DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : DEVA PRAYUNIKA
20120320145
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
NIM : 20120320145
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 2 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
Deva Prayunika
memotivasi dalam perjalanan hidup dan masa-masa kuliah. Tidak ada kata yang lebih pantas selain kata alhamdulillah dan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua yang membantu dan mendukung penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Terima kasih peneliti ucapkan kepada :
Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Bapak dan ibu saya tercinta yang telah berjuang dengan penuh keikhlasan, yang telah menorehkan segala kasih dan sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tak kenal lelah dan batas waktu.
Saudara - saudaraku tercinta, kakak saya tercinta Dewi Siska Ariyana dan Oksa Rahma Yutia dan adik saya tercinta Meldy Anugrah dan Gifrika Tutut Pradiana dan ponakan saya tercinta Naura, Bagas, dan sadewa.
Ibu Rahmah, M. Kep., Ns., Sp. Kep. Anselaku dosen pembimbing saya yang selalu meluangkan waktu dan tiada hentinya memotivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan.
Partner terbaik saya selama penelitian ini Endah Lisma Syamita
Sahabat-sahabat saya Archiliandi, Tiffani, Nadia, Hafidz, Bombay, Ina, Gugun, Linda, Palupi dan Angga yang memberikan semangat dalam kuliah dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Teman-teman bimbingan Alma, Winda, Elok, Dyah, Endah semoga kita sukses.
Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat dan kenangan manis dalam perkuliahan.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Al Insyirah : 5-6)
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
(Andrew Jackson)
Sesuatu akan menjadi kebanggaan jika sesuatu itu dikerjakan dan bukan hanya difikirkan. Sebuah cita-cita akan menjadi sebuah kesuksesan jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya bukan hanya
menjadi sebuah impian.
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. ~ Einstein
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
dan dengan didorong semangat dan daya upaya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying Di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan program
pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah ini berisikan tentang
teori-teori mengenai pengetahuan bullying . Dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini penulis
mendapat banyak masukan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Wahyudi dan Ibu Suprapti Asih S.Pd. yang telah
memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
2. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Rahmah, M. Kep., Ns., Sp. Kep. An sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran serta
pengarahan yang sangat berguna dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
5. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
Dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis
sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun saya terima
dengan senang hati. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 2 Agustus 2016
Penulis
Deva Prayunika
HALAMAN JUDUL ... i
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Penelitian terkait ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ... 11
1. Definisi Remaja ... 11
2. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 12
3. Proses Perkembangan Remaja ... 15
4. Tugas – tugas Perkembangan Pada Remaja ... 16
B. Pengetahuan ... 17
1. Definisi Pengetahuan ... 17
2. Tingkat Pengetahuan ... 18
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 19
4. Cara Mengukur Pengetahuan... 21
C.Bullying ... 21
1. Definisi Bullying ... 21
2. Karakteristik Bullying ... 22
3. Karakteristik Pelaku dan Korban bullying ... 23
4. Jenis dan Wujud Bullying ... 24
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Bullying di Sekolah ... 24
6. Dampak Bullying ... 28
D.Kerangka Konsep ... 30
E. Pertanyaan Penelitian ... 31
E. Variabel Penelitian ... 36
F. Definisi Oprasional ... 37
G.Askpek Pengukuran ... 38
H.Instrumen Penelitian ... 38
I. Cara Pengumpulan Data ... 39
J. Uji Validitas ... 40
K.Uji Reliabilitas ... 42
L. Analisis data ... 43
M.Pengolahan Data ... 44
N.Prosedur Penelitian ... 45
O.Etika Penelitian ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Wilayah Penelitian ... 49
B.Hasil Penelitian ... 49
C.Pembahasan ... 57
D.Kekuatan dan Kelemahan ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN ... 78
Tabel 3.3 Interpretasi nilai r validitas
Tabel 3.4 Interpretasi nilai r reliabilitas
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden SMP Negeri 11
Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3
Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden di SMP Negeri 11 Yogyakarta
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden di SMP Muhammadiyah 3
Yogyakarta
Tabel 4.4 Distribusi Rata-rata Jawaban Responden Setiap Komponen SMP Negeri
11 Yogyakartadan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Tabel 4.5 Nilai minimum, Nilai maximum dan nilai mean
Tabel 4.6 CrosstabPengetahuan Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin dan
tinggal bersama di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan
SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Tabel 4.7 Crosstab Pengetahuan Bullying Berdasarkan Tinggal Bersama
Siapa di SMP Negeri 11 Yogyakarta
Gambar 4.1 Pengetahuan Bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah
3 Yogyakarta
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
KPAI : Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia
Lampiran 3 : Permohonan Surat Izn Penelitian dari Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Lampiran 4 : Surat Izi Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
Lampiran 5 : Surat Izin dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Lampiran 6 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 : Peryataan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 8 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 9 : Uji Validitas
Lampiran 10 : Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 11 : Hasil Pengolahan Data
knowledge about bullying at SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
The study was a descriptive cross sectinal. The samples in this study were 280 respondents who were students in VII and VIII class in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. The sampling technique were using simple random sampling. This research was conducted in April-May 2016 in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
The result in both school showed that bullying knowledge in SMP Negeri 11 Yogyakarta as many as 87 respondents (70.2%) had a good knowledge, 23 respondents (18.5%) had fair knowledge and 14 respondents (11, 3%) had less knowledge. Knowledge of bullying at SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta as many as 94 respondents (60.4%) had a good knowledge, 36 respondents (23.1%) had a fair knowledge and 26 respondents (16.7%) had less knowledge.
SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta has a good knowledge about bullying. With this result the respondents are expected to maintain and reimprove knowledge related to bullying.
Keywords: Knowledge, Bullying
baik satu atau beberapa orang secara langsung, terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Penelitian ini adalah deskriptif cross sectinal. Sampel dalam penelitian ini 280 responden yang merupakan siswa/siswi VII dan kelas VIII di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april-mei 2016 di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Hasil Penelitian pada kedua SMP tersbut menunjukan bahwa pengetahuan
bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu sebanyak 87 responden (70,2%)
memiliki pengetahuan yang baik, 23 respondem (18,5%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 14 responden (11,3%) memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan bullying di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitu sebanyak 94 responden (60,4%) memiliki pengetahuan yang baik, 36 responden (23,1%) memiliki pengethuan yang cukup dan 26 responden (16,7%) memiliki pengetahuan kurang.
SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 yogyakarta memiliki pengetahuan tentang bullying baik. Dengan hasil ini diharapkan responden dapat mempertahankan dan meningkatkan kembali pengethaun terkait dengan bullying.
Kata Kunci : Pengetahuan, Bullying
Rahma, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An
INTISARI
Bullyingadalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud
menyebabkan ketidak senangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang lain baik satu atau beberapa orang secara langsung, terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya.
Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang
bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3
Yogyakarta.Penelitian ini adalah deskriptif cross sectinal. Sampel dalam penelitian ini 280 responden yang merupakan siswa/siswi VII dan kelas VIII di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april-mei 2016 di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Hasil Penelitian pada kedua SMP tersbut menunjukan bahwa pengetahuan bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu sebanyak 87 responden (70,2%) memiliki pengetahuan yang baik, 23 respondem (18,5%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 14 responden (11,3%) memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan bullying di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitu sebanyak 94 responden (60,4%) memiliki pengetahuan yang baik, 36 responden (23,1%) memiliki pengethuan yang cukup dan 26 responden (16,7%) memiliki pengetahuan kurang.
SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 yogyakarta memiliki pengetahuan tentang bullying baik. Dengan hasil ini diharapkan responden dapat mempertahankan dan meningkatkan kembali pengethaun terkait dengan bullying.
Rahma, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An
ABSTRACT
Bullying is a repeated negative behavior that is intended to cause resentment or hurt done by others either one or a few people directly, to persons who are not able to fight.This study was to dertemine the representation of knowledge about bullying at SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
The study was a descriptive cross sectinal. The samples in this study were 280 respondents who were students in VII and VIII class in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. The sampling technique were using simple random sampling. This research was conducted in April-May 2016 in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
The result in both school showed that bullying knowledge in SMP Negeri 11 Yogyakarta as many as 87 respondents (70.2%) had a good knowledge, 23 respondents (18.5%) had fair knowledge and 14 respondents (11, 3%) had less knowledge. Knowledge of bullying at SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta as many as 94 respondents (60.4%) had a good knowledge, 36 respondents (23.1%) had a fair knowledge and 26 respondents (16.7%) had less knowledge.
SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta has a good knowledge about bullying. With this result the respondents are expected to maintain and reimprove knowledge related to bullying.
Bullyingadalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan
ketidaksenangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang lain baik satu atau
beberapa orang secara langsung, terhadap seseorang yang tidak mampu
melawannya(Olweus,2002).Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya
penyalahgunaan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok,pihak
yang kuat disini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik,tetapi bisa kuat secara
mental (Anonim,2008).
Perilaku bullying yang dilakukan bertujuan untuk menyakiti seseorang secara
psikologis ataupun secara fisik, pelaku bullyingcenderung dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang merasa dirinya “kuat” kepada seseorang atau sekelompok orang
yang dirasa “lemah” artinya pelakubullyingini menyalahgunakan ketidakseimbangan
kekuatanuntuk meyakiti korbannya secara terus menerus, pelaku bullyingjuga cenderung
menjadi agresif dan melakukan tindakan kriminal ketika dewasa (Entenman, Murnen, &
Hendricks, 2005).Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orang tua. Sekolah yang
seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk
karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuh suburnya
praktek-praktek bullying(Irvan usman, 2013).
Menurut data statistik Pacer’s National Bullying Preventing Center, satu dari
empat siswa (22%) melaporkan bahwa dibully selama tahun ajaran (National Center for
Educational Statistics, 2015) dan 19,6% siswa SMA di Amerika Serikat mengalami
bullying di sekolah pada tahun 2013, 14,8% dibully dengan media online (Center for
Diesease Control, 2014). Hasil penelitian Semai Jiwa Amini (SEJIWA) di Indonesia
sendiri pada tahun 2008 terhadap sekitar 1.200 orang pelajar di Jakarta,Yogyakarta, dan
Surabaya menunjukan angka kejadian bullying di SMA sebesar 67,9 % dan SMP sebesar
66,1 %. Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tecatat sebesar 41,2% untuk tingkat
SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis
berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir
adalah kekerasan fisik (memukul).
Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), saat inikasus bullying
menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. KPAI (2014) mencatat sebanyak
369 pengaduan masyarakat yang terjadi pada tahun 2011 hingga Agustus 2014. Jumlah
tersebut sekitar 25% dari total pengaduan dibidang pendidikan sebanyak 1.480
kasus.Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan
tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (republika,
2014).Hasil studi oleh ahli intervensi bullying, Dr. Army Huneck dalam yayasan Semai
Jiwa Amini (SEJIWA) 2008 mengungkapkan bahwa 10-60% siswa di Indonesia
melaporkan mendapat ejekan,cemoohan, pengucilan, pemukulan,tendangan ataupun
Wiyani (2012) mengungkapkan tindakan bullying cenderung disepelekan atau
kurang diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari.Masih banyak yang menganggap
bahwa bullying tidak berbahaya, padahal sebenarnya bullying dapat memberikan
dampak negatif bagi korbannya. Menurut Trigg (dalam Siswati & Widiyanti, 2009)
korban bullying memiliki penyesuaian sosial yang buruk, hal ini menyebabkan korban
merasa takut ke sekolah sehingga tidak jarang korban tidak mau pergi ke sekolah,
menarik diri dari pergaulan, kesulitan untuk berkonsentrasi saat belajar sehingga
menyebabkan prestasi akademiknya menurun, dan fatalnya korban memiliki keinginan
untuk bunuh diri daripada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan
hukuman.
Dampak perilaku kekerasan (bullying) merupakan perbuatan terhadap
seseorang yang dapat mengganggu kesehatan secara fisik dan gangguan kesehatan
jiwa(trauma mental) kematian atau bunuh diri.Kasus bunuh diri yang dialami beberapa
siswa sekolah sebagian diakibatkan oleh adanya bullying.Contoh kasus bunuh diri
Seorang pelajar SMP nyaris bunuh diri karena ejekan teman-temannya di sekolah
dengan sebutan anak tukang jual bubur ayam (Antara News, 2006).Kejadian serupa
menimpa Linda utami 15 tahunsiswi kelas 2 di SMAN 12 Jakarta yang menggantung
dirinya dikamar tidur rumahnya.Diketahui sebelum bunuh diri, Linda depresi karena
sering diejek teman-temannya lantaran pernah tidak naik kelas(indosiar, 2006). Ada
sekitar 30 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri di kalangan anak-anak dan remaja
usia 6 hingga 15 tahun di Indonesia yang dilaporkan media massa antara tahun
Upaya pemerintah dalam menangani kasus bullying sejauh ini belum ada hanya
saja Komisioner KPAI Susanto menjelaskan media online atau jejaring media sosial
yang menayangkan praktik kekerasan, baik dalam bentuk bulliying, tawuran, dan
berbagai bentuk lainnya, juga harus segera diberantas. Selain itu Komisioner KPAI
Susanto meminta kepolisian mengusut tuntas pengedar video berkonten kekerasan yang
masih beredar, karena secara hukum tidak dibenarkan.Peraturan yang mengatur
mengenai perlindungan anak yaitu UU No. 23 Tahun 2002.Pasal 1 angka 1 UU No. 23
Tahun 2002 tentang tentang Perlindungan Anak maka semua pihak baik pemerintah,
orang tua, keluarga maupun masyarakat wajib memberikan perlindungan kepada anak
dari segala tindakan yang akan merugikan anak. Anak adalah adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.Dalam Pasal 54 UU tentang Perlindungan anak mengamanatkan bahwa
“Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah
yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.
Perawat professional perlu memberikan pengetahuan bagi remaja terkait
pentingnya pencegahan perilaku bullying dan cara penanggulangannya. Hal ini erat
kaitannya dengan peran dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health Care) yang lebih berfokus dalam preventif dan promotif yaitu
memberikan pendidikan untuk pengenalan dan pencegahan atau pengendalian masalah
kesehatan pada remaja khususnya bullying(Gaffar, 1999 dalam Annisa 2012). Fungsi
penyedia layanan keperawatan (praktisi) tidak hanya itu perawat harus mempunyai
kemampuan bekerja secara mandiri dan kolaborasi, serta mempunyai pengetahuan
perilaku penyimpangan pada remaja, keterampilan, sikap empati dalam pemberian
asuhan keperawatan sehingga mempunyai kemampuan bekerja secara mandiri maupun
kolaborasi (Roziqin, 2014).
Agama Islam sendiri melarang tindakanbullying atau kekerasan seperti tertera
pada surat Al-Hujuraat ayat 11 yang berbunyi seperti berikut:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain,
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih
baik daripada wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu
mencela dirimu sendiri (baca: sesama saudara seiman) dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk
(berbau kefasikan) sesudah seseorang beriman dan barang siapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Ketimpangan atau ketidak seimbangan kekuatan baik fisik maupun mental
menjadi penyebab terjadi perilaku bullyingdi sekolah.Dari beberapa orang siswa
balas dendam. Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullyingdi
sekolah, antara lain adalah faktor kepribadian, komunikasi interpersonal yang dibangun
remaja dengan orangtuanya, peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah.
faktor kepribadian yang memberikan kontribusi besar pada siswa dalam
melakukan perilaku bullying atau menjadi pelaku bullying( Irvan Usman, 2013).
Kurangnya pengetahuan merupakan salah satu faktor penyebab seseorang individu
melakukan kekerasan, Semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku
bullying maka akan dapat meminimalkan terjadinya perilaku bullying di kalangan siswa
(Usman, 2013).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10
siswa yang terdiri dari kelas VII,VIII dan IX di SMP N 11 Yogyakarta,bahwa
terdapat 4 siswa yang mengetahui tentang bullying sedangkan 6 siswa tidak
mengetahui namun ketika peneliti mewawancarai beberapa siswa , rata-rata mereka
semua pernah melakukan tindakan bullying tetapi mereka memang tidak mengetahui
bahwa apa yang sudah mereka lakukan itu adalah bullying.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Gambaran Tingakat Pengetahuan TentangBullying di SMP
Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.
a. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat ditemukan rumusan masalah yang
akan diteliti yaitu: “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying di SMP Negeri
11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tentang bullying
di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden
b. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang bullying berdasarkan
karaktersistik jenis kelamin siswa di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3
Yogyakarta.
c. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan bullying berdasarkan siswa
tinggal bersama siapa.
d. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang bullying di SMP Negeri
11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
e. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang karakteristik bullying di
SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
f. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang karakteristik pelaku dan
korban bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
g. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang karakteristik bullying di
h. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3
Yogyakarta.
i. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang dampak bullying di
SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sebagai tambahan pengetahuan
mengenai perilaku bullying.
2. Bagi pihak sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil suatu
kebijakan yang tepat sasaran dan efektif terhadap anak didik.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan dan wawasan terutama yang
berkaitan dengan perilaku bullying.
1. Trevi, Winanti Siwi Respati (2012) Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul
Jakarta melakukan penelitian yang berjudul: Sikap siswa kelas X smk Y tangerang
terhadap bullying. Penelitian ini bersifat kuantitatif non-eksperimental dengan
menggunakan teknik statistik deskriptif. Metode yang digunakan untuk memperoleh data
dalam penelitian adalah metode kuesioner.Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner sikap terhadap perilaku Bullying. Kesimpulan dari penelitian Trevi
Winanti Siwi Respati adalah bahwa yang sikapnya cenderung positif terhadap
bullyingmemiliki kecenderungan karakteristik sebagai berikut: cenderung berjenis
kelamin laki-laki,cenderung berasal dari program keahlian yang populer, seperti AK
(akutansi) atau MM, cenderung memiliki keadaan keluarga yang utuh bermasalah,
cenderung menyukai informasi yang berhubungan dengan komedi, cenderung berperan
sebagai pelaku,cenderung mempunyai kelompok dan berperan sebagai pengikut dalam
kelompok peegroupnya,cenderung berasal dari ayah yang bekerja sebagai karyawan dan
ibu sebagai ibu rumah tangga,cenderung berasal dari keluarga yang penghasilan orang
tuanya kurang dari 1 juta perbulan, dan tingkat pendidikan orang tuapun cenderung
rendah,dimana tingkat pendidikan ayahnya hanya SD dan SMP sedangkan ibunya hanya
SMP.Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama sama
menggunakan Penelitian yang bersifat kuantitatif non-eksperimental dengan
menggunakan teknik statistik deskriptif.Persamaan dengan penelitian ini adalah pada jenis
penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada judul,kerangka
2. Titis setiani (2013) universitas negeri semarang melakukan penelitian yang berjudul:
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap guru taman kanak-kanak dengan tindakan
bullying.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional kesimpulan dari
penelitian Titis setiani yaitu: (1) guru cukup memiliki pengetahuan terhadap tindakan
bullying, (2) guru memiliki sikap intoleransi terhadap tindakan bullying, (3) terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap guru TK terhadap tindakan bullying.
Perilaku bullying merupakan satu dari banyak masalah tingkah laku dan disiplin di
kalangan murid sekolah dewasa ini. Perilaku bullying secara langsung atau tidak
langsung merupakan sebagian dari tingkah laku agresi. Perilaku bullying berlaku jika
terdapat jurang atau ketidakseimbangan kuasa antara pembuli dengan korban. Terdapat
beberapa faktor yang mendorong terjadinya perilaku bullyingdi kalangan murid sekolah
yaitu faktor individu, keluarga, teman sebaya, sekolah, media, dan diri sendiri. Perilaku
bullying perlu dicegah terjadi di sekolah. Oleh karena itu sekolah perlu memiliki program
baik program pencegahan maupun program intervensi pemulihan yang melibatkan semua
komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah.Persamaan dengan
penelitian ini adalah pada jenis penelitian, perbedaan dengan penelitian ini adalah pada
A. Remaja
1. Definisi Remaja
MenurutDeBrum dalam Jahja (2011) mendefinisikan remaja sebagai
periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut Papalia dan
Olds (2001) dalam Jahja (2011: 220) masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun
atau awal dua puluhan tahun.
World Health Association (WHO) memberikan definisi tentang remaja
yang lebih bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.Batasan remaja menurut WHO yaitu usia
10-20 tahun. WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja
awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Menurut Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth).
Batasan remaja di Indonesia mendekati batasan usia menurut PBB yaitu 15-25
tahun.
2. Karakteristik Perkembangan Remaja 1. Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan
kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat
pesat,pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi
tubuh orang dewasa.
2. Perkembangan kognitif (Intelektual)
Secara mental remaja telah dapat berfikir logis tentang berbagai
gagasan yang abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan
masalah daripada berfikir konkret (Yusuf, 2011). Adam & Gullota; 1983
dalam Yusuf (2011) menjelaskan bahwa remaja dapat memikirkan tentang
masa depan dengan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai
kemungkinan untuk mencapainya.
3. Perkembangan emosi remaja
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan
emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual
mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan
baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan
untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.Usia remaja awal,
perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang
sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya
sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikannya
(Yusuf, 2011).
Yusuf (2011) juga menjelaskan bahwa mencapai kematangan
emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja.
Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional
lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.
Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai
oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan
penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan
emosinya.
4. Perkembangan sosial
Pada masa remaja berkembang sosial cognition, yaitu kemampuan
untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu
yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun
perasaannya. Pada masa remaja sering menjalin hubungan sosial dengan
teman sebaya, seperti menjalin persahabatan maupun pacaran. Dalam
hubungan dengan teman sebaya remaja lebih memilih teman yang memiliki
kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut
ketertarikan, sikap nilai dan kepribadian (Yusuf, 2011).
5. Perkembangan moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru,
lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih
mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti
kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan. Masa ini juga muncul
dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh
orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan
fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan
penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya) (Yusuf, 2011).
6. Perkembangan kepribadian
Menurut Yusuf (2011), fase remaja merupakan saat yang paling
penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan
pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa
remaja, meliputi perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa
dewasa, kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan emosi
baru, kesadaran terhadap diri sendiri dalam keinginan untuk mengarahkan
diri, kebutuhan akan persahabatan yang bersifat yang bersifat heteroseksual
dan munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak
dan masa dewasa.
7. Perkembangan kesadaran beragama
Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkan mereka untuk
dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya. Mereka dapat
mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Adil, Maha
3. Proses perkembangan remaja 1. Remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini,remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan
pikiran-pikiran baru, sempat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang
secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan
berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit
mengerti dan dimengertioleh orang dewasa (Monks, 1999).
2. Remaja madya(15-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada
kecenderungan narsisitik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara
lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama
dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan
karena masih ragu harus memilih yang mana,peka atau peduli,
ramai-ramai atau sendiri,optimis atau pesimis, dan sebagainya (Monks, 1999).
3. Tahap akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan
pencapaian:
Pertama adalah minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi
intelek. Kedua adalah egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
adalah terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
Keempat adalah egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri dengan orang lain. Kelima adalah tumbuh dinding pemisah antara
diri sendiri dengan masyarakat umum.
4. Tugas-tugas perkembangan pada remaja
Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat
diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka,
dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996 dalam Yusuf 2011).
Salzman dan Pikunas juga menjelaskan masa remaja ditandai dengan
berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen,
minat seksualitasdan kecenderungan untuk merenung dan memperhatikan
diri sendir, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.
Menurut Erikson berpendapat bahwa remaja merupakan masa
berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman
remaja, karena semua krisis normative yang sebelumnya telah
memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas diri. Erikson
memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium,
yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan
dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan siapa saya
(who am I?). Erikson mengatakan kegagalan remaja untuk mengisi atau
dirinya. Remaja yang gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya,
maka remaja akan kehilangan arah yang dampaknya akan
mengembangkan perilaku yang menyimpang, melakukan kriminalitas atau
menutup diri dari (mengisolasi diri) dari masyarakat (Yusuf, 2011).
Menurut pendapat Mc Candless dan Evans melalui Yusuf (2011)
bahwa masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh
dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang
dewasa, dan budaya pada periode ini, remaja memperoleh kesadaran yang
jelas tentang apa yang diharapkan masyarakat dari dirinya.
William Kay dalam Yusuf (2011) menjelaskan bahwa tugas
perkembangan utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem
moral untuk membimbing perilakunya.
B. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari dan sejumlah fakta dan teori
yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia,yakni indra
penglihatan,pendengaran,penghidu,perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Kamus Besar
langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetauan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour) (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Mubarak (2011), Pengetahuan adalah segala apa yang
diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.Pada
dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan
proses pengalaman manusia yang dialami.Kamus filsafat menjelaskan bahwa
pengetahuan (knowledge)adalah proses kehidupan yang diketahui manusia
secara langsung dari kesadarannya sendiri(Bakhtiar, 2012).
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :
Pertama, tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu,’tahu’ ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
Kedua, memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Ketiga, aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk
(sebenarnya) serta dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Keempat, analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
Kelima, sintesis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
Keenam, evaluasi (evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang
Pertama, pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang
kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka
menerima informasi, daripada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan
semakin banyak.
Kedua, pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Ketiga, umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami
perubahan aspek fisik dsn psikologis (mental). Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir
seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
Keempat, minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
Kelima, pengalaman, suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Keenam, kebudayaan, lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Apabila dalam suatu wilayah
masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
Ketujuh, informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi
dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru
4. Cara mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat
kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat
kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan ataupengukuran, dapat
diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang
diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu
ditafsirkankedalam kalimat yang bersifat kualitatif.
a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan
b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan.
c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.
C. Bullying 1. Definisi bullying
Sejiwa(Semai Jiwa Amini 2008:2) istilah bullyingdiilhami dari kata
bull(bahasa Inggris) yang berarti ”banteng” yang menanduk. Pihak
pelakubullyingbiasa disebut bully. Sejiwa (2008:2) mengatakan bullyingsebagai
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Pihak yang kuat tidak hanya
berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Pada hal ini
korban bullyingtidak dapat membela atau mempertahankan diri, karena lemah
secara fisik atau mental. Perlu diperhatikan dampak tindakan tersebut bagi
korban, bukan sekedar tindakan yang dilakukan. Misalnya: seorang siswa
mendorong bahu temannya dengan kasar. Saat yang didorong merasa
terintimidasi, apalagi jika tindakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang,
maka perilakubullyingtelah terjadi.
Pendapat ini diperkuat dengan pandangan Olweus (dalamKarina
Astarini 2013) adalah seseorang dianggap menjadi korban bullying, bila
seseorang dihadapkan pada tindakan negatif dan dilakukan secara
berulang-ulang, serta terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu,bullyingmelibatkan kekuatan
dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan
tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan
negatif yang diterimanya.
2. Karakteristik bullying
Ciri perilaku bullyingyang lain adalah adanya perilaku agresif dan
sengaja “melakukan kejahatan” (Olweus, 2003), dilakukan secara
berulang-ulang atau berkali-kali, hubungan interpersonal yang ditandai dengan
ketidakseimbangan kekuatan, dan mengakibatkan dampak negatif bagi korban
(Krahe, 2005; Houbre, dkk., 2006; Houbre, dkk., 2010). Selain itu menurut
agresif baik secara fisik maupun verbal, dendam atau iri hati, adanya semangat
ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual,untuk
meningkatkan popularitas pelaku dikalangan teman sepermainan (preer group
)-nya. Astuti (2008) mencirikan sekolah yang pada umumnya mudah terdapat
kasus bullying yaitu :a) Sekolah yang di dalamnya terdapat perilaku
deskriminatif baik di kalangan guru maupun siswa; b) Kurangnya pengawasan
dan bimbingan etika dari para guru dan petugas sekolah; c) Terdapat
kesenjangan yang besar antara siswa yang kaya dan miskin; d) Adanya pola
kedisiplinan yang sangat kaku ataupun terlalu lemah; e) Bimbingan yang tidak
layak dan peraturan yang tidak konsisten.
3. Karakteristik pelaku dan korban bullying
Bullying antara lain disebabkan oleh pelaku yang dendam, ingin dipuja
kelompok/komunitasnya, menarik perhatian orang lain. Ciri-ciri pelaku dan
korban bullying (Astuti, 2008).
Ciri pelaku bullying antara lain: hidup berkelompok dan menguasai
kehidupan social siswa disekolah, menempatkan diri di tempat tertentu di
sekolah atau sekitarnya merupakan tokoh popular di sekolahnya,Gerak-geriknya
seringkali dapat ditandai dengan sering berjalan di depan, sengaja menabrak
,berkata kasar ,menyepelekan atau melecehkan.
Ciri korban bullying antara lain: pemalu ,pendiam dan juga penyendiri,
bodoh,dungu, sering tidak masuk sekolah oleh alasan tak jelas berperilaku aneh
4. Jenis dan wujud bullying
Kategori praktek bullying yaitu: bullying fisik, bullying verval ataunon
fisik, bullying mental atau psikologis (SEJIWA, 2008).Bentuk bullying fisik
adalah jenis bullying yang kasat mata. Contoh bullying fisik antara lain:
menampar, menimpuk, menjegal, menginjak kaki, meludahi, memalak,
melempar dengan barang, menghukum dengan cara push up.
Bentuk bullying verbal atau non fisik adalah jenis bullying yang juga
bisa terdeteksi karena dapat tertangkap oleh indra pendengaran orang. Contoh
bullying verbal antara lain: memaki, menjuluki, menghina, meneriaki,
mempermalukan di hadapan umum, menuduh, menyoraki, menebar gosip, serta
memfitnah.
Jenis bullying yang paling berbahaya adalah bullying mental atau
psikologis, hal tersebut terjadi secara diam-diam dan di luar pemantauan orang.
Contohnya adalah: memandang sinis, memandang penuh ancaman,
mempermalukan di hadapan umum, mendiamkan, mengucilkan,
mempermalukan, meneror melalui pesan pendek telepon genggam atau email,
memelototi, serta mencibir.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi bullying di sekolah
Kebanyakan perilaku bullyingberkembang dari berbagai faktor yang
kompleks. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi penyebab munculnya
bullying. Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying menurut Ariesto (dalam
a. Faktor guru
Ada beberapa faktor dari guru yang dapat menyebabkan siswa
berperilakubullying, diantaranya adalah:
Pertama, kurangnya pengetahuan guru bahwa bullying baik fisik
maupun psikis dapat beresiko menimbulkan trauma psikologis dan melukai
self esteem(harga diri)siswa.
Kedua,persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Setiap anak
mempunyai konteks kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap
kata dan tindakannya, termasuk dalam tindakan siswa yang dianggap
melanggar batas. Pelanggaran yang dilakukan siswa merupakan sebuah
tanda dari masalah yang tersembunyi di baliknya.
Ketiga, permasalahan psikologis guru yang menyebabkan hambatan
dalam mengelola emosi hingga guru menjadi lebih sensitif dan reaktif.
Keempat, adanya tekanan kerja. Target yang harus dipenuhi guru, baik
dari segi kurikulum, materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa
sementara kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal dan
maksimal cukup besar.
Kelima,pola pengajaran yang masih mengedepankan faktor kepatuhan
dan ketaatan pada guru sehingga pola pengajaran bersifat satu arah (dari
guru ke murid).Pola ini bisa berdampak negatif apabila dalam diri guru
Keenam, muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan
kognitif dan mengabaikan kemampuan afektif siswa. Tidak menutup
kemungkinan suasana belajar menjadi kering dan stressfull.
b. Faktor siswa
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku bullyingpada siswa
adalah dari sikap siswa itu sendiri. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari
dimensi psikologis dan kepribadian siswa itu sendiri.
c. Faktor keluarga
Pola asuhmeliputi: pertama Anak yang dididik dalam pola asuh yang
indulgent (memanjakan), highly privilege(mengistimewakan) dan over
protective(terlalu melindungi). Dengan memenuhi semua keinginan dan
tuntutan sang anak maka dapat menjadikan anak tersebut tidak bisa belajar
mengendalikan impulse, menyeleksi dan menyusun skala prioritas
kebutuhan, dan bahkan tidak belajar mengelola emosi. Hal ini dapat
menjadikan anak merasa seperti raja dan bisa melakukan apa saja yang ia
inginkan dan bahkan menuntut orang lain melakukan keinginannya,
sehingga anak akan memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhannya
dengan cara apapun asalkan tujuannya dapat tercapai.
Kedua, orang tua yang emotionally or physically uninvolved, bisa
menimbulkan persepsi pada anak bahwa mereka tidak dikehendaki, jelek,
bodoh, tidak baik dan sebagainya. Hal ini dapat berdampak secara
Sebaliknya, orangtua yang terlalu rigid dan authoritarian, tidak memberikan
kesempatan berekspresi pada anaknya, dan lebih banyak mengkritik,
membuat anak merasa dirinya “not good enough person”, hingga dalam diri
mereka timbul inferioritas, dependensi, sikapnya penuh keraguan, tidak
percaya diri, rasa takut pada pihak yang lebih kuat, sikap taat dan patuh
yang irrasional, dan sebagainya. Lambat laun tekanan emosi itu bisa
keluardalam bentuk agresivitas yang diarahkan pada orang lain.
Ketiga,orang tua mengalami masalah psikologis. Jika orang tua
mengalami masalah psikologis yang berlarut-larut bisa mempengaruhi pola
hubungan dengan anak. Lama-kelamaan kondisi ini dapat mempengaruhi
kehidupan pribadi anak. Anak bisa kehilangan semangat, daya konsentrasi,
sensitif, reaktif, cepat marah dan sebagainya.
Keluarga disfungsional
Keluarga yang mengalami disfungsi punya dampak signifikan terhadap
anak. Keluarga yang salah satu anggotanya sering memukul atau menyiksa
fisik atau emosi, mengintimidasi anggota keluarga lain atau keluarga yang
sering memiliki konflik terbuka tanpa ada resolusi, atau masalah yang
berkepanjangan yang dialami oleh keluarga dapat mempengaruhi kondisi
emosi anak dan lebih jauh mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
d. Faktor lingkungan
Bullyingdapat terjadi karena adanya faktor lingkungan, yaitu: pertama
berada dalam suatu kelompok yang sangat toleran terhadap
tindakanbullying. Anak yang tumbuh dalam lingkungan tersebut
memandang bullyinghal yang biasa/wajar.Kedua mengalami sindrom
Stockholm. Sindrom Stockholm merupakan suatu kondisi psikologis dimana
antara pihak korban dengan pihak aggressor terbangun hubungan yang
positif. Seperti budaya dalam orientasi siswa baru, karena meniru perilaku
seniornya. Ketiga tayangan televisi yang banyak berbau kekerasan. Jika
seseorang terlalu sering menonton tayanganbullyingmaka akan
mengakibatkan dirinya terdorong untuk mengimitasi perilaku bullyingyang
ada di televisi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi bullyingantara lain faktor guru, siswa dan keluarga
seperti pola asuh orang tua, orang tua yang mengalami masalah psikologis,
dan faktor lingkungan, seperti adanya budaya kekerasan, dan tayangan
televisi yang banyak menayangkan kekerasan.
6. Dampak bullying
Menurut Elliot (dalam Titis setiani 2013), bullying memiliki dampak
negatif bagi perkembangan karakter anak, baik bagi si korban maupun pelaku.
Sementara kegagalan untuk mengatasi tindakan bullying akan menyebabkan
agresi lebih jauh. Akibat tindakan bullying pada diri korban tidak hanya secara
fisik namun bisa berdampak secara psikologis, sehingga dapat timbul perasaan
2013) kondisi ini menyebabkan korban mengalami kesakitan fisik dan
psikologis, kepercayaan diri (self-esteem) yang merosot, malu, trauma, tak
mampu menyerang balik, merasa sendiri, serba salah dan takut sekolah (school
phobia)karena anak merasa tidak ada yang menolong.Dalam kondisi
selanjutnya, korban mengasingkan diri dari sekolah, menderita ketakutan sosial
(social phobia), bahkan menurut Field (Titis setiani 2013) korban bullying
D. Kerangka Konsep
Baik (76-100%)
Cukup (56-75%)
Kurang (<56%)
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Tingkat Pengetahua
Bullying
1. Definisi
Bullying 2. Karakteristik
bullying 3. Karakteristik
pelaku dan korban
bullying 4. Jenis dan
wujud bullying
5. Dampak
bullying
Faktor –faktor yang mempengaruhi
bullying disekolah 1. Faktor guru 2. Faktor siswa 3. Faktor
keluarga 4. Faktor
E. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying di SMP
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian non eksperimental
yaitu descriptive analitic. Descriptive analytic adalah metode untuk
menggambarkan atau meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau
grafik yang tidak menjelaskan hubungan, tetapi menghimpun data secara sistematis,
aktual dan cermat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan cross
sectional, yaitu melakukan pengukuran hanya satu kali pada suatu waktu untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang bullying di SMP Negeri 11 dan
SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan objek
penelitian.Peneliti menentukan tempat populasi dalam penelitian ini dengan cara
mengumpulkan sebanyak 16 SMP Negeri dan 10 SMP Muhammadiyah yang
ada di Yogyakarta, selanjutnya peneliti mencatat satu persatu nama SMP dari
SMP Negeri maupun SMP Muhammadiyah dalam sebuah potongan kertas kecil,
kemudian peneliti melakukan undian untuk dua kategori , kategori yang pertama
yaitu SMP Negeri yang ada di Yogyakarta didapatkan SMP Negeri 11
Yogyakarta, dan untuk kategori yang ke dua yaitu SMP Muhammadiyah
Yogyakarta didapatkan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Setelah melakukan
undian tersebut maka didapatkan populasi dalam penelitian ini adalah siswa
SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta kelas VII dan kelas
VIII.Total populasi dalam penelitian ini adalah 721 siswa. Jumlah siswa di SMP
Negeri 11Yogyakarta sebanyak 273 siswa yang terdiri dari kelas VII berjumlah
135 siswa dan kelas VIII berjumlah 138 siswa. Jumlah siswa di SMP
Muhammadiyah 3 Yogyakarta berjumlah 448 siswa yang terdiri dari kelas VII
berjumlah 202 siswa dan kelas VIII berjumlah 246 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi
tersebut (Saryono, 2011). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode simple random sampling yaitu metode pengambilan sampel
pada populasi dengan karakteristik yang berbeda atau heterogen (Notoatmodjo,
2012). Pengambilan sampel diambil pada setiap angkatan yaitu kelas VII dan
VIII.Rumus sampel menggunakan rumus Slovin dalam Nursalam (2013):
� = �
1 +�(�)2
n : Besar sampel
N : Besar populasi
a. Sampel SMP Negeri 11 Yogyakarta :
� = �
1 +�(�)2
�= 273
1 + 273(0,05)2
� = 165
Untuk antisipasi drop out maka di tambah 10% sehingga jumlah sampel
menjadi 181 siswa.
Siswa kelas VII
=
135273
×
181 = 89 siswaSiswa kelas VIII = 138
273
×
181= 91 siswaSetelah dilakukan proses pengambilan data, jumlah sampel mengalami
perubahan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengembalikan
kuesioner pada saat pengembalian kuesioner sesuai waktu yang sudah
ditentukan peneliti sehingga sampel tersebut menjadi kriteria eksklusi. Jumlah
sampel menjadi :
Kelas VII = 42 siswa
Kelas VIII = 82 siswa
b. Sampel SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
� = �
1 +�(�)2
� = 448
1 + 448(0,05)2
n = 211
Untuk antisipasi drop out maka di tambah 10% sehingga jumlah sampel
menjadi 232 siswa.
Siswa kelas VII =202
448
×
232 = 104 siswaSiswa kelas VIII = 246
448
×
232= 127 siswaSetelah dilakukan proses pengambilan data, jumlah sampel mengalami
perubahan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengembalikan
kuesioner pada saat pengembalian kuesioner sesuai waktu yang sudah
ditentukan peneliti sehingga sampel tersebut menjadi kriteria eksklusi. Jumlah
sampel menjadi :
Kelas VII = 68 siswa
Kelas VIII = 88 siswa
C. Kriteria Inklusi & Ekslusi 1. Kriteria Inklusi
a. Siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
b. Siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang bersedia
menjadi responden.
c. Hadir pada saat pengisian kuesioner.
2. Kriteria Ekslusi
a. Siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakartayang tidak
masuk sekolah pada saat pengambilan data.
b. Siswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
c. Siswa yang tidak mengembalikan kuesioner
D. Lokasi dan Waktu penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukandi SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3
Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tunggal yaitu tingkat pengetahuan
tentang bullying pada siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3
F. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada
dalam penelitian, setiap variabel dirumuskan secara operasional. Adapun definisi
operasional dari penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel DefinisiOperasional Parameter Alat ukur Skala Skor Pengetahu
Adalah segala sesuatu yang diketahui siswa kelas
VII dan VIII, tentang perilaku bullying. Di SMP Negeri 11 dan SMP
Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
1.Definisi bullying 2.Karakterist ik bullying 3.Karakterist ik pelaku dan korban bullying.
4.Jenis dan wujud
G. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat pengetahuanberdasarkan
jawaban responden dan semua pertanyaan yang diberikandengan jumlah
21pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala Guttman Menurut Arikunto
(2006), skalapengukuran pengetahuan dapat dikategorikan:
1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100%(13-17) dari yang diharapkan.
2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% (10-12)dari yang diharapkan.
3. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% (<10)dari yang diharapkan.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan disusun peneliti denganmengacu kepada kerangka
konsep. Kuesioner dibagikan kepada responden atau siswaSMP Negeri 11 dan SMP
Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Kuesioner ini menggunakan skala Guttman dan
kuesioner berupa pertanyaan tertutup dengan alternative jawaban benar, salah dan
tidak tahu. Kuesioner yang peneliti susun terdapat 17 pertanyaan. Untuk jawaban
yang benar akan diberikan nilai 1,sedangkan untuk jawaban salah dan tidak tahu
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Bullying
I. Cara Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah dibuat oleh
peneliti dengan mengacu pada bab II , bentuk pernyataan dengan memilih
alternative jawaban yang disediakan. Pengambilan data dilakukan setelah
responden diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan dan tata kerja
penelitian serta bersedia dijadikan sampel penelitian. Responden kemudian diminta
untuk mengisi dengan lengkap kuesioner yang telah disediakan.
Tata cara penelitian adalah selama pengambilan data peneliti datang ke SMP
Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan membagikan kuesioner
No Variabel Unsur No Item Jumlah
1. Pengetahuan
Bullying
1. Definisi
Bullying
1,2 2
2. Karakteristik
Bullying
3 ,4,5 3
3. Karakteristik pelaku dan korban
bullying
6,7,8 3
4. Jenis dan wujud
bullying
9,1011,12 4
5. Faktor yang mempengaru hi bullying
13,14 2
6. Dampak
bullying
15,16,17 3
pada responden. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari kuesioner
yang telah diisi oleh responden. Kuesioner yang diberikan kepada responden
terlebih dahulu dilakukan uji validitas &reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas
akan dilakukan setelah kuesioner disusun, kemudian kuesioner tersebut akan
dibagikan kepada responden.
J. Uji Validitas
Kuesioner pengumpulan data diujikan validitas dan reliabilitas. Validitas
instrumen adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan dapat mengukur apa yang harus diukur (Arikunto,2006). Pengujian
validitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara: korelasi butir soal, yaitu
konsisten antara skor butir pertanyaan dengan skor secara keseluruhan yang dapat
dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap butir dengan skor keseluruhan.
Sampel dalam uji validitas ini sebanyak 30 orang di SMP Negeri 12
Yogyakartakarena SMP 12 Yogyakarta lokasinya masih dalam satu wilayah. Jika
koefisiensi korelasi butir pertanyaan dengan totalnya lebih besar atau sama dengan
0,34 maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Uji validitas menggunakan rumus
pearson product moment dari pearson(Arikunto,2010),yaitu:
���= �∑�� − (∑�)(∑�)
���∑�2−�∑�2����∑�2−�∑�2�� Keterangan :
��� = Koefisien korelasi antara skor subjek dengan skor total subjek
∑ �Y = Total perkalian skor item dan total
X = Skor total X masing-masing subjek ∑ � = Jumlah skor total variabel X
Y = Skor total Y masing-masing subjek ∑ � = Jumlah skor total variabel Y
Tabel 3.3 : Interpretasi Nilai r Validitas menurut Arikunto (2010) Nilai r
0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20
Interpretasi Sangat tinggi
Tinggi Cukup Rendah
Sangat rendah
Jika nilai r hitung > r tabel maka maka hasilnya valid, demikian pula
sebaliknya jika jika nilai r hitung < r tabel berarti hasilnya tidak valid. Apabila instrumen valid maka indeks korellasinya (r) ≥ 0,34
(Arikunto,2010). Jumlah awal kuesioner pengetahuan bullying adalah 21
pernyataan kemudian dilakukan uji validitas dengan menggunakan person
product moment dan terdapat 13 pernyataan yang valid yaitu pada nomor
3,4,5,9,11,13,14,15,16,17,19,20,21, namun karena terdapat beberapa nomor
kuesioner yang tidak mewakili pernyataan maka kuesioner yang belum valid
dilakukan uji Content Validity Indeks (CVI), untuk memperbaiki alat ukur
melalui pemeriksaan butir-butir soal yang tidak baik, atau tidak memenuhi
syarat dan akan dibuang, diperbaiki, maupun diganti. Pengujian dilakukan
Puspita, S.Kep., M.Sc dan Ibu Romzati, S.kep., Ns., MNS yangmerupakan
dosen di Program Study Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, untuk memberikan pendapat terkait dengan instrumen dapat
menggunakan cara tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total.
Penilaian yang dapat diberikan untuk Content Validity Indeks (CVI) adalah
skor 1 (tidak releven), skor 2 (agak relevan), skor 3 (cukup releven), dan
skor 4 (sangat releven).
kuesioner yang sudah di lakukan uji CVI diuji kembali dengan
menggabungkan kuesioner sebelumnya sehingga kuesioner menjadi
sebanyak 17 pernyataan. Selanjutnya kuesioner disebar kembali di SMP
Negeri 12 Yogyakarta dengan 30 responden dan didapatkan hasil sebanyak
17 pernyataan semuanya valid.
K. Uji Reliabilitas
MenurutHidayat (2007), bahwaujireabilitas data
digunakanuntukmengetahuiapakahalatukurdapatdigunakanatautidak.
Reliabel yang
artinyadapatdipercayauntukdigunakansabagainalatpengumpul data karena
instrument tersebutsudahbaik. Uji reliabilitas kuesioner gambaran
pengetahuan tentang bullyingdengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach. Kuesionerdapat dikatakan reliabel apabila memberikan nilai ≥
0,6. (Arikunto, 2010). Uji reliabilitas kuesioner pengetahuan bullying
melihat nilai r tabel untuk 30 responden dengan signifikansi sebesar 5%
adalah 0,361 maka kuesioner pengetahuan bullying dinyatakan reliabel.
Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
R=
�
�(�−1)
� �
1
−
∑ 2
�12
�
Keterangan :
R = reabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ 2 = jumlah varian butir
�
1
2 = varian totalDikatakan reliabilitas apabila didapatkan nilai r > 0,6 (Arikunto, 2013).
Tabel 3.4 : Interpretasi Nilai r Reliabilitas Menurut (Arikunto, 2010)
Nilai r KriteriaReliabilitas
Antara 0,81-1,00 = Sangattinggi Antara 0,61-0,80 = Tinggi Antara 0,41-0,60 = Sedang Anta ra 0,21-0,40 = Rendah Antara 0,00-0,20 = Sangatrendah
Sangattinggi Tinggi Sedang Rendah Sangatrendah
L. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisa univariat,yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian