• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCEPATAN DAN PENAMBAHAN STABILITAS CAMPURAN ASPAL DINGIN DENGAN FILLER SEMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERCEPATAN DAN PENAMBAHAN STABILITAS CAMPURAN ASPAL DINGIN DENGAN FILLER SEMEN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan raya dengan perkerasan aspal merupakan sebagian besar prasarana transportasi di Indonesia. Kondisi jalan raya tersebut saat ini sekitar 50 % mengalami kerusakan. Dengan kenaikan harga bahan bakar minyak yang hampir 100 %, maka pemeliharaan jalan menjadi sangat berat. Hal ini terutama banyak dirasakan oleh pemerintah daerah tingkat II yang mengelola jalan Kabupaten. Dengan biaya pemeliharaan jalan yang tinggi, maka banyak pemerintah daerah yang belum sempat menangani kerusakan jalan yang ada kerusakannya sudah semakin meluas. Hal ini dapat dilihat di surat kabar yang sangat sering menampilkan gambar-gambar kondisi jalan yang rusak .

Sebagian besar jalan di Indonesia dibuat dengan menggunakan perekat aspal semen yang pencampurannya memerlukan pemanasan untuk mencairkan aspal tersebut agar mudah dicampur dengan agregat atau lebih dikenal dengan istilah campuran panas. Untuk membuat campuran aspal panas diperlukan Asphalt Mixing Plant (AMP). Untuk pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan yang kebutuhan bahannya tidak terlalu besar penggunaan AMP menjadi tidak efisien. Penggunaan AMP memerlukan bahan bakar minyak yang banyak, sementara bahan bakar minyak saat ini terhitung mahal di Indonesia. Keberadaan AMP di Indonesia saat ini masih sangat jarang, sehingga lokasi pemeliharaan kadang-kadang sangat jauh dari lokasi AMP yang mengakibatkan campuran aspal panas sudah dingin saat sampai di lokasi pekerjaan sehingga kualitasnya menjadi kurang baik.

Penggunaan campuran dingin dengan menggunakan aspal emulsi saat ini belum banyak dikenal oleh para pelaku jasa konstruksi jalan di Indonesia. Padahal campuran aspal dingin dengan aspal emulsi mempunyai beberapa keuntungan antara lain :

1) Aspal emulsi tidak perlu dibakar atau dipanaskan sebab bentuknya sudah cair , dingin dan siap pakai.

(2)

2 3) Campuran dapat disimpan sampai beberapa hari (+5hari) sebelum

dihamparkan sehingga jadwal pelaksanaan proyek lebih efektif.

4) Dapat meggunakan alat-alat sederhana seperti pan mixer atau beton molen sehingga dapat dilaksanakan oleh kontraktor lokal yang merupakan pengusaha golongan ekonomi lemah.

Walaupun mempunyai banyak keuntungan bila dibandingkan dengan campuran asal panas, tetapi karena minimnya penguasaan teknologi campuran aspal dingin kegagalan banyak terjadi pada proyek yang mencoba menggunakan campuran dingin. Sebagai contoh di kota Surakarta campuran aspal dingin telah dicoba dilaksanakan di Jalan Hasanudin dan Jalan Rumah Sakit Jiwa. Sebagai bahan perekat batuan digunakan aspal emulsi jenis Cationic Medium Setting (CMS2). Hasil yang diperoleh terlihat kurang memuaskan. Dalam jangka waktu yang pendek perkerasan terlihat seperti kurang mengandung aspal sehingga masih sangat lemah stabilitasnya. Padahal lalulintas tidak boleh ditutup, sehingga dalam kondisi perkerasan yang masih rendah stabilitasnya, perkerasan terpaksa menahan beban lalulintas yang lewat pada ke dua jalan tersebut. Akibat kenampakannya yang kurang baik dalam jangka waktu dekat, proyek pelapisan ulang dengan campuran aspal dingin pada Jalan Rumah Sakit Jiwa Surakarta mendapat protes dari warga setempat karena dianggap kualitasnya sangat rendah (Suara Merdeka, 11 Desember 2004).

Dari hasil pekerjaan penghamparan lapisan OGEM di Cilacap tahun 2000, diperoleh hasil bahwa setelah dipadatkan campuran OGEM masih relatif goyang atau tidak stabil ( Hutama Prima, 2000). Kestabilan OGEM baru tecapai setelah usia 1-2 bulan setelah penghamparan. Lalulintas yang lewat diharapkan akan mempercepat penguapan dan kestabilan. Tetapi yang terjadi dapat sebaliknya, karena campuran belum stabil maka beban lalulintas akan merusak campuran aspal dingin yang telah dihamparkan. Campuran aspal dingin yang belum stabil tidak kuat mendukung beban lalulintas yang ada, sedangkan pada pekerjaan pemeliharaan kondisi lalulintas harus tetap jalan.

(3)

3 yang efektif (residu aspal) yang berfungsi sebagai perekat hanya sekitar 60 % sedangkan yang 40 % berupa air yang diharapkan akan menguap seiring dengan waktu karena lintasan roda kendaraan atau suhu udara yang panas. Hal ini seperti yang terjadi pada proyek jalan Hasanudin dan Rumah Sakit Jiwa di Surakarta yang ternyata kadar aspal efektifnya setelah diuji diaboratorium rata-rata hanya 4 % ( Widodo, 2004). Selain itu residu aspal emulsi yang digunakan mempunyai nilai penetrasi yang tinggi sehingga stabilitasnya rendah. Seperti aspal emulsi CMS-2 yang digunakan untuk DGEM dan OGEM residunya mempunyai penetrasi antara 100-250. Hal ini jauh diatas aspal semen yang digunakan untuk campuran aspal panas yang penetrasinya berkisar antara 60-100.

Dari berbagai permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan, maka penelitian penggunaaan filler semen untuk mempercepat stabilitas dan meningkatkan stabilitas campuran aspal dingin sangat penting dilakukan. Semen diharapkan dapat menarik air yang ada dalam aspal emulsi, sehingga residu aspal yang terkandung dalam aspal emulsi dapat segera bereaksi dengan agregat. Demikian pula reaksi antara semen dan air yang membentuk pasta semen akan membantu perekatan antar agregat.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan penggunaan filler semen dalam campuran aspal dingin pada tahun ke dua ini adalah sebagai berikut :

1) Sejauh mana perubahan karakteristik rancangan campuran yang diperoleh pada tahun ke satu jika dicampur dalam skala besar di laboratorium, akan tetapi pemadatannya masih menggunakan alat Marshall.

2) Sejauh mana perubahan karakteristik rancangan campuran aspal dingin jika dihampar di lapangan dan dipadatkan dengan mesin gilas.

(4)

41 DAFTAR PUSTAKA

Asphalt Institute, 1985, A Basic Asphalt Emulsion Manual, USA

Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta, 2004, Dokumen Lelang Pekerjaan Peningkatan Jalan Rumah Sakit Jiwa

Holleran, G., Reed, J., 1996, Asphalt Emulsions-Definition, Manufacture and Usage, Monterrey Mexico.

Holleran,G ,1998, Analysis of Emulsion Stability and Asphalt Compatibility, USA Holleran, G., 2002, The Use Of Polymer Modification In Slurry Surfacings,, Monterrey Mexico

Hutama Prima, PT, 2002, Perencanaan Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Dense Graded Emulsion/DGEM), Cilacap

Mulyono, A.T., 2000, Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Karakteristik DGEM Batu Andesit dan DGEM Batu Kapur, PAU Ilmu Teknik UGM

Neville, A.M.and Brooks, J.J.,1987, Concrete Technology, Longman Group UK Limited

Widodo, S., 2004, Analisis Hasil Pelaksanaan Cold Mix Jalan Hasanudin dan Rumah Sakit Jiwa Kota Surakarta, Laboratorium Jalan Raya UMS

(5)

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN KE II

PERCEPATAN DAN PENAMBAHAN STABILITAS CAMPURAN ASPAL DINGIN

DENGAN FILLER SEMEN

Oleh :

Ir. Sri Widodo,MT Ir. Agus Riyanto, MT

DIBIAYAI OLEH Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor : 188/SP2H/PP/DP2M/III/2008, tanggal 06 Maret 2008

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA OKTOBER 2008

(6)
(7)

RINGKASAN

Campuran aspal dingin dengan menggunakan perekat aspal emulsi sebetulnya mempunyai banyak keuntungan antara lain siap pakai, ramah lingkungan dan dapat meggunakan alat-alat sederhana seperti pan mixer atau beton molen sehingga dapat dilaksanakan oleh kontraktor lokal yang merupakan pengusaha golongan ekonomi lemah. Akan tetapi banyak proyek jalan di Indonesia yang mencoba campuran aspal dingin banyak mengalami kegagalan atau hasilnya masih kurang memuaskan. Kelemahan dari campuran aspal dingin adalah stabilitasnya yang relatif rendah bila dibandingkan dengan campuran aspal panas dan saat selesai dipadatkan campuran relatif masih goyang sehingga untuk pekerjaan pelapisan ulang jalan lama kurang layak karena lalu-lintas harus tetap dibuka.

Penelitian penggunaan filler semen pada campuran aspal dingin ini berlangsung selama 2 tahun. Tahun pertama merupakan penelitian di laboratorium yang bertujuan untuk mendapatkan rancangan campuran yang paling ekonomis tetapi masih memenuhi spesifikasi. Sedang penelitian tahun ke dua merupakan percobaan penghamparan campuran aspal dingin di lapangan untuk menguji rancangan campuran yang di peroleh pada tahun pertama. Penggunaan filler semen pada campuran aspal dingin ini secara garis besar bertujuan untuk mempercepat dan meningkatkan stabilitas campuran aspal dingin. Campuran aspal dingin yang diteliti adalah dari jenis campuran aspal emulsi bergradasi rapat ( dense graded emulsion mix) atau sering disingkat dengan nama DGEM.

Khusus pada tahun ke dua ini penelitian mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut :

1) Mengetahui karakteristik rancangan campuran yang diperoleh pada tahun ke satu dengan cara dicampur dalam skala penuh menggunakan alat pencampur mekanis. Akan tetapi pemadatannya masih menggunakan alat Marshall. 2) Mengetahui karakteristik cancangan campuran yang diperoleh pada tahun ke

(8)

3) Menetapkan rancangan campuran aspal dingin dengan filler semen yang dalam waktu yang cepat stabilitasnya dapat memenuhi persyaratan campuran aspal panas yang biasa di gunakan di proyek jalan oleh pemerintah.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut rancangan campuran yang diperoleh pada tahun ke satu diuji lagi di laboratorium akan tetapi pencampurannya dengan menggunakan mesin pencampur. Berdasar penelitian di laboratorium pada tahun ke dua ini ditetapkan rancangan campuran kerja yang akan diuji dengan skala penuh di lapangan. Hasil penghamparan dengan skala penuh ini kembali diuji karakteristiknya. Jika ternyata hasilnya memenuhi spesifikasi campuran aspal dingin dan stabilitasnya memenuhi spesifikasi campuran aspal panas, maka rancangan campuran kerja secara definitif dinyatakan layak untuk menggantikan campuran aspal panas yang biasa digunakan pada proyek-proyek jalan di Indonesia.

Berdasar penelitian yang dilakukan pada tahun ke dua ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1) Rancangan campuran DGEM yang dicampur dilapangan dengan mesin pencampur (molen) mempunyai karakteristik dry bulk density = 1,83 kg/cm3, stabilitas= 786 kg, kenaikan stabilitas setelah perendaman 4 hari = 72,58 %, Marshall quotient = 3,9 kN/mm dan kadar rongga udara = 24,27 %.

2) DGEM yang telah dihampar dan dipadatkan dengan mesin gilas roda tiga di lapangan mempunyai karakteristik dry bulk density =1,88 kg/cm3, stabilitas = 1.555 kg, Marshall quotient = 4,1 kN/mm dan kadar rongga udara = 22,24 %. 3) Mengingat stabilitas DGEM dan Marshall quotient yang dipadatkan di

laboratorium dengan alat Marshall maupun dipadatkan dilapangan dengan mesin gilas dapat memenuhi persyaratan untuk campuran aspal panas (ATB dan AC), maka rancangan campuran kerja DGEM dengan kadar aspal emulsi 9,8 % dan filler semen 3 % dapat digunakan sebagai bahan perkerasan seperti halnya campuran aspal panas yang mempunyai sifat cepat stabil.

Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan :

(9)

stabilitas yang dicapainya pada umur 1 hari dan setelah direndam 4 hari memenuhi syarat spesifikasi campuran panas sehingga setelah pekerjaan selesai lalu lintas bisa segera dibuka kembali.

2) Pada pelaksanaan dilapangan pelaksana diharapkan betul-betul mematuhi rancangan campuran kerja yang telah dibuat, antara lain kadar air optimum pencampuran dan pemadatan, kadar aspal emulsi optimum dan kadar filler semen yang digunakan.

3) Perlu di teliti campuran aspal emulsi bergradasi terbuka (OGEM) dengan menggunakan filler semen, karena OGEM diharapkan dapat menampung aspal emulsi lebih banyak sehingga jika sebagian aspal emulsi diserap oleh semen, masih cukup tersedia residu aspal emulsi sebagai bahan pengikat.

SUMMARY

(10)

have failed of not satisfy. The Weakness of cold asphalt mixture are the stability generally lower when compared to hot asphalt mixture and at the moment finishing of compaction the pavement relative unstable, so that for the work of pavement overlay is not suitable. The reason is traffic have to remain opened in pavement overlay project.

Research using cement filler in cold asphalt mixture take place during 2 year. The first year of research was conducted in laboratory with aim to get economic mixture design but still meet the required specification. Research at second year is trial paving at site to examine the mixture design was obtained at first year research. The general purpose of using of cement filler in cold asphalt mixture are to accelerate and increase the mixture stability. Type of cold asphalt mixture that is examined in this research is dense graded emulsion mixture (DGEM).

At the second year, the research have the following specific objectives : 1) To investigate the characteristic of mixture design was obtained in the first

year but by mixing in full scale by mechanical mixer. However the compaction of sample use Marshall apparatus.

2) To know the characteristic of mixture design was obtained in the first year after mixing by mechanical mixer, spread and compacted by three wheel roller.

3) Identify cold asphalt mixture design using filler cement that in the early time have stability equal to hot asphalt mixture stability usually used in road project by government.

(11)

can be definitively expressed to replace hot asphalt mixture which usualy use at road projects in Indonesia.

Based on research conducted in the second year, it was obtained the following conclusions :

1) Mixture design of DGEM mixed with mechanical mixer have the characteristic of dry density bulk = 1,83 gr / cm3, stability= 786 kg, increasing of stability after 4 days soaking = 72,58 %, Marshall quotient = 3,9 kN /mm an air void in mixture= 24,27 %.

2) DGEM have been spread and compacted by three wheel roller on site have the characteristics of dry bulk density = 1,88 gr / cm3, stability = 1.555 kg, Marshall quotient = 4,1 kN /mm and air void = 22,24

3) Base on stability and Marshall quotient of DGEM is compacted at laboratory by means of Marshall equipment and compacted on site by three wheel roller meet the specification of hot asphalt mixture( ATB and AC), hence job mixture formula of DGEM with 9,8 % emulsion asphalt content and cement filler 3 % can be used as pavement material like hot asphalt mixture which have early stable characteristic.

As the follow-up of this research, it is suggested :

1) Using of cement filler 3 % to dense graded emulsion mixture ( DGEM) can be used for the work of pavement overlay, because stability at 1 day and after 4 days soaking are meet the standard specification for hot mixture.

2) During construction period the field supervisor is expected really follow the mixture design have been made. For example, the optimum water content of mixing and compaction, optimum asphalt emulsion content and rate of cement filler should be controlled during construction.

(12)

PRAKATA

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas perkenan Nya laporan penelitian yang berjudul “Percepatan dan Penambahan Stabilitas Campuran Aspal Dingin Dengan Filler Semen” dapat diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari rancangan campuran aspal dingin dengan filler semen yang mempunyai stabilitas lebih tinggi dan lebih cepat pencapaian stabilitas maksimumnya jika dibandingkan dengan campuran aspal dingin tanpa menggunakan filler semen. Campuran aspal dingin yang diteliti adalah Campuran Aspal Emulsi Gradasi Rapat (Dense Graded Emulsion Mix).

Laporan penelitian tahun ke 2 merupakan laporan akhir penelitian yang kami lakukan, sehingga untuk itu selaku peneliti kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah berkenan membiayai penelitian ini lewat program penelitian hibah bersaing.

2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UMS yang telah memfasilitasi segala keperluan dan kelengkapan sejak pengajuan proposal sampai tersusunnya laporan ini.

3. Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil FT-UMS yang telah menyediakan semua peralatan dan tenaga teknisi sehingga penelitian ini biasa berjalan dengan lancar.

4. PT. Hutama Prima selaku produsen aspal emulsi di Indonesia yang telah membantu menyediakan aspal emulsi untuk pelaksanaan penelitian ini.

5. CV. Mumpuni Kartasura yang telah berkenan meminjamkan Molen serta Mesin Gilas Roda Tiga.

(13)

7. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah ikut memberikan bantuannya sehingga penelitian ini berlangsung dengan lancar.

Akhirnya kami harapkan semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada para pelaksana pekerjaan jalan raya, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan campuran aspal dingin. Tak lupa segala macam kritik dan saran demi sempurnanya laporan penelitian ini selalu kami harapkan.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

(14)

DAFTAR ISI

halaman HALAMAN PENGESAHAN

RINGKASAN DAN SUMMARY PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii vii ix xi xii xiii BAB I. BAB II. BAB III. BAB IV. BAB V. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1.2.Perumusan Masalah TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Aspal Emulsi

2.2.Klasifikasi Aspal Emulsi 2.3.Kandungan Aspal Emulsi

2.4.Perancangan Campuran Aspal Emulsi

2.5.Pengaruh Penyimpanan terhadap Karakteristik Campuran Aspal Dingin

2.6.Penggunaan Bahan Tambah pada Aspal Emulsi TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1.Tujuan Penelitian

3.2.Manfaat Penelitian

METODE PENELITIAN

4.1.Percobaan penghamparan campuran aspal dingin

4.2. Pengujian Karakteristik Campuran Aspal Dingin dengan Alat Marshall

4.3.Pengujian Kadar Residu Aspal Dengan Extraction Apparatus

4.4.Pengujian Karakteristik Perkerasan Aspal HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(15)

BAB VI.

5.1. Percobaan Pencampuran di Laboratorium 5.2. Percobaan Penghamparan di Lapangan KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6

Rancangan campuran kerja

Hasil pengujian campuran DGEM kadar filler semen 4,5 % Hasil pengujian campuran DGEM kadar filler semen 3 % Hasil pengujian campuran DGEM di lapangan

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 2.5. Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Tabel 5.6. Tabel 5.7. Tabel 5.8.

Bahan campuran aspal dingin gradasi terbuka Bahan campuran aspal dingin gradasi tertutup Persyaratan karakteristik campuran aspal panas Komposisi-komposisi dalam semen

Hasil pengujian campuran aspal dingin dengan alat Marshall Rancangan campuran aspal dingin dengan kadar filler semen 4,5 % untuk pengujian skala penuh di laboratorium

Hasil pengujian benda uji dengan kadar filler semen 4,5 %. Rancangan campuran aspal dingin dengan kadar filler semen 3 % untuk pengujian skala penuh di laboratorium

Hasil pengujian benda uji dengan kadar filler semen 3 % Rancangan campuran berdasar volume untuk pekerjaan di lapangan

Hasil pengujian benda uji untuk pencampuran di lapangan Hasil pengujian benda uji DGEM yang telah dihampar di lapangan

Persentase karakteristik DGEM di lapangan terhadap karakteristik DGEM di laboratorium

(18)
[image:18.612.132.512.149.440.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 2.4. Gambar 2.5. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 5.1. Gambar 5.2. Gambar 5.3. Gambar 5.4. Gambar 5.5. Gambar 5.6. Gambar 5.7. Gambar 5.8. Gambar 5.9. Gambar 5.10.

Aspal emulsi (Holleran & Reed, 1996)

Skema pembuatan aspal emulsi (Holleran & Reed, 1996) Aspal emulsi anionik (Holleran & Reed, 1996)

Aspal emulsi kationik (Holleran & Reed, 1996)

Hubungan antara kadar filler dan stabilitas campuran aspal dingin

Bagan alir penelitian thaun ke 1 Extraction apparatus

Pencampuran campuran aspal dingin dengan molen di laboratorium

Pemadatan benda uji dengan penumbuk alat Marshall Benda uji setelah pemadatan sebelum dikeluarkan dari cetakan

Pengujian stabilitas dan kelelehan benda uji dengan alat Marshall

Hubungan antar umur DGEM dan stabilitas

Bahan-bahan dalam ember siap dimasukkan ke molen Penuangan campuran aspal dingin yang telah merata Penghamparan DGEM dengan tenaga manusia Pemadatan DGEM dengan mesin gilas roda tiga

(19)

1

RINGKASAN

Campuran aspal dingin dengan menggunakan perekat aspal emulsi

sebetulnya mempunyai banyak keuntungan antara lain siap pakai, ramah lingkungan

dan dapat meggunakan alat-alat sederhana seperti

pan mixer

atau beton molen

sehingga dapat dilaksanakan oleh kontraktor lokal yang merupakan pengusaha

golongan ekonomi lemah. Akan tetapi banyak proyek jalan di Indonesia yang

mencoba campuran aspal dingin banyak mengalami kegagalan atau hasilnya masih

kurang memuaskan. Kelemahan dari campuran aspal dingin adalah stabilitasnya yang

relatif rendah bila dibandingkan dengan campuran aspal panas dan saat selesai

dipadatkan campuran relatif masih goyang sehingga untuk pekerjaan pelapisan ulang

jalan lama kurang layak karena lalu-lintas harus tetap dibuka.

Penelitian penggunaan filler semen pada campuran aspal dingin ini

berlangsung selama 2 tahun. Tahun pertama merupakan penelitian di laboratorium

yang bertujuan untuk mendapatkan rancangan campuran yang paling ekonomis tetapi

masih memenuhi spesifikasi. Sedang penelitian tahun ke dua merupakan percobaan

penghamparan campuran aspal dingin di lapangan untuk menguji rancangan

campuran yang di peroleh pada tahun pertama. Penggunaan filler semen pada

campuran aspal dingin ini secara garis besar bertujuan untuk mempercepat dan

meningkatkan stabilitas campuran aspal dingin. Campuran aspal dingin yang diteliti

adalah dari jenis campuran aspal emulsi bergradasi rapat (

dense graded emulsion

mix

) atau sering disingkat dengan nama DGEM.

Khusus pada tahun ke dua ini penelitian mempunyai tujuan-tujuan sebagai

berikut :

1)

Mengetahui karakteristik rancangan campuran yang diperoleh pada tahun ke satu

dengan cara dicampur dalam skala penuh menggunakan alat pencampur mekanis.

(20)

2

2)

Mengetahui karakteristik cancangan campuran yang diperoleh pada tahun ke satu

dengan cara dicampur dalam skala penuh dan dihampar di lapangan serta

dipadatkan dengan mesin gilas roda tiga.

3)

Menetapkan rancangan campuran aspal dingin dengan filler semen yang dalam

waktu yang cepat stabilitasnya dapat memenuhi persyaratan campuran aspal

panas yang biasa di gunakan di proyek jalan oleh pemerintah.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut rancangan campuran yang diperoleh

pada tahun ke satu diuji lagi di laboratorium akan tetapi pencampurannya dengan

menggunakan mesin pencampur. Berdasar penelitian di laboratorium pada tahun ke

dua ini ditetapkan rancangan campuran kerja yang akan diuji dengan skala penuh di

lapangan. Hasil penghamparan dengan skala penuh ini kembali diuji karakteristiknya.

Jika ternyata hasilnya memenuhi spesifikasi campuran aspal dingin dan stabilitasnya

memenuhi spesifikasi campuran aspal panas, maka rancangan campuran kerja secara

definitif dinyatakan layak untuk menggantikan campuran aspal panas yang biasa

digunakan pada proyek-proyek jalan di Indonesia.

Berdasar penelitian yang dilakukan pada tahun ke dua ini diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1)

Rancangan campuran DGEM yang dicampur dilapangan dengan mesin

pencampur (molen) mempunyai karakteristik

dry bulk density

= 1,83 kg/cm

3

,

stabilitas=

786 kg, kenaikan stabilitas setelah perendaman 4 hari = 72,58

%,

Marshall quotient

= 3,9 kN/mm dan kadar rongga udara = 24,27

%.

2)

DGEM yang telah dihampar dan dipadatkan dengan mesin gilas roda tiga di

lapangan mempunyai karakteristik

dry bulk density

=1,88 kg/cm

3

, stabilitas =

1.555 kg,

Marshall quotient

= 4,1 kN/mm dan kadar rongga udara = 22,24

%.

3)

Mengingat stabilitas

DGEM

dan

Marshall quotient

yang dipadatkan di

laboratorium dengan alat Marshall maupun dipadatkan dilapangan dengan mesin

gilas dapat memenuhi persyaratan untuk campuran aspal panas (ATB dan AC),

(21)

3

filler semen 3 % dapat digunakan sebagai bahan perkerasan seperti halnya

campuran aspal panas yang mempunyai sifat cepat stabil.

Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan :

1)

Penggunaan filler semen sebesar 3 % pada campuran aspal dingin gradasi rapat

(DGEM) dapat digunakan untuk pekerjaan pelapisan ulang, karena stabilitas yang

dicapainya pada umur 1 hari dan setelah direndam 4 hari memenuhi syarat

spesifikasi campuran panas sehingga setelah pekerjaan selesai lalu lintas bisa

segera dibuka kembali.

2)

Pada pelaksanaan dilapangan pelaksana diharapkan betul-betul mematuhi

rancangan campuran kerja yang telah dibuat, antara lain kadar air optimum

pencampuran dan pemadatan, kadar aspal emulsi optimum dan kadar

filler

semen

yang digunakan.

3)

Perlu di teliti campuran aspal emulsi bergradasi terbuka (OGEM) dengan

menggunakan filler semen, karena OGEM diharapkan dapat menampung aspal

emulsi lebih banyak sehingga jika sebagian aspal emulsi diserap oleh semen,

(22)

4

SUMMARY

Cold Asphalt mixture by using emulsion asphalt as binder have many

advantages, for example ready for use, environmental friendliness and it can use

simple machine during construction like pan mixer or concrete mixer so that the

work can be executed by local contractor which is generally does not have heavy

equipment. However, most of projects in Indonesia that tried cold asphalt mixture

have failed of not satisfy. The Weakness of cold asphalt mixture are the stability

generally lower when compared to hot asphalt mixture and at the moment finishing of

compaction the pavement relative unstable, so that for the work of pavement overlay

is not suitable. The reason is traffic have to remain opened in pavement overlay

project.

Research using cement filler in cold asphalt mixture take place during 2

year. The first year of research was conducted in laboratory with aim to get economic

mixture design but still meet the required specification. Research at second year is

trial paving at site to examine the mixture design was obtained at first year research.

The general purpose of using of cement filler in cold asphalt mixture are to accelerate

and increase the mixture stability. Type of cold asphalt mixture that is examined in

this research is dense graded emulsion mixture (DGEM).

At the second year, the research have the following specific objectives :

1)

To investigate the characteristic of mixture design was obtained in the first year

but by mixing in full scale by mechanical mixer. However the compaction of

sample use Marshall apparatus.

2)

To know the characteristic of mixture design was obtained in the first year after

mixing by mechanical mixer, spread and compacted by three wheel roller.

3)

Identify cold asphalt mixture design using filler cement that in the early time

have stability equal to hot asphalt mixture stability usually used in road project

(23)

5

In order to reach the research objectives, the mixture design was obtained in

the first year retested in laboratory to investigate the mixture characteristic. However

the mixing of asphalt an aggregate by using mechanical mixer. Based on laboratory

research in the second year, it is specified job mixing formula that will be tested in

full scale on site. Result of trial paving than tested to know the characteristic. If the

mixture characteristic meet with the specification of cold asphalt mixture and the

stability equal or greater than stability in the specification of hot asphalt mixture,

hence the job mixing formula can be definitively expressed to replace hot asphalt

mixture which usualy use at road projects in Indonesia.

Based on research conducted in the second year, it was obtained the

following conclusions :

1)

Mixture design of DGEM mixed with mechanical mixer have the characteristic

of dry density bulk = 1,83 gr / cm3, stability= 786 kg, increasing of stability after

4 days soaking = 72,58 %, Marshall quotient = 3,9 kN /mm an air void in

mixture= 24,27 %.

2)

DGEM have been spread and compacted by three wheel roller on site have the

characteristics of dry bulk density = 1,88 gr / cm3, stability = 1.555 kg, Marshall

quotient = 4,1 kN /mm and air void = 22,24

3)

Base on stability and Marshall quotient of DGEM is compacted at laboratory by

means of Marshall equipment and compacted on site by three wheel roller meet

the specification of hot asphalt mixture( ATB and AC), hence job mixture

formula of DGEM with 9,8 % emulsion asphalt content and cement filler 3 %

can be used as pavement material like hot asphalt mixture which have early

stable characteristic.

As the follow-up of this research, it is suggested :

1)

Using of cement filler 3 % to dense graded emulsion mixture ( DGEM) can be

used for the work of pavement overlay, because stability at 1 day and after 4 days

(24)

6

2)

During construction period the field supervisor is expected really follow the

mixture design have been made. For example, the optimum water content of

mixing and compaction, optimum asphalt emulsion content and rate of cement

filler should be controlled during construction.

3)

It is necessary to do further research for open graded emulsion mixture ( OGEM)

by using cement filler, because OGEM expected can accommodate more

emulsion asphalt so that if some of emulsion asphalt is absorbed by cement, it is

Gambar

Gambar   2.1.

Referensi

Dokumen terkait

U tom smislu svi turistički sadržaji destinacije koji predstavljaju aktivno sudjelovanje turista u procesu pružanja usluge, spontane reakcije turista, društveni kontakti

Subjek penelitian dipilih dengan cara purposive sampling yaitu informan diambil menurut pertimbangan yang sesuai dengan tujuan peneliti diantaranya adalah seorang

Kao što ćemo vidjeti u drugom poglavlju, pokazuje se da je ovakav model prigodan za praktičnu uporabu (pogotovo u računarstvu). Svojstva, odnosno ponašanje

Ia mencatat bahwa dalam dua agama itu, sembahyang dalam kondisi mabuk dilarang secara tegas (berbeda dengan Yahudi, Islam belakangan melarang orang meminum minuman memabukkan

Adapun metode yang digunakan KH. Bishri dalam menyusun tafsirnya berdasarkan penerapan tafsirnya dapat dikatakan sebagai metode tahlili> karena menafsirkan ayat demi

Untuk mempermudah proses pelepasan saat pembuatan produk dan juga untuk mencegah terjadinya defleksi pada molding maka dapat dipasangkan papan penguat pada setiap sisi molding

Penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar mempunyai manfaat praktis sebagai beriku: (1) media pembelajaran dapat menjelaskan penyajian pesan dan

Penelitian difokuskan pada pengkajian kemampuan manjemen teknologi proses pembuatan kapal ikan tuna tipe 60 GT Long Line yang meliputi pengkajian indikator