• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH DALAM PEMELIHARAAN JALAN NON STATUS TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH DALAM PEMELIHARAAN JALAN NON STATUS TAHUN 2015"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH DALAM PEMELIHARAAN JALAN NON STATUS TAHUN 2015

( Studi Kasus : Jalan Jalur Lintas Selatan, Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah )

Oleh :

INTAN OKTINA WARASARI 20110520169

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PERAN BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH DALAM PEMELIHARAAN JALAN NON STATUS TAHUN 2015

( Studi Kasus : Jalan Jalur Lintas Selatan, Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah )

Oleh :

INTAN OKTINA WARASARI 20110520169

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa, skripsi saya yang saya buat benar – benar merupakan hasil karya sendri, dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu Perguruan Tinggi manapun, Sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya dan atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hal terbukti terdapat duplikasi, serta ada pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan bertanggungjawab serta menerima segala konsekuensi yang menyertainya.

Yogyakarta, 13 Agustus 2016

(4)

HALAMAN MOTTO

“ Tidak ada keberhasilan tanpa adanya perjuangan

Dan tidak ada perjuangan tanpa adanya pengorbanan “

“Bukanlah kesuksesan diraih tanpa melalui rintangan, bukanlah

kemenangan diperoleh tanpa melalui pertarungan, bukanlah

kelulusan dicapai tanpa melalui ujian, dan bukanlah keberhasilan diperoleh tanpa usaha”

“ Berangkat dengan penuh Keyakinan

Berjalan dengan penuh Keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi Cobaan “

“ Hai orang – orang yang beriman. Jadikanlah sabar dan sholatmu

sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang – orang yang sabar “

( QS. Al-Baqoroh 153 )

“ Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua “

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan ini dengan tepat waktu.

Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabat yang selalu membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun judul dari skripsi ini adalah “PERAN

BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH

MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH DALAM

PEMELIHARAAN JALAN NON STATUS TAHUN 2015 ( Studi Kasus : Jalan Jalur Lintas Selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ).”

Penulis menyadari bahwa terselaisanya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Prof. Dr. Bambang Cipto, MA ,selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Ali Muhammad, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(6)

4. Rahmawati Husein, S.S.,MCP., Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Drs. Suswanta, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah menguji dan

memberikan masukan dalam Penyusunan Skripsi ini.

6. Dr Dyah Mutiarin, M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Pemerintahan UMY yang dengan penuh kesabaran memberikan Ilmunya.

8. Kedua orang tua, Bapak Raharjo dan Ibu Vita Prihatini yang selalu sabar mendukungku dan mendidikku sampai sebesar ini serta senantiasa mendoakanku, serta kakak dan adik – adikku yang juga mendoakanku.

9. Teman Hidupku Agung Ananta yang bertahun – tahun memberiku semangat, dukungan, serta selalu mendoakanku.

10. Teman – teman semua seperjuangan Ilmu Pemerintahan UMY yang sama – sama berjuang menuntut ilmu.

11. Para Narasumber Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang yaitu beliau Kepala Sesi Jalan dan Kepala Sesi Jembatan, serta Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Kutoarjo yaitu Pengawas Jalan.

(7)

Yogyakarta, 13 Agustus 2016

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 0

HALAMAN PENGESAHAN i HALAMAN PERNYATAAN ii HALAMAN MOTTO iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

SINOPSIS viii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 B. RUMUSAN MASALAH 6 C. TUJUAN 6 D. KERANGKA DASAR TEORI 1. Peran Pemerintah 6

2. Penyediaan 9 3. Pemeliharaan 9 4. Fungsi pemerintah 12

E. DEFINISI KONSEPTUAL 1. Fungsi Primer 17

2. Fungsi Sekunder 18

F. DEFINISI OPERASIONAL 1. Fungsi Pelayanan 20

2. Fungsi Pengaturan (Regulation) 22

3. Fungsi Pembangunan 22

4. Fungsi Pemberdayaan (Empowerment) 22

5. Tabel Operasional 25

G. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian 27

2. Lokasi Penelitian 28

3. Unit Analisa 28

4. Teknik Pengumpulan Data 28

(9)

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. BPT Bina Marga Wilayah Magelang 31

1. Struktur Organisasi BPT Bina Marga Wilayah Magelang 33

2. Wilayah Kerja BPT Bina Marga Wilayah Magelang 35

B. Deskripsi Wilayah 35

1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Kebumen 35

2. Deskripsi Wilayah Kabupaten Purworejo 39

BAB III PEMBAHASAN A. Peran BPT Bina Marga Wilayah Magelang dalam Pemeliharaan Jalan Jalur Lintas Selatan 43

1. Fungsi Pelayanan (Serving) 46

1.1Pelaksanaan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Jalur Lintas Selatan Tahun 2015 47

1.2Perencanaan Program Kerja bidang Jalan dan Jembatan Jalur Lintas Selatan Tahun 2015 59

1.3Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan kegiatan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jalan Jalur Lintas Selatan Tahun 2015 66

2. Fungsi Pengaturan (Regulasi) 71

2.1Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 72

3. Fungsi Pembangunan 77

3.1Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan 78

3.2Pembangunan Jembatan Jalur Lintas Selatan 85

3.3Penyediaan Fasilitas / Perabot Jalan Jalur Lintas Selatan 89

4. Fungsi Pemberdayaan 94

4.1Partisipasi Masyarakat dalam Musrenbag kebijakan Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan 98

4.2 Partisipasi Masyarakat secara langsung pada Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan 100

4.3 Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Program Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan 101

BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan 108

2. Saran 111

DAFTAR PUSTAKA 114

(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Variabel dalam Definisi Operasional 25 2. Tabel 3.1 Data Rekapitulasi Hasil Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Jalan, BPT Bina Marga Wilayah Magelang 52 3. Tabel 3.2 Nama – Nama Jembatan Jalur Lintas Selatan,

(11)

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Bina

Marga Provinsi Jawa Tengah 33 2. Gambar 2.2 Struktur Organisasi BPT Bina

Marga Wilayah Magelang 34

3. Gambar 2.3 Peta Jaringan Jalan BPT Bina

Marga Wilayah Magelang 35

(12)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PERAN BPT BINA MARGA WILAYAH MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH DALAM PEMELIHARAAN JALAN NON STATUS TAHUN 2015

( Studi Kasus : Jalan Jalur Lintas Selatan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah )

Oleh :

INTAN OKTINA WARASARI 20110520169

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada :

Hari / Tanggal : Kamis/ 25 Agustus 2016

Tempat : Ruang Ujian Ilmu Pemerintahan Jam : Pukul 13.30 – 14.30 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI Ketua Penguji

Rahmawati Husein, MCP, Ph.D

Penguji I Penguji II

Drs. Suswanta M.Si Dr. Dyah Mutiarin M.Si Mengetahui

KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

(13)

SINOPSIS

Jalan dan jembatan merupakan akses utama guna memperlancar transportasi bagi masyarakat dalam menunjang kegiatan sehari-hari.Pembangunan jalan dan jembatan dapat secara merata dilakukan pada semua wilayah, sehingga pembangunan sarana dan prasarana wilayah utara dan selatankhususnya untuk Provinsi Jawa Tengah perlu dilakukan secara seimbang.Pembangunan sarana prasarana insfrastruktur wilayah selatan Jawa Tengah dirasa belum maksimal dilakukan diantaranya pada jalan jalur lintas selatan yang menghubungkan kabupaten kebumen dan kabupaten Purworejo pada tahun 2015 masih ditemukan dalam kondisi rusak.Disinilah pentingnya peran Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Provinsi untuk bekerja secara maksimal menurut Tugas Pokok dan Fungsinya guna melakukan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Jalur Lintas Selatan, agar dapat memacu peningkatkan pertumbuhan ekonomi Wilayah Selatan Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini diharapkan mampu menilai Peran Balai Pelaksana Teknis Wilayah Magelang dalam pemeliharaan jalan jalur lintas selatan tahun 2015.Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.Sumber – sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian ini didapat hasil bahwasannya dalam Peran Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang dalam pemeliharaan jalan jalur lintas selatan kabupaten Kebumen dan kabupaten Purworejo belum berjalan secara maksimal.Kegiatan peningkatan dan pemeliharaan jalan jalur lintas selatan belum dilaksanakan secara keseluruhan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi dan Undang – Undang nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Dimana kegiatan rehabilitasi jalan pada Tahun 2015 pada Ruas Congot – Jali – Wawar – Buluspesantren – Karangbolong – Bodo tidak dilaksanakan secara keseluruhan karenabiaya yang cukup besar.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah peran Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang dalam menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya belum maksimal, sehingga perlu meningkatkan kinerjanya.Perlu adanya perencanaan, monitoring dan evaluasi yang baik terhadap program pekerjaan.Kekurangan anggaran diharapkan Pemerintah Provinsi dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan jumlah anggaran untuk penanganan insfrastruktur jalan dan jembatan pada Jalan Jalur Lintas Selatan.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Jalan merupakan prasarana infrastruktur dasar yang dibutuhkan manusia untuk dapat melakukan pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Ketersediaan Jalan menjadi hal yang dianggap mendesak manakala kegiatan ekonomi masyarakat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006, Pasal 1 tentang Jalan yaitu :

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada di permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.1

Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Pada dasarnya penyelenggara jalan umum wajib mengusahakan agar Jalan dapat digunakan sebesar mungkin untuk kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan

1

(15)

mengusahakan agar biaya umum perjalanan menjadi serendah-rendahnya.

Panjang Jalan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 2.565,621 KM hal ini menurut sumber Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah. Keseluruhan terhitung dari beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah.2 Namun untuk wilayah utara provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari beberapa kabupaten memiliki jumlah panjang jalan provinsi yang cukup panjang dibanding wilayah selatan Jawa Tengah dan layak guna. Seperti pada jalan-jalan yang melintasi pantai utara atau disebut jalur pantura. Hal ini menyebabkan dan mempengaruhi cukup tingginya konsentrasi kegiatan ekonomi di wilayah utara Jawa Tengah. Sehingga untuk mengurangi konsentrasi kegiatan ekonomi di wilayah utara Jawa Tengah serta untuk mendayagunakan potensi sektoral di wilayah selatan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membangun Jalur Jalan Lintas Selatan atau disingkat menjadi JJLS.

Aspek Yuridis Formal yang menjadi dasar hukum pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan ini adalah Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 19 tahun 2006. Dengan pembangunan jalan Jalur Lintas Selatan diharapkan

2

(16)

dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang ada di wilayah selatan, antara lain : menumbuhkan investasi dan peluang kerja yang ada di wilayah selatan Jawa Tengah khususnya untuk Kabupaten Purworejo dan Kebumen. Kemudian mempermudah dan memperlancar aksesbilitas antar moda di wilayah selatan Jawa Tengah, membuka peluang pendekatan regionalisasi desentralistik yang merupakan inovasi dalam memperkaya pembangunan ekonomi daerah dengan mengedepankan komunikasi antar kabupaten tersebut untuk membangun kemitraan dalam mendorong perekonomian secara sinergis.

Perbaikan prasarana pada jalan Jalur Lintas Selatan mutlak diperlukan karena sebagian besar prasarana yang ada kurang membantu kelancaran arus barang dan jasa seperti mutu kuntruksi jalan yang kurang baik, kondisi jalan eksisting yang sempit dan rusak.3

Salah satu jalan Jalur Lintas Selatan yang perlu dikembangkan dan pemeliharaan yaitu jalan non status Ruas Congot – Jali – Wawar – Buluspesantren – Karangbolong – Bodo lebih tepatnya yang melintasi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen. Ruas ini menjadi jalan Jalur Lintas Selatan

3

(17)

utama yang menghubungkan Kabupaten Purworejo dengan Kabupaten Kebumen, sehingga menjadi penting untuk penanganan. Penjabaran tentang jalan non status adalah bahwasannya setiap penyelenggara jalan baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten mempunyai wewenang yang sama untuk menangani jalan non status. Pada Tahun 2015 untuk Ruas Congot – Jali – Wawar – Buluspesantren – Karangbolong hingga Bodo yang mempunyai kewenangan menyeluruh atas penanganan jalan Jalur Lintas Selatan pada ruas ini adalah BPT Bina Marga Wilayah Magelang.

(18)

struktural dari suatu jalan maka akan berdampak secara luas kepada struktur jalan disekitarnya. Data yang diperoleh berdasarkan Data Kondisi Jalan BPT Bina Marga pada Tahun 2015 total kerusakan jalan non status untuk Ruas Congot – Jali – Wawar – Buluspesantren – Karangbolong hingga Bodo sejumlah 35,8 KM berstatus Baik, 35,2 KM berstatus Sedang, 12,45 KM berstatus Rusak.4

Kondisi tersebut mengakibatkan perlunya peningkatan kapasitas dan pemeliharaan berkala dan rutin jalan, agar Ruas jalan Congot hingga Bodo yang melintasi dua Kabupaten yaitu Purworejo dan Kebumen mampu menjadi jalan yang berdaya guna maksimal yang menghubungkan pusat kegiatan Nasional dengan pusat kegiatan daerah seperti menghubungkan antar kota, kabupaten, dan provinsi. Kondisi jalur selatan yang ada, dapat menggambarkan Tugas dan Fungsi Balai itu sendiri belum berjalan dengan baik. Sehingga perlu adanya perhatian yang lebih oleh Pemerintah Provinsi khususnya BPT Bina Marga Wilayah Magelang untuk memperbaiki insfrastruktur yang ada. Sehingga Jalur Lintas Selatan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen untuk Ruas Congot – Jali – Wawar – Buluspesantren – Karangbolong

4

(19)

hingga Bodo ini bisa secara maksimal menjadi sarana prasarana transportasi yang menghubungkan dan meningkatkan akses mobilitas baik perdagangan, industri dan kegiatan lainnya secara maksimal

Dengan demikian peneliti perlu mengadakan penelitian lebih mendalam bagaimana Peran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah khususnya Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang yang mempunyai wewenang atau bertanggung jawab penuh atas program bidang jalan dan jembatan yaitu untuk pemeliharaan jalur selatan ini khususnya untuk jalur selatan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen untuk Ruas Congot – Jali –Wawar – Buluspesantren – Karangbolong dan Bodo yang termasuk dalam Wilayah Kerja BPT Bina Marga Wilayah Magelang..

2. RUMUSAN MASALAH

Berpijak dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dari penulisan ini adalah :

(20)

3. TUJUAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

Menilai Peran Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang dalam hal Pemeliharaan Jalan Non Status di Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen.

4. KERANGKA DASAR TEORI

Kerangka Teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang terdapat pada penelitian

1. Peran Pemerintah

Dalam perspektif kybernologi didalam Ndraha (2011 : xxxv) yaitu

“ Pemerintahan di definisikan sebagai proses pemenuhan kebutuhan manusia sebagai consumer( produk – produk pemerintahan ), akan pelayanan public dan pelayanan civil ; badan yang berfungsi sebagai prosesor (pengelola provider) –nya disebut Pemerintah ; consumer produk – produk pemerintahan disebut diperintah ; hubungan antara pemerintah dengan yang-diperintah disebut hubungan-pemerintahan ; personil pemerintah disebut actor pemerintahan ; dan aktor yang melakukan tugas tertentu disebut artis pemerintahan ”.5

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya pemerintah tidak sepenuhnya dapat menyelenggarakan urusannya sendiri, maka pemerintah memberikan

5

(21)

sebagian wewenangnya kepada pemerintah daerah dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.6 Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Di dalam Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah, bahwa Peran Pemerintah Daerah adalah untuk mengurusi dan menyelenggarakan kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat sesuai tugas pokok dan fungsi. Dalam menjalankan fungsinya pemerintah memiliki tiga peran, sebagai berikut :

6

(22)

1. Peran Pengaturan (regulasi) adalah fungsi pemerintah dalam membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan bersama. Fungsi pengaturan ini dilakukan baik pada tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Fungsi pengaturan ini secara umum terwujud dengan adanya lembaga legislative yang salah satu fungsinya membuat peraturan perundang-undangan.

2. Peran Pemberdayaan (empowerment) adalah fungsi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberdayakan masyarakat, sehingga setiap elemen masyarakat dapat berpatisipasi dalam pembangunan dan pemerintahan. Pada prinsipnya fungsi pemberdayaan ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat disegala bidang. Dalam pemberdayaan masyarakat aparat pemerintah harus diberdayakan tidak lepas dari aspek keteladanan pemerintah itu sendiri.

3. Peran Pelayanan (Serving) adalah fungsi yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak tanpa memandang kelas social yang dimilikinya ataupun besarnya imbalan yang diberikan.7 2. Penyediaan

Salah satu kewajiban Pemerintah adalah menyediakan barang dan jasa yang tidak dapat dihasilkan oleh pihak swasta. Mengutip pada Diktat Pembelajaran Manajemen Aset oleh Atik Septi Winarsih menjelaskan bahwa :

Dalam Teori Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan sampai satu tingkat dimana kepuasaan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal akan pajak yang dipungut untuk membiayai program-program pemerintah atau untuk menyediakan barang publik.8

7

ibid

8

(23)

Selain itu Pemerintah dalam prinsip ekonomi Pemerintah adalah salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai fungsi penting salah satunya adalah Fungsi Alokasi. Dalam Fungsi Alokasi ini pemerintah berfungsi sebagai penyedia barang dan jasa publik, seperti :

1. Pembangunan Jalan Raya 2. Pembangunan Jembatan

3. Penyediaan Fasilitas Penerangan 4. Telepon Umum, dan lain sebagainya.9 3. Pemeliharaan

Untuk menjaga kualitas dan kehandalan dalam aset yang dimiliki, maka aset harus dipelihara dengan baik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 disimpulkan bahwa :

Pemeliharaan Aset yaitu kegiatan menjaga kualitas dari kondisi suatu aset agar dapat digunakan dan dimanfaatkan.10

Pemeliharaan Aset dalam hal ini yang dimaksud adalah Aset Jalan. Pemeliharaan Jalan, secara fisik bisa berarti seluruh kesatuan kegiatan langsung untuk menjaga suatu struktur agar tetap dalam kondisi mampu melayani. Klasifikasi Program Pemeliharaan yang

9

Faizal Noor, Henry, 2008. Ekonomi Manajerial. PT.Raja Grafindo : Jakarta

10

(24)

dipakai dalam Sistem Manajemen Pemeliharaan Jalan terbagi menjadi empat.11

a. Pemeliharaan Rutin

Merupakan pekerjaan yang skalanya cukup kecil dan dikerjakan tersebar diseluruh jaringan jalan secara rutin. Dengan Pemeliharaan rutin, tingkat penurunan nilai kondisi structural pengkerasan diharapkan akan sesuai dengan kurva kecenderungan kondisi perkerasan yang diperkirakan pada tahap desain.

b. Pemeliharaan Periodik

Pemeliharaan periodic dilakukan dalam selang waktu beberapa tahun dan diakan menyeluruh untuk satu atau beberapa seksi jalan dan sifatnya hanya fungsional dan tidak meningkatkan nilai struktural perkerasan. Pemeliharaan periodik dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi jalan sesuai dengan yang direncanakan selama masa layanannya.

c. Rehabilitasi atau Peningkatan.

11

(25)

Peningkatan jalan secara umum diperlukan untuk memperbaiki integritas struktur perkerasannya yaitu meningkatkan nilai strukturalnya dengan pemberian lapis tambahan. Peningkatan jalan dilakukan apakah karena masa pelayanannya habis, atau karena kerusakan awal yang disebabkan oleh faktor-faktor luar seperti cuaca, atau karena salah pada faktor perencanaannya.

d. Rekontruksi

Dalam hal perkerasan lama sudah dalam kondisi yang sangat jelek, maka lapisan tambahan tidak akan efektif dan kegiatan rekontruksi biasanya diperlukan. Kegiatan rekontruksi ini juga dimaksudkan untuk penanganan jalan yang berakibat meningkatkan kelasnya.

4. Fungsi Pemerintah

Dalam Teori Fungsi Pemerintah Ndraha (2011 : 76) dijelaskan bagaimana Pemerintah memiliki dua fungsi utama yaitu :

1. Fungsi Primer yang terdiri dari Fungsi Pelayanan (serving) dan Pengaturan (regulasi).

2. Fungsi Sekunder terdiri dari Fungsi Pembangunan dan Pemberdayaan (empowerment) 12.

12

(26)

Fungsi pemerintah menurut Ndraha sebagai berikut : 1. Fungsi Primer

Yaitu fungsi yang terus menerus berjalan dan berhubungan positif dengan kondisi pihak yang diperintah. Artinya fungsi primer tidak pernah berkurang dengan meningkatnya kondisi ekonomi, politik dan social masyarakat :semakin meningkat kondisi yang diperintah, semakin meningkat fungsi primer pemerintah. Pemerintah berfungsi primer sebagai provider jasa-publik yang tidak diprivatisasikan dan layanan civil termasuk layanan-birokrasi. Bentuk fungsi primer tersebut sebagai berikut :

a. Fungsi Pelayanan yaitu fungsi utama pemerintah adalah memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disemua sektor.

Dalam kaitannya dengan pola pelayanan, dalam Ratminto (2013 : 25) yang menjelaskan pola pelayanan yang berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan adanya pola pelayanan salah satunya adalah pola pelayanan fungsional. Pola Pelayanan fungsional adalah

(27)

pola pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan penyelenggara pelayanan tersebut.13

Sehingga wujud Fungsi Pelayanan terdapat pada :

1. Visi dan Misi masing-masing penyelenggara pemerintah yaitu pemerintah daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun instansi pemerintah lainnya yang mengadakan pelayanan publik.

2. Tugas Pokok dan Fungsi penyelenggara pemerintah tersebut baik pemerintah daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD, maupun instansi pemerintah lainnya yang mengadakan pelayanan publik.

b. Fungsi Pengaturan (Regulasi) adalah pemerintah memiliki fungsi pengaturan (regulating) untuk mengatur seluruh sektor dengan kebijakan-kebijakan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan lainnya. Penyelenggara pemerintah pusat maupun daerah dapat mengatur

13

Ratminto, Atik Septi Winarsih, 2013. Manajemen Pelayanan : Pengembangan Model

(28)

seluruh sektor atau urusannya dengan kebijakan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

2. Fungsi Sekunder

Yaitu fungsi yang berhubungan negatif dengan kondisi ekonomi, politik, social yang-diperintah, dalam arti, semakin tinggi taraf hidup, semakin kuat bargaining position, dan semakin integrative masyarakat yang-diperintah, semakin berkurang Fungsi Sekunder Pemerintah. Fungsi Pemerintah berubah, dari rowing ke steering. Jika kondisi ekonomi Masyarakat lemah, Pemerintah menyelenggarakan pembangunan. Semakin berhasil pembangunan, semakin meningkat kondisi ekonomi Masyarakat, semakin berkurang Fungsi Pemerintah dalam pembangunan. Jika rakyat merasa tertindas (powerless), tidak berdaya menentukan masa depannya, maka pemerintah melakukan program pemberdayaan (empowerment). Bentuk Fungsi Sekunder Pemerintah adalah :

a. Fungsi Pembangunan

(29)

masyarakat membaik yaitu menuju taraf yang lebih sejahtera. Selain itu pemerintah berfungsi sebagai fungsi alokasi yaitu pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik, sebagai berikut :

1. Pembangunan jalan raya 2. Pembangunan jembatan

3. Pembangunan fasilitas umum seperti ; penerangan, telepon umum, tempat ibadah dan lain sebagainya.14

b. Fungsi Pemberdayaan

Pemberdayaan dimaksudkan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat. Pada dasarnya fungsi pemberdayaan ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Dalam Irene Astuti ( 2011:61-63) membedakan partisipasi menjadi empat jenis15, yaitu :

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternative dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan ini adalah : ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran,

14

Faizal Noor, Henry, 2008. Ekonomi Manajerial. PT.Raja Grafindo : Jakarta. 15

(30)

kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan tehadap program yang ditawarkan.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakan sumber dana, kegiatan administrasi, kordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaannya yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dari persentase keberhasilan program.

(31)

bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan

5. DEFINISI KONSEPTUAL

Definisi konseptual yaitu suatu definisi yang masih berupa konsep dan maknanya masih sangat abstrak. Konsep yang akan dipakai peneliti adalah dua fungsi utama pemerintah menurut Ndraha (2011 : 95) yaitu :

1. Fungsi Primer yang terdiri dari fungsi pelayanan (serving) dan fungsi pengaturan (regulasi).

2. Fungsi Sekunder terdiri dari fungsi pembangunan dan fungsi pemberdayaan (empowerment).16

1. Fungsi Pelayanan adalah fungsi utama pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disemua sektor sesuai dengan tugas pokok dan fungsi penyelenggara pelayananan. Fungsi Pelayanan yang akan diukur ada dua yaitu : 1. Visi dan Misi dari Balai Pelaksana Teknis Bina

Marga Wilayah Magelang.

2. Tugas Pokok dan Fungsi dari Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang.

2. Fungsi Pengaturan (Regulasi) adalah pemerintah memiliki fungsi pengaturan (regulating) untuk mengatur seluruh sektor dengan kebijakan-kebijakan

16

(32)

dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan lainnya.

Fungsi Pengaturan yang akan diukur adalah :

1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

3. Fungsi Pembangunan adalah Pemerintah akan melakukan pembangunan apabila kondisi masyarakat lemah. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah juga termasuk fungsi pemerintah sebagai fungsi alokasi, yaitu penyedia barang dan jasa publik.

Fungsi Pembangunan yang akan diukur adalah : 1. Pembangunan Jalan Raya

2. Pembangunan Jembatan

3. Penyediaan Fasilitas Umum seperti ; penerangan jalan, telepon umum, tempat ibadah, dan lain sebagainya.

4. Fungsi Pemberdayaan adalah pemberdayaan dimaksudkan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga tidak menjadi beban pemerintah. Pada dasarnya fungsi pemberdayaan ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

(33)

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. 2. Partisipasi dalam pelaksanaan.

3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat. 4. Partisipasi dalam evaluasi.

5. DEFINISI OPERASIONAL

Batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan sebuah penelitian.

Sehingga peneliti memberikan gambaran operasional untuk memudahkan dan menfokuskan penelitian yang akan dilaksanakan, sebagai berikut :

1. Fungsi Pelayanan

Dalam hal ini pemerintah khususnya BPT Bina Marga berkewajiban memberikan pelayanan sesuai Tugas Pokok dan Fungsi BPT Bina Marga. Indikator penilaian dalam pelayananan pemerintah, yaitu sebagai berikut :

1.1 Melaksanakan Rehabilitasi dan Pemeliharaan serta Pengawasan Jalan dan Jembatan.

(34)

maksimal karena dengan kegiatan ini maka akan diperoleh data kondisi jalan dan jembatan secara berkala sehingga memungkinkan menjadi bahan pertimbangan pada program Rehabilitasi selanjutnya apabila ditemukan adanya kondisi Jalan dan Jembatan yang perlu pertimbangan untuk penanganan khusus serta perbaikan kembali.

1.2 Perencanaan Program Kerja bidang Jalan dan Jembatan.

Perencanaan program kerja bidang jalan dan jembatan yang dilakukan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga ini menjadi langkah awal yang berorientasi pada kebijakan undang-undang yang menjadi landasan hukumnya. Pelaksanaan kegiatan yang akan berjalan di waktu kedepan sangat bergantung pada awal perumusan perencanaan program kerja tersebut. Apabila dalam perumusan awal program tersebut benar-benar baik (tidak terdapat kepentingan) dan mempertimbangkan segala aspek penilaian berdasarkan standar teknis, maka di akhir didapatkan program kerja yang tepat sasaran, efektif dan efisien.

(35)

Kegiatan Pemantauan dalam pelaksanaan program yang sedang berjalan, fungsi pemantauan ini lebih menitik beratkan pada kegiatan Monitoring Kegiatan yang dilakukan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga. Yang kemudian berdasarkan data monitoring tersebut akan ditemukan beberapa data seperti kendala-kendala yang dihadapi, data terkait proses berlangsungnya kegiatan dan temuan-temuan lapangan lainnya dalam pelaksanaaan program kerja tersebut kemudian digunakan untuk evaluasi program kerja tersebut yang kemudian dijadikan pertimbangan untuk penulisan laporan akhir program kerja tersebut.

2. Fungsi Pengaturan adalah Pemerintah berfungsi sebagai pengatur dalam semua sektor dengan kebijakan yang berupa peraturan Perundang-Undangan serta Pemerintah melaksanakan Undang – Undang tersebut. Indikator Fungsi Pengaturan (Regulasi) adalah Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

(36)

pemerintah yaitu penyediaan jasa dan barang publik. Indikator Fungsi Pembangunan ini adalah :

1. Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan.

2. Pembangunan Jembatan Jalan Jalur Lintas Selatan.

3. Penyediaan Fasilitas atau Perabot Jalan Jalur Lintas Selatan.

4. Fungsi Pemberdayaan

Salah satu Fungsi Pemerintah sebagai Pemberdayaan adalah Peran Pemerintah tersebut sebagai dinamisator yaitu menggerakan partisipasi masyarakat jika terjadi kendala-kendala dalam proses pembangunan untuk mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah. Indikator Fungsi Pemberdayaan ini adalah :

1. Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah BersamaRencana Pembangunan (Musrenbag) Kebijakan Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan.

(37)

2. Partisipasi masyarakat secara langsung terlibat pada proses Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan.

Penilaian partisipasi apakah masyarakat terlibat langsung membantu pekerja proyek dalam pembangunan jalan, partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan (hubungan kerja sama).

3. Partisipasi masyarakat dalam Evaluasi Program Pembangunan Jalan.

(38)
[image:38.842.114.720.135.478.2]

Tabel 1.1 Variabel Dalam Definisi Operasional.

Variabel Indikator Alat Ukur

Peran Balai Pelaksana Teknis

Bina Marga Wilayah Magelang Provinsi Jawa Tengah Dalam

Pemeliharaan Jalan Jalur Lintas

Selatan Tahun 2015

I. Fungsi Pelayanan (Serving ) :

1. Visi dan Misi

2. Tugas Pokok dan Fungsi

1. Pelaksanaan Rehabilitasi dan Pemeliharaan serta Pengawasan Jalan dan Jembatan Jalur Lintas Selatan Tahun 2015

2. Perencanaan Program Kerja

Bidang Jalan dan Jembatan Jalur Lintas Selatan Tahun 2015

3. Pemantauan, Evaluasi dan

Pelaporan kegiatan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan Jalur Lintas Selatan Tahun 2015

II. Fungsi Pengaturan (Regulasi ) :

Membuat dan Menerbitkan

Peraturan Perundang – Undangan

serta melaksanakan Peraturan

Perundang – Undangan.

(39)

Lanjutan Tabel 1.1 Variabel Dalam Definisi Operasional

Variabel Indikator Alat Ukur

Peran Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Provinsi Jawa Tengah Dalam Pemeliharaan Jalan Jalur Lintas Selatan Tahun 2015

III.Fungsi Pembangunan 1. Pembangunan Jalan Raya 2. Pembangunan Jembatan 3. Pembangunan Fasilitas Jalan

1. Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan

2. Pembangunan Jembatan Jalan Jalur Lintas Selatan

3. Penyediaan Fasilitas Jalan atau Perabot Jalan

IV.Fungsi Pemberdayaan 1. Partisipasi dalam

Pengambilan keputusan (Perencanaan)

2. Partisipasi dalam Pelaksanaan

3. Partisipasi dalam Evaluasi

1. Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Bersama Perencanaan Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan.

2. Partisipasi Masyarakat secara langsung pada Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan.

(40)

6. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitiannya, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang sifatnya subyektif berdasar pada pemahaman/penilaian dari masing-masing orang yang berbeda-beda, karena penelitian ini ditujukan untuk mengetahui secara mendalam tentang Peran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah khususnya Balai Pelaksana Teknis Bina Wilayah Magelang dalam menyediakan dan pemeliharaan Jalan Jalur Selatan Purworejo dan Kebumen.

Selain itu penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.17

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah Balai Pelaksna Teknis Bina Marga Wilayah Magelang, Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kutoarjo Wilayah Magelang.

(41)

3. Unit Analisa

Unit Analisa adalah objek nyata yang akan diteliti, sesuai dengan permasalahan yang ada dan pokok pembahasan masalah dalam penelitian ini maka penyusun akan melakukan kegiatan penelitian pada Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang dan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kutoarjo Wilayah Magelang.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dipakai dalam penelitian tersebut adalah dengan teknik wawancara, dan dokumentasi.

1. Wawancara yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi kepada informan pada obyek penelitian. Wawancara dilakukan secara mendalam untuk menggali informasi dari informan atau orang yang dianggap mengetahui tentang permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian. Informan pada obyek peneliti adalah Kepala Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelangiana Ir Septiana Suhartanti, M.T, Kepala Seksi Jalan Joko Winangun, S.T, M.Si , Kepala Seksi Jembatan Ir Guritno Wirandoko, S.T, dan Staf Bidang Jalan dan Jembatan Edi Margono, S.T .

(42)

atau foto yang ada di lokasi penelitian yang berkaitan dengan penelitian dan bertujuan untuk memperjelas dan mendukung proses penelitian.

5. Teknik Analisa Data

(43)

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas Bina Marga Provinsi, dimana Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah membawahi beberapa Dinas Bina Marga Kabupaten dan Balai Pelaksana Teknis Wilayah. Dinas Bina Marga beserta Balai Pelaksana Teknis memiliki Visi dan Misi serta Tugas Pokok dan Fungsi yang menjadi pedoman keseluruhan Pelaksanaan Tugas. Berikut Visi dan Misi serta Tugas Pokok dan Fungsi :

Visi dan Misi Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Visi :

Terwujudnya Jaringan Jalan yang Andal dan Berkelanjutan untuk Menuju Jawa Tengah Sejahtera.

Misi :

1. Meningkatkan Kinerja Jalan dan Jembatan untuk mencapai Standarisasi Jalan Provinsi sebagai Jalan Kolektor sekunder.

2. Meningkatkan Kinerja Sarana dan Prasarana pendukung kebinamargaan.

3. Memperkuat Manajemen kelembagaan dan kualitas aparatur kebinamargaan.

(44)

Dinas Bina Marga : Melaksanakan urusan pemerintah daerah bidang jalan dan jembatan berdasarkan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga : Melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan / atau penunjang Dinas di bidang jalan dan jembatan.

Fungsi

Dinas Bina Marga :

1. Perumusan Kebijakan Teknis bidang Jalan dan Jembatan 2. Perencanaan Program Kerja bidang Jalan dan Jembatan

3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang Jalan dan Jembatan

4. Pembinaan dan fasilitasi bidang bina marga lingkup provinsi dan kabupaten atau kota

5. Pelaksanaan tugas bidang bina teknik, pembangunan wilayah barat, tengah dan timur

6. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang Jalan dan Jembatan 7. Pelaksanaan kesekretariatan Dinas

8. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya.

Balai Pelaksana Teknis Bina Marga :

1. Penyusunan rencana teknis operasional bidang Jalan dan Jembatan 2. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional bidang Jalan dan

Jembatan

3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan bidang Jalan dan Jembatan 4. Pengelolaan ketatausahaan

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi yang dimiliki Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah dan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah, pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI

(45)

Sumber : http://binamarga.jatengprov.go.id

Selanjutnya, Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah membawahi Balai Pelaksana Teknis Bina Marga (BPTBM) Wilayah, sebagai berikut :

- BPTBM Semarang - BPTBM Magelang - BPTBM Pati - BPTBM Wonosobo - BPTBM Purwodadi - BPTBM Cilacap - BPTBM Surakarta - BPTBM Tegal

(46)

STRUKTUR ORGANISASI

BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH MAGELANG

Sumber : http://binamarga.jatengprov.go.id

2. Wilayah Kerja Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang.

Wilayah Kerja Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang berdasarkan Peta Jaringan Jalan Bina Marga, pada Gambar 2.3 sebagai berikut :

PETA JARINGAN JALAN KEPALA BALAI

Ir Septiana Suhartanti, M.T

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Sujito S.E

Kepala Sesi Jalan Joko Winangun, S.T, M.Si

Kepala Sesi Jembatan Ir Guritno Wirandoko, S.T

(47)

BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH MAGELANG

Sumber : http://binamarga.jatengprov.go.id

B. Deskripsi Wilayah Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo 1. Kabupaten Kebumen

1.1Letak Wilayah dan Kondisi Geografis

(48)

1.2Batas Wilayah

[image:48.612.179.449.197.410.2]

Berikut adalah Peta dan Batas Wilayah Kabupaten Kebumen pada Gambar 2.4 :

PETA KABUPATEN KEBUMEN

Sumber : http://kabupaten.kebumen.go.id

Sebelah Timur : Kabupaten Purworejo,Wonosobo Sebelah Barat : Kabupaten Banyumas dan Cilacap Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegara

Sebelah Selatan: Samudera Hindia 1.3 Luas Wilayah dan Penggunaan :

(49)

rendah. Dari luas wilayah Kabupaten Kebumen, pada tahun 2014 tercatat 39.748,00 hektar atau sekitar 31,03% merupakan lahan sawah dan 88.363,50 hektar atau 68,97% lahan kering. Menurut sistem irigasinya, sebagian besar lahan sawah beririgasi teknis (50,34%), dan hamper seluruhnya dapat ditanami dua kali dalam setahun, beririgasi setengah teknis (9,23%), beririgasi sederhana (5,77%), beririgasi desa (2,65%) dan sebagian berupa sawah tadah hujan dan pasang surut (32,02%).

Penggunaan lahan kering (bukan sawah) dibagi menjadi untuk lahan pertanian sebesar 42.799,50 hektar (48,45%) dan bukan untuk pertanian sebesar 45.544,00 hektar (51,55%). Lahan kering untuk pertanian terbagi menjadi untuk tegal atau kebun seluas 27.629,00 hektar, ladang atau huma seluas 745,00 hektar, perkebunan seluas 1.159,00 hektar, hutan rakyat seluas 3.011,00 hektar, tambak seluas 24,00 hektar, kolam seluas 53,50 hektar, padang penggembalaan seluas 33,00 hektar, sementara tidak diusahakan seluas 231,00 hektar, dan lainnya seluas 9.914,00 hektar. Sedangkan lahan kering bukan untuk pertanian digunakan untuk bangunan seluas 26.021,00 hektar, hutan Negara seluas 16.861,00 hektar, rawa-rawa seluas 12,00 hektar sertalainnya seluas 2.670 hektar.

1.4 Iklim

(50)

selama tahun ini sebesar 3.787,00 mm lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 2.328,43 mm dan hari hujan sebanyak 188 hari lebih sering dari tahun sebelumnya sebanyak 108 hari. Suhu terendah yang terpantau di stasiun pemantauan Wadaslintang pada bulan Juli 2015 dengan suhu sekitar 20,60°C dan tertinggi 34,00°C pada bulan Maret. Rata-rata kelembaban udara setahun 81,00% dan rata-rata kecepatan angin 0,23 meter/detik. Sedangkan pada stasiun pemantauan Sempor suhu terendah 21,60°C terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi 33,60°C pada bulan Februari. Rata-rata kelembaban udara setahun 84,00% dan rata-rata kecepatan angin 1,99 meter/detik.

2. Kabupaten Purworejo

2.1Letak Wilayah dan Kondisi Geografis

Kabupaten Purworejo terletak pada posisi 109o 47’28” –

110o 8’20” Bujur Timur dan 7o 32’ – 7o 54 Lintang Selatan. Bagian selatan wilayah Kabupaten Purworejo merupakan dataran rendah. Bagian utara berupa pegunungan, bagian dari Pegunungan Serayu. Di perbatasan dengan DIY, membujur Pegunungan Menoreh.

2.2 Batas Wilayah

(51)

PETA KABUPATEN PURWOREJO

Sumber : http://kabupaten.purworejo.go.id Sebelah Barat : Kabupaten Kebumen

Sebelah Utara : Kabupaten Magelang dan Wonosobo Sebelah Timur : Kabupaten Kulonprogo (DIY) Sebelah Selatan: Samudra Indonesia

2.3 Luas Wilayah danPenggunaannya

(52)

pertanian, begitu pula mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai petani. Luas lahan pertanian sebagian besar sawah berpengairan non teknis dan tadah hujan. Selain ditanami padi, sebagian lahan di daerah tersebut ditanami jeruk.

Komoditi unggulan Kabupaten Purworejo memiliki berbagai macam seperti peternakan, pertanian, perkebunan, perikanan, industri, pariwisata dan yang paling diunggulkan adalah sektor pertanian. Sektor Pertanian komoditi unggulannya adalah jagung, kedelai, durian, pisang dan Ubi. Sektor Perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa tebu, kopi, kelapa, karet, aren, jarak, kapuk, lada, nilam, tembakau, vanili dan cengkeh. Sektor Peternakan komoditi yang diunggulkan berupa sapi, domba, kambing, kerbau. Sektor Perikanan komoditi yang diunggulkan seperti ikan bawal laut, ikanpari, ikan GT, kakap merah, gurami, udang vaname dan udang galah. Sektor Industri di Kabupaten Purworejo seperti Industri tekstil, pengolahan kayu, pembuatan bola sepak, dan lain sebagainya tetapi hanya 4 industri tersebut yang terkenal. Sektor Pariwisata Kabupaten Purworejo mempunyai banyak sekali objek wisata seperti Wisata alam, religi, budaya, kuliner dan hiburan.

2.4Iklim

(53)
(54)

BAB III PEMBAHASAN

A. Peran Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang, Provinsi Jawa Tengah dalam Pemeliharaan Jalan Non Status di Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen Tahun 2015.

Salah satu bentuk Peran Pemerintah adalah dengan Fungsi Pemerintah itu sendiri, yaitu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada Masyarakat untuk memajukan dan mensejahterakan rakyat itu sendiri, seperti yang telah diamanatkan pada Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945. Fungsi utama Pemerintah juga telah dijelaskan menurut Ndraha (2011 : 95) yaitu

Fungsi Primer Pemerintah yang terdiri dari Fungsi Pelayanan (serving) dan Fungsi Pengaturan (regulasi). Sedangkan Fungsi Sekunder terdiri dari Fungsi Pembangunan dan Fungsi Pemberdayaan (empowerment).1

Fungsi Primer yang dijelaskan oleh Ndraha bahwasannya Fungsi Primer adalah fungsi yang terus menerus berjalan dan berhubungan positif dengan kondisi pihak yang diperintah. Artinya fungsi primer tidak pernah berkurang dengan meningkatnya kondisi ekonomi, politik dan sosial masyarakat, semakin meningkat kondisi yang diperintah, semakin meningkat fungsi primer pemerintah. Selanjutnya Fungsi Sekunder yaitu fungsi yang

1

(55)

berhubungan negatif dengan kondisi ekonomi, politik, sosial yang-diperintah, dalam arti, semakin tinggi taraf hidup semakin berkurang fungsi sekunder pemerintah. Jika kondisi ekonomi masyarakat lemah, pemerintah menyelenggarakan pembangunan. Semakin berhasil pembangunan, semakin meningkat kondisi ekonomi masyarakat, semakin berkurang fungsi pemerintah dalam pembangunan. Jika rakyat merasa tertindas (powerless), tidak berdaya menentukan masa depannya, maka pemerintah melakukan program pemberdayaan (empowerment).

Fungsi Primer Pemerintah seperti yang telah dijelaskan diatas yaitu Fungsi Pelayanan dan Fungsi Pengaturan. Fungsi Pelayanan dalam hal ini yaitu Pelayanan yang diberikan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang sesuai dengan Visi dan Misi serta Tugas Pokok dan Fungsi, yaitu :

1. Pelaksanaan Rehabilitasi dan Pemeliharaan serta Pengawasan Jalan dan Jembatan.

2. Perencanaan Program Kerja Bidang Jalan dan Jembatan Jalan.

3. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan kegiatan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan.

(56)

dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan dan melaksanakan Undang – Undang tersebut.

Selanjutnya Fungsi Sekunder Pemerintah yaitu Fungsi Pembangunan dan Fungsi Pemberdayaan. Dalam hal ini adalah Fungsi Pembangunan yang dilakukan Pemerintah adalah Pembangunan Insfrastruktur dan Penyediaan Fasilitas Jalan. Bentuk Fungsi Pembangunan ini diantaranya yaitu :

1. Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan. 2. Pembangunan Jembatan Jalur Lintas Selatan. 3. Penyediaan Fasilitas / Perabot Jalan.

Fungsi Pemberdayaan yang dilakukan Pemerintah adalah bentuk upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat melalui bentuk partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dapat melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan program, serta partisipasi dalam evaluasi. Bentuk Fungsi Pemberdayaan ini adalah sebagai berikut :

1. Partisipasi masyarakat dalam Musrembag kebijakan Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan.

2. Partisipasi masyarakat secara langsung terlibat pada pelaksanaan Pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan. 3. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi program

(57)

1. Fungsi Pelayanan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang.

Pemerintah berfungsi Primer seperti yang dijelaskan oleh Ndraha yaitu sebagai provider Jasa Publik yang tidak diprivatisasikan dan layanan civil termasuk layanan-birokrasi. Bentuk Fungsi Primer tersebut yaitu Fungsi Pelayanan. Fungsi Pelayanan yaitu memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disemua sektor. Bentuk pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan, berpedoman dengan Visi Misi, Tugas dan Fungsi, dan kewenangan penyelenggara pelayanan tersebut. Sehingga wujud fungsi pelayanan ini terdapat pada Visi dan Misi, Tugas Pokok Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang, diantaranya sebagai berikut :

1. Pelaksanakan Rehabilitasi dan Pemeliharaan serta Pengawasan Jalan dan Jembatan Jalan Jalur Lintas Selatan.

2. Perencanaan Program Kerja Bidang Jalan dan Jembatan Jalan Jalur Lintas Selatan.

(58)

1.1 Pelaksanaan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Jalur Jalan Lintas Selatan.

Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang dalam melaksanakan tugasnya tidak bekerja sendiri melainkan membawahi Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Kutoarjo Wilayah Magelang sebagai pelaksana teknis langsung di bawah Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang untuk Wilayah Jalur Selatan. Peran Balai Pelaksana Bina Marga diantaranya melaksanakan Rehabilitasi dan Pemeliharaan jalan pada Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Ruas Jalur Lintas Selatan yang menjadi wewenang penanganan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga ini adalah Ruas Jalan Congot – Jali – Wawar –Bulupesantren

– Karangbolong – Bodo. Ruas ini melewati dua kabupaten yaitu Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen.

1.1.1 Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan

(59)

Pada Tahun 2015 BPT Bina Marga Wilayah Magelang tidak melakukan pekerjaan rehabilitasi untuk jalan jalur lintas selatan pada Ruas Congot hingga Bodo, dikarenakan biaya yang cukup besar . Namun melaksanakan kegiatan peningkatan Jalan 1 lapis dimana kegiatan peningkatan ini termasuk dalam bagian Pemeliharaan Rutin.

Meskipun kegiatan pemeliharaan jalan telah dilakukan secara rutin tetapi masih ditemukan kondisi jalan yang kondisinya rusak. Pada data laporan kondisi jalan oleh BPT Bina Marga periode triwulan terakhir pada bulan Desember 2015 masih ditemukan kondisi jalan yang rusak ringan sejumlah 12.450 KM pada Ruas Congot hingga Bodo. Dengan ini BPT Bina Marga perlu melakukan pengawasan secara maksimal pada kegiatan pemeliharaan rutin serta perlu adanya rehabilitasi jalan.2

Pekerjaan pemeliharaan jalan dilakukan untuk mempertahankan kondisi jalan, dan pemeliharaan jalan dimulai pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan. Pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara terus menerus / rutin dan berkesinambungan. Penangan jalan dapat dilakukan secara berkala dan rutin.

2

(60)

Pemerintah Pusat telah mengalokasikan Anggaran Pendapatam Belanja Negara (APBN) di bidang Insfrastruktur khususnya jalan dan jembatan, baik untuk pembangunan, peningkatan, maupun pemeliharaan ke dalam Anggaran Depertamen Pekerjaan Umum. Untuk Pemerintah Daerah, dana untuk pembangunan jalan dialokasikan ke dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) masing-masing daerah.

Dalam Pasal 85 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

“ Penganggaran dalam rangka pelaksanaan program

penanganan jaringan jalan merupakan kegiatan pengalokasian dana yang diperlukan untuk mewujudkan

sasaran program “.3

Kegiatan Pemeliharaan Rutin dan Berkala Jalan dan Jembatan yang dilakukan oleh BPT Bina Marga Wilayah Magelang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006.

BPT Bina Marga membagi kegiatan pemeliharaan jalan dalam beberapa kategori pemeliharaan sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing bagian struktur jalan.

3

(61)

Untuk kegiatan pemeliharaan jalan, BPT Bina Marga juga membagi kegiatan menjadi Pemeliharaan Berkala dan Pemeliharaan Rutin. Pemeliharaan jalan secara berkala dilakukan secara berkala dengan melakukan peremajaan terhadap bahan perkerasan maupun bahan lainnya. Pemeliharaan jalan secara rutin dilakukan secara rutin yaitu setiap Bulan, dimulai bulan Januari hingga Desember. Kepala Sesi Jalan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang menjelaskan :

“ Pemeliharaan jalan secara berkala adalah kegiatan peningkatan jalan, namun kegiatan pemeliharaan berkala tidak dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

struktur ”. 4

Kegiatan Pemeliharaan Berkala jalan yang telah dilakukan BPT Bina Marga Wilayah Magelang pada Tahun 2015 adalah pekerjaan peningkatan Jalan Ruas Congot – Jali – Wawar sepanjang 13.550 M. Selanjutnya BPT Bina Marga Wilayah Magelang bersama BPT Bina Marga Kutoarjo Wilayah Magelang melaksanakan kegiatan Pemeliharaan Rutin Jalan pada tahun 2015 untuk jalan Jalur Lintas Selatan Ruas Congot - Jali – Wawar – Buluspesantren - Karangbolong – Bodo, yang terdiri dari 26 Jenis Kegiatan Pemeliharaan Rutin.

4

(62)
(63)

DATA REKAPITULASI HASIL PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN TAHUN 2015 BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA WILAYAH MAGELANG

NO JENIS

PEKERJAAN SATUAN

VOLUME PEKERJAAN PER RUAS UPAH PER RUAS ( RP )

I II III IV I II III IV

1 Pembersihan Rumija M2 171,870.00 135,600.00 257,480.00 86,000.00 77,341,500.00 61,020,000.00 115,866,000.00 38,700,000.00

2 Perawatan Patok KM BH 7.00 18.00 23.00 16.00 483,000.00 1,242,000.00 1,587,000.00 1,104,000.00

3 Perawatan Patok HM BH - - - 149.00 - - - 1,028,100.00

4

Perawatan Patok

Pengarah BH - - - 40.00 - - - 276,000.00

5

Pengecatan Pohon

Anyoman M2 270.06 - - - 2,295,000.00 - - -

6

Penanaman Pohon

Anyoman BTG 202.00 - - - 2,020,000.00 - - -

7 Pengecatan Tembok M2 4,558.00 - - 800.36 77,486,000.00 - - 13,600,000.00

8

Pengecatan Kayu /

Besi M2 - - - 35.12 - - - 595,000.00

9

Galian Biasa /

Manual M3 - 500.00 435.00 630.50 - 20,000,000.00 17,400,000.00 25,220,000.00

10

Galian Perkerasan

Aspal M3 - 166.00 84.35 - - 12,936,300.00 6,586,820.00 -

11 Telford M3 - 192.00 108.26 - - 18,225,750.00 10,277,100.00 -

12 Penetrasi Macadam M3 - 224.00 161.13 - - 56,432,880.00 40,589,640.00 -

13

Campuran Aspal

Panas TON 37.00 200.81 100.00 24.00 4,804,800.00 26,097,500.00 13,000,000.00 3,120,000.00

(64)

Lanjutan Data Rekapitulasi Hasil Pekerjaan Pemeliharaan Rutin Tahun 2015, Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

Sumber : Data Rekapitulasi Hasil Pekerjaan Jalan Tahun 2015, Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang. Keterangan Tabel 3.1 :

RUAS I : Congot – Jali – Wawar RUAS IV : Karangbolong - Bodo RUAS II : Wawar - Buluspesantren

RUAS III : Buluspesantren – Karangbolong

15 Sand Sheet M2 - 1,920.00 1,580.00 - - 19,200,000.00 15,800,000.00 -

16

Tack Coat ( Emulsi

) LT 109.38 1,140.00 769.80 70.92 98,386.00 1,025,955.00 692,775.00 63,810.00

17

Urugan Tanah

Pilihan / Surtu M3 - 300.24 90.09 50.00 - 6,150,000.00 1,845,000.00 1,025,000.00

18 Pasangan Batu 1 : 4 M3 - 500.00 68.51 63.80 - 102,411,850.00 14,042,500.00 13,068,750.00

19 Baja Tulangan KG - 2,126.00 - - - 3,082,700.00 - -

20 Beton K-250 M3 0.90 59.29 2.16 1.53 108,000.00 7,114,800.00 259,200.00 183,600.00

21 Beton K-175 M3 - 7.00 - - - 840,000.00 - -

22 Bronjong M3 - - - 100.00 - - - 14,300,000.00

23

Marka Jalan

Termoplastik M2 - - - - - - - -

24 CPHMA TON - 30.00 20.00 - - 3,900,000.00 2,600,000.00 -

(65)

Berdasarkan Data Rekapitulasi Hasil Pekerjaan Pemeliharaan Jalan Rutin pada Tabel 3.1 dapat dinilai bahwa untuk Pekerjaan Rumija merupakan pos kegiatan yang memakan biaya yang cukup besar diantara pos kegiatan lainnya baik Ruas I,II,III,IV dikarenakan volume pekerjaan yang besar juga. Pekerjaan Marka Jalan Termoplastik tidak dilakukan pada tahun 2015 Ruas I,II,III,IV dikarenakan kondisi marka termoplastik yang ada masih baik kondisinya. Secara keseluruhan dapat dinilai bahwa Ruas II yatitu Ruas Wawar – Buluspesantren merupakan Ruas yang paling tinggi menghabiskan biaya yaitu Rp 341,479,735.00 dibanding Ruas I, III, IV yang jumlahnya lebih rendah, hal ini dikarenakan Volume Pekerjaan yang tinggi pada Ruas II.

1.1.2 Pekerjaan Pemeliharan Jembatan

Pekerjaan Pemeliharaan Jembatan mencangkup pekerjaan pemeriksaan dan pemeliharaan atau penanganan. Kepala Sesi Jembatan, Ir Guritno Wirandoko S.T menjelaskan bahwasannya Tugas Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang dalam Pemeliharaan Jembatan sebagai berikut :

Pemeliharaan Jembatan terdiri dari : 1. Pemeliharaan rutin

2. Pemeliharaan berkala

3. Rehabilitasi dan perbaikan besar.5

5

(66)

Dalam prakteknya BPT Bina Marga Wilayah Magelang, untuk Ruas Congot hingga Bodo hanya melakukan pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan setiap bulannya dan terkadang waktunya bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan rutin jalan. Untuk pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan yang dilakukan BPT Bina Marga dilakukan pada sub kegiatan Pengecatan Pagar Jembatan, Perataan Jalan Pendekat atau Oprit, Pengecekan Kerangka Jembatan dan pembersihan rumput pada sekitar Jembatan dan gorong – gorong. Kegiatan Pemeliharaan Jembatan menurut Standar Teknis Pekerjaan Balai Pelaksana Teknis Bina Marga, Pekerjaan Pemeliharaan Jembatan terdiri dari :

1. Pembersihan dek atau pelat lantai jembatan 2. Pengecatan pagar atau railing yang pudar

3. Penggantian atau pemasangan pagar/railing yang sesuai dengan kebutuhan

4. Perataan jalan pendekat/oprit

Pekerjaan perbaikan box culvert atau gorong-gorong > 3 m, diantaranya :

1. Pembersihan dek atau pelat lantai

2. Pengecatan pagar atau railing yang pudar

3. Penggantian atau pemasangan pagar/railing yang sesuai dengan kebutuhan.

4. Perataan jalan pendekat/oprit.

(67)

Pemeliharaan Jembatan tidak semua terlaksana sesuai dengan Standar Teknis Pekerjaan Pemeliharaan Jalan karena terkendala waktu dan pembiayaan. Disisi lain keselamatan pengguna jalan perlu diutamakan, karena tingginya lalu lintas yang melewati jalan serta melintasi sebuah jembatan, akan mempengaruhi kondisi jembatan tersebut. Pemeliharaan jembatan secara maksimal diperlukan untuk mempertahankan kualitas dari Jembatan agar sesuai dengan umur rencana Jembatan tersebut. Pemerintah perlu memaksimalkan kembali untuk sub pekerjaan pemeliharaan jembatan, karena bangunan jembatan adalah salah satu aset yang perlu dipelihara dengan baik.

(68)

DATA NAMA JEMBATAN – JEMBATAN

DI RUAS CONGOT – JALI – WAWAR – BULUSPESANTREN – KARANGBOLONG – BODO

No Nama Jembatan Panjang Bentangan Lebar

1. Jembatan Jali 139.30 M 2 9.00 M

2. Jembatan Mawar 167.85 M 2 9.50 M

3. Jembatan Munggangsari 2.10 M 1 12.50 M

4. Jembatan Munggu 3.00 M 1 6.85 M

5. Jembatan Jogosima 2.00 M 1 7.75 M

6. Jembatan Progaten I 3.00 M 1 9.00 M

7. Jembatan Progaten II 3.00 M 1 6.70 M

8. Jembatan Luk Ulo 183.50 M 3 12.10 M

9. Jembatan Tambak Mulyo 2.50 M 1 9.00 M

10. Jembatan Karangbolong 1 124.00 M 4 9.70 M

11. Jembatan Karangbolong 2 7.60 M 1 7.00 M

12. Jembatan Karangbolong 3 2.00 M 1 7.00 M

13. Jembatan Karangbolong 4 6.30 M 1 7.50 M

14. Jembatan Karangbolong 5 4.80 M 1 6.50 M

15. Jembatan Karangbolong 6 5.50 M 1 8.00 M

16. Jembatan Karangbolong 7 4.00 M 1 7.00 M

17. Jembatan Karangbolong 8 2.20 M 1 7.30 M

18. Jembatan Pasir 1 6.60 M 1 5.60 M

19. Jembatan Pasir 2 7.80 M 1 7.80 M

20. Jembatan Pasir 3 3.00 M 1 7.50 M

21. Jembatan Pasir 4 17.00 M 1 9.70 M

(69)

Lanjutan Tabel 3.2 , Data Nama – Nama Jembatan Ruas Congot hingga Bodo.

Sumber : Lembaran Data Nama dan Jumlah Jembatan Tahun 2015, Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

Berdasarkan Tabel 3.2 diperoleh informasi sebagai berikut : 1. Total Jumlah Jembatan sebesar 31 Jembatan

2. Total Panjang Jembatan sebesar 785.95 M 3. Total Lebar Jembatan sebesar 246.35 M

No Nama Jembatan Panjang Bentangan Lebar

23. Jembatan Jintung 1 2.90 M 1 4.40 M

24. Jembatan Jintung 2 3.00 M 1 7.30 M

25. Jembatan Srati 7.80 M 1 7.00 M

26. Jembatan Karangduwur 7.70 M 1 6.70 M

27. Jembatan Argopeni 1 9.40 M 1 5.70 M

28. Jembatan Argopeni 2 7.10 M 1 6.10 M

29. Jembatan Kali Sruwuk 6.00 M 1 11.00 M

30. Jembatan Kali Logending 10.00 M 1 6.30 M

(70)

Kepala Sesi Jembatan, Ir Guritno Wirandoko S.T menjelaskan

Inspektorat menilai keseluruhan Jembatan diatas mendapat nilai kategori Jembatan cukup lebar, sehingga dapat menunjang secara maksimal kegiatan transportasi sehari-hari.6

BPT Bina Marga perlu memaksimalkan tugas dan tanggung jawab dalam Pemeliharaan Jembatan karena keselamatan dan kenyaman pengguna jalan menjadi prioritas utama untuk memperlancar proses distribusi pengiriman barang dan jasa sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus mempertahankan umur Jembatan tersebut.

1.2Perencanaan Program Kerja Bidang Jalan dan Jembatan Jalan Jalur Lintas Selatan, Ruas Jalan Congot-Jali-Wawar-Buluspesantren-Karangbolong-Bodo.

Perencanaan adalah salah satu Fungsi Manajemen yang sangat penting. Sebuah Perencanaan berpengaruh pada sukses atau tidaknya sebuah program kegiatan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu perencanaan bertujuan untuk menyusun prioritas penanganan jalan sesuai dengan dana yang tersedia dengan cara yang efisien agar menunjang pembangunan ekonomi dan sosial.

1.2.1 Perencanaan Program Kerja Bidang Jalan dan Jembatan. Dalam perencanaan Program Kerja Bidang Jalan dan Jem

jembatan Jalan Jalur Lintas Selatan, BPT Bina Marga Wilayah Magelang melakukan prosedur perencanaan ditentukan berdasarkan Pengkatagorian

6

(71)

Pekerjaan. Untuk keperluan perencanaan dan penyusunan program pekerjaan jalan ini, Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang membagi kedalam kelompok besar Katagori Pekerjaan sebagai berikut:

i. Pekerjaan Pemeliharaan

Yaitu Pekerjaan ini rutin dilakukan setiap bulannya. BPT Bina Marga Wilayah Magelang melakukan pekerjaan pemeliharaan untuk semua ruas Jalan Jalur Lintas Selatan yang berkondisi baik atau sedang. Hal ini untuk menjaga agar permukaan ruas jalan mendekati kondisi semula, dan memungkinkan untuk tetap bertahan sesuai dengan umur disain yang direncanakan. Pekerjaan ini terdiri dari 26 Jenis Kegiatan Pemeliharaan Rutin.

ii. Pekerjaan Peningkatan

Yaitu untuk meningkatkan standar pelayanan dari jalan yang ada baik yang membuat lapisan permukaan menjadi lebih halus, seperti pengaspalan terhadap jalan yang belum diaspal, atau menambah lapisan tipis aspal beton pada jalan yang menggunakan lapisan penetrasi atau menambah lapisan structural untuk memperkuat perkerasannya atau untuk memperlebar lapisan perkerasan yan

Gambar

Tabel 1.1 Variabel Dalam Definisi Operasional.
Gambar 2.4 :

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam rangka Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi DKI Jakarta atas Pertanggungjawaban Penerimaan dan Pengeluaran

Pokja Pengadaan Jasa Lainnya ULP pada Universitas Riau akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa Lainnya

As a strong, corrosion resistant metal and the third most abundant element on the planet, it does not come as a surprise that aluminium is used to make a vast range of

: Diisi jenis aset yang dimanfaatkan cleh pihak lain : Diisi data volume aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain : Oiisi data lokasi aset yang dimanfaatkan Dleh pihak lain : Diisi

IKOM FISIP Universitas Riau sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam dokumen pelelangan pekerjaan dimaksud. Demikian Surat Penetapan ini dibuat

While certain components in a house can pose threats to children, remember that child safety products from a child safety store can help to secure their safety.. Be careful about

This lasted two weeks, but Choo couldn’t count time, and they had got bored and went back to going over the hills. When they came back one day they found the scene had been shot