• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motif Waria Penari Ular dalam Acara Pesta di Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Motif Waria Penari Ular dalam Acara Pesta di Surabaya"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

MOTIF WARIA PENARI ULAR DALAM ACARA PESTA DI SURABAYA

Sarah Nida Majidah

Program StudI S1-Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya Sarahnida98@gmail.com

Arief Sudrajat

Program StudI S1-Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

Arief55281@yahoo.com.au

Abstrak

Seni adalah suatu bentuk aktivitas yang mencerminkan suatu keindahan yang beragam dan dapat dimunculkan melalui ekspresi, tindakan keterampilan maupun hiburan Umumnya bentuk seni yang berkembang saat ini seni sebagai hiburan contohnya tarian ular. tari tersebutmerupakan kreasi dari tarian perut yang berasal dari Negara Timur Tengah. Tarian ini lazimnya dilakukan oleh perempuan tetapi di Surabaya justru dilakukan oleh seorang waria dalam acara pesta. Penelitian kualitatif ini membahas tentang motif sosial waria penari ular dalam acara pesta di Surabaya dengan pendekatan konsep teori Alferd Schutz. Waktu Penelitian dilakukan dari Agustus ± Oktober 2016. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pekerjaan sebagai penari ular mulai diminati oleh para waria sejak tahun 2000. Dibalik praktiknya yang sempat menjadi kontraversi, para waria penari ular tetap bertahan sebagai penari dikarenakan berbagai motif yang terdiri dari motif sebab dan motif tujuan. Because of motif yang didapat yaitu tertarik dengan hal baru, kebutuhan sosialisasi dengan lingkungan sekitar, pengakuan masyarakat tentang waria penari ular kurang, sulit mencari pekerjaan, kondisi perekonomian dan hobi yang tertanam sejak kecil. Sedangkan dari pekerjaan sebagai penari ular para informan memiliki tujuan tersendiri untuk dapat dicapai yaitu menjadi entertainer sejati, ingin mendapatkan banyak teman, ingin dikenal masyarakat dengan ciri khas yang dimiliki, mendapatkan penghasilan lebih dan menyalurkan (mengeksplor) bakat.

Kata kunci : Motif, Waria, Seni

Abstract

Art is a form of activity that reflects a diversity of beauties and can be expressed through expressions, acts of skill and entertainment Generally the art form that develops today art as entertainment for example snake dance. The dance is a creation of belly dance originating from the middle east country. This dance is usually done by women but in Surabaya it is done by a transvestite in the party. This qualitative research discusses the social motives of shemale snake dancers in a party event in Surabaya with the approach of Alferd Schutz theory concept. Time research conducted from august to october 2016. Based on the results of the study can be concluded that the work as a snake dancer began to demand by the shemale since 2000. Behind the practice that had become a contraversy, the transsexual snake dancers still survive as a dancer due to various motives consisting of motives cause and motive purpose. Because of the motive that is attracted by the new things, the need for socialization with the surrounding environment, the public recognition of shemale are less snake, difficult to find a job, economic conditions and hobbies are embedded since childhood. While the work as a snake dancer the informants have their own goals to be achieved that is to be a true entertainer, want to get many friends, want to be known by the community with their own characteristics, earn more income and channel (explore) talent.

Keywords: Motives, shemale , Art

PENDAHULUAN

Pesta merupakan suatu acara sosial yang dilakukan dengan cara perayaan dan identik dengan sebuah

penjamuan makan minum. Pesta biasanya memiliki erat kaitan dengan seseatu yang bersifat sakral, keagamaan, memiliki kaitan dengan musim tertentu.Pesta dapat berbemtuk pribadi maupun perayaan secara besar-besaran

(2)

dengan tujuan memeriahkan peristiwa tertentu di kehidupan. Suatu pesta biasanya diselenggarakan dengan cara yang sederhana sampai mewah, biasanya juga terdapat kerabat-kerabat dari penyelenggara pesta. Pesta tidak pernah terlepas dari penjamuan tamu yang bertujuan untuk menghormati para tamu. Selain penjamuan, penyelenggara pesta umumnya juga menyajikan suatu hiburan untuk memeriahkan pesta.

Hiburan yang mereka sajikan mengandung unsur kebudayaan dan bertujuan untuk menghibur para tamu yang hadir dalam acara pesta tersebut. Hiburan terdiri dari bermacam-macam bentuk. Hiburan dalam sebuah acara biasanya disesuaikan dengan adat yang mereka gunakan dalam pesta tersebut. Namun, seiring berjalannya zaman menuju era modernisme banyak yang menggunakan adat modern diluar dari adat yang biasanya. Hiburan memiliki dua macam bentuk yaitu diantaranya adalah hiburan tradisional dan hiburan kontemporer. Hiburan tradisional umumnya mencakup suatu kreativitas yang mencakup wilayah lokal atau asli dari daerah setempat yang dilestarikan oleh masyarakat dan memiliki batasan dan makna yang kental. Sedangkan hiburan kontemporer adalah suatu kreativitas yang telah mengalami proses modernisasi dan tidak terikat oleh aturan-aturan masyarakat pada zaman dahulu contohnya adalah dance. Seiring berkembangnya zaman, industri hiburan secara kontemporer semakin merajalela bahkan keberadaannya mengancam hiburan tradisional. Hal tersebut dapat dilihat dari fenomena masyarakat yang mengadakan pesta umumnya kini menampilkan seni-seni kontemporer yaitu tarian modern (modern dance). Salah satu tarian modern yang kini digemari banyak orang yaitu tarian ular.

Tarian ular merupakan tarian yang berkembang di Indonesia saat ini setelah keberadaannya sering kali dipertontonkan dalam acara televisi timur tengah diantaranya India dan Mesir. Tarian ini awal mulanya berkembang di wilayah Tuban dan Jombang provinsi Jawa Timur dan sekarang mulai marak didaerah lainnya yaitu diantaranya kota Surabaya. Tarian ular umumnya terdapat didaerah yang berkarakter terbuka dengan kebudayaan yang ada yaitu tidak membatasi budaya yang masuk dari luar tetapi melakukan seleksi secara selektif. Namun didaerah Surabaya tepatnya disekitar Wisata Religi Sunan Ampel yang sebagian masyarakatnya terdiri dari masyarakat Jawa, Madura, Arab serta mayoritas beragama muslim. Namun tarian ini umumnya ada di masyarat etnis Madura. Sesungguhnya bukanlah hal yang mudah untuk menerima budaya tari ular ini apalagi daerah ini dikelilingi oleh masjid-masjid dan makam leluhur dan nenek moyang kaum islam. Konon, daerah ini tidak diperbolehkan merayakan pesta secara ramai dan menyelenggarakan hiburan yang bersifat menganggu

ketentraman warga dan makam-makam leluhur islam tersebut.

Penari pada umumnya diidentikkan dengan pekerja seni yang memiliki jenis kelamin perempuan akan tetapi kenyataan kini aktivitas menari juga dapat dilakukan oleh kaum laki±laki. Aktivitas menari yang kental dengan budaya energik, lemah gemulai dan power yang kuat tak membuat para penari laki-laki kalah dengan penari perempuan bahkan untuk menjiwai tarian mereka rela menampilkan dirinya sebagai jiwa perempuan dan diwujudkan dengan sosok penari waria. Hal ini karena banyak pekerjaan sekarang berdasarkan identitas dan peranannya sehingga sebagian dari waria harus rela untuk bekerja di sektor informal guna untuk bertahan hidup. Selain itu juga dipengaruhi dengan jumlah waria di Indonesia yang semakin banyak yaitu menurut Direktorat Jenderal Administrasi dan Kependudukan Kementerian Dalam Negeri pernah mendata jumlah waria di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 400 ribu waria, pada tahun 2008 mencapai 600 ribu waria, dan pada tahun 2013 mencapai 7 juta waria (Kemendagri 2013, (Online)). Kenaikan yang terjadi juga dilandasi oleh alasan mereka memilih bekerja sebagai penari ular.

Fenomena yang terjadi pada para waria penari ular ini cukup menarik untuk dikaji ulang dalam hal motif para waria penari ular dalam acara pesta di Surabaya. Hal ini dikarenakan Setiap pekerjaan yang diambil oleh para waria penari ular tidak selalu memiliki alasan yang sama terutama penyebab dan tujuan mereka dalam menari serta kondisi obyektif yang dialaminya.

Maka dari itu pada kajian selanjutnya akan dilakukan suatu penelitian yang diharapkan agar mengetahui apakah motif yang dilakukan para waria penari ular dan penyebab serta tujuan yang ingin dicapainya. Selain itu agar dapat mengetahui tentang kondisi obyektif yang dialami para penari ular dengan bekerja sebagai penari ular. Penelitian ini dilakukan agar bisa mengkaji lebih mendalam tentang motif waria penari ular dalam acara pesta.

TINJAUAN TEORITIS

Seni merupakan suatu bentuk aktivitas yang mencerminkan suatu keindahan yang beragam dan dapat dimunculkan melalui ekspresi, tindakan keterampilan PDXSXQ KLEXUDQ 6HQL EHUDVDO GDUL NDWD µVDQL¶ GDUL EDKDVD Sansekerta yang berarti pemujaan, pelayanan, permintaan, dan pencarian dengan hormat dan jujur. (Jazuli, 2014: 29) Didalam suatu seni terdapat suatu simbol yang tidak menyampaikan suatu makna akan tetapi, menyampaikan suatu pesan yang berfungsi untuk diresapi oleh seorang seniman maupun masyarakat yang melihat pertunjukan seni tersebut. Umumnya, Seniman

(3)

3 dalam berperilaku seni dibagi menurut gender untuk menentukan peran, fungsi dan status.

Perilaku seni dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pendekatan secara alami dan pendekatan secara budaya. Perilaku seni alami adalah berdasarkan pada (sex) yang dimiliki individu berdasarkan kodrat alam yaitu keberadaan laki-laki dan perempuan, sedangkan perilaku seni secara budaya didasarkan oleh peran yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan atas nilai-nilai budaya dimasyarakat misalnya dalam suatu pagelaran terdapat penokohan, perwatakan, dll. Peran tersebut dapat menjadi sebuah landasan motif yang dilakukan.

Motif menurut Gerungan merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. (Ginintatasi,2012, (Online)) Namun dalam kehidupan sosial motif dapat memiliki berbagai wujud salah satunya adalah motif sosial yang terjadi karena adanya peranan penting dalam lingkungan individu terutama interaksi yang terjalin sehingga membentuk tindakan sosial individu. Sebuah interaksi sosial akan kacau bilamana antara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan. (Suyanto, 2013 : 20) Hal ini membuat tindakan seseorang dilihat dari subyektivitas dan pandangan dari orang lain.

Secara teoritis penelitian ini termasuk dalam penelitian fenomenologi yang menjadikan pengalaman kehidupan merupakan hal yang memiliki nilai makna tersendiri. Fenomena sosial umumnya terjadi karena dilandasi oleh kesadaran dan ketidaksadaran manusia dalam melakukan tindakan sosial. Tindakan sosial tidak pernah terlepas dari pengalaman hidup manusia. Dalam mempelajari pengalaman hidup manusia dibutuhkan suatu pandangan fenomenologi. Salah satu pemikir Sosiologi tentang fenomenologi adalah Alferd Schutz. Fenomenologi Schutz berkembang di benua Amerika yang mulanya memfokuskan pada proses sosialisasi kehidupan sehari-hari yang mampu menjadikan suatu pengetahuan umum dalam masyarakat diantaranya adalah kemampuan individu dalam berinteraksi.

Fokus tersebut lalu dikembangkan oleh Schutz melalui dunia intersubjektif yang didalamnya selain terdapat kesadaran manusia juga terdapat kesadaran orang lain melalui sebuah pengalaman. Pada dasarnya, pengalaman hidup individu tidak semuanya nyata dan sesuai dengan rencana manusia tetapi terkadang dalam kehidupan sehari-hari pengalaman mampu bersifat praktis. Kehidupan keseharian merupakan wadah kehidupan sosial dimana manusia memperlakukan dunia ini sebagai lahan yang harus dikuasai, dan mereka berusaha keras untuk mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar untuk mencapai pada

rencana-rencana kehidupan mereka. (Zeitlin, 1995 : 260) Rencana tersebut dianggap sebagai proyek diri individu. Dalam proyek kehidupan, manusia mengalami kecemasan dan keraguan di mana mereka mencemaskan jika tujuan kehidupan mereka belum tercapai sepenuhnya dan sikap ini merupakan sikap alami yang dimiliki manusia. Sikap tersebut menurut pemikiran Manusia dalam konsep Schutz dapat melandasi motif yang dimiliki oleh seseorang. Orang dalam hal ini memiliki sebutan sebagai aktor. Motif dibagi menjadi dua macam yaitu motif sebagai suatu tujuan dan motif sebagai sebab. sehingga suatu motif menjadi hal yang tidak mudah dikonstruksikan dan dipahami oleh orang lain.

METODE

Penelitian ini merupakan penarlitian dalam bentuk kualitatif. Penelitian Kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata±kata lisan maupun tertulis,dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang±orang yang diteliti. (Suyanto,2010 : 166) Pada dasarnya penelitian kualitatif sangat sesuai diterapkan bila penelitian itu bertujuan untuk memahami makna yang mendasari tingkah laku manusia. (Suyanto, 2010 : 174) Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek apa adanya. (Sangadji, 2010 : 24) Dalam penelitian ini, peneliti melakukan secara murni yaitu tidak ada hal diekspresrimen dan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Fenomenologi. Fenomenologi tidak mencoba mereduksi gejala menjadi variabel-variabel yang bisa diidentifikasi dan mengontrol konteks dimana gejala itu hendak dikaji. (Putra, 2013 : 126) Selain itu, fenomenologi dianggap sebagai cabang dari konstruktivisme, interpretif, interaksi simbolik, etnometodologi dan prespektif dalam (inner prespective). Fenomenologi umumnya didasari oleh pengalaman yang dimiliki individu atau kelompok. Pengalaman tersebut mampu didapatkan melalui pencarian makna dari berbagai sudut pandang, sehingga untuk mengetahui makna yang sebenarnya maka peneliti harus didalami hal itu.

Menurut Alferd Schutz, Fenomenologi merupakan studi relevansi perbedaan-perbedaan bentuk pengetahuan bagi tindakan sosial. (Haryanto, 2013 : 145) Pengetahuan tersebut didapat melalui makna perkataan dan tindakan sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar. Pengetahuan secara tidak sadar merupakan tantangan tersendiri yaitu bertentangan dengan stock of knowledge yang dimiliki oleh masyarakat. stock of knowledge dicirikan sebagai pengetahuan rasionalitas yang sudah paten secara ilmiah

(4)

berbeda dengan pengetahuan tidak sadar yang merupakan rasionalitas yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.

Tempat penelitian ini berada di wilayah Surabaya Timur tepatnya di daerah Selain itu, wilayah penelitian ini juga dikelilingi oleh berbagai makam Sunan dan buyut-buyut orang wilayah ini. Wilayah penelitian ini mencakup berbagai nama tempat yang berada dalam satu kecamatan Simokerto diantaranya adalah Sidonipah, Sidodadi, Donokerto bahkan Bulak Banteng. Tak hanya itu, di wilayah ini juga merupakan tempat tinggal para seniman yaitu penari ular tersebut. Waktu penelitian dilakukan pada waktu luang dan pada saat para penari tersebut melakukan pekerjaannya yaitu pada saat ada pesta dan setelah proposal ini disetujui yaitu bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2016.

Subjek penelitian ini adalah para waria yang memiliki pekerjaan sebagai seniman khususnya penari ular dan melakukan praktik tari ular di acara pesta. Selain itu juga dilakukan pada waria penari ular yang memiliki modal baik bakat maupun media dan peralatan penunjang tarian mereka. Subjek penelitian dipilih dengan cara purposive sampling yaitu informan diambil menurut pertimbangan yang sesuai dengan tujuan peneliti diantaranya adalah seorang waria yang tidak hanya berperilaku seperti wanita pada saat pentas namun juga dalam kehidupan kesehariannya, memiliki modal penunjang tarian yaitu ular dan waria yang melakukan pentas tarian ular khususnya di daerah Surabaya yang telah bekerja >1 tahun, usia masih produktif 15-65 tahun, memiliki pengalaman pentas, dan bertempat tinggal di kota Surabaya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga tahap yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Pertama, observasi dilakukan dengan cara mengamati keadaan para waria penari ular dalam acara pesta yang didatangi yaitu acara pernikahan, khitan, bazar, maupun perayaan hari kemerdekaan. Dalam observasi peneliti akan ikut terjun bersama informan dan menjadi bagian dari anggota tim tarinya yaitu dengan menjadi asisten dari waria penari ular. Kedua, Teknik wawancara secara mendalam bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap dan mendalam dari informan dengan lebih memfokuskan pada pokok persoalan. wawancara tersebut dilakukan secara terstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara yang terdiri dari berbagai macam pertanyaan serta dibantu dengan media yaitu tape recorder agar peneliti dapat menangkap pembicaraan dari informan lebih jelas lagi. Ketiga, Dokumentasi dijadikan sebagai penunjang data dan membantu dalam hal analisis diantaranya data baik berupa gambar, arsip-arsip (jurnal, teks), foto maupun video. Dokumen tersebut didapat dari berbagai kegiatan dan perilaku penari ular waria tersebut ketika kegiatan

pentas di acara-acara pesta maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah reduksi data dilakukan dengan penyeleksian data dan penguraian data sesuai dengan apa yang peneliti butuhkan yang didalamnya dibutuhkan cara abstraksi yaitu memilih informasi yang berguna melalui kata-kata yang bisa dijadikan sebagai data dan mana yang tidak dapat dijadikan sebagai data. Kedua Penyajian data yaitu data yang ada di deskripsikan dan diseleksi yang sesuai dengan kebutuhan. Data yang diseleksi tersebut meliputi motif yang digunakan oleh para waria penari ular dan bagaimana mereka melakukan motif tersebut dalam kehidupannya serta diseleksi mana yang because of motif dan in order of motif. Lalu teori yang ada digabungkan dengan realitas yang terjadi dan dianalisis sesuai dengan teori tersebut. Ketiga, Kesimpulan dan verifikasi data yaitu dari hasil penelitian didapatkan hasil melalui proses pembuktian kebenaran yang dikaitkan dengan teori.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehidupan manusia pada umumnya berjalan dengan berbagai macam jalan cerita yang didalamnya tidak selalu mulus. Dalam kehidupan tersebut manusia mengalami tiga fase waktu kehidupan yaitu fase masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Fase-fase di atas membuat manusia hidup untuk belajar dari masa yang telah dilampauinya menuju tujuan hidup yang direncanakan meskipun terkadang tidak semuanya dapat terwujud. Rencana dapat terwujud melalui tindakan dalam kehidupan keseharian yang dilakukan manusia dalam dirinya melalui bentuk pengalaman hidup. Pengalaman hidup setiap subjek mengalami perbedaan bergantung pada setiap tujuan, pemikiran secara sadar dan cara pandang pada kehidupan yang dijalaninya. Cara pandang tersebut dapat dilihat dari penyebab seseorang melakukan suatu tindakan seperti yang dilakukan oleh para waria penari ular di Surabaya.

Penyebab tindakan umumnya tidak dapat diidentifikasi secara instan bahkan perlu waktu yang lama untuk mengetahui alasannya. Alasan yang menjadi dasar terbentuknya perilaku manusia tersebut terjadi secara sadar maupun tidak sadar. Kesadaran memiliki sifat tidak dapat digambarkan karena didalamnya terdapat tanda yaitu pengalaman hidup seseorang. Pengalaman hidup antara individu yang satu dan lainnya tidak selalu memiliki kemiripan dan setiap pengalaman memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri yang ditunjukkan melalui sikap alami. Dalam sikap alami mereka, diatur oleh motif-motif pragmatis yakni mereka berupaya mengontrol, menguasai, atau mengubah dunia dalam rangka menerapkan proyek-proyek dan

(5)

tujuan-5 tujuan mereka.(Irving M Zeitlin, 1995:263) Proyek-proyek tersebut juga ditunjukkan oleh tingkah laku yang dilakukan oleh penari ular guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa para waria penari ular melalukan tindakan menari disebabkan karena beberapa kondisi obyektif diantaranya yaitu Pertama, Keadaan sulit mendapatkan pekerjaan. Persoalan tentang pekerjaan semakin bertambahnya tahun masih menjadi polemik bagi banyak individu. Hasil pembahasan menyebutkan bahwa permasalahan tersebut juga dialami oleh sebagian waria yang memilih bekerja sebagai waria penari ular dikarenakan dirinya merasa kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. Banyak waria seperti informan yang memang menginginkan pekerjaan yang layak karena identitas sebagai waria sering kali dianggap bermasalah dengan pekerjaan yang dimiliki lebih banyak memiliki label yang kurang menyenangkan di masyarakat. Kedua, Keterasingan merupakan kondisi seseorang merasa tidak nyaman dan tersingkirkan dalam kehidupannya sendiri di lingkungan masyarakat. Menurut hasil dari temuan data para waria penari ular disebutkan mengalami suatu proses kehidupan yaitu keterasingan. Keterasingan yang didapat adalah dalam pekerjaan. Pekerjaan adalah tindakan manusia yang paling dasar: dalam pekerjaan, manusia membuat dirinya menjadi nyata.( Suseno, 2003 :89) Seseorang dianggap memiliki kehidupan yang nyata dengan bekerja yang didalamnya terdapat unsur usaha demi memnuhi kebutuhan-kebutuhannya. Manusia harus mencari dan mendapatkan kebutuhan dengan cara yang tidak mudah bahkan harus rela mengorbankan tenaga dan pikiran. Ketiga, Dunia Waria memiliki awal mula keidentikan dengan dunia Seks. Tak jarang dari mereka mendapatkan label bahwa menjadi seorang waria adalah suatu hal yang menyimpang dan tidak sesuai dengan norma yang dibangun pada masyarakat. Seksualitas tidak hanya didapat oleh orang dewasa namun disini juga didapatkan oleh anak-anak seperti yang terjadi pada para waria penari ular ketika berada pada usia anak-anak. Judith butler dalam bukunya menyebutkan bahwa orientasi seksual disini bukan menjadi penentu seseorang dalam memilih identitas dirinya.Masa anak-anak adalah masa tumbuh kembang sesorang terutama mengetahui segala hal terutama pada orientasi seks yang dimiliki.

Kemunculan kondisi obyektif disini memberikan pengaruh terhadap penyebab para waria ular menjadikan menari ular sebagai pekerjaan yang rutin yang tersusun dalam because of motif diantaranya yaitu:

1. Pengakuan masyarakat terhadap waria penari ular kurang yang dapat dilihat dengan Pandangan sebelah mata akan keberadaan waria. Pandangan ini menjadikan para waria tidak dapat mengekspresikan

dirinya dengan baik bahkan untuk mendapatkan kebebasan hidup mereka membutuhkan kekuatan berupa pikiran dan akal sehat agar keterbatasan dan pengakuan masyarakat tentang waria tidak menjadikan tekanan untuk diri mereka sendiri. 2. Kebutuhan sosialisasi dengan lingkungan sekitar

sosialisasi dibangun untuk belajar dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar agar sesuai dengan norma masyarakat tak terkecuali dengan para waria penari ular yang juga membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi. Hal ini terlihat dari pengalaman para waria disaat mereka sendiri sering kali mengalami keterasingan diri dan membuat mereka melampiaskan kesendiriannya tersebut kedalam hal yang tidak sesuai dengan jalur. Hal ini yang mendasari pemikiran mereka juga bahwa para waria penari ular juga membutuhkan orang lain untuk teman mengobrol, bertukar pikiran dan membantunya dikala dirinya membutuhkan pertolongan tak terkecuali ketika pentas berlangsung. Disini peran sosialisasi dibutuhkan karena tanpa ada sosialisasi kehidupan tidak dapat berjalan dengan baik serta orang lain tidak dapat mengerti makna dari tindakan yang dilakukan oleh para waria penari ular. Dalam pementasan, sosialisasi yang terjadi berbentuk pertolongan yang diberikan oleh asisten guna memudahkan para waria penari ular dalam melakukan segala hal persiapan sebelum pentas berlangsung.

3. Kondisi perekonomian keluarga disebutkan seringkali menjadi hal utama yang menyebabkan para waria bekerja sebagai penari ular. Dalam penelitian ini kondisi perekonomian keluarga lebih mengarah pada kelas menengah maupun menengah kebawah . Banyak dari para waria penari ular yang berasal dari keluarga yang sederhana dan apa adanya. Perekonomian ini membuat para waria penari ular harus bekerja lebih giat lagi dan sebagian dari mereka merupakan tulang punggung keluarga. Keberadaan keluarga dengan perekonomian pas-pasan membuat mereka harus jungkir balik mencari nafkah dengan gaji pokok dan saweran yang didapat ketika pentas. 4. Ketertarikan dengan hal baru tidak semuanya dimiliki

oleh individu. Hal ini seringkali dikaitkan dengan besarnya pengetahuan dan rasa keingintahuan individu untuk melakukan suatu tindakan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya dengan cara coba-coba atau berkhayal. Pengaruh interaksi dengan lingkungan sekitar menjadi salah satu faktor yang cukup besar dalam pembentukan rasa ketertarikan individu untuk menjadi suatu hal yang sesuai realita.

5. Hobi yang tertanam sejak kecil. Hobi atau kebiasaan seseorang merupakan sesuatu hal yang tidak selalu sama antar individu namun pada pembahasan

(6)

ditemukan bahwa para waria penari ular umumnya memiliki

kebiasaan menari atau berjoged.

Hobi biasanya dilakukan dalam keadaan senggang.

Disamping adanya penyebab yang melandasi para waria bekerja sebagai penari ular ini juga terdapat in order to motif dari bekerja yaitu sebagai berikut :

1. Ingin dikenal masyarakat dengan ciri khas yang dimiliki .melalui pengakuan akan diri wari. Individu tidak hanya dilakukan karena sesuatu hal yang mendorongnya untuk melakukan tindakan tersebut tetapi juga disisi lain terdapat tujuan yang mereka inginkan dari eksistensi yang dimilikinya. Keinginan tersebut terpancar dari para waria penari ular yang menginginkan dirinya terkenal dengan ciri khas tersendiri dan berbeda dengan penari ular lainnya. Hal ini diungkapkan oleh para waria penari ular yang baginya seorang penari harus memiliki ciri khas tersendiri sebagai bentuk identitas yang dimiliki. Gerakan meliuk-liuk tarian ular yang hampir sama membuat para penari ular tidak dapat mengembangkan kreativitasnya yang dimiliki oleh para waria ular dan umumnya masih terpendam didalam pikiran para waria penari ular, namun dengan makin banyaknya waria penari ular baru yang bermunculan membuat para waria penari ular memikirkan ciri khas yang dimiliki agar menaikkan popularitas yang dimiliki dengan keidentikan masing-masing. Sehingga para waria penari ular harus dapt menemukan jati dirinya dan disalurkan melalui ciri khas tersebut.

2. Mendapatkan banyak teman merupakan motivasi lain yang digunakan oleh para waria ular. Waria penari ular juga merupakan makhluk sosial yang tentunya menginginkan keberadaan orang lain untuk membantu dan meramaikan kehidupannya. Selain itu dapat mempermudah waria penari ular dalam bertukar pikiran, informasi dan arahan baik dalam hal tarian maupun kehidupan sehari-hari.

3.Ingin mendapatkan penghasilan lebih didasari dari perasaan manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang didapatkan dan selalu ingin mendapatkan lebih. Salah satu hal yang ingin didapatkan lebih oleh manusia adalah materi. Cara yang digunakan oleh informan untuk mendapatkan materi yaitu menjadikan pekerjaan sebagai penari ular ini menjadi pekerjaan utama hingga pekerjaan sampingan. Penghasilan tersebut didapat oleh para waria penari ular dengan gaji pokok dan tambahan saweran yang jumlahnya bisa mencapai > Rp. 500.000 tiap sekali pentas. 4.Menjadi entertainer sejati merupakan tujuan dari para

waria untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan menghibur masyarakat

dengan memanfaatkan alat indera. Selain itu juga, ada tujuan terselubung yaitu untuk meningkatkan popularitas yang telah melekat dalam diri para waria. 5. Mengembangkan bakat. Bakat merupakan sesuatu

yang dimiliki oleh individu yang diperoleh sejak kecil dan berasal dari proses belajar. Bakat dapat menjadi suatu kelebihan apabila terus diasah dan dikembangkan. Bakat disini dapat berwujud seperti bakat menari.

PENUTUP Simpulan

Acara pesta terutama di wilayah Surabaya pada umumnya tidak dapat dipisahkan dengan hiburan. Hiburan yang disuguhkan dapat beraneka ragam, mulai dari nyanyian hingga tarian. Salah satu hiburan yang disuguhkan adalah tarian ular. Tarian ular merupakan tari kreasi dari tarian perut (Belly Dance) yang berasal dari Negara Timur Tengah. Tarian ini awalnya digunakan pada daerah kerajaan sebagai salah satu tarian penggoda raja yang diakui telah lama keberadaannya. Tarian itu kini mulai merajalela di Indonesia khususnya di daerah yang identik dengan timur tengah yaitu di wilayah Surabaya utara. Tarian yang dijadikan hiburan ini umumnya dilakukan oleh kaum wanita namun disini dilakukan oleh para waria yang kebanyakan dari mereka berasal dari bidang salon dan seni.

Dalam praktiknya tarian ular ini sempat menjadi kontraversi umumnya di kota Surabaya yang identik dengan penduduknya berorientasi agama islam sedangkan disini penari menggunakan busana yang minim dengan pernak-pernik yang berkilau. Selain itu gerakan yang meliuk-liuk menjadi modal utama para penari untuk menghibur penonton bahkan tak jarang dari sini mereka mempersilahkan para penonton untuk menyawer dan hal ini yang dijadikan oleh mereka sebagai penambah pundi-pundi uang mereka. Tak hanya itu untuk menambah sensasi tampilan tarian mereka juga menggunakan media ular yang berasal dari berbagai jenis.

Dibalik sensasi tarian ular yang menghibur, terdapat motif yang mendasari para penari ular senantiasa menikmati pekerjaan tersebut. Motif tersebut tidak mudah untuk diketahui orang lain karena hal ini didasarkan oleh pengalaman hidup para waria penari ular yang tidak selalu sama satu dengan yang lainnya. Kondisi para waria penari ular ini umumnya terjadi karena adanya kesulitan ketika mencari pekerjaan, keterasingan yang terjadi dari masyarakat dan pekerjaan dan pelecehan seksual yang pernah diterimanya. Dari semua kondisi obyektif tersebut memunculkan motif sebab dan motif tujuan. Motif sebab yang melandasi para waria penari ular dalam menari diantaranya adalah pengakuan

(7)

7 masyarakat terhadap waria penari ular kurang, kebutuhan sosialisasi dengan lingkungan sekitar, kondisi perekonomian keluarga, ketertarikan dengan hal baru, hobi yang tertanam sejak kecil. Sedangkan in order motif yang membuat mereka ingin mencapai tujuan hidup diantaranya adalah ingin dikenal masyarakat dengan ciri khas yang dimiliki, ingin mendapatkan banyak teman, ingin mendapatkan penghasilan lebih, menjadi entertainer sejati, mengembangkan bakat yang dimiliki. Dengan demikian pekerjaan sebagai penari ular bukan semata-mata dilakukan karena kemampuan yang dimiliki tetapi juga didalam pelaksaaannya ada motif terselubung yang perlu diketahui lebih dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Jazuli, M. 2014. Sosiologi Seni; Suatu Pengantar dan Modal Studi Seni Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Haryanto, Sindung. 2013. Spektrum Teori Sosial : Dari Klasik Hingga Postmodern. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/-

195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/MOTIF_SOSIAL.pdf (Diakses pada tanggal 26 Juli 2016)

Kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/download/11 276/11149 (diakses pada tanggal 3 Februari 2016) Marx, Karl.2003.Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme

Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Putra, Nusa. 2013. Penelitian Kualitatif IPS. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sangadji, Etta Mamang. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : ANDI.

Suyanto, Bagong. 2013. Sosiologi : Teks Pengantar & Terapan. Jakarta : Kencana.

Zeitlin, Irving M. 1995. Memahami Kembali Sosiologi Kritik Terhadap Teori Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bisnis telekomunikasi terjadi suatu tindakan penggunaan fasilitas telekomunikasi secara tidak resmi yang dilakukan dengan berbagai cara bentuk kecurangan,

Tulisan ini bertujuan mengkaji struktur ketenagakerjaan di pedesaan yang dirinci atas aspek tenaga kerja, angkatan kerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Metode

Sejalan dengan pendapat Arni dan Pabunga (2018:168) Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak didik yaitu melalui kegiatan membuat mozaik sebagai

Alasan yang lebih mendasar adalah bahwa masalah penelitian yang sudah pernah diteliti sebelumnya tidak berarti bahwa penelitian tersebut tidak asli, oleh karena masalah yang

dalam pemilihan bentuk organisasi, peneliti menyarankan untuk dapat menggabungkan dengan metode-metode lain supaya hasil penelitian bisa lebih valid. Pada penelitian

pеrusahaan dan lingkungan kеrja mеrupakan dua faktor yang dapat mеmpеngaruhi kinеrja karyawan sеbaiknya dilakukan dеngan baik, karеna mеmiliki pеran pеnting bagi

penyelundupan satwa liar yang dilindungi yaitu, faktor ekonomi, faktor penegakan hukum, faktor lingkungan yang tidak baik, dan faktor kurangnya kontrol sosial dari

Dari hasil karakterisasi dapat disimpulkan bahwa proses dekomposisi termal dari Fe(III) acetylacetonate hingga 280 o C menghasilkan Fe3O4 dengan distribusi ukuran