• Tidak ada hasil yang ditemukan

NALISIS POTENSI KOTORAN TERNAK SAPI SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS DI PANTAI BARU BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NALISIS POTENSI KOTORAN TERNAK SAPI SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS DI PANTAI BARU BANTUL"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

NALISIS POTENSI KOTORAN TERNAK SAPI SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS DI PANTAI BARU BANTUL

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1 Pada Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH : MEI KURNIAWAN

20120120051

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Mei Kurniawan

NIM : 20120120051

Program Studi : Teknik Elektro Fakultas : Teknik

Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa naskah Tugas Akhir “Analisis potensi kotoran ternak sapi sebagai pembangkit listrik tenaga biogas di Pantai Baru Bantul” merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjaanaan di Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan sumbernya dalam naskah dan daftar pustaka dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, 16 Desember 2016 Penulis

(3)

v MOTTO

Tanpa cinta, kecerdasan itu berbahaya. Dan tanpa

kecerdasan, cinta itu tidak cukup.

Harus konsisten dalam menekuni bidang disiplin ilmu

yang anda pelajari. Karena konsisten anda bisa seperti

saya (Habibie).

Failure only happens when we give up.

(4)

vii

PERSEMBAHAN

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Dengann penuh rasa syukur, tugas akhir ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Yatno dan Ibu Yahmini yang paling aku cintai dan aku sayangi sepanjang hayatku yang senantiasa mendoaakan, menyayangi dan mendidiku sepenuh jiwa.

2. Adikku Ayem Dwi Lestari dan Retno Wulandari yang memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(5)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir dengan judul “Analisis potensi kotoran ternak sapi sebagai pembangkit listrik tenaga biogas di Pantai Baru Bantul” dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penyelesaian tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Kedua orang tuaku Bapak Yatno dan Ibu Yahmini yang tak henti-hentinya mendoakan dan mendukung baik secara moral maupun material;

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di lembaga ini;

3. Bapak Jazaul Ikhsan, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

4. Bapak Ir. Agus Jamal, M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro yang telah memberikan izin penyusunan tugas akhir kepada penulis; 5. Bapak Rahmat Adiprasetya A.H, S.T., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing

(6)

ix

Pembimbing II yang dengan sabar membimbing, memberi petunjuk dan mengarahkan penulis selama Tugas Akhir;

6. Dosen Penguji

7. Segenap Dosen Pengajar Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

8. Staf Tata Usaha Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; 9. Staf Laboratorium Prodi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta;

10.Teman seperjuangan Fajar, Aprizal semangat jiwe, Rizky, Gandhi, yang telah berbagi susah senang selama 4 tahun terakhir, semoga kita tetap bersama selamanya;

11.Teman-teman mahasiswa teknik elektro 2012 dan anak kos Rw yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang sangat menginspirasi;

12.Teman-teman KKN Hendra, Eko, Heru, Ryo, Amel, Inggi, Vendy, Anggit yang telah bersama-sama selama sebulan ber-KKN di dusun Niron, Ds. Pandowoharjo;

13.Semua pihak yang telah berpengaruh dalam hidup penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih telah hadir di hidup penulis.

(7)

x

Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan memberi tambahan ilmu bagi para pembaca. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua, aamiin.

Wassalammu’alakum Wr. Wb.

Yogyakarta, 16 Desember 2016

Penulis

(8)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... iError! Bookmark not defined. MOTTO ... Error! Bookmark not defined. INTISARI ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang... Error! Bookmark not defined. 1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penulisan ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI ... 5

2.1 Tinjauan Pustaka ... 5

2.2 Dasar Teori ... 6

2.2.1 Sumber Potensi ... 6

2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Biogas ... 7

2.2.3 Pengertian Biogas... 8

2.2.4 Proses Pembentukan Biogas ... Error! Bookmark not defined. 2.2.5 Potensi Pemanfaatan kotoran Sapi ... 13

2.2.6 Manfaat Energi Biogas ... 13

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Biogas ... 15

2.3.1 Nutrisi dan Penghambat bagi bakteri Anaerob ... 15

2.3.2 Digestifikasi Anaerobik ... 15

(9)

xii

2.3.4 Derajat Keasaman (pH) ... 16

2.3.5 Kandungan Nitrogen dan Rasio Karbon Nitrogen ... 17

2.3.6 Pengadukan Bahan Organik ... 18

2.3.7 Pengaturan Tekanan ... 19

2.4 Konversi Energi Biogas dan Pemanfaatannya ... 19

2.4.1 Konversi Energi Biogas Untuk Ketenagalistrikan ... 19

2.5 Digester Biogas ... 20

2.5.1 Jenis-jenis Digester Biogas ... Error! Bookmark not defined. 2.5.2 Komponen utama Digester ... Error! Bookmark not defined. 2.5.3 Teknik Pencucian Biogas ... Error! Bookmark not defined. 2.6 Homer ... 27

2.7.1 Tutorial HOMER ... Error! Bookmark not defined. 2.7 Konfigurasi HOMER ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Metodologi Penelitian ... 30

3.2 Alat Penelitian ... 30

3.3 Bahan Penelitian ... 30

3.4 Lokasi Penelitian ... 31

3.5 Tahapan Persiapan ... 32

3.6 Langkah-Langkah Penyusunan Karya Tulis ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined. 4.1 Perhitungan Potensi Biogas di Kawasan Peterbakan Pantai Baru Bantul Yogyakarta ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Kondisi Peternakan Sapi Pantai Baru bantul YogyakartaError! Bookmark not defined. 4.1.2 Potensi Pembentukan Bahan Bakar Biogas di Peternakan Sapi Pantai Baru Bantul Yogyakarta... Error! Bookmark not defined. 4.2 Data Beban ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Perancangan Sistem Homer ... 41

4.3.1 Simulasi Primary Load 1 ... 42

4.3.2 Generator 1 ... 43

(10)

xiii

4.4.2 Analisa Konfigurasi Sistem Optimal... 49

4.4.3 Potensi Biogas ... 49

4.4.4 Hasil Pembangkit Sistem ... 51

4.4.5 Analisi Sistem Optimal... 53

4.4.6 Biaya Biaya ... 54

(11)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema pembangkit listrik tenaga biogas... 7

Gambar 2.2 Digestifikasi Anaerobik alamiah dan buatan ... 16

Gambar 2.3 Digester biogas ... 20

Gambar 2.4 Fixed dome (kubah terbuka) ... 21

Gambar 2.5 Floating dome (kubah apung)... 23

Gambar 2.6 Skema Pencucian Biogas secara fisika ... 26

Gambar 2.7 Tampilan utama HOMER ... 28

Gambar 3.1 Peta Lokasi Pantai Baru, Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 31

Gambar 3.2 Flowchart Metodologi Penelitian ... 32

Gambar 4.1 Pemilihan Komponen Homer Energy ... 41

Gambar 4.2 Simulasi data beban menggunakan Homer Energy ... 42

Gambar 4.3 Penggunaan energi listrik setiap jamnya dalam sehari ... 42

Gambar 4.4 Penggunaan energy listrik per jam untuk tiap bulan ... 43

Gambar 4.5 Perancangan Sistem Generator 1 ... 44

Gambar 4.6 Cost Curve Generator 1 ... 44

Gambar 4.7 Fuel Curve Generator 1 ... 45

Gambar. 4.8 Perancangan Untuk Sistem Grid ... 46

Gambar 4.9 Perancangan Konfigurasi Homer... 47

Gambar 4.10 Hasil Kalkulasi Konfigurasi Homer Energy ... 47

Gambar 4.11 Jumlah rata-rata feedstock biogas dalam setahun... 49

Gambar 4.12 Hasil produksi biogas per bulan dalam setahun ... 50

Gambar 4.13 Massa biogas yang dihasilkan per kg ... 50

Gambar 4.14 Daya yang dibangkitkan konfigurasi ... 51

Gambar 4.15 Produksi listrik per bulan dalam satu tahun ... 52

(12)

xv

DAFTAR TABEL

Gambar 2.1 Komponen penyusun biogas ... 11

Gambar 2.2 Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkan ... 12

Gambar 2.3 Rasio C/N beberapa bahan organik ... 18

Gambar 2.4 Konversi Energi GasMetan menjadi Energi Listrik ... 19

Gambar 2.5 Kelebihan dan kekurangan jenis digester kubah tetap ... 22

Gambar 4.1 Potensi Biogas ... 37

Gambar 4.2 Data beban pantai baru... 38

Gambar 4.3 Konsusmsi energi listrik di wilayah Pantai Baru ... 40

Gambar 4.4 Hasil konfigurasi sistem optimal HOMER energy ... 48

Gambar 4.5 Kelebihan daya listrik PLTBG Pantai Baru ... 53

(13)

59

LAMPIRAN

(14)

60 Genset Biogas

(15)
(16)
(17)

vi

INTISARI

Tujuan utama dari skripsi ini adalah mengetauhi potensi biogas dari

kotoran ternak sapi sebagai pembangkit listrik tenaga biogas. Indonesia adalah

salah satu negara yang banyak memiliki peternakan sapi dan berpotensi unutk

memanfaatkan kotoran ternak sapi sebagai sumber enrergi terbarukan. Salah satu

contoh yang memanfaatkan kotoran ternak sapi sebagai sumber enregi terbarukan

adalah Pantai Baru Bantul Yogyakarta.

Pembangkit listrik tenaga biogas adalah suatu sistem pembangkit dimana

biogas digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin pembakaran, yang

mengubahnya menjadi energi mekanik, menggerakan generator listrik untuk

menghasilkan listrik.

Sistem pembangkit listrik (generator biogas) yang paling optimal dengan

model sistem pembangkit listrik grid-connected. Perhitungan hasil potensi biogas

kotoran ternak sapi (feedstock biomass) dengan memanfaatkan limbah kotoran

ternak sapi ebagai sumber energi generator 1 dan perhitungan konsumsi daya pada

Pantai Baru yang dengan secara menyeluruh sistem merupakan system digunakan

bantuan perangkat lunak, dalam hal ini HOMER legacy. Perangkat lunak ini

mengoptimasi berdasarkan nilai NPC terendah.

Hasil simulasi dan optimasi berbantuan software HOMER menunjukkan

bahwa secara keseluruhan sistem yang paling optimal untuk diterapkan di Pantai

Baru system pembangkit listrik (100%) dengan Grid PLN (0%). Dihitung 0%

dikarenakan langganan dari PLN tidak dimanfaatkan dalam sistem pembangkit

karena pembangkit mampu menampung daya konsumsi seluruh wilayah Pantai

Baru. Hasil total daya yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga biogas

sebesar 350,400 kWh/tahun dari hasil analisa Homer Energy.

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber energi

dapat berasal dari matahari, bahan bakar minyak, gas alam dan kayur bakar.

Energi tersebut digunakan untuk keperluan ruamh tangga seperti masak-memasak

dan penerangan. Kelangkaan bahan bakar minyak, yang salah satunya disebabkan

oleh kenaikan harga minyak dunia pada setiap tahunnya yang signifikan, telah

mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi

secara bersama-sama.

Upaya penghematan energi untuk bahan bakar seharusnya sudah digerakan

sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi, gas

maupun batu bara adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbaharui

(unrenewable). Sedangkan permintaan terus naik, demikian pula dengan harganya

sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan antara permintaan dan penawaran.

Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak dan sumber energi yang

unrenewable adalah dengan mencari sumber energi alternatif yang dapat

diperbaharui (renewable).

Bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara merupakan sumber

energi utama di Indonesia, akan tetapi sumber energi tersebut berdampak merusak

lingkungan termasuk pencemaran udara, emisi gas rumah kaca dan pemanasan

global. Kebutuhan energi nasional diketahui lebih dari 50% penggunaannya

didominasi oleh bahan bakar fosil, untuk itu pengembangan energi alternatif

menjadi pilihan yang penting. Sudah saatnya semua negara memutuskan

ketergantungan terhdap sumber energi fosil beralih ke sumber energi alternatif

(19)

2 Indonesia sebagai negara tropis memiliki sumber energi baru terbarukan

yang melimpah sebagai energi alternatif pengganti energi fosil. Salah satu energi

alternatif tersebut ialah pemanfaatan energi biogas. Biogas dapat dikategorikan

sebagai bioenergi, karena energi yang dihasilkan dari biomassa. Biomassa adalah

materi organik berusia relatif muda yang berasal dari makhluk hidup atau produk

dan limbah produksi budidaya (pertanian, perkebunan, kehutanan, pertenakan dan

perikanan). Biogas merupakan gas produk akhir pencernaan/degradasi anaerobik

(dalam lingkungan tanpa oksigen) oleh bakteri-bakteri methanogen. Salah satu

limbah yang dihasilkan dari aktifitas kehidupan manusia adalah limbah dari usaha

ternak peternakan sapi yang terdiri dari feses, urin, gas dan sisa makanan ternak.

Potensi limbah peternakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan biogas dapat

ditemukan di sentra-sentra peternakan, terutama peternakan dalam skala besar

yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar dan rutin. Di Indonesia cukup

banyak kawasan peternakan sapi yang limbah kotoran sapinya belum

dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik secara optimum.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana hasil analisa potensi kotoran ternak sapi sebagai pembangkit

listrik tenaga biogas ?

b. Bagaimana cara kerja pembangkit listrik tenaga biogas dari kotoran ternak

sapi ?

c. Bagaimana potensi biogas sebaga pembangkit tenaga listrik dalam

memenuhi kebutuhan listrik di Pantai Baru Bantul ?

1.3 Batasan Masalah

Didalam penyusunan skripsi ini terdapat beberapa hal yang dijadikan

(20)

3 1. Analisa potensi biogas, pengolahan potensi biogas kotoran sapi untuk

menentukan penggunaan dan energi yang dihasilkan di Pantai Baru,

Bantul.

2. Pemanfaatan biogas kotoran ternak sapi untuk memenuhi kebutuhan

energi listrik di Pantai Baru, Bantul.

3. Perhitungan jumlah biogas kotoran sapi yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan energi listrik di Pantai Baru, Bantul.

1.4 Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang membuat penulis menganalisa Energi Biogas,

yakni :

a. Menghitung potensi kotoran ternak sapi sebagai pembangkit listrik tenaga

biogas.

b. Analisis potensi biogas kotoran sapi sebagai pembangkit tenaga listrik

dalam memenuhi kebutuhan listrik di Pantai Baru Bantul.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dapat mengetahui hasil proses pengolahan biogas kotoran ternak sapi

menjadi sumber energi terbarukan.

2. Dapat mengetahui pemanfaatan dari hasil biogas kotoran ternak sapi

sebagai bahan bakar pembankit listrik.

3. Dapat dimanfaatkan oleh Badan Usaha pengelolaan bahan bakar dan

energi milik negara, swasta dan swadaya agar dapat menggunakan

bahan bakar yang ramah lingkungan dan sebagai penunjang Energi

(21)

4 4. Dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pengganti bahan

bakar rumah tangga untuk penghemat biaya, mengurangi polusi dan

ramah lingkungan.

1.6 Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dengan urutan :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori penunjang yang menguraikan tentang teori-teori yang

mendukung dari penelitian dan pengukuran serta perhitungan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi metodologi penelitian yang akan dilakukan yang meliputi

studi literature, survei lapangan, dan pengambilan data, pengujian potensi

biomasa dan analisis terhadap data yang diperoleh.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Berisi tentang Pengolahan dan analisis data yang di peroleh

berdasarkan pada teori dan teknis yang digunakan serta penyajian data dan

produk akhir penelitian.

BAB V Penutup

(22)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Berikut merupakan rujukan penelitian yang pernah dilakukan untuk

mendukung penulisan skripsi ini, diantaranya :

Menurut Didit Waskito UI (2011) dalam Tesisnya yang berjudul Analisa

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Dengan Pemanfaatan Kotoran Sapi Di

Kawasan Usaha Peternak Sapi. Dia menjelaskan bahwa pembuangan kotoran

ternak dalam waktu tertentu akan melepaskan CH4 ke udara akibat dari proses

fermentasi alami. CH4 termasuk salah satu emisi penghasil gas rumah kaca selain

CO2, CH4 mempunyai sifat polutan 21 kali jika dibandingkan CO2. Berdasarkan

hal tersebut pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan baku biogas mempunyai

kontribusi 2 kali dalam pengurangan emisi gas rumah kaca, yaitu :

1. Pengurangan emisi akibat mengganti/substitusi bahan bakar fosil.

2. Pengurangan emisi akibat pembakaran gas metan.

Menurut Sinung Rustrijarno (2008) di dalamm penelitiannya yang berjudul

Pemanfaatan Biogas sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan di Lokasi

Prima Tani Kabupaten Kulon Progo. Dia menjelaskan bahwa Biogas sebagai

alternatif sumber energi terbarukan berpeluang besar untuk dikembangkan di

pedesaan. Pemanfaatan biogas di lokasi Prima Tani Desa Banaran terbatas untuk

kebutuhan memasak dan baru dimanfaatkan untuk satu unit rumah tangga.

Pemanfaatan biogas dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan memasak,

penerangan, pemanas air, pembangkit listrik atau penggunaan lainnya di

pedesaan.

Menurut Yasinta Fajar Saputri dkk ITS (2014) dalam jurnalnya yang

berjudul Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di

(23)

6

Indonesia desa Babadan Kabupaten Ngajum Malang, pemanfaatan biogas dengan

menggunakan kotoran sapi sangat potensial. Seperti diketahui kotoran sapi perhari

dapat mencapai 25 kg, dengan jumlah sapi sebanyak 4.000 ekor berpotensi

menghasilkan energi listrik sebesar 3.760 kWh/hari atau 12,8297 mega Btu. Jika

dibandingkan dengan sumber biogas lainnya seperti kotoran gajah (2.538

kWh/hari), babi (698,79 kWh/hari), itik (281,76 kWh/hari) dan manusia (48,4

kWh/hari) potensi energi listrik yang dihasilkan oleh kotoran sapi lebih tinggi dari

pada sumber-sumber tersebut.

Dari hasil beberapa jurnal di atas di penelitian ini akan dibahas tentang

bagaimana cara pengolahan potensi kotoran sapi sebagai energi alternatif yang

ramah terhadap lingkungan.

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Sumber Potensi

Sumber energi terbarukan diharapkan memiliki peran aktif dalam skenario

diversifikasi energi di masa yang akan datang karena sumber energi ini bersifat

ramah terhadap lingkungan dan memiliki cadangan yang tidak pernah habis.

Sebagai contoh biogas, yang merupakan bahan yang dapat di temukan di mana

saja dan sumber energi terbarukan lainnya, dapat digunakan sebagai sumber

energi alternatif dan ketersediaannya juga sangat memadai. Selain itu, energi ini

merupakan sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan

dan dapat di kombinasikan dengan energi alternatif lainnya. Meskipun demikian,

energi ini perlu untuk pengkajian dan pengembangan agar di dapat hasil yang

maksimal. Sumber energi terbarukan memiliki potensi menghasilkan daya listrik

untuk masyarakat. Proses pengembangan teknologi untuk memanfaatkan sumber-

sumber energi terbarukan dalam skala kecil yang murah dan dapat memenuhi

(24)

7 2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Biogas dapat digunakan dalam cara yang sama seperti gas alam di kompor

gas, lampu atau sebagai bahan bakar untuk mesin. Kandungan terdiri dari 50-75%

metana, 25-45% karbon dioksida, uap air 2-8% dan lainnya O2 N2, NH3 H2 H2S.

Bandingkan dengan gas alam, yang berisi 80 sampai 90% metana. Kandungan

energi dari gas yang terutama tergantung pada kandungan metana nya yang tinggi

sangat dibutuhkan. Namun biogas juga terdapat kandungan karbon dioksida, uap

air dan gas belerang yang harus diminimalkan terutama untuk digunakan dalam

mesin. Nilai kalor rata-rata biogas adalah sekitar 21-23,5 MJ / m³, sehingga 1 m³

biogas sesuai dengan bahan bakar diesel 0,5-0,6 l atau sekitar 6 kWh (Fachagentur

Nachwachsende Rohstoffe, 2009).

Secara teoritis, biogas dapat dikonversi langsung menjadi listrik dengan

menggunakan sel bahan bakar. Namun, proses ini memerlukan gas sangat bersih

dan sel bahan bakar mahal. Oleh karena itu, opsi ini masih menjadi bahan untuk

penelitian dan saat ini tidak digunakan sebagai pembangkit listrik. Konversi

biogas untuk listrik oleh generator set jauh lebih praktis. Berbeda dengan gas

alam, biogas ditandai dengan resistensi ketukan tinggi dan karenanya dapat

digunakan di motor pembakaran dengan tingkat kompresi yang tinggi.

Gambar 2.1 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (Burhani Rahman,

(25)

8

Dalam hal ini, biogas digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin

pembakaran, yang mengubahnya menjadi energi mekanik, menggerakan generator

listrik untuk menghasilkan listrik. Desain generator listrik mirip dengan desain

motor listrik. Kebanyakan generator menghasilkan listrik AC, oleh karena itu juga

disebut dengan alternator atau dinamo. Generator listrik yang sesuai tersedia di

hampir semua negara dan di semua ukuran. Teknologi ini terkenal dan

pemeliharaannya yang sederhana. Dalam hal ini, bahkan tersedia secara universal

motor listrik 3-fase dapat dikonversi menjadi generator. Seiring berkembangnya

teknologi sekarang sudah ada Genset (generator set) yang menggunakan bahan

bakar biogas. Secara teori, biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar di hampir

semua jenis mesin pembakaran, seperti mesin otto, mesin diesel, turbin gas dan

motor Stirling dll (Elmar Dimpl, 2010).

Secara umum mesin diesel yang beroperasi berbahan bakar biogas dengan

mode dual fuel. Untuk mempermudah pengapian dari biogas mesin diesel

membutuhkan sekitar 2% minyak dari pembakaran dan diinjeksikan bersama

dengan biogas. Keuntungan dari mesin diesel yang beroperasi dalam mode dual

fuel adalah dapat berkerja dalam nilai kalor terendah. Agar mesin diesel bahan

bakar biogas dapat bekerja, biogas harus mempunyai kualitas yang tepat seperti

dibawah ini :

1. Kandungan metan dalam biogas harus tinggi karena metan adalah

bagian utama dari gas yang mudah terbakar.

2. Kandungan uap air dan � harus serendah mungkin karena

kandungan tersebut menyebabkan nilai kalor menjadi rendah.

3. Khususnya kandungan sulfur terutama dalam bentuk � � harus

rendah, karena dapat menyebabkan korosi.

2.2.3 Pengertian Biogas

Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang diisi

(26)

9

dioksida (±38%), dan lainnya , , � & � � (±2%) sehingga dapat dibakar

seperti layaknya gas elpiji sering dipakai untuk memasak dan penerangan.

Bahan-bahan sumber biogas dapat berasal dari kotoran ternak, limbah pertanian, dan

sampah limbah organik. Penguraian biomassa menjadi biogas juga menghasilkan

kompos sehingga selain menyediakan sumber energi yang murah, usaha konversi

ini juga menyediakan pupuk organik untuk mendukung kegiatan pertanian serta

meningkatkan kebersihan lingkungan dan kesehatan keluarga di pedesaan. Pada

umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas,

namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan

urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Di

samping itu juga sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan di kamar

mandi atau WC ke dalam sistem biogas. Di daerah yang banyak industri

pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem bisa

menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem biogas, sehingga limbah industri

tersebut tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena

limbah industri tersebut di atas berasal dari bahan organik yang homogen. Jenis

bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi produktivitas sistem biogas

disamping parameter-parameter lain seperti temperatur digester, pH, tekanan, dan

kelembaban udara (Said, 2007).

Bahan organik dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara disebut

digester sehingga bakteri anaeroba akan membusukkan bahan organik tersebut

yang kemudian menghasilkan gas (biogas). Biogas yang telah berkumpul di dalam

digester selanjutnya dialirkan melalui pipa penyalur gas menuju tabung

penyimpan gas atau langsung ke lokasi pembuangannya.

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik

secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang

sebagian besar adalah berupa gas metan (gas yang memiliki sifat mudah terbakar)

dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi dibantu

oleh sejumlah mikro organisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk

proses fermentasi adalah 30-55ºC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme

(27)

10

Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester yang berfungsi untuk

menampung gas metan hasil perombakan bahan-bahan organik oleh bakteri. Jenis

digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana

pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya

digester tergantung pada kotoran ternak yang dihasilkan dan banyaknya biogas

yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 � . Untuk membuat digester

diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, batu merah,

besi konstruksi, cat dan pipa paralon lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat

dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam

digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung slurry (lumpur)

dimana slurry tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik

padat dan pupuk organik cair (Wahyu Febriyanita, UNNES 2015)

2.2.4 Proses Pembentukan Biogas

Menurut Wahyu Febriyanita (UNNES) 2015 Prinsip pembentukan biogas

adalah adanya dekomposisi organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas)

untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang

memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut

biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme,

terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-500C,

dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan-bahan

organik secara optimal.

Limbah peternakan seperti fases, urin beserta sisa pakan ternak sapi

merupakan salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk

menghasilkan biogas. Namun di sisi lain perkembangan atau pertumbuhan

industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti menumpuknya

limbah peternakan termasuknya didalamnya limbah peternakan sapi. Limbah ini

menjadi polutan karena dikomposisi kotoran ternak berupa BOD dan COD

(28)

11

polusi air (terkontaminasinya air bawah tanah, air permukaan), polusi udara

dengan debu dan bau yang ditimbulkannya (Didit Waskito, UI 2011).

Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar

alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak

tanah dan gas alam. Biogas juga sebagai salah satu jenis bioenergi yang

didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti

kotoran ternak, kotoran manusia jerami, sekam dan daun-daun hasil sortiran sayur

difermentasi atau mengalami proses metanisasi (Hambali E 2008). Biogas yang

terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4)

dalam persentase yang cukup tinggi. Komponen biogas tersajikan dalam tabel 1

Hidrogen sulfide (H2S) Sedikit sekali

Nitrogen (N2) 1-2%

Hidrogen 5-10%

Sumber : Bajracharya dkk, 1985

Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan karena produksi

biogas peternakan ditunjang oleh kondisi yang kondusif dari perkembangan

peternakan sapi di Indonesia saat ini. Disamping itu, kenaikan tarif listrik,

kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah, minyak

solar, minyak diesel dan minyak bakar telah mendorong pengembangan sumber

energi alternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan (Nurhasanah

(29)

12

Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas

setara dengan 60-100 watt lampu selama 6 jam penerangan. Kesetaraan biogas

dibandingkan dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkan

Aplikasi 1m3 Biogas setara dengan

1 m3 biogas Elpiji 0,46 kg

Minyak tanah 0,62 liter

Minyak solar 0,52 liter

Kayu bakar 3,50 kg

Sumber : Wahyuni, 2008

Pada pembuatan biogas bahan baku harus banyak mengandung selulosa.

Bahan baku dalam bentuk selulosa akan lebih mudah dicerna oleh bakteri

anaerob. (Wiratmana,2012) Pembentukan biogas secara biologis dengan

memanfaatkan sejumlah mikroorganisme anaerob meliputi tiga tahap, yaitu tahap

hidrolisis (tahap pelarutan), Tahap asidogenesis (tahap pengasaman), dan tahap

metanogenesis (tahap pembentukan gas metana).

1. Hidrolis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut

dan pemecahan bahan organik yang komlek menjadi sederhana dengan

bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer).

2. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana)

yang terbentuk pada tahap hidrolis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri

pembentuk asam. Produk akhir ini perombakan gula-gula sederhana tadi yaitu

asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol dan sedikit butirat, gas

karbondioksida, hidrogen dan ammonia.

3. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan.

Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini yang akan mereduksi

(30)

13

Untuk memanfaatkan kotoran ternak sapi menjadi biogas, diperlukan

beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan

sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dienuhi, maka pemanfaatan

kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyediaan energi di pedesaan dapat

berjalan dengan optimal.

2.2.5 Potensi Pemanfaatan Kotoran Sapi

Kebutuhan energi tersebut sebenarnya tidak lain adalah energi yang

dibutuhkan untuk menghasilkan dan mendistribusikan secara merata

sarana-sarana pemenuhan kebutuhan pokok manusia. Berbagai macam bentuk energi

telah digunakan manusia seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang

merupakan bahan bakar yang tidak terbaharui. Selain itu, sumberdaya lainnya

seperti kayu bakar saat ini masih digunakan, namun penggunaan kayu bakar

tersebut mempunyai jumlah yang terbatas dengan semakin berkurangnya hutan

sebagai sumber kayu. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang

tinggal di perdesaan, kebutuhan energi rumah tangga masih menjadi persoalan

yang harus dicarikan jalan keluarnya. Permasalahan kebutuhan energi perdesaan

dapat diatasi dengan menggunakan sumber energi alternatif yang ramah

lingkungan, murah, dan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar dan bersifat

dapat diperbaharui. Salah satu energi ramah lingkungan adalah gas bio yang

dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik akibat aktivitas bakteri

anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi gas bio didominasi gas

metan (60% - 70%), karbondioksida (40% - 30%) dan beberapa gas lain dalam

jumlah lebih kecil (Candra Nur Wahyudiyanto, UMY 2015).

2.2.6 Manfaat Energi Biogas

Menurut Wahyu Febriyanita (UNNES) 2015 Manfaat biogas minimal bisa

(31)

14

ternak sebagai bahan baku biogas akan mengatasi beberapa masalah yang

ditimbulkan dari limbah tersebut, bila dibandingakan dengan hanya dibiarkan

menumpuk tanpa pengolahan. Kotoran hewan yang menumpuk dapat mencemari

lingkungan, dan jika terbawa oleh air masuk ke dalam tanah atau sungai akan

mencemari air tanah dan air sungai. Selain itu, kotoran tersebut juga dapat

membahayakan kesehatan manusia karena mengandung racun dan bakteri-bakteri

patogen seperti E.coli. Limbah yang menumpuk dapat menyebabkan polusi udara,

berupa bau yang tidak sedap, menyebabkan penyakit pernapasan (ISPA), dan

terganggunya kebersihan lingkungan, serta dapat menimbulkan efek rumah kaca

adanya gas metana ke lingkungan. Penerapan biogas juga memberikan dampak

terhadap perkembangan pertanian di Indonesia, yaitu dapat menghasilkan pupuk

organik bagi petani, serta peternak dapat meningkatkan populasi ternaknya karena

adanya pakan ternak dari hasil limbah pertanian. Para peternak dapat memasak

dengan murah tanpa membeli bahan bakar, bersih, ramah lingkungan, serta

mendorong kelestarian alam. Meningkatnya produksi ternak, dapat mengurangi

impor menghemat devisa negara, dan mendukung perbaikkan ekonomi

masyarakat. Pengolahan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas yang ramah

lingkungan merupakan cara yang sangat menguntungkan, karena mampu

memanfaatkan alam tanpa merusaknya sehingga siklus ekologi tetap terjaga.

Manfaat lain mengolah kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas adalah

dihasilkannya pupuk organik untuk tanaman, sehingga keuntungan yang dapat

diperoleh yaitu:

1. Meningkatnya pendapatan dengan pengurangan biaya kebutuhan pupuk dan

pestisida.

2. Menghemat energi, pengurangan biaya energi untuk memasak dan

pengurangan konsumsi energi tak terbarukan yaitu BBM.

3. Mampu melakukan pertanian yang berkelanjutan, penggunaan pupuk dan

pestisida organik mampu menjaga kemampuan tanah dan keseimbangan

(32)

15

Biogas yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar (real

teaching) bagi dunia pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan berbasis

riset, program yang dijalankan dapat dijadikan sebagai media penghubung antar

keluarga dalam pengelolaan dan penyaluran biogas yang dihasilkan sehingga

dapat terbentuk atmosfir sosio kultural yang harmonis dan berkesinambungan,

memotivasi masyarakat desa untuk merintis wirausaha baru di bidang pembuatan

biogas, membuka peluang kerja bagi masyarakat petani dan peternak sapi

sehingga memperkecil arus urbanisasi, dan meningkatkan pendapatan masyarakat

petani dan peternak sapi di daerah tersebut sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan keluarga.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Biogas

2.3.1 Nutrisi dan Penghambat bagi Bakteri Anaerob

Bakteri anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi untuk

proses reaksi anaerob seperti mineral-mineral yang mengandung Nitrogen, Fosfor,

Magnesium, Sodium, Mangan, Kalsium, Kobalt. Nutrisi dapat bersifat toxic

(racun) apabila konsentrasi di dalam bahan terlalu banyak. Ion mineral, logam

beran dan detergen adalah beberapa materila racun yang mempengaruhi

pertumbuhan normal bakteri patogen didalam reactor pencerna. Ion mineral dalam

jumlah kecil (sodium, potasium, amonium dan belerang) juga merangsang

pertumbuhan bakteri, namun bila ion-ion ini dalam konsentrasi yang tinggi akan

berakibat meracuni.

2.3.2 Digestifiksi Anaerobik

Digestifikasi anaerobik adalah proses pembusukan bahan organik oleh

bakteri anaerobik pada kondisi tanpa udara, yang menghasilakn biogas dan pupuk

cair. Ada dua jenis digestifikasi anaerobik, yaitu alamiah dan buatan seperti

(33)

16

Gambar 2.2 Digestifikasi Anaerobik alamiah dan buatan (http:// lontar .ui.ac.id/)

2.3.3 Lama Proses

Lama proses dalam digester adalah rata-rata periode waktu saat input

masih berada dalam digester dan proses fermentasi oleh bakteri metanogen.

Dalam jaringan digester dengan kotoran sapi, waktu tinggal dihitung dengan

pembagian volume total dari digester oleh volum input yang ditambah setiap hari.

Waktu tinggal juga tergantung pada suhu. Di atas suhu 350C atau suhu lebih

tinggi, lama proses semakin meningkat.

2.3.4 Derajat Keasaman (pH)

Mempunyai efek terhadap aktivitas miktoorganisme. Konsentrai derajat

keasaman (pH) yang ideal antara 6,6 dan 7,6. Bila pH lebih kecil atau lebij besar

maka akan mempunyai sifat toksit terhadap bakteri metanogenik. Bila proses

(34)

17 2.3.5 Kandungan Nitrogen dan Rasio Karbon Nitrogen

Karbon dan Nitrogen adalah sumber makanan utama bagi bakteri anaerob,

sehingga pertumbuhan optimum bakteri sangat dipengaruhi unsur ini, dimana

Karbon dibutuhkan untuk mensulai energi dan Nitrogen dibutuhkan untuk

membentuk struktur sel bakteri. Nitrogen amonia pada konsentrasi yang tinggi

dapat menghambat proses fermentasi anaerob. Konsentrasi yang baik berkisar

200-1500 mg/lt dan bila melebihi 300 mg/lt akan bersifat toxic. Proses fermentasi

anaerob akan berlangsung optimum bila rasio C:N bernilai 30:1, dimana jumlah

karbon 30 kali dari jumhlah nitrogen.

Kotoran hewan terutama sapi, memiliki nilai C/N rata-rata berkisar 24.

Material dari tumbuhan seperti serbuk gergaji dan jerami mengandung presentase

C/N yang lebih tinggi, sedangkan kotoran manusia memiliki rasio C/N 8. Limbah

organik yang bernilai C/N tinggi dapat dicampur dengan yang lebih rendah

sehingga diperoleh rasio C/N yang ideal, seperti pecampuran limbah jerami

(straw) kedalam limbah toilet (latrine waste) untuk mencapai kadar C/N yang

ideal atau mencampurkan kotoran gajah dengan kotoran manusia sehingga

mendapat jumlah rasio C/N yang seimbang dan produksi biogas dapat berjalan

optimum.

Untuk menentukan bahan organik digester adalah dengan melihat

rasio/perbandingan antara Karbon (C) dan Nitrogen (N). Beberpa percobaan

menunjukkan bahwa metabolisme bakteri anaerobik akan baik pada rasio C/N

antara 20-30. Jika rasio C/N tinggi, Nitrogen akan cepat dikomsumsi bakteri

anaerobik guna memenuhi kebutuhan proteinnya, sehingga bakteri tidak akan

bereaksi kembali saat kandungan Kerbon tersisa. Jika rasio C/N rendah, Nitrogen

akan terlepas dan berkumpul membentuk amoniak sehingga akan meningkatkan

nilai pH bahan. Nilai pH yang tinggi dari 8,5 akan dapat meracuni bakteri

anaerobik. Untuk menjaga rasio C/N, bahan organik rasio tinggi dapat dicampur

bahan organik rasio C/N rendah. Rasio C/N beberapa bahan organik dapat dilihat

(35)

18

Tabel 2.3 Rasio C/N beberapa bahan organik

Bahan Organik Rasio C/N

Sumber : Karki dan Dixit (1984)

2.3.6 Pengadukan Bahan Organik

Pengadukan sangat bermanfaat bagi bahan yang berbeda di dalam digester

anaerob karena memberikan peluang material tetap tercampur dengan bakteri dan

temperatur terjaga merata diseluruh bagian. Dengan pengadukan potensi material

mengendap di dasar digester semakin kecil, konsentrasi merata dan memberikan

kemungkinan seluruh material mengalami proses fermentasi anaerob secara

merata.

(36)

19

Semakin tinggi tekanan di dalam digester, semakin rendah produksi biogas

di dalam digester terutama pada proses hidrolis dan acydifikasi. Selalu

pertahankan tekanan diantara 1,15-1,2 bar di dalam digester.

2.4 Konversi Energi Biogas dan Pemanfaatannya

Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai sumber energi

alternatif untuk penggerak generator pembangkit tenaga listrik serta menghasilkan

energi panas. Pembakaran satu kaki kubik (0,028 meter kubik) biogas

menghasilkan energi panas sebesar 10 Btu (2,25 kcal) yang setara dengan 6

kWh/� energi listrik atau 0,61 L bensin, 0,58 L minyak tanah, 0,055 L diesel,

0,45 L LPG (Natural Gas), 1,50 Kg kayu bakar, 0,79 L bioethanol.

2.4.1 Konversi Energi Biogas untuk Ketenagalistrikan

Konversi energi biogas untuk pembangkit listrik dapat dilakukan dengan

menggunakan gas turbine, microturbines dan Otto Cycle Engine. Pemilihan

teknologi sangat dipengaruhi potensi biogas yang ada seperti konsentrasi gas

metan maupun tekanan biogas, kebutuhan beban dan ketersediaan dana yang ada.

Tabel 2.4 Konversi Energi GasMetan menjadi Energi Listrik

Jenis Energi Setara Energi

Sumber : Renewable Energy Conversion, Transmision and Storage, Bent

(37)

20

Berdasarkan tabel di atas 1 Kg gas metan setara dengan 6,13 x J,

sedangkan 1 kWh setara dengan 3,6 x J. Untuk massa jenis gas metan 0,656

kg/� sehingga 1 � gas metan menghasilkan energi listrik sebesar 11,17 kWh.

2.5 Digester Biogas

Digester merupakan komponen utama produksi biogas. Digester

merupakan tempat dimana bahan organik diurai oleh bakteri secara anaerob (tanpa

udara) menjadi gas �� dan � . Digester harus dirancang sedemikian rupa

sehingga proses fermentasi anaerob dapat berjalan dengan baik. Pada umumnya

produksi biogas terbentuk 4-5 hari setelah digester diisi. Produksi biogas menjadi

banyak pada 20-35 hari. Contoh digester dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah

ini.

(38)

21 2.5.1 Jenis-jenis Digester Biogas

Terdapat beberapa jenis digester yang dapat dilihat berdasarkan kontruksi,

jenis aliran, dan posisinya terhadap permukaan tanah. Jenis digester yang dipilih

dapat didasarkan pada tujuan pembuatan digester tersebut. Hal yang penting

adalah apapun yang dipilih jenisnya, tujuan utama adalah mengurangi kotoran dan

menghasilkan biogas yang mempunyai kandungan �� tinggi. Dari segi

kontruksi, digester dibedakan menjadi :

a. Fixed Dome (kubah terbuka)

Digester jenis ini mempunyai volume tetap. Seiring dengan dihsilkannya

biogas, terjadi peningkatan tekanan dalam digester. Karena itu, dalam

konstruksinya digester jenis kubah tetap, gas yang terbentuk akan segera

dialirkan ke pengumpul gas di luar reaktor. Indikator produksi gas dapat

dilakukan dengan memasang indikator tekanan. Skema digester jenis

kubah dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4 Fixed Dome (Didit Waskito, 2011)

Digester jenis kubah tetap mempunyai kelebihan dan kekurangan seperti

(39)

22

Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Digester Jenis Kubah Tetap

Kelebihan Kekurangan

1. Konstruksi sederhana dan dapat

dikerjakan dengan mudah.

1. Bagian dalam digester tidak

terlihat (khusunya yang dibuat di

dalam tanah) sehingga kebocoran

tidak terdeteksi.

2. Biaya konstruksi rendah. 2. Tekanan gas berfluktuasi dan

bahkan fluktuasinya sangat tinggi.

3. Tidak terdapat bagian yang

bergerak.

3. Temperatur digester rendah.

4. Dapat dilihat dari material yang

tahan karat.

seiring dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian kubah dapat

dijadikan indikasi bahwa produksi biogas sudah mulai atau sudah terjadi.

Biogas yang bergerak juga berfungsi sebagai pengumpul biogas. Dengan

model ini, kelemahan tekanan gas yang berfluktuasi pada reaktor

biodigester jenis kubah tetap dapat diatasi sehingga tekanan gas menjadi

konstan. Kelemahannya adalah membuthkan teknik khusus untuk

membuat tampungan gas bergerak seiring naik atau turunnya produksi gas.

Kelemahan lainnya adalah material dari tampungan gas yang dapat

bergerak harus dipilih yang mempunyai sifat tahan korosi, hal tersebut

menyebabkan harganya relatif lebih mahal. Contoh digester tipe floating

(40)

23

Gambar 2.5 Floating Dome (Didit Waskito, 2011)

Berdasarkan aliran bahan baku untuk reaktor biogas, digester

dibedakan menjadi :

1. Bak (Batch)

Pada digester tipr bak, bahan baku ditempatkan di suatu dalam suatu

wadah atau bak dari sejak awal hingga selesainya proses digestion.

Digester jenis ini umumnya digunakan pada tahap eksperimen untuk

mengetahui potensi gas dari limbah organik atau digunakan pada

kapasitas biogas yang kecil.

2. Mengalir (Continous)

Untuk digester jenis mengalir, aliran bahan baku dimasukkan dan

residu dikeluarkan pada selang waktu tertentu. Lamanya bahan baku

berada dalam reaktor digester disebut waktu retensi (retention

time/RT).

Berdasarkan segi tata letak penempatan, digester dibedakan menjadi :

1. Seluruh digester diatas permukaan tanah

Biasanya digestet jenis ini dibuat dari tong-tong bekas minyak tanah

atau aspal. Kelemahan tipe iniadalah volume yang kecil, sehingga

biogas yang dihasilkan hanya mampu digunakann untuk kebutuhan

sebuah rumah tangga. Kelemahan lain adalah kemampuan material

(41)

24

Untuk skala yang besar, digester jenis ini juga memerlukan luas lahan

yang besar juga.

2. Sebagian tangki biogas diletakkan dibawah permukaan tanah.

Digester ini terbuat dari campuran semen, pasir, kerikil dan kapur yang

dibentuk seperti sumur da ditutup dari plat baja atau konstruksi semen.

Volume tangki dapat dibuat untuk skala besar ataupun skala kecil

sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Kelemahan pada sistem

ini jika ditempatkan pada daerah yang memiliki suhu dingin (rendah)

suhu dingin yang diterima plat baja merambat ke bahan baku biogas,

sehingga memperlambat proses bekerjanya bakteri, seperti diketahui

bakteri akan bekerja optimum pada rentang temperatur tertentu saja.

3. Seluruh tangki digester diletakkan dibawah permukaan tanah.

Model ini merupakan model yang paling populer di Indonesia, dimana

seluruh instalasi digester dibuat di dalam tanah dengan konstrksi

permanen. Selain dapat menghemat tempat lahan, pembuatan digester

di dalam tanah juga berguna mempertahankan suhu digester stabil dan

mendukung pertumbuhan bakteri methanogen. Kekurangannya, jika

terjadi kebocotran gas dapat menyulitkan untuk memperbaikinya.

2.5.2 Komponen Utama Digester

Komponen-komponen digester cukup banyak dan bervariasi. Komponen

yang digunakan untuk membuat digester tergantung dari jenis digester yang

digunakan dan tujuan pembangunan digester. Secara umum komponen digester

terdiri dari empat komponen utama sebagai berikut :

1. Saluran masukan slurry (bahan organik)

Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry (campuran sampah organik

dan air) kedalam reaktor utama biogas. Tujuan pencampuran adalah untuk

memaksimalkan produksi biogas, memudahkan mengalirkan bahan baku dan

(42)

25

2. Ruang digestion (ruang fermentasi)

Ruang digestion berfungsi sebagai tempat terjadinya fermentasi anaerobik

dan dibuat kedap udara. Ruangan ini dapat juga dilengkapi dengan

penampungan biogas.

3. Saluran keluaran residu (sludge)

Fungsi saluran ini adalah untuk mengeluarkan kotoran (sludge) yang telah

mengalami fermentasi anaerob oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan

prinsip kesetimbangan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali

merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi. Slurry yang

keluar sangat baik untuk pupuk karena mengandung kadar nutrisi yang tinggi.

4. Tangki penyimpanan biogas

Tujuan dari tangki penyimpanan biogas adalah untuk menyimpan biogas

yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerobik. Jenis tangki penyimpanan

biogas ada dua, yaitu tangki bersatu dnegan unit reaktor (fixed dome) dan

terpisah dengan reaktor (floated dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi

dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang dihasilkan dalam tangki

seragam.

2.5.3 Teknik Pencucian Biogas

Biogas mengandung unsur-unsur yang tidak bermanfaat untuk pembakaran

khususnya � dan � �. Pada saat biogas dimanfaatkan untuk bahan bakar

kompor gas rumah tangga, maka kedua unsur tersebut secara praktis tidak perlu

dibersihkan. Hal ini disebabkan karena kompor hanya kontak dengan biogas pada

saat dipakai saja. Alasan lain adalah proses pencuciann merupakan kegiatan yang

membutuhkan biaya.

Tetapi jika biogas digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, maka

proses pencucian menjadi sangat penting. Pencucian terhadap � dan � � dapat

memperpanjang umur dari komponen mesin pembangkit. Metode pencucian

(43)

26

1. Pencucian biogas dari unsur �

Tujuan dari pencucian � adalah karena kondensat yang terbentuk

dapat terakumulasi dalam saluran gas dan dapat juga membentuk

larutan asam yang korosif ketika � � larutan dalam air. Pengurangan

kadar � yang sederhana dilakukan dengan cara melewatkan biogas

pada suatu kolom yang terdiri dari silikan gel atau karbon aktif. �

selanjutnya dapat diserap oleh silikan gel atau karbon aktif.

2. Pencucian Biogas dari Unsur � �

Secara umum, pencucian (pengurangan) � � dari biogas dapat

dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. Pemurnian secara fisika

misalnya penyerapan dengan air, pemisahan dengan menggunakan

membran atau absorbsi dengan absorben sulit diregenerasi dan

efektifitas pengurangan � � yang rendah. � � yang dipisahkan

larutan. Tujuan dari pencucian biogas terhadap � � pada dasarnya

adalah :

a. Mencegah korosi.

b. Menghindari keracunan � � (maksimum yang diperbolehkan

ditempat kerja adalah 5 ppm)

c. Mencegah kandungan sulfur dalam biogas, yang jika terbakar

menjadi � atau � yang lebih beracun dari � �.

d. Mengurangi � yang terbawa oleh gas buang biogas

menyebabkan turunnya titik embun gas dalam cerobong.

e. Meminimalisasi terbentuknya � � yang bersifat sebagai korosif.

(44)

27

Pemurnian � � dengan scrubber air dapat juga digunakan untuk

mengurangi konsentrasi � dalam biogas. Metode pemurnian � � dengan

crubber air dapat terjadi karena � � mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air

dibandingkan kelarutan � . Air yang mengandung � � dan � kemudian

dapat diregenerasi dan dialirkan kembali ke dalam kolom scrubber. Regenerasi

dapat dilakukan dengan de-pressurizing atau dengan melepaskan udara dalam

kolom yang sama. Namun demikian, pelepasan udara tidak direkomendasikan

ketika kandungan � � cukup tinggi karena air akan cepat terkontaminasi � �.

Pelepasan udara yang berlebihan juga berbahaya. Biogas yang tercampur dengan

udara dapat meledak jika konsentrasinya mencapai 6-12% (tergantung dari

kandungan �� dalam biogas).

Pemurnian dengan cara biologi yaitu dengan menggunakan bakteri yang

mampu menguraikan � � menjadi sulfat. Kebanyakan mikroorganisme yang

digunakan untuk menguraikan � � adalah dari keluarga thiobacillus. Metode

biologi ini efektif utuk mengurangi kandungan � � dalam biogas, tetapi metode

ini selain sulit dalam pengoperasian juga sangat mahal. Metode ini juga dapat

menambah jumlah oksigen dalam biogas.

Pemurnian biogas dari kandungan � � yang sering dilakukan adalah

diserap secara kimiawi. Pada metode ini � � bereaksi dengan larutan absorben.

Selanjutnya absorben yang kaya � � diregenarsi untuk kembali melepas � � -nya

dalam bentuk gas atau sulfur padat. Absorben yang digunakan pada umumnya

adalah larutan nitrit, larutan garam alkali, slurry besi oksida atau seng oksida dan

iron chelated solution (Didit Waskito, UI 2011).

2.6 HOMER

HOMER adalah singkatan dari the hybrid optimisation model for electric

renewables, merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk membantu

pemodelan dari sebuah sistem tenaga listrik dengan menggunakan berbagai

(45)

28

( Biogas ) menggunakan energi terbarukan. HOMER mensimulasikan dan

mengoptimalkan sistem pembangkit listrik baik stand-alone maupun

gridconnected yang dapat terdiri dari kombinasi turbin angin, photo volvic,

mikrohidro, biomasa, generator (diesel/bensin), mikroturbine, fuel-cell, dan

penyimpanan hidrogen, melayani beban listrik maupun termal. Dengan HOMER,

dapat diperoleh spesifikasi paling optimal dari sumber energi yang mungkin

diterapkan (Lambert, Gilman, dan Lilienthal 2006).

2.7.1 Tutorial HOMER

Tampilan perangkat lunak HOMER bisa dilihat digambar dibawah ini.

Perancang dapat menyusun sistem pembangkit dari berbagai jenis sumber daya,

baik sumber konvesional maupun yang terbaharukan. Proses simulasi pada

HOMER dilakukan untuk mengetahui karakteristik atau performansi dari suatu

sistem pembangkit.

Gambar 2.7 Tampilan utama HOMER

Setelah kita membuka program Homer, maka yang harus kita lakukan

adalah memberikan atau menambahkan masukan device pada system biogas yang

(46)

29

sistem kita. Homer memberikan pilihan jenis kompoen sesuai kebutuhan

pengguna untuk sistem yang akan dibuat. Komponen pembangkit energi yang

disediakan HOMER yaitu : Wind Turbine, PV, Converter, Hydrogen Tank,

Reformer, Electrolyzer, generator dan sistem battery. Homer juga memberikan

pilihan untuk menyalurkan pembangkit dengan grid PLN atau tidak. Dalam hal ini

penulis memilih untuk tidak menggunakan grid PLN sebagai penyambung sistem

biogas.

2.7 Konfigurasi HOMER

Pada saat melakukan simulasi, HOMER menentukan semua konfigurasi

sistem yang kemudian ditampilkan berurutan menurut net-present- NPC (atau

disebut juga life cycle costs). Homer juga akan mengulangi simulasi untuk setiap

(47)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodolgi Penelitian

1. Studi literatur, berupa studi kepustakaan, studi internet, serta kajian-kajian

dari buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Survey lapangan, berupa peninjauan kelokasi dan diskusi dengan

pihak-pihak terkait.

3. Pengambilan data seluruh data dari hasil penghunian dilapangan yang

akan dianalisa serta dilampirkan pada penulisan karya tulis ini.

4. Diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing mengenai isi

penelitian serta masalah-masalah yang timbul selama penulisan karya tulis

ini.

3.2 Alat Penelitian

Untuk menganalisa data dari hasil penelitian ini dengan menggunakan

laptop dan menggunakan Software HOMER untuk mensimulasikannya.

3.3 Bahan Penelitian

a. Data primer disini merupakan tahapan pengumpulan data secara

langsung tanpa melalui perantara. Pada penelitian ini juga dilakukan

secara langsung dan terjun ke lokasi secara mandiri sehingga diperoleh

data yang lebih maksimal. Data-data tersebut antara lain data

pemakaian listrik, dan data perhitunga beban listrik. Perhitungan beban

listrik sangat diperlukan untuk mengetahui beban yang telah digunakan

dan beban yang diperlukan.

b. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang di peroleh

(48)

31 biasanya diambil dari dokumen-dokumen yang berkaitan, yang

memiliki kumpulan data tertulis ataupun dengan mengakses secara

online dari situs yang memuat gambaran mengenai analisa potensi

kotoran sapi sebagai biogas atau juga sekiranya memberikan informasi

yang signifikan pada penelitian yang dilakuakan.

3.4 Lokasi Penelitian

Lokasi untuk penelitan sendiri terletak di kawasan Pantai Baru,

Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang

terletak dikawasan pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Pantai Baru, Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta

Tempat ini adalah kawasan yang memiliki potensi untuk digunakan

nsebagai lokasi pembangunan dan pengembangan biogas, selain itu di

tempat ini terdapat sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida dan Panel

Surya atau Photovoltaic (PV).

Namun hingga saaat ini pemanfaatan energi biogas belum

(49)

32 masak memasak dan belum dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik

Tenaga Bio Gass.

3.5 Tahapan Persiapan

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data awal sekaligus

proses pendekatan dengan objek penelitian serta mempersiapkan refrensi

pendukung penelitian seperti program-program yang akan digunakan

untuk menganalisis dan mensimulasikan sistem pembangkit tersebut.

3.6 Langkah-langkah Penyusunan Karya Tulis

(50)

33 Gambar 7 diatas menjelaskan tentang langkah-langkah penulisan yang

dilakukan. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas maka dibawah ini

diberikan penjelasan yang lebih menyeluruh dari setiap langkah-langkah

penulisan karya tulis :

Berikut Penjelasan langkah-langkahnya :

a. Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan adalah tahapan awal atau Tahapan observasi

dan pengumpulan data dalam metodelogi penulisan. Pada tahapan ini

dilakukan observasi ke objek penelitian sekaligus mengetahui informasi

awal mengenai lingkungan di sekitar energi Bio Gass, di Pantai Baru,

Sanden, Bantul.

b. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Setelah dilakukan studi pendahuluan, permasalahan pada area

lokasi dapat di identifikasi. Kemudian penyebab permasalahan dapat

ditelusuri lebih lanjut. Dalam menelusuri akar penyebab dari permasalahan

dilalui melalui pengamatan secara langsung di lapangan dan melakukan

wawancara agar diperoleh data yang lengkap.

Dalam tugas akhir ini, permasalahan yang diangkat menjadi topik

adalah mengetahui banyaknya Energi Bio Gass yang dapat dimanfaatkan

sebagai pembangkit listrik.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mencari informasi-informasi tentang

teori, metode dan konsep yang relevan dengan permasalahan. Sehingga

dengan informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan maupun

pertimbangan dalam penyelesaian masalah. Studi pustaka dilakukan

dengan mencari informasi dan refrensi dalam bentuk text book, internet

(51)

34 d. Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data dan observasi. Pada tahapan ini ini

dilakukan observasi ke objek penelitian sekaligus proses pengumpulan

data secara lengkap termasuk melakukan proses pengukuran dan

pengamatan, yang diperlukan untuk analisis dan pembahasan nantinya.

Metode ini dilakukan dengan melihat langsung atau melakukan monitoring

terhadap kejadian di lokasi Pantai Baru, Bantul. Kemudian hasil

pengamatan dicatat dalam bentuk catatan, foto, sketsa dan lain-lain.

e. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah tahapan

pengolahan data. Data yang ada dipilih dan dipilah sesuai dengan

kebutuhan analisis. Pada pengolahan data ini dilakukan menggunakan

software HOMER mensimulasikan pembangkit listrik yang kemudian

akan di dapat suatu data-data yang akan di analisis.

f. Analisis Data

Dari simulasi akan di dapatkan suatu hasil yang nantinya akan di

analisis lebih rinci. Seperti pada HOMER akan dianalisis konfigurasi

terbaik sistem dan kemudian memperkirakan biaya instalasi dan operasi

sistem selama masa operasinya(life time coast) seperti biaya awal, biaya

penggantian komponen-komponen, biaya O&M, biaya bahan bakar, dan

laian-lain.

Setelah itu dilakukan tahap pembahasan. Pada tahapan ini

dilakukan pembahasan dari analisis dan pengolahan data yang telah

dilakukan. Sehingga pada tahapan ini akan dihasilkan suatu simpulan data

yang akan membuktikan bahwa berhasil atau tidaknya hipotesis yang

(52)

35 g. Tahapan Pembuatan Laporan

Setelah melakukan pengolahan data maka langkah berikutnya

(53)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Potensi biogas di kawasan peternakann Pantai Baru

Bantul Yogyakarta.

Dalam perhitungan suatu pembangkit listrik tenaga biogas dari kototran

sapi diperlukan lokasi peternakan untuk mendapatkan model dasar pembangkit

tersebut. Dalam perhitungan tersebut digunakan model di kawasan peternakan

sapi Pantai Baru Bantul Yogyakarta.

4.1.1 Kondisi Peternakan Sapi Pantai Baru Bantul Yogyakarta

Dalam penelitian ini diambil studi kasus di peternakan sapi dusun

Ngenthak, Poncosari, Srandakan, Bantul Yogyakarta yang diresmikan pada tahun

1995 yang bermula dari keinginan para peternak sapi untuk membangun suatu

kawasan peternakan sapi.

Pada awal peresmian kawasan tersebut jumlah sapi terdapat 600 ekor yang

terdiri dari jenis limosin, metal dan pu. Namun jumlah sapi tersebut semakin

berkurang hingga saat ini tinggal 200 ekor dikarenakan dijual oleh pemilik sapi

tersebut.

4.1.2 Potensi Pembentukan Bahan Baku Biogas di Peternakan Sapi Pantai

Baru Bantul Yogyakarta

Pada saat ini jumlah ekor sapi yang terdapat di kawasan peternakan sapi

pantai baru terdapat 200 ekor dengan biogas yang dihasilkan hanya untuk

kebutuhan memasak saja di wisata kuliner pantai baru. Berdasarkan hasil riset

sebelumnya yang tertera pada tabel 4.1 secara sederhana dapat dihitung potensi

(54)

37

Kambing/domba 1,13 26 0,040-0,059

Ayam 0,18 28 0,065-0,116

Itik 0,34 38 0,065-0,116

Babi 7 9 0,040-0,059

Manusia 0,25-0,4 23 0,020-0,028

Sumber : Kalle, G.P. & Menon;K.K.G United Nations (1984)

Menghitung Potensi Energi Listrik dari Biogas Kotoran Sapi

Dengan jumlah sapi 200 ekor yang berada dipeternakan Pantai Baru

dengan rata-rata produksi kotoran tiap harinya 25 kg/hari maka produksi total

keseluruhan kotorannya adalah :

200 x 25 = 5.000 kg /hari

Kandungan bahan kering dri kotoran sapi adalah 20%, maka kandungan

bahan kering total per hari adalah :

5.000 x 20% = 1.000 kg

Potensi biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi dalam sehari adalah :

1.000 x 0,023 = 23 m3/hari

23 x 365 = 8.395 m3/tahun

Dengan masa jenis biogas 1,15 kg/m3 maka biogas yang dihasilkan dalam

kilo gram adalah :

1,15 x 23 = 26,45 kg/hari

(55)

38

26,45 x (25x20%) = 132,25 kg.biogas/kg.bahan kering

Konversi 1 m3 biogas sama dengan 11,72 kWh/hari, potensi energi listrik

yang diperoleh dari biogas kotoran sapi dalam setahun adalah :

11,72 x 360 x 23 = 97041, 6 kWh/tahun

Daya listrik = , = , �

4.2 Data Beban

Data beban di peroleh dari survei yang telah dilakukan kewilayah PLTH

dan didapat bahwa beban utama harian disini berupa beban untuk konsumsi

masyarakat nelayan di kawasan wisata pantai baru. Sebagian besar beban

digunakan untuk penerangan, peralatan listrik yang ada di warung kuliner dan

kantor pengelola PLTH. Selain itu juga energi listrik yang dihasilkan

dimanfaatkan untuk menghidupkan jet pump maupun untuk produksi es bagi

warga yang mayoritas berpencarian sebagai nelayan. Berikut adalah penggunaan

energi listrik dikawasan wisata Pantai Baru dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Data Beban Pantai baru

(56)

39

optimal. Berikut adalah tabel data konsumsi beban yang didapat dari memasukkan

Gambar

Gambar 2.2 Digestifikasi Anaerobik alamiah dan buatan (http:// lontar .ui.ac.id/)
Tabel 2.3 Rasio C/N beberapa bahan organik
Gambar 2.3 Digester Biogas (Didit Waskito, 2011)
Gambar 2.4 Fixed Dome (Didit Waskito, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, dengan fokus kajian mengenai potensi pemanfaatan kotoran sapi menjadi

Pembangkit Listrik tenaga Biogas sangat bermanfaat dalam hal membersihkan lingkungan, misalnya saja sampah-sampah hasil rumah tangga yang sering dibuang ke

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas juga sangat bermanfaat bagi pencegahan global warming, contohnya metana hasil fermentasi sampah, bila tidak dimanfaatkan akan

Kotoran ternak yang dapat berpotensi untuk digunakan sebagai media penghasil biogas yaitu kotoran sapi, karena didalamnya mengandung bakteri penghasil gas metana yang

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui potensi eceng gondok dan kotoran sapi dengan penambahan starter EM4 untuk menghasilkan Biogas (2) Untuk mengetahui bahwa hasil

Pada penelitian ini, akan dihitung potensi anaerobik biogas yang ada di suatu kawasan peternakan sapi di desa Galang sebagai studi kasus untuk menjadi

Salah satu sumber bahan bakar atau energi biogas adalah berasal dari kotoran sapi, Dalam makalah ini mengkaji penggunaan limbah ternak sapi sebagai sumber bahan bakar atau

Bagaimana Potensi energi baru terbarukan khususnya biogas dengan menggunakan kotoran sapi perah di desa Nongko Jajar-Kabupaten Pasuruan yang kaitannya terhadap sumber energi