LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – TUGAS AKHIR
SEMESTER A TAHUN AJARAN 2013 / 2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Oleh
YUDISTIRA JULIAN ANGKAT 090406086
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – TUGAS AKHIR
SEMESTER A TAHUN AJARAN 2013 / 2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh:
YUDISTIRA JULIAN ANGKAT 09 0406 086
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
(ARSITEKTUR IKONIK)
Oleh:
YUDISTIRA JULIAN ANGKAT 09 0406 086
Medan,Februari2014
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Yulesta Putra S.T, M.Sc. Devin Defriza Harisdani, S.T., M.T.
NIP : 197209232002121001 NIP : 197508101998021001
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
Nama : Yudistira Julian Angkat
NIM : 09 0406 086
Judul Proyek Tugas Akhir : Galeri Seni Rupa Di Medan
Tema : Arsitektur Ikonik
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Ketua Departemen Arsitektur, Koordinator TKA-490,
Ir. N.Vinky Rahman, MT. Wahyuni Zahrah, S.T., M.S.
NIP : 196606221997021001 NIP : 197308192000042001
Puji dan syukur, saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Arsitekur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Proses yang panjang ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan doa, semangat dan
dan perhatian dari orang tua serta kakak dan adik penulis. Penulis juga ingin
meyampaikan rasa terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :
• Bapak Yulesta Putra, S.T., M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing I atas kesediaannya membimbing, memotivasi, dan memberi pengarahan yang
sangat berarti dan selalu memberikan yang terbaik dari awal hingga akhir.
• Bapak Devin Defriza, ST., MT. atas kesediaannya membimbing, memotivasi, serta memberi pengarahan yang membuka pikiran.
• Bapak Ir. Samsul Bahri, M.T. dan Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc.selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat
membantu.
• Bapak Ir. Vinky Rachman, MT. selaku Ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
• Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S. selaku koordinator Tugas Akhir, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
• Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara..
• Orang tua tercinta, Ir. Zainal Abidin Angkat dan Lelawaty Sagala atas segala doa, dukungan, motivasi, kesabaran, dan seluruh pengorbanannya selama ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.
• Adik-adik saya, Dian Gustira Angkat(Yayan) dan Layala Gustirandi Angkat(Yala) yang selalu saya jadikan motivasi agar selalu menjadi teladan
yg baik buat mereka.
• Saudara-saudara saya, Haris (Keleng), Willy (Bangwil), Vicry (Bondan), Andre (Kerjem), Amet (Ular), Biman (Kombor), David (Nabil), Didit
(Gorilla), Angela (Kidun), Mukhtar (Kaoka), yang selalu ada untuk saya
ketika saya susah dan senang. Aku sayang kalian.
• Sahabat-sahabat 2009, Adenamira (Buncit), Mudi, Rima, Yuyun, Novi (Soulmate), Bonyta, Beatrice, Florine, Roni, Charlie, Fachrusy, Adib (Mbo),
Danu, Reza, dan, Arieful yang telah memerikan dukungan kepada penulis
selama Tugas Akhir.
• Semua teman-teman studio Tugas Akhir dan stambuk 2009 yang telah bersama-sama melalui proses pendidikan di Arsitektur USU.
• Adik-adik junior kesayangan, Pincek, Prilsa, Vabin, Ester, Yola, Eli, Utik, Fitrah, Ricky, Yogi, Rembrand, Mukhlis, Indra, Husni, dan Iwan yang telah
memberi dukungan dan bantuan kepada penulis.
• Adik-adik junior stambuk 2010, 2011, 2012 dan 2013 yang telah senantiasa memberi dukungan dan bantuan kepada penulis.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khusunya di lingkungan Departemen Arsitektur Universitas Sumatera
Utara.
Medan, Februari 2014
Hormat saya
Yudistira Julian Angkat
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI……… iii
DAFTAR GAMBAR………. v
DAFTAR TABEL……….. vii
ABSTRAK……….. viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...……… 1
1.2 Maksud dan Tujuan...………..……….. 4
1.3 Masalah Perancangan…………...……… 4
1.4 Pendekatan………..……….... 4
1.5 Lingkup Batasan Perancangan...………... 5
1.6 Kerangka Berfikir....……… 7
1.7 Sistematika Pembahasan...…..………. 8
BAB 2 DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul...………. 9
2.2 Tinjauan Umum...………...……….. 9
2.2.1 Galeri………...………. 9
2.2.2 Seni Rupa…………...………….……… 15
2.3 Lokasi Proyek...……… 16
2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek...………… 17
2.3.2 Alternatif Lokasi Tapak...……..…... 18
2.3.3 Deskripsi Lokasi SebagaiProyek…………...…... 22
2.4 Tinjauan Fungsi...……… 23
2.4.1 Deskripsi Kegiatan dan Pengguna...……….. 23
2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dari Kegiatan...… 24
2.4.3 Alur Kegiatan………...… 27
2.5 Studi Banding Fungsi Sejenis...……… 29
2.5.1 Gedung Komunitas Salihara…...……….. 29
2.5.2 The New Art Gallery of Alberta………...………. 31
3.2 Interpretasi Tema...……….. 38
3.3 Studi Banding Tema Sejenis…………...……… 39
3.3.1 Guggenheim Museum……… 39
3.3.2 The Clyde Auditorium (The Armadillo)……… 40
3.3.3 Sydney Opera House...……… 41
BAB 4 ANALISA 4.1 Analisa Proyek...……… 43
4.1.1 AnalisisLokasi……...……… 43
4.1.2 Kondisi Eksisting……...……… 44
4.1.3 Tata Guna Lahan.……...……… 45
4.2 Analisis Potensi dan Kondisi Site..……….……… 46
4.2.1 Analisis Pencapaian.……...……...……… 46
4.2.2 Analisis View.……...……...……… 47
4.2.3 Analisis Matahari.…….…...……… 49
4.2.4 Analisis Vegetasi dan Kebisingan...……… 50
4.3 Analisis Bangunan………...…….. 51
4.3.1 Bentuk………...……… 51
4.3.2 View danOrientasi………...……… 52
4.4 Program dan Besaran Ruang...………..……… 52
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Zoning…...………. 55
5.2 KonsepSirkulasi……...………..…. 56
5.2 Konsep Massa Bangunan……...………..…. 57
DAFTAR PUSTAKA………...………. 59
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir...……… 7
Gambar 2.1 Jarak pandangan mata terhadap lukisan………... 10
Gambar 2.2 Kemampuan gerak anatomi manusia...……….... 10
Gambar 2.3 Sudut pandang mata……… 11
Gambar 2.4 Penyaringan sinar matahari.……….……….. 12
Gambar 2.5 Sistem pencahayaan buatan…..………. 12
Gambar 2.6 Alternatif site Jl. Masdulhak...………...……… 18
Gambar 2.7 Alternatif site Jl. Soedirman……….……….. 20
Gambar 2.8 Batas-batas pada site Soedirman ..…...……….…………. 23
Gambar 2.9 Alur kegiatan pengunjung...………... 27
Gambar 2.10 Alur kegiatan seniman….………..…………. 27
Gambar 2.11 Alur kegiatan pengelola.………... 28
Gambar 2.12 Alur kegiatan pegawai……….…...……… 28
Gambar 2.13 Alur kegiatan barang/objek koleksi.………... 28
Gambar 2.14 Alur kegiatan dapur………...……….. 28
Gambar 2.15 Galeri Salihara………...………...…….. 29
Gambar 2.16 Fasilitas-fasilitas pada bangunan Salihara………….…...…….. 30
Gambar 2.17 The New Art Gallery of Alberta………...……….. 31
Gambar 2.18 Bangunan Art Gallery of Alberta...………...………….. 32
Gambar 2.19 Suasana interior bangunan Art Gallery of Alberta……….. 32
Gambar 2.20 Suasana restoran dan galeri pada Art Gallery of Alberta…….... 33
Gambar 3.1 Guggenheim…………...……….. 39
Gambar 3.2 Interior Guggenhei...……… 39
Gambar 3.3 The Armadillo Auditorium……… 40
Gambar 3.4 Sidney Opera House………..……… 41
Gambar 3.5 Sidney Opera House……….. 42
Gambar 3.6 Denah Sidney Opera House………….……….. 42
Gambar 4.1 PetaLokasi…………...………... 43
Gambar 4.2 Batas-batas pada lokasi site………..……….. 44
Gambar 4.3 Tata guna lahan………..……….………… 45
Gambar 4.4 Analisa pencapaian………...………….. 46
Tabel 1.1 Tabel daftar galeri yang ada di Medan…….……..………. 3
Tabel 2.1 Tabel tinggi rata-rata manusia………...……….. 10
Tabel 2.2 Tabelpenggunaan lahan……….………. 17
Tabel 2.3 Tabel penilaian kriteria site……….……… 21
Tabel 2.4 Tabel deskripsi kebutuhan ruang pameran………….………… 24
Tabel 2.5 Tabeldeskripsi kebutuhan ruang kegiatan ilmiah…..………… 25
Tabel 2.6 Tabeldeskripsi kebutuhan ruang penjualan…….…..………… 25
Tabel 2.7 Tabel deskripsi kebutuhan ruang kegiatan pendidikan..……… 25
Tabel 2.8 Tabel deskripsi kebutuhan ruang pengelolaan barang...……… 26
Tabel 2.9 Tabel deskripsi kebutuhan ruang pengelolaan bangunan...…… 26
Tabel 2.10 Tabeldeskripsi kebutuhan ruang resto dan coffee shop….…… 27
Tabel 2.11 Tabelperbandingan Salihara dan Art Gallery of Alberta……… 33
Tabel 4.1 Tabel jenis-jenisbentukan dasar bangunan………....…. 51
rupa itu sendiri. Tujuan pembangunan galeri ini sebagai wadah / sarana untuk kegiatan seni rupa, mulai dari pameran karya seni rupa, pembuatan karya seni rupa, hingga pendidikan nonformal untuk seni rupa. Dan juga sebagai pusat perkembangan seni rupa Kota Medan. Desain bangunan ini menggunakan tema arsitektur ikonik dari bentukan abstrak ekspresionisme. Dengan dibangunnya bangunan ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat kota Medan terhadap seni rupa, serta dapat menjadi ikon Kota Medan.
Kata kunci :Galeri, Seni Rupa, Medan, Ikonik
Abstract
Fine Arts Gallery construction is intended to meet the needs and means of art activities in Medan, because Medan has not had a decent art gallery for art activity itself. The development objective of this gallery as a venue / facilities for fine arts events, ranging from exhibitions of works of art, art of making, to non-formal education of art. As well as the art development center of Medan. The building design using iconic architecture theme of the formation of abstract expressionism. With the
construction of the building is expected to increase interest in Medan on the art, and become an icon of the city of Medan.
Fine Arts Gallery construction is intended to meet the needs and means of art activities in
Medan, because Medan has not had a decent art gallery for art activity itself. The development
objective of this gallery as a venue / facilities for fine arts events, ranging from exhibitions of
works of art, art of making, to non-formal education of art. As well as the art development center
of Medan. The building design using iconic architecture theme of the formation of abstract
expressionism. With the construction of the building is expected to increase interest in Medan on
the art, and become an icon of the city of Medan.
Keyword :Gallery, Art, Medan, Iconic
Abstrak
Pembangunan Galeri Seni Rupa dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dan sarana kegiatan
seni rupa di Kota Medan, karena Medan belum memiliki galeri seni rupa yang layak untuk
kegiatan seni rupa itu sendiri. Tujuan pembangunan galeri ini sebagai wadah / sarana untuk
kegiatan seni rupa, mulai dari pameran karya seni rupa, pembuatan karya seni rupa, hingga
pendidikan nonformal untuk seni rupa. Dan juga sebagai pusat perkembangan seni rupa Kota
Medan. Desain bangunan ini menggunakan tema arsitektur ikonik dari bentukan abstrak
ekspresionisme. Dengan dibangunnya bangunan ini diharapkan dapat meningkatkan minat
masyarakat kota Medan terhadap seni rupa, serta dapat menjadi ikon Kota Medan.
rupa itu sendiri. Tujuan pembangunan galeri ini sebagai wadah / sarana untuk kegiatan seni rupa, mulai dari pameran karya seni rupa, pembuatan karya seni rupa, hingga pendidikan nonformal untuk seni rupa. Dan juga sebagai pusat perkembangan seni rupa Kota Medan. Desain bangunan ini menggunakan tema arsitektur ikonik dari bentukan abstrak ekspresionisme. Dengan dibangunnya bangunan ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat kota Medan terhadap seni rupa, serta dapat menjadi ikon Kota Medan.
Kata kunci :Galeri, Seni Rupa, Medan, Ikonik
Abstract
Fine Arts Gallery construction is intended to meet the needs and means of art activities in Medan, because Medan has not had a decent art gallery for art activity itself. The development objective of this gallery as a venue / facilities for fine arts events, ranging from exhibitions of works of art, art of making, to non-formal education of art. As well as the art development center of Medan. The building design using iconic architecture theme of the formation of abstract expressionism. With the
construction of the building is expected to increase interest in Medan on the art, and become an icon of the city of Medan.
Fine Arts Gallery construction is intended to meet the needs and means of art activities in
Medan, because Medan has not had a decent art gallery for art activity itself. The development
objective of this gallery as a venue / facilities for fine arts events, ranging from exhibitions of
works of art, art of making, to non-formal education of art. As well as the art development center
of Medan. The building design using iconic architecture theme of the formation of abstract
expressionism. With the construction of the building is expected to increase interest in Medan on
the art, and become an icon of the city of Medan.
Keyword :Gallery, Art, Medan, Iconic
Abstrak
Pembangunan Galeri Seni Rupa dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dan sarana kegiatan
seni rupa di Kota Medan, karena Medan belum memiliki galeri seni rupa yang layak untuk
kegiatan seni rupa itu sendiri. Tujuan pembangunan galeri ini sebagai wadah / sarana untuk
kegiatan seni rupa, mulai dari pameran karya seni rupa, pembuatan karya seni rupa, hingga
pendidikan nonformal untuk seni rupa. Dan juga sebagai pusat perkembangan seni rupa Kota
Medan. Desain bangunan ini menggunakan tema arsitektur ikonik dari bentukan abstrak
ekspresionisme. Dengan dibangunnya bangunan ini diharapkan dapat meningkatkan minat
masyarakat kota Medan terhadap seni rupa, serta dapat menjadi ikon Kota Medan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia yang merupakan bentuk
eksperimen seniman yang memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi,
dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni kreatif, maka seni sebagai
kegiatan manusia selalu melahirkan kreasi-kreasi baru, mengikuti nilai-nilai
yang berkembang di masyarakat.
Seni juga merupakan hal yang menjadikan dunia terasa indah, tanpa adanya seni tidak ada yang dapat dirasakan begitu indah. Bahkan dapat diketahui bahwa Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya dengan seni dan penuh dengan keindahan. Hal ini dapat terlihat dari beragamnya warna yang ada di dunia ini. Semua diciptakan dengan seni, sampai kepada ciptaanNya yang paling megah dan penuh dengan seni, yaitu manusia.
Setiap manusia adalah seniman, disadari atau tidak. Karena manusia adalah suatu karya seni Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa dimanapun manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan penuh dengan seni yang selalu akan melakukan dan membutuhkan seni dengan cara-cara dan kebudayaannya masing-masing.
Seni rupa merupakan salah satu bidang seni yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, terutama di Medan. Banyaknya seniman-seniman senior di Medan ini yang menghasilkan karya-karya yang sangat luar biasa. Bukan hanya terkenal di daerah lokal saja, melainkan sudah merasuki pameran Internasional. Diikuti juga dari seniman-seniman muda lokal yang juga sangat berpotensi dalam hal tersebut. Tak heran jika karya-karya mereka begitu luar biasa, karena bakat dan ide-ide mereka juga sangat luar biasa.
Saat ini tercatat sebanyak sepuluh organisasi kesenian bidang seni rupa yang
ada di Medan, yaitu ASRI 45, SIMPASSRI, Sanggar Sekar Gunung, Kelompok Medan,
Ungkapan Cita Rasa (UTARA), Kelompok Gorga, Seni Experimental Medan, Zumm
Galeri, Galeri Tong Sampah, Me & Art, dan Habitat Seni Laklak. Akan tetapi
kegiatan-kegiatan tersebut tidak didukung dengan tempat yang memadai sehingga
mengakibatkan banyak kegiatan dilakukan secara terpisah dan pada tempat yang kurang
representatif untuk aktifitas seni rupa. Akibatnya sebagian besar dari kegiatan yang
- Pada surat kabar‘Antar Sumut’ tanggal 16 Juni 2009
Mengatakan bahwa ‘Medan tidak punya galeri lukis yang layak’, hal ini dikatakan oleh salah satu seniman yang bergabung dalam Indonesian Art Forum. Menurutnya, tidak adanya galeri lukisan yang layak tersebut terjadi karena masyarakat dan pemerintah daerah kurang memperhatikan fasilitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan kesenian lukis. Galeri lukisan yang layak menurut seniman Kota Medan adalah sebuah tempat yang dapat menampung karya-karya seni lukis dan dapat dikunjungi oleh masyarakat serta mencintai seni lukis dan melaksanakan pameran kesenian secara periodik setiap bulan. Karena menurut para seniman untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap seni lukis adalah dengan memamerkan hasil karya seniman kota Medan secara Periodik.
Perkataan seniman ini ditanggapi oleh kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, Nurlisa Ginting mengatakan bahwa pihak pemerintah sampai saat ini belum dapat memfasilitasi galeri yang dimaksud oleh para seniman.
- Surat kabar Waspada, Senin 03 agustus 2009
Berikut ini table yang berisi beberapa galeri yang berada dikota Medan.
No Nama Galeri Alamat
1 Galeri seni payung teduh Jl. Sei Bengei, no 1, Medan
2 Galeri lindi Jl. T. Cik Ditiro, Medan
3 Galeri simpassri Jl. Sudirman, Medan
4 TO2 Fine Art Gallery Grand Palladium Mall, Medan
5 Julie Art and Painting Gallery Jl. Gajah mada, Medan
6 Galeri Tondi Jl. Keladi buntu, Medan
7 A1 Galeri Uniland building
8 Sanggar Rowo Kompleks Mesjid PTPN 2, Tj. Morawa
9 Taman Sri Binjai Jl. Danau Tempe Km 18, no. 109 A, Binjai
10 Galeri Seni Rupa UNIMED Kampus UNIMED
11 Galeri Seni Rajawali Jl. Rajawali, Medan
13 Taman budaya Sumatera Utara Jl. Perintis kemerdekaan, no. 33, Medan
14 PRSU Jl. Gatot Subroto Km 7, Medan
Galeri-galeri yang disebutkan diatas, adalah beberapa galeri yang berada dikota
Medan. Dan galeri tersebut sangat tidak layak, yang hanya menggunakan ruang-ruang
yang ada, dan tidak memiliki standart sebuah wadah/galeri seni rupa yang representatif.
Terkadang para seniman melakukan pameran seni rupanya ditempat lain, seperti mall
dan hotel. Hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas yang memadai untuk menampung
kegiatan seni rupa tersebut.
Sementara itu, Medan adalah kota yang kompleks dalam hal seni rupa.
Sebenarnya, posisi Medan dalam khasanah seni rupa nasional maupun internasional
masih sangat terbuka luas. Hal ini dikarenakan letak geografis Medan yang sangat
berdekatan dengan Malaysia dan Singapura yang sudah lama disebut-sebut sebagai
salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki denyut seni yang sangat kuat. Ini
menjadi peluang besar bagi seniman rupa lokal, sekaligus motivasi untuk terus
berkarya untuk mampu menunjukkan gaungnya di jajaran seni rupa nasional maupun
internasional.
Berdasarkan kondisi tersebut sudah selayaknya kota Medan memiliki tempat
untuk mengakomodasi berbagai kegiatan seni rupa meliputi kegiatan pameran sekaligus
penjualan karya-karya seni sebagai aktifitas utama dan kegiatan lainnya seperti
pendidikan, penelitian, perlombaan, seminar, perpustakaan, dan penjualan alat-alat seni
rupa, yaituGaleri Seni Rupa di Medan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan untuk studi kasusGaleri Seni Rupa di Medanini adalah :
a. Sebagai icon/pusat perkembangan seni rupa di kota Medan.
b. Sebagai tempat atau wadah untuk memamerkan karya seni rupa di kota Medan.
c. Memberikan wadah bagi para seniman-seniman di kota Medan untuk berkumpul memamerkan karya seni mereka, berdiskusi, serta memberikan materi secara non-formal kepada orang-orang yang mau belajar seni rupa.
d. Memperkenalkan seni rupa kepada masyarakat khusus dan para pecinta seni di kota Medan.
e. Memberikan alternatif rekreatif dan edukatif non-formal kepada masyarakat kota Medan.
1.3 Masalah Perancangan
1. Bagaimana merancang lingkungan dan bangunan yang sesuai dengan judul yang diangkat dan maksud tujuan yang ingin dicapai demi menunjang keberadaan fungsi bangunan sesuai dengan kasus proyek.
2. Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang dipilih dan mewujudkannya pada lingkungan dan bangunan melalui proses perancangan.
3. Pemilihan lokasi proyek disesuaikan dengan peruntukan fungsi bangunan berdasarkan literatur dan tata ruang pada kawasan lokasi.
4. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni rupa melalui tampilan bangunan. 5. Menggabungkan beraneka ragam fungsi ruang didalam massa bangunan.
6. Bagaimana pengolahan ruang dalam yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi kegiatan yang berbeda.
1.4 Pendekatan
Beberapa pendekatan masalah yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah dalam proses perancanganGaleri Seni Rupa di Medanini adalah:
• Studi Banding. Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis dengan melakukan pendekatan perancangan dengan melihat keadaan yang sudah ada, sumber dapat berupa buku, majalah, internet dan sebagainya.
• Studi Lapangan.Studi lapangan mengenai kondisi sekitar site/lokasi perancangan dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus proyek untuk mendapatkan data-data yang akurat dari lokasi perancangan.
1.5 Lingkup / Batasan Perencanaan
Lingkup yang menjadi batasan dalam merancang Galeri Seni Rupa di Medan, adalah sebagai berikut :
a. Menyangkut masalah pemilihan lokasi site, dan peraturan pemerintah yang berlaku disekitar site.
b. Seluruh aspek fisik dan non fisik yang berhubungan dengan pembahasan dan perancangan Galeri Seni Rupa di Medan, yang pemakai, pengunjung, struktur, kebutuhan ruang, sirkulasi dalam dan luar. Perancangan tapak, massa bangunan, serta potensi pada lokasi.
c. Perencanaan fasilitas Galeri Seni Rupa di Medan, disertai fasilitas pendukungnya ditentukan berdasarkan studi banding beberapa proyek sejenis serta berdasarkan data yang didapat dari studi literatur.
d. Secara umum memadukan perancangan bangunan Edukatif dan Rekreatif.
e. Secara khususGaleri Seni Rupa di Medanakan memiliki fungsi untuk memamerkan karya-karya seni rupa yg dihasilkan oleh seniman-seniman lokal.
f. Batasan kasus dalam proyek Galeri Seni Rupa di Medan adalah mengenai jenis karya seni rupa yang dipamerkan yaitu seni rupa murni, meliputi :
Seni lukis
Seni lukis, yaitu seni menyusun pigmen diatas bidang seperti kanvas, kertas kayu, tembok, dan sebagainya yang menghasilkan efek efek berupa :
o Representasi objek atau pemandangan, baik melalui alam maupun imajinasi. o Komposisi tekstur, garis, raut dan warna.
o Bentuk dengan makna simbolik.
Seni patung
Seni patung, yaitu kegiatan seni rupa yang diwujudkan dalam bentuk tri matra (tiga dimensi) dan dilaksanakan dalam tiga jenis teknik pelaksanaan, berupa :
o Membentuk, yaitu mematung dengan proses “menambah” melalui berbagai macam bahan seperti tanah liat, plastisin, gips, semen, atau dapat juga dicetak dan cor dengan menggunakan bahan lilin, perunggu, timah, besi, polyster dan lain-lain.
o Memahat, atau mematung dengan proses “mengurangi” melalui berbagai bahan seperti kayu dan batu.
1.6 Kerangka Berfikir
Pusat Kegiatan Seni Rupa di Medan
Latar Belakang
• Kurangnya tempat atau wadah yang dapat memfasilitasi kegiatan seni rupa di Medan. Serta dapat menjadi salah satu Landmark di kota Medan.
Maksud dan Tujuan • Wadah yang dapat menampung
segala kegiatan seni rupa. • Sebagai objek pariwisata,
pendidikan, serta meningkatkan perekonomian kota, dan budaya.
Masalah Perancangan • Lokasi Tapak yang sesuai. • Penataan ruang yang efisien.
• Penerapan tema dan desain yang efisien dan sesuai dengan proyek.
• Pengolahan ruang dalam yang berbeda fungsi.
Pendekatan
• Studi literatur, memperoleh informasi dari berbagai sumber
• Studi banding, perbandingan fungsi dan tema sejenis.
• Studi lapangan.
Analisis • Fisik
- Lokasi tapak dan lingkungan - Potensi tapak
• Non fisik
- Aktivitas, pengguna - Kebutuhan ruang - Program ruang
Konsep & Desain Skematik
• Konsep dasar
• Konsep massa dan tapak • Konsep pencahayaan ruang • Sirkulasi
Desain Akhir
1.7 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini meliputi bagian sebagai berikut ini :
BAB 1. Pendahuluan
Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan pembahasan, sasaran, pendekatan, batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika pembahasan.
BAB 2. Deskripsi Proyek
Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.
BAB 3. Elaborasi Tema
Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.
BAB 4. Analisa
Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema dan kesimpulan.
BAB 5. Konsep Perancangan
Berisi konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.
BAB 6. Hasil Perancangan
BAB 2
DESKRIPSI PROYEK
2.1 Terminologi judul
Judul yang menjadi usulan proyek adalah Galeri Seni Rupa di Medan, yang memiliki pengertian sebagai berikut:
Galeri adalah ruangan atau gedung untuk memamerkan benda atau karya seni dan sebagainya.
Seni adalah karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa.
Rupa adalah bentuk atau wujud yang terlihat (tertampak).
Di adalah kata depan untuk menandai tempat atau waktu.
Medan yang dimaksud adalah kotamadya Medan sebagai pusat aktifitas dan kehidupan Sumatera Utara.
Berdasarkan pengertian di atas, maka Galeri Seni Rupa di Medan adalah tempat atau wadah yang dapat menampung dan memfasilitasi segala kegiatan seni rupa di kotamadya Medan. Mulai dari kegiatan pameran, diskusi para seniman medan, pelatihan seni rupa kepada masyarakat, serta pembuatan karya seni rupa itu sendiri.
Batasan judul proyek ini adalah adalah ruang atau gedung sebagai tempat kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan seni rupa yang berlokasi dikota Medan. Serta bersifat edukatif nonformal dan rekreatif. Dalam hal ini bersifat komersil.
2.2 Tinjauan Umum
Tinjauan umum membahas tentang galeri secara keseluruhan dan seni rupa secara
umum.
2.2.1 Galeri
Secara umum galeri adalah tempat memajangkan atau memamerkan suatu
karya seni agar para kolektor-kolektor seni maupun masyarakat awam dapat
menikmati karya seni.
Menurut ektimologinya kata gallery atau galeri , berasal dari bahasa latin:
Galleria dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di
digunakan untuk memamerkan karya seni.
Galeri merupakan suatu fasilitas yang berisi ruang pamer yang
mengkomunkasikan karya-karya visual art atau seni visual. Adapun faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam mengkomunikasikan karya-kaya seni secara visual
yaitu sebagai berikut:
- Standar jarak pengamat terhadap objek lukisan
o Tinggi rata-rata manusia Indonesia sehingga pandangan mata
dapat mencakup obyek yang dilihat dalam posisi nyaman.
Tinggi rata-rata Pandangan mata
Pria 165 cm 160 cm
Wanita 155 cm 150 cm
Anak-anak 115 cm 110 cm
Tabel 2.1 Tinggi rata-rata manusia
Gambar 2.1 Jarak pandang mata terhadap lukisan.
o Daerah visual pandangan mata
Pandangan yang nyaman ke arah objek lukisan adalah pandangan di dalam
daerah visual 30° ke arah atas, 30° ke arah bawah, 30° ke arah kiri.
Hal tersebut dikarenakan pada daerah tersebut merupakan daerah dimana
mata kita dapat mengenali warna atau membedakan daerah dimana kita
dapat mengenali warna.
oJarak pengamat dan jarak lukisan
Jarak pengamat= ½ X (tinggi lukisan/tan 30°)
Jarak antar lukisan=(jarak pengamat) X tan 45° X (tinggi lukisan)
- Pencahayaan yang memberikan kesan ruang dan meningkatkan kualitas karya
seni Pencahayaan dalam galeri seni lukis dapat berupa cahaya alami dan
buatan (dengan menggunakanspotlight).
- Pencahayaan alami (daylight)
Pencahayaan alami harus diperhitungkan agar pengguna ruangan yang berada di
dalamnya merasa nyaman dan lukisan terhindar dari sinar matahari. Berikut
Sinar dan cahaya yang diterima apabila tidak menggunakan shading dan filter hampir
97% mengakibatkan ruang tidak nyaman. Pada gambar di tengah, cahaya yang
diterima apabila menggunakan shading adalah 80% mengakibatkan ruang nyaman.
Pada gambar di kanan, cahaya yang diterima adalah 72% sehingga ruang lebih
nyaman.
- Pencahayaan buatan (dengan menggunakanspotlight)
Pencahayaan buatan yang digunakan sebagai penerangan untuk lukisan adalah
spotlight dengan pure white light karena sinar yang berwarna putih tidak akan
mengubah warna sebuah lukisan.
Faktor-faktor dalam mengkomunikasikan karya-karya visual art yang berhubungan
langsung dengan karya itu sendiri harus memperhatikan environmental control
(pengontrolan lingkungan) yaitu dengan :
Gambar 2.4 Penyaringan sinar matahri.
- Climate Control
Merupakan pemeliharaan atmosfir lingkungan yang stabil, yaitu dengan control
terhadap temperature dan kelembaban ruang, kualitas udara dan vibrasi ruang.
Implementasi climate control ini meminimalkan resiko kerusakan terjadap
karya-karya seni yang ada dan meningkatkan kenyamanan pengunjung dan pengguna
bangunan.
- Temperature and Relative Humidity
Fluktuasi dalam temperature dan kelembaban dapat merusak karya-karya seni yang
ada, dengan faktor yang paling kritis adalah kelembaban. Perubahan kelembaban
ruang/ lingkungan dapat mengakibatkan pengerutan dan penyusutan dimana
kondisi lingkungan sangat kering, sedangkan dalam kondisi sebaliknya dapat
mengakibatkan karya-karya seni yang ada mengembung dan berjamur.
Temperature dan kelembaban standard pada daerah tropis seperti daerah kita
ini adalah
Temperature ± 21° C
Kelembaban 55%
- Air Filtration(penyaringan udara)
Udara yang tidak tersaring mengandung polusi gas dan partikel dimana dapat
merusak karya-karya seni dan yang paling penting adaah kenyamanan pengunjung
dan pengguna bangunan. Penyaringan udara ini dapat dikontrol melalui suatu
sistemductingdengan efisiensi penyaringan standard 80-98%.
- Light
Pencahayaan merupakan faktor penting dalam sebuah galeri sebab sangat
mempengaruhi pengalaman pengunjung dalam mengapresiasikan karya-karya seni
yang ada dan penciptaan suatu suasana/atmosfir ruang. Dengan kata lain melalui
pencahayaan dapat mengakibatkan emosi pengunjung. Pencahayaan buatan
maupun alami dapat mengakibatkan kerusakan jika tidak diperhatikan
intensitasnya. Untuk cahaya buatan, intensitas cahaya tergantung dari
bahan/material dari karya-karya seni tersebut.
Contoh:
Karya dengan bahan kertas: 50 lux
Metal, keramik, glass dan batu: 300 lux
Tingkat intensitas cahaya di atas adalah berdasarkan survey galer-galeri seni
professional di Australia. Untuk cahaya alami, penyinaran tidak boleh langsung
jatuh pada karya-karya seni yang ada. Caranya adalah penggunaan cahaya alami
dari atas dan samping.
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan merawat koleksi karya seni
adalah sebagai berikut:
- Penyimpanan
Koleksi karya-karya seni disimpan di dalam sebuah ruang penyimpanan yang
disesuaikan dengan persyaratan karya seni tersebut seperti: AC, panel geser dan
panel kayu, dan untuk pengamanan dibantu dengan sistem alarm.
- Pendokumentasian
Selain dicatat dan difoto, koleksi karya-karya seni tersebut juga
didokumentasikan dalam bentuk katalog.
- Konservasi dan restorasi
Perawatan/konservasi yang dilakukan pada kasus ini bersifat cepat dan
ringan yaitu pembersihan karya seni dari debu atau kotoran dengan peralatan
sederhana sedangkan perbaikan/ restorasi yang dilakukan berupa perbaikan
ringan yaitu perbaikan karya seni berupa penggantian pigura lukisan. Kalau
koleksi tersebut sudah tergolong tua maka diperlukan konservasi yang lebih
lanjut (professional) oleh tenaga ahli konservator.
Secara umum, selain sebagai tempat yang mewadahi kegiatan transferisasi
perasaan dari seniman kepada pengunjung, berfungsi juga sebagai:
- Tempat memamerkan karya seni (exhibition room)
- Tempat membuat karya seni lukis (workshop)
- Tempat mengumpulkan karya seni lukis (stock room)
- Tempat memelihara karya seni (restoration room)
- Tempat berkumpulnya para seniman
- Tempat pendidikan masyarakat yang bersifak non-formal (sanggar).
Ditinjau dari kegiatan dan barang koleksinya, galeri dibagi atas:
- Galeri tetap
Kegiatan yang ada di dalamnya bersifat terjadwal dengan baik secara regular
dan koleksi lukisan di dalamnya bersifat tetap (tidak akan keluar dari
galeri itu sendiri)
- Galeri temporer
Kegiatan di dalamnya hanya terjadwal dalam waktu-waktu tertentu dan
berubah- ubah koleksi lukisan yang dipamerkan.
Semua pameran yang dilakukan baik di galeri tetap maupun temporer harus
terlebih dahulu disetujui oleh kurator. dimana seorang kurator bertanggung jawab untuk
mengadakan eksibisi. Adapun tugas kuratorial adalah memelihara, menjaga semua
koleksi benda seni dari institusi yang bersangkutan, mengumpulkan objek, membuat
proses atau pengawasan untuk mendapatkan perawatan atas benda seni secara lebih
efektif, konservasi, dokumentasi, research, menampilkan koleksi.
2.2.2 Seni rupa
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bias ditangkap mata, dirasakan dan rabaan.kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk volume, warna, tekstur, dan pencahayaan, dengan acuan estetika.
Jenis jenis seni rupa terbagi atas beberapa seni :
- Seni Lukis
Seni lukis, yaitu seni menyusun pigmen diatas bidang seperti kanvas, kertas kayu, tembok, dan sebagainya yang menghasilkan efek efek berupa :
o Representasi objek atau pemandangan, baik melalui alam maupun imajinasi. o Komposisi tekstur, garis, raut dan warna.
- Seni patung
Seni patung, yaitu kegiatan seni rupa yang diwujudkan dalam bentuk tri matra (tiga dimensi) dan dilaksanakan dalam tiga jenis teknik pelaksanaan, berupa :
o Membentuk, yaitu mematung dengan proses “menambah” melalui berbagai macam bahan seperti tanah liat, plastisin, gips, semen, atau dapat juga dicetak dan cor dengan menggunakan bahan lilin, perunggu, timah, besi, polyster dan lain-lain.
o Memahat, atau mematung dengan proses “mengurangi” melalui berbagai bahan seperti
kayu dan batu.
o Membangun atau merakit, merupakan teknik yang banyak digunakan oleh pematung-pematung saat ini.
2.3 Lokasi
Letak geografis kota Medan berada pada 2o27’-2o47’ lintang utara dan 98o35’
-98o44’ bujur timur. Berada 2.5-37.5 meter diatas permukaan laut. Topografi site datar
(tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum antara 23.3oC-24.4oC dan suhu
maksimum antara 30.7oC-33.2oC. Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan
terdiri dari 5 WPP, beserta wilayah per WPP, seperti terlihat pada tabel berikut:
WPP Cakupan Kecamatan Pusat
Pengembangan
Sasaran Peruntukkan
A 1. Kec. Medan Belawan
2. Kec. Medan Marelan
3. Kec. Medan Labuhan
Belawan Pelabuhan, industri, pemukiman,
rekreasi, maritim, usaha kegiatan
pembangunan jalan baru, jaringan air
minum, septic tank, sarana pendidikan
B Kec. Medan Deli Tanjung Mulia Kawasan perkantoran, perdagangan,
rekreasi indoor, pemukiman,
pembangunan jalan baru, jaringan air
minum, pembuangan sampah, dan
sarana pendidikan
C 1. Kec. Medan Timur
2. Kec. Medan perjuangan
3. Kec. Medan Tembung
4. Kec. Medan Area
5. Kec. Medan Denai
6. Kec. Medan Amplas
Aksara Pemukiman, perdagangan, dan
rekreasi, pembangunan sambungan air
minum, septic tank, jalan baru, rumah
permanen, sarana pendidikan dan
kesehatan
2. Kec. Medan Kota
3. Kec. Medan Baru
4. Kec. Medan Maimoon
5. Kec. Medan Polonia
rekreasi indoor dan pemukiman,
dengan program kegiatan
pembangunan perumahan permanen,
penanganan sampah dan sarana
pendidikan
E 1. Kec. Medan Barat
2. Kec. Medan Petisah
3. Kec. Medan Sunggal
4. Kec. Medan Helvetia
5. Kec. Medan Selayang
6. Kec. Medan Tuntungan
Sei Sikambing Kawasan pemukiman, perdagangan,
dan rekreasi dengan program kegiatan
sambungan air minum, septic tank,
jalan baru, rumah permanen, sarana
pendidikan dan kesehatan
2. 3. 1 Kriteria Lokasi
Pemilihan lokasi site didasarkan atas beberapa kriteria, seperti:
1. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK). Lokasi site
harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan.
2. Lingkungan tapak berada di lokasi yang strategis, lingkungan dengan
image yang bagus dan berbudaya sesuai fungsinya dengan lingkungan sekitarnya
yang dapat mendukung fungsi bangunan yang akan dibangun.
3. Aksesbilitas lokasi tapak yang mudah dicapai, dan adanya sarana
transportasi umumnya yang melewati lokasi site.
Bebrapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi Galeri Seni Rupa di Medan :
- Galeri Seni Lukis Medan direncanakan sebagai fasilitas pelatihan yang
lengkap dan bermutu yang mampu mengadakan pameran ditempatkan di pusat
kota.
- Seni musik, seni tari, seni rupa dan fotografi merupakan bagian dari seni
yang diminati oleh semua kalangan usia terutama remaja, sehingga diutamakan
terletak dengan fasilitas sekolah, permukiman dan juga perkantoran.
- Pertimbangan lokasi yang memiliki lahan yang cukup luas yang dapat
menampung seluruh kebutuhan ruang dan kebutuhan parkir yang tidak
mengganggu lalu lintas sekitar.
- Galeri Seni Lukis Medan diharapkan dapat membangkitkan minat
masyarakat akan seni sehingga diusahakan lokasi terletak di pusat kota.
- Terletak pada daerah yang memiliki suasana alam dan natural, pada eksisiting
memiliki banyak pepohonan tinggi untuk mendukung suasana eksklusif dan
mahal.
- Berada di kawasan pendidikan dengan tujuan menciptakan kondisi yang
mudah bagi kalangan pelajar untuk dapat mengakses fasilitas dan
informasi.
Seni merupakan kegiatan yang banyak diminati oleh semua kalangan terutama
remaja. Oleh sebab itu, Galeri Seni Lukis Medan ini direncanakan dekat
dengan fasilitas permukiman, pendidikan, serta perkantoran. Sehingga mudah di
jangkau dari mana saja. Serta harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan dalam RUTRK Kota Medan.
2.3.2 Alternatif Lokasi Proyek
• Alternatif 1
Lokasi ini berada pada jalan Masdulhak. Site berada didaerah kawasan perumahan,
perkantoran, komersil, dan juga pendidikan. Pada WPP D kawasan merupakan
kawasan perkembangan rekrasi indoor dan sarana pendidikan. Lahan ini sangat
mendukung untuk kegiatan seni rupa. Daerah yang tenang, jauh dari kebisingan dan
polusi udara. Serta lingkungan pada lahan ini sangat segar dan sehat. Tetapi kondisi
pada eksisting terdapat rumah tinggal kalangan menengah keatas.
•Kasus Proyek :Galeri Seni Rupa Di Medan •Status Proyek : Fiktif
•Pemilik Proyek : Pihak Swasta
•Lokasi Tapak : Jln. Masdulhak, Kecamatan Medan Polonia Kotamadya Medan
o Batas Utara : Singaore PiagetAcademy
o Batas Timur : Rumah penduduk
o Batas Selatan : Rumah penduduk
o Batas Barat : Kantor PLN, komplek Masdulhak
Luas Lahan : + 2 Ha (+ 20.000 m2)
Kontur : Datar
KDB : 60 %
KLB : 1-4 lantai
GSB
Bangunan Eksisting : Rumah penduduk
Potensi Lahan :
o Terletak dipusat kota
o Berada pada kawasan perdagangan, perkantoran, permukiman, rekreasi indoor,
dan sarana pendidikan.
o Transportasi lancar dan baik
o Luas site mendukung + 2 Ha
o Memiliki jalur utilitas yang baik
o Berada di posisihook.
• Alternatif 2
Lokasi ini berada pada jalan Jendral Soedirman. Pada WPP D kawasan ini merupakan
kawasan pengembangan rekreasi indoor dan pendidikan. Lahan ini sangat mendukung
untuk kegiatan seni rupa, berada dikawasan elite yang akan menghasilkan suasana
privat dan lebih tenang. Lahan ini juga didukung oleh faktor potensi alamnya, karena
•Kasus Proyek :Galeri Seni Rupa Di Medan •Status Proyek : Fiktif
•Pemilik Proyek : Pihak Swasta
•Lokasi Tapak : Jln. Jend. Soedirman, Kecamatan Medan Baru Kotamadya Medan
o Batas Utara : Jln. Jend. Soedirman
o Batas Timur : Sungai Babura
o Batas Selatan : Jln. Babura lama dan rumah penduduk
o Batas Barat : Rumah kalangan menengah keatas
Luas Lahan : + 1,8 Ha (+ 18.000 m2)
Kontur : Datar
KDB : 80 %
KLB : 3-5 lantai
GSB : 9,5 meter
Potensi Lahan :
o Terletak dipusat kota
o Berada pada kawasan pendidikan, permukiman, dan perkantoran
o Luas site mendukung + 1,8 Ha
o Memiliki jalur utilitas yang baik
o Lahan memiliki potensi alam yang tinggi, terdapat sungai dan pepohonan yang
tinggi.
o Dilalui angkutan umum
No Kriteria Jalan Masdulhak Jalan Soedirman
1. Luas site. ± 2 Ha ± 1.8 Ha
2.
Aksesibilitas :
Jaringan Transportasi Jumlah angkutan umum Jalur pejalan kaki
3
3. Tingkatan jalan 1
sekunder
3 Arteri primer
4. Pencapaian menuju site.
1
6. Suasana sekitar site. 3
tenang
3 tenang
7. Tingkat kemacetan. 3
Tidak macet
3 Tidak macet
8. Potensi alam pada eksisiting. 3
Terdapat pepohonan
3
Terdapat banyak pepohonan dan sungai.
9.
Lokasi jauh dari sumber negative Lokalisasi
10. Sesuai dengan RUTRK. 3
Sesuai
Berdasarkan potensi kawasan yang ada dan juga berbagai pertimbangan atas dasar
kriteria pemilihan lokasi proyek maka tapak pada alternatif 2, yaitu Jalan Sudirman.
2.3.3 Deskripsi lokasi sebagai proyek
o Lokasi Proyek : Jln. Sudirman, Kecamatan Medan Baru, Medan
o Batas–Batas Site
Batas Utara : Rumah penduduk dan Sungai Babura
Batas Timur : Sungai Babura
Batas Selatan : Rumah penduduk dan Jalan Babura Lama
Batas Barat : Rumah penduduk dan Rukan
O Luas Lahan : ± 1,8 Ha (± 18.000 m2)
O Kontur : Datar
O KDB : 80%
o KLB : 3-5 lantai
o Lebar Jalan :
• Jln. Sudirman : 17 meter
• Jln. Babura lama : 7,4 meter
O GSB :
• Jln. Sudirman : 9,5 meter
• Jln. Babura lama : 4,7 meter
O GSS :
• Sungai Babura : 15 meter
o Bangunan Eksisting : tanah kosong
o Potensi Lahan : • Berada di pusat kota
• Berada pada Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor dan pemukiman, dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanen,
penanganan sampah dan sarana pendidikan
• Transportasi lancar dan baik
• Luas site mendukung ± 1,8 Ha
2.4 Tinjauan Fungsi
2.4.1 Deskripsi kegiatan dan pengguna
• Deskripsi Pengguna
Ada pun pengguna bangunanGaleri Seni Rupa di Medan, yaitu:
Seniman adalah orang yang memiliki bakat seni, dan menghasilkan banyak karya seni.
Pengelola adalah pegawai yang bekerja untuk mengurusi masalah admnistrasi serta mengelola berbagai macam bentuk kegiatan seni di Galeri Seni Rupa di
Medan.
Pengunjung adalah seniman, pelajar, wisatawan lokal, wisatawan domestik, wisatawan mancanegara, kurator, dan kritikus.
• Deskripsi Kegiatan
Deskripsi kegiatan yang disediakan pada Galeri Seni Rupa di Medan adalah
sebagai berikut:
Kegiatan pameran : mengadakan pameran seni rupa hasil karya seniman lokal,
domestik, dan mancanegara.
Kegiatan penjualan : menjual hasil karya seni rupa yang dipamerkan dan
berbagai alat dan bahan untuk keperluan seni rupa.
Kegiatan ilmiah : mengadakan seminar, diskusi, pertemuan, penelitian, dan
sebagainya untuk membahas berbagai hal yang berhubungan dengan seni rupa
dan sekaligus menambah wawasan mengenai seni rupa itu sendiri.
Kegiatan perawatan dan perbaikan : merawat karya seni rupa yang dipamerkan untuk menghindari kerusakan.
Kegiatan pendidikan : mengadakan pelatihan barupa kursus-kursus mengenai seni rupa kepada masyarakat dan pelajar untuk meningkatkan apresiasi terhadap
seni rupa.
Kegiatan khusus : mengadakan perlombaan kegiatan seni rupa dan melelang karya seni rupa dari hasil para seniman.
Kegiatan pengelolaan : mengelola berbagai macam bentuk kegiatan pada Pusat Kegiatan Seni Rupa di Medan.
2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dari segi kegiatan
• Ruang untuk kegiatan pameran
Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Pameran tentangGaleri Seni Rupa
Di Medan
• Ruang untuk kegiatan ilmiah
Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Ruang
Gudang Penyimpanan alat-alat Servis -Pengelola
• Kegiatan penjualan
Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Ruang penjualan alat dan bahan
seni rupa
Menjual alat dan bahan
seni rupa Publik
*Ruang pelelangan dilakukan diruang serba guna.
• Kegiatan pendidikan
Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Ruang kelas seni baru dari seniman
maupun pengunjung Tabel 2.5 Tabel deskripsi kebutuhan ruang kegiatan ilmiah.
perpustakaan
• Kegiatan pengelolaan barang
Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Kuratorial
Gudang Menyimpan barang dan
alat servis
• Kegiatan pengelolaan bangunan
Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Direktur Bekerja Privat -Direktur
Wakil direktur Bekerja Privat -Wakil direktur
Sekertataris Bekerja Privat -Sekertataris Staf dan
administrasi Bekerja Privat
-Staff
Ruang rapat Rapat atau meeting Privat
-Direktur
-Wakil direktur
-Sekertaris
-Staf-staf
Ruang tunggu Tempat menunggu Publik
-Direktur
Gudang Menyimpan barang dan
alat servis
-Pengelola Tabel 2.7 Tabel deskripsi kebutuhan ruang kegiatan pendidikan.
Tabel 2.8 Tabel deskripsi kebutuhan ruang kegiatan pengelolan barang.
• Coffee shop and restoran
Ruang Kegiatan Zona Pengguna
Area makan dan
minum Makan dan minum Publik
-Seniman
Gudang Menyimpan barang dan
alat servis
Tabel 2.10 Tabel deskripsi kebutuhan ruang resto dan coffee shop.
Gambar 2.9 Alur kegiatan pengunjung.
Pengelola
Gambar 2.11 Alur kegiatan pengelola.
Gambar 2.12 Alur kegiatan pegawai.
Gambar 2.13 Alur kegiatan barang/objek koleksi.
2.5 Studi Banding Fungsi Sejenis
2.5.1 Gedung Komunitas Salihara
Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 08 Agustus 2008, dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia.
Berlokasi di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.800 m2 di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kompleks Komunitas Salihara terdiri atas tiga unit bangunan utama: Teater Salihara, Galeri Salihara, dan ruang perkantoran. Saat ini, Teater
blackbox Salihara adalah satu-satunya yang ada di Indonesia. Pada saat ini kompleks Komunitas Salihara sedang diperluas dengan tambahan fasilitas untuk studio latihan, wisma seni dan amfiteater.
Komunitas Salihara dibentuk oleh sejumlah sastrawan, seniman, jurnalis, dan peminat seni. Sejak berdiri, Komunitas Salihara telah menampilkan berbagai macam acara seni dan pemikiran; sebagian datang dari mancanegara, dan berkelas dunia pula.
Pernah didapuk sebagai “The Best Art Space” (2010) oleh majalah Time Out Jakarta
dan sebagai satu dari “10 Tempat Terunik di Jakarta” (2010) versi Metro TV, arsitektur
Komunitas Salihara juga dinobatkan sebagai “Karya arsitektur yang menerapkan aspek ramah lingkungan” oleh Green Design Award 2009.
Saat ini Komunitas Salihara banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin menikmati program-program kesenian dan pemikiran, klasik dan mutakhir, dan bermutu tinggi. Di samping itu, Komunitas Salihara menjadi tempat berkumpul bagi berbagai kelompok minat—misalnya sastrawan, pembuat film, koreografer, arsitek muda, peminat filsafat, penerjemah, pencinta buku, dan lain-lain.
Beberapa fasilitas atau ruang yang ada di bangunan ini adalah:
Teater Salihara, difungsikan sebagai ruang teater didalam bangunan.
Galeri Salihara, difungsikan sebagai ruang pameran tetap dan pameran temporer.
Serambi Salihara atau ruang diskusi, dan kuliah umum.
Teater atap Salihara, difungsikan ruang teater terbuka.
Kedai Kopitiam Oey Salihara, sebagai coffee shop didalam gedung ini.
Ruang Arsip Salihara, difungsikan sebagai tempat penyimpanan dan pengolahan data.
Gerai Salihara, difungsikan sebagai ruang penjualan pernak-pernik atau souvenir dari karya para seniman.
Komunitas Salihara dapat juga disebut pusat kebudayaan alternatif: ia tidak dimiliki oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, ataupun kedutaan asing.
2.5.2The Art Gallery of Alberta, Canada
Art Gallery of Alberta adalah museum seni premier provinsi. The AGA
mengembangkan dan menyajikan jadwal berputar pameran kontemporer dan sejarah
dari Alberta, Kanada dan di seluruh dunia, bersama dengan program publik dan
pendidikan dan peristiwa yang menghubungkan orang-orang, seni dan ide-ide.
Didirikan pada tahun 1924, Art Gallery of Alberta adalah lembaga budaya tertua di
Alberta, dan satu-satunya museum di provinsi semata-mata didedikasikan untuk
pameran dan pelestarian seni dan budaya visual. Serta Art Gallery of Alberta
memelihara koleksi lebih dari 6.000 benda.
The AGA baru ini menjalani proyek pembangunan besar kembali. Dirancang oleh
arsitek Los Angeles Randall Stout, 85.000 kaki persegi (7.900 meter persegi) baru
AGA dibuka untuk umum pada tanggal 31 Januari 2010. Dengan menggunakan
Struktur seng yang dinamis, kaca dan baja, yang dirancang oleh arsitek Los Angeles
berbasis Randall Stout, mengambil inspirasi dari lingkungan utara unik Edmonton dan
jaringan perkotaan. Galeri baru ini memiliki tiga lantai ruang pameran perdana, teras
yang berhadapan dengan kota Edmonton, Pusat Pendidikan Seni Singhmar, Zink
restoran, AGA Shop, Teater Ledcor, Sewa Seni dan Galeri Penjualan. Gambar 2.18 Bangunan Art Gallery of Alberta.
Fasilitas pada bangunan ini adalah Stasiun art, teater, teater serbaguna, kelas/studio,
gudang penyimpanan, souvenir shop, galeri aula besar, galeri café, galeri koleksi
khusus, galeri anak-anak, galeri fleksibel, galeri patung, galeri taman patung diatap,
galeri outdoor, kantor, ruang rapat, dan ruang konferensi.
No. Studi Banding Kesimpulan
1 Galeri Salihara Galeri yang berada di komplek salihara ini bukan hanya sebagai tempat pameran karya-karya seni, melainkan tempat berkumpulnya berbagai kelompok minat, misalnya sastrawan, pembuat film, koreografer, arsitek muda, peminat filsafat, penerjemah, pencinta buku, dan lain-lain..galeri ini memiliki fasilitas yang lengkap seperti: teater, galeri, serambi (ruang diskusi), kopi tiam oey, dan gerai salihara.
2 The New Art Gallery of Alberta
Bangunan ini berfungsi sebagai museum dan galeri seni. Seing melakukan kegiatan pengembangan dan pameran kontemporer dari sejarah Alberta, Kanada, dan dari seluruh dunia. Fasilitas yang ada pada galeri ini adalah art station, teater, kelas/studio, gudang, souvenir shop, galeri aula besar, galeri café, galeri khusus, galeri anak-anak, dapur, galeri fleksibel, galeri taman patung diatap, galeri outdoor, kantor, ruang rapat, ruang konferensi.
Gambar 2.20 Suasana restoran dan galeri pada bangunan Art Gallery of Alberta.
BAB 3
Elaborasi Tema
3.1 Tema
Tema untuk proyek ini adalah Arsitektur Ikonik.
3.1.1 Pengertian
Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian
yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan
perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu
desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk
kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Pengertian Ikonik
Cara lain yang dewasa ini lazim digunakan dalam menerapkan metode perancangan ikonik adalah dengan memunculkan nilai kontras pada proyek-proyek rekontekstualisasi dan pengembangan bangunan-bangunan bersejarah. Beberapa contoh yang terkenal diantaranya adalah: proyek refacade Pompidou Center rancangan Richard Rogers dan Renzo Piano, proyek extension Three Pyramid di depan Louvre Museum rancangan I.M. Pei, dan proyek extension Berlin Holocaust Museum di samping Berlin National Museum rancangan Daniel Libeskind.
Hal penting lain yang menjadi atribut metode ikonik adalah kesan hasil rancangan arsitektur yang setara dengan sebuah pop icon (Charles Jencks, 2005). Eksploitasi media adalah salah satu jalan menuju ketenaran, hal ini sejalan dengan visi bangunan ikonik dalam mencari identitas. Sebagai akibatnya bangunan ikonik seringkali mendapatkan banyak nama panggilan (nickname) seperti The Little Mermaid (panggilan dari Guggenheim Bilbao) dan Crystal Beacon (panggilan Re Headquarter), sebagai hasil dari similes publik (press), ejawantah resiko misseinterpertasi dari pesan atau analogi bangunan yang dengan sengaja memang tidak disampaikan secara optimal.
Paska tahun 1997, Frank O Gehry membuka jalan bagi tipe baru pendekatan ikonik. Beberapa pengamat menyebutnya sebagai lagam arsitektur ekspresionisme, tetapi Jencks lebih suka menyebutnya sebagai metode Post Bilbao Ikonik, sebuah metode ikonik yang benar-benar mengidahkan unsur cultural backgound (seperti lagam modern-International Style), tetapi masih sangat memperhatikan potensi locci site. Seperti pada kasus perancangan The Guggenheim Bilbao Museum, rancangan secara dangkal mengambil konsepsi hiruk pikukpasar ikan, tetapi proses perencanaan sitenya dilakukan dengan sangat seksama. permainan grid orientasi sirkulasi dan waterfront ditata sedemikian detilnya, hingga mampu memunculkan potensi site secara maksimal (Mimi Zeiger, 2005).
Setelah sedikit membahas tentang metode ini saya menyimpulkan bahwa Ikonik Post Bilbao adalah metode yang:
1. Bervisi mencari identitas yang mampu menjadikannya ikon atau landmark sebuah
kawasan.
2. Dirancang dengan metode analogi yang sederhana dengan pertautan yang
terkadang tidak terlalu berhubungan.
3. Cenderung bersifat fleksibel sehingga identitas (bentuk) tidak terlalu terikat dengan
4. Seringkali menggunakan metode kontras untuk menampilkan dua sisi berbeda pada
satu konsep perancangan terpadu.
5. Seringkali menjadi pop icon dengan banyak nicknames dan similes sebagai hasil
missnterpertasi publik dari pesan analogi bangunan yang memang dengan sengaja
tidak disampaikan secara optimal.
6. Menggunakan Genus Locci hanya sebatas pengolahan site.
7. Kurang memperhatikan Cultural Background dan Regional Konteks.
Pada awalnya, metode Ikonik Post Bilbao seolah menjadi sebuah pencerahan bagi saya. The Bilbao Effect menghadirkan nominal-nominal mata uang yang fantastis.
Bentuk Dalam Arsitektur
Bentuk dalam arsitektur adalah suatu unsur yang tertuju langsung pada mata dan bendanya merupakan suatu unsur yang tertuju pada jiwa dan akal budi manusia. Batasan di atas pada satu pihak secara jelas memeberikan gambaran bahwa bentuk pada suatu karya arsitektur dapat menyampaikana arti kepada yang terlibat secara visual yaitu masyarakat. dalam arsitektur, arti kata bentuk memiliki arti yang berbeda-beda, sesuai dengan pandangan dan pemikiran pengamatnya misalnya :
- Hugo Haring : bentuk adalah suatu perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari suatu proses pemikiran. Proses ini didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha pernyataan diri (ekspresi).
- Mies Van Der Rohe : bentuk adalah wujud dari penyelesaian akhir dari konstruksi yang pengertiannya sama.
Faktor-faktor yang mewujudkan bentuk :
1. Fungsi
2. Simbol
Dalam dunia arsitektur, pengenalan simbol merupakan suatu proses yang terjadi pada individu dan pada masyarakat. Melalui panca indera, manusia mendapat rangsangan dan kemudian menjadi pra persepsi, selanjutnya terjadi pengenalan objektif (fisik). Kemudian terwujudlah persepsi. Persepsi sangat dipengaruhi oleh pengalaman termasuk pengalaman pendidikan yang menentukan tingkat intelektual manusia. Meskipun tiap individu mempunyai pengalaman dan tingkat intelektual yang berbeda, masih ada suatu dasar yang sama pada tiap individu yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat yaitu kebudayaan.
Arsitek sebagai pewujud bentuk dapat menampilkan simbol sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sehingga mudah dikenal oleh masyarakat. Simbol dapat pula timbul dari gagasan murni arsitek, tergantung pada kemampuan dan citra arsitek untuk mengeluarkan hal-hal yang baru. Simbol tadi mungkin dapat diterima dan diakui masyarakat setelah melalui proses adaptasi yang membutuhkan waktu relatif lama.
Aplikasi perwujudan bentuk 1. Kaitan fungsi dengan bentuk
Keberadaan fungsi menimbulkan bentuk. Pengertian fungsionil merupakan suatu hal yang menonjol dalam kaitan fungsi tertentu. Dengan kata lain, fungsi merupakan pertimbangan utama bagi suatu perancangan bentuk. Suatu fungsi dapat mempunyai bermacam-macam bentuk, tergantung dari keadaan lingkungannya, inilah yang disebut gaya.
2. Kaitan bentuk dengan teknologi
Untuk mendapatkan suatu bentuk yang mempunyai fungsi tertentu, diperlukan bahan-bahan bangunan sebagai sarana dasar bangunan. Bahan-bahan yang merupakan elemen bangunan disusun menjadi suatu kesatuan yang membentuk konstruksi. Suatu sistem tepat yang perlu dipilih sehingga akan dapat menghasilkan fungsi yang diinginkan secara maksimal.
3. Kaitan bentuk dengan simbol
mendalam sesuai dengan daya bercitranya. Dalam dunia arsitektur juga dibutuhkan suatu penekanan kebutuhan simbol dalam perancangan.
Pendekatan ikonik adalah sebuah usaha untuk memunculkan kemampuan
bangunan arsitektur menjadi sebuah penanda (sign). Ikon yang dihasilkan
dapat memunculkan identitas bagi bangunan yang bersangkutan. Dalam
skala yang lebih besar, keberhasilan sebuah bangunan ikonik dapat
menjelma menjadi landmark sebuah kawasan, memberikan identitas tidak
hanya kepada dirinya sendiri, tetapi juga pada kawasan disekitarnya.
3.2 Intepretasi Tema
Penerapan arsitektur ikonik telah dapat dilihat dari penerapan aspek-aspek
semiotika pada bangunan. Aspek ikonik dalam arsitektur dapat terlihat secara
langsung melalui bentuk, maupun secara tidak langsung melalui konsep, dan ide
yang berhubungan dengan ikonik tersebut. Simbol tidak hanya sebagai alat untuk
berkomunikasi, tetapi juga sebagai wakil dalam penyampaian maksud. Bentuk
simbol dapat berupa bentuk sempurna (nyata), maupun bentuk tidak sempurna
(tersamar).
Hal ini sesuai karena dalam seni rupa, terdapat simbol-simbol, dan
objek-objek yang cukup berpengaruh dalam seni rupa itu sendiri. Oleh karena itu simbol
digunakan dalam pendekatan desain agar masyarakat dapat mengenal Galeri Seni
Rupa di Medan, dan Galeri Seni Rupa di Medanmemiliki bentuk arsitektur yang
3.2 Studi Banding Tema Sejenis
3.3.1Guggenheim Museum,Bilbao, Spain.
Museum Guggenheim merupakan museum modern yang berfungsi sebagai
museum seni di Bilbao. Museum ini dirancang oleh seorang arsitek yang bernama
Frank O. Gehry, yang terletak di Bilbao, Basque, Spanyol.
Bentuk bangunan ini terdiri dari bentuk lengkungan yang muncul secara
tidak beraturan. Menurut Frank O.Gehry, bentuk tidak beraturan ini tercipta untuk
menangkap cahaya. Bangunan ini dinobatkan sebagai salah satu bangunan paling
spektakuler di dunia dengan gaya Dekonstruksi. Struktur bangunan ini terdiri dari
bentuk yang radikal, dan kontur yang organik. Bangunan ini bertujuan untuk
menyimbolkan sebuah kapal. Panel reflektifnya menyimbolakn sisik ikan.
Bangunan ini didesain dengan bantuan komputer untuk membantu visualisasinya
dan perhitungan strukturnya.
Gambar 3.1 Guggenheim.
3.3.2The Clyde Auditorium, (The Armadillo).
Bangunan ini dirancang oleh Norman Foster dan terletak di pinggir sungai Clyde, sebelah barat jembatan Kingston dan pusat kota. Bangunan ini dijuluki “The Armadillo” karena bentuknya diadopsi dari binatang bernama sama yaitu armadillo (trenggiling). Bangunan ini mampu menampung 3000 orang untuk kepentingan pertemuan tingkat dunia. Bangunan ini terdiri dari auditorium, aula ekshibisi dan ruang seminar. Strukturnya terbuat dari cangkang yang dilapisi alumunium yang terpisah-pisah dan diatur secara bertimpa menciptakan bentuk yang unik pada skyline. The Clyde Auditorium secara teknis merupakan pernyataan seni. Kompleks bangunan secara keseluruhan seluas 25 Ha di mana di dalamnya termasuk kompleks ekshibisi, konferensi dan kompleks hiburan dengan arena berkapasitas 12.500 orang sementara The Armadillo sendiri merupakan bangunan tambahan yang dibuka tahun 1997.
3.3.3Sidney Opera House,Australia.
Sydney Opera House berada di Sydney, New South Wales, Australia yang
merupakan salah satu bangunan menakjubkan dan terkenal pada abad ke-20.
Berlokasi di pelabuhan Sydney dengan taman di sebelah selatan dan dekat dengan
jembatan pelabuhan Sydney, bangunan dan lingkungan sekelilingnya menjadi
iconic bagi image Australia. Bagian cangkang berbentuk spherical mengingatkan
kepada kapal layar yang sering berlabuh di sana.
Opera House ini merupakan rumah bagi Opera Australia, Teater Sydney
dan Sydney Symphony Orchestra. Kompleks bangunan ini memiliki luas lahan
1,8 Ha dan untuk kantor seluas 4,5 Ha. Tinggi bangunan 183 m dan lebar 120 m.
Bangunan didukung oleh 580 pondasi tiang pancang beton yang tertanam sejauh
25 m di bawah laut. Bangunan ini berkapasitas 25.000 orang. Bangunan memiliki
1000 ruangan mencakup 5 teater, 5 studio latihan, 2 aula utama, 4 restoran, 6
bar dan beberapa toko souvenir. Atap Opera House terbuat dari 1.056.000 lantai
granit sedangkan interiornya dilapisi granit merah muda dan plywood. Sydney
Opera House mulai dibangun tahun 1940. Proyek ini terbagi atas 3 tahap yaitu
pembangunan podium atas, pembangunan di luar cangkang dan pembangunan
Gambar 3.5 Sidney Opera House.
BAB 4
ANALISIS PERANCANGAN
4.1 Analisis eksisting
4. 1. 1 Analisis lokasi
Lokasi proyek Galeri Seni Rupa di Medan berada di Indonesia bagian barat, provinsi Sumatera Utara, beribukota Medan. Lokasi proyek berada di pusat kota yang termasuk dalam WPP D yang diarahkan pada pengembangan kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor, permukiman, dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanen, penanganan
sampah, dan sarana pendidikan. Lokasi ini berada pada jalan Soedirman.
Letak geografis kota Medan berada pada 2o27’-2o47’ lintang utara dan 98o35’
-98o44’bujur timur. Berada 2.5-37.5 meter diatas permukaan laut. Topografi site datar
(tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum antara 23.3oC-24.4oC dan suhu
maksimum antara 30.7oC-33.2oC.
site
4. 1. 2 Kondisi lahan eksisting
o Lokasi Proyek : Jln. Sudirman, Kecamatan Medan Baru, Medan
o Batas–Batas Site
Batas Utara : Rumah penduduk dan Sungai Babura
Batas Timur : Sungai Babura
Batas Selatan : Rumah penduduk dan Jalan Babura Lama
Batas Barat : Rumah penduduk dan Rukan
O Luas Lahan : ± 1,8 Ha (± 18.000 m2)
O Kontur : Datar
O KDB : 80%
o KLB : 3-5 lantai
o Lebar Jalan :
• Jln. Sudirman : 17 meter
• Jln. Babura lama : 7,4 meter
O GSB :
• Jln. Sudirman : 9,5 meter
• Jln. Babura lama : 4,7 meter
O GSS :
• Sungai Babura : 15 meter
4. 1. 3 Tata guna lahan