LAND USE DAN LAND COVER CHANGE (LULCC) DI KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI
OLEH : SRI WAHYUNI
090301179
AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
LAND USE DAN LAND COVER CHANGE (LULCC) DI KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI
OLEH : SRI WAHYUNI
090301179
AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Land Use Dan Land Cover Change (LULCC) Untuk Lahan di
Kabupaten Dairi
Nama : Sri Wahyuni
Nim : 090301179
Departemen : Agroekoteknologi
Program Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ir. Hardy Guchi, MP. Benny Hidayat, S.P., M.P.
Ketua Anggota
Mengetahui :
Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc.
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
SRI WAHYUNI : Land Use dan Land Cover Change (LULCC) di Kabupaten Dairi, dibimbing oleh Hardy Guchy dan Benny Hidayat.
Permintaan terhadap lahan yang terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor pendorong perubahan penggunaan lahan. Kabupaten Dairi merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Utara dengan luas 190.780 Ha yang sebagian lahannya belum digunakan dan dioptimalkan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan akan lahan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 Juli 2013 sampai 05 Juli 2013 dengan menggunakan metode survey dan penggunaan alat GPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tutupan lahan yaitu hutan primer, hutan sekunder, lahan budidaya, pemukiman dan lahan terbuka mengalami peningkatan lahan dalam penggunaan lahan sedangkan sawah, semak belukar dan air mengalami perubahan fungsi lahan. Hal ini disebabkan oleh faktor fisik, faktor ekonomi, kemajuan teknologi, kondisi sosial penduduk, dan jumlah penduduk yang terus meningkat di daerah tersebut yang menyebabkan permintaan penggunaan lahan untuk pemukiman akan terus meningkat..
ABSTRACT
SRI WAHYUNI: Land Use and Land Cover Change (LULCC) in Dairi, supervised by Hardy Guchy and Benny Hidayat.
The demand for land continues to grow along with population growth and technology development to be one of the driving factors of land use change. Dairi regency is one of regencies in North Sumatra with an area of 190.780 hectares of unused land portion and optimized by society in order to meet the demand for land. This research was conducted on July 2, 2013 until July 5, 2013 using a survey method and the use of GPS equipment. The results showed that land cover conditions that primary forest, secondary forest, cultivated land, residential and open space land increased in land use, while paddy field, scrub and water have land use changes. It is caused by physical factors, economic factors, technology advances, the social conditions of the population, and an increasing number of resident in the area that led to the demand for residential land use will continue to rise.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari skripsi ini adalah “Land Use dan Land Cover Change (LULCC) di
Kabupaten Dairi” .
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik
penulis selama ini dan juga kepada kedua kakak dan keponakan yang member
semangat kepada penulis. Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih Ir.
Hardy Guchi, M.P. dan Benny Hidayat, S.P., M.P. selaku ketua dan anggota komisi
pembimbing yang telah membantu penulis dari menetapkan judul, melakukan
penelitian sampai menyelesaikan skripsi ini.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar dan
pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, Laboran Laboratorium Biologi Tanah
(Kak Rosneli), kepada Syafitra Ibadillah, Arie, Rian, teman-teman dan adik asisten
Laboratorium Biologi Tanah, serta semua rekan mahasiswa Ilmu Tanah stambuk 2009
yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2013
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 09 Maret 1992 dari ayah
Ahmad Darbani dan ibu Nur Aini Br. Saragih. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga
bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tebing Tinggi dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui ujian tertulis Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi
minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.
Selama memulai perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa
Ilmu Tanah (IMILTA), anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi
(Himagrotek), Pengajian Al-Bayan, sebagai asisten praktikum Morfologi Tanaman
(2011-2012); Mikrobiologi Pertanian (2012-2013); Pertanian Organik (2012-2013)
;Bioteknologi Pertanian (2013); Dasar Ilmu Tanah Hutan (2013). Selain itu penulis
juga mengikuti Seminar Nasional seperti Keseimbangan Hara dan Pengelolaan
Kesuburan Tanah Berkelanjutan pada Kopi Arabika di Sumatera Utara dan Aceh,
Intensifikasi Pengelolaan Lahan Perkebunan dan Hortikultura Berbasis Lingkungan.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di kebun Balimbingan PTPN IV
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Survey Tanah ... 4
Land Use dan Land Cover Change ... 6
Remote Sensing ... 13
KONDISI UMUM WILAYAH Kabupaten Dairi ... 17
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 18
Bahan dan Alat ... 18
Metode Penelitian ... 18
Pelaksanaan Penelitian ... 18
Persiapan ... 18
Pelaksanaan ... 19
Pengumpulan Data ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Lokasi Pengambilan Sampel ... 20 Penggunaan Lahan dan Tutupan Lahan di Kabupaten Dairi ... 21 Perubahan Penggunaan Lahan dan Tutupan Lahan di Kabupaten Dairi ... 22 Pembahasan ... 24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 29 Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Peta lokasi pengambilan sampel ... 19
2. Penggunaan Lahan dan Tutupan Lahan di Kabupaten Dairi Tahun
2003 ... 20
3. Penggunaan Lahan dan Tutupan Lahan di Kabupaten Dairi Tahun
2013 ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel tanah di Kabupaten Dairi ...
2. Peta satuan lahan lokasi penelitian ...
3. Hasil pengambilan data koordinat dan elevasi di Kabupaten Dairi ...
4. Data pH tanah ...
5. Data tekstur tanah ...
6. Foto pengambilan data koordinat ...
7. Foto pengambilan sampel tanah untuk pengukuran pH dan tekstur tanah ...
8. Lokasi pengambilan sampel dan data koordinat ...
DAFTAR TABEL
No. Hal
ABSTRAK
SRI WAHYUNI : Land Use dan Land Cover Change (LULCC) di Kabupaten Dairi, dibimbing oleh Hardy Guchy dan Benny Hidayat.
Permintaan terhadap lahan yang terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor pendorong perubahan penggunaan lahan. Kabupaten Dairi merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Utara dengan luas 190.780 Ha yang sebagian lahannya belum digunakan dan dioptimalkan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan akan lahan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 Juli 2013 sampai 05 Juli 2013 dengan menggunakan metode survey dan penggunaan alat GPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tutupan lahan yaitu hutan primer, hutan sekunder, lahan budidaya, pemukiman dan lahan terbuka mengalami peningkatan lahan dalam penggunaan lahan sedangkan sawah, semak belukar dan air mengalami perubahan fungsi lahan. Hal ini disebabkan oleh faktor fisik, faktor ekonomi, kemajuan teknologi, kondisi sosial penduduk, dan jumlah penduduk yang terus meningkat di daerah tersebut yang menyebabkan permintaan penggunaan lahan untuk pemukiman akan terus meningkat..
ABSTRACT
SRI WAHYUNI: Land Use and Land Cover Change (LULCC) in Dairi, supervised by Hardy Guchy and Benny Hidayat.
The demand for land continues to grow along with population growth and technology development to be one of the driving factors of land use change. Dairi regency is one of regencies in North Sumatra with an area of 190.780 hectares of unused land portion and optimized by society in order to meet the demand for land. This research was conducted on July 2, 2013 until July 5, 2013 using a survey method and the use of GPS equipment. The results showed that land cover conditions that primary forest, secondary forest, cultivated land, residential and open space land increased in land use, while paddy field, scrub and water have land use changes. It is caused by physical factors, economic factors, technology advances, the social conditions of the population, and an increasing number of resident in the area that led to the demand for residential land use will continue to rise.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan lahan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan kemajuan
teknologi. Peningkatan kebutuhan lahan di Indonesia sudah tidak bisa dielakkan lagi
seiring dengan pertambahan penduduk di Indonesia. Hampir semua aktivitas manusia
melibatkan penggunaan lahan. Karena jumlah dan aktivitas manusia semakin
bertambah dengan cepat maka lahan menjadi sumberdaya yang langka sehinnga land
use dan land cover change (LULCC) atau dengan istilah land change sudah tidak bisa
dihindari akibat jumlah manusia yang semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan
akan penggunaan lahan.
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi, dan vegetasi dimana faktor- faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik
pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan
hutan, dan akibat-akibat merugikan seperti erosi dan akumumulasi garam
(Hardjowigeno et al. 2001).
cover change dan land-use change memiliki arti yang berbeda.
Land-cover change diartikan sebagai perubahan fisik dan biologis penutupan tanah oleh
vegetasi termasuk air. Pengamatan terhadap land-cover change biasanya dilakukan
dengan remote sensing. Sedangkan land-use change memiliki arti yang lebih kompleks
karena menyangkut juga perspektif alam (natural) dan sosial ekonomi terhadap
perubahan penggunaan lahan atas aktivitas manusia yang berdampak terhadap
dan keanekaragaman hayati. Dinamika perubahan penggunaan lahan seringkali
menyebabkan perubahan kualitas lahan termasuk sumber daya air dikarenakan
ketidaksesuaian antara kemampuan lahan dan penggunaannya. Pengamatan terhadap
land-use change melibatkan pengamatan dan pengkajian langsung di lokasi.
Jenis penggunaan lahan dilokasi penelitian sampai saat ini lebih didominasi
oleh penggunaan pertanian. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh berbagai sebab dan
salah satunya adalah faktor fisik lingkungan. Oleh karena itu kajian faktor fisik
lingkungan terhadap perubahan penggunaan lahan cukup menarik untuk dilakukan.
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkugan alam dan
potensi sumber dayanya adalah dalam bentuk survei. Survei tanah dapat didefenisikan
sebagai penelitian di lapangan atau laboratorium, yang dilakukan secar sistematis
dengan metode-metode tertentu terhadap suatu daerah ( areal ) tertentu. Sebuah peta
merupakan salah satu dokumen utama sebagai dasar dalam proyek – proyek
pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan
survei maka akan memberi manfaat yang besar, tergantung dengan tujuan pelaksanaan
survei yang dilakukan (Rayes, 2006).
BPS (2012) menyatakan bahwa Kabupaten Dairi ini mempunyai luas daerah
sekitar 192.780 Ha atau sekitar 2,69% dari luas keseluruhan propinsi
(7.160.000 Ha), ditinjau dari aspek
ketinggian 400 s/d 1.700 m dpl yang terdiri dari 15 Kecamatan.
Berdasarkan latar belakang di atas, melihat pentingnya kopi sebagai kebutuhan
masyarakat sehingga penulis tertarik melakukan penelitian land use dan land cover
change (LULCC) pada perkebunan kopi di kabupaten dairi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dan
tutupan lahan di Kabupaten Dairi, SumatraUtara.
Kegunaan Percobaan
- Peta diharapkan berguna sebagai acuan dalam penggunaan lahan.
- Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Survey Tanah
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik, dan biologi
di lapangan maupun di laboratorium, dengam tujuan penggunaan lahan umum maupun
khusus. Suatu survei tanah baru memiliki kegunaan yang tinggi jika diteliti dalam
meletakkannya. Relevansi sifat – sifat yang ditetapkan dengan penggunaannya atau
tujuan penggunaannya harus tinggi. Untuk mencapai kegunaan tersebut perlu
menetapkan pola penyebaran tanah yang dibagi – bagi berdasarkan kesamaan sifat –
sifatnya, sehingga terbentuk soil mapping unit atau SPT. Dengan adanya pola
penyebaran tanah ini, maka dimungkinkan untuk menduga sifat – sifat tanah yang
dihubungkan dengan potensi penggunaan lahan dan responnya terhadap perubahan
pengelolaannya (Abdullah, 1996).
Survei tanah dapat memberikan informasi tentang tanah. Informasi meliputi
deskripsi dari tanah, lokasi tanah, kesesuaian, keterbatasan, dan pengelolaan tanah
untuk keperluan tertentu. Tanah di daerah survei terjadi dalam pola teratur yang
berhubungan dengan geologi, landforms, lega, iklim, dan vegetasi alam daerah. Setiap
jenis tanah terkait dengan jenis tertentu dari lanskap atau segmen lanskap. Dengan
mengamati tanah di daerah survei dan berkaitan dengan posisi untuk segmen tertentu
dari lanskap, seorang ilmuwan tanah mengembangkan sebuah konsep, atau model,
bagaimana tanah yang terbentuk (SSURGO, 1995).
Tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang
sewajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi yang merupakan hasil genesa tanah
tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat data penyebarannya
(Buckman and Brady, 1982).
Dasar dari semua peta survei tanah adalah bahwa daerah yang diidentifikasi
memiliki karakteristik yang sama, sehingga dapat diprediksi prediksi. Para peneliti,
tenaga penyuluhan, dan perencana perlu mengetahui luas areal dan distribusi jenis
tertentu tanah untuk benar memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh. Misalnya, jika
menemukan bahwa jenis tertentu dari pupuk meningkatkan hasil pada tanah berpasir,
kemudian kita perlu tahu di mana tanah berpasir terjadi. Sebaliknya, seseorang juga
perlu untuk mengetahui daerah-daerah mana ekstrapolasi mengenai tanah berpasir .
Survei tanah sebagian besar dilakukan untuk daerah yang cukup besar untuk memiliki
lebih dari satu jenis penggunaan lahan penting dan beberapa pengguna dengan
beragam kepentingan. Beberapa survei yang dilakukan untuk melayani pengguna yang
membutuhkan informasi yang tepat tentang sumber daya tanah meliputi beberapa
hektar atau kurang (Coen, 1987).
Menurut Subardja (2000) dalam Siboro (2010) jenis survei sumberdaya lahan
dapat dibedakan pada beberapa tingkatan, yaitu: (1) tingkat eksplorasi, (2) tingkat
tinjau, (3) semi detail, dan (4) detail. Semua jenis survei ini sering digunakan ,
walaupaun mempunayi perbedaan yang besar dalam hal ketentuan skala dan intensitas
pengamatan.
Survei tanah saat ini mengidentifikasi sifat tanah lebih banyak, menggunakan
citra digital untuk overlay dengan data lain, dan lebih rinci dari survei sebelumnya.
Survei tanah Awal mengidentifikasi sifat tanah sangat sedikit, seperti tekstur, warna,
kedalaman, dan basah. Survei hari ini mengidentifikasi lebih dari 300 sifat-sifat tanah.
Survei awal terfokus pada pertanian, sedangkan survei sekarang memberikan
kehidupan tumbuhan dan hewan. Melindungi dan melestarikan sumber daya tanah
pertanian menjamin produktif bagi generasi mendatang. Survei tanah memberikan
informasi ilmiah yang diperlukan untuk benar mengelola dan melestarikan tanah.
Survei tanah memberikan data tentang kimia, fisika, dan biologi tanah, mereka
menunjukkan hubungan tanah untuk tanaman dan air, mereka menyediakan peta untuk
menampilkan hubungan untuk penilaian dan penggunaan, memberikan dasar untuk
memprediksi dan meminimalkan degradasi tanah dan sumber daya air, memungkinkan
penilaian dampak manajemen pada perubahan ekologi dan lingkungan, dan
memungkinkan pengguna lahan untuk mengelola lahan secara berkelanjutan (NRCS,
2012).
Land Use dan Land Cover Change (LULCC)
Tutupan lahan didefinisikan oleh atribut dari permukaan tanah bumi ditangkap
dan didistribusikan dalam bentuk seperti vegetasi, gurun, air, dan es yang berada
langsung bawah permukaan, termasuk biota, tanah, topografi, permukaan dan air
tanah, dan juga mencakup struktur yang dibuat semata-mata oleh aktivitas manusia
seperti tambang eksposur dan pemukiman. Di sisi lain, penggunaan lahan adalah
dimaksudkan kerja dan manajemen strategi ditempatkan pada tutupan lahan oleh
manusia, atau pengelola lahan untuk mengeksploitasi penutup lahan dan
mencerminkan kegiatan manusia seperti zona industri, zona pemukiman, lahan
pertanian, penggembalaan, penebangan, dan pertambangan diantara banyak lainnya
(Zubair, 2006)
Perubahan penggunaan lahan (land use change) didefinisikan sebagai setiap
fisik, biologis atau kimia disebabkan manajemen perubahan, yang dapat mencakup
drainase, instalasi dan penggunaan irigasi, perkebunan, membangun bendungan
pertanian, polusi dan degradasi lahan, penghapusan vegetasi, penyebaran gulma dan
spesies eksotik, dan konversi ke non-pertanian (Quentin et al., 2006).
Penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori besar sebagai konversi dan modifikasi. Konversi mengacu pada
perubahan dari satu sampul atau menggunakan jenis yang lain, sedangkan modifikasi
melibatkan pemeliharaan dari penutup yang luas atau menggunakan tipe dalam
menghadapi perubahan atributnya (Baulies dan Szejwach, 1998).
Menurut Lambin (2005) dalam Oumer (2009) penggunaan sumber daya yang
berkelanjutan mengacu pada penggunaan lingkungan sumber daya untuk
memproduksi barang dan jasa sedemikian rupa,dalam jangka waktu yang panjang,
sumber daya alam tidak rusak sehingga kebutuhan manusia di masa depan dapat
dipenuhi. Salah satu tantangan global yang paling signifikan dalam hal ini berkaitan
dengan pengelolaan transformasi di permukaan bumi terjadi melalui perubahan
penggunaan lahan dan tutupan lahan.
Menurut Codjoe ( 2007) dalam Oumer (2009) Oleh karena itu, penelitian
penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan (LUCC) perlu berurusan dengan
deskripsi, identifikasi kualitatif dan parameterisasi faktor yang mendorong perubahan
penggunaan lahan dan tutupan lahan, serta integrasi dari konsekuensi dan akibatnya.
Namun, salah satu tantangan utama dalam analisis LUCC adalah untuk
menghubungkan perilaku orang untuk biofisik dalam skala spasial dan temporal yang
sesuai Namun, ia berpendapat bahwa tren penggunaan lahan dan tutupan lahan
perubahan bisa dinilai dengan mudah dan terkait dengan data penduduk, jika unit
Perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai proses perubahan dari
penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lainnya yang dapat bersifat permanen
maupun sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan
transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang
baik untuk tujuan komersil maupun industri (Muiz, 2009).
Penggunaan lahan dan pemetaan tutupan lahan merupakan salah satu hal yang
paling penting dan aplikasi yang khas dari data penginderaan jauh. Penginderaan jarak
jauh adalah alat yang berguna dan memiliki nilai ilmiah untuk studi interaksi di
lingkungan manusia, khususnya penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan
(Codjoe, 2007 dalam Oumer , 2009).
Ada variasi yang signifikan antara kemampuan instrumen berbagai sensor dan
kekayaan informasi yang ditangkap dan juga penerapan tergantung pada Tujuan dari
penelitian dimaksudkan. Ada juga variasi yang jelas dalam sifat spasial dan spektral
dari citra satelit yang diperoleh oleh versi berbeda dari sensor instrumen khusus.
Instrumen Landsat dapat diambil sebagai barang contoh untuk menunjukkan
peningkatan yang berkelanjutan dalam radiometrik dan spektral properti gambar
memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang sumber daya lahan.
Sejak tahun 1972, satelit Landsat telah disediakan berulang-ulang, sinoptik,
global cakupan resolusi tinggi citra multispektral. sejarah panjang Mereka dan
kehandalan telah membuat mereka menjadi sumber populer untuk
mendokumentasikan perubahan di tanah tutup dan gunakan dari waktu ke waktu dan
evolusi mereka lebih ditandai dengan peluncuran Landsat 7 oleh pemerintah AS pada
tahun 1999. Multispektral Scanner (MSS) data dari US Geological Survey ini (USGS)
permukaan dari awal 1970-an ke awal 1990-an. MSS dan sensor TM terutama
terdeteksi dari pantulan radiasi dari permukaan bumi dalam terlihat dan panjang
gelombang IR, tetapi sensor TM menyediakan informasi lebih dari radiometrik MSS
sensor (Turner et al., 2003).
Rentang panjang gelombang untuk sensor TM adalah dari yang kelihatan
(biru), melalui pertengahan IR, ke bagian thermal-IR dari spektrum elektromagnetik
dan memiliki resolusi spasial 30 meter untuk terlihat, dekat-IR, dan pertengahan-IR
panjang gelombang dan resolusi spasial 120 meter untuk band thermal-IR. Setiap pixel
gambar Landsat TM berisi banyak informasi tentang permukaan bahan yang
memantulkan cahaya dari pixel itu ke sensor satelit. masing-masing band di gambar
TM merupakan bagian yang terpisah dari data yang nilainya berkisar dari 0 sampai
255 memungkinkan seluruh gambar mengandung 2.565 (sekitar 1,1 miliar).
Barlowe (1978) menyatakan bahwa dalam menentukan penggunaan lahan
terdapat empat faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu: faktor fisik lahan,
faktor ekonomi, dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor kondisi social dan budaya
masyarakat setempat juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan. Pertambahan
jumlah penduduk berarti pertambahan terhadap makanan dan kebutuhan lain yang
dapat dihasilkan oleh sumber daya lahan. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian
meningkat dengan adanya pertambahan penduduk. Demikian pula permintaan
terhadap hasil non pertanian seperti kebutuhan perumahan dan sarana prasarana
wilayah. Peningkatan pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini
cenderung menyebabkan persaingan dalam penggunaan lahan. Perubahan penggunaan
lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut
penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan
meningkatnya kebutuhan tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan dan penutupan lahan adalah
faktor-faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor-faktor
lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan
dan budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengolahan lahan dan
kelestarian lingkungan. Faktor fisik ini meliputi kondisi iklim sumber daya air dan
kemungkinan perairan, bentuk lahan dan topografi, serta karakteristik tanah, yang
secara bersama akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pada
sebidang tanah (Sys et al., dalam Gandasasmita, 2001).
Beberapa kajian dan penelitian telah dilakukan untuk menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan beberapa hal yang diduga
sebagai penyebab proses perubahan penggunaan lahan antara lain :
1. Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan
2. Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga
atas di wilayah perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadap pemukiman
(komplek-komplek perumahan)
3. Terjadinya transformasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan
menggeser kegiatan pertanian/ lahan hijau khususnya di perkotaan
4. Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan
ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.
Iklim merupakan faktor fisik yang sulit dimodifikasi dan paling menentukan
keragaman penggunaan lahan. Unsur-unsur iklim seperti hujan, penyinaran matahari,
suhu, angin, kelembaban dan evaporasi, menentukan ketersediaan air dan energi,
sehingga secara langsung akan mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman.
Penyebaran dari unsur-unsur iklim ini bervariasi menurut ruang dan waktu, sehingga
penggunaan lahan juga beragam sesuai dengan penyebaran iklimnya (Mather, 1986
dalam Gandasasmita, 2001 ).
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk
didalamnya adalah perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peranan topografi
terhadap penggunaan lahan dibedakan berdasarkan unsur-unsurnya adalah elevasi dan
kemiringan lereng. Peranan elevasi terkait dengan iklim, terutama suhu dan curah
hujan. Elevasi juga berpengaruh terhadap peluang untuk pengairan. Peranan lereng
terkait dengan kemudahan pengelolaan dan kelestarian lingkungan. Daerah yang
berlereng curam mengalami erosi yang terus-menerus sehingga tanah-tanah ditempat
ini bersolum dangkal, kandungan bahan organic rendah dan perkembangan horison
lambat dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam.
Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan
sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut dan seterusnya juga
mempengaruhi pembentukan tanah (Hardjowigeno, 1993).
Menurut Peng dan Wang (2011) karena pertumbuhan penduduk dan
perkembangan ekonomi, banyak praktek penggunaan lahan seperti penebangan,
pengembalaan dan kegiatan pertanian dilakukan. Sedangkan penggunaan lahan yang
tidak tepat dapat menyebabkan erosi tanah yang parah, curah hujan juga dapat
menyebabkan aliran permukaan dan erosi tanah, beberapa studi menunjukkan bahwa
rendah, lereng curam topografi, curah hujan tahunan tinggi dan tutupan vegetasi
miskin.
Tanah merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi penyebaran
penggunaan lahan. Sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber hara, tanah
merupakan faktor fisik lahan yang paling sering dimodifikasi agar penggunaan lahan
yang diterapkan mendapatkan hasil yang maksimal. Tanah merupakan kumpulan
benda alam dipermukaan bumi, mengandung gejala-gejala kehidupan, dan penopang
atau mampu menopang pertumbuhan tanaman. Tanah meliputi horison-horison tanah
yang terletak diatas bahan batuan dan terbentuk sebagai hasil interaksi sepanjang
waktu dari iklim, organisme hidup, bahan induk dan relief. Bahan-bahan di bawah
tanah atau bahan induk tanah bukanlah selalu berasal dari batuan yang keras, tetapi
dapat juga berasal dari bahan-bahan lunak seperti bahan alluvium, abu volkan, tufa
volkan, dan sebagainya (Hardjowigeno, 1993).
Remote Sensing
Remote sensing atau penginderaan jarak jauh adalah ilmu dan seni untuk
mendapatkan informasi suatu obyek, wilayah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dari sensor pengamat tanpa harus kontak langsung dengan obyek, wilayah
atau fenomena yang diamati (Lillesand dan Kieffer, 2004).
Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004) menjelaskan bahwa penginderaan jauh
adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah
direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan sutau
objek. Sedangkan menurut Lillesand and Kiefer (1994), Penginderaan jauh adalah
melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan
objek, daerah atau fenomena yang dikaji.
Sistem pengindraan jarak jauh pasif (foto udara dan citra aster), yaitu sistem
pengindraan jarak jauh yang energinya dari matahari. Panjang gelombang yang
digunakan oleh sistem pasif, tidak memiliki kemampuan menembus atmosfer yang
dilaluinya, sehingga atmosfer ini dapat menyerap (absorp) dan menghamburkan
(scatter) energy pantulan objek yang akan diterima oleh sensor (Lillesand dan Kieffer,
1997).
Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon udara
atau wahana lainnya. Data-data tersebut berasal rekaman sensor yang memiliki
karakteristik berbeda-beda pada masing-masing tingkat ketinggian yang akhirnya
menentukan perbedaan dari data penginderaan jauh yang di hasilkan (Richards dan Jia,
2006).
Pengumpulan data penginderaan jauh dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
sesuai dengan tenaga yang digunakan. Tenaga yang digunakan dapat berupa variasi
distribusi daya, distribusi gelombang bunyi atau distribusi energi elektromagnetik
(Purwadhi, 2001).
Sebuah atribut utama dari lanskap adalah pola spasial dan struktur. Ini
menunjukkan bahwa deteksi proses perubahan tutupan lahan dengan penginderaan
jauh adalahcmeningkat ketika kedua spektral dan spasial indikator kondisi permukaan
sepertickemiringan dan topografi yang digunakan. Aspek temporal fenomena alam
yang penting untuk interpretasi citra karena faktor seperti pertumbuhan vegetasi dan
tanah kelembaban bervariasi sepanjang tahun, dan karenanya, hasil yang lebih positif
pertumbuhan tahunan ,Selanjutnya, perubahan lanskap spasial Pola lebih cenderung
untuk mengungkapkan tutupan lahan jangka panjang dan seberapa lama perubahan
dapat bertahan (Lillesand dan Kieffer, 2004).
Penginderaan jauh sangat tergantung dari energi gelombang elektromagnetik.
Gelomabng elektromagnetik dapat berasal dari banyak hal, akan tetapi gelombang
elektromagnetik yang terpenting pada penginderaan jauh adalah sinar matahari.
Banyak sensor menggunakan energi pantulan sinar matahari sebagai sumber
gelombang elektromagnetik, akan tetapi ada beberapa sensor penginderaan jauh yang
menggunakan energi yang dipancarkan oleh bumi dan yang dipancarkan oleh sensor
itu sendiri. Sensor yang memanfaatkan energi dari pantulan cahaya matahari atau
energi bumi dinamakan sensor pasif, sedangkan yang memanfaatkan energi dari sensor
itu sendiri dinamakan sensor aktif (Kerle, et al., (2004) dalam Oumer (2009)).
Analisa data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik,
data statistik dan data lapangan. Hasil nalisa yang diperoleh berupa informasi
mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumberdaya
lokasi. Informasi tersebut bagi para pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu
dalam proses pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut.
Keseluruhan proses pmulai dari pengambilan data, analisis data hingga penggunaan
data tersebut disebut Sistem Penginderaan Jauh (Purwadhi, 2001).
pH tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara, yaitu
pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung terhadap tersedianya
unsur hara tertentu serta mempengaruhi ketersediaan hara N dan P. Pada pH tanah
lebih kecil dari 5.0 dan lebih besar dari 8.0 maka unsur N dalam tanah tidak dapat
unsur hara fosfat kurang tersedia pada tanah masam. Ketersediaan P didalam tanah
berbanding lurus dengan pH tanah. Bila tanah masam ketersediaan P akan menurun,
sebaliknya bila pH tanah meningkat sampai pH tertentu, maka ketersediaan P juga
akan meningkat
Informasi yang berasal dari data penginderaan jauh telah sering digunakan
untuk membantu dalam perumusan kebijakan dan memberikan wawasan tutupan lahan
dan penggunaan lahan pola, dan multi-temporal yang tren. Interpretasi foto udara
terus menjadi alat standar untuk pemetaan dan pemantauan tutupan lahan dan
perubahan penggunaan lahan Selain itu, sebagai teknologi telah membaik, demikian
juga memiliki jangkauan dan kesempatan untuk penginderaan jauh dinamika struktur
ekosistem. Telah ada evolusi dalam cara di mana penginderaan jauh, terkait teknologi,
dan teknik analisis yang digunakan untuk memetakan tutupan lahan dan penggunaan
lahan perubahan di tingkat lokal, lanskap, skala regional dan benua. Remote sensing
citra dari platform satelit dan udara menyediakan data digital pada skala pengamatan
yang memenuhi kriteria pemetaan berbagai karakteristik permukaan antropogenik dan
alami. Regional dan benua skala tutupan lahan dan penggunaan lahan dapat dipetakan
secara operasional, dan tinggi rinci lokal untuk spasial lanskap skala analisis memiliki
potensi besar karena satelit saat ini menyediakan skala informasi sebanding dengan
foto udara. Misalnya, generasi terbaru dari satelit penginderaan jauh memberikan
sangat tinggi-resolusi spasial Data (yakni IKONOS [1 m] dan Quickbird [0,60 m])
KONDISI UMUM WILAYAH Kabupaten Dairi
Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 22 kabupaten di Sumatera Utara.
Luas areal Kabupaten Dairi pada tahun 1999 – 2002 adalah 314.000 ha dan pada tahun
2003 kemudian dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi sebagai
kabupaten induk dan
terdiri dari 15 kecamatan dengan luas 192.780 dan jumlah penduduk di Kabupaten
Dairi adalah 255.847 jiwa.
BPS (2013) Kabupaten Dairi yang terdiri dari 15 kecamatan ini mempunyai
Luas 192.780 ha atau sekitar 2,69 % dari luas Propinsi Sumatera Utara (7.160.000 ha).
Kabupaten Dairi terletak sebelah Barat Daya Propinsi Sumatera Utara yang berbatasan
• Sebelah Timur dengan Kabupaten Samosir
• Sebelah Utara dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kabupaten
Tanah Karo
• Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pakpak Bharat
• Sebelah Barat dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Kabupaten dairi terletak sebelah Barat Daya Propinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Dairi terletak antara 98000’ – 980 30’ BT dan 2015’00” – 3000’00” LU.
Sebagian besar tanahnya berupa gunung-gunung dan bukit- bukit dengan kemiringan
bervariasi sehingga terjadi iklim hujan sub tropis jumlah penduduk di Kabupaten Dairi
Pada Tahun 2013 adalah 273.394 jiwa.
Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian antara 400 s/d 1.700
m diatas permukaan laut. Kecamatan Tigalingga, Kec. Siempat Nempu dan
Kecamatan Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara 400 s/d 1.360 m
diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang dan Kec.Tanah Pinem berada
pada ketinggian antara 700 s/d 1.700 meter diatas permukaan laut.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara pada tanggal
02 Juli 2013 sampai dengan 05 Juli 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala
1: 400.000 digunakan sebagai peta dasar , peta jenis tanah 1: 250000 digunakan untuk
mengetahui penyebaran jenis tanah pada daerah penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS digunakan untuk
mengetahui koodinat lokasi penelitian dan kamera untuk dokumentasi.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang
digunakan untuk memperoleh data lapangan berupa koordinat titik sampel dan
menginterpretasikan hasil survei lapangan dalam bentuk peta.
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun tahapan
kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan dilapangan, terlebih
dahulu dilakukan penyusunan usulan penelitian, pengadaan peralatan, pengadaan peta,
studi literatur, dan penyusunan rencana kerja dilapangan.
Pekerjaan dimulai dengan survei atau pengecekan lapang, pelaksanaan
pengambilan data dengan menggunakan GPS dengan berpedoman pada peta dasar, dan
peta jenis tanah.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data yaitu berupa data
lapangan, jenis tanah, dan indeks vegetasi.
Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial
menggunakan GIS (Geografic Information System). Output analisis spasial dan data
yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian untuk land use dan land
cover change.
Peta dihasilkan adalah:
1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Lokasi Pengambilan Sampel
Berdasarkan pengambilan sampel di Kabupaten Dairi diperoleh hasil peta
lokasi pengambilan sampel disajikan pada gambar 1 (lampiran 1).
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel
Pada gambar 1 dapat dilihat lokasi pengambil sampel sebanyak 36 sampel
yang tersebar di kabupaten Dairi, 4 sampel diambil di kecamatan Berampu, 5 sampel
diambil di kecamatan Pegagan Hilir, 2 sampel diambil di kecamatan Lae Parira, 4
sampel diambil di kecamatan Parbuluan, 1 sampel diambil di kecamatan Sidikalang, 3
sampel diambil di kecamatan Siempat Nempu Induk, 4 sampel diambil di kecamatan
di kecamatan Silima Pungga-Pungga, 5 sampel diambil di kecamatan Sumbul dan 1
sampel diambil di kecamatan Sitinjo.
Penggunaan Lahan dan Tutupan Lahan di Kabupaten Dairi
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan diperoleh hasil peta penggunaan lahan
dan tutupan lahan di Kabupaten Dairi pada tahun 2003 dan 2013 disajikan pada
gambar 2 dan 3.
Gambar 2. Penggunaan dan Tutupan Lahan di Kabupaten Dairi Tahun 2003
Dari penelitian dilakukan, diperoleh hasil bahwa penggunaan lahan dan
tutupan lahan di Kabupaten dairi pada tahun 2003 adalah hutan primer dengan luas
85.850 Ha, hutan sekunder 21.220 Ha, lahan budidaya 24.792 Ha, semak belukar
30.913 Ha, sawah 3.358 Ha, urban dan pemukiman 2.212 Ha, lahan terbuka 31.034 Ha
Gambar 3. Penggunaan dan Tutupan Lahan di Kabupaten Dairi Tahun 2013
Dari penelitian dilakukan, diperoleh hasil bahwa penggunaan lahan dan
tutupan lahan di Kabupaten dairi pada tahun 2013 adalah hutan primer dengan luas
90.789 Ha, hutan sekunder 22.057 Ha, lahan budidaya 40.697 Ha, semak belukar
4.615 Ha, sawah 2.478 Ha, urban dan pemukiman 2.793 Ha, lahan terbuka 35.957 Ha
dan air 207 Ha.
Perubahan Penggunaan Lahan dan Tutupan Lahan di Kabupaten Dairi
Berdasarkan penelitian dilapangan diperoleh hasil perubahan penggunaan
lahan dan tutupan lahan di Kabupaten Dairi dari tahun 2003 sampai tahun 2013 yang
Tabel 1. Perubahan Penggunaan Lahan dan Tutupan Lahan di Kabupaten Dairi dari tahun 2003 sampai tahun 2013
Jenis Penggunaan dan
Dari tabel 1. diperoleh hasil bahwa perubahan penggunaan lahan dan tutupan
lahan di Kabupaten Dairi pada tahun 2003 sampai dengan 2013 terjadi perubahan yang
sangat signifikan pada perubahan lahan budidaya yang meningkat sebanyak 15.905 Ha
dan perubahan lahan semak belukar yang menurun sebanyak 26. 298 Ha.
Pembahasan
Berdasarkan data dilapangan diperoleh bahwa tipe penggunaan lahan yang
cenderung mengalami penambahan luas yang signifikan adalah penggunaan lahan
budidaya yaitu 15.905 Ha. Penambahan luas lahan budidaya secara dominan
diperkirakan akibat adanya pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2003 yaitu
sebesar 255.847 jiwa menjadi 273.394 jiwa pada tahun 2013, besarnya tingkat
urbanisasi dan banyaknya perubahan struktur perekonomian menyebabkan kegiatan
pertanian yang membutuhkan lahan semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat. Hal ini sesuai dengan literatur Haryani (2011) yang menyatakan
bahwa Beberapa kajian dan penelitian telah dilakukan untuk menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan beberapa hal yang diduga
sebagai penyebab proses perubahan penggunaan lahan antara lain : (1) Besarnya
jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga atas di wilayah
perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadappemukiman
(komplek-komplek perumahan), (3) Terjadinya transformasi di dalam struktur perekonomian
yang pada gilirannya akan menggeser kegiatan pertanian/ lahan hijau khususnya di
perkotaan , (4) Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha
dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.
Berdasarkan data dilapangan diperoleh bahwa tipe penggunaan lahan yang
cenderung mengalami penurunan luas yang signifikan adalah semak belukar yaitu
26.298 Ha. Penurunan luas pada lahan semak belukar diakibatkan adanya peningkatan
penggunaan lahan untuk lahan budidaya, lahan terbuka, hutan primer dan sekunder
dari tahun 2003 sampai dengan 2013 sehingga menyebabkan perubahan yang besar
terhadap penggunaan lahan semak belukar. Hal ini sesuai dengan literatur Haryani
(2011) yang menyatakan bahwa Beberapa kajian dan penelitian telah dilakukan untuk
menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan
beberapa hal yang diduga sebagai penyebab proses perubahan penggunaan lahan
antara lain : (1) Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di
pedesaan, (2) Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah
hingga atas di wilayah perkotaan yang berakibat tingginya permintaan
terhadappemukiman (komplek-komplek perumahan), (3) Terjadinya transformasi di
dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan menggeser kegiatan
pertanian/ lahan hijau khususnya di perkotaan , (4) Terjadinya fragmentasi pemilikan
lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.
Penggunaan lahan dan tutupan lahan pada sawah pada tahun 2003 sebesar
3.358 Ha dan terjadi perubahan pada tahun 2013 menjadi 2.478 Ha sehingga pada
sebesar 0,88 Ha. Hal ini dikarenakan adanya perubahan alih fungsi lahan sawah
menjadi areal pemukiman yang disebabkan adanya urbanisasi, peningkatan jumlah
penduduk, kondisi sosial, dan faktor ekonomi daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan
literatur Muiz (2009) yang menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan diartikan
sebagai proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lainnya
yang dapat bersifat permanen maupun sementara dan merupakan konsekuensi logis
dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat yang sedang berkembang baik untuk tujuan komersil maupun industri.
Perubahan penggunaan lahan pada tipe penggunaan lahan hutan primer dan
sekunder dari tahun 2003 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan, hal ini
dikarenakan areal hutan di Kabupaten Dairi dilindungi oleh Pemerintah Daerah. Oleh
karena itu, masyarakat tidak melakukan alih fungsi lahan hutan menjadi lahan lain,
tetapi memanfaatkan areal hutan sebagai lahan agroforestry untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sehingga penggunaan areal hutan tidak berkurang.
Dari hasil survei diketahui bahwa jenis tanah dan tekstur tanah di daerah
Kabupaten Dairi mendukung untuk budidaya tanaman sehingga perubahan
penggunaan lahan lebih banyak menjadi lahan budidaya untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi dan juga karena adanya faktor- faktor lingkungan yaitu faktor fisik yang
mempengaruhi penyebaran penggunaan lahan karena tanah adalah faktor fisik yang
paling sering dimodifikasi untuk penggunaan lahan sehingga mendapatkan hasil yang
maksimal. Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (1993) yang menyatakan
bahwa tanah merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi penyebaran
penggunaan lahan. Sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber hara, tanah
merupakan faktor fisik lahan yang paling sering dimodifikasi agar penggunaan lahan
benda alam dipermukaan bumi, mengandung gejala-gejala kehidupan, dan penopang
atau mampu menopang pertumbuhan tanaman. Tanah meliputi horison-horison tanah
yang terletak diatas bahan batuan dan terbentuk sebagai hasil interaksi sepanjang
waktu dari iklim, organisme hidup, bahan induk dan relief. Bahan-bahan di bawah
tanah atau bahan induk tanah bukanlah selalu berasal dari batuan yang keras, tetapi
dapat juga berasal dari bahan-bahan lunak seperti bahan alluvium, abu volkan, tufa
volkan, dan sebagainya
Dari percobaan diperoleh bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perubahan
penggunaan dan juga tutupan lahan yaitu faktor fisik lahan dan faktor ekonomi yang
sangat mempengaruhi kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat sehingga
berdampak pada pola penggunaan lahan suatu daerah yang diakibatkan oleh
pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan akan material cenderung
menyebabkan persaingan dalam penggunaan lahan sehingga menyebabkan perubahan
lahan. Hal ini sesuai dengan literatur Barlowe (1978) yang menyatakan bahwa dalam
menentukan penggunaan lahan terdapat empat faktor penting yang perlu
dipertimbangkan yaitu: faktor fisik lahan, faktor ekonomi, dan faktor kelembagaan.
Selain itu, faktor kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat juga akan
mempengaruhi pola pengguanaan lahan. Pertambahan jumlah penduduk berarti
pertambahan terhadap makanan dan kebutuhan lain yang dapat dihasilkan oleh sumber
daya lahan. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian meningkat dengan adanya
pertambahan penduduk. Demikian pula permintaan terhadap hasil non pertanian
seperti kebutuhan perumahan dan sarana prasarana wilayah. Peningkatan pertumbuhan
penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini cenderung menyebabkan persaingan
dalam penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan
pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan tuntutan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa perubahan penggunaan dan penutupan
lahan di Kabupaten Dairi yaitu semak belukar, sawah dan air berubah fungsi menjadi
penggunaan lahan lain seperti pemukiman warga, lahan budidaya, lahan terbuka, hutan
primer dan hutan sekunder. Hal ini disebabkan oleh faktor fisik, faktor ekonomi,
kemajuan teknologi, jumlah penduduk yang terus meningkat dan kondisi sosial
penduduk di daerah tersebut .
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai evaluasi kesesuaian lahan di
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. S.1996. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Baulies, X., and Szejwach, G., 1998. LUCC data requirements workshop survey of needs, gaps and priorities on data for land-use/land-cover change research organized by IGBP/IHDP-LUCC AND IGBP-DIS,Barcelona.
Barlowe, R. 1978. Land Resources Economic Third Edition. Prentice Hall Inc. Englewood cliffs, New Jersey.
Buckman, H. O. and N.C Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhrata Karya Persada. Jakarta.
Coen, G. M. 1987. Soil Survey Handbook Volume 1. Rescarch Branch Agriculture Canada. Canada
Gandasasmita, K. 2001. Analisis Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Daerah Aliran Sungai Cimanuk Hulu Jawa Barat [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, Akademika Pressindo, Jakarta.
Haryani, P. 2011. Perubahan Tutupan/Penggunaan lahan dan Perubahan Garis Pantai di Das Cipunagara dan Sekitarnya, Jawa Barat. Diakses dari http:/repository.ipb.ac.id pada tanggal 27 Maret 2013.
Kerle, N., Lucas, L.F. Jansen., Gerrit C., Huumeman. 2004. Principles of Remote Sensing. An Introduction Textbook. ITC. Enschede. The Netherland.
Lillesand, T.M., dan R.W. Kiefer. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. New York.: John Wiley&Son, Inc,.
. .1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
. 2004. Remote Sensing and Image Interpretation; 4th ed., Willey, New York, 469pp.
Muiz, Abdul. 2009. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Sukabumi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses dari
NRSC. 2012. Soil Survey . Natural Resources Conversation Service United Stated Department of Agriculture. Diakses dari Maret 2013.
Awash Basins of Ethiopia. Diakses dari soilandwater.bee.cornell.edu pada tanggal 18 Maret 2013.
Peng, T dan S. J. Wang. Effects Of Land Use, Land Cover and Rainfall Regimes on The Surface Run Off and Soil Loss on Karst Slopes in Southwest Cina. Diakses da
Purwadhi, S.H., 2001. Interpretasi Citra Digital.Jakarta: PT Grasindo.
Quentin F. B., Jim, C., Julia, C., Carole, H., and Andrew, S., 2006. Drivers of land use change, Final report: Matching opportunities to motivations, ESAI project 05116, Department of Sustainability and Environment and primary industries, Royal Melbourne Institute of Technology. Australia.
Richards, J.A. dan Jia, X. 2006. Remote Sensing Digital Image Analysis: An Introduction(Fourth Edition), SpringerVerlag. Berlin.
Siboro, C. F. 2010. Survei dan Pemetaan Bahan organic dikebun Sukaluwei PT. NV Penmex Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Diakses dari
SSURGO. 1995. Soil Survey Geographic (SSURGO) Data Base. Diakses dari
Treitz, P and John. R. 2003. Remote Sensing For mapping and monitoring Land Cover and Land Use Change – an Introduction. Diakses dari www.elsevier .com/located/pplan pada tanggal 27 Maret 2013.
Turner, B.L., II, Matson, P.A., McCarthy, J.J., Corell, R.W.,Christensen, L., Eckley, N., Hovelsrud-Broda, G., Kasperson, J.X., Kasperson, R.E., Luers, A., Martello, M.L., Mathiesen, S., Naylor, R., Polsky, C., Pulsipher, A., Schiller, A., Selin, H., Tyler, N., 2003. Illustrating the coupled human–environment system forvulnerability analysis: three case studies. Proceedings of theNational Academyof Sciences of the United States of America. Diakses dari
LAMPIRAN DATA
Lampiran 2.Peta Satuan Lahan Lokasi Penelitian
Lampiran 3.Hasil Pengambilan Data Koordinat dan Elevasi di Kabupaten Dairi
Sampel Kecamatan Koordinat Elevasi
--- m --
1 Sumbul Desa Juma Ramba N: 020 45’ 01.366”
E: 0980 22’ 49.968”
1136,0
2 Sumbul Desa Juma Ramba N: 020 45’ 01.138”
E: 0980 22’ 49.968”
1129,2
3 Pegagan Hilir Desa Lingga tengah N: 020 49’ 31.529”
E: 0980 22’ 30.082”
1043,3
4 Pegagan Hilir Desa Lingga tengah N: 020 49’ 31.514”
E: 0980 22’ 30.165”
N: 020 49’ 31.497”
E: 0980 22’ 30.165”
26 lempungberpasir
27 pasirberlempung
28 Pasir
29 lempungliatberpasir
30 lempungberpasir
31 lempungliatberpasir
32 lempungberpasir
33 lempungberpasir
34 Lempung
35 liatberdebu
36 liatberdebu