert satu plot contoh untuk semai dan pancang
Inventarisasi Tegakan Tinggal
Inventariasi tegakan tinggal dilakukan untuk menghitung jumlah individu yang mengalami kerusakan setelah kegiatan. Variabel yang diukur adalah jumlah individu yang rusak dan jenis kerusakan.
Jenis kerusakan tegakan tinggal pada tiang dan pohon dikelompokan menjadi 6 jenis, yaitu 1) kerusakan tajuk, 2) kerusakan batang dan kulit, 3) kerusakan banir dan akar, 4) kerusakan batang utama patah, 5) kerusakan pohon roboh, dan 6.) kerusakan pohon miring.
Panjang Daerah Terkena Dampak Penebangan
Daerah terkena dampak penebangan diukur setelah pohon rebah dari tunggak pohon sampai jarak terjauh yang mengalami kerusakan. Selanjutnya data yang diambil adalah panjang daerah terkena dampak di dalam plot bujursangkar dan di luar plot bujursangkar. Selain itu juga, pada pengukuran ini juga diukur
5 m
10 m
5 luas keterbukaan areal akibat penebangan. Keterbukaan yang diukur adalah akibat pohon yang ditebang. Pengukuran keterbukaan areal dilakukan dengan cara persegmen pada setiap jarak satu meter.
Analisis Data
Data penelitian dianalisis secara deskriptif dan analisis keragaman. Analisis keragaman digunakan untuk mengetahui apakah bentuk plot contoh berpengaruh terhadap hasil pengukuran tingkat kerusakan tegakan tinggal. Distribusi T-Student’s digunakan untuk ukuran sample ≤ 30 (Supangat 2010). Adapun hipotesis dan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis Uji
H0 : Tingkat kerusakan pada plot bujursangkar = Tingkat kerusakan pada plot lingkaran
H1 : Tingkat kerusakan pada plot bujursangkar≠ Tingkat kerusakan pada plot lingkaran
Kriteria Uji
Thit < Ttabel, terima H0 Thit≥ Ttabel, tolak H0
Tingkat kerusakan tegakan tinggal diukur menggunakan rumus (Elias 2008)
Keterangan :
Ʃ K = Tingkat kerusakan tegakan
Ʃ Ka = Jumlah individu sebelum penebangan Ʃ Kr = Jumlah individu setelah penebangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Plot Contoh Luas plot contoh
6
Gambar 3 Sebaran luas plot contoh lingkaran dinamis Tinggi Pohon Pusat
Rata-rata tinggi total pohon pusat adalah 42.8 meter, tertinggi 56 meter dan terendah 32 meter. Sebaran tinggi total pohon pusat disajikan pada Gambar 4. Pohon pusat paling banyak terdapat pada interval 37-40 meter (10 pohon).
Gambar 4 Sebaran tinggi total pohon pusat Kemiringan plot contoh
Penelitian ini dilakukan pada areal dengan rata-rata kemiringan lapangan plot contoh sebesar 47.41%, dengan kemiringan terkecil 20.55% dan terbesar 65.61%. Adapun sebaran kemiringan lapangan plot contoh dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kelas kemiringan plot contoh
No Kelas kemiringan
1.29-1.73 1.74-2.17 2.18-2.61 2.62-3.06 3.07-3.50 3.51-3.94
7 Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa sebagian besar plot contoh berada pada kemiringan lapangan sangat curam yaitu sebesar 73.33%.
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan
Inventarisasi tegakan sebelum penebangan tingkat semai dan pancang dilakukan dengan sampling pada masing-masing plot. Sedangkan pada tingkat tiang dan pohon dilakukan sensus pada masing-masing plot. Adapun hasil ITSP tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil ITSP pada semua tingkat vegetasi (n/plot)
No Tingkat vegetasi Jumlah (Individu/plot)
Bujursangkar Lingkaran
Kerusakan tegakan tinggal pada semai dan pancang diukur dengan pendekatan keterbukaan areal dengan asumsi bahwa semua semai dan pancang yang tertimpa bagian pohon dan tajuk mengalami kerusakan. Luas keterbukaan pada plot bujursangkar adalah 3.66% sedangkan pada plot lingkaran adalah 2.33%. Tingkat kerusakan tegakan tinggal pada semai dan pancang yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah semai dan pancang hasil ITSP, ITT, dan tingkat kerusakannya (n/plot)
Tingkat Vegetasi
ITSP ITT Tingkat Kerusakan (%)
Bujursangkar Lingkaran Bujursangkar Lingkaran Bujursangkar Lingkaran
n % n %
Semai 122 549 284 471 118 247 278 127 4 302 3.51 6 629 2.23
Pancang 4 802 11 321 4 793 11 309 9 0.15 12 0.10
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa tingkat kerusakan semai lebih tinggi dibandingkan pancang. Hal ini terjadi karena populasi semai yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan pancang dan persebarannya merata menutupi lantai hutan.
Tiang dan Pohon
8
Tabel 4 Jumlah tiang dan pohon hasil ITSP, ITT, dan tingkat kerusakannya (n/plot)
Tingkat
Pradata (2012) melakukan penelitian dengan plot lingkaran dinamis di Papua dan melaporkan bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal pada tiang 2.33% dan pohon sebesar 1.81%. Hasil tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian ini. Sementara itu, rata-rata jumlah pohon dan tiang yang rusak akibat penebangan satu pohon per plot adalah 16.2 pohon/ha untuk plot bujursangkar dan 23.2 individu/plot (9.9 individu/ha) untuk plot lingkaran. Pradata (2012) melaporkan bahwa pada plot lingkaran, penebangan satu pohon per plot akan menyebabkan kerusakan tiang dan pohon sebanyak 5.6 individu/ha. Hal tersebut dipengaruhi oleh tinggi total pohon yang ditebang dan kemiringan lapangan. Rata-rata tinggi total pohon pusat pada penelitian Pradata (2012) sebesar 32 m, sedangkan penelitian ini tinggi total pohon pusat mencapai 42.8 m. Kemiringan lapangan pada penelitian Pradata rata-rata 33.4%, sementara pada penelitian ini sebesar 47.41%. Muhdi (2001) melakukan penelitian dengan plot bujursangkar dan melaporkan bahwa Setiap penebangan satu pohon akan mengakibatkan kerusakan tiang dan pohon sebanyak 5.95 individu/ha, sementara pada penelitian ini penebangan satu pohoh akan mengakibatkan kerusakan pada tiang dan pohon sebanyak 16.1 individu/ha.
Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal pada Tingkat Tiang
Tipe kerusakan tegakan tinggal pada tingkat tiang secara keseluruhan didominasi oleh tipe kerusakan tajuk, pohon roboh, dan batang patah. Adapun tipe kerusakan pada tingkat tiang secara lengkap tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah dan tipe kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang
No Letak Tipe Kerusakan (Individu) Total
PR BP PM RT BK BA BK: Batang/Kulit BA: Banir/kulit
9 mencapai 30.9% dari total kerusakan secara keseluruhan. Ini artinya, apabila pengukuran kerusakan menggunakan plot bujursangkar, maka akan ada data kerusakan yang tidak tercatatsebanyak 30.9%.
Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal pada Tingkat Pohon
Tipe kerusakan yang paling besar pada tingkat pohon adalah rusak tajuk, baik di dalam plot bujursangkar maupun di luar plot bujursangkar. Jumlah dan tipe kerusakan tingkat pohon disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah dan tipe kerusakan tegakan tinggal tingkat pohon
No Letak Tipe Kerusakan (Individu) Total
PR BP PM RT BK BA (1993) yang melaporkan bahwa kerusakan tajuk merupakan tipe kerusakan paling besar yang ditimbulkan akibat penebangan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada tingkat pohon tipe kerusakan rusak batang dan kulit lebih tinggi dari tipe kerusakan batang patah. Bahkan di luar plot bujursangkar, tipe kerusakan rusak batang dan kulit tertinggi kedua setelah rusak tajuk. Hal ini berbeda pada tingkat tiang, baik di dalam maupun di luar plot bujursangkar, tipe kerusakan batang dan kulit lebih kecil dari tipe batang patah dan pohon roboh. Hal tersebut disebabkan jarak yang jauh dari tunggak mengakibatkan pohon-pohon yang berada di luar plot bujursangkar hanya terkena hempasan ujung tajuk pohon yang ditebang ataupun pohon lain yang ikut tumbang. Hal tersebut hanya mengakibatkan kerusakan pada batang dan kulit. Berbeda dengan tiang yang ukuran dimensinya lebih kecil, apabila terkena hempasan ujung tajuk dapat mengakibatkan patah batang utama, rusak tajuk, atau bahkan roboh. Jumlah pohon yang rusak di luar plot bujursangkar sebesar 31.3%. Ini artinya, apabila pengukuran kerusakan menggunakan plot bujursangkar, maka akan ada data kerusakan yang tidak tercatat sebesar 31.3%.
Keterbukaan Hutan Akibat Penebangan
10
Tabel 7 menyajikan data luas keterbukaan areal akibat penebangan intensitas rendah pada plot contoh. Semakin besar kelas diameter maka tingkat keterbukaan areal juga akan semakin besar, baik pada plot bujursangkar maupun lingkaran dinamis.
Tabel 7 Luas keterbukaan areal hutan akibat penebangang menurut kelas diameter
Kelas Diameter (cm) Luas Keterbukaan (m bujursangkar. Jika pengukuran dilakukan pada plot bujursangkar, maka akan ada data sebesar 30% yang tidak terhitung.
Semakin besar kelas diameter, maka luas keterbukaan juga semakin besar. Hal tersebut berkaitan erat dengan lebar tajuk, yang mana lebar tajuk pada masing-masing kelas diameter adalah 80.25 meter untuk kelas diameter kecil, 79.24 meter untuk kelas diameter sedang, dan 83.73 meter untuk kelas diameter besar.
Panjang Daerah Terkena Dampak Penebangan
Panjang dampak diukur dari tunggak pohon sampai jarak terjauh yang terkena dampak akibat penebangan, termasuk efek domino yang ditimbulkannya. Rata-rata panjang dampak penebangan adalah 69.24 meter atau 1.63 kali tinggi total pohon pusat. Panjang dampak terkecil adalah 1.27 dan terbesar 2.32 kali tinggi total pohon pusat. Dari 30 plot contoh, hanya 2 plot atau 6.67% yang semua panjang dampaknya berada di dalam plot bujursangkar, sisanya 28 plot atau 93.3% menghasilkan panjang dampak hingga di luar plot bujursangkar. Panjang dampak yang berada di dalam plot bujursangkar rata-rata sebesar 54.37 meter dan di luar plot bujursangkar mencapai 14.87 meter atau mencapai 19.5% dari panjang total dampak. Ini berarti bahwa, terdapat panjang dampak penebangan yang tidak tercatatoleh plot contoh bujursangkar.
11 hanya diperlukan saat ada pohon-pohon yang terletak di sekitar batas plot, yaitu sekitar 1.5-3 meter bergantung pada luas plot, namun sulit untuk tingkat semai dan pancang.Pengukuran menggunakan plot contoh bujursangkar memiliki kekurangan yaitu terdapat kerusakan yang tidak tercatat atau berada di luar plot bujursangkar baik dari kerusakan tegakan tinggal, keterbukaan areal, dan panjang daerah terkena dampak akibat penebangan intensitas rendah.
Tabel 8 menunjukan data hasil uji beda rata-rata dan koefisien variansi. Pada Tabel 8 terlihat bahwa semua nilai P-Value untuk masing-masing tingkat vegetasi bernilai dibawah 0.01 dan semua kriteria uji memenuhi kriteria untuk menolak H0. Ini berarti bahwa pengukuran tingkat kerusakan menggunakan plot contoh bujursangkar dan lingkaran dinamis memberikan hasil yang berbeda.
Tabel 8 Hasil uji beda rata-rata dan koefisien variansi
No Tingkat Vegetasi
Uji Keberagaman Standar error Koefisien Variansi
t-untuk t-student, T hit<2.76, Ho diterima; T hit≥2.76, Ho ditolak 2
pada tingkat kepercayaan 99%, P Value < 0.01, Ho ditolak
Data hasil pengukuran plot lingkaran dinamis lebih homogen jika dibandingkan dengan plot bujursangkar (Tabel 8), yang mana nilai koefisien variansi plot lingkaran dinamis lebih kecil dari plot bujursangkar pada setiap tingkat pertumbuhan pohon. Hasan (2001) menyatakan bahwa salah satu ciri penduga yang baik adalah efisien, penduga yang efisien adalah penduga yang memiliki nilai koefisien variansi yang kecil. Plot lingkaran juga menghasilkan nilai standar error yang lebih kecil dibandingkan plot bujursangkar, sehingga plot lingkaran menghasilkan data yang lebih akurat dan teliti dibandingkan plot bujursangkar
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Plot contoh bujursangkar dan lingkaran dinamis dalam pengukuran kerusakan tegakan tinggal menghasilkan nilai yang berbeda. Plot lingkaran dinamis menghasilkan data kerusakan yang lebih besar dan lebih akurat. Panjang daerah terkena dampak akibat penebangan satu pohon per plot adalah 69.24 meter atau 1.63 kali tinggi total pohon pusat. Semua tipe kerusakan tegakan tinggal terjadi pada plot contoh bujursangkar dan lingkaran dinamis baik pada tingkat tiang ataupun pohon. Tipe kerusakan terbesar pada tiang dan pohon adalah rusak tajuk, sedangkan terkecil adalah tipe rusak banir atau akar.
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Bertault JG, Sist P . 1997. an experimental comparison of different harvesting intesities with reduced-impact and conventional logging in east kalimantan Indonesia. Forest Ecology and Management 94 (1997) 209-218.
Budiarta S. 2001. Pengamatan tegakan tinggal setelah penebangan di PT INHUTANI II UM-HA Malinau, Kalimantan Utara. [Skripsi].Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Elias. 1993.Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu dengan sistem TPTI, Nilai dan Biaya memperbaikinya (studi kasus di PT Narkata Timber, Kalimantan Timur). Tulisan dimuat dalam Buku: Reduced Impact Logging Buku 2. Bogor (ID): IPB Pr.
Elias. 1997. Percobaan minimalisasi kerusakan akibat pemanenan hutan. Tulisan terdapat pada Buku: Reduced Impact Logging Buku 2. Bogor (ID): IPB Pr Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan.Bogor (ID): IPB Pr.
Hasan MI.2001. Pokok-pokok Materi Statistika 2 (Statistika Inferensif). Jakarta (ID):Bumi Aksara Pr.
Husch B, Beers TW, Kersaw JA. 2003. Forest Mensuration 4th Edition. New Jersey (US): John Wiley & Sons Inc.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Muhdi. 2001. Studi kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu dengan teknik pemanenan kayu berdampak rendah dan konvensional di hutan alam (studi kasus di areal HPH PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pradata AA. 2012. Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan pohon di PT Mamberamo Alas Mandiri Provinsi Papua [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Simon H. 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar
Sist P, Nolan T, Beratult JG, Dykstra D.1997. Harvesting intensity versus sustainability in Indonesia. Forest Ecology and Management.
108(1998)251-260.
Sist P, Sheil D, Kartawinata K, Priyadi H. 2003. Reduced impact logging in Indonesian Borneo: some result confirming the need for new silvicultural prescriptions. Forest Ecology and Management 179 (2003) 415-427 Siswanto, BE. 2008. Pengaruh bentuk dan ukuran plot serta intensitas penarikan
contoh terhadap kesalahan dugaan dalam inventarisasi hutan tanaman.
Mitra Hutan Tanaman 3(3): 163-168.
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjungenim pada tanggal 15 Agustus 1991 dari pasangan Marsudi dan Parsiem. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Muara Enim pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif di berberapa organisasi, diantaranya Uni Konservasi Fauna (Divisi Konservasi Primata), IFSA lc IPB (Village Concept Project) tahun 2010-2012, Penanggung Jawab kelompok studi sosial dan ekonomi kehutanan, Himpunan Profesi Mahasiswa Manajemen Hutan (FMSC) tahun 2012, dan Keluarga Mahasiswa Bumi Sriwijaya (IKAMUSI) IPB. Penulis pernah aktif dalam kepanitiaan, diantaranya Masa Perkenalan Departemen Manajemen Hutan “ Temu Manajer 2011”, UKF EXPO 2010 dan 2011,Southeast Asia Forestry Youth Meeting 2011, Eccological Social Mapping 2011 dan 2012. Penulis juga pernah menjalankan Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat didanai DIKTI tahun 2011 dengan mengedukasi pelajar Sekolah Dasar (SD) untuk menjadi agen cilik pelestari DAS Cisadane.