• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

ENDAH LISMA SYAMITA 20120320144

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

Nama : Endah Lisma Syamita

NIM : 20120320144

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya

Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah

ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 2 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

(3)

HALAMAN PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahiim. Alhamdulillahirabbil’alamin…

Puji syukur semoga selalu terucap kepada Allah SWT.Raja dari segala Raja, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga saya bisa melewati semuanya sampai detik ini. Rasulullah SAW. atas tuntunannya sehingga nikmatnya Iman dan Islam bisa terasakan di kalbu, bahagia menjadi salah satu umatnya, semoga kelak di yaumil akhir Beliau menunggu di telaganya Al-Kautsar dan menyuguhkan kami semua minum. Alhamdulillah.Aamiin ya Rabbal’alamin.

Karya ini saya persembahkan kepada kedua orang tua, Bapak (Syafruddin) dan Mamah (Nurrahmi) malaikatku di dunia, doa yang selalu terpanjatkan, atas segalanya, semoga menjadi penggugur dosa dan pemberat amal kebaikan untuk kalian. Adik (Attar Nazaruddin Mirza) atas dukungan dan doanya yang menjadi penyemangat segala keadaan.

Selanjutnya, dosen-dosen PSIK FKIK UMY terutama dosen pembimbing (Ibu Rahmah) serta civitas akademika atas segala ilmu dan bantuannya kepada semua mahasiswa.Semoga menjadi amal jariyah hingga hari kiamat.

Untuk sahabat yang sudah seperti keluarga (Fatmi, Mega, Yani) terimakasih atas doa dan dukungannya, Sahabat Skill lab (Dina Ryosuke, Yati Pratika, Umi, Kiki Cebey, Latantsa Fikri, Ruswanto) yang menambah warna, keluarga Kos Putri Almeera (Mba Tria, Mba Septi, Mba Vita, Fatmi, Desi, Hesti, Evelin, Sendi, Muna, Euis, Berta, Ayu, Meti, Intan, Bapak Bambang) telah menjadi keluarga tempat berteduh di Jogja.Sahabat se-daerah (Atun, Fitri).Aku sayang kalian semua karena Allah.

Untuk teman-teman satu bimbingan (Deva, Elok, Alma, Diyah, Winda) terimakasih sudah saling semangat-semangati selama ini, terutama untuk Deva Prayunika pasangan terbaik selama penelitian, bangga sekali bisa bekerjasama dengannya.

Keluarga NCC-Emergency, kakak-kakak stemcell dan demisioner serta teman-teman BPHer (Nawang, Satifa, Yani, Atsna, Ratri, Amel, Defia, Rahmawati) dan adik-adik junior semoga kita semua sukses dunia akhirat.

Untuk teman-teman PSIK 2012..kelaurga seperjuangan, semoga semangat dan perjuangan kita selama menuntut ilmu dihitung sebagai amal ibadah dan pemudah jalan kita menuju Surga Allah.

(4)

MOTTO

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)

(ArRahman;60)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan

rahmat-Nya kepadamudua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya

itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyususnan proposal karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis

curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ini, khususnya kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Mat., HNC selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Rahmah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep., An selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing saya hingga menyelesaikan proposal ini.

4. Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J, Ph.D selaku dosen penguji saya

yang telah menguji proposal ini.

5. Keluarga besar, teman seperjuangan, dan sahabat yang selalu memberikan

dukungan dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dalam penulisan proposal ini, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan

bersama.Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

INTISARI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian……… 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Remaja... 12

a. Pengertian ... 12

b. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 13

c. Tugas Perkembangan Remaja ... 16

2. Bullying ... 17

a. Pengertian Bullying ... 17

b. Bentuk-bentuk Bullying ... 18

c. Dampak Bullying ... 22

d. Tipe Korban Bullying ... 26

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bullying ... 27

3. Perilaku ... 33

a. Pengertian ... 33

b. Bentuk Perilaku ... 34

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 35

d. Domain Perilaku... 36

e. Tahapan Perubahan Perilaku ... 37

B. Kerangka Konsep ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Desain Penilitian ... 40

(7)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

D. Variabel Penelitian ... 44

E. Definisi Operasional... 44

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 46

G. Jalannya Penelitian ... 47

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 50

I. Analisis Data ... 52

J. Pengelolaan Data ... 53

K. Etik Penilitian ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitia ... 55

1. SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 55

2. SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta ... 56

B. Hasil Penelitian ... 57

1. Karakteristik Responden ... 57

2. Distribusi Jawaban Responden ... 59

3. Nilai Minimum, Maksimum, dan Rata-Rata Perilaku Bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta... 63

4. Gambaran PerilakuBullying Berdasarkan Kategori Bullying ... 64

5. Gambaran Perilaku Bullying ... 65

6. Gambaran Perilaku Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

7. Gambaran Perilaku Bullying Berdasarkan Tinggal Bersama Siapa ... 67

8. Gambaran Perilaku Bullying Secara Umum ... 69

C. Pembahasan ... 69

1. Karakteristik Responden ... 69

2. Perilaku Bullying ... 74

D. Kekuatan dan Kelemahan ... 79

1. Kekuatan ... 79

2. Kelemahan... 79

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Perilaku Bullying Tabel 3.2 Kisi-Kisi Perilaku Bullying

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai r ValiditasMenurut Arikunto Tabel 3.4 Interpretasi Nilai r ValiditasMenurut Arikunto Tabel 4.1 Karakteristik responden

Tabel 4.2 Alasan Melakukan bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden di SMP Negeri 11 Yogyakarta

Tabel 4.4 Distribusi jawaban Responden di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta Tabel 4.5 Nilai Minimum, Maksimum, dan Rata-Rata Perilaku Bullying di SMP

Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Tabel 4.6 Perilaku bullying berdasarkan kategori bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Tabel 4.7 Gambaran perilaku bullyingberdasarkan jenis kelamin di SMP Negeri 11 Yogyakarta

Tabel4.8 Gambaran perilaku bullyingberdasarkan jenis kelamin di SMP

Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Tabel 4.9 Gambaran perilaku siswa yang melakukan bullying berdasarkan tinggal bersama siapa di SMP Negeri 11 Yogyakarta

Tabel 4.10 Gambaran perilaku siswa yang melakukan bullying berdasarkan tinggal bersama siapa di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

(10)

DAFTAR SINGKATAN

SEJIWA : Semai Jiwa Amini

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

KPAI : Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Layak Etik

Lampiran 2 Surat Izin Uji Validitas

Lampiran 3 Permohonan Surat Izin Penelitian dari Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Lampiran 4 Surat Izin Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

Lampiran 5 Surat Izin dar Pimpinan Daerah Muhammadiyah

Lampiran 6 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 8 Kuesioner Penelitian

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas

Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas Alpha Cronbach

(12)
(13)
(14)

Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The study was a descriptive cross sectinal. The sample in this study 280 respondents who were students / student class VII and VIII in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. The sampling technique using simple random sampling. This research was conducted in April-May 2016 in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The results in both SMP indicates that bullying behavior in SMP Negeri 11 Yogyakarta as many as 49 respondents (36.94%) perform physical bullying, as many as 35 respondents (28.2%) perform verbal bullying, as many as 24 respondents (18.7% ) perform relational bullying, as many as 23 respondents (17.88%) perform indirect bullying, as many as 16 respondents (12.88%) perform cyberbullying. Bullying behavior in SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta as many as 63 respondents (41.72%) perform physical bullying, as many as 56 respondents (35.04%) perform verbal bullying, as many as 47 respondents (29.22%) perform indirect bullying, as many as 47 respondents (29.22%) relational bullying and as much as 37 respondents (18.5%) perform cyberbullying.SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta, the highest bullying is physical bullying. While the lowest bullying behavior is cyberbullying. With this result is expected to respondents, parents and the school can pay attention to the bullying behavior of the student.

(15)

INTISARI

Perilaku bullying adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) dan tindakan tersebut dilakukan berulang kali di sekolah ataupun dimana saja.Penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingpada remaja di SMP Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.

Penelitian ini adalah deskriptif cross sectinal. Sampel dalam penelitian ini 280 responden yang merupakan siswa/siswi VII dan kelas VIII di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016 di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Hasil Penelitian pada kedua SMP tersebut menunjukan bahwa perilaku bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu sebanyak Sebanyak 49 responden (36,94%) melakukan bullyingfisik, sebanyak 35 responden (28,2%) melakukan bullyingverbal,sebanyak 24 responden (18,7%) melakukan bullyingrelasional, sebanyak 23 responden (17,88%) melakukan bullyingtidak langsung, sebanyak 16

responden (12,88%) melakukan cyberbullying.Perilaku Bullying di SMP

Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitusebanyak 63 responden (41,72%) melakukan bullyingfisik,sebanyak 56 responden (35,04%) melakukan bullyingverbal,sebanyak 47 responden (29,22%) melakukan bullying tidak langsung,sebanyak 47 responden (29,22%)bullyingrelasional dan sebanyak 37 responden(18,5%) melakukan cyberbullying.SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 yogyakarta perilakubullying tertinggi adalah bullyingfisik. Sedangkan perilaku bullyingterrendah adalah cyberbullying.Dengan hasil ini diharapkan responden, orang tua maupun pihak sekolah dapat memperhatikan perilaku bullying yang dilakukan siswa.

(16)

Masa remaja adalah masa perubahan, masa ketika anak muda menghadapi

berbagai pengalaman baru.Berbagai lingkungan tempat mereka bergerak di

dalamnya menghadirkan situasi dan peristiwa baru yang tidak terduga dan

memerlukan respon yang sebelumnya belum pernah mereka terapkan (Geldard,

2011).Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-19, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia

10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)

rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia yang berskala kecil

namun memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia.

Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari

jumlah penduduk dunia (WHO, 2014).Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di

Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18%

dari jumlah penduduk dan di daerah Yogyakarta sekitar 68,2%. Menurut

perkiraan, persentase remaja mencapai 24,13% dengan pertumbuhan lebih dari

tiga kali lipat (3,24%) dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk (Badan Pusat

(17)

Masa remaja adalah masa peralihan. Pada masa peralihan ini, menurut

Harlock (1973) remaja akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik,

psikis, maupun secara sosial. Pada masa ini, remaja akan cenderung melepaskan

diri dari keluarga dan akan beralih kepada teman sebayanya untuk bersosialisasi.

Remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang

memiliki karakteristik berbeda, sehingga ada kemungkinan remaja akan

terpengaruhi dengan teman sebaya yang agresif dan melakukan tindakan agresif

untuk mendapatkan pengakuan dari teman sebaya lainnya (Tumon, 2014).

Salah satu bentuk tindakan agresif tersebut

adalahbullying.Bullyingmerupakan sebuah tindakan atau perilaku agresif yang

disengaja, dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang

dari waktu kewaktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan

dirinya dengan mudah (Olweus, 1993 dalam Wiyani, 2013).Contoh perilaku

bullying antara lain mengejek, menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan,

menakut-nakuti (intimidasi), mengancam, menindas, memalak, atau menyerang

secara fisik (mendorong, menampar, atau memukul). Sebagian orang mungkin

berpendapat bahwa perilaku bullying tersebut merupakan hal sepele atau bahkan

normal dalam tahap kehidupan sehari-hari (Wiyani, 2013).

Menurut data statistikPacer’s National Bullying Preventing Center, satu

dari empat siswa (22%) melaporkan bahwa dibully selama tahun ajaran (National

Center for Educational Statistics, 2015)dan 19,6% siswa SMA di Amerika

(18)

media online (Center for Diesease Control, 2014). Penelitian Brito dan Oliveira

(2013) di School Health Program Olinda (PE) Brazil pada siswa SMP kelas IX

angka bullying adalah 67,5% dengan populasi terbanyak terjadi pada perempuan

yaitu 56,4%, terjadi pada umur 15-19 tahun yaitu 51,3% dan pada suku berkulit

hitam yaitu 69,1%.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI, 2014) menjelaskan

bahwabullying di sekolah merupakan masalah yang paling tinggi di bidang

pendidikan dibanding dengan masalah yang lainnya dan kasus bullying

menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. Data KPAI menunjukkan

bahwa dari 2011 hingga Agustus 2014 tercatat 1.480 kasus.KPAI mencatat 369

pengaduan tindakan kekerasan fisik yang dilakukan di sekolah.Pengaduan

tertinggi tindakan kekerasan yang terjadi pada anak adalah pada tindakan fisik,

emosional dan seksual(Republika, Rabu 15 oktober 2014).

Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) 2008,menjelaskan tentang

kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesia yaitu Yogyakarta, Surabaya,

dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat

Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% di tingkat Sekolah Menengah Pertama

(SMP). Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk

tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan

psikologis berupa pengucilan, disusul dengan kekerasan verbal (mengejek) dan

(19)

besar, yaitu Yogyakarta sebesar 77,5%,di Surabayasebesar 59,8%dan di Jakarta

sebesar 61,1%.

Pemerintah sudah sudah menetapkan kebijakan dalam perlindungan siswa

di sekolah dari perilakubullyingdi dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

pasal 54 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak di dalam dan di

lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak

kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual dan kejahatan lainnya yang dilakukan

oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan atau pihak

lain(Winurini, 2015).

Data dari Forum Penanganan Korban BullyingPerempuan dan Anak

(FPK2PA) Provinsi DIY 2011, menunjukkan bahwa dari total 367 kasus, 140

kasus merupakan perilaku bullyingterhadap anak.Data kasus bullying secara

kualitatif menurut Lembaga Perlindungan Anak, Klinik Tumbuh Kembang Anak

RSUP Dr. Sardjito dan Lembaga Pengembangan Diri dan Komunitas Kemuning

Kembar mencatat sekitar 20 kasus yang masuk dengan dampak psikologis yang

cukup berat (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY, 2013).Kondisi ini

tentu meresahkan karena korbannya adalah generasi muda yang nantinya menjadi

penerus bangsa (Pratama, 2014).

Perilaku bullyng memiliki dampak negatif disegala aspek kehidupan baik

fisik, psikologi maupun social pada individu, khususnya remaja (Sejiwa,

(20)

mengalami bullyingmempunyai risiko peningkatan angka depresi, kecemasan,

kesulitan tidur, dan penyesuaian sekolah yang buruk.Selain itu siswa yang

melakukan bullyingmemiliki risiko peningkatan penggunaan zat, masalah

akademik dan kekerasan di kemudian hari (CDC, 2012). Pemuda korban

bullyingoleh peer group adalah 2,4 lebih mungkin untuk melaporkan keinginan

bunuh diri dan 3,3 kali lebih mungkin untuk melaporkan upaya bunuh diri dari

remaja yang tidak dibully (Espelage dan Holt, 2013).

Perilaku bullying terjadi dapat disebabkan karena pola asuh yang diberikan

di rumah dan proses pendidikan dalam keluarga.Korua, Kanine, Bidjuni (2015),

menjelaskan adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku

bullyingpada remaja.Semakin seringnya anak terpapar kekerasan di rumah seperti

konflik antara orangtua-anak maka akan berkaitan dengan perilaku bullying di

sekolah (Georgiou dan Stavrinides, 2013).Selain itu, teman sebaya(peer

group)memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku bullying.Peneilitian

yang dilakukan Tumon, 2014 pada siswa SMP menunjukkan alasan pelaku

melakukan bullying karena mengikuti teman dalam kelompok yang terlebih

dahulu melakukan bullying 17% dan agar diterima oleh kelompok 5,3%.Iklim

sekolah juga memberikan pengaruh pada siswa untuk menjadi pelaku

bullyingkarena kecenderungan pihak sekolah yang sering mengabaikan

keberadaan bullying, sehinggamenjadikan para siswa sebagai pelaku

bullyingmendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut (Setiawan 2008,

(21)

banyak dan seringnya terjadi peristiwa bullying (Novianti, 2008dalam Usman

2013).Lemstra, dkk(2011) menjelaskan bahwa tempat paling sering terjadi

bullying adalah di kelas yaitu sebesar 45,6%.

Bullying bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu bullyinglangsung

maupun bullyingtidak langsung. Jenis bullyingtersebut diantaranya bullyingfisik,

bullying verbal, bullying relasional, cyberbullying dan bullying tidak langsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Lemstra dkk (2011), pada remaja umur 10-16

tahun 35,8% melaporkan mengalami bullying fisik, 59,3% mengalami

bullyingverbal berupa karena bentuk tubuh (38,8%) dan berat badan (28,7%),

47,5% mengalami bullyingsosial berupa 31,7% melaporkan diintimidasi karena

mereka melakukan hal baik di sekolah dan 30,3% dibully melalui media

elektronik setidaknya satu kali atau dua kali dalam empat minggu sebelumnya.

Selain itu penelitian yang dilakukan Tumon (2014) pada siswa SMP

menunjukkan kurang dari 50% subjek penelitian melakukan bullying dan seluruh

subjek penelitian pernah terlibat dalam perilaku bullying, serta bentuk perilaku

bullyingyang paling sering dilakukan adalah bullying verbal.

Perawat memiliki peran penting dalam upaya promosi dan pencegahan

dampak dari perilakubullying yaitu dengan memberikan pengetahuan bagi remaja

terkait pentingnya pencegahan perilaku bullyingdan cara

penanggulangannya(Gaffar, 1999 dalam Annisa 2012).Fungsi perawat sebagai

provider (pelaksanaan) lebih pada kemampuan perawat sebagai penyedia layanan

(22)

pada remaja, keterampilan, sikap empati dalam pemberian asuhan keperawatan

sehingga mempunyai kemampuan bekerja secara mandiri maupun kolaborasi

(Riziqin, 2014).

Di dalam Islam perilakubullying merupakan perilaku yang tercela dan tidak

dianjurkan. Sesuai di dalam Al-qur’an surat Al-Hujarat ayat 11 menjelaskan

bahwa orang yang beriman dilarang untuk saling menghina karena barangkali

orang tersebut mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di hadapan Allah dan

dicintai oleh Allah daripada orang yang menghina. Idealnya bagi orang yang

beriman dan mengerti bahwa perilaku bullyingdilarang agama maka tidak akan

melakukannya.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 11

Yogyakarta pada 10 siswa mengaku sering melakukan tindakan bullying seperti

mengejek sebesar 60%, memanggil dengan julukan tertentu sebesar 40%,

memukul atau menjitak sebesar 30%, mengancam sebesar 30%, mengejek melalui

media social sebesar 40%, dan menyebarkan gossip sebesar 50%. Dari hasil

wawancara, mereka menganggap bahwa hal tersebut hanya bentuk candaan atau

tidak serius dan tidak mengetahui bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah

bentuk dari perilaku bullying.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang gambaran perilaku bullying pada remaja di SMP

(23)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka peniliti merumuskan masalah yaitu

“Gambaran perilaku bullyingpada remaja di SMP 3 Muhammadiyah dan SMP

negeri 11 di Yogyakarta”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingpada remaja di SMP

Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden.

b. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullying berdasarkan jenis kelamin

di SMP Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.

c. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullying berdasarkan siswa tinggal

bersama siapa.

d. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingfisik di SMP

Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.

e. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullying verbal di SMP

Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.

f. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingrelasional di SMP

(24)

g. Untuk mengetahui gambaran perilaku cyberbullying di SMP

Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.

h. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingtidak langsung di SMP

Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta..

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi orang tua, memberikan gambaran tentang perilaku bullying dan bahaya

bullying kepada orangtua sehingga bisa lebih memperhatikan dan

mendukungperkembangan anak dengan baik.

2. Bagi pendidik, memberikan gambaran tentang perilaku bullying dan bahaya

bullyingpada siswa sehingga bisa lebih memperhatikan dan mendukung

perkembangan anak murid dengan baik.

3. Bagi perawat, memberikan gambaran data perilaku bullying pada siswa di

SMP negeri 11dan SMP Muhammadiyah 3 di Yogyakarta. Selain itu dapat

membantu perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama (primary health

care) yang lebih berfokus pada preventif dan promotif tanpa meninggalkan

peran kuratif dan rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan untuk pengenalan

dan pencegahan atau pengendalian masalah kesehatan pada remaja.

E. Keaslian Penelitian

1. Tumon,M. B. A. (2015)., dengan judul “Studi Deskriptif Perilaku

Bullyingpada Remaja.Penilitian menggunakan metode deskriptif. Jumlah

sampel adalah 188 siswa, menggunakan angket tertutup dan angket terbuka,

(25)

sampling.Kesimpulan dari penelitian ini adalah sekitar kurang dari 50%

subjek penelitian sering dan selalu melakukan bullying, namun seluruh subjek

penelitian pernah terlibat dalam perilaku bullying. Bentuk perilaku bullying

verbal yang paling sering dilakukan. Terdapat perbedaan dari penelitian yang

saat ini dilakukan yaitu pada jumlah respondennya, tempat penelitian, dan

tehnik sampling. Terdapat persamaan dengan penilitian yang dilakukan yaitu

dari metode yang menggunakan motode diskriptif, variabel yang digunakan

yaitu bullying, dan subjek penelitian yaitu siswa SMP.

2. Pangestuti, Ratna Dewi. (2011), dengan judul “Konsep Diri

PelakuBullyingpada Siswa SMPN Y di Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui karakteristik konsep diri fisik, psikis, sosial, moral dan keluarga

pada pelaku bullying di SMPN Y di Jawa serta perbedaan aspek-aspek konsep

diri antara pelaku dengan yang bukan pelaku bullying. Penelitian ini

merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan rancangan

cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas II dan III SMP.

Pengukuran bullying, konsep diri diukur dengan Instrumen pelaku bullying,

dan instrumen konsep diri. Selanjutnya dari variabel yang signifikan

dilakukan uji multivariat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsep diri

sosial dan konsep diri fisik pelaku bullying di SMPN Y di Jawa adalah positif.

Sedangkan konsep diri moral serta konsep diri keluarga negatif. Perbedaan

pelaku dengan yang bukan pelaku antara lain bahwa pada bukan pelaku,

(26)

Terdapat perbedaan penelitian ini yaitu variabel penelitian yaitu konsep diri

pelaku bullying, analisa data dan lokasi penelitian.Terdapat persamaan yaitu

populasi yang merupakan siswa SMP, variabel bullyingdan instrument pelaku

bullying yang digunakan.

3. Usman, Irvan. (2013). Dengan judul“Kepribadian, Komunikasi, Kelompok

Teman Sebaya, Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying”.Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahuiperanan kepribadian, komunikasi, kelompok teman

sebaya dan iklimsekolah terhadap perilaku bullyingpadasiswa SMA di Kota

Gorontalo.Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi dari tiga SMA di Kota

Gorontaloyang berjumlah 103 siswa. Data dikumpulkan melalui beberapa

skala yaituskala kepribadian, skala komunikasi, skala pengaruh teman sebaya,

danskala perilaku bullying. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatifdan menggunakan teknikan alisis regresi untuk menguji hipotesis

penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

antarakepribadian, komunikasi interpersonal remaja dengan orang tua,

perankelompok teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku

bullyingpadasiswa SMA di kota Gorontalo. Terdapat perbedaan penelitian

yang akan dilakukan yaitu lokasi penelitian, subjek penelitian, jumlah sampel

dan variabel penelitian yaituskala kepribadian, skala komunikasi, skala

pengaruh teman sebaya, danskala perilaku bullying. Terdapat persamaan

penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu salah satu variabelnya

(27)

1. Remaja

a. Pengertian

Menurut DeBrum dalam Jahja (2011) mendefinisikan remaja sebagai

periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut

Papalia dan Olds (2001) dalam Jahja (2011: 220) masa remaja adalah

masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang

pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

World Health Association (WHO) memberikan definisi tentang

remaja yang lebih bersifat konseptual.Dalam definisi tersebut

dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.

Batasan remaja menurut WHO yaitu usia 10-20 tahun. WHO

membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14

tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth).

Batasan remaja di Indonesia mendekati batasan usia menurut PBB yaitu

(28)

b. Karakteristik Perkembangan Remaja

1) Perkembangan fisik

Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan

kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat

pesat,npada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai

proporsi tubuh orang dewasa.

2) Perkembangan kognitif (Intelektual)

Secara mental remaja telah dapat berfikir logis tentang berbagai

gagasan yang abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan

masalah daripada berfikir konkret (Yusuf, 2011).Adam & Gullota;

1983 dalam Yusuf (2011) menjelaskan juga bahwa remaja dapat

memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan

mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.

3) Perkembangan emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu

perkembangan emosi yang tinggi.Pertumbuhan fisik, terutama

organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan

dorongan—dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan

cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan

jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan

sifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai

(29)

temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah

sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu

mengendalikannya (Yusuf, 2011).

Yusuf (2011) juga menjelaskan bahwa mencapai kematangan

emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi

remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi

sosio-emosional lingkungannya, teruatama lingkungan keluarga dan

kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif,

dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling

mempercayai, saing menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka

remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosinya.

4) Perkembangan sosial

Pada masa remaja berkembang sosial cognition, yaitu kemampuan

untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai

individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat

nilai-nilai maupan perasaannya. Pada masa remaja sering menjalin

hubungan sosial dengan teman sebaya, seperti menjalin persahabatan

maupun pacaran. Dalam hubungan dengan teman sebaya remaja lebih

memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama

dengan dirinya, baik menyangkut ketertarikan, sikap nilai dan

(30)

5) Perkembangan moral

Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua,

guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas

remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak.

Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau

konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan

kedisiplinan. Pada masa ini juga muncul dorongan untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja

berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi

psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif

dari orang lain tentang perbuatannya) (Yusuf, 2011).

6) Perkembangan kepribadian

Menurut Yusuf (2011), fase remaja merupakan saat yang paling

penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor

dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian

pada masa remaja, meliputi perolehan pertumbuhan fisik yang

menyerupai masa dewasa, kematangan seksual yang disertai dengan

dorongan-dorongan emosi baru, kesadaran terhadap diri sendiri dalam

keinginan untuk mengarahkan diri, kebutuhan akan persahabatan yang

bersifat yang bersifat heteroseksual dan munculnya konflik sebagai

(31)

7) Perkembangan kesadaran beragama

Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkannya untuk

dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya.Dia dapat

mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Addil,

Maha Kasih Sayang (Yusuf, 2011).

c. Tugas Perkembangan Remaja

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam

siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat

diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka,

dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996 dalam Yusuf 2011).

Salzman dan Pikunas juga menjelaskan masa remaja ditandai dengan

berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen,

minat seksualitas, dan kecendrunagan untuk merenung dan

memperhatikan diri sendir, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.

Menurut Erikson dalam Yusuf (2011) berpendapat bahwa remaja

merupakan masa berkembangnya identity.Identity merupakan vocal point

dari pengalaman remaja, karena semua krisis normative yang sebelumnya

telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas diri. Erikson

memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium,

yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan

dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan siapa saya

(32)

untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi

perkembangan dirinya. Remaja yang gagal dalam mengembangkan rasa

identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah yang dampaknya akan

mengembangkan perilaku yang menyimpang, melakukan kriminalitas atau

menutup diri dari (mengisolasi diri) dari masyarakat (Yusuf, 2011). Hal

ini termasuk remaja akan mengalami masalah bullying tersebut baik

perilaku maupun korban bullying.

Menurut pendapat McCandlessdan Evans melalui Yusuf (2011)

bahwa masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh

dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang

dewasa, dan budaya pada periode ini, remaja memperoleh kesadaran yang

jelas tentang apa yang diharapkan masyarakat dari dirinya.Dari pendapat

Mc Candless dan Evans bisa dikatakan bahwa bullying bisa timbul karena

usaha dari remaja untuk diterima oleh lingkungan khususnya teman

sebaya.

2. Bullying

a. Pengertian Bullying

Olweus (1993) mendefinisikan bullying yang mengandung tiga

unsure mendasar dari perilaku bullying yaitu bersifat menyerang (agresif)

dan negatif, dilakukan secara berulang kali, adanya ketidakseimbangan

(33)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2014, memberi

pengertian bullying sebagai kekerasan fisik dan psikologis berjangka

panjang yang dilakukan seseorang atau sekelompok terhadap seseorang

yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat

untuk melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma

atau depresi dan tidak berdaya.

Bullying adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang dengan

berulang kali dan sengaja kepada orang lain (Hidayati, 2014).Bullying

adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang secara berulang yang

memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti

targetnya (korban) secara mental atau secara fisik, biasanya terjadi pada

anak dalam bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman

sebayanya (anak) yang lebih rendah atau lebih lemah untuk mendapatkan

keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullyingterjadi berulang

kali.Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis (Kuriawati,

2015).Menurut Pratama dkk (2014), Bullyingmerupakan perilaku yang

menggunakan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau

sekelompok orang, suatu perilaku mengancam, menindas, dan membuat

perasaan orang lain tidak nyaman.

b. Bentuk-bentuk Bullying

Bentuk bullying menurut Olweus (1993) terdapat dua bentuk

(34)

1) Directbullying

Mencakup tindakan konfrontasi tatap muka, serangan dalam bentuk

fisik, penggunaan kalimat atau gesture yang mengancam.

a) Bullyingfisik

Bullyingfisik meliputi menyenggol bahu, menarik baju teman,

mencubit, menendang, memukul, mendorong, meminjam barak

milik orang lain secara paksa, dan merusak barang milik orang lain

(Wulandari dan Kartikasari). Bullyingsecara fisik dapat dilakukan

dengan cara memukuli, mencekik, menyikut, meninju, menendang,

menggigit, memiting, mencakar serta meludahi anak yang ditindas.

Selain itu pelaku menekuk anggota tubuh anak yang menjadi

korban, merusak serta menghancurkan pakaian serta barang-barang

anak yang ditindas.(Dewi 2014).

b) Bullyingverbal

Bullyingverbal adalah bullyingyang paling sering terjadi

merupakan tindakan verbal atau lisan negatif yang sengaja

dilakukan secara terus menurus dengan tujuan untuk melukai dan

membuat sesorang merasa tidak nyaman (Kuryawati, 2015).Jenis

bulliying ini merupakan bentuk penindasan yang paling umum

dilakukan oleh anak laki-laki maupun perempuan.Kata-kata adalah

alat yang kuat dan dapat mematahkan semangat anak yang

(35)

berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik tajam, penghinaan dan

pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau

pelecehan seksual.

2) Indirectbullying

Mencakup penyebaran rumor, mengucilkan orang lain dari

kegiatan sosial maupun mengkambinghitamkan orang lain, dimana

terkadang korban tidak mengetahui siapa pelaku sebenarnya karena

tindakan bullying yang paling sulit dideteksi karena dilakukan tidak

secara langsung.

Riset menunjukkan bahwa bentuk bullying tidak langsung, seperti

pengucilan atau penolakan secara social lebih sering digunakan oleh

perempuan daripada laki-laki.Sementara anak laki-laki menggunakan

atau menjadi korban tipe bullying secara langsung, misalnya

penyerangan secara fisik.

Terdapat bentuk lain dari bullyingseperti bullyingrelasional dan

cyberbullying.

1) Bullyingrelasional

Menurut Coloroso dalam Dewi 2014 bullying relasional terdiri

atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya terasing dan

terkucil secara sosial dengan adanya diskriminasi berdasarkan ras,

(36)

pengecualian, atau penghindaran.Jenis bullyingini dapat digunakan

untuk mengasingkan atau menolak seorang teman dalam

pergaulan.Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi

seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, bahu yang

bergidik, cibiran, dan tawa mengejek (Pangestuti, 2011).

2) Cyberbullying

Cyberbullying merupakan salah satu jenis bullying.Intimidaasi

dalam dunia cyber meliputi bentuk agresi dalam hubungan dan segala

bentuk-bentuk macam elektronik, dan ini terjadi dimana-mana

(Parsons, 2005 dalam Prawitasari, 2015).Cyberbullying adalah jenis

bullyingyang menggunakan telepon selular atau melalui internet,

berupa pelecehan dan penghinaan kepada korban dengan mediabisa

berupa sms, e-mail, status facebook, twitter, chatroom, dan sebagianya

yang kini ada dan banyak berkembang di media online (Prawitasari,

2015).

Sullivan (2000) dalam Muliaty 2012 mengungkapkan hal yang

berbeda mengenai bentuk bullying, yakni terbagi sebagai berikut :

1) Phisicalbullying

Mencakup tindakan yang terlihat secara fisik seperti menendang,

memukul, mencubit dan sebagainya yang menghasilkan bukti yang

terlihat seperti bekas luka atau memar. Merusak property orang orang

(37)

2) Non-Physical bullying

Non-physical bullying terbagi menjadi verbal dan nonverbal. Verbal

mencakup ejekan, ancaman atau menyebarkan rumor, sedangkan

nonverbal dapat berupa nonverbal langsung seperti menampilkan

ekspresi dan gerak tubuh meledak pada korban dan nonverbal tidak

langsung seperti mengabaikan korban dan memberikan pesan negative

tanpa nama.

Pada siswa laki-laki perilaku bullying yangdilakukan lebih sering

berupa fisik dan verbal, seperti memukul, mendorong saat berkelahi,

dipaksa dengan ancaman, serta diejek dengan pnggilan tertentu.

Sedangkan pada siswa perempuan perilaku bullying yang dilakukan

berupa verbal dan yang bersifat relasi, seperti menjadi bahan pembicaraan

atau gosip, tidak dilibatkan dalam relasi sosial, serta diejek (Wiyani,

2013).

Dalam penelitian ini, bentuk bullying yang digunakan adalah

gabungan dari penjelasan di atas, yakni bullying fisik, verbal, bullying

relasional,cyberbullying dan bullying tidak langsung.

c. Dampak Bullying

Setiap perilaku agresif, apapun bentuknya, pasti memiliki dampak

buruk bagi korbannya.Para ahli menyatakan bahwa bullying yang

dilakukan di sekolah (school bullying) mungkin merupakan bentuk

(38)

korbannya.Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan di

mana pelaku yang berasal dari kalangan siswa atau siswi yang merasa

lebih senior melakukan tindakan tertentu kepada korban, yaitu siswa/siswi

yang lebih junior dan mereka merasa tidak berdaya karena tidak dapat

melakukan perlawanan (Wiyani, 2013).

Dampak dari tindakan bullying secara umum dapat dikelompok ke

dalam empat kategori (Rigby, 2003 dalam Muliaty, 2012),yaitu :

1) Low psychological well-being. Termasuk diantaranya pandangan

mengenai keadaan yang secara umum tidak menyenangkan, seperti

perasaan tidak bahagia secara umum, self-esteem rendah, dan perasaan

marah dan sedih.Sucipto (2012) juga menjelaskan bahwa korban

merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan,

takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak berdaya

menghadapinya. Sehingga dampak jangka panjang emosi-emosi ini

dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya

tidak berharga. Selain itu korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak

mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang

menurun karena mengalami kusilitan untuk berkonsentrasi dalam

belajar, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri daripada harus

menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman (Wiyani,

(39)

2) Penyesuaian sosial yang buruk. Termasuk adanya perasaan benci

terhadap lingkungan sosial, mengekspresikan ketidaksenangan

terhadap sekolah, merasa kesepian, merasa terisolasi, dan sering

membolos. Sucipto (2012) juga menjelaskan bahwa korban ingin

pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun

mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu

akademisinya.

3) Psychological distress. Sucipto (2012) menjelaskan yang paling sering

adanya dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya

gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas

berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan

gejala-gejala gangguan stress pasca-trauma (post traumatic stress disorder).

Rasa cemas yang berlebihan bisa mengurangi kinerja dan mengalami

konsekuensi sosial bagi orang yang mengalaminya karena cemas

berlebihan akan menyebabkan konsentrasi yang lemah, tingginya

frekuensi buang air kecil, suasana hati mmudah teersinggung, suasana

hati yang menekan, pusing atau mudah lelah (Geldard, 2011). Depresi

dicirikan oleh suasana hati yang sangat tidak baik dengan hilangnya

rasa tertarik dan rasa senang dalam aktivitas yang biasanya terasa

menggembirakan (Geldard, 2011). Dalam hal ini korbanbullyingakan

(40)

dari perasaan cemas dan depresi cenderung meningkatkan pemikiran,

mencoba dan melakukan bunuh diri (Geldard, 2011).

4) Physical unwellness. Adanya tanda-tanda yang jelas mengenai

masalah fisik dan dapat dikenali melalui diagnosis medis sebagai

penyakit. Gejala psikosomatis termasuk di dalam kategori ini.Sucipto

(2012) juga menjelaskan bahwa salah satu dampak dari bullying yang

paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik

yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit

tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah dan sakit dada. Bahkan

dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN,

dampak fisik ini mengakibatkan kematian.

Selain itu gejala-gejala dampak bullying bisa berupa perubahan

mendadak dalam diri anak, misalnya anak yang tadinya ceria berubah

menjadi rendah diri, mudah cemas, tidak percaya diri, mengurung diri,

kurangnya konsentrasi dan prestasi akademis yang menurun, hingga

melancarkan tindakan bullying pada orang lain.(SEJIWA, 2008 dalam

Muliaty, 2012).

Anak muda yang mengalami kekerasan fisik semasa kanak-kanak dan

masih mengalami kekerasan yang berlanjut pada masa remaja umumnya

akan merespon kekerasan yang dilakukan terhadap mereka dengan satu

diantara dua cara yaitu mereka bisa jadi akan meluapkan perasaan

(41)

menginternalisasi perasaan mereka dengan konsekuensi berkembangnya

rasa depresi dan munculnya pemikiran bunuh diri (Geldard, 2011).

d. Tipe Korban Bullying

Terdapat dua tipe korban, yakti (Olweus, 1993):

1) Passive victims

Secara fisik lemah, tidak popular, kurang kepercayaan diri dan

memiliki self-esteem yang rendah.Mereka tidak melakukan apa-apa

untuk memprovokasi pelaku, berupaya untuk menghindari konfrontasi,

juga sedikit atau hampir tidak ada usaha untuk melindungi diri sendiri.

Pada laki-laki, umumnya mereka memiliki fisik yang lebih lemah

daripada anak-anak lain.

2) Provocative victims

Provocative victims umumnya memiliki fisik yang lebih kuat dan

lebih aktif daripada passive victims, memiliki masalah konsentrasi,

menyebabkan ketegangan di sekitar mereka serta memprovokasi anak

lain untuk melawan. Mereka cemas sekaligus agresif terhadap anak lain.

Tidak seperti passive victim, provocative victim defensive dan tindakan

mereka untuk melawan terkadang tidak tepat sehingga membuat mereka

terlibat dalam masalah besar.

Bullying yang dilancarkan pelaku pada korban umumnya memuncak

di masa SMP (Boulton & Underwood, 1992 dalam Muliaty,

(42)

SMP dan SMA(Swearer, Espelage & Napolitano, 2009; dalam Muliaty,

2012). Pada masa itu individu berada pada tahap usia remaja dimana terjadi

banyak perubahan fisik sekaligus perubahan lingkungan, misalnya masuk

ke sekolah baru. Pada masa ini remaja juga sedang membentuk identitas

diri dan ingin memiliki peran yang jelas dalam lingkungannya (Feist &

Feist). Remaja juga mulai belajar mengategorikan dan membentuk

kelompok sesuai kategori yang sama sehingga individu dengan kategori

berbeda seperti memiliki berat badan berlebih atau berpenampilan unik

dianggap bukan anggota kelompok (Wong, 2009; dalam Muliaty, 2012)

sehingga bullying kerap terjadi pada masa remaja.

e. Faktor-Faktor yang mempengaruhiBullying

Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor yang

kompleks.Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnya

bullying(Setiawati, 2008; Garbarino, 2005 dalam Pangestuti, 2011).

Beberapa faktor penyebab seorang anak menjadi pelaku bullying (Parada et

al, 2005; Farmer et al, 2007; Lawrence & Hodkins, 2009 dalam Pangetuti,

2011) antara lain:

1) Faktor Keluarga

Keakraban antara orang tua dengan anaknya melalui komunikasi

terbukti berhubungan secara signifikan dengan pelaku agresif pada anak

(Pangestuti, 2011).Peran orang tua sebagai model dalam pendidikan

(43)

terjadi di keluarga, kurangnya perhatian dari orang tua, sikap orang tua

yang terlalu memnjakan anaknya dan anak terbiasa mendapat kekerasan

di rumah.Paparan kekerasan yang disaksikan anak baik di lingkungan

keluarga maupun lingkungan tempat tinggal dapat menyebabkan anak

terbiasa dengan kekerasan sehingga menirunya dan melakukan

bullying(Roeleveld, 2010; Laeheem, 2009 dalam Pangestuti 2011).

Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga merupakan salah satu

faktor munculnya perilaku bullying. Meskipun dalam jumlah lebih

kecil(10,6%) dibandingkan dengan pola asuh lainnya, subjek penelitian

mengaku memiliki orang tua yang otoriter. Orang tua yang mendidik

anak secara otoriter dan cenderung memberi hukuman fisik pada anak

(dalam setiap perilaku salah) tanpa memberikan penjelasan, membuat

anak menjadi “marah dengan keluarga” dan melakukan pelampiasan di

luar rumah salah satunya dengan melakukan bullying(Veronca, 2007

dalam Tumon, 2014).Apabila dilihat lebih mendalam, hal ini juga

dikaitkan dengan usia subjek yang berbeda dalam rentang usia 12-17

tahun karena pada usia itu remaja secara emosional lebih dan memiliki

banyak konflik karena kecendrungan untuk berusaha memberontak dari

segala aturan otoritas, termasuk dari orang tuanya(Erikson, Sitat dalam

Santrock, 2003 dalam Tumon, 2014).

Pratama, A. A., Krisnatuti, D., Hastuti, D. (2014) menjelaskan

(44)

perempuan cenderung menjadi korban bullyingdi sekolah, hal ini

dikarenakan pengasuhan orangtua cenderung otoriter pada anak

laki-laki, dan otoritatif pada perempuan.

Ditemukan pula subjek penelitian yang memiliki orang tua yang

meskipun masih menikah dan tinggal bersama, namun keduanya sering

bertengkar (4,8%). Keluarga yang kurang atau tidak memiliki rasa

kehangatan dan kasih saying antar anggotanya, serta cenderung keras

pada anak dapat memicu anak untuk melampiaskan kekesalannya

dengan menjadi pelaku bullying, atau sebaliknya menyebabkan anak

menjadi tertekan sehingga menjadi sasaran korban bullying (Stevan,

Bourdeaudhuij & Oost, 2001 dalam Tumon, 2014).

Selain dari faktor orangtua, persaingan antar saudara juga menjadi

faktor yang akan mengembangkan perilaku bullying (Menecini et al,

2010; Monks et al, 2009). Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan dua

alasan 1) dalam keluarga saudara jarang mempunyai umur, ukuran

tubuh, dan kekuatan fisik serta psikologis yang sama sehingga salah

saudara bisa mendapatkan kesempatan melakukan tindakan negative

pada adiknya; 2) pada masa remaja, saudara seringkali menghabiskan

waktu bersama, bahkan kadang tanpa pengawasan orang dewasa

sehingga membuka kesempatan munculnya perilaku bullying (Monks et

(45)

2) Faktor Lingkungan

a) Faktor sekolah

Tidak adanya aturan yang jelas yang mendukung

antibullyingdi sekolah juga menyebabkan maraknya tindakan

bullying (Rudi, 2010; Galloway & Rolang 2003 dalam Pangestuti

2011).Tingkat pengawasan di sekolah sangat berpengaruh dalam

menentukan seberapa banyak dan seringnya terjadi peristiwa

bullying.Sebagaimana rendahnya tingkat pengawasan di rumah,

rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan

berkembangnya perilaku bullyingdi kalangan siswa.Pentingnya

pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan lapangan di

sekolah karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku

bullyingkerap dilakukan. Selain itu, sekolah juga memberikan

pengaruh pada siswa untuk menjadi pelaku bullying. Hal ini

didukung karena kecenderungan pihak sekolah yang sering

mengabaikan keberadaan bullyingmenjadikan para siswa sebagai

pelaku bullyingmendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut

untuk melakukan intimidasi pada siswa yang lain (Usman, 2013).

Selain itu kekerasan juga digunakan sebagai alat disiplin dan

penghukuman di banyak institusi termasuk institusi keluarga dan

(46)

penghukuman fisik (corporal punishment) yang dijadikan alat untuk

mendisiplinkan murid di sekolah (Wiyani, 2013).

b) Faktor Teman Sebaya

Teman sebaya adalah orang yang berada pada tingkat usia dan

kedewasaan yang relatif sama (Santrok, 2002dalam Tumon, 2014).

Peer group memiliki peran sebagai penggerak proses belajar sosial,

dimana individu mengadopsi kebiasaan, sikap, ide, keyakinan,

nilai-nilai, dan pola-pola tingkah laku dalam masyarakat, serta

mengembangkannya menjadi kesatuan system dalam dirinya

(Vembriarto, 1992). Hubungan dengan teman sebaya yang kurang

baik dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada remaja, salah

satunya menjadi risiko terjadinya perilaku bullying(Hong &

Espelagi, 2012).

Teman sekolah merupakan peer yang signifikan bagi remaja

karena sebagian besar waktu dihabiskan di sekolah bersama

teman-teman sekolah. Pada remaja perilaku bullying umumnya terjadi

karena pengaruh teman kelompok (peer group). Sebagian besar

(61,7%) subjek penelitian mengaku lingkungan sekolah merupakan

lingkungan pertemanan yang paling memengaruhi. Selain itu,

sebagian besar (71,8%) subjek mengaku memiliki gank atau teman

akrab di sekolah. Sebagian besar subjek penelitian beralasan

(47)

kelompok yang terlebih dahulu melakukan bullying (17%) dan agar

diterima oleh kelompok (5,3%). Hal ini dikarenakan remaja

mengalami masa pencarian identitas yang berkaitan dengan

penerimaan teman sebaya.Keikutsertaan dalam kelompok membuat

individu merasa diterima (Erikson, sifat dalam Santrock, 2003

dalam Tumon, 2014).

c) Pengaruh kekerasan di televise (TV)

Banyak penelitian membuktikan bahwa anak banyak melihan

tayangan kekerasan di TV akan meningkat perilaku agresifnya.

Padahal saat ini isi program TV banyak menanyakan program

kekerasan (Pangestuti 2011).

3) Faktor Individu

a) Konsep diri. Pada remaja dengan konsep diri negative susai

norma0norma umum masyaarakat, menilai dirinya kurang dalam

berbagai aspek dibandingkan temannya sehingga selalu mencari

kesempatan untuk meningkatkan konsep dirinya (Newel et al,

2006; Markey & Markey, 2010; parade et a, 2005 dalam

Pangestuti 2011). Walaupun demikian tidak semua pelaku bullying

punya konsep diri rendah (Christie-Mizell, 2003 dalam Roeleveld,

2010). Penelitian lain mendapatkan sebagian pelaku punya konsep

(48)

b) Pengalaman menjadi korban bullying, atau sering melihat teman

lainnya diintimidasi akan beresiko suatu ketika melakukan hal

serupa terhadap teman lainnya (Belsey, 2005 dalam Pangestuti,

2011).

c) Keadaan psikopatologi tertentu. Pelaku bullying ada yang

mempunyai kecendrungan gangguan kepribadian sehingga

menjadikan mereka tidak bisa memahami emosi sosial antara lain

empati, rasa bersalah, dan rasa kasihan. Beberapa gangguan

psikiatri seperti kecemasan, demikian juga depresi pada seseorang

bisa meningkatkan agresivitas diantanya bullying (Kim & Bennet,

2006; Lanning, 2007; Monkset al, 2009) dalam Pangestuti, 2011).

d) Pencapaian akademis yang kurang baik. Prestasi yang kurang baik

dalam akademis berhubungan dengan perilaku agresif. Remaja

menggunakan perilaku agresif terhadap temannya untuk menutupi

kekurangan di bidang akademis (Masten et al, 2005; Eizenberg et

al, 2008; Roeleveld, 2010; Cook, 2010 dalam Pangestuti, 2011).

3. Perilaku

a. Pengertian perilaku

Berbicara tentang perilaku manusia sangat unik. Artinya tidak sama

antar dan inter manusianya baiik dalam hal kepandaian, bakat, sikap,

minat maupun kepribadian. Manusia berperilaku atau beraktivitas karena

(49)

2014).Perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung

dalam interaksi manusia dengan lingkungannya sehingga membentuk

suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar

subjek tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Respon ini berbentuk 2 macam, yakni :

1) Bentuk pasif adalah respon internalyaitu yang terjadi didalam diri

manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat orang lain, seperti

berpikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Oleh sebab itu

perilaku ini masih terselubung (covert behavior).

2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara

langsung. Oleh karena perilaku iini sudah tampak dalam bentuk

tindakan nyata maka disebut overt behavior.

(Notoatmodjo, 2003).

Perilaku adalah bentuk respon terhadap stimulus dari luar, namun

dalam memberikan respon terhadap stimulus tergantung pada faktor-faktor

tertentu. Notoatmodjo (2003), membagi menjadi 2 faktor yang

mempengaruhi dalam pembentukan perilaku yakni faktor intern dan faktor

ekstern:

1) Faktor internal,yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang

(50)

2) Faktor eksternal,yaitu lingkungan baik fisik, sosial, budaya, ekonomi,

politik, dan sebagianya. Faktor ini merupakan faktor yang dominan

mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).

b. Bentuk Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Perilaku tertutup adalah respon seorang terhadap stimulus tertutup

(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi

belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktik dan dengan mudah dapat diamati atau

dilihat oleh orang lain.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Manurut konseo Lawrence Green di dalam Notoatmodjo (2005) bahwa

perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1) Faktor predisposisi adalah faktor yang mencakup tentang pengetahuan dan

sikap seseorang terhadap sebuah rangsangan atau stimulus yang

didapatkan.

2) Faktor pemungkin adalah faktor yang mancakup ketersedian sarana dan

prasarana atau fasilitas sebagai penunjang terjadinya sebuah perilaku yang

(51)

3) Faktor penguat ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku dari peran dari seseorang yang

mmbuatnya menirukan apa yang mereka lakukan semuanya.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap

seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.

Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dalam arti

subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di

luarnya.

d. Domain Perilaku

Domain perilaku menurut Bloom di dalam Notoatmodjo (2010) yaitu:

1) Domain pengetahuan atau kognitif

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan tehadap suatu obyek tertentu.Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa danb raba.Pengetahuan atau kognitif meupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior). Domain kognitif adalah berisi perilaku-perilaku yang menekan

aspek intelektual seperti: pengetahuan, pengertian, dan keterampilan

(52)

2) Domain sikap atau afektif

Domain afektif adalah berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada

aspek perasaan dan emosi seperti: minat, sikap, apresiasi, dan cara

menyesuaikan diri. Ranah kognitif biasa disebut juga dengan ranah sikap

(Budiman & Riyanto, A, 2013).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus.Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat

ditafsirkan dari perilaku yang tertutup.Sikap menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.Sikap juga merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap merupakan reaksi

tertutup bukan merupakan reaksi terbuka dan sikap merupakan reaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

objek.

3) Domain perilaku atau Psikologi

adalah berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek

keterampilan motorik seperti: mengerjakan, memasang, membuat, dan

sebagainya. Ranah psikomotir biasa disebut juga dengan ranah tingkah laku

(Budiman & Riyanti, A, 2013).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

(53)

diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain

fasilitas. Misal seorang perawat melakukan pemberian obat melalui selang

infuse pada pasien anak yang menderita penyakit demam berdarah.

e. Tahapan Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut:

1) Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organism dapay diterima atau

ditolak. Jika stimulus tidak diterima berarti stimulus itu tidak efektif

dalam mempengaruhi individu, dan berhenti disini. Sedangkan jika

stimulus diterima oleh organism berarti ada perhatian dari individu dan

stimulus tersebut efektif.

2) Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organism yang artinya

bahwa stimulus diterima sehingga stimulus ini dilanjutkan kepada proses

berikutnya.

3) Setelah organism mengolah stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut

(54)

B. Kerangka Konsep

= yang diteliti

= yang tidak diteliti Faktor Individu :

- Psikologis - Biologis

- Kemampuan akademis

Faktor Keluarga :

- Keakraban dengan

orang tua

- Pola asuh

- Kekerasan dalam

rumah tangga

- Persaingan saudara

Faktor Lingkungan :

- Situasi sekolah (aturan

sekolah dan komitmen guru tak mendukung

- Pengaruh teman - Pengaruh kekerasan

dari TV

Perilaku Bullying: a. Bullying Fisik b.Bullying Verbal c. BullyingRelasional d.Cyberbullying

(55)

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian non

eksperimental yaitu descriptive analytic. Descriptive analytic adalah metode

untuk menggambarkan atau merinkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel

dan grafik yang tidak menjelaskan hubungan, tetapi menghimpun data secara

sistematis, aktual dan cermat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan

cross sectional, yaitu melakukan pengukuran hanya satu kali pada suatu waktu

untuk mengetahui gambaran perilaku bullying di SMP Negeri 11 dan SMP

Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

waktu penelitian (Saryono, 2011).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

SMP Negeri 11dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta kelas VII dan kelas

VIII.Total populasi dalam penelitian ini adalah 721 siswa. Jumlah siswa

diSMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu 273 siswa yang terdiri dari kelas VII

berjumlah 135 siswa, dan kelas VIII berjumlah 138 siswa. Sedangkan, jumlah

siswa di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah 448 siswayang terdiri

(56)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi

tersebut (Saryono, 2011). Pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode simple random sampling yaitu metode

pengambilan sampel pada populasi dengan karakteristik yang berbeda atau

heterogen (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel diambil pada setiap

angkatan yaitu kelas VII dan VIII.

Rumus sampel menggunakan rumus Slovin dalam Nursalam, 2011 :

n = N

1 + N(d)2

n = Besar sampel

N = Jumlah Populasi

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan:

10% (0,10), 5% (0,05), atau 1% (0,01).

a. Sampel siswa SMP Negeri 11 Yogyakarta

n = N

1 + N(d)2

n = 273

1 + 273(0,05)2

n = 165

Untuk antisipasi droup out maka di tambah 10% dari sampel sehingga

(57)

Siswa kelas VII =135

273

× 181

=

89 siswa

Siswa kelas VIII = 138

273

× 181

=

91 siswa

Setelah dilakukan proses pengambilan data, jumlah sampel mengalami

perubahan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengembalikan

kuesioner pada saat pengembalian kuesionersesuai waktu yang sudah

ditentukan peneliti sehingga sampel tersebut menjadi kriteria eksklusi.

Jumlah sampel menjadi :

Kelas VII = 42 siswa

Kelas VIII = 82 siswa

Total sampel 124

b. Sampel siswa SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

n = N

1 + N(d)2

n = 448

1 + 448(0,05)2

n = 211

Untuk antisipasi droup out maka di tambah 10% dari sampel sehingga

jumlah sampel menjadi 232 siswa.

Siswa kelas VII =202

448

× 232

=

104

Siswa kelas VIII = 246

Gambar

Tabel 3. 1 Definisi operasional perilaku bullying
menyebarluaskan gambar buruk tentang teman
Tabel 3.2Kisi-Kisi Perilaku Bullying
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai r Validitas menurut Arikunto (2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

kelamin ... Faktor-faktor yang mempengaruhi bullying ... Karakteristik korban dan pelaku bullying ... Dampak bullying ... Jenis Kelamin ... Pengertian jenis kelamin ...

Hasil Penelitian pada kedua SMP tersbut menunjukan bahwa pengetahuan bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu sebanyak 87 responden (70,2%) memiliki pengetahuan yang baik,

Dalam konteks dunia pendidikan, khususnya di sekolah, istilah bullying merujuk pada perilaku agresif yang dilakukan berulang–ulang oleh seseorang atau kelompok siswa yang

Berdasarkan data pada tabel 3 distribusi frekuensi perilaku bullying pada remaja SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta menunjukkan bahwa dari 97 responden

Menurut Olweus (2005), bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dan dari

Hasil penelitian yaitu ada hubungan perilaku bullying dengan prestasi belajar pada remaja di SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta.Saran dalam penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta didapatkan bahwa responden didominasi oleh tinggal bersama kedua orang tua

Faktor Resiko Terjadinya Perilaku Bullying Pada Remaja Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai omnibus test chi-square untuk lingkungan sekitar, korban bullying, dan teman