BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah
Dengue
(DBD) merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat di Indonesia dan angka kematian DBD selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1968 DBD pertama kali ditemukan
di Surabaya dengan jumlah penderita 50 orang dan menunjukkan angka
kematian sebanyak 24 orang (41,3%). DBD menyebar ke seluruh wilayah
Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan angka kematian
sebesar 4,5% (Siregar, 2005). Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap
5 tahun, tetapi kini semakin sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB
setiap tahun. Tahun 2004, DBD menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan
jumlah 79.462 penderita dan 957 menyebabkan kematian. Awal tahun 2007,
kembali lagi terjadi KLB di 11 propinsi. Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli
adalah 102.175 kasus dengan jumlah kematian 1.098 jiwa (Kandun, 2007).
Kasus DBD pada tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus yang
tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181 penderita
diantaranya meninggal dunia (CFR = 2,53%). Jawa Tengah mempunyai 3
kabupaten / kota dan 31 diantaranya merupakan daerah endemis DBD
(Sohirin, 2005). Pada tahun 2004, angka kematian penderita DBD di Jawa
Tengah mengalami peningkatan 0,8%. Angka kematian tertinggi terjadi di
Demak (12,31%) dan Banjarnegara (11,11%). Kabupaten/kota yang
mempunyai CFR >2% adalah Cilacap (2,33%), Karanganyar (3,03%),
Semarang (3,29%), Surakarta (2,93%), dan Boyolali (5%) (Dinkes Jawa
Tengah, 2003).
2
kurangnya persediaan air bersih. Urbanisasi yang cepat dan perkembangan
pembangunan daerah pedesaan dapat mempengaruhi bionomik vektor
penyebab DBD. Keadaan itu tidak terlepas dari peningkatan penduduk yang
mencapai 1,49 persen serta degradasi kualitas fungsi lingkungan, sebagai
akibat pembangunan yang tidak berpihak kepada lingkungan (Adbrite, 2007).
Penyakit DBD ditularkan oleh vektor nyamuk
Aedes aegypti
dan
Aedes albopictus. Penyebabnya adalah virus
dengue. Tempat perindukan
nyamuk di lingkungan yang lembab, curah hujan tinggi, terdapat genangan air
di dalam maupun luar rumah. Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi
lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam
rumah pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk
memegang peranan paling besar dalam penularan virus
dengue.
Spesies
Aedes aegypti
dipengaruhi oleh lingkungan biologis, fisik, dan
sosial. Pengaruh lingkungan biologik misalnya berupa air yang lama disimpan
dalam kontainer, biasanya terdapat patogen dan parasit yang mempengaruhi
larva nyamuk. Karakter
Aedes
yang menyukai bertelur di air bersih dan
tergenang menjadi salah satu pemicu. Pengaruh fisik terhadap
perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti
dapat berupa tata rumah,
ketinggian tempat, suhu udara, dan curah hujan. Pengaruh berupa curah hujan
dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara dan menambah jumlah
perindukan nyamuk
Aedes aegypti, sehingga DBD lebih cenderung meningkat
selama musim penghujan.
Menurut penelitian Fathi et. el (2005), bahwa DBD juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan yang
meliputi kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, sanitasi lingkungan,
keberadaan kontainer. Faktor perilaku masyarakat yang meliputi pengetahuan,
sikap terhadap penyakit DBD, tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN), pengasapan, dan penyuluhan tentang DBD dapat memicu terhadap
KLB DBD.
Kabupaten Boyolali merupakan daerah endemis DBD di Jawa Tengah
dengan jumlah kasus pada tahun 2005 sebanyak 140 kasus yang dilaporkan
dari 19 kecamatan dam terjadi peningkatan kasus 1.5% setiap tahunnya.
Kecamatan Mojosongo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Boyolali dengan jumlah kematian 2 kasus pada tahun 2006 (Profil Kesehatan
Kabupaten Boyolali, 2005).
Pada bulan Mei 2007 di Desa Mojosongo menunjukkan Angka Bebas
Jentik (ABJ) adalah 93,79%. Nilai tersebut masih dibawah standar
Departemen Kesehatan (95%). Jentik nyamuk dapat ditemukan di kontainer /
penampungan air. Penduduk desa ini umumnya mempunyai penampungan air
di dalam maupun di luar rumah, seperti vas bunga, ban bekas, tong, kaleng,
dan lain-lain. Mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani
(11,75%), buruh pabrik (10,85%), dan peternak sapi perah (10,12%) dari
jumlah penduduk sebanyak 5.430 orang. Pekerjaan tersebut membutuhkan
mobilitas setiap hari, seperti menjual hasil pertanian dan bekerja di pabrik
disekitar (Semarang, Surakarta, Salatiga) untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi masyarakat.
4
DBD. Masyarakat masih melakukan aktifitas di dalam rumah terutama pada
siang hari, oleh karena setelah bepergian ke sawah, mereka istirahat di dalam
rumah. Hal ini berpotensi terhadap gigitan nyamuk
Aedes aegypti.
Berdasarkan
hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian DBD di Desa Mojosongo Kecamatan Mojosongo Kabupaten
Boyolali.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah :
1. Apakah keberadaan saluran hujan, keberadaan kontainer, mobilitas
penduduk, dan kebiasaan tinggal di dalam rumah merupakan faktor risiko
terjadinya DBD?
2. Berapa besar risiko tersebut terhadap kejadian DBD?
C. Ruang Lingkup
DAFTAR PUSTAKA
Adbrite. 2007.
Penyakit Berbasis Lingkungan Penyebab Utama Kematian
http://hameedfinder.blogspot.com/2007/12/penyakit-berbasis-lingkungan-penyebab. html (diakses Januari 2008)
Depkes RI. 1992.
Petunjuk Teknis Penemuan, Pertolongan, dan Pelaporan
Penderita Penyakit DBD
. Dirjen PPM dan PLP.
. 2004.
Kajian Masalah Kesehatan : Demam Berdarah Dengue.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta
Dinkes Boyolali. 2006.
Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali 2005
. Dinas
Kesehatan dan Sosial Boyolali
Dinkes Jawa Tengah. 2003.
Profil Kesehatan Jawa Tengah 2003
. Dinas
Kesehatan Jawa Tengah
Ditjen P2M&PLP. 2001.
Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular
Penyakit Demam Berdarah Dengue
. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Fathi. Keman, S. Catharina, UW. 2005.
Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku
terhadap Penularan Demam Berdarah di Kota Mataram
.
http://www.journal.unair.ac.id
/login/jurnal/filer/KESLING-1-2-08.pdf
(diakses Oktober 2007)
Hartanto,
D.
2007.
Waspada
Demam
Berdarah.
http://www.dinkespurworejo.go.id/
index.php?
option=com_content&task=view&id=12&Itemid=3 (diakses September
2009)
Hair, J.F, Anderson, R.E, Tatham, R.L, dan Black, W.C. 1995.
Multivariate Data
Analysis
. New Jersey : Prentice Hall
I N Gede Suyasa, N Adi Putra, dan I W Redi Aryanta,. 2006.
Hubungan Faktor
Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan.
http://www.akademik.
unsri.
ac.id/download/
journal/files/udejournal/suyasa_pdf.pdf (diakses September 2009)
37
Murti, B. 1997.
Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi
. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Murti, B. 2003.
Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.
Yogyakarta : Gadjah
mada University Press
Sari, Cut,I,N,. 2005.
Pengaruh LingkunganTerhadap Perkembangan Penyakit
Malaria dan Demam Berdarah Dengue
.
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/cut_ irsanya_ ns.pdf (daikses September 2009)
Siregar, A. 2005.
Epidemiologi dan Pemberantasan DBD di Indonesia.
http://www. USUlibrary.ac.id (Diakses September 2007)
Soegijanto, S. 2004.
Demam Berdarah Dengue.
Surabaya : Airlangga University
Press.
Sumekar, D.W. 2007.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk
. Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat,
Unila
Widjana, D.P. 2003.
Vektor Demam Berdarah Dengue.
Denpasar : Bagian
Parasitologi FK Universitas Udayana
Yudhastuti,R. Vidiyani, A. 2005.
Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan
Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di
Daerah
Endemis
Surabaya.
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH
DENGUE
DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI
Oleh :
Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd
Faizah Betty Rahayuningsih, SSiT, MKes
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
RINGKASAN HASIL PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAN BERDARAH
DENGUE
DI
DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI
Azizah Gama T, Faizah Betty R
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap 5 tahun, tetapi kini semakin
sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB setiap tahun. Tahun 2004, DBD
menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan jumlah 79.462 penderita dan 957
menyebabkan kematian. Awal tahun 2007, kembali lagi terjadi KLB di 11 propinsi.
Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli adalah 102.175 kasus dengan jumlah kematian
1.098 jiwa. Tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus yang tersebar di seluruh
kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181 penderita diantaranya meninggal
dunia (CFR = 2,53%). Kabupaten/kota yang mempunyai CFR >2% adalah Cilacap
(2,33%), Karanganyar (3,03%), Semarang (3,29%), Surakarta (2,93%), dan Boyolali
(5%). DBD ditularkan oleh vektor nyamuk
Aedes aegypti.
Penyebab DBD adalah
sanitasi lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam
rumah pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Vektor nyamuk menyukai tempat
penampungan air / kontainer dari berbagai jenis bahan dan saluran air yanng
menggenang. Lingkungan fisik yang terkait dengan kejadian DBD adalah macam dan
jumlah kontainer, curah hujan, dll.
Penelitian ini diarahkan untuk menaksir besarnya hubungan antara
faktor-faktor risiko dengan kejadian, khususnya keberadaan saluran air hujan, keberadaan
kontainer, mobilitas penduduk, dan kebiasaan tinggal di dalam rumah.
Besar
risiko relatif dicerminkan dengan angka IDR (
Inside Density Ratio
). Parameter yang
digunakan adalah OR (
Odds Ratio
) yang dapat disamakan dengan IDR. Analisis
hubungan antara faktor-faktor risiko dengan DBD dianalisis dengan analisis regresi
logistik ganda.
iv
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor Risiko Kejadian
DBD di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2009
No
Variabel
OR
p
Coeficience Interval 95%
Batas bawah
Batas atas
1
Kontainer
≤ 3
1
->3
6,75
0,01
2,15
21,22
2
Mobilitas
Tidak terbiasa
1
-
-3
4
Terbiasa
Saluran hujan
Tidak
terdapat
Terdapat
Tinggal rumah
Tidak biasa
Biasa
9,29
1
0,00
1
0,00
0,43
1
0,75
1,08
-0
-0,14
80,15
-14,64
Konstan
N observasi = 80
-2Log likelihood = 84,51
Nagelkerke R
2= 0,31
[image:10.595.141.512.160.642.2]21,22), 2). Melakukan mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD
memiliki risiko 9,29 kali lebih besar daripada responden yang tidak melakukan
mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD dengan batas bawah
1,08 dan batas atas 80,15 (OR : 9,29, CI 95% : 1,08 hingga 80,15), 3). Keberadaan
saluran air hujan bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% :
0), 4). Kebiasaan tinggal di dalam rumah pada pagi hari bukan merupakan faktor
risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% : 0,14 hingga 14,64).
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan akhir Dosen Muda dengan judul
Analisis Faktor
Risiko Kejadian Demam Berdarah
Dengue
Di Desa Mojosongo, Kabupaten
Boyolali.
Penulis menyadari, terselesaikannya penyusunan ini tidak lepas dari bantuan
beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
jazaakumullaahu
khoironkatsiiron
kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, melalui Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah
memberikan dukungan untuk melaksanakan penelitian ini.
2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang telah
memberikan dukungan untuk melaksanakan penelitian ini.
3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang
telah memberikan ijin peneliti untuk melaksanakan penelitian.
4. Kepala dan Staf Dinas Kesehatan Boyolali dan Puskesmas Mojosongo
Boyolali yang banyak membantu pelaksanaan penelitian ini.
5. Warga Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali yang telah bersedia menjadi
responden.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan. Semoga amal dan kebaikan
yang telah diberikan mendapat ridho dari Allah SWT
Akhirnya semoga hasil ini dapat bermanfaat bagi para pendidik dan semua pemerhati
dalam melakukan pembelajaran aktif.
Amien ya robbal’alamien
.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….
i
LEMBAR PENGESAHAN DAN IDENTITAS………
ii
RINGKASAN..………..
iii
KATA PENGANTAR……….………..
vi
DAFTAR ISI………..
vii
DAFTAR TABEL………..
ix
DAFTAR GAMBAR...
x
DAFTAR LAMPIRAN………..………..
xi
BAB I PENDAHULUAN...
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..
5
A. Pengertian Demam Berdarah
Dengue
………
5
B. Nyamuk
Ae aegypti
...…………..
5
C. Tanda dan Gejala...…..……….
6
D. Pencegahan………...……….
7
E. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan DBD……..…………
8
F. Kerangka Konsep...……….……….
11
G. Hipotesis...………
11
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……….
12
A. Tujuan Penelitian……….
12
B. Manfaat Penelitian..……….
12
BAB IV METODE PENELITIAN………
14
A. Desain Penelitian...………
14
B. Lokasi dan waktu Penelitian…..………
14
C. Variabel Penelitian...………
14
D. Populasi dan Sampel Penelitian………...
14
E. Kerangka Penelitian……… 16
viii
G. Jenis Data...
18
H. Analisis Data...
19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………
21
A. Hasil Penelitian……….
21
B. Pembahasan………..
28
C Keterbatasan Penelitian...
33
BAB VI Kesimpulan Dan Saran……….
34
A. Kesimpulan……….
34
B. Saran………
34
DAFTAR PUSTAKA………
36
DAFTAR TABEL
No
Judul
Halaman
1.
Tabel 1. Diskripsi Data Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan,,
Jenis Pekerjaan, Variabel Dependen dan Variabel
Independen Penelitian
22
2.
Tabel 2. Tabulasi Silang Keberadaan Saluran Air Hujan dan
Status DBD di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali
Tahun 2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009
23
3.
Tabel 3. Tabulasi Silang Keberadaan Kontainer dan Status DBD
di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun
2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009
24
4.
Tabel 4. Tabulasi Silang Mobilitas Penduduk dan Status DBD
di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun
2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009
25
5.
Tabel 5. Tabulasi Silang Kebiasaan di dalam rumah dan Status
DBD di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun
2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009
27
6.
Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor
x
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No
Judul
Halaman
1.
Kuesioner Penelitian
38
2.
Lembar Observasi
40
3.
Hasil Analisis Data
42
4.
Foto Kegiatan
48
1
RINGKASAN HASIL PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAN BERDARAH
DENGUE
DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI
Azizah Gama T, Faizah Betty R
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap 5 tahun, tetapi kini
semakin sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB setiap tahun. Tahun 2004,
DBD menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan jumlah 79.462 penderita dan 957
menyebabkan kematian. Awal tahun 2007, kembali lagi terjadi KLB di 11
propinsi. Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli adalah 102.175 kasus dengan
jumlah kematian 1.098 jiwa. Tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus
yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181
penderita diantaranya meninggal dunia (CFR = 2,53%). Kabupaten/kota yang
mempunyai CFR >2% adalah Cilacap (2,33%), Karanganyar (3,03%), Semarang
(3,29%), Surakarta (2,93%), dan Boyolali (5%). DBD ditularkan oleh vektor
nyamuk
Aedes aegypti.
Penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan yang buruk,
perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada siang hari, dan
mobilitas penduduk. Vektor nyamuk menyukai tempat penampungan air /
kontainer dari berbagai jenis bahan dan saluran air yanng menggenang.
Lingkungan fisik yang terkait dengan kejadian DBD adalah macam dan jumlah
kontainer, curah hujan, dll.
Hasil uji Regresi Logistik Ganda dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor Risiko Kejadian
DBD di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2009
No
Variabel
OR
p
Coeficience Interval 95%
Batas
bawah
Batas atas
1
Kontainer
≤ 3
1
->3
6,75
0,01
2,15
21,22
2
Mobilitas
Tidak
terbiasa
1
-
-3
4
Terbiasa
Saluran hujan
Tidak
terdapat
Terdapat
Tinggal rumah
Tidak biasa
Biasa
9,29
1
0,00
1
0,00
0,43
1
0,75
1,08
-0
-0,14
80,15
-14,64
Konstan
N observasi = 80
-2Log likelihood = 84,51
Nagelkerke R
2= 0,31
3
Nilai R
2Negelkerke sebesar 0,31 mempunyai arti bahwa model yang