AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN AL-UM
BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Inne Tresnayanti
NIM: 104051001864
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 06 Juni 2008
AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Inne Tresnayanti NIM: 104051001864
Di Bawah Bimbingan
Drs. M. Lutfi, M.Ag. NIP. 150268782
JURUSAN KOMUNIKSI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKSI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN
AL-UM BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta 18 Juni 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Dr. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA NIP: 150 262 442 NIP: 150 281 980
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. Sunandar, M. Ag Drs. Wahidin Saputra NIP: 150 273 477 NIP: 150 276 299
Pembimbing
Abstrak
INNE TRESNAYANTI
Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba
Penyalahgunaan Narkoba atau NAZA, merupakan candu yang membuat keterggantungan kepadanya, dan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Pecandu Narkoba tidak mampu lagi memfungsikan dirinya secara wajar dalam masyarakat, dan sebaliknya menunjukan prilaku “maladaptif” (prilaku menyimpang). Ternyata perkembangan kasus penyalahgunaan Narkoba dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan Dadang Hawari menyatakan jumlah pasien NAZA yang ada dimasyarakat sebanyak 10 kali dari angka resmi. Menyimak fenomena tersebut, banyak elemen masyarakat dan berbagai lembaga yang berupaya mengadakan kegiatan dalam rangka penanggulangan Narkoba, salah satu lembaga yang ikut melaksanakan kegiatan tersebut yaitu Pondok Pesantren Al-Um Bogor, Pondok Pesantren ini adalah wadah pengkajian ilmu agama pada awalnya. Namun, karena kepedulian pimpinan Pondok Pesantren terhadap para korban Narkoba maka beliau menambahkan kegaitan pada Pondok Pesantrennya dengan rehabilitasi korban Narkoba, dengan mengunakan metode non medis (spiritual/keagamaan).
Berdasarkan pernyataan di atas maka timbul pertanyaan bagaimana keadaan santi narkoba (objek dakwah) yang berada di Pondok Pesantren Al-Um Bogor? Bagaimana dakwah yang diterapkan (meliputi materi, metode dan media) di Pondok Pesantren Al-Um Bogor? Serta bagaimana keberhasilan dakwahnya?
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menjabarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait mengenai keadaan santri narkoba dan dakwah yang diterapkan serta keberhasilan dakwahnya.
Keadaan santri narkoba yang berada di Pondok Pesantren Al-Um yaitu mengalami ketergantungan terhadap Narkoba, cenderung memberontak, susah diatur, suka mencuri uang orang tuanya dan kurangnya pengetahuan akan ajaran agama. Adapun bentuk metode dakwah yang digunakan adalah Al-Mauidzah Hasanah. Sedangkan materi yang diterapkan yaitu mengenai aqidah akhlak, fiqih, tauhid, al-Qur`an dan hadis. Dalam melakukan kegiatannya Pondok Pesantren tersebut menggunakan sebuah media yaitu media lisan, dan hal (perbuatan). Keberhasilan dakwah dalam merehabilitasi santri narkoba dapat dikatakan cukup berhasil hal tersebut dibuktikan dari pernyataan santri narkoba, yaitu mereka bisa kembali normal, menyadari kekeliruannya dan bisa menjalani hidupnya tanpa Narkoba.
sebagai muslim (solat wajib 5 waktu), lebih dewasa, bisa berfikir secara positif, bisa lebih hormat kepada orang tua intinya bisa lebih baik dari sebelumnya.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Maha suci Allah SWT yang menganugerahi setiap manusia jalan hidup
yang berbeda-beda. Maha Indah Karunia-Nya yang telah membekali
masing-masing insan dengan potensi yang beraneka ragam. Sang penggenggam hati
manusia dengan kasih sayang-Nya memberikan nikmat yang tak terbatas,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Untaian shalawat dan salam
semoga selalu tercurah keharibaan satu-satunya kekasih Allah, maha guru
kemanusiaan, pembawa risalah terbesar dengan segala keteladanan bagi umatnya,
khotamul anbiya Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta seluruh
umatnya.
Skripsi yang berjudul Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan segala macam daya dan upaya yang penulis miliki dalam
menyelesaikan skripsi ini. Namun tak luput dari beberapa pihak yang telah banyak
membantu baik secara moril maupun materil. Dalam kata pengantar ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Murodi, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Bapak Drs. M. Lutfi, M.Ag. Selaku Dosen pembimbing yang telah dengan
kesabaran dan ketelitiannya serta kesempatan waktunya dalam
memberikan pengarahan kepada penulis hingga mencapai kesuksesan
dalam menyelesaikan skprisi
4. Ibu Umi Musyarrofah, M.A. Selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
5. Kedua Orang Tua Ayahanda Bapak Abdul Rojak dan Ibunda Sumyati
yang telah memberikan dukungan moril serta materil yang tiada terkira,
kesabaran, nasihat dan do’a yang selalu kalian panjatkan untuk anakmu
tercinta di setiap sujudmu.
6. Kepada semua keluarga, terutama untuk kaka perempuan beserta suami,
adik-adik, yang sama-sama berjuang dalam menuntut Ilmu demi
kebahagiaan orang tua, kalianlah yang selalu menjadi penyemangat
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga keponakan "Jasmine"
dan "Adel" yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis disaat
penulis merasa jenuh dalam menyelesaikan skripsi ini .
7. Kepada Bapak. K.H. Bahrum Zaman selaku pimpinan Pondok Pesantren
Al-Um Bogor dan para Ustad yang telah membantu penulis dalam
memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan.
8. Semua dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
9. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi serta para staffnya yang telah memberikan kenyamanan
fasilitas pada penulis.
10.My Spesial Person "Pur” yang telah memberikan dukungan serta semangat
kepada penulis thanksfor all.
11.Kepada sahabat "Lilis & wiwit", terimakasih atas dukungan serta do,a
yang selalu kalian panjatkan untuk sahabatmu ini, semoga kita diberikan
kesuksesan di dunia dan akhirat amin…..
12.Kepada ustad "Hamdi" terimakasih atas dukungan serta do’anya. Semoga
kebaikan serta keikhlasan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
SWT.
13.Semua teman-teman di KPI D angkatan 2004, dan teman-teman KKS
2007 (Suzy, Nida, Ulpah, Eka, Dian, Tina, Dede, ba’Yuli, Yusup, Hilmi,
Faisal, Herdi, Yayan, Away, Irfa, Tanjung. Terimakasih atas semangat dan
dukunganya. Love U All
Semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan, keselamatan dan
kesuksesan di dunia maupun di akhirat.
Akhirnya atas saran dan kritiknya sebagai pembangun dan pengembangan
dalam penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan balasan terbaik jasa-jasa mereka, di dunia maupun di
akhirat kelak amin…..
Ciputat, 07-06-2008
Wasalam
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Tinjauan Pustaka ... 8
E. Metodologi Penelitian ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Dakwah ... 141. Pengertian Dakwah ... 14
2. Bentuk-bentuk Dakwah ... 15
3. Fungsi, Tujuan, dan Hukum Dakwah ... 17
4. Unsur-unsur Dakwah ... 21
B. Rehabilitasi ... 27
1. Pengertian Rehabilitasi ... 27
3. Bentuk dan Tahapan Rehabilitasi ... 29
C. Narkoba ... 32
1. Pengertian Narkoba ... 32
2. Jenis-jenis Narkoba ... 34
3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ... 36
BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN AL-UMM BOGOR A. Sejarah Berdirinya ... 38
B. Organisasi dan Pengelolaannya... 40
C. Visi, Misi, dan Tujuannya... 42
D. Sarana dan Prasarana... 43
E. Kegiatannya ... 44
BAB IV
...
DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-UM
BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI
NARKOBA
A...P rofil Subjek ... 461. Profil Mad’u (Objek Dakwah) ... 46
2. Profil Da’i (Subjek Dakwah) ... 57
C...M
ateri Rehabilitasi Santri Narkoba ... 65
D....M
etode yang digunakan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba ... 68
E...M
edia yang diterapkan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba ... 70
F....A
nalisis Keberhasilan Dakwah ... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin cepat sebagai akibat dari kemajuan
teknologi, indrusteri dan modernisasi secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kehidupan manusia baik sebagai individu, keluarga, masyarakat
dan bangsa. Salah satu dampak dari kemajuan teknologi dewasa ini antara lain
adalah mempercepat transfer kebudayaan. Kebudayaan Barat dengan cepat
menjalar keberbagai penjuru dunia. Kaum remaja yang merasa sebagai orang
moderen, dan menggandrungi kemajuan teknologi banyak yang menerima begitu
saja kebudayaan Barat yang tidak jarang bertentangan dengan kebudayaan dan
adat istiadat orang Timur dan kebudayaan Islam. Mulai dari kebiasaan
meminum-minuman keras, penyalahgunaan Narkoba dan obat-obatan terlarang yang
dilakukan oleh sebagian remaja Indonesia adalah akibat dari mencontoh pergaulan
yang dilakukan oleh remaja di negara lain.
Pada dasarnya penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang
lainnya tidak akan menjadi masalah jika tidak mempunyai dampak besar pada
tatanan sosial, keluarga, masyarakat sampai pada tingkat kriminal dengan
gangguan ketertiban dan keamanan. Selain itu penggunaan Narkoba dan minuman
yang mengandung alkohol juga mempunyai dampak terhadap syaraf manusia
yang menimbulkan berbagai perasaan. Sebagian dari Narkoba itu meningkatkan
gairah, semangat, dan keberanian. Sebagian lagi menimbulkan perasaan
melupakan segala kesulitan, oleh karena efek-efek itulah beberapa remaja
menyalahgunakan Narkoba dan alkohol.
Akan tetapi penggunaan Narkoba dan alkohol dalam dosis yang berlebihan
bisa membahayakan jiwa orang yang bersangkutan. Karena sifat Narkoba dan
alkohol itu antara lain adalah menimbulkan ketergantungan pada pemakainya.
Makin sering ia mengkonsumsi Narkoba atau minuman beralkohol, maka makin
besar ketergantugannya sehingga pada suatu saat tidak bisa melepaskan diri lagi.1
Narkoba merupakan racun yang tidak hanya merusak manusia secara fisik, tetapi
juga merusak jiwa dan masa depannya. Secara fisik semakin lama semakin
ambruk, sedangkan mentalnya sudah terlanjur ketergantungan dan membutuhkan
pemenuhan Narkoba yang semakin tinggi. Jika dia tidak menemukan Narkoba
maka tubuh akan mengadakan reaksi yang menyakitkan.2
Dr. Belle Woodcomestock mengatakan bahwa Narkoba adalah kampium yang sangat merusak kehidupan manusia. Karena tidak ada jalan yang lebih pendek untuk merusak tubuh, pikiran, dan jiwa manusia dari pada memakai morfin, heroin, cocaine, candu, marijuana, dan lain-lain. Minimal ada sembilan sebab mengapa Narkoba menjadi berbahaya bagi para penggunanya yaitu merusak kemampuan berfikir (syaraf), meniadakan garis pemisah antara yang baik dan yang buruk, menutupi hukum, mempengaruhi nafsu sex, kemiskinan, kehancuran karier, merusak jiwa, merusak lingkungan sosial kemasyarakatan dan kematian tidak wajar.3
Pemaparan diatas menjelaskan bahwa betapa berbahayanya penyalahgunaan
Narkoba bagi diri manusia. Oleh karena itu tidak ada alasan lagi bagi manusia
untuk melakukan atau terlibat dalam penyalahgunaan Narkoba. Selain berbahaya
dan dapat merusak jiwa seseorang, penggunaan Narkoba dalam islampun sangat
1
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 216-217.
2
Abu al-Gifari, Generasi Narkoba, (Bandung: PT. Mujahid, 2003), cet. ke-3, h. 10.
3
diharamkan. Hal ini terbukti karena Narkoba memiliki Mudharat (daya rusak)
yang sangat besar ketimbang manfaat yang didapatkan. Selain haram dalam Islam
penyalahgunaan Narkoba, juga dipahami sebagai perbuatan syetan:
Allah SWT berfirman
☺
☺
☺
☺
☺
☺
☺
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjud”.(Qs Al-Maidah: 90-91)4
Berdasarkan kandungan ayat suci al-Qur’an di atas, jelas bahwa penggunaan
Narkoba hanya akan merugikan pemakainya dan dapat menimbulkan kebencian
dan permusuhan sasama anggota keluarga dan masyarakat. Adapun yang dapat
mengambil manfaat dari Narkoba adalah kalangan medis, yaitu untuk menunjang
upaya pengobatan pasien. Walaupun demikian kenyataannya masih banyak
kalangan umat Islam, terutama remaja Islam yang mengkonsumsinya. Hal ini
dibuktikan dari jumlah pecandu Narkoba yang saat ini menurut kepolisian, sudah
4
mencapai angka 2 % dari keseluruhan penduduk Indonesia. Jika penduduk
Indonesia 200 juta jiwa berarti ada 4 juta jiwa pecandu Narkoba di Indonesia.
Padahal data ini seperti diakui kapolri hanya sebagian kecil saja yang berhasil
didata. Sementara data sebenarnya jauh lebih banyak. Seperti halnya gunung es
yang hanya tampak kecil di permukaan sementara yang terpendam di lautan
sungguh besar sekali.5
Menyadari akan bahaya penyalahgunaan Narkoba dan alkohol ini, hampir
semua pemerintah di seluruh dunia mempunyai undang-undang anti narkotika dan
alkohol. Berbagai upaya dan tindakan (oleh aparat pemerintahan dan hukum) telah
dilakukan untuk memberantas sindikat-sindikat pembuat dan pengedar obat
terlarang dan alkohol yang tak berizin. Akan tetapi sampai sekarang
penyalahgunaan zat-zat yang berbahaya ini tidak pernah ditangani dengan tuntas.6
Bahkan bisnis barang haram tersebut juga menembus “dinding-dinding” lembaga
pemasyarakatan tempat para pelaku dihukum. Meskipun sangsi hukum yang
dijatuhkan kepada pelakunya semakin berat, akan tetapi para pelaku bisnis barang
haram tersebut tidak pernah jera.7
Di Indonesia penyalahgunaan Narkoba menjadi perbincangan yang serius
oleh berbagai kalangan. Baik pemerintah, lembaga sosial masyarakat, ormas,
bahkan masyarakat juga turut membicarakan tentang Narkoba. Saat ini, jumlah
penyalahguna Narkoba meningkat drastis. Tidak ada Kabupaten atau Kecamatana
atau Kelurahan yang terbebas dari Narkoba. Bahkan Menurut data WHO jika ada
1 kasus maka yang sebenarnya ada 10 kasus di tempat tersebut8. Memperhatikan
fenomena tersebut jelas memprihatinkan betapa kian ke depan Indonesia bukan
semakin maju, malah mundur beberapa langkah ke belakang, masa depan menjadi
taruhan. Kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk menjadikan Narkoba
sebagai musuh bersama adalah salah satunya jalan yang efektif untuk
membendung peredaran obat terlarang tersebut.
Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi budak Narkoba, saatnya
mengembalikan mereka kepada aqidah ajaran Islam. Mempertemukan kembali
fitrah mereka sebagai manusia, dengan agama atau menyadarkan mereka
(manusia) supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam
sehingga menjadi orang baik. Menjadikan orang baik itu berarti menyelamatkan
mereka dari kesesatan. Orang yang menjadi budak Narkoba adalah orang yang
tersesat oleh sebab itu manusia sebagai khalifah di bumi ini mempunyai
kewajiban mengingatkan, menyeru dan mengembalikan mereka kejalan yang
diridhai oleh Allah SWT. Sebagai muslim, manusia mempunyai kewajiban
memerangi kemungkaran di muka bumi ini, salah satunya memerangi Narkoba.
Hal tersebut sesuai dengan kewajiban dakwah yaitu melakukan amal ma’ruf dan
nayi munkar.
Perang melawan Narkoba dalam Islam merupakan jihad melawan
kemunkaran. Dan bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi budak Narkoba,
seyogyanya dimasukan ke panti rehabilitasi untuk ditangani dengan terapi yang
efektif. Baik dengan terapi medis maupun non medis (spiritual keagamaan). Salah
satu lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap remaja dan korban Narkoba
8
adalah Pondok Pesantren Al-Um Bogor, dalam kegiatan rehabilitasinya Pondok
Pesantren ini menggunakan metode non medis (spiritual/keagamaan). Dengan
menanamkan kembali nilai-nilai keislaman (aqidah) yang pernah hilang dari diri
mereka. Pondok Pesantren Al-Um ini adalah Pondok Pesantren salafi pada
awalnya, karena kepedulian pimpinan Pondok Pesantren terhadap remaja akibat
menyalahgunakan Narkoba. Maka Pondok Pesantren ini menambah kegiatannya
dengan panti rehabilitasi korban Narkoba. Pondok Pesantren Al-Um dipimpin
oleh seorang kiai yang tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi, tetapi
memiliki kemampuan/kelebihan dalam pengetahuan agama dibandingkan orang
biasa dan mampu mengobati para pecandu Narkoba dengan metode yang
digunakan. Dengan ilmu yang dimilikinya beliau mampu mendirikan sebuah
Pondok Pesantren sebagai wadah menuntut ilmu agama dan juga panti rehabilitasi
untuk para korban Narkoba. Pondok Pesantren Al-Um Bogor, berlokasi di Jl.
Gunung Batu, Rt/Rw. 01/ 08. Kp. Pagentongan, Desa. Loji, Kec. Bogor Barat,
Kota Bogor.
Dari paparan di atas, penulis tertarik melakukan kegiatan penelitian secara
mendalam, sekaligus dijadikan bahan skripsi, dengan judul Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan pokok pemikiran pada latar belakang masalah tersebut, pada
rehabilitasi santri Narkoba. Adapun yang dimaksud Santri Narkoba di sini adalah
para pecandu Narkoba yang berada di Pondok Pesantren al-Um Bogor.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan di atas, maka perumusannya dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan (masalah) yang dihadapi santri Narkoba (objek
dakwah) yang berada di Pondok Pesantren Al-Um Bogor?
2. Apa saja tahapan-tahapan rehabilitasi yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren Al-Um dalam merehabilitasi santri narkoba?
3. Bagaimana dakwah yang dilakukan (meliputi materi, metode, dan media)
di Pondok Pesantren Al-Um Bogor?
4. Bagaimana keberhasilan dakwahnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan dari permasalahan di atas, tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui keadaan (masalah) yang digadapi Santri Narkoba
(objek dakwah).
2. Untuk mengetahui dakwah yang dilakukan (meliputi materi, media dan
metode) di Pondok Pesantren al-Um Bogor,
3. Analisis keberhasilan dakwahnya.
b. Manfaat Penelitian
1. Segi Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dalam pengembangan konsep Ilmu Dakwah dan sebagai tambahan
literatur keislaman, sekaligus untuk menambah wawasan bagi para pembaca.
2. Segi Praktis
Kiranya penelitian ini dapat memberikan inpuut bagi praktisi dakwah,
khususnya yang berada di Pondok Pesantren al-Um Bogor, dalam
meningkatkan kwalitas pondok pesantren melalui kegiatan dakwah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan
penelitian lebih jauh dan kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah,
maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya
ilmiah yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti.
Adapun maksud dari penelitian ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang
penulis teliti berbeda dengan yang diteliti sebelumnya.
Setelah penulis mengadakan suatu kajian pustaka, penulis akhirnya
menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan
penulis teliti. Skripsi tersebut antara lain adalah skripsi karya Wiwin
Wirdaningsih-2004 yang berjudul “Peran Terapi Tarikat Qadariyah
Naqsabandiyah dalam Menyembuhkan Korban Narkotika di Pondok Inabah VII
Pondok Pesantren Suryalaya” dan skripsi karya Anita-2006, yang berjudul
“Upaya Bimbingan Rohani Islam dalam Mewujudkan Kesehatan Mental Korban
Fokus penelitian pada skripsi karya Wiwin Wirdaningsih memfokuskan
pada penerapan terapi Tariqat Qadariyah Naqsabandiyah dalam upaya
menyembuhkan para korban Narkoba dan pada skripsi karya Anita fokus
penelitiannya pada upaya bimbingan rohani Islam dalam mewujudkan kesehatan
mental pada para korban Narkoba di BNN Pamardisiwi Cawang sedangkan fokus
penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu pada dakwah Pondok Pesantrn
Al-Um Bogor dalam rehabilitasi santri Narkoba.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam karya ilmiah ini, maka
penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah: tradisi trtentu dalam ilmu pengetahuan yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya9.
2. Penempatan Lokasi dan Jadwal Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Al-Um Bogor. Jl.
Gunung Batu RT 01/08 Kp. Pagentongan Desa. Loji. Kec. Bogor Barat, Kota
Bogor. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 23 Maret sampai dengan
10 Mei 2008.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitin
9
Dalam hal ini subjek penelitiannya adalah Pondok Pesantren Al-Um
Bogor.
b. Objek Penelitian
Dalam hal ini objek penelitiannya adalah apa yang akan diteliti,
adapun yang akan penulis teliti adalah aktivitas dakwah Pondok
Pesantren Al-Um Bogor dalam rehabilitasi santri Narkoba.
4. Sumber Data
Sumber utama dalam meneliti masalah di atas penulis menggunakan dua
sumber data yaitu:
a. Data primer
Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah subjek
dakwah (da’i), objek dakwah (santri Narkoba), dan pihak-pihak terkait
lainnya.
b. Data sekunder
Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku tertentu
dari berbagai literatur yang berhubungan dengan dakwah, rehabilitasi dan
Narkoba.
5. Teknik Pengumpulan Data.
a. Studi Kepustakaan
Penulis mengumpulkan dan menganalisis buku-buku dan literatur
lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas untuk mendapatkan
teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar menganalisa hasil penelitian.
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.10 Dalam penelitian ini
penulis mengamati langsung objek yang akan diteliti, yaitu keadaan (masalah)
yang dihadapi santri narkoba di Pondok Pesantren Al-Um, dakwah yang
diterapkan (meliputi materi, metode dan media) di Pondok Pesantren Al-Um, serta
keberhasilan dakwahnya. Adapun hal-hal yang diperlukan dalam observasi ini
adalah tape recorder, kamera, dan note book yang akan digunakan selama
observasi berlangsung.
b. Wawancara
Wawncara ini ditujukan kepada K.H. Tb Bahrum Zaman selaku
pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor, dua orang ustad (pengajar santri
narkoba), dan lima orang santri narkoba, metode ini digunakan untuk melengkapi
data yang dianggap perlu sehingga lebih menyakinkan data yang akan diperoleh
dari sumber lain, dalam hal ini penulis menggunakan pedoman wawancara.
c. Dokumentasi
Adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.11
Sumber data yang merupkan catatan atau dokumen yang tersedia di Pondok
Pesantren tersebut, bisa termasuk sumber data yang resmi. Dokumentasi ini
digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang didapatkan melalui
observasi dan wawancara.
6. Analisis Data
10
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung PT Rosdakarya: 2002), h.81.
11
Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang
lebih mudah dan diinterpretasikan.12 Setelah penulis menghimpun data-data yang
dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka selanjutnya penulis
mengolah/menganalisis data-data tersebut:
a. Data dan Informasi yang diperoleh melalui wawancara, penulis
memasukan hasil wawancara tersebut kedalam uraian
pembahasan-pembahasan skripsi ini.
b. Data dan Informasi yang diperoleh melalui observasi dan pengamatan,
dijadikan sebagai tambahan untuk menggambarkan objektivitas dari
proses rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Um Bogor.
c. Data dan Dokumentasi, digunakan sebagai bahan dan kerangka analisis
dalam menimbang dan memperkuat penelitian kedalam skripsi ini.
7. Teknik Penulisan Data
Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku
“pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Kemudian dalam penulisan skripsi ini, penulis menguraikan dalam V
(lima) bab dan masing-masing bab akan dibagi menjadi beberapa sub, yaitu
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
12
BAB II : Seputar Teori Tentang Dakwah, Rehabilitasi, dan Narkoba.
BAB III : Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Um Bogor, Visi, Misi, dan
Tujuannya, Organisasi dan Pengelolaannya, serta kegiatan-kegiatan
(aktifitas) yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Um Bogor.
BAB IV : Membahas Tentang objek dakwah dan subjek dakwah, membahas
tentang keadaan (masalah) yang dihadapi santri narkoba (subjek
dakwah) yang ada di Pondok Pesantren Al-Um, membahas tentang
dakwah yang dilakukan (meliputi materi, metode, dan media) yang
diterapkan Pondok Pesantren Al-Um Bogor dalam habilitasi Santri
Narkoba, serta membahas tentang keberhasilan dakwahnya.
BAB V : Berisi Penutup yang didalamnya dibahas Tentang Kesimpulan dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi (bahasa) kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang
berarti pemanggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak13.
Sedangkan secara terminologi (istilah) dakwah memiliki pengertian yang variatif.
Hal ini terbukti dengan banyaknya perbedaan sudut pandang para pakar ilmu
dakwah dalam mendefinisikan makna dakwah. Di antara pendapat-pendapat
tersebut yaitu:
a. Menurut Syeh Ali Mahfuz yang dikutif Abdul Rosyad Saleh dakwah
adalah “mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk,
menyeru mereka berbuat kebijakan dan melarang mereka dari perbuatan
munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”.14
b. Menurut M. Arif Hakim dakwah adalah “suatu kegiatan ajakan baik
bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya, yang dilakukan secara
sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individu maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap
13
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidayakarya Agung, 1989), h. 128.
14
ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa
adanya unsur-unsur paksaan”.15
c. Menurut Prof. Toha Yahya Omar dakwah adalah “sebagai upaya mengajak
umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat”.16
d. Menurut H.S.M Nasrudin, dalam bukunya Teori dan praktek Dakwah
islamiyah mendefinisikan dakwah sebagai “setiap usaha/ aktivitas dengan
lisan/tulisan dan lainya. Yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil,
manusia lainnya untuk beriman mentaati Allah swt, sesuai dengan
garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah”.17
Dari definisi tesebut di atas, meskipun terdapat perbedaan dalam
perumusan satu sama lain, tetapi dapat artikan bahwa dakwah adalah seruan mulia
yang diwajibkan pada setiap umat Islam dengan tujuan menyeru atau mengajak
kepada jalan yang benar (Islam), mencegah dari perbuatan munkar, menciptakan
kesejahteraan umat, membawa kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan
akhirat serta diridhai Allah SWT.
2. Bentuk-bentuk Dakwah
Seorang da’i harus mempunyai berbagai cara dan harus dapat memilih
cara atau bentuk dakwah yang tepat agar dakwahnya tidak sia-sia. Diantaranya
bentuk-bentuk dakwah adalah
a) Dakwah bil-lisan
15
Arif Hakim, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. ke-4, 1997), h. 6.
16
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet. ke-5, h. 1.
17
Ialah dakwah yang penyampaiannya secara lisan antara lain:
1) Qaulun Ma’rufum ialah dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari
yang disertai dengan misi agama, yaitu agama Islam.
2) Mudzakarah ialah mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik
dalam lidah maupun dalam perbuatan.
3) Nasihatuddin ialah memberikan nasehat kepada orang yang telah
dilanda problem kehidupan agar mempu melaksanakan agamanya
dengan baik.
4) Majlis Ta’lim dengan menggunakan buku-buku, kitab dan berakhir
dengan dialog atau tanya jawab.
5) Mujadalah ialah perdebatan dengan menggunakan argumentasi serta
alasan dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik
kesimpulan18.
b) Dakwah Bil-qalam
Adalah dakwah dengan menggunakan keterampilan menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau surat kabar, brosur, buletin, buku, dan sebagainya. Dakwah seperti ini dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta jangkauannya luas, disamping itu masyarakat atau suatu kelompok dapat mempelajarinya serta memahaminya sendiri.19
c) Dakwah Bil-hal
Yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya subjek serta ekonomi sebagai materi dakwah. Adapun cara melaksanakan dakwah bil hal adalah sebagai berikut:
1. Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif. 2. Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif.
3. Bersilaturahmi ke yayasan-yayasan dan panti-panti asuhan dan
18
Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi; Pendidikan dan Dakwah,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 49.
19
4. Pengobatan.20
3. Fungsi, Tujuan, dan Hukum Dakwah. a. Fungsi atau Kegunaan Dakwah
Dakwah mempunyai fungsi atau kegunaan di dunia dan akhirat. Secara
ringkas adalah sebagai berikut:
Pertama, mendatangkan pertolongan dan bantuan rabbani dalam
perjuangan melawan kebatilan jahiliyah.
Kedua, menggugah dan membangun manusia dari tidur panjangnya
menuju kebangkitan hakiki yang agung bersama Islam.
Ketiga, menegakan hujah kepada orang-orang yang terus menerus berbuat
salah dan dosa.
Keempat, membentuk nasehat umum yang benar dan selamat, nasehat
umum inilah yang mempunyai peranan besar di dalam menjaga dan memelihara
adab, akhlak, dan hak-hak umat serta membentuk kepribadian dalam hidup
bermasyarakat.
Kelima, dakwah akan membuat baiknya perilaku dan istiqamahnya akhlak manusia.
Keenam, dengan dakwah, manusia akan memperoleh keberuntungan
berupa jumlah dan keridhaan Allah di akhirat.
Ketujuh, dengan dakwah manusia akan terlepas dari siksa di dunia dan akhirat. Sebaliknya ditinggalkannya kewajiban dakwah akan berakibat
20
tersebarnya kerusakan dan kejelekan yang akan merambah keseluruh wilayah
kehidupan.21
b. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau
pedoman bagi gerak kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh
aktivitas dakwah akan sia-sia.22 Kimosa A. Machfoeld dalam bukunya “Filsafat
Dakwah” mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah “mempertemukan kembali
fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui
kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang
baik”. Menjadikan orang baik berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, dari
kebodohan, dari kemiskinan dan dari keterbelakangan. 23
Seperti yang dikutip Syeh Ali Mahfudz, bahwa tujuan dakwah ada lima
perkara yaitu:
1. Menyiarkan tuntutan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal
perbuatan manusia, terutama budi pekertinya.
2. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik.
3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali silaturahmi diantara kaum
muslim.
4. Menolak faham ateisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja.
21
Sayid Muhamad Nuh, Dakwah Fardiyah; Pendekatan Personal dalam Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2000), cet. ke-2, h. 33-39.
22
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: PT. Al-Ikhlas, 1983), h.49.
23
5. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat dengan kepercayaan yang
tidak bersumber pada agama dengan mendalami ilmu Usuludin.24
Sedangkan Mohamad Ardani menyatakan bahwa tujuan dakwah terdiri
dari tujuan umum (mayor objektive) dan tujuan khusus (minor objektive).
a). Tujuan Umum Dakwah
Tujuan umum dakwah adalah mengajak manusia (meliputi orang mukmin,
kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang diridhai allah SWT agar dapat
hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.25
b). Tujuan Khusus Dakwah
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari
pada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jelas
kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang
bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Di bawah ini akan diuraikan tujuan
khusus dakwah sebagai terjemahan dari tujuan umum dakwah yaitu:
1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah swt. artinya mereka diharapkan agar
senantiasa mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya.
2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih mualaf.
3. Mengajak umat manusia yang belum beriman untuk beriman dan bertakwa
kepada Allah.
24
Hasanudin, Hukum Dakwah; Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Penerbit. Pedoman Ilmu Jaya, cet. ke-1, 1996), h. 33-34.
25
4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya.26
Dari paparan dakwah di atas, maka menurut penulis dakwah memiliki
tujuan yang borientasi kepada prilaku manusia (akhlak). Dakwah akan mencapai
tujuannya jika ajaran Islam yang berupa norma-norma yang menuntun orang agar
berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat direlisasikan dengan sempurna.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah dapat
terlealisasinya ajaran-ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia ini,
sehingga mendapatkan sisi yang baik berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di
dunia hingga akhirat nanti.
c. Hukum Dakwah
Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap
muslim. Misalnya amar ma’ruf nahi anil munkar, berjihad, pemberi nasehat dan
sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa syareat atau hukum Islam tidak
mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil yang maksimal, akan
tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan
kemampuannya.27 Para ulama telah sepakat bahwa melaksanakan dakwah
hukumnya adalah wajib, karena dengan dakwah agama islam telah tersebar
keseluruh plosok dunia hingga sampai ke Indonesia. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam al-Qur`an surah Ali Imron/3 :110:
26
Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 54-58.
27
Artinya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.4. Unsur-Unsur Dakwah
Dalam kegiatan dakwah dibutuhkan adanya saling mendukung antara
unsur-unsur dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut yaitu:
a. Subyek Dakwah
Subjek dakwah adalah (ulama, da’i, muballigh) yaitu orang yang
melaksanakan tugas dakwah, pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan/
kelompok pribadi. Subjek dakwah adalah sosok manusia yang mempunyai nilai
keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal.28 Seorang da’i haruis
mempunyai bekal yang cukup dalam berdakwah dan harus mampu membimbing
umat untuk memahami realitas, memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan
akhirnya memperbaiki objek dakwah. Berdakwah jika dilihat dari kemampuan
da’i terdiri atas dua macam yaitu:
Pertama, dakwah bersifat individual (fardiyah), yakni seorang muslim melakukan
dakwah seorang diri berdasarkan kakuatan, kemampuan dan ilmunya.
Kedua, dakwah bersifat kelompok (jam’iyah).29
b. Obyek Da’wah
Mad’u dalam isim maf’ul dari da’a, berarti orang yang diajak, atau
dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek dan sekaligus subyek dalam
dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkeculi. Siapapun mereka, laki-laki maupun
28
Rafudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandumg: CV. Pustaka Setia, 1997), h. 47.
29
perempuan, tua ataupun muda, seorang bayi yang baru lahir atupun orang tua
yang menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam, tetapi
orang-orang di luar Islam, baik mereka itu ateis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk
agama-agama lain, semua adalah mad’u. Hal ini disebabkan oleh karena misi
kedatangan Islam adalah sebagai rahmatan bagi alam semesta.30 Agar dakwah bisa
dilakukan dengan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan. Maka
sudah waktunya dibuat dan disusun stratifikasi sasaran. Berdasarkan tingkat, usia,
tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan,
berdasarkan tempat tinggal dan lain sebagainya.31
Berdasarkan strata sosial, baik kalangan bangsawan, pembesar, pemuka
kaum ataupun orang-orang lemah, rakyat jelata, semua adalah mad’u dalam
dakwah. Dari segi ekonomi, baik orang kaya raya, konglomerat, sampai pengemis
dan orang-orang gembel yang tidak memiliki kemampuan menghidupi diri
sendiri, semua harus didakwahi, diajak menuju jalan Allah. Orang-orang yang
mapan hidupnya dan tinggal di gedung-gedung mewah, sampai rakyat pinggiran
yang tidak memiliki tempat tinggal semua mad’u dalam dakwah.
Dari tinjauan politik kenegaraan, baik pemerintah, pemegang kekuasaan
eksekutif, yudikatif, ataupun anggota legislatif sampai pada anggota masyarakat
keseluruhan adalah mad’u. Dari segi ideologi, baik yang meyakini sosialisme,
komunisme, feminisme, kapitalisme ataupun penganut ideologi-ideologi lainnya
adalah mad’u yang harus dikenakan dakwah. Pendek kata, semua manusia,
apapun keyakinan hidupnya, ras, bahasa dan bangsa adalah mad’u.32
30
Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah; yang Tegar di Jalan Allah (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), cet. ke-IV, h. 25.
31
Didin Hapidudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998) h. 79.
32
Dari penjelasan di atas penulis memaparkan bahwa objek dakwah adalah
semua menusia tanpa terkecuali. Karena misi kedatangan dakwah adalah sebagai
rahmat bagi alam semesta. Jika dakwah dibatasi hanya pada kalangan tertentu saja
maka Islam tidak akan terlealisir sebagai rahmat bagi alam semesta.
c. Materi Da’wah
Apapun materi dakwah yang hendak disampaikan pada dasarnya bersumber
dari al-Qur`an dan Hadist. Materi dakwah yang akan disampaikan tergantung
pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Materi yang diperlukan untuk satu
kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang
berbeda. Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk
pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah pendengar
itu heterogen artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah
sejenisnya.33 Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat
diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:
1. Masalah keimanan (aqidah)
2. Masalah keislaman (syariyah)
3. Masalah budi pekerti (akhlakul karimah).34
a) Keimanan (aqidah)
Dalam ajaran Islam, aspek aqidah secara umum termaktub dalam
rukun-rukun iman (arkan al-iman) yang terdiri iman kepada Allah, iman kepada para
malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-Nya, iman kepada
33
M. Sayfa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah, (Jakarta: Widjaya, 1982), cet. ke-1, h. 99.
34
hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar-Nya. Akan tetapi aspek aqidah yang
terpenting adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT.35
b) Syari’ah
Kalau aspek aqidah memuat hal-hal yang berkenaan dengan kepercayan,
keyakinan, dan keimanan, maka aspek syari’yah memuat tentang berbagai aturan
dan ketentuan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Secara umum, syari’yah
Islam terdiri dari ‘ubudiyah, mu’amala, jinayah, qadhayah, dan siyasah.36
c) Akhlak
Aspek akhlak dalam bahasa sehari-hari sering disebut etika, moral, budi
pekerti, dan lain-lain. Menurut ajaran Islam, aspek akhlak tidak dapat dipisahkan
dari aspek aqidah, ubudiyah, mu’amalah dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa
aspek akhlak dalam ajaran Islam sangatlah penting dan strategis. Sebab dengan
akhlak manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk37
d. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang dai
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan
kasih sayang.38
Adapun bentuk bentuk metode dakwah yaitu:
1. Al-Hikmah yaitu merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u
2. Al-Mauidzatul Hasanah yaitu yaitu ungkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,
35
Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), cet, ke-1, h.73-74.
36
Ibid., h. 82.
37
Ibid., h. 89-90.
38
pesan-pesan positif yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
3. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan yaitu bertukar pendapat yang dilakukan
oleh dua belah pihak secara sinergis.39
Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan
kondisi mad’u (penerima dakwah) baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan adat
istiadat agar tercapainya keberhasilan dakwah.
e. Media Dakwah
Media atau medium berasal dari bahasa latin yang berarti saluran atau alat
menyalurkan. Dalam pengertian jamak dipakai istilah media sedang dalam
pengertian tunggal dipakai istilah medium.40 Untuk keberhasilan dakwah seorang
da’i memerlukan media dakwah dalam kinerjanya. Terlebih dalam mengantisipasi
perkembangan zaman, saat ini ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat
ditandai dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi. Dalam berdakwah
diperlukan beberapa media sebagai penunjang aktivitasnya. Adapun media
dakwah tersebut yaitu:
1. Media Lisan (dakwah bil-lisan)
Dakwah bil-lisan merupakan komunikasi yang lebih bersifat informatif,
meskipun nilai persuasinya tidak ketinggalan karena tetap mengarah kepada
loyalitas mengikuti ajaran agama, sebab dakwah bil-lisan pada dasarnya
memberikan atau menyampaikan informasi tentang ajaran agama Islam dengan
39
Munzier Suprta & Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakatra: Prenada Media, 2003), h. 11-20.
40
tujuan agar sasaran dakwahnya berubah persepsinya secara luas tentang ajaran
agama sehingga sanggup menyampaikan kepada orang banyak.
2.Media Tindakan atau Uswatun (dakwah bil-hal)
Dakwah berupa perbuatan memanfaatkan situasi dan kondisi
masyarakat sebagai suatu kegiatan agar tumbuh keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT.41
3. Media Visual
Merupakan bentuk media dakwah yang dapat menyampaikan
dakwahnya melalui pemanfaatan indera penglihatan. Contohnya: majalah, koran.
slide, foto, gambar dan overheand proyektor.
4. Media Audio
Merupakan suatu bentuk media yang dalam penyampaian dakwahnya
melalui pemanfaatan indera pendengaran. Contohnya: radio, tape recorder, dan
telepon.
5. Media Audio Visual
Merupakan suatu media atau alat yang dapat ditangkap dengan
menggunakan penglihatan dan pendengaran. Misalnya televisi dan film.
6. Media Tulisan
Merupakan suatu media yang penyampaian pesan dakwahnya dalam
bentuk tulisan. Termasuk didalamnya koran, majalah, buku, pamflet, brosur, dan
novel.42
41
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah;Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakah di Indonesia, h. 42-43.
42
Dari berbagai macam media di atas memiliki sasaran yang sama yaitu
mad’u. Namun, dalam penggunaan media tersebut harus disesuaikan dengan
kondisi dan situasi yang dialami mad’u.
B. Rehabilitasi
1. Pengertian Rehabilitasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia rehabilitasi adalah 1). Pemulihan
kepada kedudukan (kadaan, nama baik) yang dahulu (semula), 2). Perbaikan
anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (msl pasien rumah sakit,
korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di
masyarakat.43 Menurut Prof. Dr. dr. Dadang Hawari Psikiater, yang dimaksud
dengan rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para
mantan penyalahguna/ketergantungan NAZA (Narkoba) kembali sehat dalam arti
sehat fisik, psikologik, sosial dan spiritual/ agama (keimanaan). Dengan kondisi
sehat tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar
dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat
kerja dan di lingkungan sosialnya.44
2. Fungsi dan Tujuan Rehabilitasi
a. Fungsi Rehabilitasi
1. Fungsi preventif (pencegahaan), yakni mencegah timbulnya masalah
seseorang.
43
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 774.
44
2. Fungsi kuratif/korektif, yakni memecahkan/menanggulangi masalah yang
sedang dihadapi seseorang.
3. Fungsi preventif dan devlopmental, yakni memelihara agar keadaan yang
telah baik tidak menjadi tidak baik kembali, dan mengembalikan keadaan
yang sudah baik untuk menjadi lebih baik.45
b. Tujuan Rehabilitasi
Rehabilitasi bagi para pecandu Narkoba dilakukan dengan maksud untuk
memulihkan dan mengembalikan kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita
yang bersangkutan. Menurut Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Psikiater hasil yang
diharapkan setelah mereka (pasien, korban) Narkoba dapat kembali sehat dalam
arti:
1. Sehat jasmani/ fisik biologik.
2. Sehat jiwa (psikologik)
3. Sehat sosial (adaptasi)
4. Sehat rohani/ keimanaan spiritual keagamaan.46
Dan diharapkan setelah mereka (korban Narkoba) telah selesai mejalani
program rehabilitasi mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
2. Memiliki kekebalan fisik maupun mental terhadap NAZA.
3. Memiliki keterampilan.
45
Anurrahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta. UI Press, 2001) cet. ke-2, h. 2.
46
Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) MUTAKHIR (Sistem Terpadu) PASIEN “NAZA” (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain), (Jakarta: Penerbit
4. Dapat kembali berfungsi secara wajar (layak) dalam kehidupan sehari-hari
baik di rumah (keluarga), di sekolah/kampus, ditempat kerja maupun di
masyarakat.47
Dari pengertian di atas tujuan rehabilitasi secara umum yakni untuk
membantu individu, mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya, memiliki
jiwa yang kuat dan sehat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
3. Bentuk dan Tahapan Rehabilitasi a). Bentuk Rehabilitasi
Ada dua macam bentuk rehabilitasi bagi korban pecandu Narkoba yaitu:
1. Rehabilitasi Medis
Yang dimaksud rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pelayanaan
kesehatan secara utuh terpadu melalui pendekatan medis dan sosial agar penderita
yang menderita sindrom ketergantungan dapat mecapai kemampuan fungsional
semaksimal mungkin. Penderita disini selain diberi pengobatan secara medis juga
diberi perhatian akan kepercayaan diri supaya sehat seperti semula.
2. Rehabilitasi Sosial.
Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan dan
pengembangan baik fisik, mental, maupun sosial agar pengguna yang menderita
sindrom ketergantungan dapat melaksanakan fungsi sosial secara optimal dalam
kehidupan masyarakat. Pasien dipulihkan kemampuan fisiknya, mentalnya dibina
seperti diberi ceramah agama, pemahaman tentang obat-obatan terlarang dan
sebagainya, kegiatan sosial dalam lingkungan terbatas misalnya diikutsertakan
47
melakukan suatu pekerjaan sesuai kemampuan yang bersangkutan, sehingga dari
kegiatan tersebut dapat dijadikan bekal untuk berhubungan dengan kehidupan
masyarakat setelah selesai menjalankan rehabilitasi.48
b). Tahapan Rehabilitasi
Dalam terapi rehabilitasi ini korban Narkoba menjalani tiga pase/tahapan
rehabilitasi yaitu:
1. Terapi Kelompok
Terapi ini berupa pertemuan rutin yang dilakukan untuk mencapi
maksud dan tujuan tersebut di atas, diperlukan program rehabilitasi yang meliputi
rehabilitasi medik, psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
2. Program Keterampilam dan Olahraga
Pada program ini pasien diberi tugas berupa keterampilan atau olahraga
sesuai dengan program yang diminatinya. Program ini dilakukan pasien disertai
penilaian terhadap kondisi psikis dan emosionalnya dipandu atau dibimbing oleh
social worker atau guru olahraga, dan oleh perawat yang terlatih.
3. Program Selingan Bebas
Program ini diberikan sebagai selingan dari kedua program di atas. Yaitu
acara musik, menonton tv dan olahraga. Ketiga program ini diberikan secara
berselang-seling. Pada saat menjalani program ini pasien tetap dijaga kondisi pisik
dan psikisnya.49
Sedangkan menurut Prof. Dr, dr Dadang Hawari Psikiater bahwa tahapan
rehabilitasi meliputi empat pase yaitu:
48
Ahmad Sanusi Mustofa, Problem Narkotika, Psikotropika dan HIV/AIDS –
Penanggulangannya Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, (Jakarta: Penerbit. Zikrul Hakim, 2002), h. 14.
49
2. Rehabilitasi Medik
Maksud dari rehabilitasi medik ini adalah agar mantan
penyalahguna/ketergantungan NAZA benar-benar sehat secara fisik dalam arti
komplikasi medik diobati dan disembuhkan. Jika diantara peserta rehabilitasi
mengalami cacat fisik maka perlu dilakukan rehabilitasi medik ini agar yang
bersangkutan dapat hidup normal meskipun mengalami kecacatan pada tubuhnya.
3. Rehabilitasi Psikiatrik
Dengan rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi
yang semula berprilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain
sikap dan tindakan anti sosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat
berasosiasi dengan baik.
3. Rehabilitasi Psikososial
Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi
dapat kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah,
di sekolah\kampus dan ditempat kerja. Program rehabiitasi psikososial merupakan
persipan untuk kembali kemasyarakat.
4. Rehabilitasi Psikoreligius
Dengan rehabilitasi psikoreligius ini adalah untuk memulihkan peserta
rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
masing-masing. Yang termasuk dalam rehabilitasi psikoreligius ini adalah semua bentuk
ritual keagamaan.50
50
C. Narkoba
1. Pengertian Narkoba (Narkotika dan Obat-Obatan Terlarang)
Istilah Narkoba atau jenis-jenis Narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris “narcoties”, yang berarti “obat bius”. Dalam bahasa Yunani “narcosis” yang berarti “menidurkan”. Dan secara umum dipahami sebagai “suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan atau penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi pusat syaraf, sehingga dapat menimbulkan rasa ngantuk yang berlebihan51.
Menurut FA Purwoko (2003), istilah Narkoba adalah singkatan dari
Narkotika, Psikotropika, dan Zat (bahan adkitif) lain. Ini diperejelas dalam UU
No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika: “narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman ataupun bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis
yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana
terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan
keputusan menteri kesehatan.52.
Menurut Rachman Hermawan. S Narkotika adalah zat yang jika
dimakan, diminum/dimasukan (disuntikan) kedalam tubuh manusia, dapat
mengubah satu atau lebih fungsi dalam badan.53 Sedangkan psikotropika adalah
obat baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif,
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan prilaku. (UU RI No.5. Th 1997)54. Bahan Adiktif
51
M. Lutfi, Bimbingan Islam untuk Korban NAZA: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Lainnya, Jurnal Dakwah, Komunikasi & Budaya V, X. No. 2 (Desember 2003), h. 156.
52
Badan Narkotika Nasional, Efektifitas Penaggulangan Narkoba Melalui Sistem Plug in dalam Materi Pembelajaran pada lembaga Pendidikan Formal, (Jakarta: BNN RI, 2005), h. 28.
53
Rachman Hermawan. S, Penyalahgunaan Narkotika oleh Remaja, (Bandungh: PT. Cresco, 1980), cet. ke-1, h. 10.
54
Lainya adalah zat atau bahan yang tidak termasuk ke dalam golongan Narkotika
atau Psikotropka tetapi menimbulkan ketergantungan seperti alkohol.55
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa Narkoba
adalah suatu zat yang dapat menurunkan kesadaran juga dapat menimbulakan
gejala-gejala fisik dan mental pada pemakainya, dan jika dikonsumsi secara
terus-menerus akan dapat mengakibatkan terjadinya ketergantungan terhadap jenis
tersebut.
Oleh karena itu tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk menjadi golongan orang-orang yang menyalahgunakan Narkoba. Bagi orang-orang yang terkena kasus Narkoba yang sudah sangat tergantung, maka perlu diikuti dengan upaya merehabilitasinya. Untuk keperluan tersebut, ada beberapa Pondok Pesantren yang sudah melakukan terapi khusus guna merehabilitasi para korban Narkoba. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Islam Tebu Ireng Jombang (Jawa Timur), Pondok Pesantren Inabah Abah Anom Tasik Malaya (Jawa Barat), Pondok Pesantren Al-Ihya (Jakarta)56.
Karena keberhasilan dari beberapa Pondok Pesantren yang melakukan
rehabilitasi pada korban Narkoba dengan metode spiritual keagamaan. Banyak
Pondok Pesantren yang mengadopsi metode tersebut salah satunya adalah Pondok
Pesantren Al-Um (Bogor).
2. Jenis-jenis Narkoba
Ada beberapa jenis kategori zat yang sangat berbahaya bagi tubuh
manusia yang termasuk dalam jenis Narkoba. Narkoba terdiri dari beberapa jenis
yaitu: narkotika (terdiri dari tiga golongan), psikotropika (terdiri dari empat
golongan), dan zat adiktif.
55
Badan Narkitika Nasional Indonesia, Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda, (Jakarta: BNN RI, 2004), h. 13.
56
a. Narkotika
1. Narkotika golongan I
Yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi dan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Heroin, putaw, Cokain,dan Ganja. Heroin adalah obat bius yang sangat mudah membuat orang kecanduan karena efeknya sangat kuat. Mempunyai 2 kali kekuatan dari morfin, ditemukan dalam bentuk cairan, serbuk, dan pil, berwarna putih suram. Penggunaanya dengan cara menghirup/menyedot dan bisa disuntikan untuk lebih praktis tetapi setelah dipanaskan terlebih dahulu.
2. Narkotika golongan II
Yaitu narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.
3. Narkotika golongan III
Yaitu narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan /atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh
Codein.
b. Psikotropika
Menurut UU RI No. 5 / 1997, Psikotropika adalah: Zat atau obat, baik alamiah amupun sintesis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada aktifitas mental dan prilaku. Adapun jenis-jenisnya yaitu:
1. Psikotropika golongan I
Yaitu Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
2. Psikotropika golongan II
Yaitu Psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Amphetamine. Bentuk
Amphetamine ada yang bubuk berwarna putih dan keabuan dan ada juga yang
berbentuk tablet.
Ada dua jenis Amphetamine yaitu:
a. MDM (Methylene dioxy Methamphetamine), istilah yang sering digunakan antara lain: Inex, Ekstas /XTC. Pengemasan zat ini dalam bentuk tablet dan kapsul.
3. Psikotropika golongan III
Yaitu psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan /atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom dan ketergantungan. Contoh:
Phenobarbital.
4. Psikotropika golongan IV
Yaitu psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi /atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom dan ketergantungan. Contoh:
Diazepam, nitrazepan (BK, DUM).
c. Zat Adiktif Lain
Yang disebut Zat Adiktif lain adalah: bahan /Zat yang berpengaruh psikotrofit di luar Narkotika dan Psikotroika. Adapun jenis-jenisnya yaitu:
1. Alkohol:
Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian yang menghasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15%, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehinga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100%. Istilah dalam alkohol ini biasanya disebut: Booze dan Drink. Alkohol mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat /zat itu dalam tubuh manusia.
Ada tiga golongan minuman beralkohol yaitu: a. Golongan A: Kadar etanol 1-5% (Bir).
b. Golongan B: Kadar etanol 5-20% (berbagai minuman anggur).
c. Golongan C: Kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson, House, Johny, Walker).
2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan Solven (zat pelarut).
Mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Beberapa jenis yang sering disalahgunakan oleh pecandu adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat kuku dan Bensin.
3. Tembakau.
Tembakau berbentuk daun yang mengandung nikotin dan dapat mengakibatkan ketergantungan jika dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus.57
57
3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan minuman keras pada
umumnya disebabkan karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu yang dapat
memberikan rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan ketenangan,
walaupun hal itu sebenarnya hanya dirasakan secara semu. Banyak orang
memakai Narkoba untuk mendapatkan rasa “enak” dan rasa senang akan diri
mereka. Mereka merasa hidup dan percaya diri, tetapi sayangnya, hal ini hanya
terjadi sementara dan sering mengarah pada ketergantungan yang berkepanjangan
bahkan kematian. Sampai sekarang belum ditemukan secara pasti suatu alasan
yang tepat mengapa seseorang menggunakan Narkoba58.
Disinyalir ada beberapa faktor yang menyebabkan atau yang menjadi
alasan awal mengapa para remaja menggunakan Narkoba, antara lain:
a. Memenuhi rasa ingin tahuyang sangat besar dan penasaran hingga berani mencoba.
b. Mengikuti trend agar tidak ketinggalan dari teman-teman yang sudah mencoba lebih dahulu.
c. Sebagai sebuah pelarian dari lingkungan yang kerap mengalami perubahan secara drastis sehingga membuat mereka tidak nyaman dan aman.
d. Suatu bentuk perlawanan terhadap orang tua atau keluarga.
e. Komuniaksi yang tidak berjalan dengan baik dalam keluarga sehingga kurangnya keharmonisan dalam lingkungan keluarga seperti yang mereka idamkan.
f. Mencari kesenangan, iseng, atau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa jenuh dan stres dari rutinitas yang dihadapi sehari-hari.
g. Lari dari kebosanan atau kenyataan hidup yang pahit
h. Kepercayaan yang salah bahwa pemakaian obat-obatan secara jarang tidak dapat menyebabkan ketergantungan.59
Beberapa faktor di atas merupakan faktor awal mengapa seseorang
menyalahgunakan Narkoba, faktor lain yang menjadi penyebab seseorang
menyalahgunakan Narkoba dikelompokan sebagai berikut:
58
Ibid., h. 90.
59
1. Faktor Pribadi.
Karena adanya kecacatan/kekurangan dalam dirinya sehingga merasa
terasingkan, tidak diperhatikan dan sebagainya maka keadaan seperti ini akan
memicu kepada perbuatan menyimpang yaitu penyalahgunaan Narkoba.
2. Faktor Keluarga
Apa bila seseorang mendapatkan perlakuan buruk dalam keluarga maka
akan buruk pula yang akan diperlihatkan pada lingkungannya.
3. Faktor Sosial dan Dinamika Perubahanya.
Lingkungan pergaulan menjadi fakor yang sangat besar bagi
penyalahgunaan Narkoba pada seseorang karena didalam lingkungan ini
seseorang terpengaruh ciri kepribadiannya. Adapun lingkungan sosial yang
mendukung terjadinya penyalahgunaan Narkoba yaitu, lingkungan sekolah,
lingkungan teman sebaya, dan lingkungan masyarakat.
Sebelum seseorang menjadi ketergantungan pada Narkoba, akan melalui
beberapa tahapan yaitu, penggunaan coba-coba/eksperimen, penggunaan sosial
atau reaksi, penggunaan situasional, kemudian penyalahgunaan dan akhirnya
ketergantungan.60
60
BAB III
PROFIL PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR
A. Sejarah Berdirinya
Pondok Pesantren Al-Um Bogor didirikan oleh KH. Tb. Bahrum Zaman.
Pada tanggal 17 April 1976. Nama al-Um diambil dari sebuah kitab fiqih yang
dikarang oleh Imam Syafi'i. Pondok Pesantren Al-Um ini didirikan di atas tanah
seluas + 5000 m2 yang terdiri dari empat (4) gedung diantaranya:
1. Gedung induk berupa majelis ta’lim
2. Gedung anak-anak korban narkoba
3. Gedung asrama putra
4. Gedung asrama putri.61
Yang melatarbelakangi didirikannya Pondok Pesantren Al-Um ini adalah
karena terdorong dari rasa kepedulian K.H. Tb. Bahrum Zaman terhadap remaja,
timbul keinginan dalam diri beliau untuk menjaga tunas-tunas bangsa dari
berbagai hal yang dapat merusak moral mereka akibat mencontoh
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh remaja di negara lain, salah satu contohnya yaitu
pergaulan bebas, minum-minuman keras, fashion dan sebagainya. Oleh sesab itu
setiap kali beliau mengisi acara, tema yang beliau angkat lebih banyak masalah
remaja, mengapa demikian karena remaja merupakan pilar kemajuan suatu
bangsa. Oleh sebab itu harus dijaga dan diselamatkan dari berbagai kebudayaan
61