• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, MODAL, UPAH, DAN LAMA USAHA TERHADAP HASIL PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN KAYU JATI DI KABUPATEN NGAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, MODAL, UPAH, DAN LAMA USAHA TERHADAP HASIL PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN KAYU JATI DI KABUPATEN NGAWI"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

the Result of Industrial Production in the District Craft Teak Ngawi

Oleh

NARIYA SULISTYA PUTRI 2012 043 0045

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

the Result of Industrial Production in the District Craft Teak Ngawi

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

NARIYA SULISTYA PUTRI 20120430045

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

Nomor Mahasiswa : 20120430045

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “ PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, MODAL, UPAH, DAN LAMA USAHA TERHADAP HASIL PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN KAYU JATI DI KABUPATEN NGAWI “ tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang perrnah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 30 September 2016

(4)

mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah: 216)

“ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”

(H.R. Muslim)

“Ridho Allah berada pada ridho kedua orang tuanya, dan murka Allah (akibat) murka kedua orang tuanya.”

(HR. At-Tarmizi)

“ Nafasmu kini adalah hembusan terakhir orang lain, jadi berhentilah mengeluh. Belajarlah untuk menjalani hidupmu dengan apa yang sudah kamu miliki.”

-NR-

“ Jangan memulai sesuatu yang tidak ingin kamu selesaikan. Dan jangan menghentikan sesuatu yang belum kamu selesaikan.”

(5)

Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan, mendampingi dan memberi semangat kepada saya, terimakasih Ayah untuk selalu membagi pengalaman mu,

membagi hal hal yang tidak saya dapat di sekolah.

Kakak kakak ku tercinta yang selalu memberikan masukan dan semangat. Orang-orang terdekat saya yang senantiasa memberikan motivasi untuk berjalan

kedepan.

(6)
(7)

c. Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Pendek .. 36

d. Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Panhang . 38 4. Modal ... 42

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 56

(8)

1. Tinjauan Grafis ... 65

2. Tinjauan Kependudukan ... 68

3. Tinjauan Ekonomi ... 71

4. pemerintahan ... 73

B. Kondisi Umum Kerajinan Kayu Jati di Ngawi ... 74

C. Gambaran Umum Obyek/Subyej penelitian ... 75

1. Karekteristik Responden ... 75

2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 76

3. Respoden berdasarkan Pendidikan ... 76

4. Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ... 77

(9)

4. Penagruh Lama Usaha Terhadap Hasil produksi ... 97

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 99

C. Keterbatasan Penelitian ... 100

(10)

Lampiran 1. Kuesioner ... ... 108

Lampiran 2. Data Responden ... ... 112

Lampiran 3. Data Input ... ... 115

Lampiran 4. Uji Tatistik Deskriptif ... ... 121

Lampiran 5. Uji Validitas ... ... 124

Lampiran 6. Uji Reabilitas ... ... 129

Lampiran 7. Uji Asumsi Klasik ... ... 130

1. Uji Normalitas ... ... 130

2. Uji Multikoliniearitas ... ... 130

3. Uji Heteroskedastisitas ... ... 131

lampiran 8. Uji Hipotesis……… 131

1. Regresi Linier Berganda………..…….. 131

2. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... ... 132

3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... ... 132

4. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ... ... 132

(11)
(12)

viii

capital, wages, and long effort towards production craft teak in Ngawi and to determine whether these four factors have the most dominant influence on the production of handicrafts teak in Ngawi. In this study sample of 55 data obtained through interviews and questionnaires to employers craft teak in Ngawi. The analysis tool used is the Multiple Linear Regression Analysis.

Based on the analysis that has been used to get the result that the variable amount of labor, capital, wages positive and significant effect while the old variable effort and no significant negative effect on the production of handicrafts teak in Ngawi. Among the four independent factor on the variable number of workers who heavily influence the production of handicrafts teak in Ngawi.

(13)

1 A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus

pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam

kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses pembangunan sering kali

dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

ekonomi telah membawa pembaharuan yang cepat dan luar terhadap

perekonomian. Dampak yang dirasakan adalah dimana semakin ketatnya

persaingan disektor industri.

Dalam upaya untuk percepatan pembangunan ekonomi

industrialisasi, salah satu strategi pemerintah adalah pengembangan industri

di Indonesia. Pemerintah mengupayakan untuk meningkatkan dan

mengembangkan potensi-potensi yang ada dengan memanfaatkan sumber

daya yang ada dengan optimal. Pengembangan industri sendiri meliputi

industri besar, sedang dan industri kecil. Sektor industri pun ikut memiliki

andil dalam perkembangan perekonomian Indonesia bahkan menjadi

pahlawan dalam roda penggerak dalam perekonomian selain sektor

pengolahan, pertanian, listrik perdagangan, hotel dan restauran.

Definisi dari industri sendiri adalah sebagai kegiatan pengolahan

(14)

memiliki nilai tambah guna mendapatkan keuntungan. Pada dasarnya

industri mempunyai tiga pengelompokan antara lain yaitu

1. Industri besar dimana karakteristik industri besar mempunyai

tenaga kerja 100 orang atau lebih, menggunakan teknologi modern

dalam proses produksinya.

2. Industri menengah dimana memeiliki skala usaha yang lebih kecil

dengan jumalah tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang dengan

teknologi yang memadai.

3. Industri kecil dimana karakteristik dari industri ini memiliki pekerja

5-19 orang, dan rata-rata tidak memiliki badan hukum. Tidak hanya

industri besar saja yang mempunyai peran/ kontribusi dalam

pembangunan ekonomi, namun sektor industri kecil dan sedang

juga mempunyai andil yang besar terutama dalam penyerapan

tenaga kerja dan peran dalam mengurangi pengangguran.

Peran industri kecil atau rumah tangga mempunyai pengaruh yang

besar terhadap perekonomian di Indonesia karena dapat membantu

membangun sebuah industri kecil tersebut tidak membutuhkan modal yang

begitu besar dan mampu menyerap tenaga kerja.

Keberadaan dari industri kecil tersebut juga mempunyai peran atau

kontribusi yang besar pada perkembangan perekonomian suatu daerah.

Dimana dengan adanya jumlah unit usaha yang banyak akan dapat

(15)

diwilayah industri tersebut sehingga berpotensi mengurangi pengangguran

di suatu daerah. Salah satu dari indikator untuk dapat melihat seberapa

besar pengaruh nya terhadap penyerapan tenaga kerja adalah dengan

melihat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi permintaan akan

tenaga kerja tersebut terutama dalam suatu perusahaan.

Keberadaan sektor industri kecil maupun menengah mampu

menyerap tenaga kerja cukup besar sehingga dapat mengurangi jumlah

pengangguran yang ada di negara berkembang seperti Indonesia. Jumlah

unit usaha dan tenaga kerja pada industri kecil di Indonesia dapat dilihat

dalam Tabel 1.1 berikut

Tabel 1.1

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Kecil di Indonesia Tahun 2014

No. Jenis Industri Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja

1 Makanan 73.066.00 574.288.00

2 Minuman 1.401.00 9.534.00

3 Pengolahan tembakau 21.590.00 206.912.00

4 Tekstil 12.246.00 118.814.00

5 Pakaian jadi 50.165.00 428.053.00

6 Kulit, barang dari kulit dan alas kaki 12.477.00 116.956.00

7 Kayu, gabus (tidak termasuk furniture) dan anyaman dari bamboo, rotan dsj 20.729.00 157.134.00 8 Kertas dan barang dari kertas 1.160.00 9.911.00 9 Percetakan dan reproduksi media rekaman 8.295.00 68.492.00

10 Produk dari batu abra dan pengilangan minyak bumi - -

(16)

13 Karet, barang dari karet dan plastik 2.790.00 22.105.00 14 Barang galian bukan logam 33.324.00 251.014.00

15 Logam dasar 146.00 1.071.00

16 Barang logam, bukan mesin dan peraalatannya 12.749.00 92.584.00

17 Computer, barang elektronik dan optik 134.00 1.191.00

18 Peralatan listrik 220.00 2.808.00

19 Mesin dan perlengkapan ytdl 394.00 3.393.00

20 Kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer 2.042.00 15.068.00

21 Alat angkutan lainnya 903.00 6.837.00

22 furnitur 19.475.00 149.682.00

23 Pengolahan lainnya 9.031.00 64.774.00

24 Jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan 113.00 565.00

Jumlah 284.501.00 2.322.891.00

Sumber: Diolah dari Hasil Survei Industri Mikro dan Kecil, KBLI 2009

Perkembangan sektor industri di Negara Indonesia dapat dibilang

sangat fleksibel, dibuktikan dengan kontribusi sektor industri pengolahan

yang besar terhadap PDB dimana mampu untuk peningkatan nilai tambah

yang tinggi dan mampu menciptakan sekaligus memperluas lapangan

pekerjaan. Pada tahun 2004-2012, industri pengolahan (migas dan non

migas) memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB, dimana pada

tahun 2004 mencapai 28.07% dan tahun 2012 sebesar 23.98%. Meskipun

mengalami penurunan, peran industri pengolahan terhadap PDB tetap yang

paling besar diikuti sektor pertanian dan peternakan, kehutanan dan

perikanan sebesar 14.44%, sektor perdagangan, hotel dan restaurant sebesar

(17)

jasa-jasa 10.87% serta sektor kontribusi/ bangunan sebesar 10.45%. Jadi industri

pengolahan memiliki andil yang besar terhadap perekonomian dan

merupakan sektor unggulan (Endoy : 2014)

Dewasa ini industri mempunyai tingkat kontribusi atau peran

penting dalam pembangunan industri di beberapa wilayah. Peran dari

adanya industri ini diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan

ekonomi dan lapangan kerja. Seperti halnya yang ada pada Kabupaten

Ngawi yang mana perekonomian di Kabupaten Ngawi ditopang oleh empat

sektor unggulan yaitu Sektor Petanian, Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restaurant, Sektor Jasa-Jasa dan Sektor Industri Pengolahan. Hal ini dapat

dibuktikan pada tabel 1.2 PDRB Kabupaten Ngawi sebagai berikut:

TABEL 1.2

PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)

Sektor 2011 2012 2013

Pertanian 2.899.469,33 3.322.750,31 3.753.019,71 Pertambangan dan Penggalian 39.881,74 42.661,02 46.871,53

Industri Pengolahan 533.167,88 605.453,28 689.508,29 Listrik, Gas, dan Air bersih 69.068,08 80.422,40 90.312,68

Bangunan 432.702,30 480.096,10 551.266,53 Perdagangan, Hotel, dan Restauran 2.370.210,11 2.683.243,88 3.035.453,25

Pengangkutan dan Komunikasi 233.895,04 259.033,53 294.273,31 Keuangan, Persewaan dan Jasa

(18)

Pada tabel 1.2 dapat dilihat dimana PDRB menurut ADHK 2000

pada lapangan usaha mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Dari segi

jumlah PDRB dapat dilihat sektor yang paling unggu adalah sektor

pertanian dimana ditahun terakhir sebesar 3.753.019,71 juta rupiah, sektor

perdagangan, hotel dan restaurant ditahun terakhir menunjukkan jumlah

sebesar 3.035.453,25 juta rupiah, sektor jasa-jasa ditahun terakhir sebesar

1.302.314,25 juta rupiah, dan sekrot industri pengolahan ditahun terakhir

mencapai 689.508,29 juta rupiah. Jumlah ini terus mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun.

Industri pengolahan dikelompokkan menajdi empat golongan

berdasarkan banyaknya pekerja. Perkembangan sektor industri di

Kabupaten Ngawi berjalan lambat namun terus meningkat. Jumlah industri

kerajinan rumah tangga naik dari 16.533 pada tahun 2013 menjadi 16.655

pada tahun 2014 (Tabel 1.3). Sektor industri yang paling berperan adalah

sektor industri barang dan kayu dan sejenisnya yakni sebesar 8642 di tahun

2014 dibandingkan dengan sektor lain seperti industri makanan, minuman

dan tembakau, industri semen dan barang galian bukan logam, dan indsutri

(19)

Tabel 1.3

Jumlah Industri Kecil/Kerajinan Rumahtangga Menurut Subsektor Industri 2011-2014

Subsektor 2011 2012 2013 2014

Industri Makanan, Minuman & Tembakau 1659 1678 1697 1790 Ind. Tekstil, Pakaian Jadi & Barang Dari Kulit 315 315 315 327 Industri Brang dari kayu dan sejenisnya 8591 8633 8642 8642 Industri kertas dan barang setakan 28 29 29 30 Ind. Kimia dan barang dari karet/plastic 10 11 11 14 Ind. Semen & barang galian bukan logam 1477 2477 2477 2482

Logam dasar besi & baja 317 317 317 317

Ind. Barang dari logam, mesin & Alat angkut - - - - Industri pengolahan lainnya 2573 2871 3045 3053

jumlah 15970 16331 16533 16655

Sumber : Dinas Koperasi Usaha Mikro kecil Menengah dan Perindustrian

Potensi kehutanan yang ada di Kabupaten Ngawi sendiri yakni

mencapai 45.428.60ha hutan wilayah KPH Ngawi yang hasilnya dapat

dioleh untuk meningkatkan nilai ekonomi. Dapat dilihat dari tabel 2 diatas

bahwa produksi kayu hutan yang memiliki potensi tinggi untuk

dikembangkan adalah kayu jati. Pada tahun 2010 produksi kayu jati sebesar

2174.93 namun pada tahun 2011 menuju tahun 2012 produksi kayu

mengalami penurunan dari 1863.29 menjadi 1308.96, kemudian mengalami

peningkatan yang cukup besar pada tahun 2013 yaitu sebesar 5, 010.33 dan

kemudian mengalami penurunan kembali di tahun 2014 menjadi 2758.21

penurun iini terjadi karena meningkatnya produktifitas kayu jati dan mulai

mengalami pengembangan yang besar di bidang industri kerajinan kayu jati

(20)

manfaatkan untuk mendukung adanya kerajinan kayu jati dapat dilihat dari

tabel 1.4 berikut :

TABEL 1.4

PRODUKSI KAYU HUTAN RAKYAT KABUPATEN NGAWI 2010-2014 (M3) Jenis Tanaman

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perdagangan Kebupaten Ngawi

Kegiatan industri kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi memiliki

potensi yang cukup besar, seperti Home Industri kerajinan khas ngawi yaitu

Kerajinan Kayu Jati. Dapat dikatakan penting nya faktor produksi tenaga

kerja dengan banyaknya jumlah produksi kerajinan kayu jati maka semakin

banyak penyerapan tenaga kerja pada sektro Industri Kerajianan Kayu Jati.

Fenomena yang terjadi pada industri kerajinan kayu jadi yang ada

di Kabupaten Ngawi, sebagian besar pengusaha industri kerajinan kayu jati

memiliki tenaga kerja yang berbeda di setiap perusahaan. Tidak hanya pada

tenaga kerja saja, modal yang dipakai pada masing-masing perusahaan pun

juga berbeda. Dengan adanya perbedaan yang terjadi dilapangan dipastikan

jumlah produksi yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan pun akan

(21)

Berdasarkan fenomena diatas, kegiatan penelitian ini dilakukan

untuk mengidentifikasi jumlah tenaga kerja, modal, upah dan lama kerja,

serta mengetahui pengaruhnya terhadap hasil produksi industri kerajinan

kayu jati di Kebupaten Ngawi.

B. Batasan Masalah

Penulis hanya membatasi pada faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi

yaitu meliputi jumlah tenaga kerja, modal, upah dan lama usaha. Penelitian

ini dibatasi hanya 25 sampel kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi.

C. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam

tentang industri kecil dan sedang kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi.

Apakah hubungan antara jumlah tenaga kerja, modal, upah dan lama usaha

berpengaruh terhadap hasil produksi industri kerajinan kayu jati.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja modal terhadap hasil

produksi pada industri kerajianan kayu jati di Kabupaten Ngawi?

2. Bagaimana pengaruh modal terhadap hasil produksi pada industri

(22)

3. Bagaimana pengaruh upah terhadap hasil produksi pada industri

kerajianan kayu jati di Kabupaten Ngawi?

4. Bagaimana pengaruh lama usaha terhadap hasil produksi pada

industri kerajianan kayu jati di Kabupaten Ngawi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka

dapat disimpulkan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja, modal, terhadap hasil

produksi industri kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi.

2. Untuk mengetahui pengaruh upah dan lama usaha terhadap hasil

produksi industri kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi.

3. Untuk mengetahui variable mana yang paling berpengaruh terhadap

hasil produksi industri kerajinan kayu jati Kabupaten Ngawi.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan

manfaat sebagai berikut “

1. Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

dapat memperluas wawasan tentang hasil yang diteliti, sehingga dapat

mengetahui sejauh mana jumlah tenaga kerja, modal, upah dan lama

(23)

membandingkan antara teori yang diterima didalam studi dan

kenyataan yang ada.

2. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa

yang membaca penelitian ini, dapat menjadi sumber informasi dan

sebagai referensi yang telah ada serta dapat digunakan sebagai

pembanding untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Instansi/ Objek Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, kontribusi

sebagai bahan masukan bagi kalangan industri, khususnya kerajinan

(24)

12 A. Landasan Teori

1. Industri

a. Pengertian Industri

Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1995 Tentang

Perindustrian, yang menyebutkan bahwa industri adalah kegiatan

ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang

setengah jadi dan atau barang jadi menjadi batang dengan nilai yang

lebih tinggu untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan

dan perekayasaan industri.

Pengertian industri menurut Sandy (1985:154) dalam riky,

industri adalah usaha untuk meamproduksi barang jadi dari bahan

baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah

besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan

yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin.

b. Macam-Macam Industri

Menurut Badan Pusat Statistik, skala industri dibedakan

menajdi empat lapisan berdasarkan jumlah tenaga per unit usaha,

yaitu sebagai berikut :

a. Industri besar : pekerja antara 100 orang atau lebih

(25)

c. Industri kecil : pekerja antara 5 sampai 19 orang.

d. Indsutri rumag tangga : pekerja antara 1 sampai 4 orang.

Demi keprluan kalangan perbankan Bank Indonesia

menetapkan batasan tersendiri mengenai besar kecilnya skala usaha

suatu industri. Dasar kriteria Bank Indonesia adalah besar kecilnya

assets (kekayaan) yang dimiliki. Klasifikasinya berdasarkan

penetapan pada tahun 1990 adalah sebagai berikut :

a. Industri Besar : Industri yang memiliki asset (tidak termasuk

nilai tanah dan bangunan) ≥ Rp. 600 juta

b. Industri Kecil : Industri yang memiliki asset (tidak termasuk

nilai tanah dan bangunan) < Rp. 600 juta

Pengelompokan industri menurut Departemen Perindustrian

dibagi menajdi beberapa kelompok, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Industri Dasar

Meliputi mesin, logam dasar serta industri kimia dasar.

Industri ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbugan

ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat

padat modal.

b. Industri Kecil

Meliputi industri pangan, sandang, kulit, kimia dan bahan

bangunan kerajinan umum dan kerajinan logam. Kelompok

ini bertujuan untuk pemerataan dengan teknologi sederhana,

(26)

Industri kecil adalah kegiatan industri yang

dikerjakan di rumah penduduk yang pekerjanya merupakan

anggota kelaurga sendiri yang tidak terkait dengan jam kerja

dan tempat. Industri kecil juga dapat diartikan sebagai usaha

produktif dilaur usaha pertanian, baik itu merupakan mata

pencaharian utama maupun sampingan (Tambunan, 2002).

Menurut Irsan Azhary Saleh (1986), industri kecil

dapat dikelompokkan berdasarkan eksistensi dinamisnya,

yaitu sebagai berikut:

a. Industri Lokal

Kelompok jenis industri yang menggantungkan

kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang

terbatas. Serta relative tersebar dari segi lokasinya. Skala

usaha kelompok ini umumnya sangat ekcil dan target

pemasarannya yang sangat terbatas menyebabkan

kelompok ini pada umumnya hanya menggunakan sarana

transportasi yang sederhana.

b. Industri Sentra

Kelompok jenis industri yang segi satuan usaha

mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu

pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari

(27)

Serta memiliki jangkauan pasar yang lebih dari pada

industri lokal.

c. Industri Mandiri

Industri ini pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai

kelompok industri yang masih punya sifat-sifat industri

kecil. Namun, teknologi produksi yang cukup canggih.

Menurut Murti Soemarni dan Jhon Soeperihanto

(2003:10), ciri-ciri industri kecil adalah sebagai berikut :

a. Usaha atau industri pada umumnya dikelola atau

dipimpin oleh pemiliknya sendiri

b. Struktur organisasinya sederhana dan masih belum

banyak perangkapan tugas pada seseorang

c. Presentase kegagalan relative tinggi

d. Kesulitan untuk mengembangkan usaha dikarenakan

sulit untuk memperoleh pinjaman dengan syarat lunak.

Menurut Tambunan (1999) industri kecil memiliki

karakteristik sebagai berikut :

a. Proses produksi dan kegiatannya dilakukan di tempat

khusus (pabrik) yang biasanya berloaksi disamping si

pengusaha atau pemilik usaha.

b. Sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di indsutri

(28)

c. Produksi yang dibuat termasuk golongan barang-barang

yang dibutuhkan oleh pasar.

Dari ciri-ciri diatas, maka dapat diketahui bahwa

kelemahan dari industri kecil tersebut disebabkan oleh faktor

keterbatasan modal, selain itu kelemahan pengorganisasian,

perencanaan, pemasaran, maupun pada kelemahan

akutansunya masih kurang.

Adapun kelebihan dan kelemahan dari industri kecil

adalah sebagai berikut (Sophiah dan Syababudin dalam Dwi,

2013) :

a. Kelebihan industri kecil

1) Usaha kecil tersebar di seluruh pelosok dengan

berbagai macam bidang usaha

2) Usaha kecil beroperasi dengan berinvestasi modal

untuk aktiva tetap pada tingkat yang rendah

3) Sebagian besar usaha kecil dapat dikatakan padat

karya yang disebabkan oleh penggunaan teknologi

yang sederhana

b. Kelemahan industri kecil

1) Kemungkinan kerugian pada investasi awal

(29)

3) Diperlukan adanya kerja keras dan waktu yang

cukup lama sebelum usaha berkembang

4) Kualitas kehidupan yang rendah meskipun usahanya

sudah mantap.

Kelemahan dari kecil yang ada di Indonesia yaitu

lemahnya daya saing dalam pasar domestuk terhadap

barang-barang pada industri besar dan menengah dan juga produk

yang diekspor. Adanya keterbatasan biaya juga termasuk

faktor penyebab lemahnya daya saing industri kecil yang ada

dinegara tersebut (Tambunan, 2002).

c. Pola Pengembangan Industri

Pada buku Lincolin Arsyad mengatakan sampai akhir decade

1980an, di Indonesia terdapar tiga kelompok pemikiran dalam

kaitannya dengan langkah-langkah yang perlu diambil untuk

memantapkan sektor industri. Ketiga kelompok pemikiran tersebut

adalah :

a. Pengembangan sektor industri hendaknya diarahkan kepada

yang dimiliki keunggulan komparatif (comparative

advantage). Pemikiran seperti ini boleh dikatakan diwakili oleh kalangan ekonomi-akademis.

b. Konsep Delapan Wahana Transformasi Teknologi dan

(30)

Teknologi, yang pada dasarnya mem-prioritaskan

pembangunan industri-industri hulu secara serentak

(simultan).

c. Konsep keterkaitan antar industri, khususnya keterkaitan

hulu-hilir. Konsep ini merupakan konsep Menteri

Perindustrian.

Pengelompokan pola pikir industrialisasi di atas sebenarnya

secara keseluruhan telag tercakup dalam Pola Pengambangan

Industri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen

Perindustrian. PPIN tersebut terdiri atas 6 butri kebijakan :

a. Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman

dan pemantapan struktur industri serta dikaitkan dengan

sektor ekonomi lainnya.

b. Pengembangan industri permesinan dan elektronika

penghasil barang modal.

c. Pengembangan industri kecil.

d. Pembangunan ekpor komoditi industri.

e. Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan

rancangan bangun khususnya perangkat lunak dan

(31)

f. Pengembangan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja

industrial berupa manajemen. Keahlian, kejujuran serta

keterampilan.

2. Teori Produksi

a. Pengertian Produksi

Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output

sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari

barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output

adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi.

Jadi produksi tidak harus berarti suatu proses mengubah barang yang

berwujud menjadi barang jadi, seperti halnya dalam suatu pabrik.

Jadi jasa pengangkuran atau pengiriman dan penyimpaan barang

juga merupakan suatu contoh dari proses produksi karena keduanya

menambah nilai.

Orang yang melakukan fungsi ini disebut seorang produsen.

Pada umumnya seorang produsen akan berusaha untuk mendapatkan

keuntungan yag maksimum, meskipun tidak semua produsen akan

berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.

Menurut Rosyidi (2005:54) produksi adalah setiap usaha

yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Untuk dapat

melakukan proses produksi, seseorang tentu membutuhkan tenaga

kerja, bahan baku, modal dalam berbagai bentuk dan keahlian atau

(32)

Sedangkan produksi merupakan kegiatan untuk meningkatkan

manfaat suatu barang.

Pada dasarnya dalam setiap proses produksi diperlukan

adanya berbagai macam proses produksi. Faktor produksi juga

berarti bahwa barang atau jasa yang disediakan oleh alam atau

diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk manusia itu

sendiri. Dalam buku (Boediono, 1992: 3) faktor produksi tersebut

dikelompokkan menjadi empat faktor yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Alam, misalnya tanah, minyak bumi, hasil tambang,

dan lain sebagainya.

b. Faktor Ekonomi, misalnya sumber daya alam manusia (tidak

hanya kemampuan fisik manusia, melainkan kemampuan

mental, ketrampilan, dan juga keahlian)

c. Faktor Ekonomi Buatan Manusia, misalkan mesin-mesin,

gedung-gedung, jalanan, dan lain sebagainya.

d. Kepengusahaan (Entrepreneurship), adalah siapa saja yang mampu dan mau berusaha. Dalam sistem sosialis mereka

adalah Negara (masyarakat) atau pihak yang bertindak atas

nama Negara (masyarakat).

b. Teori Produksi

Teori produksi sebagaimana teori perilaku konsumen

merupakan teori pemilihan atas berbagai alterntif. Dalam hal ini

(33)

pilihan atas alternative tersebut. Produsen mencoba

memaksumumkan produksi yang bisa dicapai dengan suatu kendala

ongkos tertentu agar dapat dihasilkan suatu profit (keuntungan) yang

maksimum.

Menurut Sudarsono dalam Ni Made (2015) nilai produksi

merupakan seluruh tingkat suatu produksi yang berdasarkan atas

harga jual produk-produk tersebut menggunakan faktor-faktor

produksi yang dimiliki oleh perusahaan dalam satu periode yang

pada akhirnya akan dijual kepada pembeli.

Terciptanya hasil produksi tidak lepas dari adanya

faktor-faktor produksi itu sendiri. faktor-faktor produksi adalah faktor-faktor yang

dikorbankan untuk menghasilkan suatu produk (mahcfudz,2007:96).

Menurut Rosyidi (2004:56-58) mengatakan bahwa ada beberapa

faktor produksi yang terdiri atas Tanah (Land), Tenaga Kerja,

Modal, dan Skills.

c. Fungsi Produksi

Sudarsono (1983) menyatakan Fungsi produksi adalah

hubungan teknis menghubungkan antara faktor produksi atau disebut

juga masukan atau inputs dan hasil produksinya atau produk

(output). Disebut faktor produksi karena bersifat mutlak agar supaya

produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk. Funsi

produksi menggambarkan teknologi yang dipakai oleh perusahaan,

(34)

Dalam keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan

outputnya tercermin dalam rumusan fungsi produksinya. Suatu

fungsi produksi menggambarkan semua metode produksi yang

efisien secara teknis dalam arti menggunakan kuantitas bahan

mentah yang minimal, tenaga kerja minimal dan barang-barang

modal lain yang minimal. Metode produksi yang boros tidak

diperhitungkan dalam fungsi produksi.

Pada umumnya ekonom menggunakan fungsi produksi untuk

menggambarkan hubngan antara input dan output. Fungsi produksi

menunjukkan berapa banyak jumlah maksimum output yang dapat

diproduksi apabila sejumlah input yag tertentu dipergunakan pada

proses produksi. Jadi fungsi produksi adalah suatu fungsi yang

menunjukan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan

input-input. Fungsi ini emrupakan landasan teknis dari suatu proses

produksi, landasan teknik karena hanya menunjukkan hubungan

fisik antara input dan output, yang dapat dituliskan sebagai berikut :

Ymax = f(input)

Rumus diatas menunjukkan bahwa besar kecilnya output tergantung

pada besar kecilnya input. Misalkan untuk memproduksi suatu

output tersebut hanya diperlukan 2 macam input yaitu tenaga kerja

(L) dan modal (K), maka penulisan fungsi produksi dapat berbentuk

(35)

Ymax = f(L,K)

Bentuk umum fungsi produksi apabila menggunakan n input adalah

sebagai berikut :

Ymax = f(input)

Ymax = f( , , , … . . , )

Dimana adalah jumlah input yang digunakan oleh tiap jenis input.

d. Fungsi Produksi Cobb-Dauglas

Fungsi produsi Cobb-Douglas merupakan salah satu model

yang banyak digunakan dalam bidang ekonomi maupun dalam hal

produksi. Model tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Charles

W. Cobb dan Paul H. Douglas pada tahun 1928. Fungsi produksi

Cobb-Douglas dalam bentuk estimasi empiris dengan persamaan

sebagai berikut (Sunaryo, 2007:71) :

Q= KαLβ

Dimana :

(36)

Fungsi produksi Cobb-douglas merupakan fungsi atau

persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih. Variabel

tersebut yaitu variabel yang dijelaskan (dependent) dan variabel

yang menjelaskan (independent), atau dengan kata lain variabel (Y)

adalah variabel dependent sedangkan variabel (X) adalah variabel

independent.

Hubungan antara X dan Y biasanya dapat diselesaikan

dengan cara regresi dimana variasi dari variabel Y dipengaruhi oleh

variabel X. Secara matematis fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan

sebagai berikut :

= . … … .

Dimana :

Y = Variabel dependen

X = Variabel independen

A,b = Besaran yang akan diduga

Ui = Kesalahan

Kemudian untuk memudahkan perhitungan, maka persamaan

tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara

(37)

= + + +

Persamaan diatas dapat dengan mudah diselesaikan dengan

regresi berganda. Pada persamaan tersebut terlihat bahwa dan

pada fungsi Cobb-Douglas merupakan koefisien yang konstan dan

mempunyai arti ekonomi tertentu, adalah jumlah besaran efisien

teknis.

Karena ada persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas selalu

di logaritmakan dan diubah fungsinya menajdi linier, maka terdapat

persyaratan yang harus dipenuhi. Variabel yang dipilih mempunyai

nilai yang bervariasi, dan tidak boleh ada data yang memiliki nilai

nol karena logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya

tidak diketahui. Dalam fungsi logaritma tersebut koefisien-koefisien

regresi dan adalah dari variabel input modal dan tenaga kerja,

sehingga dari angkat tersebut dapat diketahui perhitungan produksi

rata-rata (AP) dan produksi marginal (MP) untuk masing-masing

variabel.

Fungsi Cobb-Douglas merupakan bentuk hubungan

ekonomis yang bersifat teknis. Bentuk dari hubungan ini

mengartikan bahwa baik output maupun input dinilai dalam bentuk

fisiknya. Hubungan teknis tersebut menyatakan bahwa output

(38)

metode yang bersifat teknis ini juga sangat relevan untuk metode

yang bersifat moneter.

Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi produksi

Cobb-Douglas banyak diminati oleh para penulis atau peneliti :

a. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas lebih mudah

dibandingkan dengan fungsi produksi kuadratik. Misalnya,

fungsi Cobb-Douglas dapat digunakan dengan mudah

ditransfer dalam bentuk linier.

b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan

menyatakan koefisien regresi yang sekaligus juga

menunjukan besaran elastisitas.

c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat

besaran return to scale. Atau jumlah elastisitas adalah ukuran return to scale.

3. Tenaga Kerja

a. Pengertian Tenaga Kerja

Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,

yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah Setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa,

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik (2008) dan

(39)

Organization (ILO) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang

dikelompokkan ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

BPS (Badan Pusat Statistik) membagi tenaga kerja

(employed) atas 3 macam, yaitu :

a. Tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja

yang mempunyai jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu

dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas.

b. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under

employed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam

seminggu.

c. Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak

bekerja (unemployed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja

0 > 1 jam per minggu.

Menurut Akhbar (2015) Pada dasarnya tenaga kerja dibagi

ke dalam kelompok angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan

kerja. Yang termasuk angkatan kerja adalah (1) golongan yang

bekerja dan (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.

Menurut BPS (2009), angkatan kerja yang di golongkan bekerja

adalah:

a. Angkatan kerja yang di golongkan bekerja adalah :

1) Mereka yang dalam seminggu sebelum pencacahan

(40)

membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan

yang lamanya bekerja paling sedikit selama satu jam

dalam seminggu yang lalu.

2) Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan

tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari

satu jam tetapi mereka adalah :

a) Pekerja tetap, pegawai pemerintah / swasta yang

saling tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok,

mangkir ataupun perusahaan menghentikan

kegiatan sementara..

b) Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang

tidak bekerja karena menunggu hujan untuk

menggarap sawah.

c) Orang yang bekerja di bidang keahlian seperti

dokter, dalang dan lain lain.

b. Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang

mencari pekerjaan yaitu

1) Mereka yang belum pernah bekerja, tetapi saat ini

sedang berusaha mencari pekerjaaan.

2) Mereka yang sudah pernah bekerja, tetapi pada saat

pencacahan menganggur dan berusaha mendapatkan

(41)

3) Mereka yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha

mendapatkan pekerjaaan

b. Pengertian Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan

permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli

barang karena barang itu memberikan kepuasan (utility) kepada pembeli. Akan tetapi pengusah memperkerjakan sesorang untuk

membantu memproduksikan barang atau jada untuk kemudian dijual

kembali pada masyarakat atau konsumen. Dengan kata lain,

tergantung dari pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga

kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap

barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja tersering

disebut derived demand ( Simanjuntak, 1985)

Menurut Afrida (2003), permintaan tenaga kerja adalah

hubungan antara tingakt upah (yang dilihat dari prespektif seorang

majikan adalah harga tenaga kerja) dan kualitas tenaga kerja yang

dikehendaki oleh majikan untuk dipekerjakan (dalam hal ini dapat

(42)

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan beberapa faktor,

yaitu :

a. Tingkat Upah

Semakin tinggi tingkat upah, maka semakin sedikit tenaga

kerja yang diminta. Dan sebaliknya, semakin rendah tingkat

upah, maka semakin banyak tenaga kerja yang diminta.

b. Teknologi

Kemampuan menghasilkan tergantung dari teknologi yang

dipakai. Semakin efektif teknologi tersebut, maka semakin

besar artinya bagi tenaga kerja dalam mengaktualisasi

ketrampilan dan kemampuan.

c. Produktivitas

Produktivitas tergantung dengan modal yang dipakai.

Semakin banyak atau semakin leluasa modal, maka akan

menaikkan produktivitas tenaga kerja.

d. Kualitas Tenaga Kerja

Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang

merupakan indeks kualitas tenaga kerja mempengaruhi

permintaan tenaga kerja.

e. Fasilitas Modal

Dalam realisasinya, produk dihasilkan atas sumbangan modal

(43)

Hal ini dikarenakan peranan input yang lain dapat merupakan

faktor penentu yang lain.

Menurut Sumarsono (2003), permintaan tenaga kerja

dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan

faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil.

a. Perubahan Tingkat Upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi

rendahnya biaya produksi perusahaan.

b. Perubahan permintaan pasar akan hasil produksi dari

perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan akan

hasil produksi perusahaan meningkat, perusahaan cenderung

untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud

tersebut perusahaan akan menambahkan penggunaan tenaga

kerja.

c. Harga Barang Modal Turun

Apabila harga barang modal turun, maka biaya produksi

turun dan tentunya mengakibatkan harga jual barang per unit

ikut turun. Pada keadaan ini perusahaan akan cenderung

meningkatka produksi karena permintaan hasil produksi

bertambah besar. Disamping itu permintyaan akan tenaga

kerja dapat bertambah besaar karena peningkatan kegiatan

(44)

Faktor produksi (factors of production) adalah input yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Tenaga kerja,

tanah, dan modal adalah tiga faktor produksi yang paling penting.

Ketiga pompa bensin menjual bensin, perusahaan menggunakan

waktu si karyawan (tenaga kerja), ruang (tanah), dan tangki-tangki

bensin serta pompa-pompa (modal). Permintaan untuk sebuah faktor

produksi merupakan “ permintaan turunan” (derived demand). Artinya, permintaan perusahaan untuk sebuah faktor produksi

diturunkan dari keputusaan perusahaan tersebut untuk menawarkan

barang dipasar yang lain (Mankiw, 2006).

Menurut Simanjuntak (2005), dasar yang digunakan

pengusaha untuk menambah atau menguurangi jumlah karyawan

adalah: Pertama-tama sang pengusaha perlu memperkirakan

tambahan hasil (output) yang diperoleh pengusaha sehubungan

dengan penambahan seorang karyawan. Tambahan hasil tersebut

dinamakan tambahan hasil marjinal atau marginal physical product dari karyawan, atau disingkat MPPL. Kedua, pengusaha menghitung

jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil

marginal tersebut. Jumlah uang ini dinamakan penerimaan marginal

(45)

MR = VMPPL = MPPPL x P

Dimana:

MR : Marginal revenue, penerimaan marginal.

VMPPL : Value marginal physical product of labor, nilai pertambahan hasil marginal dari karyawan. MPPL : Marginal physical product of labor.

P : Harga jual baramg diproduksikan per unit.

Menurut Simanjuntak (2005) akhirnya pengusaha

membandingkan MR tersebut dengan biaya menambahkan tenaga

kerja. Jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha sehubungan dengan

mempekerjakan tambahan seorang karyawan adalah upahnya sendiri

(W) dan dinamakan biaya marjinal atau margial cost (MC). Bila tamabahan penerimaan marjinal (MR) lebih besar dari baiya

mempekerjakan orang yang menghasilkan (W), maka

mempekerjakan tambahan orang atau karyawan tersebut akan

menambah keuntungan pengusaha. Dengan kata lain dalam rangka

menambah keuntungan, pengusah akan terus menambah jumlah

karyawan selama MR lebih besar dari W.

Misalnya sebagai contoh tenaga kerja terus ditambah

sedangkan alat-alat dan faktor produksi lain jumlahnya tetap. Maka

perbandingan alat-alat produksi untuk setiap pekerja menjadi lebih

kecil dan tambahan hasil marginal menjadi lebih kecil pula. Dengan

kata lain, semakin bertambahnya karyawan yang dipekerjakan,

(46)

dinamakan hukum diminishing returns dan dilukiskan dengan garis DD dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1

Fungsi Permintaan Terhadap Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak, 2005

Garis DD melukiskan besarnya nilai hasil marginal

karyawan (value maginal physical product of labor atau VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya jumlah karyaawan

yang dipekerjakan sebanyak 0A=100 Orang, maka nilai hasil kerja

orang yang ke-100 dinamakan VMPPL nya dan besarnya sama

dengan MPPL x P = W1. Nilai ini lebih besar darri tingkat upah

yang sedang berlaku (W). oleh sebab itu, laba pengusaha akan

bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat

terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan tenaga

kerja hingga ON. Di titik N pengusaha mencapai laba maksimum

(47)

karyawan. Dengan kata lain pengusaha mencapai laba maksimum

bila MPPL x P = W. penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari

N0, misalnya OB akan mengurangi keuntungan pengusaha.

Pengusaha membayar upah pada tingkat yang berlaku (W), padahal

hasil nilai marginal yang diperolehnya sebesar W2 yang lebih kecil

dari pada W. Jadi pengusaha cenderung untuk menghindari jumlah

karyawan yang lebih besar dari pada ON. Penambahan karyawan

yang lebih besar dari ON dapat dilaksanakan hanya bila pengushan

yang bersangkutan dapat membayar upah dibawah W atau

pengusaha dapat menaikkan harga jual barang (Simanjuntak, 2005).

Aspek lain yang dapat ditarik kesimpulan dari hubungan

tingkat upah, MPPL, harga barang dan jumlah karyawan yang dapat

dipekerjakan adalah bahwa sebagai reaksi terhadap peningkatan

upah (Simanjuntak, 2005):

a. Pengusaha menuntut peningkatan produktivitas kerja

karyawannya sedemikian rupa sehingga pertambahan

produksi yang dihasilkan karyawan senilai dengan

pertumbuhan upah yang diterimanya atau bila ini tidak dapat

terlaksana.

b. Pengusaha terpaksa menaikkan harga jual barang.

c. Pengusaha mengurangi jumlah karyaawan yang bekerja,

(48)

d. Pengusaha melakukan kombinasi dari dua diantara tiga

alternatif diatas atau kombinasi dari ketiganya.

c. Permintaan Tenaga Kerja dalam Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, perusahaan tidak mampu untuk

mengubah kuantitas modal yang ia gunakan dan tidak dapat

menambah output kecuali dengan menambah penggunaan tenaga

kerja (Afrida, 2003).

Kombinasi tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan

perusahaan untuk menghasilkan “ kuantitas yang sama “ dari output

diperlihatkan ileh garis-garis kurva yang disebut isokuan. Misalnya,

prusahaan dapat mencapai isokuan 2 dengan cara menggunakan lima

unit tenaga kerja, atau dengan cara kombinasi lainnya anatra tenaga

kerja dan modal yang merupakan substitusi dalam proses produksi.

Pada umumnyam, bila sebuah perusahaan harus secara berturut-turut

mengurangi satu unit penggunaan dari satu faktor poduksi, maka ia

ahrus menggunakan secara berturut-turut jumlah yang lebih besar

dari faktor produksi yang lainnya agar dapat mempertahankan

kuantitas output tanpa mengalami perubahan. Fakta ini tercermin

pada kurvator isokuan yang dilukiskan berbentuk cembung terhadap

(49)

Gambar 2.2 Kurva Isokuan produksi

Sumber : Afrida, 2003 (disesuaikan)

Setiap kuantitas produk dapat dihasilkan dengan berbagai

amcam kombinasi tenaga kerja dan modal. Misalnya, isokuan 2

dapat dicapai dengan 5 unit modal dan 2 unit tenaga kerja atau

dengan 4 unit modal dan 3 unit tenaga kerja. Perusahaan dapat

meningkatkan output dari isokuan 2, katakanlah menjadi isokuan 3

dengan cara meningkatkan jumlah modal yang digunakan atau

dengan cara meningkatkan kedua jenis input. Apabila diberikan

kebebasan penuh untuk memilih, maka pengusaha akan

menghasilkan setiap jenis output dengan kombinasi modal dan

tenaga kerja yang paling sedikit biayanya. Akan tetapi, karena

asumsi kita bahwa perusahaan itu berada dalam jangka pendek,

maka ia tidak mampu untuk mengubah kuantitas modal yang ia

gunakan. Perusahaan dalam jangka pendek tidak dapat menambah

output kecuali dengan menambah penggunaan tenaga kerja (Afrida,

(50)

d. Permintaan Tenaga Kerja dalam Jangka Panjang

Jangka panjang dalam teori perusahaan adalah konsep

perusahaan dalam melakukan penyesuaian penuh terhadap keadaan

ekonomi yang berubah. Misalkan perusahaan akan mencapai

esookuan, maka output sebesar itu dapat dihasilkan dengan satu unit

tenaga kerja yang dikombinasikan dengan empat unit modal.

Perusahaan juga dapat mengkombinasikan dua unit tenaga kerja

dengan tiga unit modal. Apabila pemilik perusahaan itu bebas

(sebagaimana keadaan yang sesungguhnya) dalam jangka panjang

memilih setiap bentuk kombinasi modal dan tenaga kerja, maka

kombinasi yang akan dipilih supaya dapat memaksimalkan

keuntungan adalah dengan kombinasi modal dan tenaga kerja yang

mana saja asal mengandung biaya rendah (Afrida, 2003).

Gambar 2.3

Kombinasi Tenaga Keja dan Modal yang Memberikan Biaya Paling Rendah

(51)

Kombinasi tenaga kerjaa dan modal yang memberikan biaya

paling rendah. Perusahaan dapat mencapi isokuan dengan berbagai

macam kombinasi tenaga kerja dan modal, termasuk yang

diperlihatkan pada titik C< D dan E. Walaupun demikian,

perusahaan sebaiknya memilih kombinasi C, $60 merupakan

kombinasi paling murah.

Jika tingkat upah harus dinaikkan, maka setiap kemungkinan

tingkat output haruslah dihasilkan dengan tenaga kerja yang lebih

sedikit dan modal yang lebih banyak. Produsen akan menggantikan

modal bagi tenaga kerja dalam jangka panajng agar dapat

menghasilkan setiap tingkat output dengan biaya yang terendah.

Pengetahuan tentang kecenderungan perusahaan dalam jangka

panjang membantu untuk mengarahkan penggunaan suatu input

yang relatif lebih murah.

Hal ini memungkinkan bagi kita untuk membandingkan

reaksi perusahaan dalam jangka panjang. Sebagaimana dinyatakan

terdahulu, kurva perusahaan VMPP adalah kurva permintaan dalam

jangka pendek akan tenaga kerja. Dalam Gambar 2.3, perusahaan

diasumsikan pada mulanua berada dalam keseimbangan tenaga kerja

yang sesuai, N1, yang ditunjukkan oleh kurva permintaan

perusahaan dalam jangka pendek, VMPP1. Kita juga harus

(52)

jangka panjang yang di dalamnya menghasilkan output dengan

kombinasi tenaga kerja dan modal yang paling rendah biayanya,

misalkan tingkat upah meningkat sampai W2. Dalam jangka pendek,

perusahaan akan menemukan bahwa biaya produksinya telah

mengalami kenaikan sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja

sampai Ni, sepanjang skedul VMPP-nya. Dalam jangka panjang,

perusahaan akan melakukan penyesuaian (modak akan

menggantikan tenaga kerja). Jumlah tenaga kerja yang digunakan

selanjutnya dalam jangka panjang akan berkurang sampai titik No

(Afrida, 2003).

Gambar 2.4

Permintaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Sumber: Afrida, 2003

Ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, karena

fleksibilitas yang ditambahkan yang dimiliki perusahaan itu dalam

jangka panjang, maka permintaan tenaga kerja perusahaan dalam

(53)

suatu tingkat upah (dalam hal ini memperlihatkan perubahan yang

lebih besar dalam jumlah permintaan teaga kerja) dibandingkan

dengan permintaan dalam jangka pendek (VMPP) seperti tertera

dalam skedul.

Kedua, suatu perusahaan yang berada pada keseimbangan

jangka panjang haruslah juga berada pada keseimbangan dalam

jangka pendek. Karena kurva permintaan jangka panjang

menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan sehaingga

menempatkan perusahaan itu jumlah tenaga kerja yang digunakan

sehingga menempatkan perusahaan itu pada keseimbangan jangka

panjang, maka setiap titik apda kurva permintaan jangka panjang

ahrus mempunyai kurva permintaan jangka pendek (skedul VMPP)

yang melewatinya. Hanya satu kurva permintaan jangka pendek,

VMPP1 yang diperlihatkan pada gamabar 2.4 kurva itu adalah

skedul VMPP yang dihubungkan dengan jumlah modal yang

dimiliki oleh perusahaan dalam keseimbangannya berjangka modal

yang digunakannya, maka skedul VMPP mengalami pergeseran

pula.

Dalam jangka panjang, perubahan permintaan akan tenaga

kerja dalam bentuk loncatan (shift) dapat terjadi akrena pertambahan

hasil produksi secara besar-besaran, peningkatan produktivitas kerja

(54)

4. Modal

Menurut Rosyidi (2004:56) modal mencakup uang yang tersedia

di dalam perusahaan untuk membeli mesin-mesin serta factor produksi

lainnya. Sedangkan menurut Mankiw (2003:42) mendefinisikan modal

sebagai seperangkat sarana yang diperlukan oleh para pekerja.

Modal ialah bentuk daria semua kekayaan yang dapat digunakan

langsung maupun tidak langsung dalam produksi untuk menambah

output. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang

bersama dengan faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja untuk

menghasilkan barang dan jasa yang baru. Modal atau biaya tersebbut

adalah faktor yang sangat penting bagi setiap usaha baik dari segi skala

kecil, menengah maupun skala besar (Tambunan,2002).

Modal tenaga kerja adalah seluruh dana yang dikeluarkan dalam

proses produksi guna memperoleh penjualan (Ahmad 2004:72 dalam Ni

Made 2015). Biasanya modal kerja tersebut digunakan untuk biaya

pekerja, hak pekerja untuk memproduksi barang serta biaya dalam keperluan lainnya (Pratama,2005:23). Semakin tinggi atau semakin besar modal yang digunakan maka akan berpengaruh terhadap jumlah produksi

yang akan dihasilkan, maka tingkat penggunaan proses tersebut

(55)

5. Upah

a. Pengertian Upah

Menurut Sumarsono (2003: 105) dalam Riky Eka

menyatakan perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi

rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi

tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi

perusahaaan, yang selanjutnya meningkatkan pula harga per

unit barang yang diproduksi. Biasanya konsumen

memberikan respon cepat apabila terjadi kenaikan harga

barang yaitu dengan mengurangi konsumsi bahkan tidak lagi

membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak

barang yang tidak terjual dan produsen terpaksa menurunkan

jumlah produksinya. Turunnya target produksi disebut

dengan efek skala produksi atau scale effect.

b. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang lainnya

tidak berubah) maka pengusaha ada yang lebih suka

menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksi

dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan

kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan

lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

(56)

mesin-mesin disebut juga efek subtitusi tenaga kerja atau

substitution effect.

Teori Neoklasik mengatakan bahwa untuk memaksimumkan

laba setiap pengusaha akan menggunakan faktor-faktor produksi

sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dieprgunakan

menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil

marginal dari faktor produksi tersebut. Hal ini berarti para

pengusaha memperkerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa

sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang akan sama

dengan upah yang diterima.

Dengan kata lain tingkat upah yang dibayarkan oleh

pengusaha adalah :

W = VMPPL = MPPL Dimana :

W : Tingkat upah yang dibayarkan pengusaha kepada karyawan.

P : Harga jual barang dalam rupiah per unit barang. MPPL : Marginal Physical Product of Labor atau

pertambahan hasil marjinal pekerja, diukur dalam unit barang per unit waktu.

(57)

b. Konsep Upah/ Ongkos

Ongkos produksi atau Upah produksi merupakan factor

utama dalam menentukan jumlah barang atau jasa yang akan dijual

di pasar. Untuk mengetahui penawaran dan jumlah barang yang

ditawarkan harus mengetahui ongkos-ongkos yang dikeluarkan, di

mana berakar dari prinsip produksi.

Sukirno (2005: 350 ) mengakatan bahwa pengertian upah

dalam teori ekonomi adalah pembayaran yang diperoleh berbagai

bentuk jasa yang disediakan dan diberikan oleh para pengusaha atau

pemilik usaha kepada tenaga kerja.

Pengertian dari upah sendiri adalah suatu penerimaan sebagai

imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk pekerjaan atau jasa

yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam

bentuk atau berupa uang yang telah ditetapkan menurut suatu

persetujuan atau perjanjian kerja antara pengusaha dengan pihak

pekerja termasuk dengan tunjangan, baik itu untuk pekerja sendiri

atau keluarganya.

Konsep ongkos atau upah produksi yang digunakan dalam

analisa ekonomi berbeda dengan konsep ongkos atau upah yang

biasa digunakan secara umum. penggunaan kata “ ongkos “ biasanya

dikaitkan dengan biaya yang harus ditanggung oleh suatu

perusahaan, tetapi pengertian ini sering dimasukkan sebagai ongkos

(58)

Konsep ekonomi mengenai ongkos atau upah lebih konsisten dan

tetap.

6. Lama Usaha

Lama usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lamanya

seorang menjalankan usaha atau bisnis dan menekuni bidang usahanya

maka akan mempengaruhi produktivitasnya, sehingga dapat menambah

dan mampu menekan biaya produksi yang lebih kecil dari pada hasil

penjualannya. Semakin lama usaha yang ditekuni maka akan semakin

meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku konsumen.

Keterampilan berdagang makin bertambah dan semakin banyak

pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil di jaring (Wicaksono,

2011). Keahlian keusahawaan merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk mengorganisasikan dan menggunakan faktor-faktor lain

dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa yang diperlukan

(59)

B. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Septi Dwi Sulistana (2013) : Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja dan Modal Terhadap Hasil Produksi Industri Kecil Sepatu dan

Sandal di Desa Sambiroto Kecamatan Sooko Kabupaten

Mojokerto.

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa hasil analisis data

menunjukan bahwa variabel jumlah tenaga kerja dan modal

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap hasil produksi pada

industri kecil sepatu dan sandal. Apabila jumlah tenaga kerja dan

modal yang tersedia bisa memenuhi seluruh kebutuhan dalam

produksi, maka kebutuhan dalam produksi akan berjalan dengan

lancer an akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi.

2. Devia Setiawati (2013) : Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Hasil Produksi Tempe pada Sentra Industri Tempe Di Kecamatan

Sukorejo Kabupaten Kendal.

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa secara bersama-sama

variabel modal, tenaga kerja dan bahan baku berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen hasil produksi. Secara parsial variabel

modal dan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil

(60)

terhadap hasil prosuksi tempe pada sentra industri tempe di

Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. Dapat disimpulkan bahwa

variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar

88,7%.

3. Agnes Antin Ardhani (2004) : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Usaha dan Pengaruhnya Terhadap

Kinerja Perusahaan.

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif dan

signifikan antara kemampuan spesifik wirausaha, motivasi, struktur

perusahaan dan strategi investasi terhadap pertumbuhan perusahaan

dan kinerja perusahaan. Dapat disimpulkan dari keseluruhan

penelitian ini dan akan dibentuk implikasi kebijakan yang diharapkan

dapat menjadi rekomendasi bagi perusahaan kecil terutama industri

kecil.

4. Afid Nurdian Syah dan Wildan Syafitri (2014). Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Industri Kecil Tempe (Stadi Kasus Sentra Industri Tempae

Sanan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota

Malang).

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa secara bersama-sama atau

secara simultan variabel modal, upah, nilai produksi dan biaya bahan

baku berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada

(61)

upah dan bahan baku mempunyai pengaruh negative dan signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja pada Sentra Industri Tempe Sanan

di Kota Malang.

5. Diah Ayu Lestari dan Ida Bagus Darsana dengan judul Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Pengalaman Kerja Dan Kapasitas

Produksi Terhadap Nilai Produksi Pengrajin Perak.

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa Keempat variabel trersebut

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai produksi pengrajin

perak di desa Celuk secara serempak, dan secara parsial berpengaruh

positif dan siginifikan pada variabel investasi, pengalaman kerja, dan

kapasitas produksi, sedangkan pada tenaga kerja tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap nilai produksi pengrajin perak di Desa

Celuk.

Yang membedakan penelitian sebelumnya dan penelitian ini adalah

dimana kebanyakan penelitian yang dilakukan sebelumnya menghasilkan

hasil yang signifikan, dimana semua variabel independent berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen. Berbeda dari penelitian, dimana salah

satu dari variabel independen nya mempunyai hasil yang negative atau tidak

(62)

C. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendaapat atau teori yang

masih kurang sempurna. Dapat dikatakan hipotesis adalah kesimpulan yang

belum final dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya.

Selanjutnya hipotesis dapat diartikan juga sebagai dugaan pemecahan

masalah yang bersifat sementara yakni pemecahan masalah yang mungkin

benar dan mungkin juga salah (Nawawi, 2001).

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, penelitian terdahulu

serta kerangka berpikir, maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut :

1. Variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap hasil

produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi.

2. Variabel modal berpengaruh positif terhadap hasil produksi kerajinan

kayu jati di Kabupaten Ngawi.

3. Variabel upah berpengaruh positif terhadap hasil produksi kerajinan

kayu jati di Kabupaten Ngawi.

4. Variabel lama usaha berpengaruh positif terhadap hasil produksi

(63)

C. Model Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian “ Pengaruh

Jumlah Tenaga Kerja, Modal, Upah, dan Lama Usaha Terhadap Hasil

Produksi Kerajinan Kayu Jati di Kabupaten Ngawi “ yang dapat dijabarkan

sebagai berikut :

Gambar 2.5 Kerangka Berfikir

Tenaga Keja

Modal

Upah

Lama Usaha

(64)

52

Obyek penelitian ini dilakukan di Sentra Kerajinan Kayu Jati

berfokus pada Pengusaha Kerajinan Kayu Jati yang ada di Kabupaten

Ngawi. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh Pengusaha Kerajinan

Kayu Jati yang berada di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.

Lokasi penelitian ini berada di Sentra Kerajinan Kayu Jati paling

besar di Kabupaten Ngawi. Salah satu pertimbangan memilih lokasi di

Kabupaten Ngawi merupakan lokasi dimana kerajinan kayu jati tumbuh

dengan pesat dalam setiap tahunnya dan didominasi industri skala kecil

menengah.

B. Data dan Sumber

Daya yang dibutuhkan dalam penelitian terdiri dari data primer. Data

primer berkaitan dengan yang dikumpulkan untuk memenuhi penelitian

yang dilakukan dan diperoleh dengan melakukan wawancara secara

langsung serta melakukan pengisian kuisioner oleh para pengusaha

kerajinan kayu jati.

C. Populasi dan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Pada umumnya kita tidak bisa

(65)

terlalu banyak. Yang bisa dilakukan adalah beberapa representative dari

suatu populasi kemudian diteliti. Representatif dari populasi tersebut yang

dimaksud dengan sampel (Kountur, 2004).

Namun dalam penelitian ini tidak ada pengambilan sampel. Hal ini

disebabkan karena populasinya adalah semua pengusaha Kerajinan Kayu

Jati di Kabupaten Ngawi sebanyak 98 pengusaha. Menurut Arikunto (2006),

apabila subyeknya kurang dari 100 akan lebih baik bila diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Populasi adalah kumpulan atau regresi dari seluruh elemen atau

individu-individu yang merupakan sumber informasi dalam suatu riset.

Penelitian ini mengambil kasus Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur.

Responden yang diambil dalam penelitian ini yaitu pemilik usaha industri

kecil dan menengah kerajinan kayu jati yang ada di Kabupaten Ngawi.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, penentuan pengambilan jumlah sampel dalam

penelitian ini yaitu menggunakan rumus Slovin :

=1 + N( )N

Dimana :

N : jumlah sampel N : jumlah produksi

(66)

Dari jumlah populasi sebanyak 98 unit usaha kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi dan menggunakan nilai kritis yaitu 10 persen, maka dapat ditentukan jumlah sampel sebagai berikut:

=1 + 98(0.1)98

=1 + 98(0.01)98

=1,98 = 49,49 ≈ 5098

Dari penghitungan rumus slovin diatas adalah sebesar 10% dan

diperoleh sampel sebesar 49,49 sampel. Akan tetapi sampel yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 55 responden.

Dalam pengambilan sampel ini digunakan metode Multistage

Random Sampling, adalah pengambilan sampel yang dilakukan secara

bertahap. Dari ruang lingkup di Kabupaten Ngawi, dimana Kabupaten

Ngawi terdiri dari 19 Kecamatan. Dari 19 Kecamatan tersebut diambil

hanya 9 Kecamatan yang memiliki Perusahaan Kerajinan Kayu Jati (seperti

dalam tabel 3.1). Sampel didalam penelitian ini diklasifikasikan

berdasarkan lokasi usahanya yang tersebar di 9 Kecamatan, yaitu seperti

Gambar

Gambar 2.1 Fungsi Permintaan Terhadap Tenaga Kerja
Gambar 2.2 Kurva Isokuan produksi
Gambar 2.3 Kombinasi Tenaga Keja dan Modal yang Memberikan Biaya
Gambar 2.4 Permintaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil keputusan bahwa dengan menggunakan hierarchical clustering analysis 79% dari total pelanggan yang

[r]

telah mendapat bantuan bedah rumah dari pemerintah sebesar 6 juta rupiah. Setiap hari, aktivitas yang dilakukan oleh Bapak I Kadek Sukarta beserta.. istrinya yakni berladang

As the researcher explained in the chapter three that the types of eliciting techniques were becoming main tool in analyzing the elicitation. The first: after the transcription,

Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang sedalam-dalamnya, karena atas berkat dan hikmat-Nya, penulis dapat menyajikan tulisan skripsi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang mutu hedonik daging burung puyuh dengan pemberian tepung limbah kulit kopi daram ransum bahwa dengan pemberian

Mempunyai personil yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang dibuktikan dengan daftar personil yang akan melaksanakan pekerjaan ini yang di tanda tangani