• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Dakwah Di Pondok Pesantren Al-UM Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Dakwah Di Pondok Pesantren Al-UM Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN AL-UM

BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Inne Tresnayanti

NIM: 104051001864

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 06 Juni 2008

(3)

AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Inne Tresnayanti NIM: 104051001864

Di Bawah Bimbingan

Drs. M. Lutfi, M.Ag. NIP. 150268782

JURUSAN KOMUNIKSI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKSI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN

AL-UM BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta 18 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Dr. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA NIP: 150 262 442 NIP: 150 281 980

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Sunandar, M. Ag Drs. Wahidin Saputra NIP: 150 273 477 NIP: 150 276 299

Pembimbing

(5)

Abstrak

INNE TRESNAYANTI

Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba

Penyalahgunaan Narkoba atau NAZA, merupakan candu yang membuat keterggantungan kepadanya, dan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Pecandu Narkoba tidak mampu lagi memfungsikan dirinya secara wajar dalam masyarakat, dan sebaliknya menunjukan prilaku “maladaptif” (prilaku menyimpang). Ternyata perkembangan kasus penyalahgunaan Narkoba dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan Dadang Hawari menyatakan jumlah pasien NAZA yang ada dimasyarakat sebanyak 10 kali dari angka resmi. Menyimak fenomena tersebut, banyak elemen masyarakat dan berbagai lembaga yang berupaya mengadakan kegiatan dalam rangka penanggulangan Narkoba, salah satu lembaga yang ikut melaksanakan kegiatan tersebut yaitu Pondok Pesantren Al-Um Bogor, Pondok Pesantren ini adalah wadah pengkajian ilmu agama pada awalnya. Namun, karena kepedulian pimpinan Pondok Pesantren terhadap para korban Narkoba maka beliau menambahkan kegaitan pada Pondok Pesantrennya dengan rehabilitasi korban Narkoba, dengan mengunakan metode non medis (spiritual/keagamaan).

Berdasarkan pernyataan di atas maka timbul pertanyaan bagaimana keadaan santi narkoba (objek dakwah) yang berada di Pondok Pesantren Al-Um Bogor? Bagaimana dakwah yang diterapkan (meliputi materi, metode dan media) di Pondok Pesantren Al-Um Bogor? Serta bagaimana keberhasilan dakwahnya?

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menjabarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait mengenai keadaan santri narkoba dan dakwah yang diterapkan serta keberhasilan dakwahnya.

Keadaan santri narkoba yang berada di Pondok Pesantren Al-Um yaitu mengalami ketergantungan terhadap Narkoba, cenderung memberontak, susah diatur, suka mencuri uang orang tuanya dan kurangnya pengetahuan akan ajaran agama. Adapun bentuk metode dakwah yang digunakan adalah Al-Mauidzah Hasanah. Sedangkan materi yang diterapkan yaitu mengenai aqidah akhlak, fiqih, tauhid, al-Qur`an dan hadis. Dalam melakukan kegiatannya Pondok Pesantren tersebut menggunakan sebuah media yaitu media lisan, dan hal (perbuatan). Keberhasilan dakwah dalam merehabilitasi santri narkoba dapat dikatakan cukup berhasil hal tersebut dibuktikan dari pernyataan santri narkoba, yaitu mereka bisa kembali normal, menyadari kekeliruannya dan bisa menjalani hidupnya tanpa Narkoba.

(6)

sebagai muslim (solat wajib 5 waktu), lebih dewasa, bisa berfikir secara positif, bisa lebih hormat kepada orang tua intinya bisa lebih baik dari sebelumnya.

(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Maha suci Allah SWT yang menganugerahi setiap manusia jalan hidup

yang berbeda-beda. Maha Indah Karunia-Nya yang telah membekali

masing-masing insan dengan potensi yang beraneka ragam. Sang penggenggam hati

manusia dengan kasih sayang-Nya memberikan nikmat yang tak terbatas,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Untaian shalawat dan salam

semoga selalu tercurah keharibaan satu-satunya kekasih Allah, maha guru

kemanusiaan, pembawa risalah terbesar dengan segala keteladanan bagi umatnya,

khotamul anbiya Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta seluruh

umatnya.

Skripsi yang berjudul Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan segala macam daya dan upaya yang penulis miliki dalam

menyelesaikan skripsi ini. Namun tak luput dari beberapa pihak yang telah banyak

membantu baik secara moril maupun materil. Dalam kata pengantar ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah

membantu, terutama sekali kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Murodi, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

(8)

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

3. Bapak Drs. M. Lutfi, M.Ag. Selaku Dosen pembimbing yang telah dengan

kesabaran dan ketelitiannya serta kesempatan waktunya dalam

memberikan pengarahan kepada penulis hingga mencapai kesuksesan

dalam menyelesaikan skprisi

4. Ibu Umi Musyarrofah, M.A. Selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

5. Kedua Orang Tua Ayahanda Bapak Abdul Rojak dan Ibunda Sumyati

yang telah memberikan dukungan moril serta materil yang tiada terkira,

kesabaran, nasihat dan do’a yang selalu kalian panjatkan untuk anakmu

tercinta di setiap sujudmu.

6. Kepada semua keluarga, terutama untuk kaka perempuan beserta suami,

adik-adik, yang sama-sama berjuang dalam menuntut Ilmu demi

kebahagiaan orang tua, kalianlah yang selalu menjadi penyemangat

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga keponakan "Jasmine"

dan "Adel" yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis disaat

penulis merasa jenuh dalam menyelesaikan skripsi ini .

7. Kepada Bapak. K.H. Bahrum Zaman selaku pimpinan Pondok Pesantren

Al-Um Bogor dan para Ustad yang telah membantu penulis dalam

memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan.

8. Semua dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan

(9)

9. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan Fakultas Dakwah

dan Komunikasi serta para staffnya yang telah memberikan kenyamanan

fasilitas pada penulis.

10.My Spesial Person "Pur” yang telah memberikan dukungan serta semangat

kepada penulis thanksfor all.

11.Kepada sahabat "Lilis & wiwit", terimakasih atas dukungan serta do,a

yang selalu kalian panjatkan untuk sahabatmu ini, semoga kita diberikan

kesuksesan di dunia dan akhirat amin…..

12.Kepada ustad "Hamdi" terimakasih atas dukungan serta do’anya. Semoga

kebaikan serta keikhlasan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah

SWT.

13.Semua teman-teman di KPI D angkatan 2004, dan teman-teman KKS

2007 (Suzy, Nida, Ulpah, Eka, Dian, Tina, Dede, ba’Yuli, Yusup, Hilmi,

Faisal, Herdi, Yayan, Away, Irfa, Tanjung. Terimakasih atas semangat dan

dukunganya. Love U All

Semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan, keselamatan dan

kesuksesan di dunia maupun di akhirat.

Akhirnya atas saran dan kritiknya sebagai pembangun dan pengembangan

dalam penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan balasan terbaik jasa-jasa mereka, di dunia maupun di

akhirat kelak amin…..

Ciputat, 07-06-2008

Wasalam

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Dakwah ... 14

1. Pengertian Dakwah ... 14

2. Bentuk-bentuk Dakwah ... 15

3. Fungsi, Tujuan, dan Hukum Dakwah ... 17

4. Unsur-unsur Dakwah ... 21

B. Rehabilitasi ... 27

1. Pengertian Rehabilitasi ... 27

(11)

3. Bentuk dan Tahapan Rehabilitasi ... 29

C. Narkoba ... 32

1. Pengertian Narkoba ... 32

2. Jenis-jenis Narkoba ... 34

3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ... 36

BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN AL-UMM BOGOR A. Sejarah Berdirinya ... 38

B. Organisasi dan Pengelolaannya... 40

C. Visi, Misi, dan Tujuannya... 42

D. Sarana dan Prasarana... 43

E. Kegiatannya ... 44

BAB IV

...

DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-UM

BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI

NARKOBA

A...P rofil Subjek ... 46

1. Profil Mad’u (Objek Dakwah) ... 46

2. Profil Da’i (Subjek Dakwah) ... 57

(12)

C...M

ateri Rehabilitasi Santri Narkoba ... 65

D....M

etode yang digunakan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba ... 68

E...M

edia yang diterapkan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba ... 70

F....A

nalisis Keberhasilan Dakwah ... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang semakin cepat sebagai akibat dari kemajuan

teknologi, indrusteri dan modernisasi secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi kehidupan manusia baik sebagai individu, keluarga, masyarakat

dan bangsa. Salah satu dampak dari kemajuan teknologi dewasa ini antara lain

adalah mempercepat transfer kebudayaan. Kebudayaan Barat dengan cepat

menjalar keberbagai penjuru dunia. Kaum remaja yang merasa sebagai orang

moderen, dan menggandrungi kemajuan teknologi banyak yang menerima begitu

saja kebudayaan Barat yang tidak jarang bertentangan dengan kebudayaan dan

adat istiadat orang Timur dan kebudayaan Islam. Mulai dari kebiasaan

meminum-minuman keras, penyalahgunaan Narkoba dan obat-obatan terlarang yang

dilakukan oleh sebagian remaja Indonesia adalah akibat dari mencontoh pergaulan

yang dilakukan oleh remaja di negara lain.

Pada dasarnya penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang

lainnya tidak akan menjadi masalah jika tidak mempunyai dampak besar pada

tatanan sosial, keluarga, masyarakat sampai pada tingkat kriminal dengan

gangguan ketertiban dan keamanan. Selain itu penggunaan Narkoba dan minuman

yang mengandung alkohol juga mempunyai dampak terhadap syaraf manusia

yang menimbulkan berbagai perasaan. Sebagian dari Narkoba itu meningkatkan

gairah, semangat, dan keberanian. Sebagian lagi menimbulkan perasaan

(14)

melupakan segala kesulitan, oleh karena efek-efek itulah beberapa remaja

menyalahgunakan Narkoba dan alkohol.

Akan tetapi penggunaan Narkoba dan alkohol dalam dosis yang berlebihan

bisa membahayakan jiwa orang yang bersangkutan. Karena sifat Narkoba dan

alkohol itu antara lain adalah menimbulkan ketergantungan pada pemakainya.

Makin sering ia mengkonsumsi Narkoba atau minuman beralkohol, maka makin

besar ketergantugannya sehingga pada suatu saat tidak bisa melepaskan diri lagi.1

Narkoba merupakan racun yang tidak hanya merusak manusia secara fisik, tetapi

juga merusak jiwa dan masa depannya. Secara fisik semakin lama semakin

ambruk, sedangkan mentalnya sudah terlanjur ketergantungan dan membutuhkan

pemenuhan Narkoba yang semakin tinggi. Jika dia tidak menemukan Narkoba

maka tubuh akan mengadakan reaksi yang menyakitkan.2

Dr. Belle Woodcomestock mengatakan bahwa Narkoba adalah kampium yang sangat merusak kehidupan manusia. Karena tidak ada jalan yang lebih pendek untuk merusak tubuh, pikiran, dan jiwa manusia dari pada memakai morfin, heroin, cocaine, candu, marijuana, dan lain-lain. Minimal ada sembilan sebab mengapa Narkoba menjadi berbahaya bagi para penggunanya yaitu merusak kemampuan berfikir (syaraf), meniadakan garis pemisah antara yang baik dan yang buruk, menutupi hukum, mempengaruhi nafsu sex, kemiskinan, kehancuran karier, merusak jiwa, merusak lingkungan sosial kemasyarakatan dan kematian tidak wajar.3

Pemaparan diatas menjelaskan bahwa betapa berbahayanya penyalahgunaan

Narkoba bagi diri manusia. Oleh karena itu tidak ada alasan lagi bagi manusia

untuk melakukan atau terlibat dalam penyalahgunaan Narkoba. Selain berbahaya

dan dapat merusak jiwa seseorang, penggunaan Narkoba dalam islampun sangat

1

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 216-217.

2

Abu al-Gifari, Generasi Narkoba, (Bandung: PT. Mujahid, 2003), cet. ke-3, h. 10.

3

(15)

diharamkan. Hal ini terbukti karena Narkoba memiliki Mudharat (daya rusak)

yang sangat besar ketimbang manfaat yang didapatkan. Selain haram dalam Islam

penyalahgunaan Narkoba, juga dipahami sebagai perbuatan syetan:

Allah SWT berfirman

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjud”.(Qs Al-Maidah: 90-91)4

Berdasarkan kandungan ayat suci al-Qur’an di atas, jelas bahwa penggunaan

Narkoba hanya akan merugikan pemakainya dan dapat menimbulkan kebencian

dan permusuhan sasama anggota keluarga dan masyarakat. Adapun yang dapat

mengambil manfaat dari Narkoba adalah kalangan medis, yaitu untuk menunjang

upaya pengobatan pasien. Walaupun demikian kenyataannya masih banyak

kalangan umat Islam, terutama remaja Islam yang mengkonsumsinya. Hal ini

dibuktikan dari jumlah pecandu Narkoba yang saat ini menurut kepolisian, sudah

4

(16)

mencapai angka 2 % dari keseluruhan penduduk Indonesia. Jika penduduk

Indonesia 200 juta jiwa berarti ada 4 juta jiwa pecandu Narkoba di Indonesia.

Padahal data ini seperti diakui kapolri hanya sebagian kecil saja yang berhasil

didata. Sementara data sebenarnya jauh lebih banyak. Seperti halnya gunung es

yang hanya tampak kecil di permukaan sementara yang terpendam di lautan

sungguh besar sekali.5

Menyadari akan bahaya penyalahgunaan Narkoba dan alkohol ini, hampir

semua pemerintah di seluruh dunia mempunyai undang-undang anti narkotika dan

alkohol. Berbagai upaya dan tindakan (oleh aparat pemerintahan dan hukum) telah

dilakukan untuk memberantas sindikat-sindikat pembuat dan pengedar obat

terlarang dan alkohol yang tak berizin. Akan tetapi sampai sekarang

penyalahgunaan zat-zat yang berbahaya ini tidak pernah ditangani dengan tuntas.6

Bahkan bisnis barang haram tersebut juga menembus “dinding-dinding” lembaga

pemasyarakatan tempat para pelaku dihukum. Meskipun sangsi hukum yang

dijatuhkan kepada pelakunya semakin berat, akan tetapi para pelaku bisnis barang

haram tersebut tidak pernah jera.7

Di Indonesia penyalahgunaan Narkoba menjadi perbincangan yang serius

oleh berbagai kalangan. Baik pemerintah, lembaga sosial masyarakat, ormas,

bahkan masyarakat juga turut membicarakan tentang Narkoba. Saat ini, jumlah

penyalahguna Narkoba meningkat drastis. Tidak ada Kabupaten atau Kecamatana

atau Kelurahan yang terbebas dari Narkoba. Bahkan Menurut data WHO jika ada

(17)

1 kasus maka yang sebenarnya ada 10 kasus di tempat tersebut8. Memperhatikan

fenomena tersebut jelas memprihatinkan betapa kian ke depan Indonesia bukan

semakin maju, malah mundur beberapa langkah ke belakang, masa depan menjadi

taruhan. Kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk menjadikan Narkoba

sebagai musuh bersama adalah salah satunya jalan yang efektif untuk

membendung peredaran obat terlarang tersebut.

Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi budak Narkoba, saatnya

mengembalikan mereka kepada aqidah ajaran Islam. Mempertemukan kembali

fitrah mereka sebagai manusia, dengan agama atau menyadarkan mereka

(manusia) supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam

sehingga menjadi orang baik. Menjadikan orang baik itu berarti menyelamatkan

mereka dari kesesatan. Orang yang menjadi budak Narkoba adalah orang yang

tersesat oleh sebab itu manusia sebagai khalifah di bumi ini mempunyai

kewajiban mengingatkan, menyeru dan mengembalikan mereka kejalan yang

diridhai oleh Allah SWT. Sebagai muslim, manusia mempunyai kewajiban

memerangi kemungkaran di muka bumi ini, salah satunya memerangi Narkoba.

Hal tersebut sesuai dengan kewajiban dakwah yaitu melakukan amal ma’ruf dan

nayi munkar.

Perang melawan Narkoba dalam Islam merupakan jihad melawan

kemunkaran. Dan bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi budak Narkoba,

seyogyanya dimasukan ke panti rehabilitasi untuk ditangani dengan terapi yang

efektif. Baik dengan terapi medis maupun non medis (spiritual keagamaan). Salah

satu lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap remaja dan korban Narkoba

8

(18)

adalah Pondok Pesantren Al-Um Bogor, dalam kegiatan rehabilitasinya Pondok

Pesantren ini menggunakan metode non medis (spiritual/keagamaan). Dengan

menanamkan kembali nilai-nilai keislaman (aqidah) yang pernah hilang dari diri

mereka. Pondok Pesantren Al-Um ini adalah Pondok Pesantren salafi pada

awalnya, karena kepedulian pimpinan Pondok Pesantren terhadap remaja akibat

menyalahgunakan Narkoba. Maka Pondok Pesantren ini menambah kegiatannya

dengan panti rehabilitasi korban Narkoba. Pondok Pesantren Al-Um dipimpin

oleh seorang kiai yang tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi, tetapi

memiliki kemampuan/kelebihan dalam pengetahuan agama dibandingkan orang

biasa dan mampu mengobati para pecandu Narkoba dengan metode yang

digunakan. Dengan ilmu yang dimilikinya beliau mampu mendirikan sebuah

Pondok Pesantren sebagai wadah menuntut ilmu agama dan juga panti rehabilitasi

untuk para korban Narkoba. Pondok Pesantren Al-Um Bogor, berlokasi di Jl.

Gunung Batu, Rt/Rw. 01/ 08. Kp. Pagentongan, Desa. Loji, Kec. Bogor Barat,

Kota Bogor.

Dari paparan di atas, penulis tertarik melakukan kegiatan penelitian secara

mendalam, sekaligus dijadikan bahan skripsi, dengan judul Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan pokok pemikiran pada latar belakang masalah tersebut, pada

(19)

rehabilitasi santri Narkoba. Adapun yang dimaksud Santri Narkoba di sini adalah

para pecandu Narkoba yang berada di Pondok Pesantren al-Um Bogor.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan di atas, maka perumusannya dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan (masalah) yang dihadapi santri Narkoba (objek

dakwah) yang berada di Pondok Pesantren Al-Um Bogor?

2. Apa saja tahapan-tahapan rehabilitasi yang dilakukan oleh Pondok

Pesantren Al-Um dalam merehabilitasi santri narkoba?

3. Bagaimana dakwah yang dilakukan (meliputi materi, metode, dan media)

di Pondok Pesantren Al-Um Bogor?

4. Bagaimana keberhasilan dakwahnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan dari permasalahan di atas, tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui keadaan (masalah) yang digadapi Santri Narkoba

(objek dakwah).

2. Untuk mengetahui dakwah yang dilakukan (meliputi materi, media dan

metode) di Pondok Pesantren al-Um Bogor,

3. Analisis keberhasilan dakwahnya.

b. Manfaat Penelitian

(20)

1. Segi Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi dalam pengembangan konsep Ilmu Dakwah dan sebagai tambahan

literatur keislaman, sekaligus untuk menambah wawasan bagi para pembaca.

2. Segi Praktis

Kiranya penelitian ini dapat memberikan inpuut bagi praktisi dakwah,

khususnya yang berada di Pondok Pesantren al-Um Bogor, dalam

meningkatkan kwalitas pondok pesantren melalui kegiatan dakwah.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan

penelitian lebih jauh dan kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah,

maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya

ilmiah yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti.

Adapun maksud dari penelitian ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang

penulis teliti berbeda dengan yang diteliti sebelumnya.

Setelah penulis mengadakan suatu kajian pustaka, penulis akhirnya

menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan

penulis teliti. Skripsi tersebut antara lain adalah skripsi karya Wiwin

Wirdaningsih-2004 yang berjudul “Peran Terapi Tarikat Qadariyah

Naqsabandiyah dalam Menyembuhkan Korban Narkotika di Pondok Inabah VII

Pondok Pesantren Suryalaya” dan skripsi karya Anita-2006, yang berjudul

“Upaya Bimbingan Rohani Islam dalam Mewujudkan Kesehatan Mental Korban

(21)

Fokus penelitian pada skripsi karya Wiwin Wirdaningsih memfokuskan

pada penerapan terapi Tariqat Qadariyah Naqsabandiyah dalam upaya

menyembuhkan para korban Narkoba dan pada skripsi karya Anita fokus

penelitiannya pada upaya bimbingan rohani Islam dalam mewujudkan kesehatan

mental pada para korban Narkoba di BNN Pamardisiwi Cawang sedangkan fokus

penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu pada dakwah Pondok Pesantrn

Al-Um Bogor dalam rehabilitasi santri Narkoba.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam karya ilmiah ini, maka

penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah: tradisi trtentu dalam ilmu pengetahuan yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya9.

2. Penempatan Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Al-Um Bogor. Jl.

Gunung Batu RT 01/08 Kp. Pagentongan Desa. Loji. Kec. Bogor Barat, Kota

Bogor. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 23 Maret sampai dengan

10 Mei 2008.

3. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitin

9

(22)

Dalam hal ini subjek penelitiannya adalah Pondok Pesantren Al-Um

Bogor.

b. Objek Penelitian

Dalam hal ini objek penelitiannya adalah apa yang akan diteliti,

adapun yang akan penulis teliti adalah aktivitas dakwah Pondok

Pesantren Al-Um Bogor dalam rehabilitasi santri Narkoba.

4. Sumber Data

Sumber utama dalam meneliti masalah di atas penulis menggunakan dua

sumber data yaitu:

a. Data primer

Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah subjek

dakwah (da’i), objek dakwah (santri Narkoba), dan pihak-pihak terkait

lainnya.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku tertentu

dari berbagai literatur yang berhubungan dengan dakwah, rehabilitasi dan

Narkoba.

5. Teknik Pengumpulan Data.

a. Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan dan menganalisis buku-buku dan literatur

lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas untuk mendapatkan

teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar menganalisa hasil penelitian.

(23)

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.10 Dalam penelitian ini

penulis mengamati langsung objek yang akan diteliti, yaitu keadaan (masalah)

yang dihadapi santri narkoba di Pondok Pesantren Al-Um, dakwah yang

diterapkan (meliputi materi, metode dan media) di Pondok Pesantren Al-Um, serta

keberhasilan dakwahnya. Adapun hal-hal yang diperlukan dalam observasi ini

adalah tape recorder, kamera, dan note book yang akan digunakan selama

observasi berlangsung.

b. Wawancara

Wawncara ini ditujukan kepada K.H. Tb Bahrum Zaman selaku

pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor, dua orang ustad (pengajar santri

narkoba), dan lima orang santri narkoba, metode ini digunakan untuk melengkapi

data yang dianggap perlu sehingga lebih menyakinkan data yang akan diperoleh

dari sumber lain, dalam hal ini penulis menggunakan pedoman wawancara.

c. Dokumentasi

Adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.11

Sumber data yang merupkan catatan atau dokumen yang tersedia di Pondok

Pesantren tersebut, bisa termasuk sumber data yang resmi. Dokumentasi ini

digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang didapatkan melalui

observasi dan wawancara.

6. Analisis Data

10

Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung PT Rosdakarya: 2002), h.81.

11

(24)

Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang

lebih mudah dan diinterpretasikan.12 Setelah penulis menghimpun data-data yang

dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka selanjutnya penulis

mengolah/menganalisis data-data tersebut:

a. Data dan Informasi yang diperoleh melalui wawancara, penulis

memasukan hasil wawancara tersebut kedalam uraian

pembahasan-pembahasan skripsi ini.

b. Data dan Informasi yang diperoleh melalui observasi dan pengamatan,

dijadikan sebagai tambahan untuk menggambarkan objektivitas dari

proses rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Um Bogor.

c. Data dan Dokumentasi, digunakan sebagai bahan dan kerangka analisis

dalam menimbang dan memperkuat penelitian kedalam skripsi ini.

7. Teknik Penulisan Data

Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku

“pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Kemudian dalam penulisan skripsi ini, penulis menguraikan dalam V

(lima) bab dan masing-masing bab akan dibagi menjadi beberapa sub, yaitu

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

12

(25)

BAB II : Seputar Teori Tentang Dakwah, Rehabilitasi, dan Narkoba.

BAB III : Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Um Bogor, Visi, Misi, dan

Tujuannya, Organisasi dan Pengelolaannya, serta kegiatan-kegiatan

(aktifitas) yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Um Bogor.

BAB IV : Membahas Tentang objek dakwah dan subjek dakwah, membahas

tentang keadaan (masalah) yang dihadapi santri narkoba (subjek

dakwah) yang ada di Pondok Pesantren Al-Um, membahas tentang

dakwah yang dilakukan (meliputi materi, metode, dan media) yang

diterapkan Pondok Pesantren Al-Um Bogor dalam habilitasi Santri

Narkoba, serta membahas tentang keberhasilan dakwahnya.

BAB V : Berisi Penutup yang didalamnya dibahas Tentang Kesimpulan dan

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi (bahasa) kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang

berarti pemanggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak13.

Sedangkan secara terminologi (istilah) dakwah memiliki pengertian yang variatif.

Hal ini terbukti dengan banyaknya perbedaan sudut pandang para pakar ilmu

dakwah dalam mendefinisikan makna dakwah. Di antara pendapat-pendapat

tersebut yaitu:

a. Menurut Syeh Ali Mahfuz yang dikutif Abdul Rosyad Saleh dakwah

adalah “mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk,

menyeru mereka berbuat kebijakan dan melarang mereka dari perbuatan

munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”.14

b. Menurut M. Arif Hakim dakwah adalah “suatu kegiatan ajakan baik

bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya, yang dilakukan secara

sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara

individu maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu

pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap

13

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidayakarya Agung, 1989), h. 128.

14

(27)

ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa

adanya unsur-unsur paksaan”.15

c. Menurut Prof. Toha Yahya Omar dakwah adalah “sebagai upaya mengajak

umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat”.16

d. Menurut H.S.M Nasrudin, dalam bukunya Teori dan praktek Dakwah

islamiyah mendefinisikan dakwah sebagai “setiap usaha/ aktivitas dengan

lisan/tulisan dan lainya. Yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil,

manusia lainnya untuk beriman mentaati Allah swt, sesuai dengan

garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah”.17

Dari definisi tesebut di atas, meskipun terdapat perbedaan dalam

perumusan satu sama lain, tetapi dapat artikan bahwa dakwah adalah seruan mulia

yang diwajibkan pada setiap umat Islam dengan tujuan menyeru atau mengajak

kepada jalan yang benar (Islam), mencegah dari perbuatan munkar, menciptakan

kesejahteraan umat, membawa kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan

akhirat serta diridhai Allah SWT.

2. Bentuk-bentuk Dakwah

Seorang da’i harus mempunyai berbagai cara dan harus dapat memilih

cara atau bentuk dakwah yang tepat agar dakwahnya tidak sia-sia. Diantaranya

bentuk-bentuk dakwah adalah

a) Dakwah bil-lisan

15

Arif Hakim, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. ke-4, 1997), h. 6.

16

Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet. ke-5, h. 1.

17

(28)

Ialah dakwah yang penyampaiannya secara lisan antara lain:

1) Qaulun Ma’rufum ialah dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari

yang disertai dengan misi agama, yaitu agama Islam.

2) Mudzakarah ialah mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik

dalam lidah maupun dalam perbuatan.

3) Nasihatuddin ialah memberikan nasehat kepada orang yang telah

dilanda problem kehidupan agar mempu melaksanakan agamanya

dengan baik.

4) Majlis Ta’lim dengan menggunakan buku-buku, kitab dan berakhir

dengan dialog atau tanya jawab.

5) Mujadalah ialah perdebatan dengan menggunakan argumentasi serta

alasan dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik

kesimpulan18.

b) Dakwah Bil-qalam

Adalah dakwah dengan menggunakan keterampilan menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau surat kabar, brosur, buletin, buku, dan sebagainya. Dakwah seperti ini dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta jangkauannya luas, disamping itu masyarakat atau suatu kelompok dapat mempelajarinya serta memahaminya sendiri.19

c) Dakwah Bil-hal

Yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya subjek serta ekonomi sebagai materi dakwah. Adapun cara melaksanakan dakwah bil hal adalah sebagai berikut:

1. Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif. 2. Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif.

3. Bersilaturahmi ke yayasan-yayasan dan panti-panti asuhan dan

18

Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi; Pendidikan dan Dakwah,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 49.

19

(29)

4. Pengobatan.20

3. Fungsi, Tujuan, dan Hukum Dakwah. a. Fungsi atau Kegunaan Dakwah

Dakwah mempunyai fungsi atau kegunaan di dunia dan akhirat. Secara

ringkas adalah sebagai berikut:

Pertama, mendatangkan pertolongan dan bantuan rabbani dalam

perjuangan melawan kebatilan jahiliyah.

Kedua, menggugah dan membangun manusia dari tidur panjangnya

menuju kebangkitan hakiki yang agung bersama Islam.

Ketiga, menegakan hujah kepada orang-orang yang terus menerus berbuat

salah dan dosa.

Keempat, membentuk nasehat umum yang benar dan selamat, nasehat

umum inilah yang mempunyai peranan besar di dalam menjaga dan memelihara

adab, akhlak, dan hak-hak umat serta membentuk kepribadian dalam hidup

bermasyarakat.

Kelima, dakwah akan membuat baiknya perilaku dan istiqamahnya akhlak manusia.

Keenam, dengan dakwah, manusia akan memperoleh keberuntungan

berupa jumlah dan keridhaan Allah di akhirat.

Ketujuh, dengan dakwah manusia akan terlepas dari siksa di dunia dan akhirat. Sebaliknya ditinggalkannya kewajiban dakwah akan berakibat

20

(30)

tersebarnya kerusakan dan kejelekan yang akan merambah keseluruh wilayah

kehidupan.21

b. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka

mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau

pedoman bagi gerak kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh

aktivitas dakwah akan sia-sia.22 Kimosa A. Machfoeld dalam bukunya “Filsafat

Dakwah” mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah “mempertemukan kembali

fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui

kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang

baik”. Menjadikan orang baik berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, dari

kebodohan, dari kemiskinan dan dari keterbelakangan. 23

Seperti yang dikutip Syeh Ali Mahfudz, bahwa tujuan dakwah ada lima

perkara yaitu:

1. Menyiarkan tuntutan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal

perbuatan manusia, terutama budi pekertinya.

2. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik.

3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali silaturahmi diantara kaum

muslim.

4. Menolak faham ateisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja.

21

Sayid Muhamad Nuh, Dakwah Fardiyah; Pendekatan Personal dalam Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2000), cet. ke-2, h. 33-39.

22

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: PT. Al-Ikhlas, 1983), h.49.

23

(31)

5. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat dengan kepercayaan yang

tidak bersumber pada agama dengan mendalami ilmu Usuludin.24

Sedangkan Mohamad Ardani menyatakan bahwa tujuan dakwah terdiri

dari tujuan umum (mayor objektive) dan tujuan khusus (minor objektive).

a). Tujuan Umum Dakwah

Tujuan umum dakwah adalah mengajak manusia (meliputi orang mukmin,

kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang diridhai allah SWT agar dapat

hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.25

b). Tujuan Khusus Dakwah

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari

pada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan

seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jelas

kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang

bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Di bawah ini akan diuraikan tujuan

khusus dakwah sebagai terjemahan dari tujuan umum dakwah yaitu:

1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam selalu

meningkatkan taqwanya kepada Allah swt. artinya mereka diharapkan agar

senantiasa mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi segala

larangannya.

2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih mualaf.

3. Mengajak umat manusia yang belum beriman untuk beriman dan bertakwa

kepada Allah.

24

Hasanudin, Hukum Dakwah; Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,

(Jakarta: Penerbit. Pedoman Ilmu Jaya, cet. ke-1, 1996), h. 33-34.

25

(32)

4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari

fitrahnya.26

Dari paparan dakwah di atas, maka menurut penulis dakwah memiliki

tujuan yang borientasi kepada prilaku manusia (akhlak). Dakwah akan mencapai

tujuannya jika ajaran Islam yang berupa norma-norma yang menuntun orang agar

berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat direlisasikan dengan sempurna.

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah dapat

terlealisasinya ajaran-ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia ini,

sehingga mendapatkan sisi yang baik berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di

dunia hingga akhirat nanti.

c. Hukum Dakwah

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap

muslim. Misalnya amar ma’ruf nahi anil munkar, berjihad, pemberi nasehat dan

sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa syareat atau hukum Islam tidak

mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil yang maksimal, akan

tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan

kemampuannya.27 Para ulama telah sepakat bahwa melaksanakan dakwah

hukumnya adalah wajib, karena dengan dakwah agama islam telah tersebar

keseluruh plosok dunia hingga sampai ke Indonesia. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam al-Qur`an surah Ali Imron/3 :110:

26

Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 54-58.

27

(33)

Artinya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

4. Unsur-Unsur Dakwah

Dalam kegiatan dakwah dibutuhkan adanya saling mendukung antara

unsur-unsur dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut yaitu:

a. Subyek Dakwah

Subjek dakwah adalah (ulama, da’i, muballigh) yaitu orang yang

melaksanakan tugas dakwah, pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan/

kelompok pribadi. Subjek dakwah adalah sosok manusia yang mempunyai nilai

keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal.28 Seorang da’i haruis

mempunyai bekal yang cukup dalam berdakwah dan harus mampu membimbing

umat untuk memahami realitas, memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan

akhirnya memperbaiki objek dakwah. Berdakwah jika dilihat dari kemampuan

da’i terdiri atas dua macam yaitu:

Pertama, dakwah bersifat individual (fardiyah), yakni seorang muslim melakukan

dakwah seorang diri berdasarkan kakuatan, kemampuan dan ilmunya.

Kedua, dakwah bersifat kelompok (jam’iyah).29

b. Obyek Da’wah

Mad’u dalam isim maf’ul dari da’a, berarti orang yang diajak, atau

dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek dan sekaligus subyek dalam

dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkeculi. Siapapun mereka, laki-laki maupun

28

Rafudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandumg: CV. Pustaka Setia, 1997), h. 47.

29

(34)

perempuan, tua ataupun muda, seorang bayi yang baru lahir atupun orang tua

yang menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam, tetapi

orang-orang di luar Islam, baik mereka itu ateis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk

agama-agama lain, semua adalah mad’u. Hal ini disebabkan oleh karena misi

kedatangan Islam adalah sebagai rahmatan bagi alam semesta.30 Agar dakwah bisa

dilakukan dengan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan. Maka

sudah waktunya dibuat dan disusun stratifikasi sasaran. Berdasarkan tingkat, usia,

tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan,

berdasarkan tempat tinggal dan lain sebagainya.31

Berdasarkan strata sosial, baik kalangan bangsawan, pembesar, pemuka

kaum ataupun orang-orang lemah, rakyat jelata, semua adalah mad’u dalam

dakwah. Dari segi ekonomi, baik orang kaya raya, konglomerat, sampai pengemis

dan orang-orang gembel yang tidak memiliki kemampuan menghidupi diri

sendiri, semua harus didakwahi, diajak menuju jalan Allah. Orang-orang yang

mapan hidupnya dan tinggal di gedung-gedung mewah, sampai rakyat pinggiran

yang tidak memiliki tempat tinggal semua mad’u dalam dakwah.

Dari tinjauan politik kenegaraan, baik pemerintah, pemegang kekuasaan

eksekutif, yudikatif, ataupun anggota legislatif sampai pada anggota masyarakat

keseluruhan adalah mad’u. Dari segi ideologi, baik yang meyakini sosialisme,

komunisme, feminisme, kapitalisme ataupun penganut ideologi-ideologi lainnya

adalah mad’u yang harus dikenakan dakwah. Pendek kata, semua manusia,

apapun keyakinan hidupnya, ras, bahasa dan bangsa adalah mad’u.32

30

Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah; yang Tegar di Jalan Allah (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), cet. ke-IV, h. 25.

31

Didin Hapidudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998) h. 79.

32

(35)

Dari penjelasan di atas penulis memaparkan bahwa objek dakwah adalah

semua menusia tanpa terkecuali. Karena misi kedatangan dakwah adalah sebagai

rahmat bagi alam semesta. Jika dakwah dibatasi hanya pada kalangan tertentu saja

maka Islam tidak akan terlealisir sebagai rahmat bagi alam semesta.

c. Materi Da’wah

Apapun materi dakwah yang hendak disampaikan pada dasarnya bersumber

dari al-Qur`an dan Hadist. Materi dakwah yang akan disampaikan tergantung

pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Materi yang diperlukan untuk satu

kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang

berbeda. Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk

pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah pendengar

itu heterogen artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah

sejenisnya.33 Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat

diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

1. Masalah keimanan (aqidah)

2. Masalah keislaman (syariyah)

3. Masalah budi pekerti (akhlakul karimah).34

a) Keimanan (aqidah)

Dalam ajaran Islam, aspek aqidah secara umum termaktub dalam

rukun-rukun iman (arkan al-iman) yang terdiri iman kepada Allah, iman kepada para

malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-Nya, iman kepada

33

M. Sayfa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah, (Jakarta: Widjaya, 1982), cet. ke-1, h. 99.

34

(36)

hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar-Nya. Akan tetapi aspek aqidah yang

terpenting adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT.35

b) Syari’ah

Kalau aspek aqidah memuat hal-hal yang berkenaan dengan kepercayan,

keyakinan, dan keimanan, maka aspek syari’yah memuat tentang berbagai aturan

dan ketentuan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Secara umum, syari’yah

Islam terdiri dari ‘ubudiyah, mu’amala, jinayah, qadhayah, dan siyasah.36

c) Akhlak

Aspek akhlak dalam bahasa sehari-hari sering disebut etika, moral, budi

pekerti, dan lain-lain. Menurut ajaran Islam, aspek akhlak tidak dapat dipisahkan

dari aspek aqidah, ubudiyah, mu’amalah dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa

aspek akhlak dalam ajaran Islam sangatlah penting dan strategis. Sebab dengan

akhlak manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk37

d. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang dai

(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan

kasih sayang.38

Adapun bentuk bentuk metode dakwah yaitu:

1. Al-Hikmah yaitu merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan

menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u

2. Al-Mauidzatul Hasanah yaitu yaitu ungkapan yang mengandung unsur

bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,

35

Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), cet, ke-1, h.73-74.

36

Ibid., h. 82.

37

Ibid., h. 89-90.

38

(37)

pesan-pesan positif yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar

mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

3. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan yaitu bertukar pendapat yang dilakukan

oleh dua belah pihak secara sinergis.39

Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan

kondisi mad’u (penerima dakwah) baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan adat

istiadat agar tercapainya keberhasilan dakwah.

e. Media Dakwah

Media atau medium berasal dari bahasa latin yang berarti saluran atau alat

menyalurkan. Dalam pengertian jamak dipakai istilah media sedang dalam

pengertian tunggal dipakai istilah medium.40 Untuk keberhasilan dakwah seorang

da’i memerlukan media dakwah dalam kinerjanya. Terlebih dalam mengantisipasi

perkembangan zaman, saat ini ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat

ditandai dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi. Dalam berdakwah

diperlukan beberapa media sebagai penunjang aktivitasnya. Adapun media

dakwah tersebut yaitu:

1. Media Lisan (dakwah bil-lisan)

Dakwah bil-lisan merupakan komunikasi yang lebih bersifat informatif,

meskipun nilai persuasinya tidak ketinggalan karena tetap mengarah kepada

loyalitas mengikuti ajaran agama, sebab dakwah bil-lisan pada dasarnya

memberikan atau menyampaikan informasi tentang ajaran agama Islam dengan

39

Munzier Suprta & Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakatra: Prenada Media, 2003), h. 11-20.

40

(38)

tujuan agar sasaran dakwahnya berubah persepsinya secara luas tentang ajaran

agama sehingga sanggup menyampaikan kepada orang banyak.

2.Media Tindakan atau Uswatun (dakwah bil-hal)

Dakwah berupa perbuatan memanfaatkan situasi dan kondisi

masyarakat sebagai suatu kegiatan agar tumbuh keimanan dan ketaqwaan kepada

Allah SWT.41

3. Media Visual

Merupakan bentuk media dakwah yang dapat menyampaikan

dakwahnya melalui pemanfaatan indera penglihatan. Contohnya: majalah, koran.

slide, foto, gambar dan overheand proyektor.

4. Media Audio

Merupakan suatu bentuk media yang dalam penyampaian dakwahnya

melalui pemanfaatan indera pendengaran. Contohnya: radio, tape recorder, dan

telepon.

5. Media Audio Visual

Merupakan suatu media atau alat yang dapat ditangkap dengan

menggunakan penglihatan dan pendengaran. Misalnya televisi dan film.

6. Media Tulisan

Merupakan suatu media yang penyampaian pesan dakwahnya dalam

bentuk tulisan. Termasuk didalamnya koran, majalah, buku, pamflet, brosur, dan

novel.42

41

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah;Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakah di Indonesia, h. 42-43.

42

(39)

Dari berbagai macam media di atas memiliki sasaran yang sama yaitu

mad’u. Namun, dalam penggunaan media tersebut harus disesuaikan dengan

kondisi dan situasi yang dialami mad’u.

B. Rehabilitasi

1. Pengertian Rehabilitasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia rehabilitasi adalah 1). Pemulihan

kepada kedudukan (kadaan, nama baik) yang dahulu (semula), 2). Perbaikan

anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (msl pasien rumah sakit,

korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di

masyarakat.43 Menurut Prof. Dr. dr. Dadang Hawari Psikiater, yang dimaksud

dengan rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para

mantan penyalahguna/ketergantungan NAZA (Narkoba) kembali sehat dalam arti

sehat fisik, psikologik, sosial dan spiritual/ agama (keimanaan). Dengan kondisi

sehat tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar

dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat

kerja dan di lingkungan sosialnya.44

2. Fungsi dan Tujuan Rehabilitasi

a. Fungsi Rehabilitasi

1. Fungsi preventif (pencegahaan), yakni mencegah timbulnya masalah

seseorang.

43

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 774.

44

(40)

2. Fungsi kuratif/korektif, yakni memecahkan/menanggulangi masalah yang

sedang dihadapi seseorang.

3. Fungsi preventif dan devlopmental, yakni memelihara agar keadaan yang

telah baik tidak menjadi tidak baik kembali, dan mengembalikan keadaan

yang sudah baik untuk menjadi lebih baik.45

b. Tujuan Rehabilitasi

Rehabilitasi bagi para pecandu Narkoba dilakukan dengan maksud untuk

memulihkan dan mengembalikan kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita

yang bersangkutan. Menurut Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Psikiater hasil yang

diharapkan setelah mereka (pasien, korban) Narkoba dapat kembali sehat dalam

arti:

1. Sehat jasmani/ fisik biologik.

2. Sehat jiwa (psikologik)

3. Sehat sosial (adaptasi)

4. Sehat rohani/ keimanaan spiritual keagamaan.46

Dan diharapkan setelah mereka (korban Narkoba) telah selesai mejalani

program rehabilitasi mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.

2. Memiliki kekebalan fisik maupun mental terhadap NAZA.

3. Memiliki keterampilan.

45

Anurrahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta. UI Press, 2001) cet. ke-2, h. 2.

46

Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) MUTAKHIR (Sistem Terpadu) PASIEN “NAZA” (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain), (Jakarta: Penerbit

(41)

4. Dapat kembali berfungsi secara wajar (layak) dalam kehidupan sehari-hari

baik di rumah (keluarga), di sekolah/kampus, ditempat kerja maupun di

masyarakat.47

Dari pengertian di atas tujuan rehabilitasi secara umum yakni untuk

membantu individu, mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya, memiliki

jiwa yang kuat dan sehat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

3. Bentuk dan Tahapan Rehabilitasi a). Bentuk Rehabilitasi

Ada dua macam bentuk rehabilitasi bagi korban pecandu Narkoba yaitu:

1. Rehabilitasi Medis

Yang dimaksud rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pelayanaan

kesehatan secara utuh terpadu melalui pendekatan medis dan sosial agar penderita

yang menderita sindrom ketergantungan dapat mecapai kemampuan fungsional

semaksimal mungkin. Penderita disini selain diberi pengobatan secara medis juga

diberi perhatian akan kepercayaan diri supaya sehat seperti semula.

2. Rehabilitasi Sosial.

Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan dan

pengembangan baik fisik, mental, maupun sosial agar pengguna yang menderita

sindrom ketergantungan dapat melaksanakan fungsi sosial secara optimal dalam

kehidupan masyarakat. Pasien dipulihkan kemampuan fisiknya, mentalnya dibina

seperti diberi ceramah agama, pemahaman tentang obat-obatan terlarang dan

sebagainya, kegiatan sosial dalam lingkungan terbatas misalnya diikutsertakan

47

(42)

melakukan suatu pekerjaan sesuai kemampuan yang bersangkutan, sehingga dari

kegiatan tersebut dapat dijadikan bekal untuk berhubungan dengan kehidupan

masyarakat setelah selesai menjalankan rehabilitasi.48

b). Tahapan Rehabilitasi

Dalam terapi rehabilitasi ini korban Narkoba menjalani tiga pase/tahapan

rehabilitasi yaitu:

1. Terapi Kelompok

Terapi ini berupa pertemuan rutin yang dilakukan untuk mencapi

maksud dan tujuan tersebut di atas, diperlukan program rehabilitasi yang meliputi

rehabilitasi medik, psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.

2. Program Keterampilam dan Olahraga

Pada program ini pasien diberi tugas berupa keterampilan atau olahraga

sesuai dengan program yang diminatinya. Program ini dilakukan pasien disertai

penilaian terhadap kondisi psikis dan emosionalnya dipandu atau dibimbing oleh

social worker atau guru olahraga, dan oleh perawat yang terlatih.

3. Program Selingan Bebas

Program ini diberikan sebagai selingan dari kedua program di atas. Yaitu

acara musik, menonton tv dan olahraga. Ketiga program ini diberikan secara

berselang-seling. Pada saat menjalani program ini pasien tetap dijaga kondisi pisik

dan psikisnya.49

Sedangkan menurut Prof. Dr, dr Dadang Hawari Psikiater bahwa tahapan

rehabilitasi meliputi empat pase yaitu:

48

Ahmad Sanusi Mustofa, Problem Narkotika, Psikotropika dan HIV/AIDS –

Penanggulangannya Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, (Jakarta: Penerbit. Zikrul Hakim, 2002), h. 14.

49

(43)

2. Rehabilitasi Medik

Maksud dari rehabilitasi medik ini adalah agar mantan

penyalahguna/ketergantungan NAZA benar-benar sehat secara fisik dalam arti

komplikasi medik diobati dan disembuhkan. Jika diantara peserta rehabilitasi

mengalami cacat fisik maka perlu dilakukan rehabilitasi medik ini agar yang

bersangkutan dapat hidup normal meskipun mengalami kecacatan pada tubuhnya.

3. Rehabilitasi Psikiatrik

Dengan rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi

yang semula berprilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain

sikap dan tindakan anti sosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat

berasosiasi dengan baik.

3. Rehabilitasi Psikososial

Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi

dapat kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah,

di sekolah\kampus dan ditempat kerja. Program rehabiitasi psikososial merupakan

persipan untuk kembali kemasyarakat.

4. Rehabilitasi Psikoreligius

Dengan rehabilitasi psikoreligius ini adalah untuk memulihkan peserta

rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya

masing-masing. Yang termasuk dalam rehabilitasi psikoreligius ini adalah semua bentuk

ritual keagamaan.50

50

(44)

C. Narkoba

1. Pengertian Narkoba (Narkotika dan Obat-Obatan Terlarang)

Istilah Narkoba atau jenis-jenis Narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris “narcoties”, yang berarti “obat bius”. Dalam bahasa Yunani “narcosis” yang berarti “menidurkan”. Dan secara umum dipahami sebagai “suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan atau penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi pusat syaraf, sehingga dapat menimbulkan rasa ngantuk yang berlebihan51.

Menurut FA Purwoko (2003), istilah Narkoba adalah singkatan dari

Narkotika, Psikotropika, dan Zat (bahan adkitif) lain. Ini diperejelas dalam UU

No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika: “narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman ataupun bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis

yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana

terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan

keputusan menteri kesehatan.52.

Menurut Rachman Hermawan. S Narkotika adalah zat yang jika

dimakan, diminum/dimasukan (disuntikan) kedalam tubuh manusia, dapat

mengubah satu atau lebih fungsi dalam badan.53 Sedangkan psikotropika adalah

obat baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif,

melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf yang menyebabkan perubahan khas

pada aktivitas mental dan prilaku. (UU RI No.5. Th 1997)54. Bahan Adiktif

51

M. Lutfi, Bimbingan Islam untuk Korban NAZA: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Lainnya, Jurnal Dakwah, Komunikasi & Budaya V, X. No. 2 (Desember 2003), h. 156.

52

Badan Narkotika Nasional, Efektifitas Penaggulangan Narkoba Melalui Sistem Plug in dalam Materi Pembelajaran pada lembaga Pendidikan Formal, (Jakarta: BNN RI, 2005), h. 28.

53

Rachman Hermawan. S, Penyalahgunaan Narkotika oleh Remaja, (Bandungh: PT. Cresco, 1980), cet. ke-1, h. 10.

54

(45)

Lainya adalah zat atau bahan yang tidak termasuk ke dalam golongan Narkotika

atau Psikotropka tetapi menimbulkan ketergantungan seperti alkohol.55

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa Narkoba

adalah suatu zat yang dapat menurunkan kesadaran juga dapat menimbulakan

gejala-gejala fisik dan mental pada pemakainya, dan jika dikonsumsi secara

terus-menerus akan dapat mengakibatkan terjadinya ketergantungan terhadap jenis

tersebut.

Oleh karena itu tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk menjadi golongan orang-orang yang menyalahgunakan Narkoba. Bagi orang-orang yang terkena kasus Narkoba yang sudah sangat tergantung, maka perlu diikuti dengan upaya merehabilitasinya. Untuk keperluan tersebut, ada beberapa Pondok Pesantren yang sudah melakukan terapi khusus guna merehabilitasi para korban Narkoba. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Islam Tebu Ireng Jombang (Jawa Timur), Pondok Pesantren Inabah Abah Anom Tasik Malaya (Jawa Barat), Pondok Pesantren Al-Ihya (Jakarta)56.

Karena keberhasilan dari beberapa Pondok Pesantren yang melakukan

rehabilitasi pada korban Narkoba dengan metode spiritual keagamaan. Banyak

Pondok Pesantren yang mengadopsi metode tersebut salah satunya adalah Pondok

Pesantren Al-Um (Bogor).

2. Jenis-jenis Narkoba

Ada beberapa jenis kategori zat yang sangat berbahaya bagi tubuh

manusia yang termasuk dalam jenis Narkoba. Narkoba terdiri dari beberapa jenis

yaitu: narkotika (terdiri dari tiga golongan), psikotropika (terdiri dari empat

golongan), dan zat adiktif.

55

Badan Narkitika Nasional Indonesia, Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda, (Jakarta: BNN RI, 2004), h. 13.

56

(46)

a. Narkotika

1. Narkotika golongan I

Yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi dan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Heroin, putaw, Cokain,dan Ganja. Heroin adalah obat bius yang sangat mudah membuat orang kecanduan karena efeknya sangat kuat. Mempunyai 2 kali kekuatan dari morfin, ditemukan dalam bentuk cairan, serbuk, dan pil, berwarna putih suram. Penggunaanya dengan cara menghirup/menyedot dan bisa disuntikan untuk lebih praktis tetapi setelah dipanaskan terlebih dahulu.

2. Narkotika golongan II

Yaitu narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.

3. Narkotika golongan III

Yaitu narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan /atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh

Codein.

b. Psikotropika

Menurut UU RI No. 5 / 1997, Psikotropika adalah: Zat atau obat, baik alamiah amupun sintesis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada aktifitas mental dan prilaku. Adapun jenis-jenisnya yaitu:

1. Psikotropika golongan I

Yaitu Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Ekstasi.

2. Psikotropika golongan II

Yaitu Psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Amphetamine. Bentuk

Amphetamine ada yang bubuk berwarna putih dan keabuan dan ada juga yang

berbentuk tablet.

Ada dua jenis Amphetamine yaitu:

a. MDM (Methylene dioxy Methamphetamine), istilah yang sering digunakan antara lain: Inex, Ekstas /XTC. Pengemasan zat ini dalam bentuk tablet dan kapsul.

(47)

3. Psikotropika golongan III

Yaitu psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan /atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom dan ketergantungan. Contoh:

Phenobarbital.

4. Psikotropika golongan IV

Yaitu psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi /atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom dan ketergantungan. Contoh:

Diazepam, nitrazepan (BK, DUM).

c. Zat Adiktif Lain

Yang disebut Zat Adiktif lain adalah: bahan /Zat yang berpengaruh psikotrofit di luar Narkotika dan Psikotroika. Adapun jenis-jenisnya yaitu:

1. Alkohol:

Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian yang menghasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15%, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehinga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100%. Istilah dalam alkohol ini biasanya disebut: Booze dan Drink. Alkohol mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat /zat itu dalam tubuh manusia.

Ada tiga golongan minuman beralkohol yaitu: a. Golongan A: Kadar etanol 1-5% (Bir).

b. Golongan B: Kadar etanol 5-20% (berbagai minuman anggur).

c. Golongan C: Kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson, House, Johny, Walker).

2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan Solven (zat pelarut).

Mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Beberapa jenis yang sering disalahgunakan oleh pecandu adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat kuku dan Bensin.

3. Tembakau.

Tembakau berbentuk daun yang mengandung nikotin dan dapat mengakibatkan ketergantungan jika dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus.57

57

(48)

3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan minuman keras pada

umumnya disebabkan karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu yang dapat

memberikan rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan ketenangan,

walaupun hal itu sebenarnya hanya dirasakan secara semu. Banyak orang

memakai Narkoba untuk mendapatkan rasa “enak” dan rasa senang akan diri

mereka. Mereka merasa hidup dan percaya diri, tetapi sayangnya, hal ini hanya

terjadi sementara dan sering mengarah pada ketergantungan yang berkepanjangan

bahkan kematian. Sampai sekarang belum ditemukan secara pasti suatu alasan

yang tepat mengapa seseorang menggunakan Narkoba58.

Disinyalir ada beberapa faktor yang menyebabkan atau yang menjadi

alasan awal mengapa para remaja menggunakan Narkoba, antara lain:

a. Memenuhi rasa ingin tahuyang sangat besar dan penasaran hingga berani mencoba.

b. Mengikuti trend agar tidak ketinggalan dari teman-teman yang sudah mencoba lebih dahulu.

c. Sebagai sebuah pelarian dari lingkungan yang kerap mengalami perubahan secara drastis sehingga membuat mereka tidak nyaman dan aman.

d. Suatu bentuk perlawanan terhadap orang tua atau keluarga.

e. Komuniaksi yang tidak berjalan dengan baik dalam keluarga sehingga kurangnya keharmonisan dalam lingkungan keluarga seperti yang mereka idamkan.

f. Mencari kesenangan, iseng, atau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa jenuh dan stres dari rutinitas yang dihadapi sehari-hari.

g. Lari dari kebosanan atau kenyataan hidup yang pahit

h. Kepercayaan yang salah bahwa pemakaian obat-obatan secara jarang tidak dapat menyebabkan ketergantungan.59

Beberapa faktor di atas merupakan faktor awal mengapa seseorang

menyalahgunakan Narkoba, faktor lain yang menjadi penyebab seseorang

menyalahgunakan Narkoba dikelompokan sebagai berikut:

58

Ibid., h. 90.

59

(49)

1. Faktor Pribadi.

Karena adanya kecacatan/kekurangan dalam dirinya sehingga merasa

terasingkan, tidak diperhatikan dan sebagainya maka keadaan seperti ini akan

memicu kepada perbuatan menyimpang yaitu penyalahgunaan Narkoba.

2. Faktor Keluarga

Apa bila seseorang mendapatkan perlakuan buruk dalam keluarga maka

akan buruk pula yang akan diperlihatkan pada lingkungannya.

3. Faktor Sosial dan Dinamika Perubahanya.

Lingkungan pergaulan menjadi fakor yang sangat besar bagi

penyalahgunaan Narkoba pada seseorang karena didalam lingkungan ini

seseorang terpengaruh ciri kepribadiannya. Adapun lingkungan sosial yang

mendukung terjadinya penyalahgunaan Narkoba yaitu, lingkungan sekolah,

lingkungan teman sebaya, dan lingkungan masyarakat.

Sebelum seseorang menjadi ketergantungan pada Narkoba, akan melalui

beberapa tahapan yaitu, penggunaan coba-coba/eksperimen, penggunaan sosial

atau reaksi, penggunaan situasional, kemudian penyalahgunaan dan akhirnya

ketergantungan.60

60

(50)

BAB III

PROFIL PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR

A. Sejarah Berdirinya

Pondok Pesantren Al-Um Bogor didirikan oleh KH. Tb. Bahrum Zaman.

Pada tanggal 17 April 1976. Nama al-Um diambil dari sebuah kitab fiqih yang

dikarang oleh Imam Syafi'i. Pondok Pesantren Al-Um ini didirikan di atas tanah

seluas + 5000 m2 yang terdiri dari empat (4) gedung diantaranya:

1. Gedung induk berupa majelis ta’lim

2. Gedung anak-anak korban narkoba

3. Gedung asrama putra

4. Gedung asrama putri.61

Yang melatarbelakangi didirikannya Pondok Pesantren Al-Um ini adalah

karena terdorong dari rasa kepedulian K.H. Tb. Bahrum Zaman terhadap remaja,

timbul keinginan dalam diri beliau untuk menjaga tunas-tunas bangsa dari

berbagai hal yang dapat merusak moral mereka akibat mencontoh

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh remaja di negara lain, salah satu contohnya yaitu

pergaulan bebas, minum-minuman keras, fashion dan sebagainya. Oleh sesab itu

setiap kali beliau mengisi acara, tema yang beliau angkat lebih banyak masalah

remaja, mengapa demikian karena remaja merupakan pilar kemajuan suatu

bangsa. Oleh sebab itu harus dijaga dan diselamatkan dari berbagai kebudayaan

61

Gambar

gambar, dan bukan angka-angka. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Kirk Metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang berupa kata-kata, maupun dalam peristilahannyafundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya d

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan yang diperoleh yaitu motivasi berolahraga para santri pondok pesantren Al-Asror berada dalam kategori sangat tinggi dan faktor yang menjadi kurangnya motivasi santri

Kepribadian santri di pondok pesantren Al- Hidayah dinyatakan baik, hal itu berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa pengurus dan santri, serta didukung

Wujud karakter wirausaha santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Setelah koperasi pondok pesantren melakukan usaha untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan santri baik melaui

Syaifur Rahman, Pendidikan Pesantren Dalam Meningkatkan Life Skill Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Roudlatul Ulum As-Syabrowiy), Skripsi, Pendidikan Agama

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi yang digunakan oleh Santri Pondok Pesantren Darunnajah adalah Tehnik Memoriter yaitu Pesan yang akan

(3) kedisiplinan belajar santri berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan menghafal al- Qur’an santri pondok pesantren Al-Aziz Lasem Rembang, hal ini terbukti

Dengan adanya beberapa peraturan tersebut, dapat diketahui bahwa santri semakin disiplin dalam mengaji dan mengikuti kegiatan yang berada di pondok pesantren.7 Maka dari itu peneliti

Strategi Dakwah Strategi dakwah pondok pesantren Al-qur’aniyyah As-Sanusiyyah dalam meningkatkan kecintaan santri terhadap Al-Qur’an menggunakan strategi Al-bayanuni yaitu strategi