• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Kaizen Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan Pada Toyota Sales Operation Auto 2000 Cabang Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Kaizen Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan Pada Toyota Sales Operation Auto 2000 Cabang Medan Amplas"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA KAIZEN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA TOYOTA SALES OPERATION AUTO 2000

CABANG MEDAN AMPLAS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh: ADEK HANDAYANI

100903049

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : ADEK HANDAYANI

NIM : 100903049

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : PENGARUH BUDAYA KAIZEN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA TOYOTA SALES OPERATION AUTO 2000 CABANG MEDAN AMPLAS

Medan, 1 Juli 2014

Dosen Pembimbing

NIP. 196004201988031002 Drs. Robinson Sembiring, M.Si

Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

NIP. 196401081991021001

Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

DEKAN FISIP USU

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi berjudul

“Pengaruh Budaya Kaizen Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan Pada Toyota Sales Operation Auto 2000 Cabang Medan Amplas”. Skripsi ini salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pertama dan terutama

sekali skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Alm.

Paiman Edy Suwito dan Sulastri, terima kasih atas semua dukungan moril dan materil selama ini, mendidik memotivasi dan selalu mendoakan penulis.

Selanjutnya dengan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Sekaligus sebagai

Dosen Pembimbing Penulis yang telah membimbing dan mengarahkan

penulis selama Proses Penyelesaian Skripsi ini.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

(4)

4. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan dalam akademik selama masa perkuliahan

6. Seluruh dosen-dosen Departemen Ilmu Administrasi negara yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis

7. Seluruh pegawai administrasi di Lingkungan FISIP USU khususnya pegawai

Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik,

Kak Dian dan Kak Mega yang telah memberikan masukan serta membantu dalam urusan administrasi kampus.

8. Bapak Bagus Priyowardhono selaku pimpinan Part Depo Auto 2000 Medan

Amplas yang telah memberikan waktu luang kepada penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini serta memberikan informasi yang penulis

butuhkan.

9. Terimakasih kepada para karyawan Part Depo Auto 2000 Medan Amplas

yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk memberikan informasi

dalam penelitian ini.

Tidak lupa juga ucapan terimakasih khusus penulis sampaikan kepada:

1. Terimakasih kepada kakak dan abang saudara kandung penulis.

Terimakasih atas dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

2. Untuk Muhammad Siddiq, terima kasih untuk semangat, motivasi, suka

(5)

3. Teman-teman Ilmu Administrasi negara 2010, Meylan Artasasastha,

Indra Fahmi, Ratih Paramitha, Isti Meiry, Devi Sahrani, Nurul Elvandari, Fitri Puspita, Laura Silvina, Bobby Trimat Gea, Jeremia Pratama Sinaga, dan yang lainnya untuk semangat, kebersamaan, pengalaman, dan saling mengisi selama masa perkuliahan ini.

Teman-teman kelompok 1 magang Hafni Rahmanita, Morina Sinaga, Olber,

Joppy, Ibran, Hanna dan kerjasama yang luar biasa di desa batu jongjong

4. Terimakasih kepada teman-teman Administrasi Negara 2010 yang tidak

bisa saya sebutnya namanya satu persatu.

5. Terima Kasih kepada para senior, Revelino Beginta Sembiring yang telah

membantu mengerjakan skripsi ini dari awal hingga akhir dan Bambang

Hermanto yang telah banyak memberi masukan kepada penulis.

6. Terimakasih kepada KAM Negara atas pembelajaran politik dan

teman-teman yang kritis saat berada dalam lingkungan kalian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 1 Juli 2014

Penulis

(6)

ABSTRACK

PENGARUH BUDAYA KAIZEN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA TOYOTA SALES OPERATION AUTO 2000

CABANG MEDAN AMPLAS Nama : Adek Handayani

NIM : 100903049

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. Robinson Sembiring, M.Si

Auto 2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh PT Astra International Tbk. Dalam memenuhi kepuasan pelanggan, Toyota menerapkan budaya Kaizen yang melibatkan semua anggota dalam hirarki perusahaan baik manajemen maupun karyawan dan mampu mengubah cara kerja karyawan sehingga karyawan bekerja lebih produktif, tidak terlalu melelahkan, lebih efisien, aman, mampu memperbaiki peralatan dan memperbaiki prosedur.

Efektivitas merupakan bagian dari suatu produktivitas. Produktivitas yang tinggi merupakan cerminan dari efektivitas yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Budaya Kaizen yang diterapkan dengan baik di perusahaan akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Hal tersebut berarti budaya Kaizen berpengaruh positif terhadap produktivitas. Karena produktivitas merupakan fungsi dari efektivitas dan efisiensi, hal tersebut berarti budaya Kaizen yang diterapkan dengan baik juga berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas kerja karyawan. Dengan demikian ada pengaruh yang positif antara budaya Kaizen terhadap efektivitas kerja karyawan.

Metode yang digunakan metode korelasional dengan menggambarkan hubungan variabel yang satu dengan yang lainnya dan diinterpretasikan berdasarkan hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh budaya Kaizen terhadap efektivitas kerja karyawan.

Hasil Penelitian ini bahwa penerapan budaya Kaizen sangat baik dalam meningkatkan efektivitas kerja karyawan dan terdapat kerja sama yang baik antara karyawan dalam meningkatkan mutu produk yang berorientasi kepada pelanggannya. Akan tetapi perusahaan harus lebih meningkatkan manajemen perusahaan dan menjaga nilai-nilai dari budaya Kaizen itu sendiri kepada setiap karyawannya.

(7)

DAFTAR ISI

KataPengantar………... i

Abstrack ………... iii

Daftar Isi ………... iv

Daftar Tabel ………. ... v

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... ... 3

I.3 Tujuan Penelitian ... ... 4

I.4 Manfaat Penelitian... .. 5

I.5 Kerangka Teori ... ... 5

I.5.1 Efektivitas I.5.1.1 Pengertian Efektivitas... 5

I.5.1.2 Ukuran Efektivitas... . 7

I.5.2 Budaya Kaizen I.5.2.1 Pengertian Budaya Kaizen... 10

I.5.2.2 Konsep Budaya Kaizen... 12

I.5.2.3 Prinsip Budaya Kaizen... 14

I.5.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Budaya Kaizen... ..18

I.5.2.5 Kunci Pelaksanaan Kaizen... .21

I.5.3 Pengaruh Budaya terhadap Efektivitas Kerja Karyawan... .24

(8)

I.6 Hipotesis ... 27

I.7 Definisi Konsep ... 28

I.8 Definisi Operasional ... 28

BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian ... 30

II.2 Lokasi Penelitian ... 30

II.3 Populasi dan Sampel... 30

II.3.1 Populasi ... 30

II.3.2 Sampel ... 31

II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

II.5 Teknik Penentuan Skor ... 32

II.6 Teknik Analisa Data... 33

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1 Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 37

III.1.2 Visi dan Misi Perusahaan...40

III.1.3 Struktur Organisasi...40

III.2 Akuntansi Persediaan Perusahaan...48

(9)

BAB IV PENYAJIAN DATA

IV.1 Identitas Subjek Penelitian... 55

IV.1.1 Jenis Kelamin... 55

IV.1.2 Umur... 56

IV.1.3 Pendidikan Terakhir... 57

IV.1.4 Lama Bekerja... 58

IV.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian... 59

IV.2.1 Distribusi Jawaban Responden terhadap Efektivitas... 59

IV.2.2 Distribusi Jawaban Responden terhadap Budaya Kaizen... 74

BAB V ANALISIS DATA V.1 Klasifikasi Data... 92

V.1.1 Efektivitas Kerja (Variabel Y)... 93

V.1.2 Budaya Kaizen (Variabel X)... 94

V.2 Koefisien Korelasi Product Moment... 95

V.3 Uji Regresi... 97

V.4 Koefisien Determinan... 98

V.5 Uji Hipotesis... 99

V.6 Interpretasi Data... 100

V.6.1 Efektivitas Kerja Karyawan pada Toyota...100

V.6.2 Budaya Kaizen pada Toyota... 105

(10)

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan... 113

VI.2 Saran... 114

(11)

DAFTAR TABEL

HALA

MAN

Tabel 1.1. Perbedaan Kaizen dan Inovasi...12

Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin...55

Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan umur...56

Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan...57

Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan lama bekerja...58

Tabel 4.5. Distribusi frekwensi karyawan yang teliti dalam melaksanakan pekerjaan yang diterima... 60

Tabel 4.6. Distribusi frekwensi karyawan yang menyelesaikan pekerjaan dengan rapi... 61

Tabel 4.7. Distribusi frekwensi hasil kerja karyawan pernah ditolak oleh rekan kerja... .62

(12)

Tabel 4.9. Distribusi frekwensi banyaknya volume pekerjaan yang menjadi

hambatan dalam menyelesaikan pekerjaan ... 64

Tabel 4.10. Distribusi frekwensi karyawan yang mampu menyelesaikan

perkerjaan lebih dari volume yang ditentukan... 65

Tabel 4.11. Distribusi Frekwensi karyawan yang siap diberikan

tugas diluar dari tugas/pekerjaan yang telah diberikan... 66

Tabel 4.12. Distribusi frekwensi karyawan yang menyelesaikan

tugas/pekerjaan tersebut dengan baik... 67

Tabel 4.13. Distribusi frekwensi kepentingan pemanfaatan waktu

yang semaksimal mungkin dalam mengerjakan tugas ... 68

Tabel 4.14. Distribusi frekwensi beban pekerjaan yang diberikan

kepada karyawan sesuai dengan waktu yang ditetapkan... 69

Tabel 4.15. Distribusi Frekwensi karyawan yang mengerjakan tugas

sesuai prosedur standar yang ditetapkan... 70

Tabel 4.16. Distribusi frekwensi karyawan yang menunda-nunda

(13)

Tabel 4.17. Distribusi frekwensi karyawan yang senang hati

dalam menjalankan tugas/pekerjaan...72

Tabel 4.18. Distribusi frekwensi karyawan yang menikmati

setiap tugas/pekerjaan... 73

Tabel 4.19. Distribusi Frekwensi pemahaman tentang budaya Kaizen...75

Tabel 4.20. Distribusi frekwensi perusahaan melihat kebutuhan

konsumen dalam menciptakan produk... 76

Tabel 4.21. Distribusi frekwensi pentingnya produk yang dibuat

perusahaan sesuai keinginan konsumen...77

Tabel 4.22. Distribusi frekwensi terhadap mengutamakan kepuasan

pelanggan dalam melaksanakan tugas...78

Tabel 4.23. Distribusi Frekwensi pemberian pendidikan/pelatihan oleh

perusahaan sebagai penunjang dalam menyelesaikan tugas... 79

Tabel 4.24. Distribusi frekwensi pentingnya karyawan melaksanakan

tugas/pekerjaan dengan menjamin mutu yang baik...80

Tabel 4.25. Distribusi frekwensi melakukan perbaikan mutu yang lebih

(14)

Tabel 4.26. Distribusi frekwensi kelompok kerja yang bekerja untuk

melaksanakan penyempurnaan di perusahaan... 82

Tabel 4.27. Distribusi Frekwensi kelompok kerja yang bekerja sesuai

tugasnya dalam melaksanakan penyempurnaan produk

dan produktivitas perusahaan...83

Tabel 4.28. Distribusi frekwensi perusahaan melibatkan karyawan

dalam memberikan saran untuk perkembangan perusahaan...84

Tabel 4.29. Distribusi frekwensi pentingnya perusahaan yang melihat dan

mempertimbangkan saran dari karyawan...85

Tabel 4.30. Distribusi frekwensi terhadap karyawan yang mematuhi

peraturan-peraturan yang ditetapkan perusahaan...86

Tabel 4.31. Distribusi Frekwensi karyawan yang mematuhi SOP

perusahaan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan... 87

Tabel 4.32. Distribusi frekwensi perusahaan yang memberikan perhatian

untuk menggunakan teknik produksi dan pengendalian sediaan

(15)

Tabel 4.33. Distribusi frekwensi perusahaan yang menerima bahan produksi

lebih cepat dan tepat pada waktu yang disediakan...89

Tabel 4.34. Distribusi frekwensi karyawan yang memiliki hubungan

baik dengan manajemen perusahaan... 90

Tabel 4.35. Distribusi Frekwensi karyawan yang bekerja sama dengan

baik dengan manajemen perusahaan... 91

Tabel 4.36. Distribusi frekwensi manajemen perusahaan yang

berkomunikasi dengan karyawan...92

Tabel 5.1. Distribusi klasifikasi jawaban responden mengenai

efektivitas kerja pada Toyota...94

Tabel 5.2. Distribusi klasifikasi jawaban responden mengenai

budaya kaizen pada Toyota...95

(16)

ABSTRACK

PENGARUH BUDAYA KAIZEN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA TOYOTA SALES OPERATION AUTO 2000

CABANG MEDAN AMPLAS Nama : Adek Handayani

NIM : 100903049

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. Robinson Sembiring, M.Si

Auto 2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh PT Astra International Tbk. Dalam memenuhi kepuasan pelanggan, Toyota menerapkan budaya Kaizen yang melibatkan semua anggota dalam hirarki perusahaan baik manajemen maupun karyawan dan mampu mengubah cara kerja karyawan sehingga karyawan bekerja lebih produktif, tidak terlalu melelahkan, lebih efisien, aman, mampu memperbaiki peralatan dan memperbaiki prosedur.

Efektivitas merupakan bagian dari suatu produktivitas. Produktivitas yang tinggi merupakan cerminan dari efektivitas yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Budaya Kaizen yang diterapkan dengan baik di perusahaan akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Hal tersebut berarti budaya Kaizen berpengaruh positif terhadap produktivitas. Karena produktivitas merupakan fungsi dari efektivitas dan efisiensi, hal tersebut berarti budaya Kaizen yang diterapkan dengan baik juga berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas kerja karyawan. Dengan demikian ada pengaruh yang positif antara budaya Kaizen terhadap efektivitas kerja karyawan.

Metode yang digunakan metode korelasional dengan menggambarkan hubungan variabel yang satu dengan yang lainnya dan diinterpretasikan berdasarkan hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh budaya Kaizen terhadap efektivitas kerja karyawan.

Hasil Penelitian ini bahwa penerapan budaya Kaizen sangat baik dalam meningkatkan efektivitas kerja karyawan dan terdapat kerja sama yang baik antara karyawan dalam meningkatkan mutu produk yang berorientasi kepada pelanggannya. Akan tetapi perusahaan harus lebih meningkatkan manajemen perusahaan dan menjaga nilai-nilai dari budaya Kaizen itu sendiri kepada setiap karyawannya.

(17)

BAB I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Salah satu tolok ukur suksesnya organisasi adalah dapat tercapainya tujuan

dan sasaran yang telah ditentukan oleh organisasi tersebut. Untuk mencapai hal

tersebut suatu organisasi harus mempunyai karyawan yang memiliki efektivitas

kerja yang baik dalam melaksanakan segala kegiatan dalam organisasi tersebut.

Untuk mencapai hal tersebut perlu adanya suatu budaya perusahaan. Budaya

tersebut dapat menunjang keberhasilan perusahaan. Selanjutnya budaya tersebut

perlu dipertahankan dan diperkuat serta dikenalkan kepada karyawan agar

persepsi karyawan tersebut sama dengan perusahaan.

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi

dikatakan efektif bila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya

tercapai. Efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara

optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia. 1

Salah satu faktor dalam meningkatkan efektivitas kerja karyawan adalah

dengan cara menciptakan budaya kerja. Budaya kerja, merupakan sekumpulan

pola perilaku yang melekat secara keseluruhan pada diri setiap individu dalam

sebuah organisasi. Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki

dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Semakin kuat budaya kerja perusahaan,

semakin kuat pula dorongan untuk berprestasi. Dengan demikian budaya kerja

1

(18)

perusahaan mampu memotivasi karyawan dalam bekerja dan meningkatkan

efektivitas kerja.

Budaya perusahaan sering juga disebut budaya kerja karena tidak dapat

dipisahkan dengan kinerja (performance) sumber daya manusia. Budaya kerja

Jepang yang dikenal dengan istilah Kaizen, merupakan budaya yang terbukti

membawa keberhasilan bagi perusahaan-perusahaan di Jepang. Kaizen adalah

“kemajuan dan perbaikan terus menerus dalam kehidupan seseorang, kehidupan

berumah tangga, kehidupan bermasyarakat dan kehidupan kerja”.2

AUTO2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan

penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh PT

Astra International Tbk. Saat ini AUTO2000 adalah main dealer Toyota terbesar Kata Kaizen

digunakan untuk menguraikan suatu proses manajemen dan budaya bisnis berarti

perbaikan terus-menerus dan perlahan-lahan dengan keikutsertaan aktif dan

komitmen dari semua karyawan dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh

perusahaan. Kaizen memiliki ciri khas yaitu tidak mengenal perubahan menuju

hal yang “paling baik” tetapi kaizen hanya mengenal perubahan yang “lebih

baik”. Hal itu dimaksudkan agar tahap perubahan dan perbaikan tersebut dapat

berjalan terus menerus dan tidak berhenti pada satu titik perubahan yang paling

baik tetapi perubahan dan perbaikan tersebut akan berjalan terus menuju tahap

yang lebih baik.

2

(19)

di Indonesia. Dengan membangun database pelanggan secara komprehensif,

AUTO2000 memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.3

Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya suatu

penelitian dan untuk lebih memudahkan penelitian nantinya. Hal ini senada

dengan pendapat “ Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya Salah satu inovasi yang diterapkan oleh Toyota adalah menciptakan

budaya kerja Kaizen yang berpusat pada sumber daya manusia. Inti dari budaya

Toyota adalah menghargai orang dan melakukan perbaikan secara terus menerus.

Dalam perusahaan otomotif yang mendunia, karyawan selalu ditumbuhkan

semangat untuk terus memperbaiki kinerja baik secara individu maupun

teamwork. Dalam memenuhi kepuasan pelanggan, Toyota menerapkan budaya

Kaizen yang melibatkan semua anggota dalam hirarki perusahaan baik

manajemen maupun karyawan dan mampu mengubah cara kerja karyawan

sehingga karyawan bekerja lebih produktif, tidak terlalu melelahkan, lebih efisien,

aman, mampu memperbaiki peralatan dan memperbaiki prosedur. Budaya Kaizen

yang diterapkan akan mampu meningkatkan efektivitas kerja karyawan sehingga

karyawan mampu memperbaiki kesalahan kerja dan menyempurnakan proses

kerja dalam mencapai tujuan perusahaan.

Untuk itu penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Budaya

KaizenTerhadap Efektivitas Kerja Karyawan Pada Toyota Sales Operation Auto 2000 Cabang Amplas”

I.2 Rumusan Masalah

3

(20)

maka penulis merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai,

kemana harus pergi dan dengan apa” .4

1. Untuk mengetahui bagaimana Budaya Kaizen di Toyota Sales Operation

Auto 2000 Cabang Amplas.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam melakukan penelitian ini

merumuskan masalah sebagai berikut :“Adakah Pengaruh Budaya Kaizen

Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan Toyota Sales Operation Auto 2000 Cabang Amplas?”

I.3 Tujuan penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian jelas diketahui sebelumnya. Suatu riset

khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk

menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu

sendiri.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

2. Untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Kerja Karyawan di Toyota

Sales Operation Auto 2000 Cabang Amplas.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Budaya Kaizen Terhadap

Efektivitas Kerja Karyawan di Toyota Sales Operation Auto 2000 Cabang

Amplas.

4

(21)

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Secara Subjektif. Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah tentang profesionalisme

kerja pegawai dan kualitas pelayanan publik.

2. Secara Praktis. Sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi Toyota Sales

Operation Auto 2000 Cabang Amplas.

3. Secara Akademis. Sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi

maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan

penelitian di bidang yang sama.

I.5 Kerangka Teori I.5.1 Efektivitas

I.5.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu perusahaan

dikatakan efektif bila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya

tercapai. Hal serupa juga dinyatakan oleh Sigit, bahwa efektivitas adalah ukuran

sejauh mana tujuan organisasi dapat tercapai.5

Efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara

optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia.6

5

Sigit, Soehardi, Perilaku Organisasi. Yogyakarta: FE Universitas Sarjawiyata Taman Siswa,2003

6

(22)

Pendapat ini sesuai dengan pendapat Mahsun, yang mengatakan bahwa

efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan.7

Efektivitas menunjuk pada keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran

organisasi, sehingga efektivitas digambarkan sebagai satu ukuran apakah manajer

“mengerjakan pekerjaan yang benar “ (doing right things).

Kegiatan operasional dikatakan efektif

apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.

8

Efektif itu harus terkait dengan pencapaian tujuan dan sasaran suatu tugas

dan pekerjaan dan terkait juga dengan kinerja dari proses pelaksanaan suatu

pekerjaan.9

Ditinjau dari aspek ketepatan waktu efektivitas adalah tercapainya

berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, tepat waktunya dengan

menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan

berbagai kegiatan.10

7

Mahsun, Mohammad, Dkk, Pengukuran Kinerja Sektor Publik,BPFE, Yogyakarta, 2006 Hal.35 8

Silalahi, Ulber, Pemahaman Praktis Azas-Azas Manajemen, Manda Maju, 2002 Hal. 10 9

Rukmana, Nana, Model Manajemen Pendidikan Berbasis Komitmen, Alfabeta, Semarang , 2006Hal.14

10

Siagian, Sondang P, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Hal. 171

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa efektivitas adalah

keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam rangka mencapai sasaran atau

tujuan awal yang telah ditentukan sebelumnya. Bila suatu tujuan dan sasaran

dapat tercapai tepat pada waktunya, maka program tersebut dikatakan efektif.

Namun sebaliknya, bila tujuan dan sasaran tidak dapat tercapai tepat pada

(23)

Efektifitas harus dinilai terhadap tujuan yang bisa dilaksanakan dalam

tahap konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektifitas dinilai menurut ukuran

seberapa jauh organisasi mencapai tujuan yang layak dicapai. Efektifitas

organisasi merupakan tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran dan

tujuan organisasi tersebut.

5 kriteria dalam mengukur tingkat efektifitas organisasi yaitu11

11

Steers, M. Richard, Efektifitas Organisasi, Erlangga, Jakarta, 1985 Hal. 5

:

1. Kemampuan menyesuaikan diri

2. Produktifitas

3. Kekuasaan kerja

4. Kemampuan berlaba

5. Pencarian sumber daya.

I.5.1.2 Ukuran Efektivitas

Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat keluaran (output)

tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk dikuantifikasi, maka

pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran

efektivitas tersebut karena pencapaian hasil (outcome) seringkali tidak dapat

diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang setelah program

berhasil, sehingga ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif

(berdasarkan pada mutu) dalam bentuk pernyataan saja (judgement), artinya

(24)

Sudarwan Danim menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut12

1. Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa

kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil

dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input)

dengan keluaran (output).

:

2. Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini

dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat

kualitatif (berdasarkan pada mutu).

Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi

tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat

Cambell yangmenyebutkan beberapa ukuran dari pada efektivitas, yaitu13

1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi;

:

2. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;

3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan

dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik;

4. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya

untuk menghasilkan prestasi tersebut;

5. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua

biaya dan kewajiban dipenuhi;

12

Danim, Sudarwan, Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok, Rineka Cipta, Jakarta, 2004 Hal 119

13

(25)

6. Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan

masa lalunya;

7. Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang

waktu;

8. Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada

kerugian waktu;

9. Semangat Kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian

tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan

perasaan memiliki;

10. Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu untuk

mencapai tujuan;

11. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu

sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan

mengkoordinasikan;

12. Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk

mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah

keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan;

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka

ukuranefektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran

dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukan pada tingkat sejauh mana

organisasi, program/ kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa ukuran daripada efektivitas harus

(26)

efektivitas harus adanya tingkat kepuasan dan adanya penciptaan hubungan kerja

yang kondusif serta intensitas yang tinggi, artinya ukuran daripada efektivitas

adanya keadaan rasa saling memiliki dengan tingkatan yang tinggi.

I.5.2 Budaya Kaizen

I.5.2.1 Pengertian Budaya Kaizen

Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan

perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat

kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi

kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah

menjadikebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan

dengan mutu atau kualitas kerja, maka dinamakan budaya kerja.14

Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup

sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong,

membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang

tercermin dari sikapmenjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan

tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.15

Budaya Kerja Jepang dikenal dengan sebutan Kaizen. Kaizen adalah

“kemajuan dan perbaikan terus menerus dalam kehidupan seseorang, kehidupan

berumah tangga, kehidupan bermasyarakat dan kehidupan kerja”.16

14

Widagdho, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2004 Hal. 76 15

Prasetya, Triguno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 2002 Hal. 54 16

Imai, Masaaki, Op.Cit, Hal. 11

Sedangkan

menurut Wellington, Kaizen adalah “konsep yang sederhana, yang dibentuk oleh

(27)

digabungkan menjadi satu kata maka secara harfiah berarti “perbaikan”.17Kata

Kaizen digunakan untuk menguraikan suatu proses manajemen dan budaya bisnis

berarti perbaikan terus-menerus dan perlahan-lahan dengan keikutsertaan aktif

dan komitmen dari semua karyawan dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh

perusahaan. Hardjosoedarmo mendefinisikan Kaizen atau perbaikan secara

berkelanjutan adalah “perbaikan proses secara terus menerus untuk selalu

meningkatkan mutu dan produktifitas output”.18

Kemudian Waluyo menyatakan bahwa budaya organisasi masyarakat

Jepang disebut Kaizen yang secara bahasa Jepang kai berarti perubahan

sedangkan zen berarti baik dan secara istilah artinya adalah perbaikan dan

penyempurnaan berkesinambungan yang melibatkan semua anggota dalam hirarki

perusahaan, baik manajemen maupun karyawan. Intinya adalah bahwa

manajemen harus memuaskan dan memenuhi kebutuhan pelanggan jika

perusahaan ingin tetap bertahan dan berkembang.19

17

Wellington P, Strategies for Customer Care, Interaksa,Batam, 1998 Hal. 48 18

Hardjosoedarmo, S, Total Quality Management, Andi Offset, Yogyakarta, 2001 Hal. 147

19

http://www.dostoc.com

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa budaya Kaizen proses

perbaikan yang terjadi secara terus menerus untuk memperbaiki cara kerja,

meningkatkan mutu dan produktivitas output dengan cara antara lain

menanamkan sikap disiplin terhadap karyawan serta menciptakan tempat kerja

yang nyaman bagi karyawan yang melibatkan semua anggota dalam hierarki

(28)

I.5.2.2 Konsep Budaya Kaizen

Konsep utama Kaizen untuk mewujudkan strategi Kaizenyaitu20

1. Kaizen dan Manajemen

:

Dalam konteks Kaizen, manajemen memiliki dua fungsi utama yaitu:

pemeliharaan dan perbaikan. Pemeliharaan berkaitan dengan kegiatan untuk

memelihara teknologi, sistem manajerial, standar oprasional yang ada, dan

menjaga standar oprasional melalui pelatihan serta disiplin. Sedangkan perbaikan

berkaitan dengan kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan standar yang ada.

Perbaikan dapat dibedakan sebagai: Kaizen dan Inovasi. Kaizen bersifat perbaikan

kecil yang berlangsung secara berkesinambungan, sedangkan inovasi merupakan

perbaikan drastis sebagai hasil investasi sumber daya berjumlah besar dalam

teknologi atau peralatan.

Tabel I.1 Perbedaan Kaizen dan Inovasi

2. Proses Versus Hasil

Kaizen menekankan pola pikir yang berorientasi proses , karena proses

harus disempurnakan agar hasil dapat meningkat. Kegagalan mencapai hasil yang

direncanakan merupakan cermin dari kegagalan proses. Manajemen harus

20

Imai, Masaaki, Op.Cit, Hal. 15

KAIZEN INOVASI

1. Orientasi Umum 2. Orientasi pada Manusia 3. Perhatian pada Pendalaman 4. Dibangun dengan

Tekhnologi yang ada 5. Informasi terbuka,

dibagikan 6. Kelompok Kerja

1. Orientasi pada Keahlian 2. Orientasi pada Teknologi 3. Perhatian Lompatan Jauh 4. Cari Tekhnologi Baru 5. Informasi tertutup,

(29)

menemukan, mengenali, dan memperbaiki kesalahan pada proses. Pada umumnya

perusahaan Jepang menggunakan manajemen Kaizen yang lebih berorientasi pada

proses bila dibandingkan dengan manajemen perusahaan di Barat yang

berorientasi pada hasil.

3. Siklus PDCA/SDCA

Langkah pertama dari Kaizen adalah menerapkan siklus PDCA

(Plan,Do,Check,Action) sebagai sarana yang menjamin terlaksananya

kesinambungan dari Kaizen guna mewujudkan kebijakan untuk memelihara,

memperbaiki dan meningkatkan standar. Setiap proses kerja yang baru biasanya

belum stabil sehingga perlu distabilkan melalui siklus SDCA

(Standardize,Do,Check,Action) dalam rangka mencapai kestabilan proses.

Sedangkan PDCA menerapkan perubahan guna meningkatkannnya. SDCA

berkaitan dengan fungsi pemeliharaan sedangkan PDCA berkaitan dengan fungsi

perbaikan.

4. Mengutamakan Kualitas

Kualitas merupakan prioritas tinggi dibandingkan dengan harga dan

penyerahan produk yang ditawarkan kepada konsumen, karena perusahaan tidak

dapat bersaing jika kualitas produk dan pelayanan tidak memadai.

5. Berbicara dengan Data

Mengumpulkan data tentang keadaan saat ini merupakan langkah awal

(30)

6. Kepuasan Konsumen

Semua pekerjaan terselenggarakan melalui serangkaian proses dan

masing-masing proses memiliki pemasok maupun konsumen.

I.5.2.3 Prinsip Budaya Kaizen

Prinsip Budaya Kaizen terdiri dari21

1. Orientasi Pelanggan, yaitu memelihara mutu, pengembangan, penjualan,

dan pelayanan selama yang memenuhi keperluan pelanggan. :

2. PMT (Pengendalian Mutu Terpadu), yaitu kegiatan yang telah

disempurnakan untuk membantu sasaran fungsional silang seperti mutu,

biaya, jadwal, pengembangan tenaga kerja dan pengembangan produk

terbaru.

3. Robotik,yaitusatu pengolah yang bertindak sebagai mesin, struktur

mekanikal berbilang paksi yang dikawal oleh komputer dan boleh

berfungsi dalam beberapa tata cara.

4. Gugus Kendali Mutu, yaitu suatu kelompok kecil yang dengan sukarela

melaksanakan kegiatan pengendalian mutu ditempat kerja, yang

melakukan secara berkesinambungan sebagai bagian dari program di

seluruh perusahaan, dibidang pengendalian mutu, pengembangan diri,

pendidikan bersama, pengendalian arus dan penyempurnaan ditempat

kerja.

21

(31)

5. Sistem Saran, merupakan bagian terintegrasi dari Kaizen yang berorientasi

pada karyawan. Desainnya direncanakan, dilengkapi dan dibicarakan

sebaik-baiknya sebagai strategi perusahaan.

6. Otomatisasi, dipergunakan untuk menggambarkan ciri khas produksi

dimana sebuah mesin dirancang untuk berhenti secara otomatis bila

menghasilkan barang yang cacat.

7. Disiplin di tempat kerja, yaitu mematuhi setiap peraturan-peraturan sesuai

dengan sistem yang diterapkan diperusahaan tersebut.

8. Pemeliharaan Produktivitas Terpadu, bertujuan untuk memelihara

efektivitas alat semaksimal mungkin sepanjang umur alat itu.

9. Kamban, yaitu alat komunikasi dalam sistem produksi dan pengendalian

sediaan.

10. Penyempurnaan Mutu, yaitu memelihara dan menyempurnakan mutu

melalui penyempurnaan bertahap dan inovasi menghasilkan

penyempurnaan radikal sebagai hasil investasi besar-besaran dalam

teknologi dan/atau peralatan.

11. Tepat Waktu (Just in Time), teknik produksi dan pengendalian sediaan

yang merupakan bagian dari sistem produksi Toyota untuk mencegah

pemborosan dalam produksi.

12. Tanpa Cacat, yaitu memperhatikan kesempurnaan kualitas barang tanpa

(32)

13. Aktivitas Kelompok Kecil, yaitu kelompok sukarela kecil yang tidak

resmi, disusun dalam perusahaan untuk melaksanakan tugas khusus di

bengkel.

14. Hubungan Kooperatif Karyawan-Manajemen, yaitu karyawan mendapat

peluang untuk bekerja lebih baik dan lebih efisien pada proses atau mesin

yang disempurnakan dan menjalin kerjasama yang baik kepada manajer.

15. Pengembangan produk baru, yaitu dengan menciptakan ide untuk

mengembangkan produk baru yang memberikan nilai unggul bagi

pelanggan.

Prinsip-prinsip Kaizen yang sering diterapkan dalam perusahaan di Jepang

adalah22

1. Memfokuskan pada Pelanggan :

Dalam Kaizen semua aktivitas diarahkan pada kepuasan pelanggan dan

fokus pandangan jangka panjang pada kebutuhan pelanggan. Perusahaan harus

menyediakan produk bermutu tinggi dan pelayanan untuk menyampaikannya ke

tangan konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

2. Melakukan Perbaikan Secara Terus-Menerus

Perusahaan tidak akan berhenti setelah perbaikan berhasil

diimplementasikan. Setiap kemajuan akan dipersatukan dalam proses

desain/manufaktur/manajemen sebagai standar prestasi kerja yang baru dan

formal.

22

(33)

3. Mengakui Masalah Secara Terbuka

Pada perusahaan Kaizen, setiap tim kerja dapat mengemukakan

masalahnya secara terbuka. Mereka akan mendapat perhatian dari setiap orang

yang ada di tim, departemen atau perusahaan dan menerima ide penyelesaian

masalah dari siapapun.

4. Mendorong Keterbukaan

Pada perusahaan Kaizen, ruang kerja bersifat terbuka, kebersamaan lebih

disukai sehingga membuat kepemimpinan semakin jelas dan komunikasi semakin

hidup.

5. Menciptakan Tim Kerja

Setiap individu dalam sebuah perusahaan Kaizen menjadi anggota tim

kerja yang diarahkan oleh seorang pimpinan tim. Keberhasilan tim tergantung

sejauh mana tujuan tim dan tingkat kemampuan tim. Kegiatan tim dikendalikan

dengan pemeriksaan yang memadai dan keseimbangan dalam prestasi kerjanya.

6. Mengelola Proyek Lewat Tim Lintas Fungsional

Kaizen menyatakan bahwa tidak seorang pun atau satu tim pun harus

mempunyai semua keterampilan atau ide terbaik untuk mengelola satu proyek

secara efisien, bahkan dalam hal yang menyangkut disiplin ilmunya sendiri.

7. Mengembangkan Proses Hubungan yang Tepat

Pada perusahaan Kaizen diharapkan terjalin hubungan yang harmonis pada

(34)

8. Mengembangkan Disiplin Pribadi

Adanya rasa hormat pada diri sendiri dan perusahaan menunjukkan

kekuatan dan keutuhan dalam diri seseorang serta kapasitas agar menjadi

harmoni dengan rekan dan pelanggan.

9. Memberikan Informasi kepada Setiap Karyawan

Kaizen memberikan syarat agar semua staff mendapat informasi lengkap

mengenai perusahaan mereka, secara induksi (formal, terstruktur, lengkap,

berkepanjangan) dan sepanjang mereka masih menjadi karyawan.

10. Membuat Setiap Karyawan Menjadi Mampu

Membuat karyawan menjadi mampu berarti memberi bekal keterampilan

dan peluang untuk menerapkan informasi yang diberikan. Lewat pelatihan

berbagai keterampilan, dorongan, tanggungjawab membuat keputusan, akses

dalam sumber data dan anggaran, umpan balik dan imbalan, karyawan mendapat

wewenang untuk memberikan pengaruh yang cukup besar pada diri sendiri dan

kegiatan perusahaan.

I.5.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Kaizen

Kaizen secara harafiah berarti continuous improvement. Kaizen

dibutuhkan di setiap perusahaan . Filosifi Kaizen: dalam perjalan aktivitas suatu

perusahaan pasti akan mengalami penurunan/deteriorasi (baik alat maupun

manusia). Untuk menjaga agar penurunan itu tidak terjadi maka diperlukan

(35)

meningkatkan performancenya, maka dibutuhkan juga aktivitas

continuousimprovement (Kaizen).

Ada 5 (lima) faktor yang mendukung di dalam Budaya Kaizen yaitu :

1. Teamwork (Tim Kerja)

Team work bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja

sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling

melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati

sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus

disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi

satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan

pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi yang paling

populer di tim.

2. Personal Disipline (Disiplin Pribadi)

Disiplin tidak ada kaitannya dengan kekerasan atau hukuman. Namun

disiplin sangat erat kaitannya dengan motivasi. Pada dasarnya hal yang dapat

memotivasi individu dapat dikelompokan menjadi dua: by love atau by fear. Anda

dapat termotivasi untuk melakukan suatu pekerjaan jika anda telah menyadari

berbagai hal menyenangkan yang dapat anda peroleh setelah/pada saat anda

melakukan pekerjaan tersebut. Anda juga dapat termotivasi jika anda menyadari

berbagai hal yang mengancam jika anda tidak melakukan suatu pekerjaan yang

harus anda lakukan. Umumnya individu akan termotivasi dengan cara yang kedua

karena berbagai sistem pendidikannya (formal/non-formal) selama ini telah

(36)

individu menghubungkan disiplin dengan kekerasan atau hukuman. Disiplin

pribadi merupakan suatu skill, yang artinya dapat dilatih. Disiplin dapat

dianalogikan seperti otot, semakin anda melatihnya, disiplin anda semakin baik.

3. Improved Morale (Peningkatan Moral)

Peningkatan kualitas moral sangat berperan penting dalam budaya Kaizen,

karena budaya yang tidak didukung dengan kualitas moral yang baik maka

budaya tersebut dapat dikatakan adalah budaya yang gagal. Budaya Kaizen

identik dengan aspek moral yang tetap dijaga dari dahulu samapi sekarang.

Budaya yang mencerminkan ketaatan atas moral individu masyarakat yang

menganut budaya tersebut.

4. Quality Circle (Kualitas Lingkaran)

Orang-orang yang merupakan bagian dari lingkaran kontrol kualitas akan

merasakan rasa kepemilikan untuk proyek tersebut. Hasil yang lebih tinggi dan

tingkat penolakan juga lebih rendah mengakibatkan peningkatan kepuasan kerja

bagi para pekerja, yang pada gilirannya mendorong mereka untuk berkontribusi

lebih banyak. Sebuah kontrol kualitas program lingkaran juga membawa

peningkatan komunikasi dua arah antara staf dan manajemen.

5. Suggestion for Improvement (Saran untuk Perbaikan)

Penerapan Kaizen di dalam suatu perusahaan tidak semudah yang diduga

sebab memerlukan keterlibatan semua unsur di dalam perusahaan. Ini dimulai

dengan melakukan studi literatur untuk mendapatkan gambaran penerapan

continuous improvement di suatu perusahaan dan mendapatkan faktor - faktor

(37)

penelitian - penelitian sebelumnya, faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan

suatu manajemen mutu atau penerapan continuous improvement di dalam suatu

perusahaan adalah dukungan manajemen, aspek pekerja, dan budaya perusahaan

yang sesuai.

1.5.2.5. Kunci Pelaksanaan Kaizen

Secara garis besar ada delapan kunci utama pelaksanaan kaizen yaitu :23

1. Menghasilkan produk sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan

pelanggan.

Sistem kaizen bisanya menghasilkan produksi sesuai dengan pesanan

pelanggan dengan sistem produksi tarik (pull system) yang dibantu dengan

menggunakan kartu kamban.

2. Memproduksi dalam jumlah kecil (small lot size)

Ciri khas lain adalah memproduksi dalam jumlah kecil sesuai dengan

permintaan pelanggan akan menghemat biaya dan sumber daya selain

menghilangkan persediaan barang dalam proses yang merupakan sejenis

pemborosan yang dapat dihindari dengan menggunakan penjadwalan proses

produksi selain itu juga menggunakan pola produksi campur merata (Heijunka)

yang dimaksud heijunka adalah memproduksi bermacam-macam dalam satu lini

produksi.

(38)

3. Menghilangkan pemborosan

Untuk menghindari pemborosan pada persediaan, pembelian dan penjadwalan

dengan menggunakan sistem kartu kamban yang mendukung sistem produksi

tarik, selain menghasilkan produksi dengan baik sejak awal yaitu pantang

menerima, pantang memproses dan pantang menyerahkan produk cacat dengan

bekerjasama dengan pemasok dengan persediaan yaitu mengurangi jumlah barang

yang datang, menghilangkan persediaan penyangga, mengurangi biaya pembelian,

memperbaiki penanganan bahan baku, tercapainya persediaan dalam jumlah kecil

dan mendapatkan pemasok yang dapat dipercaya.

4. Memperbaiki aliran produksi

Penataan produksi dilakukan dengan berpedoman pada lima disiplin di tempat

kerja yaitu 5-S yang antara lain :

• Seiri atau pemilahan yaitu disiplin ditempat kerja dengan cara melakukan

pemisahan berbgai alat atau komponen ditempat masing-masing sehingga

untuk mencarinya nanti bila diperlukan akan lebih mudah.

• Seiton atau penataan yaitu disiplin ditempat kerja dengan melakukan

penyimpanan fungsional dan membuang waktu untuk mencari barang.

• Seiso atau pembersihan yaitu disiplin ditempt kerja dengan melakukan

pembersihan sebagai pemeriksaan dan tingkat kebersihan.

• Seiketsu atau pemantapan/perawatan yaitu manajemen visual dan

pemantapan 5-S seperti pemberian tanda, pengumuman, label,pengaturan

(39)

• Shitsuke atau pembiasaan yaitu pembentukan kebiasaan dan tempat kerja

yang berdisiplin.

5. Menyempurnakan kualitas produk

Salah satunya untuk menyempurnakan kualitas produk dengn melihat prinsip

mnajemen yaitu memelihara pengendalian proses dan membuat semua orang

bertanggungjawab terhadap tercapainya mutu, meningkatkan pandangan

manajemen terhadap mutu, terpenuhinya pengendalian mutu produk dengan tegas,

memberikan wewenang kepada karyawan untuk mengadakan pengendalian mutu

produk, menghendaki koreksi terhadap cacat produk oleh karyawan, tercapainya

inpeksi 100 % terhadap mutu produk dan tercapai komitmen terhadap pengedalian

mutu jangka panjang.

6. Orang-orang yang tanggap

Penerapan Sistem Kaizen ini tidak lagi menggunakan pilar keuangan,

pemasaran, SDM, tapi menggunakan lintas fungsi atau lintas disiplin sehingga

seluruh karyawan harus menguasai seluruh bidang dalam perusahan sesuai dengan

jenjang dan kedudukannya dan kesalahan dalam proses selalu ditandai dengan

menyalanya lampu andon dan proses dihentikan dan seluruh karyawan terfokus

pada perbaikan yang terkenal dengan istilh jidoka yaitu semua karyawan

bertanggungjawab terhadap tercapaianya produk yang baik dan mencegah

terjadinya kesalahan.

7. Menghilangkan ketidakpastian

Untuk menghilangkan ketidakpastian dengan pemasok dengan cara menjalin

(40)

perusahaan yang masih kerabat dengan pemilik perusahaan, sedang dalam proses

produksi dengan cara menerapkan sistem produksi tarik dengan bantuan kartu

kamban dan produksi campur merata (Heijunka)

8. Penekanan pada pemeliharaan jangka panjang

Karakteristik pemeliharaan dengan berpegang pada kontrak jangka panjang,

memperbaiki mutu, fleksibilitas dalam mengadakan pesanan barang, pemesanan

dalam jumlah kecil yang dilakukan berkali-kali, mengadakan perbaikan secara

terus menerus dan berkesinambungan.

I.5.3 Pengaruh Budaya Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan

Ada beberapa cara untuk memandang hubungan antara budaya organisasi

dan efektifitas kerja dalam organisasi menurut Denison24

1. Efektifitas (kurangnya efektifitas) adalah fungsi dari nilai-nilai dan

keyakinan yang dianut oleh para anggota organisasi. Nilai-nilai spesifik

atau persetujuan akan nilai spesifik memengaruhi efektifitas. Gagasan ini

mungkin merupakan penjelasan yang paling mistik mengapa budaya

organisasi dapat memengaruhi kinerja organisasi. Meskipun demikian,

keyakinan-keyakinan yang dianut dengan kuat, penghayatan misi atau

konsistensi yang berasal dari sejumlah nilai dan keyakinan, memberikan

dasar bagi tindakan terkoordinasi dalam suatu organisasi.

, yaitu sebagai berikut :

2. Efektifitas adalah fungsi dari peraturan-peraturan dan praktik-praktik yang

digunakan perusahaan. Praktik-praktik spesifik, terutama yang merupakan

bagian dari manajemen sumber daya manusia dan lingkungan internal

24

(41)

sebuah organisasi memengaruhi kinerja dan efektifitas perusahaan. Cara

tertentu dalam menyelesaikan konflik, merencanakan strategi, merancang

pekerjaan atau membuat keputusan, akan menghasilkan kinerja yang lebih

baik dalam jangka waktu pendek dan panjang.

3. Efektifitas adalah fungsi dari menerjemahkan nilai-nilai dan keyakinan inti

ke dalam peraturan-peraturan dan praktik-praktik dengan cara yang

konsisten. Visi pemimpin harus dioperasionalisasikan melalui tindakan.

Membangun budaya kuat berimplementasi bahwa nilai-nilai dan tindakan

sangat konsisten. Bentuk konsistensi ini sering disebut-sebut sebagai

sumber kekuatan organisasi dan sebagai cara untuk memperbaiki kinerja

dan efektifitas organisasi.

Efektifitas adalah fungsi dari hubungan timbal balik antara nilai-nilai dan

keyakinan inti, peraturan dan praktik organisasi, serta lingkungan bisnis dari

sebuah organisasi. Oleh karena itu, tidak ada generalisasi yang dapat dibuat

mengenai budaya dan efektifitas bila tidak membicarakan hubungan antara

budaya dan lingkungan bisnisnya. Lingkungan tertentu mungkin menciptakan

jenis budaya tertentu atau membutuhkan jenis budaya tertentu agar organisasi

(42)

I.5.4 Pengaruh Budaya Kaizen Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan

Menurut Atmosoeprapto efektivitas merupakan salah satu fungsi yang

terdapat didalam produktivitas bersama dengan efisiensi.25 Dalam produktivitas,

jika efisiensi merupakan bagaimana kita mencampur berbagai sumber daya yang

dimiliki secara tepat dan benar maka efektivitas menggambarkan sejauh mana

tujuan suatu organisasi dapat dicapai. Burhanudin menyatakan produktivitas yang

tinggi merupakan hasil dari efisiensi dan efektivitas yang tinggi.26

Konsep Kaizen seperti yang diuraikan sebelumnya meliputi Gerakan 5 S

(seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke )dan Konsep PDCA (Plan, Do, Check,

Action) adalah merupakan langkah-langkah menuju efisiensi dan efektivitas suatu

proses produksi yang juga merupakan prinsip dari produktivitas. Dengan kata lain,

apabila konsep Kaizen diterapkan denganbaik pada suatu perusahaan maka

produktivitas kerja bias tercapai dengan baik. Maka hubungan antara Kaizen Efisiensi dan

efektivitas yang tinggi cenderung akan menghasilkan produktivitas yang tinggi

pula. Sebaliknya apabila terjadi efisiensi dan efektivitas yang rendah

kemungkinan ada kesalahan dalam pengelolaan organisasi, sehingga perlu dicari

penyebab dan solusinya. Apabila efektivitas tinggi dan efisiensi rendah

kemungkinan terjadi pemborosan, sebaliknya apabila terjadi efisiensi tinggi dan

efektivitas rendah kemungkinan goal tidak akan tercapai. Oleh sebab itu

organisasi atau perusahaan perlu memperbaiki produktivitas kerja para

karyawannya.

25

Atmosoeprapto, Kisdarto. 2001, Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan: Mewujudkan

Organisasi yang Efektif dan Efisien melalui SDM Berdaya, Jakarta: Elex Media Komputindo

(43)

dengan produktivitas sangat erat, sejalan, dan saling mendukung dalam upaya

peningkatan produktivitas kerja.27

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan.

Berkacadari penjelasan tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

efektivitas merupakan bagian dari suatu produktivitas. Produktivitas yang tinggi

merupakan cerminan dari efektivitas yang tinggi, begitu juga sebaliknya.

BudayaKaizenyang diterapkan dengan baik di perusahaan akan dapat

meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Hal tersebut berarti budaya Kaizen

berpengaruh positif terhadap produktivitas. Karena produktivitas merupakan

fungsi dari efektivitas dan efisiensi, hal tersebut berarti budaya Kaizenyang

diterapkan dengan baik juga berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas kerja

karyawan. Dengan demikian ada pengaruh yang positif antara budaya Kaizen

terhadap efektivitas kerja karyawan.

I.6 Hipotesis

28

Adapun hipotesis yang dirumuskan peneliti dalam penelitian ini

adalah:

Ha : Terdapat pengaruh yang positif antara budaya Kaizen terhadap efektivitas

kerja karyawan.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif antara budaya Kaizen terhadap

efektivitas kerja karyawan.

2014)

28

(44)

I.7 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang

menjadi pusat perhatian ilmu sosial.29

1. Budaya Kaizen adalah proses perbaikan yang terjadi secara terus menerus

untuk memperbaiki cara kerja, meningkatkan mutu dan produktivitas

output dengan cara antara lain menanamkan sikap disiplin terhadap

karyawan serta menciptakan tempat kerja yang nyaman bagi karyawan

yang melibatkan semua anggota dalam hierarki perusahaan, baik

manajemen maupun karyawan.

Melalui konsep peneliti diharapkan akan

dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk

beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu sama lainnya.Maka berdasarkan

judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari peneliti ini adalah :

2. Efektivitas adalah keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam rangka

mencapai sasaran atau tujuan awal yang telah ditentukan sebelumnya. Bila

suatu tujuan dan sasaran dapat tercapai tepat pada waktunya, maka

program tersebut dikatakan efektif. Namun sebaliknya, bila tujuan dan

sasaran tidak dapat tercapai tepat pada waktunya, maka program tersebut

dikatakan tidak efektif.

I.8 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi

29

(45)

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur

suatu variabel.30

1. Variabel Bebas (x) Budaya Kaizen diukur dengan menggunakan indikator

sebagai berikut:

Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja sebagai

pendukung untuk dianalisis dari variable – variable tersebut.

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:

a. Orientasi Pelanggan

b. PMT (Pengendalian Mutu Terpadu)

c. Gugus Kendali Mutu

d. Sistem Saran

e. Disiplin di tempat kerja

f. Tepat Waktu

g. Hubungan Kooperatif Karyawan-manajemen

2. Variabel terikat (y) efektivitas kerja diukur dengan indikator sebagai

berikut:

a. Kualitas

b. Kuantitas

c. Kesiagaan

d. Efisiensi

e. Stabilitas

f. Semangat Kerja

30

(46)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional

dengan pendekatan kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode

penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode

korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki

hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.

II.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah pada Toyota Sales Operation

Auto 2000 Cabang Amplas Jl. Sisingamangaraja Km. 9.8 No.204.

II.3 Populasi dan Sampel II.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek / subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.31

31

Sugiono, Op.Cit, Hal. 90

Berdasarkan definisi tersebut, maka yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh karyawanToyota Sales Operation Auto 2000 Cabang

(47)

II.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.32 Menurut Arikunto apabila populasi kurang dari 100 orang, maka

diambil dari keseluruhannya, namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100

orang, maka sampel diambil sebesar 10%-15%-20%-25%, atau lebih.33

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data

primer dilakukan dengan instrumen :

Penentuan jumlah sampel untuk penelitian ini adalah keseluruhan

karyawan yang bekerja pada Toyota Sales Operation Auto 2000 Cabang Amplas

sebanyak 40 orang.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data suatu informasi dan keterangan – keterangan lain

yang diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

a. Kuesioner (Quetionary)

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksankan dengan cara

menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi alternatif jawaban.

32

Sugiono, Op.Cit, Hal. 96 33

(48)

b. Observasi (Observation)

Yaitu kegiatan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala –

gejala yang ditemukan dilapangan serta menjaring data yang tidak

terjangkau

c. Wawancara

Yaitu untuk memperoleh informasi/data yang lengkap dan mendalami

dari jawaban responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap

muka (face to face).

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data yang diperoleh dari buku – buku, karya ilmiah,

pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan – catatan

atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber – sumber lain

yang relevan dengan objek penelitian.

II.5 Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisis data, maka penelitian ini

menggunakan teknik penentuan skor. Teknik pengukuran skor yang digunakan

adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner responden.

Adapun skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan adalah:

(49)

Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4

Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3

Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2

Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1

Untuk mengetahui kategori dari jawaban masing-masing variabel apakah

tergolong tinggi, sedang atau rendah, maka terlebih dahulu ditentukan skala

interval dengan cara sebagai berikut :

ilangan

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing –

masing variabel yaitu :

Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.25 – 5.00

Skor untuk kategori tinggi = 3.43 – 4.23

Skor untuk kategori sedang = 2.62 – 3.42

Skor untuk kategori rendah = 1.81 – 2.61

Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80

II.6 Teknik Analisis Data

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Untuk mengetahui koefisien korelasi variabel X terhadap variabel Y

digunakan Rumus Product Moment

(50)

Keterangan:

r = koefisien korelasi

x = variable bebas

y = variable terikat

n = jumlah sampel

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan tiga kemungkinan yaitu :

1. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nilai nol (r = o),

berarti hubungan kedua variabel yang diuji tidak ada.

2. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +) artinya kenaikan

nilai variabelyang satu diikuti nilai variabel yang lain dan kedua

variabel memiliki hubungan positif.

3. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -) artinya kedua

variabel negatif dan menunjukkan meningkatnya variabel yang

satu diikuti menurunnya variabel yang lain.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara

kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau

interpretasi angka sebagai berikut :

Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

(51)

Dari nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh

berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi.

Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan.

2. Uji Regresi

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu

variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), atau dalam artian ada

variabel yang mempengaruhi dan ada variabel yang dipengaruhi. Analisis ini

untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel

dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Dengan kata lain, regresi linier sederhana adalah koefisien yang menunjukkan

perubahan yangterjadi pada variabel Y jika variabel X berubah 1 satuan.Analisis

regresi linier ini banyak digunakan untuk uji pengaruh antara variable independen

(X) terhadap variable dependen (Y) .

Rumus regresi linear sederhana sebagai berikut:

Y’ = a + bX

Keterangan:

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

(52)

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan jika bernilai positif ataupun penurunan

jika bernilai negatif)

3. Koefisien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh

variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y). Perhitungan dilakukan dengan

mengkuadratkan nilai koefisien korelasi Product Moment (rxy)2 dan dikalikan

100%. Cara perhitungannya menggunakan rumus “D” yaitu 34

4. Uji Signifikan (uji t)

:

D = (rxy) x 100% Keterangan :

D = Koefisien Determinant

rxy = Koefisien Korelasi Product Moment.antara x dan y

Untuk melihat hubungan variabel x dan y digunakan uji statistik t dengan rumus:

2

Kriteria pengujian adalah :

- jika harga thitung <ttabel maka hipotesis alternatif ditolak

- jika harga thitung >ttabel maka hipotesis alternatif diterima.

34

(53)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Astra Internasional Tbk, Toyota Sales Operation adalah suatu

perusahaan yang bergerak sebagai Main Dealer Kendaraan bermerek Toyota.

Perusahaan ini didirikan pada tanggal 20 Pebruari 1957 oleh William Soeryadjaja,

Drs.Tjia Kian Tie dan Liem Peng Hong di Bandung. Sekitar tahun 1965

perusahaan ini pindah ke Jakarta, sedangkan kantor yang di Bandung dijadikan

sebagai cabangnya. Pada mulanya perusahaan ini bergerak di bidang usaha ekspor

hasil bumi dan kemudian berkembang di bidang usaha permobilan, yaitu Toyota,

Daihatsu, Isuzu, Nissan Truck dan pada bidang lain seperti :

1. PT. Federal bergerak di bidang pemasaran sepeda motor Honda dan

sepeda Federal.

2. United Tractor, bergerak dibidang usaha mesin berat pertanian, seperti

Traktor, Messy Ferguson, Linkbelt dan lain-lain.

3. Bidang usaha perkantoran dan perdagangan mesin fotocopy Xerox,

minyak pelumas dan specialitics Caltex.

4. Astra Argo Lestari bergerak di bidang pertanian, perkebunan dan

perkayuan.

(54)

Untuk memperlancar jalannya distribusi maka dibentuk beberapa cabang,

perwakilan dan pengangkatan dealer di kota-kota yang dianggap penting. Sejalan

dengan semakin berkembangnya perekonomian dan pembanguna di Indonesia,

dituntut pula dari perusahaan untuk mengikuti perkembangan tersebut.

Divisi-divisi yang tadinya memasarkan beraneka ragam produk, satu demi satu

melepaskan diri dan berkembang menjadi perusahaan baru yang mempunyai

cabang di berbagai kota.

Pada tanggal 1 Juli 1969, PT. Astra Internasional Incoperated mendapat

pengakuan resmi dari pemerintah Indonesia sebagai agen tunggal Kendaraan

bermerek Toyota untuk seluruh Indonesia. Sebagai kelanjutan dari pengakuan

tersebut, maka pada tahun 1970 PT. Astra Internasional Incorporated membentuk

Toyota Division yang khusus menangani distribusi dan pemasaran kendaraan

bermerek Toyota.

Sehubungan dengan pemasaran Kendaraan Toyota di Indonesia maju,

maka Toyota Motor Sales Co. Ltd Jepang berminat untuk meningkatkan

pelayanan kepada para peminat kendaraan Toyota dengan jalan pembinaan

industri Toyota, sehingga pada akhir tahun 1971 didirikan perusahaan baru

dengan nama PT. Toyota Astra Motor. Perusahaan ini merupakan patungan antara

Toyota Motor Sales Co. Ltd Jepang dengan PT. Astra Incorporated dan PT. Gaya

Motor dari pihak Indonesia. Setelah perusahaan ini berdiri maka status agen

tunggal kendaraan bermerek Toyota untuk seluruh Indonesia dialihkan dari PT.

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi
Tabel 4.2 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur
Tabel 4.3 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenjang pendidikan No. Pendidikan Jumlah (Orang) %
Tabel 4.7 : Distribusi jawaban responden terhadap hasil kerja karyawan pernah ditolak oleh rekan kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Astra International di AUTO 2000 Cabang Medan Gatot Subroto terhadap proses keputusan pembelian Toyota Kijang.. Teori yang dlqunakan dalam penelitian 101 adalah pengertian pemasaran

Astra Internasional, Tbk – Toyota Sales Operasion Auto (2000) cabang Medan” This research terget is to know and analyse the influence Motivate and Job Experience to

Astra Internasional, Tbk – Toyota Sales Operasion Auto (2000) cabang Medan” This research terget is to know and analyse the influence Motivate and Job Experience to

Astra International Tbk – Toyota Sales Operation (AUTO2000) Cabang Soekarno Hatta Bandung, menyadari bahwa sistem pola hubungan baik yang terjadi di dalam

Astra Internasional Tbk – Toyota Sales Operation Auto 2000 Cabang Sisingamangaraja Medan dibandingkan dengan penilaian kinerja (x 1 ) yang memiliki pengaruh lebih

BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN SALES MARKETING PADA PERUSAHAAN TOYOTA MOBIL INDONESIA PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL AUTO 2000 MEDAN

Pengaruh Kepuasan dan Kepercayaan Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Kendaraan Merek Toyota (Studi Kasus Konsumen Auto 2000.. Cabang

ii KARAKTERISTIK PEKERJAAN DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA SALES TOYOTA AUTO 2000 CABANG TANJUNG API-API PALEMBANG Diajukan untuk Skripsi pada Program Strata Satu Fakultas