DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
ENDAH LISMA SYAMITA 20120320144
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Nama : Endah Lisma Syamita
NIM : 20120320144
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya
Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 2 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
HALAMAN PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahiim. Alhamdulillahirabbil’alamin…
Puji syukur semoga selalu terucap kepada Allah SWT.Raja dari segala Raja, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga saya bisa melewati semuanya sampai detik ini. Rasulullah SAW. atas tuntunannya sehingga nikmatnya Iman dan Islam bisa terasakan di kalbu, bahagia menjadi salah satu umatnya, semoga kelak di yaumil akhir Beliau menunggu di telaganya Al-Kautsar dan menyuguhkan kami semua minum. Alhamdulillah.Aamiin ya Rabbal’alamin.
Karya ini saya persembahkan kepada kedua orang tua, Bapak (Syafruddin) dan Mamah (Nurrahmi) malaikatku di dunia, doa yang selalu terpanjatkan, atas segalanya, semoga menjadi penggugur dosa dan pemberat amal kebaikan untuk kalian. Adik (Attar Nazaruddin Mirza) atas dukungan dan doanya yang menjadi penyemangat segala keadaan.
Selanjutnya, dosen-dosen PSIK FKIK UMY terutama dosen pembimbing (Ibu Rahmah) serta civitas akademika atas segala ilmu dan bantuannya kepada semua mahasiswa.Semoga menjadi amal jariyah hingga hari kiamat.
Untuk sahabat yang sudah seperti keluarga (Fatmi, Mega, Yani) terimakasih atas doa dan dukungannya, Sahabat Skill lab (Dina Ryosuke, Yati Pratika, Umi, Kiki Cebey, Latantsa Fikri, Ruswanto) yang menambah warna, keluarga Kos Putri Almeera (Mba Tria, Mba Septi, Mba Vita, Fatmi, Desi, Hesti, Evelin, Sendi, Muna, Euis, Berta, Ayu, Meti, Intan, Bapak Bambang) telah menjadi keluarga tempat berteduh di Jogja.Sahabat se-daerah (Atun, Fitri).Aku sayang kalian semua karena Allah.
Untuk teman-teman satu bimbingan (Deva, Elok, Alma, Diyah, Winda) terimakasih sudah saling semangat-semangati selama ini, terutama untuk Deva Prayunika pasangan terbaik selama penelitian, bangga sekali bisa bekerjasama dengannya.
Keluarga NCC-Emergency, kakak-kakak stemcell dan demisioner serta teman-teman BPHer (Nawang, Satifa, Yani, Atsna, Ratri, Amel, Defia, Rahmawati) dan adik-adik junior semoga kita semua sukses dunia akhirat.
Untuk teman-teman PSIK 2012..kelaurga seperjuangan, semoga semangat dan perjuangan kita selama menuntut ilmu dihitung sebagai amal ibadah dan pemudah jalan kita menuju Surga Allah.
MOTTO
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”
(ArRahman;60)
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan
rahmat-Nya kepadamudua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya
itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyususnan proposal karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis
curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ini, khususnya kepada:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Mat., HNC selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Rahmah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep., An selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing saya hingga menyelesaikan proposal ini.
4. Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J, Ph.D selaku dosen penguji saya
yang telah menguji proposal ini.
5. Keluarga besar, teman seperjuangan, dan sahabat yang selalu memberikan
dukungan dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dalam penulisan proposal ini, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan
bersama.Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
INTISARI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian……… 8
E. Keaslian Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Tinjauan Pustaka ... 12
1. Remaja... 12
a. Pengertian ... 12
b. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 13
c. Tugas Perkembangan Remaja ... 16
2. Bullying ... 17
a. Pengertian Bullying ... 17
b. Bentuk-bentuk Bullying ... 18
c. Dampak Bullying ... 22
d. Tipe Korban Bullying ... 26
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bullying ... 27
3. Perilaku ... 33
a. Pengertian ... 33
b. Bentuk Perilaku ... 34
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 35
d. Domain Perilaku... 36
e. Tahapan Perubahan Perilaku ... 37
B. Kerangka Konsep ... 39
BAB III METODE PENELITIAN... 40
A. Desain Penilitian ... 40
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
D. Variabel Penelitian ... 44
E. Definisi Operasional... 44
F. Alat dan Bahan Penelitian ... 46
G. Jalannya Penelitian ... 47
H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 50
I. Analisis Data ... 52
J. Pengelolaan Data ... 53
K. Etik Penilitian ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitia ... 55
1. SMP Negeri 11 Yogyakarta ... 55
2. SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta ... 56
B. Hasil Penelitian ... 57
1. Karakteristik Responden ... 57
2. Distribusi Jawaban Responden ... 59
3. Nilai Minimum, Maksimum, dan Rata-Rata Perilaku Bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta... 63
4. Gambaran PerilakuBullying Berdasarkan Kategori Bullying ... 64
5. Gambaran Perilaku Bullying ... 65
6. Gambaran Perilaku Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
7. Gambaran Perilaku Bullying Berdasarkan Tinggal Bersama Siapa ... 67
8. Gambaran Perilaku Bullying Secara Umum ... 69
C. Pembahasan ... 69
1. Karakteristik Responden ... 69
2. Perilaku Bullying ... 74
D. Kekuatan dan Kelemahan ... 79
1. Kekuatan ... 79
2. Kelemahan... 79
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional Perilaku Bullying Tabel 3.2 Kisi-Kisi Perilaku Bullying
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai r ValiditasMenurut Arikunto Tabel 3.4 Interpretasi Nilai r ValiditasMenurut Arikunto Tabel 4.1 Karakteristik responden
Tabel 4.2 Alasan Melakukan bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden di SMP Negeri 11 Yogyakarta
Tabel 4.4 Distribusi jawaban Responden di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta Tabel 4.5 Nilai Minimum, Maksimum, dan Rata-Rata Perilaku Bullying di SMP
Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Tabel 4.6 Perilaku bullying berdasarkan kategori bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Tabel 4.7 Gambaran perilaku bullyingberdasarkan jenis kelamin di SMP Negeri 11 Yogyakarta
Tabel4.8 Gambaran perilaku bullyingberdasarkan jenis kelamin di SMP
Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Tabel 4.9 Gambaran perilaku siswa yang melakukan bullying berdasarkan tinggal bersama siapa di SMP Negeri 11 Yogyakarta
Tabel 4.10 Gambaran perilaku siswa yang melakukan bullying berdasarkan tinggal bersama siapa di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
DAFTAR SINGKATAN
SEJIWA : Semai Jiwa Amini
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
KPAI : Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Layak Etik
Lampiran 2 Surat Izin Uji Validitas
Lampiran 3 Permohonan Surat Izin Penelitian dari Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Lampiran 4 Surat Izin Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
Lampiran 5 Surat Izin dar Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Lampiran 6 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas
Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas Alpha Cronbach
Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
The study was a descriptive cross sectinal. The sample in this study 280 respondents who were students / student class VII and VIII in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. The sampling technique using simple random sampling. This research was conducted in April-May 2016 in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
The results in both SMP indicates that bullying behavior in SMP Negeri 11 Yogyakarta as many as 49 respondents (36.94%) perform physical bullying, as many as 35 respondents (28.2%) perform verbal bullying, as many as 24 respondents (18.7% ) perform relational bullying, as many as 23 respondents (17.88%) perform indirect bullying, as many as 16 respondents (12.88%) perform cyberbullying. Bullying behavior in SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta as many as 63 respondents (41.72%) perform physical bullying, as many as 56 respondents (35.04%) perform verbal bullying, as many as 47 respondents (29.22%) perform indirect bullying, as many as 47 respondents (29.22%) relational bullying and as much as 37 respondents (18.5%) perform cyberbullying.SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta, the highest bullying is physical bullying. While the lowest bullying behavior is cyberbullying. With this result is expected to respondents, parents and the school can pay attention to the bullying behavior of the student.
INTISARI
Perilaku bullying adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) dan tindakan tersebut dilakukan berulang kali di sekolah ataupun dimana saja.Penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingpada remaja di SMP Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.
Penelitian ini adalah deskriptif cross sectinal. Sampel dalam penelitian ini 280 responden yang merupakan siswa/siswi VII dan kelas VIII di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016 di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Hasil Penelitian pada kedua SMP tersebut menunjukan bahwa perilaku bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu sebanyak Sebanyak 49 responden (36,94%) melakukan bullyingfisik, sebanyak 35 responden (28,2%) melakukan bullyingverbal,sebanyak 24 responden (18,7%) melakukan bullyingrelasional, sebanyak 23 responden (17,88%) melakukan bullyingtidak langsung, sebanyak 16
responden (12,88%) melakukan cyberbullying.Perilaku Bullying di SMP
Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitusebanyak 63 responden (41,72%) melakukan bullyingfisik,sebanyak 56 responden (35,04%) melakukan bullyingverbal,sebanyak 47 responden (29,22%) melakukan bullying tidak langsung,sebanyak 47 responden (29,22%)bullyingrelasional dan sebanyak 37 responden(18,5%) melakukan cyberbullying.SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 yogyakarta perilakubullying tertinggi adalah bullyingfisik. Sedangkan perilaku bullyingterrendah adalah cyberbullying.Dengan hasil ini diharapkan responden, orang tua maupun pihak sekolah dapat memperhatikan perilaku bullying yang dilakukan siswa.
Masa remaja adalah masa perubahan, masa ketika anak muda menghadapi
berbagai pengalaman baru.Berbagai lingkungan tempat mereka bergerak di
dalamnya menghadirkan situasi dan peristiwa baru yang tidak terduga dan
memerlukan respon yang sebelumnya belum pernah mereka terapkan (Geldard,
2011).Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-19, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia
10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia yang berskala kecil
namun memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia.
Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari
jumlah penduduk dunia (WHO, 2014).Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di
Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18%
dari jumlah penduduk dan di daerah Yogyakarta sekitar 68,2%. Menurut
perkiraan, persentase remaja mencapai 24,13% dengan pertumbuhan lebih dari
tiga kali lipat (3,24%) dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk (Badan Pusat
Masa remaja adalah masa peralihan. Pada masa peralihan ini, menurut
Harlock (1973) remaja akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik,
psikis, maupun secara sosial. Pada masa ini, remaja akan cenderung melepaskan
diri dari keluarga dan akan beralih kepada teman sebayanya untuk bersosialisasi.
Remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang
memiliki karakteristik berbeda, sehingga ada kemungkinan remaja akan
terpengaruhi dengan teman sebaya yang agresif dan melakukan tindakan agresif
untuk mendapatkan pengakuan dari teman sebaya lainnya (Tumon, 2014).
Salah satu bentuk tindakan agresif tersebut
adalahbullying.Bullyingmerupakan sebuah tindakan atau perilaku agresif yang
disengaja, dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang
dari waktu kewaktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan
dirinya dengan mudah (Olweus, 1993 dalam Wiyani, 2013).Contoh perilaku
bullying antara lain mengejek, menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan,
menakut-nakuti (intimidasi), mengancam, menindas, memalak, atau menyerang
secara fisik (mendorong, menampar, atau memukul). Sebagian orang mungkin
berpendapat bahwa perilaku bullying tersebut merupakan hal sepele atau bahkan
normal dalam tahap kehidupan sehari-hari (Wiyani, 2013).
Menurut data statistikPacer’s National Bullying Preventing Center, satu
dari empat siswa (22%) melaporkan bahwa dibully selama tahun ajaran (National
Center for Educational Statistics, 2015)dan 19,6% siswa SMA di Amerika
media online (Center for Diesease Control, 2014). Penelitian Brito dan Oliveira
(2013) di School Health Program Olinda (PE) Brazil pada siswa SMP kelas IX
angka bullying adalah 67,5% dengan populasi terbanyak terjadi pada perempuan
yaitu 56,4%, terjadi pada umur 15-19 tahun yaitu 51,3% dan pada suku berkulit
hitam yaitu 69,1%.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI, 2014) menjelaskan
bahwabullying di sekolah merupakan masalah yang paling tinggi di bidang
pendidikan dibanding dengan masalah yang lainnya dan kasus bullying
menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. Data KPAI menunjukkan
bahwa dari 2011 hingga Agustus 2014 tercatat 1.480 kasus.KPAI mencatat 369
pengaduan tindakan kekerasan fisik yang dilakukan di sekolah.Pengaduan
tertinggi tindakan kekerasan yang terjadi pada anak adalah pada tindakan fisik,
emosional dan seksual(Republika, Rabu 15 oktober 2014).
Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) 2008,menjelaskan tentang
kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesia yaitu Yogyakarta, Surabaya,
dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% di tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk
tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan
psikologis berupa pengucilan, disusul dengan kekerasan verbal (mengejek) dan
besar, yaitu Yogyakarta sebesar 77,5%,di Surabayasebesar 59,8%dan di Jakarta
sebesar 61,1%.
Pemerintah sudah sudah menetapkan kebijakan dalam perlindungan siswa
di sekolah dari perilakubullyingdi dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
pasal 54 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak di dalam dan di
lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak
kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual dan kejahatan lainnya yang dilakukan
oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan atau pihak
lain(Winurini, 2015).
Data dari Forum Penanganan Korban BullyingPerempuan dan Anak
(FPK2PA) Provinsi DIY 2011, menunjukkan bahwa dari total 367 kasus, 140
kasus merupakan perilaku bullyingterhadap anak.Data kasus bullying secara
kualitatif menurut Lembaga Perlindungan Anak, Klinik Tumbuh Kembang Anak
RSUP Dr. Sardjito dan Lembaga Pengembangan Diri dan Komunitas Kemuning
Kembar mencatat sekitar 20 kasus yang masuk dengan dampak psikologis yang
cukup berat (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY, 2013).Kondisi ini
tentu meresahkan karena korbannya adalah generasi muda yang nantinya menjadi
penerus bangsa (Pratama, 2014).
Perilaku bullyng memiliki dampak negatif disegala aspek kehidupan baik
fisik, psikologi maupun social pada individu, khususnya remaja (Sejiwa,
mengalami bullyingmempunyai risiko peningkatan angka depresi, kecemasan,
kesulitan tidur, dan penyesuaian sekolah yang buruk.Selain itu siswa yang
melakukan bullyingmemiliki risiko peningkatan penggunaan zat, masalah
akademik dan kekerasan di kemudian hari (CDC, 2012). Pemuda korban
bullyingoleh peer group adalah 2,4 lebih mungkin untuk melaporkan keinginan
bunuh diri dan 3,3 kali lebih mungkin untuk melaporkan upaya bunuh diri dari
remaja yang tidak dibully (Espelage dan Holt, 2013).
Perilaku bullying terjadi dapat disebabkan karena pola asuh yang diberikan
di rumah dan proses pendidikan dalam keluarga.Korua, Kanine, Bidjuni (2015),
menjelaskan adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku
bullyingpada remaja.Semakin seringnya anak terpapar kekerasan di rumah seperti
konflik antara orangtua-anak maka akan berkaitan dengan perilaku bullying di
sekolah (Georgiou dan Stavrinides, 2013).Selain itu, teman sebaya(peer
group)memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku bullying.Peneilitian
yang dilakukan Tumon, 2014 pada siswa SMP menunjukkan alasan pelaku
melakukan bullying karena mengikuti teman dalam kelompok yang terlebih
dahulu melakukan bullying 17% dan agar diterima oleh kelompok 5,3%.Iklim
sekolah juga memberikan pengaruh pada siswa untuk menjadi pelaku
bullyingkarena kecenderungan pihak sekolah yang sering mengabaikan
keberadaan bullying, sehinggamenjadikan para siswa sebagai pelaku
bullyingmendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut (Setiawan 2008,
banyak dan seringnya terjadi peristiwa bullying (Novianti, 2008dalam Usman
2013).Lemstra, dkk(2011) menjelaskan bahwa tempat paling sering terjadi
bullying adalah di kelas yaitu sebesar 45,6%.
Bullying bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu bullyinglangsung
maupun bullyingtidak langsung. Jenis bullyingtersebut diantaranya bullyingfisik,
bullying verbal, bullying relasional, cyberbullying dan bullying tidak langsung.
Penelitian yang dilakukan oleh Lemstra dkk (2011), pada remaja umur 10-16
tahun 35,8% melaporkan mengalami bullying fisik, 59,3% mengalami
bullyingverbal berupa karena bentuk tubuh (38,8%) dan berat badan (28,7%),
47,5% mengalami bullyingsosial berupa 31,7% melaporkan diintimidasi karena
mereka melakukan hal baik di sekolah dan 30,3% dibully melalui media
elektronik setidaknya satu kali atau dua kali dalam empat minggu sebelumnya.
Selain itu penelitian yang dilakukan Tumon (2014) pada siswa SMP
menunjukkan kurang dari 50% subjek penelitian melakukan bullying dan seluruh
subjek penelitian pernah terlibat dalam perilaku bullying, serta bentuk perilaku
bullyingyang paling sering dilakukan adalah bullying verbal.
Perawat memiliki peran penting dalam upaya promosi dan pencegahan
dampak dari perilakubullying yaitu dengan memberikan pengetahuan bagi remaja
terkait pentingnya pencegahan perilaku bullyingdan cara
penanggulangannya(Gaffar, 1999 dalam Annisa 2012).Fungsi perawat sebagai
provider (pelaksanaan) lebih pada kemampuan perawat sebagai penyedia layanan
pada remaja, keterampilan, sikap empati dalam pemberian asuhan keperawatan
sehingga mempunyai kemampuan bekerja secara mandiri maupun kolaborasi
(Riziqin, 2014).
Di dalam Islam perilakubullying merupakan perilaku yang tercela dan tidak
dianjurkan. Sesuai di dalam Al-qur’an surat Al-Hujarat ayat 11 menjelaskan
bahwa orang yang beriman dilarang untuk saling menghina karena barangkali
orang tersebut mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di hadapan Allah dan
dicintai oleh Allah daripada orang yang menghina. Idealnya bagi orang yang
beriman dan mengerti bahwa perilaku bullyingdilarang agama maka tidak akan
melakukannya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 11
Yogyakarta pada 10 siswa mengaku sering melakukan tindakan bullying seperti
mengejek sebesar 60%, memanggil dengan julukan tertentu sebesar 40%,
memukul atau menjitak sebesar 30%, mengancam sebesar 30%, mengejek melalui
media social sebesar 40%, dan menyebarkan gossip sebesar 50%. Dari hasil
wawancara, mereka menganggap bahwa hal tersebut hanya bentuk candaan atau
tidak serius dan tidak mengetahui bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah
bentuk dari perilaku bullying.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang gambaran perilaku bullying pada remaja di SMP
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka peniliti merumuskan masalah yaitu
“Gambaran perilaku bullyingpada remaja di SMP 3 Muhammadiyah dan SMP
negeri 11 di Yogyakarta”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingpada remaja di SMP
Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden.
b. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullying berdasarkan jenis kelamin
di SMP Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.
c. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullying berdasarkan siswa tinggal
bersama siapa.
d. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingfisik di SMP
Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.
e. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullying verbal di SMP
Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.
f. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingrelasional di SMP
g. Untuk mengetahui gambaran perilaku cyberbullying di SMP
Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta.
h. Untuk mengetahui gambaran perilaku bullyingtidak langsung di SMP
Muhammadiyah 3 dan SMP negeri 11 di Yogyakarta..
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi orang tua, memberikan gambaran tentang perilaku bullying dan bahaya
bullying kepada orangtua sehingga bisa lebih memperhatikan dan
mendukungperkembangan anak dengan baik.
2. Bagi pendidik, memberikan gambaran tentang perilaku bullying dan bahaya
bullyingpada siswa sehingga bisa lebih memperhatikan dan mendukung
perkembangan anak murid dengan baik.
3. Bagi perawat, memberikan gambaran data perilaku bullying pada siswa di
SMP negeri 11dan SMP Muhammadiyah 3 di Yogyakarta. Selain itu dapat
membantu perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama (primary health
care) yang lebih berfokus pada preventif dan promotif tanpa meninggalkan
peran kuratif dan rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan untuk pengenalan
dan pencegahan atau pengendalian masalah kesehatan pada remaja.
E. Keaslian Penelitian
1. Tumon,M. B. A. (2015)., dengan judul “Studi Deskriptif Perilaku
Bullyingpada Remaja.Penilitian menggunakan metode deskriptif. Jumlah
sampel adalah 188 siswa, menggunakan angket tertutup dan angket terbuka,
sampling.Kesimpulan dari penelitian ini adalah sekitar kurang dari 50%
subjek penelitian sering dan selalu melakukan bullying, namun seluruh subjek
penelitian pernah terlibat dalam perilaku bullying. Bentuk perilaku bullying
verbal yang paling sering dilakukan. Terdapat perbedaan dari penelitian yang
saat ini dilakukan yaitu pada jumlah respondennya, tempat penelitian, dan
tehnik sampling. Terdapat persamaan dengan penilitian yang dilakukan yaitu
dari metode yang menggunakan motode diskriptif, variabel yang digunakan
yaitu bullying, dan subjek penelitian yaitu siswa SMP.
2. Pangestuti, Ratna Dewi. (2011), dengan judul “Konsep Diri
PelakuBullyingpada Siswa SMPN Y di Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik konsep diri fisik, psikis, sosial, moral dan keluarga
pada pelaku bullying di SMPN Y di Jawa serta perbedaan aspek-aspek konsep
diri antara pelaku dengan yang bukan pelaku bullying. Penelitian ini
merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan rancangan
cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas II dan III SMP.
Pengukuran bullying, konsep diri diukur dengan Instrumen pelaku bullying,
dan instrumen konsep diri. Selanjutnya dari variabel yang signifikan
dilakukan uji multivariat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsep diri
sosial dan konsep diri fisik pelaku bullying di SMPN Y di Jawa adalah positif.
Sedangkan konsep diri moral serta konsep diri keluarga negatif. Perbedaan
pelaku dengan yang bukan pelaku antara lain bahwa pada bukan pelaku,
Terdapat perbedaan penelitian ini yaitu variabel penelitian yaitu konsep diri
pelaku bullying, analisa data dan lokasi penelitian.Terdapat persamaan yaitu
populasi yang merupakan siswa SMP, variabel bullyingdan instrument pelaku
bullying yang digunakan.
3. Usman, Irvan. (2013). Dengan judul“Kepribadian, Komunikasi, Kelompok
Teman Sebaya, Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying”.Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahuiperanan kepribadian, komunikasi, kelompok teman
sebaya dan iklimsekolah terhadap perilaku bullyingpadasiswa SMA di Kota
Gorontalo.Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi dari tiga SMA di Kota
Gorontaloyang berjumlah 103 siswa. Data dikumpulkan melalui beberapa
skala yaituskala kepribadian, skala komunikasi, skala pengaruh teman sebaya,
danskala perilaku bullying. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatifdan menggunakan teknikan alisis regresi untuk menguji hipotesis
penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antarakepribadian, komunikasi interpersonal remaja dengan orang tua,
perankelompok teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku
bullyingpadasiswa SMA di kota Gorontalo. Terdapat perbedaan penelitian
yang akan dilakukan yaitu lokasi penelitian, subjek penelitian, jumlah sampel
dan variabel penelitian yaituskala kepribadian, skala komunikasi, skala
pengaruh teman sebaya, danskala perilaku bullying. Terdapat persamaan
penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu salah satu variabelnya
1. Remaja
a. Pengertian
Menurut DeBrum dalam Jahja (2011) mendefinisikan remaja sebagai
periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut
Papalia dan Olds (2001) dalam Jahja (2011: 220) masa remaja adalah
masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang
pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
World Health Association (WHO) memberikan definisi tentang
remaja yang lebih bersifat konseptual.Dalam definisi tersebut
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.
Batasan remaja menurut WHO yaitu usia 10-20 tahun. WHO
membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14
tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth).
Batasan remaja di Indonesia mendekati batasan usia menurut PBB yaitu
b. Karakteristik Perkembangan Remaja
1) Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan
kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat
pesat,npada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai
proporsi tubuh orang dewasa.
2) Perkembangan kognitif (Intelektual)
Secara mental remaja telah dapat berfikir logis tentang berbagai
gagasan yang abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan
masalah daripada berfikir konkret (Yusuf, 2011).Adam & Gullota;
1983 dalam Yusuf (2011) menjelaskan juga bahwa remaja dapat
memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan
mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
3) Perkembangan emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu
perkembangan emosi yang tinggi.Pertumbuhan fisik, terutama
organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan
dorongan—dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan
cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan
jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan
sifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai
temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah
sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu
mengendalikannya (Yusuf, 2011).
Yusuf (2011) juga menjelaskan bahwa mencapai kematangan
emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi
remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi
sosio-emosional lingkungannya, teruatama lingkungan keluarga dan
kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif,
dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling
mempercayai, saing menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka
remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosinya.
4) Perkembangan sosial
Pada masa remaja berkembang sosial cognition, yaitu kemampuan
untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai
individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat
nilai-nilai maupan perasaannya. Pada masa remaja sering menjalin
hubungan sosial dengan teman sebaya, seperti menjalin persahabatan
maupun pacaran. Dalam hubungan dengan teman sebaya remaja lebih
memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama
dengan dirinya, baik menyangkut ketertarikan, sikap nilai dan
5) Perkembangan moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua,
guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas
remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak.
Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau
konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan
kedisiplinan. Pada masa ini juga muncul dorongan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja
berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi
psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif
dari orang lain tentang perbuatannya) (Yusuf, 2011).
6) Perkembangan kepribadian
Menurut Yusuf (2011), fase remaja merupakan saat yang paling
penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor
dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian
pada masa remaja, meliputi perolehan pertumbuhan fisik yang
menyerupai masa dewasa, kematangan seksual yang disertai dengan
dorongan-dorongan emosi baru, kesadaran terhadap diri sendiri dalam
keinginan untuk mengarahkan diri, kebutuhan akan persahabatan yang
bersifat yang bersifat heteroseksual dan munculnya konflik sebagai
7) Perkembangan kesadaran beragama
Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkannya untuk
dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya.Dia dapat
mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Addil,
Maha Kasih Sayang (Yusuf, 2011).
c. Tugas Perkembangan Remaja
Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat
diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka,
dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996 dalam Yusuf 2011).
Salzman dan Pikunas juga menjelaskan masa remaja ditandai dengan
berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen,
minat seksualitas, dan kecendrunagan untuk merenung dan
memperhatikan diri sendir, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.
Menurut Erikson dalam Yusuf (2011) berpendapat bahwa remaja
merupakan masa berkembangnya identity.Identity merupakan vocal point
dari pengalaman remaja, karena semua krisis normative yang sebelumnya
telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas diri. Erikson
memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium,
yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan
dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan siapa saya
untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi
perkembangan dirinya. Remaja yang gagal dalam mengembangkan rasa
identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah yang dampaknya akan
mengembangkan perilaku yang menyimpang, melakukan kriminalitas atau
menutup diri dari (mengisolasi diri) dari masyarakat (Yusuf, 2011). Hal
ini termasuk remaja akan mengalami masalah bullying tersebut baik
perilaku maupun korban bullying.
Menurut pendapat McCandlessdan Evans melalui Yusuf (2011)
bahwa masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh
dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang
dewasa, dan budaya pada periode ini, remaja memperoleh kesadaran yang
jelas tentang apa yang diharapkan masyarakat dari dirinya.Dari pendapat
Mc Candless dan Evans bisa dikatakan bahwa bullying bisa timbul karena
usaha dari remaja untuk diterima oleh lingkungan khususnya teman
sebaya.
2. Bullying
a. Pengertian Bullying
Olweus (1993) mendefinisikan bullying yang mengandung tiga
unsure mendasar dari perilaku bullying yaitu bersifat menyerang (agresif)
dan negatif, dilakukan secara berulang kali, adanya ketidakseimbangan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2014, memberi
pengertian bullying sebagai kekerasan fisik dan psikologis berjangka
panjang yang dilakukan seseorang atau sekelompok terhadap seseorang
yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat
untuk melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma
atau depresi dan tidak berdaya.
Bullying adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang dengan
berulang kali dan sengaja kepada orang lain (Hidayati, 2014).Bullying
adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang secara berulang yang
memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti
targetnya (korban) secara mental atau secara fisik, biasanya terjadi pada
anak dalam bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman
sebayanya (anak) yang lebih rendah atau lebih lemah untuk mendapatkan
keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullyingterjadi berulang
kali.Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis (Kuriawati,
2015).Menurut Pratama dkk (2014), Bullyingmerupakan perilaku yang
menggunakan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang, suatu perilaku mengancam, menindas, dan membuat
perasaan orang lain tidak nyaman.
b. Bentuk-bentuk Bullying
Bentuk bullying menurut Olweus (1993) terdapat dua bentuk
1) Directbullying
Mencakup tindakan konfrontasi tatap muka, serangan dalam bentuk
fisik, penggunaan kalimat atau gesture yang mengancam.
a) Bullyingfisik
Bullyingfisik meliputi menyenggol bahu, menarik baju teman,
mencubit, menendang, memukul, mendorong, meminjam barak
milik orang lain secara paksa, dan merusak barang milik orang lain
(Wulandari dan Kartikasari). Bullyingsecara fisik dapat dilakukan
dengan cara memukuli, mencekik, menyikut, meninju, menendang,
menggigit, memiting, mencakar serta meludahi anak yang ditindas.
Selain itu pelaku menekuk anggota tubuh anak yang menjadi
korban, merusak serta menghancurkan pakaian serta barang-barang
anak yang ditindas.(Dewi 2014).
b) Bullyingverbal
Bullyingverbal adalah bullyingyang paling sering terjadi
merupakan tindakan verbal atau lisan negatif yang sengaja
dilakukan secara terus menurus dengan tujuan untuk melukai dan
membuat sesorang merasa tidak nyaman (Kuryawati, 2015).Jenis
bulliying ini merupakan bentuk penindasan yang paling umum
dilakukan oleh anak laki-laki maupun perempuan.Kata-kata adalah
alat yang kuat dan dapat mematahkan semangat anak yang
berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik tajam, penghinaan dan
pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau
pelecehan seksual.
2) Indirectbullying
Mencakup penyebaran rumor, mengucilkan orang lain dari
kegiatan sosial maupun mengkambinghitamkan orang lain, dimana
terkadang korban tidak mengetahui siapa pelaku sebenarnya karena
tindakan bullying yang paling sulit dideteksi karena dilakukan tidak
secara langsung.
Riset menunjukkan bahwa bentuk bullying tidak langsung, seperti
pengucilan atau penolakan secara social lebih sering digunakan oleh
perempuan daripada laki-laki.Sementara anak laki-laki menggunakan
atau menjadi korban tipe bullying secara langsung, misalnya
penyerangan secara fisik.
Terdapat bentuk lain dari bullyingseperti bullyingrelasional dan
cyberbullying.
1) Bullyingrelasional
Menurut Coloroso dalam Dewi 2014 bullying relasional terdiri
atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya terasing dan
terkucil secara sosial dengan adanya diskriminasi berdasarkan ras,
pengecualian, atau penghindaran.Jenis bullyingini dapat digunakan
untuk mengasingkan atau menolak seorang teman dalam
pergaulan.Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi
seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, bahu yang
bergidik, cibiran, dan tawa mengejek (Pangestuti, 2011).
2) Cyberbullying
Cyberbullying merupakan salah satu jenis bullying.Intimidaasi
dalam dunia cyber meliputi bentuk agresi dalam hubungan dan segala
bentuk-bentuk macam elektronik, dan ini terjadi dimana-mana
(Parsons, 2005 dalam Prawitasari, 2015).Cyberbullying adalah jenis
bullyingyang menggunakan telepon selular atau melalui internet,
berupa pelecehan dan penghinaan kepada korban dengan mediabisa
berupa sms, e-mail, status facebook, twitter, chatroom, dan sebagianya
yang kini ada dan banyak berkembang di media online (Prawitasari,
2015).
Sullivan (2000) dalam Muliaty 2012 mengungkapkan hal yang
berbeda mengenai bentuk bullying, yakni terbagi sebagai berikut :
1) Phisicalbullying
Mencakup tindakan yang terlihat secara fisik seperti menendang,
memukul, mencubit dan sebagainya yang menghasilkan bukti yang
terlihat seperti bekas luka atau memar. Merusak property orang orang
2) Non-Physical bullying
Non-physical bullying terbagi menjadi verbal dan nonverbal. Verbal
mencakup ejekan, ancaman atau menyebarkan rumor, sedangkan
nonverbal dapat berupa nonverbal langsung seperti menampilkan
ekspresi dan gerak tubuh meledak pada korban dan nonverbal tidak
langsung seperti mengabaikan korban dan memberikan pesan negative
tanpa nama.
Pada siswa laki-laki perilaku bullying yangdilakukan lebih sering
berupa fisik dan verbal, seperti memukul, mendorong saat berkelahi,
dipaksa dengan ancaman, serta diejek dengan pnggilan tertentu.
Sedangkan pada siswa perempuan perilaku bullying yang dilakukan
berupa verbal dan yang bersifat relasi, seperti menjadi bahan pembicaraan
atau gosip, tidak dilibatkan dalam relasi sosial, serta diejek (Wiyani,
2013).
Dalam penelitian ini, bentuk bullying yang digunakan adalah
gabungan dari penjelasan di atas, yakni bullying fisik, verbal, bullying
relasional,cyberbullying dan bullying tidak langsung.
c. Dampak Bullying
Setiap perilaku agresif, apapun bentuknya, pasti memiliki dampak
buruk bagi korbannya.Para ahli menyatakan bahwa bullying yang
dilakukan di sekolah (school bullying) mungkin merupakan bentuk
korbannya.Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan di
mana pelaku yang berasal dari kalangan siswa atau siswi yang merasa
lebih senior melakukan tindakan tertentu kepada korban, yaitu siswa/siswi
yang lebih junior dan mereka merasa tidak berdaya karena tidak dapat
melakukan perlawanan (Wiyani, 2013).
Dampak dari tindakan bullying secara umum dapat dikelompok ke
dalam empat kategori (Rigby, 2003 dalam Muliaty, 2012),yaitu :
1) Low psychological well-being. Termasuk diantaranya pandangan
mengenai keadaan yang secara umum tidak menyenangkan, seperti
perasaan tidak bahagia secara umum, self-esteem rendah, dan perasaan
marah dan sedih.Sucipto (2012) juga menjelaskan bahwa korban
merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan,
takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak berdaya
menghadapinya. Sehingga dampak jangka panjang emosi-emosi ini
dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya
tidak berharga. Selain itu korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak
mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang
menurun karena mengalami kusilitan untuk berkonsentrasi dalam
belajar, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri daripada harus
menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman (Wiyani,
2) Penyesuaian sosial yang buruk. Termasuk adanya perasaan benci
terhadap lingkungan sosial, mengekspresikan ketidaksenangan
terhadap sekolah, merasa kesepian, merasa terisolasi, dan sering
membolos. Sucipto (2012) juga menjelaskan bahwa korban ingin
pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun
mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu
akademisinya.
3) Psychological distress. Sucipto (2012) menjelaskan yang paling sering
adanya dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya
gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas
berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan
gejala-gejala gangguan stress pasca-trauma (post traumatic stress disorder).
Rasa cemas yang berlebihan bisa mengurangi kinerja dan mengalami
konsekuensi sosial bagi orang yang mengalaminya karena cemas
berlebihan akan menyebabkan konsentrasi yang lemah, tingginya
frekuensi buang air kecil, suasana hati mmudah teersinggung, suasana
hati yang menekan, pusing atau mudah lelah (Geldard, 2011). Depresi
dicirikan oleh suasana hati yang sangat tidak baik dengan hilangnya
rasa tertarik dan rasa senang dalam aktivitas yang biasanya terasa
menggembirakan (Geldard, 2011). Dalam hal ini korbanbullyingakan
dari perasaan cemas dan depresi cenderung meningkatkan pemikiran,
mencoba dan melakukan bunuh diri (Geldard, 2011).
4) Physical unwellness. Adanya tanda-tanda yang jelas mengenai
masalah fisik dan dapat dikenali melalui diagnosis medis sebagai
penyakit. Gejala psikosomatis termasuk di dalam kategori ini.Sucipto
(2012) juga menjelaskan bahwa salah satu dampak dari bullying yang
paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik
yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit
tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah dan sakit dada. Bahkan
dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN,
dampak fisik ini mengakibatkan kematian.
Selain itu gejala-gejala dampak bullying bisa berupa perubahan
mendadak dalam diri anak, misalnya anak yang tadinya ceria berubah
menjadi rendah diri, mudah cemas, tidak percaya diri, mengurung diri,
kurangnya konsentrasi dan prestasi akademis yang menurun, hingga
melancarkan tindakan bullying pada orang lain.(SEJIWA, 2008 dalam
Muliaty, 2012).
Anak muda yang mengalami kekerasan fisik semasa kanak-kanak dan
masih mengalami kekerasan yang berlanjut pada masa remaja umumnya
akan merespon kekerasan yang dilakukan terhadap mereka dengan satu
diantara dua cara yaitu mereka bisa jadi akan meluapkan perasaan
menginternalisasi perasaan mereka dengan konsekuensi berkembangnya
rasa depresi dan munculnya pemikiran bunuh diri (Geldard, 2011).
d. Tipe Korban Bullying
Terdapat dua tipe korban, yakti (Olweus, 1993):
1) Passive victims
Secara fisik lemah, tidak popular, kurang kepercayaan diri dan
memiliki self-esteem yang rendah.Mereka tidak melakukan apa-apa
untuk memprovokasi pelaku, berupaya untuk menghindari konfrontasi,
juga sedikit atau hampir tidak ada usaha untuk melindungi diri sendiri.
Pada laki-laki, umumnya mereka memiliki fisik yang lebih lemah
daripada anak-anak lain.
2) Provocative victims
Provocative victims umumnya memiliki fisik yang lebih kuat dan
lebih aktif daripada passive victims, memiliki masalah konsentrasi,
menyebabkan ketegangan di sekitar mereka serta memprovokasi anak
lain untuk melawan. Mereka cemas sekaligus agresif terhadap anak lain.
Tidak seperti passive victim, provocative victim defensive dan tindakan
mereka untuk melawan terkadang tidak tepat sehingga membuat mereka
terlibat dalam masalah besar.
Bullying yang dilancarkan pelaku pada korban umumnya memuncak
di masa SMP (Boulton & Underwood, 1992 dalam Muliaty,
SMP dan SMA(Swearer, Espelage & Napolitano, 2009; dalam Muliaty,
2012). Pada masa itu individu berada pada tahap usia remaja dimana terjadi
banyak perubahan fisik sekaligus perubahan lingkungan, misalnya masuk
ke sekolah baru. Pada masa ini remaja juga sedang membentuk identitas
diri dan ingin memiliki peran yang jelas dalam lingkungannya (Feist &
Feist). Remaja juga mulai belajar mengategorikan dan membentuk
kelompok sesuai kategori yang sama sehingga individu dengan kategori
berbeda seperti memiliki berat badan berlebih atau berpenampilan unik
dianggap bukan anggota kelompok (Wong, 2009; dalam Muliaty, 2012)
sehingga bullying kerap terjadi pada masa remaja.
e. Faktor-Faktor yang mempengaruhiBullying
Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor yang
kompleks.Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnya
bullying(Setiawati, 2008; Garbarino, 2005 dalam Pangestuti, 2011).
Beberapa faktor penyebab seorang anak menjadi pelaku bullying (Parada et
al, 2005; Farmer et al, 2007; Lawrence & Hodkins, 2009 dalam Pangetuti,
2011) antara lain:
1) Faktor Keluarga
Keakraban antara orang tua dengan anaknya melalui komunikasi
terbukti berhubungan secara signifikan dengan pelaku agresif pada anak
(Pangestuti, 2011).Peran orang tua sebagai model dalam pendidikan
terjadi di keluarga, kurangnya perhatian dari orang tua, sikap orang tua
yang terlalu memnjakan anaknya dan anak terbiasa mendapat kekerasan
di rumah.Paparan kekerasan yang disaksikan anak baik di lingkungan
keluarga maupun lingkungan tempat tinggal dapat menyebabkan anak
terbiasa dengan kekerasan sehingga menirunya dan melakukan
bullying(Roeleveld, 2010; Laeheem, 2009 dalam Pangestuti 2011).
Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga merupakan salah satu
faktor munculnya perilaku bullying. Meskipun dalam jumlah lebih
kecil(10,6%) dibandingkan dengan pola asuh lainnya, subjek penelitian
mengaku memiliki orang tua yang otoriter. Orang tua yang mendidik
anak secara otoriter dan cenderung memberi hukuman fisik pada anak
(dalam setiap perilaku salah) tanpa memberikan penjelasan, membuat
anak menjadi “marah dengan keluarga” dan melakukan pelampiasan di
luar rumah salah satunya dengan melakukan bullying(Veronca, 2007
dalam Tumon, 2014).Apabila dilihat lebih mendalam, hal ini juga
dikaitkan dengan usia subjek yang berbeda dalam rentang usia 12-17
tahun karena pada usia itu remaja secara emosional lebih dan memiliki
banyak konflik karena kecendrungan untuk berusaha memberontak dari
segala aturan otoritas, termasuk dari orang tuanya(Erikson, Sitat dalam
Santrock, 2003 dalam Tumon, 2014).
Pratama, A. A., Krisnatuti, D., Hastuti, D. (2014) menjelaskan
perempuan cenderung menjadi korban bullyingdi sekolah, hal ini
dikarenakan pengasuhan orangtua cenderung otoriter pada anak
laki-laki, dan otoritatif pada perempuan.
Ditemukan pula subjek penelitian yang memiliki orang tua yang
meskipun masih menikah dan tinggal bersama, namun keduanya sering
bertengkar (4,8%). Keluarga yang kurang atau tidak memiliki rasa
kehangatan dan kasih saying antar anggotanya, serta cenderung keras
pada anak dapat memicu anak untuk melampiaskan kekesalannya
dengan menjadi pelaku bullying, atau sebaliknya menyebabkan anak
menjadi tertekan sehingga menjadi sasaran korban bullying (Stevan,
Bourdeaudhuij & Oost, 2001 dalam Tumon, 2014).
Selain dari faktor orangtua, persaingan antar saudara juga menjadi
faktor yang akan mengembangkan perilaku bullying (Menecini et al,
2010; Monks et al, 2009). Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan dua
alasan 1) dalam keluarga saudara jarang mempunyai umur, ukuran
tubuh, dan kekuatan fisik serta psikologis yang sama sehingga salah
saudara bisa mendapatkan kesempatan melakukan tindakan negative
pada adiknya; 2) pada masa remaja, saudara seringkali menghabiskan
waktu bersama, bahkan kadang tanpa pengawasan orang dewasa
sehingga membuka kesempatan munculnya perilaku bullying (Monks et
2) Faktor Lingkungan
a) Faktor sekolah
Tidak adanya aturan yang jelas yang mendukung
antibullyingdi sekolah juga menyebabkan maraknya tindakan
bullying (Rudi, 2010; Galloway & Rolang 2003 dalam Pangestuti
2011).Tingkat pengawasan di sekolah sangat berpengaruh dalam
menentukan seberapa banyak dan seringnya terjadi peristiwa
bullying.Sebagaimana rendahnya tingkat pengawasan di rumah,
rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan
berkembangnya perilaku bullyingdi kalangan siswa.Pentingnya
pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan lapangan di
sekolah karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku
bullyingkerap dilakukan. Selain itu, sekolah juga memberikan
pengaruh pada siswa untuk menjadi pelaku bullying. Hal ini
didukung karena kecenderungan pihak sekolah yang sering
mengabaikan keberadaan bullyingmenjadikan para siswa sebagai
pelaku bullyingmendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut
untuk melakukan intimidasi pada siswa yang lain (Usman, 2013).
Selain itu kekerasan juga digunakan sebagai alat disiplin dan
penghukuman di banyak institusi termasuk institusi keluarga dan
penghukuman fisik (corporal punishment) yang dijadikan alat untuk
mendisiplinkan murid di sekolah (Wiyani, 2013).
b) Faktor Teman Sebaya
Teman sebaya adalah orang yang berada pada tingkat usia dan
kedewasaan yang relatif sama (Santrok, 2002dalam Tumon, 2014).
Peer group memiliki peran sebagai penggerak proses belajar sosial,
dimana individu mengadopsi kebiasaan, sikap, ide, keyakinan,
nilai-nilai, dan pola-pola tingkah laku dalam masyarakat, serta
mengembangkannya menjadi kesatuan system dalam dirinya
(Vembriarto, 1992). Hubungan dengan teman sebaya yang kurang
baik dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada remaja, salah
satunya menjadi risiko terjadinya perilaku bullying(Hong &
Espelagi, 2012).
Teman sekolah merupakan peer yang signifikan bagi remaja
karena sebagian besar waktu dihabiskan di sekolah bersama
teman-teman sekolah. Pada remaja perilaku bullying umumnya terjadi
karena pengaruh teman kelompok (peer group). Sebagian besar
(61,7%) subjek penelitian mengaku lingkungan sekolah merupakan
lingkungan pertemanan yang paling memengaruhi. Selain itu,
sebagian besar (71,8%) subjek mengaku memiliki gank atau teman
akrab di sekolah. Sebagian besar subjek penelitian beralasan
kelompok yang terlebih dahulu melakukan bullying (17%) dan agar
diterima oleh kelompok (5,3%). Hal ini dikarenakan remaja
mengalami masa pencarian identitas yang berkaitan dengan
penerimaan teman sebaya.Keikutsertaan dalam kelompok membuat
individu merasa diterima (Erikson, sifat dalam Santrock, 2003
dalam Tumon, 2014).
c) Pengaruh kekerasan di televise (TV)
Banyak penelitian membuktikan bahwa anak banyak melihan
tayangan kekerasan di TV akan meningkat perilaku agresifnya.
Padahal saat ini isi program TV banyak menanyakan program
kekerasan (Pangestuti 2011).
3) Faktor Individu
a) Konsep diri. Pada remaja dengan konsep diri negative susai
norma0norma umum masyaarakat, menilai dirinya kurang dalam
berbagai aspek dibandingkan temannya sehingga selalu mencari
kesempatan untuk meningkatkan konsep dirinya (Newel et al,
2006; Markey & Markey, 2010; parade et a, 2005 dalam
Pangestuti 2011). Walaupun demikian tidak semua pelaku bullying
punya konsep diri rendah (Christie-Mizell, 2003 dalam Roeleveld,
2010). Penelitian lain mendapatkan sebagian pelaku punya konsep
b) Pengalaman menjadi korban bullying, atau sering melihat teman
lainnya diintimidasi akan beresiko suatu ketika melakukan hal
serupa terhadap teman lainnya (Belsey, 2005 dalam Pangestuti,
2011).
c) Keadaan psikopatologi tertentu. Pelaku bullying ada yang
mempunyai kecendrungan gangguan kepribadian sehingga
menjadikan mereka tidak bisa memahami emosi sosial antara lain
empati, rasa bersalah, dan rasa kasihan. Beberapa gangguan
psikiatri seperti kecemasan, demikian juga depresi pada seseorang
bisa meningkatkan agresivitas diantanya bullying (Kim & Bennet,
2006; Lanning, 2007; Monkset al, 2009) dalam Pangestuti, 2011).
d) Pencapaian akademis yang kurang baik. Prestasi yang kurang baik
dalam akademis berhubungan dengan perilaku agresif. Remaja
menggunakan perilaku agresif terhadap temannya untuk menutupi
kekurangan di bidang akademis (Masten et al, 2005; Eizenberg et
al, 2008; Roeleveld, 2010; Cook, 2010 dalam Pangestuti, 2011).
3. Perilaku
a. Pengertian perilaku
Berbicara tentang perilaku manusia sangat unik. Artinya tidak sama
antar dan inter manusianya baiik dalam hal kepandaian, bakat, sikap,
minat maupun kepribadian. Manusia berperilaku atau beraktivitas karena
2014).Perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung
dalam interaksi manusia dengan lingkungannya sehingga membentuk
suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar
subjek tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Respon ini berbentuk 2 macam, yakni :
1) Bentuk pasif adalah respon internalyaitu yang terjadi didalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat orang lain, seperti
berpikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Oleh sebab itu
perilaku ini masih terselubung (covert behavior).
2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Oleh karena perilaku iini sudah tampak dalam bentuk
tindakan nyata maka disebut overt behavior.
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku adalah bentuk respon terhadap stimulus dari luar, namun
dalam memberikan respon terhadap stimulus tergantung pada faktor-faktor
tertentu. Notoatmodjo (2003), membagi menjadi 2 faktor yang
mempengaruhi dalam pembentukan perilaku yakni faktor intern dan faktor
ekstern:
1) Faktor internal,yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang
2) Faktor eksternal,yaitu lingkungan baik fisik, sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan sebagianya. Faktor ini merupakan faktor yang dominan
mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).
b. Bentuk Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Perilaku tertutup adalah respon seorang terhadap stimulus tertutup
(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi
belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktik dan dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Manurut konseo Lawrence Green di dalam Notoatmodjo (2005) bahwa
perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1) Faktor predisposisi adalah faktor yang mencakup tentang pengetahuan dan
sikap seseorang terhadap sebuah rangsangan atau stimulus yang
didapatkan.
2) Faktor pemungkin adalah faktor yang mancakup ketersedian sarana dan
prasarana atau fasilitas sebagai penunjang terjadinya sebuah perilaku yang
3) Faktor penguat ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku dari peran dari seseorang yang
mmbuatnya menirukan apa yang mereka lakukan semuanya.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap
seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.
Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dalam arti
subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di
luarnya.
d. Domain Perilaku
Domain perilaku menurut Bloom di dalam Notoatmodjo (2010) yaitu:
1) Domain pengetahuan atau kognitif
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan tehadap suatu obyek tertentu.Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa danb raba.Pengetahuan atau kognitif meupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior). Domain kognitif adalah berisi perilaku-perilaku yang menekan
aspek intelektual seperti: pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
2) Domain sikap atau afektif
Domain afektif adalah berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada
aspek perasaan dan emosi seperti: minat, sikap, apresiasi, dan cara
menyesuaikan diri. Ranah kognitif biasa disebut juga dengan ranah sikap
(Budiman & Riyanto, A, 2013).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus.Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
ditafsirkan dari perilaku yang tertutup.Sikap menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.Sikap juga merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap merupakan reaksi
tertutup bukan merupakan reaksi terbuka dan sikap merupakan reaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek.
3) Domain perilaku atau Psikologi
adalah berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek
keterampilan motorik seperti: mengerjakan, memasang, membuat, dan
sebagainya. Ranah psikomotir biasa disebut juga dengan ranah tingkah laku
(Budiman & Riyanti, A, 2013).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain
fasilitas. Misal seorang perawat melakukan pemberian obat melalui selang
infuse pada pasien anak yang menderita penyakit demam berdarah.
e. Tahapan Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut:
1) Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organism dapay diterima atau
ditolak. Jika stimulus tidak diterima berarti stimulus itu tidak efektif
dalam mempengaruhi individu, dan berhenti disini. Sedangkan jika
stimulus diterima oleh organism berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.
2) Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organism yang artinya
bahwa stimulus diterima sehingga stimulus ini dilanjutkan kepada proses
berikutnya.
3) Setelah organism mengolah stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut
B. Kerangka Konsep
= yang diteliti
= yang tidak diteliti Faktor Individu :
- Psikologis - Biologis
- Kemampuan akademis
Faktor Keluarga :
- Keakraban dengan
orang tua
- Pola asuh
- Kekerasan dalam
rumah tangga
- Persaingan saudara
Faktor Lingkungan :
- Situasi sekolah (aturan
sekolah dan komitmen guru tak mendukung
- Pengaruh teman - Pengaruh kekerasan
dari TV
Perilaku Bullying: a. Bullying Fisik b.Bullying Verbal c. BullyingRelasional d.Cyberbullying
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian non
eksperimental yaitu descriptive analytic. Descriptive analytic adalah metode
untuk menggambarkan atau merinkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel
dan grafik yang tidak menjelaskan hubungan, tetapi menghimpun data secara
sistematis, aktual dan cermat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan
cross sectional, yaitu melakukan pengukuran hanya satu kali pada suatu waktu
untuk mengetahui gambaran perilaku bullying di SMP Negeri 11 dan SMP
Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
waktu penelitian (Saryono, 2011).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
SMP Negeri 11dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta kelas VII dan kelas
VIII.Total populasi dalam penelitian ini adalah 721 siswa. Jumlah siswa
diSMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu 273 siswa yang terdiri dari kelas VII
berjumlah 135 siswa, dan kelas VIII berjumlah 138 siswa. Sedangkan, jumlah
siswa di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah 448 siswayang terdiri
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi
tersebut (Saryono, 2011). Pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode simple random sampling yaitu metode
pengambilan sampel pada populasi dengan karakteristik yang berbeda atau
heterogen (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel diambil pada setiap
angkatan yaitu kelas VII dan VIII.
Rumus sampel menggunakan rumus Slovin dalam Nursalam, 2011 :
n = N
1 + N(d)2
n = Besar sampel
N = Jumlah Populasi
d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan:
10% (0,10), 5% (0,05), atau 1% (0,01).
a. Sampel siswa SMP Negeri 11 Yogyakarta
n = N
1 + N(d)2
n = 273
1 + 273(0,05)2
n = 165
Untuk antisipasi droup out maka di tambah 10% dari sampel sehingga
Siswa kelas VII =135
273
× 181
=
89 siswaSiswa kelas VIII = 138
273
× 181
=
91 siswaSetelah dilakukan proses pengambilan data, jumlah sampel mengalami
perubahan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengembalikan
kuesioner pada saat pengembalian kuesionersesuai waktu yang sudah
ditentukan peneliti sehingga sampel tersebut menjadi kriteria eksklusi.
Jumlah sampel menjadi :
Kelas VII = 42 siswa
Kelas VIII = 82 siswa
Total sampel 124
b. Sampel siswa SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
n = N
1 + N(d)2
n = 448
1 + 448(0,05)2
n = 211
Untuk antisipasi droup out maka di tambah 10% dari sampel sehingga
jumlah sampel menjadi 232 siswa.
Siswa kelas VII =202
448
× 232
=
104Siswa kelas VIII = 246