• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BULLYING DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BULLYING DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

DI SMP NEGERI 11 DAN SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : DEVA PRAYUNIKA

20120320145

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

NIM : 20120320145

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 2 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

Deva Prayunika

(4)

memotivasi dalam perjalanan hidup dan masa-masa kuliah. Tidak ada kata yang lebih pantas selain kata alhamdulillah dan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua yang membantu dan mendukung penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Terima kasih peneliti ucapkan kepada :

 Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

 Bapak dan ibu saya tercinta yang telah berjuang dengan penuh keikhlasan, yang telah menorehkan segala kasih dan sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tak kenal lelah dan batas waktu.

 Saudara - saudaraku tercinta, kakak saya tercinta Dewi Siska Ariyana dan Oksa Rahma Yutia dan adik saya tercinta Meldy Anugrah dan Gifrika Tutut Pradiana dan ponakan saya tercinta Naura, Bagas, dan sadewa.

 Ibu Rahmah, M. Kep., Ns., Sp. Kep. Anselaku dosen pembimbing saya yang selalu meluangkan waktu dan tiada hentinya memotivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan.

 Partner terbaik saya selama penelitian ini Endah Lisma Syamita

 Sahabat-sahabat saya Archiliandi, Tiffani, Nadia, Hafidz, Bombay, Ina, Gugun, Linda, Palupi dan Angga yang memberikan semangat dalam kuliah dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

 Teman-teman bimbingan Alma, Winda, Elok, Dyah, Endah semoga kita sukses.

 Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat dan kenangan manis dalam perkuliahan.

(5)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Al Insyirah : 5-6)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

(Andrew Jackson)

Sesuatu akan menjadi kebanggaan jika sesuatu itu dikerjakan dan bukan hanya difikirkan. Sebuah cita-cita akan menjadi sebuah kesuksesan jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya bukan hanya

menjadi sebuah impian.

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. ~ Einstein

(6)

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya

dan dengan didorong semangat dan daya upaya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying Di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan program

pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah ini berisikan tentang

teori-teori mengenai pengetahuan bullying . Dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini penulis

mendapat banyak masukan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Wahyudi dan Ibu Suprapti Asih S.Pd. yang telah

memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

2. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Rahmah, M. Kep., Ns., Sp. Kep. An sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran serta

pengarahan yang sangat berguna dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

(7)

5. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

Dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis

sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun saya terima

dengan senang hati. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2 Agustus 2016

Penulis

Deva Prayunika

(8)

HALAMAN JUDUL ... i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penelitian terkait ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ... 11

1. Definisi Remaja ... 11

2. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 12

3. Proses Perkembangan Remaja ... 15

4. Tugas – tugas Perkembangan Pada Remaja ... 16

B. Pengetahuan ... 17

1. Definisi Pengetahuan ... 17

2. Tingkat Pengetahuan ... 18

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 19

4. Cara Mengukur Pengetahuan... 21

C.Bullying ... 21

1. Definisi Bullying ... 21

2. Karakteristik Bullying ... 22

3. Karakteristik Pelaku dan Korban bullying ... 23

4. Jenis dan Wujud Bullying ... 24

5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Bullying di Sekolah ... 24

6. Dampak Bullying ... 28

D.Kerangka Konsep ... 30

E. Pertanyaan Penelitian ... 31

(9)

E. Variabel Penelitian ... 36

F. Definisi Oprasional ... 37

G.Askpek Pengukuran ... 38

H.Instrumen Penelitian ... 38

I. Cara Pengumpulan Data ... 39

J. Uji Validitas ... 40

K.Uji Reliabilitas ... 42

L. Analisis data ... 43

M.Pengolahan Data ... 44

N.Prosedur Penelitian ... 45

O.Etika Penelitian ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Wilayah Penelitian ... 49

B.Hasil Penelitian ... 49

C.Pembahasan ... 57

D.Kekuatan dan Kelemahan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 78

(10)

Tabel 3.3 Interpretasi nilai r validitas

Tabel 3.4 Interpretasi nilai r reliabilitas

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden SMP Negeri 11

Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden di SMP Negeri 11 Yogyakarta

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden di SMP Muhammadiyah 3

Yogyakarta

Tabel 4.4 Distribusi Rata-rata Jawaban Responden Setiap Komponen SMP Negeri

11 Yogyakartadan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Tabel 4.5 Nilai minimum, Nilai maximum dan nilai mean

Tabel 4.6 CrosstabPengetahuan Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin dan

tinggal bersama di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan

SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Tabel 4.7 Crosstab Pengetahuan Bullying Berdasarkan Tinggal Bersama

Siapa di SMP Negeri 11 Yogyakarta

(11)

Gambar 4.1 Pengetahuan Bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah

3 Yogyakarta

(12)

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

KPAI : Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia

(13)

Lampiran 3 : Permohonan Surat Izn Penelitian dari Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Lampiran 4 : Surat Izi Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

Lampiran 5 : Surat Izin dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah

Lampiran 6 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 : Peryataan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 8 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 9 : Uji Validitas

Lampiran 10 : Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 11 : Hasil Pengolahan Data

(14)

knowledge about bullying at SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The study was a descriptive cross sectinal. The samples in this study were 280 respondents who were students in VII and VIII class in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. The sampling technique were using simple random sampling. This research was conducted in April-May 2016 in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The result in both school showed that bullying knowledge in SMP Negeri 11 Yogyakarta as many as 87 respondents (70.2%) had a good knowledge, 23 respondents (18.5%) had fair knowledge and 14 respondents (11, 3%) had less knowledge. Knowledge of bullying at SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta as many as 94 respondents (60.4%) had a good knowledge, 36 respondents (23.1%) had a fair knowledge and 26 respondents (16.7%) had less knowledge.

SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta has a good knowledge about bullying. With this result the respondents are expected to maintain and reimprove knowledge related to bullying.

Keywords: Knowledge, Bullying

(15)

baik satu atau beberapa orang secara langsung, terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Penelitian ini adalah deskriptif cross sectinal. Sampel dalam penelitian ini 280 responden yang merupakan siswa/siswi VII dan kelas VIII di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april-mei 2016 di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Hasil Penelitian pada kedua SMP tersbut menunjukan bahwa pengetahuan

bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu sebanyak 87 responden (70,2%)

memiliki pengetahuan yang baik, 23 respondem (18,5%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 14 responden (11,3%) memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan bullying di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitu sebanyak 94 responden (60,4%) memiliki pengetahuan yang baik, 36 responden (23,1%) memiliki pengethuan yang cukup dan 26 responden (16,7%) memiliki pengetahuan kurang.

SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 yogyakarta memiliki pengetahuan tentang bullying baik. Dengan hasil ini diharapkan responden dapat mempertahankan dan meningkatkan kembali pengethaun terkait dengan bullying.

Kata Kunci : Pengetahuan, Bullying

(16)
(17)

Rahma, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An

INTISARI

Bullyingadalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud

menyebabkan ketidak senangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang lain baik satu atau beberapa orang secara langsung, terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya.

Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang

bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3

Yogyakarta.Penelitian ini adalah deskriptif cross sectinal. Sampel dalam penelitian ini 280 responden yang merupakan siswa/siswi VII dan kelas VIII di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april-mei 2016 di SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Hasil Penelitian pada kedua SMP tersbut menunjukan bahwa pengetahuan bullying di SMP Negeri 11 Yogyakarta yaitu sebanyak 87 responden (70,2%) memiliki pengetahuan yang baik, 23 respondem (18,5%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 14 responden (11,3%) memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan bullying di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitu sebanyak 94 responden (60,4%) memiliki pengetahuan yang baik, 36 responden (23,1%) memiliki pengethuan yang cukup dan 26 responden (16,7%) memiliki pengetahuan kurang.

SMP Negeri 11 Yogyakarta dan SMP Muhammadiyah 3 yogyakarta memiliki pengetahuan tentang bullying baik. Dengan hasil ini diharapkan responden dapat mempertahankan dan meningkatkan kembali pengethaun terkait dengan bullying.

(18)

Rahma, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An

ABSTRACT

Bullying is a repeated negative behavior that is intended to cause resentment or hurt done by others either one or a few people directly, to persons who are not able to fight.This study was to dertemine the representation of knowledge about bullying at SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The study was a descriptive cross sectinal. The samples in this study were 280 respondents who were students in VII and VIII class in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. The sampling technique were using simple random sampling. This research was conducted in April-May 2016 in SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

The result in both school showed that bullying knowledge in SMP Negeri 11 Yogyakarta as many as 87 respondents (70.2%) had a good knowledge, 23 respondents (18.5%) had fair knowledge and 14 respondents (11, 3%) had less knowledge. Knowledge of bullying at SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta as many as 94 respondents (60.4%) had a good knowledge, 36 respondents (23.1%) had a fair knowledge and 26 respondents (16.7%) had less knowledge.

SMP Negeri 11 Yogyakarta and SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta has a good knowledge about bullying. With this result the respondents are expected to maintain and reimprove knowledge related to bullying.

(19)

Bullyingadalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan

ketidaksenangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang lain baik satu atau

beberapa orang secara langsung, terhadap seseorang yang tidak mampu

melawannya(Olweus,2002).Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya

penyalahgunaan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok,pihak

yang kuat disini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik,tetapi bisa kuat secara

mental (Anonim,2008).

Perilaku bullying yang dilakukan bertujuan untuk menyakiti seseorang secara

psikologis ataupun secara fisik, pelaku bullyingcenderung dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang yang merasa dirinya “kuat” kepada seseorang atau sekelompok orang

yang dirasa “lemah” artinya pelakubullyingini menyalahgunakan ketidakseimbangan

kekuatanuntuk meyakiti korbannya secara terus menerus, pelaku bullyingjuga cenderung

menjadi agresif dan melakukan tindakan kriminal ketika dewasa (Entenman, Murnen, &

Hendricks, 2005).Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orang tua. Sekolah yang

seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk

karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuh suburnya

praktek-praktek bullying(Irvan usman, 2013).

(20)

Menurut data statistik Pacer’s National Bullying Preventing Center, satu dari

empat siswa (22%) melaporkan bahwa dibully selama tahun ajaran (National Center for

Educational Statistics, 2015) dan 19,6% siswa SMA di Amerika Serikat mengalami

bullying di sekolah pada tahun 2013, 14,8% dibully dengan media online (Center for

Diesease Control, 2014). Hasil penelitian Semai Jiwa Amini (SEJIWA) di Indonesia

sendiri pada tahun 2008 terhadap sekitar 1.200 orang pelajar di Jakarta,Yogyakarta, dan

Surabaya menunjukan angka kejadian bullying di SMA sebesar 67,9 % dan SMP sebesar

66,1 %. Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tecatat sebesar 41,2% untuk tingkat

SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis

berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir

adalah kekerasan fisik (memukul).

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), saat inikasus bullying

menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. KPAI (2014) mencatat sebanyak

369 pengaduan masyarakat yang terjadi pada tahun 2011 hingga Agustus 2014. Jumlah

tersebut sekitar 25% dari total pengaduan dibidang pendidikan sebanyak 1.480

kasus.Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan

tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (republika,

2014).Hasil studi oleh ahli intervensi bullying, Dr. Army Huneck dalam yayasan Semai

Jiwa Amini (SEJIWA) 2008 mengungkapkan bahwa 10-60% siswa di Indonesia

melaporkan mendapat ejekan,cemoohan, pengucilan, pemukulan,tendangan ataupun

(21)

Wiyani (2012) mengungkapkan tindakan bullying cenderung disepelekan atau

kurang diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari.Masih banyak yang menganggap

bahwa bullying tidak berbahaya, padahal sebenarnya bullying dapat memberikan

dampak negatif bagi korbannya. Menurut Trigg (dalam Siswati & Widiyanti, 2009)

korban bullying memiliki penyesuaian sosial yang buruk, hal ini menyebabkan korban

merasa takut ke sekolah sehingga tidak jarang korban tidak mau pergi ke sekolah,

menarik diri dari pergaulan, kesulitan untuk berkonsentrasi saat belajar sehingga

menyebabkan prestasi akademiknya menurun, dan fatalnya korban memiliki keinginan

untuk bunuh diri daripada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan

hukuman.

Dampak perilaku kekerasan (bullying) merupakan perbuatan terhadap

seseorang yang dapat mengganggu kesehatan secara fisik dan gangguan kesehatan

jiwa(trauma mental) kematian atau bunuh diri.Kasus bunuh diri yang dialami beberapa

siswa sekolah sebagian diakibatkan oleh adanya bullying.Contoh kasus bunuh diri

Seorang pelajar SMP nyaris bunuh diri karena ejekan teman-temannya di sekolah

dengan sebutan anak tukang jual bubur ayam (Antara News, 2006).Kejadian serupa

menimpa Linda utami 15 tahunsiswi kelas 2 di SMAN 12 Jakarta yang menggantung

dirinya dikamar tidur rumahnya.Diketahui sebelum bunuh diri, Linda depresi karena

sering diejek teman-temannya lantaran pernah tidak naik kelas(indosiar, 2006). Ada

sekitar 30 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri di kalangan anak-anak dan remaja

usia 6 hingga 15 tahun di Indonesia yang dilaporkan media massa antara tahun

(22)

Upaya pemerintah dalam menangani kasus bullying sejauh ini belum ada hanya

saja Komisioner KPAI Susanto menjelaskan media online atau jejaring media sosial

yang menayangkan praktik kekerasan, baik dalam bentuk bulliying, tawuran, dan

berbagai bentuk lainnya, juga harus segera diberantas. Selain itu Komisioner KPAI

Susanto meminta kepolisian mengusut tuntas pengedar video berkonten kekerasan yang

masih beredar, karena secara hukum tidak dibenarkan.Peraturan yang mengatur

mengenai perlindungan anak yaitu UU No. 23 Tahun 2002.Pasal 1 angka 1 UU No. 23

Tahun 2002 tentang tentang Perlindungan Anak maka semua pihak baik pemerintah,

orang tua, keluarga maupun masyarakat wajib memberikan perlindungan kepada anak

dari segala tindakan yang akan merugikan anak. Anak adalah adalah seseorang yang

belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.Dalam Pasal 54 UU tentang Perlindungan anak mengamanatkan bahwa

“Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan

yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah

yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.

Perawat professional perlu memberikan pengetahuan bagi remaja terkait

pentingnya pencegahan perilaku bullying dan cara penanggulangannya. Hal ini erat

kaitannya dengan peran dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama

(Primary Health Care) yang lebih berfokus dalam preventif dan promotif yaitu

memberikan pendidikan untuk pengenalan dan pencegahan atau pengendalian masalah

kesehatan pada remaja khususnya bullying(Gaffar, 1999 dalam Annisa 2012). Fungsi

(23)

penyedia layanan keperawatan (praktisi) tidak hanya itu perawat harus mempunyai

kemampuan bekerja secara mandiri dan kolaborasi, serta mempunyai pengetahuan

perilaku penyimpangan pada remaja, keterampilan, sikap empati dalam pemberian

asuhan keperawatan sehingga mempunyai kemampuan bekerja secara mandiri maupun

kolaborasi (Roziqin, 2014).

Agama Islam sendiri melarang tindakanbullying atau kekerasan seperti tertera

pada surat Al-Hujuraat ayat 11 yang berbunyi seperti berikut:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum

mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang

diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan

jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain,

(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih

baik daripada wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu

mencela dirimu sendiri (baca: sesama saudara seiman) dan

janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang

buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk

(berbau kefasikan) sesudah seseorang beriman dan barang siapa

yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Ketimpangan atau ketidak seimbangan kekuatan baik fisik maupun mental

menjadi penyebab terjadi perilaku bullyingdi sekolah.Dari beberapa orang siswa

(24)

balas dendam. Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullyingdi

sekolah, antara lain adalah faktor kepribadian, komunikasi interpersonal yang dibangun

remaja dengan orangtuanya, peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah.

faktor kepribadian yang memberikan kontribusi besar pada siswa dalam

melakukan perilaku bullying atau menjadi pelaku bullying( Irvan Usman, 2013).

Kurangnya pengetahuan merupakan salah satu faktor penyebab seseorang individu

melakukan kekerasan, Semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku

bullying maka akan dapat meminimalkan terjadinya perilaku bullying di kalangan siswa

(Usman, 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10

siswa yang terdiri dari kelas VII,VIII dan IX di SMP N 11 Yogyakarta,bahwa

terdapat 4 siswa yang mengetahui tentang bullying sedangkan 6 siswa tidak

mengetahui namun ketika peneliti mewawancarai beberapa siswa , rata-rata mereka

semua pernah melakukan tindakan bullying tetapi mereka memang tidak mengetahui

bahwa apa yang sudah mereka lakukan itu adalah bullying.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Gambaran Tingakat Pengetahuan TentangBullying di SMP

Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.

(25)

a. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat ditemukan rumusan masalah yang

akan diteliti yaitu: “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying di SMP Negeri

11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tentang bullying

di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden

b. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang bullying berdasarkan

karaktersistik jenis kelamin siswa di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3

Yogyakarta.

c. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan bullying berdasarkan siswa

tinggal bersama siapa.

d. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang bullying di SMP Negeri

11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

e. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang karakteristik bullying di

SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

f. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang karakteristik pelaku dan

korban bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

g. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang karakteristik bullying di

(26)

h. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi bullying di SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3

Yogyakarta.

i. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa tentang dampak bullying di

SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sebagai tambahan pengetahuan

mengenai perilaku bullying.

2. Bagi pihak sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil suatu

kebijakan yang tepat sasaran dan efektif terhadap anak didik.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan dan wawasan terutama yang

berkaitan dengan perilaku bullying.

(27)

1. Trevi, Winanti Siwi Respati (2012) Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul

Jakarta melakukan penelitian yang berjudul: Sikap siswa kelas X smk Y tangerang

terhadap bullying. Penelitian ini bersifat kuantitatif non-eksperimental dengan

menggunakan teknik statistik deskriptif. Metode yang digunakan untuk memperoleh data

dalam penelitian adalah metode kuesioner.Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner sikap terhadap perilaku Bullying. Kesimpulan dari penelitian Trevi

Winanti Siwi Respati adalah bahwa yang sikapnya cenderung positif terhadap

bullyingmemiliki kecenderungan karakteristik sebagai berikut: cenderung berjenis

kelamin laki-laki,cenderung berasal dari program keahlian yang populer, seperti AK

(akutansi) atau MM, cenderung memiliki keadaan keluarga yang utuh bermasalah,

cenderung menyukai informasi yang berhubungan dengan komedi, cenderung berperan

sebagai pelaku,cenderung mempunyai kelompok dan berperan sebagai pengikut dalam

kelompok peegroupnya,cenderung berasal dari ayah yang bekerja sebagai karyawan dan

ibu sebagai ibu rumah tangga,cenderung berasal dari keluarga yang penghasilan orang

tuanya kurang dari 1 juta perbulan, dan tingkat pendidikan orang tuapun cenderung

rendah,dimana tingkat pendidikan ayahnya hanya SD dan SMP sedangkan ibunya hanya

SMP.Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama sama

menggunakan Penelitian yang bersifat kuantitatif non-eksperimental dengan

menggunakan teknik statistik deskriptif.Persamaan dengan penelitian ini adalah pada jenis

penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada judul,kerangka

(28)

2. Titis setiani (2013) universitas negeri semarang melakukan penelitian yang berjudul:

hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap guru taman kanak-kanak dengan tindakan

bullying.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional kesimpulan dari

penelitian Titis setiani yaitu: (1) guru cukup memiliki pengetahuan terhadap tindakan

bullying, (2) guru memiliki sikap intoleransi terhadap tindakan bullying, (3) terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap guru TK terhadap tindakan bullying.

Perilaku bullying merupakan satu dari banyak masalah tingkah laku dan disiplin di

kalangan murid sekolah dewasa ini. Perilaku bullying secara langsung atau tidak

langsung merupakan sebagian dari tingkah laku agresi. Perilaku bullying berlaku jika

terdapat jurang atau ketidakseimbangan kuasa antara pembuli dengan korban. Terdapat

beberapa faktor yang mendorong terjadinya perilaku bullyingdi kalangan murid sekolah

yaitu faktor individu, keluarga, teman sebaya, sekolah, media, dan diri sendiri. Perilaku

bullying perlu dicegah terjadi di sekolah. Oleh karena itu sekolah perlu memiliki program

baik program pencegahan maupun program intervensi pemulihan yang melibatkan semua

komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah.Persamaan dengan

penelitian ini adalah pada jenis penelitian, perbedaan dengan penelitian ini adalah pada

(29)

A. Remaja

1. Definisi Remaja

MenurutDeBrum dalam Jahja (2011) mendefinisikan remaja sebagai

periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut Papalia dan

Olds (2001) dalam Jahja (2011: 220) masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya

dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun

atau awal dua puluhan tahun.

World Health Association (WHO) memberikan definisi tentang remaja

yang lebih bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu

biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.Batasan remaja menurut WHO yaitu usia

10-20 tahun. WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja

awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Menurut Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth).

Batasan remaja di Indonesia mendekati batasan usia menurut PBB yaitu 15-25

tahun.

(30)

2. Karakteristik Perkembangan Remaja 1. Perkembangan fisik

Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan

kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat

pesat,pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi

tubuh orang dewasa.

2. Perkembangan kognitif (Intelektual)

Secara mental remaja telah dapat berfikir logis tentang berbagai

gagasan yang abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan

masalah daripada berfikir konkret (Yusuf, 2011). Adam & Gullota; 1983

dalam Yusuf (2011) menjelaskan bahwa remaja dapat memikirkan tentang

masa depan dengan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai

kemungkinan untuk mencapainya.

3. Perkembangan emosi remaja

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan

emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual

mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan

baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan

untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.Usia remaja awal,

perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang

sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya

(31)

sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikannya

(Yusuf, 2011).

Yusuf (2011) juga menjelaskan bahwa mencapai kematangan

emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja.

Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional

lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.

Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai

oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan

penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan

emosinya.

4. Perkembangan sosial

Pada masa remaja berkembang sosial cognition, yaitu kemampuan

untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu

yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun

perasaannya. Pada masa remaja sering menjalin hubungan sosial dengan

teman sebaya, seperti menjalin persahabatan maupun pacaran. Dalam

hubungan dengan teman sebaya remaja lebih memilih teman yang memiliki

kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut

ketertarikan, sikap nilai dan kepribadian (Yusuf, 2011).

5. Perkembangan moral

Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru,

(32)

lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih

mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti

kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan. Masa ini juga muncul

dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh

orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan

fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan

penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya) (Yusuf, 2011).

6. Perkembangan kepribadian

Menurut Yusuf (2011), fase remaja merupakan saat yang paling

penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan

pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa

remaja, meliputi perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa

dewasa, kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan emosi

baru, kesadaran terhadap diri sendiri dalam keinginan untuk mengarahkan

diri, kebutuhan akan persahabatan yang bersifat yang bersifat heteroseksual

dan munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak

dan masa dewasa.

7. Perkembangan kesadaran beragama

Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkan mereka untuk

dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya. Mereka dapat

mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Adil, Maha

(33)

3. Proses perkembangan remaja 1. Remaja awal (12-15 tahun)

Pada tahap ini,remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan

pikiran-pikiran baru, sempat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang

secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan

berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit

mengerti dan dimengertioleh orang dewasa (Monks, 1999).

2. Remaja madya(15-18 tahun)

Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada

kecenderungan narsisitik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara

lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama

dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan

karena masih ragu harus memilih yang mana,peka atau peduli,

ramai-ramai atau sendiri,optimis atau pesimis, dan sebagainya (Monks, 1999).

3. Tahap akhir (18-21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan

pencapaian:

Pertama adalah minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi

intelek. Kedua adalah egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

(34)

adalah terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

Keempat adalah egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri dengan orang lain. Kelima adalah tumbuh dinding pemisah antara

diri sendiri dengan masyarakat umum.

4. Tugas-tugas perkembangan pada remaja

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam

siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat

diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka,

dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996 dalam Yusuf 2011).

Salzman dan Pikunas juga menjelaskan masa remaja ditandai dengan

berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen,

minat seksualitasdan kecenderungan untuk merenung dan memperhatikan

diri sendir, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.

Menurut Erikson berpendapat bahwa remaja merupakan masa

berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman

remaja, karena semua krisis normative yang sebelumnya telah

memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas diri. Erikson

memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium,

yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan

dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan siapa saya

(who am I?). Erikson mengatakan kegagalan remaja untuk mengisi atau

(35)

dirinya. Remaja yang gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya,

maka remaja akan kehilangan arah yang dampaknya akan

mengembangkan perilaku yang menyimpang, melakukan kriminalitas atau

menutup diri dari (mengisolasi diri) dari masyarakat (Yusuf, 2011).

Menurut pendapat Mc Candless dan Evans melalui Yusuf (2011)

bahwa masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh

dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang

dewasa, dan budaya pada periode ini, remaja memperoleh kesadaran yang

jelas tentang apa yang diharapkan masyarakat dari dirinya.

William Kay dalam Yusuf (2011) menjelaskan bahwa tugas

perkembangan utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem

moral untuk membimbing perilakunya.

B. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari dan sejumlah fakta dan teori

yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia,yakni indra

penglihatan,pendengaran,penghidu,perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Kamus Besar

(36)

langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetauan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behaviour) (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Mubarak (2011), Pengetahuan adalah segala apa yang

diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.Pada

dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan

proses pengalaman manusia yang dialami.Kamus filsafat menjelaskan bahwa

pengetahuan (knowledge)adalah proses kehidupan yang diketahui manusia

secara langsung dari kesadarannya sendiri(Bakhtiar, 2012).

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :

Pertama, tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu,’tahu’ ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Kedua, memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

Ketiga, aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk

(37)

(sebenarnya) serta dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Keempat, analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata

kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

Kelima, sintesis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

Keenam, evaluasi (evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang

(38)

Pertama, pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri

lagi bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka

menerima informasi, daripada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan

semakin banyak.

Kedua, pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Ketiga, umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami

perubahan aspek fisik dsn psikologis (mental). Perubahan ini terjadi karena

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir

seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.

Keempat, minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih

mendalam.

Kelima, pengalaman, suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Keenam, kebudayaan, lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam

pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Apabila dalam suatu wilayah

(39)

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan

lingkungan.

Ketujuh, informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi

dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru

4. Cara mengukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat

kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat

kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan ataupengukuran, dapat

diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang

diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu

ditafsirkankedalam kalimat yang bersifat kualitatif.

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan

b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan.

c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.

C. Bullying 1. Definisi bullying

Sejiwa(Semai Jiwa Amini 2008:2) istilah bullyingdiilhami dari kata

bull(bahasa Inggris) yang berarti ”banteng” yang menanduk. Pihak

pelakubullyingbiasa disebut bully. Sejiwa (2008:2) mengatakan bullyingsebagai

(40)

yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Pihak yang kuat tidak hanya

berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Pada hal ini

korban bullyingtidak dapat membela atau mempertahankan diri, karena lemah

secara fisik atau mental. Perlu diperhatikan dampak tindakan tersebut bagi

korban, bukan sekedar tindakan yang dilakukan. Misalnya: seorang siswa

mendorong bahu temannya dengan kasar. Saat yang didorong merasa

terintimidasi, apalagi jika tindakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang,

maka perilakubullyingtelah terjadi.

Pendapat ini diperkuat dengan pandangan Olweus (dalamKarina

Astarini 2013) adalah seseorang dianggap menjadi korban bullying, bila

seseorang dihadapkan pada tindakan negatif dan dilakukan secara

berulang-ulang, serta terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu,bullyingmelibatkan kekuatan

dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan

tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan

negatif yang diterimanya.

2. Karakteristik bullying

Ciri perilaku bullyingyang lain adalah adanya perilaku agresif dan

sengaja “melakukan kejahatan” (Olweus, 2003), dilakukan secara

berulang-ulang atau berkali-kali, hubungan interpersonal yang ditandai dengan

ketidakseimbangan kekuatan, dan mengakibatkan dampak negatif bagi korban

(Krahe, 2005; Houbre, dkk., 2006; Houbre, dkk., 2010). Selain itu menurut

(41)

agresif baik secara fisik maupun verbal, dendam atau iri hati, adanya semangat

ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual,untuk

meningkatkan popularitas pelaku dikalangan teman sepermainan (preer group

)-nya. Astuti (2008) mencirikan sekolah yang pada umumnya mudah terdapat

kasus bullying yaitu :a) Sekolah yang di dalamnya terdapat perilaku

deskriminatif baik di kalangan guru maupun siswa; b) Kurangnya pengawasan

dan bimbingan etika dari para guru dan petugas sekolah; c) Terdapat

kesenjangan yang besar antara siswa yang kaya dan miskin; d) Adanya pola

kedisiplinan yang sangat kaku ataupun terlalu lemah; e) Bimbingan yang tidak

layak dan peraturan yang tidak konsisten.

3. Karakteristik pelaku dan korban bullying

Bullying antara lain disebabkan oleh pelaku yang dendam, ingin dipuja

kelompok/komunitasnya, menarik perhatian orang lain. Ciri-ciri pelaku dan

korban bullying (Astuti, 2008).

Ciri pelaku bullying antara lain: hidup berkelompok dan menguasai

kehidupan social siswa disekolah, menempatkan diri di tempat tertentu di

sekolah atau sekitarnya merupakan tokoh popular di sekolahnya,Gerak-geriknya

seringkali dapat ditandai dengan sering berjalan di depan, sengaja menabrak

,berkata kasar ,menyepelekan atau melecehkan.

Ciri korban bullying antara lain: pemalu ,pendiam dan juga penyendiri,

bodoh,dungu, sering tidak masuk sekolah oleh alasan tak jelas berperilaku aneh

(42)

4. Jenis dan wujud bullying

Kategori praktek bullying yaitu: bullying fisik, bullying verval ataunon

fisik, bullying mental atau psikologis (SEJIWA, 2008).Bentuk bullying fisik

adalah jenis bullying yang kasat mata. Contoh bullying fisik antara lain:

menampar, menimpuk, menjegal, menginjak kaki, meludahi, memalak,

melempar dengan barang, menghukum dengan cara push up.

Bentuk bullying verbal atau non fisik adalah jenis bullying yang juga

bisa terdeteksi karena dapat tertangkap oleh indra pendengaran orang. Contoh

bullying verbal antara lain: memaki, menjuluki, menghina, meneriaki,

mempermalukan di hadapan umum, menuduh, menyoraki, menebar gosip, serta

memfitnah.

Jenis bullying yang paling berbahaya adalah bullying mental atau

psikologis, hal tersebut terjadi secara diam-diam dan di luar pemantauan orang.

Contohnya adalah: memandang sinis, memandang penuh ancaman,

mempermalukan di hadapan umum, mendiamkan, mengucilkan,

mempermalukan, meneror melalui pesan pendek telepon genggam atau email,

memelototi, serta mencibir.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi bullying di sekolah

Kebanyakan perilaku bullyingberkembang dari berbagai faktor yang

kompleks. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi penyebab munculnya

bullying. Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying menurut Ariesto (dalam

(43)

a. Faktor guru

Ada beberapa faktor dari guru yang dapat menyebabkan siswa

berperilakubullying, diantaranya adalah:

Pertama, kurangnya pengetahuan guru bahwa bullying baik fisik

maupun psikis dapat beresiko menimbulkan trauma psikologis dan melukai

self esteem(harga diri)siswa.

Kedua,persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Setiap anak

mempunyai konteks kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap

kata dan tindakannya, termasuk dalam tindakan siswa yang dianggap

melanggar batas. Pelanggaran yang dilakukan siswa merupakan sebuah

tanda dari masalah yang tersembunyi di baliknya.

Ketiga, permasalahan psikologis guru yang menyebabkan hambatan

dalam mengelola emosi hingga guru menjadi lebih sensitif dan reaktif.

Keempat, adanya tekanan kerja. Target yang harus dipenuhi guru, baik

dari segi kurikulum, materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa

sementara kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal dan

maksimal cukup besar.

Kelima,pola pengajaran yang masih mengedepankan faktor kepatuhan

dan ketaatan pada guru sehingga pola pengajaran bersifat satu arah (dari

guru ke murid).Pola ini bisa berdampak negatif apabila dalam diri guru

(44)

Keenam, muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan

kognitif dan mengabaikan kemampuan afektif siswa. Tidak menutup

kemungkinan suasana belajar menjadi kering dan stressfull.

b. Faktor siswa

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku bullyingpada siswa

adalah dari sikap siswa itu sendiri. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari

dimensi psikologis dan kepribadian siswa itu sendiri.

c. Faktor keluarga

Pola asuhmeliputi: pertama Anak yang dididik dalam pola asuh yang

indulgent (memanjakan), highly privilege(mengistimewakan) dan over

protective(terlalu melindungi). Dengan memenuhi semua keinginan dan

tuntutan sang anak maka dapat menjadikan anak tersebut tidak bisa belajar

mengendalikan impulse, menyeleksi dan menyusun skala prioritas

kebutuhan, dan bahkan tidak belajar mengelola emosi. Hal ini dapat

menjadikan anak merasa seperti raja dan bisa melakukan apa saja yang ia

inginkan dan bahkan menuntut orang lain melakukan keinginannya,

sehingga anak akan memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhannya

dengan cara apapun asalkan tujuannya dapat tercapai.

Kedua, orang tua yang emotionally or physically uninvolved, bisa

menimbulkan persepsi pada anak bahwa mereka tidak dikehendaki, jelek,

bodoh, tidak baik dan sebagainya. Hal ini dapat berdampak secara

(45)

Sebaliknya, orangtua yang terlalu rigid dan authoritarian, tidak memberikan

kesempatan berekspresi pada anaknya, dan lebih banyak mengkritik,

membuat anak merasa dirinya “not good enough person”, hingga dalam diri

mereka timbul inferioritas, dependensi, sikapnya penuh keraguan, tidak

percaya diri, rasa takut pada pihak yang lebih kuat, sikap taat dan patuh

yang irrasional, dan sebagainya. Lambat laun tekanan emosi itu bisa

keluardalam bentuk agresivitas yang diarahkan pada orang lain.

Ketiga,orang tua mengalami masalah psikologis. Jika orang tua

mengalami masalah psikologis yang berlarut-larut bisa mempengaruhi pola

hubungan dengan anak. Lama-kelamaan kondisi ini dapat mempengaruhi

kehidupan pribadi anak. Anak bisa kehilangan semangat, daya konsentrasi,

sensitif, reaktif, cepat marah dan sebagainya.

Keluarga disfungsional

Keluarga yang mengalami disfungsi punya dampak signifikan terhadap

anak. Keluarga yang salah satu anggotanya sering memukul atau menyiksa

fisik atau emosi, mengintimidasi anggota keluarga lain atau keluarga yang

sering memiliki konflik terbuka tanpa ada resolusi, atau masalah yang

berkepanjangan yang dialami oleh keluarga dapat mempengaruhi kondisi

emosi anak dan lebih jauh mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.

d. Faktor lingkungan

Bullyingdapat terjadi karena adanya faktor lingkungan, yaitu: pertama

(46)

berada dalam suatu kelompok yang sangat toleran terhadap

tindakanbullying. Anak yang tumbuh dalam lingkungan tersebut

memandang bullyinghal yang biasa/wajar.Kedua mengalami sindrom

Stockholm. Sindrom Stockholm merupakan suatu kondisi psikologis dimana

antara pihak korban dengan pihak aggressor terbangun hubungan yang

positif. Seperti budaya dalam orientasi siswa baru, karena meniru perilaku

seniornya. Ketiga tayangan televisi yang banyak berbau kekerasan. Jika

seseorang terlalu sering menonton tayanganbullyingmaka akan

mengakibatkan dirinya terdorong untuk mengimitasi perilaku bullyingyang

ada di televisi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi bullyingantara lain faktor guru, siswa dan keluarga

seperti pola asuh orang tua, orang tua yang mengalami masalah psikologis,

dan faktor lingkungan, seperti adanya budaya kekerasan, dan tayangan

televisi yang banyak menayangkan kekerasan.

6. Dampak bullying

Menurut Elliot (dalam Titis setiani 2013), bullying memiliki dampak

negatif bagi perkembangan karakter anak, baik bagi si korban maupun pelaku.

Sementara kegagalan untuk mengatasi tindakan bullying akan menyebabkan

agresi lebih jauh. Akibat tindakan bullying pada diri korban tidak hanya secara

fisik namun bisa berdampak secara psikologis, sehingga dapat timbul perasaan

(47)

2013) kondisi ini menyebabkan korban mengalami kesakitan fisik dan

psikologis, kepercayaan diri (self-esteem) yang merosot, malu, trauma, tak

mampu menyerang balik, merasa sendiri, serba salah dan takut sekolah (school

phobia)karena anak merasa tidak ada yang menolong.Dalam kondisi

selanjutnya, korban mengasingkan diri dari sekolah, menderita ketakutan sosial

(social phobia), bahkan menurut Field (Titis setiani 2013) korban bullying

(48)

D. Kerangka Konsep

Baik (76-100%)

Cukup (56-75%)

Kurang (<56%)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Tingkat Pengetahua

Bullying

1. Definisi

Bullying 2. Karakteristik

bullying 3. Karakteristik

pelaku dan korban

bullying 4. Jenis dan

wujud bullying

5. Dampak

bullying

Faktor –faktor yang mempengaruhi

bullying disekolah 1. Faktor guru 2. Faktor siswa 3. Faktor

keluarga 4. Faktor

(49)

E. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying di SMP

(50)

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian non eksperimental

yaitu descriptive analitic. Descriptive analytic adalah metode untuk

menggambarkan atau meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau

grafik yang tidak menjelaskan hubungan, tetapi menghimpun data secara sistematis,

aktual dan cermat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan cross

sectional, yaitu melakukan pengukuran hanya satu kali pada suatu waktu untuk

mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang bullying di SMP Negeri 11 dan

SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan objek

penelitian.Peneliti menentukan tempat populasi dalam penelitian ini dengan cara

mengumpulkan sebanyak 16 SMP Negeri dan 10 SMP Muhammadiyah yang

ada di Yogyakarta, selanjutnya peneliti mencatat satu persatu nama SMP dari

SMP Negeri maupun SMP Muhammadiyah dalam sebuah potongan kertas kecil,

kemudian peneliti melakukan undian untuk dua kategori , kategori yang pertama

yaitu SMP Negeri yang ada di Yogyakarta didapatkan SMP Negeri 11

Yogyakarta, dan untuk kategori yang ke dua yaitu SMP Muhammadiyah

Yogyakarta didapatkan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Setelah melakukan

(51)

undian tersebut maka didapatkan populasi dalam penelitian ini adalah siswa

SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta kelas VII dan kelas

VIII.Total populasi dalam penelitian ini adalah 721 siswa. Jumlah siswa di SMP

Negeri 11Yogyakarta sebanyak 273 siswa yang terdiri dari kelas VII berjumlah

135 siswa dan kelas VIII berjumlah 138 siswa. Jumlah siswa di SMP

Muhammadiyah 3 Yogyakarta berjumlah 448 siswa yang terdiri dari kelas VII

berjumlah 202 siswa dan kelas VIII berjumlah 246 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi

tersebut (Saryono, 2011). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode simple random sampling yaitu metode pengambilan sampel

pada populasi dengan karakteristik yang berbeda atau heterogen (Notoatmodjo,

2012). Pengambilan sampel diambil pada setiap angkatan yaitu kelas VII dan

VIII.Rumus sampel menggunakan rumus Slovin dalam Nursalam (2013):

� = �

1 +�(�)2

n : Besar sampel

N : Besar populasi

(52)

a. Sampel SMP Negeri 11 Yogyakarta :

� = �

1 +�(�)2

�= 273

1 + 273(0,05)2

� = 165

Untuk antisipasi drop out maka di tambah 10% sehingga jumlah sampel

menjadi 181 siswa.

Siswa kelas VII

=

135

273

×

181 = 89 siswa

Siswa kelas VIII = 138

273

×

181= 91 siswa

Setelah dilakukan proses pengambilan data, jumlah sampel mengalami

perubahan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengembalikan

kuesioner pada saat pengembalian kuesioner sesuai waktu yang sudah

ditentukan peneliti sehingga sampel tersebut menjadi kriteria eksklusi. Jumlah

sampel menjadi :

Kelas VII = 42 siswa

Kelas VIII = 82 siswa

(53)

b. Sampel SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

� = �

1 +�(�)2

� = 448

1 + 448(0,05)2

n = 211

Untuk antisipasi drop out maka di tambah 10% sehingga jumlah sampel

menjadi 232 siswa.

Siswa kelas VII =202

448

×

232 = 104 siswa

Siswa kelas VIII = 246

448

×

232= 127 siswa

Setelah dilakukan proses pengambilan data, jumlah sampel mengalami

perubahan. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak mengembalikan

kuesioner pada saat pengembalian kuesioner sesuai waktu yang sudah

ditentukan peneliti sehingga sampel tersebut menjadi kriteria eksklusi. Jumlah

sampel menjadi :

Kelas VII = 68 siswa

Kelas VIII = 88 siswa

(54)

C. Kriteria Inklusi & Ekslusi 1. Kriteria Inklusi

a. Siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

b. Siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang bersedia

menjadi responden.

c. Hadir pada saat pengisian kuesioner.

2. Kriteria Ekslusi

a. Siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakartayang tidak

masuk sekolah pada saat pengambilan data.

b. Siswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

c. Siswa yang tidak mengembalikan kuesioner

D. Lokasi dan Waktu penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukandi SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3

Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah tunggal yaitu tingkat pengetahuan

tentang bullying pada siswa SMP Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3

(55)

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada

dalam penelitian, setiap variabel dirumuskan secara operasional. Adapun definisi

operasional dari penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel DefinisiOperasional Parameter Alat ukur Skala Skor Pengetahu

Adalah segala sesuatu yang diketahui siswa kelas

VII dan VIII, tentang perilaku bullying. Di SMP Negeri 11 dan SMP

Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

1.Definisi bullying 2.Karakterist ik bullying 3.Karakterist ik pelaku dan korban bullying.

4.Jenis dan wujud

(56)

G. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat pengetahuanberdasarkan

jawaban responden dan semua pertanyaan yang diberikandengan jumlah

21pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala Guttman Menurut Arikunto

(2006), skalapengukuran pengetahuan dapat dikategorikan:

1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100%(13-17) dari yang diharapkan.

2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% (10-12)dari yang diharapkan.

3. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% (<10)dari yang diharapkan.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan disusun peneliti denganmengacu kepada kerangka

konsep. Kuesioner dibagikan kepada responden atau siswaSMP Negeri 11 dan SMP

Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Kuesioner ini menggunakan skala Guttman dan

kuesioner berupa pertanyaan tertutup dengan alternative jawaban benar, salah dan

tidak tahu. Kuesioner yang peneliti susun terdapat 17 pertanyaan. Untuk jawaban

yang benar akan diberikan nilai 1,sedangkan untuk jawaban salah dan tidak tahu

(57)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Bullying

I. Cara Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah dibuat oleh

peneliti dengan mengacu pada bab II , bentuk pernyataan dengan memilih

alternative jawaban yang disediakan. Pengambilan data dilakukan setelah

responden diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan dan tata kerja

penelitian serta bersedia dijadikan sampel penelitian. Responden kemudian diminta

untuk mengisi dengan lengkap kuesioner yang telah disediakan.

Tata cara penelitian adalah selama pengambilan data peneliti datang ke SMP

Negeri 11 dan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan membagikan kuesioner

No Variabel Unsur No Item Jumlah

1. Pengetahuan

Bullying

1. Definisi

Bullying

1,2 2

2. Karakteristik

Bullying

3 ,4,5 3

3. Karakteristik pelaku dan korban

bullying

6,7,8 3

4. Jenis dan wujud

bullying

9,1011,12 4

5. Faktor yang mempengaru hi bullying

13,14 2

6. Dampak

bullying

15,16,17 3

(58)

pada responden. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari kuesioner

yang telah diisi oleh responden. Kuesioner yang diberikan kepada responden

terlebih dahulu dilakukan uji validitas &reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas

akan dilakukan setelah kuesioner disusun, kemudian kuesioner tersebut akan

dibagikan kepada responden.

J. Uji Validitas

Kuesioner pengumpulan data diujikan validitas dan reliabilitas. Validitas

instrumen adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang

bersangkutan dapat mengukur apa yang harus diukur (Arikunto,2006). Pengujian

validitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara: korelasi butir soal, yaitu

konsisten antara skor butir pertanyaan dengan skor secara keseluruhan yang dapat

dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap butir dengan skor keseluruhan.

Sampel dalam uji validitas ini sebanyak 30 orang di SMP Negeri 12

Yogyakartakarena SMP 12 Yogyakarta lokasinya masih dalam satu wilayah. Jika

koefisiensi korelasi butir pertanyaan dengan totalnya lebih besar atau sama dengan

0,34 maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Uji validitas menggunakan rumus

pearson product moment dari pearson(Arikunto,2010),yaitu:

��= �∑�� − (∑�)(∑�)

���∑�2−�∑�2����∑�2−�∑�2�� Keterangan :

��� = Koefisien korelasi antara skor subjek dengan skor total subjek

(59)

∑ �Y = Total perkalian skor item dan total

X = Skor total X masing-masing subjek ∑ � = Jumlah skor total variabel X

Y = Skor total Y masing-masing subjek ∑ � = Jumlah skor total variabel Y

Tabel 3.3 : Interpretasi Nilai r Validitas menurut Arikunto (2010) Nilai r

0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20

Interpretasi Sangat tinggi

Tinggi Cukup Rendah

Sangat rendah

Jika nilai r hitung > r tabel maka maka hasilnya valid, demikian pula

sebaliknya jika jika nilai r hitung < r tabel berarti hasilnya tidak valid. Apabila instrumen valid maka indeks korellasinya (r) ≥ 0,34

(Arikunto,2010). Jumlah awal kuesioner pengetahuan bullying adalah 21

pernyataan kemudian dilakukan uji validitas dengan menggunakan person

product moment dan terdapat 13 pernyataan yang valid yaitu pada nomor

3,4,5,9,11,13,14,15,16,17,19,20,21, namun karena terdapat beberapa nomor

kuesioner yang tidak mewakili pernyataan maka kuesioner yang belum valid

dilakukan uji Content Validity Indeks (CVI), untuk memperbaiki alat ukur

melalui pemeriksaan butir-butir soal yang tidak baik, atau tidak memenuhi

syarat dan akan dibuang, diperbaiki, maupun diganti. Pengujian dilakukan

(60)

Puspita, S.Kep., M.Sc dan Ibu Romzati, S.kep., Ns., MNS yangmerupakan

dosen di Program Study Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta, untuk memberikan pendapat terkait dengan instrumen dapat

menggunakan cara tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total.

Penilaian yang dapat diberikan untuk Content Validity Indeks (CVI) adalah

skor 1 (tidak releven), skor 2 (agak relevan), skor 3 (cukup releven), dan

skor 4 (sangat releven).

kuesioner yang sudah di lakukan uji CVI diuji kembali dengan

menggabungkan kuesioner sebelumnya sehingga kuesioner menjadi

sebanyak 17 pernyataan. Selanjutnya kuesioner disebar kembali di SMP

Negeri 12 Yogyakarta dengan 30 responden dan didapatkan hasil sebanyak

17 pernyataan semuanya valid.

K. Uji Reliabilitas

MenurutHidayat (2007), bahwaujireabilitas data

digunakanuntukmengetahuiapakahalatukurdapatdigunakanatautidak.

Reliabel yang

artinyadapatdipercayauntukdigunakansabagainalatpengumpul data karena

instrument tersebutsudahbaik. Uji reliabilitas kuesioner gambaran

pengetahuan tentang bullyingdengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Kuesionerdapat dikatakan reliabel apabila memberikan nilai ≥

0,6. (Arikunto, 2010). Uji reliabilitas kuesioner pengetahuan bullying

(61)

melihat nilai r tabel untuk 30 responden dengan signifikansi sebesar 5%

adalah 0,361 maka kuesioner pengetahuan bullying dinyatakan reliabel.

Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :

R=

(�−1)

� �

1

∑ 2

�12

Keterangan :

R = reabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ 2 = jumlah varian butir

1

2 = varian total

Dikatakan reliabilitas apabila didapatkan nilai r > 0,6 (Arikunto, 2013).

Tabel 3.4 : Interpretasi Nilai r Reliabilitas Menurut (Arikunto, 2010)

Nilai r KriteriaReliabilitas

Antara 0,81-1,00 = Sangattinggi Antara 0,61-0,80 = Tinggi Antara 0,41-0,60 = Sedang Anta ra 0,21-0,40 = Rendah Antara 0,00-0,20 = Sangatrendah

Sangattinggi Tinggi Sedang Rendah Sangatrendah

L. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisa univariat,yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Bullying
Tabel 3.4 : Interpretasi Nilai r Reliabilitas Menurut (Arikunto, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang monitoring kadar gula darah mandiri sebanyak 16 responden (50.0%) diikuti oleh

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dalam kategori tinggi sebanyak 57

Gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang kunjungan di Posyandu Remujung di Kelurahan Wirogunan Kecamatan Mergangsan Yogyakarta dalam kategori baik sebanyak 3

Laporan dengan judul “Aplikasi Media Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas 8 SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta”.. ini disusun guna memenuhi persyaratan

Fenomena penyalahgunaan dan peredaran NAPZA karena kurangnya Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta berada di kecamatan Umbulharjo,

Hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tujuan mengkonsumsi tablet Fe di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta sebanyak 28 orang (52,8%) dari 53

Tingkat pengetahuan tentang gejala dismenorea pada remaja putri di SMA Islam I Sleman Yogyakarta mayoritas kategori cukup yaitu sebanyak 30 (50%) dari

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo Yogyakarta yaitu sebanyak