• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah

Dengue

(DBD) merupakan masalah utama

kesehatan masyarakat di Indonesia dan angka kematian DBD selalu

meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1968 DBD pertama kali ditemukan

di Surabaya dengan jumlah penderita 50 orang dan menunjukkan angka

kematian sebanyak 24 orang (41,3%). DBD menyebar ke seluruh wilayah

Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan angka kematian

sebesar 4,5% (Siregar, 2005). Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap

5 tahun, tetapi kini semakin sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB

setiap tahun. Tahun 2004, DBD menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan

jumlah 79.462 penderita dan 957 menyebabkan kematian. Awal tahun 2007,

kembali lagi terjadi KLB di 11 propinsi. Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli

adalah 102.175 kasus dengan jumlah kematian 1.098 jiwa (Kandun, 2007).

Kasus DBD pada tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus yang

tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181 penderita

diantaranya meninggal dunia (CFR = 2,53%). Jawa Tengah mempunyai 3

kabupaten / kota dan 31 diantaranya merupakan daerah endemis DBD

(Sohirin, 2005). Pada tahun 2004, angka kematian penderita DBD di Jawa

Tengah mengalami peningkatan 0,8%. Angka kematian tertinggi terjadi di

Demak (12,31%) dan Banjarnegara (11,11%). Kabupaten/kota yang

mempunyai CFR >2% adalah Cilacap (2,33%), Karanganyar (3,03%),

Semarang (3,29%), Surakarta (2,93%), dan Boyolali (5%) (Dinkes Jawa

Tengah, 2003).

(2)

2

kurangnya persediaan air bersih. Urbanisasi yang cepat dan perkembangan

pembangunan daerah pedesaan dapat mempengaruhi bionomik vektor

penyebab DBD. Keadaan itu tidak terlepas dari peningkatan penduduk yang

mencapai 1,49 persen serta degradasi kualitas fungsi lingkungan, sebagai

akibat pembangunan yang tidak berpihak kepada lingkungan (Adbrite, 2007).

Penyakit DBD ditularkan oleh vektor nyamuk

Aedes aegypti

dan

Aedes albopictus. Penyebabnya adalah virus

dengue. Tempat perindukan

nyamuk di lingkungan yang lembab, curah hujan tinggi, terdapat genangan air

di dalam maupun luar rumah. Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi

lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam

rumah pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk

memegang peranan paling besar dalam penularan virus

dengue.

Spesies

Aedes aegypti

dipengaruhi oleh lingkungan biologis, fisik, dan

sosial. Pengaruh lingkungan biologik misalnya berupa air yang lama disimpan

dalam kontainer, biasanya terdapat patogen dan parasit yang mempengaruhi

larva nyamuk. Karakter

Aedes

yang menyukai bertelur di air bersih dan

tergenang menjadi salah satu pemicu. Pengaruh fisik terhadap

perkembangbiakan nyamuk

Aedes aegypti

dapat berupa tata rumah,

ketinggian tempat, suhu udara, dan curah hujan. Pengaruh berupa curah hujan

dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara dan menambah jumlah

perindukan nyamuk

Aedes aegypti, sehingga DBD lebih cenderung meningkat

selama musim penghujan.

(3)

Menurut penelitian Fathi et. el (2005), bahwa DBD juga dipengaruhi

oleh faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan yang

meliputi kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, sanitasi lingkungan,

keberadaan kontainer. Faktor perilaku masyarakat yang meliputi pengetahuan,

sikap terhadap penyakit DBD, tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN), pengasapan, dan penyuluhan tentang DBD dapat memicu terhadap

KLB DBD.

Kabupaten Boyolali merupakan daerah endemis DBD di Jawa Tengah

dengan jumlah kasus pada tahun 2005 sebanyak 140 kasus yang dilaporkan

dari 19 kecamatan dam terjadi peningkatan kasus 1.5% setiap tahunnya.

Kecamatan Mojosongo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Boyolali dengan jumlah kematian 2 kasus pada tahun 2006 (Profil Kesehatan

Kabupaten Boyolali, 2005).

Pada bulan Mei 2007 di Desa Mojosongo menunjukkan Angka Bebas

Jentik (ABJ) adalah 93,79%. Nilai tersebut masih dibawah standar

Departemen Kesehatan (95%). Jentik nyamuk dapat ditemukan di kontainer /

penampungan air. Penduduk desa ini umumnya mempunyai penampungan air

di dalam maupun di luar rumah, seperti vas bunga, ban bekas, tong, kaleng,

dan lain-lain. Mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani

(11,75%), buruh pabrik (10,85%), dan peternak sapi perah (10,12%) dari

jumlah penduduk sebanyak 5.430 orang. Pekerjaan tersebut membutuhkan

mobilitas setiap hari, seperti menjual hasil pertanian dan bekerja di pabrik

disekitar (Semarang, Surakarta, Salatiga) untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi masyarakat.

(4)

4

DBD. Masyarakat masih melakukan aktifitas di dalam rumah terutama pada

siang hari, oleh karena setelah bepergian ke sawah, mereka istirahat di dalam

rumah. Hal ini berpotensi terhadap gigitan nyamuk

Aedes aegypti.

Berdasarkan

hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan

dengan kejadian DBD di Desa Mojosongo Kecamatan Mojosongo Kabupaten

Boyolali.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan

permasalahannya adalah :

1. Apakah keberadaan saluran hujan, keberadaan kontainer, mobilitas

penduduk, dan kebiasaan tinggal di dalam rumah merupakan faktor risiko

terjadinya DBD?

2. Berapa besar risiko tersebut terhadap kejadian DBD?

C. Ruang Lingkup

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adbrite. 2007.

Penyakit Berbasis Lingkungan Penyebab Utama Kematian

http://hameedfinder.blogspot.com/2007/12/penyakit-berbasis-lingkungan-penyebab. html (diakses Januari 2008)

Depkes RI. 1992.

Petunjuk Teknis Penemuan, Pertolongan, dan Pelaporan

Penderita Penyakit DBD

. Dirjen PPM dan PLP.

. 2004.

Kajian Masalah Kesehatan : Demam Berdarah Dengue.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

. Departemen Kesehatan

RI. Jakarta

Dinkes Boyolali. 2006.

Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali 2005

. Dinas

Kesehatan dan Sosial Boyolali

Dinkes Jawa Tengah. 2003.

Profil Kesehatan Jawa Tengah 2003

. Dinas

Kesehatan Jawa Tengah

Ditjen P2M&PLP. 2001.

Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular

Penyakit Demam Berdarah Dengue

. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Fathi. Keman, S. Catharina, UW. 2005.

Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku

terhadap Penularan Demam Berdarah di Kota Mataram

.

http://www.journal.unair.ac.id

/login/jurnal/filer/KESLING-1-2-08.pdf

(diakses Oktober 2007)

Hartanto,

D.

2007.

Waspada

Demam

Berdarah.

http://www.dinkespurworejo.go.id/

index.php?

option=com_content&task=view&id=12&Itemid=3 (diakses September

2009)

Hair, J.F, Anderson, R.E, Tatham, R.L, dan Black, W.C. 1995.

Multivariate Data

Analysis

. New Jersey : Prentice Hall

I N Gede Suyasa, N Adi Putra, dan I W Redi Aryanta,. 2006.

Hubungan Faktor

Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan.

http://www.akademik.

unsri.

ac.id/download/

journal/files/udejournal/suyasa_pdf.pdf (diakses September 2009)

(6)

37

Murti, B. 1997.

Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi

. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

Murti, B. 2003.

Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.

Yogyakarta : Gadjah

mada University Press

Sari, Cut,I,N,. 2005.

Pengaruh LingkunganTerhadap Perkembangan Penyakit

Malaria dan Demam Berdarah Dengue

.

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/cut_ irsanya_ ns.pdf (daikses September 2009)

Siregar, A. 2005.

Epidemiologi dan Pemberantasan DBD di Indonesia.

http://www. USUlibrary.ac.id (Diakses September 2007)

Soegijanto, S. 2004.

Demam Berdarah Dengue.

Surabaya : Airlangga University

Press.

Sumekar, D.W. 2007.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan

Jentik Nyamuk

. Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat,

Unila

Widjana, D.P. 2003.

Vektor Demam Berdarah Dengue.

Denpasar : Bagian

Parasitologi FK Universitas Udayana

Yudhastuti,R. Vidiyani, A. 2005.

Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan

Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di

Daerah

Endemis

Surabaya.

(7)

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH

DENGUE

DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

Oleh :

Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd

Faizah Betty Rahayuningsih, SSiT, MKes

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

(8)
(9)

RINGKASAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAN BERDARAH

DENGUE

DI

DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

Azizah Gama T, Faizah Betty R

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap 5 tahun, tetapi kini semakin

sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB setiap tahun. Tahun 2004, DBD

menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan jumlah 79.462 penderita dan 957

menyebabkan kematian. Awal tahun 2007, kembali lagi terjadi KLB di 11 propinsi.

Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli adalah 102.175 kasus dengan jumlah kematian

1.098 jiwa. Tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus yang tersebar di seluruh

kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181 penderita diantaranya meninggal

dunia (CFR = 2,53%). Kabupaten/kota yang mempunyai CFR >2% adalah Cilacap

(2,33%), Karanganyar (3,03%), Semarang (3,29%), Surakarta (2,93%), dan Boyolali

(5%). DBD ditularkan oleh vektor nyamuk

Aedes aegypti.

Penyebab DBD adalah

sanitasi lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam

rumah pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Vektor nyamuk menyukai tempat

penampungan air / kontainer dari berbagai jenis bahan dan saluran air yanng

menggenang. Lingkungan fisik yang terkait dengan kejadian DBD adalah macam dan

jumlah kontainer, curah hujan, dll.

Penelitian ini diarahkan untuk menaksir besarnya hubungan antara

faktor-faktor risiko dengan kejadian, khususnya keberadaan saluran air hujan, keberadaan

kontainer, mobilitas penduduk, dan kebiasaan tinggal di dalam rumah.

Besar

risiko relatif dicerminkan dengan angka IDR (

Inside Density Ratio

). Parameter yang

digunakan adalah OR (

Odds Ratio

) yang dapat disamakan dengan IDR. Analisis

hubungan antara faktor-faktor risiko dengan DBD dianalisis dengan analisis regresi

logistik ganda.

(10)

iv

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor Risiko Kejadian

DBD di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2009

No

Variabel

OR

p

Coeficience Interval 95%

Batas bawah

Batas atas

1

Kontainer

≤ 3

1

->3

6,75

0,01

2,15

21,22

2

Mobilitas

Tidak terbiasa

1

-

-3

4

Terbiasa

Saluran hujan

Tidak

terdapat

Terdapat

Tinggal rumah

Tidak biasa

Biasa

9,29

1

0,00

1

0,00

0,43

1

0,75

1,08

-0

-0,14

80,15

-14,64

Konstan

N observasi = 80

-2Log likelihood = 84,51

Nagelkerke R

2

= 0,31

[image:10.595.141.512.160.642.2]
(11)

21,22), 2). Melakukan mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD

memiliki risiko 9,29 kali lebih besar daripada responden yang tidak melakukan

mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD dengan batas bawah

1,08 dan batas atas 80,15 (OR : 9,29, CI 95% : 1,08 hingga 80,15), 3). Keberadaan

saluran air hujan bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% :

0), 4). Kebiasaan tinggal di dalam rumah pada pagi hari bukan merupakan faktor

risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% : 0,14 hingga 14,64).

(12)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan laporan akhir Dosen Muda dengan judul

Analisis Faktor

Risiko Kejadian Demam Berdarah

Dengue

Di Desa Mojosongo, Kabupaten

Boyolali.

Penulis menyadari, terselesaikannya penyusunan ini tidak lepas dari bantuan

beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

jazaakumullaahu

khoironkatsiiron

kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, melalui Lembaga Penelitian

dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah

memberikan dukungan untuk melaksanakan penelitian ini.

2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang telah

memberikan dukungan untuk melaksanakan penelitian ini.

3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang

telah memberikan ijin peneliti untuk melaksanakan penelitian.

4. Kepala dan Staf Dinas Kesehatan Boyolali dan Puskesmas Mojosongo

Boyolali yang banyak membantu pelaksanaan penelitian ini.

5. Warga Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali yang telah bersedia menjadi

responden.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan. Semoga amal dan kebaikan

yang telah diberikan mendapat ridho dari Allah SWT

Akhirnya semoga hasil ini dapat bermanfaat bagi para pendidik dan semua pemerhati

dalam melakukan pembelajaran aktif.

Amien ya robbal’alamien

.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….

i

LEMBAR PENGESAHAN DAN IDENTITAS………

ii

RINGKASAN..………..

iii

KATA PENGANTAR……….………..

vi

DAFTAR ISI………..

vii

DAFTAR TABEL………..

ix

DAFTAR GAMBAR...

x

DAFTAR LAMPIRAN………..………..

xi

BAB I PENDAHULUAN...

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..

5

A. Pengertian Demam Berdarah

Dengue

………

5

B. Nyamuk

Ae aegypti

...…………..

5

C. Tanda dan Gejala...…..……….

6

D. Pencegahan………...……….

7

E. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan DBD……..…………

8

F. Kerangka Konsep...……….……….

11

G. Hipotesis...………

11

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……….

12

A. Tujuan Penelitian……….

12

B. Manfaat Penelitian..……….

12

BAB IV METODE PENELITIAN………

14

A. Desain Penelitian...………

14

B. Lokasi dan waktu Penelitian…..………

14

C. Variabel Penelitian...………

14

D. Populasi dan Sampel Penelitian………...

14

E. Kerangka Penelitian……… 16

(14)

viii

G. Jenis Data...

18

H. Analisis Data...

19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………

21

A. Hasil Penelitian……….

21

B. Pembahasan………..

28

C Keterbatasan Penelitian...

33

BAB VI Kesimpulan Dan Saran……….

34

A. Kesimpulan……….

34

B. Saran………

34

DAFTAR PUSTAKA………

36

(15)

DAFTAR TABEL

No

Judul

Halaman

1.

Tabel 1. Diskripsi Data Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan,,

Jenis Pekerjaan, Variabel Dependen dan Variabel

Independen Penelitian

22

2.

Tabel 2. Tabulasi Silang Keberadaan Saluran Air Hujan dan

Status DBD di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali

Tahun 2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009

23

3.

Tabel 3. Tabulasi Silang Keberadaan Kontainer dan Status DBD

di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun

2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009

24

4.

Tabel 4. Tabulasi Silang Mobilitas Penduduk dan Status DBD

di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun

2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009

25

5.

Tabel 5. Tabulasi Silang Kebiasaan di dalam rumah dan Status

DBD di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun

2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009

27

6.

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor

(16)

x

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

Halaman

1.

Kuesioner Penelitian

38

2.

Lembar Observasi

40

3.

Hasil Analisis Data

42

4.

Foto Kegiatan

48

(18)

1

RINGKASAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAN BERDARAH

DENGUE

DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

Azizah Gama T, Faizah Betty R

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap 5 tahun, tetapi kini

semakin sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB setiap tahun. Tahun 2004,

DBD menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan jumlah 79.462 penderita dan 957

menyebabkan kematian. Awal tahun 2007, kembali lagi terjadi KLB di 11

propinsi. Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli adalah 102.175 kasus dengan

jumlah kematian 1.098 jiwa. Tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus

yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181

penderita diantaranya meninggal dunia (CFR = 2,53%). Kabupaten/kota yang

mempunyai CFR >2% adalah Cilacap (2,33%), Karanganyar (3,03%), Semarang

(3,29%), Surakarta (2,93%), dan Boyolali (5%). DBD ditularkan oleh vektor

nyamuk

Aedes aegypti.

Penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan yang buruk,

perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada siang hari, dan

mobilitas penduduk. Vektor nyamuk menyukai tempat penampungan air /

kontainer dari berbagai jenis bahan dan saluran air yanng menggenang.

Lingkungan fisik yang terkait dengan kejadian DBD adalah macam dan jumlah

kontainer, curah hujan, dll.

(19)
[image:19.595.149.513.180.485.2]

Hasil uji Regresi Logistik Ganda dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor Risiko Kejadian

DBD di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2009

No

Variabel

OR

p

Coeficience Interval 95%

Batas

bawah

Batas atas

1

Kontainer

≤ 3

1

->3

6,75

0,01

2,15

21,22

2

Mobilitas

Tidak

terbiasa

1

-

-3

4

Terbiasa

Saluran hujan

Tidak

terdapat

Terdapat

Tinggal rumah

Tidak biasa

Biasa

9,29

1

0,00

1

0,00

0,43

1

0,75

1,08

-0

-0,14

80,15

-14,64

Konstan

N observasi = 80

-2Log likelihood = 84,51

Nagelkerke R

2

= 0,31

(20)

3

Nilai R

2

Negelkerke sebesar 0,31 mempunyai arti bahwa model yang

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor Risiko KejadianDBD di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2009NoVariabelORpCoeficience Interval 95%
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor Risiko KejadianDBD di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Namun dalam pedoman Defi nisi Operasional Program Pemantauan Kesehatan Ibu dan Anak yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2016) menyatakan bahwa penghitungan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Cara kerja Sistem Electric Power Steering (EPS) adalah saat kunci diputar ke posisi ON, Control Module memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by, bersamaan dengan itu

Sampai saat ini telah diketahui bahwa vector penyakit Demam berdarah di Indonesia adalah sejenis nyamuk yang dikenal dengan nama Aedes egtpti sp.. Meskipun jenis

Lebih lanjut berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), stimulasi verbal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan kemampuan bicara

Uji statistik t berguna untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan

Hipotesis pada penelitian yaitu terdapat perbedaan dimana kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diajar menggunakan strategi pembelajaran MURDER dan kemampuan berpikir

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Studi Ekonomi Pembangunan yang telah tulus ikhlas memberikan ilmu